ANALISIS RISIKO BAHAYA TERHADAP ASPEK KESELAMATAN MANUSIA DAN BENDA SAAT PENGGUNAAN TUNNEL BORING MACHINE PADA KONSTRUKSI TEROWONGAN BAWAH TANAH (Studi Kasus : Proyek Jakarta MRT) Oleh Januar Budi Prasetyo NIM : 15009139 (Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Program Studi Teknik Sipil) Kota besar di negara berkembang sering sekali dihadapi dengan banyak permasalahan seperti masalah transportasi. DKI Jakarta merupakan contoh kota besar di negara berkembang yang memiliki permasalahan transportasi. Pembangunan moda transportasi angkut masal yaitu mass rapid transit merupakan salah solusi untuk mengatasi permasalahan transportasi di Jakarta. Proyek ini melibatkan konstruksi terowongan bawah tanah sepanjang 5.9 kilometer dengan menggunakan TBM (Tunnel Boring Machine). TBM merupakan metode konstruksi yang baru pertama kali digunakan untuk melaksanakan proyek terowongan bawah tanah di area perkotaan di Indonesia. Penggunaan TBM sebagai metoda konstruksi terowongan bawah tanah tentunya harus memiliki perencanaan yang matang agar tidak mengakibatkan bahaya keselamatan saat konstruksi berjalan. Tentunya identifikasi dan analisis risiko-risiko bahaya keselamatan yang mungkin terjadi perlu dilakukan agar risiko-risiko bahaya terhadap aspek keselamatan yang mungkin terjadi saat konstruksi dapat diprediksi dan dilakukan tindakan pencegahannya. Kemampuan identifikasi dan analisis bahaya keselamatan yang akan muncul akan memberikan manfaat bagi persiapan yang lebih baik. Kata kunci : terowongan bawah tanah, tunnel boring machine, identifikasi dan analisis risiko mengakomodir kebutuhan transportasi penduduk. Pendahuluan Kota-kota besar di negara berkembang sering sekali dihadapi dengan banyak permasalahan yang memiliki dampak buruk jika permasalahan tersebut dibiarkan menjamur. Salah satu permasalahan yang mungkin dihadapi oleh kota-kota besar adalah masalah transportasi. Transportasi merupakan hal vital bagi penduduk di sebuah kota karena menyangkut pemenuhan kebutuhan individu masing-masing. Permasalahan transportasi bisa berupa kemacetan maupun ketidakmampuan moda transportasi publik untuk DKI Jakarta yang merupakan Ibu Kota dari Negara Indonesia merupakan contoh kota besar di negara berkembang yang memiliki masalah di bidang transportasi. Pemerintah DKI Jakarta tentunya memiliki beberapa solusi untuk mengatasi permasalahan transportasi yang ada. Namun yang menarik adalah pembangunan moda sistem moda transportasi angkut masal berupa MRT (Mass Rapid Transport). 1 Proyek MRT Jakarta akan dibangun sepanjang 110.8 kilometer dan memilki dua koridor jalur transportasi, yaitu koridor utara-selatan sepanjang 23.8 kilometer dan koridor timur-barat sepanjang 87 kilometer. Pada proyek Jakarta MRT, koridor utara-selatan mempunyai dua fasa konstruksi. Pada fasa pertama, konstruksi akan dimulai dari Lebak Bulus menuju Bundaran Hotel Indonesia sepanjang 15.7 kilometer termasuk konstruksi 13 stasiun dan direncanakan akan beroperasi pada akhir tahun 2017. Kemudian pada fasa kedua, konstruksi akan dimulai dari Bundaran Hotel Indonesia menuju Kampung Bandan sepanjang 8.1 kilometer termasuk konstruksi 8 stasiun bawah tanah dan direncanakan akan beroperasi pada tahun 2018, feasibility study sudah selesai dilaksanakan.Sedangkan koridor timur-barat sedang memasuki fasa feasibility study dan direncanakan akan beroperasi pada tahun 2026. TBM (Tunnel Boring Machine) untuk membuat terowongan bawah tanah yang dibutuhkan. TBM merupakan salah satu metode konstruksi yang menggunakan alat bor yang berfungsi untuk menggali lapisan-lapisan tanah yang arah penggaliannya dapat diatur. Penggunaan TBM sebagai metoda konstruksi terowongan bawah tanah tentunya harus memiliki perencanaan yang matang agar tidak mengakibatkan