metode efektif penyampaian informasi pemakaian obat kepada

advertisement
Seminar Nasional Teknologi 2007 (SNT 2007) Yogyakarta, 24 November 2007 ISSN : 1978 – 9777 METODE EFEKTIF PENYAMPAIAN INFORMASI PEMAKAIAN
OBAT KEPADA PENGGUNA (KONSUMEN)
Djamroni, Amd, Kurnia Chandra Dewi, SP, Maryani, SS
Akademi Manajemen Administrasi Yogyakarta
e-mail: [email protected]
ABSTRACT
The purpose of this paper is to give information to consumer. Especially, about drug marketed by
dispensary, doctor directly, and also drugs store. Effectively, method which is used from this paper is visual
method which include; audio-visual and visual-picture method. Beside that, there are many tips to avoid the
mistake of only drug usage: a) Starting when checks to doctor: don’t be shy to ask something to the doctor
about the directions. b) Buying drug in dispensary/ drug store: Confirm to the pharmacy technicians or drug
store how to read the direction carefully. c) Remain to keep the drugs when taken care at home or at
hospital. We don’t be shy to ask how to read the directions of the drugs usage correctly. The resulted which
is expected from this paper is with the visual technological usage or picture which its aim.
Key words: Method effectively, drugs information, consumer (user)
1. PENDAHULUAN
Dalam dunia farmasi saat ini berkembang dengan pesatnya yang ditandai dengan banyaknya
bermunculan pabrik farmasi baru dan berkembangnya sebuah produk dari satu pabrik yang bisa
memunculkan aneka ragam merek dan kegunaan sebuah obat yang dihasilkan dari sebuah pabrik
farmasi. Dari sinilah kita bangsa Indonesia patut berbangga dengan telah berhasilnya anak- anak
bangsa ini bisa memanfaatkan sumber daya yang sangat melimpah tersebar di seluruh tanah air ini.
Sekarang ini dunia kesehatan baru menjadi perhatian semua kalangan baik dari masyarakat
yang sudah mulai peduli tentang kesehatan dirinya maka banyak dokter yang praktek sendiri atau
berkelompok, kalangan swasta dengan berdirinya poliklinik, rumah bersalin, rumah sakit,
pendidikan kesehatan sampai pemerintah sendiri ikut mendukung berkembangnya dunia kesehatan
sehingga selalu membimbing dan memantau pelaksanaan undang- undang kesehatan.
Hubungan hukum antar tenaga kesehatan (dokter, apoteker) menjadi perbincangan setelah
dikeluarkan UU No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. Secara rinci, UU Perlindungan
Konsumen memberikan pengaturan tentang hak serta kewajiban, baik bagi pemberi jasa maupun
pengguna jasa. Dengan demikian, perlu dilakukan pengkajian terhadap pemberi jasa dibidang
kesehatan atau farmasi, karena sifatnya khusus dan teknis serta tidak dapat diketahui oleh
sembarang orang. Memang, dalam dunia kesehatan terdapat standart profesi. Akan tetapi, tentunya
setiap individu mempunyai kekhususan. Hal inilah yang menyebabkan adanya kekhususan
terhadap hubungan antara pemberi jasa kesehatan dengan pengguna jasa. Demikian pula terhadap
pemberi jasa di rumah sakit.
Menurut literature, hamper 80 % dari kasus tuntutan malpraktil terjadi di rumah sakit. Bila ada
tuntutan mengenai kejadian di rumah sakit, siapa yang harus dituntut?Dokternya, perawatnya, atau
farmasinya.Seberapa jauh rumah sakit bertanggung jawab secara perdata? Diperlukan suatu
pengaturan dan peraturan yang jelas mengenai tanggung jawab masing- masing profesi yang
terlibat merawat pasien. Misalnya dokter, farmasis, dan ahli gizi.
