menjadikan para siswa aktif bertanya dalam kelas matematika

advertisement
Peluang Matematika dan Pembelajarannya dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA)
Editor :
Prof. Dr. Sunardi, M.Pd.
Prof.Drs.Slamin,M.Comp.Sc., Ph.D
Drs. Toto’ Bara Setiawan, M.Si.
Drs.Suharto, M.Kes.
Dr. Susanto, M.Pd.
Dr. Hobri, S.Pd. M.Pd.
Dra.Titik Sugiarti, M.Pd.
Susi Setiawani, S.Si., M.Sc.
Dra. Dinawati Trapsilasiwi, M.Pd.
Arif Fatahillah, S.Pd., M.Si.
Arika Indah Kristiana, S.Si., M.Pd.
Dian Kurniati, S.Pd., M.Pd.
Nurcholif Dyah Sri L., S.Pd., M.Pd.
Ervin Oktavianingtyas,S.Pd, M.Pd.
Abi Suwito, S.Pd.,M.Pd.
Erfan Yudianto, S.Pd. M.Pd.
Lioni Anka M., S.Pd., M.Pd.
Randi Pratama, S.Pd., M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN- UNIVERSITAS JEMBER
Jember, Jawa Timur, INDONESIA
Peluang Matematika dan Pembelajarannya dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
ISBN : 987-602-18397-4-4
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PEMBELAJARANNYA
@2016
Pertama kali diterbitkan dalam bahasa Indonesia
Diterbitkan oleh Program Studi Pendidikan Matematika
FKIP Universitas Jember, Oktober 2016
Kantor : Jl. Kalimantan 37 Tegalboto Jember, 68121
Pelindung
: Prof. Dr. Sunardi, M.Pd.
(Dekan FKIP Universitas Jember)
Penasehat
: Dr. Sukatman, M.Pd.
(Pembantu Dekan I FKIP Universitas Jember)
Ketua Tim Editor
: Drs. Suharto, M.Kes.
(Ketua Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember)
Anggota Tim Editor : Prof. Dr. Sunardi, M.Pd.
Arif Fatahillah, S.Pd., M.Si.
Prof.Drs.Slamin,M.Comp.Sc., Ph.D
Arika Indah Kristiana, S.Si., M.Pd.
Drs. Toto’ Bara Setiawan, M.Si.
Dian Kurniati, S.Pd., M.Pd.
Drs.Suharto, M.Kes.
Nurcholif Dyah Sri L., S.Pd., M.Pd.
Dr. Susanto, M.Pd.
Ervin Oktavianingtyas,S.Pd, M.Pd.
Dr. Hobri, S.Pd. M.Pd.
Abi Suwito, S.Pd.,M.Pd.
Dra.Titik Sugiarti, M.Pd.
Erfan Yudianto, S.Pd. M.Pd.
Susi Setiawani, S.Si., M.Sc.
Lioni Anka M., S.Pd., M.Pd.
Dra. Dinawati Trapsilasiwi, M.Pd.
Randi Pratama, S.Pd., M.Pd.
Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang dilarang mengutip atau memperbanyak
sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin dari penerbit
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pembelajarannya 2016 dapat
terbit. Kami sampaikan terimakasih kepada seluruh pemakalah sebagai penyumbang naskah pada acara
seminar nasional yang kami selenggarakan 23 Oktober 2016. Jumlah dan keragaman penulis
bervariatif, mulai dari unsur dosen, guru, maupun praktisi pendidikan
Kami menyajikan beberapa artikel yang sangat berguna bagi pembaca. Berbagai kajian dalam
bidang pendidikan kami sajikan apik. Topiknya adalah “Peluang Matematika dan Pembelajarannya
dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)”. Pada kesempatan ini pula, kami
menyampaikan terima kasih kepada narasumber utama, yaitu : Prof. Dr. Basuki Widodo, M.Sc.
(Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya), dan Dr. Hobri, S.Pd. M.Pd. (Universitas Jember).
Akhirnya, kami mohon kepada pembaca untuk selalu dapatnya mengkritisi
artikel-artikel yang disajikan dalam prosiding ini. Semoga tulisan-tulisan artikel dalam prosiding ini
bermanfaat bagi pengembangan ilmu dan teknologi. Amin.
Jember, Oktober 2016
Editor
DAFTAR ISI
Halaman
MAKALAH UTAMA
Tantangan Dan Peluang Pendidikan Matematika Menghadapi MEA
(Prof. Dr. Basuki Widodo, M.Sc.)………………………………………...................
Collaborative Learning, Caring Community, dan Jumping Task Berbantuan
Lembar Kerja Siswa Berbasis Scientific Approach: Salah Satu Alternatif
Pembelajaran Matematika di Era MEA (Dr. Hobri, S.Pd.,
M.Pd.)....................................................................................................................
1-6
7-18
MAKALAH PENDIDIKAN
Mempermudah Memfaktorkan Bentuk Kuadrat dengan Menggunakan
Teknik Persegi Panjang Geser pada Siswa Kelas VIII A Semester Ganjil
Smp Negeri 1 Kalisat Jember (Achmad Ridwan)...........................................
19-29
Melatih Kemampuan Metakognitif Siswa dalam Pembelajaran Matematika
Melalui Guided Discovery Learning (Afif Alfa Robi).................
30-38
Tingkat Berpikir Kreatif Siswa Ditinjau dari Tipe Kecerdasan Majemuk
(Afifah Nur Aini)...................................................................................................
39-45
Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Model Problem-Based Learning
Dengan Soal HOTS Untuk Meningkatkan Berfikir Tingkat Tinggi Siswa
(Ahmad Aleq Chusnudin)..............................................................
46-49
Pengembangan Pendidikan Berkarakter dengan Integrasi Elaborasi,
Eksplorasi dan Konfirmasi dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah
Dasar (Ahmad Rofi’i).........................................................................................
50-59
Proses Berpikir Siswa Kelas VIII MTs. Al Misri dalam Menyelesaikan Soal
Faktorisasi Bentuk Aljabar Berdasarkan Teori Piaget (A. Mujib
M.T.)....................................................................................................................
60-73
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together
(NHT) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas VII F Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016 di SMP Negeri 4
Lumajang (Ajeng Kartini, Idam Djunaedi, Bambang Eko S., Eka Resti
Wulan).......................................................................................................
73-80
Menumbuhkan Kemampuan Berfikir Kritis dalam Menyelesaikan Masalah
Matematika Berbasis Constructive Controversy (Alfia Nur
81-86
Filah).................................................................................................................
Profil Pengajuan Soal Matematika Siswa yang Bergaya Kognitif Reflektif
dan Siswa yang Bergaya Kognitif Impulsif di MTs. Ma’arif Pare (Ana
Rahmawati).........................................................................................................
87-94
Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Saintifik untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Smp Berbasis Pesantren
(Andi Kriswanto, S.Pd)......................................................................
95-99
Diagnosis Miskonsepsi Siswa SMP Berkemampuan Tinggi dalam
Menyelesaikan Soal Cerita Segiempat dan Scaffolding yang Sesuai untuk
Mengatasinya (Dian Novita Rohmatin, M. Yahya Ashari).................................
