INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) DAN INCREMENTAL LABOR OUTPUT RATIO (ILOR) KABUPATEN LOMBOK BARAT 2012 - 2015 Tahun Anggaran 2016 KATALOG DALAM PENERBITAN Catalogue in Publication Judul / Title : Incremental Capilat Output Ratio (ICOR) dan Incremental Labor Output Ratio (ILOR) Tahun 2012-2015 No. Publikasi : 5201.1603 Publication Number Ukuran Buku Book Size : 18,2 cm X 25,7 cm Jumlah Halaman : 90+vii Total Pages Naskah Manuscript : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Regional Account and Statistical Analysis Divison Dicetak Oleh Printed by : CV. MAHARANI © BPS Kabupaten Lombok Barat “Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengkomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik” Do not publish, distribute, communicate, and/or reprint part or the whole of the publication for commercial interest without writen authorization from Statistics of Indonesia. Prolog SAMBUTAN Data dan informasi ekonomi merupakan hal yang sangat penting dalam perekonomian dukungan menghasilkan agar data memudahkan berada pada perencanaan dalam perencanaan koridor dapat pengambilan yang terukur kebijakan pembangunan benar. Dengan sehingga pembangunan akan yang berkelanjutan. Kami menyambut gembira terbitnya publikasi Incremental Capital Output Ratio (ICOR) dan Incremental Labor Output Ratio (ILOR) Kabupaten Lombok Barat Tahun 2012-2015. Harapan kami agar publikasi yang memuat informasi tentang investasi dan ketenagakerjaan ini dapat dimanfaat oleh para stake holder sebagai landasan dalam mengambil kebijakan dan juga bagi masyarakat pada umumnya sebagai gambaran perekonomian Kabupaten Lombok Barat terkini. Kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya publikasi ini disampaikan terima kasih. Semoga Lombok Barat semakin Unggul, Mandiri, Sejahtera dan Bermartabat. Giri Menang, November 2016 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lombok Barat Kepala, Dr. H. BAEHAQI, S. Si, M.Pd, MM ii ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Prolog KATA PENGANTAR Salah satu kegiatan ekonomi yang berperan dalam menentukan laju pertumbuhan ekonomi wilayah adalah investasi. Salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran mengenai investasi dan peranannya dalam membentuk pertumbuhan ekonomi adalah Incremental Capital Output Ratio (ICOR). Bekerjasama dengan Bappeda Kabupaten Lombok Barat, BPS menyambut terbitnya publikasi Incremental Capital Output Ratio (ICOR) dan Incremental Labor Output Ratio (ILOR) Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 sebagai sumber data bagi perencanaan pembangunan ekonomi Lombok Barat. Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam publikasi ini, intuk itu saran dan kritik membangun kami harapkan. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan publikasi ini diucapkan terima kasih. Gerung, November 2016 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Barat Ir. AGUS ALWI iii ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Prolog DAFTAR ISI SAMBUTAN …………………………………………………………………………... KATA PENGANTAR ……………………………………………………………... DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….… DAFTAR TABEL …………………………………………………………………... DAFTAR GRAFIK ………………………………………………………………….. BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……………………………………………. 1.2 Maksud dan Tujuan ……………………………………… 1.3 Ruang Lingkup ………………………………………………. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Incremental Capital Output Rasio (ICOR ) ………………………………………………………….. 2.2 Pengertian Investasi ……………………………………… 2.3 Pengertian Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) …………………………………………………………… 2.4 Pengertian Output dan Nilai Tambah Bruto .. 2.5 Pengertian Incremental Labour Output Rasio (ILOR) …………………………………………………………….. BAB III METODOLOGI 3.1 Sumber Data ………………………………………………… 3.2 Metode Analisis …………………………………………….. 3.3 Penghitungan ILOR ……………………………………….. BAB IV PEMBAHASAN 4.1 PDRB Kabupaten Lombok Barat …………………... 4.2 Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) …… 4.3 Pembentukan Modal tetap Bruto (PMTB) …….. 4.4 Perkembangan Investasi ……………………………….. 4.5 Perkembangan ICOR Kabupaten Lombok Barat ……………………………………………………………... 4.6 Kebutuhan Investasi ……………………………………… ii iii iv vi vii 1 5 6 8 11 14 15 17 20 22 33 34 39 41 44 49 60 iv ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Lampiran 4.7 Incremental labor Output ratio (ILOR) ………… BAB V PENUTUP ……………………………………………………………….. DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………. LAMPIRAN ……………………………………………………………………………… 62 71 75 76 v ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Lampiran DAFTAR TABEL Tabel Tabel Tabel Tabel 1 2 3 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel 7 8 9 10 11 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Lombok Barat Tahun 2012-2015 (Juta Rp) ……………………………………………………….. Struktur Ekonomi Kabupaten Lombok Barat Menurut lapangan Usaha Tahun 2012-2015 (Juta Rp) ………………………………………………………. Struktur Ekonomi Kabupaten Lombok Barat Menurut Pengeluaran Tahun 2012-2015 (Juta Rp) …………………………………………………………………. Rencana dan Realisasi Investasi PMA dan PMDN di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2012-2015 …………………………………………………….. Nilai PMTB dan Laju Pertumbuhan Investasi di Kabupaten Lombok Barat Tahun 20122015 (Juta Rp.) ……………………………………………... Koefisien ICOR Lapangan Usaha Metode Akumulasi Kabupaten Lombok Barat Periode Tahun 2012-2015 .............................................................. Koefisien ICOR Lapangan Usaha Metode Standar Kabupaten Lombok Barat Periode Tahun 2012-2015 .............................................................. Kebutuhan Investasi Kabupaten Lombok Barat Tahun 2016-2020 (juta Rupiah) ........... Kondisi Ketenagakerjaan Kabupaten Lombok Barat Tahun 2007-2015 ............................................... ILOR Kabupaten Lombok Barat Tahun 20122015 ........................................................................................... Produktivitas Pekerja Kabupaten Lombok Barat Menurut Lapangan Usaha Tahun 20122015 ........................................................................................... 35 36 37 40 42 56 57 61 64 67 69 vi ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Lampiran DAFTAR GRAFIK Grafik Grafik Grafik Grafik 1 2 3 4 Grafik 5 Grafik 6 Grafik Grafik 7 8 Perkembangan Investasi dan Belanja Modal APBD Kabupaten Lombok Barat Tahun 20122015 (Juta Rp.) …………………………………………….. Perkembangan Pangsa Investasi terhadap PDRB dan Pangsa Belanja Modal APBD terhadap Investasi Kabupaten Lombok Barat Tahun 2012-2015 (persen) ………………………….. Elastisitas PDRB Per Kapita terhadap Investasidi Kabupaten Lombok Barat Tahun 2012-2015 (persen) ……………………………………… Koefisien ICOR dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 …………. Koefisien ICOR Kabupaten Lombok Barat Periode Tahun 2012-2015 Menurut Metode Penghitungan ....................................................................... Koefisien ICOR Kabupaten Lombok Barat dan Provinsi NTB Tahun 2012-2015 (dengan Newmont) ............................................................................... Koefisien ICOR Kabupaten Lombok Barat dan Provinsi NTB Tahun 2012-2015 (Tanpa Newmont) ............................................................................... Koefisien ILOR Kabupaten Lombok Barat Tahun 2012-2015 ............................................................. 46 47 48 50 53 59 60 65 vii ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai kabupaten yang cukup besar di Nusa Tenggara Barat, keberadaan Kabupaten Lombok Barat memegang andil yang cukup besar dalam perekonomian. Dalam periode 2012 hingga 2015 pertumbuhan ekonomi di Lombok Barat selalu berada di atas 5 persen hal ini tentu saja menggambarkan betapa sehatnya iklim perekonomian di Lombok Barat. Dengan kondisi geografis dan sumber daya yang dimiliki, Lombok Barat menjadi salah satu Kabupaten yang cukup potensial untuk berkembangnya investasi. Ekonomi yang tumbuh karena peningkatan investasi daerah, dan setiap selalu menjadi harapan setiap berbagai cara dan promosi dilakukan oleh daerah dalam rangka menarik investor guna berinvestasi di daerahnya. Investasi merupakan salah satu stimulan yang telah dibuktikan oleh para ahli ekonomi dapat membantu mengembangkan perekonomian suatu daerah. Selain itu keberadaan investasi juga dapat membantu kesinambungan perekonomian suatu wilayah di masa yang 1 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Pendahuluan akan datang. Kegiatan investasi dapat meningkatkan kapasitas produksi yang akan berimbas pada peningkatan output dan tentu saja akan bermuara pada meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi selalu menjadi target pembangunan karena dengan pertumbuhan ekonomi diharapkan kesejahteraan masyarakat akan ikut meningkat. Salah satu indikator yang berkaitan dengan investasi yang bisa digunakan untuk evaluasi dan perencanaan pembangunan adalah Incremental Capital Output Ratio (ICOR). Besaran ICOR dapat memperlihatkan seberapa banyak tambahan investasi diperlukan untuk menghasilkan satu unit output. Oleh karena itu besaran ICOR dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya kebutuhan investasi pada masa-masa yang akan datang. Selain itu analisis besaran ICOR dapat digunakan pula untuk melihat produktivitas dan efisiensi dari investasi yang dilakukan. Semakin kecil nilai ICOR semakin besar pula efisiensi produktivitas dari investasi yang ditanamkan. Investasi yang sama pada suatu perekonomian dengan ICOR yang lebih rendah akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi. Dalam diperkirakan teori akan Keynes, pengeluaran mempengaruhi permintaan investasi agregat, 2 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Pendahuluan tetapi tidak mempengaruhi penawaran agregat. HarrodDomar melihat pengaruh investasi dalam perspektif waktu yang lebih panjang. Karena itu, menurut Harrod-Domar, pengeluaran investasi tidak hanya mempengaruhi permintaan agregat melalui proses multiplier, tetapi juga akan mempengaruhi peningkatan penawaran kapasitas produksi. agregat Adanya melalui pengeluaran investasi akan menyebabkan penambahan stok kapital yang berarti akan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menghasilkan output. Model Harrod-Domar (Model H-D) memperlihatkan hubungan yang erat antara investasi dan output (pendapatan wilayah). Keterkaitan tersebut, dalam Model H-D, salah satunya ditunjukkan oleh suatu ukuran yang disebut sebagai Incremental Capital Output Ratio (ICOR), yang merupakan rasio antara investasi dan tambahan output (pendapatan regional) yang dihasilkan selama suatu periode tertentu. Dengan menggunakan besaran ICOR, kebutuhan investasi juga dapat diperkirakan dalam upaya mencapai tingkat pertumbuhan yang diinginkan. Dengan sedikit modifikasi, dapat pula dilihat keterkaitan antara pertumbuhan ekonomi dengan penyerapan tenaga kerja yang dituangkan dalam suatu ukuran yang disebut sebagai Incremental Labour Output Rasio (ILOR). ILOR merupakan suatu besaran yang 3 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Pendahuluan menunjukkan besarnya tambahan tenaga kerja baru yang dibutuhkan untuk menaikkan atau menambah satu unit output. Besaran ILOR diperoleh dengan membandingkan besarnya output. tambahan tenaga kerja dengan tambahan Dapat juga dikatakan ILOR menunjukkan jumlah tenaga kerja yang terserap dari pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu wilayah pada periode tertentu. Tersedianya diperlukan Aspek data dalam perencanaan perencanaan menentukan mengenai arah merupakan dan target ICOR dan pembangunan faktor ILOR daerah. penting hasil-hasil dalam pembangunan yang akan dicapai dalam hal ini mengenai iklim investasi. Perencanaan yang telah didasarkan pada data yang tersedia akan dituangkan dalam bentuk kebijakan baik berupa aturan ataupun pembiayaannya untuk kemudian implementasi dianalisis dari kebijakan sehingga tersebut dapat dievaluasi dijadikan masukan dan yang berharga bagi perencanaan pembangunan untuk masa yang akan datang. ekonomi, target biasanya telah Dalam perencanaan pertumbuhan ditetapkan ekonomi dalam pembangunan suatu suatu daerah dokumen perencanaan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), yang diterjemahkan dalam pedoman kerja daerah yang dikenal dengan 4 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Pendahuluan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) untuk memenuhi target pertumbuhan ekonomi yang telah ditetapkan. Kebutuhan investasi pada suatu daerah perlu untuk direncanakan. Target pertumbuhan ekonomi realistis yang sudah ditentukan menentukan dapat kebutuhan dijadikan investasi. panduan Kebutuhan dalam investasi suatu daerah dapat berbeda dengan daerah lainnya, karena sangat dipengaruhi oleh struktur dan ekonomi yang dimiliki daerah. Terciptanya iklim yang baik ekonomi. yang mulai berperan investasi yang pemerintahan diterapkan kepada besar sejak di upaya dalam daerah penciptaan daerahnya. kewenangan tersebut, pemerintah daerah di tahun 2001 pemerintah dalam kondusif investasi terjadinya pertumbuhan desentralisasi mengamanatkan untuk turut iklim mendorong Kebijakan Indonesia telah akan potensi lebih Dengan leluasa menentukan jenis investasi dan menciptakan investasi sesuai dengan kebutuhan di daerahnya iklim masing- masing. 