244 FAKTOR DETERMINAN RENDAHNYA PENCAPAIAN CAKUPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI PUSKESMAS MOJO KOTA SURABAYA DETERMINANTS FACTOR OF LOW COVERAGE IN HEALTH SERCTOR MINIMUM SERVICE STANDARDS ACHIEVEMENT OF MOJO PRIMARY HEALTH CARE SURABAYA Irenius Siriyei, Ratna Dwi Wulandari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya E-mail: [email protected] ABSTRACT Achievement of the Minimum Service Standards (MSS) coverage for the Health Sector in Mojo Primary Health Center in 2011–2012 showed that many indicators did not meet the targets. In 2012, it still could not meet 13 MSS national indicators, 12 MSS East Java Province indicators, and 9 MSS Surabaya District indicators. This study aimed to identify the determinant factors of determinants factor of low coverage in health serctor minimum service standards achievement of Mojo Primary Health Care. This was an observational study with by cross sectional approach. Data was obtained from direct interviews with respondents using questionnaires. This study showed that characteristics of human resources (HR) of Training and Teamwork indicated percentage coverage of more than 50%, categorized as good; while that for Workload was less than 50%, categorized as good. The percentage coverage of Availability of funds was 50%, categorized as poor; Planning Management Functions (P1) was less than 50%, categorized as good; Implementation (P2) was 50%, categorized as good; Monitoring, Control, and Assessment (P3) was 75 %, categorized as good. The determining factors of the low achievement of the Minimum Service Standards for Health Sector in the PHC Mojo, Surabaya, were the factors of Training, Workload, and Planning Process (P1). Keywords: determining factors, indicators of minimum service standards, management functions, program management PENDAHULUAN Pencapaian dari 12 indikator (54,5%) pada tahun 2011, turun cakupan Standar Pelayanan menjadi 10 indikator (45,5%) pada tahun 2012. Minimal Bidang Kesehatan di Puskesmas Mojo pada Berdasarkan data tersebut di atas, diketahui tahun 2010 sampai 2012 secara keseluruhan belum bahwa cakupan indikator SPM di Puskesmas Mojo memenuhi target. Bila dibandingkan dengan target yang tidak memenuhi target indikator SPM Nasional SPM Nasional (Depkes), cakupan indikator SPM (Depkes) dan target indikator SPM Provinsi Jawa Puskesmas Mojo yang tidak memenuhi target Timur, mengalami kenaikan dari 12 Indikator (54,5%) di Sedangkan cakupan indikator SPM yang tidak tahun 2011, menjadi 14 indikator (63,6%) pada memenuhi target indikator SPM Kota Surabaya tahun 2012. Bila dibandingkan dengan target SPM mengalami penurunan. Walaupun terjadi penurunan, Provinsi SPM namun jumlah indikator SPM yang belum memenuhi Puskesmas Mojo yang tidak memenuhi target target tersebut masih cukup tinggi. Tingginya jumlah mengalami kenaikan dari 10 indikator (45,5%) pada indikator tahun 2011, naik menjadi 13 indikator (59,0%) di menunjukkan rendahnya pencapaian cakupan SPM. tahun 2012. Bila dibandingkan dengan target SPM Tingginya Kota Surabaya, cakupan SPM Puskesmas Mojo memenuhi target di Puskesmas Mojo Surabaya yang tidak memenuhi target mengalami penurunan perlu Jawa Timur, cakupan indikator cenderung SPM mengalami yang angka mendapatkan tidak indikator memenuhi SPM perhatian, Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013 peningkatan. yang karena target tidak seperti 245 dijelaskan dalam Permenkes 741/Menkes/Per/VII/2008 Pelayanan Minimal Kabupaten/Kota, RI tentang Bidang Freeman, dan Gilbert, 1996). Manajemen adalah Standar aktivitas kerja yang melibatkan koordinasi dan Kesehatan pencapaian Di pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, cakupan sehingga pekerjaan tersebut dapat diselesaikan Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah tolok ukur secara efisien dan efektif (Robbins, dan Coulter, kinerja pelayanan kesehatan yang diselenggarakan 2010). Daerah memberikan kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau keperluan pengarahan suatu kelompok orang ke arah tujuan- kebutuhan dasar masyarakat untuk meningkatkan tujuan organisasional atau maksud-maksud yang taraf kesejahteraan rakyat (Departemen Kesehatan, nyata. 