PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HUBUNGAN ANTARA STEREOTIPE GENDER DENGAN CINDERELLA COMPLEX PADA MAHASISWI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun oleh: Wieana Oktami 089114146 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 i PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI iii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HALAMAN MOTTO Ora et Labora iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HALAMAN PERSEMBAHAN Karyaku ini kupersembahkan untuk : Bapa di Surga Papa dan mama Dosen pembimbing akademis Dosen pembimbing skripsi Dan seluruh mahasiswi Psikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta v PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI vi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HUBUNGAN ANTARA STEREOTIPE GENDER DENGAN CINDERELLA COMPLEX PADA MAHASISWI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA Wieana Oktami ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara stereotipe gender dengan cinderella complex pada mahasiswi Sanata Dharma Yogyakarta. Stereotipe gender merupakan variabel bebas dan cinderella complex merupakan variabel tergantungnya. Subjek terdiri dari 208 orang mahasiswi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian skala stereotipe gender dan cinderella complex. Koefisien reliabilitas skala stereotipe gender adalah sebesar 0,843, sedangkan koefisien reliabilitas pada skala cinderella complex adalah sebesar 0,945. Analisis data menggunakan analisis korelasi Pearson Product Moment. Hasil analisis data menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara stereotipe gender dengan cinderella complex adalah sebesar 0,390 dengan taraf signifikan sebesar 0,000 (p < 0,05). Hasil analisis data tersebut menunjukkan bahwa hipotesis diterima, yaitu ada hubungan positif yang signifikan antara Stereotipe Gender dengan Cinderella Complex pada mahasiswi Universitas Sanata Dharma. Kata kunci: Stereotipe Gender, Cinderella Complex, Mahasiswi vii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI THE RELATIONSHIP BETWEEN STEREOTYPE GENDER AND CINDERELLA COMPLEX OF STUDENT AT SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA Wieana Oktami ABSTRACT This is a quantitative correlational research to examine the relationship between stereotype gender and cinderella complex of student at Sanata Dharma University Yogyakarta. Stereotype Gender is the independent variable and Cinderella Complex is the dependent variable. The subjects consist of 208 students at Sanata Dharma University Yogyakarta. Data was collected by filling the stereotype gender and cinderella complex scale. The reliability coefficient of stereotype gender scale was 0.843 and the reliability coefficient of cinderella complex scale was 0.945. Data analysis used Pearson Product Moment analysis. Data analyze showed the correlation coefficient between stereotype gender and cinderella complex is 0.390 with a significance level 0.000 (p < 0.05). Result showed that hypothesis is accepted. There was a significant positive correlation between stereotype gender and cinderella complex in student at Sanata Dharam University Yogyakarta. Keywords : Stereotype Gender, Cinderella Complex, Student viii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ix PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Baik atas penyertaan-Nya selama proses pengerjaan skripsi dengan judul Hubungan Antara Stereotipe Gender Dengan Cinderella Complex Pada Mahasiswi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sehinggal dapat diselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan, petunjuk, bantuan dan dukungan yang sangat berharga dari berbagai pihak yang membantu. Oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankan penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan terimakasih yang sedalamdalamnya kepada : . 1. Dr. T. Priyo Widianto,M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma 2. Ibu Ratri Sunar A., M.Si selaku Kepala Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma sekaligus Pembimbing Akademis penulis dari semester 10 sampai semester 12. 3. Prof. Dr. A. Supratiknya atas bimbingan, masukan, dan arahan dalam proses penulisan skripsi. 4. Ibu Carolina Sylvia, M.Si selaku Pembimbing Akademis penulis dari semester satu sampai semester sembilan. 5. Segenap Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, terima kasih atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan kapada penulis selama penulis menimba ilmu di Fakultas Psikolgi Universitas Sanata Dharma. x PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6. Seluruh staf Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma (Mas Gandung, Mbak Nanik, Mas Muji, Mas Doni, dan Pak Gi), terima kasih atas semua bantuan dan pelayanannya selama penulis menimba ilmu di Fakultas Psikologi Sanata Dharma. 7. Papa dan mama tersayang yang telah mendukung penulis, baik secara materi maupun moril. 8. Kak Wilma dan Dek Wimar yang sudah menjadi saudara yang baik dan menyenangkan. 9. Mamih Ruhyati dan Ama Lay Djin Hua di Surga, atas kasih sayang dan pengasuhan kepada penulis sedari kecil. 10. Decky, terima kasih karena mau menjadi kakak laki-laki sementara dan mau mendengarkan segala keluh kesahku. 11. Mas Dhe, atas ide dan bantuan dalam menemukan judul skripsi untuk penulis. 12. Sahabat “Kepompong” Kumal, Dawiyah, Ayu, dan Dinar yang telah menjadi tempat untuk berbagi suka dan duka selama 6 tahun (and still counting) ini. 13. Sinta Triyani, sahabat semenjak bangku SMA sampai sekarang. Terima kasih sudah menjadi sahabat yang baik selama ini. 14. Teman-teman Psikologi angkatan 2008 khususnya kelas D dan seluruh teman-teman Psikologi penulis dari berbagai angkatan atas dinamika yang telah berjalan selama masa studi. xi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15. Teman-teman Radio Masdha FM angkatan 2008, 2009, dan 2010 atas pengalaman yang telah dibagikan selama berproses bersama. 16. Teman kerja penulis di Unison Outbound Training: Mas Betet, Samira, Robet, Eko, Mas Koen, Dion, Plentonk Berta, Manik, Vita, Bonita, Ella, Keket, dan lain-lain atas canda tawa, ledekan, dan motivasi kepada penulis. 17. Teman kerja penulis di Larissa Aesthetic Center, terima kasih atas kesempatannya kepada penulis sehingga penulis bisa mengaktualisasikan diri. 18. Teman-teman DF Fitness: Oom Jimmy, Cance Niken, Mbak Rika, Mbak Dias, Mbak Winny, Mas Bob, Mas Wisnu, Mas Thole, Mbak Asih, Mbak Sari, Lydia, Riyoy, Oom Alim, Gagah, Oom Anton, Ricko. Terima kasih atas persaudaraan dan pertemanan selama setahun terakhir kepada penulis. 19. Kepada seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu dan telah membantu penulis baik dalam bentuk materi maupun moril dalam menyusun penelitian ini. 20. Last but not least, Yuda Sugara Setyawan. Terima kasih atas cinta, dukungan, kesabaran, kebersamaan, dan keutuhan yang diberikan. Yogyakarta, 6 Mei 2015 Penulis xii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING.................................. ii HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... iii HALAMAN MOTTO............................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................. v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...................................... vi ABSTRAK........................................................................................... vii ABSTRACT......................................................................................... viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH....................... ix KATA PENGANTAR.............................................................................. x DAFTAR ISI......................................................................................... xiii DAFTAR TABEL.................................................................................. xvi DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah.................................................................. 1 B. Rumusan Masalah......................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian.......................................................................... 7 D. Manfaat Penelitian......................................................................... 7 1. Manfaat teoritis................................................................... 7 2. Manfaat Praktis................................................................... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 9 A. Cinderella Complex...................................................................... 11 1. Pengertian Cinderlla Complex............................................... 11 2. Aspek Cinderella Complex.................................................... 13 xiii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI B. Stereotipe Gender........................................................................ 17 1. Pengertian Stereotipe Gender............................................. 17 2. Aspek-aspek Stereotipe Gender.......................................... 21 C. Hubungan antara Stereotipe Gender dan Cinderella Compex............ 25 D. Hipotesis.................................................................................... 27 BAB III METODOLOGI PENELTIAN................................................... 28 A. Jenis Penelitian........................................................................... 28 B. Identifikasi Variabel.................................................................... 28 C. Definisi Operasional.................................................................... 29 D. Subjek Penelitian........................................................................ 