PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFE TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN ARTIKEL OLEH: I GEDE HERSIKA KRISNAWAN 0914041088 JURUSAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2013 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL BERBANTUAN POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN Oleh: I Gede Hersika Krisnawan Prof. Dr. I Made Yudana, M.Pd I Ketut Sari Adnyani, S.Pd, M.Hum Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan e-mail: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 2 Banjar tahun ajaran 2012/2013 dalam pemahaman konseptual pada pelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, (2) dapat mengetahui kendala-kendala yang terjadi pada saat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas X SMA Negeri 2 Banjar. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas X sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah pada hasil belajar siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah wawancara, observasi, tes hasil belajar, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif yang diperoleh dari data hasil belajar siswa. Hasil penelitian menunjukan (1) hasil belajar siswa kelas X dengan metode STAD mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 12.39% pada siklus I diperoleh hasil sebesar 72.90 dan pada siklus II diperoleh hasil sebesar 85,29. (2) kendala dalam Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah beberapa siswa kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran karena kurang mengerti dengan model pembelajaran yang diterapkan. Salah satu cara meminimalkan kendala tersebut adalah memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran.. Kata kunci: metode STAD, hasil belajar 2 APPLICATION MODEL OF COOPERATIVE LEARNING TYPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) TO IMPROVE CIVICS STUDENT LEARNING OUTCOMES CLASS X SMA NEGERI 2 BANJAR IN ACADEMIC YEAR 2012/2013 By I Gede Hersika Krisnawan, NIM. 0914041088 Prof. Dr. I Made Yudana, M.Pd I Ketut Sari Adnyani, S.Pd, M.Hum Pancasila and Citizenship Education Department e-mail: [email protected] ABSTRACT This study aims to (1) determine the learning outcomes of students of class X SMA Negeri 2 Banjar in academic year 2012/2013 in the conceptual understanding of civics lessons using STAD cooperative learning model, (2) to determine the constraints that occur when applying the STAD cooperative learning model in class X SMA Negeri 2 Banjar. Subject of this study were students of class X while the object of this study is on student learning outcomes of the application model of cooperative learning type STAD. Data collection techniques used in the study was interviews, observations, achievement test, and documentation. Technique analysis of the data used is descriptive qualitative and quantitative data is obtained from the student learning outcomes. The results showed (1) class X student learning outcomes with STAD method has increased from cycle I to cycle II of 12:39% in the first cycle obtained yield was 72.90 and the second cycle obtained yield was 85.29 (2) constraints in the implementation of STAD cooperative learning model is some students are less interested in participating in learning because less understanding with applied learning models. One of the ways to minimize these obstacles is to motivate students to be more active in learning. Keywords: STAD methods, learning outcomes serangkaian 1. PENDAHULUAN Hamalik (2004: 27) belajar adalah suatu cara untuk memotivasi dan pengalaman-pengalaman belajar. Pendidikan Kewarganegaraan mempertegas kelakuan melalui pengalaman (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran dan merupakan proses perubahan tingkah yang sangat penting untuk diajarkan mulai laku individu melalui interaksi melalui sejak dini karena sebagai pengetahuan awal lingkungannya proses pembentukan karakter bangsa dan sehingga akan terjadi 3 negara agar peserta didik memiliki 3. Berkembang secara dan kepribadian yang kuat, martabat yang tinggi demokratis dan moral yang baik untuk dijadikan bekal berdasarkan menentukan arah kebijakan bangsa dan masyarakat Indonesia agar dapat hidup negaranya. bersama dengan bangsa-bangsa lainnya. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) 4. untuk positif membentuk pada diri karakter-karakter Berinteraksi dengan bangsa-bangsa yang harus diberikan di setiap jenjang lain dalam persatuan dunia secara haruslah dirumuskan fungsi, tujuan dan langsung atau tidak langsung dengan ruang lingkup dari pengajaran tersebut. Hal memanfaatkan ini dimaksudkan agar perkembangan moral dan komunikasi. anak didik mencapai target yang diinginkan. teknologi Keempat informasi tujuan tersebut Fungsi dari pendidikan kewarganegaraan memberikan indikasi behwa pembelajaran yaitu membentuk PKn untuk membina dan mengembangkan warganegara yang cerdas, terampil dan pikiran, sikap aktif dan bertanggung jawab berkarakter yang setia pada bangsa dan dan demokrasi guna membentuk diri dan Negara Indonesia dengan merefleksikan bertindak secara cerdas dalam kehidupan dirinya dalam kebiasaan berpikir, bertindak bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dan sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD mampu untuk hidup dengan bangsa-bangsa 1945. lain di dunia. sebagai wahana Tujuan pendidikan kewarganegaraan Selain fungsi dan tujuan, adapun adalah sebagai berikut : ruanglingkup dalam pendidikan PKn yaitu ; 1. 1. Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu Berpartisipasi bertanggung secara bermasyarakat bernegara. dan Norma (agama, kesopanan dan hukum)bangsa Indonesia dan perilaku secara jawab cerdas moral kesusilaan, kewarganegaraan. 2. Nilai aktif serta dalam berbangsa dan yang bertindak kegiatan dan diterapkan terwujud dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 2. Kehidupan ideology, ekonomi, social dan budaya, pertahanan dan keamanan di Negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. 4 Menurut ketentuan undang-undang memilih model pembelajaran Nomor 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS, berpengaruh PKn mmerupakan mata pelajaran yang pembelajaran yang akan dilakukan, sedikit wajib untuk semua jenjang, jenis dan level siswa kesulitan dalam mengikuti pelajaran pendidikan. juridis dikarenakan metode yang dipilih dan yang menegaskan PKn sebagai mata pelajaran digunakan guru dirasakan kurang tepat, wajib, proses pembelajaran berlangsung secara Walau namun ketentuan kenyataan di lapangan terhadap kaku, merupakan pengembangan pengetahuan, sikap, moral, pelajaran yang membosankan. kurang proses menemukan fenomena bahwa PKn masih mata hingga kwalitas yang mendukung dan keterampilan siswa. Hal ini membuat siswa kurang Dalam kenyataannya, antusias mengikuti pelajaran PKn, yang pembelajaran ditandai juga rendahnya interaksi siswa-guru menerapkan pendekatan klasik dan ceramah dan siswa-siswa dan berdampak tidak menjadi pilihan utama dalam pembelajaran. tercapainya kriteria ketuntasan minimal Fakta ini menunjukan bahwa penerapan (KKM). Menurut kosasih (1994) “pemilihan model pembelajaran konvensiaonal masih di model dan metode pembelajaran yang sesuai jumpai dengan tujuan kurikulum dan potensi siswa Dominasi merupakan kemampuan dan keterampilan pembelajaran PKn cenderung berorientasi dasar yang harus dimiliki oleh guru”. Untuk pada meningkatkan hasil belajar PKn, para guru kurikulum dan buku teks, serta jarang telah model mengkaitkan materi yang dibahas dengan pembelajaran dengan harapan siswa dapat masalah-maslah nyata dalam kehidupan termotivasi dan menekuni mata pelajaran sehari-hari. Pada saat guru menjelaskan PKn. yang materi, siswa kebanyakan bercanda tidak mempengaruhi hasil belajar siswa adalah fokus dengan pelajaran sehingga siswa kemampuan guru dalam mengelola kelas menjadi dalam pembelajaran. berusaha Karena hal menggunakan salah ini satu faktor menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa. Ketetapan guru dalam PKn selama proses pelaksanaannya metode materi Dalam pembelajaran realita di dalam di guru lapangan. dalam tercantum aktif PKn di ceramah yang tidak ini, dalam proses lapangan, sekolah-sekolah 5 khususnya di kelas X SMA Negeri 2 Banjar ilmu pengetahuan kepada siswa, sedangkan masih belum mencerminkan misi dan tujuan siswa lebih banyak sebagai penerima. Hal dari mata pelajaran PKn. Hal ini tercermin ini mengakibatkan kurangnya pemahaman dari model pembelajaran yang di pakai oleh siswa terhadap materi yang diterangkan oleh guru bersifat guru, sehingga hasil belajar siswa masih konvensional dan belum mengarah ke sangat rendah atau kurang maksimal ini bisa student oriented sepenuhnya, oleh karena itu dilihat dari hasil tes, baik itu