2008). pelaksanaannya adalah managing (pengelolaan). Pelayanan bahwa Nomor Kabupaten/Kota, dasar untuk dan mengurus Manajemen adalah Manajemen suatu adalah proses suatu atau kegiatan, latar George Terry merumuskan fungsi manajemen yang atau terdiri dari Planning, Organizing, Actuating, dan kesenjangan antara target cakupan indikator SPM Controlling (POAC), fungsi manajemen ini kemudian dan hasil pencapaian cakupan indikator SPM tahun diadopsi juga oleh Kementerian Kesehatan RI 2010-2012 (Munijaya, 2012). Fungsi manajemen tersebut di Berdasarkan data dan uraian dalam belakang, diketahui di bahwa Puskesmas terdapat Mojo gap Surabaya. Pencapaian cakupan SPM Bidang Kesehatan di atas dapat dijabarkan sebagai berikut. Puskesmas Mojo Surabaya secara keseluruhan Planning(perencanaan) belum memenuhi target cakupan indikator SPM Bidang ditetapkan Kesehatan Kesehatan oleh di Kabupaten/Kotayang Departemen Provinsi Jawa Kesehatan, Timur, dan Adalah proses perumusan tujuan organisasi sampai penetapan alternatif kegiatan untuk Dinas mencapainya. Tanpa fungsi perencanaan, tidak Dinas akan ada kejelasan urutan kegiatan untuk mencapai Kesehatan Kota Surabaya. Penelitian ini bertujuan tujuan organisasi. untuk menganalisis faktor determinan rendahnya ditetapkan pencapaian cakupan SPM di Puskesmas Mojo digunakan oleh pimpinan untuk melakukan supervisi, Surabaya. dan menyediakan sumber daya yang dibutuhkan staf tugas Melalui fungsi pokok staf perencanaan, yang kemudian untuk menjalankan tugasnya. TINJAUAN PUSTAKA Organizing(pengorganisasian) Manajemen Puskesmas Manajemen Adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk adalah proses merencanakan, menghimpun dan mengatur semua sumber daya mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan (potensi) yang dimiliki pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. sasaran organisasi yang sudah ditetapkan (Stoner, Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013 oleh organisasi dan 246 Actuating(Pelaksanaan) Actuating pelaksanaan digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran atau meliputi, fungsi penggerakan yang hendak dipenuhi dalam pencapaian suatu SPM directing, commanding, tertentu, berupa masukan, proses, hasil dan/atau motivating, staffing, coordinating. Actuating atau fungsi penggerakan pelaksanaan adalah proses manfaat pelayanan Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor bimbingan kepada staf agar mereka menjalankan 741/Menkes/Per/VII/2008 tugas-tugas pokoknya sesuai dengan keterampilan Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten yang dimiliki (quality of care) dan dukungan sumber Kota, yang dimaksud dengan Standar Pelayanan daya yang tersedia (quality of service). Kejelasan Minimal Bidang Kesehatan atau SPM Kesehatan komunikasi, adalah tolok ukur kinerja pelayanan kesehatan yang pengembangan motivasi, dan Tentang Standar penerapan kepemimpinan yang efektif akan sangat diselenggarakan membantu suksesnya manajer melaksanaan fungsi (Departemen Kesehatan, 2008). Standar Pelayanan manajemen ini. Minimal Bidang Kesehatan atau SPM Kesehatan Controlling(Monitoring) disusun berdasarkan amanat dari Pasal 4 ayat (1) Monitoring pengendalian atau (wasdal) pengawasan adalah proses dan untuk Daerah Peraturan Pemerintah Nomor tentang Pedoman Penyusunan Kabupaten/Kota 65 Tahun dan 2005 Penerapan mengawasi secara terus menerus kegiatan staf Standar Pelayanan Minimal. Dengan adanya SPM dalam melaksanakan rencana kerja yang sudah Bidang Kesehatan, diharapkan pelayanan kesehatan disusun terjadi yang paling mendasar dan esensial dapat dipenuhi pribadi pada tingkat yang paling minimal secara nasional, (interpersonal role), peran penyambung informasi sehingga dapat mengurangi kesenjangan pelayanan (information transfer role), dan peran pengambil kesehatan. dan mengadakan penyimpangan.peran koreksi jembatan jika antar keputusan (decision-making