30 E. Metode & Alat Pengumpulan Data................................................ 31 F. Validitas, Reliabilitas, Seleksi Item............................................... 35 1. Validitas.......................................................................... 35 2. Seleksi Item..................................................................... 36 3. Reliabilitas....................................................................... 40 G. Metode Analisis Data................................................................... 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................. 42 A. Pelaksanaan Penelitian................................................................. 42 B. Deskripsi Subjek Penelitian.......................................................... 42 C. Statistik Deskriptif Data Penelitian................................................ 43 D. Uji Hipotesis Penelitian................................................................ 46 1. Uji Asumsi....................................................................... 46 2. Uji Hipotesis..................................................................... 47 E. Pembahasan................................................................................. 48 BAB V PENUTUP................................................................................. 52 xiv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI A. Kesimpulan................................................................................. 52 B. Keterbatasan Penelitian................................................................. 52 C. Saran.......................................................................................... 53 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 54 LAMPIRAN-LAMPIRAN....................................................................... 57 DAFTAR TABEL Tabel 1 Respon & Skor Item Favorable Variabel........................................ 32 Tabel 2 Respon & Skor Item Unfavorable Variabel..................................... 32 Tabel 3 Blueprint Cinderella Complex Sebelum Uji Coba............................ 33 Tabel 4 Blueprint Stereotipe Gender Sebelum Uji Coba............................... 34 Tabel 5 Blueprint Cinderella Complex Setelah Uji Coba.............................. 37 Tabel 6 Blueprint Stereotipe Gender Setelah Uji Coba................................. 39 Tabel 7 Rincian Jadwal Pelaksanaan Penelitian........................................... 42 Tabel 8 Sampel Subjek Penelitian............................................................. 43 Tabel 9 Deskripsi Data Penelitian............................................................. 44 xv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Skala Stereotipe Gender & Cinderella Complex Untuk Uji Coba... 57 Lampiran 2 Uji Reliabilitas Skala............................................................... 70 Lampiran 3 Skala Stereotipe Gender & Cinderella Complex Setelah Uji Coba.. 80 Lampiran 4 Uji Asumsi.............................................................................. 90 xvii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan sumber daya manusia, baik laki-laki maupun perempuan sangatlah penting dalam menghadapi persaingan global. Menurut data Departemen Tenaga Kerja pada tahun 2012, jumlah angkatan kerja perempuan yang berasal dari lulusan perguruan tinggi mencapai 1.700.587 orang, sedangkan angkatan kerja laki-laki yang berasal dari lulusan perguruan tinggi mencapai 2.694.617. Kondisi ini menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja perempuan dan laki-laki yang berasal dari perguruan tinggi di Indonesia memiliki selisih perbandingan yang sedikit (2009, www.depnakertrans.go.id). Menurut Menteri Pemberdayaan Anak dan Perempuan, Linda Gumelar (2012), jumlah perempuan Indonesia yang menempati hampir separuh penduduk Indonesia merupakan salah satu aset pembangunan bangsa yang patut untuk dikembangkan karena apabila perempuan Indonesia diberi kesempatan untuk mencapai penuh potensi penuh mereka, maka akan bisa meningkatkan perekonomian. Seiring dengan kemajuan pembangunan maka terbuka peluang dan kesempatan bagi perempuan untuk berpartisipasi (Setyowati dan Riyono, 2003). Seiring dengan berkembangnya kesempatan bagi perempuan untuk terlibat aktif dalam pembangunan dan mengaktualisasikan dirinya dalam berbagai kesempatan, muncul pula segudang tuntutan baru yang harus 1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mereka hadapi. Oleh karena itu, perempuan tidak lagi dapat mengandalkan orang lain yang dianggap lebih kuat sebagai sandaran, sebaliknya mereka dituntut untuk memiliki sikap yang otentik, jujur, bebas, dan mandiri. Bagi kaum perempuan, kemandirian merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditunda lagi. Kemandirian merupakan suatu sifat atau karakteristik kepribadian dan sifat itu tercermin dalam berbagai bentuk tindakan, seperti aktivitas diarahkan kepada diri sendiri, tidak mengharapkan pengarahan dari orang lain, dan memecahkan masalah tanpa meminta bantuan kepada orang lain (Bathia dalam Goeritno, dkk, 2006). Perempuan dituntut untuk mandiri agar perempuan menjadi otonom, bebas mengeluarkan pendapat, dan dapat memberikan kritik. Selain itu perempuan yang mandiri dapat lebih tangguh dalam menyesuaikan diri secara aktif dengan lingkungan sekitarnya. Tanpa kemandirian, usaha penyesuaian diri perempuan tidak mungkin berhasil untuk mempengaruhi dan menguasai lingkungan, bahkan akan dikuasai oleh lingkungan. Dengan kata lain, kemandirian juga merupakan salah satu modal dasar bagi perempuan dalam menentukan sikap dan perbuatan terhadap lingkungan sekitarnya. Pada faktanya tidak semua perempuan dapat mandiri dalam menjalani kehidupannya. Hal ini dapat saja membuat perempuan tersebut justru mengalami ketakutan akan kemandirian. Ketakutan perempuan akan kemandirian menurut Dowling dinamakan dengan istilah Cinderella Complex (dalam Santoso dkk, 2008). Anggriany dan Astuti (2003) 2 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mengatakan bahwa perempuan yang mengalami Cinderella Complex menunjukkan rendahnya kemandirian. Adapun gejala-gejala dari Cinderella Compex adalah mengharapkan pengarahan dari orang lain, kontrol diri eksternal, rendahnya harga diri, menghindari tantangan dan kompetisi, mengandalkan laki-laki, serta ketakutan kehilangan feminitas. Gejala Cinderella Complex juga dialami oleh mahasiswi. Melalui pengamatan dan wawancara penulis terhadap tujuh mahasiswi di salah satu universitas swasta di Yogyakarta yang dilakukan pada tanggal 21 Januari 2013 bertempat di rumah kos mahasiswi Yogyakarta dan di kampus, diketahui bahwa beberapa mahasiswi mengalami Cinderella Complex. Enam dari tujuh mahasiswi yang penulis wawancara, mengatakan bahwa mereka cenderung mengambil mata kuliah pilihan sesuai dengan pilihan kebanyakan teman, meskipun sebenarnya dirinya tidak terlalu menyukai mata kuliah tersebut. Di dalam mencari ide untuk pembuatan tugas, mahasiswi juga kurang berani untuk menuangkan idenya sendiri dan meminta beberapa teman untuk membantu mencarikan tema. Hal ini menginidikasikan bahwa ke-6 mahasiswi tersebut mengalami gejala Cinderella Complex pada aspek mengharapkan pengarahan dari orang lain. Gejala Cinderella Complex lain yang dialami mahasiswi adalah pada aspek kontrol diri eksternal. Penulis menemukan bahwa empat dari tujuh mahasiswi memiliki keyakinan bahwa keberhasilannya dalam menjalani sesuatu merupakan buah hasil dari bantuan orang lain dan bukan 3 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI berasal dari kemampuan sendiri. Mahasiswi tersebut juga mudah merasa puas pada hasil yang dicapainya tanpa mau meningkatkan upaya agar memperoleh hasil yang lebih baik lagi. Penulis juga menemukan bahwa ketujuh mahasiswi yang penulis wawancara memiliki ketergantungan dengan sang pacar, misalnya dalam melakukan kegiatan sehari-hari seperti berangkat kuliah atau pergi ke tempat lain, makan di warung makan dan keperluan lainnya, sering kali meminta diantar sang pacar. Tidak jarang mahasiswi dibantu sang pacar dalam mengerjakan tugas-tugas kuliahnya. Mahasiswi juga mengalami ketakutan jika ditinggal atau diputus oleh pacarnya dengan alasan selama hidup merantau di Yogyakarta, sudah terbiasa tergantung dengan pacarnya dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Hal ini termasuk dalam aspek Cinderella Complex yaitu, pada aspek mengandalkan laki-laki. Selain tergantung dengan pacarnya, mahasiswi tersebut juga tergantung dengan teman kos atau teman kuliah lainnya. Terlebih sesama teman merantau yang hidup di dalam satu kos, mahasiswi dalam menjalani kegiatan harian saling ketergantungan satu sama lain. Hal ini ditunjukkan dengan adanya ketika akan pergi makan di warung, jika pacar tidak berada di rumah kos, maka mahasiswi tersebut menunggu teman kos lainnya yang akan pergi ke warung makan juga. Meskipun mahasiswi tersebut sudah merasa lapar, tetapi tetap saja menunggu teman yang akan pergi. Mahasiswi melakukan hal tersebut dengan alasan dirinya memiliki ketakutan jika pergi sendirian dan terjadi sesuatu di jalan maka dirinya 4 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI merasa tidak mampu menghadapinya. Hal ini termasuk dalam aspek Cinderella Complex yaitu, pada aspek rendahnya harga diri. Adanya fenomena ketergantungan pada mahasiswi tersebut dapat dikatakan bahwa mahasiswi menunjukkan gejala yang ditemukan pada sindrom Cinderella Complex. Hal ini sesuai dengan pendapat Dowling (dalam Anggriany dan Astuti, 2003) yang mengatakan bahwa ketergantungan secara psikologis pada perempuan di mana terdapat keinginan yang kuat untuk dirawat dan dilindungi laki-laki dikenal dengan istilah Cinderella Complex. Sifat kewanitaan sebenarnya adalah hasil pemupukan masyarakat melalui sistem pendidikan, praktek pengasuhan, keadaan keluarga, dan jenis kelamin akan mempengaruhi kematangan sosial anak. Lebih lanjut