analisis perilaku konsumen dari masyarakat miskin

advertisement
Sri Ulfa Sentosa, Ariusni, Mike Triani : Analisis Perilaku Konsumen dari .....
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DARI MASYARAKAT MISKIN
( STUDI KASUS DI TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH DI AIR DINGIN
KECAMATAN KOTO TANGAH KOTA PADANG)
Sri Ulfa Sentosa
Ariusni
Mike Triani
Fakultas Ekonomi Univrsitas Negeri
Padang
Email: [email protected]
Informasi Artikel
Riwayat Artikel
Diterima tanggal 28 Februari 2015
Direvisi tanggal 29 Maret 2015
Disetujui tanggal 26 Mei 2015
Klasifikasi JEL
M31, I32
Kata Kunci
Perilaku Konsumen
Kemiskinan
DOI
10.17970/jrem.15.1501011.ID
ABSTRACT
This paper analyzes the consumer behavior of poor people in
the case of landfill scavengers Air Dingin Village, Koto Tangah
District of Padang City. The number of samples in this study
is 109 heads of household waste collectors. Sampling through
random sampling method. Quantitative analysis was performed
using multiple linear regressions. Model of consumer behavior
is analyzed by using a model of Michel Mowen and Minor
(2001). The aim of the study was to analyze: 1). How far
commodity prices, commodity price substitution, the amount
of income, tastes, family size, social factors and simultaneous
partial towards consumer behavior in landfill Scavengers Air
Dingin Village, Koto Tangah District of Padang city. 2). Model
of consumer behavior in landfill scavengers Air Dingin Village,
Koto Tangah District of Padang city. The results found that the
following variables: 1) the price of goods consumed, and social
factor variabels (reference group, family, social roles, and
status) has a significant influence on the consumer behavior of
household members landfill scavengers in Air Dingin Village.
2). Variable price of substitute goods, tastes, income, and
family size variable scavengers have no significant effect on
the consumer behavior of household members scavengers.
Consumer behavior models of overall respondents in landfill
scavengers Air Dingin Village, Koto Tangah District of Padang
City is shaped by attitudes and subjective norms prevailing
among scavengers.
ABSTRAKSI
Penelitian ini menganalisis perilaku konsumen dari masyarakat
miskin yang tinggal di tempat pembuangan sampah di Air Dingin,
Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Jumlah sampel penelitian
ini sebanyak 109 kepala rumah tangga yang pekerjaannya
menjadi pengumpul sampah. Penyampelan dilakukan dengan
metode random sampling. Analisis kuantitatif dilakukan dengan
menggunakan regresi linier berganda. Model perilaku konsumen
dianalisa dengan menggunakan model Michel Mowen and
Minor (2001). Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa: (1)
Bagaimana harga komoditas, substitusi harga komoditas, jumlah
pendapatan, cita rasa, besarnya keluarga, dan faktor-faktor
sosial berpengaruh secara simultan terhadap perilaku konsumen
di tempat pembuangan sampah di Air Dingin, Kecamatan
Koto Tangah Kota Padang; (2) Model perilaku konsumen
154
JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT
(Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen)
di Air Dingin, Kecamatan Koto Tangah Kota
Padang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
(1) variabel-variabel harga barang konsumsi serta
faktor-faktor sosial (grup referensi, keluarga, peran
sosial, serta status) berpengaruh secara signifikan
terhadap perilaku konsumen anggota pemulung di
Air Dingin. (2) Variabel harga barang pengganti,
cita rasa, pendapatan, serta besaran keluarga tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku
konsumen anggota pemulung. Model perilaku
konsumen dari seluruh responden di tempat
pembuangan sampah di Air Dingin, Kecamatan
Koto Tangah Kota Padang dibentuk oleh sikap serta
norma-norma yang berlaku di antara para pemulung
1. PENDAHULUAN
Kemiskinan masih menjadi masalah yang
dihadapi oleh pemerintah Kota Padang. Salah
satu kelompok yang sering dikategorikan ke
dalam kelompok miskin adalah pemulung.
Jumlah pemulung terbanyak dapat ditemui di
Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA)
Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. Dari
hasil penelitian, Sumarni (2012: 77-78) diketahui bahwa pendapatan pemulung per orang
berkisar Rp 1.200.000 hingga Rp. 2.100.000
per bulan. Jika dalam sebuah keluarga terdapat
dua orang (suami istri) yang bekerja, akan diperoleh pendapatan rumah tangga sebesar Rp.
2.400.000 hingga Rp. 4.200.000 per bulan. Kemudian jika ditinjau, rata-rata pendapatan per
kapita rumah tangga pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Kota
Tangah, Kota Padang, sebesar Rp. 384.994 per
bulan. Jumlah pendapatan perkapita ini relatif
tinggi, jika dibandingkan dengan Garis Kemiskinan Makanan (GKM) yang ditetapkan
oleh BPS Kota Padang, yaitu rata-rata pengeluaran perkapita sebesar Rp. 306.108 per bulan.
Dengan demikian dapat diketahui, berdasarkan
pendapatan per kapita anggota rumah tangga
pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Kota Tangah, Kota
Padang, tidak termasuk dalam kategori miskin.
Tetapi, kenyataan di lapangan menyatakan hal
sebaliknya. Kondisi ini diduga berkaitan den-
Volume 15, No. 1, Januari – Juni
(Semester I) 2015,
Halaman 154-168
gan perilaku konsumtif masyarakat sehingga
pendapatan yang diperoleh langsung digunakan untuk konsumsi.
Rumusan Masalah dalam penelitian ini
adalah: 1). Sejauh mana harga komoditi, harga
komoditi substitusi, jumlah pendapatan, selera,
jumlah anggota keluarga, faktor sosial, secara
parsial, dan simultan memengaruhi perilaku
konsumtif pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah,
Kota Padang? 2). Bagaimana model perilaku
konsumtif pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah,
Kota Padang?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis: 1). Pengaruh harga komoditi,
harga komoditi substitusi, jumlah pendapatan,
selera, jumlah anggota keluarga, faktor sosial,
secara parsial, dan simultan terhadap perilaku
konsumtif pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah,
Kota Padang 2). Model perilaku konsumtif
pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai
Gadang, Kecamatan Koto Tangah Kota Padang
2. RERANGKA TEORITIS
1.Perilaku Konsumen
Menurut Kotler dan Kevin Lane Keller
(2009: 166) perilaku konsumen adalah studi
tentang bagaimana individu, kelompok, dan
organisasi memilih, membeli, menggunakan.
Dan bagaimana barang dan jasa, ide, atau pengalaman dapat memuaskan kebutuhan dari keinginan mereka. Mowen dan Michael Minor
((2001 : 6) mendefenisikan perilaku konsumen
sebagai studi tentang unit pembelian (buying
units) dan proses pertukaran yang melibatkan
perolehan, konsumsi, dan pembuangan barang,
jasa, pengalaman, serta ide-ide. Besangko dan
Ronal R. Braeutigam (2006: 68) perilaku konsumen adalah berkenaan dengan bagaimana
konsumen melakukan pilihan-pilihan dalam
mengonsumsi dengan memerhatikan kendala
dalam rangka mencapai utiliti maksimum. Dari
pendapat-pendapat di atas, dapat diketahui bah-
155
Sri Ulfa Sentosa, Ariusni, Mike Triani : Analisis Perilaku Konsumen dari .....
wa perilaku konsumen adalah berkenaan dengan pilihan-pilihan, pembelian unit barang, pertukaran, dan menggunakannya dalam rangka
memuaskan kebutuhan, sehingga dicapai utiliti
yang maksimum.