Seandainya seorang pasien yang keracuna obat diduga akibat : pemakaian obat yang terlalu
lama (terakumulasi) sementar efek samping obat tersebut lambat (delay) sehingga meninggal,
siapakah yang bertanggung jawab? Apakah dokter saja atau doker dan farmasis? Apakah wajar saat
E ‐ 1 Seminar Nasional Teknologi 2007 (SNT 2007) Yogyakarta, 24 November 2007 ISSN : 1978 – 9777 ini hal tersebut dituntut ke farmasis sementarperan farmasis di rumah sakit cenderung hanya
menangani hal- hal yang bersifat administrasi dan manajemen barang/ perbekalan. Farmasis sangat
jarang dilibatkan dalam melayani atau merawat pasien di ward/ ruangan (farmasi klinik).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk membuat makalah ini, yang
tujuannya supaya konsumen dalam menggunakan obat tepat sesuai aturan pakai obat.
2. PEMBAHASAN
Apotek adalah tempat pengabdian dan praktek profesi farmasi. Kegiatan bisnis yang dilakukan
disini, memberikan cirri khusus yang sangat berbeda disbanding usah bentuk lain, walaupun tujuan
akhir sama- sama untuk mendapatkan keuntungan sebesar- besarnya. Pembeda nyata yang terlihat
tidak saja pada kekhususan barang yang diperjual belikan- obat- obatan, perbekalan farmasi
ataupun alat kesehatan lainnya, tetapi juga dari segi persyaratan sahnya penjualan, basarnya risiko
barang tidak tepat, aturan pemakaian, dan perbedaan dalam hal standar maksimal harga penjualan.
Demikian pula dalam hal penyerahannya kepada pembeli, dipersyaratkan kehadiran seorang
apoteker sebagai sosok yang paling bertanggung jawab terhadap terjaminnya keamana pemakaian
obat. Informasi- informasi penting tentang obat merupkan hal yang mutlak dimengerti oleh pasien.
Kalau perlu seorang apoteker memberikan waktu khusus untuk menerangkan secara lebih rinci
akibat berlanjut dari efek samping obat tersebut.
Dari segi harga, suatu apotik tidak mengenal strategi penjual seperti barang dagang lain yang
mengenal baik naik- turunnya harga tergantung kondisi pasar saat tertentu. Sehingga istilah- istilah
: pemberian diskon, hadiah bagi pembeli jumlah tertentu, sayembara berhadiah dan lain
sebagainya, tidak pantas (etis) untuk diterapkan.Jika diperbandingkan dengan took obat, usaha
diapotik jelas pula berbeda walaupun secara umum masyarakat tahu bahwa keduanya menjual obat.
Menurut aturannya, toko obat hanya diperbolehkan menjual obat golongan obat bebas dan obat
bebas terbatas. Penyerahannya pun tidak harus oleh seorang apoteker tetapi cukup seorang assisten
apoteker. Kemudian, took obat juga tidak berhak melayani resep dokter, baik itu dokter umum,
dokter gigi, maupun dokter hewan. Mekanisme pengaturan pendistribusian obat sampai ke
konsumen dengan tata cara demikian ini, merupkan upaya pemerintah dalam mencegah
penyalahgunaan obat serta beredarnya obat- obat palsu. Untuk kasus obat palsu, sepanjang tahun
1999-2002 ini sudah sebanyak 55 item produk obat palsu disita dalam berbagai razia di sejumlah
tempat di Indonesia. Dan dari beberapa pelakunya sudah ditangkap dan divonis pengadilan.
Golongan obat-obatan yang banyak dipalsukan di pasaran terutama golongan antibiotika, analgetik,
antipiretik, histamin, sirop obat batuk, antidiabetes dan antihipertensi. Harga obat palsu jauh lebih
murah, namun penggunaan obat palsu ini tentu saja akan berdampak buruk bagi pasien yang
mengkonsumsinya. Sakit tidak berangsur sembuh tetapi kondisi justru bertambah parah.
Obat adalah salah satu barang yang tidak asing lagi bagi semua kehidupan yang ada di muka
bumi baik untuk manusia yang paling banyak menkonsumsi lalu hewan yang hidup di darat
maupun di air.
Masyarakat adalah konsumen atau pengguna obat tersebut. Masyarakat Indonesia masih
banyak yang belum bisa mengenyam pendidikan seperti yang diharapkan pemerintah terutama
masyarakat yang hidup di desa- desa atau yang jauh dari gemerlap perkotaan.
