HUBUNGAN ANTARA STEREOTIPE GENDER

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HUBUNGAN ANTARA STEREOTIPE GENDER DENGAN
CINDERELLA COMPLEX PADA MAHASISWI UNIVERSITAS
SANATA DHARMA YOGYAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Wieana Oktami
089114146
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN MOTTO
Ora et Labora
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karyaku ini kupersembahkan untuk :
Bapa di Surga
Papa dan mama
Dosen pembimbing akademis
Dosen pembimbing skripsi
Dan seluruh mahasiswi Psikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HUBUNGAN ANTARA STEREOTIPE GENDER DENGAN
CINDERELLA COMPLEX PADA MAHASISWI UNIVERSITAS
SANATA DHARMA YOGYAKARTA
Wieana Oktami
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional yang
bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara stereotipe gender
dengan cinderella complex pada mahasiswi Sanata Dharma Yogyakarta.
Stereotipe gender merupakan variabel bebas dan cinderella complex merupakan
variabel tergantungnya. Subjek terdiri dari 208 orang mahasiswi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian skala
stereotipe gender dan cinderella complex. Koefisien reliabilitas skala stereotipe
gender adalah sebesar 0,843, sedangkan koefisien reliabilitas pada skala
cinderella complex adalah sebesar 0,945. Analisis data menggunakan analisis
korelasi Pearson Product Moment. Hasil analisis data menunjukkan bahwa
koefisien korelasi antara stereotipe gender dengan cinderella complex adalah
sebesar 0,390 dengan taraf signifikan sebesar 0,000 (p < 0,05). Hasil analisis data
tersebut menunjukkan bahwa hipotesis diterima, yaitu ada hubungan positif yang
signifikan antara Stereotipe Gender dengan Cinderella Complex pada mahasiswi
Universitas Sanata Dharma.
Kata kunci: Stereotipe Gender, Cinderella Complex, Mahasiswi
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
THE RELATIONSHIP BETWEEN STEREOTYPE GENDER AND
CINDERELLA COMPLEX OF STUDENT AT SANATA DHARMA
UNIVERSITY YOGYAKARTA
Wieana Oktami
ABSTRACT
This is a quantitative correlational research to examine the relationship
between stereotype gender and cinderella complex of student at Sanata Dharma
University Yogyakarta. Stereotype Gender is the independent variable and
Cinderella Complex is the dependent variable. The subjects consist of 208
students at Sanata Dharma University Yogyakarta. Data was collected by filling
the stereotype gender and cinderella complex scale. The reliability coefficient of
stereotype gender scale was 0.843 and the reliability coefficient of cinderella
complex scale was 0.945. Data analysis used Pearson Product Moment analysis.
Data analyze showed the correlation coefficient between stereotype gender and
cinderella complex is 0.390 with a significance level 0.000 (p < 0.05). Result
showed that hypothesis is accepted. There was a significant positive correlation
between stereotype gender and cinderella complex in student at Sanata Dharam
University Yogyakarta.
Keywords : Stereotype Gender, Cinderella Complex, Student
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Baik atas penyertaan-Nya selama
proses pengerjaan skripsi dengan judul Hubungan Antara Stereotipe Gender
Dengan Cinderella Complex Pada Mahasiswi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta sehinggal dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini tidak akan
berhasil tanpa bimbingan, petunjuk, bantuan dan dukungan yang sangat berharga
dari berbagai pihak yang membantu. Oleh karena itu pada kesempatan ini
perkenankan penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan terimakasih
yang sedalamdalamnya kepada : .
1. Dr. T. Priyo Widianto,M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma
2. Ibu Ratri Sunar A., M.Si selaku Kepala Program Studi Psikologi
Universitas Sanata Dharma sekaligus Pembimbing Akademis penulis dari
semester 10 sampai semester 12.
3. Prof. Dr. A. Supratiknya atas bimbingan, masukan, dan arahan dalam
proses penulisan skripsi.
4. Ibu Carolina Sylvia, M.Si selaku Pembimbing Akademis penulis dari
semester satu sampai semester sembilan.
5. Segenap Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, terima
kasih atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan kapada penulis
selama penulis menimba ilmu di Fakultas Psikolgi Universitas Sanata
Dharma.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Seluruh staf Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma (Mas
Gandung, Mbak Nanik, Mas Muji, Mas Doni, dan Pak Gi), terima kasih
atas semua bantuan dan pelayanannya selama penulis menimba ilmu di
Fakultas Psikologi Sanata Dharma.
7. Papa dan mama tersayang yang telah mendukung penulis, baik secara
materi maupun moril.
8. Kak Wilma dan Dek Wimar yang sudah menjadi saudara yang baik dan
menyenangkan.
9. Mamih Ruhyati dan Ama Lay Djin Hua di Surga, atas kasih sayang dan
pengasuhan kepada penulis sedari kecil.
10. Decky, terima kasih karena mau menjadi kakak laki-laki sementara dan
mau mendengarkan segala keluh kesahku.
11. Mas Dhe, atas ide dan bantuan dalam menemukan judul skripsi untuk
penulis.
12. Sahabat “Kepompong” Kumal, Dawiyah, Ayu, dan Dinar yang telah
menjadi tempat untuk berbagi suka dan duka selama 6 tahun (and still
counting) ini.
13. Sinta Triyani, sahabat semenjak bangku SMA sampai sekarang. Terima
kasih sudah menjadi sahabat yang baik selama ini.
14. Teman-teman Psikologi angkatan 2008 khususnya kelas D dan seluruh
teman-teman Psikologi penulis dari berbagai angkatan atas dinamika yang
telah berjalan selama masa studi.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15. Teman-teman Radio Masdha FM angkatan 2008, 2009, dan 2010 atas
pengalaman yang telah dibagikan selama berproses bersama.
16. Teman kerja penulis di Unison Outbound Training: Mas Betet, Samira,
Robet, Eko, Mas Koen, Dion, Plentonk Berta, Manik, Vita, Bonita, Ella,
Keket, dan lain-lain atas canda tawa, ledekan, dan motivasi kepada
penulis.
17. Teman kerja penulis di Larissa Aesthetic Center, terima kasih atas
kesempatannya kepada penulis sehingga penulis bisa mengaktualisasikan
diri.
18. Teman-teman DF Fitness: Oom Jimmy, Cance Niken, Mbak Rika, Mbak
Dias, Mbak Winny, Mas Bob, Mas Wisnu, Mas Thole, Mbak Asih, Mbak
Sari, Lydia, Riyoy, Oom Alim, Gagah, Oom Anton, Ricko. Terima kasih
atas persaudaraan dan pertemanan selama setahun terakhir kepada penulis.
19. Kepada seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu dan telah
membantu penulis baik dalam bentuk materi maupun moril dalam
menyusun penelitian ini.
20. Last but not least, Yuda Sugara Setyawan. Terima kasih atas cinta,
dukungan, kesabaran, kebersamaan, dan keutuhan yang diberikan.
Yogyakarta, 6 Mei 2015
Penulis
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING.................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... iii
HALAMAN MOTTO............................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...................................... vi
ABSTRAK........................................................................................... vii
ABSTRACT......................................................................................... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH....................... ix
KATA PENGANTAR.............................................................................. x
DAFTAR ISI......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL.................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian.......................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 7
1. Manfaat teoritis................................................................... 7
2. Manfaat Praktis................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 9
A. Cinderella Complex...................................................................... 11
1. Pengertian Cinderlla Complex............................................... 11
2. Aspek Cinderella Complex.................................................... 13
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Stereotipe Gender........................................................................ 17
1. Pengertian Stereotipe Gender............................................. 17
2. Aspek-aspek Stereotipe Gender.......................................... 21
C. Hubungan antara Stereotipe Gender dan Cinderella Compex............ 25
D. Hipotesis.................................................................................... 27
BAB III METODOLOGI PENELTIAN................................................... 28
A. Jenis Penelitian........................................................................... 28
B. Identifikasi Variabel.................................................................... 28
C. Definisi Operasional.................................................................... 29
D. Subjek Penelitian........................................................................ 30
E. Metode & Alat Pengumpulan Data................................................ 31
F. Validitas, Reliabilitas, Seleksi Item............................................... 35
1. Validitas.......................................................................... 35
2. Seleksi Item..................................................................... 36
3. Reliabilitas....................................................................... 40
G. Metode Analisis Data................................................................... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................. 42
A. Pelaksanaan Penelitian................................................................. 42
B. Deskripsi Subjek Penelitian.......................................................... 42
C. Statistik Deskriptif Data Penelitian................................................ 43
D. Uji Hipotesis Penelitian................................................................ 46
1. Uji Asumsi....................................................................... 46
2. Uji Hipotesis..................................................................... 47
E. Pembahasan................................................................................. 48
BAB V PENUTUP................................................................................. 52
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A. Kesimpulan................................................................................. 52
B. Keterbatasan Penelitian................................................................. 52
C. Saran.......................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 54
LAMPIRAN-LAMPIRAN....................................................................... 57
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Respon & Skor Item Favorable Variabel........................................ 32
Tabel 2 Respon & Skor Item Unfavorable Variabel..................................... 32
Tabel 3 Blueprint Cinderella Complex Sebelum Uji Coba............................ 33
Tabel 4 Blueprint Stereotipe Gender Sebelum Uji Coba............................... 34
Tabel 5 Blueprint Cinderella Complex Setelah Uji Coba.............................. 37
Tabel 6 Blueprint Stereotipe Gender Setelah Uji Coba................................. 39
Tabel 7 Rincian Jadwal Pelaksanaan Penelitian........................................... 42
Tabel 8 Sampel Subjek Penelitian............................................................. 43
Tabel 9 Deskripsi Data Penelitian............................................................. 44
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Skala Stereotipe Gender & Cinderella Complex Untuk Uji Coba... 57
Lampiran 2 Uji Reliabilitas Skala............................................................... 70
Lampiran 3 Skala Stereotipe Gender & Cinderella Complex Setelah Uji Coba.. 80
Lampiran 4 Uji Asumsi.............................................................................. 90
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan sumber daya manusia, baik laki-laki maupun
perempuan sangatlah penting dalam menghadapi persaingan global.
Menurut data Departemen Tenaga Kerja pada tahun 2012, jumlah
angkatan kerja perempuan yang berasal dari lulusan perguruan tinggi
mencapai 1.700.587 orang, sedangkan angkatan kerja laki-laki yang
berasal dari lulusan perguruan tinggi mencapai 2.694.617. Kondisi ini
menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja perempuan dan laki-laki yang
berasal dari perguruan tinggi di Indonesia memiliki selisih perbandingan
yang sedikit (2009, www.depnakertrans.go.id).