bahaya terhadap aspek keselamatan saat proses konstruksi berjalan. Tentunya identifikasi dan analisis risiko-risiko bahaya yang mungkin terjadi perlu dilakukan agar risiko-risiko bahaya terhadap aspek keselamatan yang mungkin terjadi saat konstruksi dapat diprediksi dan dilakukan tindakan pencegahannya saat penggunaan alat bor tanah yaitu TBM (Tunnel Boring Machine). Karena proyek terowongan dalam kota, khususnya dengan teknologi TBM, merupakan hal yang baru di Indonesia, maka banyak sekali tantangan dan mungkin hambatan yang harus dihadapi pada saat pelaksanaannya. Kemampuan dalam identifikasi dan analisis permasalahan yang akan muncul akan memberikan manfaat bagi persiapan yang lebih baik. Metodologi Gambar I Potongan Terowongan Proyek Jakarta MRT (Sumber : JMEC) Proses analisis risiko meliputi proses identifikasi risiko yang menghasilkan daftar risiko, kemudian proses penilaian risiko yang menghasilkan penilaian tingkat risiko. Proses identifikasi risiko dilakukan berdasarkan lingkup identifikasi yang ditentukan, kemudian melaksanakan metode identifikasi risiko sampai akhirnya didapatkan daftar risiko yang berisi tentang sumber, kejadian, dan dampak risiko. Dalam Proyek MRT dinilai sebagai salah satu solusi efektif permasalahan transportasi karena moda transportasi ini tidak membutuhkan penambahan ruas jalur baru pada trayeknya sehingga alokasi lahan yang ada dapat digunakan sesuai fungsinya secara efektif dan efisien baik di atas maupun di bawah tanah. Uniknya, proyek ini menggunakan alat 2 penelitian ini, lingkup kajian risiko menjadi batasan lingkup identifikasi dan analisis risiko. Lingkup yang telah didefinisikan adalah berupa pekerjaan pada area-area yang mengakomodir kebutuhan tunnel boring machine untuk melaksanakan konstruksi mulai dari proses mobilisasi hingga demobilisasi. Lingkup area yang dimaksud adalah temporary working area, launching shaft, underground area, dan arriving shaft. data yang belum terjelaskan sesuai dengan kebutuhan lalu daftar pertanyaan tersebut merupakan bahan wawancara kepada narasumber. Interview dilakukan dengan seorang narasumber yang merupakan kepala konstruksi terowongan bawah tanah proyek Jakarta MRT. Ketiga metode di atas merupakan metode yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar identifikasi risiko berupa data ataupun pendalaman materi. Lalu, proses brainstorming dan asumsi logis yang merupakan kegiatan terpisah dapat dilakukan berdasarkan ketiga metode yang telah dilakukan sebelumnya untuk melaksanakan proses identifikasi risiko. Brainstorming dilakukan dengan mengumpulkan ide dari narasumber yang telah ditentukan menjadi peserta brainstorming. Setelah semua anggota mengeluarkan ide, gagasan dan pendapat, seluruh anggota me-review semua ide dan memastikan peserta lain memahami apa yang dimaksud dan mengevaluasi seluruh daftar, menghilangkan duplikasi dan mengkombinasi risiko yang sejenis. Brainstorming pada penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali. Brainstorming yang pertama dilakukan dengan seorang narasumber yang mempunyai latar belakang pernah bekerja sebagai staf bagian risk management pada salah satu kontraktor yang menangani proyek Jakarta MRT. Kemudian brainstorming yang kedua dilakukan dengan seorang narasumber yang bekerja sebagai kepala konstruksi terowongan bawah tanah pada proyek Jakarta MRT. Selain brainstorming, dilakukan penalaran berdasarkan logika. Penalaran ini dilakukan dengan melakukan identifikasi berdasarkan pada asumsi yang masuk akal. Tentunya asumsi ini mempunyai dasar yang bisa berupa statistik, pengetahuan, dan lain- Dalam memenuhi kebutuhan data-data dan dasar teori sebagai kebutuhan dasar pelaksanaan analisis risiko pada objek penelitian, dibutuhkan metode-metode untuk melaksanakan