penerapan model pembelajaran kooperatife tipe stad untuk

advertisement
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFE TIPE STAD
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN
ARTIKEL
OLEH:
I GEDE HERSIKA KRISNAWAN
0914041088
JURUSAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2013
1
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL BERBANTUAN POWER POINT
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN
Oleh:
I Gede Hersika Krisnawan
Prof. Dr. I Made Yudana, M.Pd
I Ketut Sari Adnyani, S.Pd, M.Hum
Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 2
Banjar tahun ajaran 2012/2013 dalam pemahaman konseptual pada pelajaran PKn dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, (2) dapat mengetahui kendala-kendala
yang terjadi pada saat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas X SMA
Negeri 2 Banjar. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas X sedangkan yang menjadi objek
penelitian ini adalah pada hasil belajar siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD. Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah wawancara,
observasi, tes hasil belajar, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah
deskriptif kualitatif dan kuantitatif yang diperoleh dari data hasil belajar siswa. Hasil penelitian
menunjukan (1) hasil belajar siswa kelas X dengan metode STAD mengalami peningkatan dari
siklus I ke siklus II sebesar 12.39% pada siklus I diperoleh hasil sebesar 72.90 dan pada siklus II
diperoleh hasil sebesar 85,29. (2) kendala dalam Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD adalah beberapa siswa kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran karena kurang
mengerti dengan model pembelajaran yang diterapkan. Salah satu cara meminimalkan kendala
tersebut adalah memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran..
Kata kunci: metode STAD, hasil belajar
2
APPLICATION MODEL OF COOPERATIVE LEARNING TYPE STAD
(STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) TO IMPROVE CIVICS
STUDENT LEARNING OUTCOMES CLASS X SMA NEGERI 2 BANJAR IN
ACADEMIC YEAR 2012/2013
By
I Gede Hersika Krisnawan, NIM. 0914041088
Prof. Dr. I Made Yudana, M.Pd
I Ketut Sari Adnyani, S.Pd, M.Hum
Pancasila and Citizenship Education Department
e-mail: [email protected]
ABSTRACT
This study aims to (1) determine the learning outcomes of students of class X SMA
Negeri 2 Banjar in academic year 2012/2013 in the conceptual understanding of civics lessons
using STAD cooperative learning model, (2) to determine the constraints that occur when
applying the STAD cooperative learning model in class X SMA Negeri 2 Banjar. Subject of this
study were students of class X while the object of this study is on student learning outcomes of
the application model of cooperative learning type STAD. Data collection techniques used in the
study was interviews, observations, achievement test, and documentation. Technique analysis of
the data used is descriptive qualitative and quantitative data is obtained from the student learning
outcomes. The results showed (1) class X student learning outcomes with STAD method has
increased from cycle I to cycle II of 12:39% in the first cycle obtained yield was 72.90 and the
second cycle obtained yield was 85.29 (2) constraints in the implementation of STAD
cooperative learning model is some students are less interested in participating in learning
because less understanding with applied learning models. One of the ways to minimize these
obstacles is to motivate students to be more active in learning.
Keywords: STAD methods, learning outcomes
serangkaian
1. PENDAHULUAN
Hamalik (2004: 27) belajar adalah
suatu
cara
untuk
memotivasi
dan
pengalaman-pengalaman
belajar.
Pendidikan
Kewarganegaraan
mempertegas kelakuan melalui pengalaman
(PKn) merupakan salah satu mata pelajaran
dan merupakan proses perubahan tingkah
yang sangat penting untuk diajarkan mulai
laku individu melalui interaksi melalui
sejak dini karena sebagai pengetahuan awal
lingkungannya
proses pembentukan karakter bangsa dan
sehingga
akan
terjadi
3
negara
agar
peserta
didik
memiliki
3.