Dari keadaan masyarakat diatas maka sebenarnya pabrik farmasi berusaha dengan memberi
informasi atau keterangan kandungan dari sebuah produk obat yang diproduksinya pada bungkus
produk tersebut, mengenai :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Nama dagang obat : …………………….
Mengandung : ………………………….
Farmakologi : ………………………
Indikasi : ………………………………..
Kontra indikasi : ………………………
Efek samping : ………………………
E ‐ 2 Seminar Nasional Teknologi 2007 (SNT 2007) Yogyakarta, 24 November 2007 ISSN : 1978 – 9777 7. Peringatan dan perhatian
: …………….
8. Cara penyimpanan
: …………….
9. Aturan pakai : ………………………
Jika kita perhatikan isi dari keterangan yang dibuat oleh produsen obat tersebut diatas maka
sebenarnya produsen berharap konsumen mampu memahami aturan pakai obat tersebut. Semua
obat yang beredar dipasaran sebenarnya sudah ada keterangan/ informasi yang cukup memadai
tetapi pada kenyataannya informasi tersebut belum semua mampu dipahami oleh konsumen
terutama masyarakat kelas bawah yang tingkat pendidikan kurang serta tidak bisa memahami
bahasa farmasi atau kedokteran. Informasi tersebut terkadang juga belum tersampaikan dari tenaga
medis maupun apotek pada konsumen. Sebagai contoh : seorang ibu dengan keluhan sakit lambung
diberi tablet antacid Mylanta oleh petugas apotek, namun ia tidak diberi informasi bahwa tablet
tersebut harus dikunyah dulu sebelum di telan. Keruan saja , tablet tersebut keluar lagi bersama
feces masih dalam keadaan utuh. Penyakitnya pun tak kunjung sembuh. Kekeliruan pemakaian
obat seperti ini tidak hanya terjadi disini, melainkan juga di Negara maju AS. Kesalahan bisa dari
pihak apotek, pasien yang kurang mampu mengerti atau memahami ataupun tidak cermat
membaca aturan pakai, atau dokter yang memberikan resep tanpa mengindahkan efek samping
obat.
Dari kenyataan di atas maka penulis mencoba mencari solusi yang lebih baik agar
informasi dari produsen obat tersebut dapat tersampaikan kepada konsumen serta mampu dipahami
oleh konsumen sehingga manfaat dari obat tersebut dapat optimal dirasakan konsumen pengguna.
Informasi adalah data yang dirangkai sedemikian rupa yang mempunyai makna dan bermanfaat
pada seseorang yang menggunakannya (Kumorotomo, 2001). Informasi adalah hasil dari proses
analisis, manipulasi dan presentasi data untuk mendukung proses pengambilan keputusan (Long,
1989). Informasi yang berkualitas harus memenuhi beberapa persyaratan (Parker, 1989) :
ketersediaan, mudah dipahami, relevan, bermanfaat, tepat waktu, keandalan, akurat dan konsisten.
Salah satu bentuk metode yang efektif untuk penyampaian informasi tentang aturan pakai
obat yaitu dengan metode visual. Penerapan metode visual disesuaikan dengan penggunaannya.
Pada era sekarang teknologi informasi sudah sangat berkembang, sehingga salah satu metode
visual yang dapat diterapkan yaitu dengan program audio visual atau animasi. Program audio
visual/ animasi yang disertai dengan simulasi ini dapat diterapkan di apotek, doktek praktek, rumah
sakit, poliklinik ataupun puskesmas. Program ini dirancang khusus untuk dapat memberikan
informasi mengenai aturan pakai obat pada konsumen agar lebih mudah dipahami. Program ini
dapat disaksikan ketika pasien membeli obat, periksa ke dokter ataupun sambil menunggu
pemeriksaan di puskesmas.
Selain metode audio visual dapat pula dibuat metode visual gambar yang di buat di
bungkus/ label obat yang penerapannya untuk obat dijual bebas sehingga masyarakat yang tingkat
pendidikan kurang dan tidak bisa membaca, dapat memahami aturan pakai obat.
