BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan Diabetes Mellitus a. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia guna menjaga eksistensi hidupnya dan mengembangkan peradaban ke arah yang lebih baik. Pengertian pengetahuan menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut: 1) Menurut Notoatmodjo seorang peneliti kesehatan. Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu manusia yang sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan sebagainya. Pengetahuan mempunyai sasaran yang tertentu, mempunyai metode atau pendekatan untuk mengkaji objek tersebut sehingga memperoleh hasil yang dapat disusun secara sistematis dan diakui secara universal (Notoatmodjo, 2005). 2) Menurut Poerwadarminta seorang ahli bahasa. Pengetahuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan suatu hal (Poerwadarminta, 2006). 3) Menurut Soekanto seorang sosiolog. Pengetahuan merupakan kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya, yang berbeda sekali 99 Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014 10 dengan kepercayaan, takhayul, dan penerangan-penerangan yang keliru (Soekanto, 2003). b. Tingkatan Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2005) ada 6 tingkat pengetahuan yang dicapai dalam domain kognitif yaitu: 1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang, tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan. menyatakan dan sebagainya. 2) Memahami (Comprehention) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3) Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenamya, Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014 11 aplikasi ini diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunaan hukumhukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4) Analisis (Analysys) Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan seperti sebagainya. Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya. 5) Sintesa (Syntesis) Adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang, baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada misalnya dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014 12 dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responder kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat kita lithat sesuai dengan tingkatan-tingkatan diatas. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo (2005), adalah : 1) Tingkat pendidikan Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat. 2) Informasi Seseorang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Informasi ini dapat diperoleh dari beberapa sumber antara lain TV, radio, koran, seminar, pelatihan, bidan, puskesmas, majalah. 3) Budaya Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap dan kebudayaan 4) Pengalaman Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami seseorang tentang sesuatu. Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014 13 d. Pengukuran pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2005). Arikunto (2006) menjelaskan tentang hasil pengukuran yang diperoleh dari angket sebagai berikut. 1) Baik, jika persentase jawaban : > 75 % 2) Cukup, jika persentase jawaban : 55 % - 75% 3) Kurang, jika persentase jawaban : <55 % 2. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dan perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2003). Menurut Notoatmodjo (2003) yang mengutip pendapat Allport (1954), bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok, yaitu: a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave). Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014 14 Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut: a. Sikap seseorang tidak dibawa sejak lahir, tetapi harus dipelajari selama perkembangan hidupnya. b. Sikap itu tidak semata berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan dengan suatu objek. Pada umumnya sikap tidak berkenaan dengan satu objek saja, melainkan juga dapat berkenaan dengan deretan-deretan objek yang serupa. c. Sikap pada umumnya mempunyai segi-segi motivasi dan emosi sedangkan kecakapan dan pengetahuan hal ini tidak ada (Ahmadi, 2002). 3. Praktek Praktek atau tindakan akan terjadi setelah seseorang mengetahui stimulus, kemudian mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahui dan proses selanjutnya diharapkan akan melaksanakan apa yang diketahuinya Suatu sikap belum terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap pada suatu tindakan yang konsisten diperlukan faktor pendukung yaitu suatu kondisi yang memungkinkan (Notoatmodjo, 2005). Tindakan mempunyai beberapa tingkatan, yaitu: a. Persepsi adalah mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktek tingkat pertama. b. Respon terpimpin adalah dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai. Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014 15 c. Mekanisme, apabila seseorang lebih bisa melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan suatu kebiasaan. d. Adopsi adalah suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik. 4. Perilaku a. Pengertian Perilaku Menurut Katz (dalam Notoatmodjo, 2005), perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu. Seseorang dapat berperilaku baik terhadap obyek demi pemenuhan kebutuhan. Perilaku adalah respon seseorang terhadap rangsang dari luar subyek dan memiliki dua macam bentuk respon yaitu bentuk aktif dan bentuk pasif. Bentuk aktif adalah respon yang secara langsung dapat diobservasi, perilaku ini sudah termasuk tindakan nyata (overt behavior). Bentuk pasif terjadi dalam diri manusia dan tidak diamati secara lansung oleh orang lain, seperti pikiran, tanggapan, sikap batin dan pengetahuan. Perilaku semacam ini masih terselubung (covert behavior) (Suliha, 2002). Perilaku terjadi karena adanya dorongan dari dalam yang merupakan suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan (Purwanto, 2002). Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan (Sarwono, 2004). Perilaku manusia secara operasional dapat dikelompokkan menjadi tiga macam Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014 16 yaitu perilaku dalam bentuk pengetahuan, sikap dan bentuk tindakan nyata atau perbuatan (Suliha, 2002). b. Proses Pembentukan Perilaku Penelitian Rogers (Notoatmodjo, 2005) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni : 1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek). 2) Interest, dimana orang mulai tertarik kepada stimulus atau obyek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul. 3) Evaluation (menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4) Trial, dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru. 5) Adoption di mana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2005). Tindakan akan terjadi setelah seseorang mengetahui stimulus, kemudian mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahui dan proses selanjutnya diharapkan akan melaksanakan apa yang diketahuinya. Suatu sikap belum terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap pada suatu tindakan yang konsisten diperlukan faktor pendukung yaitu suatu kondisi yang memungkinkan (Notoatmodjo, 2005). Tindakan mempunyai beberapa tingkatan, yaitu: Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014 17 1) Persepsi adalah mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktek tingkat pertama. 2) Respon terpimpin adalah dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai. 3) Mekanisme, apabila seseorang lebih bisa melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan suatu kebiasaan. 4) Adopsi adalah suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik (Notoatmodjo, 2005). c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Perilaku dipengaruhi manusia oleh dalam beberapa memenuhi faktor. Menurut kebutuhan L. Green hidupnya (dalam Notoatmodjo, 2003) perilaku seseorang atau masyarakat dalam kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (nonbehavior causes). Perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yaitu: 1) Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, tradisi, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, pendidikan, dan sebagainya. 2) Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau, Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014 18 sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya. 3) Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. 5. Diabetes Mellitus a. Pengertian Diabetes Melitus Diabetes mellitus dan penyakit lain yang dikenal sebagai noncommunicable disease mulai menonjol sebagai salah satu sebab morbiditas dan mortalitas di negara-negara yang sedang berkembang. Penyakit-penyakit tersebut dapat menimbulkan suatu beban bagi pelayanan kesehatan dan perekonomian negara tersebut pada saat sekarang dan dikemudian hari, baik secara lngsung maupun tidak langsung (Sukaton, 1987). Sejak deskripsi yang pertama, istilah diabetes dipergunakan untuk menggambarkan adanya kencing yang terasa manis yang merupakan tanda khas penyakit. Perkembangan ilmu kedokteran makin meningkat dalam berbagai aspek, yaitu etiologi, patogenesis, diagnosis pengobatan, dan upaya pencegahan (Darmono, 1996). Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik (kebanyakan herediter) sebagai akibat dari kurangnya efektif insulin (ada Diabetes Mellitus Tipe 2 ) atau insulin absolute (pada Diabetes Mellitus Tipe 1) di Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014 19 dalam tubuh, dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan gejala klinik acut (poliuria, polidipsia, penurunan berat badan ) dan gejala kronik atau kadang-kadang tanpa gejala, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat dan sekunder pada metabolisme lemak dan protein (Tjokroprawiro, 1999). Diabetes adalah suatu penyakit dimana metabolisme glukosa tidak normal, suatu resiko komplikasi spesifik perkembangan mikrovaskular dan ditandai dengan adanya peningkatan komplikasi perkembangan makrovaskuler. Secara umum, ketiga elemen diatas telah digunakan untuk mencoba menemukan diagnosis atau penyembuhan diabetes (Mogensen, 2007). b. Klasifikasi Diabetes mellitus Menurut Tjokroprawiro (1999) bahwa, klasifikasi Diabetes Mellitus sebagai berikut : 1) Diabetes Mellitus Tipe 1 5% - 10% penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah. Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun. 2) Diabetes Mellitus Tipe 2 Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014 20 insulin (resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olah raga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas. Klasifikasi penyakit diabetes mellitus menurut Perkeni 2006 yaitu: 1) Diabetes mellitus tipe 1 Defisiensi insulin absolute akibat destruksi sel beta, penyebabnya adalah autoimun dan idiopatik. 2) Diabetes mellitus tipe 2 Defisiensi insulin relative yang terdiri dari: a) Defek sekresi insulin lebih dominan daripada resistensi insulin. b) Resistensi insulin lebih dominan dari defek sekresi insulin. 3) Diabetes mellitus tipe lain, yaitu: a) Defek genetik fungsi sel beta. b) Defek genetic kerja insulin. c) Penyakit eksokrin pancreas. d) Endokrinopati. e) Karena obat atau zat kimia. f) Infeksi. g) Imunologi (jarang). Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014 21 h) Sindroma genetik lain. 4) Diabetes mellitus Kehamilan (Gestasional) (Depkes RI, 2008). c. Patofisiologi Diabetes Mellitus Sebagian besar gambaran patologik dari Diabetes Mellitus dapat dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut: 1) Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh yang mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200 mg/dl. 2) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah. 3) Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh. Seperti suara mesin, badan memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel yang rusak. Di samping itu badan juga memerlukan energi supaya sel badan dapat berfungsi dengan baik. Energi pada mesin berasal dari bahan bakar yaitu bensin. Pada manusia bahan bakar itu berasal dari bahan makanan yang kita makan sehari-hari, yang terdiri dari karbohidrat (gula dan tepung-tepungan), protein (asam amino) dan lemak (asam lemak) (Waspadji, dkk, 2002). d. Faktor-faktor resiko tinggi untuk Diabetes Mellitus Menurut Tjokroprawiro (1999) faktor resiko tinggi untuk Diabetes Mellitus adalah : kelompok usia dewasa tua ( > 45 tahun ), Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014 22 kegemukan, tekanan darah tinggi ( > 140 / 90 mmHg ), riwayat keluarga Diabetes Mellitus, riwayat kehamilan dengan berat badan lahir bayi > 4000 gram, riwayat Diabetes Mellitus pada kehamilan, dislipidemia (HDL < 35 mg/dl dan atau trigliserida > 250 mg/dl ) dan pernah TGT atau Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT). Menurut Depkes RI (2008) faktor risiko diabetes mellitus dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: 1) Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi. a) Riwayat keluarga dengan diabetes mellitus. b) Umur, risiko untuk menderita prediabetes meningkat seiring meningkatnya usia. c) Riwayat pernah menderita diabetes gestasional. d) Riwayat berat badan lahir dengan berat badan rendah, kurang dari 2500 gram. 2) Faktor risiko yang dapat dimodifikasi a) Berat badan lebih (BB > 120% BB idama atau IMT > 23 kg/m2) dan Ratio lingkar pinggang pinggul untuk laki-laki 0,9 dan perempuan 0,8 lingkar pinggang pria sama dengan wanita 90 cm. b) Kurang aktifitas fisik. c) Hipertensi, tekanan darah di atas 140/90 mmHg. d) Dislipidemia, kadar lipid (kolesterol HDL = 35 mg/dl dan atau trigliserida ≥ 250 mg/dl). e) Memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler. Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014 23 f) Diet tidak sehat, dengan tinggi gula dan rendah serat. e. Gejala klinik Diabetes mellitus Diagnostik gejala diabetes mellitus dapat dibedakan menjadi 2, yaitu keluhan klasik dan keluhan lainnya. 1) Keluhan klasik Sering kencing, cepat lapar, sering haus, berat badan menurut cepat tanpa sebab yang jelas. 2) Keluhan lainnya Kesemutan, gatal di daerah kelamin, keputihan, infeksi sulit sembuh, bisul yang hilang timbul, penglihatan kabur, cepat lelah, dan mudah mengantuk (Depkes RI, 2008). Gejala klinik Diabetes Mellitus adalah: “Trias Sindrome Diabetic Acut” yaitu Polidipsi, polipagi dan poliuri. Gejala kronis yang sering timbul adalah lemah badan, kesemutan, penurunan kemampuan seksual, gangguan penglihatan, kaku otot, kaku sendi, dan lain-lain (Tjokroprawiro, 1999). Gejala diabetes tipe I muncul secara tiba-tiba pada saat usia anak-anak sebagai akibat dari kelainan genetika, sehingga tubuh tidak memproduksi insulin dengan baik. Gejala-gejalanya antara lain adalah: sering buang air kecil, terus-menerus lapar dan haus, berat badan menurun, kelelahan, penglihatan kabur, Infeksi pada kulit yang berulang, meningkatnya kadar gula dalam darah dan air seni dan cenderung terjadi pada mereka yang berusia di bawah 20 tahun. Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014 24 Sedangkan gejala diabetes tipe II muncul secara perlahan-lahan sampai menjadi gangguan yang jelas, dan pada tahap permulaannya seperti gejala diabetes tipe I, yaitu : cepat lelah, kehilangan tenaga dan merasa tidak fit, sering buang air kecil, terus menerus lapar dan haus, kelelahan yang berkepanjangan dan tidak ada penyebabnya, mudah sakit yang berkepanjangan, biasanya terjadi pada mereka yang berusia di atas 40 tahun, tetapi prevalensinya kini semakin tinggi pada golongan anakanak dan remaja. Gejala-gejala tersebut sering terabaikan karena dianggap sebagai keletihan akibat kerja. Gejala lain yang biasanya muncul adalah: penglihatan kabur, luka yang lama sembuh, Kaki terasa kebas, geli, atau merasa terbakar, infeksi jamur pada saluran reproduksi wanita dan impotensi pada pria (Tjokroprawiro, 1999). Diabetes Tipe II biasanya terjadi pada mereka yang berusia diatas 40, tetapi prevalensinya makin tinggi pada golongan anak-anak dan remaja. Riset juga menemukan bahwa kebanyakan orang yang mengalami gejala pre-diabetes, yaitu suatu kondisi yang merupakan pendahuluan dari munculnya diabetes tipe II, tidak menyadari bahwa ia sedang diincar oleh diabetes yang berbahaya. Walaupun gejalanya tidak muncul, tetapi dari pemeriksaan gula darah menunjukan bahwa kadar gula darah puasa berada di atas normal, meskipun belum cukup tinggi untuk dikategorikan sebagai kasus diabetes. Tetapi kasus pre-diabetes itu sendiri dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular sampai 50% (Tjokroprawiro, 1999). Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014 25 f. Penatalaksanaan Penatalaksanaan dasar terapi Diabetes Mellitus “Pentalogi Terapi Diabetes Mellitus” menurut Tjokroprawiro, A (1999) sebagai berikut: diet dan mengatur pola makan, latihan fisik (olah raga), pengontrolan kadar gula darah, obat hipoglikemia ( OHO dan Insulin ) contoh : glibenclamid, daonil, regular insulin dan cangkok pancreas. Sedangkan menurut Nurhasan (2002) penyakit diabetes mellitus dapat dikendalikan tanpa obat dan menjalani terapi berupa: pengaturan makan yang baik, tidak boleh makan gula atau makanan bergula, mengkonsumsi makanan dengan kadar tinggi protein misalnya: daging tanpa lemak, telur, ikan, sayur hijau dan harus menjauhi makanan dengan kandungan tinggi karbohidrat serta melakukan latihan fisik (olah raga secara teratur). 6. Pendidikan Kesehatan Diet Diabetes Mellitus a. Pengertian Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Sedang dalam keperawatan, pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai perawat pendidik (Notoatmodjo, 2003). Pendidikan kesehatan identik dengan penyuluhan kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014 26 dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bias melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan (Azwar, 1996). Secara meningkatkan umum, tujuan kemampuan dari pendidikan masyarakat untuk kesehatan ialah memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial. Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi, antara lain: dimensi aspek kesehatan, dimensi tatanan atau tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan,dan dimensi tingkat pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2003). b. Diet Diabetes Mellitus 1) Pengertian Diet Diabetes Mellitus Pendidikan kesehatan bagi pasien diabetes dapat dilakukan dengan memberikan materi diet diabetes mellitus. Diet merupakan salah satu terapi yang harus dilaksanakan oleh pasien diabetes mellitus. Menurut Smeltzer dan Bare (2002), tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014 27 terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Diet adalah jumlah makanan yang dikonsumsi oleh seseorang atau organisme tertentu. Diet adalah pengaturan pola, jumlah dan atau cara tertentu. Karena penting bagi pasien untuk pemeliharaan pola makan yang teratur, maka penatalaksanaan dapat dilakukan dengan perencanaan makanan (diet) (Waspadji, dkk, 2002). Kepatuhan jangka panjang terhadap perencanaan makan merupakan salah satu aspek yang paling menimbulkan tantangan dalam penatalaksanaan diabetes. Bagi pasien obesitas, tindakan membatasi kalori yang moderat mungkin lebih realistis. Bagi pasien yang berat badannya sudah turun, upaya mempertahankan berat badan sering lebih sulit dikerjakan. Untuk membantu pasien ini dalam mengikutsertakan kebiasaan diet yang baru dalam terapi perilaku, dukungan kelompok dan penyuluhan gizi yang berkelanjutan sangat dianjurkan. Bagi semua penderita diabetes, perencanaan makan harus mempertimbangkan pula kegemaran pasien terhadap makanan tertentu, gaya hidup, jam-jam makan yang biasa diikutinya dan latar belakang etnik serta budayanya. Bagi pasien yang mendapatkan terapi intensif, penentuan jam makan dan banyaknya makanan mungkin lebih fleksibel dengan cara mengatur perubahan kebiasaan makan serta latihan (Smelzer & Bare 2001). Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014 28 2) Tujuan Diet Diabetes Mellitus Tujuan perencanaan makanan dan dalam pengelolaan diabetes adalah sebagai berikut : a) Mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid dalam batas-batas normal b) Menjamin nutrisi yang optimal untuk pertumbuhan anak dan remaja, ibu hamil dan janinnya c) Mencapai dan mempertahankan berat badan idaman (Waspadji, dkk, 2002). Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diarahkan untuk mencapai tujuan berikut ini: a) Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin dan mineral). b) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai. c) Memenuhi kebutuhan energi. d) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis e) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat (Smeltzer & Bare 2002). Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014 29 3) Jenis Diet Diabetes Mellitus Pengelolaan makanan pada DM adalah untuk membantu diabetisi memperbaiki kebiasaan gizi untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik, yaitu ditujukan pada pengendalian glukosa, lipid, dan tekanan darah. Dalam melakukan perencanaan makanan yang penting adalah kebutuhan kalori dengan prinsip tidak ada diet khusus diabetes dan tidak ada bahan makanan yang tidak boleh dikonsumsi (Depkes RI, 2008). Tjokroprawiro (1999) menggolongkan dua jenis diet DM yaitu diet A dan diet B sebagai berikut: Tabel 2.1 Jenis Diet DM Menurut Tjokroprawiro (1999) Diet A (All DM) Diet B (NIDDM) 40-50 % karbohidrat 68 % karbohidrat 30-35 % lemak 20 % lemak 20-25 % protein 12 % protein Almatsier (2009) membagi jenis diet bagi pasien DM sebagai berikut: Tabel 2.2 Jenis Diet DM Menurut Almatsier (2009) Jenis diet I II III IV V VI VII VIII Energi kkal 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500 Protein g 43 45 51,5 55,5 60 62 73 80 Lemak g 30 35 36,5 36,5 48 53 59 62 Karbohidrat g 172 192 235 275 299 319 369 396 Keterangan : a) Jenis diet I s/d III diberikan kepada penderita yang gemuk. Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014 30 b) Jenis diet IV s/d V diberikan kepada penderita diabetes normal tanpa komplikasi. c) Jenis diet VI s/d VIII diberikan kepada penderita kurus, diabetes remaja (juvenile diabetes) atau diabetes dengan komplikasi. 4) Syarat-syarat Diet Diabetes Mellitus Menurut Almatsier (2009), syarat-syarat diet diabetes mellitus adalah sebagai berikut: a) Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal. Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan untuk metabolisme basal sebesar 25-30 kkal/kg BB normal, ditambah kebutuhan untuk aktivitas fisik dan keadaan khusus. Makanan dibagi dalam tiga porsi besar, yaitu makan pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%), serta 2-3 porsi kecil untuk makanan selingan. b) Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total. Protein dapat diperoleh dari berbagai macam sereal (roti, sereal, nasi, pasta, tepung terigu) atau yang berasal dari hewani (daging, ikan, telur, dan hasil peternakan). Protein hewani relatif cenderung kaya akan lemak dan kalori serta tidak mengandung karbohidrat, sehingga hal ini perlu diperhitungkan saat merencanakan makan. c) Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam bentuk < 10% dari kebutuhan energi total berasal dari Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014 31 lemak jenuh, 10% dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan sisanya dari lemak tidak jenuh tunggal. Asupan kolesterol makanan dibatasi, yaitu ≤ 300 mg hari. Lemak jenuh (hewani) antara lain terdapat dalam daging berlemak, susu full cream, mentega, dan lemak babi. Jenis makanan tersebut dapat menyebabkan masalah dalam sirkulasi darah. Sangat penting mengkonsumsi jenis makanan tersebut bagi setiap orang. Lemak tak jenuh agak lebih baik dibandingkan lemak jenuh, yang terdapat dalam dua bentuk, yakni Lemak tak jenuh ganda, ditemukan dalam beberapa produk, seperti minyak bunga matahari, minyak sayuran murni, minyak jagung, dan margarin bunga matahari, dan lemak tak jenuh tunggal, antara lain ditemukan dalam minyak zaitun dan minyak lokal. Jenis lemak ini dapat dipakai sebagai pengganti lemak jenuh maupun lemak tak jenuh. d) Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total, yaitu 60-70%. Contohnya adalah roti, kentang, pasta, nasi, sereal, dan buah. Kandungan gula makanan tersebut sangat rendah dan merupakan sumber energi yang baik. Karena itu pilihlah makanan tersebut sebagai menu harian. e) Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar glukosa darah sudah terkendali, diperbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai 5% dari kebutuhan energi total. Contohnya adalah Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014 32 gula, permen dan coklat, bolu manis, biskuit manis dan puding, minuman soda. Makanan tersebut harus dihindari karena kadar gula akan masuk ke dalam aliran darah dengan cepat, sehingga dapat menyebabkan kenaikan gula darah secara tiba-tiba. Untuk itu, dapat menggunakan pemanis buatan, seperti sakarin, aspartame, dan acelsufame, ke dalam makanan dan minuman sebagai pengganti gula. Boleh saja memakai sedikit gula dalam adonan bolu, tetapi jangan dalam makan utama. f) Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas. Gula alternatif adalah bahan pemanis selain sukrosa. Ada dua jenis gula alternatif yaitu yang bergizii dan yang tidak bergizi. Gula alternatiff adalah fruktosa, gula alkohol berupa sorbitol, manitol dan silitol, sedangkan gula alternatif tak bergizi berupa aspartam dan sakarin. Penggunaann gula alternatif hendaknya dalam jumlah terbatas. Fruktosa dalam jumlah 20% dari kebutuhan energi total dapat meningkatkan kolesterol dan LDL. g) Asupan serat dianjurkan 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut air yang terdapat di dalam sayur dan buah. Menu seimbang rata-rata memenuhi kebutuhan serat sehari. Maksud penambahan isi serat dalam makanan tidak berarti makan nasi dan yang lainnya, melainkan harus mengkonsumsi 30 gram serat setiap harinya. Sangat penting untuk membuat usus bekerja baik. Beberapa jenis serat yang dapat larut dapat membantu mengontrol kadar darah Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014 33 agar normal dan menjaga tingkat kolesterol darah agar turun. Makanan, seperti buncis matang, bubur kacang hijau, bubur gandum, sereal gandum lainnya, maupun kue gandum semuanya kaya akan serat dapat larut. Sedangkan sereal berkadar serat tinggi, roti, sayuran dan buah-buahan tanpa kulit, pasta, tepung terigu, dan beras merupakan makanan dengan serat yang tak dapat larut. h) Asupan Garam. Pasien diabetes mellitus dengan tekanan normal diperbolehkan mengkonsumsi natrium dalam bentuk garam dapur, yaitu 3000 mg/hari. Apabila mengalami hipertensi, asupan garam harus dikurangi. Terlalu banyak garam tidak bagi bagi siapa pun dan dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Cobalah untuk memakai hanya sedikit garam saat memasak dan jangan tambahkan sedikit pun saat makan. Berbagai bumbu, rempah-rempah, dan lada dapat digunakan secukupnya untuk menambah rasa dalam makanan. i) Cukup vitamin dan mineral. Apabila asupan dari makanan cukup, penambahan vitamin dan mineral dalam bentuk suplemen tidak diperlukan. Bila makan-makanan yang seimbang, maka tidak memerlukan tambahan vitamin atau mineral. Sebagian ahli berpendapat bahwa kekurangan elemen, seperti khromium dan selenium berperan dalam serangan komplikasi diabetes. Namun, tidak ada cara untuk mengukur jumlah dalam makanan maupun kadar yang diperlukan tubuh. Tampaknya sangat baik bila makan Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014 34 makanan yang bervariasi untuk menjamin kecukupan vitamin dan mineral serta gizi lainnya. 