Menurut Menteri
Pemberdayaan Anak dan Perempuan, Linda Gumelar (2012), jumlah
perempuan Indonesia yang menempati hampir separuh penduduk
Indonesia merupakan salah satu aset pembangunan bangsa yang patut
untuk dikembangkan karena apabila perempuan Indonesia diberi
kesempatan untuk mencapai penuh potensi penuh mereka, maka akan bisa
meningkatkan perekonomian. Seiring dengan kemajuan pembangunan
maka terbuka
peluang dan
kesempatan
bagi
perempuan untuk
berpartisipasi (Setyowati dan Riyono, 2003).
Seiring dengan berkembangnya kesempatan bagi perempuan untuk
terlibat aktif dalam pembangunan dan mengaktualisasikan dirinya dalam
berbagai kesempatan, muncul pula segudang tuntutan baru yang harus
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mereka hadapi. Oleh karena itu, perempuan tidak lagi dapat mengandalkan
orang lain yang dianggap lebih kuat sebagai sandaran, sebaliknya mereka
dituntut untuk memiliki sikap yang otentik, jujur, bebas, dan mandiri.
Bagi kaum perempuan, kemandirian merupakan suatu kebutuhan
yang tidak dapat ditunda lagi. Kemandirian merupakan suatu sifat atau
karakteristik kepribadian dan sifat itu tercermin dalam berbagai bentuk
tindakan,
seperti
aktivitas
diarahkan kepada
diri
sendiri,
tidak
mengharapkan pengarahan dari orang lain, dan memecahkan masalah
tanpa meminta bantuan kepada orang lain (Bathia dalam Goeritno, dkk,
2006). Perempuan dituntut untuk mandiri agar perempuan menjadi
otonom, bebas mengeluarkan pendapat, dan dapat memberikan kritik.
Selain itu perempuan yang mandiri dapat lebih tangguh dalam
menyesuaikan diri secara aktif dengan lingkungan sekitarnya. Tanpa
kemandirian, usaha penyesuaian diri perempuan tidak mungkin berhasil
untuk mempengaruhi dan menguasai lingkungan, bahkan akan dikuasai
oleh lingkungan. Dengan kata lain, kemandirian juga merupakan salah
satu modal dasar bagi perempuan dalam menentukan sikap dan perbuatan
terhadap lingkungan sekitarnya.
Pada faktanya tidak semua perempuan dapat mandiri dalam
menjalani kehidupannya. Hal ini dapat saja membuat perempuan tersebut
justru mengalami ketakutan akan kemandirian. Ketakutan perempuan akan
kemandirian menurut Dowling dinamakan dengan istilah Cinderella
Complex (dalam Santoso dkk, 2008). Anggriany dan Astuti (2003)
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengatakan bahwa perempuan yang mengalami Cinderella Complex
menunjukkan
rendahnya
kemandirian.
Adapun
gejala-gejala
dari
Cinderella Compex adalah mengharapkan pengarahan dari orang lain,
kontrol diri eksternal, rendahnya harga diri, menghindari tantangan dan
kompetisi, mengandalkan laki-laki, serta ketakutan kehilangan feminitas.
Gejala Cinderella Complex juga dialami oleh mahasiswi. Melalui
pengamatan dan wawancara penulis terhadap tujuh mahasiswi di salah
satu universitas swasta di Yogyakarta yang dilakukan pada tanggal 21
Januari 2013 bertempat di rumah kos mahasiswi Yogyakarta dan di
kampus, diketahui bahwa beberapa mahasiswi mengalami Cinderella
Complex. Enam dari tujuh mahasiswi yang penulis wawancara,
mengatakan bahwa mereka cenderung mengambil mata kuliah pilihan
sesuai dengan pilihan kebanyakan teman, meskipun sebenarnya dirinya
tidak terlalu menyukai mata kuliah tersebut. Di dalam mencari ide untuk
pembuatan tugas, mahasiswi juga kurang berani untuk menuangkan idenya
sendiri dan meminta beberapa teman untuk membantu mencarikan tema.
Hal ini menginidikasikan bahwa ke-6 mahasiswi tersebut mengalami
gejala Cinderella Complex pada aspek mengharapkan pengarahan dari
orang lain.
Gejala Cinderella Complex lain yang dialami mahasiswi adalah
pada aspek kontrol diri eksternal. Penulis menemukan bahwa empat dari
tujuh mahasiswi memiliki keyakinan bahwa keberhasilannya dalam
menjalani sesuatu merupakan buah hasil dari bantuan orang lain dan bukan
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berasal dari kemampuan sendiri. Mahasiswi tersebut juga mudah merasa
puas pada hasil yang dicapainya tanpa mau meningkatkan upaya agar
memperoleh hasil yang lebih baik lagi.
Penulis juga menemukan bahwa ketujuh mahasiswi yang penulis
wawancara memiliki ketergantungan dengan sang pacar, misalnya dalam
melakukan kegiatan sehari-hari seperti berangkat kuliah atau pergi ke
tempat lain, makan di warung makan dan keperluan lainnya, sering kali
meminta diantar sang pacar. Tidak jarang mahasiswi dibantu sang pacar
dalam mengerjakan tugas-tugas kuliahnya. Mahasiswi juga mengalami
ketakutan jika ditinggal atau diputus oleh pacarnya dengan alasan selama
hidup merantau di Yogyakarta, sudah terbiasa tergantung dengan pacarnya
dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Hal ini termasuk dalam aspek
Cinderella Complex yaitu, pada aspek mengandalkan laki-laki.
Selain tergantung dengan pacarnya, mahasiswi tersebut juga
tergantung dengan teman kos atau teman kuliah lainnya. Terlebih sesama
teman merantau yang hidup di dalam satu kos, mahasiswi dalam menjalani
kegiatan harian saling ketergantungan satu sama lain. Hal ini ditunjukkan
dengan adanya ketika akan pergi makan di warung, jika pacar tidak berada
di rumah kos, maka mahasiswi tersebut menunggu teman kos lainnya yang
akan pergi ke warung makan juga. Meskipun mahasiswi tersebut sudah
merasa lapar, tetapi tetap saja menunggu teman yang akan pergi.
Mahasiswi melakukan hal tersebut dengan alasan dirinya memiliki
ketakutan jika pergi sendirian dan terjadi sesuatu di jalan maka dirinya
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
merasa tidak mampu menghadapinya. Hal ini termasuk dalam aspek
Cinderella Complex yaitu, pada aspek rendahnya harga diri.
Adanya fenomena ketergantungan pada mahasiswi tersebut dapat
dikatakan bahwa mahasiswi menunjukkan gejala yang ditemukan pada
sindrom Cinderella Complex. Hal ini sesuai dengan pendapat Dowling
(dalam Anggriany
dan
Astuti, 2003)
yang mengatakan
bahwa
ketergantungan secara psikologis pada perempuan di mana terdapat
keinginan yang kuat untuk dirawat dan dilindungi laki-laki dikenal dengan
istilah Cinderella Complex. Sifat kewanitaan sebenarnya adalah hasil
pemupukan masyarakat melalui sistem pendidikan, praktek pengasuhan,
keadaan keluarga, dan jenis kelamin akan mempengaruhi kematangan
sosial anak.
Lebih lanjut Dowling (dalam Santoso dkk, 2008) mengatakan
bahwa perempuan digambarkan seperti perempuan-perempuan bertopeng
yang menunjukkan keperkasaannya sedangkan jauh di lubuk hatinya tetap
ingin bergantung pada orang lain terutama laki-laki. Cinderella complex
dianggap sebagai kekuatan paling utama yang melumpuhkan perempuan
dewasa. Hal ini disebabkan oleh persepsi untuk menjadi perempuan yang
ideal adalah perempuan yang feminin dan tidak mandiri.
Bem (dalam Santoso dkk, 2008) menyatakan bahwa maskulinitas
berkaitan dengan kebebasan dan kemandirian, sedangkan feminitas
berkaitan dengan pemeliharaan. Perbedaan maskulin dan feminin ini yang
menjadikan adanya stereotip gender dalam masyarakat. Unger dan
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Crawford (dalam Wijayanti, 2003) menyatakan bahwa Stereotip Gender
adalah sifat-sifat yang diyakini dimiliki oleh laki-laki dan perempuan
dalam diri individu tersebut. Feldman (dalam Uyun, 2002) menambahkan
bahwa harapan tentang perempuan dan laki-laki berbeda secara signifikan.
Laki-laki lebih dipandang sebagai individu yang mempunyai sifat seperti
kebebasan, kemandirian,
objektivitas, dan kompetitif.
Perempuan
cenderung dilihat sebagai individu yang mempunyai sifat seperti
kehangatan, ekspresif, kehalusan, dan kesadaran akan perasaan orang lain.
Perbedaan feminim dan maskulin ini yang menjadikan adanya persepsi
Stereotipe Gender di tiap individu.
Menurut Santoso (2008), masyarakat mengenal peran gender
berdasarkan stereotipe dan umumnya dapat diterima secara luas. Beberapa
pendapat
mengenai
pria
dan
wanita
sudah
memasyarakat
dan
dipertahankan. Stereotipe tentang perempuan dengan segala atribut
kelemahan, ketergantungan,
dan
keterbatasannya
membuat
posisi
perempuan tidak diuntungkan. Wanita juga diposisikan sebagai seseorang
yang
kurang
mandiri
dalam
menghadapi
tentangan-tantangan
kehidupannya. Dan pada akhirnya, wanita takut untuk mandiri karena akan
kehilangan feminitasnya.
Mengacu pada uraian di atas dapat diketahui bahwa yang akan
menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah stereotip gender.
Alasan pemilihan variabel bebas tersebut didasarkan pada kasus seperti
yang tertera di atas, yaitu mahasiswi yang mengalami cinderella complex
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
juga memiliki anggapan bahwa kaum perempuan tidak masalah apabila
dirinya memiliki ketergantungan dengan teman maupun pacarnya karena
kaum perempuan memang memiliki sifat yang ingin dimanja dan
diperhatikan. Hal tersebut merupakan sisi feminin dari sifat perempuan.
Berdasarkan beberapa uraian di atas muncul pertanyaan pada diri
peneliti, apakah ada hubungan antara stereotip gender dengan cinderella
complex? Oleh karena itu, sekiranya perlu dilakukan penelitian mengenai
hubungan antara kedua variabel tersebut.