Faktor-faktor yang memengaruhi perilaku
konsumtif adalah sebagai berikut; menurut Besangko dan Ronal R. Braeutigam (2006: 134)
permintaan konsumen terhadap barang berasal
dari efek perubahan dalam harga (price effect),
efek perubahan pendapatan riil (substitution
effect), dan pendapatan nominal (change in
income). Beberapa efek ini menimbulkan faktor yang dapat memengaruhi permintaan konsumen terhadap barang, yaitu D = F (P, Ps, I).
Kotler dan Kevin Lane Keller (2009: 166-181)
perilaku pembelian konsumen dipengaruhi
oleh faktor budaya, sosial, dan pribadi. Mowen
dan Michael Minor (2001 : 205) mengemukakan bahwa motivasi adalah gerakan seseorang
dalam mengarahkan perilaku berdasarkan tujuan. Dengan demikan, motivasi bagi seorang
konsumen adalah keadaan berupa dorongan,
keinginan, harapan atau hasrat yang menggerakan kosumen.
Hill dan Jeannie Gaines (2007: 85-91)
mengemukakan budaya konsumen miskin
meliputi :(1) Loss/lack of famillial/frienship
love, (2) Helplessly failling into greater Poverty, (3) Consumption retriction and meager
Possessions, (4) Role of the media, (5) Reactions to the loss/lack of support. Dari pendapat
di atas dapat diketahui bahwa kualitas kehidupan dari masyarakat miskin secara signifikan
berkurang sebagai konsekuensi atau akibat dari
berbagai jenis reaksi emosional negatif dan
perilaku masyarakat miskin yang sering gagal
untuk memperbaiki keadaan dalam menghadapi kesulitan. Timbulnya masalah ini disebabkan
oleh masyarakat miskin yang kehilangan persahabatan atau kekurangan kerabat. Masyarakat
miskin tidak berdaya sehingga jatuh pada tingkat kemiskinan yang lebih mendalam. Ini dialami oleh masyarakat miskin dalam beberapa
keturunan. Konsumer miskin menghadapi ket-
erbatasan konsumsi dan harta benda. Konsumer
miskin dihadapkan pada sejumlah keterbatasan
signifikan yang menghambat kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar dari pakaian ke bahan makanan, sampai kepada tempat
perlindungan. Konsumer miskin sering harus
mengonsumsi barang dan jasa yang dianggap
tidak layak dikonsumsi oleh konsumer kelas
menengah dalam kondisi biasa. Selanjutnya,
media memiliki peran untuk mengembangkan
rasa ingin untuk memiliki barang dan jasa bagi
konsumer miskin. Peterson, et.al (2010) menemukan kehidupan konsumen di bawah garis
kemiksinan berbeda dengan konsumen yang
hidup di atas garis kemiskinan di negara sedang berkembang, dalam hal memahami kontribusi bisnis terhadap kehidupan mereka. Ini
konsisten dengan bangsa yang heterogen dalam
kebutuhan konsumen dan persepsi pasar bagi
penduduk miskin.
Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor
ekonomi, budaya, sosial, pribadi, dan psikologi. Sehubungan dengan itu, perilaku konsumen
dapat ditinjau dari pendekatan multidisipliner
sebagaimana yang dikemukakan oleh Solomon et.al (2010 : 22-24) yaitu meliputi disiplin
ilmu: 1) Psikologi Eksperimental, 2) Psikologi
Klinik, 3) Mikro Ekonomi, 4) Pisikologi Sosial,
5) Sosiologi, 6) Makro Ekonomi, 7) Semiotik,
8) Demografi, 9). Sejarah, 10) Antropologi Budaya. Analisis perilaku konsumer dari sisi mikro ekonomi yaitu analisis alokasi sumber daya
pada tingkat individu dan tingkat rumah tangga.
2.Kemiskinan
Menurut Meier dan James E Rauch (2000
: 18) kemiskinan ditekankan pada kebutuhan,
dimana kemiskinan adalah ketidakmampuan
suatu masyarakat untuk mencapai standar kehidupan minimal. Bradshaw (2006 : 3) mengemukakan kemiskinan dalam arti yang paling
umum adalah kurangnya kebutuhan makanan
pokok, tempat tinggal, perawatan kesehatan,
dan keamanan. MacEwan (2007) mendefinisi-
156
JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT
(Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen)
kan kemiskinan setara dengan pendapatan
yang kurang dari $3,20 per hari dan kemiskinan yang ekstrim kurang dari $1,60 perhari.
World Bank (2011) kemiskinan dapat diukur
dari dimensi moneter dan non moneter. Dimensi moneter diukur dari pendapatan atau
konsumsi. Kemiskinan dari dimensi non moneter adalah berkenaan dengan ketidakcukupan
outcomes yang berkenaan dengan kesehatan,
nutrisi, dan literacy, to deficient social relation, keamanan, kepercayaan diri yang rendah
powerlessness. Meyer dan James X. Sullivan
(2012) mengidentifikasi ketidakberuntungan
dari masyarakat menjadi: 1) the official poverty
kemiskinan resmi, 2) kemiskinan konsumsi,
3) ukuran kemiskinan tambahan baru. Menurutnya, terdapat tiga cara mengukur kemiskinan
yaitu ukuran single, dimensional, dan ukuran
kemiskinan yang didasarkan pada sumberdaya.
Identifikasi kemiskinan masyarakat berdasarkan pada kemiskinan konsumsi memiliki keuntungan, memunculkan predictor yang lebih
baik dari ukuran pendapatan, terutama berkenaan dengan kesulitan material yang merugikan
outcomes keluarga. Sehingga, mengakibatkan
kondisi yang lebih parah bagi keluarga yang
memiliki tingkat konsumsi rendah, dibandingkan keluarga yang memiliki income rendah.
Kemiskinan yang terjadi akan diperparah oleh
adanya budaya kemiskinan yang terdapat pada
masyarakat miskin. Hill dan Jeannie Gaines
(2007: 83-85) mengemukakan bahawa budaya
kemiskinan adalah konsisten dengan perspectif
Oscar Lewis, orang pertama yang mengemukakan tesis budaya kemiskinan (lima keluarga).
Konseptualisasi berkenaan dengan sub budaya
kehidupan orang miskin yang merespon dengan
kekurangan sumber daya mereka, dengan kepercayaan negatif, sikap dan perilaku. Dari berbagai pendapat di atas dapat diketahui bahwa
kemiskinan merupakan suatu kondisi kekurangan dari pendapatan, konsumsi, pendidikan,
kesehatan, sosial, budaya kemiskinan, dan lainlainnya.
Volume 15, No. 1, Januari – Juni
(Semester I) 2015,
Halaman 154-168
3.Model Keinginan Berperilaku
Mowen dan Michael Minor ((2001 : 338)
mengemukakan bahwa model keinginan berperilaku disebut juga sebagai teori tindakan
beralasan (the theory of reasoned action) dikembangkan oleh Martin Fishbein dan koleganya
untuk meningkatkan kemampuan model sikap
terhadap objek dalam memprediksi perilaku
konsumen. Model ini memperluas model dasar
dalam beberapa cara; Pertama, model ini mengungkapkan bahwa perilaku berasal dari formasi keinginan spesifik untuk berperilaku. Jadi
model keinginan berperilaku tidak berusaha
memperediksi perilaku seseorang, tetapi keinginan untuk bertindak.
