pangan fungsional sebagai imunomodulator

advertisement
27/06/2013
SISTEM IMUN
 Berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap benda asing
 Benda asing : mikroorganisme, sel-sel kanker dan jaringan atau organ
yang dicangkokkan
 Strategi dalam menangani benda asing oleh sistem imun : mengenali,
mengerahkan kekuatan dan menyerang
 Sistem imun mempunyai peredaran sendiri yaitu pembuluh getah
bening yang masuk ke setiap organ tubuh kecuali otak
Tujuan Instruksional Khusus :
•Mahasiswa dapat menjelaskan peranan bahan pangan
dalam mengendalikan sistem imun pada tubuh
manusia
 Sistem imun tdd : sel dan zat yang bisa larut
 Sel utama pada sistem imun : sel darah putih yang tdd
makrofag, neutrofil dan limfosit.
 Zat-zat yang bisa larut :molekul-molekul yang tidak
terdapat di dalam sel tetapi larut dalam suatu cairan
(misalnya plasma).
 Zat-zat terlarut yang utama adalah antibodi, protein
komplemen dan sitokinesis.
 Beberapa zat terlarut bertindak sebagai pembawa
pesan (messenger) untuk menarik dan mengaktifkan
sel-sel lainnya.
 Pada pembuluh getah bening terdapat cairan (getah bening) tdd
lemak dan sel darah putih
 Pada sistem imun juga terdapat daerah khusus yaitu kelenjar getah
bening, amandel (tonsil), sumsum tulang, limpa, hati, paru-paru dan
usus; dimana limfosit bisa diambil, diangkut dan disebarkan ke bagian
yang memerlukannya sebagai bagian dari respon kekebalan.
 Makrofag : sel darah putih yang berukuran besar, yang mencerna
mikroba, antigen dan zat-zat lainnya.
 Antigen : setiap zat yang bisa merangsang suatu respon kekebalan 
bakteri, virus, protein, karbohidrat, sel-sel kanker dan racun
 Neutrofil : sel darah putih yang berukuran besar, yang mencerna
mikroba dan antigen lainnya.
memiliki granula yang mengandung enzim untuk
menghancurkan antigen yang ditelan olehnya.
Neutrofil ditemukan di dalam darah
Untuk keluar dari darah dan masuk ke dalam jaringan, neutrofil
memerlukan rangsangan khusus.
Makrofag dan neutrofil seringkali bekerja sama  makrofag memulai
suatu respon kekebalan dan mengirimkan sinyal untuk menarik
neutrofil bergabung dengannya di daerah yang mengalami gangguan.
Jika neutrofil telah tiba, mereka menghancurkan benda asing dengan
cara mencernanya.
Penimbunan neutrofil serta pemusnahan dan pencernaan mikroba
menyebabkan pembentukan nanah
 Neutrofil





