KARAKTERISTIK TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN ANTARA PENGGUNAAN OBAT GENERIK DAN OBAT PATEN DI APOTEK KETANDAN FARMA KLATEN Anita Agustina, Rahmi Nurhaini INTISARI Mutu utama layanan kesehatan adalah salah satunya kepuasan pasien. Kemauan atau keinginan pasien dapat diketahui melalui survey kepuasan pasien. Faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen diantaranya adalah ketanggapan, kehandalan, jaminan, empati, dan bukti langsung. Tujuan penelitian untuk mengetahui karakteristik tingkat kepuasan pasien dalam penggunaan obat generick dan obat paten di Apotek Ketandan Farma Klaten. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Teknik untuk menentukan responden dalam penelitian ini adalah accidental sampling. Jumlah sampel dalam penelitian sejumlah 50 responden. Analisis data menggunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pasien yang memilih obat generik dan merasa puas sebanyak 7 responden (53,84%), sedangkan yang merasa tidak puas sebanyak 6 responden (46,16%). Tingkat kepuasan pasien yang memilih obat paten dan merasa puas sebanyak 24 responden (64,86%), sedangkan yang merasa tidak puas sebanyak 13 responden (35,14%). Kata kunci : karakteriktik, kepuasan pasien, obat generik dan obat paten. Anita Agustina, dkk., Dosen Prodi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten 22 CERATA Journal Of Pharmacy Science Anita Agustina, dkk., Karakteristik Tingkat Kepuasan Konsumen … PENDAHULUAN Upaya mutu layanan kesehatan salah satunya adalah kepuasan pasien. Kepuasan pasien menjadi bagian yang integral dan menyeluruh dari kegiatan jaminan mutu layanan kesehatan. Artinya, pengukuran tingkat kepuasan pasien harus menjadi kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari pengukuran mutu layanan kesehatan (Pohan, 2007). Survey kepuasan pasien menjadi penting dan perlu dilakukan bersamaan dengan pengukuran dimensi mutu layanan kesehatan yang lain. Kemauan atau keinginan pasien dapat diketahui melalui survey kepuasan pasien. Oleh sebab itu, pengukuran kepuasan pasien perlu dilakukan secara berkala dan akurat. Konsekuensi dari pola pikir yang demikian adalah dimensi kepuasan pasien menjadi satu dimensi mutu layanan kesehatan yang penting (Pohan, 2007). Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi. Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, sehingga diperlukan pertimbangan yang cermat dalam memilih obat untuk penyakit. Terlalu banyaknya jenis obat yang tersedia dapat memberikan masalah tersendiri dalam praktek, terutama menyangkut bagaimana memilih dan menggunakan obat secara benar dan aman. Para pembeli pelayanan (provider) atau khususnya para dokter (presensiber) harus selalu mengetahui secara rinci, obat yang sering dipakai dalam pelayanan (Anonim, 2000) Obat paten adalah obat yang baru ditemukan berdasarkan riset dan memiliki masa paten yang tergantung dari jenis obatnya. Menurut UU No. 14 Tahun 2001 masa berlaku paten di Indonesia adalah 20 tahun. Selama 20 tahun itu, perusahaan farmasi tersebut memiliki hak eksklusif di Indonesia untuk memproduksi obat yang dimaksud. Perusahaan lain tidak diperkenankan untuk memproduksi dan memasarkan obat serupa kecuali jika memiliki perjanjian khusus dengan pemilik paten. Setelah obat paten berhenti masa patennya, obat paten kemudian disebut sebagai obat generik (Fachmi Idris, 2006). Obat generik berlogo atau disebut obat generik adalah obat yang menggunakan nama zat berkhasiatnya dan mencantumkan logo perusahaan farmasi yang memproduksinya pada kemasan obat, sedangkan obat generik bermerk yang lebih umum disebut obat bermerk adalah obat yang diberi merk dagang oleh perusahaan farmasi yang memproduksinya Pengobatan atau pemakaian obat adalah jalan yang sering di ambil oleh masyarakat untuk menjaga kesehatan, baik dengan obat tradisional atau obat kimiawi. Obat yang beredar di pasaran umumnya berdasarkan atas nama dagang yang di pakai oleh masingmasing produsennya. Karena tiap produsen melakukan promosi produknya, maka obat dengan merk dagang akan lebih mahal (Fachmi Idris, 2006). CERATA Journal Of Pharmacy Science Anita Agustina, dkk., Karakteristik Tingkat Kepuasan Konsumen … Kebijakan obat generik adalah