UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN

advertisement
UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERCERITA
DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR
PADA SISWA SDN KARANGASEM 1
SURAKARTA
Oleh: Jenny I.S Poerwanti
(Dosen Prodi PGSD FKIP UNS)
Abstract
The purpose of this action research were: (1) to enhance the story telling
skills of elementary school students at Karangasem 1 Surakarta (2). To describe
the use of media images that are effective in improving storytelling skills of
elementary school students at Karangasem Surakarta. The model used in this
research is a model of self-reflection spiral consists of four phases/stages, the plan
- action - observation - reflection, with 2 cycles. Research subjects are teachers
and students in the third grade of elementary schoool at Karangasem 1 Surakarta,
consisting of 37 students.
Object of research is learning story telling in Indonesian Language. Data
collecting techniques are test performance and observation. Data analysis
techniques used are interactive analysis model, having three components, consist
of data reduction, data presentation, and drawing conclusion or verification.
Through the findings of the study, the research provides evidence that there is an
improvement in story telling proficiency by using media images especially after
the classroom action research has done. It can be shown up the students’ skill
improvement whether it was in pre or post action. In the first cycle there is a skill
improvement in story telling. The average skill in cycle 1 is 65.03 while in cycle 2
is 78.32 (2) Percentage of exhaustiveness classical in cycle 1 was 51.35% and in
cycle 2, 100% of students have achieved the skill in story telling
Based on the research results can be concluded that (1) skills of
elementary school students in story telling can be increased by using media
images, (2) There was an increase in students’ storytelling skills after using media
images, (3) Use of media images improved the quality of the learning process and
learning outcomes in particular on students’ skills in story telling
Keywords: media images, skills in story telling, indonesian language
PENDAHULUAN
Pembelajaran
bahasa
Indonesia
diarahkan
untuk
meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan
baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi
terhadap hasil karya kesastraan.
386
Komunikasi akan berlangsung lancar atau tidak, tergantung dari tingkat
dan kualitas keterampilan berbahasa. Komunikasi tersebut dapat berlangsung
secara lisan dan tulisan. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan
intelektual, sosial, dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan
dalam mempelajari semua bidang studi. Berbicara, termasuk dalam komunikasi
secara lisan. Dengan berbicara dapat mengungkapkan ide, gagasan atau perasaan
kepada orang lain. Keterampilan berbicara (speaking skill) merupakan salah satu
aspek dari empat keterampilan berbahasa yang diajarkan di sekolah. Keempat
keterampilan
itu
diantaranya
keterampilan
menyimak
(listening
skill),
keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan membaca (reading skill),
dan keterampilan menulis (writing skill). Keempat aspek tersebut saling
berhubungan satu dengan yang lainnya.
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran,
gagasan, dan perasaan (Tarigan 1981:15) Keterampilan berbicara merupakan
keterampilan kebahasaan yang sangat penting. Syafi’ie (1993:33) mengemukakan
dengan keterampilan berbicaralah pertama-tama kita memenuhi kebutuhan
berkomunikasi dengan masyarakat tempat kita berada (http://digilib.unnes.ac.id).
Umumnya pada proses pembelajaran siswa lebih sering diam dan pasif.
Hal ini terlihat pada keterampilan berbicara siswa yang sering memilih diam
ketika diberi kesempatan untuk bertanya, tidak bersedia mengemukakan pendapat
(usul, atau tanggapan) secara lisan atau untuk menjawab pertanyaan. Kebanyakan
dari mereka lebih memilih diam dari pada berbicara karena berbagai alasan,
misalnya takut salah, malu ditertawakan oleh teman atau memang tidak ada
keberanian untuk mengungkapkan, walau sebenarnya siswa mengetahui. Dalam
hal ini perlu di upayakan suatu bentuk pembelajaran yang variatif, menarik,
menyenangkan,
dan dapat
merangsang siswa untuk
berlatih berbicara.
Berdasarkan kenyataan tersebut, terlihat perkembangan kemampuan berbicara di
kalangan siswa sangat memprihatinkan.