1
27/06/2013
 Limfosit : sel utama pada sistem getah bening, memiliki
ukuran yang relatif lebih kecil daripada makrofag dan
neutrofil.
 Neutrofil memiliki umur tidak lebih dari 7-10 hari, tetapi
limfosit bisa hidup selama bertahun-tahun bahkan sampai
berpuluh-puluh tahun.
 Limfosit dibagi ke dalam 3 kelompok utama:
1. Limfosit B
2. Limfosit T
3. Sel-sel pemusnah alami
• Limfosit B berasal dari sel stem di dalam sumsum tulang
dan tumbuh menjadi sel plasma, yang menghasilkan
antibodi
 Antibodi :
 Jika dirangsang oleh suatu antigen, limfosit B akan
mengalami pematangan menjadi sel-sel yang
menghasilkan antibodi.
 merupakan protein yang bereaksi dengan antigen yang
sebelumnya merangsang limfosit B.
 Disebut immunoglobulin.
 Tdd : 5 kelompok yaitu IgM, IgG, IgA, IgE, IgD
 Limfosit T terbentuk jika sel stem dari sumsum tulang
pindah ke kelenjar thymus, dimana mereka mengalami
pembelahan dan pematangan.
Di dalam kelenjar thymus, limfosit T belajar membedakan
mana benda asing dan mana bukan benda asing. Limfosit T
dewasa meninggalkan kelenjar thymus dan masuk ke
dalam pembuluh getah bening dan berfungsi sebagai
bagian dari sistem pengawasan kekebalan
 Sel-sel pemusnah alami berukuran > daripada limfosit T
dan B  membunuh mikroba dan sel-sel kanker tertentu.
Istilah alami digunakan karena mereka siap membunuh
sejumlah sel target segera setelah terbentuk tanpa harus
melewati pematangan dan proses belajar
Sel pembunuh alami juga menghasilkan beberapa
sitokinesis (zat-zat pembawa pesan yang mengatur
sebagian fungsi limfosit T, limfosit B dan makrofag).
 IgM : antibodi yang dihasilkan pada pemaparan awal oleh suatu antigen.
Contohnya, jika seorang anak menerima vaksinasi tetanus I, maka 10-14 hari
kemudian akan terbentuk antibodi antitetanus IgM (respon antibodi primer).
IgM banyak terdapat di dalam darah tetapi dalam keadaan normal tidak
ditemukan di dalam organ maupun jaringan.
 IgG : jenis antibodi yang paling umum, yang dihasilkan pada pemaparan
antigen berikutnya
Contohnya, setelah mendapatkan suntikan tetanus II (booster), maka 5-7 hari
kemudian seorang anak akan membentuk antibodi IgG. Respon antibodi
sekunder ini lebih cepat dan lebih berlimpah dibandingkan dengan respon
antibodi primer
IgG ditemukan di dalam darah dan jaringan.
IgG merupakan satu-satunya antibodi yang dipindahkan melalui plasenta dari
ibu ke janin di dalam kandungannya.
IgG ibu melindungi janin dan bayi baru lahir sampai sistem kekebalan bayi
bisa menghasilkan antibodi sendiri.
2
27/06/2013
 IgA :antibodi yang memegang peranan penting pada
pertahanan tubuh terhadap masuknya mikroorganisme
melalui permukaan yang dilapisi selaput lendir, yaitu hidung,
mata, paru-paru dan usus.
IgA ditemukan di dalam darah dan cairan tubuh (pada saluran
pencernaan, hidung, mata, paru-paru, ASI).
 IgE adalah antibodi yang menyebabkan reaksi alergi akut
(reaksi alergi segera).
IgE penting dalam melawan infeksi parasit (misalnya river
blindness dan skistosomiasis), yang banyak ditemukan di
negara berkembang.
 IgD adalah antibodi yang terdapat dalam jumlah yang sangat
sedikit di dalam darah. Fungsinya belum sepenuhnya
dimengerti.
IMMUNOSUPPRESIVE AGENTS
IMUNOMODULATOR
 Immunomodulator : substansi yang dapat mengatur
sistem imun.
 Immunomodulator dapat berupa :
 Immunosuppresive agent
 Tolerogens
 Immunostimulants
 Bahan-bahan ini berperan penting dalam menjaga organ
dan jaringan serta dalam pengobatan penyakit tertentu
yang berasal dari disregulasi respon imun.
TOLEROGENS
o Bahan yang digunakan untuk menekan sistem immun
o Berperan dalam memelihara organ dan jaringan dalam treatment
penyakit tertentu yang timbul dari disregulasi respons imun
 Bahan yang digunakan untuk mempertahankan toleransi imun,
keadaan aktif dari antigen-spesifik nonresponsiveness.
 Diperlukan untuk :
IMMUNOSTIMULANTS
o Bahan yang digunakan untuk meningkatkan sistem immun
 mencegah self-reactivity
 proses transplantasi organ
o Berperan dalam :
 Meningkatkan respons imun atau merubah secara selektif
keseimbangan berbagai komponen dari sistem imun
 Mengatur penyakit tertentu seperti : kanker, AIDS dan penyakit
imunodefisiensi lain
3
27/06/2013
 Sistem immun dirancang untuk melindungi tubuh dari patogen dan
 Imunitas dapat dicapai melalui :
mengeliminasi penyakit.
 Imunisasi (injeksi anti bodi/serotheraphy)
 Imunomodulasi  disebut paramunity, dan bahan yang berperan
disebut paramunity inducers
Komplemen  Kerja imunomodulator yang tidak spesifik 
B Limfosit
 Perlindungan terhadap infeksi dan penyakit diberikan oleh 2 komponen
utama :