100-107
Peningkatkan Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Melalui Model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) (Donny Youngki Rangkuti,
S.Pd)....................................................................................................................
108-116
Perbaikan Kualitas Pembelajaran Matematika Melalui Pembuatan Video
Alga Pasir Warna untuk Menemukan Kembali Rumus Volume Kerucut
dari Volume Tabung (Mahmudah)...................................................................
117-125
Penerapan Model Pembelajaran Matematika Realistik untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Matematika Peserta Didik pada Materi Bangun Ruang Sisi
Lengkung di Kelas IX D SMP Negeri 2 Ajung Tahun Pelajaran 2016/2017
(Dra. Suminah)...............................................................
126-131
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Assited
Individualization (TAI) untuk Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII A SMPN 2 Silo pada Materi Persamaan Linear dengan
Satu Variabel Tahun Pelajaran 2015/2016 (Putut Purwonodadi)...............
132-138
Penerapan Metode GTA (Gunting-Tempel-Arsir) dalam Pembelajaran
Materi Pecahan di SDN 3 Pesucen, Banyuwangi (Dwi Anita, Ryyo Rusano
Hansya, Imam Firdaus).....................................................................................
139-143
Studi Komparatif Pemanfaatan Geogebra dalam Pembelajaran Geometri
(Edy Wihardjo, Rosmelia Capriana, Christine Wulandari S.).........
Desain Perangkat Pembelajaran Berbasis Realistic Mathematics Education
dengan Memperhatikan Beban Kognitif Siswa Materi Bangun Ruang
Sederhana Kelas IV SD (Eko Waluyo, Cholis Sa’dijah, Subanji)...................
144-150
151-155
Karakteristik Project Based Learning (PjBL) pada Pembelajaran
Matematika (Elly Anjarsari)............................................................................
156-161
Proses Berpikir Siswa dalam Pemecahan Masalah Matematika Melalui
Scaffolding Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar (Endah
Indriyana)...........................................................................................................
162-169
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Penemuan Terbimbing
untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematik Siswa SMP (Endang
Poetri Astutik).......................................................................................
170-175
Simulasi Model Dispersi Polutan Karbon Monoksida di Jalan By Pass
(Studi Kasus Line Source di Jalan Raya By Pass Bandara Juanda, Sidoarjo)
(Endrayana Putut L.E.)......................................................................
176-187
Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Model Permenkadometri
Siswa Kelas X Semester Genap Tahun Pelajaran 2015 / 2016 di SMA Negeri
1 Lumajang (Erfan Syahuri, S.Pd.)......................................................
188-198
Memahami Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dengan PDRB,
Pengangguran, IPM, dan Kemiskinan (Faishol Amir , S.Si)........................
199-208
Model Research Based Learning dalam Meningkatkan Kemampuan
Berfikir Kreatif Siswa (Hassan Asy Syaibani)................................................
209-213
Proses Konstruksi Bahasa Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Garis
dan Sudut Melalui Pengajuan Masalah (Heryanto Cahyohadi)…..................
214-220
Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Problem Based
Learning (PBL) untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa (Hessy Susanti,
S.Si)....................................................................................................................
221-226
Keterampilan Berfikir Kreatif Siswa Melalui Scientific Discovery Learning
(Ichwan Handi Permana).................................................................
227-232
Penerapan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep dan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Bangun
Ruang Sisi Datar di Kelas VIII H SMP Negeri 1 Pasirian Semester Genap
Tahun Ajaran 2015/2016 (Ismi Ulfa Faizah, Broto Maryono, Lady Agustina,
Eka Resti Wulan)............................................................
233-239
Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Berdasarkan Proses Pemecahan
Masalah (Joni Susanto, S.Pd)...........................................................................
240-243
Proses Berpikir Lateral Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Terbuka
Materi Persegi Panjang (Labibah Nilna Faizah)...........................................
244-248
Menjadikan Para Siswa Aktif Bertanya dalam Kelas Matematika
Berdasarkan Kurikulum 2013 (Mohammad Tohir)............................................
249-263
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis dan Hasil Belajar Siswa
pada Materi Kubus dan Balok dengan Penerapan Metode Discovery
Learning (Muslika)...........................................................................................
Peningkatan Hasil Belajar Persamaan Matematika Melalui Penggunaan
Media Interaktif Komputasi Excel pada Siswa Kelas X Boga 2 SMK Negeri
264-272
2 Lumajang Tahun Pelajaran 2015/2016 (Mustofa Khilmi, S.Pd S)..
273-279
Profil Berfikir Kritis Siswa SMP dalam Pembelajaran Matematika
Berbasis Realistic Mathematics Education (RME) (Nafisatur Rohmah, S.Pd)
280-284
Proses Berpikir Kritis Siswa Climber dalam Menyelesaikan Masalah
Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel (Nahrowi)....................................
285-290
Penggunaan Alat Peraga Bolangkus Logika untuk Meningkatkan Hasil
Belajar dan Aktivitas Siswa Kelas X pada Pokok Bahasan Logika di SMA
Negeri Tempeh Tahun Pelajaran 2015/2016 (Nanis Su’udah, Bendot Tri
Utomo, Lady Agustina, Eka Resti Wulan).........................................................
291-299
Mengenal Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa dalam Pembelajaran
Matematika (Nila Herawati)...........................................................................
300-305
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Mengkonstruksi Teorema
Pythagoras (Nuris Hisan Nazula)....................................................................
306-309
Analisis Kesulitan Belajar Pokok Bahasan Operasi Penjumlahan dan
Pengurangan Bilangan Bulat Siswa Kelas VII (Nurul Laily).....................
310-319
Representasi Verbal Siswa dalam Menterjemahkan Notasi Aljabar
(Oktaviyanto Catur Fajar Mulyono)................................................................
320-322
Batik Gajah Oling Banyuwangi dalam Perspektif Matematika: Studi
Etnomatematika (Rachmaniah M. Hariastuti, M.Pd.)..................................
323-330
Pengembangan Software Visual Basic pada Materi Sistem Persamaan
Linier (Rani Rizkin Dari, Rahmatillah A.M. Dewi).......................................
331-336
Profil Keterampilan Berfikir Kreatif Siswa SMP dalam Pemecahan
Masalah Matematika Ditinau dari Gaya Belajar (Risa Aries Diana
Mr,S.Pd).........................................................................................................
337-340
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika
Model Problem Based Learning (PBL) Melalui Lesson Study For Learning
Community (LSLC) (Siska Ari Andini)........................................................
341-352
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Sk. Statistika pada Siswa Kelas 9D
dengan Menggunakan Metode Problem Based Introduction ( PBI ) SMPN 2
Silo pada Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2015-2016. (Sri Fatimawati, S.
Pd)..................................................................................................................
353-355
Menentukan Jumlah-n Suku Pertama (Sn) Deret Aritmatika Berderajat-m
dengan Transformasi Deret Bilangan ke Barisan Bilangan (Suryadi)...
356-364
Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Problem Based
Learning (PBL) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
SMA (Yudy Tri Utami, S.Pd)........................................................................