Dowling (dalam Santoso dkk, 2008) mengatakan bahwa perempuan digambarkan seperti perempuan-perempuan bertopeng yang menunjukkan keperkasaannya sedangkan jauh di lubuk hatinya tetap ingin bergantung pada orang lain terutama laki-laki. Cinderella complex dianggap sebagai kekuatan paling utama yang melumpuhkan perempuan dewasa. Hal ini disebabkan oleh persepsi untuk menjadi perempuan yang ideal adalah perempuan yang feminin dan tidak mandiri. Bem (dalam Santoso dkk, 2008) menyatakan bahwa maskulinitas berkaitan dengan kebebasan dan kemandirian, sedangkan feminitas berkaitan dengan pemeliharaan. Perbedaan maskulin dan feminin ini yang menjadikan adanya stereotip gender dalam masyarakat. Unger dan 5 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Crawford (dalam Wijayanti, 2003) menyatakan bahwa Stereotip Gender adalah sifat-sifat yang diyakini dimiliki oleh laki-laki dan perempuan dalam diri individu tersebut. Feldman (dalam Uyun, 2002) menambahkan bahwa harapan tentang perempuan dan laki-laki berbeda secara signifikan. Laki-laki lebih dipandang sebagai individu yang mempunyai sifat seperti kebebasan, kemandirian, objektivitas, dan kompetitif. Perempuan cenderung dilihat sebagai individu yang mempunyai sifat seperti kehangatan, ekspresif, kehalusan, dan kesadaran akan perasaan orang lain. Perbedaan feminim dan maskulin ini yang menjadikan adanya persepsi Stereotipe Gender di tiap individu. Menurut Santoso (2008), masyarakat mengenal peran gender berdasarkan stereotipe dan umumnya dapat diterima secara luas. Beberapa pendapat mengenai pria dan wanita sudah memasyarakat dan dipertahankan. Stereotipe tentang perempuan dengan segala atribut kelemahan, ketergantungan, dan keterbatasannya membuat posisi perempuan tidak diuntungkan. Wanita juga diposisikan sebagai seseorang yang kurang mandiri dalam menghadapi tentangan-tantangan kehidupannya. Dan pada akhirnya, wanita takut untuk mandiri karena akan kehilangan feminitasnya. Mengacu pada uraian di atas dapat diketahui bahwa yang akan menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah stereotip gender. Alasan pemilihan variabel bebas tersebut didasarkan pada kasus seperti yang tertera di atas, yaitu mahasiswi yang mengalami cinderella complex 6 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI juga memiliki anggapan bahwa kaum perempuan tidak masalah apabila dirinya memiliki ketergantungan dengan teman maupun pacarnya karena kaum perempuan memang memiliki sifat yang ingin dimanja dan diperhatikan. Hal tersebut merupakan sisi feminin dari sifat perempuan. Berdasarkan beberapa uraian di atas muncul pertanyaan pada diri peneliti, apakah ada hubungan antara stereotip gender dengan cinderella complex? Oleh karena itu, sekiranya perlu dilakukan penelitian mengenai hubungan antara kedua variabel tersebut. B. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan antara stereotip gender dengan Cinderella Complex? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetehui secara empirik hubungan antara stereotip gender dengan Cinderella Complex. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis diharapkan penelitian ini mampu memberikan sumbangan yang berguna bagi kajian Psikologi Perkembangan dan Psikologi Sosial yang berkaitan dengan masalah stereotip gender dan Cinderella Complex. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi perempuan mengenai cinderella complex yang dimiliki dalam 7 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kaitannya dengan stereotip gender. Selain itu agar dapat membantu perempuan untuk semakin memahami dinamika psikologis diri sendiri, sehingga memiliki pengendalian diri yang baik dan mampu hidup secara mandiri baik dalam lingkungan pertemanan maupun kerja nantinya. 8 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB II TINJAUAN PUSTAKA Mahasiswi dikatakan oleh Hernawati (2006) sebagai individu yang melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi yang diasumsikan berminat untuk mempelajari suatu bidang ilmu pengetahuan secara khusus. Mahasiswi pada umumnya berusia sekitar 18-25 tahun. Lebih lanjut Susetyo (2006) mengatakan bahwa mahasiswi merupakan salah satu komponen generasi muda memiliki ciri yang menarik, yaitu sedang kuat-kuatnya mengembangkan diri dengan belajar di Perguruan Tinggi, berkembang dalam budaya akademis yang kritis, asertif, terbuka, dan berorientasi pada prestasi. Dalam kesehariannya, mahasiswi harus bisa menjadi pribadi yang mandiri. Dengan kemandirian tersebut, mahasiswi akan mampu menjalani segala aktivitasnya dengan baik. Namun pada kenyataannya banyak mahasiswi yang masih bergantung dengan orang-orang yang ada di sekelilingnya untuk memabantu mereka dalam banyak hal. Hal ini sesuai seperti yang dikatakan oleh Dowling. Dowling mengatakan bahwa Cinderella Complex cenderung menyerang wanita yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Pada saat-saat itu ada keinginan untuk diselamatkan yang paling kuat menyerang (Dowling, 1981). Keinginan ingin diselamatkan ini dikarenakan mahasiswi-mahasiswi itu merasa takut untuk mandiri sehingga mereka membutuhkan pihak lain untuk membantunya saat mereka sedang mengalami permasalahan. 9 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lebih lanjut Dowling (dalam Santoso dkk, 2008) mengatakan bahwa perempuan digambarkan seperti perempuan-perempuan bertopeng yang menunjukkan keperkasaannya sedangkan jauh di lubuk hatinya tetap ingin bergantung pada orang lain terutama laki-laki. Cinderella complex dianggap sebagai kekuatan paling utama yang melumpuhkan perempuan dewasa. Hal ini disebabkan oleh persepsi untuk menjadi perempuan yang ideal adalah perempuan yang feminin dan tidak mandiri. Bem (dalam Santoso dkk, 2008) menyatakan bahwa maskulinitas berkaitan dengan kebebasan dan kemandirian, sedangkan feminitas berkaitan dengan pemeliharaan. Perbedaan maskulin dan feminin ini yang menjadikan adanya stereotip gender dalam masyarakat. Unger dan Crawford (dalam Wijayanti, 2003) menyatakan bahwa Stereotip Gender adalah sifat-sifat yang diyakini dimiliki oleh laki-laki dan perempuan dalam diri individu tersebut. Feldman (dalam Uyun, 2002) menambahkan bahwa harapan tentang perempuan dan laki-laki berbeda secara signifikan. Laki-laki lebih dipandang sebagai individu yang mempunyai sifat seperti kebebasan, kemandirian, objektivitas, dan kompetitif. Perempuan cenderung dilihat sebagai individu yang mempunyai sifat seperti kehangatan, ekspresif, kehalusan, dan kesadaran akan perasaan orang lain. Perbedaan feminim dan maskulin ini yang menjadikan adanya persepsi Stereotipe Gender di tiap individu. A. Cinderella Complex 1. Pengertian Cinderella Complex 10 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Pada tahun 1981, dalam bukunya yang berjudul The Cinderella Complex : Women Hidden Fear From In-dependence, Dowling mencetuskan istilah Cinderella Complex ini untuk yang pertama kalinya dan menjelaskan bahwa Cinderella Complex dicetuskan berdasarkan pengalaman pribadi. Setelah melakukan berbagai penyelidikan dan penelitian ternyata sindrom ini dialami oleh banyak perempuan. Bahkan sudah mendarah daging pada diri perempuan di seluruh dunia dan seluruh kebudayaan. Hanya saja perempuan sering kali tidak menyadarinya (Anggriany dan Astuti, 2003). Dowling (dalam Santoso,2008) mengatakan bahwa perempuan digambarkan seperti perempuan-perempuan bertopeng yang menunjukkan keperkasaannya sedangkan jauh di lubuk hatinya tetap ingin bergantung pada orang lain terutama laki-laki. Cinderella Complex dianggap sebagai kekuatan paling utama yang melumpuhkan perempuan dewasa. Hal ini disebabkan oleh persepsi stereotip untuk menjadi perempuan yang ideal adalah perempuan yang feminin dan tidak mandiri. Cinderella Complex diuraikan sebagai suatu keinginan tak sadar untuk dirawat orang lain, hal ini terutama semata pada suatu ketakutan kemandirian. Keadaan ini hampir selalu terjadi pada setiap wanita. Dowling (dalam Anggriany dan Astuti, 2003) mengatakan bahwa Cinderella Complex 11 adalah ketergantungan secara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI psikologis pada perempuan di mana terdapat keinginan yang kuat untuk di rawat dan dilindungi laki-laki, dan keyakinan bahwa sesuatu dari luarlah yang akan menolongnya. Sindrom ketakutan akan kemandirian ini merupakan kekuatan utama yang melumpuhkan perempuan, sehingga perempuan tidak berani memanfaatkan kekuatan otak dan kreativitas sepenuhnya. Cinderella Complex ditanamkan sejak masa kanak-kanak melalui proses belajar dari lingkungan. Sifat kewanitaan sebenarnya adalah hasil pemupukan masyarakat melalui sistem pendidikan, praktek pengasuhan, keadaan keluarga, dan jenis kelamin akan mempengaruhi kemasakan sosial anak. Berdasarkan uraian di atas mengenai pengertian mahasiswa dan Cinderella Complex maka dapat disimpulkan bahwa Cinderella Complex pada mahasiswi adalah ketergantungan secara psikologis pada individu (perempuan) yang berusia sekitar 18-25 tahun yang sedang mengembangkan diri dengan belajar di Perguruan Tinggi di mana terdapat keinginan yang kuat untuk dirawat dan dilindungi laki-laki, serta memiliki keyakinan bahwa sesuatu dari luarlah yang akan menolongnya, hal ini terjadi karena ada ketakutan akan kemadirian dalam diri perempuan. 