Kedua, model ini mencakup bentuk baru
yang disebut norma subjektif. Norma subjektif
(subjective norm – SN) menilai apa yang dipercaya konsumen, bahwa orang lain akan berpikir mereka harus melakukannya. Dengan kata
lain, SN memperkenalkan formulasi pengaruh
kelompok referensi yang sangat kuat terhadap
perilaku. Perubahan ketiga dari model ini mencakup objek dimana sikap diarahkan. Selain
menilai sikap konsumen terhadap merek itu
sendiri, model ini juga menilai sikap konsumen
terhadap perilaku pembelian produk.
Secara aljabar, menurut Mowen dan Michael Minor ((2001 : 338) model keinginan berperilaku diekspresikan sebagai berikut:
B ≈ BI = w1 ( AB ) + w2 ( SN ) .........( 1 )
Dimana: B = perilaku; BI = keinginan
berperilaku; AB = sikap terhadap perilaku yang
dilakukan
SN = Norma subjektif; w1 dan w2 = Penentuan
bobot secara empiris; Pembobotan ( w1
dan w2 ) ditentukan secara empiris melalui
analisis regresi, dan AB serta SN diperoleh
secara langsung dari konsumen melalui daftar
pertanyaan. Nyatanya, AB dan SN merupakan
indeks yang diperoleh melalui pengukuran
lainnya. Secara khusus, sikap terhadap perilaku
diperoleh dari persamaan berikut ini:
ei ................( 2 )
Dimana : AB = Sikap terhadap perilaku yang
157
Sri Ulfa Sentosa, Ariusni, Mike Triani : Analisis Perilaku Konsumen dari .....
dilakukan; bi
= Kepercayaan seseorang
yang melakukan perilaku akan menghasilkan
konsekuensi I; ei = Evaluasi seseorang terhadap
konsekuensi I; n = Jumlah kepercayaan
Persamaan ini hampir sama dipergunakan
dalam model multiatribut lainnya. Perbedaan
utamanya adalah pada variabel kepercayaan.
Daripada menilai kepercayaan seseorang dimana
sebuah objek memiliki atribut tersebut, model
keinginan berperilaku menilai kepercayaan
seseorang yang melakukan perilaku tertentu
yang akan menghasilkan konsekuensi tertentu.
Persamaan untuk memperoleh norma subjektif
adalah:
SN=
………....( 3 )
Dimana : SN = Norma subjektif; NBj =
Kepercayaan normatif dimana sekelompok atau
seseorang j sebagai referensi berpikir bahwa
konsumen hendaknya atau tidak melakukan
perilaku; MCj = Motivasi untuk mengikuti
pengaruh dari referensi j; n = Jumlah kelompok
atau orang sebagai referensi yang relevan
Norma subjektif dikalkulasi seperti halnya
kepercayaan. Kepercayaan normatif ekuivalen
dengan pernyataan tentang kepercayaan dan
motivasi untuk mengikutinya seperti sebuah
peringkat yang pentimg. Bagi setiap orang atau
kelompok referensi, peringkat ini digandakan
dan hasilnya ditambahkan pada setiap orang
atau kelompok referensi yang dipertimbangkan.
Hipotesis Penelitian
1. Secara parsial variabel harga
komoditi, jumlah pendapatan,
selera, jumlah anggota keluarga,
faktor sosial, memunyai pengaruh
yang signifikan terhadap perilaku
konsumtif
masyarakat
miskin
pemulung di TPA Air Dingin,
Kelurahan
Balai
Gadang,
Kecamatan Koto Tangah, Kota
Padang.
2. Secara simulatan variabel harga
komoditi, jumlah pendapatan,
selera, jumlah anggota keluarga,
faktor sosial, memunyai pengaruh
yang signifikan terhadap perilaku
konsumtif masayarakat miskin
pemulung di TPA Air Dingin,
Kelurahan
Balai
Gadang,
Kecamatan Koto Tangah, Kota
Padang.
3.
METODE PENELITIAN
1. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
semua kepala Rumah Tangga Pemulung yang
memulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai
Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang,
meliputi kepala rumah tangga pemulung tetap
berjumlah 100 kepala rumah tangga, dan kepala
rumah tangga pemulung pendatang yang berasal
dari kelurahan lain berjumlah 49 kepala rumah
tangga. Dengan demikian jumlah total populasi
penelitian adalah 149 kepala rumah tangga
pemulung. Jumlah Sampel ditentukan dengan
menggunakan rumus Slovin. Jumlah sampel
adalah sebanyak 109 kepala rumah tangga
pemulung. Pengambilan sampel dilakukan
secara random (random sampling)
2. Jenis Data dan Metode Pengumpulan
Data
Data dalam penelitian ini terdiri dari data
sekunder dan data primer. Data sekunder dalam
penelitian ini diperoleh dari Kantor Statistik
Kota Padang, Kecamatan Koto Tangah, Kantor
Kelurahan, Kantor Dinas Sosial Kota Padang,
dan beberapa kantor yang terkait dalam
penelitian ini. Data primer diperoleh dengan
menggunakan kuesioner penelitian. Metode
pengumpulan data menggunakan metode
survei pada rumah tangga sampel yang terpilih.
Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu
dilakukan uji coba instrumen (kuesioner) untuk
mengetahui validitas dan reliabilitas. Setelah
itu baru dilakukan penelitian atau pengumpulan
data. Uji coba dilakukan terhadap pemulung
di TPS di Pasar Alai, Pasar Siteba. Dari 223
butir pertanyaan yang diajukan ternyata semua
itemnya valid dengan nilai corrected item-total
158
JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT
(Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen)
correlation> r tabel (0,476)
3.Analisis Data
a. Analisis regresi linear berganda
B = a +b1X1 + b2X2+b3l X3 +b4X4 + b5X5 + b6X6 + e…(4)
Dimana;
B = Perilaku konsumtif pemulung Air Dingin;
X1= Harga barang yang dikonsumsi Air Dingin;
X2= Harga barang substitusi; X3=Pendapatan
pemulung Air Dingin; X4= Selera Pemulung
Air Dingin ; X5= Jumlah anggota keluarga
pemulung Air Dingin ; X6= Faktor social ;
X7 =Motivasi ; bi = Koefisien regresi ; a=
Konstanta ; e = error.
Namun sebelumnya akan dilakukan
uji asumsi klasik uji multikolinearitas,
Heteroskedastisitas, dan lain-lainnya.
2. Model Perilaku Konsumtif
Model perilaku konsumtif adalah sebagai
berikut:
B ≈ BI = w1 ( AB ) + w2 ( SN ) ..............(5)
Dimana;
B = perilaku konsumtif rumah tangga pemulung
;
BI = keinginan berperilaku konsumtif
Pemulung ; AB = sikap terhadap perilaku yang
dilakukan oleh rumah tangga pemulung ; SN=
Norma subjektif yang dimiliki oleh rumah
tangga pemulung; w1 dan w2 = Penentuan bobot
secara empiris.