1.2. Maksud Dan Tujuan Penyusunan publikasi ICOR dan ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 dimaksudkan untuk memenuhi 5 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Pendahuluan kebutuhan dapat akan data digunakan indikator sebagai ekonorni makro yang bahan perencanaan pembangunan di Kabupaten Lombok Barat. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah: 1. Untuk mengetahui besarnya ICOR dan ILOR menurut lapangan usaha di Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2012-2015. 2. Untuk mengetahui tingkat efisiensi dalam penggunaan barang modal di masing-masing lapangan usaha di Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2012-2015. 3. Untuk mengetahui struktur pembentukan barang modal per lapangan usaha di Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2012-2015. 4. Untuk merencanakan kebutuhan investasi yang diperlukan agar pertumbuhan ekonomi dapat tercapai sesuai target yang diinginkan. 1.3. Ruang Lingkup Wilayah cakupan penyusunan Incremental Capital Output Rasio (ICOR) dan Incremental Labour Output Rasio (ILOR) yang disajikan pada laporan ini adalah Kabupaten Lombok Barat dan periode waktunya adalah empat tahun yaitu tahun 2012-2015. 6 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Pendahuluan Dasar penentuan waktu empat tahun adalah bahwa peranan investasi pada satu kegiatan investasi dilaksanakan tahun pada pertama suatu setelah lapangan usaha ekonomi, belum tentu langsung dapat menghasilkan output secara optimal, output baru akan tercipta optimal pada tahun kedua, ketiga atau lebih. 7 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 BAB II Tinjauan Pustaka BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Incremental Capital Output Rasio (ICOR) Incremental Capital Output Ratio (ICOR) adalah suatu besaran yang menunjukkan besarnya tambahan kapital (investasi) baru yang dibutuhkan untuk menaikkan/menambah satu unit output. Besaran ICOR diperoleh dengan membandingkan besarnya tambahan kapital dengan tambahan output. Karena unit kapital bentuknya berbeda-beda dan beraneka ragam sementara unit output relatif tidak berbeda, maka untuk memudahkan penghitungan keduanya dinilai dalam bentuk uang (nominal). Pengkajian mengenai ICOR menjadi sangat menarik karena ICOR dapat merefleksikan besarnya produktifitas kapital yang pada akhirnya menyangkut besarnya pertumbuhan ekonomi yang bisa dicapai. Secara teoritis hubungan ICOR dengan pertumbuhan ekonomi dikembangkan pertama kali oleh R. F. Harrod dan Evsey Domar (1939 dan 1947). Namun karena kedua teori tersebut banyak kesamaannya, maka kemudian teori tersebut lebih dikenal sebagai teori Harrod-Domar. 8 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Tinjauan Pustaka Pada dasarnya teori tentang ICOR dilandasi oleh dua macam konsep Rasio Modal-Output yaitu: (i) Rasio Modal-Output atau Capital Output Ratio (COR) atau yang sering disebut sebagai Average Capital Output Ratio (ACOR), yaitu perbandingan antara kapital yang digunakan dengan output yang dihasilkan pada suatu periode tertentu. COR atau ACOR ini bersifat statis karena hanya menunjukkan besaran yang menggambarkan perbandingan modal dan output. (ii) Rasio Modal-Output Marginal atau Incremental Capital Output Ratio (ICOR) yaitu suatu besaran yang menunjukkan besarnya tambahan kapital (investasi) baru yang dibutuhkan untuk menaikkan /menambah satu unit output baik secara fisik maupun secara nilai (uang). Konsep ICOR ini lebih bersifat dinamis karena menunjukkan perubahan kenaikan/ penambahan output sebagai akibat langsung dari penambahan kapital. Dari pengertian pada butir (ii), maka ICOR bisa diformulasikan sebagai berikut: ICOR = ΔK / ΔY……………….(1) dimana ΔK = perubahan kapital ΔY = perubahan output 9 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Tinjauan Pustaka Dari rumus merupakan (1) didapatkan statistik yang pengertian bahwa menunjukkan ICOR kebutuhan perubahan stok kapital untuk menaikkan satu unit output. Dalam perkembangannya, data yang digunakan untuk menghitung ICOR bukan lagi hanya penambahan barang modal baru atau perubahan stok kapital melainkan Investasi (I) yang ditanam baik oleh swasta maupun pemerintah sehingga rumusan ICOR dimodifikasi menjadi: ICOR = I / ΔY…………………..(2) dimana I = Investasi ΔY = perubahan output Rumus (2) dapat diartikan sebagai banyaknya kebutuhan investasi yang diperlukan untuk mendapatkan 1 unit output. Sebagai contoh, misalnya besarnya investasi pada suatu tahun di negara A adalah sebesar Rp 300 miliar, sedangkan tambahan output yang diperoleh dari hasil penanaman investasi itu adalah sebesar Rp 60 miliar, maka nilai ICOR negara A adalah sebesar 5 (300 miliar / 60 miliar). Angka ini menunjukkan bahwa untuk menaikkan 1 unit output diperlukan investasi sebesar 5 unit. 10 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Tinjauan Pustaka Pada kenyataannya pertambahan output bukan hanya disebabkan oleh investasi, tetapi juga oleh faktorfaktor lain di luar investasi seperti pemakaian tenaga kerja, penerapan teknologi dan kemampuan kewiraswastaan. Dengan demikian untuk melihat peranan investasi terhadap output berdasarkan konsep ICOR, maka peranan faktor-faktor selain investasi diasumsikan konstan (ceteris paribus). 2.2 Pengertian Investasi Secara umum kapital atau yang sering disebut “Gross sebagai Capital Stock” merupakan akumulasi/penumpukan pembentukan modal bruto dari tahun ke tahun yang digunakan untuk menghasilkan produk baru. Kapital secara fisik adalah seluruh barang modal yang digunakan dalam proses produksi seperti mesin, bangunan, kendaraan dan lainnya. Dalam sistem pembukuan neraca perusahaan, yang dimaksud dengan kapital adalah harta tetap (fixed assests) suatu badan usaha. Batasan mengenai konsep barang modal adalah barang yang mempunyai umur pemakaian lebih dari satu tahun dan dapat dipakai berulang kali, serta nilainya relatif besar. Konsep barang modal sendiri adalah 11 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Tinjauan Pustaka seluruh peralatan dan prasarana fisik yang digunakan di dalam proses produksi, dengan deksripsi sebagai berikut: a. Barang modal dalam bentuk bangunan/konstruksi, baik berupa bangunan tempat tinggal (residential buildings) maupun bukan tempat (non-residential tinggal buildings), dan konstruksi lainnya seperti jalan raya, jembatan, instalasi listrik, jaringan komunikasi, jembatan pelabuhan dan lain-lain. b. Mesin-mesin dan peralatan baik untuk pabrik, kantor maupun usaha rumah tangga. c. Alat-alat transportasi. d. Biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan besar barang modal. e. Biaya baru, untuk pengembangan perluasan hutan, dan serta pembukaan lahan peremajaan dan penanaman pohon tanaman hias. f. Pembelian ternak pemeliharaan produktif untuk tujuan untuk pembibitan diambil dan hasil-hasilnya, termasuk pula yang pemeliharaannya untuk dipakai tenaganya. Tetapi tidak termasuk pembelian ternak untuk dipotong. g. Barang modal lainnya, mencakup pengadaan barangbarang elektronik, barang-barang komunikasi termasuk perlengkapannya, alat ukur, alat fotografi, alat optik, 12 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Tinjauan Pustaka jam, alat musik, alat olah raga, perabot rumah tangga dan barang-barang modal lainnya. Total seluruh nilai investasi pembelian diperoleh barang dari modal penjumlahan baru/bekas, pembuatan/perbaikan besar yang dilakukan oleh pihak lain dan sendiri dikurangi oleh penjualan barang modal bekas. Pembentukan modal merupakan bagian dari proses investasi secara umum, nasional proses ini dan dikenal dalam sebagai konsep investasi neraca fisik. Berdasarkan proses realisasinya investasi dikelompokkan menjadi investasi finansial dan investasi non finansial. Investasi finansial lebih mengarah pada investasi dalam bentuk instrument finansial seperti tabungan, deposito, saham dan sejenisnya. Sementara investasi non finansial lebih mengarah kepada investasi dalam bentuk fisik/ modal tetap (tangible dan intangible), dimana termasuk di dalamnya inventori atau persediaan (barang jadi, barang setengah jadi, bahan baku dan bahan penolong), dan barang berharga lainnya. Kendatipun demikian, investasi finansial dapat juga direalisasikan menjadi investasi fisik (riil). Dalam konsep publikasi ini, investasi yang digunakan mencakup investasi fisik saja. 13 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Tinjauan Pustaka 2.3. Pengertian Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Sesuai Account dengan (SNA) 2008, A System dijabarkan bahwa konsep of National Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) merupakan terminology lain dari capital yang secara konsep sebenarnya identic dengan investasi fisik yang direalisasikan pada suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu (physical domestic investment). Disebut sebagai PMTB karena tidak termasuk perubahan inventori dan barang berharga. PMTB erat kaitannya dengan keberadaan asset tetap (fixed asset) yang dilibatkan dalam proses produksi. Secara garis besar asset tetap dapat diklasifikasikan menurut barang modal seperti: bangunan dan konstruksi lain, mesin dan perlengkapan, kendaraan, tumbuhan, ternak dan barang modal lainnya. Pembentukan modal tetap bruto suatu daerah/wilayah didefinisikan sebagai pengadaan, pembuatan dan pembelian barang modal baru dari dalam daerah/ wilayah dan termasuk juga barang modal baru atau bekas dari luar daerah/wilayah yang digunakan sebagai alat berproduksi. Sedangkan istilah bruto mencerminkan bahwa penghitungan PMTB belum dikurangi dengan penyusutannya. Pada level kabupaten/kota, PMTB adalah semua barang modal baru yang digunakan sebagai alat untuk 14 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Tinjauan Pustaka berproduksi di daerah tersebut. Barang modal tersebut dapat diperoleh dengan cara membeli dari luar daerah maupun melalui pengadaan dari dalam daerah sendiri, barang modal baru disini mencakup pembelian barang modal bekas dari luar daerah. PMTB menggunakan pendekatan pengukuran sebagai (flow), arus bahwa sementara masih terdapat istilah unsur bruto mengindikasikan penyusutan (teknis dan ekonomis) di dalamnya. Penyusutan atau konsumsi barang modal (Consumption of Fixed Capital) menggambarkan penurunan nilai barang modal yang digunakan dalam proses produksi secara normal selama satu periode, dimana kerugian tersebut akan dikompensasikan sebagai pengeluaran produksi (biaya primer). 2.4. Pengertian Output dan Nilai Tambah Bruto Dalam perspektif ekonomi pengertian output adalah hasil yang diperoleh dari pendayagunaan seluruh faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, dan kewiraswastaan), di dalam kegiatan proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Dalam kerangka ekonomi nasional, output adalah nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh faktor-faktor domestik dalam negeri selama periode tertentu. Namun demikian, nilai yang 15 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Tinjauan Pustaka diciptakan oleh penggunaan faktor produksi tersebut tidak sebesar output yang dihasilkan, karena dalam proses produksi diperlukan bahan-bahan baku dan penolong (biaya antara) yang merupakan hasil produksi sektor lain. Dengan demikian, nilai yang diciptakan oleh faktor produksi tersebut merupakan pengurangan dari output dengan biaya antara. Nilai yang diciptakan inilah yang disebut dengan Nilai Tambah Bruto (NTB). Dalam kerangka ICOR, output adalah tambahan (flow) produk dari hasil kegiatan ekonomi dalam kurun waktu tertentu atau nilai-nilai yang merupakan hasil pendayagunaan faktor produksi. Output ini merupakan nilai tambah atas dasar biaya faktor produksi yang dihasilkan dari kegiatan usaha. Oleh sebab itu untuk selanjutnya, dalam penghitungan ICOR ini konsep output yang digunakan adalah Nilai Tambah Bruto bukan output seperti konsep umum. Nilai tambah adalah tambahan nilai input antara yang digunakan (BPS,2004). dalam Penambahan proses nilai produksi input antara barang/jasa ini terjadi karena input antara tersebut telah mengalami proses yang mengubah barang/jasa menjadi bernilai lebih tinggi. Input antara sendiri mencakup seluruh nilai komoditas yang 16 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Tinjauan Pustaka habis atau dianggap habis dalam suatu proses produksi, contoh bahan baku, bahan bakar, dan sebagainya. Barang yang digunakan untuk proses produksi yang memiliki umur kurang dari 1 tahun dan habis dipakai dimasukkan sebagai input antara bukan sebagai barang modal. Nilai tambah bruto dalam suatu wilayah ini dikenal juga sebagai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dengan demikian Nilai Tambah Bruto yang dimaksud dalam penghitungan ICOR ini adalah Nilai Tambah Bruto (PDRB) yang dihasilkan oleh lapangan usaha Kabupaten Lombok Barat periode tahun 2012-2015. 