365-369
Analisis Deskriptif Soal Ujian Nasional dan Cambridge Checkpoint
Pelajaran Matematika Tingkat Sekolah Menengah Pertama Tahun Ajaran
2014/2015 Berdasarkan Tipe Penyajian Soal dan Ruang Lingkup Materi
(Zainal Abidin, S.Pd)....................................................................................
370-374
Analisis Kemampuan Literasi Matematika Siswa Berdasarkan
EtnomatikaMasyarakat Simbar Banyiwangi (Titiek Indahwati)..............
375-379
249 | Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pembelajarannya
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember, 23 Oktober 2016
ISBN: 987-602-18397-4-4
MENJADIKAN PARA SISWA AKTIF BERTANYA DALAM
KELAS MATEMATIKA BERDASARKAN KURIKULUM
2013
MAKE STUDENTS ACTIV IN MATHEMATICS LEARNING
BASED ON CURICULUM 2013
Mohammad Tohir
Mahasiswa S2 Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Jember
dan Guru SMPN 2 Jember
[email protected]
Abstrak
Penggunaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran matematika masih mengalami kendala dalam
mewujudkannya, terutama yang dikeluhkan oleh para guru pada bagian kegiatan bertanya. Bahkan dalam
praktiknya, sebagian besar guru menerapkan kurukulum 2013 semi KTSP. Hal ini tidak sejalan dengan apa
yang diinginkan oleh pemerintah. Oleh karena itu, melalui artikel ini penulis akan sedikit mengupas tentang
bagaimana cara agar para siswa aktif bertanya dalam setiap kegiatan pembelajaran matematika. Di dalam
artikel ini penulis mengemukakan tentang temuan dari duakali hasil penelitian di dua instansi yang berbeda,
yaitu ada enam point utama yang harus diketahui dan dipahami oleh guru dan ada sembilan point khusus yang
harus dilakukan oleh guru dalam kegiatan bertanya. Penulis menyimpulkan bahwa untuk menjadikan para
siswa aktif bertanya dalam kelas matematika, guru perlu membuat kegiatan pengamatan yang menarik
berdasarkan kondisi sekolahnya masing-masing dan dalam kegiatan bertanya guru perlu melakukan sembilan
point khusus tersebut. Selain hal tersebut, penulis mengemukakan secara lebih detail tentang pendekatan
saitifik, contoh kegiatan pengamatan yang menarik dan model-model pembelajaran yang disarankan dalam
Kurikulum 2013.
Kata-kata Kunci: Kurikulum 2013, Matematika, Pendekatan Saintifik
Pendahuluan
Penerapakan Kurikulum 2013 telah resmi diluncurkan oleh Pemerintah sejak tahun 2013. Beberapa sekolah
telah dijadikan sekolah sasaran dan para Guru yang bersangkutan telah diikutkan pelatihan, baik Guru
Matematika, Guru IPA, Guru IPS, Guru Bahasa Indonesia, Guru Bahasa Inggris, Guru PPKn, maupun Guru
Penjaskes. Bahkan buku-buku pegangan siswa dan guru sudah beberapa kali direvisi sejak tahun 2014 sampai
tahun 2016 ini. Akan tetapi tidak cukup hanya sampai disitu untuk mensukseskan Kurukum 2013, salah satu
yang paling pokok dalam mensukseskan Kurikulum 2013 adalah penggunaan pendekatan saintifik dalam
pembelajaran.
Setelah beberapa tahun terakhir ini dalam menggunakan pendekatan saintik juga mengalami kendala dalam
prakteknya di lapangan, salah satu yang dikeluhkan oleh para guru adalah pada bagian “kegiatan bertanya”.
Padahal Salah satu alasan dipilihnya pendekatan saintifik sebagai pendekatan dalam Kurikulum 2013 adalah
meningkatkan kemauan dan kemampuan bertanya para siswa di kelas.
Memang, membuat pertanyaan yang baik itu bukanlah suatu hal yang mudah. Seringkali kita membuat soal
dengan sebegitu berhati-hatinya, akan tetapi siswa dengan mudahnya menjawab dengan jawaban yang belum
tentu sesuai dengan yang kita harapkan. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk pandai memotivasi siswa bertanya
dan menjawab dengan benar. Pertanyaan yang diajukan sebaiknya beragam. Selain memiliki bobot mudah,
sedang, dan sulit, pertanyaan juga harus bervariasi yang dapat menunjukkan tingkat berpikir seseorang.
Menurut Taksonomi Bloom Revisi (Bloom and Krathwohl, 1965; dalam Morgan dan Saxton, 2006)
250 | Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pembelajarannya
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember, 23 Oktober 2016
ISBN: 987-602-18397-4-4
menjelaskan bahwa jenis-jenis pertanyaan siswa dapat dikelompokkan berdasarkan jenjang pada dimensi
proses kognitif, yaitu meliputi mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4),
evaluasi (C5), dan membuat/create (C6). Pada tingkatan mengingat, pertanyaan siswa menghendaki jawaban
yang bersifat hafalan atau ingatan. Pada tingkatan pemahaman, pertanyaan siswa menghendaki jawaban yang
bersifat pemahaman dengan kata-kata sendiri. Pada tahapan aplikasi, pertanyaan siswa berkaitan dengan
bagaimana cara menerapkan suatu pelajaran yang telah ia dapat ke kehidupan nyata. Pada tingkatan analisis,
pertanyaan siswa berupa pendapatnya tentang suatu pelajaran. Pada tingkatan evaluasi, pertanyaan-pertanyaan
yang dilontarkan siswa berupa evaluasi hasil belajar mereka di kelas. Pada tingkatan membuat atau create
adalah menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Pertanyaan tersebut berkaitan dengan
bagaimana menghubungkan beberapa informasi dan pengetahuan yang telah ia dapat untuk menyelesaikan
suatu masalah atau untuk menciptakan pengetahuan yang baru.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengajukan pertanyaan kepada siswa (Suwardi, 2007:138).
Yaitu:
Maksud Pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan oleh guru dapat dimaksudkan untuk:
1) Meningkatkan minat belajar siswa.
Maksudnya pertanyaan yang diajukan oleh guru diharapkan dapat memunculkan rasa ke ingin tahuan
siswa. Biasanya pertanyaan yang demikian ini dilakukan pada saat membuka dan menutup pelajaran,
meskipun dapat juga dilakukan pada saat penyampaian materi.
2)
Meningkatkan perhatian siswa terhadap suatu permasalahan.
Agar siswa terfokus pada materi yang diajarkan, biasanya guru mengajukan pertanyaan sebagai cara
untuk meningkatkan perhatian siswa pada materi yang akan atau sedang diajarkan.
3)
Mengembangkan pembelajaran aktif learning.
Pertanyaan yang diajukan oleh guru dapat dimaksudkan sebagai cara mengaktifkan siswa dalam proses
pembelajaran. Cara yang demikian ini, dalam metode pembelajaran disebut metode Tanya jawab.
4)
Mendiagnosis kesulitan belajar.
Mendiagnosis kesulitan belajar adalah menganalisis suatu kondisi yang dapat menyebabkan
terhambatnya pencapaian tujuan pembelajaran. Salah satu caranya, guru dapat mengajukan pertanyaan
kepada siswanya. Apabila pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab oleh siswanya, guru dapat
menyimpulkan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar.