Berkembang
secara
dan
kepribadian yang kuat, martabat yang tinggi
demokratis
dan moral yang baik untuk dijadikan bekal
berdasarkan
menentukan arah kebijakan bangsa dan
masyarakat Indonesia agar dapat hidup
negaranya.
bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
Pendidikan kewarganegaraan (PKn)
4.
untuk
positif
membentuk
pada
diri
karakter-karakter
Berinteraksi dengan bangsa-bangsa
yang harus diberikan di setiap jenjang
lain dalam persatuan dunia secara
haruslah dirumuskan fungsi, tujuan dan
langsung atau tidak langsung dengan
ruang lingkup dari pengajaran tersebut. Hal
memanfaatkan
ini dimaksudkan agar perkembangan moral
dan komunikasi.
anak didik mencapai target yang diinginkan.
teknologi
Keempat
informasi
tujuan
tersebut
Fungsi dari pendidikan kewarganegaraan
memberikan indikasi behwa pembelajaran
yaitu
membentuk
PKn untuk membina dan mengembangkan
warganegara yang cerdas, terampil dan
pikiran, sikap aktif dan bertanggung jawab
berkarakter yang setia pada bangsa dan
dan demokrasi guna membentuk diri dan
Negara Indonesia dengan merefleksikan
bertindak secara cerdas dalam kehidupan
dirinya dalam kebiasaan berpikir, bertindak
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dan
sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD
mampu untuk hidup dengan bangsa-bangsa
1945.
lain di dunia.
sebagai
wahana
Tujuan pendidikan kewarganegaraan
Selain fungsi dan tujuan, adapun
adalah sebagai berikut :
ruanglingkup dalam pendidikan PKn yaitu ;
1.
1.
Berpikir secara kritis, rasional dan
kreatif
dalam
menanggapi
isu
Berpartisipasi
bertanggung
secara
bermasyarakat
bernegara.
dan
Norma
(agama,
kesopanan
dan
hukum)bangsa Indonesia dan perilaku
secara
jawab
cerdas
moral
kesusilaan,
kewarganegaraan.
2.
Nilai
aktif
serta
dalam
berbangsa
dan
yang
bertindak
kegiatan
dan
diterapkan
terwujud
dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
2.
Kehidupan ideology, ekonomi, social
dan budaya, pertahanan dan keamanan
di
Negara
Republik
Indonesia
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
4
Menurut ketentuan undang-undang
memilih
model
pembelajaran
Nomor 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS,
berpengaruh
PKn mmerupakan mata pelajaran yang
pembelajaran yang akan dilakukan, sedikit
wajib untuk semua jenjang, jenis dan level
siswa kesulitan dalam mengikuti pelajaran
pendidikan.
juridis
dikarenakan metode yang dipilih dan yang
menegaskan PKn sebagai mata pelajaran
digunakan guru dirasakan kurang tepat,
wajib,
proses pembelajaran berlangsung secara
Walau
namun
ketentuan
kenyataan
di
lapangan
terhadap
kaku,
merupakan
pengembangan pengetahuan, sikap, moral,
pelajaran
yang
membosankan.
kurang
proses
menemukan fenomena bahwa PKn masih
mata
hingga
kwalitas
yang
mendukung
dan keterampilan siswa.
Hal ini membuat siswa kurang
Dalam
kenyataannya,
antusias mengikuti pelajaran PKn, yang
pembelajaran
ditandai juga rendahnya interaksi siswa-guru
menerapkan pendekatan klasik dan ceramah
dan siswa-siswa dan berdampak tidak
menjadi pilihan utama dalam pembelajaran.
tercapainya kriteria ketuntasan minimal
Fakta ini menunjukan bahwa penerapan
(KKM). Menurut kosasih (1994) “pemilihan
model pembelajaran konvensiaonal masih di
model dan metode pembelajaran yang sesuai
jumpai
dengan tujuan kurikulum dan potensi siswa
Dominasi
merupakan kemampuan dan keterampilan
pembelajaran PKn cenderung berorientasi
dasar yang harus dimiliki oleh guru”. Untuk
pada
meningkatkan hasil belajar PKn, para guru
kurikulum dan buku teks, serta jarang
telah
model
mengkaitkan materi yang dibahas dengan
pembelajaran dengan harapan siswa dapat
masalah-maslah nyata dalam kehidupan
termotivasi dan menekuni mata pelajaran
sehari-hari. Pada saat guru menjelaskan
PKn.
yang
materi, siswa kebanyakan bercanda tidak
mempengaruhi hasil belajar siswa adalah
fokus dengan pelajaran sehingga siswa
kemampuan guru dalam mengelola kelas
menjadi
dalam
pembelajaran.
berusaha
Karena
hal
menggunakan
salah
ini
satu
faktor
menggunakan
model
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
belajar
siswa.
