Sri Ulfa Sentosa, Ariusni, Mike Triani : Analisis Perilaku Konsumen dari ..... ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DARI MASYARAKAT MISKIN ( STUDI KASUS DI TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH DI AIR DINGIN KECAMATAN KOTO TANGAH KOTA PADANG) Sri Ulfa Sentosa Ariusni Mike Triani Fakultas Ekonomi Univrsitas Negeri Padang Email: [email protected] Informasi Artikel Riwayat Artikel Diterima tanggal 28 Februari 2015 Direvisi tanggal 29 Maret 2015 Disetujui tanggal 26 Mei 2015 Klasifikasi JEL M31, I32 Kata Kunci Perilaku Konsumen Kemiskinan DOI 10.17970/jrem.15.1501011.ID ABSTRACT This paper analyzes the consumer behavior of poor people in the case of landfill scavengers Air Dingin Village, Koto Tangah District of Padang City. The number of samples in this study is 109 heads of household waste collectors. Sampling through random sampling method. Quantitative analysis was performed using multiple linear regressions. Model of consumer behavior is analyzed by using a model of Michel Mowen and Minor (2001). The aim of the study was to analyze: 1). How far commodity prices, commodity price substitution, the amount of income, tastes, family size, social factors and simultaneous partial towards consumer behavior in landfill Scavengers Air Dingin Village, Koto Tangah District of Padang city. 2). Model of consumer behavior in landfill scavengers Air Dingin Village, Koto Tangah District of Padang city. The results found that the following variables: 1) the price of goods consumed, and social factor variabels (reference group, family, social roles, and status) has a significant influence on the consumer behavior of household members landfill scavengers in Air Dingin Village. 2). Variable price of substitute goods, tastes, income, and family size variable scavengers have no significant effect on the consumer behavior of household members scavengers. Consumer behavior models of overall respondents in landfill scavengers Air Dingin Village, Koto Tangah District of Padang City is shaped by attitudes and subjective norms prevailing among scavengers. ABSTRAKSI Penelitian ini menganalisis perilaku konsumen dari masyarakat miskin yang tinggal di tempat pembuangan sampah di Air Dingin, Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 109 kepala rumah tangga yang pekerjaannya menjadi pengumpul sampah. Penyampelan dilakukan dengan metode random sampling. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda. Model perilaku konsumen dianalisa dengan menggunakan model Michel Mowen and Minor (2001). Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa: (1) Bagaimana harga komoditas, substitusi harga komoditas, jumlah pendapatan, cita rasa, besarnya keluarga, dan faktor-faktor sosial berpengaruh secara simultan terhadap perilaku konsumen di tempat pembuangan sampah di Air Dingin, Kecamatan Koto Tangah Kota Padang; (2) Model perilaku konsumen 154 JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen) di Air Dingin, Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) variabel-variabel harga barang konsumsi serta faktor-faktor sosial (grup referensi, keluarga, peran sosial, serta status) berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku konsumen anggota pemulung di Air Dingin. (2) Variabel harga barang pengganti, cita rasa, pendapatan, serta besaran keluarga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku konsumen anggota pemulung. Model perilaku konsumen dari seluruh responden di tempat pembuangan sampah di Air Dingin, Kecamatan Koto Tangah Kota Padang dibentuk oleh sikap serta norma-norma yang berlaku di antara para pemulung 1. PENDAHULUAN Kemiskinan masih menjadi masalah yang dihadapi oleh pemerintah Kota Padang. Salah satu kelompok yang sering dikategorikan ke dalam kelompok miskin adalah pemulung. Jumlah pemulung terbanyak dapat ditemui di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. Dari hasil penelitian, Sumarni (2012: 77-78) diketahui bahwa pendapatan pemulung per orang berkisar Rp 1.200.000 hingga Rp. 2.100.000 per bulan. Jika dalam sebuah keluarga terdapat dua orang (suami istri) yang bekerja, akan diperoleh pendapatan rumah tangga sebesar Rp. 2.400.000 hingga Rp. 4.200.000 per bulan. Kemudian jika ditinjau, rata-rata pendapatan per kapita rumah tangga pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Kota Tangah, Kota Padang, sebesar Rp. 384.994 per bulan. Jumlah pendapatan perkapita ini relatif tinggi, jika dibandingkan dengan Garis Kemiskinan Makanan (GKM) yang ditetapkan oleh BPS Kota Padang, yaitu rata-rata pengeluaran perkapita sebesar Rp. 306.108 per bulan. Dengan demikian dapat diketahui, berdasarkan pendapatan per kapita anggota rumah tangga pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Kota Tangah, Kota Padang, tidak termasuk dalam kategori miskin. Tetapi, kenyataan di lapangan menyatakan hal sebaliknya. Kondisi ini diduga berkaitan den- Volume 15, No. 1, Januari – Juni (Semester I) 2015, Halaman 154-168 gan perilaku konsumtif masyarakat sehingga pendapatan yang diperoleh langsung digunakan untuk konsumsi. Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah: 1). Sejauh mana harga komoditi, harga komoditi substitusi, jumlah pendapatan, selera, jumlah anggota keluarga, faktor sosial, secara parsial, dan simultan memengaruhi perilaku konsumtif pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang? 2). Bagaimana model perilaku konsumtif pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis: 1). Pengaruh harga komoditi, harga komoditi substitusi, jumlah pendapatan, selera, jumlah anggota keluarga, faktor sosial, secara parsial, dan simultan terhadap perilaku konsumtif pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang 2). Model perilaku konsumtif pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah Kota Padang 2. RERANGKA TEORITIS 1.Perilaku Konsumen Menurut Kotler dan Kevin Lane Keller (2009: 166) perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan. Dan bagaimana barang dan jasa, ide, atau pengalaman dapat memuaskan kebutuhan dari keinginan mereka. Mowen dan Michael Minor ((2001 : 6) mendefenisikan perilaku konsumen sebagai studi tentang unit pembelian (buying units) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuangan barang, jasa, pengalaman, serta ide-ide. Besangko