Contoh metode visual gambar :
1. Contoh aturan pakai obat golongan antacid :
Obat
Antasid
Bentuk
obat
Gambar orang mengunyah
obat antasid
E ‐ 3 Gambar orang
minum air putih
Seminar Nasional Teknologi 2007 (SNT 2007) Yogyakarta, 24 November 2007 ISSN : 1978 – 9777 2. Contoh aturai pakai obat golongan antibiotik
Perut kosong
Orang makan
nasi
Minum
Erithromycin
Minum air
putih
Selain informasi visual gambar pada bungkus obat, juga ditambahkan keterangan tulisan yang
berisi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Produsen obat (pabrik farmasi)
Kegunaan obat
Kandungan obat
Takaran konsumsi berdasar umur
Waktu konsumsi
Lama konsumsi
Cara penyimpanan obat
Indikasi
Kontra indikasi
Efek samping obat
Peringatan dan perhatian
Setelah program visual ini dibuat dengan baik maka selanjutnya disertakan pada setiap
kemasan produk obat tersebut, sehingga apabila obat tersebut di jual di toko obat ataupun di
warung- warung semua lapisan masyarakat mampu memahami dan kemungkinan terjadinya
kesalahan aturan pakai obat pada konsumen dapat diminimalkan. Adapun untuk metode audio
visual sama bentuk dengan pembuatan visual gambar hanya simulasi langsung manusia.
Berikut ini, beberapa tip yang dapat kita lakukan agar terhindar dari kesalahan obat di mulai
saat memeriksakan diri ke dokter, membeli obat diapotek, serta memakai obat dirumah atau di
rumah sakit.
a. Jangan segan bertanya pada dokter
Ceritakan kepada dokter semua obat yang pernah dikonsumsi baik dengan atau tanpa resep
dokter. Termasuk pil KB atau terapi hormone bagi kaum wanita. Banyak orang tidak menyadari
bahwa obat dapat berinteraksi dengan vitamin, obat lain dan makanan tertentu. Kalau obat
penenang semacam prozac di kombinasi dengan obat- obatan penekan depresi misalnya, dapat
menimbulkan sindrom serotonin yang ditandai dengan demam, kekakuanotot, agitasi bahkan bisa
koma. Obat antacid dapat mengurangi khasiat antibiotic tertentusehingga kedua obat ini harus
diminum terpisah selang beberapa jam.
Sebaiknya jangan terburu- buru meninggalkan ruang praktek dokter sebelum anda paham obat
apa yang diberikan, serta dosisnya berapa kali sehari. Beberapa pertanyaan penting lain yang perlu
di sampaikan antara lain :
1.
2.
3.
4.
Adakah efek sampingnya?
Apakah obat dimakan sebelum atau sesudah makan?
Adakah makanan yang perlu di hindari?
Apakah obat ini harus diminum pada saat tertentu?
b. Konfirmasikan pada petugas apotek atau toko obat
Instruksi yang diberikan dokter tentang obat yang diberikan, sebaiknya perlu di konfirmasikan
kepada petugas apotek. Usahakan mendapatkan brosur tertulis mengenai obat yang dimaksud.
E ‐ 4 Seminar Nasional Teknologi 2007 (SNT 2007) Yogyakarta, 24 November 2007 ISSN : 1978 – 9777 Kalau tidak, mintalah tembusan (kopi) resep obat sehingga kita dapat mengecek kembali pada label
setelah obat diserahkan.
Usahakan selalu membeli obat dari apotek atau toko obat yang sama. Lebih baik lagi pilih
apotek yang sudah menggunakan system computer. Dengan demikian, pihak apotek lebih
mengetahui kemungkinan terjadinya dosis yang berlebihan. Misalnya obat yang sama diresepkan
lain oleh dokter yang berbeda,yang satu menggunakan nama dagang, yang lain nama generik.
c. Bacalah aturan pakai dengan cermat
Banyak kesalahan dapat dicegah bila pasien dengan teliti membaca kembali label obat
sebelum diminum. Pernah kejadian obat untuk seorang anak yang menderita infeksi telinga
diberikan dengan cara yang salah. Obat tetes antibiotic yang semestinya diminum, diteteskan pada
telinga yang sakit. Akibatnya, ibu si anak mencemaskan keadaan telinga si anak yang setelah
seminggu diobati infeksinya tak kunjung sembuh. Rupanya,sang ibu kurang memperhatikan apa
yang diinstruksikan dokter dan tidak membaca label pada kemasan.