Kurang maksimalnya kemampuan bercerita siswa dipengaruhi oleh
beberapa hal antara lain : (1). siswa kurang berani bercerita di depan kelas; (2)
387
siswa merasa takut, malu-malu, dan kurang percaya diri bila ditunjuk untuk
bercerita di depan kelas; (3) kata-kata yang digunakan siswa saat bercerita kurang
menarik; (4) siswa tidak menguasai bahan cerita; (5) guru sering membatasi topik
pembicaraan; (6) teknik-teknik yang dipakai dalam pembelajaran keterampilan
bercerita kurang efektif, karena masih cenderung banyak informasi yang
disampaikan, walau diselingi dengan tanya jawab. Keadaan demikian kurang
memberikan ruang bagi siswa untuk aktif meyampaikan ide/gagasannya secara
kreatif.
Berbicara adalah keterampilan kedua yang diperoleh anak setelah
menyimak. Melalui berbicara anak berlajar untuk mengungkapkan apa yag
dipikirkan. Bercerita merupakan salah satu keterampilan berbicara yang bertujuan
untuk memberikan informasi kepada orang lain (Tarigan 1988:35). Dikatakan
demikian karena bercerita termasuk dalam situasi informatif yang ingin membuat
pengertian-pengertian, makna-makna yang menjadi jelas.
Cerita dapat digunakan oleh orang tua dan guru sebagai sarana mendidik
dan membentuk kepribadian anak melalui pendekatan transmisi budaya atau
cultural transmission approach (Tadkiroatun Musfiroh: 2008). Dalam cerita,
nilai-nilai luhur ditanamkan pada diri anak melalui penghayatan terhadap makna
dan maksud cerita (meaning and intention of story).
Abdul
Majid
(2001:9)
dalam
(http://ellafaridatizen.wordpress.com)
mengatakan bercerita berarti menyampaikan cerita kepada pendengar atau
membacakan cerita bagi mereka. Dari batasan yang dikemukakan oleh Abdul
Majid ini menunjukkan paling tidak ada 3 komponen dalam bercerita, yaitu: 1)
pencerita, orang yang menuturkan atau menyampaikan cerita, cerita dapat
disampaikan secara lisan maupun tertulis; 2) cerita atau karangan yang
disampaikan, cerita ini bisa dikarang sendiri oleh pencerita atau ditulis oleh
pengarang lain kemudian disampaikan oleh pencerita; 3) penyimak yaitu individu
atau sejumlah individu yang menyimak cerita yang disampaikan
Dalam (http://ellafaridatizen.wordpress.com) bercerita adalah cara untuk
menuturkan atau menyampaikan cerita secara lisan kepada anak didik, yang
388
dengan cerita tersebut dapat disampaikan pesan-pesan yang baik, dari cerita yang
disampaikan juga dapat diambil suatu pelajaran.
Bachtiar S. Bachri 2005:10 dalam (http:aminahpai.blogspot.com.tul)
mengatakan bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang
perbuatan atau sesuatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan
membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain.
Bercerita adalah suatu seni, hal ini sesuai dengan apa yang dituliskan
Gabriel yakni: “Story telling is regarded by Gabriel (2000) as „an art of weaving,
of constructing, the product of intimate knowledge‟ (p. 1). He says good stories
entertain, and inspire, and are not something that can be mass-produced”.
(http://www.usq.edu.au/extrafiles/business/journals/HRMJournal/InternationalArt
icles/Volume%209%20Knowledge%20Mgt/Volume9No5Mitchell.pdf)
Pengertian bercerita dalam Taningsih (2006) adalah upaya untuk
mengembangkan potensi kemampuan berbahasa anak melalui pendengaran dan
kemudian menuturkannya kembali dengan tujuan melatih keterampilan anak
dalam bercakap-cakap untuk menyampaikan ide dalam bentuk lisan.