dan Ronal R. Braeutigam (2006: 68) perilaku konsumen adalah berkenaan dengan bagaimana konsumen melakukan pilihan-pilihan dalam mengonsumsi dengan memerhatikan kendala dalam rangka mencapai utiliti maksimum. Dari pendapat-pendapat di atas, dapat diketahui bah- 155 Sri Ulfa Sentosa, Ariusni, Mike Triani : Analisis Perilaku Konsumen dari ..... wa perilaku konsumen adalah berkenaan dengan pilihan-pilihan, pembelian unit barang, pertukaran, dan menggunakannya dalam rangka memuaskan kebutuhan, sehingga dicapai utiliti yang maksimum. Faktor-faktor yang memengaruhi perilaku konsumtif adalah sebagai berikut; menurut Besangko dan Ronal R. Braeutigam (2006: 134) permintaan konsumen terhadap barang berasal dari efek perubahan dalam harga (price effect), efek perubahan pendapatan riil (substitution effect), dan pendapatan nominal (change in income). Beberapa efek ini menimbulkan faktor yang dapat memengaruhi permintaan konsumen terhadap barang, yaitu D = F (P, Ps, I). Kotler dan Kevin Lane Keller (2009: 166-181) perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, dan pribadi. Mowen dan Michael Minor (2001 : 205) mengemukakan bahwa motivasi adalah gerakan seseorang dalam mengarahkan perilaku berdasarkan tujuan. Dengan demikan, motivasi bagi seorang konsumen adalah keadaan berupa dorongan, keinginan, harapan atau hasrat yang menggerakan kosumen. Hill dan Jeannie Gaines (2007: 85-91) mengemukakan budaya konsumen miskin meliputi :(1) Loss/lack of famillial/frienship love, (2) Helplessly failling into greater Poverty, (3) Consumption retriction and meager Possessions, (4) Role of the media, (5) Reactions to the loss/lack of support. Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa kualitas kehidupan dari masyarakat miskin secara signifikan berkurang sebagai konsekuensi atau akibat dari berbagai jenis reaksi emosional negatif dan perilaku masyarakat miskin yang sering gagal untuk memperbaiki keadaan dalam menghadapi kesulitan. Timbulnya masalah ini disebabkan oleh masyarakat miskin yang kehilangan persahabatan atau kekurangan kerabat. Masyarakat miskin tidak berdaya sehingga jatuh pada tingkat kemiskinan yang lebih mendalam. Ini dialami oleh masyarakat miskin dalam beberapa keturunan. Konsumer miskin menghadapi ket- erbatasan konsumsi dan harta benda. Konsumer miskin dihadapkan pada sejumlah keterbatasan signifikan yang menghambat kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar dari pakaian ke bahan makanan, sampai kepada tempat perlindungan. Konsumer miskin sering harus mengonsumsi barang dan jasa yang dianggap tidak layak dikonsumsi oleh konsumer kelas menengah dalam kondisi biasa. Selanjutnya, media memiliki peran untuk mengembangkan rasa ingin untuk memiliki barang dan jasa bagi konsumer miskin. Peterson, et.al (2010) menemukan kehidupan konsumen di bawah garis kemiksinan berbeda dengan konsumen yang hidup di atas garis kemiskinan di negara sedang berkembang, dalam hal memahami kontribusi bisnis terhadap kehidupan mereka. Ini konsisten dengan bangsa yang heterogen dalam kebutuhan konsumen dan persepsi pasar bagi penduduk miskin. Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor ekonomi, budaya, sosial, pribadi, dan psikologi. Sehubungan dengan itu, perilaku konsumen dapat ditinjau dari pendekatan multidisipliner sebagaimana yang dikemukakan oleh Solomon et.al (2010 : 22-24) yaitu meliputi disiplin ilmu: 1) Psikologi Eksperimental, 2) Psikologi Klinik, 3) Mikro Ekonomi, 4) Pisikologi Sosial, 5) Sosiologi, 6) Makro Ekonomi, 7) Semiotik, 8) Demografi, 9). Sejarah, 10) Antropologi Budaya. Analisis perilaku konsumer dari sisi mikro ekonomi yaitu analisis alokasi sumber daya pada tingkat individu dan tingkat rumah tangga. 2.Kemiskinan Menurut Meier dan James E Rauch (2000 : 18) kemiskinan ditekankan pada kebutuhan, dimana kemiskinan adalah ketidakmampuan suatu masyarakat untuk mencapai standar kehidupan minimal. Bradshaw (2006 : 3) mengemukakan kemiskinan dalam arti yang paling umum adalah kurangnya kebutuhan makanan pokok, tempat tinggal, perawatan kesehatan, dan keamanan. MacEwan (2007) mendefinisi- 156 JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen) kan kemiskinan setara dengan pendapatan yang kurang dari $3,20 per hari dan kemiskinan yang ekstrim kurang dari $1,60 perhari. World Bank (2011) kemiskinan dapat diukur dari dimensi moneter dan non moneter. Dimensi moneter diukur dari pendapatan atau konsumsi. Kemiskinan dari dimensi non moneter adalah berkenaan dengan ketidakcukupan outcomes yang berkenaan dengan kesehatan, nutrisi, dan literacy, to deficient social relation, keamanan, kepercayaan diri yang rendah powerlessness. Meyer dan James X. Sullivan (2012) mengidentifikasi ketidakberuntungan dari masyarakat menjadi: 1) the official poverty kemiskinan resmi, 2) kemiskinan konsumsi, 3) ukuran kemiskinan tambahan baru. Menurutnya, terdapat tiga cara mengukur kemiskinan yaitu ukuran single, dimensional, dan ukuran kemiskinan yang didasarkan pada sumberdaya. Identifikasi kemiskinan masyarakat berdasarkan pada kemiskinan konsumsi memiliki keuntungan, memunculkan predictor yang lebih baik dari ukuran pendapatan, terutama berkenaan dengan kesulitan material yang merugikan outcomes keluarga. Sehingga, mengakibatkan kondisi yang lebih parah bagi keluarga yang memiliki tingkat konsumsi rendah, dibandingkan keluarga yang memiliki income rendah. Kemiskinan yang terjadi akan diperparah oleh adanya budaya kemiskinan yang terdapat pada masyarakat miskin. Hill dan Jeannie Gaines (2007: 83-85) mengemukakan bahawa budaya kemiskinan adalah konsisten dengan perspectif Oscar Lewis, orang pertama yang mengemukakan tesis budaya kemiskinan (lima keluarga). Konseptualisasi berkenaan dengan sub budaya kehidupan orang miskin yang merespon dengan kekurangan sumber daya mereka, dengan kepercayaan negatif, sikap dan perilaku. Dari berbagai pendapat di atas dapat diketahui bahwa kemiskinan merupakan suatu kondisi kekurangan dari pendapatan, konsumsi, pendidikan, kesehatan, sosial, budaya kemiskinan, dan lainlainnya. Volume 15, No. 1, Januari – Juni (Semester I) 2015, Halaman 154-168 3.Model Keinginan Berperilaku Mowen dan Michael Minor ((2001 : 338) mengemukakan bahwa model keinginan berperilaku disebut juga sebagai teori tindakan beralasan (the theory of