teori-teori peningkatan keterampilan guru dalam

advertisement
TEORI-TEORI PENINGKATAN KETERAMPILAN GURU DALAM
MEMBELAJARKAN SISWA MELALUI MATA PELAJARAN
PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA YANG HUMANISTIK
Bernard Djawa *)
Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk mengkaji teori-teori tentang peningkatan keterampilan
guru dalam membelajarkan siswa melalui mata pelajaran pendidikan jasmani
dan olahraga dengan pendekatan humanistik sehingga terwujud sehat seutuhnya
dalam diri siswa, untuk berkembang berkelanjutan. Penerapan teori-teori
peningkatan keterampilan guru melalui mata pelajaran pendidikan jasmani dan
olahraga yang humanistik akan memberikan layanan pendidikan yang baik
kepada siswa dengan tujuan agar guru memiliki profesionalitas dalam
menjalankan tugasnya untuk mewujudkan proses pendidikan yang bermutu.
Kata Kunci : Peningkatan keterampilan guru, membelajarkan siswa, dan
pendekatan humanistik.
1. Pendahuluan
Upaya peningkatan mutu pendidikan dewasa ini merupakan salah satu
fokus didalam pembangunan pendidikan. Keberhasilan pembangunan suatu
bangsa ditentukan oleh keberadaan sumberdaya manusia yang berkualitas,
yang dapat dihasilkan antara lain melalui pendidikan yang berkualitas pula.
Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, pasal
1 butir 2 mengatakan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia,
dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
Dalam perkembangan pendidikan dimanapun selalu menghendaki halhal baru yang bersifat kualitas maupun kuantitas. Disadari bahwa pendidikan
akan terus
berkembang, dan selalu mengikuti perkembangan
ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sedang berkembang di masyarakat.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
1
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab (Sisdiknas,
2003:5).
Pembangunan pendidikan secara mikro menghadapi berbagai masalah
antara lain berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan serta
peningkatan sumber daya manusia (SDM) yang meliputi : Pendidikan yang
demokratis dan bermutu tinggi yang bertujuan untuk memperteguh akhlak
yang
mulia,
berwawasan
kebangsaan,
cerdas,
bertanggung
jawab,
berketerampilan serta menguasi ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka
mengembangkan sumber daya manusia Indonesia. Jadi sistem dan iklim
pendidikan nasional tidak hanya mencetak generasi muda yang pandai saja
tetapi mencetak manusia yang berakhlak mulia dan pandai.
UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
memberikan dasar hukum tentang pembaharuan sistem pendidikan nasional.
Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai
faktor penentu yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga
negara Indonesia.
Kenyataan yang terjadi saat ini masih banyak guru, dalam
membelajarkan siswa cenderung menggunakan gaya mengajar yang
tradisional. Misalnya berpusat pada guru, suasana kelas kaku, guru sebagai
pemberi perintah, dan diarahkan untuk belajar secara klasikal.
Seharusnya dalam membelajarkan siswa menggunakan gaya mengajar
yang modern, misalnya berpusat pada siswa, suasana kelas lentur, tidak kaku,
guru sebagai pembimbing, belajar mandiri untuk munculnya ekspresi yang
kreatif dan memiliki kecakapan untuk dapat memecahkan masalah.
Mengingat pentingnya peranan pendidikan jasmani dan olahraga bagi
peningkatan sumber daya manusia, maka guru pendidikan jasmani dan
olahraga memberdayakan diri dalam membelajarkan siswa dengan pendekatan
humanistik. Dengan demikian guru yang memiliki kreativitas akan memahami
konsep tentang peningkatan keterampilan pembelajaran melalui pendekatan
2
humanistik dalam membelajarkan siswa sehingga mampu menciptakan
pembelajaran yang bermutu tinggi.
2. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Berdasarkan uraian di atas, tulisan ini bertujuan sebagai berikut :
1) Pengembangan wawasan guru tentang konsep pendidikan jasamani dan
olahraga yang humanistik.
2) Meningkatkan keterampilan guru melalui pendekatan yang humanistik.