B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara stereotip gender dengan Cinderella
Complex?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetehui secara empirik
hubungan antara stereotip gender dengan Cinderella Complex.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara
teoritis
diharapkan
penelitian
ini
mampu
memberikan sumbangan yang berguna bagi kajian Psikologi
Perkembangan dan Psikologi Sosial yang berkaitan dengan
masalah stereotip gender dan Cinderella Complex.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
perempuan mengenai cinderella complex yang dimiliki dalam
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kaitannya dengan stereotip gender. Selain itu agar dapat membantu
perempuan untuk semakin memahami dinamika psikologis diri
sendiri, sehingga memiliki pengendalian diri yang baik dan mampu
hidup secara mandiri baik dalam lingkungan pertemanan maupun
kerja nantinya.
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mahasiswi dikatakan oleh Hernawati (2006) sebagai individu yang
melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi yang diasumsikan berminat untuk
mempelajari suatu bidang ilmu pengetahuan secara khusus. Mahasiswi
pada umumnya berusia sekitar 18-25 tahun. Lebih lanjut Susetyo (2006)
mengatakan bahwa mahasiswi merupakan salah satu komponen generasi
muda
memiliki
ciri
yang
menarik,
yaitu
sedang
kuat-kuatnya
mengembangkan diri dengan belajar di Perguruan Tinggi, berkembang
dalam budaya akademis yang kritis, asertif, terbuka, dan berorientasi pada
prestasi.
Dalam kesehariannya, mahasiswi harus bisa menjadi pribadi yang
mandiri. Dengan kemandirian tersebut, mahasiswi akan mampu menjalani
segala aktivitasnya dengan baik. Namun pada kenyataannya banyak
mahasiswi yang masih bergantung dengan orang-orang yang ada di
sekelilingnya untuk memabantu mereka dalam banyak hal. Hal ini sesuai
seperti yang dikatakan oleh Dowling. Dowling mengatakan bahwa
Cinderella Complex cenderung menyerang wanita yang sedang menempuh
pendidikan di perguruan tinggi. Pada saat-saat itu ada keinginan untuk
diselamatkan yang paling kuat menyerang (Dowling, 1981). Keinginan
ingin diselamatkan ini dikarenakan mahasiswi-mahasiswi itu merasa takut
untuk mandiri sehingga mereka membutuhkan pihak lain untuk
membantunya saat mereka sedang mengalami permasalahan.
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lebih lanjut Dowling (dalam Santoso dkk, 2008) mengatakan
bahwa perempuan digambarkan seperti perempuan-perempuan bertopeng
yang menunjukkan keperkasaannya sedangkan jauh di lubuk hatinya tetap
ingin bergantung pada orang lain terutama laki-laki. Cinderella complex
dianggap sebagai kekuatan paling utama yang melumpuhkan perempuan
dewasa. Hal ini disebabkan oleh persepsi untuk menjadi perempuan yang
ideal adalah perempuan yang feminin dan tidak mandiri.
Bem (dalam Santoso dkk, 2008) menyatakan bahwa maskulinitas
berkaitan dengan kebebasan dan kemandirian, sedangkan feminitas
berkaitan dengan pemeliharaan. Perbedaan maskulin dan feminin ini yang
menjadikan adanya stereotip gender dalam masyarakat. Unger dan
Crawford (dalam Wijayanti, 2003) menyatakan bahwa Stereotip Gender
adalah sifat-sifat yang diyakini dimiliki oleh laki-laki dan perempuan
dalam diri individu tersebut. Feldman (dalam Uyun, 2002) menambahkan
bahwa harapan tentang perempuan dan laki-laki berbeda secara signifikan.
Laki-laki lebih dipandang sebagai individu yang mempunyai sifat seperti
kebebasan, kemandirian,
objektivitas, dan kompetitif.
Perempuan
cenderung dilihat sebagai individu yang mempunyai sifat seperti
kehangatan, ekspresif, kehalusan, dan kesadaran akan perasaan orang lain.
Perbedaan feminim dan maskulin ini yang menjadikan adanya persepsi
Stereotipe Gender di tiap individu.
A. Cinderella Complex
1. Pengertian Cinderella Complex
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada tahun 1981, dalam bukunya yang berjudul The
Cinderella Complex : Women Hidden Fear From In-dependence,
Dowling mencetuskan istilah Cinderella Complex ini untuk yang
pertama kalinya dan menjelaskan bahwa Cinderella Complex
dicetuskan berdasarkan pengalaman pribadi. Setelah melakukan
berbagai penyelidikan dan penelitian ternyata sindrom ini dialami
oleh banyak perempuan. Bahkan sudah mendarah daging pada diri
perempuan di seluruh dunia dan seluruh kebudayaan. Hanya saja
perempuan sering kali tidak menyadarinya (Anggriany dan Astuti,
2003).
Dowling
(dalam
Santoso,2008)
mengatakan
bahwa
perempuan digambarkan seperti perempuan-perempuan bertopeng
yang menunjukkan keperkasaannya sedangkan jauh di lubuk
hatinya tetap ingin bergantung pada orang lain terutama laki-laki.
Cinderella Complex dianggap sebagai kekuatan paling utama yang
melumpuhkan perempuan dewasa. Hal ini disebabkan
oleh
persepsi stereotip untuk menjadi perempuan yang ideal adalah
perempuan yang feminin dan tidak mandiri. Cinderella Complex
diuraikan sebagai suatu keinginan tak sadar untuk dirawat orang
lain, hal ini terutama semata pada suatu ketakutan kemandirian.
Keadaan ini hampir selalu terjadi pada setiap wanita.
Dowling (dalam Anggriany dan Astuti, 2003) mengatakan
bahwa
Cinderella
Complex
11
adalah
ketergantungan
secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
psikologis pada perempuan di mana terdapat keinginan yang kuat
untuk di rawat dan dilindungi laki-laki, dan keyakinan bahwa
sesuatu dari luarlah yang akan menolongnya. Sindrom ketakutan
akan
kemandirian
ini
merupakan
kekuatan
utama
yang
melumpuhkan perempuan, sehingga perempuan tidak berani
memanfaatkan
kekuatan
otak
dan
kreativitas
sepenuhnya.
Cinderella Complex ditanamkan sejak masa kanak-kanak melalui
proses belajar dari lingkungan. Sifat kewanitaan sebenarnya adalah
hasil pemupukan masyarakat melalui sistem pendidikan, praktek
pengasuhan,
keadaan
keluarga,
dan
jenis
kelamin
akan
mempengaruhi kemasakan sosial anak.
Berdasarkan uraian di atas mengenai pengertian mahasiswa
dan Cinderella Complex
maka dapat
disimpulkan
bahwa
Cinderella Complex pada mahasiswi adalah ketergantungan secara
psikologis pada individu (perempuan) yang berusia sekitar 18-25
tahun yang sedang mengembangkan diri dengan belajar di
Perguruan Tinggi di mana terdapat keinginan yang kuat untuk
dirawat dan dilindungi laki-laki, serta memiliki keyakinan bahwa
sesuatu dari luarlah yang akan menolongnya, hal ini terjadi karena
ada ketakutan akan kemadirian dalam diri perempuan.
2. Aspek-Aspek Cinderella Complex
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan teori Cinderella Complex yang diungkapkan oleh
Dowling (1981), aspek-aspek dari Cinderella Complex dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a. Rasa rendah diri
Pada diri perempuan terdapat kurangnya harga
diri.
Akibatnya sering kali menekan inisiatif dan membuang
aspirasinya. Hal ini terkait juga dengan perasaan tidak aman
yang
sangat
mendalam
serta
ketidakpastian
mengenai
kemampuan serta nilai diri mereka. Kurangnya harga diri
berkaitan erat dengan kecemasan, perasaan lemah, dan tidak
mampu.
Rasa rendah diri ini seringkali membuat wanita meragukan
kemampuannya dalam menjalankan suatu tugas. Rasa rendah
diri juga berkaitan dengan emosi wanita. Wanita yang memiliki
perasaan rendah diri nampak pada perasaan tidak mampu
(pesimis), seperti perasaan cemas atau panik ketika menghadapi
sesuatu yang baru, ketika berbicara di depan orang banyak, atau
dalam suatu kesulitan. Perasaan tidak mampu tersebut kemudian
dapat mempengaruhi segi kognitif sehingga wanita memiliki
anggapan bahwa ia adalah orang yang tidak berguna dan
memiliki banyak kekurangan.
b. Ketakutan kehilangan feminitas
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kaum perempuan diserang kepanikan gender, yakni
ketakutan bahwa kesuksesan dan kemandirian ketikan bekerja
adalah tidak feminim. Perempuan takut akan kehilangan
karakteristik sebagai individu yang penuh kasih sayang,
berbudi halus, hangat, kalem, dan suka berhati-hati. Akibatnya
jika bekerja, motivasinya bukan karena rasa tanggung jawab
terhadap
diri
sendiri
melainkan
karena
krisis
atau
keterpaksaan. Selain itu, motivasi untuk mengikuti programprogram
peningkatan
karir
sangat
rendah.
Perempuan
kehilangan kapasitas untuk bekerja produktif, bertindak
orisinil, penuh semangat dan penuh komitmen. Tugas-tugas
hanya dilakukan sebagai kebiasaan yang bersifat mekanis.
c. Kontrol diri eksternal
Aspek
ini
terlihat
ketika
perempuan
mendapatkan
keberhasilan dirinya berhenti pada titik tertentu dan tidak ingin
meraih keberhasilan yang lebih jauh lagi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perempuan cenderung mengatribusikan
atau melekatkan keberhasilan kepada sumber-sumber luar,
misalnya soal keberuntungan. Selain itu cenderung merasa tidak
mempunyai kontrol untuk memecahkan masalah sendiri atau
untuk mempengaruhi lingkungan sekitarnya.
Kontrol diri eksternal ini berkaitan dengan kognisi wanita.
Wanita dengan kontrol diri eksternal yang tinggi akan memiliki
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
keyakinan bahwa segala sesuatu yang diperolehnya, baik dalam
bentuk keberhasilan atau kegagalan, disebabkan oleh faktor
keberuntungan atau ketidakberuntungan semata. Keyakinan ini
dapat mengurangi produktivitas wanita dalam bekerja dan dalam
mengembangkan dirinya.
d. Mengharapkan pengarahan dari orang lain
Ketergantungan
yang
dialami
kaum
wanita
telah
mematikan inisiatif dan orisinalitasnya. Akibatnya wanita selalu
ragu-ragu dalam bertindak. Sesuatu hal dapat dikerjakan apabila
sudah mendapatkan pengesahan secara sosial. Tindakan atau
keputusan akan diambil apabila sudah melalui tahap meminta
pendapat atau pengarahan dari orang lain.