dalam proses kaku, pengerjaan tugas-tugas ataupun pekerjaan berlangsung ke satu arah saja yaitu dari guru rumah, hasil ulangan yang diperoleh siswa ke siswa materi yang disampaikan oleh guru rata-rata nilai tes yang diperoleh siswa yaitu: cenderung berorientasi dari buku teks saja, 6,0 dengan variasi nilai yang terendah yaitu : serta jarang mengkaitkan materi yang 5,0 dan yang tertinggi yaitu 8,0 dari jumlah dibahas dengan masalah-masalah keseluruhan siswa yaitu 32 siswa. terdapat dalam kehidupan yang cenderung masih pembelajaran menjadi yang sehari-hari. Untuk mengatasi Sehingga siswa tidak mempunyai gairah permasalahan untuk belajar, akibatnya pembelajaran PKn meningkatkan dirasakan sangat membosankan oleh siswa. Indonesia, maka pemerintah dalam hal ini Berdasarkan atas, mutu dalam rangka pembelajaran di awal Depdiknas sudah menerapkan kurikulum peneliti, di kelas X SMA Negeri 2 Banjar tingkat satuan pendidikan (KTSP). Untuk itu dewasa guru ini observasi di permasalahan- tampaknya masih belum sebagai pendidik mencerminkan misi dan tujuan dari mata mengantisipasinya pelajaran PKn. Masih cenderung belum pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum optimal tingkat satuan pendidikan (KTSP) yaitu dalam memperhatikan prior dengan perlu knowledge (pengetahuan awal). Hal ini menekankan tercermin dari model pembelajaran yang bermakna dan pembelajaran aktif, kreatif, dianut oleh guru bahwa dalam proses efaktif pembelajaran Pembelajaran yang seperti ini adalah ciri guru konvensional, yang dan pada menerapkan pembelajaran menyenangkan dimana dalam menyajikan materi masih pambelajaran yang menggunakan model pembelajaran yang pembelajaran kontekstual. yang (PAKEM). disebut model bersifat konservatif yaitu guru mentransfer 6 Berdasarkan hal tersebut, perlu yaitu teman sebaya. Hal itu terjadi karena adanya model dalam strategi pembelajaran dalam cooperative learning siswa diberikan yang lebih mengaktifkan siswa serta dapat kesempatan yang sangat memadai untuk mengembangkan daya nalarnya. Salah satu mendapatkan model yang dianjurkan oleh KTSP adalah dibutuhkan siswa untuk melengkapi dan penerapan model pembelajaran cooperative memperkaya pengetahuan yang dimiliki yang memiliki arti dan makna bekerja oleh anggota kelompok belajar lainnya dan bersama dalam mencapai tujuan bersama guru. Dengan belajar bersama teman sebaya (Hasan, 1996:50). Dalam pembelajaran dan di bawah bimbingan guru, maka proses cooperative, siswa secara individu mencari penerimaan siswa dari guru akan semakin hasil yang bisa menguntungkan seluruh mudah dan cepat ditangkap siswa. Model kelompoknya. Peran guru tidak merupakan pembelajaran ini menekankan bagaimana satu-satunya sebagai menemukan perilaku kehidupan yang terjadi pembelajaran tetapi fasilitator, nara sumber sebagai mediator, dinamisator dan manajer dalam berbagai masyarakat informasi dan yang menerapkannya dalam suasana pembelajaran di kelas. pembelajaran, yang mungkin bekerja sama Berdasarkan hal tersebut, perlu untuk memaksimalkan belajar siswa dalam adanya model dalam strategi pembelajaran kelompok tersebut. yang lebih mengaktifkan siswa serta dapat Cooperative Learning menjadikan mengembangkan daya nalarnya dengan siswa sebagai bagian dari suatu sistem menerapkan dalam proses kerjasama dalam mencapai (cooperatif learning) yang mengandung suatu hasil yang maksimal dalam belajar. pengertian sebagai suatu pembelajaran yang Strategi pembelajaran ini berangkat dari menggunakan group kecil dimana siswa asumsi bahwa “ suatu pekerjaan akan bekerjasama menghasilkan hasil yang terbaik apabila berdiskusi dilakukan pengetahuan, saling berkomunikasi, saling Keberhasilan secara yang bersama-sama”. dicapai melalui membantu model belajar dan Belajar satu saling untuk kooperatif sama lain, berbagi ilmu memahami materi cooperative learning bukan semata-mata pelajaran. Maka peneliti menganggap model diperoleh dari guru, tapi bisa dari pihak lain pembelajaran kooperatif tipe STAD (Studen yang terlibat dalam pembelajaran tersebut, Team Achievment Division) dapat 7 diterapkan dalam penelitian ini, karena meningkatkan mutu suatu hal yang menarik model pembelajaran kooperatif tipe STAD minat (Studen Team Achievment Division) lebih Tindakan, menunjuk pada sesuatu gerak terfokus pada pemecahan masalah, membuat kegiatan yang di sengaja dilakukan dengan seluruh kelompok aktif