27/06/2013 SISTEM IMUN Berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap benda asing Benda asing : mikroorganisme, sel-sel kanker dan jaringan atau organ yang dicangkokkan Strategi dalam menangani benda asing oleh sistem imun : mengenali, mengerahkan kekuatan dan menyerang Sistem imun mempunyai peredaran sendiri yaitu pembuluh getah bening yang masuk ke setiap organ tubuh kecuali otak Tujuan Instruksional Khusus : •Mahasiswa dapat menjelaskan peranan bahan pangan dalam mengendalikan sistem imun pada tubuh manusia Sistem imun tdd : sel dan zat yang bisa larut Sel utama pada sistem imun : sel darah putih yang tdd makrofag, neutrofil dan limfosit. Zat-zat yang bisa larut :molekul-molekul yang tidak terdapat di dalam sel tetapi larut dalam suatu cairan (misalnya plasma). Zat-zat terlarut yang utama adalah antibodi, protein komplemen dan sitokinesis. Beberapa zat terlarut bertindak sebagai pembawa pesan (messenger) untuk menarik dan mengaktifkan sel-sel lainnya. Pada pembuluh getah bening terdapat cairan (getah bening) tdd lemak dan sel darah putih Pada sistem imun juga terdapat daerah khusus yaitu kelenjar getah bening, amandel (tonsil), sumsum tulang, limpa, hati, paru-paru dan usus; dimana limfosit bisa diambil, diangkut dan disebarkan ke bagian yang memerlukannya sebagai bagian dari respon kekebalan. Makrofag : sel darah putih yang berukuran besar, yang mencerna mikroba, antigen dan zat-zat lainnya. Antigen : setiap zat yang bisa merangsang suatu respon kekebalan bakteri, virus, protein, karbohidrat, sel-sel kanker dan racun Neutrofil : sel darah putih yang berukuran besar, yang mencerna mikroba dan antigen lainnya. memiliki granula yang mengandung enzim untuk menghancurkan antigen yang ditelan olehnya. Neutrofil ditemukan di dalam darah Untuk keluar dari darah dan masuk ke dalam jaringan, neutrofil memerlukan rangsangan khusus. Makrofag dan neutrofil seringkali bekerja sama makrofag memulai suatu respon kekebalan dan mengirimkan sinyal untuk menarik neutrofil bergabung dengannya di daerah yang mengalami gangguan. Jika neutrofil telah tiba, mereka menghancurkan benda asing dengan cara mencernanya. Penimbunan neutrofil serta pemusnahan dan pencernaan mikroba menyebabkan pembentukan nanah Neutrofil 1 27/06/2013 Limfosit : sel utama pada sistem getah bening, memiliki ukuran yang relatif lebih kecil daripada makrofag dan neutrofil. Neutrofil memiliki umur tidak lebih dari 7-10 hari, tetapi limfosit bisa hidup selama bertahun-tahun bahkan sampai berpuluh-puluh tahun. Limfosit dibagi ke dalam 3 kelompok utama: 1. Limfosit B 2. Limfosit T 3. Sel-sel pemusnah alami • Limfosit B berasal dari sel stem di dalam sumsum tulang dan tumbuh menjadi sel plasma, yang menghasilkan antibodi Antibodi : Jika dirangsang oleh suatu antigen, limfosit B akan mengalami pematangan menjadi sel-sel yang menghasilkan antibodi. merupakan protein yang bereaksi dengan antigen yang sebelumnya merangsang limfosit B. Disebut immunoglobulin. Tdd : 5 kelompok yaitu IgM, IgG, IgA, IgE, IgD Limfosit T terbentuk jika sel stem dari sumsum tulang pindah ke kelenjar thymus, dimana mereka mengalami pembelahan dan pematangan. Di dalam kelenjar thymus, limfosit T belajar membedakan mana benda asing dan mana bukan benda asing. Limfosit T dewasa meninggalkan kelenjar thymus dan masuk ke dalam pembuluh getah bening dan berfungsi sebagai bagian dari sistem pengawasan kekebalan Sel-sel pemusnah alami berukuran > daripada limfosit T dan B membunuh mikroba dan sel-sel kanker tertentu. Istilah alami digunakan karena mereka siap membunuh sejumlah sel target segera setelah terbentuk tanpa harus melewati pematangan dan proses belajar Sel pembunuh alami juga menghasilkan beberapa sitokinesis (zat-zat pembawa pesan yang mengatur sebagian fungsi