Tidak kalah penting,mencatat kembali nama-nama obat yang diberikan, mengapa kita
meminumnya, jumlah obat yang setiap kali harus diminum, dosis serta jam atau waktu minumnya.
Catatan ini akan membantu kita mengingat jadwal pemakaian obat dan menanyakan kepada dokter
apakah obat tertentu perlu diteruskan atau dihabiskan kalau kesehatan sudah mulai pulih.
Menyimpan obat secara rapi tidak hanya dimaksudkan agar tidak mudah diraih anak, tetapi
juga menghindari agar obat tidak bercampur aduk dengan yang lain. Dalam suatu ruangan yang
kurang diterangi cahaya bisa saja kita salah ambil obat. Usahakan juga tidak menyimpan obat yang
berlainan dalam satu botol.
Tidak ada salahnya anak yang sudah cukup besar ikut mempelajari pemakaian obat yang benar
agar si anak kemudian dapat melindungi dirinya. Alangkah baiknya, bila si anak dapat
mengingatkan kita kapan saatnya minum obat. Jangan sekali-kali onat-obat untuk kita diberikan
kepada anak walaupun gejala penyakitnya sama. Setiap orang mempunyai ukuran obat tersendiri
berdasarkan usia,tinggi badan,dan lain-lain. Sebaiknya dalam keluarga cukup satu orang dewasa
yang bertanggung jawab memberikan obat kepada anak agar tidak terjadi pemberian rangkap.
d. Tetap waspada di rumah sakit
Meski sudah dirawat di rumah sakit, hendaknya tetap cermat mempelajari obat apa yang
diberikan para dokter. Sering kali akibat pengaruh obat penenang atau penghilang rasa sakit atau
perasaan stress tinggal di rumah sakit, kita tidak dapat berpikir dengan akal sehat.
Jadi, sebaiknya kita minta tolong teman atau keluarga kita untuk ikut memperhatikan obat apa
saja yang diberikan. Perhatikan apakah perawat mengecek nama kita sebelum memberikan obat
atau menyebutkan nama kita dulu. Tidak mustahil lantaran sibuknya pekerjaan, si perawat keliru
masuk ruangan atau meberikan obat yang salah.
Tanyakan obat mana yang harus diminum dan apa alasanya. Terutama kalau informasi yang
diberikan tidak sama dengan apa yang dikatakan oleh dokter. Bila kita alergi terhadap obat tertentu,
tak usah malu mencantumkan peringatan yang jelas pada tempat tidur, obat mana yang tidak tahan.
Jangan terlalu yakin perawat akan mengecek catatan medis kita obat mana yang tidak
cocok,sekalipun itu memang tugasnya.
3. KESIMPULAN
Dalam rangka mensehatkan masyarakat tanpa membedakan tingkat pendidikan dan wilayah
maka produsen farmasi obat harus memberikan penjelasan tentang produk obat yang dipasarkan
baik lewat dokter/apotik maupun langsung lewat warung-warung yang ada pada sudut-sudut
kehidupan masyarakat, dengan menggunakan teknologi visual atau gambar yang tujuanya
E ‐ 5 Seminar Nasional Teknologi 2007 (SNT 2007) Yogyakarta, 24 November 2007 ISSN : 1978 – 9777 memberikan penjelasan pada pemakai obat sehingga semua rantai yang terhubung bisa memahami
maksud dari obat itu.
DAFTAR PUSTAKA
Kumorotomo, Wahyudi & Margono, S.A., 2001, Sistem Informasi Manajemen dalam Organisasiorganisasi Publik, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Long, L,(1989), Management Information System, Prentice Halls, Englewid Cliffts, New Jersey,
USA
Parker, Charles S, (1989), Management Information System: Strategy and Action, McGraw-Hill
Publishing Company, Singapore
http://www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewartic
http://www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/2004/0730/kes1.html
E ‐ 6 
Download