Rasa rendah diri juga membuat wanita meragukan
kemampuannya. Akibatnya wanita cenderung bersikap dan
berperilaku pasif seperti ketidakinginan untuk mengatasi suatu
masalah atau mengambil keputusan sendiri. Di samping itu,
Dowling (1981) juga mengungkapkan bahwa wanita sulit untuk
mengambil inisiatif yang bertujuan untuk memajukan dan
mengembangkan dirinya. Perilaku pasif ini tampak ketika
wanita tidak ingin mengahadapi suatu pekerjaan yang sulit dan
berisiko besar, seperti persaingan antar teman, namun lebih
menyukai pekerjaan yang mudah dan beresiko kecil, tidak
menyukai perubahan hidup, cenderung tidak asertif dalam
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menghadapi tantangan untuk mengembangkan diri, dan lebih
mengutamakan keterikatan emosional dengan keluarganya
daripada karir dan pekerjaan.
e. Menghindari tantangan dan kompetisi
Hal ini terkait dengan faktor emosional seperti takut salah,
merasa tidak enak dengan teman, tidak bersemangat, kurangnya
optimisme
dalam
hidup
yang
seringkali
menghalangi
kompetensi mereka untuk menghadapi ketakutan, persaingan,
dan terus maju menghadapi segala rintangan. Sumber dilema
sesungguhnya bukan berasal dari faktor kemampuan atau
intelegensi tetapi lebih berdasarkan pada faktor non intelegentif.
Kondisi ini menyebabkan wanita menghindari tantangan dan
kompetisi.
f. Mangandalkan orang lain, terutama pria
Berkaitan dengan kepasifan yang ada di dalam dirinya,
wanita cenderung memiliki perilaku untuk mengandalkan
orang lain dalam menghadapi suatu kesulitan, seperti meminta
suatu pendapat atu dukungan dalam mengambil keputusan atau
dalam mengatasi suatu masalah.
Selain itu, ketergantungan dan kurangnya pengalaman
membuat wanita takluk dan mengandalkan pria baik sebagai
pelindungnya maupun secara ekonomis. Wanita berani
melakukan sesuatu jika ada pria yang menyertai dan
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
merestuinya. Tanggung jawab secara ekonomis dan pemimpin
dibebankan pada pria. Setiap kali wanita menghadapi hidup
yang semakin berat, kemungkinan menyerah dan masuk ke
dalam perlindungan pria selalu ada. Hal ini mengurangi
kuatnya keinginan untuk bertahan mandiri. Wanita cenderung
berkembang menjadi pribadi yang tergantung pada pria baik
secara ekonomis maupun psikologis.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
aspek-aspek dari Cinderella Complex meliputi rasa rendah diri,
ketakutan
kehilangan
feminitas,
kontrol
diri
eksternal,
mengharapkan pengarahan dari orang lain, menghindari tantangan
dan kompetisi, serta mengandalkan orang lain, terutama pria.
Aspek-aspek tersebut nantinya yang akan dijadikan sebagai dasar
penyusunan alat ukur.
B. Stereotip Gender
1. Pengertian Stereotip Gender
Stereotip adalah keyakinan-keyakinan yang dipegang
secara luas bahwa seseorang memiliki ciri-ciri tertentu yang
disebabkan oleh keanggotaan mereka dalam suatu kelompok
tertentu (Masumoto, 1994). Stereotip juga merupakan gambarangambaran yang ada dalam pikiran orang mengenai sifat khas dari
suatu kelompok dan etnis khusus. Stereotip mengenai kelompok
khusus tertentu biasanya dibentuk oleh orang-orang
17
yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bersangkutan berdasarkan bukti-bukti yang tidak lengkap atau
berdasarkan pengetahuan yang sedikit sekali. Dengan demikian
gambaran tersebut merupakan suatu over generalization mengenai
sifat-sifat khas orang tertentu (Sadli dalam Sumiarni, 2004).
Stereotip juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
gender, status sosial, dan budaya (Matlin, 1993).
Hoyenga
&
Hoyenga
(dalam
Lailatushifah,
2003)
mengatakan bahwa gender mengarah pada bagaimana seseorang
menyebut
dirinya
sebagai
maskulin
atau
feminin
yang
dipenaguruhi oleh konsep sosial, budaya, dan struktur masyarakat.
Konsep gender membedakan karakteristik antara pria dan
perempuan secara sosial budaya. Lebih lanjut Peter dkk (dalam
Sumiarni, 2004) berpendapat bahwa gender dapat didefinisikan
sebagai karakteristik sosial yang diberikan kepada perempuan dan
pria. Karakteristik sosial ini merupakan hasil perkembangan sosial
dan budaya sehingga tidak bersifat permanen maupun universal.
Berdasarkan karakteristik sosial ditetapkan peran untuk pria dan
perempuan yang pantas.
Unger dan Crawford (dalam Wijayanti, 2003) menyatakan
bahwa stereotip gender adalah sifat-sifat yang diyakini dimiliki
oleh laki-laki dan perempuan. Lebih lanjut Brannon (dalam
Wijayanti, 2003) berpendapat bahwa stereotip gender adalah
kepercayaan atau keyakinan tentang ciri-ciri dan karakterisktik
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
psikologis dari laki-laki dan perempuan, dalam hal ini keyakinan
tentang maskulinitas bagi laki-laki dan feminitas bagi perempuan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa stereotip gender adalah gambaran-gambaran yang ada di
dalam pikiran seseorang mengenai sifat khas dari karakteristik
psikologis antara pria dan perempuan secara sosial budaya, dalam
hal ini keyakinan tentang maskulinitas bagi laki-laki yang
menganggap bahwa laki-laki sebagai kaum yang superior yaitu
sosok inidividu yang kuat, tegar, pemimpin perempuan, dan
feminitas bagi perempuan yang menanggap bahwa perempuan
sebagai kaum yang inferior yaitu individu yang lembut, sabar, dan
tidak boleh menentang laki-laki.
Mayoritas masyarakat masih tetap bertahan pada keyakinan
bahwa wanita adalah makhluk yang lemah. Pria digambarkan
sebagai makhluk yang superior sedangkan wanita digambarkan
sebagai makhluk yang inferior. Tekanan ini, yang lebih kuat pada
pria daripada wanita, berasal dari orangtua, saudara kandung yang
sama jenisnya, teman sebaya, dan orang dewasa. Menurut Hartley,
spesifik stereotipe peran gender tertanam pada pria dan wanita
pada usia 7 dan 11 tahun (Hurlock, 2005).
Berbicara mengenai stereotip gender, tidak bisa melepaskan
diri dari apa yang dinamakan peran gender. Peran gender
merupakan harapan agar orang berperan sesuai dengan jenis
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kelaminnya, bahwa laki-laki akan berperilaku maskulin dan
perempuan berperilaku feminin (Deauz dalam Wijayanti, 2003).
Hoyenga & Hoyenga (dalam Lailatushifah, 2003) menambahkan
bahwa menurut idiologi
gender, laki-laki dan perempuan
diharapkan memegang peran tertentu yang berbeda, yakni laki-laki
adalah sosok individu yang kuat, tegar, dan pemimpin perempuan,
sedangkan perempuan adalah individu yang lembut, sabar, dan
tidak boleh menantang laki-laki. Hal tersebut tidak dapat
dilepaskan dari faktor sosial budaya.
Salah satu budaya yang cukup kental yang ada di Indonesia
adalah budaya Jawa. Sistem patriarkhis masyarakat Jawa pada
abad 18, telah melahirkan ungkapan-ungkapan yang dianggap
menyiratkan inferiotitas wanita Jawa (Fakih, 2000). Ungkapanungkapan seperti kanca wingking, swarga nunut neraka katut,
wanita hanya mengurus dapur, wanita hanya bergantung pada
suami, menegaskan bahwa wanita Jawa tampak menduduki
struktur bawah. Kuatnya konsepsi tersebut dalam budaya Jawa,
menimbulkan perlakuan-perlakuan yang dianggap membatasi
ruang gerak wanita, seperti halnya konsep pingitan, yaitu melarang
wanita untuk bebas beraktivitas.
Hal tersebut juga digambarkan oleh Darwin dan Tukiran
(2001), bahwa sosok lelaki ideal dalam imajinasi orang Jawa
adalah lelananging jagad yang sakti, tampan, dan banyak istri,
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
seperti Arjuna, tokoh Pandawa dalam pewayangan, yang selalu
menang di setiap medan perang, dan selalu memenangkan hati
setiap dewi. Lelaki ideal dalam imajinasi orang Jawa adalah
memiliki benggol (uang) dan bonggol (kejantanan seksual). Posisi
perempuan adalah milik laki-laki, sejajar dengan bondo (harta),
griyo (istana), turonggo (kendaraan), kukilo (burung atau binatang
peliharaan), dan pusoko (senjata, kesaktian). Penguasaan terhadap
perempuan merupakan simbol kejantanan seorang laki-laki,
sebaliknya
ketundukan,
ketergantungan,
dan
kepasrahan
perempuan terhadap laki-laki adalah gambaran kemuliaan hati
seorang perempuan Jawa. Gambaran tersebut meskipun dikatakan
sebagai imajinasi, tetapi sering dijadikan falsafah bagi orang Jawa
dalam memandang perempuan.
Individu yang tidak terpangaruh pada stereotipe gender di
kategorikan sebagai Androgini. Menurut Bem (1974), Androgini
adalah tingginya kehadiran maskulin dan feminin yang diinginkan
pada suatu individu secara bersamaan. Individu semacam ini
berperilaku fleksibel sehingga secara mental lebih sehat daripada
individu maskulin atau feminin saja. Menurut Bem (dalam
Galliano, 2003), androgini merupakan sifat yang mengabaikan
tuntutan masyarakat tentang peran gender dan stereotipe gender.
2. Aspek-Aspek Stereotip Gender
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Naffziger
dan
Naffziger
(dalam
Hurlock,
1978)
mengatakan bahwa stereotip gender mempunyai beberapa aspek,
yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif. Penjelasan
dari masing-masing aspek adalah sebagai berikut:
a. Aspek kognitif
Aspek kognitif meliputi persepsi, anggapan, dan
harapan orang yang berasal dari kelompok jenis kelamin
laki-laki dan perempuan. Persepsi, anggapan, dan harapan
ini sederhana dan seringkali kurang berdasar serta
terkadang sebagian dari hal-hal tersebut tidak akurat tetapi
tetap dipertahankan kuat-kuat oleh banyak orang. Adapun
ciri-ciri feminin dan maskulin pada aspek kognitif menurut
masyarakat yang ada di Indonesia menurut Nuryoto (2003)
secara khusus tertera dalam tabel berikut ini :
Feminin
Maskulin
Sangat subjektif
Sangat objektif
Mudah terpengaruh
Tidak mudah
Sulit mengambil
terpengaruh
keputusan
Mudah mengambil
Tidak suka spekulasi
keputusan
Suka berspekulasi
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Aspek afektif
Aspek afektif meliputi sikap ramah maupun tidak
ramah secara umum terhadap objek sikap dan berbagai
perasaan sikap serta berbagai perasaan spesifik yang
memberi warna emosional pada sikap tersebut. Perasaan ini
dapat berupa kekaguman dan simpati atau rasa superior, iri
hati, dan rasa takut. Adapun ciri-ciri feminin dan maskulin
pada
aspek afektif menurut masyarakat yang ada di
Indonesia menurut Nuryoto (2003) secara khusus tertera
dalam tabel berikut ini :
Feminin
Maskulin
Tidak agresif
Sangat agresif
Emosional
Tidak emosional
Mudah tersinggung
Tidak mudah
Kurang percaya diri
tersinggung
Membutuhkan rasa
Sangat percaya
aman
diri
Tidak begitu
membutuhkan
rasa aman
23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Aspek konatif
Aspek konatif meliputi anggapan mengenai apa
yang harus dilakukan berkaitan dengan kelompok jenis
kelamin yang bersangkutan dan dengan anggota tertentu
kelompok
tersebut.
