KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

advertisement
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 517/KMK.04/2000
TENTANG
PENUNJUKAN TEMPAT DAN TATA CARA PEMBAYARAN BEA
PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
Bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 10 ayat (23) dan ayat (3)
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2000, perlu ditetapkan Keputusan Menteri Keuangan tentang
Penunjukan Tempat dan Tata Cara Pembayaran Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan Bangunan;
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan (LN RI Tahun 1983 No. 49, TLN RI No. 3262)
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2000 (LN RI Tahun 2000 No. 126, TLN RI No. 3984);
2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan (LN RI Tahun 1997 No. 44, TLN RI No.
3688) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2000 (LN RI Tahun 2000 No. 130, TLN RI No. 3988);
3. Keputusan Presiden No. 234/M Tahun 2000.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PENUNJUKAN
TEMPAT DAN TATA CARA PEMBAYARAN BEA PEROLEHAN HAK
ATAS TANAH DAN BANGUNAN.
Pasal 1
Dalam Keputusan Menteri keuangan ini, yang dimaksud dengan :
1. Tempat Pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
adalah Kantor Pos dan atau Bank Badan Usaha Milik Negara atau Bank
Badan Usaha Milik Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk
oleh Menteri keuangan untuk menerima pembayaran atau penyetoran
Bea perolehan Hak atas tanah dan Bangunan dari Wajib Pajak dan
memindahbukukan saldo penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan.
2. Bank Operasional V Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
adalah Bank Badan Usaha Milik Negara atau Bank Badan Usaha Milik
Daerah yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima
pemindahbukuan saldo penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan, serta melaksanakan pembagian dan memindahbukukan
saldo penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ke
rekening kas negara dan rekening kas daerah yang berhak.
3. Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah
surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melakukan pembayaran
atau penyetoran Bea Perolehan Hak atas tanah dan Bangunan yang
terutang ke kas negara melalui Tempat Pembayaran Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan dan sekaligus untuk melaporkan data
perolehan hak atas tanah dan bangunan.
Pasal 2
(1) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang terutang dibayar di
Tempat Pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan di
Wilayah Kabupaten/Kota yang meliputi letak tanah dan atau bangunan
dengan menggunakan Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan.
(2) Bentuk Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pajak.
Pasal 3
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang terutang dibayar pada saat
:
a. akta pemindahan hak atas tanah dan atau bangunan ditandatangani oleh
Pejabat Pembuat Akta Tanah;
b. Risalah lelang untuk pembeli ditandatangani oleh Kepala Kantor
Lelang/Pejabat Lelang;
c. Dilakukan pendaftaran hak oleh Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota dalam hal pemberian hak baru dan pemindahan hak
karena pelaksanaan Putusan Hakim atau hibah wasiat atau waris.
Pasal 4
(1) Wewenang penunjukan Tempat Pembayaran dan Bank Operasional V Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dilimpahkan kepada Direktur
Jenderal Anggaran.
(2) Penunjukan Tempat Pembayaran dan Bank Operasional V Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diusulkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
Pasal 5
(1) Saldo Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan pada :
a. Tempat Pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan bangunan
di pindahbukukan ke Bank Operasional V Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan setiap hari Jumat atau hari kerja berikutnya
apabila hari Jumat adalah hari libur;
b. Bank Operasional V Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
dibagi dan di pindahbukukan ke rekening kas negara dan kas daerah
yang berhak setiap hari Rabu atau hari kerja berikutnya apabila hari
Rabu adalah hari libur.
(2) Pelaksanaan pembagian dan pemindahbukuan saldo penerimaan Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan pada akhir tahun anggaran diatur
secara khusus oleh Direktur Jenderal Anggaran.
(3) Tempat pembayaran dan Bank Operasional V Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan yang terlambat atau tidak membagi dan atau
memindahbukukan saldo penerimaan Bea Perolehan Hak atas tanah dan
Bangunan sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 3% (tiga persen) per
bulan dari saldo penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
yang terlambat atau tidak dibagi dan atau tidak di pindahbukukan.
Pasal 6
(1) Direktur Jenderal Anggaran atas nama Menteri keuangan memberikan
peringatan kepada Tempat Pembayaran dan Bank Operasional V Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.
(2) Apabila peringatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) telah diberikan
sampai dengan 3 (tiga) kali dan belum juga diindahkan, Direktur Jenderal
Anggaran atas nama Menteri Keuangan mencabut penunjukan Tempat
Pembayaran dan Bank Operasional V Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan.
Pasal 7
Pengawasan terhadap Tempat Pembayaran dan Bank Operasional V Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan bangunan dilakukan oleh Direktur Jenderal
Pajak, Direktur Jenderal Anggaran dan Gubernur Bank Indonesia sesuai
dengan kewenangan masing-masing.
Pasal 8
Ketentuan yang diperlukan dalam pelaksanaan Keputusan Menteri keuangan
ini diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Pajak dan Direktur Jenderal
anggaran baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri sesuai kewenangan
masing-masing.
Pasal 9
Pada saat Keputusan Menteri Keuangan ini mulai berlaku, Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 631/KMK.04/1997 tentang Penunjukan Tempat
Pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dinyatakan tidak
berlaku.
Pasal 10
Pada saat Keputusan Menteri Keuangan ini mulai berlaku, peraturan
pelaksanaan yang telah ada di bidang tata cara pembayaran Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan, tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan Keputusan Menteri Keuangan ini.
Pasal 11
Keputusan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2001.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Keputusan
Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 14 Desember 2000
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Ttd
PRIJADI PRAPTOSUHARDJO 
Download