Pembobotan ( w1 dan w2 ) ditentukan
secara empiris melalui analisis regresi , dan
AB serta SN diperoleh secara langsung dari
konsumen melalui daftar pertanyaan. dalam
kenyataanya, AB dan SN merupakan indeks yang
diperoleh melalui pengukuran lainnya. Secara
khusus, sikap terhadap perilaku diperoleh dari
persamaan berikut ini:
.................(6)
Dimana :
AB= Sikap terhadap perilaku yang dilakukan ;
bi = Kepercayaan seseorang yang melakukan
perilaku akan menghasilkan konsekuensi I ; ei=
Evaluasi seseorang terhadap konsekuensi I ; n
= Jumlah kepercayaan.
Volume 15, No. 1, Januari – Juni
(Semester I) 2015,
Halaman 154-168
Persamaan ini hampir sama dipergunakan
dalam model multiatribut lainnya. Perbedaan
utamanya adalah pada variabel kepercayaan.
Daripada menilai kepercayaan seseorang dimana
sebuah objek memiliki atribut tersebut, model
keinginan berperilaku menilai kepercayaan
seseorang yang melakukan perilaku tertentu
yang akan menghasilkan konsekuensi tertentu.
Persamaan untuk memperoleh norma subjektif
adalah:
SN =
…….(7)
Dimana : SN = Norma subjektif ; NBj =
Kepercayaan normatif dimana sekelompok atau
seseorang j ; Sebagai referensi berpikir bahwa
konsumen hendaknya atau tidak melakukan
perilaku ; MCj = Motivasi.
Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis terhadap faktor-faktor
yang memengaruhi perilaku konsumtif rumah
tangga pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan
Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota
Padang akan dilakukan dengan menggunakan
uji t dan F.
Defenisi
Operasional
Dari
Variabel
Penelitian
1. Harga komoditi (X1), merupakan persepsi
pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan
Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah,
Kota Padang terhadap harga komoditi yang
dibelinya, diukur dengan skala likert. (2)
Harga substitusi (X2) merupakan persepsi
pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan
Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah,
Kota Padang terhadap harga komoditi
substitusi, diukur dengan skala likert;
(3) Jumlah pendapatan (X3) merupakan
jumlah pendapatan yang diperoleh
oleh anggota rumah tangga pemulung
pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan
Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah,
Kota Padang, diukur dengan Rp. per
bulan. (4) Selera (X4) terhadap persepsi
pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan
159
Sri Ulfa Sentosa, Ariusni, Mike Triani : Analisis Perilaku Konsumen dari .....
Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah,
Kota Padang, terhadap komoditi substitusi
yang dikonsumsi, diukur dengan skala
likert. (5) Jumlah anggota keluarga (X5),
merupakan jumlah tanggungan rumah
tangga pemulung di TPA Air Dingin,
Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan
Koto Tangah, Kota Padang, diukur
dengan orang. (6) Faktor Sosial (X6)
pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan
Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah,
Kota Padang, dengan indikator kelompok
referensi, keluarga, peran sosial, status,
diukur dengan skala likert.
4. ANALISIS DATA DAN
PEMBAHASAN
1. Analisis Data
a. Estimasi Regresi Linear Berganda
Tabel 1
Hasil Estimasi Fungsi Perilaku Konsumtif
Pemulung
No
1
2
3
4
5
6
7
Variabel
Koefisien
(Constant) 11170.71
X1
-5041,53
X2
3735,53
X3
-0.0007
X4
7634.50
X5
157.12
X6
1255.11
R-Square = 0.296993
F Statistik = 7.181823
Nilai t hitung
1.1249
-2.7599
2.1962
-0,3818
4.6071
0.4437
1.6497
Probabilitas
0.2633
0.0069
0.0303
0.4864
0.7184
0.6610
0.0202
Prob (Fstatistik) =0,0000
Sumber: Data diolah 2013, n = 109, df(n-k-1) =
102
Model regresi sebagai berikut:
Y = 11170,71 – 5041,53 X1+ 3735,53 X2 –
0,0007 X3 + 7634,50 X4 + 157,12 X5+
1255,11 X6 ...................…………....(8)
Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa besarnya koefisien variabel harga barang yang
dikonsumsi pemulung (X1) adalah -5041,53.
Apabila variabel harga barang yang dikonsumsi meningkat sebesar satu satuan maka perilaku
konsumtif rumah tangga pemulung di TPA Air
Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan
Koto Tangah, Kota Padang akan menurun sebesar 5041,53 satuan, dengan asumsi cateris paribus. Pengaruh harga barang substitusi (X2)
terhadap perilaku konsumtif pemulung adalah
positif dengan koefisien sebesar 3735,53. Apabila harga barang substitusi meningkat sebesar
satu satuan maka perilaku konsumtif rumah
pemulung meningkat sebesar 3735,53 satusatuan, dengan asumsi cateris paribus. Variabel
pendapatan pemulung (X3) memunyai pengaruh
yang negatif dengan koefisien sebesar 0,0007.
Apabila variabel pendapatan rumah tangga
pemulung meningkat sebesar satu satuan maka
perilaku konsumtif rumah tangga pemulung
menurun sebesar 0,0007 satu-satuan. dengan
asumsi cateris paribus. Pengaruh variabel selera (X4) terhadap perilaku konsumtif rumah
tangga pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah,
Kota Padang adalah positif dengan koefisien
sebesar 7634,5. Jika variabel selera pemulung
meningkat sebesar satu satuan maka perilaku
konsumtif anggota rumah tangga pemulung
di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang,
Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang juga
meningkat sebesar 7634,5 satuan. dengan
asumsi cateris paribus. Pengaruh jumlah anggota keluarga pemulung (X5) terhadap perilaku
konsumtif anggota rumah tangga pemulung
di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang,
Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang adalah
positif dengan koefisien sebesar 157,12. Jika
variabel jumlah anggota pemulung meningkat
sebesar satu satuan maka perilaku konsumtif
pemulung juga meningkat sebesar 157,12 satuan dengan asumsi cateris paribus. Pengaruh
faktor sosial (X6) terhadap perilaku konsumtif
pemulung anggota rumah tangga pemulung
di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang,
Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang adalah
positif dengan koefisien sebesar 1255,11. Apabila variabel faktor sosial meningkat sebesar
satu satuan maka perilaku konsumtif rumah
tangga pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan
Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota
Padang juga meningkat sebesar 1255,11 satuan,
160
JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT
(Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen)
dengan asumsi cateris paribus. Nilai konstanta
sebesar 11170,71 hal ini berarti bahwa tanpa
variabel harga barang yang dikonsumsi, harga
barang substitusi, pendapatan pemulung, selera pemulung, jumlah anggota keluarga pemulung, faktor sosial dan motivasi akan bertambah
sebesar 11170,71 satuan. Nilai R2 adalah sebesar 0,2969. Hal tersebut berarti kontribusi variabel bebas terhadap variabel tidak bebas adalah
sebesar 29,69%, sedangkan sisanya 70,31%
dijelaskan oleh variabel lain di luar model yang
tidak dimasukkan ke dalam penelitian.
b. Model Perilaku Konsumtif Pemulung di
TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang,
Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang
Dalam Tabel 2 disajikan model sikap responden pemulung di TPA Air Dingin, Kelu-
Volume 15, No. 1, Januari – Juni
(Semester I) 2015,
Halaman 154-168
rahan Balai gadang, Kecamatan Koto Tangah,
Kota Padang. Hasil olahan data dalam Tabel 2
menggambarkan bahwa dari 19 atribut yang dievaluasi, ternyata 14 atribut memiliki nilai ei >3
yaitu atribut nomor 1,2,3,4,5,8,9,10,14,15,16,1
7,18, dan atribut nomor 19.Sedangkan 4 atribut
memiliki nilai ei < 3. Atribut tersebut adalah
dengan item nomor 6,7,11, dan 12. Jika nilai ei
>3 artinya atribut-atribut tersebut adalah penting. Jika nilai ei>4 maka atribut tersebut adalah
sangat penting. Namun bila ei <3 maka atribut
tersebut tidak begitu penting.