salah satu kebijakan untuk mengendalikan harga obat. Dimana obat yang akan dipasarkan memakai nama bahan aktifnya. Obat generik merupakan obat yang telah habis masa patennya, yang bertujuan memberikan alternatif obat kepada masyarakat luas dengan mutu dan kualitas terjamin serta harga yang terjangkau (Anonim, 2000). Dari survey awal sebanyak sebanyak 80 konsumen yang telah peneliti lakukan di Apotek Ketandan Farma Klaten, pembelian obat generik dan obat paten mengalami peningkatan. Sehubungan dengan ini maka peneliti tertarik untuk meneliti karakteristik tingkat kepuasan konsumen antara obat paten dan obat generik. Rumusan Masalah : Bagaimanakah Karakteristik Tingkat Kepuasan Konsumen antara Penggunaan Obat Generik dan Obat Paten di Apotek Ketandan Farma Klaten? Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui karakteristik tingkat kepuasan konsumen terhadap penggunaan obat generik dan obat paten di Apotek Ketandan Farma Klaten. Manfaat Penelitian : Memberikan dan menambah pengetahuan tentang obat generik dan paten terhadap kepuasan pasien di Apotek Ketandan Farma. METODE PENELITIAN : Penelitian menggunakan penelitian deskriptif dengan metode pendekatan waktu cross sectional Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen di Apotek Ketandan Farma Klaten sebanyak 50 responden. Sampel yang digunakan adalah accidental sampling yaitu sebanyak 50 responden. Instrumen dan Metode Pengumpulan Data Materi kepuasan konsumen menggunakan kuesioner tertutup dengan jumlah pertanyaan 10 item soal. Dengan menggunakan nilai 1 untuk jawaban ya dan nilai 0 untuk jawaban tidak (Notoatmodjo, 2005). Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan bertanya kepada konsumen mengenai kepuasan menggunakan obat generik dengan obat paten di Apotek Ketandan Farma Klaten. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian : Penelitian ini dilakukan di Apotek Ketandan Farma yang beralamat di Perumahan Belangwetan No. 1 Klaten. Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang membeli atau menggunakan obat generik maupun obat paten di Apotek Ketandan Farma Klaten sebanyak 50 responden. Sampel merupakan semua anggota dari populasi. 23 24 CERATA Journal Of Pharmacy Science Anita Agustina, dkk., Karakteristik Tingkat Kepuasan Konsumen … 1. Faktor pemilihan jenis obat Tabel 4.1 Distribusi frekuensi jenis obat No Jenis Obat Frekuensi 1. Obat generik 13 2. Obat paten 37 Jumlah 50 Persentase (%) 26 74 100 Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui faktor pemilihan jenis obat yang dipilih oleh konsumen di Apotek Ketandan Farma Klaten adalah obat paten sebanyak 37 orang (74%) dan obat generik 13 orang (26%). 2. Faktor tingkat kepuasan terhadap obat generik dan obat paten a. No 1. 2. Tabel 4.2 Distribusi frekuensi tingkat kepuasan terhadap obat generik. Tingkat Kepuasan Frekuensi Persentase (%) Puas 7 53,84 Tidak puas 6 46,16 Jumlah 13 100 Dari tabel di atas menunjukkan bahwa konsumen di Apotek Ketandan Farma Klaten merasa puas dengan obat generik sebanyak 7 responden (53,84%), sedangkan yang merasa tidak puas dengan obat generik sebanyak 6 responden (46,16%). b. Tabel 4.2 Distribusi frekuensi tingkat kepuasan terhadap obat paten. No Tingkat Kepuasan Frekuensi Persentase (%) 1. Puas 24 64,86 2. Tidak puas 13 35,14 Jumlah 37 100 Dari tabel di atas menunjukkan bahwa konsumen di Apotek Ketandan Farma Klaten merasa puas dengan obat paten sebanyak 24 responden (64,86%), sedangkan yang merasa tidak puas dengan obat paten sebanyak 13 responden (35,14%). Pembahasan Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepuasan terhadap obat generik di Apotek Ketandan Farma Klaten sebanyak 7 responden (53,84%) yang merasa puas dengan menggunakan obat generik. Mereka berpendapat bahwa obat generik lebih efektif dan lebih murah. Seperti yang dinyatakan Wahyu (2000) salah satu kelebihan obat generik adalah lebih murah dibandingkan dengan merk salah satu CERATA Journal Of Pharmacy Science Anita Agustina, dkk., Karakteristik Tingkat Kepuasan Konsumen … dengan efektivitas yang sama. Keuntungan utama obat generik lebih dari satu merk adalah harga. Hasil yang menunjukkan tingkat kepuasan terhadap obat paten di Apotek Ketandan Farrma