2. Aspek-Aspek Cinderella Complex 12 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Berdasarkan teori Cinderella Complex yang diungkapkan oleh Dowling (1981), aspek-aspek dari Cinderella Complex dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Rasa rendah diri Pada diri perempuan terdapat kurangnya harga diri. Akibatnya sering kali menekan inisiatif dan membuang aspirasinya. Hal ini terkait juga dengan perasaan tidak aman yang sangat mendalam serta ketidakpastian mengenai kemampuan serta nilai diri mereka. Kurangnya harga diri berkaitan erat dengan kecemasan, perasaan lemah, dan tidak mampu. Rasa rendah diri ini seringkali membuat wanita meragukan kemampuannya dalam menjalankan suatu tugas. Rasa rendah diri juga berkaitan dengan emosi wanita. Wanita yang memiliki perasaan rendah diri nampak pada perasaan tidak mampu (pesimis), seperti perasaan cemas atau panik ketika menghadapi sesuatu yang baru, ketika berbicara di depan orang banyak, atau dalam suatu kesulitan. Perasaan tidak mampu tersebut kemudian dapat mempengaruhi segi kognitif sehingga wanita memiliki anggapan bahwa ia adalah orang yang tidak berguna dan memiliki banyak kekurangan. b. Ketakutan kehilangan feminitas 13 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Kaum perempuan diserang kepanikan gender, yakni ketakutan bahwa kesuksesan dan kemandirian ketikan bekerja adalah tidak feminim. Perempuan takut akan kehilangan karakteristik sebagai individu yang penuh kasih sayang, berbudi halus, hangat, kalem, dan suka berhati-hati. Akibatnya jika bekerja, motivasinya bukan karena rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri melainkan karena krisis atau keterpaksaan. Selain itu, motivasi untuk mengikuti programprogram peningkatan karir sangat rendah. Perempuan kehilangan kapasitas untuk bekerja produktif, bertindak orisinil, penuh semangat dan penuh komitmen. Tugas-tugas hanya dilakukan sebagai kebiasaan yang bersifat mekanis. c. Kontrol diri eksternal Aspek ini terlihat ketika perempuan mendapatkan keberhasilan dirinya berhenti pada titik tertentu dan tidak ingin meraih keberhasilan yang lebih jauh lagi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan cenderung mengatribusikan atau melekatkan keberhasilan kepada sumber-sumber luar, misalnya soal keberuntungan. Selain itu cenderung merasa tidak mempunyai kontrol untuk memecahkan masalah sendiri atau untuk mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Kontrol diri eksternal ini berkaitan dengan kognisi wanita. Wanita dengan kontrol diri eksternal yang tinggi akan memiliki 14 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI keyakinan bahwa segala sesuatu yang diperolehnya, baik dalam bentuk keberhasilan atau kegagalan, disebabkan oleh faktor keberuntungan atau ketidakberuntungan semata. Keyakinan ini dapat mengurangi produktivitas wanita dalam bekerja dan dalam mengembangkan dirinya. d. Mengharapkan pengarahan dari orang lain Ketergantungan yang dialami kaum wanita telah mematikan inisiatif dan orisinalitasnya. Akibatnya wanita selalu ragu-ragu dalam bertindak. Sesuatu hal dapat dikerjakan apabila sudah mendapatkan pengesahan secara sosial. Tindakan atau keputusan akan diambil apabila sudah melalui tahap meminta pendapat atau pengarahan dari orang lain. Rasa rendah diri juga membuat wanita meragukan kemampuannya. Akibatnya wanita cenderung bersikap dan berperilaku pasif seperti ketidakinginan untuk mengatasi suatu masalah atau mengambil keputusan sendiri. Di samping itu, Dowling (1981) juga mengungkapkan bahwa wanita sulit untuk mengambil inisiatif yang bertujuan untuk memajukan dan mengembangkan dirinya. Perilaku pasif ini tampak ketika wanita tidak ingin mengahadapi suatu pekerjaan yang sulit dan berisiko besar, seperti persaingan antar teman, namun lebih menyukai pekerjaan yang mudah dan beresiko kecil, tidak menyukai perubahan hidup, cenderung tidak asertif dalam 15 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menghadapi tantangan untuk mengembangkan diri, dan lebih mengutamakan keterikatan emosional dengan keluarganya daripada karir dan pekerjaan. e. Menghindari tantangan dan kompetisi Hal ini terkait dengan faktor emosional seperti takut salah, merasa tidak enak dengan teman, tidak bersemangat, kurangnya optimisme dalam hidup yang seringkali menghalangi kompetensi mereka untuk menghadapi ketakutan, persaingan, dan terus maju menghadapi segala rintangan. Sumber dilema sesungguhnya bukan berasal dari faktor kemampuan atau intelegensi tetapi lebih berdasarkan pada faktor non intelegentif. Kondisi ini menyebabkan wanita menghindari tantangan dan kompetisi. f. Mangandalkan orang lain, terutama pria Berkaitan dengan kepasifan yang ada di dalam dirinya, wanita cenderung memiliki perilaku untuk mengandalkan orang lain dalam menghadapi suatu kesulitan, seperti meminta suatu pendapat atu dukungan dalam mengambil keputusan atau dalam mengatasi suatu masalah. Selain itu, ketergantungan dan kurangnya pengalaman membuat wanita takluk dan mengandalkan pria baik sebagai pelindungnya maupun secara ekonomis. Wanita berani melakukan sesuatu jika ada pria yang menyertai dan 16 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI merestuinya. Tanggung jawab secara ekonomis dan pemimpin dibebankan pada pria. Setiap kali wanita menghadapi hidup yang semakin berat, kemungkinan menyerah dan masuk ke dalam perlindungan pria selalu ada. Hal ini mengurangi kuatnya keinginan untuk bertahan mandiri. Wanita cenderung berkembang menjadi pribadi yang tergantung pada pria baik secara ekonomis maupun psikologis. Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa aspek-aspek dari Cinderella Complex meliputi rasa rendah diri, ketakutan kehilangan feminitas, kontrol diri eksternal, mengharapkan pengarahan dari orang lain, menghindari tantangan dan kompetisi, serta mengandalkan orang lain, terutama pria. Aspek-aspek tersebut nantinya yang akan dijadikan sebagai dasar penyusunan alat ukur. B. Stereotip Gender 1. Pengertian Stereotip Gender Stereotip adalah keyakinan-keyakinan yang dipegang secara luas bahwa seseorang memiliki ciri-ciri tertentu yang disebabkan oleh keanggotaan mereka dalam suatu kelompok tertentu (Masumoto, 1994). Stereotip juga merupakan gambarangambaran yang ada dalam pikiran orang mengenai sifat khas dari suatu kelompok dan etnis khusus. Stereotip mengenai kelompok khusus tertentu biasanya dibentuk oleh orang-orang 17 yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI bersangkutan berdasarkan bukti-bukti yang tidak lengkap atau berdasarkan pengetahuan yang sedikit sekali. Dengan demikian gambaran tersebut merupakan suatu over generalization mengenai sifat-sifat khas orang tertentu (Sadli dalam Sumiarni, 2004). Stereotip juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: gender, status sosial, dan budaya (Matlin, 1993). Hoyenga & Hoyenga (dalam Lailatushifah, 2003) mengatakan bahwa gender mengarah pada bagaimana seseorang menyebut dirinya sebagai maskulin atau feminin yang dipenaguruhi oleh konsep sosial, budaya, dan struktur masyarakat. Konsep gender membedakan karakteristik antara pria dan perempuan secara sosial budaya. Lebih lanjut Peter dkk (dalam Sumiarni, 2004) berpendapat bahwa gender dapat didefinisikan sebagai karakteristik sosial yang diberikan kepada perempuan dan pria. Karakteristik sosial ini merupakan hasil perkembangan sosial dan budaya sehingga tidak bersifat permanen maupun universal. Berdasarkan karakteristik sosial ditetapkan peran untuk pria dan perempuan yang pantas. Unger dan Crawford (dalam Wijayanti, 2003) menyatakan bahwa stereotip gender adalah sifat-sifat yang diyakini dimiliki oleh laki-laki dan perempuan. Lebih lanjut Brannon (dalam Wijayanti, 2003) berpendapat bahwa stereotip gender adalah kepercayaan atau keyakinan tentang ciri-ciri dan karakterisktik 18 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI psikologis dari laki-laki dan perempuan, dalam hal ini keyakinan tentang maskulinitas bagi laki-laki dan feminitas bagi perempuan. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa stereotip gender adalah gambaran-gambaran yang ada di dalam pikiran seseorang mengenai sifat khas dari karakteristik psikologis antara pria dan perempuan secara sosial budaya, dalam hal ini keyakinan tentang maskulinitas bagi laki-laki yang menganggap bahwa laki-laki sebagai kaum yang superior yaitu sosok inidividu yang kuat, tegar, pemimpin perempuan, dan feminitas bagi perempuan yang menanggap bahwa perempuan sebagai kaum yang inferior yaitu individu yang lembut, sabar, dan tidak boleh menentang laki-laki. Mayoritas masyarakat masih tetap bertahan pada keyakinan bahwa wanita adalah makhluk yang lemah. Pria digambarkan sebagai makhluk yang superior sedangkan wanita digambarkan sebagai makhluk yang inferior. Tekanan ini, yang lebih kuat pada pria daripada wanita, berasal dari orangtua, saudara kandung yang sama jenisnya, teman sebaya, dan orang dewasa. Menurut Hartley, spesifik stereotipe peran gender tertanam pada pria dan wanita pada usia 7 dan 11 tahun (Hurlock, 2005). Berbicara mengenai stereotip gender, tidak bisa melepaskan diri dari apa yang dinamakan peran gender. Peran gender merupakan harapan agar orang berperan sesuai dengan jenis 19 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kelaminnya, bahwa laki-laki akan berperilaku maskulin dan perempuan berperilaku feminin (Deauz dalam Wijayanti, 2003). Hoyenga & Hoyenga (dalam Lailatushifah, 2003) menambahkan bahwa menurut idiologi gender, laki-laki dan perempuan diharapkan memegang peran tertentu yang berbeda, yakni laki-laki adalah sosok individu yang kuat, tegar, dan pemimpin perempuan, sedangkan perempuan adalah individu yang lembut, sabar, dan tidak boleh menantang laki-laki. Hal tersebut tidak dapat dilepaskan dari faktor sosial budaya. Salah satu budaya yang cukup kental yang ada di Indonesia adalah budaya Jawa. Sistem patriarkhis masyarakat Jawa pada abad 18, telah melahirkan ungkapan-ungkapan yang dianggap menyiratkan inferiotitas wanita Jawa (Fakih, 2000). Ungkapanungkapan seperti kanca wingking, swarga nunut neraka katut, wanita hanya mengurus dapur, wanita hanya bergantung pada suami, menegaskan bahwa wanita Jawa tampak menduduki struktur bawah. Kuatnya konsepsi tersebut dalam budaya Jawa, menimbulkan perlakuan-perlakuan yang dianggap membatasi ruang gerak wanita, seperti halnya konsep pingitan, yaitu melarang wanita untuk bebas beraktivitas. Hal tersebut juga