85 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Dari uraian mengenai pemikiran Ali Syari’ati dan Abdurrahman Mas’ud tentang humanisme dalam dunia pendidikan Islam, maka dapat disimpulkan bahwa Humanisme dalam dunia pendidikan Islam adalah proses pendidikan yang lebih memperhatikan aspek potensi manusia sebagai makhluk yang diberi kesempatan oleh Allah untuk mengembangkan potensi-potensinya. Berangkat dari realitas masyarakatnya yang dibenamkan dalam kebudayaan bisu, Syari’ati berusaha membangkitkan kedasaran kaum tertindas. Humanisasi adalah pilihan mutlak baginya. Manusia utuh dalam pandangan Syari’ati harus menjadi pelaku, sehingga manusia bisa merdeka, sedangkan faktor terpenting dalam proses ini adalah kesadaran (conscientizacao). Pendidikan baginya adalah untuk pembebasas bukan untuk dominasi. Selain itu, 85 pendidikan haruslah berorientasi pada pengenalan realitas diri manusia dan dirinya sendiri baik secara subyektif dan obyektif dalam fungsi yang dialektis. Sedangkan pemikiran humanisme Abdurrahman Mas’ud berangkat dari realitas masyarakatnya yang “hanyut” dalam dimensi ketuhanan sehingga persoalan kemanusiaan kurang dikembangkan dan bahkan nyaris dihilangkan. Melihat realitas tersebut, humanisasi juga merupakan suatu keharusan bagi Rahman. Humanisasi baginya merupakan konsep keagamaan yang menempatkan manusia 86 dengan tetap memperhatikan tanggungjawabnya baik vertical maupun horizontal. Aktualisasi humanisme dalam dunia pendidikan Islam merupakan sebuah upaya perwujudan ataupun manifestasi dari proses pengejawantahan diri dalam dunia pendidikan Islam. Maka tujuan pendidikan Islam sesungguhnya adalah aktualisasi dari potensi-potensi manusia tersebut. Dalam aktualisasinya, manusia dituntut untuk selalu melakukan kerja kemanusiaan atau “amal shaleh”, yakni menjalin hubungan yang baik dengan Tuhan dan sesama manusia dalam bentuk kerja dan karya positif, kreatif, kritis, terbuka, mandiri, bebas dan bertanggung jawab. B. SARAN Humanisme Islam seharusnya tidak hanya diletakkan dalam dataran wacana. Artinya, nilai akan tetap menjadi nilai dan tidak akan mempunyai arti apapun apabila belum menjadi nafas dalam kehidupan manusia di muka bumi. Karena itu, pengejawantahan wacana dalam kehidupan sehari-hari juga merupakan suatu keniscayaan. Akhirnya, pemikiran-pemikiran yang bersifat positif, kritis dan inovatif demi pemajuan dalam dunia pendidikan Islam secara akademis-ilmiah merupakan suatu keharusan untuk di kembangkan oleh siapa pun yang memiliki concern. Ini adalah refleksi dan konsekuensi rasa tanggung jawab manusia sebagai khalifah sekaligus ‘abd Allah.