Ringkasan Khotbah

advertisement
Ringkasan Khotbah - 06 Sep'09
Yoh 4:1-26
Pdt. Andi Halim S.Th.
Saat dibaptis oleh Yohanes Pembaptis Tuhan Yesus dikonfirmasi oleh Allah Bapa dan Roh
Kudus dalam bentuk burung merpati. Konfirmasi kedua juga menyusul saat Ia dibawa oleh Roh
Kudus ke padang gurun untuk dicobai Iblis, yaitu bahwa Ia adalah Anak Allah yang Mahakuasa
yang tidak terkalahkan oleh pencobaan Iblis. Ketiga saat Ia merubah air menjadi anggur di
Kana juga ada konfirmasi bahwa Ia melaksanakan mujizat bukan karena perintah ibunya tetapi
hanya karena Ia mau mentaati Bapa-Nya. Inilah misi-Nya di dalam dunia: ketaatan kepada
Allah Bapa. Setelah itu Ia pergi ke Yerusalem untuk menyucikan Bait Allah dan Ia mengklaim
bahwa rumah Bapa-Nya tidak boleh dijadikan tempat berjualan. Inilah klaim otoritas: Ia memiliki
hubungan yang khusus dengan Bapa-Nya yang tidak dimiliki oleh orang lain. Terakhir adalah
percakapan-Nya dengan Nikodemus, pemimpin agama Yahudi yang sangat penting tetapi mau
datang dan memberikan penghormatan kepada-Nya. Tuhan justru malah mengatakan bahwa
Nikodemus tidak bisa mengenal hal-hal rohani karena matanya buta dan belum mengalami
kelahiran kembali. Dari semua peristiwa ini kita melihat bahwa Kristus berulangkali
menegaskan perkataan-perkataan otoritas dan bersifat ilahi yang hanya dapat diucapkan
seorang Mesias dan bukan seorang manusia biasa.
Dalam kisah perikop ini sepertinya Tuhan tidak ada tujuan ke Samaria(4:1-3). Tuhan mau
menghidar dari orang Farisi yang kemungkinan iri melihat popularitasnya yang bahkan melebihi
Yohanes Pembaptis, yang lebih dahulu tidak disukai orang Farisi.Ia tidak ingin lebih terkenal
lagi di Yerusalem, apalagi Nikodemus sudah datang dan menyatakan kesalutannya
kepada-Nya, maka Ia meninggalkan Yudea yang di selatan menuju Galilea di utara. Perjalanan
itu harus melintasi daerah Samaria yang memang terletak di tengah-tengah di antara kedua
wilayah ini (ayat 4). Sebenarnya orang Yahudi jaman itu sangat tidak suka melintasi daerah
Samaria karena mereka adalah hasil kawin campur antara orang Yahudi yang tertinggal di
Palestina dengan bangsa kafir (Asyur dan bangsa-bangsa lain) pada jaman pembuangan di
Babel. Samaria adalah noda bagi umat pilihan Allah, hal yang menjijikan, najis. Orang Yahudi
lebih memilih jalan memutar menghindari daerah Samaria karena kebenciannya itu. Harap kita
tidak memiliki dosa semacam ini, membenci dan membeda-bedakan etnis tertentu dan merasa
jijik atau kotor dengan etnis yang berbeda dengan kita. Tuhan Yesus tidak mengikuti kebiasaan
seperti itu dan Ia melintasi daerah Samaria dan tiba di kota Sikhar. Ia letih dan duduk di sebuah
1/4
Ringkasan Khotbah - 06 Sep'09
sumur. Lalu tibalah seoerang perempuan Samaria dan terjadilah percakapan itu. Sepertinya
hanya kebetulan Ia mampir ke Samaria. Tapi tidak ada yang kebetulan dalam Tuhan. Semua
sudah direncanakan-Nya.
Apakah Tuhan Yesus pura-pura letih dan haus agar bisa bercakap-cakap dengan perempuan
ini? Tuhan tidak pernah berpura-pura. Saat dicobai di padang gurun Ia pun lapar. Ini semua
membuktikan bahwa Ia adalah sungguh-sungguh manusia, Ia pun bisa letih dan haus. Tapi dari
percakapan dengan perempuan ini nyata bahwa permintaaan air karena haus itu bukanlah hal
tujuan Tuhan Yesus yang utama, yaitu keselamatan perempuan Samaria ini. Dalam
percakapan ini kita menemukan klaim-klaim Kristus yang tidak mungkin diucapkan manusia
biasa.