innate (sistem imun bawaan)

adaptive (acquired) immune system
 Sistem imun bawaan  pertahanan utama untuk melawan serangan
antigen, yang tdd :
Granulosit
Mikrofagositosis
Makrofag
Makrofagositosis
Pembebasan mediator
(interferon , interleukin, tumor
Necrosis factor, protaglandins, O2,
Enzim lisosomal, dll)
T Limfosit
Sel T-helper
Sel T-supresor
Sel Sitotoksik-NK

Komponen fisik (kulit)

Biokimia (misalnya lisozim)

Komponen selular (makrofag dan neutrofil)
Pembebasan limfokin
(IL-2 atau  interferon)
Gambar 1. Immunomodulasi oleh Paramunity inducers
 Kulit : barrier utama terhadap infeksi  jika rusak maka destruksi
bakteri dilakukan oleh lisozim yang memecah peptidoglikan dinding
sel dan memisahkan produk yang keluar dari aktivasi komplemen. 
Produk komplemen meningkatkan fagositosis makrofag dan neutrofil
melalui kerjanya sebagai opsonins (C3b) menariknya ke sisi
inflamantory (C3a, C5a) dan menyebabkan lisisnya bakteri melalui
pembentukan membran penyerang
4
27/06/2013
 Jika sistem imun tidak sesuai untuk mengatasi infeksi  sistem imun
adaptif dimobilisasi melalui isyarat dari imun bawaan.
 Karakteristik imun adaptif dalam menyingkirkan patogen adalah
 Induksi imunitas spesifik memerlukan partisipasi dari Antigen-
Presenting-Cells (APCs) yang tdd :
kemampuannya untuk :

Merespon berbagai antigen

Membedakan antara gen asing dan antigen dari inang

Merespon antigen yang sebelumnya sudah masuk dalam sebuah
cara pembelajaran melalui respon memorinya.
- makrofag
- dentritic cells
- Langerhans cells
- Limfosit B
Berperan penting dalam respons imun
melalui pencernaan antigen protein secara
enzimatis dan adanya peptida derivatif pada
T Cell Receptor (TCR) yang berhubungan
dengan protein Major Histocompability
Complex (MHC) kelas I dan II.
 Respons adaptif ini mencapai puncaknya pada saat:

produksi antibodi yang merupakan efektor pada imunitas
manusia

Aktivasi limfosit T yaitu effector imunitas yang dimediasi oleh sel.
MEKANISME PANGAN FUNGSIONAL SEBAGAI IMUNOMODULATOR
SUMBER IMUNOMODULATOR
 Melalui sistem limfoid dan fungsi sel immun
 Tanaman
 Melalui faktor-faktor yang non spesifik
 Hewan
 Mempengaruhi fungsi metabolik, neurologik atau
 Mikroba (probiotik)
endokrin yang mempengaruhi sistem imun.
 Zat gizi mempengaruhi stabilitas membran plasma serta
diferensiasi dan ekspresi dari karakteristik permukaan
selnya seperti determinan antigenik.