reasoned action) dikembangkan oleh Martin Fishbein dan koleganya untuk meningkatkan kemampuan model sikap terhadap objek dalam memprediksi perilaku konsumen. Model ini memperluas model dasar dalam beberapa cara; Pertama, model ini mengungkapkan bahwa perilaku berasal dari formasi keinginan spesifik untuk berperilaku. Jadi model keinginan berperilaku tidak berusaha memperediksi perilaku seseorang, tetapi keinginan untuk bertindak. Kedua, model ini mencakup bentuk baru yang disebut norma subjektif. Norma subjektif (subjective norm – SN) menilai apa yang dipercaya konsumen, bahwa orang lain akan berpikir mereka harus melakukannya. Dengan kata lain, SN memperkenalkan formulasi pengaruh kelompok referensi yang sangat kuat terhadap perilaku. Perubahan ketiga dari model ini mencakup objek dimana sikap diarahkan. Selain menilai sikap konsumen terhadap merek itu sendiri, model ini juga menilai sikap konsumen terhadap perilaku pembelian produk. Secara aljabar, menurut Mowen dan Michael Minor ((2001 : 338) model keinginan berperilaku diekspresikan sebagai berikut: B ≈ BI = w1 ( AB ) + w2 ( SN ) .........( 1 ) Dimana: B = perilaku; BI = keinginan berperilaku; AB = sikap terhadap perilaku yang dilakukan SN = Norma subjektif; w1 dan w2 = Penentuan bobot secara empiris; Pembobotan ( w1 dan w2 ) ditentukan secara empiris melalui analisis regresi, dan AB serta SN diperoleh secara langsung dari konsumen melalui daftar pertanyaan. Nyatanya, AB dan SN merupakan indeks yang diperoleh melalui pengukuran lainnya. Secara khusus, sikap terhadap perilaku diperoleh dari persamaan berikut ini: ei ................( 2 ) Dimana : AB = Sikap terhadap perilaku yang 157 Sri Ulfa Sentosa, Ariusni, Mike Triani : Analisis Perilaku Konsumen dari ..... dilakukan; bi = Kepercayaan seseorang yang melakukan perilaku akan menghasilkan konsekuensi I; ei = Evaluasi seseorang terhadap konsekuensi I; n = Jumlah kepercayaan Persamaan ini hampir sama dipergunakan dalam model multiatribut lainnya. Perbedaan utamanya adalah pada variabel kepercayaan. Daripada menilai kepercayaan seseorang dimana sebuah objek memiliki atribut tersebut, model keinginan berperilaku menilai kepercayaan seseorang yang melakukan perilaku tertentu yang akan menghasilkan konsekuensi tertentu. Persamaan untuk memperoleh norma subjektif adalah: SN= ………....( 3 ) Dimana : SN = Norma subjektif; NBj = Kepercayaan normatif dimana sekelompok atau seseorang j sebagai referensi berpikir bahwa konsumen hendaknya atau tidak melakukan perilaku; MCj = Motivasi untuk mengikuti pengaruh dari referensi j; n = Jumlah kelompok atau orang sebagai referensi yang relevan Norma subjektif dikalkulasi seperti halnya kepercayaan. Kepercayaan normatif ekuivalen dengan pernyataan tentang kepercayaan dan motivasi untuk mengikutinya seperti sebuah peringkat yang pentimg. Bagi setiap orang atau kelompok referensi, peringkat ini digandakan dan hasilnya ditambahkan pada setiap orang atau kelompok referensi yang dipertimbangkan. Hipotesis Penelitian 1. Secara parsial variabel harga komoditi, jumlah pendapatan, selera, jumlah anggota keluarga, faktor sosial, memunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku konsumtif masyarakat miskin pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. 2. Secara simulatan variabel harga komoditi, jumlah pendapatan, selera, jumlah anggota keluarga, faktor sosial, memunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku konsumtif masayarakat miskin pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. 3. METODE PENELITIAN 1. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua kepala Rumah Tangga Pemulung yang memulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, meliputi kepala rumah tangga pemulung tetap berjumlah 100 kepala rumah tangga, dan kepala rumah tangga pemulung pendatang yang berasal dari kelurahan lain berjumlah 49 kepala rumah tangga. Dengan demikian jumlah total populasi penelitian adalah 149 kepala rumah tangga pemulung. Jumlah Sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin. Jumlah sampel adalah sebanyak 109 kepala rumah tangga pemulung. Pengambilan sampel dilakukan secara random (random sampling) 2. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini terdiri dari data sekunder dan data primer. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Kantor Statistik Kota Padang, Kecamatan Koto Tangah, Kantor Kelurahan, Kantor Dinas Sosial Kota Padang, dan beberapa kantor yang terkait dalam penelitian ini. Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner penelitian. Metode pengumpulan data menggunakan metode survei pada rumah tangga sampel yang terpilih. Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen (kuesioner) untuk mengetahui validitas dan reliabilitas. Setelah itu baru dilakukan penelitian atau pengumpulan data. Uji coba dilakukan terhadap pemulung di TPS di Pasar Alai, Pasar Siteba. Dari 223 butir pertanyaan yang diajukan ternyata semua itemnya valid dengan nilai corrected item-total 158 JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen) correlation> r tabel (0,476) 3.Analisis Data a. Analisis regresi linear berganda B = a +b1X1 + b2X2+b3l X3 +b4X4 + b5X5 + b6X6 + e…(4) Dimana; B = Perilaku konsumtif pemulung Air Dingin; X1= Harga barang yang dikonsumsi Air Dingin; X2= Harga barang substitusi; X3=Pendapatan pemulung Air Dingin; X4= Selera Pemulung Air Dingin ; X5= Jumlah anggota keluarga pemulung Air Dingin ; X6= Faktor social ; X7 =Motivasi ; bi = Koefisien regresi ; a= Konstanta ; e = error. Namun sebelumnya akan dilakukan uji asumsi klasik uji multikolinearitas, Heteroskedastisitas, dan lain-lainnya. 2. Model Perilaku Konsumtif Model perilaku konsumtif adalah sebagai berikut: B ≈ BI = w1 ( AB ) + w2 ( SN ) ..............(5) Dimana; B = perilaku konsumtif rumah tangga pemulung ; BI = keinginan berperilaku konsumtif Pemulung ; AB = sikap terhadap perilaku yang dilakukan oleh rumah tangga pemulung ; SN= Norma subjektif yang dimiliki oleh rumah tangga pemulung; w1 dan w2 = Penentuan bobot secara empiris. Pembobotan ( w1 dan w2 ) ditentukan secara empiris melalui analisis regresi , dan AB serta SN diperoleh secara langsung dari konsumen melalui daftar pertanyaan. dalam kenyataanya, AB dan SN merupakan indeks yang diperoleh melalui pengukuran lainnya. Secara khusus, sikap terhadap perilaku diperoleh dari persamaan berikut ini: .................