Sesuai dengan teori perkembangan anak menurut piaget, anak Sekolah
Dasar, masih dalam tahap operasional konkrit, sehingga untuk memotivasi
keterampilan bercerita dibutuhkan media yang dapat membantu siswa. Media
pembelajaran yang bermacam-macam menyebabkan guru harus selektif dalam
memilih media pembelajaran yang akan digunakan. Salah satu faktor yang
mempengaruhi pemilihan media pembelajaran adalah materi pembelajaran. Hal
tersebut dikarenakan setiap materi mempunyai karakteristik tersendiri.
Salah satu media yang dapat menarik perhatian siswa dan dapat digunakan
dalam keterampilan bercerita adalah media gambar. Media gambar adalah media
yang mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas dan kuat melalui
kombinasi pengungkapan kata-kata dengan gambar-gambar (Nana Sudjana dan
Ahmad Rivai dalam R. Angkowo 2007:26). Melalui media gambar ini dapat
membantu guru dan siswa dalam menyampaikan dan menerima pelajaran, serta
dapat menarik dan membantu daya ingat siswa.
Oemar Hamalik (1994:95) dalam (http://tpcommunity.blogspot.com)
mengatakan media gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual
389
kedalam bentuk 2 dimensi sebagai curahan ataupun pikiran yang bermacammacam seperti lukisan, potret, slide, film, strip, opaque proyektor.
R. Angkowo dan A. Kosasih (2007:27) menuliskan bahwa media gambar
adalah penyajian visual dua dimensi yang memanfaatkan rancangan gambar
sebagai sarana pertimbangan mengenai kehidupan sehari-hari, misalnya yang
menyangkut manusia, peristiwa, benda, tempat, dll.
Menurut Soelarko (1980:3) dalam (http://tpcommunity.blogspot.com)
menyatakan bahwa media gambar merupakan peniruan dari benda-benda dan
pemandangan dalam hal bentuk, rupa serta ukurannya relatif terhadap lingkungan.
Pengertian lebih lanjut mengenai media gambar dikemukakan R.
Angkowo dan A. Kosasih (2007:26) media gambar adalah media yang
mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas dan kuat melalui kombinasi
pengungkapan kata-kata dengan gambar-gambar.
Sadiman, Arief dkk (2008) menyatakan penggunaan media gambar
memiliki keunggulan, karena sifatnya konkrit dan lebih realistis dalam
menyampaikan pokok masalah dibandingkan dengan bahasa verbal. Disamping
itu juga dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Belajar dengan media gambar
dapat menarik minat belajar siswa secara efektif Sudjana (2001)
Penggunaan media gambar dalam proses belajar mengajar tidak lepas dari
manfaat yang ada dalam media gambar tersebut. Tujuan pembelajaran dapat
tercapai dengan maksimal jika manfaat yang ada dalam media gambar dapat
tersampaikan dalam pembelajaran. Oleh karena itu gambar yang dapat digunakan
dalam proses pembelajaran harus memiliki ciri-ciri sebagai sumber belajar.
Sebagaimana
yang
mengungkapkan
dikemukakan
tentang
dalam (Maryani
obyek-obyek
dalam
T.
gambar,
Permana
yaitu:
1)
(2009)
dapat
menyampaikan pesan atau ide tertentu, 2) memberi kesan kuat dan menarik
perhatian, 3) merangsang orang yang melihat ingin mengungkapkan objek dalam
gambar 4) tidak terlalu banyak, tetapi menarik dan mudah dipahami.
Penggunaan media dalam pembelajaran harus mempunyai tujuan yang
jelas, pasti, dan terperinci sehingga kehadiran media dalam proses pembelajaran
dapat termanfaatkan secara maksimal. Media gambar adalah media yang
390
sederhana dan mudah dalam pembuatannya. Sudirman (1991: 220) dalam
Maryani T. Permana (2009) menuliskan peranan gambar sebagai media
pengajaran adalah 1) dapat membantu guru dalam menyampaikan pelajaran dan
membantu siswa dalam belajar, 2) menarik perhatian anak sehingga terdorong
untuk lebih giat belajar, 3) dapat membantu daya ingat siswa (retensi), 4) dapat
disimpulkan dan digunakan lagi apabila diperlukan pada saat yang lain.