digambarkan oleh Darwin dan Tukiran (2001), bahwa sosok lelaki ideal dalam imajinasi orang Jawa adalah lelananging jagad yang sakti, tampan, dan banyak istri, 20 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI seperti Arjuna, tokoh Pandawa dalam pewayangan, yang selalu menang di setiap medan perang, dan selalu memenangkan hati setiap dewi. Lelaki ideal dalam imajinasi orang Jawa adalah memiliki benggol (uang) dan bonggol (kejantanan seksual). Posisi perempuan adalah milik laki-laki, sejajar dengan bondo (harta), griyo (istana), turonggo (kendaraan), kukilo (burung atau binatang peliharaan), dan pusoko (senjata, kesaktian). Penguasaan terhadap perempuan merupakan simbol kejantanan seorang laki-laki, sebaliknya ketundukan, ketergantungan, dan kepasrahan perempuan terhadap laki-laki adalah gambaran kemuliaan hati seorang perempuan Jawa. Gambaran tersebut meskipun dikatakan sebagai imajinasi, tetapi sering dijadikan falsafah bagi orang Jawa dalam memandang perempuan. Individu yang tidak terpangaruh pada stereotipe gender di kategorikan sebagai Androgini. Menurut Bem (1974), Androgini adalah tingginya kehadiran maskulin dan feminin yang diinginkan pada suatu individu secara bersamaan. Individu semacam ini berperilaku fleksibel sehingga secara mental lebih sehat daripada individu maskulin atau feminin saja. Menurut Bem (dalam Galliano, 2003), androgini merupakan sifat yang mengabaikan tuntutan masyarakat tentang peran gender dan stereotipe gender. 2. Aspek-Aspek Stereotip Gender 21 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Naffziger dan Naffziger (dalam Hurlock, 1978) mengatakan bahwa stereotip gender mempunyai beberapa aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif. Penjelasan dari masing-masing aspek adalah sebagai berikut: a. Aspek kognitif Aspek kognitif meliputi persepsi, anggapan, dan harapan orang yang berasal dari kelompok jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Persepsi, anggapan, dan harapan ini sederhana dan seringkali kurang berdasar serta terkadang sebagian dari hal-hal tersebut tidak akurat tetapi tetap dipertahankan kuat-kuat oleh banyak orang. Adapun ciri-ciri feminin dan maskulin pada aspek kognitif menurut masyarakat yang ada di Indonesia menurut Nuryoto (2003) secara khusus tertera dalam tabel berikut ini : Feminin Maskulin Sangat subjektif Sangat objektif Mudah terpengaruh Tidak mudah Sulit mengambil terpengaruh keputusan Mudah mengambil Tidak suka spekulasi keputusan Suka berspekulasi 22 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b. Aspek afektif Aspek afektif meliputi sikap ramah maupun tidak ramah secara umum terhadap objek sikap dan berbagai perasaan sikap serta berbagai perasaan spesifik yang memberi warna emosional pada sikap tersebut. Perasaan ini dapat berupa kekaguman dan simpati atau rasa superior, iri hati, dan rasa takut. Adapun ciri-ciri feminin dan maskulin pada aspek afektif menurut masyarakat yang ada di Indonesia menurut Nuryoto (2003) secara khusus tertera dalam tabel berikut ini : Feminin Maskulin Tidak agresif Sangat agresif Emosional Tidak emosional Mudah tersinggung Tidak mudah Kurang percaya diri tersinggung Membutuhkan rasa Sangat percaya aman diri Tidak begitu membutuhkan rasa aman 23 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI c. Aspek konatif Aspek konatif meliputi anggapan mengenai apa yang harus dilakukan berkaitan dengan kelompok jenis kelamin yang bersangkutan dan dengan anggota tertentu kelompok tersebut. Stereotip gender yang ada memunculkan adanya anggapan bahwa anggota kelompok seks laki-laki harus bertanggungjawab atas tugas-tugas yang menuntut kekuatan fisik, dan bahwa anggota seks perempuan harus dilindungi dari setiap tanggungjawab yang mungkin membahayakan kondisi fisik mereka yang lemah. Adapun ciri-ciri feminin dan maskulin pada aspek konatif menurut masyarakat yang ada di Indonesia menurut Nuryoto (2003) secara khusus tertera dalam tabel berikut ini : Feminin Maskulin Tergantung Tidak tergantung Tidak kompetitif Sangat kompetitif Pasif Aktif Suka dipimpin Suka memimpin Suka dilindungi Suka melindungi Dari keseluruhan uraian di atas dapat dilihat bahwa adanya stereotip gender menimbulkan adanya perbedaan perlakuan yang 24 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI diterima laki-laki dan perempuan yang lebih menguntungkan lakilaki daripada perempuan. Stereotip gender terdiri dari tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif yang akan digunakan dalam pembuatan skala stereotip gender. C. Hubungan Stereotip Gender dengan Cinderella Complex pada Mahasiswi Superioritas kaum laki-laki menjadikan kaum perempuan selalu dalam posisi lemah dan tidak berdaya. Ketidakberdayaan dalam diri kaum perempuan ini memicu berbagai perasaan negatif seperti inferior, tergantung, pasrah, dan kurang inisiatif (Goeritno, dkk., 2006). Ketergantungan dan ketidakberdayaan di atas menunjukkan adanya sindrom Cinderella Complex yang dialami oleh kaum perempuan. Hal ini sesuai dengan pendapat Dowling ( dalam Anggriany dan Astuti, 2003) yang mengatakan bahwa perempuan yang mengalami Cinderella Complex menunjukkan rendahnya kemandirian yang ditunjukkan dengan rendahnya harga diri, mengharapkan pengarahan dari orang lain, dan mengandalkan laki-laki. Dowling (dalam Santoso dkk, 2008) mengatakan bahwa perempuan digambarkan seperti perempuan-perempuan bertopeng yang menunjukkan keperkasaannya sedangkan jauh di lubuk hatinya tetap ingin bergantung pada orang lain terutama laki-laki. Hal ini disebabkan oleh persepsi stereotip untuk menjadi perempuan yang ideal adalah perempuan 25 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI yang feminin dan tidak mandiri. Bem (dalam Santoso dkk, 2008) menyatakan bahwa maskulinitas berkaitan dengan kebebasan dan kemandirian, sedangkan feminitas berkaitan dengan pemeliharaan. Perbedaan maskulin dan feminin ini yang menjadikan adanya stereotip gender dalam masyarakat. Hoyenga & Hoyenga (dalam Lailatushifah, 2003) mengatakan bahwa laki-laki dan perempuan diharapkan memegang peran tertentu yang berbeda, yakni laki-laki adalah sosok individu yang kuat, tegar, pemimpin perempuan, sedangkan perempuan adalah individu yang lembut, sabar, dan tidak boleh menentang laki-laki. Laki-laki dan perempuan diharapkan memegang peran yag berbeda, meskipun kadang-kadang perbedaan yang dikehendaki kurang tepat. Mengacu pada beberapa pendapat di atas maka dapat dikatakan bahwa peran gender seperti maskulin dan feminin nampaknya lebih menguntungkan pada gender laki-laki. Berdasarkan peran gender tersebut mengakibatkan adanya timpang gender atau ketidakadilan gender yang pada akhirnya akan memberikan stereotip tersendiri terhadap gender tersebut. Mahasiswi yang memiliki stereotip gender yang kuat yaitu menganggap dirinya sebagai kaum perempuan merupakan kaum yang lemah yang ingin mendapat perlindungan laki-laki dan kemampuan yang dimiliki lebih rendah dari kaum laki-laki, sehingga mahasiswi tersebut kurang percaya kepada kemampuan yang dimiliki dan kurang memiliki 26 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI harga diri. Akibatnya dalam menjalani kehidupannya dan mengahadapi masalah yang menimpa cenderung mengharapkan arahan dari orang lain, dan dalam menyelesaikan masalah tersebut cenderung mengandalkan lakilaki. Dengan kata lain, mahasiswi yang memiliki stereotip gender tinggi akan memiliki cinderella complex yang tinggi pula. Berbeda dengan mahasiswi yang memiliki stereotip gender yang lemah, dirinya menganggap bahwa kaum perempuan dan laki-laki memiliki kemampuan fisik dan intelektual yang sama baiknya, sehingga mahasiswi tersebut merasa lebih percaya diri terhadap kemampuannya dalam menyelesaikan masalah tanpa harus bergantung kepada pacar atau temannya. Akibat yang lebih jauh lagi adalah mahasiswi memiliki harga diri yang baik dan dalam menghadapi masalah tidak terlalu mengharapkan arahan orang lain, atau dapat dikatakan bahwa Cinderella Complex mahasiswi tersebut tergolong rendah. D. Hipotesis Berdasarkan pada analisa teoritik yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disusun hipotesis penelitian yaitu: Ada hubungan positif antara stereotip gender dengan Cinderella Complex pada mahasisiwi. Semakin kuat stereotip gender yang dimiliki maka akan semakin tinggi Cinderella Complex, demikian juga sebaliknya. 27 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian Kuantitatif Korelasional dengan metode survey yang bertujuan untuk menguji teori yang menghubungkan variabel bebas dengan variabel tergantung (Creswell, 2009). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara Cinderella Complex dengan Stereotipe Gender pada mahasiswi. B. IDENTIFIKASI VARIABEL Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Variabel Tergantung : Cinderella Complex 1. Rasa Rendah Diri 2. Ketakutan Kehilangan Feminitas 3. Kontrol Diri Eksternal 4. Mengharapkan Pengarahan dari Orang Lain 5. Menghindari Tantangan dan Kompetisi 6. Mengandalkan Laki-laki Variabel Bebas : Stereotipe Gender 1. Aspek Kognitif 2. Aspek Afektif 3. Aspek Konatif 28 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI C. DEFINISI OPERASIONAL Definisi operasional dalam penelitian ini terdiri dari definisi Cinderella Complex dan Stereotipe Gender. Definisi operasional variabelvariabel dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Cinderella Complex Cinderella Complex adalah ketergantungan secara psikologis pada perempuan di mana terdapat keinginan yang kuat untuk dirawat dan dilindungi laki-laki, serta memiliki keyakinan bahwa sesuatu dari luar dirinyalah yang akan menolongnya dan hal tersebut terjadi karena ada ketakutan akan kemandirian pada perempuan. Cinderalla Complex memiliki 6 aspek, yaitu: Rasa Rendah Diri , Ketakutan Kehilangan Feminitas, Kontrol Diri Eksternal, Mengharapkan Pengarahan dari Orang Lain, Menghindari Tantangan dan Kompetisi, dan Mengandalkan Orang Lain, terutama Pria. Dalam penelitian ini Cinderella Complex diukur melalui tinggi rendahnya nilai yang diperoleh dari skala Cinderella Complex yang disusun peneliti dengan mengacu pada aspek-aspek Cinderella Complex yang diungkapkan oleh Collette Dowling. Semakin tinggi skor Cinderella Complexnya semakin tinggi kecenderungan Cinderella Complex pada subjek. 