(6) Dimana : AB= Sikap terhadap perilaku yang dilakukan ; bi = Kepercayaan seseorang yang melakukan perilaku akan menghasilkan konsekuensi I ; ei= Evaluasi seseorang terhadap konsekuensi I ; n = Jumlah kepercayaan. Volume 15, No. 1, Januari – Juni (Semester I) 2015, Halaman 154-168 Persamaan ini hampir sama dipergunakan dalam model multiatribut lainnya. Perbedaan utamanya adalah pada variabel kepercayaan. Daripada menilai kepercayaan seseorang dimana sebuah objek memiliki atribut tersebut, model keinginan berperilaku menilai kepercayaan seseorang yang melakukan perilaku tertentu yang akan menghasilkan konsekuensi tertentu. Persamaan untuk memperoleh norma subjektif adalah: SN = …….(7) Dimana : SN = Norma subjektif ; NBj = Kepercayaan normatif dimana sekelompok atau seseorang j ; Sebagai referensi berpikir bahwa konsumen hendaknya atau tidak melakukan perilaku ; MCj = Motivasi. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis terhadap faktor-faktor yang memengaruhi perilaku konsumtif rumah tangga pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang akan dilakukan dengan menggunakan uji t dan F. Defenisi Operasional Dari Variabel Penelitian 1. Harga komoditi (X1), merupakan persepsi pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang terhadap harga komoditi yang dibelinya, diukur dengan skala likert. (2) Harga substitusi (X2) merupakan persepsi pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang terhadap harga komoditi substitusi, diukur dengan skala likert; (3) Jumlah pendapatan (X3) merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh oleh anggota rumah tangga pemulung pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, diukur dengan Rp. per bulan. (4) Selera (X4) terhadap persepsi pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan 159 Sri Ulfa Sentosa, Ariusni, Mike Triani : Analisis Perilaku Konsumen dari ..... Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, terhadap komoditi substitusi yang dikonsumsi, diukur dengan skala likert. (5) Jumlah anggota keluarga (X5), merupakan jumlah tanggungan rumah tangga pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, diukur dengan orang. (6) Faktor Sosial (X6) pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, dengan indikator kelompok referensi, keluarga, peran sosial, status, diukur dengan skala likert. 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Data a. Estimasi Regresi Linear Berganda Tabel 1 Hasil Estimasi Fungsi Perilaku Konsumtif Pemulung No 1 2 3 4 5 6 7 Variabel Koefisien (Constant) 11170.71 X1 -5041,53 X2 3735,53 X3 -0.0007 X4 7634.50 X5 157.12 X6 1255.11 R-Square = 0.296993 F Statistik = 7.181823 Nilai t hitung 1.1249 -2.7599 2.1962 -0,3818 4.6071 0.4437 1.6497 Probabilitas 0.2633 0.0069 0.0303 0.4864 0.7184 0.6610 0.0202 Prob (Fstatistik) =0,0000 Sumber: Data diolah 2013, n = 109, df(n-k-1) = 102 Model regresi sebagai berikut: Y = 11170,71 – 5041,53 X1+ 3735,53 X2 – 0,0007 X3 + 7634,50 X4 + 157,12 X5+ 1255,11 X6 ...................…………....(8) Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa besarnya koefisien variabel harga barang yang dikonsumsi pemulung (X1) adalah -5041,53. Apabila variabel harga barang yang dikonsumsi meningkat sebesar satu satuan maka perilaku konsumtif rumah tangga pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang akan menurun sebesar 5041,53 satuan, dengan asumsi cateris paribus. Pengaruh harga barang substitusi (X2) terhadap perilaku konsumtif pemulung adalah positif dengan koefisien sebesar 3735,53. Apabila harga barang substitusi meningkat sebesar satu satuan maka perilaku konsumtif rumah pemulung meningkat sebesar 3735,53 satusatuan, dengan asumsi cateris paribus. Variabel pendapatan pemulung (X3) memunyai pengaruh yang negatif dengan koefisien sebesar 0,0007. Apabila variabel pendapatan rumah tangga pemulung meningkat sebesar satu satuan maka perilaku konsumtif rumah tangga pemulung menurun sebesar 0,0007 satu-satuan. dengan asumsi cateris paribus. Pengaruh variabel selera (X4) terhadap perilaku konsumtif rumah tangga pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang adalah positif dengan koefisien sebesar 7634,5. Jika variabel selera pemulung meningkat sebesar satu satuan maka perilaku konsumtif anggota rumah tangga pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang juga meningkat sebesar 7634,5 satuan. dengan asumsi cateris paribus. Pengaruh jumlah anggota keluarga pemulung (X5) terhadap perilaku konsumtif anggota rumah tangga pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang adalah positif dengan koefisien sebesar 157,12. Jika variabel jumlah anggota pemulung meningkat sebesar satu satuan maka perilaku konsumtif pemulung juga meningkat sebesar 157,12 satuan dengan asumsi cateris paribus. Pengaruh faktor sosial (X6) terhadap perilaku konsumtif pemulung anggota rumah tangga pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang adalah positif dengan koefisien sebesar 1255,11. Apabila variabel faktor sosial meningkat sebesar satu satuan maka perilaku konsumtif rumah tangga pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang juga meningkat sebesar 1255,11 satuan, 160 JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen) dengan asumsi cateris paribus. Nilai konstanta sebesar 11170,71 hal ini berarti bahwa tanpa variabel harga barang yang dikonsumsi, harga barang substitusi, pendapatan pemulung, selera pemulung, jumlah anggota keluarga pemulung, faktor sosial dan motivasi akan bertambah sebesar 11170,71 satuan. Nilai R2 adalah sebesar 0,2969. Hal tersebut berarti kontribusi variabel bebas terhadap variabel tidak bebas adalah sebesar 29,69%, sedangkan sisanya 70,31% dijelaskan oleh variabel lain di luar model yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian. b. Model Perilaku Konsumtif Pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang Dalam Tabel 2 disajikan model sikap responden pemulung di TPA Air Dingin, Kelu- Volume 15, No. 1, Januari – Juni (Semester I) 2015, Halaman 154-168 rahan Balai gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. Hasil olahan data dalam Tabel 2 menggambarkan bahwa dari 19 atribut yang dievaluasi, ternyata 14 atribut memiliki nilai ei >3 yaitu atribut nomor 1,2,3,4,5,8,9,10,14,15,16,1 7,18, dan atribut nomor 19.Sedangkan 4 atribut memiliki nilai ei < 3. Atribut tersebut adalah dengan item nomor 6,7,11, dan 12. Jika nilai ei >3 artinya atribut-atribut tersebut adalah penting. Jika nilai ei>4 maka atribut tersebut adalah sangat penting. Namun bila ei <3 maka atribut tersebut tidak begitu penting. Dalam Tabel 2 disajikan data skor bi yang merupakan skor kekuatan kepercayaan yang berkaitan dengan sikap reponden pemulung dalam mengonsumsi yang memiliki beberapa atribut tertentu. Tabel 2 Model Sikap Responden Pemulung dalam Mengonsumsi di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang Item Atribut Skor bi Skor ei Skor biei 1 Membeli beras 4,41 4,03 17.77 2. Membeli umbi-umbian 3,49 3,06 10.68 3 Membeli ikan 3,60 3,55 12.78 4. Membeli susu 2,94 3,06 9.00 5. Membeli sayuran 3,86 3,52 13.59 6 Membeli kacang-kacangan 3,17 2,73 8.65 7 Membeli daging 2,42 2,96 7.16 8, Membeli buah-buahan 3,25 3,29 10.69 9. Membeli minyak dan gas 3,32 3,53 11.72 10 Membeli bumbu 2,18 3,31 7.22 11 Membeli makanan jadi 3,71 2,29 8.50 12 Minuman beralkohol 2,94 2,03 5.97 13 Membeli Tembakau dan sirih (rokok) 2,18 3,00 6.54 14 Membeli Perumahan dan fasilitas rumah tangga 2,72 3,36 9.14 15 Membeli Barang dan jasa 2,10 3,42 7.18 16 Membeli pakaian, sepatu/sandal, dan turtup kepala 2,62 3,55 9.30 17. Membeli barang-barang tahan lama 2,86 3,35 9.58 18 Membayar pajak dan asuransi 2,70 3,22 8.69 19 Membayar uang sekolah dan membeli kebutuhan sekolah 2,96 3,68 10.89 A0 = ∑biei Sumber: Data Primer yang diolah 161 57,43 60,94 185,05 Sri Ulfa Sentosa, Ariusni, Mike Triani : Analisis Perilaku Konsumen dari ..... Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 19 atribut yang dievaluasi, sebanyak atribut memunyai nilai bi > 3 yaitu atribut dengan nomor item 1,2,3,5,6,8,9, dan nomor 11. Sedangkan atribut dengan nomor item; 4,7,10, 12,13,14,15,16,17,18 dan nomor 19 memiliki nilai bi <3. Dari penilai tingkat kekuatan dan kepercayaan, berkaitan komoditi yang dibeli oleh responden pemulung, maka terlihat bahwa atribut-atribut yang terdapat dalam Tabel 2 tersebut adalah sangat penting dan penting yang ditunjukkan oleh nilai bi > 3 dan bi > 4. Namun demikian, banyak atribut yang dikemukakan merupakan atribut yang tidak penting karena nilai bi<3. Ditinjau dari model sikap responden pemulung dalam mengonsumsi berbagai komoditi maka dapat dilihat dalam Tabel 2 yang ditunjukkan oleh skor biei. Dalam Tabel 2 model sikap dari responden pemulung dalam mengonsumsi komoditi makanan dan non makanan secara keseluruhan rata-rata adalah sebesar 9,74. Hal ini berarti bahwa secara keseluruhan komoditi-komoditi yang ada memiliki atribut yang diingikan oleh konsumen pemulung. Model Perilaku Konsumtif Pemulung Terhadap Konsumsi makanan dan Non makanan adalah : B ≈ BI = 32261,9 (AB) + 1473,6 ( SN ) ...(11) Model keinginan berperilaku dari Pemulung diekspresikan oleh koefisien sikap (w1) yaitu sebesar 32261,9 dan koefisien normatif (w2) sebesar 1473,6. Nilai w1 merupakan perkalian antara tingkat kepercayaan pemulung (ei) dengan hasil evaluasi atas kepercayaan (bi). Koefisien w1 adalah positif yang mengindikasikan bahwa hasil analisis sikap responden pemulung terhadap konsumsi komoditi makanan dan non makanan adalah telah memenuhi kreteria model Fishbein. Berdasarkan kreteria Fishbein yaitu bila atribut yang diinginkan memiliki nilai ei positif maka nilai bi juga positif. Model Perilaku Konsumtif Pemulung terhadap Konsumsi Komoditi Makanan adalah : B ≈ BI = 3216,13 (AB ) + 169,27 ( SN ) ....(12) model keinginan berperilaku dari Pemulung diekspresikan oleh koefisien sikap (w1) yaitu sebesar 3216,13 dan koefisien normative (w2) sebesar 169,27. Nilai w1 merupakan perkalian antara tingkat kepercayaan pemulung (ei) dengan hasil evaluasi terhadap kepercayaan (bi). Koefisien w1 adalah positif yang mengindikasikan bahwa hasil analisis sikap responden pemulung terhadap konsumsi komoditi makanan adalah telah memenuhi kreteria model Fishbein. Model Konsumtif Pemulung terhadap Konsumsi Komoditi Non Makanan adalah : B ≈ BI = 32754,5( AB ) + 1487,21 ( SN ) ....(3) Model keinginan berperilaku dari Pemulung diekspresikan oleh koefisien sikap (w1) yaitu sebesar 32754,5 dan koefisien normatif(w2) sebesar 1487,21. Nilai w1 merupakan perkalian antara hasil tingkat kepercayaan (ei) dengan hasil terhadap kepercayaan (bi). Koefisien w1 adalah positif yang mengindikasikan bahwa hasil analisis sikap responden pemulung terhadap konsumsi non makanan adalah telah memenuhi kreteria model Fishbein. Nilai w1 merupakan perkalian antara tingkat kepercayaan pemulung (ei) dengan hasil evaluasi atas kepercayaan (bi). Koefisien w1 adalah positif yang mengindikasikan bahwa hasil analisis sikap responden pemulung terhadap konsumsi komoditi makanan dan non makanan adalah telah memenuhi kreteria model Fishbein. Berdasarkan kreteria Fishbein yaitu bila atribut yang diinginkan memiliki nilai ei positif maka nilai bi juga positif. Sikap adalah mempelajari kecenderungan untuk tetap berkelakukan menyenangkan atau tidak menyenangkan berkenaan dengan objek tertentu (Sciffman dan Leslie Lazar Kanuk, 2000 : 199). Hasil pengukuran perilaku konsumtif pemulung Di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang dimuat dalam tabel berikut: 162 JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen) Volume 15, No. 1, Januari – Juni (Semester I) 2015, Halaman 154-168 Tabel 3 Nilai Perilaku Masing-masing Responden Nilai Perilaku (B) Interpretasi Persen 4.127,07 ≤ B≤ 13.676,7 Sangat buruk 1% 13.676 ≤ B≤ 23.226,32 Buruk 8% 23.226,3 ≤ B≤ 32.755,58 Cukup baik 34% 32.775,95 ≤ B≤ 42.325,58 Baik 39% 42.325,58 ≤ B≤ 51.875,21 Sangat baik 27% Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa 91% responden memiliki interpretasi yang baik, cukup baik, dan sangat baik. Sedangkan 9% memiliki kategori perilaku konsumtif yang berada dalam kategori buruk dan sangat buruk terhadap konsumsi makan dan non makanan. 