Adapun manfaat penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi
tentang pendekatan humanistik untuk meningkatkan keterampilan guru
pendidikan jasmani dan olahraga dalam membelajarkan siswa.
Dalam meningkatkan wawasan guru pendidikan jasmaani dan olahraga
agar selalu memperhatikan kepentingan siswa, lebih banyak menekankan
kepada kemampuan dan kemandirian siswa, sehingga siswa merasa senang
dalam melakukan tugas gerak, semakin meningkat secara berkelanjutan,
manfaat gerak mengacu kepada pertumbuhan dan perkembangan manusia
seutuhnya yaitu sehat jasmani, rohani, sosial, mental dan memungkinkan
munculnya ekspresi kreatif dan cakap dalam memecahkan masalah.
3. Pembahasan
a. Konsep Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Pendidikan jasmaani dan olahraga adalah pendidikan yang
mengaktualisasikan potensi-potensi potensi-potensi aktivitas manusia
berupa sikap, tindakan yang diberi isi, bentuk dan arah, menuju kebulatan
kepribadian sesuai dengan cita-cita kemanusiaan.
Ada beberapa batasan mengenai pendidikan jasmaani yang perlu
diketahui, sebagai bahan perbandingan dalam memahami pentingnya
pendidikan jasmani antara lain :
1) Berdasarkan
SK
Mendikbud
Nomor
0413/U/1987
membatasi
pengertian pendidikan jasmani dibawah ini :
Pendidikan jasmani yang didasarkan pada pandangan holistik ini
banyak dikemukakan oleh para ahli pendidikan jasmani. Misalnya,
3
Wuest dan Bucher (1995:6) mengemukakan bahwa : “Pendidikan
Jasmani adalah bagian yang terpadu dengan proses pendidikan
seutuhnya,
yang
mempunyai
tujuan
dan
sasaran
untuk
mengembangkan kinerja manusia melalui medium gerak/aktivitas
jasmani yang dipilih dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan.
2) Sharman ( dalam Bernard, 2005:1 ), mengemukakan bahwa
pendidikan jasmani adalah bagian dari pendidikan secara umum yang
berlangsung melalui aktivitas yang melibatkan mekanisme
gerak
tubuh manusia dan menghasilkan pola-pola perilaku pada individu
yang bersangkutan Sharman, mengakui bahwa pendidikan itu
merupakan bagian dari proses pendidikan, dan hasil yang diperoleh
adalah pola perilaku gerak
3) Pendidikan adalah proses yang memberikan perubahan secara positif
terhadap individu-individu melalui pengalaman-pengalaman gerak
(Tilman K.G. Voltmer E.F, Esslinger, AA, dan MC. Cue B.F,
1995:236). Dalam kajian lain bahwa pendidikan jasmani merupakan
bagian integral dari pendidikan keseluruhan yang dalam proses
pembelajarannya mengutamakan aktivitas jasmani guna mendorong
kebiasaan hidup menuju pada pertumbuhan dan perkembangan
jasmani, mental, sosial, dan emosional yang serasi, selaras, dan
seimbang. (Depdikbud, 1999:2).
4) Menurut Nixon dan Jewett (1980 : 27) pendidikan jasmani selain
merupakan bagian dari seluruh upaya pendidikan juga memperhatikan
aspek manusia seutuhnya bagi individu yang terlibat. Mereka
mengatakan bahwa pendidikan jasmani adalah satu tahap dari
pendidikan seutuhnya yang berkenaan dengan perkembangan dan
penggunaan kemampuan gerak individu yang dilaksanakan atas
kemauan sendiri serta bermanfaat dan terkait langsung dengan mental,
emosional, dan sosial.
5) Menurut Ateng (2000 : 104) pendidikan jasmani adalah suatu proses
yang secara sadar dan sistematis melalui berbagai kegiatan jasmani
4
dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan ketrampilan
jasmani, pertumbuhan, kecerdasan, dan pembentukan watak.
6) Menurut Mutohir (1997 : 14) pendidikasn jasmani adalah suatu proses
yang secara sadar dan sistematis melalui kegiatan jasmani untuk
memperoleh pertumbuahn jasmani, kesehatan,dan kesegaran jasmani,
kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak
serta kepribadian yang harmonis dalam rangka membentuk manusia
Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila.