limfosit T, limfosit B dan makrofag). IgM : antibodi yang dihasilkan pada pemaparan awal oleh suatu antigen. Contohnya, jika seorang anak menerima vaksinasi tetanus I, maka 10-14 hari kemudian akan terbentuk antibodi antitetanus IgM (respon antibodi primer). IgM banyak terdapat di dalam darah tetapi dalam keadaan normal tidak ditemukan di dalam organ maupun jaringan. IgG : jenis antibodi yang paling umum, yang dihasilkan pada pemaparan antigen berikutnya Contohnya, setelah mendapatkan suntikan tetanus II (booster), maka 5-7 hari kemudian seorang anak akan membentuk antibodi IgG. Respon antibodi sekunder ini lebih cepat dan lebih berlimpah dibandingkan dengan respon antibodi primer IgG ditemukan di dalam darah dan jaringan. IgG merupakan satu-satunya antibodi yang dipindahkan melalui plasenta dari ibu ke janin di dalam kandungannya. IgG ibu melindungi janin dan bayi baru lahir sampai sistem kekebalan bayi bisa menghasilkan antibodi sendiri. 2 27/06/2013 IgA :antibodi yang memegang peranan penting pada pertahanan tubuh terhadap masuknya mikroorganisme melalui permukaan yang dilapisi selaput lendir, yaitu hidung, mata, paru-paru dan usus. IgA ditemukan di dalam darah dan cairan tubuh (pada saluran pencernaan, hidung, mata, paru-paru, ASI). IgE adalah antibodi yang menyebabkan reaksi alergi akut (reaksi alergi segera). IgE penting dalam melawan infeksi parasit (misalnya river blindness dan skistosomiasis), yang banyak ditemukan di negara berkembang. IgD adalah antibodi yang terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam darah. Fungsinya belum sepenuhnya dimengerti. IMMUNOSUPPRESIVE AGENTS IMUNOMODULATOR Immunomodulator : substansi yang dapat mengatur sistem imun. Immunomodulator dapat berupa : Immunosuppresive agent Tolerogens Immunostimulants Bahan-bahan ini berperan penting dalam menjaga organ dan jaringan serta dalam pengobatan penyakit tertentu yang berasal dari disregulasi respon imun. TOLEROGENS o Bahan yang digunakan untuk menekan sistem immun o Berperan dalam memelihara organ dan jaringan dalam treatment penyakit tertentu yang timbul dari disregulasi respons imun Bahan yang digunakan untuk mempertahankan toleransi imun, keadaan aktif dari antigen-spesifik nonresponsiveness. Diperlukan untuk : IMMUNOSTIMULANTS o Bahan yang digunakan untuk meningkatkan sistem immun mencegah self-reactivity proses transplantasi organ o Berperan dalam : Meningkatkan respons imun atau merubah secara selektif keseimbangan berbagai komponen dari sistem imun Mengatur penyakit tertentu seperti : kanker, AIDS dan penyakit imunodefisiensi lain 3 27/06/2013 Sistem immun dirancang untuk melindungi tubuh dari patogen dan Imunitas dapat dicapai melalui : mengeliminasi penyakit. Imunisasi (injeksi anti bodi/serotheraphy) Imunomodulasi disebut paramunity, dan bahan yang berperan disebut paramunity inducers Komplemen Kerja imunomodulator yang tidak spesifik B Limfosit Perlindungan terhadap infeksi dan penyakit diberikan oleh 2 komponen utama : innate (sistem imun bawaan) adaptive (acquired) immune system Sistem imun bawaan pertahanan utama untuk melawan serangan antigen, yang tdd : Granulosit Mikrofagositosis Makrofag Makrofagositosis Pembebasan mediator (interferon , interleukin, tumor Necrosis factor, protaglandins, O2, Enzim lisosomal, dll) T Limfosit Sel T-helper Sel T-supresor Sel Sitotoksik-NK Komponen fisik (kulit) Biokimia (misalnya lisozim) Komponen selular (makrofag dan neutrofil) Pembebasan limfokin (IL-2 atau interferon) Gambar 1. Immunomodulasi oleh Paramunity inducers Kulit : barrier utama terhadap infeksi jika rusak maka destruksi bakteri dilakukan oleh lisozim yang memecah peptidoglikan dinding sel dan memisahkan produk yang keluar dari aktivasi komplemen. Produk komplemen meningkatkan fagositosis