Faktor nutrisi mempengaruhi sistem imun melalui banyak
cara.
 Produk-produk sintesis
 BM Rendah : alkaloid, quinon, ester
asam fenol-karboksilat, fenol
sederhana, tanin dan diterpenoid
seperti parboleser dari famili
Euphorbiacea
 BM tinggi : polisakarida, protein,
glikoprotein/lekin, nukleotida
 Bahan yang sama dapat berperan sebagai immunostimulan
atau immunosupresive tergantung dari dosisnya.
 Terdapat secara alami atau ditambahkan secara khusus pada
pangan fungsional
5
27/06/2013
Tabel 1. Komponen yang mempunyai efek imunomodulator
Komponen
Bestatin
Sumber
Produk Mikroba
Aktivitas Imunomodulator
• Meningakatkan DTH (Delayed TypeHypersensitivity)
• Meningkatkan jumlah sel pembentuk antibodi
• Meningkatkan recovery prolifersi immunosupresi
oleh siklopospamida
• Meningkatkan induksi IL-1 dan IL-2
• Meningkatkan aktivitas sel NK
Amastatin
Produk Mikroba
• Meningkatkan jumlah sel pembentuk antibodi
Esterastin
Produk Mikroba
• Menekan DTH
• Menekan pembentukan antibody
Nukleotisidin
Produk Mikroba
• Meningkatkan sitotoksisitas PEC
• Meningkatkan aktivitas superoksida
Gelsemin
(Oxindole
alkaloid)
Tanaman tingkat
tinggi
• Menstimulasi granulosit pagostosis secara in
vitro
VITAMINS
Komponen
Sumber
Aktivitas Imunomodulator
Polisakarida
(Zymosan,
Lentinan,
pachymaran)
Tanaman tingkat
tinggi, jamur,
rumput laut,
fungi, algae dan
lichens
vegetables.
• Mengaktivasi makrofag, Sel NK dan limfosit T
• Mempunyai aktivitas anti tumor
Tylophorine
(isoquinoline
alkaloid)
Tanaman tingkat
tinggi
• Promotor pagositosis
BCG
Produk Mikroba
• Aktivasi Makrofag
1.Vitamin B Komplex......
 Produksi antibodi menurun dan diproduksi lymphocytopenia pada
1. Vitamin B Komplex
 Defisiensi vitamin B kompleks mempengaruhi respon imun
spesifik dan non spesifik .
 Kehadirannya di dalam sistem immun tidak diharapkan karena
vit.B kompleks merupakan vitamin esensial pada kebanyakan
metabolisme seluler seperti sintesis dan degradasi gula, protein,
lemak dan asam nukleat.
 Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruhi vitamin B
tertentu terhadap imunitas.
 Perlu diketahui jumlah optimum yang dibutuhkan untuk dapat
memenuhi kebutuhan metabolisme dan sistem imun.
 Imunitas yang dimediasi oleh sel dipengaruhi oleh kekurangan
atau kelebihan konsumsi vitamin B 6 (pyridoxine).
orang dewasa yang kekurangan vitamin B6.
 Penelitian Talbott et al., (1987) tentang kelebihan dosis (supradietary)
dari vitamin B6 : 50 mg/hari selama 2 bulan pada manusia dewasa yang
sehat dan hasilnya menunjukkan terjadi peningkatan dalam proliferasi
limfosit yang distimulir mitogen serta sel T helper.
 Penelitian Meydani et al., (1991) : memberikan vitamin B 6 secara
berlebih dan kurang pada manusia dewasa yang sehat, menunjukkan
bahwa produksi interleukin (IL)-2 dan respons mitogen sel T dan B
dipengaruhi oleh rendahnya vitamin B6 sedangkan suplementasi
vitamin B6 50g/hari akan meningkatkan fungsi imun ini pada
beberapa subjek
 Penelitian Casciato et al., (1984) : penurunan imunokompetensi pada
pasien cuci darah, dipengaruhi oleh rendahnya limfosit dengan E
rosette atau agregasi penanda IgG dan penurunan proliferasi limfosit
yang distimulir mitogen , dan hal sebaliknya terjadi jika pyridoxin
diberikan dalam jumlah 210/600 mg/minggu.
6
27/06/2013
 Pemberian vitamin B12 (cyanocobalamin) akan meningkatkan sistem