5)
Mengetahui tingkat kemampuan siswa.
Pertanyaan yang diajukan oleh guru dapat dimaksudkan untuk mengukur tingkat kemampuan siswanya.
Untuk maksud ini, pertanyaan dapat diajukan pada awal, tengah maupun akhir pembelajaran.
6)
Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pertanyaannya.
Pertanyaan yang diajukan oleh guru dapat dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa
agar dapat mengemukakan pendapat dan pandangannya. Pertanyaan yang demikian ini penting untuk
melatih keberanian siswa dalam mengemukakan pendapatnya. Degan demikian guru mudah
mengarahkan pendapat dan pandangan siswa untuk disesuaikan dengan tujuan pembelajarannya.
Sikap Bertanya
Pada saat mengajukan pertanyaan perlu dilakukan dengan sikap yang baik dan benar. Hal ini akan tercapai,
apabila pada saat mengajukan pertanyaan guru memperhatikan norma yang berlaku dan menghargai harkat dan
martabat siswa. Guru dalam mengajukan pertanyaan tidak boleh pilih kasih. Misalnya, guru hanya mengajukan
pertanyaan kepada siswa yang pandai saja atau siswa yang kurang pandai saja atau siswa yang dikenal saja
atau siswa yang duduk di depan saja. Sikap yang demikian ini akan menjadikan siswa merasa iri.
Sikap lain yang perlu diperhatikan guru adalah perhatian dan kedekatan. Sikap ini dapat ditunjukkan dengan
cara Oleh sebab itu, guru harus berusaha mengajukan pertanyaan secara menyebar. Selain itu, pada saat
mengajukan pertanyaan harus menggunakan bahasa yang baik dan sopan. Maksudnya guru tidak boleh
menggunakan bahasa yang terkesan mengejek, mendekati tempat duduk, menyebutkan nama siswa,
251 | Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pembelajarannya
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember, 23 Oktober 2016
ISBN: 987-602-18397-4-4
memperhatikan jawaban siswa, menatap wajah siswa, memberi pujian kepada siswa. Sikap yang demikian ini
akan mendekatkan hubungan psikologis guru dengan siswanya.
Sedangkan proses pembelajaran Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Menengah telah diatur melalui
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2014 beserta lampirannya (Pedoman
Pelaksanaan Pembelajaran). Dalam lampiran Peraturan Menteri tersebut dinyatakan tentang konsep dasar
mengenai proses pembelajaran yaitu bahwa peserta didik dipandang sebagai subjek yang memiliki kemampuan
untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Sejalan dengan
pandangan tersebut, pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada peserta didik
untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Selanjutnya, agar benar-benar memahami dan
dapat menerapkan pengetahuan, peserta didik perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan
segala sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya.
Berdasarkan konsep dasar tersebut sejumlah prinsip pembelajaran dirumuskan sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu;
peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar;
proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah;
pembelajaran berbasis kompetensi;
pembelajaran terpadu;
pembelajaran yang menekankan pada jawaban divergen yang memiliki kebenaran multi dimensi;
pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif;
peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan keterkaitan antara hard-skills dan soft-skills;
pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar
sepanjang hayat;
pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarsa sung tuladha),
membangun kemauan (ing madya mangun karsa), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam
proses pembelajaran (tut wuri handayani);
pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat;
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pembelajaran;
pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik; dan
suasana belajar menyenangkan dan menantang.
Berdasarkan masalah yang telah diuraikan pada bagian pendahuluan, maka pada kesempatan kali ini Penulis
akan sedikit mengupas tentang bagaimana cara agar para siswa dapat aktif bertanya dalam kelas matematika
berdasarkan kurikulum 2013. Berikut ini penulis akan mengurai tentang cara agar hal tersebut dapat terwujud
sesuai dengan yang diharapkan. Uraian berikut berdasarkan hasil pengalaman Penulis, hasil penelitian selama
dua tahun terakhir ini, dan hasil kajian tentang Kurikulum 2013. Hasil temuan yang didapat oleh Penulis adalah
ada enam point utama yang harus diketahui dan dipahami oleh guru dan ada sembilan point khusus yang harus
dilakukan oleh guru dalam kegiatan bertanya. Berikut enam poin utama yang harus diketahui dan dipahami
oleh para Guru.
Enam Poin Utama yang Harus Diketahui dan Dipahami oleh Para Guru.
Pertama, Guru harus paham tentang Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan berbagai
alasan (Kemendikbud, 2015). Alasan-alasan tersebut antara lain: (1) Tantangan Internal, (2) Tantangan
Eksternal, (3) Penyempurnaan Pola Pikir, (4) Penguatan Tata Kelola Kurikulum, (5) Penguatan Materi, dan (6)
Karakteristik Kurikulum 2013. Berikut uraiannya:
1. Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan
yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses,
standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
252 | Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pembelajarannya
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember, 23 Oktober 2016
ISBN: 987-602-18397-4-4
2.
3.
4.
5.
6.
Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan
penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih
banyak dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas).
Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat
angkanya mencapai 70%. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana
mengupayakan agar sumberdaya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan
menjadi sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar
tidak menjadi beban.
Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan
masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya,
dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup
masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan
modern seperti dapat terlihat di World Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian
Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade
Area (AFTA). Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh
dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan
Indonesia di dalam studi International Trends in International Mathematics and Science Study
(TIMSS) dan Program for International Student Assessment (PISA) sejak tahun1999 juga
menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan
yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang
ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia.
Penyempurnaan Pola Pikir
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut:
a. Penguatan pola pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa harus memiliki pilihan-pilihan
terhadap materi yang dipelajari dan gaya belajarnya (learning style) untuk memiliki kompetensi
yang sama ;
b. Penguatan pola pembelajaran interaktif (interaktif guru-siswa-masyarakat-lingkungan alam,
sumber/media lainnya);
c. Penguatan pola pembelajaran secara jejaring (siswa dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari
mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet);
d. Penguatan pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan
pendekatan pembelajaran saintifik);
e. Penguatan pola belajar sendiri dan kelompok (berbasis tim);
f.
Penguatan pembelajaran berbasis multimedia;
g. Penguatan pola pembelajaran berbasis klasikal-massal dengan tetap memperhatikan pengembangan
potensi khusus yang dimiliki setiap siswa;
h. Penguatan pola pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan
i.
Penguatan pola pembelajaran kritis.
Penguatan Tata Kelola Kurikulum
Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut.
a. Penguatan tata kerja guru lebih bersifat kolaboratif;
b. Penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen
kepala
sekolah
sebagai pimpinan kependidikan (educational leader); dan
c. Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran.
Penguatan Materi
Penguatan materi dilakukan dengan cara pengurangan materi yang tidak relevan serta pendalaman dan
perluasan materi yang relevan bagi siswa.
Karakteristik Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut.
253 | Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pembelajarannya
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember, 23 Oktober 2016
ISBN: 987-602-18397-4-4
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial, pengetahuan, dan keterampilan,
serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
Menempatkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar agar
sisw amampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan
masyarakat sebagai sumber belajar;
Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan
keterampilan;
Mengembangkan kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti kelas yang dirinci
lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran;
Mengembangkan Kompetensi Inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements)
Kompetensi Dasar. Semua Kompetensi Dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk
mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam Kompetensi Inti;
Mengembangkan Kompetensi Dasar berdasar pada prinsip akumulatif, saling memperkuat
(reinforced) dan memperkaya (enriched) antar-mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi
horizontal dan vertikal).