makrofag dan neutrofil melalui kerjanya sebagai opsonins (C3b) menariknya ke sisi inflamantory (C3a, C5a) dan menyebabkan lisisnya bakteri melalui pembentukan membran penyerang 4 27/06/2013 Jika sistem imun tidak sesuai untuk mengatasi infeksi sistem imun adaptif dimobilisasi melalui isyarat dari imun bawaan. Karakteristik imun adaptif dalam menyingkirkan patogen adalah Induksi imunitas spesifik memerlukan partisipasi dari Antigen- Presenting-Cells (APCs) yang tdd : kemampuannya untuk : Merespon berbagai antigen Membedakan antara gen asing dan antigen dari inang Merespon antigen yang sebelumnya sudah masuk dalam sebuah cara pembelajaran melalui respon memorinya. - makrofag - dentritic cells - Langerhans cells - Limfosit B Berperan penting dalam respons imun melalui pencernaan antigen protein secara enzimatis dan adanya peptida derivatif pada T Cell Receptor (TCR) yang berhubungan dengan protein Major Histocompability Complex (MHC) kelas I dan II. Respons adaptif ini mencapai puncaknya pada saat: produksi antibodi yang merupakan efektor pada imunitas manusia Aktivasi limfosit T yaitu effector imunitas yang dimediasi oleh sel. MEKANISME PANGAN FUNGSIONAL SEBAGAI IMUNOMODULATOR SUMBER IMUNOMODULATOR Melalui sistem limfoid dan fungsi sel immun Tanaman Melalui faktor-faktor yang non spesifik Hewan Mempengaruhi fungsi metabolik, neurologik atau Mikroba (probiotik) endokrin yang mempengaruhi sistem imun. Zat gizi mempengaruhi stabilitas membran plasma serta diferensiasi dan ekspresi dari karakteristik permukaan selnya seperti determinan antigenik. Faktor nutrisi mempengaruhi sistem imun melalui banyak cara. Produk-produk sintesis BM Rendah : alkaloid, quinon, ester asam fenol-karboksilat, fenol sederhana, tanin dan diterpenoid seperti parboleser dari famili Euphorbiacea BM tinggi : polisakarida, protein, glikoprotein/lekin, nukleotida Bahan yang sama dapat berperan sebagai immunostimulan atau immunosupresive tergantung dari dosisnya. Terdapat secara alami atau ditambahkan secara khusus pada pangan fungsional 5 27/06/2013 Tabel 1. Komponen yang mempunyai efek imunomodulator Komponen Bestatin Sumber Produk Mikroba Aktivitas Imunomodulator • Meningakatkan DTH (Delayed TypeHypersensitivity) • Meningkatkan jumlah sel pembentuk antibodi • Meningkatkan recovery prolifersi immunosupresi oleh siklopospamida • Meningkatkan induksi IL-1 dan IL-2 • Meningkatkan aktivitas sel NK Amastatin Produk Mikroba • Meningkatkan jumlah sel pembentuk antibodi Esterastin Produk Mikroba • Menekan DTH • Menekan pembentukan antibody Nukleotisidin Produk Mikroba • Meningkatkan sitotoksisitas PEC • Meningkatkan aktivitas superoksida Gelsemin (Oxindole alkaloid) Tanaman tingkat tinggi • Menstimulasi granulosit pagostosis secara in vitro VITAMINS Komponen Sumber Aktivitas Imunomodulator Polisakarida (Zymosan, Lentinan, pachymaran) Tanaman tingkat tinggi, jamur, rumput laut, fungi, algae dan lichens vegetables. • Mengaktivasi makrofag, Sel NK dan limfosit T • Mempunyai aktivitas anti tumor Tylophorine (isoquinoline alkaloid) Tanaman tingkat tinggi • Promotor pagositosis BCG Produk Mikroba • Aktivasi Makrofag 1.Vitamin B Komplex...... Produksi antibodi menurun dan diproduksi lymphocytopenia pada 1. Vitamin B Komplex Defisiensi vitamin B kompleks mempengaruhi respon imun spesifik dan non spesifik . Kehadirannya di dalam sistem immun tidak diharapkan karena vit.B kompleks merupakan vitamin esensial pada kebanyakan metabolisme seluler seperti sintesis dan degradasi gula, protein, lemak dan asam nukleat. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruhi vitamin B tertentu terhadap imunitas. Perlu diketahui jumlah optimum yang dibutuhkan untuk dapat memenuhi kebutuhan metabolisme dan sistem imun. Imunitas yang dimediasi oleh sel dipengaruhi oleh kekurangan atau kelebihan konsumsi vitamin B 6 (pyridoxine). orang dewasa yang kekurangan vitamin B6. Penelitian Talbott et al., (1987) tentang kelebihan dosis (supradietary) dari vitamin B6 : 50 mg/hari selama 2 bulan pada manusia dewasa yang sehat dan hasilnya menunjukkan terjadi peningkatan dalam proliferasi limfosit yang distimulir mitogen serta sel T helper. Penelitian Meydani et al., (1991) : memberikan vitamin B 6 secara berlebih dan kurang pada manusia dewasa yang sehat, menunjukkan bahwa produksi interleukin (IL)-2 dan respons mitogen sel T dan B dipengaruhi oleh rendahnya vitamin B6 sedangkan suplementasi vitamin B6 50g/hari akan meningkatkan fungsi imun ini pada beberapa subjek Penelitian Casciato et al., (1984) : penurunan imunokompetensi pada pasien cuci darah, dipengaruhi oleh rendahnya limfosit dengan E rosette atau agregasi penanda IgG dan penurunan proliferasi limfosit yang distimulir mitogen , dan hal sebaliknya terjadi jika pyridoxin diberikan dalam jumlah 210/600 mg/minggu. 6 27/06/2013 Pemberian vitamin B12 (cyanocobalamin) akan meningkatkan sistem imun pada penderita anemia kemungkinan disebabkan perbaikan luka biokimia yang disebabkan karena penekanan sintesis asam nukleat di dalam limfosit (Beisel, 1982). Crist et al., (1980) menunjukkan bahwa neutopenia dan/atau leukopenia yaitu abnormalitas sel darah putih pada anak-anak berhubungan dengan rendahnya vitamin B 12 dan dapat diperbaiki dengan suplementasi cyanocobalamin 1.000 g/bulan yang diberikan melalui intramusculary. Beberapa penelitian secara ex vivo menunjukkan bahwa individu dengan kadar folat rendah mengalami kerusakan fungsi neutrofil dan dapat diperbaiki dengan perbaikan status gizi. Biotin merupakan koenzim pada reaksi-reaksi karboksilasi yang dikatalis enzim. Fischer et al., (1982) : defisiensi karboksilase berhubungan dengan penurunan aktivitas supresor yang dimediasi limfosit, dan ini dapat diperbaiki dengan pemberian biotin 10 mg/hari . Mekanisme biokimia asam askorbat dalam menstimulir sistem imun : a. Modulasi kadar nukleotida pada siklus intraseluler b. Modulasi sintesis postaglandin (PG) c. Proteksi 5-lipoksigenase d. Meningkatkan produksi sitokinin e. Antagonisme interaksi imunosupresif dari histamin dan leukosit f. Netralisasi oxidant imunosupresif dan autoreaktif yang dihasilkan oleh pagosit. 2. Vitamin C Keterlibatan vitamin C (asam askorbat) dalam mempertahankan sistem imun telah terbukti melalui beberapa penelitian. Defisiensi vitamin C berhubungan dengan : Penurunan aktivitas bakterisidal, neutrofil dan makrofag Penurunan resitensi terhadap infeksi mikrobial Penurunan sistem imun lain yang berhubungan dengan sel Penelitian Weening et al., (1981) : pemberian vitamin C dosis tinggi pada pasien sindrome Chediak-Higashi dapat mengurangi terjadinya infeksi bakteri dan memperbaiki sistem neutrofil serta aktivitas antimikroba. Hasil penelitian terhadap manusia dan hewan menunjukkan bahwa pemberian vitamin C dengan dosis yang cukup dapat mempercepat perbaikan luka, trauma operasi, penyakit infeksi dan kanker. 3. Beta Caroten dan Vitamin A -karoten : Prekursor vitamin A Quencher (penangkap) singlet oksigen yang potensial Antioksidant Penelitian dengan model hewan menunjukkan bahwa -karoten (terlepas dari aktivitasnya sebagai provitamin A) dapat menjaga selsel pagosit dari kerusakan autooksidasi, meningkatkan respons proliferasi limfosit T dan B, menstimulir fungsi T-cell effector, meningkatkan produksi sitokinin, makrofat, sel T sitptoksik dan kapasitas tumorisidal dari natural killer. Dosis 180 mg/hari selama 2 minggu pada manusia dewasa sehat akan meningkatkan frekwensi limfosit T helper/inducer. 