dalam pembelajaran tujuan tertentu. c) Kelas, dalam hal ini tidak dan akan timbulnya rasa keberanian dalam terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi mengemukakan dalam pendapat serta menyampaikan informasi kepada temantemannya. dan penting pengertian bagi yang peneliti. lebih b) spesifik (Arikunto,2008). Adapun rancangan yang dipilih atau Berdasarkan uraian diatas, maka dipergunakan dalam penelitian ini, yaitu terdapat beberapa permasalahan yang layak rancangan penelitian yang diadaptasi dari dikedepankan, yaitu: (1) Bagaimana hasil model pembelajaran yang diterapkan oleh belajar PKn melalui implementasi model Lasmawan,1997 yang terdiri dari beberapa pembelajaran cooperative tipe STAD pada tahapan yang akan dilaksanakan diantaranya siswa Kelas X SMA Negeri 2 Banjar, (2) orientasi, Apa saja kendala-kendala yang dialami tindakan, observasi tindakan dan refleksi siswa kelas X SMA Negeri 2 Banjar dengan serta revisi. dalam pelaksanaan tiap tahapan- diterapkannya tahapan tersebut dirancang sebagai suatu model pembelajaran cooperative tipe STAD, dilaksanakan untuk mencapai tujuan dalam Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Ada tiga yang dapat pelaksanaan siklus yaitu tindakan yang terus menerus 2. METODE PENELITIAN pengertian perencanaan, meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya dalam pembelajaran PKn diterangkan Dalam penelitian ini yang dijadikan dikarenakan ada tiga kata yang membentuk subjek penelitian adalah guru dan siswa. pengertian tersebut, yaitu: Guru yang dilibatkan sebagai subjek dalam a)Penelitian, menunjuk pada suatu penelitian ini adalah guru PKn yang kegiatan mencermati suatu objek dengan mengajar di kelas X SMA Negeri 2 Banjar, menggunakan cara dan aturan metodologi sedangkan siswa yang dijadikan objek tertentu atau penelitian ini adalah siswa kelas X SMA dalam Negeri 2 Banjar yang berjumlah 32 orang informasi untuk yang memproleh data bermaanfat 8 yang terdiri dari 16 siswa laki dan 16 siswa 7 orang siswa yang masih belum tuntas perempuan. Penelitian ini dilakukan pada secara undividual. semester genap yaitu semester II. 3. HASIL Ketidak berhasilan peneliti pada PENELITIAN DAN siklus I itu di karenakan ada beberapa kendala yang dihadapi pada saat penerapan PEMBAHASAN Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa STAD (Student Team Achivement model pembelajaran STAD. Berdasarkan perbaikan tindakan Division ), memiliki perbedaan dalam pada siklus I maka pada siklus II diperoleh pencapaian belajar. nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar Ketuntasan siswa dengan strategi STAD 85.29, daya serap 85.29%, ketuntasan lebih tinggi di bandingkan dengan siswa saat klasikal 97% dan jumlah siswa yang tuntas belajar dengan metode yang diterapkan oleh sebanyak guru sebelumnya (ceramah dan Tanya keseluruhan jawab). klasikal dalam siklus II sudah terpenuhi. ketuntasan Ini berarti hasil bahwa strategi pembelajaran STAD memiliki keunggulan dalam meningkatkan hasil belajar 31 0rang. ketuntasan Secara klasikal individual dan Keberhasilan dilaksanakanya model pembelajaran STAD yang dilaksanakan dibandingkan dengan model pembelajaran pada Siklus II ini, didukung dengan yang diterapkan oleh guru sebelumnya. dilakukannya beberapa perbaikan didalam Berdasarkan hasil analisis data hasil proses pembelajaran, sehingga penerapan belajar siswa siklus I nilai rata-rata hasil model pembelajaran ini dapat diterapkan belajar siswa sebesar 72.90, daya serap dengan semaksimal mungkin dan hasil 72.90% ketuntasan klasikal 78 % belajar siswa pun dapat meningkat. dan jumlah siswa yang tuntas asebanyak 25 Adapun Kendala-kendala yang penerapan model orang. Penelitian dikatakan berhasil jika dihadapi ketuntasan minimal pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student memperoleh nila 75 dan ketuntasan klasikal Teams Achievement Division) pada siklus I sama dengan 80%. Jadi kriteria keberhasilan adalah sebagai berikut: penelitian secara 1. Beberapa siswa kurang tertarik dalam individual belum tercapai karena masih ada mengikuti pembelajaran karena kurang individual secara siswa klasikal dan dalam 9 begitu mengerti dengan model pembelajaran yang diterapkan. pendapat dengan memberikan penghargaan berupa nilai tamnbahan. 