Dalam Tabel 2 disajikan data skor bi yang
merupakan skor kekuatan kepercayaan yang
berkaitan dengan sikap reponden pemulung
dalam mengonsumsi yang memiliki beberapa
atribut tertentu.
Tabel 2
Model Sikap Responden Pemulung dalam Mengonsumsi di TPA Air Dingin, Kelurahan
Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang
Item Atribut
Skor bi Skor ei Skor biei
1
Membeli beras
4,41
4,03
17.77
2. Membeli umbi-umbian
3,49
3,06
10.68
3
Membeli ikan
3,60
3,55
12.78
4. Membeli susu
2,94
3,06
9.00
5. Membeli sayuran
3,86
3,52
13.59
6
Membeli kacang-kacangan
3,17
2,73
8.65
7
Membeli daging
2,42
2,96
7.16
8, Membeli buah-buahan
3,25
3,29
10.69
9. Membeli minyak dan gas
3,32
3,53
11.72
10 Membeli bumbu
2,18
3,31
7.22
11 Membeli makanan jadi
3,71
2,29
8.50
12 Minuman beralkohol
2,94
2,03
5.97
13 Membeli Tembakau dan sirih (rokok)
2,18
3,00
6.54
14 Membeli Perumahan dan fasilitas rumah tangga
2,72
3,36
9.14
15 Membeli Barang dan jasa
2,10
3,42
7.18
16 Membeli pakaian, sepatu/sandal, dan turtup kepala
2,62
3,55
9.30
17. Membeli barang-barang tahan lama
2,86
3,35
9.58
18 Membayar pajak dan asuransi
2,70
3,22
8.69
19 Membayar uang sekolah dan membeli kebutuhan sekolah 2,96
3,68
10.89
A0 = ∑biei
Sumber: Data Primer yang diolah
161
57,43
60,94
185,05
Sri Ulfa Sentosa, Ariusni, Mike Triani : Analisis Perilaku Konsumen dari .....
Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa dari
19 atribut yang dievaluasi, sebanyak atribut
memunyai nilai bi > 3 yaitu atribut dengan
nomor item 1,2,3,5,6,8,9, dan nomor 11. Sedangkan atribut dengan nomor item; 4,7,10,
12,13,14,15,16,17,18 dan nomor 19 memiliki
nilai bi <3. Dari penilai tingkat kekuatan dan
kepercayaan, berkaitan komoditi yang dibeli
oleh responden pemulung, maka terlihat bahwa atribut-atribut yang terdapat dalam Tabel
2 tersebut adalah sangat penting dan penting
yang ditunjukkan oleh nilai bi > 3 dan bi > 4.
Namun demikian, banyak atribut yang dikemukakan merupakan atribut yang tidak penting
karena nilai bi<3.
Ditinjau dari model sikap responden
pemulung dalam mengonsumsi berbagai komoditi maka dapat dilihat dalam Tabel 2 yang
ditunjukkan oleh skor biei. Dalam Tabel 2 model sikap dari responden pemulung dalam mengonsumsi komoditi makanan dan non makanan
secara keseluruhan rata-rata adalah sebesar
9,74. Hal ini berarti bahwa secara keseluruhan
komoditi-komoditi yang ada memiliki atribut
yang diingikan oleh konsumen pemulung.
Model Perilaku Konsumtif Pemulung Terhadap Konsumsi makanan dan Non makanan
adalah :
B ≈ BI = 32261,9 (AB) + 1473,6 ( SN ) ...(11)
Model keinginan berperilaku dari Pemulung
diekspresikan oleh koefisien sikap (w1) yaitu
sebesar 32261,9 dan koefisien normatif (w2)
sebesar 1473,6. Nilai w1 merupakan perkalian antara tingkat kepercayaan pemulung (ei)
dengan hasil evaluasi atas kepercayaan (bi).
Koefisien w1 adalah positif yang mengindikasikan bahwa hasil analisis sikap responden pemulung terhadap konsumsi komoditi makanan dan
non makanan adalah telah memenuhi kreteria
model Fishbein. Berdasarkan kreteria Fishbein
yaitu bila atribut yang diinginkan memiliki nilai ei positif maka nilai bi juga positif.
Model Perilaku Konsumtif Pemulung terhadap Konsumsi Komoditi Makanan adalah :
B ≈ BI = 3216,13 (AB ) + 169,27 ( SN ) ....(12)
model keinginan berperilaku dari Pemulung
diekspresikan oleh koefisien sikap (w1) yaitu
sebesar 3216,13 dan koefisien normative (w2)
sebesar 169,27. Nilai w1 merupakan perkalian
antara tingkat kepercayaan pemulung (ei) dengan hasil evaluasi terhadap kepercayaan (bi).
Koefisien w1 adalah positif yang mengindikasikan bahwa hasil analisis sikap responden
pemulung terhadap konsumsi komoditi makanan adalah telah memenuhi kreteria model Fishbein.
Model Konsumtif Pemulung terhadap
Konsumsi Komoditi Non Makanan adalah :
B ≈ BI = 32754,5( AB ) + 1487,21 ( SN ) ....(3)
Model keinginan berperilaku dari Pemulung
diekspresikan oleh koefisien sikap (w1) yaitu
sebesar 32754,5 dan koefisien normatif(w2)
sebesar 1487,21. Nilai w1 merupakan perkalian
antara hasil tingkat kepercayaan (ei) dengan
hasil terhadap kepercayaan (bi). Koefisien w1
adalah positif yang mengindikasikan bahwa hasil analisis sikap responden pemulung terhadap
konsumsi non makanan adalah telah memenuhi
kreteria model Fishbein.
Nilai w1 merupakan perkalian antara
tingkat kepercayaan pemulung (ei) dengan hasil evaluasi atas kepercayaan (bi). Koefisien w1
adalah positif yang mengindikasikan bahwa hasil analisis sikap responden pemulung terhadap
konsumsi komoditi makanan dan non makanan
adalah telah memenuhi kreteria model Fishbein. Berdasarkan kreteria Fishbein yaitu bila
atribut yang diinginkan memiliki nilai ei positif
maka nilai bi juga positif. Sikap adalah mempelajari kecenderungan untuk tetap berkelakukan menyenangkan atau tidak menyenangkan
berkenaan dengan objek tertentu (Sciffman dan
Leslie Lazar Kanuk, 2000 : 199). Hasil pengukuran perilaku konsumtif pemulung Di TPA Air
Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan
Koto Tangah, Kota Padang dimuat dalam tabel
berikut:
162
JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT
(Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen)
Volume 15, No. 1, Januari – Juni
(Semester I) 2015,
Halaman 154-168
Tabel 3
Nilai Perilaku Masing-masing Responden
Nilai Perilaku (B)
Interpretasi
Persen
4.127,07
≤ B≤
13.676,7
Sangat buruk
1%
13.676
≤ B≤
23.226,32
Buruk
8%
23.226,3
≤ B≤
32.755,58
Cukup baik
34%
32.775,95
≤ B≤
42.325,58
Baik
39%
42.325,58
≤ B≤
51.875,21
Sangat baik
27%
Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa 91% responden memiliki interpretasi yang baik, cukup
baik, dan sangat baik. Sedangkan 9% memiliki kategori perilaku konsumtif yang berada dalam
kategori buruk dan sangat buruk terhadap konsumsi makan dan non makanan.
