sekitar etika birokrasi di sektor esdm

advertisement
[Type text]
FORUM MANAJEMEN
Vol. 02 No. 1
SEKITAR ETIKA BIROKRASI DI SEKTOR ESDM
Oleh : Ichsan Muchtar, ST, MT *)
ABSTRAK
Etika Birokrasi adalah suatu kegiatan yang tidak hanya disampaiakan dalam diklat
namun yang harus diamalkan oleh Pimpinan dan Pegawai di semua tingkat. Diharapkan
menunjang kualitas, efisiensi dan kompetensi angkatan kepegawaian yang
bersangkutan. Etika itu, apabila sudah menjadi pedoman, mendukung semangat,
kegembiraan dan efektivitas kerja.
Ada beberapa butir pokok (Empat unsur utama) keberhasilan perwujudan etika
birokrasi. Adanya etos kerja yang mutu, yang ditunjang oleh moralitas pribadi
pegawai/karyawan yang bersangkutan,diarahkan oleh kepemimpinan yang memadai,
didukung oleh syarat-syarat sistematik
Kata Kunci : Birokrasi, Efektivitas kerja
Dalam semangat pengabdian kepada
masyarakat bukan untuk menguasai
atau menghisap mereka
Semangat bertanggung jawab atas
hasil kerja
Bersedia mempertanggung-jawabkan
hasil kerja
Bersedia
mendengarkan/
memperhatikan
harapan/tuntutan/
kritik masyarakat dan memperbaiki
diri.
Dorongan
untuk
terus-menerus
meningkatkan
kompetensi
dan
kecakapan
Semangat tidak lari dari kemungkinan
masalah,
melainkan
justru
mengidentifikasikan
masalah
mengambil
langkah
untuk
mengatasinya
sebelum
menjadi
gawat.
Transparasi dalam segala keputusan.
I.
ETOS KERJA
Etika
pelaksanaan
profesi
kepeawaian sebagian besar tergantung
dari adanya sebbuah etos kerja yang
kuat. “Etos” adalah sikap dasar
seseorang dalam melakukan kegiatan
tertentu. Etos kerja akan kelihatan dalam
cara dan semangat orang melakukan
kegiatan itu. Etos itu, apakah kuat atau
lemah, positip atau negatip, akan
kelihatan apabila ia mengalami hambatan
dan tantangan, apabila kegiatan hanya
dapat diteruskan melalui perjuangan.
Etos individu tentu sangat ditentukan oleh
etos kelompok.
Cara
seseorang
menghayati
kegiatannya sangat dipengaruhi oleh
pandangan, harapan dan kebiasaan
kelompoknya. Jadi Etos Kerja adalah
sikap dasar seseorang dan sekelompok
orang dalam melakukan pekerjaan.
Berikut beberapa unsur dalam etos kerja
birokrasi yang memadai.
II.
MORALITAS PRIBADI
Moralitas
pribadi
menyangkut
kualitas moral masing-masing.
Disini yang penting, adalah :
Dedikasi
Kejujuran
Bekerja secara bertanggung jawab
Unsur-unsur penting dalam etos kerja
Dedikasi dalam melakukan tugastugas dengan baik
Taat pada peraturan
72
[Type text]
FORUM MANAJEMEN
Vol. 02 No. 1
Taat pada tuntutan khas etika
birokrasi
Menghormati hak semua pihak yang
bersangkutan (=adil)
Gunnar Myrdal menyebut 11
kemampuan atau keutamaan yang
diharapkan dari seorang pegawai yang
baik : efisiensi, kerajinan, kerapihan,
tepat pada waktunya, kesederhanaan,
kejujuran/tidak korup, keputusan diambil
secara rasional bukan emosional atau
berdasarkan nepotisme/kolusi; bersedia
untuk berubah, kegesitan, mau bekerja
sama bersedia memandang jauh ke
masa depan.
Konsistensi :
Dalam arti Ia sendiri melakukan
jabatannya menurut tuntutan-tuntutan
etos kerja yang diharapkan. Dan ia
menuntut sikap-sikap itu dari pada
bawahannya
secara
tegas
dan
konsukwen.
Transparansi :
Keputusan-keputusan jelas bagi
semua yang bersangkutan.
Menjadi Panutan :
Pemimpin hanya dapat memimpin
apabila ia dapat dicontoh oleh para
bawahannya, Ia harus menjadi panutan
mereka. Yang dituntut dari padanya
adalah integritas pribadi.
Integritas
pribadi,
kebiasaan/banyak atasan secara rutin
berkhotbah dengan sikap-sikap yang
sudah dikritik diatas, tetapi bila atasan itu
jujur, adil, bebas dari pamrih, cakap,
tegas, komunikatif dan bertanggung
jawab.
Sebagai manusia, apa yang
dituntut
dia
dari
bawahannya,
dilaksanakannya sendiri, tidak hanya
dalam waktu satu minggu atau waktu
tertentu saja namun secara terus
menerus.
Kehadirannya
saja
akan
mempengaruhi sikap kerja pegawaipegawainya ke aras positip.
Tauladan atasan seperti itu dapat
memancing sesuatu, yang juga terdapat
dalam lubuk hati pegawai-pegawainya,
yaitu kerinduan untuk menjadi manusia
yang baik, bersih, jujur dan bertanggung
jawab.
Kerinduan mana pernah ditanamkan
dalam
hati
mereka
pada
waktu
kepribadian moral mereka untuk pertama
kali terbentuk. Apabila atasan tersebut
sekali-kali menghimbau agar mereka
bekerja dengan dedikasi, jujur dan rajin,
niscaya himbauan itu akan disambut
dengan baik dan akan berdampak positif.