Ayat 10 adalah kalimat yang aneh. Ia minta air yang ditanggapi dengan keheranan karena
perempuan itu merasa tidak layak (atau menyindir): masak aku yang dianggap orang buangan
oleh bangsa-Mu memberi-Mu minum? Kok mau minta minum sama aku? Tapi karena tidak
mempunyai pandangan seperti orang Yahudi lainnya Tuhan Yesus tidak mempedulikan protes
itu. Sebaliknya Ia memperkenalkan diri-Nya kepada perempuan Samaria itu. Ada hal remeh
dalam hidup kita yang tidak perlu kita tanggapi. Tetapi ada juga hal-hal penting yang harus kita
beritakan demi keselamatan atau nilai-nilai kekal. Seorang Kristen harus bijaksana untuk
mempercakapkan hal-hal yang perlu dan mengabaikan hal-hal yang tidak perlu. Argumentasi
hanya diberikan pada hal-hal yang bernilai kekal, bukannya untuk membela diri. Hidup kita
hanya untuk menyatakan dan mentaati kebenaran.
Hal ini bukan berarti seorang pengkotbah harus selalu bisa melakukan segala sesuatu yang dia
khotbahkan. Mengapa? Siapa sekarang yang dapat melakukan firman yang bernilai kekal dan
sempurna tanpa cacat dan tanpa kekurangan? Omong kosong. Tidak ada satupun dari antara
kita yang bisa mentaati firman tanpa cacat dan sempurna. Akan tetapi seorang pengkhotbah
dituntut untuk menggumuli apa yang ia khotbahkan dengan serius dan tidak main-main.
Seorang pengkhotbah memberitakan kebenaran yang merupakan pergumulan dalam hidupnya
dengan serius tetapi tidak mungkin sempurna dilakukannya. Dalam hal ini tidak perlu membela
diri tetapi menyatakan kebenaran.
Inilah orientasi Tuhan Yesus, selalu ingin menyatakan kebenaran, bukan membela
keyahudian-Nya. Ia hanya menyatakan kepada perempuan ini kepada siapa ia sedang
berhadapan (10). Jika perempuan ini tahu pasti ia telah meminta air hidup itu dan Tuhan akan
memberikannya. Dari kebutuhan air yang biasa Tuhan Yesus menyatakan kebutuhan air yang
bernilai kekal. Perempuan ini masih tidak mengerti lalu menjawab bahwa Tuhan tidak punya
timba dan sumur itu begitu dalam. Ia pikir itu air biasa. Jawaban Tuhan Yesus di ayat 13
2/4
Ringkasan Khotbah - 06 Sep'09
diresponi perempuan itu dengan meminta air itu agar ia tidak haus lagi dan tidak usah datang
ke sana untuk menimba lagi. Di sini orientasinya keliru lagi. Ia pikir dengan mendapatkan air
hidup itu maka tidak perlu minum air biasa lagi, tidak perlu ke sumur dan menimba-nimba lagi,
seperti mendapat air sakti. Demikianlah orang yang belum tercelik mata rohaninya untuk
memahami kebenaran yang Tuhan Yesus nyatakan. Air hidup bekaitan dengan anugerah Allah
yang diberikan kepada seseorang melalui firman-Nya yang akan terus menerus menjadi
sumber dalam hidup kita sehari-hari. Firman yang Tuhan berikan kepada Saudara dan saya
akan menjadi mata air, seperti sumber yang tak habis-habisnya dalam hidup kita. Maka kita
perlu bertanya adakah kita sudah mendapatkan air hidup yang menjadi mata air itu? Mata air itu
bukan sumber sementara waktu yang kemudian kering kemudian butuh rangsangan dan
pembakaran emosi lagi.
Ada orang yang haus KKR. Kelihatannya rohani. Tapi waktu diperhatikan ternyata tanpa KKR
hidupnya loyo lagi dan perlu KKR lagi. Kita perlu berpikir apa sih kebangunan rohani itu? Yaitu
saya mendapat air hidup yang terus menerus menjadi sumber dalam kehidupan saya yang
terus-menerus mengalir tidak henti-hentinya. Kita yang sudah mendapatkan air hidup
seharusnya menjadi berkat bagi orang lain, bukannya terus-menerus cari berkat untuk
kepentingan diri sendiri. Cari semangat, kalau ga ada semangat loyo. Ini bukan berarti kita tidak
perlu KKR lagi. Kita datang ke KKR untuk apa? Mengapa GRII mau mengatakan kegiatan yang
besar dan menjangkau banyak orang yang menghabiskan dana begitu besar? Bukankah
sebaiknya uangnya dipakai untuk hal lain? Semangatnya adalah kita mau menjangkau jiwa-jiwa
baru, menjadi berkat bagi orang lain. Spirit mata air yang terus menerus menjadi berkat. Firman
Tuhan ini mengingatkan kita apakah kita sudah mendapatkan air hidup yang sejati, yang
sungguh menjadi mata air? Kita bukan sekedar terus menuntut untuk menerima, menerima dan
menerima. Kapan kita memberi? Ini adalah koreksi untuk kita semua. Kita tidak boleh cuek dan
tidak mau tahu, tetapi menghargai pekerjaan Tuhan di gereja ini, misalnya STRIS yang sudah
menjangkau ribuan orang dengan firman yang bertanggung jawab untuk kembali ke gereja
masing-masing dan menyebarkan ajaran ini dan menjadi berkat. Kalau ada mahasiswa STRIS
yang kemudian merasa di gerejanya tidak mendapat apa-apa, tidak mendapat “makanan” yang
sehat, lalu ingin berbakti di GRII, kita juga tidak bisa mengusir. Mengapa tidak boleh mencari
“makanan” yang membawa kita kepada kebenaran? Inilah air hidup. Selain itu juga ada
pelayanan radio dan diskusi yang diam-diam memberi berkat bagi yang mendengarkan dan
belajar firman Tuhan baik-baik.
