RASA BERSALAH PADA PELAKU SEKS BEBAS FREE SEX OFFENDER’S GUILT Tedi Dwi Christianto Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rasa bersalah pada pelaku seks bebas. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 123 yang merupakan penghuni kos bebas. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik incidental sampling. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan Skala Rasa Bersalah. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasa bersalah pada pelaku seks bebas tergolong pada kategori rata-rata sedang. Rasa bersalah pada dimensi merasa tanggung jawab, merasa menyesal untuk kelakuan buruk atau tidak senonoh, merasa menyesal yang sangat dalam dari pemikiran atau sikap yang bersifat mencela, merasa berhutang karena tidak menyenangkan atau tidak menolong orang lain, merasa bingung, merasa kehilangan dan malu, menerima tanggung jawab atas kemalangan atau masalah orang lain, memotivasi untuk mengubah kesalahan-kesalahan, memiliki perasaan moral yang kuat, berperilaku dengan terpaksa tergolong pada kategori sedang, dengan ME <MH. Penelitian ini dilanjutkan dengan menggunakan persentase tertinggi pada semua dimensi rasa bersalah, yaitu berada pada kategori rendah. Artinya dimensi rasa bersalah tergolong dalam kategori sedang menuju rendah. Kata kunci: Rasa Bersalah Pada Pelaku Seks Bebas. ABSTRACT This study aimed to determine the free sex offender’s guilt. Subjects in this study amounted to 123 free boarders. The sampling technique used was incidental sampling technique. Data were collected using a Guilt Scale. Data were analyzed by descriptive analysis. The results showed that the free sex offender’s guilt were classified in the category of being average. Feeling of guilt on the dimensions of responsibility, feeling sorry for bad or inappropriate behavior, feeling of deep regret of thinking or denounced attitude, feeling of being indebted because of not pleasing or not helping others, feeling confused, feeling lost and ashamed, receive responsibility for other people's misfortune or problem, motivated to change those errors, have a strong moral sense, forced to behave were classified as medium category, with ME <MH. This study was followed by using the highest percentage in all dimensions of guilt, which was in the low category. It means that the dimensions of guilt were classified in the heading to low category. Keywords: guilt, free sex offender’s 193 meningkatnya PENDAHULUAN Fenomena lingkungan yang terjadi masyarakat di yang pranikah, hubungan meningkatnya sosial, merosotnya semakin merebak, seiring dengan siswa terhadap perkembangan jaman orangtua dan sebagainya. sering kita sekali mendengar Seperti informasi tentang seksualitas, baik mengenai melalui waktu maupun televisi, radio, internet. majalah, Banyaknya tawuran antar pelajar, rendahnya keperdulian berkaitan dengan perilaku seks bebas sekarang seks penghargaan guru maupun kasus-kasus perilaku ke diatas seksual waktu mengkhawatirkan. dari semakin Sementara di informasi mengenai hal tersebut masyarakat terjadi pergeseran nilai- membuat seksualitas nilai moral yang semakin jauh menjadi semakin kuat, hal ini juga sehingga masalah tersebut sepertinya disebabkan oleh mudahnya individu sudah mempercayai orang yang belum Padahal dikenal dan kurang mendapatkan merupakan informasi tersebut dari orang tua, dihindari oleh setiap individu. Pada pihak pendidik atau guru disekolah dasarnya individu mengetahui dan mengenai seks bebas. memahami pengetahuan mengenai pengertian menjadi hal perilaku sesuatu yang biasa. seks bebas yang harus Semakin merebaknya kasus- perilaku seks bebas, namun pada kasus yang berkaitan dengan pelaku kenyataannya pelanggaran terhadap seks bebas seperti pemerkosaan, sistem nilai-nilai moral pun terjadi di pelecehan pada anak usia dini, lingkungan masyarakat