29 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Stereotipe Gender Stereotipe gender adalah gambaran-gambaran yang ada dalam pikiran seseorang mengenai sifat khas dari karakteristik psikologis antara pria dan wanita secara sosial budaya. Stereotipe gender memiliki 3 aspek, yaitu: Aspek kognitif, Aspek afektif, dan Aspek Konatif.Dalam penelitian ini Stereotipe Gender diukur melalui tinggi rendahnya nilai yang diperoleh dari skala Stereotipe Gender yang disusun peneliti dengan mengacu pada aspek-aspek Stereotipe Gender yang diungkapkan oleh Hurlock. Semakin tinggi skor Stereotipe Gendernya maka semakin tinggi juga kecenderungan Stereotipe Gender pada subjek. D. SUBJEK PENELITIAN Pemilihan subjek penelitian ini dilakukan dengan cara Purposive Sampling. Teknik ini adalah teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan memilih subjek berdasarkan ciri-ciri dan kriteria yang sudah ditetapkan. Berdasarkan hal tersebut maka kriteria subjek penelitian ini adalah: 1. Subjek berjenis kelamin wanita. 2. Subjek merupakan mahasiswi yang berusia 18 sampai 24 tahun. 3. Subjek merupakan mahasiswi Universitas Sanata Dharma. 30 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI E. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA Metode yang digunakan peneliti untuk pengumpulan data penelitian ini adalah metode survei dengan alat ukur berbentuk skala yang diisi oleh subjek. Penelitian ini menggunakan dua skala yaitu skala Cinderella Complex dan Stereotipe Gender. 1. Skala Cinderella Complex Skala ini mengukur tingkat sindrom Cinderella Complex yang ada pada mahasiswi yang disusun berdasarkan dari masing-masing keenam aspek yang ada. Skala Cinderella Complex terdiri dari 120 item pertanyaan yang dirancang untuk mengukur 6 aspek Cinderella Complex. Pemberian skor hanya didasarkan pada item favorable dan unfavorable. Skor tinggi mengindikasikan bahwa subjek memiliki kecenderungan sindrom Cinderella Complex dan skor rendah mengindikasikan bahwa subjek tidak memiliki kecenderungan sindrom Cinderella Complex. Pemberian skor pada skala gaya kelekatan adalah sebagai berikut: 31 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel 1. Respon dan skor item-item Favorable skala Cinderella Complex Respon Skor Sangat Setuju (SS) 4 Setuju (S) 3 Tidak Setuju (TS) 2 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Tabel 2. Respon dan skor item-item Unfavorable skala Cinderella Complex Respon Skor Sangat Setuju (SS) 1 Setuju (S) 2 Tidak Setuju (TS) 3 Sangat Tidak Setuju (STS) 4 32 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel 3. Blueprint skala Cinderella Complex sebelum uji coba: ITEM CINDERELLA N COMPLEX Favorable Unfavorable Rasa Rendah 1,3,5,7,9,16, 42,44,46,48,50, Diri 17,18,19,20 52,54,56,58,60 Jumlah 10 20 10 Ketakutan 2,4,6,8,10,11, 82,84,86,88,90, Kehilangan 12,13,14,15 92,94,96,98,100 20 Feminitas Jumlah 10 10 Kontrol Diri 21,23,25,27,29 103,104,107,108, Eksternal , 111,112,115,116 31,33,35,37,39 116,119,120 Jumlah 10 10 Mengharapka 22,24,26,28,30 101,102,105,106, n , 109,110,1,113,114 Pengharapan 32,34,36,38,40 , dari Orang 20 20 117,118 Lain Jumlah Menghindari 10 10 41,43,45,47,49 62,64,66,68,70,72, 33 20 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tantangan , 74,76,78,80 dan Kompetisi 51,53,55,57,59 Jumlah 10 10 Mengandalkan 61,63,65,67,69 81,83,85,87,89,91, Laki-laki 93,95,97,99 , 20 71,73,75,77,79 Jumlah 10 10 Jumlah Total 12 0 Tabel 4. Blueprint skala Stereotipe Gender sebelum uji coba ITEM STEREOTI JUMLA PE FAVORAB UNFAVORAB H ITEM GENDER LE LE Aspek 1,3,5,7,9,11, 2,4,6,8,10,12,14 Kognitif 13, , 15 16 Jumlah Aspek Afektif 8 8 37,38,39,40, 18,20,22,24,26, 41, 28, 52,53,54,55, 30,32,34,36 56 34 16 20 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Jumlah 10 10 Aspek 17,19,21,23, 43,44,45,46,47, Konatif 25, 48 27,29,31,33, 49,50,51 20 35 Jumlah 10 10 Jumlah 56 Total F. UJI VALIDITAS DAN UJI RELIABILITAS 1. Uji Validitas Validitas adalah kualitas esensial yang menunjukkan sejauh mana suatu ts sungguh-sungguh mengukur atribut psikologis yang hendak diukurnya (Supratiknya, 2014). Validitas lebih menekankan pada sejauh mana penafsiran hasil suatu tes sebagaimana dimaksudkan oleh tes yang bersangkutan sungguh-sungguh dapat dipertanggungjawabkan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan validitas isi untuk menguji validitas kedua skala. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau professional judgement yang dilakukan oleh dosen pembimbing. 35 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tindakan ini dilakukan untuk memastikan bahwa skala yang dibuat telah mencakup keseluruhan isi variabel yang akan diukur. 2. Pelaksanaan Uji Coba dan Analisis Item Uji coba skala penelitian dilakukan pada tanggal 6 Juni 2014 dengan total sampel 50 orang. Uji coba dilakukan di Universitas Sanata Dharma, Paingan, Yogyakarta kepada mahasiswi yang sesuai dengan dengan kriteria peneliti. Penyebaran dilakukan dengan mendatangi subjek, meminta kesediaan untuk mengisi kemudian memberi instruksi singkat tentang cara pengerjaan dan penelitian yang sedang dilakukan. Uji seleksi item dilihat melalui korelasi item total dengan pengukuran dengan SPSS for windows 16.00. Tujuan dari analisi item adalah memilih item-item yang akan membentuk sebuah skala yang bersifat homogen dan memiliki daya diskriminasi yang baik (Supratiknya. 2014). Pemilihan item yang sahih menggunakan batasan ≥ 0,20 karena item yang mencapai koefisien minimal 0,20 daya bedanya dianggap memuaskan. Item yang memiliki daya beda kurang dari 0,20 dinyatakan gugur (Azwar, 2012). 36 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Seleksi item pada skala Cinderella Complex menghasilkan 90 item yang sahih dari 120 item. Berikut penjabaran item-item yang gugur : Tabel 5. Blueprint Skala Cinderella Complex setelah Uji Coba JUMLA ITEM CINDEREL H LA Favorable COMPLEX Unfavorable ITEM SAHIH Rasa Rendah 1,3,5,7,9,16, 42,44,46,48,50, Diri 17,18,19,20 52,54,56,58,60 Jumlah 10 9 Ketakutan 2,4,6,8,10,11 82,84,86,88,90, Kehilangan , 92,94,96,98,10 Feminitas 12,13,14,15 0 Jumlah 7 6 Kontrol Diri 21,23,25,27, 103,104,107,10 Eksternal 29, 8, 31,33,35,37, 111,112,115,11 39 6, 19 13 17 119,120 Jumlah Mengharapka 9 8 22,24,26,28, 101,102,105,10 37 18 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI n 30, 6, Pengharapan 32,34,36,38, 109,110,113,11 dari Orang 40 4, Lain 117,118 Jumlah 8 10 Menghindari 41,43,45,47, 62,64,66,68,70, Tantangan 49, 72, dan 51,53,55,57, 74,76,78,80 Kompetisis 59 Jumlah Mengandalka 9 9 61,63,65,67, 81,83,85,87,89, n Orang Lain, 69, 91, terutama Pria 93,95,97,99 71,73,75,77, 18 6 79 Jumlah 3 3 Jumlah Total 91 *angka yang berwarna merah adalah item yang gugur Sedangkan untuk seleksi item pada skala Stereotipe Gender menghasilkan 42 item yang sahih dari 56 item. Item-item yang dinyatakan sahih meliputi 13 item sahih dari 16 item pada Aspek Kognitif, 16 item sahih dari 20 item pada Aspek Afektif, dan 13 item sahih dari 20 item pada Aspek Konatif. Berikut penjabaran item-item yang gugur: 38 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel 6. Blueprint Skala Stereotipe Gender setelah Uji Coba ITEM STEREOTI JUMLA PE FAVORAB UNFAVORAB H ITEM GENDER LE LE SAHIH Aspek 1,3,5,7,9,11, 2,4,6,8,10,12,14 13 Kognitif 13, , 15 16 Jumlah Aspek Afektif 6 7 37,38,39,40, 18,20,22,24,26, 41, 28, 52,53,54,55, 30,32,34,36 16 56 Jumlah 9 7 Aspek 17,19,21,23, 42,43,44,45,46 Konatif 25, 47,48,49,50,51 13 27,29,31,33, 35 Jumlah 5 Jumlah 8 42 Total *angka yang berwarna merah adalah item yang gugur. 39 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah konsistensi hasil pengukuran jika prosedur pengetesannya dilakukan secara berulangkali terhadap suatu populasi individu atau kelompok. Manfaat hasil pengukuran ditentukan oleh stabilitas kinerja individu atau kelompok yang sama yang dikenai tes (Supratiknya, 2014). Reliabilitas meliputi keterpercayaan, kestabilan dan konsistensi alat ukur. Rendahnya reliabilitas ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas (Azwar, 2004). Peneliti menggunakan analisis reliabilitas Alpha Cronbach melalui SPSS for windows 16.00. Koefisien reliabilitas berada dalam rentang 0,00 sampai 1,00. Jika angka koefisien reliabilitas semakin mendekati 1,00 maka reliabilitas semakin tinggi. Jika angka koefisien reliabilitas semakin mendekati 0,00 maka reliabilitas semakin rendah. Batasan suatu alat ukur bisa dikatakan reliable adalah jika alat ukur tersebut memiliki koefisien reliabilitas di atas 0, 600 (Azwar, 2012). Hasil penghitungan koefisien reliabilitas pada skala Cinderella Complex adalah 0,945 sebelum seleksi item kemudian menjadi 0,964 setelah seleksi item. Sedangkan untuk skala Stereotipe Gender hasil penghitungan koefisien 40 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI reliabilitas adalah 0,843 kemudian menjadi 0,849 setelah seleksi item. Nilai koefisian reliabilitas pada kedua skala menunjukkan bahwa kedua skala memiliki reliabilitas yang tinggi. G. METODE ANALISIS DATA Metode analisis data digunakan untuk mengelola data penelitian, menganalisis data penelitian dan melihat hubungan antar variabel penelitian. Metode analisis data ditentukan dengan Uji Normalitas dan Uji Linearitas. Dari kedua uji tersebut bisa ditentukan metode analisis yang tepat untuk menguji hipotesis. Jika data penelitian normal dan linear maka uji hipotesis bisa dilakukan dengan analisis korelasi Pearson Product Moment. Penghitungan dilakukan dengan SPSS for windows 16.00. Analisis ini digunakan untuk melihat hubungan antara Cinderella Complex dengan Stereotipe Gender. 