Ketetapan
guru
dalam
PKn
selama
proses
pelaksanaannya
metode
materi
Dalam
pembelajaran
realita
di
dalam
di
guru
lapangan.
dalam
tercantum
aktif
PKn
di
ceramah
yang
tidak
ini,
dalam
proses
lapangan,
sekolah-sekolah
5
khususnya di kelas X SMA Negeri 2 Banjar
ilmu pengetahuan kepada siswa, sedangkan
masih belum mencerminkan misi dan tujuan
siswa lebih banyak sebagai penerima. Hal
dari mata pelajaran PKn. Hal ini tercermin
ini mengakibatkan kurangnya pemahaman
dari model pembelajaran yang di pakai oleh
siswa terhadap materi yang diterangkan oleh
guru
bersifat
guru, sehingga hasil belajar siswa masih
konvensional dan belum mengarah ke
sangat rendah atau kurang maksimal ini bisa
student oriented sepenuhnya, oleh karena itu
dilihat dari hasil tes, baik itu dalam
proses
kaku,
pengerjaan tugas-tugas ataupun pekerjaan
berlangsung ke satu arah saja yaitu dari guru
rumah, hasil ulangan yang diperoleh siswa
ke siswa materi yang disampaikan oleh guru
rata-rata nilai tes yang diperoleh siswa yaitu:
cenderung berorientasi dari buku teks saja,
6,0 dengan variasi nilai yang terendah yaitu :
serta jarang mengkaitkan materi yang
5,0 dan yang tertinggi yaitu 8,0 dari jumlah
dibahas
dengan
masalah-masalah
keseluruhan siswa yaitu 32 siswa.
terdapat
dalam
kehidupan
yang
cenderung
masih
pembelajaran
menjadi
yang
sehari-hari.
Untuk
mengatasi
Sehingga siswa tidak mempunyai gairah
permasalahan
untuk belajar, akibatnya pembelajaran PKn
meningkatkan
dirasakan sangat membosankan oleh siswa.
Indonesia, maka pemerintah dalam hal ini
Berdasarkan
atas,
mutu
dalam
rangka
pembelajaran
di
awal
Depdiknas sudah menerapkan kurikulum
peneliti, di kelas X SMA Negeri 2 Banjar
tingkat satuan pendidikan (KTSP). Untuk itu
dewasa
guru
ini
observasi
di
permasalahan-
tampaknya
masih
belum
sebagai
pendidik
mencerminkan misi dan tujuan dari mata
mengantisipasinya
pelajaran PKn. Masih cenderung belum
pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum
optimal
tingkat satuan pendidikan (KTSP) yaitu
dalam
memperhatikan
prior
dengan
perlu
knowledge (pengetahuan awal). Hal ini
menekankan
tercermin dari model pembelajaran yang
bermakna dan pembelajaran aktif, kreatif,
dianut oleh guru bahwa dalam proses
efaktif
pembelajaran
Pembelajaran yang seperti ini adalah ciri
guru
konvensional,
yang
dan
pada
menerapkan
pembelajaran
menyenangkan
dimana dalam menyajikan materi masih
pambelajaran
yang
menggunakan model pembelajaran yang
pembelajaran kontekstual.
yang
(PAKEM).
disebut
model
bersifat konservatif yaitu guru mentransfer
6
Berdasarkan hal tersebut, perlu
yaitu teman sebaya. Hal itu terjadi karena
adanya model dalam strategi pembelajaran
dalam cooperative learning siswa diberikan
yang lebih mengaktifkan siswa serta dapat
kesempatan yang sangat memadai untuk
mengembangkan daya nalarnya. Salah satu
mendapatkan
model yang dianjurkan oleh KTSP adalah
dibutuhkan siswa untuk melengkapi dan
penerapan model pembelajaran cooperative
memperkaya pengetahuan yang dimiliki
yang memiliki arti dan makna bekerja
oleh anggota kelompok belajar lainnya dan
bersama dalam mencapai tujuan bersama
guru. Dengan belajar bersama teman sebaya
(Hasan, 1996:50). Dalam pembelajaran
dan di bawah bimbingan guru, maka proses
cooperative, siswa secara individu mencari
penerimaan siswa dari guru akan semakin
hasil yang bisa menguntungkan seluruh
mudah dan cepat ditangkap siswa. Model
kelompoknya. Peran guru tidak merupakan
pembelajaran ini menekankan bagaimana
satu-satunya
sebagai
menemukan perilaku kehidupan yang terjadi
pembelajaran
tetapi
fasilitator,
nara
sumber
sebagai
mediator,
dinamisator
dan
manajer
dalam
berbagai
masyarakat
informasi
dan
yang
menerapkannya
dalam suasana pembelajaran di kelas.