pendalaman penelitian dan proses pengambilan data pada objek penelitian yaitu proyek Jakarta MRT. Studi literatur merupakan salah satu cara untuk mengetahui dasardasar teori sebagai acuan proses identifikasi dan analisis risiko kemudan acuan untuk mendalami materi terkait kebutuhan penelitian. Studi literatur dilaksanakan dengan menentukan kebutuhan-kebutuhan penelitian seperti definisi risiko, parameter risk assessment, mekanisme TBM, dan lainlain. Lalu tahap selanjutnya adalah mencari dan memahami literatur dari sumber-sumber literatur. Setelah itu dilakukan review dokumen yang merupakan salah satu metode guna memenuhi kebutuhan data-data terkait kebutuhan proses identifikasi risiko. Proses pengumpulan data pada metode ini dilakukan dengan menelusuri dokumen basic engineering document secara keseluruhan dan mengambil data yang merupakan kebutuhan penelitian. Selain itu, terdapat metode lain untuk dapat memenuhi kebutuhan data yaitu interview stakeholder. Metode ini dilakukan dengan cara membuat daftar pertanyaan terkait kebutuhan data yang belum terpenuhi, ataupun kebutuhan 3 lain. Kedua metode identifikasi risiko ini saling melengkapi satu sama lain untuk mendapatkan hasil identifikasi yang komprehensif dan tentunya kedua metode identifikasi risiko ini dilakukan berdasarkan pada kebutuhan-kebutuhan penelitian berupa data dan pendalaman materi yang telah dipenuhi pada metode-metode sebelumnya. kejadian risiko. Ketiga aspek identifikasi risiko ini merupakan hasil dari proses identifikasi risiko yang dipaparkan dalam daftar risiko teridentifikasi. Proses identifikasi risiko yang dilakukan menjadi dasar pelaksanaan penilaian risiko. Penilaian tingkat risiko dilakukan dengan metode kualitatif yang mencakup penilaian probabilitas terjadinya risiko dan penilaian dampak risiko. Kombinasi penilaian kedua hal tersebut dapat menghasilkan penilaian tingkat risiko. Analisis risiko ini selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar penentuan sikap terhadap berbagai risiko bahaya terhadap aspek keselamatan yang dapat terjadi pada objek penelitian. Tabel I Kategori Risiko (Direktorat Bina Teknik, Dirjen Bina Marga, Maret 2011) Nilai R = P x I 1-7 8-17 18-25 Kategori Risiko Risiko Rendah Risiko Sedang Risiko Tinggi Simpulan Hasil yang didapatkan pada penelitian dipengaruhi oleh metodologi yang ditentukan karena metodologi merupakan cara atau jalan untuk mencapai tujuan penelitian. Jika terjadi kesalahan penentuan metodologi atau kesalahan pelaksanaan metodologi, bukan tidak mungkin hasil dari penelitian yang dalam hal ini adalah identifikasi dan analisis risiko menjadi buruk. Dari risk assessment yang dilakukan, seluruh tingkat risiko yang dinilai berupa generalisasi dari penilaian tingkat risiko terhadap benda dan manusia. Idealnya penilaian tingkat risiko dilakukan berdasarkan pada masing-masing klasifikasi jenis objek Gambar II Metodologi Penelitian Identifikasi risiko yang dilakukan tentunya harus melingkupi beberapa aspek yaitu sumber risiko, kejadian dan dampak risiko bila terjadi. Untuk mendapatkan dampak risiko yang digunakan sebagai aspek penilaian tingkat risiko dapat melalui pendalaman sumber risiko ataupun pendalaman 4 yang dalam hal ini adalah tingkat risiko Generalisasi jenis risiko menyebabkan pada benda dan tingkat risiko pada akurasi penilaian risiko menjadi rendah. manusia yang proses penilaiannya Hasil analisis risiko per kategori dapat seharusnya dilakukan terpisah. dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel II Kesimpulan Analisis Risiko Pekerjaan Kategori Mobilisasi Risk Source Kecelakaan truk pengangkut Jumlah Risk Source Teridentifikasi Tingkat Risiko 6 Jatuhnya benda yang diangkut truk Temporary Working Area Sedang Kecelakaan akibat pergerakan benda