41 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu yang pertama dengan cara mendatangi subjek satu persatu dan yang kedua dengan cara menyebar skala di dalam kelas seusai perkuliahan. Pengambilan data dilakukan di Universitas Sanata Dharma, Paingan. Skala yang dibagikan ada 240 skala dan 32 diantaranya dinyatakan gugur karena tidak memenuhi syarat penelitian sehingga jumlah keseluruhan subjek penelitian ada 208 subjek. Total pelaksanaan pengambilan data dilakukan selama 2 minggu, dengan perincian sebagai berikut: Tabel 7 Rincian Jadwal Pelaksanaan Penelitian No. 1. Tanggal Kegiatan 20 – 24 Oktober 2014 Penyebaran skala dengan mendatangi subjek secara langsung. 2. 27 Oktober 2014 Penyebaran skala di 3 kelas Biopsikologi. 3. 29 Oktober 2014 Penyebaran skala di 2 kelas PSP. 4. 30 Oktober 2014 Penyebaran skala di 1 kelas Konstruksi Test. B. Deskripsi Subjek Penelitian Pengambilan subjek penelitian dilakukan sesuai dengan kriteria yang sudah peneliti tetapkan, yaitu mahasiswi Sanata Dharma yang berusia dari 18 42 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tahun hingga 24 tahun. Kelompok subjek dalam penelitian ini memiliki rentang usia mulai dari 18-24 tahun. Dalam penelitian ini terdapat 208 orang subjek. Berikut tabel sampel subjek dalam penelitian: Tabel 8 Tabel Sampel Subjek Penelitian USIA Jumlah 18 19 20 21 22 23 Psikologi 65 35 42 18 17 8 185 Farmasi - 3 2 - - - 5 BK 3 - - - 1 - 4 P.MAT 1 - 7 2 2 - 12 TI - - 2 - - - 2 69 38 53 20 20 Jumlah C. Statistik Deskriptif Data Penelitian Statistik deskriptif berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2008). Deskripsi statistik data penelitian ini dihitung dengan bantuan SPSS 16.00. Statistik deskriptif dalam penelitian ini terangkum dalam tabel berikut: 43 208 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel 9 Deskripsi Data Penelitian Cinderella Complex Stereotipe Gender Teoritik Empirik Teoritik Empirik Minimum(Xmin) 56 82 20 27 Maximum(Xmax) 224 161 80 60 Mean( X ) 140 123,23 50 44,01 - 14,645 - 5,387 Standard Deviasi( ) Berdasarkan hasil penghitungan pada Tabel 9, dapat dilihat bahwa pada variabel Cinderella Complex diperoleh nilai Minimum teoritik sebesar 56 dan nilai Minimum empirik sebesar 82. Sedangkan untuk nilai Maximum teoritik adalah sebesar 224 dan nilai Maximum empirik adalah sebesar 161. Berdasarkan perhitungan skor maksimal dan skor minimal diperoleh mean teoretis sebesar 140 dan mean empirik sebesar 123,33 dengan standard deviasi sebesar 14,654. Dengan demikian, skor antara mean teoritis pada variabel Cinderella Complex lebih rendah daripada skor mean empirik. Hal itu menunjukan bahwa kecenderungan sindrom Cinderella Complex pada sampel subjek penelitian lebih rendah dibandingkan tingkat dengan teoretisnya. Kesimpulannya adalah kecenderungan sindrom Cinderella Complex pada mahasiswi Sanata Dharma tergolong rendah. 44 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Pada variabel stereotipe gender, dapat terlihat pada Tabel 9 bahwa diperoleh nilai Minimum teoritik sebesar 20 dan nilai Minimum empirik sebesar 27. Sedangkan untuk nilai Maximum teoritiknya adalah sebesar 80 dan nilai Maximum empiriknya adalah sebesar 60. Berdasarkan perhitungan skor maksimal dan skor minimal maka diperoleh mean teoritik sebesar 50 dan mean empirik sebesar 44,01 dengan standard deviasi sebesar 5,387. Dengan demikian, skor antara mean teoritik lebih rendah daripada mean empirik pada variabel stereotipe gender. Hal ini menunjukan bahwa tingkat stereotipe gender pada sampel subjek penelitian lebih rendah dibandingkan dengan teoretisnya. Kesimpulannya adalah tingkat stereotipe gender yang ada pada mahasiswi Sanata Dharma tergolong rendah. Dengan begitu maka dapat disimpulkan bahwa mean empirik pada variabel Cinderella Complex dan stereotipe gender lebih rendah dibandingkan dengan mean teoritik. Ini berarti skor pada stereotipe gender dan Cinderella Complex pada subjek penelitian lebih rendah daripada teoritisnya. Hal ini terjadi karena kemungkinan faking yang dilakukan oleh mahasiswi ketika mengisi skala penelitian. Menurut Dowling, wanita sering kali memakai topeng untuk menutupi kelemahan mereka agar terlihat mandiri di depan orang-orang. Padahal jauh di dalam lubuk hati mereka, mereka ingin sekali dirawat dan diselamatkan oleh orang-orang di sekitar mereka. 45 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI D. Uji Hipotesis Penelitian Sebelum melakukan uji statistik, dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian perlu dilakukan beberapa uji asumsi untuk menentukan teknik statistik yang tepat. Uji-uji asumsi dalam analisis ini adalah uji normalitas dan uji linearitas. Hasil uji asumsi tersebut akan dijabarkan seperti di bawah ini: 1. Uji Asumsi Penelitian a. Uji Normalitas Uji Normalitas adalah uji yang dilakukan untuk melihat normal atau tidaknya sebaran data yang berasal dari populasi (Santoso, 2010). Uji Normalitas dilakukan dengan menggunakan SPSS for Windows versi 16.00. Teknik yang digunakan adalah Uji Kormogorov-Smirnov, di mana apabila p < 0,05 maka data penelitian memiliki sebaran yang tidak normal, sedangkan apabila p > 0,05 maka data penelitian tersebut memiliki sebaran yang normal (Santoso,2010). Berdasarkan hasil Uji Normalitas pada penghitungan variabel Cinderella Complex didapatkan Z = 0,906 ; p > 0,05 ; maka sebaran data pada variabel Cinderella Complex adalah normal. Sedangkan untuk variabel stereotipe gender didapatkan Z = 1,295 ; p > 0,05 ; maka sebaran data pada variabel stereotipe gender adalah normal. 46 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b. Uji Linearitas Uji Linearitas digunakan untuk melihat hubungan antar variabel yang akan diteliti apakah memiliki pola yang lurus atau tidak (Santoso, 2010). Pola tersebut akan terlihat dari penaikan atau penurunan kuantitas satu variabel yang akan diikuti oleh penaikan atau penurunan kuantitas variabel lainnya (Santoso, 2010). Uji Linearitas dilakukan dengan Uji Test for Linearity di mana jika antar variabel memenuhi syarat probabilitas p < 0,05 maka hubungan antar variabel pada penelitian tersebut linear. Berdasarkan hasil penghitungan Uji Linearitas pada penelitian didapatkan hasil F = 0,000 ; p < 0,05 ; maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antar variabel bersifat linear. 2. Uji Hipotesis Setelah melakukan Uji Normalitas dan Uji Linearitas, maka dapat terlihat bahwa data penelitian terdistribusi dengan normal dan hubungan antar variabel menunjukan hubungan yang linear. Dari hasil tersebut, peneliti menggunakan Uji Statistik Parametrik, yaitu Uji Korelasi Pearson Product Moment dengan bantuan SPSS for Windows versi 16.0. Berdasarkan hasil penghitungan koefisien korelasi antara Cinderella Complex dengan stereotipe gender didapatkan hasil r = 0,352 ; maka korelasi antara kedua variabel tersebut dapat dikatakan cukup kuat dan bernilai positif (Sarwono, 2012) dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05) yang berarti hipotesis diterima. Dengan demikian dapat 47 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara stereotipe gender dengan Cinderella Complex. E. Pembahasan Berdasarkan hasil analasis data, dapat diketahui bahwa tingkat stereotipe gender dan Cinderella Complex pada mahasiswi Sanata Dharma tergolong rendah. Di samping itu, hasil analisis data membuktikan bahwa hipotesis diterima. Hal tersebut berarti ada hubungan positif yang signifikan antara stereotipe gender dengan Cinderella Complex pada mahasiswi Sanata Dharma. Semakin tinggi stereotipe gender yang dimiliki, maka akan semakin tinggi pula Cinderella Complex pada mahasiswi. Mahasiswi dikatakan oleh Hernawati (2006) sebagai individu yang melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi yang diasumsikan berminat untuk mempelajari suatu bidang ilmu pengetahuan secara khusus. Mahasiswi pada umumnya berusia sekitar 18-25 tahun. Lebih lanjut Susetyo (2006) mengatakan bahwa mahasiswi merupakan salah satu komponen generasi muda memiliki ciri yang menarik, yaitu sedang kuat-kuatnya mengembangkan diri dengan belajar di Perguruan Tinggi, berkembang dalam budaya akademis yang kritis, asertif, terbuka, dan berorientasi pada prestasi. Dalam kesehariannya, mahasiswi harus bisa menjadi pribadi yang mandiri. Dengan kemandirian tersebut, mahasiswi akan mampu menjalani segala aktivitasnya dengan baik. Namun pada kenyataannya banyak mahasiswi yang masih bergantung dengan orang-orang yang ada di sekelilingnya untuk 48 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI memabantu mereka dalam banyak hal. Hal ini sesuai seperti yang dikatakan oleh Dowling. Dowling mengatakan bahwa Cinderella Complex cenderung menyerang wanita yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Pada saat-saat itu ada keinginan untuk diselamatkan yang paling kuat menyerang (Dowling, 1995). Keinginan ingin diselamatkan ini dikarenakan mahasiswi-mahasiswi itu merasa takut untuk mandiri sehingga mereka membutuhkan pihak lain untuk membantunya saat mereka sedang mengalami permasalahan. Dowling (dalam Anggriany dan Astuti, 2003) mengatakan bahwa Cinderella Complex adalah ketergantungan secara psikologis pada perempuan di mana terdapat keinginan yang kuat untuk di rawat dan dilindungi laki-laki, dan keyakinan bahwa sesuatu dari luarlah yang akan menolongnya. Sindrom ketakutan akan kemandirian ini merupakan kekuatan utama yang melumpuhkan perempuan, sehingga perempuan tidak berani memanfaatkan kekuatan otak dan kreativitas sepenuhnya. Pada tahun 1981, dalam bukunya yang berjudul The Cinderella Complex: Womans Hidden Fear From In-dependence, Dowling mencetuskan istilah Cinderella Complex ini untuk pertama kalinya dan menjelaskan bahwa Cinderella Complex dicetuskan berdasarkan pengalaman pribadi. Setelah melakukan berbagai penyelidikan dan penelitian ternyata sindrom ini dialami oleh banyak perempuan. Bahkan sudah mendarah daging pada diri perempuan di seluruh dunia dan seluruh kebudayaan. Hanya saja perempuan seringkali tidak menyadarinya (Anggrainy dan Astuti, 2003). 