2.UJI HIPOTESIS
a. Uji F
Berdasarkan Tabel 1 diketahui nilai Fhitung
adalah 7,181823 sedangkan nilai Ftabeladalah
2,11. Jadi Fhitung ≥ Ftabel : Ho ditolak atau Ha diterima (7,181823 ≥ 2,11). Berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat. Artinya
adalah variabel harga barang yang dikonsumsi
(X1), harga barang substitusi (X2),Variabel
pendapatan pemulung (X3), variabel selera
(X4), Variabel jumlah anggota keluarga (X5)
dan variabel faktor sosial (X6) secara simultan
memunyai pengaruh yang signifikan terhadap
perilaku konsumtif rumah tangga pemulung (B)
TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang.
b. Uji t
Untuk variabel harga barang yang dikonsumsi dengan nilai ttabel pada α = 0,05 adalah
1,98638. Nilai thitung untuk variabel
harga ko^
moditi yang dikonsumsi ( X 1 ) adalah 2,7599
signifikan pada level 0,006856. Dengan
demikian dapat diketahui bahwa thitung> ttabel
yaitu 2,487182 > 1,98638 (sig 0,0147 < α =
0,05). Maka H0 ditolak atau Ha diterima, hal ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara harga barang yang dikonsumsi
(X1) dengan perilaku konsumtif (B) pemulung
di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang,
Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang.
Selanjutnya harga barang substitusi (X2)
memunyai pengaruh yang signifikan terhadap
perilaku konsumtif pemulung (B) pemulung di
TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. Nilai ttabel
pada α = 0,05 adalah 1,98638. Nilai t hitung untuk variabel harga barang substitusi (X2) adalah
2,196206 signifikan pada level 0,030342. Dengan demikian dapat diketahui bahwa thitung> ttayaitu 2,196206 < 1,98638 (sig 0,030342< α
bel
= 0,05). Berarti (H0 ditolak atau Ha diterima),
hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan antara harga barang substitusi
(X2) dengan perilaku konsumtif pemulung (B)
pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota
Padang.
Variabel pendapatan pemulung (X3) tidak
memunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku konsumtif pemulung di TPA Air
Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan
Koto Tangah, Kota Padang. Nilai ttabel pada α
= 0,05 adalah 1,98638. Nilai t hitung untuk variabel pendapatan pemulung (X3) adalah 0,38178
tidak signifikan pada level 0,703419. Dengan
163
Sri Ulfa Sentosa, Ariusni, Mike Triani : Analisis Perilaku Konsumen dari .....
demikian dapat diketahui bahwa thitung< ttabel yaitu 0,38178< 1,98638 (sig 0,703419 > α = 0,05).
Berarti (H0 diterima atau Ha ditolak), hal ini
menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh
yang signifikan antara pendapatan pemulung
(X3) dengan perilaku konsumtif pemulung (B)
di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang,
Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang.
Variabel selera pemulung (X4) memunyai
pengaruh yang signifikan terhadap perilaku konsumtif (B) di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai
Gadang, Kecamatan Koto Tangah Kota Padang.
Nilai ttabel pada α = 0,05 adalah 1,98638. Nilai t
untuk variabel selera pemulung (X4) adalah
hitung
4,607084 signifikan pada level 0,000. Dengan
demikian dapat diketahui bahwa thitung< ttabel yaitu 4,607084 > 1,98638 (sig 0,000< α = 0,05).
Berarti (H0 ditolak atau Ha diterima), hal ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara selera pemulung (X4) dengan
perilaku konsumtif (B) pemulung di TPA Air
Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan
Koto Tangah, Kota Padang.
Variabel jumlah tanggungan keluarga
pemulung (X5) tidak memunyai pengaruh yang
signifikan terhadap perilaku konsumtif pemulung (B)di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai
Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang.
Nilai ttabel pada α = 0,05 adalah 1,98638. Nilai t
untuk variabel jumlah tanggungan keluarga
hitung
pemulung (X5) adalah 0,443713 tidak signifikan pada level 0,65819. Dengan demikian dapat
diketahui bahwa thitung< ttabel yaitu 0,443713 <
1,98638 (sig 0,65819 > α = 0,05). Berarti (H0
diterima atau Ha ditolak), hal ini menunjukkan
bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan
antara jumlah tanggungan keluarga pemulung
(X5) dengan perilaku konsumtif pemulung (B)
di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang,
Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang.
Variabel faktor sosial (X6) dengan nilai ttabel
pada α = 0,05 adalah 1,98638. Nilai thitung untuk variabel faktor sosial (X6) adalah 1,649673
tidak signifikan pada level 0,102086. Dengan
demikian dapat diketahui bahwa thitung< ttabel
yaitu 1,649673 > 1,98638 (sig 0,102086 > α =
0,05). Maka H0 ditolak atau Ha diterima, hal ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
tidak signifikan antara faktor sosial (X6) dengan
perilaku konsumtif pemulung (B) di TPA Air
Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan
Koto Tangah, Kota Padang.
3. Pembahasan
a. Faktor-faktor Yang Memengaruhi
Perilaku Konsumtif Masyarakat Miskin
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang dilakukan bahwa, harga barang yang dikonsumsi
(X1) memunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap perilaku konsumtif pemulung
di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang,
Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. Hal
ini mengindikasikan bahwa, apabila terjadi
peningkatan harga barang yang dikonsumsi,
maka rumah tangga pemulung akan berperilaku
menurunkan jumlah barang yang dikonsumsi,
sebaliknya jika harga barang yang dikonsumsi
turun, maka rumah tangga pemulung akan berperilaku meningkatkan jumlah barang yang
dikonsumsi dengan asumsi cateris paribus.
Hasil penelitian di atas konsisten dengan
teori mikro ekonomi dikemukakan oleh Besangko dan Ronal R. Braeutigam (2006: 134)
bahwa permintaan konsumen terhadap barang
berasal dari efek dari perubahan dalam harga
(price effect), efek perubahan pendapatan riil
(substitution effect) dan pendapatan nominal
(change in income). Beberapa efek ini dapat
menimbulkan faktor yang memengaruhi permintaan konsumen terhadap barang yaitu D = F
(P, Ps, I), hasil penelitian ini juga sesuai dengan
teori mikro ekonomi dari Hubbard dan Anthony Patrick (2008: 28-29) yang mengemukakan
pengaruh perubahan harga hanya terjadi sepanjang kurva permintaan.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa
harga barang substitusi (X2) memunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku konsumtif
pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai
Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang.