yang dipindahkan crane Crane Works Penurunan TBM Jatuhnya barang yang dipindahkan crane 11 Keruntuhan crane Benturan akibat pergerakan benda yang diturunkan dan benda terjatuh dari crane 10 Kegagalan dan keruntuhan crane Launching Shaft Instalasi TBM Kegagalan struktur penopang sementara TBM Sedang 6 Risiko bahaya saat initial drive TBM Dinding Launching Shaft Pengeboran Instalasi Lining Underground Area Transportasi di Dalam Terowongan Pekerjaan pada Ruang Tertutup Bawah Tanah Kegagalan atau keruntuhan dinding launching shaft 5 Kegagalan komponen-komponen TBM Misalignment TBM 5 Kegagalan dan keruntuhan segmen lining 4 3 Kecelakaan alat pengangkut Konstruksi terowongan terendam air Tinggi 4 Kualitas udara buruk di dalam terowongan bawah tanah Penerimaan TBM pada Titik Akhir Pengeboran Arriving Shaft Pemindahan TBM Tunnel boring machine yang sedang berputar menghantam benda atau manusia di sekitar titik akhir pengeboran Benturan akibat pergerakan benda yang diturunkan dan benda terjatuh dari crane 4 10 Sedang Kegagalan dan keruntuhan crane Pembongkaran TBM Kegagalan struktur penopang sementara TBM 3 Dinding arriving shaft Kegagalan atau keruntuhan dinding launching shaft 5 MRT Project Stage I, Tugas Akhir Program Sarjana Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi bandung. Chapman, David, Metje, Nicole, & Stark, Alfred (2010). Introduction to Tunnel Construction. Oxon : Spon Press. Ciamei, Andera, & Moccichino, Marco. EPB TBM Under the City Centre of Vancouver: Risk Management and Settlement Control. Rome : Societa Esecuzione Lavori Idraulici Spa. Daftar Pustaka Aldiamar, Fahmi & Suryana, Yayan (2012). Naskah Ilmiah Teknologi Terowongan dan Jalan Bawah Tanah Penilaian Risiko Pembangunan Terowongan Jalan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan Kementrian Pekerjaan Umum. Biticaca, Lysandra A. M. (2011). Preliminary Study of Construction Tunnelling Method on Jakarta 5 Land Transport Authority. Construction Plan of TBM. Singapore. Lee, Andrew H. S. (2007). Engineering Survey System for TBM (Tunnel Boring Machine) Tunnel Construction. Hong Kong : Strategic Integration of Surveying Services. Maschinen und Stahlbau Dresden. Equipment for the Start and RunOut Phase of the TBM. Dresden : Hofmuhlenstrasse. MRT Jakarta (2008). Basic Engineering Design. Jakarta : Jakarta Metro Engineering Consultant. San Francisco Municipal Transportation Agency (2013). TBM Lauch Box in Progress Mom Chung Being Lowered into the Launch Box. Progress Report. Shen, Xuesong, Lu, Ming, Fernando, Siri, & AbouRizk, Simaan M. Tunnel Boring Machine Positioning Automation in Tunnel Construction. Departemen of Civil and Environmental Engineering, University of Alberta, Edmonton, Alberta, Canada. Shenklr, Willian G., & Walker, Paul L. (2007). Enterprise Risk Management: Tools and Techniques for Effective Implementation. Montvale : Institute of Management Accountants. Sigl, O., & Stacherl, B. Design of TBM Work Shaft and TBM Launching Chamber. Singapore : Geoconsult Asia Singapore. Spencer, Michael et al (2009). Tunnel Boring Machine. Istanbul : IMIA Conference. The Test House (Cambridge) Ltd. (2011). Laboratory Examination and Failure Analysis of Gantry Crane Wheel Securing Bolts from the Vessel MV Blue Note. England : Cambridge. Thomas, A. H., Banyai, J. P. (2007). Risk Management of the Construction of Tunnels Using Tunnel Boring Machines (TBMs). London : Taylor & Francis Group. Vazifdar, Feroze R., Lee, Kenton K., & McCarthy, Patrick (2002). Predicting and Prolonging the Life of Used Cranes. Oakland : Lifetech Consultants Inc. Worksafe Victoria (2008). Working Safely with Bridge and Gantry Cranes. Melbourne : Victoria. Zhao, Jian (2012). A General Overview on Tunnel Boring Machines. SRMEG-NCUS Seminar. 6