Adanya gambaran tentang pendidikan jasmani yang telah
dikemukakan oleh para pakar amatlah disayangkan apabila arah,
tujuan/sasaran dari pendidikan jasmani dan olahraga ini tidak mencapai
sasaran yang tepat. Untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani dan
olahraga salah satu aspek yang penting adalah dari segi mutu guru
pendidikan jasmani dan olahraga yang turut berperan di dalamnya.
Dari pengertian pendidikan jasmani yang telah dikemukakan di
atas dapat disimpulkan bahwa hal-hal pokok dari pendidikan jasmani
adalah :
1. Bagian yang tidak terpisahkan dari proses pendidikan secara
keseluruhan.
2. Program yang memperhatikan kebutuhan dan perkembangan siswa.
3. Berorientasi kepada siswa, bukan kepada bahan pelajaran.
b. Pengertian Humanistik
Menurut pendapat Charles (1980 : 23) mengemukakan bahwa
aliran psikologi humanistik mengarah kepada peningkatan perilaku
pribadi. Menurut Charles (1980 : 23) terdapat beberapa aspek secara
pribadi yang diperhatikan dalam pembelajaran humanistik sebagai
berikut : (1) Martabat siswa, (2) Kebebasan siswa, (3) Sistem nilai (benarsalah) atau serta norma (baik-buruk) yang diinginkan serta yang tidak
diinginkan siswa, (4) Perasaan dan emosi siswa dan (5) Kepentingan
siswa.
5
Humanistik adalah proses kemunculan dan perubahan dari individu
yang mempercayai bahwa setiap manusia secara individu harus
diperlakukan sama seperti anggota kelompok lainnya dalam satu
kelompok yang lebih besar. Faham ini diilhami oleh filsafat humanistik
mengacu pada perubahan individu secara menyeluruh. Humanistik
memberikan semangat menyeluruh kepada setiap langkah bagi anggota
yang terlibat, jadi guru yang humanistik harus memberikan semangat pada
siswanya untuk mengaktualisasikan dirinya secara menyeluruh.
c. Psikologi Humanistik
Para ahli humanistik menekankan perlunya hubungan antar
manusia / siswa (human relations) dalam pembelajaran. Dalam hubungan
tersebut terhimpun kemampuan melakukan aceptance (penerimaan),
memahami perasaan orang lain, kejujuran dn interaksi sosial lainnya. Oleh
karena itu guru perlu mengenal karakteristik siswa dan belajar
meningkatkan interaksi sosial dengannya. Disamping itu, guru dituntut
mempertahankan kapasitas siswa dalam belajar, seperti kemampuan
merasakan, minat kemampuan bergerak, keingintahuan, kreativitas,
fantasi, imajinasi dan pengalaman serta mementingkan perlunya emosi dan
motivasi dalam belajar (Robert, 1975: 12).
Untuk tujuan pendidikan jasmani yang sangat kompleks,
penyelenggaraan program pendidikan jasmani hendaknya mencerminkan
karakteristik program pendidikan jasmani itu sendiri, yaitu tugas
pembelajaran yang diberikan harus memperhatikan perubahan kemampuan
anak
dan
dapat
membantu
mendorong
perubahan
tersebut
(Depelopmentally Apropriate Practice DAP dalam Mutohir, 2000: 15).
DAP ini mengacu pada pembelajaran individual, pembelajaran berpusat
pada anak didik dan berusaha dengan kondisi fisik dan psikis anak.
Dengan demikian tugas ajar tersebut harus sesuai dengan tingkat
perkembangan anak didik yang sedang belajar. Tugas pembelajaran yang
sesuai ini harus mampu mengakomodasi setiap perubahan dan perbedaan
6
karakteristik setiap individu serta mendorongnya kearah perubahan yang
lebih baik.