Kedua, Perubahan Mindset Guru. Beberapa perubahan mindset yang perlu dilakukan oleh Guru antara lain
adalah:
1) Guru hanya sebagai fasilitator saja dalam kegiatan pembelajaran. Guru tidak lagi dianggap sebagai satusatunya sumber informasi dalam pembelajaran. Guru harus berubah menjadi hanya penyedia
pengalaman belajar.
2) Guru tidak lagi harus menerangkan dan menjelaskan materi. Pembelajaran tidak lagi dipandang sebagai
proses transfer ilmu pengetahuan kepada siswa. Pembelajaran lebih dipandang sebagai proses membantu
siswa memaknai pengalaman interaksinya dengan sumber belajar.
3) Guru harus mengubah persepsinya bahwa belajar bisa berlangsung dimana saja, dan kapan saja. Guru
harus memandang bahwa belajar di dalam kelas hanya sebagai salah satu saja dari sekian banyak macam
kegiatan belajar lainnya.
4) Guru harus mengubah persepsinya bahwa pembelajaran bukan lagi untuk menumpuk-numpuk
pengetahuan. Pembelajaran harus dipandang sebagai upaya untuk mengembangkan kemampuan berpikir
siswa (kritis, kreatif, dan self regulatif).
5) Guru harus berubah dari pembelajaran yang menekankan kepada kecepatan dan ketepatan berhitung,
menjadi pembelajaran yang mengembangkan kemampuan merumuskan masalah.
6) Guru harus berubah dari menekankan pembelajaran yang bersifat individualistis, menjadi pembelajaran
yang mendukung tumbuh berkembangnya kemauan dan kemampuan bekerjasama.
7) Guru harus mengubah persepsinya bahwa pekerjaan mengajar itu tidak lagi dominasi dirinya, tetapi siapa
saja bisa menjadi guru.
Ketiga, Guru paham tentang pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang
disarankan dalam kurikulum 2013 adalah pendekatan saintifik yang dikenal dengan 5 M (Mengamati,
Menanya, Menggali Informasi, Mengasosiasi, dan Mengkomunikasikan). Berikut beberapa hal yang perlu
mendapatkan perhatian kita bersama.
Mengamati
Pengalaman belajar pada kegiatan pengamatan dapat dilakukan dengan cara membaca, mendengar, menyimak,
melihat (tanpa atau dengan alat) objek-objek matematika tertentu terkait masalah atau topik kegiatan. Kegiatan
pengamatan juga bisa dilakukan dengan memperhatikan sesuatu melalui indera secara cermat. Adapun yang
perlu kita ketahui dalam kegiatan pengamatan adalah bahwa mengamati tidak hanya dilakukan dengan bantuan
mata, tetapi juga bisa dengan indera yang lain. Kemudian hasil pengamatan dapat berupa definisi, aksioma,
postulat, teorema, sifat, grafik dan lain sebagainya. Pengalaman belajar mengamati ini diharapkan dapat
memfasilitasi siswa dalam mengembangkan dan melatih kesungguhan, ketelitian, dan kemampuan mencari
informasi.
Menanya
254 | Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pembelajarannya
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember, 23 Oktober 2016
ISBN: 987-602-18397-4-4
Setelah terjadi proses mengamati, pengalaman belajar peserta didik berikutnya yang difasilitasi guru adalah
pengalaman belajar menanya. Pengalaman belajar tersebut dimaknai sebagai menanya dan mempertanyakan
terhadap hal-hal yang diamati. Terjadinya kegiatan ’menanya’ oleh siswa dapat disebabkan oleh karena belum
dipahaminya hal-hal yang diamati, atau dapat pula karena ingin mendapatkan informasi tambahan tentang halhal yang diamati. Agar proses menanya oleh peserta didik semakin hari berjalan semakin lancar dan
berkualitas, guru dapat memfasilitasi dengan pancingan pertanyaan-pertanyaan yang berfungsi menggiring
peserta didik untuk mempertanyakan hal-hal yang diamati.
Menggali Informasi/Sedikir Informasi
Setelah terjadi proses menanya, pengalaman belajar siswa berikutnya adalah menggali informasi. Pada buku
siswa disajikan dua jenis informasi, yaitu informasi langsung dan tidak langsung. Pertama, informasi disajikan
secara langsung, sehingga menuntut siswa untuk cermat dalam memahami informasi yang disajikan. Kedua,
informasi disajikan dengan mengajak siswa melakukan suatu aktivitas yang mengarah pada informasi yang
ingin dicapai, untuk itu siswa harus aktif dalam mengikuti panduan buku siswa dan guru. Selain informasi yang
diperoleh dari buku siswa, diharapkan siswa juga aktif membaca informasi sumber lain, mengamati
objek/kejadian/aktivitas, atau melakukan wawancara dengan nara sumber. Dari Membelajarkan
mengumpulkan informasi ini data-data yang selanjutnya siap diolah, dihubungkan antara data yang satu dengan
yang lainnya (diasosiasikan), dianalisis, dan dinalar.
Menalar/Mengasosisi
Setelah mengalami proses mengamati, menanya, dan menggali informasi maka pengalaman belajar pokok
berikutnya adalah mengolah informasi atau mengasosiasikan. Membelajarkan mengolah informasi dimaknai
sebagai mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil Membelajarkan
mengumpulkan/eksperimen mau pun hasil dari Membelajarkan mengamati dan Membelajarkan
mengumpulkan informasi. Sedangkan proses pengolahan informasi dapat terjadi dari yang bersifat menambah
keluasan dan kedalaman sampai kepada yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki
pendapat yang berbeda atau bahkan bertentangan. Pada buku siswa Membelajarkan menalar disajikan dalam
bentuk pertanyaan-pertanyaan yang diharapkan akan terjawab oleh siswa setelah melalu Membelajarkan
mengamati hingga menggali informasi. Hasil dari Membelajarkan menalar ini berupa jawaban, pernyataan,
atau kesimpulan.
Berbagi/Mengkomunikasikan
Setelah mengalami proses mengamati, menanya, mengumpulkan, dan mengolah informasi maka pengalaman
belajar pokok berikutnya adalah mengkomunikasikan yang dimaknai sebagai Membelajarkan menyampaikan
hasil pengamatan, atau kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil analisis secara tertulis, lisan, ataupun
dengan media. Tujuan dari Membelajarkan berbagi adalah melatih siswa untuk berani menyampaikan ide
kepada orang lain. Dengan adanya Membelajarkan berbagi, diharapkan akan tumbuh pada diri siswa sikap
empati, saling menghargai, dan menghormati perbedaan orang lain.