role). Penilaian kinerja Puskesmas adalah suatu Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang upaya untuk melakukan penilaian hasil kerja/prestasi Kesehatan Puskesmas. Pelaksanaan penilaian dimulai dari Menurut Peraturan Pemerintah Republik tingkat Puskesmas sebagai instrumen mawas diri, Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman karena setiap Puskesmas melakukan penilaian penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan kinerja seara mandiri, kemudian Dinas Kesehatan Minimal, yang dimaksud dengan Standar Pelayanan Kabupaten / Kota melakukan verifikasi hasilnya. Minimal (SPM) adalah, adalah ketentuan tentang Aspek yang dinilai meliputi hasil pencapaian jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan cakupan dan manajemen kegiatan termasuk mutu urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap pelayanan khusus (khusus bagi Puskesmas yang warga secara minimal. Indikator SPM adalah tolok mengembangkan mutu pelayanan khusus) atas ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif yang Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013 247 perhitungan seluruh Puskesmas. Berdasarkan hasil diketahui bahwa dari usia responden yang paling tua verifikasi, Kabupaten/Kota berusia 54 tahun dan yang paling muda berusia 29 bersama Puskesmas dapat menetapkan Puskesmas tahun. Karakteristik umur koordinator program pada ke dalam kelompok (I, II, III) sesuai dengan Puskesmas pencapaian kinerjanya (Departemen Kesehatan, berusia di atas 40 tahun yaitu 60,0%, sedangkan 2006). responden yang berusia kurang dari 40 tahun Dinas Kesehatan Mojo. Sebagian besar responden memiliki presentase 40%. Mayoritas responden METODE adalah perempuan (66,7%). Masa kerja mayoritas Penelitian ini observasional yang merupakan bersifat responden di Puskesmas Mojo Surabaya adalah penelitian deskriptif. sebagai koordinator program adalah kurang dari 10 Data tahun (55%). dikumpulkan secara cross sectional pada satu waktu. Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Mojo Surabaya. Penelitian dilaksanakan selama Keunggulan suatu organisasi ditentukan Juli oleh cara bagaimana manajemen mengelola dan sampai dengan Agustus. Sampel dalam penelitian memberdayakan sumber daya sebagai masukan ini adalah seluruh koordinator program Puskesmas (input) organisasi. Input adalah semua jenis sumber Mojo yang dipilih dengan teknik non probability daya sampling menggunakan cara purposive sampling. transformasi maupun konversi untuk menghasilkan Ada 20 program yang termasuk dalam SPM dipilih keluaran (output). Sumber daya (resources) adalah koordinatornya untuk menjadi responden dalam segala sesuatu yang dibutuhkan dan digunakan penelitian ini manajemen masukan yang untuk digunakan mencapai dalam tujuan proses organisasi. Sumber daya yang diperlukan manajemen dapat dibedakan atas sumber daya manusia (human HASIL DAN PEMBAHASAN resources) dan sumber daya non manusia (non Sebagian besar responden berpendidikan lain human resources). Sumber daya manusia adalah memiliki pendidikan S1 sebesar 30,0% dan S2 aset penting organisasi dan motor penggerak proses sebesar 15%. manajemen. Tabel 1 Distribusi Pencapaian Cakupan SPM dan Variabel Sumber Daya Manusia di Puskesmas Mojo Surabaya Tahun 2013 D3 sebesar 55%. Sedangkan Berdasarkan responden hasil wawancara, Pencapaian Indikator Tercapai n Kerjasama Tim Baik Cukup Pelatihan Baik Tidak Tercapai n % % 7 0 38,88 0 11 2 61,11 100,00 6 42,86 8 57,14 Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013 248 Pencapaian Indikator Tercapai n Kurang Beban Kerja Berat Sedang Ringan Pelatihan % 1 16,67 5 83,33 2 3 2 33,33 33,33 40,00 4 6 3 66,67 66,67 60,00 adalah Beban kerja adalah sejumlah target pekerjaan atau merupakan investasi organisasi yang penting dalam target hasil yang harus dicapai dalam satu satuan sumber daya manusia (SDM). Pelatihan melibatkan waktu tertentu. Penelitian ini menunjukkan bahwa segenap sumber daya manusia untuk mendapatkan semakin tinggi beban kerja pengetahuan peluangnya sehingga dan Tidak Tercapai n % pengembangan