49 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lebih lanjut Dowling (dalam Santoso dkk, 2008) mengatakan bahwa perempuan digambarkan seperti perempuan-perempuan bertopeng yang menunjukkan keperkasaannya sedangkan jauh di lubuk hatinya tetap ingin bergantung pada orang lain terutama laki-laki. Cinderella complex dianggap sebagai kekuatan paling utama yang melumpuhkan perempuan dewasa. Hal ini disebabkan oleh persepsi untuk menjadi perempuan yang ideal adalah perempuan yang feminin dan tidak mandiri. Feldman (dalam Uyun, 2002) mengatakan bahwa harapan tentang wanita dan pria berbeda secara signifikan. Pria lebih dipandang sebagai individu yang mempunyai sifat seperti kebebasan, objektivitas, dan kompetitif. Wanita cenderung dilihat sebagai individu yang mempunyai sifat seperti kehangatan, ekspresif, kehalusan, dan kesadaran akan perasaan orang lain. Hal inilah yang menyebabkan adanya stereotipe gender. Brannon (dalam Wijayanti, 2003) berpendapat bahwa stereotipe gender adalah kepercayaan atau keyakinan tentang ciri-ciri dan karakteristik psikologis dari pria dan wanita, dalam hal ini merupakan keyakinan tentang maskulinitas bagi pria dan femininitas bagi wanita. Pria dan wanita diharapkan memegang peran tertentu yang berbeda, yakni pria adalah sosok individu yang kuat, tegar, pemimpin wanita, sedangkan wanita adalah individu yang lembut, sabar, dan tidak boleh menentang pria. Uraian di atas menunjukan stereotipe gender yang berlaku adalah adanya anggapan bahwa sifat perempuan dianggap sebagai feminin, yaitu sebagai individu yang lemah. Adanya anggapan tersebut dapat menyebabkan wanita 50 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI memiliki ketergantungan. Mahasiswi yang memiliki stereotipe gender yang kuat, yaitu menganggap dirinya sebagai kaum wanita wajar saja bila ingin mendapat perlindungan dari pria. Anggapan yang lain adalah kemampuan yang dimiliki lebih rendah dari kaum pria. Akibatnya mahasiswi tersebut kurang percaya pada kemampuan yang dimiliki sehingga ketika menghadapi masalah, dirinya cenderung bergantung dari arahan orang lain atau dengan kata lain tidak mampu menetapkan pilihan. Akibat yang lain lagi adalah dalam menyelesaikan masalah, dirinya cenderung tidak berani menghadapi sendiri melainkan lebih mengandalkan kaum pria. Hal ini menunjukan bahwa mahasiswi yang memiliki sterotipe gender yang kuat akan memiliki cinderella complex yang tinggi. Sebaliknya, mahasiswi yang memiliki stereotipe gender yang lemah, dirinya menganggap bahwa kemampuan fisik dan intelektual kaum wanita dan pria adalah sama. Hal ini menyebabkan mahasiswi dapat lebih percaya diri terhadap kemampuannya, sehingga tergantung kepada pacar ketidaktergantungan atau tersebut dalam menyelesaikan masalah tidak orang lain. mengakibatkan Adanya mahasiswi kemandirian merasa atau mampu menghadapi masalah dan tidak terlalu mengharapkan arahan orang lain, atau dapat dikatakan bahwa cinderella complex mahasiswi tersebut tergolong rendah. 51 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stereotipe gender dengan Cinderella Complex pada mahasiswi Sanata Dharma ini. Adapun kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tingkat stereotipe gender pada mahasiswi Sanata Dharma terbukti rendah (M= 44,01). 2. Tingkat Cinderella Complex pada mahasiswi Sanata Dharma terbukti rendah (M=123,33). 3. Ada hubungan yang positif dan cukup kuat antara stereotipe gender dan Cinderella Complex dikarenakan koefisien korelasinya adalah sebesar 0,352 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05). B. Keterbatasan Penelitian Selama pelaksanaan keterbatasan-keterbatasan penelitian dalam berlangsung, penelitian ini. peneliti menemukan Keterbatasan-keterbatasan tersebut, yaitu: peneliti cukup kesulitan untuk mendapatkan jurnal-jurnal atau buku-buku yang mengulas mengenai Cinderella Complex secara gamblang. Hal ini disebabkan karena belum banyak orang-orang yang meneliti mengenai Cinderella Complex dan menuangkannya dalam bentuk tulisan. Selain itu, cukup 52 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sulit bagi peneliti untuk menemukan aspek-aspek yang mempengaruhi stereotipe gender karena banyak buku dan jurnal yang peneliti baca hanya menjabarkan definisi dari stereotipe gender. Populasi dan kerangka pengambilan sampel penelitian tidak mencakup dari mahasiswi tiap-tiap fakultas yang ada di Universitas Sanata Dharma. Hal tersebut mengakibatkan adanya ketidakseimbangan dalam populasi sampel penelitian. Selain itu, ada ketidak seimbangan antar aspek dalam struktur skala di penelitian ini. C. Saran Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, kesimpulan serta keterbatasan penelitian, maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi peneliti selanjutnya Saran yang dapat peneliti berikan kepada peneliti selanjutnya yang tertarik pada bidang ini adalah untuk melakukan penelitian dan penggalian yang lebih dalam lagi khusus mengenai tema Cinderella Complex. Hal ini dikarenakan peneliti menemukan sangat sedikit penelitian-penelitian atau bahkan jurnal-jurnal yang membahas topik mengenai Cinderella Complex. 2. Bagi mahasiswi Sanata Dharma Hendaknya mahasiswi terus menekan stereotipe gendernya yaitu memiliki pandangan yang objektif terhadap peran jenis kelamin, memberikan kesempatan yang sama antara laki-laki dan perempuan, dan pembagian peran yang juga meliputi pembagian kerja yang 53 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI seimbang antara laki-laki dan perempuan sehingga dapat menekan Cindella Complex-nya. 54 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, M., & Muhidin, S.A. (2011). Panduan praktis memahami penelitian (Bidang sosial-administrasi-pendidikan). Bandung: Pustaka Setia. Anggriany, N., Astuti, Y.D. (2003). Hubungan antara pola asuh berwawasan jender dengan cinderella complex. Psikologika. 16 (8). 41-51. Arisamurti, Dhajeng Widya. (2009). Sikap terhadap stereotipe gender ( studi pada suami yang beristri bekerja dan suami yang beristri tidak bekerja pada budaya jawa). Skripsi: Universitas Sanata Dharma. Azwar, S. (2004). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bachtiar, Imelda dan Nani Nurrachman. (2011). Psikologi perempuan pendekatan kontekstual indonesia. Jakarta: Universitas Atma Jaya. Baron, A. Robert & Donn Byrne. (2005). Psikologi Sosial Jilid II. Jakarta: Erlangga. Creswell, J. W. (2012). Research design: pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dowling, Colette. (1992). Tantangan wanita modern. Jakarta: Erlangga. Fakih, M. (2000). Analsis gender dan tranformasi sosial. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Goeritno, H., Suharsono, M., Arsitari, A. I. (2006). Sikap terhadap kekerasan dalam pacaran ditinjau dari kemandirian wanita. Psikodimensia Kajian Ilmiah Psikologi. 5 (1). 17-26. Gumelar, Linda. (2012). Perempuan aset bangsa. Dipungut 6 Maret 2013, dari http://matanews.com. Hernawati, L. (2006). Meningkatkan kemampuan mengelola pikiran pada mahasiswa. Psikodimensia. 5 (1). 77-96. Hurlock, E. B. (1995). Adolescent development. New York: McGraw-Hill Book Company. 55 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Hurlock, E. B. (1999). Psikologi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentang hidup. Jakarta: Erlangga. Indrastuti, A. Tyasning Hayu. (2007). Hubungan antara stereotipe gender dengan atribusi dalam prestasi belajar. Skripsi: Universitas Sanata Dharma. Lailatusifah, S. N. F. (2003). Kesadaran akan kesetaraan gender dan kepuasan perkawinan pada suami istri pekerja ganda. Insight Jurnal Psikologi. 1(2). 52-61. Pastika, Made Mangku. (2012). Wanita adalah aset bangsa. Dipungut 22 Desember 2012, dari http://metrobali.com/2012/12/22/gubernur-wanitaadalah-aset-pembangunan/ Perempuan Aset Pembangunan Bangsa. (2012). Dipungut 20 Desember 2012, dari http://komisikepolisianindonesia.com/aneka/read/10998/perempuanaset-pembangunan-bangsa.html Santoso, A. (2010). Statistik untuk psikologi: dari blog menjadi buku. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Santoso, A. (2012). Panduan lengkap SPSS Versi 20. Jakarta: Elex Media Komputindo. Santoso, R., Riyono, B. (2003). Perbedaan aspirasi karir antara wanita yang sudah menikah dan yang belum menikah pada pegawai negeri sipil. Psikologika. 16(8). 52-59. Santrock, John W. (2002). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup Jilid II. (edisi ke-5). Jakarta: Erlangga. Sarwono, J. (2012). Mengenal SPSS STATTISTIC 20: Aplikasi untuk Riset Eksperimental. Jakarta: Elex Media Komputindo. Sarwono, S. Wiryawan. (2007). Psikologi remaja. Jakarta: Grafindo Persada. Setyaningsih, Natalia Regina Devi. (2009). Studi deskriptif tentang androgenitas pada mahasiswi Universitas Sanata Dharma. Skripsi: Universitas Sanata Dharma. Setyowati, R., Riyono,. B. (2003). Perbedaan Aspiras Karir antara Wanita yang Sudah Menikah dan yang Belum Menikah Pada Pegawai Negeri Sipil. Psikologika. 16 (8). 52-58. Sugiyono. (2008). Statistika untuk penelitian. Bandung: CV Alfabeta. 56 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Supratiknya, A. (2007). Kiat merujuk sumber acuan dalam penulisan karya ilmiah. Yogyakarta: Penerbit USD. Supratiknya, A. (2008). Tata tulis artikel ilmiah. Yogyakarta: Penerbit USD. Supratiknya, A. (2014). Pengukuran psikologis. Yogyakarta: Penerbit USD. Uyun, Q. (2002). Peran Gender dalam Budaya Jawa. Psikologika. 13(7). 32-42. Wijayanti, I. (2003). Agresivitas dalam Sudut Pandang Stereotipe Gender. Tabularasa Jurnal Psikologi. 1(2). 15-19. 57