Keempat, Guru mampu menggunakan atau membuat Kegiatan Pengamatan. Guru dapat menggunakan
kegiatan pembelajaran yang telah ada pada buku paket atau Guru dapat membuat Kegiatan Pengamatan
berdasarkan kondisi sekolahnya masing-masing. Mengamati pada dasarnya adalah kegiatan memperhatikan
sesuatu, dengan menggunakan indera, secara cermat. Mengamati dapat dilakukan dengan cara membaca,
mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat) objek-objek matematika tertentu terkait masalah atau
topik kegiatan. Hasil pengamatan dapat berupa definisi, aksioma, postulat, teorema, sifat, grafik dan lain
sebagainya. Pengalaman belajar mengamati ini diharapkan dapat memfasilitasi siswa dalam mengembangkan
dan melatih kesungguhan, ketelitian, dan kemampuan mencari informasi.
Kelima, Guru harus mendorong siswa mau dan mampu bertanya, terutama mengajukan pertanyaan yang
bersifat investigatif (pertanyaan yang mendorong orang yang ditanya untuk melakukan eksplorasi terlebih
dahulu sebelum menjawabnya). Pada fase menanya ini, yang perlu membuat pertanyaan adalah siswa, bukan
gurunya.
Keenam, Guru perlu memahami model-model pembelajaran yang dapat mendukung dalam penerapan
pendekatan saintifik. Model pembelajaran yang mendukung penerapan pendekatan sintifik diantaranya adalah
255 | Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pembelajarannya
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember, 23 Oktober 2016
ISBN: 987-602-18397-4-4
model pembelajaran Berbasis Penemuan (Discovery Learning), Model Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Based Learning), dan Model Pembelajaran Berbasis Projek (Project Based Learning).
Sembilan Point Khusus yang Harus Dilakukan oleh Para Guru
Adapun sembilan point khusus yang harus dilakukan oleh guru agar para siswa aktif bertanya dalam legiatan
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Mengenalkan suatu fenomena menarik yang belum pernah dikenali oleh siswa sebelumnya. Seperti yang
telah diuraikan pada point keempat, bahwa Guru mampu membuat Kegiatan Pengamatan. Artinya adalah
siswa akan mengajukan pertanyaan jikalau yang diamati itu benar-benar manarik dan membuat siswa
penasaran terhadap apa yang diamati. Perhatikan gambar berikut.
Gambar 2 kegiatan
Gamb
k iata siswa dalam
dala pembelajaran
mbelaj
Contoh 1:
Sebagai contoh pada bidang studi Matematika SMP Kelas 8, terlebih dulu diberikan pengantar awal tentang
relasi dan fungsi
Dapatkah kalian memahami pesan berikut:
Gambar 2 Membaca Sandi
Tanpa mengetahui kode sandinya, pesan di atas tentu tidak bisa dimengerti. Lain halnya jika kita punya kode
pesan sebagai berikut.
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
T
U
V
W
X
Y
Z
d
e
f
g
h
I
j
k
l
m
n
O
p
q
r
s
t
u
v
w
x
y
z
a
b
c
Artinya huruf A di tulis sebagai d, huruf B ditulis sebagai e, huruf C ditulis sebagai f dll, maka sandi-sandi di atas artinya
adalah:
256 | Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pembelajarannya
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember, 23 Oktober 2016
ISBN: 987-602-18397-4-4
Kuncinya lihat di bawah pot mawar
Sekarang pesan itu memiliki makna yang jelas.
Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang kadangkala merahasiakan pesan yang ingin disampaikan. Dia tidak
ingin pesannya dengan mudah bisa dibaca oleh orang lain, apalagi oleh orang yang tidak diinginkan.
Untuk mengetahui lebih dalam tentang karekterikstik fungsi dan memahami tentang ciri-ciri fungsi, lakukan
kegiatan berikut.
Memahami Ciri-Ciri Fungsi
Fungsi merupakan salah satu konsep penting dalam matematika. Dengan mengenali fungsi atau hubungan
fungsional antar unsur-unsur matematika, kita bisa lebih mudah memahami suatu permasalahan, dan
menyelesaikannya. Karena itu, memahami fungsi merupakan hal yang sangat diharapkan dalam belajar
matematika.
Pertama kali, mari kita pelajari ciri-ciri dari suatu fungsi.
Perhatikan aturan membuat sandi sebagai berikut:
Aturan 1:
A B C D E F G H I
d e f G h i j k l
J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
m n O p q r s t u v w x y z
a b c
Aturan 2:
A B C D E F G H I
a b c D e a b c d
J
e
K L M N O P
a B c d e a
Q R S
b c d
T U V W X Y Z
e a b c d e a
Aturan 3:
A B C D E F G H I
1 2 3 4 5 6 7 8 9
J
0
K L M N O P
1 2 3 4 5 6
Q R S
7 8 9
T U V W X Y Z
0 1 2 3 4 5 6
Aturan 4:
A B C D E F
z y x w v u
J
q
K L M N O P
p O n m l k
Q R S
j i h
T U V W X Y Z
g f e d c b a
G H I
t s r
Perhatikan pula kata-kata berikut.
1. Selidiki
2. Siapa
3. Sebenarnya
4. Si Udin
Dengan menggunakan aturan-aturan di atas, setiap kata tersebut akan berubah menjadi sandi. Supaya kalian
tidak hanya membayangkan, coba lengkapi tabel berikut (boleh di kertas kerja terpisah), dan coba amati
sandi yang mungkin dihasilkan.
Tabel 1 Daftar Kata Sandi
Daftar Semua Kata Sandi yang Mungkin Dihasilkan Bila Menggunakan
Kata Asli
Aturan 1
Aturan 2
Aturan 3
Aturan 4
Selidiki
Siapa
Sebenarnya
257 | Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pembelajarannya
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember, 23 Oktober 2016
ISBN: 987-602-18397-4-4
Si Udin
Perhatikan dengan seksama apakah kata sandi setiap kata bersifat tunggal! Maksudnya: “Apakah setiap kata
disandikan hanya dengan satu ‘sandi’ saja?
Kalau kalian mengerjakan dengan sungguh-sungguh, beberapa sandi yang mungkin dihasilkan dapat dilihat
pada tabel berikut.
Daftar Semua Kata Sandi yang Mungkin Dihasilkan Bila Menggunakan
Kata Asli
Aturan 1
Selidiki
Aturan 2
Aturan 3
Aturan 4
vholglnl
Siapa
Ddaaa
Sebenarnya
Si Udin
hvyvmzimbz
99 1494
Coba lengkapi tabel di atas.
Sebagai orang yang kritis dan kreatif, kita ias mengajukan beberapa pertanyaan. Sebagai contoh:
1. Manakah dari aturan 1 sampai degan aturan 4 tersebut yang paling baik digunakan untuk membuat
kata sandi? Mengapa?
2. Dengan aturan 2, kata “SIAPA” disandikan menjadi “ddaaa”. Apa keunggulan dan kekurangan
dari aturan penyandian ini?
Coba kalian rumuskan sedikitnya 3 pertanyaan lain terkait dengan aturan penyandian di atas. Kalau bisa,
upayakan pertanyaan kalian memuat kata-kata “sandi” dan “pilihanmu”.
Contoh 2:
Sebagai contoh pada bidang studi Matematika SMP Kelas 8, terlebih dulu diberikan pengantar awal tentang
Korespondensi satu-satu.