Klaten sebanyak 24 responden (64,86%) merasa puas dengan obat paten. Hal ini dikarenakan mereka yang merasa puas berpendapat bahwa obat yang lebih mahal harganya lebih dapat dipercaya kualitasnya. Mengenai kepercayaan masyarakat bahwa obat yang harganya mahal lebih efektif dan kualitasnya lebih baik, padahal tidak terdapat perbedaan zat berkhasiat antara obat paten dan obat generik. Obat paten lebih mahal dari obat generik karena biaya publikasi serta biaya untuk mempertahankan citra suatu merk merupakan hal yang wajar untuk dikeluarkan suatu perusahaan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Fachmi Idris (2006) bahwa untuk obat generik itu sendiri memang tidak terdapat perbedaan zat berkhasiat antara obat paten dan obat generik. Perbedaannya hanyalah obat generik diberi logo oleh pemerintah dan obat paten tidak diberi logo oleh pemerintah melainkan diberi merk dagang oleh perusahaan farmasi yang memproduksinya, dan harga obat generik lebih murah karena harganya sudah ditetapkan oleh pemerintah agar dapat terjangkau oleh masyarakat. Kepuasan menurut Kotler (2000) mengatakan bahwa perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja yang diharapkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan tingkat kepuasan penggunaan obat generik dengan obat paten di apotek Ketandan Farma Klaten lebih cenderung menggunakan obat paten. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan atas jenis obat yang dipilih di Apotek Ketandan Farma Klaten sebanyak 37 orang atau 74% dari 50 responden yang dijadikan sebagai sampel penelitian yang memilih obat paten. Sedangkan responden yang memilih obat generik adalah sebanyak 13 responden (26%). Masyarakat lebih memilih obat paten karena menurut pemikiran konsumen obat paten lebih berkualitas dibandingkan obat generik jadi konsumen lebih memilih obat paten. Kualitas pelayanan di Apotek Ketandan Farma Klaten dapat mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen. Hal ini sesuai dengan pernyataan Irawan (2002) dimana salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen adalah realibility atau kehandalan, yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang memuaskan pelanggan. Dengan demikian menunjukkan bahwa karakteristik tingkat kepuasan antara obat generik dan obat paten kepuasan dapat ditunjukkan 64,86% responden yang merasa puas dengan obat paten, sedangkan responden yang merasa puas dengan obat generik adalah 53,84% dari 50 responden. 25 26 CERATA Journal Of Pharmacy Science Anita Agustina, dkk., Karakteristik Tingkat Kepuasan Konsumen … KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Faktor pemilihan jenis obat yang dipilih oleh konsumen di Apotek Ketandan Farma Klaten adalah obat paten sebanyak 37 orang (74%) dan obat generik 13 orang (26%). 2. Tingkat kepuasan di Apotek Ketandan Farma Klaten yang merasa puas dengan obat generik sebanyak 7 responden (53,84%), dan yang merasa tidak puas dengan obat generik sebanyak 6 responden (46,16%). 3. Tingkat kepuasan di Apotek Ketandan Farma Klaten yang merasa puas dengan obat paten sebanyak 24 responden (64,86%), dan yang merasa tidak puas dengan obat paten sebanyak 13 responden (35,14%). 4. Saran : perlu penelitian lebih lanjut mengenai tingkat kepuasan konsumen dengan obat generik dan obat paten berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan ; perlu penelitian selanjutnya menggunakan metode deskriptif analitik. CERATA Journal Of Pharmacy Science Anita Agustina, dkk., Karakteristik Tingkat Kepuasan Konsumen … DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2000, IONI Informatorium Obat Nasional Indonesia. Sagung Seto. Jakarta Anief, M, 2000, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, Gajah Mada University Press Yogyakarta Idris, Fachmi dan Wahyu 2006. Beralihlah ke Obat Generik.http://citizennews. suaramerdeka.com/index.php?option=com_content Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran. Pearson Education Asia. Jakarta Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Pohan, I. 2007. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. EGC. Jakarta. Syamsuni,2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Penerbit buku Kedokteran ECG. Jakarta. 27