Dari uraian di atas permasalahan penelitian ini adalah: (1) Apakah
penggunaan media gambar dapat meningkatkan keterampilan bercerita pada siswa
kelas III SDN Karangasem I Surakarta? (2) Bagaimanakah penggunaan media
yang dapat meningkatkan keterampilan bercerita pada siswa kelas III SD Negeri
Karangasem 1 Laweyan Surakarta? Tujuan penelitian adalah: (1) Untuk
meningkatkan keterampilan bercerita siswa-siswa SDN kelas III Karangasem 1
Surakarta (2) Untuk mendeskripsikan penggunaan media gambar yang efektif
dalam meningkatkan keterampilan bercerita pada siswa kelas III SD Negeri
Karangasem 1 Surakarta.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertempat di SD
Negeri Karangasem 1 Laweyan Surakarta. Subyek yang digunakan dalam
penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri Karangasem 1 Kecamatan
Laweyan Surakarta. Objek penelitiannya adalah pembelajaran bercerita pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia.
Data penelitian yang dikumpulkan adalah data keterampilan bercerita
siswa selama pembelajaran menggunakan media gambar. Teknik pengumpulan
data menggunakan observasi langsung dan tes unjuk kerja.
Teknik yang digunakan dalam memeriksa keabsahan data adalah dengan
menggunakan trianggulasi data, yaitu dengan memanfaatkan data di luar data itu
untuk keperluan pengecekan dan pembanding.
Analisis
data
digunakan
teknik
analisis
data
kuantitatif
untuk
mendeskripsikan data kuantitatif, dan analisis kualitatif dengan model analisis
interaktif, yaitu dengan melakukan reduksi data, sajian data, penarikan
391
kesimpulan atau verifikasi dan analisis kuantitatif yaitu dengan membandingkan
data keterampilan bercerita siswa pada masing-masing siklus.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus yang memuat 4
komponen kegiatan yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Kegiatan
masing-masing siklus dijabarkan di bawah ini:
Siklus 1: dilaksanakan dua pertemuan.
a. Perencanaan
Kegiatan perencanaan dalam siklus satu meliputi 1) Menyusun rencana
pembelajaran (RPP) sesuai dengan kompetensi dasar 2) Merancang skenario
pembelajaran bahasa Indonesia sesuai tujuan pembelajaran 3) Membuat media
pembelajaran berupa gambar yang dibagikan. 4) Menyusun pedoman observasi
b. Pelaksanaan tindakan
Guru menyampaikan kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai pada siklus 1, serta teknik penilaian yang akan digunakan
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai
adalah: (1).Dengan disediakan
berbagai gambar peserta didik dapat
menjelaskan objek pada gambar dengan kalimat yang runtut dan benar. (2)
Dengan
disediakan
satu
gambar
peserta
didik
dapat
menyatakan
tanggapan/saran tentang permasalahan yang tersirat pada gambar. (4) Melalui
pengamatan gambar peserta didik dapat menjelaskan manfaat kenampakan
alam bagi kehidupan (5) Peserta didik aktif melakukan tanya jawab berkaitan
dengan objek pada gambar (6) Peserta didik terampil menceritakan objek pada
gambar dengan kalimat yang runtut
Secara garis besar langkah pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus
1 adalah sebagai berikut:
1) Guru menampilkan gambar melalui LCD dan membagikan gambar-gambar
dalam kelompok. Dari hasil pengamatan gambar-gambar, Guru bertanya
jawab dengan siswa tentang hal-hal yang pernah diamati siswa tentang
392
lingkungan. Hal ini sebagai langkah awal untuk menggali pengetahuan
siswa tentang tema yang akan diajarkan.
Contoh-contoh gambar antara lain:
Gambar 1. Gambar-gambar Bencana Alam
1) Siswa menulis jawaban-jawabannya kemudian berlatih untuk disusun ke
dalam susunan kalimat sesuai ejaan yang benar.
2) Guru membimbing untuk memilih kata-kata yang tepat tentang gambar
yang diamati, kemudian siswa dilatih untuk menyusun ke dalam kalimat
yang benar
c. Pengamatan
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan
dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut:
1) Sebagian besar siswa hanya dapat mendeskripsikan beberapa kumpulan kata
maupun kalimat.