pembelajaran, yang mungkin bekerja sama
Berdasarkan hal tersebut, perlu
untuk memaksimalkan belajar siswa dalam
adanya model dalam strategi pembelajaran
kelompok tersebut.
yang lebih mengaktifkan siswa serta dapat
Cooperative Learning menjadikan
mengembangkan daya nalarnya dengan
siswa sebagai bagian dari suatu sistem
menerapkan
dalam proses kerjasama dalam mencapai
(cooperatif learning) yang mengandung
suatu hasil yang maksimal dalam belajar.
pengertian sebagai suatu pembelajaran yang
Strategi pembelajaran ini berangkat dari
menggunakan group kecil dimana siswa
asumsi bahwa “ suatu pekerjaan akan
bekerjasama
menghasilkan hasil yang terbaik apabila
berdiskusi
dilakukan
pengetahuan, saling berkomunikasi, saling
Keberhasilan
secara
yang
bersama-sama”.
dicapai
melalui
membantu
model
belajar
dan
Belajar
satu
saling
untuk
kooperatif
sama
lain,
berbagi
ilmu
memahami
materi
cooperative learning bukan semata-mata
pelajaran. Maka peneliti menganggap model
diperoleh dari guru, tapi bisa dari pihak lain
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Studen
yang terlibat dalam pembelajaran tersebut,
Team
Achievment
Division)
dapat
7
diterapkan dalam penelitian ini, karena
meningkatkan mutu suatu hal yang menarik
model pembelajaran kooperatif tipe STAD
minat
(Studen Team Achievment Division) lebih
Tindakan, menunjuk pada sesuatu gerak
terfokus pada pemecahan masalah, membuat
kegiatan yang di sengaja dilakukan dengan
seluruh kelompok aktif dalam pembelajaran
tujuan tertentu. c) Kelas, dalam hal ini tidak
dan akan timbulnya rasa keberanian dalam
terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi
mengemukakan
dalam
pendapat
serta
menyampaikan informasi kepada temantemannya.
dan
penting
pengertian
bagi
yang
peneliti.
lebih
b)
spesifik
(Arikunto,2008).
Adapun rancangan yang dipilih atau
Berdasarkan uraian diatas, maka
dipergunakan dalam penelitian ini, yaitu
terdapat beberapa permasalahan yang layak
rancangan penelitian yang diadaptasi dari
dikedepankan, yaitu: (1) Bagaimana hasil
model pembelajaran yang diterapkan oleh
belajar PKn melalui implementasi model
Lasmawan,1997 yang terdiri dari beberapa
pembelajaran cooperative tipe STAD pada
tahapan yang akan dilaksanakan diantaranya
siswa Kelas X SMA Negeri 2 Banjar, (2)
orientasi,
Apa saja kendala-kendala yang dialami
tindakan, observasi tindakan dan refleksi
siswa kelas X SMA Negeri 2 Banjar dengan
serta revisi. dalam pelaksanaan tiap tahapan-
diterapkannya
tahapan tersebut dirancang sebagai suatu
model
pembelajaran
cooperative tipe STAD,
dilaksanakan untuk mencapai tujuan dalam
Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian tindakan kelas. Ada tiga
yang
dapat
pelaksanaan
siklus yaitu tindakan yang terus menerus
2. METODE PENELITIAN
pengertian
perencanaan,
meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya
dalam pembelajaran PKn
diterangkan
Dalam penelitian ini yang dijadikan
dikarenakan ada tiga kata yang membentuk
subjek penelitian adalah guru dan siswa.