2.5. Pengertian Incremental Labour Output Rasio (ILOR) Dalam ilmu ekonomi, faktor produksi adalah sumber daya yang digunakan dalam suatu proses produksi untuk menghasilkan barang/jasa. Pada umumnya faktor produksi dirunutkan dalam empat kelompok yaitu faktor produksi sumber daya alam, faktor produksi tenaga kerja, faktor produksi modal (capital) dan faktor produksi kewirausahaan. Andil faktor produksi tenaga kerja dalam menggerakkan perekonomian dapat digambarkan melalui indicator Incremental Labour Output Ratio (ILOR). ILOR didefinisikan sebagai perbandingan antara perubahan 17 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Tinjauan Pustaka tenaga kerja (ᐃL) terhadap perubahan output (ᐃY) dalam suatu wilayah. ILOR = ΔL / ΔY Perubahan tenaga kerja (ᐃL) merupakan selisih antara jumlah penduduk ekonomi Sedangkan pada bekerja t tahun perubahan menurut dengan output lapangan tahun (ᐃY) usaha sebelumnya. merupakan selisih PDRB Atas dasar harga konstan pada tahun t dengan tahun sebelumnya. Selain memberikan gambaran efisiensi tenaga kerja, ILOR dapat menggambarkan seberapa besar tenaga kerja yang dapat terserap jika terjadi penambahan output di suatu wilayah. Dihadapkan pada keterbatasan sumber data yang berkaitan dengan ketenagakerjaan, maka khusus untuk penghitungan ILOR lapangan usaha ekonomi dikelompokkan dalam tiga sektor besar yaitu Agriculture (A), Manufacture (M) dan Services (S). Yang termasuk dalam sektor A adalah lapangan usaha pertanian, yang termasuk dalam Pertambangan sektor dan M adalah penggalian; lapangan Industri usaha Pengolahan; Pengadaan Listrik dan Gas; Pengadaan air, pengelolaan 18 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Tinjauan Pustaka limbah, sampah dan daur ulang; dan lapangan usaha Konstruksi. Adapun yang termasuk dalam sektor S adalah lapangan usaha Perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor; lapangan usaha transportasi dan pergudangan; Penyediaan akomodasi dan makan minum; Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan dan Asuransi; Real Estate; Jasa Perusahaan; Administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan kegiatan sosial dan Lapangan usaha Jasa Lainnya. 19 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 BAB III Metodologi BAB III METODOLOGI 3.1. Sumber Data Dalam penyusunan ICOR Kabupaten Lombok Barat periode tahun 2012-2015 dilakukan pengumpulan data dari berbagai sumber. Data yang dimaksud berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan survei langsung ke sumber data (responden). Pengumpulan data primer ini dilakukan melalui wawancara dengan mengisi kuesioner di perusahaan-perusahaan yang terpilih sebagai sampel pada Survei Khusus Neraca Konsumsi dan Survei Khusus Neraca Produksi. Selain itu digunakan juga data hasil Survei Ketenagakerjaan nasional (Sakernas) untuk penghitungan ILOR. Sedangkan instansi terkait untuk dan data sekunder sumber-sumber diperoleh lainnya, dari seperti BPMP2T, Laporan Keuangan Daerah, Lombok Barat Dalam Angka, Bank Indonesia dan sebagainya yang digunakan untuk mendukung penghitungan baik ICOR maupun ILOR. Diakui bahwa data yang diperoleh masih sangat terbatas, selain karena merupakan hasil sampel juga karena data-data lainnya kurang lengkap. Sehingga, pada 20 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Metodologi akhirnya dilakukan estimasi dengan menggunakan data Sebagai Control yang ada untuk mendapatkan PMTB. Total (CT) pada estimasi ini adalah nilai PMTB total yang menurut pengeluaran (expenditure). terdapat pada PDRB Data Penyerapan tenaga kerja per sektor diperoleh dari data survei angkatan kerja nasional (Sakernas) sebagai pendukung didalam penghitungan ILOR. perbedaan konsep klasifikasi didalam Karena pengelompokan tenaga kerja di sakernas dengan pengklasifikasian dalam penghitungan output atau nilai tambah bruto, maka dilakukan penyelarasan terhadap data sakernas dengan menggunakan data pendukung lainnya. Data yang diperoleh baik melalui survei maupun kompilasi dari sumber-sumber yang ada masih dalam bentuk harga berlaku, sedangkan pada penghitungan ICOR dibutuhkan menghitung data data atas dasar PMTB harga atas dasar konstan. Untuk harga konstan digunakan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) dan Indeks Harga Konsumen (IHK) menurut kelompok barang modal, dengan cara mendeflate angka PMTB berlaku dengan indeks harga yang sesuai. 21 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Metodologi 3.2. Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam penyusunan publikasi ini adalah analisis deskriptif dimana data akan disajikan baik dalam bentuk tabel maupun gambar/grafik. Beberapa indikator yang akan dihitung diantaranya adalah kontribusi/pangsa, laju pertumbuhan dan sumbangan investasi terhadap PDRB. Estimasi PMTB Menurut Lapangan Usaha Pembentukan investasi yang Modal Tetap digunakan Bruto dalam (PMTB) atau penghitungan ICOR adalah PMTB atau investasi atas dasar harga konstan 2010, karena menggunakan Dalam pertumbuhan PDRB menghitung atas nilai ekonomi dasar harga investasi sektor/sub sub sektor sangat ketersedian data. menghitung nilai investasi Terdapat pada diukur konstan 2010. masing-masing tergantung beberapa dengan terhadap metode yaitu menggunakan dalam metode langsung, metode survei dan metode penyusutan. (i) Metode Langsung, yaitu nilai investasi diperoleh secara langsung dari publikasi-publikasi dan laporanlaporan pemerintah yang dan bersumber badan dari usaha dinas/instansi maupun dari perusahaan/lembaga swasta. Namun demikian, nilai 22 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Metodologi investasi yang diperoleh adalah atas dasar harga berlaku (nilai tahun berjalan), karena itu nilai investasi tersebut harus dikonstankan terlebih dahulu dengan mendeflasikan terlebih dahulu dengan indeks harga yang sesuai. (ii) Metode Survei, yaitu digunakan untuk sektor/subsektor yang tidak tersedia data investasinya. Data yang didapatkan dari hasil survei adalah data pembentukan modal tetap bruto (PMTB) dan output usaha/perusahaan dalam waktu tertentu. dari Kemudian dari hasil survei tersebut dapat dihitung rasio PMTB terhadap output. Dengan diperolehnya rasio PMTB terhadap output dari hasil survei tersebut maka untuk memperoleh PMTB lapangan usaha adalah dengan mengalikan masing rasio lapangan tersebut usaha dengan dari output PDRB. masing- Data yang dihasilkan tersebut adalah data investasi dan output atas dasar harga berlaku karena itu data tersebut harus di konstankan mendeflasikan dengan terlebih indeks dahulu harga dengan yang sesuai. Hampir sebagian besar lapangan usaha diestimasi dari hasil Survei Khusus Neraca Konsumsi maupun Survei Khusus Neraca Produksi, karena keterbatasan data 23 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Metodologi yang mencatat besarnya pembentukan modal menurut lapangan usaha. (iii) Metode Penyusutan, yaitu cara mengestimasi investasi pada masing-masing lapangan usaha dengan menggunakan besaran nilai penyusutan pada lapangan usaha tersebut. penggunaan Dasar metode pemikiran penyusutan yang melandasi adalah bahwa penyusutan barang modal tetap yang diperhitungkan pada periode tertentu akan digunakan untuk investasi pada periode berikutnya. Ini berarti bahwa investasi mempunyai hubungan linier dengan nilai penyusutan, sehingga lapangan usaha yang mempunyai nilai penyusutan besar akan memiliki investasi yang besar pula. Pendekatan estimasi PMTB yang pada digunakan masing-masing dalam melakukan lapangan usaha menggunakan kombinasi dari ketiga metode di atas sesuai dengan kondisi data yang ada, namun sebagai Control Total (CT) pada estimasi ini adalah nilai PMTB total yang terdapat pada PDRB menurut pengeluaran (expenditure). 24 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Metodologi Penghitungan Output Menurut Lapangan Usaha Konsep output yang digunakan dalam penyusunan ICOR adalah nilai tambah Bruto (dalam output masih terkandung biaya antara), karena nilai peningkatan output tercermin dari peningkatan nilai tambah. Nilai tambah yang digunakan dalam penghitungan ICOR adalah nilai tambah dari PDRB yang dihitung atas dasar harga konstan tahun 2010. Peningkatan output suatu lapangan usaha dihitung dengan cara menghitung selisih output (nilai tambah) setiap lapangan usaha pada PDRB tahun t dikurangi dengan nilai tambah lapangan usaha tersebut sektor PDRB tahun t-1. Pangsa/Kontribusi Investasi Pangsa/kontribusi investasi terhadap PDRB dihitung dengan formula sebagai berikut: Dimana: Pangsa Ib,t = pangsa/kontribusi investasi terhadap PDRB atas dasar harga berlaku pada periode ke t 25 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Metodologi Ib,t = Investasi atas dasar harga berlaku pada periode ke t Yb,t = PDRB atas dasar harga berlaku pada periode ke t Laju Pertumbuhan Investasi Laju pertumbuhan investasi dihitung dengan formula sebagai berikut: Dimana: Growth Ik,t = laju pertumbuhan Investasi atas dasar harga konstan 2010 pada periode t Ik,t = Investasi atas dasar harga konstan 2010 pada periode t Ik,t-1 = Investasi atas dasar harga konstan 2010 pada periode t-1 Elastisitas PDRB per kapita terhadap investasi Konsep elastisitas dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh sensitifitas pendapatan per kapita terhadap perubahan investasi. Konsep ini digunakan untuk melihat besarnya dampak pertumbuhan investasi terhadap 26 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Metodologi pertumbuhan PDRB per kapita. Adapun formula yang digunakan adalah sebagai berikut: Dimana: E Ik,t = elastisitas PDRB per kapita adh konstan 2010 terhadap investasi pada periode ke t Growth Ik,t = Laju pertumbuhan investasi adh konstan 2010 pada periode t Growth Yk,t = laju pertumbuhan PDRB perkapita adh konstan 2010 periode t Rumus Penghitungan ICOR Dalam prakteknya, penanaman investasi memerlukan waktu Jangka yang lama waktu untuk yang menunjukkan diperlukan hasil untuk (dampak). memperoleh feedback dari investasi yang ditanamkan disebut sebagai “Lag”. Dengan mempertimbangkan periode waktu ini, dan karena data yang digunakan adalah time series data, maka untuk memperoleh nilai ICOR yang mewakili dilakukan mewakili dilakukan dengan perhitungan simple average (rata-rata sederhana). Rumus penghitungan ICOR dapat diperluas menjadi sebagai berikut: 27 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Metodologi ICOR pada lag 0 (tanpa lag) Dimana: = t2 – (t1 – 1) n Rumus ICOR lag 0 diinterpretasikan bahwa investasi yang ditanamkan pada tahun ke t (It) akan menghasilkan output pada tahun ke t juga. Dengan demikian, tidak diperlukan waktu (time lag) untuk investasi yang ditanamkan hingga menghasilkan tambahan output. ICOR pada lag 1 Dimana: = t2 – (t1 – 1) n Rumus ICOR lag 1 diinterpretasikan bahwa investasi yang ditanamkan pada tahun ke t (It) baru akan menghasilkan tambahan output pada tahun ke t + 1. Dengan demikian, terdapat lag satu tahun sampai investasi yang ditanamkan menghasilkan tambahan output. 28 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Metodologi ICOR pada lag 2 Dimana: = t2 – (t1 – 1) n Rumus ICOR lag 2 diinterpretasikan bahwa investasi yang ditanamkan pada tahun ke t (It) baru akan menghasilkan tambahan output pada tahun ke t + 2. Dengan demikian, terdapat lag dua tahun sampai investasi yang ditanamkan menghasilkan tambahan output. ICOR pada lag 3 Dimana: = t2 – (t1 – 1) n Rumus ICOR lag 3 diinterpretasikan bahwa investasi yang ditanamkan pada tahun ke t (It) baru akan menghasilkan tambahan output pada tahun ke t + 3. Dengan demikian, terdapat lag tiga tahun sampai investasi yang ditanamkan menghasilkan tambahan output. 29 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Metodologi Dengan melihat kenyataan bahwa output yang ditimbulkan oleh suatu investasi membutuhkan waktu yang berbeda-beda, maka penghitungan koefisien ICOR akan lebih representatif apabila dihitung dalam satu kurun waktu tertentu (periode). Untuk menghitung koefisien ICOR dalam satu periode maka metode pendekatan yang biasa digunakan yaitu : a. Metode akumulasi, yang beranggapan bahwa timbulnya peningkatan disebabkan periode output oleh yang selama adanya sama. periode akumulasi Secara waktu tertentu investasi matematis pada dapat dirumuskan : ICOR I t Y Y t 1 t dengan adanya time lag maka rumusnya menjadi ; ICOR Y I t t s Yt s 1 dimana s adalah lag. b. Metode Standar, didasarkan pada prinsip rata-rata sederhana. Metode ini dilakukan dengan mencari koefisien ICOR terlebih dahulu pada masing-masing 30 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Metodologi tahun, kemudian dicari rata-ratanya. Secara matematis sebagai berikut : ICOR Dimana : I t 1 n Yt Yt 1 n adalah jumlah koefisien ICOR Untuk penggunaan time lag, rumus umumnya menjadi: ICOR Apabila laju diperkirakan I t 1 n Yt s Yt s 1 pertumbuhan atau ditetapkan, ekonomi serta PDRB diasumsikan dapat ICOR tidak berubah, maka perkiraan investasi untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yang telah ditetapkan dapat dihitung dengan mengembangkan rumus di atas. Koefisien ICOR Koefisien ICOR dapat bernilai negatif maupun positif. Koefisien ICOR negatif dapat terjadi apabila output pada tahun penghitungan sebelumnya. Penurunan lebih kecil nominal daripada output dapat tahun terjadi dikarenakan ada sebagian barang modal yang dijual, rusak atau tidak aktif karena alasan tertentu. Walaupun mungkin tetap terjadi penambahan barang modal baru, 31 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Metodologi namun bisa jadi barang modal baru tersebut belum berproduksi atau telah berproduksi namun output yang dihasilkan tidak sebanyak output tahun sebelumnya. Akibatnya selisih output pada tahun pengitungan dengan tahun sebelumnya akan bernilai negatif dan tentu saja hal ini akan berdampak pada koefisien ICOR yang juga akan menjadi bernilai negatif. Dengan demikian, koefisien ICOR yang negatif dapat diartikan bahwa investasi (penanaman barang modal) baru belum menghasilkan output dengan optimal ada tahun tersebut. Namun apabila penyebabnya adalah tidak dioperasikannya barang modal karena alasan tertentu maka hal tersebut bukan berarti investasi tidak efisien. Investasi akan dikatan efisien apabila koefisien bernilai positif dan kecil. Pada kondisi tertentu koefisen ICOR dapat pula bernilai positif dan sangat besar, hal ini akan terjadi apabila investasi yang ditanamkan pada tahun penghitungan relatif besar sedangkan output yang dihasilkan pada tahun penghitungan hanya sedikit lebih besar dari output tahun sebelumnya dan bahkan bisa jadi hampir sama dengan tahun sebelumnya. Apabila hal ini yang terjadi maka dapat dikatakan bahwa investasi yang ditanamkan tidak efisien dan tidak efektif. 