2. Siswa kesulitan menyatukan pendapat 3. Melakukan bimbingan intensif pada ketika berdiskusi sehingga belum bisa kelompok yang mengalami kesulitan. menyelesaikan tugas sesuai dengan 4. Memberikan reward pada kelompok waktu yang ditentukan. yang dapat mempresentasikan hasil 3. Siswa masih ragu dan takut untuk mengemukakan pendapat pada saat diskusi. diskusinya dengan sangat baik. Dari data diatas dapat dilihat bahwa rata-rata hasil belajar siklus I sebesar 72.90 4. Guru/Penelitri masih kekurangan waktu termasuk dalam kategori cukup dan rata-rata dalam mengimplementasiukan model hasil belajar siklus II sebesar 85.29 termasuk pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam kategori baik. Jadi peningkatan rata- (Student Teams Achievement Division) rata hasil belajar dari siklus I ke siklus II untuk sebesar 12.39. Berdasarkan uraian diatas, dapat menyelesaikan pembelajaran yang telah dilakukan. Mengacu kendala-kendala model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang dihadapi selama proses pembelajaran, (Student Teams Achievement Division) dapat maka meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas perlu dari maka dapat disimpulkan bahwa penerapan mempertimbangkan upaya- upaya untuk menanggulangi permasalahan yang timbul selama proses pembelajaran tersebut. adapun upaya peneliti untuk X SMA Negeri 2 Banjar. 4. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan mengatasi permasalahan tersebut adalah: pembahasan yang telah diuraikan pada bab 1. Menciptakan proses pembelajaran yang sebelumnya, maka dapat diambil suatu menyenangkan dengan cara memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih aktif lagi dalam pembelajaran. 2. Mengaktifkan kelompok simpulan sebagai berikut: Penerapan model Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dapat meningkatkan seluruh dalam anggota hasil belajar PKn siswa kelas X SMA mengemukakan Negeri 2 Banjar tahun ajaran 2012/2013. Hal ini dpat dilihat dari hasil belajar siswa 10 pada siklus I dengan rata-rata 72.90 termasuk kategori cukup , daya serap siswa 72.90%, ketuntasan klasikal menyelesaikan pembelajaran yang telah dilakukan. 78% dan Kendala-kendala yang dialami oleh ketuntasan individual sebanyak 25 orang. siswa dalam proses pembelajaran PKn Pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa dengan Model Kooperatif Tipe STAD sebesar 85.29 yang termasuk kategori baik, (Student Teams Achievement Division) dapat daya serap 85.29%, ketuntasan klasikal diminimalkan. Hal ini dapat dilihat dari sebesar 97% dan ketuntasan individual berbagai upaya yang peneliti lakukan untuk sebanyak 31 orang. Jadi rata-rata hasil memaksimalkan proses pembelajaran yaitu belajar siswa dari siklus II mengalami 1) dengan menciptakan proses pembelajaran peningkatan sebesar 12.39. yang Adapun menyenangkan dengan cara Kendala-kendala yang memberikan motivasi kepada siswa untuk penerapan model lebih aktif lagi dalam pembelajaran, 2) pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student mengaktifkan seluruh anggota kelompok Teams dalam mengemukakan pendapat dengan dihadapi dalam Achievement Division) adalah sebagai berikut: memberikan 1) beberapa siswa kurang tertarik dalam tambahan, 3) melakukan bimbingan intensif mengikuti kurang pada kelompok yang mengalami kesulitan, begitu mengerti dengan model pembelajaran dan 4) meberikan reward pada kelompok yang yang pembelajaran diterapkan. 2) karena siswa kesulitan menyatukan pendapat ketika berdiskusi sehingga belum bisa menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan. 3) siswa masih ragu dan takut untuk dapat penghargaan berupa emmpresentasikan nilai hasil diskusinya dengan baik. 5. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. mengemukakan pendapat pada saat diskusi. 4) guru/penelitri masih kekurangan waktu dalam mengimplementasiukan Djahiri Kosasih H, 1994. Buku Pedoman Pengajaran IPS, Jakarta; Depdikbud model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) untuk dapat Hasan Hamid, 1996. Pendidikan Ilmu Sosial (buku I), Jurusan Sejarah, FIPS IKIP Bandung 11 Lasmawan I Wayan, 1997. Pengembangan Model Cooperative Learning Dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar (Studi Pembelajaran Pada Siswa kelas V SD di Kab. Klungkung Bali). Tesis Tidak Diterbitkan, Pasca Sarjana IKIP Badung Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jalarta: Bumi Aksara. -------, 2009. Mendesain Model pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana 12