pengertian tersebut, yaitu:
Guru yang dilibatkan sebagai subjek dalam
a)Penelitian, menunjuk pada suatu
penelitian ini adalah guru PKn yang
kegiatan mencermati suatu objek dengan
mengajar di kelas X SMA Negeri 2 Banjar,
menggunakan cara dan aturan metodologi
sedangkan siswa yang dijadikan objek
tertentu
atau
penelitian ini adalah siswa kelas X SMA
dalam
Negeri 2 Banjar yang berjumlah 32 orang
informasi
untuk
yang
memproleh
data
bermaanfat
8
yang terdiri dari 16 siswa laki dan 16 siswa
7 orang siswa yang masih belum tuntas
perempuan. Penelitian ini dilakukan pada
secara undividual.
semester genap yaitu semester II.
3. HASIL
Ketidak berhasilan peneliti pada
PENELITIAN
DAN
siklus I itu di karenakan ada beberapa
kendala yang dihadapi pada saat penerapan
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan
bahwa STAD (Student Team Achivement
model pembelajaran STAD.
Berdasarkan
perbaikan
tindakan
Division ), memiliki perbedaan dalam
pada siklus I maka pada siklus II diperoleh
pencapaian
belajar.
nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar
Ketuntasan siswa dengan strategi STAD
85.29, daya serap 85.29%, ketuntasan
lebih tinggi di bandingkan dengan siswa saat
klasikal 97% dan jumlah siswa yang tuntas
belajar dengan metode yang diterapkan oleh
sebanyak
guru sebelumnya (ceramah dan Tanya
keseluruhan
jawab).
klasikal dalam siklus II sudah terpenuhi.
ketuntasan
Ini
berarti
hasil
bahwa
strategi
pembelajaran STAD memiliki keunggulan
dalam
meningkatkan
hasil
belajar
31
0rang.
ketuntasan
Secara
klasikal
individual
dan
Keberhasilan dilaksanakanya model
pembelajaran STAD yang dilaksanakan
dibandingkan dengan model pembelajaran
pada Siklus
II ini, didukung dengan
yang diterapkan oleh guru sebelumnya.
dilakukannya beberapa perbaikan didalam
Berdasarkan hasil analisis data hasil
proses pembelajaran, sehingga penerapan
belajar siswa siklus I nilai rata-rata hasil
model pembelajaran ini dapat diterapkan
belajar siswa sebesar 72.90, daya serap
dengan semaksimal mungkin dan hasil
72.90% ketuntasan klasikal 78 %
belajar siswa pun dapat meningkat.
dan
jumlah siswa yang tuntas asebanyak 25
Adapun
Kendala-kendala
yang
penerapan
model
orang. Penelitian dikatakan berhasil jika
dihadapi
ketuntasan
minimal
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student
memperoleh nila 75 dan ketuntasan klasikal
Teams Achievement Division) pada siklus I
sama dengan 80%. Jadi kriteria keberhasilan
adalah sebagai berikut:
penelitian
secara
1. Beberapa siswa kurang tertarik dalam
individual belum tercapai karena masih ada
mengikuti pembelajaran karena kurang
individual
secara
siswa
klasikal
dan
dalam
9
begitu
mengerti
dengan
model
pembelajaran yang diterapkan.
pendapat
dengan
memberikan
penghargaan berupa nilai tamnbahan.
2. Siswa kesulitan menyatukan pendapat
3. Melakukan bimbingan intensif pada
ketika berdiskusi sehingga belum bisa
kelompok yang mengalami kesulitan.
menyelesaikan tugas sesuai dengan
4. Memberikan reward pada kelompok
waktu yang ditentukan.
yang dapat mempresentasikan hasil
3. Siswa masih ragu dan takut untuk
mengemukakan pendapat pada saat
diskusi.
diskusinya dengan sangat baik.
Dari data diatas dapat dilihat bahwa
rata-rata hasil belajar siklus I sebesar 72.90
4. Guru/Penelitri masih kekurangan waktu
termasuk dalam kategori cukup dan rata-rata
dalam mengimplementasiukan model
hasil belajar siklus II sebesar 85.29 termasuk
pembelajaran kooperatif tipe STAD
dalam kategori baik. Jadi peningkatan rata-
(Student Teams Achievement Division)
rata hasil belajar dari siklus I ke siklus II
untuk
sebesar 12.39. Berdasarkan uraian diatas,
dapat
menyelesaikan
pembelajaran yang telah dilakukan.