32 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Metodologi Asumsi Dasar dalam Penghitungan ICOR Dalam menghitung ICOR ini terdapat asumsi bahwa perubahan output hanyalah disebabkan oleh perubahan capital atau oleh adanya investasi. Faktor lain di luar investasi seperti tenaga kerja, kewiraswastaan dan penerapan teknologi diasumsikan konstan. 3.3. Penghitungan ILOR Besarnya ILOR suatu daerah ditentukan oleh 2 (dua) faktor yaitu peningkatan penyerapan tenaga kerja per sektor dan peningkatan output yang dicapai oleh masingmasing sektor. Sebagaimana telah dijabarkan dalam Bab sebelumnya bahwa khusus untuk penghitungan ILOR dari 17 lapangan usaha yang ada pada PDRB dikelompokkan lagi menjadi 3 sektor besar yaitu Agriculture, Manufacture dan Services (A,M,S). Peningkatan serapan tenaga kerja per sektor diperoleh dengan mengurangkan serapan tenaga kerja pada tahun t dikurangi dengan serapan tenaga kerja pada tahun t-1. Sedangkan peningkatan output suatu sektor dihitung dengan cara menghitung selisih output (nilai tambah) sektor pada tahun t dikurangi dengan nilai tambah sektor/sub sektor PDRB tahun t-1. 33 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 BAB IV Penutup BAB IV PEREKONOMIAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DARI PERSPEKTIF ICOR DAN ILOR TAHUN 2012-2015 4.1. PDRB Kabupaten Lombok Barat Perekonomian tahun 2012-2015 Kabupaten Lombok mengalami Barat periode perkembangan yang menggembirakan setiap tahunnya, hal ini tercermin dari peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Lombok Barat baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2010. Secara nominal besaran PDRB atas dasar harga berlaku yang dihasilkan pada tahun 2012 sebesar Rp. 8.325.952,32 juta, meningkat setiap tahun hingga menjadi Rp. 11.346.227,33 juta pada tahun 2015. Sedangkan atas dasar harga konstan 2010, PDRB meningkat dari Rp. 7.827.192,58 juta pada tahun 2012 menjadi Rp. 9.245.545,42 juta pada tahun 2015 dengan pertumbuhan rata-rata per tahun (2012-2015) sebesar 5,55 persen dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai pada tahun 2015 dengan nilai pertumbuhan sebesar 6,39 persen. Proses pembangunan ekonomi, biasanya diikuti dengan terjadinya perubahan-perubahan dalam struktur 34 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Penutup ekonomi baik itu struktur permintaan domestik, produksi, maupun struktur struktur perdagangannya. Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Lombok Barat Tahun 2012-2015 (Juta Rp) Tahun PDRB adh. Berlaku (juta rupiah) PDRB adh. Konst. 2010 (juta rupiah) Laju Pertumb. Berlaku (%) Laju Pertumb. Konstan (%) (2) (3) (4) (5) (1) 2012 8.325.952 7.827.193 8,62 5,27 2013 8.987.252 8.238.698 7,94 5,26 2014* 10.055.909 8.690.580 11,89 5,48 2015** 11.346.227 9.245.545 12,83 6,39 Keterangan: * : Angka sementara ** : Angka sangat sementara Perubahan struktur ini sesungguhnya terjadi akibat adanya interaksi antara dua proses yaitu proses akumulasi (pembentukan modal) dan perubahan konsumsi masyarakat yang terjadi karena meningkatnya pendapatan per kapita. Perubahan pola permintaan ini yang kemudian mengubah komposisi barang dan jasa yang diproduksi dan diperdagangkan. Lapangan usaha pertanian masih memegang peranan utama dalam struktur perekonomian masyarakat Lombok Barat, namun demikian sejak tahun 2012 hingga 2015 nampak bahwa mulai terjadi pergeseran pola. 35 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Penutup Persentase lapangan usaha pertanian perlahan mulai turun dan bergeser ke lapangan usaha ekonomi lainnya yang terlihat dari besarnya peranan masing-masing lapangan usaha ini terhadap pembentukan PDRB Lombok Barat. Tabel 2. Struktur Ekonomi Kabupaten Lombok Barat Menurut lapangan Usaha Tahun 2012-2015 (Juta Rp) Lapangan Usaha/Industry 2012 2013 2014* 2015** (3) (4) (5) (6) 22,04 21,53 20,35 20,23 Pertambangan penggalian 6,82 6,59 6,51 6,41 Industri Pengolahan 5,03 4,84 4,54 4,37 Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan air,pengelolaan sampah,limbah 0,07 0,06 0,07 0,07 0,12 0,12 0,13 0,12 Konstruksi Perdagangan dan reparasi motor mobil 12,40 12,24 12,34 12,64 12,68 12,75 12,94 12,81 Transportasi dan pergudangan Penyediaan Akomodasi makan Minum 9,35 9,27 9,70 9,98 6,88 7,62 8,46 8,46 Informasi Komunikasi 2,15 2,16 2,11 2,02 Jasa Keuangan dan Asuransi 2,71 2,83 2,81 2,80 Real Estat 3,36 3,51 3,54 3,50 Jasa Perusahaan Adm Pemerintahan,pertahanan,jaminan sosial 0,11 0,11 0,11 0,11 6,86 6,82 7,10 7,21 Jasa Pendidikan 5,10 5,18 5,01 5,02 Jasa Kesehatan dan kegiatan Sosial 1,91 1,94 1,92 1,90 Jasa Lainnya 2,41 2,44 2,36 2,36 (1) Pertanian,kehutanan,perikanan Keterangan: * : Angka sementara ** : Angka sangat sementara 36 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Penutup Menurut lapangan usaha, kategori pertanian masih mendominasi pembentukan PDRB Kabupaten Lombok Barat, kemudian Lapangan usaha konstruksi dan lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor merupakan lapangan usaha terbesar selanjutnya setelah lapangan usaha pertanian. Tabel 3. Struktur Ekonomi Kabupaten Lombok Barat Menurut Pengeluaran Tahun 2012-2015 (Juta Rp) Komponen 2012 2013 2014* 2015** (1) (3) (4) (5) (6) Konsumsi Rumah tangga Konsumsi LNPRT Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 84,74 1,64 14,12 38,87 82,86 1,70 13,93 38,27 81,20 1,91 17,22 37,95 76,06 1,80 17,05 38,23 Perubahan Inventori Ekspor Impor 1,48 24,04 64,89 0,07 16,85 53,68 0,58 18,67 57,53 0,38 16,26 49,78 Keterangan: * : Angka sementara ** : Angka sangat sementara Menurut Pengeluaran, pada tahun 2012 hingga 2015 struktur perekonomian Kabupaten Lombok Barat didominasi oleh komponen konsumsi rumah tangga diikuti oleh komponen PMTB, adapun komponen yang 37 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Penutup memberikan kontribusi paling kecil adalah komponen perubahan inventori. Berkaitan dengan investasi, Dalam kurun waktu lima tahun terakhir struktur ekonomi menurut penggunaan cenderung tidak mengalami perubahan. Hingga akhir tahun 2015 masih terlihat bahwa Kabupaten Lombok Barat masih bergantung pada produk impor baik antar negara maupun antar daerah. Hal ini tercermin dari besarnya persentase komponen impor dalam menyusun PDRB menurut penggunaan Kabupaten Lombok Barat. Pesatnya pembangunan fisik di Kabupaten Lombok Barat tercermin dari kontribusi komponen PMTB dalam membangun PDRB penggunaan Kabupaten Lombok Barat. Pada tahun 2011, komponen PMTB berkontribusi sebesar 34,68 persen, dan meningkat menjadi 38,23 persen pada tahun 2015. indikator Komponen yang PMTB merupakan menggambarkan investasi salah satu masyarakat untuk kegiatan produksi. Kontribusi komponen diperhitungkan dalam konsumsi pemerintah menggeliatkan juga perlu perekonomian Kabupaten Lombok Barat. Pada tahun 2011 komponen ini berkontribusi sebesar 14,24 persen, kendati cukup fluktuatif setiap tahunnya, namun pada tahun 2015 kontribusi komponen 17,05 konsumsi pemerintah mencapai persen. 38 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Penutup 4.2. Penanaman Modal Asing (PMA) Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Investasi atau PMTB berasal dari berbagai institusi baik pemerintah, swasta (PMA dan PMDN) maupun rumah tangga (masyarakat). PMTB yang dilakukan oleh pemerintah dapat ditelusuri dari realisasi APBN dan APBD Kabupaten Lombok Barat. Penanaman modal yang dilakukan oleh swasta yang tercermin dari realisasi PMA dan PMDN dan pembentukan modal oleh rumah tangga dapat dilihat dari usaha rumah tangga yang dilakukan. PMA dan PMDN biasanya selalu menjadi indikator investasi di daerah, karena nilainya cenderung besar. Berdasarkan data BPMP2T Kabupaten Lombok Barat, pada tahun 2012 rencana PMA yang disetujui di Lombok Barat tercatat sebesar US$ 700,163 juta, sedangkan yang terealisasi hanya sebesar US$ 40,799 juta. Adapun untuk PMDN pada tahun yang sama direncanakan investasi mencapai Rp 374.529,365 juta namun terealisasi sebesar Rp 195.217,274 juta saja. 39 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Penutup Tabel 4. Rencana dan Realisasi Investasi PMA dan PMDN di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2012-2015 Rencana Investasi PMA PMDN (juta US$) (juta Rp) Tahun (1) (2) Realisasi Investasi PMA PMDN (juta US$) (juta Rp) (3) (4) (5) 2012 700,163 374 529,365 40,799 195 217,274 2013 NA NA NA NA 2014 5 090,846 380 196,851 232,425 271 423,445 2015 5 129,063 780 196,851 343,136 174 110,643 Ket: NA = Not Available Sumber: BPMP2T Kabupaten Lombok Barat Dalam kurun waktu 2012-2015 rencana dan realisasi investasi baik berupa PMA maupun PMDN cenderung berfluktuasi. Namun sayangnya data PMA dan PMDN untuk tahun 2013 tidak tersedia sehingga mengurangi informasi umum mengenai kondisi PMA dan PMDN di Kabupaten Lombok Barat. Kondisi terakhir pada tahun 2015 tercatat rencana PMA di Lombok Barat mencapai US$ 5.129,063 juta namun hanya dapat direalisasikan sebesar US$ 343,136 juta saja. Adapun untuk PMDN direncanakan untuk dapat mencapai Rp 780.196,851 juta di tahun 2015 dan terealisasi sebesar Rp 174.110,643 juta. 40 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Penutup 4.3. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) PMTB didefinisikan sebagai penambahan dan pengurangan aset tetap pada suatu unit produksi, dalam kurun waktu tertentu. Penambahan barang modal mencakup pengadaan, pembuatan, pembelian, sewa beli (financial leasing) barang modal baru dari dalam negeri serta barang modal baru dan bekas dari luar negeri (termasuk perbaikan besar, transfer atau barter barang modal), dan pertumbuhan aset sumberdaya hayati yang dibudidaya. Sedangkan pengurangan barang modal mencakup penjualan, transfer atau barter, dan sewa beli (financial leasing) barang modal bekas pada pihak lain. Pengecualian kehilangan yang disebabkan oleh bencana alam tidak dicatat sebagai pengurangan. PMTB dalam PDRB menurut Pengeluaran dihitung atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2010. Yang akan digunakan dalam penghitungan ICOR sebagai investasi adalah PMTB atas dasar harga konstan 2010, namun demikian tidak ada salahnya untuk meninjau nilai PMTB atas dasar harga berlaku sebagai gambaran umum perekonomian di Lombok Barat. Dalam periode tahun 2012-2015 PMTB senantiasa mengalami peningkatan setiap tahun sejalan dengan peningkatan PDRB. Secara 41 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Penutup nominal nilai PMTB atas dasar harga berlaku lebih tinggi daripada PMTB atas dasar harga konstan 2010. Pada tahun 2012 nilai PMTB adh berlaku Lombok Barat mencapai Rp 3,236 trilyun, sementara nilai investasinya sebesar Rp 2,652 trilyun. Nilai tersebut kembali meningkat hingga pada tahun 2015 PMTB adh berlaku mencapai Rp 4,338 trilyun sedangkan nilai investasinya menjadi Rp 3,159 trilyun. Tentu saja peningkatan PMTB yang signifikan selama periode tahun 2012-2015 tersebut berpengaruh terhadap peningkatan nilai tambah perekonomian atau PDRB Kabupaten Lombok Barat pada periode yang sama. Tabel 5. Nilai PMTB dan Laju Pertumbuhan Investasi di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2012-2015 (Juta Rp.) Tahun PMTB Adh Berlaku (1) (2) PMTB Adh Konstan 2010 (Investasi) Laju Pertumbuhan Investasi (%) (3) (4) 2012 3 236 042,43 2 651 663,04 7,11 2013 3 439 482,99 2 748 721,64 3,66 2014* 3 816 620,94 2 875 036,38 4,60 2015** 4 337 534,71 3 159 083,81 9,88 Keterangan: * : Angka sementara ** : Angka sangat sementara 42 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Penutup Salah satu indikator yang digunakan untuk menggambarkan prestasi ekonomi suatu daerah adalah pertumbuhan bernilai investasi. positif dan Pertumbuhan dapat juga investasi bernilai dapat negatif. Pertumbuhan positif menggambarkan adanya peningkatan investasi pada periode