Stereotip
gender
yang
ada
memunculkan adanya anggapan bahwa anggota kelompok
seks laki-laki harus bertanggungjawab atas tugas-tugas
yang menuntut kekuatan fisik, dan bahwa anggota seks
perempuan harus dilindungi dari setiap tanggungjawab
yang mungkin membahayakan kondisi fisik mereka yang
lemah. Adapun ciri-ciri feminin dan maskulin pada aspek
konatif menurut masyarakat yang ada di Indonesia menurut
Nuryoto (2003) secara khusus tertera dalam tabel berikut
ini :
Feminin
Maskulin
Tergantung
Tidak tergantung
Tidak kompetitif
Sangat kompetitif
Pasif
Aktif
Suka dipimpin
Suka memimpin
Suka dilindungi
Suka melindungi
Dari keseluruhan uraian di atas dapat dilihat bahwa adanya
stereotip gender menimbulkan adanya perbedaan perlakuan yang
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
diterima laki-laki dan perempuan yang lebih menguntungkan lakilaki daripada perempuan. Stereotip gender terdiri dari tiga aspek,
yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif yang akan
digunakan dalam pembuatan skala stereotip gender.
C. Hubungan Stereotip Gender dengan Cinderella Complex pada
Mahasiswi
Superioritas kaum laki-laki menjadikan kaum perempuan selalu
dalam posisi lemah dan tidak berdaya. Ketidakberdayaan dalam diri kaum
perempuan ini memicu berbagai perasaan negatif seperti inferior,
tergantung, pasrah, dan kurang inisiatif (Goeritno, dkk.,
2006).
Ketergantungan dan ketidakberdayaan di atas menunjukkan adanya
sindrom Cinderella Complex yang dialami oleh kaum perempuan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Dowling ( dalam Anggriany dan Astuti, 2003)
yang mengatakan bahwa perempuan yang mengalami Cinderella Complex
menunjukkan rendahnya kemandirian yang ditunjukkan dengan rendahnya
harga diri, mengharapkan pengarahan dari orang lain, dan mengandalkan
laki-laki.
Dowling (dalam
Santoso
dkk,
2008) mengatakan
bahwa
perempuan digambarkan seperti perempuan-perempuan bertopeng yang
menunjukkan keperkasaannya sedangkan jauh di lubuk hatinya tetap ingin
bergantung pada orang lain terutama laki-laki. Hal ini disebabkan oleh
persepsi stereotip untuk menjadi perempuan yang ideal adalah perempuan
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang feminin dan tidak mandiri. Bem (dalam Santoso dkk, 2008)
menyatakan bahwa maskulinitas berkaitan dengan kebebasan dan
kemandirian, sedangkan feminitas berkaitan dengan pemeliharaan.
Perbedaan maskulin dan feminin ini yang menjadikan adanya stereotip
gender dalam masyarakat.
Hoyenga & Hoyenga (dalam Lailatushifah, 2003) mengatakan
bahwa laki-laki dan perempuan diharapkan memegang peran tertentu yang
berbeda, yakni laki-laki adalah sosok individu yang kuat, tegar, pemimpin
perempuan, sedangkan perempuan adalah individu yang lembut, sabar,
dan tidak boleh menentang laki-laki. Laki-laki dan perempuan diharapkan
memegang peran yag berbeda, meskipun kadang-kadang perbedaan yang
dikehendaki kurang tepat.
Mengacu pada beberapa pendapat di atas maka dapat dikatakan
bahwa peran gender seperti maskulin dan feminin nampaknya lebih
menguntungkan pada gender laki-laki. Berdasarkan peran gender tersebut
mengakibatkan adanya timpang gender atau ketidakadilan gender yang
pada akhirnya akan memberikan stereotip tersendiri terhadap gender
tersebut.
Mahasiswi yang memiliki stereotip gender yang kuat yaitu
menganggap dirinya sebagai kaum perempuan merupakan kaum yang
lemah yang ingin mendapat perlindungan laki-laki dan kemampuan yang
dimiliki lebih rendah dari kaum laki-laki, sehingga mahasiswi tersebut
kurang percaya kepada kemampuan yang dimiliki dan kurang memiliki
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
harga diri. Akibatnya dalam menjalani kehidupannya dan mengahadapi
masalah yang menimpa cenderung mengharapkan arahan dari orang lain,
dan dalam menyelesaikan masalah tersebut cenderung mengandalkan lakilaki. Dengan kata lain, mahasiswi yang memiliki stereotip gender tinggi
akan memiliki cinderella complex yang tinggi pula.
Berbeda dengan mahasiswi yang memiliki stereotip gender yang
lemah, dirinya menganggap bahwa kaum perempuan dan laki-laki
memiliki kemampuan fisik dan intelektual yang sama baiknya, sehingga
mahasiswi tersebut merasa lebih percaya diri terhadap kemampuannya
dalam menyelesaikan masalah tanpa harus bergantung kepada pacar atau
temannya. Akibat yang lebih jauh lagi adalah mahasiswi memiliki harga
diri yang baik dan dalam menghadapi masalah tidak terlalu mengharapkan
arahan orang lain, atau dapat dikatakan bahwa Cinderella Complex
mahasiswi tersebut tergolong rendah.
D. Hipotesis
Berdasarkan pada analisa teoritik yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat disusun hipotesis penelitian yaitu: Ada hubungan positif antara
stereotip gender dengan Cinderella Complex pada mahasisiwi. Semakin
kuat stereotip gender yang dimiliki maka akan semakin tinggi Cinderella
Complex, demikian juga sebaliknya.
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian Kuantitatif Korelasional
dengan metode survey yang bertujuan untuk menguji teori yang
menghubungkan variabel bebas dengan variabel tergantung (Creswell,
2009). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara
Cinderella Complex dengan Stereotipe Gender pada mahasiswi.
B. IDENTIFIKASI VARIABEL
Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Variabel Tergantung : Cinderella Complex
1. Rasa Rendah Diri
2. Ketakutan Kehilangan Feminitas
3. Kontrol Diri Eksternal
4. Mengharapkan Pengarahan dari Orang Lain
5. Menghindari Tantangan dan Kompetisi
6. Mengandalkan Laki-laki
Variabel Bebas : Stereotipe Gender
1. Aspek Kognitif
2. Aspek Afektif
3. Aspek Konatif
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional dalam penelitian ini terdiri dari definisi
Cinderella Complex dan Stereotipe Gender. Definisi operasional variabelvariabel dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Cinderella Complex
Cinderella
Complex
adalah
ketergantungan
secara
psikologis pada perempuan di mana terdapat keinginan
yang kuat untuk dirawat dan dilindungi laki-laki, serta
memiliki keyakinan bahwa sesuatu dari luar dirinyalah
yang akan menolongnya dan hal tersebut terjadi karena ada
ketakutan akan kemandirian pada perempuan. Cinderalla
Complex memiliki 6 aspek, yaitu: Rasa Rendah Diri ,
Ketakutan Kehilangan Feminitas, Kontrol Diri Eksternal,
Mengharapkan Pengarahan dari Orang Lain, Menghindari
Tantangan dan Kompetisi, dan Mengandalkan Orang Lain,
terutama Pria. Dalam penelitian ini Cinderella Complex
diukur melalui tinggi rendahnya nilai yang diperoleh dari
skala Cinderella Complex yang disusun peneliti dengan
mengacu pada aspek-aspek Cinderella Complex yang
diungkapkan oleh Collette Dowling. Semakin tinggi skor
Cinderella Complexnya semakin tinggi kecenderungan
Cinderella Complex pada subjek.
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Stereotipe Gender
Stereotipe gender adalah gambaran-gambaran yang ada
dalam pikiran
seseorang mengenai sifat khas
dari
karakteristik psikologis antara pria dan wanita secara sosial
budaya. Stereotipe gender memiliki 3 aspek, yaitu: Aspek
kognitif, Aspek afektif, dan Aspek Konatif.Dalam
penelitian ini Stereotipe Gender diukur melalui tinggi
rendahnya nilai yang diperoleh dari skala Stereotipe Gender
yang disusun peneliti dengan mengacu pada aspek-aspek
Stereotipe Gender yang diungkapkan oleh Hurlock.
Semakin tinggi skor Stereotipe Gendernya maka semakin
tinggi juga kecenderungan Stereotipe Gender pada subjek.
D. SUBJEK PENELITIAN
Pemilihan subjek penelitian ini dilakukan dengan cara Purposive
Sampling. Teknik ini adalah teknik pengambilan sampel yang dilakukan
dengan memilih subjek berdasarkan ciri-ciri dan kriteria yang sudah
ditetapkan. Berdasarkan hal tersebut maka kriteria subjek penelitian ini
adalah:
1. Subjek berjenis kelamin wanita.
2. Subjek merupakan mahasiswi yang berusia 18 sampai 24
tahun.
3. Subjek merupakan mahasiswi Universitas Sanata Dharma.
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA
Metode yang digunakan peneliti untuk pengumpulan data
penelitian ini adalah metode survei dengan alat ukur berbentuk skala yang
diisi oleh subjek. Penelitian ini menggunakan dua skala yaitu skala
Cinderella Complex dan Stereotipe Gender.
1. Skala Cinderella Complex
Skala ini mengukur tingkat sindrom Cinderella Complex
yang ada pada mahasiswi yang disusun berdasarkan dari
masing-masing keenam aspek yang ada.
Skala Cinderella Complex terdiri dari 120 item pertanyaan
yang dirancang untuk mengukur 6 aspek Cinderella
Complex.
Pemberian skor hanya didasarkan pada item favorable dan
unfavorable. Skor tinggi mengindikasikan bahwa subjek
memiliki kecenderungan sindrom Cinderella Complex dan
skor rendah mengindikasikan bahwa subjek tidak memiliki
kecenderungan sindrom Cinderella Complex.