imun pada penderita anemia kemungkinan disebabkan perbaikan luka
biokimia yang disebabkan karena penekanan sintesis asam nukleat di
dalam limfosit (Beisel, 1982).
Crist et al., (1980) menunjukkan bahwa neutopenia dan/atau
leukopenia yaitu abnormalitas sel darah putih pada anak-anak
berhubungan dengan rendahnya vitamin B 12 dan dapat diperbaiki
dengan suplementasi cyanocobalamin 1.000 g/bulan yang diberikan
melalui intramusculary.
Beberapa penelitian secara ex vivo menunjukkan bahwa individu
dengan kadar folat rendah mengalami kerusakan fungsi neutrofil dan
dapat diperbaiki dengan perbaikan status gizi.
Biotin merupakan koenzim pada reaksi-reaksi karboksilasi yang
dikatalis enzim.
Fischer et al., (1982) : defisiensi karboksilase berhubungan dengan
penurunan aktivitas supresor yang dimediasi limfosit, dan ini dapat
diperbaiki dengan pemberian biotin 10 mg/hari .
 Mekanisme biokimia asam askorbat dalam menstimulir sistem imun :
a. Modulasi kadar nukleotida pada siklus intraseluler
b. Modulasi sintesis postaglandin (PG)
c. Proteksi 5-lipoksigenase
d. Meningkatkan produksi sitokinin
e. Antagonisme interaksi imunosupresif dari histamin dan leukosit
f. Netralisasi oxidant imunosupresif dan autoreaktif yang dihasilkan oleh
pagosit.
2. Vitamin C
 Keterlibatan vitamin C (asam askorbat) dalam mempertahankan
sistem imun telah terbukti melalui beberapa penelitian.
 Defisiensi vitamin C berhubungan dengan :
 Penurunan aktivitas bakterisidal, neutrofil dan makrofag
 Penurunan resitensi terhadap infeksi mikrobial
 Penurunan sistem imun lain yang berhubungan dengan sel
 Penelitian Weening et al., (1981) : pemberian vitamin C dosis tinggi
pada pasien sindrome Chediak-Higashi dapat mengurangi terjadinya
infeksi bakteri dan memperbaiki sistem neutrofil serta aktivitas
antimikroba.
 Hasil penelitian terhadap manusia dan hewan menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C dengan dosis yang cukup dapat mempercepat
perbaikan luka, trauma operasi, penyakit infeksi dan kanker.
3. Beta Caroten dan Vitamin A
 -karoten :
 Prekursor vitamin A
 Quencher (penangkap) singlet oksigen yang potensial
 Antioksidant
 Penelitian dengan model hewan menunjukkan bahwa -karoten
(terlepas dari aktivitasnya sebagai provitamin A) dapat menjaga selsel pagosit dari kerusakan autooksidasi, meningkatkan respons
proliferasi limfosit T dan B, menstimulir fungsi T-cell effector,
meningkatkan produksi sitokinin, makrofat, sel T sitptoksik dan
kapasitas tumorisidal dari natural killer.
 Dosis 180 mg/hari selama 2 minggu pada manusia dewasa sehat
akan meningkatkan frekwensi limfosit T helper/inducer.
7
27/06/2013
 Vitamin A juga berperan dalam mencegah infeksi.
 Defisiensi vitamin A secara signifikan meningkatkan resiko sakit dan
kematian terutama pada anak-anak.
4. Vitamin D (1,25-dihydroxyvitamin D3 )
 Adalah hormon imunoregulator yang menyediakan agent
 Mekanisme vitamin A dalam menjaga sistem imun masih belum jelas
tapi kemungkinan disebabkan oleh kemampuan vitamin A untuk
memodifikasi integritas dan fungsi epitelial, massa limfoid serta
resistensi inang terhadap mekanisme imunitas spesifik dan non
spesifik.
 Hasil studi di Indonesia dan India (Milton et al., 1987; Sommer et al.,
1984), menunjukkan bahwa : defisiensi vitamin A pada anak-anak akan
menyebabkan meningkatnya resiko infeksi saluran pernafasan.
 Pemberian vitamin A yang equivalen dengan 450g retinol setiap hari
pada anak prasekolah dapat mengurangi penyakit saluran pernafasan.