tertentu, dan sebaliknya pertumbuhan yang negatif dapat diinterpretasikan sebagai adanya penurunan aktivitas investasi dalam periode tersebut. Banyak yang mengartikan bahwa pertumbuhan ekonomi positif yang bernilai lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya menggambarkan penurunan aktivitas, hal ini kurang tepat. Karena pada hakikatnya pertumbuhan positif sudah mengindikasikan adanya peningkatan aktifitas, lebih rendahnya nilai pertumbuhan dibanding tahun sebelumnya menggambarkan bahwa peningkatan aktivitas tahun indikatif tidak sebanyak peningkatan pada tahun sebelumnya. Mengamati laju pertumbuhan investasi atau PMTB adh konstan 2010 ternyata berfluktuasi selama periode 20122014. Laju pertumbuhan investasi pada tahun 2012 cukup tinggi yaitu 7,11 persen padahal di tahun yang sama laju pertumbuhan ekonomi Lombok Barat hanya 5,27 persen. Walaupun nilai investasinya meningkat namun laju pertumbuhan investasi pada tahun 2013 dan 2014 43 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Penutup melambat menjadi 3,66 persen dan 4,60 persen. Kondisi perekonomian yang semakin membaik terjadi pada tahun 2015 dimana baik laju pertumbuhan ekonomi maupun laju pertumbuhan persen investasi artinya sama-sama semakin besar melejit barang di atas modal 6 yang dialokasikan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi ke depan. Dalam kurun memberikan waktu andil lebih 5 tahun dari terakhir, 33 investasi persen dalam pembentukan PDRB Kabupaten Lombok Barat. Andil dari investasi yang cukup dominan mengindikasikan bahwa trend pergerakan komponen ini turut berperan dalam menentukan sehingga perekonomian dapat menjadi di wilayah indikator Lombok dalam Barat, menstimulus pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lombok Barat secara umum. 4.4. Perkembangan Investasi Belanja modal yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Lombok Barat merupakan salah satu bentuk nyata investasi. Karena salah satu lokus yang dapat dengan mudah diintervensi dalam rangka 44 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Penutup memberikan stimulus bagi pertumbuhan ekonomi adalah melalui belanja pemerintah. Dalam nominal, belanja modal APBD Lombok Barat pada tahun 2012 mencapai Rp 151,60 milyar dan sempat berkurang menjadi Rp 148,22 milyar pada tahun 2013. Pada tahun 2014 alokasi belanja modal pemerintah meningkat menjadi Rp 202,90 milyar dan terus bertambah pada tahun 2015 menjadi Rp 274,33. Secara rata-rata peran belanja modal dalam APBD Kabupaten Lombok Barat berada pada kisaran 6,80 persen setiap tahunnya. Peranan belanja modal APBD terhadap total investasi Lombok Barat tertinggi adalah sebesar 8,68 persen, hal ini terjadi pada tahun 2015. Dalam konteks makro ekonomi cakupan belanja modal pemerintah kabupaten terdiri dari belanja modal pemerintah kabupaten yang bersangkutan, belanja modal pemerintah pusat yang menjadi bagian dari pemerintah kabupaten, belanja modal pemerintah provinsi yang menjadi bagian dari pemerintah kabupaten, dan belanja modal seluruh pemerintah desa dalam kabupaten yang bersangkutan. 45 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Penutup Grafik 1. Perkembangan Investasi dan Belanja Modal APBD Kabupaten Lombok Barat Tahun 2012-2015 (Juta Rp.) Sumber: DPPKD Kab. Lombok Barat dan BPS Kab. Lobar Data yang diperoleh dari Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Lombok Barat (DPPKD) hanya pemerintah mencakup daerah belanja setempat belum modal APBD termasuk dari belanja modal dari pemerintah pusat, provinsi dan desa/kelurahan yang menjadi bagian dari pemerintahan Kabupaten Lombok Barat. Menurut Boediono (2011) dalam Janis, dkk (2013) masa depan suatu daerah tidak tergantung pada APBD tetapi justru tergantung pada investasinya karena itu merupakan keikutsertaan dari berbagai elemen, baik BUMN dan dunia usaha dalam dan luar negeri. Lebih 46 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Penutup lanjut Boediono mengatakan agar jangan terpaku pada APBD, tetapi harus ada upaya mendorong investasi karena APBN dan APBD akan sangat terbatas, pada umumnya hanya membangun infrastruktur dan program sosial tertentu. Grafik 2. Perkembangan Pangsa Investasi terhadap PDRB dan Pangsa Belanja Modal APBD terhadap Investasi Kabupaten Lombok Barat Tahun 20122015 (persen) Pangsa/kontribusi investasi terhadap PDRB cenderung stabil dan tidak banyak mengalami perubahan dalam periode 4 tahun terakhir, dan bahkan pada tahun 2014 sempat berkurang di bawah 38 persen. Kendati demikian, pangsa belanja modal APBD terhadap investasi justru mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari hanya 47 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Penutup sebesar 4,68 persen menjadi mencapai 6,32 persen pada tahun 2015. Konsep elastisitas dapat digunakan untuk melihat seberapa perubahan jauh sensitifitas investasi. PDRB Konsep ini per kapita terhadap dikembangkan untuk menggambarkan dampak pertumbuhan investasi terhadap pertumbuhan PDRB per kapita. Nilai elastisitas PDRB perkapita terhadap investasi selama kurun waktu 2012 hingga 2015 fluktuatif dan cenderung bersifat inelastis. Hanya pada tahun 2013 saja elastisitas PDRB perkapita terhadap investasi bersifat elastis. Grafik 3. Elastisitas PDRB Per Kapita terhadap Investasidi Kabupaten Lombok Barat Tahun 2012-2015 (persen) 48 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Penutup Pada tahun 2012 kenaikan investasi sebesar 1 persen akan mendorong pertumbuhan PDRB per kapita sebesar 0,57 persen. Pada tahun 2013 pertumbuhan investasi sebesar 1 persen akan dapat menstimulus PDRB perkapita sebesar 1,10 persen. Pada tahun 2014 kanaikan investasi sebanyak 1 persen akan menaikkan PDRB per kapita sebesar 0,33 persen sedangkan pada tahun 2015 akan menaikkan PDRB per kapita sebanyak 0,48 persen. 4.5. Perkembangan ICOR Kabupaten Lombok Barat ICOR adalah salah satu metode yang dikembangkan untuk melihat hubungan pertumbuhan dengan pertumbuhan ekonomi. faktor produksi Patut dipahami bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi tidak hanya peranan dari penggunaan barang modal atau faktor produksi akan tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain seperti tenaga kerja, Meskipun bahwa tingkat peningkatan demikian, pertumbuhan produktifitas produktivitas banyak ekonomi study erat penggunaan yang dan lain-lain. menunjukkan kaitannya modal, dengan sehingga instrumen ICOR dapat digunakan untuk menghubungkan pertumbuhan ekonomi dan faktor produksi. Penghitungan ICOR menjadi berguna bagi perencanaan pembangunan 49 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Penutup ekonomi di suatu daerah. Hal ini terutama dirasakan pada saat menargetkan sasaran pertumbuhan pendapatan regional dengan kebutuhan modal yang mungkin akan terkumpul dari tabungan domestik yang berjalan. Estimasi mengenai volume investasi mencapai target output yang tertentu dibutuhkan untuk diperlukan agar kebutuhan modal dalam rangka pencapaian pertumbuhan ekonomi dapat diperkirakan. Dengan demikian perkiraan investasi dimasa yang akan datang akan bergantung pada ICOR yang dihasilkan. Grafik 4. Koefisien ICOR dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 50 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Penutup Koefisien ICOR Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2012 bernilai 6,77 artinya untuk setiap modal yang diinvestasikan sebesar 6,77 rupiah akan menghasilkan output 1 rupiah. 2013 akan Investasi senilai 6,68 rupiah pada tahun menaikkan output sebanyak 1 rupiah, sedangkan kenaikan 1 rupiah output pada tahun 2014 terjadi karena investasi senila 6,36 rupiah. Nilai koefisien ICOR merefleksikan produktifitas investasi dimana semakin kecil ICOR penanaman tampak yang dihasilkan modal bahwa yang akan dilakukan. investasi semakin semakin Pada efisien efisien tahun 2015 dibandingkan dengan tahun sebelumnya hal ini terlihat dari semakin rendahnya koefisien dibandingkan Suseno penelitian tahun Triyanto yang ICOR pada sebelumnya. Widodo telah Menurut (1990), dilakukan tahun tersebut peneliti berdasarkan koefisien ICOR Hg. hasil yang dianggap memiliki produktivitas investasi yang baik adalah yang bernilai antara 3 hingga 4. Semakin tinggi koefisien ICOR maka semaik inefisien investasi yang ditanam. Secara umum sejak tahun 2012 hingga tahun 2015, meskipun investasi di Lombok Barat masih kurang efisien namun koefisien perkembangannya ICOR semakin semakin menurun membaik dalam kurun karena waktu tersebut. Membaiknya iklim investasi di Lombok Barat 51 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Penutup tidak lepas dari kerja keras pemerintah setempat dan hal ini diperkuat dengan tingginya pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lombok Barat pada kurun waktu yang sama. Tergambar dengan jelas pada grafik 4 bahwa berkurangnya koefisien ICOR sejak tahun 2012 hingga 2015 dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat. Seperti dijelaskan terdahulu bahwa penanaman investasi belum tentu menghasilkan output pada tahun tersebut, tetapi baru menghasilkan kapasitas secara penuh tahun-tahun berikutnya. produksi Demkian juga dengan produksi atau output yang dihasilkan pada tahun ini belum tentu hasil dari penanaman investasi pada tahun ini, tetapi merupakan output dari investasi yang ditanamkan pada tahun sebelumnya. Untuk itu dihitung pula ICOR untuk periode tahun 2012-2015 dengan menggunakan metode akumulasi dan metode standar. Sebagaimana ICOR Lombok Menggunakan dijabarkan sebelumnya bahwa koefisien Barat metode berkisar standar antara koefisien 5,69-6,77. ICOR untuk periode tahun 2012-2015 bernilai 6,32 untuk lag 0 dan berkurang menjadi 4,78 untuk lag 3. 52 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Penutup Grafik 5. Koefisien ICOR Kabupaten Lombok Barat Periode Tahun 2012-2015 Menurut Metode Penghitungan Dihitung menggunakan metode akumulasi, koefisen ICOR periode tahun 2012-2015 Lombok Barat bernilai 6,32 pada lag 0 dan berkurang menjadi 5,69 pada lag 3. Baik dengan metode standar maupun akumulai, nilai ICOR terendah ada pada lag 3 dan dari kedua metode tersebut ICOR terendah diperoleh dengan metode standar dengan koefisien sebesar 4,78. Koefisien ICOR yang bernilai 4,78 memiliki arti bahwa investasi yang ditanamkan pada tahun 2012 senilai Rp 478 juta akan menghasilkan output Rp 100 juta tiga tahun berikutnya (2015). Karena masih bernilai di atas 4 maka dapat dikatakan bahwa investasi 53 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Penutup di Lombok Barat selama periode 2012 hingga 2015 masih belum efektif, kendati demikian menuju ke arah yang lebih efisien. Untuk dapat berbenah dan membuat investasi di Lombok Barat menjadi efisien, perlu dilihat lapangan usaha apa yang paling tidak efisien dan lapangan usaha apa yang khususnya telah cukup selama efisien empat dalam tahun hal investasi terakhir. Hasilnya menunjukkan bahwa koefisien ICOR lag 0 untuk masingmasing lapangan usaha cukup bervariasi. Dengan menggunakan metode akumulasi, lapangan usaha yang telah efisien (koefisien ICOR < 4) adalah lapangan usaha informasi komunikasi dan lapangan usaha Jasa Keuangan dan Asuransi Komunikasi dimana memiliki lapangan koefisien usaha ICOR Informasi terendah dan selama periode 2012-2015. Hal ini terjadi karena cukup tingginya kenaikan output pada lapangan usaha ini dalam periode penghitungan. Seiring arus moderenisasi, kebutuhan akan komunikasi dan informasi yang paling banyak tercermin dari penggunaan telepon selular menjadi tidak terelakkan. Telepon selular yang awalnya merupakan barang mewah saat ini telah berubah menjadi barang primer yang dimiliki oleh sebagian besar penduduk Lombok Barat. Oleh sebab itu tidaklan mengherankan apabila nilai tambah yang 54 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Penutup dihasilkan dari lapangan usaha ini cukup besar dan menjadikan investasi yang ditanamkan di lapangan usaha ini efisien. Masih menggunakan metode akumulasi, pada lag 3 lapangan usaha bertambah yaitu yang investasinya lapangan usaha efisien semakin pertanian, lapangan usaha informasi dan komunikasi, lapangan usaha jasa keuangan dan asuransi, dan lapangan usaha administrasi pemerintahan dan lapangan usaha jasa lainnya. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa investasi pada kelima lapangan usaha ini akan menjadi efisien untuk meningkatkan output dalam jangka waktu tiga tahun. Lapangan usaha lapangan usaha koefisien ICOR yang paling pengadaan nya tidak listrik semakin efisien dan adalah gas karena meningkat seiring bertambahnya time lag. Bahkan pada lapangan usaha ini sepertinya investasi justru akan lebih dapat meningkatkan output apabila ditanamkan dalam jangka pendek. Koefisien ICOR terkecil dalam lapangan usaha ini ada pada lag 2 yaitu sebesar 5,66. Interpretasinya adalah investasi sebesar Rp 566 juta pada tahun 2012 akan meningkatkan Rp 100 juta output pada tahun 2014. Patut diakui bahwa investasi pada lapangan usaha ini banyak 55 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Penutup bertumpu pada pembangunan infrastruktur yang sangat padat modal. Lag waktu 3 tahun tampaknya belum cukup untuk dapat meningkatkan efisiensi pada lapangan usaha listrik dan gas, bisa jadi hasil dari investasi yang ditanamkan pada tahun ini baru akan menampakkan hasil yang efisien setelah 10 tahun yang akan datang. Tabel 6. Koefisien ICOR Lapangan Usaha Metode Akumulasi Kabupaten Lombok Barat Periode Tahun 2012-2015 Lapangan Usaha/Industry Lag 0 (1) (3) Lag 1 (4) Lag 2 Lag 3 (5) (6) 5,53 9,06 7,19 7,10 5,69 9,38 6,91 6,78 5,80 7,71 6,32 5,66 3,87 7,64 6,12 104,18 7,50 6,20 7,20 5,88 6,85 5,57 8,51 5,66 6,88 8,53 6,57 2,04 2,95 6,30 5,55 6,83 8,04 6,71 1,98 3,26 6,33 5,85 6,81 7,25 7,48 1,93 3,29 6,70 5,96 7,08 7,35 10,10 1,93 3,05 5,86 5,30 Jasa Lainnya 4,13 5,59 7,39 4,05 3,63 5,33 7,04 3,58 3,26 5,09 7,62 3,70 3,17 4,53 7,31 3,43 LOMBOK BARAT 6,32 6,19 5,99 5,69 Pertanian,kehutanan,perikanan Pertambangan penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan air,pengelolaan sampah,limbah Konstruksi Perdagangan dan reparasi motor mobil Transportasi dan pergudangan Penyediaan Akomodasi makan Minum Informasi Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estat Jasa Perusahaan Adm Pemerintahan,pertahanan,jaminan sosial Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan kegiatan Sosial 56 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Penutup Penghitungan menghasilkan ICOR koefisien dengan yang metode sedikit lebih standar tinggi dari metode akumulasi pada lag 0. Namun pada lag berikutnya penghitungan dengan metode standar justru menghasilkan koefisien ICOR yang lebih rendah dibandingkan metode akumulasi. Tabel 7. Koefisien ICOR Lapangan Usaha Metode Standar Kabupaten Lombok Barat Periode Tahun 2012-2015 Lapangan Usaha/Industry Lag 0 Lag 1 Lag 2 Lag 3 (1) (3) (4) (5) (6) 4,93 8,29 7,38 31,21 6,23 9,63 6,70 36,13 7,62 5,36 5,56 36,31 3,50 6,42 5,31 70,50 7,82 6,73 7,60 5,17 6,06 4,30 6,64 3,26 6,86 9,84 5,95 2,09 3,12 6,55 5,81 6,96 9,20 7,00 1,94 3,24 6,50 6,03 6,93 6,65 7,99 1,82 3,21 6,88 6,22 7,07 6,88 8,97 1,68 2,73 5,35 5,10 Jasa Lainnya 4,63 6,11 8,04 6,45 3,86 5,00 6,49 5,24 3,38 4,39 6,05 4,84 3,19 3,17 4,33 3,22 LOMBOK BARAT 6,38 5,90 5,41 4,78 Pertanian,kehutanan,perikanan Pertambangan penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan air,pengelolaan sampah,limbah Konstruksi Perdagangan dan reparasi motor mobil Transportasi dan pergudangan Penyediaan Akomodasi makan Minum Informasi Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estat Jasa Perusahaan Adm Pemerintahan, pertahanan,jaminan sosial Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan kegiatan Sosial 57 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Penutup Lapangan usaha yang paling efisien di lag 3 dengan metode standar lebih banyak daripada dengan metode akumulasi. Lapangan usaha tersebut adalah lapangan usaha pertanian, lapangan usaha konstruksi, lapangan usaha informasi dan komunikasi, lapangan usaha jasa keuangan dan asuransi, lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan jaminan sosial, lapangan usaha jasa pendidikan, Efisiensi yang dan lapangan tampaknya lebih usaha jasa lainnya. banyak terjadi pada lapangan usaha jasa-jasa di lag 3 disinyalir terjadi karena lapangan usaha jasa tidak memerlukan proses produksi yang rumit dan proporsi investasi yang dibutuhkan relatif tidak terlalu besar disamping biaya antara yang juga cukup kecil sehingga dapat menghasilkan output yang besar. Jika dibandingkan dengan kondisi investasi Provinsi NTB, secara Provinsi NTB umum investasi maupun sangat didominasi oleh perekonomian keberadaan PT Newmont Nusa Tenggara yang terletak di Kabupaten Sumbawa Barat. Apabila output dari PT Newmont dimasukkan dalam penghitungan maka pada tahun 2012 tampak bahwa investasi di NTB sama sekali tidak memberikan kontribusi pada output karena ICOR nya bernilai negatif. Karena ingin dibandingkan dengan 58 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Penutup Kabupaten Lombok Barat maka akan lebih berimbang jika output dari PT Newmont dikeluarkan dari penghitungan dan hasilnya tidak ada lagi koefisien ICOR yang bernilai negatif. Grafik 6. Koefisien ICOR Kabupaten Lombok Barat dan Provinsi NTB Tahun 2012-2015 (dengan Newmont) Walaupun PT Newmont telah dikeluarkan dari penghitungan secara umum tampak bahwa investasi di Provinsi NTB sejak tahun 2012 hingga 2015 lebih tidak efisien dari investasi di Lombok Barat. Hal ini tercermin dari lebih besarnya koefisien ICOR provinsi NTB dibandingkan Lombok Barat. 59 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Penutup Grafik 7. Koefisien ICOR Kabupaten Lombok Barat dan Provinsi NTB Tahun 2012-2015 (Tanpa Newmont) Bahkan pada tahun 2015 dimana ICOR Lombok Barat semakin efisien, ICOR Provinsi NTB justru meningkat yang dapat diartikan bahwa semakin tidak efisien investasi di Provinsi NTB pada tahun 2015. 4.6. Kebutuhan Investasi Efisiensi pertumbuhan investasi ekonomi untuk meningkatkan menjadi salah output satu dan tujuan penghitungan ICOR. Dengan berdasarkan koefisien ICOR yang telah dihitung pada lag 3 baik dengan metode 60 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Penutup kumulatif maupun standar, maka diasumsikan bahwa ICOR tetap sebesar 4,78 dapat dihitung kebutuhan investasi di Lombok Barat hingga tahun 2020 dengan menetapkan target pertumbuhan ekonomi yang ingin dicapai. Dengan memperkirakan kebutuhan akan investasi di masa yang akan dating, pemerintah dapat menetapkan kebijakan yang dapat diambil untuk mencapai target tersebut. Tabel 8. Kebutuhan Investasi Kabupaten Lombok Barat Tahun 2016-2020 (juta Rupiah) Tahun Target Pertumbuhan PDRB Adh Konstan 2010 ᐃY (1) (2) (3) (4) 2016 2017 2018 2019 2020 6,45 6,53 6,56 6,75 6,93 9 841 883 10 484 558 11 171 881 11 925 538 12 751 557 Kebutuhan Kebutuhan Investasi Adh Investasi Adh Konstan 2010 Berlaku (5) 596 338 642 675 687 323 753 657 826 019 (6) 2 850 494 3 071 986 3 285 402 3 602 482 3 948 371 3 498 155 3 769 973 4 031 878 4 421 003 4 845 481 Catatan: ICOR tetap sebesar 4,78 IHI 122,72 Apabila ditargetkan bahwa pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi di Lombok Barat akan mencapai 6,45 persen maka dibutuhkan investasi sebesar 3,50 trilyun rupiah. Di tahun 2017 dibutuhkan investasi senilai 3,77 trilyun rupiah untuk dapat mencapai pertumbuhan ekonomi 61 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Penutup sebesar 6,53 persen. Dengan demikian agar dapat mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 6,93 pada tahun 2020 diperlukan suntikan investasi senilai 4,84 trilyun rupiah. Kebutuhan investasi tersebut bukan mutlak menjadi tanggung jawab pemerintah daerah Kabupaten Lombok Barat, karena tentunya anggaran yang dimiliki juga terbatas. Yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi swasta maupun rumah tangga baik yang berasal dari Kabupaten Lombok Barat itu sendiri maupun dari luar daerah, terlebih luar negeri. Keberhasilan daerah dalam meningkatkan daya saing investasi dapat ditentukan oleh kemampuan daerah tersebut untuk merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan investasi dan dunia usaha, membuka kemudahan akses serta prosedur perijinan yang tidak berbelit untuk investasi. 4.7. Incremental Labor Output Ratio (ILOR) Salah satu tujuan investasi adalah agar tercipta lapangan pekerjaan yang mampu menyerap tenaga kerja agar dapat mengurangi pengangguran. Setiap tahunnya masalah pengangguran selalu menjadi pekerjaan rumah 62 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Penutup pemerintah dan bahkan dapat menyentuh kepada isu politik. Masalah pengangguran dapat berdampak pada eskalasi masalah sosial di masyarakat dan pada akhirnya stabilitas ekonomi dapat terganggu. Incremental Labor Output Ratio (ILOR) merupakan salah satu instrument yang dapat digunakan untk melihat hubungan antara output dengan tenaga kerja. Selain menggambarkan efisiensi tenaga kerja, ILOR juga dapat digunakan untk melihat penyerapan tenaga kerja setiap tahunnya apabila terjadi penambahan output di suatu wilayah. Penduduk berusia 15 tahun ke atas dapat dibedakan menjadi penduduk angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja meliputi penduduk yang bekerja, penduduk yang sedang mencari pekerjaan dan pengangguran. Sedangkan penduduk yang dikategorikan bukan angkatan kerja adalah penduduk yang tidak bekerja dan tidak mencari pekerjaan (sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya). Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk tentu saja jumlah angkatan kerja di Kabupaten Lombok Barat semakin meningkat setiap tahunnya. Hingga tahun 2015 tercatat sebanyak 309.811 penduduk Lombok Barat merupakan angkatan kerja dan 63 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Penutup dari jumlah tersebut 299.430 diantaranya merupakan penduduk yang bekerja. Tabel 9. Tahun Bukan Penduduk Angkatan Penduduk TPAK Pengangguran Angkatan Bekerja Kerja Usia Kerja (%) Kerja (1) Kondisi Ketenagakerjaan Barat Tahun 2007-2015 (2) 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 (3) 371 099 352 580 367 952 264 492 263 570 266 168 257 485 279 123 299 430 23 987 26 445 19 096 14 282 13 551 14 909 11 185 12 202 10 381 (4) 395 086 379 025 387 048 278 774 277 121 281 077 268 670 291 325 309 811 Kabupaten (5) 166 116 180 721 182 627 177 158 142 240 144 212 166 645 163 501 153 804 Lombok (6) (7) 561 202 559 746 569 675 455 932 419 361 425 289 435 315 454 826 463 615 TPT (%) (8) 70,40 67,71 67,94 61,14 66,08 66,09 61,72 64,05 66,54 6,07 6,98 4,93 5,12 4,89 5,30 4,16 4,19 3,35 Jika pada tahun 2007 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten Lombok Barat masih cukup tinggi yaitu mencapai 6,07% dengan jumlah pengangguran sebanyak 23.987 orang. Namun hingga tahun 2015 baik jumlah pengangguran maupun TPT Lombok Barat semakin berkurang. Sebagaimana telah didefinisikan pada bab II, dikarenakan sumber data yang dimiliki maka lapangan usaha yang digunakan dalam penghitungan ILOR dikelompokkan menjadi tiga yaitu sektor Agrucultur (A), 64 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Penutup sektor Manufactur (M) dan Sektor Services (S). Lapangan usaha Pertanian, kehutanan dan perikanan merupakan lapangan usaha yang termasuk dalam sektor A. Lapangan usaha yang termasuk dalam sektor M adalah lapangan usaha pertambangan dan penggalian, lapangan usaha Industri pengolahan, lapangan usaha pengadaan Listrik dan Gas, lapangan usaha Pengadaan air, pengelolaan sampah dan limbah, dan lapangan usaha Konstruksi. sedangkan lapangan usaha sisanya termasuk dalam sektor S. Grafik 8. Koefisien ILOR Kabupaten Lombok Barat Tahun 2012-2015 Koefisien ILOR di Kabupaten Lombok Barat selama kurun waktu 2012 hingga 2015 cukup fluktuatif dan 65 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Penutup sempat mencapai nilai negatif pada tahun 2013. Koefisien yang bernilai tenaga positif kerja menunjukkan sedangkan nilai adanya negatif penyerapan menyatakan sebaliknya. Pada tahun 2013 koefisien ILOR Lombok Barat bernilai -0,02 yang dapat diartikan sebagai adanya penurunan jumlah tenaga kerja/ penduduk bekerja pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2012. Kondisi ini dirasa kontradiktif dengan TPT Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2013 yang justru lebih rendah dibandingkan tahun 2012, artinya ada penurunan jumlah penduduk bekerja dan ada penurunan jumlah pengangguran. Berdasarkan fenomena yang terjadi dapat ditarik kesimpulan bahwa penurunan jumlah penduduk bekerja bukan karena beralih menjadi pengangguran melainkan bergeser ke bukan angkatan kerja. Nilai koefisien ILOR sebesar 0,04 yang dicapai pada tahun 2015 dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan 100 juta rupiah output akan menyerap 4 orang tenaga kerja. Dikelompokkan dalam 3 sektor besar, koefisien ILOR Kabupaten Lombok Barat dalam kurun waktu 2012 hingga 2015 bervariasi. Nilai ILOR negatif terjadi di sektor Agriculture (A) dan Manufaktur (M). Hal ini terjadi karena jumlah penduduk yang bekerja pada kedua sektor 66 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Penutup tersebut berkurang dibandingkan tahun sebelumnya. Hal yang menarik adalah bahwa hanya pada sektor Services (S) saja tidak terdapat ILOR yang negatif. Sehingga diperoleh gambaran bahwa pada tahun 2012, 2013 dan 2015 pada sektor Agricultur terdapat pengurangan jumlah tenaga kerja, sedangakan pada sektor manufaktur terdapat pengurangan jumlah tenaga kerja di tahun 2013 dan 2014. Tabel 10. ILOR Kabupaten Lombok Barat Tahun 2012-2015 Tahun Agriculture Manufaktur Services (1) (2) (3) (4) 2012 (0,28) 0,02 0,08 2013 (0,12) (0,04) 0,01 2014 0,44 (0,04) 0,06 2015 (0,02) 0,13 0,01 Kenyataan yang terjadi adalah, hanya pada tahun 2013 saja jumlah penduduk bekerja berkurang dan hal ini dikarenakan pergeseran ke bukan angkatan kerja, sedangkan pada tahun lainnya jumlah penduduk bekerja 67 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Penutup justru semakin meningkat. Indikasi yang tergambar adalah bahwa terjadi pergeseran sektor dimana penduduk terserap sebagai tenaga kerja dalam 4 tahun terakhir. Pergeseran yang paling banyak adalah dari sektor Agriculture karena pada sektor ini ILOR nya lebih banyak yang bernilai negatif. Lantas kemana penduduk