Apabila
kita
memperhatikan
penyelenggaraan
pembelajaran
pendidikan jasmani dan olahraga, maka landasan psikologi yang tepat
adalah psikologi humanistik yaitu : paham psikologi yang baru ini
memfokuskan pada peningkatan pribadi individu secara menyeluruh,
intelektual, emosional, nilai-nilai moral dan rasa, yang dapat dicapai
melalui hubungan antarpersonal yang menyenangkan, terbuka memberi
dorongan, memberi bantuan dan tidak menegangkan atau menakutkan
(Charles, 1980: 23).
Dengan konsep dasar yang demikian, bagaimana strategi
pembelajarannya, mengingat pembelajaran yang dapat diterima oleh setiap
siswa. Termasuk beberapa siswa yang lebih terampil dan lebih cepat
belajar, serta siswa yang lambat belajar. Dengan strategi pembelajaran
tersebut, esensi yang terkandung dalam pembelajaran yang humanistik,
menurut Soemosasmito (1977: 125) sebagai berikut :
1) Melibatkan siswa dalam pembelajaran sebagai pribadi yang unik, dari
sisi jasmaniah, emosional dan mental.
2) Arah pembelajaran tumbuh dari dalam diri siswa.
3) Pembelajaran menghargai adanya perbedaan prilaku siswa dan sikap
siswa.
4) Siswa dirangsang untuk mengevaluasi hasil belajarnya, untuk
menumbuhkan rasa merdeka, krativitas dan percaya diri.
Dengan
pembelajaran
humanistik
(mempertimbangkan
kemandirian siswa) yaitu membantu siswa untuk memahami materi secara
mandiri dengan mendidik siswa untuk mengenal aspek afektif sehingga
siswa dapat tumbuh menjadi pribadi yang utuh, dapat memahami diri
sendiri
dan
orang
lain
dan
lingkungannya.
7
dapat
menjalin
hubungan
dengan
d. Pandangan Humanistik Tentang Hakikat Siswa
Para ahli humanistik memiliki kepercayaan yang mendalam bahwa
siswa memiliki potensi untuk berkembang secara positif dan konstruktif
apabila tercipta suasana yang menghormati dan mempercayainya. Dengan
demikian, teori humanistik berpandangan positif terhdap siswa dan
mempercayainya. Siswa dipandang sebagai individu yang memiliki akal
dan mampu mengarahkan diri dan hidupnya secara produktif dan efektif
(Corey, 1986: 18).
Pandangan yang positif tentang sifat dasar dan hakikat siswa itu
mengandung implikasi yang signifikan dalam pembelajaran. Adanya
kepercayaan
bahwa
siswa
memiliki
potensi
untuk
berkembang
menyebabkan guru memberi kebebasan dan tanggungjawab kepada
mereka untuk belajar. Oleh karena itu, guru bukanlah sebagai orang yang
paling tahu dan siswa bersikap pasif terhadap yang dikatakan gurunya,
melainkan guru berfungsi sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Sebagai
fasilitator, guru berperan sebagai helper (penolong) siswa untuk
memahami dan mengekspresikan emosi dan perasaannya (Richmond, dkk,
dalam Nirvana Herman, 2000: 139).
Melihat siswa dari sisi positif berarti bahwa guru berfokus pada
segi konstruktif sifat dasar dan potensi yang dimilikinya, terutama pada
cara siswa bertindak dalam dunianya yang juga dihuni orang lain, pada
upaya mereka bergerak maju kearah yang konstruktif, dan pada cara
mereka mengatasi kendala yang ditemui dalam belajar. Dengan demikian
mereka diharapkan tidak pernah sampai pada keadaan statis, yaitu mereka
menunggu diaktualisasikan, melainkan tiada henti-hentinya terlibat dalam
suatu proses mengaktualisasikan diri (Corey, dalam Nirwana, H, 2000:
139).
Teori humanistik hanya sedikit menaruh simpati pada sistem yang
didasarkan atau suatu asumsi bahwa individu tidak dapat dipercaya
sehingga ia perlu diberi arahan, motivasi, instruksi, hukuman, kontrol dan
pengolahan oleh orang lain dan kedudukannya superior dan sangat tinggi.