2) 48% siswa belum mampu bercerita dengan baik, hal ini terlihat dari
ketepatan isi cerita yang masih kurang, pilihan kata serta penggunaan ejaan
dan tanda baca yang banyak mengalami kesalahan Keaktifan siswa dalam
bertanya dan menjawab pertanyaan serta bercerita masih kurang.
d. Refleksi
Dari hasil observasi pada kegiatan siklus 1 peneliti melakukan analisis
dan refleksi. Siswa kesulitan dalam menyusun deskripsi gambar untuk
diceritakan karena kesulitan untuk mengungkapkan kata atau kalimat.
.
393
Hasil keterampilan bercerita siswa kelas III SD Negeri Karangasem I pada pada
pra siklus adalah sebagai berikut:
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi
Penilaian Hasil Keterampilan Bercerita
Siswa Kelas III pada Kondisi Awal
No
Interval
Nilai
Frekuensi (fi)
Nilai
Tengah
(xi)
Fixi
Persentase (%)
Keterangan
1
2
46-52
53-59
17
5
49
56
833
280
46
13.5
Di bawah KKM
Di bawah KKM
3
4
5
60-66
67-73
74-80
4
8
2
63
70
77
252
560
154
10.8
21.6
5.4
Di bawah KKM
Di atas KKM
Di atas KKM
6
81-87
Jumlah
1
37
84
84
2163
2.7
100%
Di atas KKM
Nilai rata-rata = 2163: 37 = 58.45
Ketuntasan klasikal = 11: 37 X 100 % = 29.73%
Tabel 2. Distribusi Frekuensi
Penilaian Hasil Keterampilan Bercerita pada Siklus I
No
1
2
3
4
5
6
Interval
Nilai
52-58
59-65
66-72
73-79
80-86
87-93
Jumlah
Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi)
Fixi
16
2
13
1
3
2
37
55
62
69
76
83
90
880
124
897
76
249
180
Persentase (%)
43.2
5.4
35.1
2.7
8.1
5.4
100%
Nilai rata-rata = 2406: 37 = 65.03
Ketuntasan klasikal = 19 : 37 X 100 % = 51.35%
Keterangan
Di bawah KKM
Di bawah KKM
Di atas KKM
Di atas KKM
Di atas KKM
Di atas KKM
Dari tabel distribusi frekuensi penilaian hasil keterampilan bercerita
siswa pada kondisi awal, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan nilai
keterampilan bercerita siswa dari kondisi awal dengan rata-rata 58,45, pada
siklus I nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 65.03. Jumlah siswa yang
mencapai nilai KKM > 65 juga mengalami peningkatan yaitu dari 11 siswa
atau 29.73% menjadi 19 siswa atau 51.35% dari jumlah keseluruhan siswa
kelas III SD Karangasem I yang berjumlah 37 siswa.
394
Belum tercapainya indikator yang diharapkan dan ditemukannya
hambatan, perlu dilanjutkan ke siklus 2, sebagai langkah perbaikan dalam
proses pembelajaran pada siklus 1. Indikator ketercapaian siklus I yaitu 70 %
dari keseluruhan siswa yang memperoleh KKM > 65. Dari hasil tes
keterampilan bercerita baru terdapat 19 orang atau 51.35 % siswa yang
memperoleh nilai sesuai dengan KKM yang ditetapkan.
Siklus 2
Tahapan-tahapan yang dilakukan pada siklus 2 adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Urutan tindakan yang direncanakan akan diterapkan dalam siklus 2
adalah sebagai berikut: 1) menentukan Kompetensi Dasar serta indikator
yang 2) menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran, 3) menyiapkan
media pembelajaran, 4) menyiapkan sumber pelajaran yang diperlukan, 5)
membuat lembar observasi siswa dan guru 6) membuat lembar penilaian
unjuk kerja siswa yaitu instrumen keterampilan bercerita.
b.