III.
KEPEMIMPINAN YANG MUTU
Kepemimpinan moral tidak bisa
diberikan melalui wejangan. Wejangan
paling-paling
hanya
menunjang
kepemimpinan yang mutu.
Kepemimpinan yang mutu menurut 5
hal :
Kompetensi
Kemampuan
untuk
memastikan
pelaksanaan tertib kerja
Konsistensi
Transparasi
Menjadi panutan bagi para bawahan
Kompetensi :
Pemimpin betul-betul menguasai
semua urusan bidangnya, tahu baik garis
besar maupun detil-detil. Dia ahli
mengenai pekerjaan yang dipimpin,
seperlunya ia harus mempelajarinya.
Tertib Kerja :
Pemimpin harus bisa memimpin,
menuntut, harus mempunyai wibawa,
sanggup
mengenakan
sanksi,
ia
memastikan
bahwa
aturan
kerja
dilaksanakan. Selalu tanpa kecuali.
Secara konsisten ia harus tegas, ia juga
harus mempunyai ciri-ciri lain seorang
pemimpin. Ia harus dapat menularkan
semangat pada bawahannya. Harus
dapat merangsang motivasi mereka.
73
[Type text]
FORUM MANAJEMEN
Vol. 02 No. 1
IV.
KONDISI-KONDISI SISTEMIK
Ada dua syarat sistemik yang
dapat disebut disini :
Adanya lingkungan kerja yang
mendukung
Lingkungan
kerja
dapat
mendukung atau merusak watak moral
seseorang. Etos kerja hanya dapat
berkembang dalam lingkungan dimana
orang mengalami sikap-sikap moral yang
positip, didukung, dihargai, diharapkan.
Dalam lingkungan positip keinginan
kebanyakan orang untuk hidup dan
bekerja dengan cara yang sesuai dengan
harga diri mereka, diperkuat, dapat
meluas dan semakin meyakinkan.
Sedangkan bila lingkungan ikut
teledor tidak bersemangat, korup, malas,
orang yang berwatak baik pun akan
ketularan. Bagi orang yang berwatak kuat
pun sulit untuk mempertahankan etos
kerjanya dalam lingkungan yang tidak
menunjang. Lama kelamaan dia pun
akan terkena erosi moral (apabila semua
rekan-rekan
saya
menambah
pendapatan mereka dengan cara yang
saya nilai korup, lama kelamaan
resistensi saya terhadap tindak korupsi
akan merosot). Kemerosotan sikap-sikap
moral dalam masyarakat mempunyai
tendensi untuk saling memperkuat.
Makin sering sikap moral terkena
erosi maka semakin banyak orang tidak
lagi terpengaruh olehnya, dan karena
semakin banyak orang tidak menjalankan
sikap-sikap itu, etos kerja nyata semakin
merosot lagi. Tragisnya bila etos sebuah
kelompok sudah merosot, sangat sulit
dikembalikan lagi. Dalam lingkungan
yang korup, orang yang jujur dan
bertanggung
jawab
disini
bukan
tempatnya.
melainkan sekali-sekali juga harus dari
luar.
Dalam rangka ini kontrol oleh
masyarakat pun harus diterima sebagai
sesuatu yang positip.
V.
UNSUR-UNSUR KHUSUS ETIKA
PEMBANGUNAN DI SEKTOR
ESDM
Minimalisasi kerusakan lingkungan
hidup :
o Bukan hanya sebagai lip service,
melainkan secara nyata
o Perhatian pada lingkungan hidup
harus menjadi nilai yang diminati
sendiri
o Perlu mengembangkan kepekaan
terhadap keutuhan lingkungan
hidup dan rasa tanggung jawab
atasnya.
Minimalisasi kerusakan lingkungan
sosial :
Pertambangan jangan merugikan
masyarakat sekitarnya, jangan merusak
lingkungan
kehidupan
mereka.
Banyaknya demo–demo yang menolak
kegiatan pertambangan adalah akibat
dari ketakutan masyarakat yang khawatir
dengan adanya dampak yang ditimbulkan
dari kegiatan pertambangan.
VI.
PENUTUP
1. Moralitas
pribadi
masing-masing
pegawai/karyawan/pimpinan adalah
penting, tetapi perlu ditunjang oleh
etos kerja yang sesuai, kepemimpinan
yang mutu, dan dipastikan melalui
control
2. Semua bunga esok hari ada dalam
benih hari ini. Semua hasil hari esok
ada dalam pikiran hari ini (Aristotoles)
3. Tolok ukur etika hati nurani ”Suatu
perbuatan adalah baik jika dilakukan
dengan hati nurani”.
Kontrol
Harus ada control rutin dan
auditing khusus terhadap pelaksanaan
tugas-tugas, termasuk kepemimpinan.
Kontrol itu tidak cukup dari dalam saja,
74
[Type text]
FORUM MANAJEMEN
Vol. 02 No. 1
4. Kaidah Emas Etika ”Memperlakukan
orang
lain
sebagai
mana
memperlakukan diri sendiri”
5. Kata bijak ” Ketika wajah ini penat
memikirkan dunia maka berwudhulah,
ketika tangan ini letih menggapai cita
cita maka bertakbirlah, ketika pundak
ini tak kuasa memikul amanah maka
bersujudlah, iklaskan semuanya ini
dan mendekatlah kepada Nya, agar
tunduk disaat yang lain angkuh, agar
teguh disaat yang lain runtuh, agar
tegar disaat yang lain terlempar.
*) Penulis adalah Pejabat Widyaiswara Madya di Pusdiklat Migas
75
Download