164
JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT
(Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen)
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan teori
permintaan dalam mikroekonomi, tetapi konsisten dengan teori mikroekonomi berkenaan
dengan diferensiasi produk. Berdasarkan teori
Ronal R. Braeutigam, (2006: 500-5002) diferensiasi produk terdiri dari diferensiasi produk
vertikal dan horizontal. Diferensiasi vertikal
berkenaan dengan inferior dan superior. Dua
produk memiliki diferensiasi vertikal bila konsumen memandang satu produk lebih baik
atau lebih buruk dari yang lainnya. Diferensiasi horizontal dimana dua produk pada harga
yang sama, beberapa konsumen memandang 1
produk substutis adalah jelek, sementara konsumen yang lain adalah menganggap baik . Jadi
persepsi konsumen pemulung seperti ini yang
menyebabkan pengaruh harga substitusi positif
dan signifikan. Selain dari pada itu hal ini juga
dipengaruhi oleh sikap konsumen pemulung
terhadap komoditi substutisi. Walaupun harganya meningkat tetapi karena konsumen telah
merasa suka sehingga tidak akan mau beralih
keproduk utama yang disubstitusi.
Variabel pendapatan (X3) tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap perilaku
konsumtif pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah,
Kota Padang. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan teori mikro ekonomi, hal ini antara lain disebabkan oleh jenis komoditi diteliti
meliputi konsumsi makanan dan non makanan.
Dengan kata lain komoditi yang diteliti dapat
juga dikelompokkan pada komoditi inferior
dan barang normal. Efek pendapatan terhadap barang inferior secara teori mikroekonomi
adalah negatif, sedangkan efek pendapatan terhadap barang normal adalah positif. Jenis komoditi makanan yang dikonsumsi oleh reponden meliputi; komoditi beras, kentang, telur
ayam ras, kacang-kacangan, buah-buahan (pepaya, nanas, mangga, jeruk, dll), minyak goreng,
cabe keriting, dan kelapa. Jenis komoditi non
makanan yang dikonsumsi oleh rumah tangga
pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai
Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang
Volume 15, No. 1, Januari – Juni
(Semester I) 2015,
Halaman 154-168
meliputi: sarana dan prasarana keperluan memasak, HP, pulsa, sepatu, pakaian, TV, dan
tape recorder, jilbab, pajak, keperluan pesta
dan upacara. Selain itu, adanya rumah tangga
pemulung yang mealakukan pembelian barang
secara kredit, sehingga walupun rumah tangga
pemulung tidak memiliki pendatang, maka
mereka tetap dapat mengonsumsinya melalui
pembelian kredit. Perilaku konsumtif seperti
inilah yang menyebabkan rumah tangga pemulung menjadi miskin. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hiil Jeannie Gaines (2007: 91) bahwa
konsumer miskin mengahadapi keterbatasan
kosnsumsi dan harta benda.
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang dilakukan menunjukkan bahwa, variabel selera
(X4) anggota rumah tangga pemulung memunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku
konsumtif pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah,
Kota Padang. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa apabila terjadi peningkatan selera anggota rumah tangga pemulung terhadap
komoditi makanan dan non makanan, maka
perilaku konsumtif juga akan mengalami peningkatan, sebaliknya jika selera anggota rumah
tangga pemulung terhadap suatu komoditi
makanan dan non makanan mengalami penurunan, maka perilaku konsumtif pemulung
dalam membeli komoditi makanan dan non
makanan akan turun, dengan asumsi cateris
paribus. Hasil penelitian ini konsisten dengan
teori mikro ekonomi
Dari hasil uji hipotesis yang dilakukan
dapat diketahui bahwa jumlah anggota pemulung (X5) memunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap perilaku konsumtif pemulung
di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang,
Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. Hasil
penelitian tidak konsisten dengan teori mikroekonomi dimana semakin banyak jumlah anggota keluarga semakin meningkat permintaan
terhadap barang. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hubbard
dan Anthony Patrick (2008: 28-29) pengaruh
165
Sri Ulfa Sentosa, Ariusni, Mike Triani : Analisis Perilaku Konsumen dari .....
variabel lain bukan harga barang itu sendiri
seperti tanggungan jumlah anggota keluarga
akan menggeser kurva permintaan kekiri dan
kekanan. Tidak signifikannya pengaruh dari
variabel ini disebabkan keputusan pembelian
sebagian besar dilakukan oleh kepala rumah
tangga pemulung, sehingga peranan anggota
rumah tangga tidak diperlukan. Hal ini juga
didukung oleh hasil penelitian pengaruh variabel sosial terhadap perilaku konsumtif yang
juga tidak signifikan.
Variabel faktor sosial (X6) memunyai pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap
perilaku konsumtif pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto
Tangah, Kota Padang. Hal ini mengindikasikan
bahwa perilaku konsumtif pemulung tidak secara signifikan dipengaruhi faktor sosial seperti
kelompok referensi, keluarga serta peran sosial
dari status yang memengaruhi perilaku pembelian. Hasil penelitian tidak sesuai dengan
teori yang dikemukakan oleh Kotler dan Kevin
Lane Keller (2009: 166-181) perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor sosial.
Hasil penelitian di atas tidak relevan dengan
teori yang ada, hal ini diduga karena keputusan
pembelian komoditi makanan dan non makan
dalam rumah tangga pemulung yang sebagian
besar ditentukan oleh keputusan istri atau ibu
rumah tangga, sehingga tidak memedulikan
pengaruh dari variabel sosial lainnya seperti
kelompok acuan atau kelompok referensi.
Berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan uji F dapat diketahui bahwa variabel
harga barang yang dikonsumsi oleh anggota
rumah tangga pemulung (X1), harga barang
substitusi(X2), Variabel pendapatan pemulung (X3), variabel selera(X4), Variabel jumlah anggota keluarga (X5), dan variabel faktor
sosial(X6) secara bersama-sama memunyai
pengaruh yang signifikan terhadap perilaku
konsumtif anggota rumah tangga pemulung
TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang,
Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Hasil
penelitian di atas sesuai dengan teori-teori yang
dikemukakan oleh beberapa ahli di antaranya
Kotler dan Kevin Lane Keller (2009: 166-181)
tentang perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, dan pribadi.
Mowen dan Michael Minor (2001 : 205) yang
mengemukakan bahwa pengaruh variabel motivasi yang berupa keadaan yang diaktivasi
atau digerakan dimana seseorang mengarahkan perilaku berdasarkan tujuan. Selanjutnya
hal yang sama juga dapat diketahui dari teori
Sigmund (dalam Kotler, 2006 : 178) bahwa
kekuatan psikologis yang membentuk perilaku
seseorang sebagian besar adalah ketidaksadaran, dan bahwa seseorang tidak dapat memahami secara penuh motivasinya sendiri. Ketika
seseorang mengamati merek tertentu, ia tidak
hanya bereaksi terhadap produk tersebut, tetapi
juga terhadap tanda lain yang kurang disadari
seperti bentuk, ukuran, berat, bahan, warna, dan
nama merek. Besangko dan Ronal R. Braeutigam (2006: 70) bahwa beberapa faktor yang
bersifat ekonomi yang memengaruhi perilaku
konsumen dalam pembelian atau permintaan
barang yang dijelaskan melalui pendekatan
kardinal dan ordinal. Selanjutnya menurut Besangko dan Ronal R. Braeutigam (2006: 134)
permintaan konsumen terhadap barang berasal
dari efek dari perubahan dalam harga (price
effect), efek perubahan pendapatan riil (substitution effect) dan pendapatan nominal (change
in income).