dan keterampilan mereka segera pembelajaran mampu mencapai cakupan dapat indikator SPM. Untuk itu beban kerja merupakan menggunakannya dalam pekerjaan (Wibowo, 2013). aspek pokok yang menjadi dasar untuk menyusun Hasil semakin penelitian baik responden, menunjukkan pelatihan maka akan untuk maka semakin rendah yang semakin bahwa sebuah program. Tingginya beban kerja sebenarnya oleh dapat disiasati dengan meningkatkan kerjasama diterima tinggi dalam peluang tim. Penelitian ini membuktikan bahwa pencapaian cakupan indikator SPM. Sedangkan semakin baik kerjasama tim maka semakin tinggi semakin kurangnya pelatihan, maka semakin tinggi pula kemungkinan tim tersebut menapai target SPM Indikator yang tidak mencapai target cakupan SPM. yang sudah ditentukan. Tabel 2 Distribusi Pencapaian Cakupan SPM dan Variabel Non Sumber Daya Manusia di Puskesmas Mojo Surabaya Tahun 2013 Pencapaian Indikator Tercapai n Ketersediaan Sumber Dana Baik Cukup Kurang Sarana Prasarana Baik Cukup Kurang Tidak Tercapai n % % 2 4 1 40,00 28,57 100,00 3 10 0 60,00 71,43 0 5 2 0 50,00 28,57 0 5 5 3 50,00 71,43 100,00 Variabel non sumber daya manusia dalam Sebaliknya, semakin penelitian ini adalah ketersediaan sumber dana dan kekurangan biaya keberadaan sarana semakin rendah peluangnya memenuhi target SPM. dalam prasarana. menunjukkan penelitian cenderung memiliki untuk Begitu pula dengan keberadaan sarana prasarana ketersediaan dana, pencapaian cakupan Indikator penunjang program juga berpengaruh terhadap SPM pencapaian target SPM. Semakin baik sarana nampaknya akan semakin biasanya yang baik juga bahwa Hasil program semakin baik. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013 249 prasarana (peralatan medis dan non medis), dapat diselesaikan secara efisien dan efektif berdampak pada semakin tingginya pencapaian (Robbins, dan Coulter, 2010). Pencapaian output cakupan indikator SPM. berupa capaian target SPM tentu melalui proses Pencapaian Cakupan Indikator SPM dan manajemen. Sumber daya baik human maupun non human yang melalui proses manajemen yang baik Manajemen Puskesmas akan membawa program tersebut pada kinerja yang Manajemen adalah aktivitas kerja yang baik. melibatkan koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan tersebut Tabel 3 Distribusi Pencapaian Cakupan SPM dan Manajemen Puskesmas Mojo Surabaya Tahun 2013 Pencapaian Indikator Tercapai n Perencanaan (P1) Baik Cukup Kurang Pelaksanaan (P2) Baik Cukup Kurang Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian (P3) Baik Cukup Kurang Perencanaan mencakup adalah mendefinisikan Tidak Tercapai n % % 3 1 3 60,00 25,00 27,27 2 3 8 40,00 75,00 72,72 6 1 0 42,86 25,00 0 8 3 2 57,14 75,00 100 4 3 0 30,77 50 0 9 3 1 69,23 50 100 proses sasaran yang organisasi, menetapkan strategi menyeluruh untuk mencapai sesuai dengan tahapan perencanaan yang baik dan benar. Menurut Terry (2012), pelaksanaan (actuating) sasaran itu, dan menyusun serangkaian rencana merupakan yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan dan pelaksanaan yang meliputi beberapa proses seperti mengoordinasikan pekerjaan organisasi (Robbins, directing, commanding, motivating, staffing, dan dan Coulter, 2009). Penelitian ini membuktikan coordinating. Actuating atau fungsi penggerakan bahwa semakin baik proses perencanaan (P1), pelaksanaan adalah proses bimbingan kepada staf maka semakin tinggi pencapaian cakupan indikator agar mereka menjalankan tugas pokoknya sesuai SPM kurangnya dengan keterampilan yang dimiliki (quality of care) tingginya dan dukungan sumber daya yang tersedia (quality of yang perencanaan diperoleh. (P1) Sedangkan berdampak pada sebuah fungsi penggerakan indikator SPM yang tidak mencapai target cakupan. service). Kurangnnya proses perencanaan (P1) disebabkan motivasi, dan penerapan kepemimpinan yang efektif antara lain karena,masih ada koordinator program akan yang melaksanaan fungsi manajemen ini. membuat (menyusun) perencanaan tidak Kejelasan sangat komunikasi, membantu Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013 pengembangan