Pemberian skor pada skala gaya kelekatan adalah sebagai
berikut:
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 1.
Respon dan skor item-item Favorable skala Cinderella
Complex
Respon
Skor
Sangat Setuju (SS)
4
Setuju (S)
3
Tidak Setuju (TS)
2
Sangat Tidak Setuju (STS)
1
Tabel 2.
Respon dan skor item-item Unfavorable skala Cinderella
Complex
Respon
Skor
Sangat Setuju (SS)
1
Setuju (S)
2
Tidak Setuju (TS)
3
Sangat Tidak Setuju (STS)
4
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 3.
Blueprint skala Cinderella Complex sebelum uji coba:
ITEM
CINDERELLA
N
COMPLEX
Favorable
Unfavorable
Rasa Rendah
1,3,5,7,9,16,
42,44,46,48,50,
Diri
17,18,19,20
52,54,56,58,60
Jumlah
10
20
10
Ketakutan
2,4,6,8,10,11,
82,84,86,88,90,
Kehilangan
12,13,14,15
92,94,96,98,100
20
Feminitas
Jumlah
10
10
Kontrol Diri
21,23,25,27,29
103,104,107,108,
Eksternal
,
111,112,115,116
31,33,35,37,39
116,119,120
Jumlah
10
10
Mengharapka
22,24,26,28,30
101,102,105,106,
n
,
109,110,1,113,114
Pengharapan
32,34,36,38,40
,
dari Orang
20
20
117,118
Lain
Jumlah
Menghindari
10
10
41,43,45,47,49
62,64,66,68,70,72,
33
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tantangan
,
74,76,78,80
dan Kompetisi
51,53,55,57,59
Jumlah
10
10
Mengandalkan 61,63,65,67,69
81,83,85,87,89,91,
Laki-laki
93,95,97,99
,
20
71,73,75,77,79
Jumlah
10
10
Jumlah Total
12
0
Tabel 4.
Blueprint skala Stereotipe Gender sebelum uji coba
ITEM
STEREOTI
JUMLA
PE
FAVORAB
UNFAVORAB
H ITEM
GENDER
LE
LE
Aspek
1,3,5,7,9,11,
2,4,6,8,10,12,14
Kognitif
13,
,
15
16
Jumlah
Aspek Afektif
8
8
37,38,39,40,
18,20,22,24,26,
41,
28,
52,53,54,55,
30,32,34,36
56
34
16
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jumlah
10
10
Aspek
17,19,21,23,
43,44,45,46,47,
Konatif
25,
48
27,29,31,33,
49,50,51
20
35
Jumlah
10
10
Jumlah
56
Total
F. UJI VALIDITAS DAN UJI RELIABILITAS
1. Uji Validitas
Validitas
adalah
kualitas
esensial
yang
menunjukkan sejauh mana suatu ts sungguh-sungguh
mengukur atribut psikologis yang hendak diukurnya
(Supratiknya, 2014). Validitas lebih menekankan pada
sejauh mana penafsiran hasil suatu tes sebagaimana
dimaksudkan oleh tes yang bersangkutan sungguh-sungguh
dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam
penelitian
ini,
peneliti
menggunakan
validitas isi untuk menguji validitas kedua skala. Validitas
isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian
terhadap isi tes dengan analisis rasional atau professional
judgement yang dilakukan oleh dosen pembimbing.
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tindakan ini dilakukan untuk memastikan bahwa skala
yang dibuat telah mencakup keseluruhan isi variabel yang
akan diukur.
2. Pelaksanaan Uji Coba dan Analisis Item
Uji coba skala penelitian dilakukan pada tanggal 6
Juni 2014 dengan total sampel 50 orang. Uji coba dilakukan
di Universitas Sanata Dharma, Paingan, Yogyakarta kepada
mahasiswi yang sesuai dengan dengan kriteria peneliti.
Penyebaran dilakukan dengan mendatangi subjek, meminta
kesediaan untuk mengisi kemudian memberi instruksi
singkat tentang cara pengerjaan dan penelitian yang sedang
dilakukan.
Uji seleksi item dilihat melalui korelasi item total
dengan pengukuran dengan SPSS for windows 16.00.
Tujuan dari analisi item adalah memilih item-item yang
akan membentuk sebuah skala yang bersifat homogen dan
memiliki daya diskriminasi yang baik (Supratiknya. 2014).
Pemilihan item yang sahih menggunakan batasan ≥ 0,20
karena item yang mencapai koefisien minimal 0,20 daya
bedanya dianggap memuaskan. Item yang memiliki daya
beda kurang dari 0,20 dinyatakan gugur (Azwar, 2012).
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Seleksi item pada skala Cinderella Complex
menghasilkan 90 item yang sahih dari 120 item. Berikut
penjabaran item-item yang gugur :
Tabel 5.
Blueprint Skala Cinderella Complex setelah Uji Coba
JUMLA
ITEM
CINDEREL
H
LA
Favorable
COMPLEX
Unfavorable
ITEM
SAHIH
Rasa Rendah
1,3,5,7,9,16,
42,44,46,48,50,
Diri
17,18,19,20
52,54,56,58,60
Jumlah
10
9
Ketakutan
2,4,6,8,10,11
82,84,86,88,90,
Kehilangan
,
92,94,96,98,10
Feminitas
12,13,14,15
0
Jumlah
7
6
Kontrol Diri
21,23,25,27,
103,104,107,10
Eksternal
29,
8,
31,33,35,37,
111,112,115,11
39
6,
19
13
17
119,120
Jumlah
Mengharapka
9
8
22,24,26,28,
101,102,105,10
37
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
n
30,
6,
Pengharapan
32,34,36,38,
109,110,113,11
dari
Orang 40
4,
Lain
117,118
Jumlah
8
10
Menghindari
41,43,45,47,
62,64,66,68,70,
Tantangan
49,
72,
dan
51,53,55,57,
74,76,78,80
Kompetisis
59
Jumlah
Mengandalka
9
9
61,63,65,67,
81,83,85,87,89,
n Orang Lain, 69,
91,
terutama Pria
93,95,97,99
71,73,75,77,
18
6
79
Jumlah
3
3
Jumlah Total
91
*angka yang berwarna merah adalah item yang gugur
Sedangkan untuk seleksi item pada skala Stereotipe Gender
menghasilkan 42 item yang sahih dari 56 item. Item-item
yang dinyatakan sahih meliputi 13 item sahih dari 16 item
pada Aspek Kognitif, 16 item sahih dari 20 item pada
Aspek Afektif, dan 13 item sahih dari 20 item pada Aspek
Konatif. Berikut penjabaran item-item yang gugur:
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 6.
Blueprint Skala Stereotipe Gender setelah Uji Coba
ITEM
STEREOTI
JUMLA
PE
FAVORAB
UNFAVORAB
H ITEM
GENDER
LE
LE
SAHIH
Aspek
1,3,5,7,9,11,
2,4,6,8,10,12,14
13
Kognitif
13,
,
15
16
Jumlah
Aspek Afektif
6
7
37,38,39,40,
18,20,22,24,26,
41,
28,
52,53,54,55,
30,32,34,36
16
56
Jumlah
9
7
Aspek
17,19,21,23,
42,43,44,45,46
Konatif
25,
47,48,49,50,51
13
27,29,31,33,
35
Jumlah
5
Jumlah
8
42
Total
*angka yang berwarna merah adalah item yang gugur.
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah konsistensi hasil pengukuran jika
prosedur pengetesannya dilakukan secara berulangkali
terhadap suatu populasi individu atau kelompok. Manfaat
hasil pengukuran ditentukan oleh stabilitas kinerja individu
atau kelompok yang sama yang dikenai tes (Supratiknya,
2014).
Reliabilitas
meliputi
keterpercayaan,
kestabilan
dan
konsistensi alat ukur. Rendahnya reliabilitas ditunjukkan
oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas (Azwar,
2004). Peneliti menggunakan analisis reliabilitas Alpha
Cronbach melalui SPSS for windows 16.00. Koefisien
reliabilitas berada dalam rentang 0,00 sampai 1,00. Jika
angka koefisien reliabilitas semakin mendekati 1,00 maka
reliabilitas semakin tinggi. Jika angka koefisien reliabilitas
semakin mendekati 0,00 maka reliabilitas semakin rendah.
Batasan suatu alat ukur bisa dikatakan reliable adalah jika
alat ukur tersebut memiliki koefisien reliabilitas di atas 0,
600 (Azwar, 2012).
Hasil penghitungan koefisien reliabilitas pada skala
Cinderella Complex adalah 0,945 sebelum seleksi item
kemudian menjadi 0,964 setelah seleksi item. Sedangkan
untuk skala Stereotipe Gender hasil penghitungan koefisien
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
reliabilitas adalah 0,843 kemudian menjadi 0,849 setelah
seleksi item. Nilai koefisian reliabilitas pada kedua skala
menunjukkan bahwa kedua skala memiliki reliabilitas yang
tinggi.
G. METODE ANALISIS DATA
Metode analisis data digunakan untuk mengelola data penelitian,
menganalisis data penelitian dan melihat hubungan antar variabel
penelitian. Metode analisis data ditentukan dengan Uji Normalitas dan Uji
Linearitas. Dari kedua uji tersebut bisa ditentukan metode analisis yang
tepat untuk menguji hipotesis. Jika data penelitian normal dan linear maka
uji hipotesis bisa dilakukan dengan analisis korelasi Pearson Product
Moment. Penghitungan dilakukan dengan SPSS for windows 16.00.
Analisis ini digunakan untuk melihat hubungan antara Cinderella Complex
dengan Stereotipe Gender.
41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu
yang pertama dengan cara mendatangi subjek satu persatu dan yang kedua dengan
cara menyebar skala di dalam kelas seusai perkuliahan. Pengambilan data
dilakukan di Universitas Sanata Dharma, Paingan. Skala yang dibagikan ada 240
skala dan 32 diantaranya dinyatakan gugur karena tidak memenuhi syarat
penelitian sehingga jumlah keseluruhan subjek penelitian ada 208 subjek. Total
pelaksanaan pengambilan data dilakukan selama 2 minggu, dengan perincian
sebagai berikut:
Tabel 7
Rincian Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No.
1.
Tanggal
Kegiatan
20 – 24 Oktober 2014
Penyebaran skala dengan mendatangi subjek
secara langsung.
2.
27 Oktober 2014
Penyebaran skala di 3 kelas Biopsikologi.
3.
29 Oktober 2014
Penyebaran skala di 2 kelas PSP.
4.
30 Oktober 2014
Penyebaran skala di 1 kelas Konstruksi Test.