2.UJI HIPOTESIS a. Uji F Berdasarkan Tabel 1 diketahui nilai Fhitung adalah 7,181823 sedangkan nilai Ftabeladalah 2,11. Jadi Fhitung ≥ Ftabel : Ho ditolak atau Ha diterima (7,181823 ≥ 2,11). Berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat. Artinya adalah variabel harga barang yang dikonsumsi (X1), harga barang substitusi (X2),Variabel pendapatan pemulung (X3), variabel selera (X4), Variabel jumlah anggota keluarga (X5) dan variabel faktor sosial (X6) secara simultan memunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku konsumtif rumah tangga pemulung (B) TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. b. Uji t Untuk variabel harga barang yang dikonsumsi dengan nilai ttabel pada α = 0,05 adalah 1,98638. Nilai thitung untuk variabel harga ko^ moditi yang dikonsumsi ( X 1 ) adalah 2,7599 signifikan pada level 0,006856. Dengan demikian dapat diketahui bahwa thitung> ttabel yaitu 2,487182 > 1,98638 (sig 0,0147 < α = 0,05). Maka H0 ditolak atau Ha diterima, hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara harga barang yang dikonsumsi (X1) dengan perilaku konsumtif (B) pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. Selanjutnya harga barang substitusi (X2) memunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku konsumtif pemulung (B) pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. Nilai ttabel pada α = 0,05 adalah 1,98638. Nilai t hitung untuk variabel harga barang substitusi (X2) adalah 2,196206 signifikan pada level 0,030342. Dengan demikian dapat diketahui bahwa thitung> ttayaitu 2,196206 < 1,98638 (sig 0,030342< α bel = 0,05). Berarti (H0 ditolak atau Ha diterima), hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara harga barang substitusi (X2) dengan perilaku konsumtif pemulung (B) pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. Variabel pendapatan pemulung (X3) tidak memunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku konsumtif pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. Nilai ttabel pada α = 0,05 adalah 1,98638. Nilai t hitung untuk variabel pendapatan pemulung (X3) adalah 0,38178 tidak signifikan pada level 0,703419. Dengan 163 Sri Ulfa Sentosa, Ariusni, Mike Triani : Analisis Perilaku Konsumen dari ..... demikian dapat diketahui bahwa thitung< ttabel yaitu 0,38178< 1,98638 (sig 0,703419 > α = 0,05). Berarti (H0 diterima atau Ha ditolak), hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pendapatan pemulung (X3) dengan perilaku konsumtif pemulung (B) di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. Variabel selera pemulung (X4) memunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku konsumtif (B) di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Nilai ttabel pada α = 0,05 adalah 1,98638. Nilai t untuk variabel selera pemulung (X4) adalah hitung 4,607084 signifikan pada level 0,000. Dengan demikian dapat diketahui bahwa thitung< ttabel yaitu 4,607084 > 1,98638 (sig 0,000< α = 0,05). Berarti (H0 ditolak atau Ha diterima), hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara selera pemulung (X4) dengan perilaku konsumtif (B) pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. Variabel jumlah tanggungan keluarga pemulung (X5) tidak memunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku konsumtif pemulung (B)di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. Nilai ttabel pada α = 0,05 adalah 1,98638. Nilai t untuk variabel jumlah tanggungan keluarga hitung pemulung (X5) adalah 0,443713 tidak signifikan pada level 0,65819. Dengan demikian dapat diketahui bahwa thitung< ttabel yaitu 0,443713 < 1,98638 (sig 0,65819 > α = 0,05). Berarti (H0 diterima atau Ha ditolak), hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah tanggungan keluarga pemulung (X5) dengan perilaku konsumtif pemulung (B) di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. Variabel faktor sosial (X6) dengan nilai ttabel pada α = 0,05 adalah 1,98638. Nilai thitung untuk variabel faktor sosial (X6) adalah 1,649673 tidak signifikan pada level 0,102086. Dengan demikian dapat diketahui bahwa thitung< ttabel yaitu 1,649673 > 1,98638 (sig 0,102086 > α = 0,05). Maka H0 ditolak atau Ha diterima, hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara faktor sosial (X6) dengan perilaku konsumtif pemulung (B) di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. 3. Pembahasan a. Faktor-faktor Yang Memengaruhi Perilaku Konsumtif Masyarakat Miskin Berdasarkan hasil uji hipotesis yang dilakukan bahwa, harga barang yang dikonsumsi (X1) memunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap perilaku konsumtif pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. Hal ini mengindikasikan bahwa, apabila terjadi peningkatan harga barang yang dikonsumsi, maka rumah tangga pemulung akan berperilaku menurunkan jumlah barang yang dikonsumsi, sebaliknya jika harga barang yang dikonsumsi turun, maka rumah tangga pemulung akan berperilaku meningkatkan jumlah barang yang dikonsumsi dengan asumsi cateris paribus. Hasil penelitian di atas konsisten dengan teori mikro ekonomi dikemukakan oleh Besangko dan Ronal R. Braeutigam (2006: 134) bahwa permintaan konsumen terhadap barang berasal dari efek dari perubahan dalam harga (price effect), efek perubahan pendapatan riil (substitution effect) dan pendapatan nominal (change in income). Beberapa efek ini dapat menimbulkan faktor yang memengaruhi permintaan konsumen terhadap barang yaitu D = F (P, Ps, I), hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori mikro ekonomi dari Hubbard dan Anthony Patrick (2008: 28-29) yang mengemukakan pengaruh perubahan harga hanya terjadi sepanjang kurva permintaan. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa harga barang substitusi (X2) memunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku konsumtif pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. 