5. Vitamin E ( Tocopherol)
imunostimulatory dari imunitas non spesifik yang dapat menstimulir
atau menghambat sistem imun.
Hasil penelitian secara in vitro terhadap hewan menunjukkan bahwa
vitamin D secara langsung mempengaruhi semua anggota sel pagosit
mononuklear.
Vitamin D juga mernagsang merangsang sel neoplastik yang belum
terdiferensiasi untuk berdiferensiasi menjasi makrofag.
Vitamin D disintesis oleh makrofag yang sudah diaktivasi dan bukan
oleh anggota pagosit lainnya.
Inkubasi vitamin D pada monosit atau makrofag manusia dapat
menghambat pertumbuhan virulen Mycobacterium tuberclosis.
Pemberian vitamin D pada penderita TBC akan mempercepat
penyembuhan.
Terdapat hubungan antara kadar vitamin D yang rendah dengan resiko
TBC
6. n-6 Polyunsaturated Fatty Acid
 Berperan dalam mempertahankan sistem imun.
 Diet asam linoleat (n-6) dalam jumlah kecil dibutuhkan untuk
 Defisiensi vitamin E Berhubungan dengan depresi sel pembentuk plaque,
mitogen dan respons limfosit pada reseptor membran makrofag.
 Konsumsi linoleat dan/atau arakidonat meningkatkan sintesis PGE2
 Suplementasi vitamin E pada diet meningkatkan respons sel imun dan
fungsi pagosit .
 Konsumsi vitamin E dalam jumlah tinggi mengurangi resiko infeksi
dan kondisi kronik seperti jantung dan penyakit jantung pada usia
lanjut (mungkin berhubungan dengan optimalisasi dari respon imun).
 Vitamin E dapat mempengaruhi jalur lipoksigenase dan sikooksidase
pada metabolisme asam arakidonat.
 Pengaruh imunostimulator dari vitamin E mungkin disebabkan oleh
penghambatan pada sintesis PG dan/atau mengurangi pembentukan
radikal bebas.
 Mengurangi pembentukan H2O2 oleh sel Peripheral Blood
Mononuclear (PMN)  konsentrasi -tokoferol meningkat pada sel
PMN dan menurun pada peroksida lipid plasma.
propagasi dan maturasi respons imun dari sel.
oleh makrofag, menekan DCH dan proliferasi limfosit  situasinya
kompleks karena asam linoleat juga merupakan substrat pada sintesis
LTB4 yang mempunyai efek agonist dan antagonist terhadap sel imun.
 Minyak biji-bijian yang diperkaya dengan -asam linoleat (GLA) dapat
menekan inflamasi dan luka pada jaringan pada sejumlah orang yang
diberi perlakuan GLA terkontrol (placebo).
8
27/06/2013
7. ASAM LEMAK TIDAK JENUH n-3
 Peningkatan dosis n-3 secara nyata meningkatkan fungsi sel imun, dan
ini mungkin disebabkan oleh perubahan jalur sintesis PG dan LT.
 Hasil penelitian terakhir : suplementasi n-3 akan memberikan
 Yang termasuk asam lemak n-3 :




- Eikosapentaenaoat (EPA)
- Dokosaheksaenoat (DHA)
EPA dan DHA dapat mensintesis PGE3 dengan efek
imunosupresif < dari PGE2.
Sumber EPA dan DHA : minyak ikan
Suplementasi asam lemak n-3 mengurangi pelepasan asam
arakidonat pada stimulasi limfosit T sehingga ratio
konsumsi n-3/n-6 dapat mempengaruhi respons imun.
Suplementasi n-3 menurunkan kemotaksis neutrofil dan
menghambat produksi LTB 4 pada sukarelawan sehat dan
apda penderita asma.
8. ARGININ
 Konsumsi arginin 30 g/hari meningkatkan blastogenesis