Mari, biar semangat ini menjadi semangat kita semua, bukan hanya semangat hamba Tuhan
saja. Baik melalui khotbah hari Minggu, pemutaran VCD, REFF, seminar, KKR dan lain-lain itu
untuk membekali kita menjadi berkat, menjangkau jiwa-jiwa dan membawa orang kepada
Tuhan. Beritahukan ajaran yang benar kepada mereka yang berada dalam ajaran yang tidak
sehat. Biar air hidup itu nyata dalam hidup kita yang terus mengalir menjadi berkat. Jangan jadi
orang Kristen selama puluhan tahun tidak pernah menjadi mata air dan hanya menjadi parasit
yang cuma ingin terus menerima saja. Berkatalah kepada Tuhan, “Berilah aku air hidup itu.”
3/4
Ringkasan Khotbah - 06 Sep'09
Ayat 16-20 menyatakan bahwa setelah perempuan itu tahu bahwa Tuhan Yesus bukan
manusia biasa ia terus membela diri dan mengalihkan percakapan. Memang ia mengakui
bahwa Yesus adalah seorang nabi. Tapi itu segera disambung dengan pertentangan
Yahudi-Samaria soal tempat penyembahan. Orang Samaria juga memang tidak boleh berbakti
di Yerusalem karena dianggap najis, oleh karena itu mereka membuat tempat penyembahan
sendiri. Hei kamu nabi! Bagaimana menjawab persoalan ini? Tuhan Yesus sekali lagi tidak mau
berdebat atas hal yang tidak perlu tapi kembali lagi pada nilai kekal (21-24).
Ayat 24 sering keliru ditafsirkan sebagai berbahasa roh, padahal konteks percakapan dengan
perempuan Samaria itu sama sekali tidak menyinggung hal itu. Latar belakang ayat ini adalah
perbedaan tempat penyembahan Yahudi dan Samaria. Tuhan menjawab bahwa yang
seharusnya adalah menyembah dalam roh dan kebenaran. Jadi kaitan dengan ayat
sebelumnya adalah masalah waktu dan ruang penyembahan. Menyembah Allah bukanlah di
tempat tertentu yang dikultuskan. Masuk gereja kuno kehadiran Allah begitu nyata, GRII? Ruko,
wah, mana ada Allah? Suasananya tidak membuat kita menyadari kehadiran Tuhan. Makanya
jemaat sedikit karena pakai ruko. Ini sama sekali tidak benar. Alkitab mengajarkan kita bahwa
Allah ada di mana-mana dan tidak dipengaruhi gedung. Setan mungkin begitu, ada tempat
yang ia kerasan dan tidak. Allah adalah Roh yang tidak dipengaruhi oleh waktu dan ruang.
Karena itu menyembah Dia harus dalam roh dan kebenaran, menyembah Allah yang berada di
luar waktu dan ruang, di luar kemampuan akal budi manusia, yang berada di luar akal pikiran
manusia yang tidak dapat dikotak-kotakkan. Tapi bukan berarti kita lari ke arah mistik dan tidak
jelas, karena Allah itu roh yang tidak terbatas, namun kita juga kembali ke dalam kebenaran.
Kebenaran adalah firman. Inilah koridor yang jelas dalam menyembah Allah. Jangan
menyembah Allah menurut pikiran kita sendiri.
Allah yang tak terbatas itu telah menyatakan diri melalui firman-Nya. Maka kita harus belajar
firman baik-baik. Bagaimana orang Kristen dapat taat Firman kalau tidak belajar Firman?
Bagaimana kita dapat mencintai Tuhan kalau kita tidak mencintai Firman-Nya? Itu semua
omong kosong. Rajin berdoa tanpa belajar Firman akan membuat doa kita lari ke mana-mana.
Belajar Firman diwujudkan dengan doa kepada Allah dengan benar. Doa dan firman tidak
pernah lepas. Jadilah penyembah Allah yang benar seperti yang Tuhan katakan, dalam roh dan
kebenaran.
(BA, belum diperiksa pengkotbah).
4/4
Download