164 JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen) Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan teori permintaan dalam mikroekonomi, tetapi konsisten dengan teori mikroekonomi berkenaan dengan diferensiasi produk. Berdasarkan teori Ronal R. Braeutigam, (2006: 500-5002) diferensiasi produk terdiri dari diferensiasi produk vertikal dan horizontal. Diferensiasi vertikal berkenaan dengan inferior dan superior. Dua produk memiliki diferensiasi vertikal bila konsumen memandang satu produk lebih baik atau lebih buruk dari yang lainnya. Diferensiasi horizontal dimana dua produk pada harga yang sama, beberapa konsumen memandang 1 produk substutis adalah jelek, sementara konsumen yang lain adalah menganggap baik . Jadi persepsi konsumen pemulung seperti ini yang menyebabkan pengaruh harga substitusi positif dan signifikan. Selain dari pada itu hal ini juga dipengaruhi oleh sikap konsumen pemulung terhadap komoditi substutisi. Walaupun harganya meningkat tetapi karena konsumen telah merasa suka sehingga tidak akan mau beralih keproduk utama yang disubstitusi. Variabel pendapatan (X3) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku konsumtif pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan teori mikro ekonomi, hal ini antara lain disebabkan oleh jenis komoditi diteliti meliputi konsumsi makanan dan non makanan. Dengan kata lain komoditi yang diteliti dapat juga dikelompokkan pada komoditi inferior dan barang normal. Efek pendapatan terhadap barang inferior secara teori mikroekonomi adalah negatif, sedangkan efek pendapatan terhadap barang normal adalah positif. Jenis komoditi makanan yang dikonsumsi oleh reponden meliputi; komoditi beras, kentang, telur ayam ras, kacang-kacangan, buah-buahan (pepaya, nanas, mangga, jeruk, dll), minyak goreng, cabe keriting, dan kelapa. Jenis komoditi non makanan yang dikonsumsi oleh rumah tangga pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang Volume 15, No. 1, Januari – Juni (Semester I) 2015, Halaman 154-168 meliputi: sarana dan prasarana keperluan memasak, HP, pulsa, sepatu, pakaian, TV, dan tape recorder, jilbab, pajak, keperluan pesta dan upacara. Selain itu, adanya rumah tangga pemulung yang mealakukan pembelian barang secara kredit, sehingga walupun rumah tangga pemulung tidak memiliki pendatang, maka mereka tetap dapat mengonsumsinya melalui pembelian kredit. Perilaku konsumtif seperti inilah yang menyebabkan rumah tangga pemulung menjadi miskin. Hal ini sesuai dengan pendapat Hiil Jeannie Gaines (2007: 91) bahwa konsumer miskin mengahadapi keterbatasan kosnsumsi dan harta benda. Berdasarkan hasil uji hipotesis yang dilakukan menunjukkan bahwa, variabel selera (X4) anggota rumah tangga pemulung memunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku konsumtif pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa apabila terjadi peningkatan selera anggota rumah tangga pemulung terhadap komoditi makanan dan non makanan, maka perilaku konsumtif juga akan mengalami peningkatan, sebaliknya jika selera anggota rumah tangga pemulung terhadap suatu komoditi makanan dan non makanan mengalami penurunan, maka perilaku konsumtif pemulung dalam membeli komoditi makanan dan non makanan akan turun, dengan asumsi cateris paribus. Hasil penelitian ini konsisten dengan teori mikro ekonomi Dari hasil uji hipotesis yang dilakukan dapat diketahui bahwa jumlah anggota pemulung (X5) memunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap perilaku konsumtif pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. Hasil penelitian tidak konsisten dengan teori mikroekonomi dimana semakin banyak jumlah anggota keluarga semakin meningkat permintaan terhadap barang. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hubbard dan Anthony Patrick (2008: 28-29) pengaruh 165 Sri Ulfa Sentosa, Ariusni, Mike Triani : Analisis Perilaku Konsumen dari ..... variabel lain bukan harga barang itu sendiri seperti tanggungan jumlah anggota keluarga akan menggeser kurva permintaan kekiri dan kekanan. Tidak signifikannya pengaruh dari variabel ini disebabkan keputusan pembelian sebagian besar dilakukan oleh kepala rumah tangga pemulung, sehingga peranan anggota rumah tangga tidak diperlukan. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian pengaruh variabel sosial terhadap perilaku konsumtif yang juga tidak signifikan. Variabel faktor sosial (X6) memunyai pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap perilaku konsumtif pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. Hal ini mengindikasikan bahwa perilaku konsumtif pemulung tidak secara signifikan dipengaruhi faktor sosial seperti kelompok referensi, keluarga serta peran sosial dari status yang memengaruhi perilaku pembelian. Hasil penelitian tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Kotler dan Kevin Lane Keller (2009: 166-181) perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor sosial. Hasil penelitian di atas tidak relevan dengan teori yang ada, hal ini diduga karena keputusan pembelian komoditi makanan dan non makan dalam rumah tangga pemulung yang sebagian besar ditentukan oleh keputusan istri atau ibu rumah tangga, sehingga tidak memedulikan pengaruh dari variabel sosial lainnya seperti kelompok acuan atau kelompok referensi. Berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan uji F dapat diketahui bahwa variabel harga barang yang dikonsumsi oleh anggota rumah tangga pemulung (X1), harga barang substitusi(X2), Variabel pendapatan pemulung (X3), variabel selera(X4), Variabel jumlah anggota keluarga (X5), dan variabel faktor sosial(X6) secara bersama-sama memunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku konsumtif anggota rumah tangga pemulung TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Hasil penelitian di atas sesuai dengan teori-teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli di antaranya Kotler dan Kevin Lane Keller (2009: 166-181) tentang perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, dan pribadi. Mowen dan Michael Minor (2001 : 205) yang mengemukakan bahwa pengaruh variabel motivasi yang berupa keadaan yang diaktivasi atau digerakan dimana seseorang mengarahkan perilaku berdasarkan tujuan. Selanjutnya hal yang sama juga dapat diketahui dari teori Sigmund (dalam Kotler, 2006 : 178) bahwa kekuatan psikologis yang membentuk perilaku seseorang sebagian besar adalah ketidaksadaran, dan bahwa seseorang tidak dapat memahami secara penuh motivasinya sendiri. Ketika seseorang mengamati merek tertentu, ia tidak hanya bereaksi terhadap produk tersebut, tetapi juga terhadap tanda lain yang kurang disadari seperti bentuk, ukuran, berat, bahan, warna, dan nama merek. Besangko dan Ronal R. Braeutigam (2006: 70) bahwa beberapa faktor yang bersifat ekonomi yang memengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian atau permintaan barang yang dijelaskan melalui pendekatan kardinal dan ordinal. Selanjutnya menurut Besangko dan Ronal R. Braeutigam (2006: 134) permintaan konsumen terhadap