Pelaksanaan Tindakan
1) Pertemuan pertama
Pada pertemuan, materi yang diajarkan adalah menguraikan hal
yang menyebabkan peristiwa pada gambar yang bertemakan bencana
alam “Banjir”.
Kegiatan awal dimulai dengan guru mengkondisikan kelas,
kemudian guru membuka pelajaran.Langkah berikutnya, guru melakukan
apersepsi yaitu tanya jawab tentang pengalaman siswa yang berkaitan
dengan hal yang dapat menyebabkan terjadinya banjir yang telah
diajarkan pada siklus 1. Guru bertanya “Siapa yang dapat menyebutkan
hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya banjir?. Pada tahap inti guru
menampilkan gambar yang bertemakan bencana alam banjir. Guru dan
siswa bertanya jawab mengenai gambar yang dipaparkan yang meliputi
hal-hal yang menyebabkan banjir, dampak atau akibat banjir, upaya apa
atau cara yang dapat mencegah terjadinya banjir serta amanat atau
pelajaran (hikmah, pesan) yang dapat dipetik dari peristiwa tersebut.
395
Selanjutnya guru membimbing siswa dalam menuliskan cerita mengenai
bencana banjir. Guru juga memberikan arahan pada siswa untuk
memperhatikan penggunaan tanda baca dalam menuliskan ceritanya. Dari
cerita yang ditulis tersebut kemudian siswa diminta untuk bercerita di
depan kelas. Pada pertemuan pertama siklus II, siswa bercerita sebanyak
sepuluh kalimat.
Pada kegiatan akhir, guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan
pembelajaran dan melakukan refleksi.
Gambar 3. Gambar dengan Tema Banjir
2) Pertemuan kedua
Dari pertemuan pertama siklus II yang telah dilaksanakan,
ditemukan adanya hambatan yaitu dalam bercerita di depan kelas siswa
kelihatan seperti menghafal dari cerita yang ditulisnya. Oleh karena itu,
dalam pertemuan ini guru mencoba untuk mengatasi dengan memotivasi
melalui
menuntun
dengan
mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
menggunakan 5 W 1 H. Sehingga dari jawaban yang disampaikan siswa
merupakan langkah awal mereka dalam menyusun ke dalam suatu cerita.
Kegiatan inti dimulai dengan guru memaparkan gambar tentang
“bencana gempa bumi”. Dari gambar yang dipaparkan guru bertanya
pada siswa tentang perasaan mereka jika peristiwa tersebut menimpa kita,
apa yang kalian lakukan jika peristiwa tersebut menimpa kita, apa
dampak peristiwa tersebut (bagi korban maupun orang lain).
Berdasarkan pertanyaan yang diajukan, siswa dapat menyusun
jawaban-jawaban tersebut menjadi suatu rangkaian kalimat yang menarik
dalam bercerita. Dari cerita yang ditulis, siswa diminta untuk bercerita di
depan kelas tanpa naskah. Pada pertemuan ini siswa bercerita sebanyak
duabelas kalimat.
396
Adapun 2 gambar yang didiskusikan adalah sebagai berikut:
Gambar 4. Gambar Gempa Bumi dan Tanah Longsor
Observasi
Hasil pengamatan terhadap pelaksanaan yang dilakukan guru cukup baik,
guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai perencanaan yang dituliskan.
c. Refleksi
Hasil yang diperoleh dari tindakan siklus 2 melalui pengamatan dan
penilaian hasil keterampilan bercerita kemudian dianalisis. Dari refeksi
pertemuan pertama ditemukan adanya hambatan yaitu dalam bercerita siswa
kelihatan seperti menghafal cerita yang ditulis.