suksesnya manajer Berdasarkan 250 hasil penelitian diketahui bahwa semakin baik Mojo proses pelaksanaan (P2), maka semakin tinggi perencanaan (P1). pencapaian indikator SPM yang Kota Surabaya adalah faktor proses diperoleh. Untuk meningkatkan kinerja program dalam Sedangkan semakin lemahnya proses pelaksanaan pencapain (P2) berdampak pada semakin SPM, koordinator program perlu rendahnya mengusulkan pelatihan ke Dinas Kesehatan Kota pencapaian cakupan indikator SPM. sesuai dengan kebutuhan masing-masing program. Monitoring atau pengawasan dan pengendalian Kepala Puskesmas juga perlu mengusulkan (wasdal) adalah proses untuk mengawasi secara peninjauan ulang atau mengurangi tugas tambahan terus menerus kegiatan staf dalam melaksanakan di luar dari tugas pokok yang diterima oleh rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koordinator program untuk mengurangi beban kerja koreksi jika terjadi penyimpangan. Semakin baik mereka sehingga mampu meningkatkan fokus proses pengawasan, pengendalian, dan penilaian kerjanya. Perencanaan program harus dilakukan (P3), maka semakin tinggi pencapaian cakupan sesuai dengan tahapan dan langkah-langkah indikator yang memenuhi target. Rendahnya proses pembuatan (penyusunan) program yang baik dan pengawasan, pengendalian, dan penilaian (P3) akan benar. Rencana capaian setiap periode juga harus berdampak pada kinerja program dalam memenuhi dibuat untuk memudahkan dalam proses monitoring target cakupan SPM. Dengan demikian diduga kuat program. yang menjadi faktor determinan rendahnya pencapaian cakupan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan di Puskesmas Mojo Surabaya adalah faktor pelatihan, faktor beban kerja, dan perencanaan (P1). SIMPULAN Faktor Input yang menjadi determinan rendahnya pencapaian Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan di Puskesmas Mojo Kota Surabaya yaitu faktor pelatihan dan faktor beban kerja. Sedangkan faktor kerjasama ketersediaan prasana (alat dana (biaya), medis dan tim, faktor dan faktor sarana non medis) bukan merupakan faktor determinan. Faktor proses yang menjadi determinan rendahnya pencapaian Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan di Puskemas DAFTAR PUSTAKA Gde Munijaya, 2010. Manajemen Kesehatan. Edisi.3. Penerbit Buku Kedokteran EGC; Jakarta, 2010. Depkes. R.I. 2006. Pedoman Penilaian Kinerja Puskesmas. Jakarta; Dirjen Bina Kesmas, 2008. Depkes R.I. 2008. Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota. Kepmenkes RI. No. 741/Menkes/Per/VII/2008. Jakarta; Departemen Kesehatan RI. 2008. Depkes RI. 2009. Pedoman Penilaian Kinerja Sumber Daya Manusia Kesehatan Di Puskesmas. Kepmenkes RI. No.857/Menkes/SK/IX/2009. Jakarta, Departemen Kesehatan RI, 2009. Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2011. Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2011. Dinkes Kota Surabaya. 2013. Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Kota Surabaya. Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2013. Endang S. Sulaeman, 2009. Manajemen Kesehatan, Teori dan Praktik di Puskesmas. Suarakarta, 2009. James A.F. Stoner, R. Edward Freeman, Daniel R. Gilbert, 1996. Manajemen. Jilid 2. Edisi Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013 251 Bahasa Indonesia. Prenhallindo; Jakarta, 1996. Lijan P. Sinambela, 2012. Kinerja Pegawai, Teori Kinerja dan Implikasi. Edisi Pertama. Graha Ilmu; Yogyakarta, 2012. Philip Kotler, Kevin L. Keller, 2009. Manajemen Pemasaran. Edisi 13. Jilid 1. Penerbit Erlangga; Jakarta, 2009. Menpan RI. 2011. Pedoman Analisis Jabatan. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 33 Tahun 2011. Jakartan, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi, 2011. Stephen P. Robbins., Timothy A. Judge, 2008. Perilaku Organisasi. Edisi 12., Buku 2. Salemba Empat. Jakarta, 2008. Stephen P. Robbins., Mary Coulter, 2010. Manajemen. Edisi 10., Jilid 1. Penerbit Erlangga; Jakarta, 2010. Wibowo, 2013. Manajemen Kinerja. Edisi.3, Cetakan 7. Rajawali Pers; Jakarta, 2013. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013