barang berasal dari efek dari perubahan dalam harga (price effect), efek perubahan pendapatan riil (substitution effect) dan pendapatan nominal (change in income). b. Model Perilaku Konsumtif Masyarakat Miskin Pemulung Berdasarkan nilai perilaku kosumtif masyarakat miskin pemulung terhadap komoditi makanan dan non makanan dapat diketahui bahwa sebagian besar (56%) rumah tangga masyarakat miskin pemulung memiliki nilai perilaku konsumtif yang berada dalam kategori dalam sangat baik dan baik, sedangkan sebagian kecil (44%) rumah tangga masyarakat miskin pemulung memiliki nilai perilaku konsumtif berada dalam kategori cukup baik, buruk dan sangat buruk. Perilaku konsumtif yang terakhir ini terjadi antara lain karena masyarakat miskin 166 JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen) mengonsumsi komoditi barang inferior dan barang giffen. Hal ini sesuai dengan pendapat Hill dan Jeannie Gaines (2007 : 91) bahwa individual konsumer miskin sering harus mengonsumsi barang dan jasa yang dianggap tidak layak dikonsumsi oleh konsumer kelas menengah dalam kondisi biasa. Selain itu masyarakat miskin pada umumnya tidak memiliki perencanaan masa datang, dan hanya memiliki perencanaan jangka pendek, yang tergambar dalam budaya kemiskinan sebagaimana yang dikemukakn oleh Oscar Lewis. 5. KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN DAN KETERBATASAN 1.Simpulan Simpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari variabel harga barang itu sendiri, harga barang substitusi, jumlah pendapatan, selera , jumlah anggota keluarga dan variabel faktor sosial terhadap perilaku konsumtif rumah tangga pemulung TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. Pengaruh variabel bebas secara parsial adalah sebagai berikut; variabel harga barang, harga barang substitusi dan selera secara parsial memunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku konsumtif (B) pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, sedangkan variabel pendapatan pemulung, jumlah tanggungan keluarga, dan faktor sosial secara parsial tidak memunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku konsumtif pemulung pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. Volume 15, No. 1, Januari – Juni (Semester I) 2015, Halaman 154-168 yang seharusnya rumah tangga pemulung dapat mengalokasikan pendapatannya untuk konsumsi dan tabungan. Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi pengambil kebijakan dalam penanggulangan kemiskinan di Kota Padang. 3. Saran Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan tidak memunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku konsumtif masyarakat miskin pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. Hal ini berkaitan dengan perilaku pemulung yang suka melakukan pembelian secara kredit, sehingga walaupun pendapatannya tidak ada maka rumah tangga pemulung dapat tetap membeli komoditi yang diinginkannya. Sehubungan dengan itu rumah tangga pemulung perlu melakukan perencanaan pengeluaran rumah tangga. Untuk ini perlu dilakukan pelatihan dalam pengelolaan keuangan rumah tangga. 4. Keterbatasan Dalam penelitian ini analisis variabel-variabel yang memengaruhi perilaku konsumtif rumah tangga pemulung menitikberatkan pada analisis mikro ekonomi, pada hal analisis perilaku konsumtif tersebut meliputi disiplin ilmu :1) Psycologi Eksperimental, 2) Psyicologi Klinik, 3) Mikro Ekonomi, 4) Pisikologi Sosial, 5) Sosiologi, 6) Makroekonomi, 7) Semiotik, 8) Demografi, 9). Sejarah, 10) Antropologi Budaya. 2. Implikasi Perilaku konsumtif dari masyarakat miskin pemulung di TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, pada akhirnya dapat menyebabkan ruamah tangga pemulung tetap berada dalam kondisi kemiskinan. Pada hal pendapatan yang diperoleh dari memulung adalah relatif besar, 167 Sri Ulfa Sentosa, Ariusni, Mike Triani : Analisis Perilaku Konsumen dari ..... 6. DAFTAR RUJUKAN Bowen, Glenn. A. 2006. Grounded Theory and Sensitizing Concepts. International Journal of Qualitative Methode 5(3) September. http: //www.ualberta.ca/11qm/back issues/5.3/htm/bowen.htm Bradshaw, Ted K. 2006. Theories of Poverty and Anti-Poverty Programs in Community Development.RPRC Working Paper No. 06-5. Ferbruary. Rural Poverty Research Center. http://www.rprcconline.org/ Besanko. D, Braeutigam R.R. 2006. Microeconomics. Second Edition. John Willey and Sons, Inc. Hill, Ronald Paul dan Jeannie Gaines. 2007. The Consumer Cultre of Poverty: Behavioral Research Findings and Their Implications in an Ethnographic Context. The Journal of AmericanCulture. Hubbard, R. Glenn dan Anthony Patrick 2008.. Microeconomics. Pearson International Edition Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid 1.(terjemahan). Penerbit Erlangga. Jakarta. MacEwan, Arthur. 2007.The Meaning of Poverty Questions of Distribution and Power, Department of Economics, University of Massachusetts Boston Meier, Gerald M dan James E Rauch.2000. Leading Issues in Economic Development. New York. Oxford University Press. Meyer, Bruce D dan James X. Sullivan. 2012. Identifying the Disadvantaged: Official Poverty, Consumption Poverty, and The New supplemental Poverty measure. Jornal of Economic Perspective – Volume 26, Number 3 summer pages 111-136. Mowen, John C. dan Michael Minor. 2002. Perilaku Konsumen. Jilid 1. ( Terjemahan Lina Salim). Penerbit Erlangga. Jakarta. Peterson, Mark dan Ahmet Ekici dan David M. Hunt. 2010. How the poor in a developing country view business’ contibution to quality of life 5 years after a national economic crisis. Journal of Business Research. Sciffman, Leon G. dan Leslie Lazar Kanuk. 2000. Consumer Behavior. Prentice Hall Phipe Solomon M. Bamossy G. Askegaard s., and Hogg, M.K 2010. Consumer Behavior. A European Perpective. Harlow. Pearson Education. Sumarni. 2012. Studi Tentang Kondisi Sosial dan Ekonomi Kumunitas Pemulung (Kasus TPA Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang). Tesis Program Studi IPS Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang. World Bank Group. 2011. Defining welfare Measures. http://go.worldbank.org/ W3HL5GD710 Zebua, A.S. dan Nurjayadi, R.D. 2001. Hubungan Antara Konformitas dan KonsepDiri dengan Perilaku Konsumtif pada Remaja Putri. Majalah Phronesis. Vol. 3. No. 6. Halaman 72-81. 168