Berdasarkan hasil tes unjuk kerja keterampilan bercerita, dapat dilihat
keterampilan bercerita siswa mengalami peningkatan. Di bawah ini
dipaparkan hasil nilai keterampilan bercerita siswa pada siklus 2
Tabel 3. Distribusi Frekuensi
Penilaian Hasil Keterampilan Bercerita pada Siklus 2
No
2
3
4
5
6
7
Interval
Nilai
67-71
72-76
77-81
82-86
87-91
92-96
Jumlah
Frekuensi (fi)
5
15
4
8
3
2
37
Nilai
Tengah
(xi)
Fixi
69
74
79
84
89
94
Persentase
(%)
345
13.51
1110
40.54
316
10.81
672
21.62
267
8.11
188
5.41
2898
100%
Nilai rata-rata = 2898: 37 = 78.32
Ketuntasan klasikal = 37 : 37 X 100 % = 100%
Keterangan
Di atas KKM
Di atas KKM
Di atas KKM
Di atas KKM
Di atas KKM
Di atas KKM
Perolehan hasil keterampilan bercerita siswa pada siklus 2 sudah
berhasil dengan baik, ketuntasan klasikal mencapai 100% dengan rata-rata
78.32. Hal ini karena siswa telah terlatih dalam bercerita melalui penggunaan
media gambar selama empat kali pertemuan. Kerena ketuntasan minimal telah
tercapai sehingga tindakan pada siklus dua diakhiri.
397
PEMBAHASAN
Dengan melihat hasil penelitian di atas dapat diketahui adanya
peningkatan proses pembelajaran terutama keterampilan bercerita siswa setelah
penggunaan media gambar. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Sudirman
(1991: 220) dalam Maryani T. Permana (2009) menuliskan peranan gambar
sebagai media pengajaran adalah 1) dapat membantu guru dalam menyampaikan
pelajaran dan membantu siswa dalam belajar, 2) menarik perhatian anak sehingga
terdorong untuk lebih giat belajar. Peningkatan terlihat dari nilai hasil
keterampilan bercerita yang diperoleh siswa pada kondisi awal sebelum
dilaksanakan tindakan dan setelah dilaksanakan tindakan siklus I dan silkus II.
Ketika media gambar yang digunakan dapat menarik perhatian siswa, maka siswa
akan lebih giat belajar mencapai kemampuan bercerita dengan baik.
Pada siklus 1, kemampuan siswa dalam bercerita belum begitu lengkap
dan lancar dalam mendeskripsi gambar. Hal ini karena kemampuan siswa dalam
mengungkapkan dan menyusun kalimat masih kurang, disamping itu siswa dalam
pembelajaran bercerita selama ini kurang ada bimbingan bercerita melalui proses
yang sebenarnya, sehingga siswa belum terbiasa bercerita melalui proses dan
bimbingan yang benar, mis: proses pada tahap prapengamatan objek gambar,
menyusun kata menjadi kalimat yang benar sesuai ejaan, cara bercerita dll.
Permasalahan yang ditemui dalam siklus 1 tersebut diatasi dengan
memberikan motivasi dan memperbaiki media gambar yang lebih menarik, lebih
besar dengan
harapan
dapat
mendorong siswa
untuk
mengembangkan
imajinasinya agar dapat memotivasi siswa sebagai langkah awal untuk memulai
bercerita. Hal ini seperti dinyatakan oleh Sudjana (2001) bahwa belajar dengan
media gambar dapat menarik minat belajar siswa secara efektif
Dari perolehan nilai keterampilan bercerita siswa pada siklus 1 ada 48.6 %
yang belum mencapai nilai ketuntasan. Hal ini disebabkan siswa masih belum
terbiasa untuk bercerita dengan menggunakan gambar-gambar yang bervariasi,
dan belum terbiasa untuk bekerja dengan berkelompok.
Pada siklus 2 sebagian besar siswa telah memperoleh nilai keterampilan
bercerita di atas ketuntasan minimal, hal ini karena guru telah dapat memperbaiki
398
kelemahan yang terjadi pada siklus satu. Kelemahan diatasi dengan tetap
menggunakan media gambar, dengan lebih memfokuskan pada komponen
menggunakan pertanyaan-pertanyaan dengan 5 W 1 H. Dengan bertanya jawab
siswa dapat mengungkapkan jawaban sesuai dengan keadaan gambar. Sehingga
dengan demikian sedikit demi sedikit dari jawaban-jawaban tersebut dapat
tersusun beberapa kalimat yang dapat diceritakan secara lisan di depan kelas.