Setelah kalian melakukan tentang relasi dan fugsi. Kemudian kita akan melakukan kegiatan terakhir dari
materi bab ini, yaitu tentang korespondensi satu-satu. Untuk lebih jelasnya ikutilah kegiatan berikut ini.
Masalah 1.
Agar kalian memahami pengertian tentang korespondensi satusatu, perhatikan Gambar 3 di samping. Perhatikan deretan rumah
di suatu daerah. Setiap rumah memiliki nomor rumah tertentu
yang berbeda dengan nomor rumah yang lain. Mungkinkah satu
rumah memiliki dua nomor rumah? Atau mungkinkah dua rumah
memiliki nomor rumah yang sama? Tentu saja jawabannya tidak.
Hubungan antara rumah dan nomor rumah merupakan suatu
fungsi yang disebut korespondensi satu-satu.
Masalah 2
Gambar 3. Deretan rumah
Kasus lain yang menggambarkan korespondensi satu-satu sebagai berikut. Lima orang siswa dengan nomor
induk sekolah di SMP Ruhas Malang, adalah sebagai berikut.
As’ari memiliki nomor induk 219,
258 | Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pembelajarannya
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember, 23 Oktober 2016
ISBN: 987-602-18397-4-4
Tohir memiliki nomor induk 279,
Taufiq memiliki nomor induk 292,
Erik memiliki nomor induk 258,
Zainul memiliki nomor induk 224,
Jika dimisalkan A himpunan siswa, maka A = {As’ari, Tohir, Taufiq, Erik, Zainul} dan B adalah himpunan
angka = {219, 224, 258, 279, 292} maka relasi dari A ke B adalah “nomor induk” dan relasi dari B ke A adalah
“Nama pemilik nomor induk”. Bagaimana bentuk diagram panah dari kedua relasi tersebut?
Kedua Masalah tersebut merupakan contoh dari kehidupan nyata yang berkaitan dengan materi korespondensi
satu-satu. Sebelum menyelesaikan masalah tersebut, sebaiknya terlebih dulu kita lakukan kegiatan berikut ini.
Ayo Kita Amati
Pada tabel 3. ditunjukkan relasi dari anggota himpunan A ke anggota Himpunan B. Coba amatilah dengan
cermat bentuk diagram panah pada tabel 3 berikut.
Tabel 2. Memahami korespondensi satu-satu
No.
1.
2.
3.
Contoh Korespondensi Satu-satu
Contoh Bukan Korespondensi Satu-satu
259 | Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pembelajarannya
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember, 23 Oktober 2016
ISBN: 987-602-18397-4-4
4.
Pada kegiatan pengamatan ini: ajaklah siswa untuk mengamati tabel 3 di atas. Fokus pengamatannya adalah
memperhatikan kedua diagram panah dengan anak panahnya, mengapa dikatakan korespondensi satu-satu dan
mengapa bukan kurespondensi satu-satu. Kemudian ajaklah siswa untuk meperkirakan alasannya. Berilah
motivasi kepada mereka untuk mendiskusikan tentang hubungan antara anggota himpunan A dengan himpunan
anggota B, mengapa dikatakan korespondensi satu-satu dan mengapa bukan kurespondensi satu-satu.
Contoh 3:
Sebagai contoh pada bidang studi Matematika SMP Kelas 7, misalkan kita mengenalkan istilah “sisi panjang”,
“sisi pendek”, “Pixel”, “Luxam” yang belumpernah dikenal oleh siswa dan memang tidak ada artinya sama
sekali. Istilah-istilah ini kita kenalkan dengan meminta siswa mengamati hal berikut:
Ayo Kita Amati
Tabel 4. Persegi dan Persegipanjang
Sisi
Panjang
Sisi
Pendek
Pixel
Luxam
1.
2
1
6
2
2.
3
1
8
3
3.
3
2
10
6
4.
4
3
14
12
No.
Gambar Persegi Panjang
260 | Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pembelajarannya
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember, 23 Oktober 2016
ISBN: 987-602-18397-4-4
5.
5
3
16
15
6.
6
5
22
30
Sebenarnya kalau kita perhatikan dengan cermat, istilah “Pixel” dan “Luxam” itu sebenarnya sama saja
artinya dengan keliling dan luas daerah persegi panjang. Akan tetapi jika kita menggunakan istilah yang
sebenarnya, yaitu keliling dan luas daerah persegi panjang, kemungkinannya siswa akan cenderung
mengandalkan kepada ingatan dan tidak mengajukan pertanyaan. Kalau itu yang terjadi, maka gagallah
rencana kita untuk mendorong siswa menanya.
2) Words in a question. Siswa diberi beberapa kata atau rangkaian kata, dan mereka diminta untuk membuat
kalimat yang memuat kata-kata tersebut. Misalnya pada kegiatan pengamatan yang terdapat pada contoh
3 di atas, yaitu buatlah pertanyaan yang memuat kata-kata “sisi panjang” dan “sisi pendek”. Buatlah
pertanyaan yang memuat kata-kata “Pixel” atau “Luxam”. Perhatikan contoh kagiatan siswa dalam point
dua ini.
Gambar 3 Kegiatan siswa dalam merangkai kata
Dalam Kegiatan ini, ajaklah siswa untuk memperhatikan kotak persegi dan banyaknya kotak persegi disetiap
bagian gambar, mulai gambar 1 sampai gambar 6. Berilah kesempatan kepada siswa untuk mengamati
hubungan antara sisi panjang dan sisi lebar dengan keliling kotak persegi. Kemudian berilah kesempatan juga
kepada siswa untuk mengamati hubungan antara sisi panjang dan sisi lebar dengan banyak kotak persegi.
Perhatikan semua siswa yang sedang melakukan kegiatan pengamatan. Jika ada siswa yang memerlukan
bantuan atau mengalami kesulitan untuk mengamati pada tabel tersebut, bantulah dengan memperhatikan
keselutan yang dialami oleh siswa tersebut.
3) Guru memberikan contoh pertanyaan pancingan, misalkan apa yang harus diperhatikan pada sisi pendek
dan sisi panjang? Bagaimana cara menemukan rumus Pixel dan rumus Luxam?.
261 | Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pembelajarannya
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember, 23 Oktober 2016
ISBN: 987-602-18397-4-4
Contoh pertanyaan:
1. Bagaimana cara mengetahui panjang Pixel persegi dan persegi panjang pada tabel 4?
2. Bagaimana cara mengetahui besar Luxam persegi dan persegi panjang pada tabel 4?
Pertanyaan yang dibuat oleh siswa salah satunya harus sesuai dengan petunjuk kata-kata yang sudah
ditentukan, sedangkan pertanyaan berikutnya diperbolehkan dengan kata-katanya sendiri. Secara bergiliran
siswa membacakan pertanyaan yang telah dibuat. Guru menilai pertanyaan dibuat oleh siswa.
Contoh kreteria penilaian kualitas pertanyaan; A: sangat baik, B: baik, C: cukup, dan D: kurang.
4) Guru membentuk kelompok belajar dalam kegiatan pengamatan dan bertanya. Setelah waktu pengamatan
selesai, setiap siswa dalam satu kelompok wajib membuat minimal satu pertanyaan. Kemudian dipilih
tiga pertanyaan yang paling bagus menurut kelompoknya. Setelah itu, tukarkan tiga pertanyaan tersebut
dengan kelompok lain. Kemudian jawablah dan diskusikan tiga pertanyaan dari kelompok lain tersebut
dalam kelompok masing-masing.