7 27/06/2013 Vitamin A juga berperan dalam mencegah infeksi. Defisiensi vitamin A secara signifikan meningkatkan resiko sakit dan kematian terutama pada anak-anak. 4. Vitamin D (1,25-dihydroxyvitamin D3 ) Adalah hormon imunoregulator yang menyediakan agent Mekanisme vitamin A dalam menjaga sistem imun masih belum jelas tapi kemungkinan disebabkan oleh kemampuan vitamin A untuk memodifikasi integritas dan fungsi epitelial, massa limfoid serta resistensi inang terhadap mekanisme imunitas spesifik dan non spesifik. Hasil studi di Indonesia dan India (Milton et al., 1987; Sommer et al., 1984), menunjukkan bahwa : defisiensi vitamin A pada anak-anak akan menyebabkan meningkatnya resiko infeksi saluran pernafasan. Pemberian vitamin A yang equivalen dengan 450g retinol setiap hari pada anak prasekolah dapat mengurangi penyakit saluran pernafasan. 5. Vitamin E ( Tocopherol) imunostimulatory dari imunitas non spesifik yang dapat menstimulir atau menghambat sistem imun. Hasil penelitian secara in vitro terhadap hewan menunjukkan bahwa vitamin D secara langsung mempengaruhi semua anggota sel pagosit mononuklear. Vitamin D juga mernagsang merangsang sel neoplastik yang belum terdiferensiasi untuk berdiferensiasi menjasi makrofag. Vitamin D disintesis oleh makrofag yang sudah diaktivasi dan bukan oleh anggota pagosit lainnya. Inkubasi vitamin D pada monosit atau makrofag manusia dapat menghambat pertumbuhan virulen Mycobacterium tuberclosis. Pemberian vitamin D pada penderita TBC akan mempercepat penyembuhan. Terdapat hubungan antara kadar vitamin D yang rendah dengan resiko TBC 6. n-6 Polyunsaturated Fatty Acid Berperan dalam mempertahankan sistem imun. Diet asam linoleat (n-6) dalam jumlah kecil dibutuhkan untuk Defisiensi vitamin E Berhubungan dengan depresi sel pembentuk plaque, mitogen dan respons limfosit pada reseptor membran makrofag. Konsumsi linoleat dan/atau arakidonat meningkatkan sintesis PGE2 Suplementasi vitamin E pada diet meningkatkan respons sel imun dan fungsi pagosit . Konsumsi vitamin E dalam jumlah tinggi mengurangi resiko infeksi dan kondisi kronik seperti jantung dan penyakit jantung pada usia lanjut (mungkin berhubungan dengan optimalisasi dari respon imun). Vitamin E dapat mempengaruhi jalur lipoksigenase dan sikooksidase pada metabolisme asam arakidonat. Pengaruh imunostimulator dari vitamin E mungkin disebabkan oleh penghambatan pada sintesis PG dan/atau mengurangi pembentukan radikal bebas. Mengurangi pembentukan H2O2 oleh sel Peripheral Blood Mononuclear (PMN) konsentrasi -tokoferol meningkat pada sel PMN dan menurun pada peroksida lipid plasma. propagasi dan maturasi respons imun dari sel. oleh makrofag, menekan DCH dan proliferasi limfosit situasinya kompleks karena asam linoleat juga merupakan substrat pada sintesis LTB4 yang mempunyai efek agonist dan antagonist terhadap sel imun. Minyak biji-bijian yang diperkaya dengan -asam linoleat (GLA) dapat menekan inflamasi dan luka pada jaringan pada sejumlah orang yang diberi perlakuan GLA terkontrol (placebo). 8 27/06/2013 7. ASAM LEMAK TIDAK JENUH n-3 Peningkatan dosis n-3 secara nyata meningkatkan fungsi sel imun, dan ini mungkin disebabkan oleh perubahan jalur sintesis PG dan LT. Hasil penelitian terakhir : suplementasi n-3 akan memberikan Yang termasuk asam lemak n-3 : - Eikosapentaenaoat (EPA) - Dokosaheksaenoat (DHA) EPA dan DHA dapat mensintesis PGE3 dengan efek imunosupresif < dari PGE2. Sumber EPA dan DHA : minyak ikan Suplementasi asam lemak n-3 mengurangi pelepasan asam arakidonat pada stimulasi limfosit T sehingga ratio konsumsi n-3/n-6 dapat mempengaruhi respons imun. Suplementasi n-3 menurunkan kemotaksis neutrofil dan menghambat produksi LTB 4 pada sukarelawan sehat dan apda penderita asma. 8. ARGININ Konsumsi arginin 30 g/hari meningkatkan blastogenesis lim fosit darah dalam merespons Con A dan PHA. Memperbaiki