Di bawah ini dipaparkan perbandingan rerata nilai keterampilan bercerita
pada pra siklus sampai pada siklus 2.
Tabel 4. Rerata Nilai Kerampilan Bercerita
Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2
No.
Keterampilan Bercerita
Pra Tindakan
1.
Nilai Rata-rata
58.45
Setelah Dilaksanakan
Tindakan
Siklus I
Siklus II
65.03
78,32
Berdasarkan tabel 4, nilai rata-rata siswa yang mencapai KKM > 65
mengalami peningkatan yang signifikan. Nilai rata-rata keterampilan bercerita
siswa pada kondisi awal sebelum tindakan adalah 58,45. Kemudian pada siklus I
mengalami peningkatan yaitu nilai rata-rata keterampilan bercerita siswa menjadi
65,03. Sedangkan pada akhir pelaksanaan siklus II, nilai rata-rata keterampilan
bercerita siswa adalah 78.32. Peningkatan tersebut membuktikan bahwa media
gambar tepat untuk membantu meningkatkan keterampilan bercerita siswa. Hal ini
merefleksikan bahwa pembelajaran keterampilan bercerita yang dilaksanakan oleh
guru dapat dinyatakan berhasil.
SIMPULAN
Simpulan yang dapat dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Keterampilan bercerita siswa SDN Karangasem 1 dapat ditingkatkan dengan
cara menggunakan media gambar.
2. Ada peningkatan keterampilan bercerita SDN Karangasem 1, setelah media
gambar diterapkan pada siklus 1 dan 2.
3. Penggunaan media gambar dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran berbicara khususnya keterampilan bercerita siswa kelas SDN
Karangasem 1.
399
SARAN
Berkaitan dengan hasil yang dicapai penelitian tindakan kelas ini, peneliti
mengajukan saran-saran sebagai berikut:
1.
Hendaknya guru SD menggunakan media gambar untuk memotivasi siswa
agar mampu bercerita
2.
Hendaknya guru SD menerapkan penggunaan media gambar dalam
pembelajaran bahasa Indonesia khususnya untuk keterampilan bercerita
3.
Hendaknya sekolah memberi sarana dan prasarana untuk menyediakan
gambar-gambar sehingga dapat memotivasi siswa untuk lebih kreatif.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid. 2001. http://ellafaridatizen.wordpress.com diakses 19 Oktober 2009
Bachtiar S. Bachri. 2005. http://aminahpai.blogspot.com diakses 19 Oktober 2009
Djago Tarigan. 2004. Pendidikan Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Universitas
Terbuka
Gabriel. 2000. Knowledge Sharing-The
Value of Story Telling.
(http://www.usq.edu.au/extrafiles/business/journals/HRMJournal/Internati
onalArticles/Volume%209%20Knowledge%20Mgt/Volume9No5Mitchell.
pdf) diakses 21 Juni 2010
Tarigan,A.G. 1981. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa
Maidar G. Arsjad. 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga
Maryani T. Permana. 2009. Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menulis
Karangan Melalui Penggunaan Media Gambar Seri di Kelas V SDN
Cibulan II Desa Cibulan Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka.
Skripsi: UPI
Moeslikhatoen. R. 1999. http://ellafaridatizen.wordpres.com diakses 19 Oktober
2010
400
Oemar Hamalik. 1994. http://tpcommunity.blogspot.com diakses 9 Febuari 2009
Rahmat Widodo. http.rahmatwidodo’s.weblog.com diakses 7 April 2010
R. Angkowo dan A. Kosasih. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta:
Grasindo
Sadiman, Arief, dkk. 2008. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: PT Rajagrafindo. Persada
Soelarko. 1980. http://tpcommunity.blogspot.com diakses 9 Febuari 2009
Tadkiroatun Musfiroh. 2008. Memilih, Menyusun dan Menyajikan Cerita Untuk
Anak Usia Dini. Yogyakarta: Tri Wacana
Taningsih. 2006. Mengembangkan Kemampuan Bahasa Anak Usia (4-6 Tahun)
Melalui Bercerita. Tugas Akhir: UNNES.
401
Download