Sebaliknya tiga atribut yang perlu dimiliki guru dalam pembelajaran
8
adalah tidak berpura-pura, peduli dan berempati kepada siswa. Oleh
karena itu tugas guru terbatas pada menciptakan kondisi yang
memungkinkan siswa mengaktualisasikan diri. Guru adalah fasilitator
yang memberi kemudahan dan sebagai salah satu sumber belajar siswanya
sehingga mereka dapat belajar secara mandiri (Sastrawijaya, 1998: 38).
e. Kurikulum yang Humanistik
Ciri-ciri kurikulum yang humanistik, tujuan belajar siswa
dilandasai atas kebutuhan individu dalam mencapai kepribadian seseorang
seperti yang tertera dalam Depdikbud tahun 1982/1983 yang menjelaskan :
Menurut pandangan humanistik kurikulum hendaknya merupakan
sesuatu yang dapat menunjang tercapainya kepuasan pribadi bagi
setiap individu. Para penganut humanistik, melihat kurikulum
sebagai suatu proses yang dapat menemukan dan memenuhi
kebutuhan individual untuk mencapai integritas perkembangan
kepribadian dalam menuju aktualisasi diri.
Lebih rinci Nana S. (1988: 96-98) mengemukakan karakteristik
kurikulum yang humanistik sebagai berikut :
Kurikulum humanistik mempunyai beberapa karakteristik,
berkenaan dengan fungsi, tujuan, metode dan evaluasi. Menurut
para humanis, kurikulum berfungsi menyediakan pengalaman yang
berharga bagi setiap murid yang akan membantu memperlancar
perkembangan pribadi murid. Tujuan pendidikan adalah proses
perkembangan pribadi yang dinamis yang diarahkan kepada
pertumbuhan, integritas dan otonomi kepribadian, sikap yang sehat
terhadap diri sendiri, orang lain dan pelajar. Ini semua merupakan
bagian cita-cita perkembangan manusia yang teraktualiasi (sel
actualizing person) menekankan integritas, yaitu kesatuan perilaku
bukan saja yang bersifat intelektual tetapi juga emosional dan
tindakan. Kurikulum harus mampu memberi pengalaman yang
menyeluruh, bukan pengalaman yang terpenggal-penggal. Dalam
kurikulum humanistik berbeda dengan yang biasa. Mereka lebih
mengutamakan proses daripada hasil.
Dari karakteristik kurikulum yang humanistik, apabila benar-benar
dilaksanakan, siswa akan dapat mengembangkan segala potensi yang
dimilikinya. Idealnya apabila kurikulum tersebut diterapkan harus
9
ditunjang dengan sarana dan prasarana serta kualitas guru yang benarbenar dapat dijadikan sumber bagi siswa.
Kondisi pembelajaran siswa dalam mata pelajaran Pendidikan
jasmani dan olahraga seperti yang telah dikemukakan dan dihubungkan
dengan aliran Humanistik serta karakteristiknya dengan pendekatan dalam
melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi
fenomena yang perlu diperhatikan oleh guru, dan sekaligus sebagai guru
yang sudah bersumpah untuk menjadi abdi negara, serta dengan perannya.
seperti yang dikemukakan oleh Syamsudin, Abin (1986: 3), yaitu
Konservator (pemelihara), Inovator (pengembang), transmitor (penerus),
organisator (penyelenggara) sistem nilai agar tercapainya proses educatif
yang dapat dipertanggungjawabkan baik secara formal maupun moral.
f. Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga yang Humanis
Pembelajaran siswa yang manusiawi, bermula dari cita-cita
kurikulum yang manusiawi dengan memperhatikan kepentingan siswa
(student centered) yaitu tujuan belajar siswa dilandasi oleh kebutuhan
individu dalam mencapai integritas kepribadiannya. Menurut pandangan
humanistik, kurikulum hendaknya merupakan sesuatu yang dapat
menunjang tercapainya kepuasan pribadi bagi setiap individu (Depdikbud,
1982/1983). Para penganut humanistik melihat kurikulum sebagai suatu
proses yang dapat menemukan dan memenuhi kebutuhan individual untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
4. Simpulan dan Saran
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, dapat diambil simpulan
sebagai berikut :
a. Simpulan
1. Setelah keluarnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
tantang sistem pendidikan nasional, dari pendidikan jasmani menjadi
pendidikan jasmani dan olahraga, maka guru pendidikan jasmani dan olahraga
dapat meningkatkan keterampilan melalui proses pembelajaran yang
10
berkembang, berkelanjutan, sehingga berdampak pada pengembangan
perilaku siswa.