Contoh Hasil Kegiatan Bertanya
Gambar 4 Hasil Kegiatan Bertanya pada point 4
262 | Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pembelajarannya
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember, 23 Oktober 2016
ISBN: 987-602-18397-4-4
5)
Guru dapat juga meminta siswa untuk bekerja dalam kelompok untuk membuat beberapa pertanyaan
terlebih dahulu, dan selanjutnya meminta mereka bersepakat untuk memilih satu pertanyaan tertentu yang
layak ditindak lanjuti dengan penyelidikan, baik oleh kelompok lain atau kelompok itu sendiri. Perhatikan
contoh kagiatan siswa dalam point lima ini.
Gambar 4 Kegiatan bertanya siswa pada point 5
6)
7)
8)
Guru memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk melakukan kegiatan pengamatan. Kemudian
setiap siswa wajib membuat minimal tiga pertanyaan. Dalam fase ini guru mendatangi setiap siswa yang
kelihatannya kesulitan untuk membuat pertanyaan, kemudian Guru mengarahkan siswa tersebut untuk
mengamati kembali pada bahan kegiatan pengamatan. Sesekali Guru berperan “pura-pura” tidak tau
sehingga menanyakan sesuatu kepada siswa tersebut, “kenapa kok bisa begini ya?”, “bagaimana kalau
menurut kalian” dan sebagainya.
Completing What if or What if not questions. Siswa diberi tugas untuk melengkapi pertanyaan yang
dimulai dengan kata-kata What if yang berarti “Bagaimana kalau” atau kata What if not yang berarti
“bagaimana kalau tidak”.
Questioning Breakfast. Sarapan pagi “menanya”. Setiap pagi, sebelum dimulai pelajaran, siswa diminta
untuk menuliskan pertanyaan. Guru bisa mengondisikan agar pertanyaan yang dibuat siswa sesuai dengan
tema dan KD yang sedang dibahas. Perhatikan contoh kagiatan siswa dalam point delapan ini.
Gambar 4 Kegiatan bertanya siswa pada point 8
9)
Questioning Appraisal. Pemberian penghargaan kepada siswa yang memiliki kuantitas dan kualitas
pertanyaan investigatif yang baik. Dengan begitu, siswa mempersepsi kegiatan menanya sebagai suatu
kegiatan yang bermanfaat.
Menurut Imam Ghazali dalam kitab Ihya' Ulum ad-din menulis, "Jika pada seseorang anak menonjol akhlak
baik dan perbuatan terpujinya, maka ia patut dimuliakan, digembirakan dan dipuji di depan orang banyak untuk
memberikan semangat berakhlak mulia dan berbuat terpuji." Memuliakan anak dan memberi semangat dengan
hadiah atau dengan ucapan yang manis sesuai dengan sabda Nabi yang diriwayatkan oleh ath-Thabrani, "Saling
263 | Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pembelajarannya
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember, 23 Oktober 2016
ISBN: 987-602-18397-4-4
memberi hadiahlah agar kalian saling mencintai". Kalau kita perhatikan karakter siswa semasa sekolah, maka
pastilah mereka sangat menyukai apabila dapat penghargaan dari gurunya, baik penghargaan yang sifatnya
berwujud maupun tidak berwujud. Karena itu, seorang guru hendaknya merespons apa yang disukai seorang
anak. Guru harus bisa memberikan hadiah-hadiah tersebut pada kesempatan yang tepat.
Penutup
Dari uraian di atas, ada enam hal yang perlu dilakukan Guru untuk menjadikan para Siswa akktif memuat
pertanyaa dalam setiap Pembelaran. Pertama Guru paham tentang Kurikulum 2013, kedua Guru perlu
melakukan perubahan mindset, ketiga Guru paham tentang Pendekatan saintifik dalam pembelajaran, keempat
Guru manpu membuat Kegiatan Pengamatan yang menarik, kelima Guru harus mendorong siswa mau dan
mampu menanya, terutama mengajukan pertanyaan yang bersifat investigatif, keenam Guru perlu memahami
model-model pembelajaran yang dapat mendukung dalam penerapan pendekatan saintifik. Terakhir Guru harus
menerapkan sembilan hal yang dapat diterapkan pada kegiatan bertanya, yaitu (1) Mengenalkan suatu
fenomena menarik yang belum pernah dikenali oleh siswa sebelumnya, (2) Words in a question, (3) Guru
memberikan contoh pertanyaan pancingan, (4) Guru membentuk kelompok belajar dalam kegiatan pengamatan
dan bertanya, (5) Guru dapat juga meminta siswa untuk bekerja dalam kelompok untuk membuat beberapa
pertanyaan, (6) Guru mendampingi masing-masing siswa untuk membuat pertanyaan, (7) Completing What if
or What if not questions, (8) Questioning Breakfast, dan (9) Questioning Appraisal.
Daftar Pustaka
1. As’ari, Abdurrahman. 2014. Berbagai Permasalahan Pembelajaran Matematika dalam Kurikulum 2013
dan Beberapa Upaya untuk Mengatasinya. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional: Solusi
Problematika Implementasi Kurikulum 2013 untuk Mewujudkan Pembelajaran Matematika yang
Berkualitas, Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Jember, Jember, 16 Maret.
2. As’ari, Abdurrahman. 2015. Mewujudkan Pendekatan Saintifik dalam Kelas Matematika. UM Malang
3. Kemdikbud, 2014. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, No. 103, tahun 2014. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
4. Kemdikbud. 2015. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Jenjang SMP Tahun 2015.
Jakarta.
5. Kemdikbud, 2016. Matematika SMP Kelas 7 Edisi Revisi 2016: Buku Siswa. Jakarta: Pusat Kurikulum dan
Perbukuan.
6. Kemdikbud, 2016. Matematika SMP Kelas 7 Edisi Revisi 2016: Buku Guru. Jakarta: Pusat Kurikulum dan
Perbukuan.
7. Kemdikbud, 2016. Matematika SMP Kelas 8 Edisi Revisi 2016: Buku Siswa. Jakarta: Pusat Kurikulum dan
Perbukuan.
8. Laura Bofferding, dkk. 2012. Making Connections Among Student Learning, Content, and Teaching:
Teacher Talk Paths in Elementary Mathematics Lesson Study. Journal for Research in Mathematics
Education, Vol. 43, No. 5 (November 2012), pp. 616- 650.
9. Tohir, Mohammad. 2014. Analisis Penerapan Kegiatan Pengamatan Buku Siswa Matematika SMP/MTs
Kelas VIII Semester 1 Kurikulum 2013 di SMP Islam Sabilillah Malang. SMP Islam Sabilillah Malang.
10. Tohir, Mohammad. 2016. Penerapan Pendekatan Saintifik pada Pembelajaran Matematika Ditinjau dari
Sikap Kritis Siswa Kelas VIII MTs Raudlatul Hasanah Pamekasan. MTs Raudlatul Hasanah Pamekasan.
Download