lim fosit darah dalam merespons Con A dan PHA.
Memperbaiki parameter imun selama stress fisiologi.
Tikus , guinea pigs dan manusia yang mengalami luka
memberikan respon yang baik terhadap suplementasi
argini sebanyak 3% (w/w).
Diet arginin dapat mempertahankan aktivitas sel killer
yang diaktivasi oleh limfokin.
Mekanisme arginin dalam sistem imun belum jelas, tapi
mungkin disebabkan oleh :
Peningkatan sekresi hormon pertumbuhan atau peptida
lainnya.
Bertindak sebagai prekursor poliamin seperti putrescine dan
spermidine  penting dalam diferensiasi dan pertumbuhan
sel.
keseimbangan yang baik pada aksi imunostimulator, antiinflamantory
dan imunosupresif.
 Formulasi nutrisi dengan kandungan EPA dan DHA yang berasal dari
minyak ikan saat ini sudah banyak diberikan kepada pasien.
 Sumber n-3 dari tanaman : daun prrslane yang kaya akan -linoleat,
EPA, DHA, asam Dokosapentaenoat , dan antioksidan berupa vitamin
C, vitamin E dan glutation.
9. Glutamin
 Asam amino bebas yang paling banyak terdapat pada
tubuh dan berfungsi pada berbagai reaksi metabolisme
termasuk kemampuannya sebagai bahan bakar untuk
limfosit dan sel-sel yang cepat membelah lainnya seperti
sel mukosa pada saluran pencernaan.
 Termasuk asam amino nonesensial, tapi beberapa bukti
menunjukkan glutamin juga merupakan nutrisi esensial,
yaitu sintesis endogenousnya tidak mencukupi
kebutuhan tubuh pada kondisi klinis tertentu.
 Hasil penelitian terakhir menunjukkan bahwa : laju
penggunaan glutamin pada sel imun hampir sama atau >
dari penggunaan glukosa  memberikan kondisi yang
optimal pada sintesis nukleotida pirimidin selama siklus
sel.
9
27/06/2013
10. Nukleotida Purin dan Pirimidin
 Nukleotida adalah prekursor DNA dan RNA dan juga berfungsi
pentinng dalam energi selular serta metabolisme.
 Kesalahan genetik dalam metabolisme nukleotida menjadi penyebab




sejumlah penyakit yang mempengaruhi sistem imun.
Asumsi awal yang mengatakan bahwa nukleotida bukan merupakan
zat esensial terhadap fungsi pertumbuhan dari sel yang
bermetabolisme secara aktif seperti limfosit, makrofag dan sel-sel
pencernaan didasarkan pada hasil pengujian terhadap indivisu yang
sehat.
Sistem imun menjadi rusak karena defisiensi adenosin deam inase.
Rusaknya fungsi sel T juga berhubungan dengan defisiensi purin
nukleoside phosporylase.
Pemberian nukleotida efektif untuk membantu aktivasi makrofag dari
sel T helper.
12. Selenium
 Bersama-sama dengan Cytosolic Gluthation-peroxidase
(GSHPx) dan pospolipid hidroperoksidase sebagai residu
selenosistein dihubungkan dengan respons sel imun.
 GSPHc yang berikatan dengan selenium dapat mengontrol
produksi substrat peroksida yang berlebihan seperti H 2O2
di dalam sel .
 Sel yang kekurangan GSHPx akan kehilangan
kemampuannya untuk membentuk mikrotubula dan
serangan sitotoksik.
 Defisiensi Se atau pemberian Se dalam jumlah cukup
mempengaruhi sistem imun pada hewan percobaan.
11. Glutations (GSH)
 Komponen dengan BM rendah yang banyak terdapat di
dalam sel dan merupakan scavanger radikal bebas yang
sangat kuat.
 Dalam bentuk reduksinya, GSH melindungi sel dari
oksidasi, radikal bebas dan bahan sitotoksik lain.
 Kandungan GSH intraseluler yang cukup diperlukan untuk
aktivasi limfosit.
13. Mineral Lainnya
 Beberapa metalloenzim lain secara langsung berperan




dalam sistem imun seperti Cu, Zn superoksida dismutase
dan Fe-katalase.
Efektivitas dari mineral ini tergantung pada keterikatannya
dengan enzim antioksidan  meski konsnetrasi mineral
tinggi, tapi jika tidak ada enzim maka tidak dapat
memperbaiki sistem imun.
Dari hasil penelitian diketahui defisiensi Cu, Fe, Mn atau
Zn dapat merusak sistem imun.
Suplementasi Fe pada populasi dengan tingkat anemia
tinggi dapat mengurangi penyakit akibat infeksi dan diare.
Kelebihan mineral dapat menyebabkan keracunan dan
pada beberapa kasus menurunkan daya tahan tubuh
10
Download