5) Pengaturan Diet Diabetes Mellitus Pengaturan diet diabetes mellitus, perlu mengetahui kebutuhan kalori sehari. Selain membantu dalam kebutuhan kalori, ahli gizi / diet juga menyarankan variasi makanan sesuai dengan daftar bahan makanan penukar. Porsi makanan hendaknya tersebar sepanjang hari, yaitu makan pagi, makan siang, dan makan malam serta kudapan di antara waktu makan. Menurut Almatsier (2009), jumlah dan jenis makanan yang dianjurkan makan 3 kali sehari yang terdiri dari komposisi yang berimbang. Tabel 2.3 Contoh menu diet diebetes mellitus (kkal) Waktu Pagi Pukul 10.00 Siang Pukul 16.00 Malam Bahan Makanan Nasi Telur ayam Tempe Sayuran A Minyak Buah Nasi Ikan Tempe Sayuran B Buah Minyak Buah Nasi Ayam tanpa kulit Tahu Sayuran B Buah Minyak Takaran 1 gelas 1 butir 2 ptg sedang 1 sdm Menu Nasi Telur dadar Oseng-oseng tempe Sop oyong + tomat 1 ptg sdg 1 ½ gelas 1 ptg sdg 1 ¼ bh sdh 1 bh 1 ½ gelas 1 bh 1 porsi 1 ptg sdg Pepaya Nasi Pepes ikan Tempe goreng Lalapan kacang + kol Nanas 1 bh bs 1 gelas 1 ptg sdg 1 sdm Pisang Nasi Ayam bakar bb kecap Tahu bacem Sup buncis + wortel Pepaya (Sumber: Almatsier, 2009) Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014 35 7. Media Leaflet Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara (wasaail) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Adapun Gerlach dan Ely (dalam Arsyad, 2004) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Media yang dapat digunakan untuk menyampaikan pengajaran banyak bentuknya, salah satunya adalah leaflet. Leaflet merupakan media cetak yang biasanya berisi himbauan tentang masalah tertentu, biasanya yang berhubungan dengan kesehatan (Rahadi, 2003). Adapun menurut Rosan (2012) leaflet adalah selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang sesuatu masalah khusus untuk suatu sasaran dengan tujuan tertentu. Leaflet juga diartikan sebagai salah satu media yang menggunakan selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang suatu masalah khusus untuk sasaran yang dapat membaca dan biasanyan di sajikan dalam bentuk lipatan yang dipergunakan untuk penyampaian informasi atau penguat pesan yang disampaikan. Ciri-ciri leaflet adalah sebagai berikut (Rosan, 2012): a. Tulisan terdiri dari 200 ± 400 huruf dengan tulisan cetak biasanya juga diselingi gambar-gambar. b. Isi leaflet harus dapat dibaca sekali pandang. c. Ukuran biasanya 20 ± 30 cm. Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014 36 Media leaflet memiliki kelebihan sebagai berikut (Rosan, 2012): a. Leaflet menarik untuk dilihat. b. Mudah untuk dimengerti. c. Merangsang imajinasi dalam pemahaman isi leaflet. d. Lebih ringkas dalam penyampaian isi informasi. Disamping kelebihan, media leaflet juga memiliki kelemahan, yaitu (Rosan, 2012): a. Salah dalam desain tidak akan menarik pembaca. b. Leaflet hanya untuk dibagikan, tidak bisa di pajang atau ditempel. Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014 37 B. Kerangka Teori Pasien Diabetes Mellitus Pengetahuan Diabetes Mellitus Faktor-faktor yang mempengaruhi: 1) Tingkat pendidikan 2) Informasi 3) Budaya 4) Pengalaman Gambar 1. Kerangka Teori Sumber: Diadopsi dari Tjokroprawiro (1999), Rahadi, (2003) dan Notoatmodjo (2005) C. Kerangka Konsep Pendidikan Kesehatan Tentang Diet Diabetes Mellitus Menggunakan Media Leaflet Pendidikan Kesehatan Pengetahuan Sebelum Peningkatan Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus Pengetahuan Sesudah Gambar 2. Kerangka Konsep Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014 38 D. Hipotesis Hipotesis yang diuji yaitu : Hi : Pendidikan kesehatan tentang diet diabetes mellitus efektif meningkatkan pengetahuan pasien diabetes mellitus di RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Ho : Pendidikan kesehatan tentang diet diabetes mellitus tidak efektif meningkatkan pengetahuan pasien diabetes mellitus di RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Efektivitas Pendidikan Kesehatan..., Dedy Irawan, Fak. Ilmu Kesehatan UMP, 2014