bekerja ini bergeser mengingat pada sektor Manufaktur juga terjadi penurunan penyerapan tenaga kerja? Sektor Services pada sisi yang lain, dalam 4 tahun terakhir selalu mengalami ILOR yang positif, sehingga jelaslah tergambar bahwa dalam kurun waktu 2012 hingga 2015 tenaga kerja yang ada di Kabupaten Lombok Barat bergeser ke sektor Service. Dari ketiga sektor besar A,M dan S, jika dilihat efisiensinya maka sektor S merupakan yang paling efisien pada tahun 2015 karena memiliki koefisien ILOR positif yang paling rendah. Pada tahun tersebut, sektor M membutuhkan 13 tenaga kerja untuk dapat meningkatkan output sebesar 100 juta rupiah, sedangkan sektor S hanya membutuhkan tenaga kerja sebanyak 1 orang saja untuk meningkatkan output sejumlah yang sama. Secara dari umum ILOR penggunaan menggambarkan faktor produksi efisiensi/efektifitas tenaga kerja dalam 68 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Penutup meningkatkan output, namun kemampuan dari tenaga kerja itu sendiri Peningkatan akan produksi tercermin dan dari produktivitas produktivitasnya. kerja sangat ditentukan oleh kemampuan pekerja, baik di tingkat bawah maupun di level pimpinan yang mampu menjadi penggerak tenaga kerja yang ada dibawahnya untuk bekerja secara produktif. Tabel 11. Produktivitas Pekerja Kabupaten Lombok Barat Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012-2015 Lapangan Pekerjaan PDRB Adh Berlaku (juta Rupiah) Penduduk Bekerja Produktivitas Pekerja (1) (2) (3) (4) 2012 Agriculture Manufacture Services 2013 Agriculture Manufacture Services 2014 Agriculture Manufacture Services 2015 Agriculture Manufacture Services 1 834 779,87 2 035 484,62 4 455 687,83 93 178 63 043 109 947 19,69 32,29 40,53 1 935 009,57 2 143 389,70 4 908 852,42 85 828 59 382 112 275 22,55 36,09 43,72 2 046 685,16 2 371 817,21 5 637 406,14 98 195 52 863 128 065 20,84 44,87 44,02 2 295 116,45 2 679 209,62 6 371 901,26 96 087 73 360 129 983 23,89 36,52 49,02 69 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Penutup Beberapa faktor yang dapat meningkatkan produktivitas seseorang diantaranya pengalaman, melalui ketrampilan pendidikan, pelatihan, lain-lain. Dengan dan mengembangkan ILOR dapat pula diukur produktivitas dari tenaga kerja menurut lapangan usahanya. Sejalan dengan hasil yang dari ILOR, produktivitas pekerja Lombok Barat juga menunjukkan bahwa lapangan usaha yang paling produtif pada tahun 2015 adalah lapangan usaha Services. Bahkan selama kurun waktu empat tahun terakhir lapangan usaha Service mencapai produktivitas tertinggi pada tahun 2015 yaitu sebesar 49,02 juta rupiah per pekerja. Amat disayangkan bahwa produktivitas pekerja pada lapangan usaha Agriculture merupakan yang terendah, padahal lapangan usaha ini merupakan lapangan usaha yang paling dominan dalam struktur perekonomian Kabupaten Lombok Barat. Produktivitas terendah pada lapangan usaha Agriculture terjadi pada tahun 2012 dengan produktivitas sebesar 19,69 juta rupiah per pekerja. Namun hingga tahun 2015 produktivitas dari lapangan usaha ini semakin meningkat dan berhasil mencapai 23,89 juta rupiah per pekerja. 70 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 PENUTUP Penutup BAB V PENUTUP Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Komponen PMTB memberikan kontribusi antara 34,68 – 38,23 persen bagi PDRB menurut penggunaan Lombok Barat selama kurun waktu 2012-2015. Pada tahun 2012 investasi di lombok Barat baru mencapai 2,65 trilyun rupiah sedangkan pada tahun 2015 sudah mencapai 3,16 trilyun rupiah. 2. Koefisien ICOR Kabupaten Lombok Barat periode tahun 2012-2015 dengan metode standar adalah 6,38 lag 0; 5,90 lag 1; 5,41 lag 2 dan 4,78 untuk lag 3. menggunakan metode akumulasi dihasilkan Dengan koefisien ICOR yang lebih besar yaitu 6,32 lag 0; 6,19 lag 1; 5,99 lag 2 dan 5,69 untuk lag 3. 3. Karena masih bernilai di atas 4 maka dapat dikatan bahwa investasi di Lombok Barat selama periode 2012 hingga 2015 masih belum efektif, kendati demikian menuju ke arah yang lebih efisien. 71 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Penutup 4. Koefisien ICOR menurut lapangan usaha periode tahun 2012-2015 terlihat bervariasi. Lapangan usaha yang mempunyai ICOR paling tinggi adalah pengadaan listrik dan gas sebesar 70,50 sedangkan lapangan usaha dengan ICOR terendah adalah lapangan usaha Informasi dan Komunikasi 5. Investasi di Provinsi NTB dalam kurun waktu 2012-2015 lebih in efisien dibandingkan dengan Lombok Barat, hal ini tercermin dari koefisien ICOR NTB yang beih besar dari Lombok Barat. 6. Lapangan usaha yang paling efisien selama kurun waktu 2012-2015 di Lombok Barat lebih didominasi oleh lapangan usaha berbasis jasa. Hal ini bisa jadi karena jasa tidak memerlukan proses produksi yang rumit dan proporsi investasi yang dibutuhkan relatif kecil. 7. Diasumsikan ICOR tetap sebesar 4,78 dengan target pertumbuhan ekonomi yang telah ditetapkan maka pada tahun 2017 jika ingin perekonomian tumbuh sebesar 6.53 maka diperlukan investasi senilai 3,77 tirlyun rupiah. 8. Berdasarkan pengalaman di banyak negara, maka untuk mendapatkan ICOR yang baik sebagai alat perencanaan adalah ICOR dengan periode rentang waktu yang lebih panjang yaitu 10 atau 15 tahun. 72 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Penutup 9. Untuk mencapai investasi yang ditargetkan, bukanlah mutlak tanggung jawab pemerintah daerah. Yang dapat dilakukan pemerintah daerah adalah menciptakan iklim investasi yang kondusif, merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan investasi dan dunia usaha, membuka kemudahan akses dan prosedur perijinan serta memberikan rasa aman bagi para investor. 10. Koefisien ILOR Lombok Barat sempat bernilai negatif pada tahun 2013, hal ini diakibatkan oleh penurunan jumlah penduduk Lombok Barat yang bekerja ke penduduk bukan angkatan kerja. 11. Koefisien ILOR pada tahun 2015 sebesar 0,04 artinya setiap penambahan 100 juta rupiah output akan menyerap 4 orang tenaga kerja Lombok Barat. 12. Penyerapan tenaga kerja yang paling efisien dalam pembentukan output Lombok Barat adalah pada sektor Services. Hal ini sejalan juga dengan koefisien ICOR pada lapangan usaha berbasis jasa. 13. Pada tahun 2015 di sektor Services hanya membutuhkan tambahan 1 orang tenaga kerja untuk meningkatkan output sebesar 100 juta rupiah. 73 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Penutup 14. Lapangan usaha pertanian (Agriculture) merupakan lapangan usaha yang paling tidak efisien dan dalam produktivitasnya juga paling rendah. 15. Produktivitas tertinggi ada di sektor Services pada tahun 2015 dengan nilai produktivitas mencapai 49,02 juta rupiah per pekerja. 74 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Daftar Pustaka DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. (2005). Analisis Incremental labor Output Ratio 1990-2004. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Badan Incremental Capital Output ratio (ICOR) Kabupaten Bandung 2008. Pusat Statistik Kabupaten Bandung. (2009). Bandung: BPS Kabupaten Bandung. Badan Pusat Statistik DI Yogyakarta, (2014). Analisis ICOR Sektoral Daerah Istimewa Yogyakarta 2009-2013. Yogyakarta: BPS DI Yogyakarta. Badan Pusat Statistik Kabupaten Gorontalo Utara. (2015). Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Gorontalo Utara 2014. Gorontalo Utara: BPS Kabupaten Gorontalo Utara. Irawan, & Suparmoko. (2002). Ekonomi Pembangunan Edisi keenam. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta Nordhaus WD. (1997). Makro Ekonomi Edisi Keempat Belas. Jakarta: Penerbit Erlangga. Samuelson, PA & 75 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 LAMPIRAN Lampiran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Lombok Barat Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (juta Rp) Tahun 2011-2015 Kat LAPANGAN USAHA 2011 2012 2013 2014* 2015** (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan B 1.721.563 1.834.780 1.935.010 2.046.685 2.295.116 Pertambangan dan Penggalian 509.079 568.059 592.236 654.835 727.219 C Industri Pengolahan 401.445 419.069 434.626 456.293 495.835 D Pengadaan Listrik dan Gas 4.970 5.655 5.031 7.056 8.113 E Pengadaan Air, Pengelolaan sampah, Limbah Konstruksi 9.057 10.076 11.117 12.630 13.753 988.868 1.032.625 1.100.380 1.241.003 1.434.290 Perdagangan Besar dan Eceran Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 947.102 1.055.546 1.146.230 1.301.392 1.453.158 725.410 778.230 832.985 975.784 1.132.119 496.039 573.179 684.502 850.468 960.330 J Informasi dan Komunikasi 165.250 179.403 193.869 212.534 229.280 K 183.229 225.453 254.276 282.629 317.577 L Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estate 247.710 279.921 315.047 356.388 397.071 M,N Jasa Perusahaan 8.111 8.881 9.739 10.980 12.091 O Administrasi Pemerintahan, Pertanahan Jasa Pendidikan 530.129 571.325 613.355 714.060 817.577 388.918 424.215 465.663 503.541 569.578 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya 149.072 158.976 174.213 192.750 215.780 189.029 200.557 218.971 236.879 267.341 7.664.982 8.325.952 8.987.252 10.055.909 11.346.227 F G H I P Q R,S,T, U PDRB *): Angka Sementara; **):Angka Sangat Sementara 76 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Lampiran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Lombok Barat Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2010 (juta Rp) Tahun 2011-2015 Kat LAPANGAN USAHA (1) (2) A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan B C D E F (4) (5) (6) (7) Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan 502.919 536.562 552.012 590.669 633.347 399.206 413.599 427.079 445.920 468.290 Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan sampah, Limbah Konstruksi 5.495 6.120 6.444 8.961 9.037 8.556 8.903 9.303 9.948 10.409 984.237 1.023.311 1.085.528 1.170.634 1.268.969 898.781 967.123 1.035.144 1.107.297 1.175.344 714.893 757.248 791.241 848.651 912.359 461.302 495.770 537.950 575.949 599.658 165.714 179.584 194.220 210.425 229.006 176.682 201.502 218.816 234.459 255.105 233.556 249.765 266.974 279.041 297.875 7.988 8.545 9.004 9.371 9.900 484.094 494.889 509.637 529.971 553.258 358.645 373.242 395.979 420.054 452.373 147.154 152.775 164.417 174.314 186.570 187.651 194.144 208.918 220.764 234.949 7.435.386 7.827.193 8.238.698 8.690.580 9.245.545 Administrasi Pemerintahan, Pertanahan Jasa Pendidikan P (3) 1.949.097 Jasa Perusahaan K 2015** 1.854.151 O J 2014* 1.826.032 M,N I 2013 1.764.111 L H 2012 1.698.513 Perdagangan Besar dan Eceran Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estate G 2011 Q Jasa Kesehatan Kegiatan Sosial R,S,T, Jasa lainnya dan U TOTAL *): Angka Sementara; **):Angka Sangat Sementara 77 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Lampiran Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Kabupaten Lombok Barat Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha 2012-2015 (Juta Rp) Kat LAPANGAN USAHA 2012 2013 2014* 2015** (1) (2) (3) (4) (5) (6) A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 395 866,32 396 041,68 206 076,53 455 219,91 B Pertambangan dan Penggalian 332 608,50 190 379,85 386 743,41 394 290,66 C Industri Pengolahan 137 985,68 125 358,11 146 497,44 178 623,84 D Pengadaan Listrik dan Gas 5 678,08 4 791,85 6 150,25 7 488,23 3 976,01 4 661,61 6 614,29 4 748,92 Pengadaan Air, Pengelolaan E sampah, Limbah F Konstruksi 370 382,34 552 649,37 570 328,56 698 076,14 G Perdagangan Besar dan Eceran 601 974,33 620 105,89 644 239,68 627 512,61 H Transportasi dan Pergudangan 516 515,87 434 499,32 706 803,30 809 223,18 281 734,71 358 590,11 379 673,96 253 036,23 Penyediaan Akomodasi dan I Makan Minum J Informasi dan Komunikasi 35 646,63 36 541,86 36 656,88 41 879,90 K Jasa Keuangan dan Asuransi 72 276,41 77 328,54 78 649,53 93 592,63 L Real Estate 129 345,06 138 096,85 142 947,37 168 669,01 M,N Jasa Perusahaan 3 213,23 3 342,55 3 448,32 4 021,35 98 231,91 100 040,24 106 571,94 129 226,05 133 285,16 197 458,06 195 381,64 234 053,54 63 307,92 100 302,02 101 546,78 120 392,12 54 014,27 99 295,05 98 291,06 117 480,40 3 236 042,43 3 439 482,99 3 816 620,94 4 337 534,71 Administrasi Pemerintahan, O P Pertahanan Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Q R,S,T,U Sosial Jasa lainnya LOMBOK BARAT *): Angka Sementara; **):Angka Sangat Sementara 78 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Lampiran Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Kabupaten Lombok Barat Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 Menurut Lapangan Usaha 2012-2015 (Juta Rp) Kat LAPANGAN USAHA 2012 2013 2014* 2015** (1) (2) (3) (4) (5) (6) Pertanian, Kehutanan dan A Perikanan 332 024,06 339 510,61 346 457,23 367 090,43 B Pertambangan dan Penggalian 274 055,76 280 901,96 301 276,39 326 073,70 C Industri Pengolahan 118 797,32 117 163,07 123 644,05 136 924,61 D Pengadaan Listrik dan Gas 5 360,13 5 124,81 6 745,15 7 920,76 3 064,56 3 257,15 3 650,04 3 930,26 Pengadaan Air, Pengelolaan E sampah, Limbah F Konstruksi 320 180,27 422 603,68 464 626,06 557 038,93 G Perdagangan Besar dan Eceran 481 128,92 467 603,90 473 405,66 481 945,00 H Transportasi dan Pergudangan 438 422,40 368 405,15 410 182,67 468 145,01 