b. Model Perilaku Konsumtif Masyarakat
Miskin Pemulung
Berdasarkan nilai perilaku kosumtif masyarakat miskin pemulung terhadap komoditi
makanan dan non makanan dapat diketahui
bahwa sebagian besar (56%) rumah tangga
masyarakat miskin pemulung memiliki nilai
perilaku konsumtif yang berada dalam kategori
dalam sangat baik dan baik, sedangkan sebagian
kecil (44%) rumah tangga masyarakat miskin
pemulung memiliki nilai perilaku konsumtif
berada dalam kategori cukup baik, buruk dan
sangat buruk. Perilaku konsumtif yang terakhir
ini terjadi antara lain karena masyarakat miskin
166
JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT
(Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen)
mengonsumsi komoditi barang inferior dan
barang giffen. Hal ini sesuai dengan pendapat
Hill dan Jeannie Gaines (2007 : 91) bahwa individual konsumer miskin sering harus mengonsumsi barang dan jasa yang dianggap tidak
layak dikonsumsi oleh konsumer kelas menengah dalam kondisi biasa. Selain itu masyarakat
miskin pada umumnya tidak memiliki perencanaan masa datang, dan hanya memiliki perencanaan jangka pendek, yang tergambar dalam
budaya kemiskinan sebagaimana yang dikemukakn oleh Oscar Lewis.
5.
KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN
DAN KETERBATASAN
1.Simpulan
Simpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari variabel harga barang itu sendiri, harga
barang substitusi, jumlah pendapatan, selera
, jumlah anggota keluarga dan variabel faktor sosial terhadap perilaku konsumtif rumah
tangga pemulung TPA Air Dingin, Kelurahan
Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota
Padang. Pengaruh variabel bebas secara parsial
adalah sebagai berikut; variabel harga barang,
harga barang substitusi dan selera secara parsial
memunyai pengaruh yang signifikan terhadap
perilaku konsumtif (B) pemulung di TPA Air
Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan
Koto Tangah, Kota Padang, sedangkan variabel pendapatan pemulung, jumlah tanggungan
keluarga, dan faktor sosial secara parsial tidak
memunyai pengaruh yang signifikan terhadap
perilaku konsumtif pemulung pemulung di
TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. Volume 15, No. 1, Januari – Juni
(Semester I) 2015,
Halaman 154-168
yang seharusnya rumah tangga pemulung dapat mengalokasikan pendapatannya untuk konsumsi dan tabungan. Hasil penelitian ini dapat
dijadikan pedoman bagi pengambil kebijakan
dalam penanggulangan kemiskinan di Kota Padang.
3. Saran
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
pendapatan tidak memunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku konsumtif masyarakat
miskin pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah,
Kota Padang. Hal ini berkaitan dengan perilaku
pemulung yang suka melakukan pembelian secara kredit, sehingga walaupun pendapatannya
tidak ada maka rumah tangga pemulung dapat
tetap membeli komoditi yang diinginkannya.
Sehubungan dengan itu rumah tangga pemulung perlu melakukan perencanaan pengeluaran rumah tangga. Untuk ini perlu dilakukan
pelatihan dalam pengelolaan keuangan rumah
tangga.
4. Keterbatasan
Dalam penelitian ini analisis variabel-variabel yang memengaruhi perilaku konsumtif
rumah tangga pemulung menitikberatkan pada
analisis mikro ekonomi, pada hal analisis perilaku konsumtif tersebut meliputi disiplin ilmu
:1) Psycologi Eksperimental, 2) Psyicologi
Klinik, 3) Mikro Ekonomi, 4) Pisikologi Sosial, 5) Sosiologi, 6) Makroekonomi, 7) Semiotik, 8) Demografi, 9). Sejarah, 10) Antropologi
Budaya.
2. Implikasi
Perilaku konsumtif dari masyarakat miskin pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan
Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota
Padang, pada akhirnya dapat menyebabkan
ruamah tangga pemulung tetap berada dalam
kondisi kemiskinan. Pada hal pendapatan yang
diperoleh dari memulung adalah relatif besar,
167
Sri Ulfa Sentosa, Ariusni, Mike Triani : Analisis Perilaku Konsumen dari .....
6. DAFTAR RUJUKAN
Bowen, Glenn. A. 2006. Grounded Theory
and Sensitizing Concepts. International
Journal of Qualitative Methode 5(3)
September. http: //www.ualberta.ca/11qm/back issues/5.3/htm/bowen.htm
Bradshaw, Ted K. 2006. Theories of Poverty and
Anti-Poverty Programs in Community
Development.RPRC Working Paper No.
06-5. Ferbruary. Rural Poverty Research
Center. http://www.rprcconline.org/
Besanko. D, Braeutigam R.R. 2006.
Microeconomics. Second Edition. John
Willey and Sons, Inc.
Hill, Ronald Paul dan Jeannie Gaines. 2007.
The Consumer Cultre of Poverty:
Behavioral Research Findings and Their
Implications in an Ethnographic Context.
The Journal of AmericanCulture.
Hubbard, R. Glenn dan Anthony Patrick 2008..
Microeconomics. Pearson International
Edition
Kotler, Philip dan
Kevin Lane Keller.
2009. Manajemen Pemasaran. Jilid
1.(terjemahan).
Penerbit
Erlangga.
Jakarta.
MacEwan, Arthur. 2007.The Meaning of
Poverty Questions of Distribution and
Power, Department of Economics,
University of Massachusetts Boston
Meier, Gerald M dan James E Rauch.2000.
Leading Issues in Economic Development.
New York. Oxford University Press.
Meyer, Bruce D dan James X. Sullivan. 2012.
Identifying the Disadvantaged: Official
Poverty, Consumption Poverty, and The
New supplemental Poverty measure.
Jornal of Economic Perspective – Volume
26, Number 3 summer pages 111-136.
Mowen, John C. dan Michael Minor. 2002.
Perilaku Konsumen. Jilid 1. ( Terjemahan
Lina Salim). Penerbit Erlangga. Jakarta.
Peterson, Mark dan Ahmet Ekici dan David M.
Hunt. 2010. How the poor in a developing
country view business’ contibution to
quality of life 5 years after a national
economic crisis. Journal of Business
Research.
Sciffman, Leon G. dan Leslie Lazar Kanuk.
2000. Consumer Behavior. Prentice Hall
Phipe
Solomon M. Bamossy G. Askegaard s., and
Hogg, M.K 2010. Consumer Behavior.
A European Perpective. Harlow. Pearson
Education.
Sumarni. 2012. Studi Tentang Kondisi Sosial
dan Ekonomi Kumunitas Pemulung
(Kasus TPA Air Dingin, Kelurahan
Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah,
Kota Padang). Tesis Program Studi IPS
Program Pascasarjana Universitas Negeri
Padang.
World Bank Group. 2011. Defining welfare
Measures.
http://go.worldbank.org/
W3HL5GD710
Zebua, A.S. dan Nurjayadi, R.D. 2001.
Hubungan Antara Konformitas dan
KonsepDiri dengan Perilaku Konsumtif
pada Remaja Putri. Majalah Phronesis.
Vol. 3. No. 6. Halaman 72-81.
168
Download