kehamilan di luar nikah dan aborsi. menimbulkan perasaan Seperti yang kita ketahui hal ini setelah melakukan kesalahan yang mencerminkan Bangsa sudah diketahui akan dampak yang mengalami diterima. Kelly (dalam Jess dan problem sosial moral yang sangat Gregory, 2008: 478) menyatakan tinggi. Permasalahan sosial moral bahwa manusia memahami peran inti tersebut dalam yang memberi rasa identitas dalam berbagai macam kasus moral seperti lingkungan sosial, namun jika peran Indonesia bahwa sedang semakin terlihat dan bersalah, 194 inti itu lemah atau hancur manusia akan mengalami bersalah. dalam dari pemikiran, perasaan Selanjutnya Kelly mendefinisikan atau sikap yang bersifat mencela rasa dan tidak menerima tentang diri bersalah rasa c. Perasaan menyesal yang sangat sebagai perasaan karena kehilangan struktur peran inti, sendiri atau orang lain. artinya manusia merasa bersalah d. Merasa berhutang karena tidak ketika bersikap dengan cara-cara menyenangkan, tidak menolong, yang konsisten dengan pengertian atau siapa dirinya. seseorang. Berk (2012: 356) mengatakan bahwa rasa pemicu bersalah penting bermoral. e. Merasa menentramkan bingung dan kurang merupakan seimbang karena tidak merespon perilaku terhadap suatu situsi dengan tata bagi Selanjutnya tidak Stets dan krama biasa. Tuner (2006) berpendapat bahwa f. Merasa rasa bersalah merupakan pikiran atau karena perasaan tidak menyenangkan yang berkata sesuatu kepada seseorang melibatkan yang sudah tidak bersama. pelanggaran standar moral atau sosial. kehilangan tidak g. Menerima dan melakukan tanggungjawab malu atau atas Bersalah. kemalangan atau masalah orang Menurut Jurnal Mental Illness Of lain dikarenakan ketidakmampuan Victoria (2008) rasa bersalah dapat melihat orang tersebut menderita. Dimensi Rasa digambarkan : h. Memotivasi a. Merasa tanggung jawab terhadap keadaan negatif yang telah terjadi pada dirinya dan orang lain. buruk atau tidak senonoh, baik nyata maupun yang dibayang, dimasa lalu maupun sekarang. mengubah kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat atau dipersepsikan. i. Memiliki perasaan moral yang b. Merasa menyesal untuk kelakuan yang untuk kuat akan kebenaran, menghalangi bagian kesalahan dan yang mana untuk memilih kesalahan dari suatu tindakan. 195 j. Berperilaku dengan terpaksa atau akibat adanya pelanggaran norma, bersembunyi yang mana etika, moral, atau prinsip-prinsip tersembunyi kepercayaan yang religius. Rasa bersalah sering diiringi irasional. oleh suatu perasaan seseorang terhadap penurunan nilai pribadi dan suatu perasaan dimana seseorang itu METODE PENELITIAN Populasi yang harus menebus kesalahan yang telah digunakan dalam penelitian ini adalah penghuni kos-kosan bebas daerah Srondol Kulon dan Selomulyo, Semarang. Penulis menggunakan studi populasi yang ada pada penghuni kos-kosan bebas sebagai subjek penelitian. Tipe penelitian ini termasuk dalam tipe penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan mean dan persentase. Untuk mengumpulkan data penelitian, maka peneliti menetapkan skala sebagai alat ukur. Pada penelitian ini menggunakan satu skala yaitu, Skala Rasa Bersalah. diperbuatnya. berfungsi Rasa bersalah pada pelaku seks bebas secara umum berada pada kategori sedang. Hasil penelitian ini didukung pendapat dari Hall dan Lindzey (1995) menyatakan bawa rasa bersalah pada seseorang muncul untuk yang ada mengarahkan perilaku manusia. Menurut Kohlberg (dalam Sarwono, 1994: 92) norma menentukan mana yang baik (boleh) dan mana yang buruk (dilarang), pelanggaran terhadap hal-hal tersebut menimbulkan rasa bersalah. Dapat dijelaskan bahwa adanya rasa bersalah pada pelaku seks bebas dapat disebabkan oleh pelanggaran norma, etika, moral atau prinsipprinsip religius. Kohlberg (dalam Samsunuwiyati, 2005: 206) menjelaskan bahwa moral adalah bagian dari penalaran (reasoning), sehingga PEMBAHASAN Norma individu mampu menampakannya dengan penalaran moral (moral reasoning). Penalaran atau pertimbangan tersebut berkenaan dengan keluasan wawasan mengenai relasi antara diri dan orang lain, hak dan kewajiban. Dengan demikian, orang yang bertindak 196 sesuai dengan moral adalah orang menyenangkan atau tidak menolong yang mendasarkan tindakannya atas orang lain, merasa bingung, merasa penilaian sesuatu. kehilangan dan malu, menerima sangat tanggung jawab atas kemalangan dibutuhkan individu untuk mengatur atau masalah orang lain, memotivasi perilakunya, dengan adanya moral untuk individu dapat mengetahui mana kesalahan, memiliki perasaan moral perbuatan baik dan perbuatan yang yang buruk, dapat terpaksa tergolong pada kategori terhindar dari pelanggaran moral rata-rata sedang, dengan ME < MH. yang Penelitian ini dilanjutkan dengan baik-buruknya Artinya bahwa moral sehingga dapat individu menimbulkan rasa bersalah. mengubah kuat, kesalahan- berperilaku dengan menggunakan persentase tertinggi Pengaruh pelanggaran moral pada semua dimensi rasa bersalah, tersebut dapat menimbulkan dampak yaitu berada pada kategori rendah. negatif bagi rasa bersalah yang Artinya ditimbulkan. Rasa bersalah pada tergolong dalam kategori sedang pelaku seks bebas tergolong pada menuju rendah. Hal ini disebabkan kategori sedang, bahwa pelaku seks bebas belum bisa dimaksudkan bahwa pada dasarnya mengontrol tingkah lakunya atau pelaku seks bebas tidak mempunyai belum bisa menilai tingkah lakunya rasa bersalah yang baik atas perilaku sendiri atau melanggar pelanggaran moral, sehingga pelaku moral. Hal tersebut berkaitan dengan tidak mempunyai rasa bersalah yang hasil rasa baik pula. Ruma, dkk (1967: 1) bersalah, bahwa dimensi merasa menjelaskan bahwa moral secara tanggung jawab, merasa menyesal signifikan berhubungan dengan rasa untuk kelakuan buruk atau tidak bersalah senonoh, perasaan menyesal yang menggunakan sangat dalam dari pemikiran atau perkembangan nilai moral Kohlberg. rata-rata perbuatan yang kategorisasi dimensi dimensi yang yang rasa bersalah menyebabkan dinilai standarisasi dengan tahap sikap yang bersifat mencela, merasa berhutang karena tidak 197 perasaan PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian, dapat sangat dalam dari pemikiran atau sikap yang bersifat mencela, merasa berhutang bersalah pada pelaku seks bebas karena tidak menyenangkan atau berada pada kategori sedang menuju tidak menolong orang lain, merasa rendah. Hal ini berarti bahwa pelaku bingung, merasa kehilangan dan yang melakukan seks bebas belum malu, menerima tanggung jawab atas sepenuhnya memiliki rasa bersalah kemalangan atau masalah orang lain, atas perilakunya tersebut. memotivasi Dimensi rasa bersalah yang berada kesalahan-kesalahan, pada kategori sedang menuju rendah, perasaan seperti dimensi merasa tanggung berperilaku dengan terpaksa. merasa bahwa yang rasa jawab, disimpulkan menyesal menyesal untuk moral mengubah memiliki yang kuat, untuk kelakuan buruk atau tidak senonoh, DAFTAR PUSTAKA Jess & Gregory. 2008. Theories Of Personality. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Berk Laura, E. 2012. Defelopment: Dari Prenatal Sampai Remaja. Yogakarta : Pustaka pelajar. Hall, C.S dan Linsay, G. 1995. Introduction To Theories Of Personality. New York: Jhon Wiley and Sons, Inc. Ruma, Eleanor, Mosher, Donald. 1967. Abstrac : Relationship Between Moral Judgment And Guilty In Delinquent Boys. Journal Of Abnormal Psychology, Vol 72 (2), April 1967, 122-127. Sarwono Sarlito, W. 1994. Psikologi Remaja. Jakarta: PT RajaGrafindo. Samsunuwiyati. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Stets & Turner. 2006. Boundary-Spanning Work Demands and Their Consequences for Guilt and Psychological Distress. Journal of Health and Social Behavior, 43-57. 198