2. Setelah mempelajari perkembangan konsep pendidikan jasmani dan olahraga,
guru pendidikan jasmani dan olahraga hendaknya dapat membelajarkan siswa
yang sesuai dengan konsep dan tujuan terwujudnya sehat seutuhnya dalam
mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga.
3. Setelah mempelajari pendidikan jasmani dan olahraga yang humanistik para
guru pendidikan jasmani dan olahraga hendaknya dalam membelajarkan siswa
selalu memperhatikan dan merangsang siswa sehingga arah pembelajaran
tumbuh dalam diri siswa itu sendiri.
4. Pendekatan humanisme merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang
dapat digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga.
b. Saran
Diharapkan guru pendidikan jasmani dan olahraga dalam membelajarkan
pendidikan jasmani dan olahraga jangan menggunakan satu pendekatan saja,
melainkan menggunakan beberapa pendekatan, salah satunya pendekatan
humanistik yang sangat sesuai dengan karakteristik pembelajaran tersebut.
Diharapkan artikel ini dapat memberi masukan kepada guru pendidikan
jasmani dan olahraga tentang teori-teori peningkatan keterampilan guru dalam
membelajarkan siswa melalui mata pelajaran pendidikan jasmani dan olahraga
yang humanistik.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ateng, A.K. 2000. Keterkaitan Pendidikan Jasmani Dengan Prestasi Olahraga.
Makalah Seminar Keolahragaan PON 2000. Batu Malang.
Corey, G, 1986. Theory and Practice of Conseling and Phycthotherapy.
California: Book/ Cole Publishing Company.
Charles, CM. 1980. Individualizing Instruction (2nd ed). St. Louis, Missouri:
Mosby Co.
Djawa, Bernard. 2005. Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar, Surabaya. Unesa
University Press
Mutohir, T.C. dan Lutan, R. (1996-1997). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.
Bagian Proyek Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Dirjen
Dikti Depdikbud.
Mutohir, T.C. 2000. Seminar Ilmiah Keolahragaan PON XV. Batu – Malang.
Nana, S., 1988. Asas-asas Kurikulum. Edisi Ketiga Bumi Aksara: Jakarta.
Nirwana, Herman. 2000. Aplikasi Teori Humanistik dalam Interaksi Guru-Siswa
di Kelas. Ilmu Pendidikan Jurnal Filsafat, teori dan Praktek Kependidikan
Th. 27 Nomor 2 Juli 2000. Universitas Negeri Malang.
Nixon, John E, and Jewett, Ann E, 1980. An Introduction to Physical Education.
Sounders College, Philadelphia.
Robert, Tb. (Ed.). 1975. Four Psychologies Aplied to Education. New Yorl: John
Wiley And Sons.
Soemosasmito, S, 1997. penelitian Tindakan Suverpisi Kelompok Bagi Praktikan
Program Pengalaman Lapangan (PPL) Pendidikan Jasmani. Desertasi,
Malang. Program Pascasarjana IKIP Malang.
Syamsudin, Abin. 1986-1987. pedoman Studi Psikologi Pendidikan. Komponen
Mata Kuliah Dasar Keguruan (MKDK). IKIP Bandung.
Tilman, Kenneth G, Voltmeter Edwart F, Esslinger, Arthur A, Mc. Cue. Foster
Betty, 1995. The Administration of Physical Education Sport and Leisure
Programs, Allyn and Bacon : Massachussetts.
Undang-undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003. Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Wuest, D.A. and Bucher, C.A (1995). Foundation of Physical Education ang
Sports. Twelfth Edition. Mosby-Year book, Inc.
12
Download