212 573,49 235 314,59 222 058,15 239 416,60 Penyediaan Akomodasi dan I Makan Minum J Informasi dan Komunikasi 31 126,79 30 567,40 31 343,97 35 927,26 K Jasa Keuangan dan Asuransi 56 350,49 55 564,40 56 347,71 62 939,44 L Real Estate 100 675,92 97 714,79 96 661,06 110 283,41 M,N Jasa Perusahaan 2 696,90 2 580,35 2 541,78 2 798,64 74 226,11 69 407,63 68 310,99 73 874,21 102 297,60 134 252,51 140 761,51 146 546,42 53 070,93 69 158,08 79 311,45 89 574,14 45 611,39 49 591,55 47 712,52 48 654,98 2 651 663,04 2 748 721,64 2 875 036,38 3 159 083,81 Administrasi Pemerintahan, O P Pertahanan Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Q R,S,T,U Sosial Jasa lainnya LOMBOK BARAT *): Angka Sementara; **):Angka Sangat Sementara 79 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Lampiran Distribusi Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Kabupaten Lombok Barat Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha 2012-2015 (Juta Rp) Kat LAPANGAN USAHA 2012 2013 2014* 2015** (1) (2) (3) (4) (5) (6) A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 12,23 11,51 5,40 10,49 B Pertambangan dan Penggalian 10,28 5,54 10,13 9,09 C Industri Pengolahan 4,26 3,64 3,84 4,12 D Pengadaan Listrik dan Gas 0,18 0,14 0,16 0,17 E Pengadaan Air, Pengelolaan sampah, Limbah 0,12 0,14 0,17 0,11 F Konstruksi 11,45 16,07 14,94 16,09 G Perdagangan Besar dan Eceran 18,60 18,03 16,88 14,47 H Transportasi dan Pergudangan 15,96 12,63 18,52 18,66 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8,71 10,43 9,95 5,83 J Informasi dan Komunikasi 1,10 1,06 0,96 0,97 K Jasa Keuangan dan Asuransi 2,23 2,25 2,06 2,16 L Real Estate 4,00 4,02 3,75 3,89 M,N Jasa Perusahaan 0,10 0,10 0,09 0,09 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 3,04 2,91 2,79 2,98 P Jasa Pendidikan 4,12 5,74 5,12 5,40 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,96 2,92 2,66 2,78 R,S,T,U Jasa lainnya 1,67 2,89 2,58 2,71 100,00 100,00 LOMBOK BARAT 100,00 100,00 *): Angka Sementara; **):Angka Sangat Sementara 80 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Lampiran Distribusi Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Lombok Barat Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 Menurut Lapangan Usaha 2012-2015 (Juta Rp) Kabupaten Kat LAPANGAN USAHA 2012 2013 2014* 2015** (1) (2) (3) (4) (5) (6) 12,52 12,35 12,05 11,62 10,34 10,22 10,48 10,32 4,48 4,26 4,30 4,33 0,20 0,19 0,23 0,25 0,12 0,12 0,13 0,12 12,07 15,37 16,16 17,63 18,14 17,01 16,47 15,26 16,53 13,40 14,27 14,82 8,02 8,56 7,72 7,58 1,17 1,11 1,09 1,14 2,13 2,02 1,96 1,99 3,80 3,55 3,36 3,49 0,10 0,09 0,09 0,09 2,80 2,53 2,38 2,34 3,86 4,88 4,90 4,64 2,00 2,52 2,76 2,84 1,72 1,80 1,66 1,54 100,00 100,00 100,00 100,00 A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan B Pertambangan dan Penggalian C Industri Pengolahan D Pengadaan Listrik dan Gas E Pengadaan Air, Pengelolaan sampah, Limbah F Konstruksi G Perdagangan Besar dan Eceran H Transportasi dan Pergudangan I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum J Informasi dan Komunikasi K Jasa Keuangan dan Asuransi L Real Estate M,N Jasa Perusahaan O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan P Jasa Pendidikan Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial R,S,T,U Jasa lainnya LOMBOK BARAT *): Angka Sementara; **):Angka Sangat Sementara 81 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Lampiran Laju Pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Kabupaten Lombok Barat Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 Menurut Lapangan Usaha 2012-2015 (Juta Rp) Kat LAPANGAN USAHA 2012 2013 2014* 2015** (1) (2) (3) (4) (5) (6) A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan - 2,25 2,05 5,96 B Pertambangan dan Penggalian - 2,50 7,25 8,23 C Industri Pengolahan - 5,53 10,74 D Pengadaan Listrik dan Gas - 31,62 17,43 E Pengadaan Air, Pengelolaan sampah, Limbah - 6,28 12,06 7,68 F Konstruksi - 31,99 9,94 19,89 G Perdagangan Besar dan Eceran - 1,24 1,80 H Transportasi dan Pergudangan - 11,34 14,13 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum - (5,63) 7,82 J Informasi dan Komunikasi - 2,54 14,62 K Jasa Keuangan dan Asuransi - 1,41 11,70 L Real Estate - (1,08) 14,09 M,N Jasa Perusahaan - (1,49) 10,11 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan - (1,58) 8,14 P Jasa Pendidikan - 31,24 4,85 4,11 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial - 30,31 14,68 12,94 R,S,T,U Jasa lainnya - 8,73 (3,79) 1,98 LOMBOK BARAT - 3,66 4,60 9,88 (1,38) (4,39) (2,81) (15,97) 10,70 (1,80) (1,40) (2,94) (4,32) (6,49) *): Angka Sementara; **):Angka Sangat Sementara 82 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Lampiran Koefisien ICOR Kabupaten Lombok Barat Menurut Lapangan Usaha 2012-2015 Lag 0 Kat LAPANGAN USAHA 2012 2013 2014* 2015** (1) (2) (3) (4) (5) (6) A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 5,06 5,48 12,32 3,87 B Pertambangan dan Penggalian 8,15 18,18 7,79 7,64 C Industri Pengolahan 8,25 8,69 6,56 6,12 D Pengadaan Listrik dan Gas 8,58 15,82 2,68 104,18 E Pengadaan Air, Pengelolaan sampah, Limbah 8,82 8,15 5,66 8,51 F Konstruksi 8,19 6,79 5,46 5,66 G Perdagangan Besar dan Eceran 7,04 6,87 6,56 7,08 H Transportasi dan Pergudangan 10,35 10,84 7,14 7,35 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6,17 5,58 5,84 10,10 J Informasi dan Komunikasi 2,24 2,09 1,93 1,93 K Jasa Keuangan dan Asuransi 2,27 3,21 3,60 3,05 L Real Estate 6,21 5,68 8,01 5,86 M,N Jasa Perusahaan 4,84 5,62 6,92 5,30 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 6,88 4,71 3,36 3,17 P Jasa Pendidikan 7,01 5,90 5,85 4,53 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 9,44 5,94 8,01 7,31 R,S,T,U Jasa lainnya 7,02 3,36 4,03 3,43 LOMBOK BARAT 6,77 6,68 6,36 5,69 *): Angka Sementara; **):Angka Sangat Sementara 83 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Lampiran Koefisien ICOR Kabupaten Lombok Barat Menurut Lapangan Usaha 2012-2015 Lag 1 Kat LAPANGAN USAHA 2012 2013 2014* 2015** (1) (2) (3) (4) (5) (6) A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan - 5,36 12,07 3,65 B Pertambangan dan Penggalian - 17,74 7,27 7,06 C Industri Pengolahan - 8,81 6,22 5,53 D Pengadaan Listrik dan Gas - 16,54 2,04 88,72 E Pengadaan Air, Pengelolaan sampah, Limbah - 7,67 5,05 7,90 F Konstruksi - 5,15 4,97 4,72 G Perdagangan Besar dan Eceran - 7,07 6,48 6,96 H Transportasi dan Pergudangan - 12,90 6,42 6,44 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum - 5,04 6,19 9,37 J Informasi dan Komunikasi - 2,13 1,89 1,69 K Jasa Keuangan dan Asuransi - 3,25 3,55 2,73 L Real Estate - 5,85 8,10 5,13 M,N Jasa Perusahaan - 5,88 7,02 4,81 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan - 5,03 3,41 2,93 P Jasa Pendidikan - 4,50 5,58 4,36 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial - 4,56 6,99 6,47 R,S,T,U Jasa lainnya - 3,09 4,19 3,36 LOMBOK BARAT - 6,44 6,08 5,18 *): Angka Sementara; **):Angka Sangat Sementara 84 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Lampiran Koefisien ICOR Kabupaten Lombok Barat Menurut Lapangan Usaha 2012-2015 Lag 2 Kat LAPANGAN USAHA 2012 2013 2014* 2015** (1) (2) (3) (4) (5) (6) A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan - - 11,81 3,58 B Pertambangan dan Penggalian - - 7,09 6,58 C Industri Pengolahan - - 6,31 5,24 D Pengadaan Listrik dan Gas - - 2,13 67,40 E Pengadaan Air, Pengelolaan sampah, Limbah - - 4,75 7,05 F Konstruksi - - 3,76 4,30 G Perdagangan Besar dan Eceran - - 6,67 6,87 H Transportasi dan Pergudangan - - 7,64 5,78 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum - - 5,59 9,93 J Informasi dan Komunikasi - - 1,92 1,65 K Jasa Keuangan dan Asuransi - - 3,60 2,69 L Real Estate - - 8,34 5,19 M,N Jasa Perusahaan - - 7,34 4,88 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan - - 3,65 2,98 P Jasa Pendidikan - - 4,25 4,15 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial - - 5,36 5,64 R,S,T,U Jasa lainnya - - 3,85 3,50 LOMBOK BARAT - - 5,87 4,95 *): Angka Sementara; **):Angka Sangat Sementara 85 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Lampiran Koefisien ICOR Kabupaten Lombok Barat Menurut Lapangan Usaha 2012-2015 Lag 3 Kat LAPANGAN USAHA 2012 2013 2014* 2015** (1) (2) (3) (4) (5) (6) A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan - - - 3,50 B Pertambangan dan Penggalian - - - 6,42 C Industri Pengolahan - - - 5,31 D Pengadaan Listrik dan Gas - - - 70,50 E Pengadaan Air, Pengelolaan sampah, Limbah - - - 6,64 F Konstruksi - - - 3,26 G Perdagangan Besar dan Eceran - - - 7,07 H Transportasi dan Pergudangan - - - 6,88 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum - - - 8,97 J Informasi dan Komunikasi - - - 1,68 K Jasa Keuangan dan Asuransi - - - 2,73 L Real Estate - - - 5,35 M,N Jasa Perusahaan - - - 5,10 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan - - - 3,19 P Jasa Pendidikan - - - 3,17 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial - - - 4,33 R,S,T,U Jasa lainnya - - - 3,22 LOMBOK BARAT - - - 4,78 *): Angka Sementara; **):Angka Sangat Sementara 86 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Lampiran Koefisien ICOR Periode Tahun 2012-2015 Kabupaten Lombok Barat Lag 0 Menurut Lapangan Usaha dan Metode Kat LAPANGAN USAHA Akumulasi Standar (1) (2) (3) (4) A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 5,53 6,68 B Pertambangan dan Penggalian 9,06 10,44 C Industri Pengolahan 7,19 7,41 D Pengadaan Listrik dan Gas 7,10 32,81 E Pengadaan Air, Pengelolaan sampah, Limbah 7,50 7,79 F Konstruksi 6,20 6,53 G Perdagangan Besar dan Eceran 6,88 6,89 H Transportasi dan Pergudangan 8,53 8,92 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6,57 6,92 J Informasi dan Komunikasi 2,04 2,05 K Jasa Keuangan dan Asuransi 2,95 3,03 L Real Estate 6,30 6,44 M,N Jasa Perusahaan 5,55 5,67 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 4,13 4,53 P Jasa Pendidikan 5,59 5,82 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7,39 7,68 R,S,T,U Jasa lainnya 4,05 4,46 LOMBOK BARAT 6,32 6,38 *): Angka Sementara; **):Angka Sangat Sementara 87 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Lampiran Koefisien ICOR Periode Tahun 2012-2015 Kabupaten Lombok Barat Lag 1 Menurut Lapangan Usaha dan Metode Kat LAPANGAN USAHA Akumulasi Standar (1) (2) (3) (4) A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 5,69 7,03 B Pertambangan dan Penggalian 9,38 10,69 C Industri Pengolahan 6,91 6,85 D Pengadaan Listrik dan Gas 6,78 35,77 E Pengadaan Air, Pengelolaan sampah, Limbah 7,20 6,87 F Konstruksi 5,88 4,95 G Perdagangan Besar dan Eceran 6,83 6,84 H Transportasi dan Pergudangan 8,04 8,58 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6,71 6,87 J Informasi dan Komunikasi 1,98 1,90 K Jasa Keuangan dan Asuransi 3,26 3,18 L Real Estate 6,33 6,36 M,N Jasa Perusahaan 5,85 5,90 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 3,63 3,79 P Jasa Pendidikan 5,33 4,81 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7,04 6,01 R,S,T,U Jasa lainnya 3,58 3,55 6,19 5,90 LOMBOK BARAT *): Angka Sementara; **):Angka Sangat Sementara 88 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Lampiran Koefisien ICOR Periode Tahun 2012-2015 Kabupaten Lombok Barat Lag 2 Menurut Lapangan Usaha dan Metode Kat LAPANGAN USAHA Akumulasi Standar (1) (2) (3) (4) A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 5,80 7,69 B Pertambangan dan Penggalian 7,71 6,84 C Industri Pengolahan 6,32 5,77 D Pengadaan Listrik dan Gas 5,66 34,77 E Pengadaan Air, Pengelolaan sampah, Limbah 6,85 5,90 F Konstruksi 5,57 4,03 G Perdagangan Besar dan Eceran 6,81 6,77 H Transportasi dan Pergudangan 7,25 6,71 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7,48 7,76 J Informasi dan Komunikasi 1,93 1,78 K Jasa Keuangan dan Asuransi 3,29 3,15 L Real Estate 6,70 6,77 M,N Jasa Perusahaan 5,96 6,11 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 3,26 3,32 P Jasa Pendidikan 5,09 4,20 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7,62 5,50 R,S,T,U Jasa lainnya 3,70 3,67 5,99 5,41 LOMBOK BARAT *): Angka Sementara; **):Angka Sangat Sementara 89 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015 Lampiran Koefisien ICOR Periode Tahun 2012-2015 Kabupaten Lombok Barat Lag 3 Menurut Lapangan Usaha dan Metode Kat LAPANGAN USAHA Akumulasi Standar (1) (2) (3) (4) A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 3,87 3,50 B Pertambangan dan Penggalian 7,64 6,42 C Industri Pengolahan 6,12 5,31 D Pengadaan Listrik dan Gas 104,18 70,50 E Pengadaan Air, Pengelolaan sampah, Limbah 8,51 6,64 F Konstruksi 5,66 3,26 G Perdagangan Besar dan Eceran 7,08 7,07 H Transportasi dan Pergudangan 7,35 6,88 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 10,10 8,97 J Informasi dan Komunikasi 1,93 1,68 K Jasa Keuangan dan Asuransi 3,05 2,73 L Real Estate 5,86 5,35 M,N Jasa Perusahaan 5,30 5,10 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 3,17 3,19 P Jasa Pendidikan 4,53 3,17 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7,31 4,33 R,S,T,U Jasa lainnya 3,43 3,22 5,69 4,78 LOMBOK BARAT *): Angka Sementara; **):Angka Sangat Sementara 90 ICOR/ ILOR Kabupaten Lombok Barat 2012-2015