B. Deskripsi Subjek Penelitian
Pengambilan subjek penelitian dilakukan sesuai dengan kriteria yang
sudah peneliti tetapkan, yaitu mahasiswi Sanata Dharma yang berusia dari 18
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tahun hingga 24 tahun. Kelompok subjek dalam penelitian ini memiliki rentang
usia mulai dari 18-24 tahun. Dalam penelitian ini terdapat 208 orang subjek.
Berikut tabel sampel subjek dalam penelitian:
Tabel 8
Tabel Sampel Subjek Penelitian
USIA
Jumlah
18
19
20
21
22
23
Psikologi
65
35
42
18
17
8
185
Farmasi
-
3
2
-
-
-
5
BK
3
-
-
-
1
-
4
P.MAT
1
-
7
2
2
-
12
TI
-
-
2
-
-
-
2
69
38
53
20
20
Jumlah
C. Statistik Deskriptif Data Penelitian
Statistik deskriptif berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi
gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel sebagaimana adanya,
tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum
(Sugiyono, 2008). Deskripsi statistik data penelitian ini dihitung dengan bantuan
SPSS 16.00. Statistik deskriptif dalam penelitian ini terangkum dalam tabel
berikut:
43
208
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 9
Deskripsi Data Penelitian
Cinderella Complex
Stereotipe Gender
Teoritik
Empirik
Teoritik
Empirik
Minimum(Xmin)
56
82
20
27
Maximum(Xmax)
224
161
80
60
Mean( X )
140
123,23
50
44,01
-
14,645
-
5,387
Standard
Deviasi( )
Berdasarkan hasil penghitungan pada Tabel 9, dapat dilihat bahwa
pada variabel Cinderella Complex diperoleh nilai Minimum teoritik
sebesar 56 dan nilai Minimum empirik sebesar 82. Sedangkan untuk nilai
Maximum teoritik adalah sebesar 224 dan nilai Maximum empirik adalah
sebesar 161. Berdasarkan perhitungan skor maksimal dan skor minimal
diperoleh mean teoretis sebesar 140 dan mean empirik sebesar 123,33
dengan standard deviasi sebesar 14,654. Dengan demikian, skor antara
mean teoritis pada variabel Cinderella Complex lebih rendah daripada skor
mean empirik. Hal itu menunjukan bahwa kecenderungan sindrom
Cinderella Complex pada sampel subjek penelitian lebih
rendah
dibandingkan
tingkat
dengan
teoretisnya.
Kesimpulannya
adalah
kecenderungan sindrom Cinderella Complex pada mahasiswi Sanata
Dharma tergolong rendah.
44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada variabel stereotipe gender, dapat terlihat pada Tabel 9 bahwa
diperoleh nilai Minimum teoritik sebesar 20 dan nilai Minimum empirik
sebesar 27. Sedangkan untuk nilai Maximum teoritiknya adalah sebesar 80
dan nilai Maximum empiriknya adalah sebesar 60. Berdasarkan
perhitungan skor maksimal dan skor minimal maka diperoleh mean
teoritik sebesar 50 dan mean empirik sebesar 44,01 dengan standard
deviasi sebesar 5,387. Dengan demikian, skor antara mean teoritik lebih
rendah daripada mean empirik pada variabel stereotipe gender. Hal ini
menunjukan bahwa tingkat stereotipe gender pada sampel subjek
penelitian lebih rendah dibandingkan dengan teoretisnya. Kesimpulannya
adalah tingkat stereotipe gender yang ada pada mahasiswi Sanata Dharma
tergolong rendah.
Dengan begitu maka dapat disimpulkan bahwa mean empirik pada
variabel Cinderella Complex dan stereotipe gender lebih rendah
dibandingkan dengan mean teoritik. Ini berarti skor pada stereotipe gender
dan Cinderella Complex pada subjek penelitian lebih rendah daripada
teoritisnya. Hal ini terjadi karena kemungkinan faking yang dilakukan oleh
mahasiswi ketika mengisi skala penelitian. Menurut Dowling, wanita
sering kali memakai topeng untuk menutupi kelemahan mereka agar
terlihat mandiri di depan orang-orang. Padahal jauh di dalam lubuk hati
mereka, mereka ingin sekali dirawat dan diselamatkan oleh orang-orang di
sekitar mereka.
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Uji Hipotesis Penelitian
Sebelum melakukan uji statistik, dalam rangka menjawab pertanyaan
penelitian perlu dilakukan beberapa uji asumsi untuk menentukan teknik statistik
yang tepat. Uji-uji asumsi dalam analisis ini adalah uji normalitas dan uji
linearitas. Hasil uji asumsi tersebut akan dijabarkan seperti di bawah ini:
1. Uji Asumsi Penelitian
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas adalah uji yang dilakukan untuk melihat
normal atau tidaknya sebaran data yang berasal dari populasi
(Santoso, 2010). Uji Normalitas dilakukan dengan menggunakan
SPSS for Windows versi 16.00. Teknik yang digunakan adalah Uji
Kormogorov-Smirnov, di mana apabila p < 0,05 maka data
penelitian memiliki sebaran yang tidak normal, sedangkan apabila
p > 0,05 maka data penelitian tersebut memiliki sebaran yang
normal (Santoso,2010).
Berdasarkan hasil Uji Normalitas pada penghitungan
variabel Cinderella Complex didapatkan Z = 0,906 ; p > 0,05 ;
maka sebaran data pada variabel Cinderella Complex adalah
normal. Sedangkan untuk variabel stereotipe gender didapatkan Z
= 1,295 ; p > 0,05 ; maka sebaran data pada variabel stereotipe
gender adalah normal.
46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Uji Linearitas
Uji Linearitas digunakan untuk melihat hubungan antar
variabel yang akan diteliti apakah memiliki pola yang lurus atau
tidak (Santoso, 2010). Pola tersebut akan terlihat dari penaikan
atau penurunan kuantitas satu variabel yang akan diikuti oleh
penaikan atau penurunan kuantitas variabel lainnya (Santoso,
2010). Uji Linearitas dilakukan dengan Uji Test for Linearity di
mana jika antar variabel memenuhi syarat probabilitas p < 0,05
maka hubungan antar variabel pada penelitian tersebut linear.
Berdasarkan hasil penghitungan Uji Linearitas pada
penelitian didapatkan hasil F = 0,000 ; p < 0,05 ; maka dapat
disimpulkan bahwa hubungan antar variabel bersifat linear.
2. Uji Hipotesis
Setelah melakukan Uji Normalitas dan Uji Linearitas, maka dapat
terlihat bahwa data penelitian terdistribusi dengan normal dan hubungan
antar variabel menunjukan hubungan yang linear. Dari hasil tersebut,
peneliti menggunakan Uji Statistik Parametrik, yaitu Uji Korelasi Pearson
Product Moment dengan bantuan SPSS for Windows versi 16.0.
Berdasarkan
hasil
penghitungan
koefisien
korelasi
antara
Cinderella Complex dengan stereotipe gender didapatkan hasil r = 0,352 ;
maka korelasi antara kedua variabel tersebut dapat dikatakan cukup kuat
dan bernilai positif (Sarwono, 2012) dengan taraf signifikansi sebesar
0,000 (p < 0,05) yang berarti hipotesis diterima. Dengan demikian dapat
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara
stereotipe gender dengan Cinderella Complex.
E. Pembahasan
Berdasarkan hasil analasis data, dapat diketahui bahwa tingkat stereotipe
gender dan Cinderella Complex pada mahasiswi Sanata Dharma tergolong rendah.
Di samping itu, hasil analisis data membuktikan bahwa hipotesis diterima. Hal
tersebut berarti ada hubungan positif yang signifikan antara stereotipe gender
dengan Cinderella Complex pada mahasiswi Sanata Dharma. Semakin tinggi
stereotipe gender yang dimiliki, maka akan semakin tinggi pula Cinderella
Complex pada mahasiswi.
Mahasiswi dikatakan oleh Hernawati (2006) sebagai individu yang
melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi yang diasumsikan berminat untuk
mempelajari suatu bidang ilmu pengetahuan secara khusus. Mahasiswi pada
umumnya berusia sekitar 18-25 tahun. Lebih lanjut Susetyo (2006) mengatakan
bahwa mahasiswi merupakan salah satu komponen generasi muda memiliki ciri
yang menarik, yaitu sedang kuat-kuatnya mengembangkan diri dengan belajar di
Perguruan Tinggi, berkembang dalam budaya akademis yang kritis, asertif,
terbuka, dan berorientasi pada prestasi.
Dalam kesehariannya, mahasiswi harus bisa menjadi pribadi yang
mandiri. Dengan kemandirian tersebut, mahasiswi akan mampu menjalani segala
aktivitasnya dengan baik. Namun pada kenyataannya banyak mahasiswi yang
masih bergantung dengan orang-orang yang ada di sekelilingnya untuk
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memabantu mereka dalam banyak hal. Hal ini sesuai seperti yang dikatakan oleh
Dowling. Dowling mengatakan bahwa Cinderella Complex cenderung menyerang
wanita yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Pada saat-saat itu
ada keinginan untuk diselamatkan yang paling kuat menyerang (Dowling, 1995).
Keinginan ingin diselamatkan ini dikarenakan mahasiswi-mahasiswi itu merasa
takut untuk mandiri sehingga mereka membutuhkan pihak lain untuk
membantunya saat mereka sedang mengalami permasalahan.
Dowling (dalam Anggriany dan Astuti, 2003) mengatakan bahwa
Cinderella Complex adalah ketergantungan secara psikologis pada perempuan di
mana terdapat keinginan yang kuat untuk di rawat dan dilindungi laki-laki, dan
keyakinan bahwa sesuatu dari luarlah yang akan menolongnya. Sindrom
ketakutan akan kemandirian ini merupakan kekuatan utama yang melumpuhkan
perempuan, sehingga perempuan tidak berani memanfaatkan kekuatan otak dan
kreativitas sepenuhnya.
Pada tahun 1981, dalam bukunya yang berjudul The Cinderella Complex:
Womans Hidden Fear From In-dependence, Dowling mencetuskan istilah
Cinderella Complex ini untuk pertama kalinya dan menjelaskan bahwa Cinderella
Complex dicetuskan berdasarkan pengalaman pribadi. Setelah melakukan
berbagai penyelidikan dan penelitian ternyata sindrom ini dialami oleh banyak
perempuan. Bahkan sudah mendarah daging pada diri perempuan di seluruh dunia
dan seluruh kebudayaan. Hanya saja perempuan seringkali tidak menyadarinya
(Anggrainy dan Astuti, 2003).