parameter imun selama stress fisiologi. Tikus , guinea pigs dan manusia yang mengalami luka memberikan respon yang baik terhadap suplementasi argini sebanyak 3% (w/w). Diet arginin dapat mempertahankan aktivitas sel killer yang diaktivasi oleh limfokin. Mekanisme arginin dalam sistem imun belum jelas, tapi mungkin disebabkan oleh : Peningkatan sekresi hormon pertumbuhan atau peptida lainnya. Bertindak sebagai prekursor poliamin seperti putrescine dan spermidine penting dalam diferensiasi dan pertumbuhan sel. keseimbangan yang baik pada aksi imunostimulator, antiinflamantory dan imunosupresif. Formulasi nutrisi dengan kandungan EPA dan DHA yang berasal dari minyak ikan saat ini sudah banyak diberikan kepada pasien. Sumber n-3 dari tanaman : daun prrslane yang kaya akan -linoleat, EPA, DHA, asam Dokosapentaenoat , dan antioksidan berupa vitamin C, vitamin E dan glutation. 9. Glutamin Asam amino bebas yang paling banyak terdapat pada tubuh dan berfungsi pada berbagai reaksi metabolisme termasuk kemampuannya sebagai bahan bakar untuk limfosit dan sel-sel yang cepat membelah lainnya seperti sel mukosa pada saluran pencernaan. Termasuk asam amino nonesensial, tapi beberapa bukti menunjukkan glutamin juga merupakan nutrisi esensial, yaitu sintesis endogenousnya tidak mencukupi kebutuhan tubuh pada kondisi klinis tertentu. Hasil penelitian terakhir menunjukkan bahwa : laju penggunaan glutamin pada sel imun hampir sama atau > dari penggunaan glukosa memberikan kondisi yang optimal pada sintesis nukleotida pirimidin selama siklus sel. 9 27/06/2013 10. Nukleotida Purin dan Pirimidin Nukleotida adalah prekursor DNA dan RNA dan juga berfungsi pentinng dalam energi selular serta metabolisme. Kesalahan genetik dalam metabolisme nukleotida menjadi penyebab sejumlah penyakit yang mempengaruhi sistem imun. Asumsi awal yang mengatakan bahwa nukleotida bukan merupakan zat esensial terhadap fungsi pertumbuhan dari sel yang bermetabolisme secara aktif seperti limfosit, makrofag dan sel-sel pencernaan didasarkan pada hasil pengujian terhadap indivisu yang sehat. Sistem imun menjadi rusak karena defisiensi adenosin deam inase. Rusaknya fungsi sel T juga berhubungan dengan defisiensi purin nukleoside phosporylase. Pemberian nukleotida efektif untuk membantu aktivasi makrofag dari sel T helper. 12. Selenium Bersama-sama dengan Cytosolic Gluthation-peroxidase (GSHPx) dan pospolipid hidroperoksidase sebagai residu selenosistein dihubungkan dengan respons sel imun. GSPHc yang berikatan dengan selenium dapat mengontrol produksi substrat peroksida yang berlebihan seperti H 2O2 di dalam sel . Sel yang kekurangan GSHPx akan kehilangan kemampuannya untuk membentuk mikrotubula dan serangan sitotoksik. Defisiensi Se atau pemberian Se dalam jumlah cukup mempengaruhi sistem imun pada hewan percobaan. 11. Glutations (GSH) Komponen dengan BM rendah yang banyak terdapat di dalam sel dan merupakan scavanger radikal bebas yang sangat kuat. Dalam bentuk reduksinya, GSH melindungi sel dari oksidasi, radikal bebas dan bahan sitotoksik lain. Kandungan GSH intraseluler yang cukup diperlukan untuk aktivasi limfosit. 13. Mineral Lainnya Beberapa metalloenzim lain secara langsung berperan dalam sistem imun seperti Cu, Zn superoksida dismutase dan Fe-katalase. Efektivitas dari mineral ini tergantung pada keterikatannya dengan enzim antioksidan meski konsnetrasi mineral tinggi, tapi jika tidak ada enzim maka tidak dapat memperbaiki sistem imun. Dari hasil penelitian diketahui defisiensi Cu, Fe, Mn atau Zn dapat merusak sistem imun. Suplementasi Fe pada populasi dengan tingkat anemia tinggi dapat mengurangi penyakit akibat infeksi dan diare. Kelebihan mineral dapat menyebabkan keracunan dan pada beberapa kasus menurunkan daya tahan tubuh 10