Mengacu
kendala-kendala
model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
yang dihadapi selama proses pembelajaran,
(Student Teams Achievement Division) dapat
maka
meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas
perlu
dari
maka dapat disimpulkan bahwa penerapan
mempertimbangkan
upaya-
upaya untuk menanggulangi permasalahan
yang timbul selama proses pembelajaran
tersebut.
adapun
upaya
peneliti
untuk
X SMA Negeri 2 Banjar.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan
mengatasi permasalahan tersebut adalah:
pembahasan yang telah diuraikan pada bab
1. Menciptakan proses pembelajaran yang
sebelumnya, maka dapat diambil suatu
menyenangkan
dengan
cara
memberikan motivasi kepada siswa
untuk
lebih
aktif
lagi
dalam
pembelajaran.
2. Mengaktifkan
kelompok
simpulan sebagai berikut:
Penerapan
model
Pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Teams
Achievement Division) dapat meningkatkan
seluruh
dalam
anggota
hasil belajar PKn siswa kelas X SMA
mengemukakan
Negeri 2 Banjar tahun ajaran 2012/2013.
Hal ini dpat dilihat dari hasil belajar siswa
10
pada siklus
I dengan rata-rata 72.90
termasuk kategori cukup , daya serap siswa
72.90%, ketuntasan klasikal
menyelesaikan pembelajaran yang telah
dilakukan.
78% dan
Kendala-kendala yang dialami oleh
ketuntasan individual sebanyak 25 orang.
siswa dalam proses pembelajaran PKn
Pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa
dengan Model Kooperatif Tipe STAD
sebesar 85.29 yang termasuk kategori baik,
(Student Teams Achievement Division) dapat
daya serap 85.29%, ketuntasan klasikal
diminimalkan. Hal ini dapat dilihat dari
sebesar 97% dan ketuntasan individual
berbagai upaya yang peneliti lakukan untuk
sebanyak 31 orang. Jadi rata-rata hasil
memaksimalkan proses pembelajaran yaitu
belajar siswa dari siklus II mengalami
1) dengan menciptakan proses pembelajaran
peningkatan sebesar 12.39.
yang
Adapun
menyenangkan
dengan
cara
Kendala-kendala
yang
memberikan motivasi kepada siswa untuk
penerapan
model
lebih aktif lagi dalam pembelajaran, 2)
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student
mengaktifkan seluruh anggota kelompok
Teams
dalam mengemukakan pendapat dengan
dihadapi
dalam
Achievement
Division)
adalah
sebagai berikut:
memberikan
1) beberapa siswa kurang tertarik dalam
tambahan, 3) melakukan bimbingan intensif
mengikuti
kurang
pada kelompok yang mengalami kesulitan,
begitu mengerti dengan model pembelajaran
dan 4) meberikan reward pada kelompok
yang
yang
pembelajaran
diterapkan.
2)
karena
siswa
kesulitan
menyatukan pendapat ketika berdiskusi
sehingga belum bisa menyelesaikan tugas
sesuai dengan waktu yang ditentukan. 3)
siswa
masih
ragu
dan
takut
untuk
dapat
penghargaan
berupa
emmpresentasikan
nilai
hasil
diskusinya dengan baik.
5. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2008. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
mengemukakan pendapat pada saat diskusi.
4) guru/penelitri masih kekurangan waktu
dalam
mengimplementasiukan
Djahiri Kosasih H, 1994. Buku Pedoman
Pengajaran IPS, Jakarta; Depdikbud
model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student
Teams Achievement Division) untuk dapat
Hasan Hamid, 1996. Pendidikan Ilmu Sosial
(buku I), Jurusan Sejarah, FIPS IKIP
Bandung
11
Lasmawan I Wayan, 1997. Pengembangan
Model Cooperative Learning Dalam
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
(Studi Pembelajaran Pada Siswa
kelas V SD di Kab. Klungkung Bali).
Tesis Tidak Diterbitkan, Pasca
Sarjana IKIP Badung
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar
Mengajar. Jalarta: Bumi Aksara.
-------,
2009.
Mendesain
Model
pembelajaran
Inovatif-Progresif.
Jakarta: Kencana
12
Download