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lebih lanjut Dowling (dalam Santoso dkk, 2008) mengatakan bahwa
perempuan
digambarkan
seperti
perempuan-perempuan
bertopeng
yang
menunjukkan keperkasaannya sedangkan jauh di lubuk hatinya tetap ingin
bergantung pada orang lain terutama laki-laki. Cinderella complex dianggap
sebagai kekuatan paling utama yang melumpuhkan perempuan dewasa. Hal ini
disebabkan oleh persepsi untuk menjadi perempuan yang ideal adalah perempuan
yang feminin dan tidak mandiri.
Feldman (dalam Uyun, 2002) mengatakan bahwa harapan tentang wanita
dan pria berbeda secara signifikan. Pria lebih dipandang sebagai individu yang
mempunyai sifat seperti kebebasan, objektivitas, dan kompetitif. Wanita
cenderung dilihat sebagai individu yang mempunyai sifat seperti kehangatan,
ekspresif, kehalusan, dan kesadaran akan perasaan orang lain. Hal inilah yang
menyebabkan adanya stereotipe gender.
Brannon (dalam Wijayanti, 2003) berpendapat bahwa stereotipe gender
adalah kepercayaan atau keyakinan tentang ciri-ciri dan karakteristik psikologis
dari pria dan wanita, dalam hal ini merupakan keyakinan tentang maskulinitas
bagi pria dan femininitas bagi wanita. Pria dan wanita diharapkan memegang
peran tertentu yang berbeda, yakni pria adalah sosok individu yang kuat, tegar,
pemimpin wanita, sedangkan wanita adalah individu yang lembut, sabar, dan
tidak boleh menentang pria.
Uraian di atas menunjukan stereotipe gender yang berlaku adalah adanya
anggapan bahwa sifat perempuan dianggap sebagai feminin, yaitu sebagai
individu yang lemah. Adanya anggapan tersebut dapat menyebabkan wanita
50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memiliki ketergantungan. Mahasiswi yang memiliki stereotipe gender yang kuat,
yaitu menganggap dirinya sebagai kaum wanita wajar saja bila ingin mendapat
perlindungan dari pria. Anggapan yang lain adalah kemampuan yang dimiliki
lebih rendah dari kaum pria. Akibatnya mahasiswi tersebut kurang percaya pada
kemampuan yang dimiliki sehingga ketika menghadapi masalah, dirinya
cenderung bergantung dari arahan orang lain atau dengan kata lain tidak mampu
menetapkan pilihan. Akibat yang lain lagi adalah dalam menyelesaikan masalah,
dirinya
cenderung
tidak
berani
menghadapi
sendiri
melainkan
lebih
mengandalkan kaum pria. Hal ini menunjukan bahwa mahasiswi yang memiliki
sterotipe gender yang kuat akan memiliki cinderella complex yang tinggi.
Sebaliknya, mahasiswi yang memiliki stereotipe gender yang lemah,
dirinya menganggap bahwa kemampuan fisik dan intelektual kaum wanita dan
pria adalah sama. Hal ini menyebabkan mahasiswi dapat lebih percaya diri
terhadap kemampuannya, sehingga
tergantung
kepada pacar
ketidaktergantungan
atau
tersebut
dalam menyelesaikan masalah tidak
orang
lain.
mengakibatkan
Adanya
mahasiswi
kemandirian
merasa
atau
mampu
menghadapi masalah dan tidak terlalu mengharapkan arahan orang lain, atau dapat
dikatakan bahwa cinderella complex mahasiswi tersebut tergolong rendah.
51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat diambil
kesimpulan dari penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
stereotipe gender dengan Cinderella Complex pada mahasiswi Sanata Dharma ini.
Adapun kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tingkat stereotipe gender pada mahasiswi Sanata Dharma terbukti rendah
(M= 44,01).
2. Tingkat Cinderella Complex pada mahasiswi Sanata Dharma terbukti
rendah (M=123,33).
3. Ada hubungan yang positif dan cukup kuat antara stereotipe gender dan
Cinderella Complex dikarenakan koefisien korelasinya adalah sebesar
0,352 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05).
B. Keterbatasan Penelitian
Selama
pelaksanaan
keterbatasan-keterbatasan
penelitian
dalam
berlangsung,
penelitian
ini.
peneliti
menemukan
Keterbatasan-keterbatasan
tersebut, yaitu: peneliti cukup kesulitan untuk mendapatkan jurnal-jurnal atau
buku-buku yang mengulas mengenai Cinderella Complex secara gamblang. Hal
ini disebabkan karena belum banyak orang-orang yang meneliti mengenai
Cinderella Complex dan menuangkannya dalam bentuk tulisan. Selain itu, cukup
52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sulit bagi peneliti untuk menemukan aspek-aspek yang mempengaruhi stereotipe
gender karena banyak buku dan jurnal yang peneliti baca hanya menjabarkan
definisi dari stereotipe gender. Populasi dan kerangka pengambilan sampel
penelitian tidak mencakup dari mahasiswi tiap-tiap fakultas yang ada di
Universitas
Sanata
Dharma.
Hal
tersebut
mengakibatkan
adanya
ketidakseimbangan dalam populasi sampel penelitian. Selain itu, ada ketidak
seimbangan antar aspek dalam struktur skala di penelitian ini.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, kesimpulan serta keterbatasan
penelitian, maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut:
1.
Bagi peneliti selanjutnya
Saran yang dapat peneliti berikan kepada peneliti selanjutnya
yang tertarik pada bidang ini adalah untuk melakukan penelitian dan
penggalian yang lebih dalam lagi khusus mengenai tema Cinderella
Complex. Hal ini dikarenakan peneliti menemukan sangat sedikit
penelitian-penelitian atau bahkan jurnal-jurnal yang membahas topik
mengenai Cinderella Complex.
2.
Bagi mahasiswi Sanata Dharma
Hendaknya mahasiswi terus menekan stereotipe gendernya
yaitu memiliki pandangan yang objektif terhadap peran jenis kelamin,
memberikan kesempatan yang sama antara laki-laki dan perempuan,
dan pembagian peran yang juga meliputi pembagian kerja yang
53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
seimbang antara laki-laki dan perempuan sehingga dapat menekan
Cindella Complex-nya.
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M., & Muhidin, S.A. (2011). Panduan praktis memahami
penelitian (Bidang sosial-administrasi-pendidikan). Bandung: Pustaka
Setia.
Anggriany, N., Astuti, Y.D. (2003). Hubungan antara pola asuh berwawasan
jender dengan cinderella complex. Psikologika. 16 (8). 41-51.
Arisamurti, Dhajeng Widya. (2009). Sikap terhadap stereotipe gender ( studi
pada suami yang beristri bekerja dan suami yang beristri tidak bekerja
pada budaya jawa). Skripsi: Universitas Sanata Dharma.
Azwar, S. (2004). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar,
S. (2012). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bachtiar,
Imelda dan Nani Nurrachman. (2011). Psikologi perempuan pendekatan
kontekstual indonesia. Jakarta: Universitas Atma Jaya.
Baron, A. Robert & Donn Byrne. (2005). Psikologi Sosial Jilid II. Jakarta:
Erlangga.
Creswell, J. W. (2012). Research design: pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan
mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dowling, Colette. (1992). Tantangan wanita modern. Jakarta: Erlangga.
Fakih, M. (2000). Analsis gender dan tranformasi sosial. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Goeritno, H., Suharsono, M., Arsitari, A. I. (2006). Sikap terhadap kekerasan
dalam pacaran ditinjau dari kemandirian wanita. Psikodimensia Kajian
Ilmiah Psikologi. 5 (1). 17-26.
Gumelar, Linda. (2012). Perempuan aset bangsa. Dipungut 6 Maret 2013, dari
http://matanews.com.
Hernawati, L. (2006). Meningkatkan kemampuan mengelola pikiran pada
mahasiswa. Psikodimensia. 5 (1). 77-96.
Hurlock, E. B. (1995). Adolescent development. New York: McGraw-Hill Book
Company.
55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hurlock, E. B. (1999). Psikologi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang
rentang hidup. Jakarta: Erlangga.
Indrastuti, A. Tyasning Hayu. (2007). Hubungan antara stereotipe gender dengan
atribusi dalam prestasi belajar. Skripsi: Universitas Sanata Dharma.
Lailatusifah, S. N. F. (2003). Kesadaran akan kesetaraan gender dan kepuasan
perkawinan pada suami istri pekerja ganda. Insight Jurnal Psikologi. 1(2).
52-61.
Pastika, Made Mangku. (2012). Wanita adalah aset bangsa. Dipungut 22
Desember 2012, dari http://metrobali.com/2012/12/22/gubernur-wanitaadalah-aset-pembangunan/
Perempuan Aset Pembangunan Bangsa. (2012). Dipungut 20 Desember 2012,
dari http://komisikepolisianindonesia.com/aneka/read/10998/perempuanaset-pembangunan-bangsa.html
Santoso, A. (2010). Statistik untuk psikologi: dari blog menjadi buku. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Santoso, A. (2012). Panduan lengkap SPSS Versi 20. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Santoso, R., Riyono, B. (2003). Perbedaan aspirasi karir antara wanita yang sudah
menikah dan yang belum menikah pada pegawai negeri sipil. Psikologika.
16(8). 52-59.
Santrock, John W. (2002). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup
Jilid II. (edisi ke-5). Jakarta: Erlangga.
Sarwono, J. (2012). Mengenal SPSS STATTISTIC 20: Aplikasi untuk Riset
Eksperimental. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Sarwono, S. Wiryawan. (2007). Psikologi remaja. Jakarta: Grafindo Persada.
Setyaningsih, Natalia Regina Devi. (2009). Studi deskriptif tentang androgenitas
pada mahasiswi Universitas Sanata Dharma. Skripsi: Universitas Sanata
Dharma.
Setyowati, R., Riyono,. B. (2003). Perbedaan Aspiras Karir antara Wanita yang
Sudah Menikah dan yang Belum Menikah Pada Pegawai Negeri Sipil.
Psikologika. 16 (8). 52-58.
Sugiyono. (2008). Statistika untuk penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Supratiknya, A. (2007). Kiat merujuk sumber acuan dalam penulisan karya
ilmiah. Yogyakarta: Penerbit USD.
Supratiknya, A. (2008). Tata tulis artikel ilmiah. Yogyakarta: Penerbit USD.
Supratiknya, A. (2014). Pengukuran psikologis. Yogyakarta: Penerbit USD.
Uyun, Q. (2002). Peran Gender dalam Budaya Jawa. Psikologika. 13(7). 32-42.
Wijayanti, I. (2003). Agresivitas dalam Sudut Pandang Stereotipe Gender.
Tabularasa Jurnal Psikologi. 1(2). 15-19.
57
Download