PEMBELAJARAN BERBANTUAN MEDIA KARTU PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR Rissa Prima Kurniawati IKIP PGRI MADIUN [email protected] ABSTRAK Guru dalam mengajar harus kreatif dalam memilih media pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman siswa. Media kartu pecahan merupakan media pembelajaran matematika yang dapat membantu siswa untuk memahami materi pecahan. Kartu pecahan dilengkapi dengan gambar kartun atau animasi yang disukai oleh siswa dan juga terdapat kata-kata motivasi sehingga siswa menjadi semangat untuk belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran berbantuan media kartu pecahan untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas IV SDN Purwosari 2 Kecamatan Kwadungan Kabupaten Ngawi. Berdasarkan hasil penelitian, pembelajaran berbantuan media kartu pecahan pada materi pecahan untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas IV SDN Purwosari 2 Kecamatan Kwadungan Kabupaten Ngawi meliputi tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, inti, dan penutup. Selama pembelajaran berbantuan media kartu pecahan pada materi pecahan untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas IV SDN Purwosari 2 Kecamatan Kwadungan Kabupaten Ngawi, dapat diketahui bahwa persentase hasil tes siklus I adalah 71,43 % dan persentase hasil tes siklus II adalah 92,86 %. Sehingga pembelajaran media kartu pecahan pada materi pecahan dapat meningkatkan pemahaman siswa dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 21, 43 %. Kata kunci: Pembelajaran Matematika, Media Kartu Pecahan, Pemahaman Siswa 410 A. Pendahuluan Belajar bukan hanya dilakukan anak sekolah saja, tetapi dilakukan oleh setiap manusia yang ingin berhasil. Belajar merupakan suatu kegiatan bagi setiap orang yang dapat menghasilkan perubahan pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan, dan sikap menjadi lebih baik. Sedangkan mengajar adalah suatu kegiatan dimana pengajar memberi ilmu dan fasilitas sehingga siswa dapat belajar. Dalam proses pembelajaran, diharapkan dapat sesuai dengan tujuan pembelajaran. Keberhasilan pengajaran di sekolah didukung oleh guru, siswa, dan lingkungan tempat belajar. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sering digunakan pada ilmu yang lain seperti, ekonomi, fisika, kimia, dan lain-lain. Sujono (dalam Fathani, 2009:19) mengemukakan matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisir secara sistematik, serta matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik dan masalahmasalah yang berkaitan dengan bilangan. Karena matematika merupakan ilmu eksak dan bersifat abstrak, banyak siswa yang merasa kesulitan ketika mempelajari dan memahami matematika. Kenyataan di lapangan, matematika merupakan salah satu pelajaran yang ditakuti oleh siswa. Di samping karena matematika bersifat abstrak, cara seorang guru mengajar matematika cenderung serius dan kurangnya media yang digunakan dalam mengajar matematika, hal ini menyebabkan matematika menjadi salah satu pelajaran yang sulit dan ditakuti oleh siswa. Dampak paling buruk adalah minat siswa terhadap matematika semakin menurun dan prestasi dalam pelajaran matematika semakin buruk. Sehingga mengakibatkan rendahnya prestasi siswa pada pelajaran matematika. Rendahnya prestasi matematika merupakan suatu hal yang harus diperhatikan. Berbagai faktor yang mempengaruhi rendahnya mutu dan prestasi pendidikan matematika antara lain kualifikasi guru, kurikulum, sarana, dan prasarana. Pelaksanaan proses pembelajaran matematika di sekolah diharapkan bergeser dari yang menakutkan siswa menjadi menyenangkan siswa. Siswa diharapkan merasa enjoy saat mengikuti pembelajaran matematika. Salah satu materi pada pelajaran matematika yang sulit adalah pecahan. Dari hasil observasi di lapangan, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari materi pecahan. Berdasarkan laporan hasil belajar siswa kelas IV SDN Purwosari 2, dilihat bahwa hanya 6 orang dari 14 siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (65), dengan kata lain hanya siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan. Hasil wawancara dan observasi awal menunjukkan bahwa banyak siswa mengalami kesulitan menjumlahkan dan mengurangkan pecahan yang penyebutnya berbeda, membagi pecahan, dan menyelesaikan soal cerita pecahan. Dan juga guru biasanya mengajarkan pecahan hanya dengan menulis materi di papan tulis, memberikan contoh, memberikan soal latihan untuk tugas rumah, tanpa 411 menggunakan media pembelajaran yang menarik. Sehingga siswa merasa kesulitan untuk memahami pecahan. Akhirnya mereka bosan dan melakukan kegiatan yang lain, seperti berbicara atau bergurau dengan teman yang lain dan menggangu teman yang lain. Untuk mengatasi masalah tersebut, guru dalam mengajar harus kreatif dalam memilih media pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi pecahan. Salah satunya dengan menggunakan media kartu pecahan. Media merupakan sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa sehingga mendorong proses belajar pada dirinya. Pada proses belajar mengajar terjadi suatu proses komunikasi antara guru dan siswa. Komunikasi tidak akan berjalan lancar tanpa adanya bantuan suatu sarana penyampaian pesan atau media. Melalui media pembelajaran, proses belajar mengajar menjadi lebih menarik, meningkatkan pemahaman siswa karena materi yang sulit dapat menjadi lebih mudah. Kartu pecahan merupakan media pembelajaran matematika yang dapat membantu siswa untuk memahami materi pecahan. Kartu pecahan dilengkapi dengan gambar kartun atau animasi yang disukai oleh siswa dan juga terdapat katakata motivasi sehingga siswa menjadi semangat untuk belajar. Kelebihan dari media kartu pecahan adalah kartu pecahan mudah dibuat dan tidak memerlukan biaya yang banyak. Kartu pecahan ini memenuhi syarat alat peraga, yaitu bentuk dan warnanya menarik, sederhana, mudah dikelola, tahan lama, ukurannya sesuai, sesuai dengan konsep matematika kelas IV Sekolah Dasar, dan pembelajaran matematika lebih menyenangkan serta membantu siswa belajar aktif dan mandiri. Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pembelajaran berbantuan media kartu pecahan untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas IV SDN Purwosari 2 Kecamatan Kwadungan Kabupaten Ngawi. B. Pembelajaran Matematika Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara siswa dan guru. Pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu proses interaksi antara siswa dan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik (Mulyasa, 2006 : 117). Sehingga dapat dikatakan juga bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dan guru, guru melaksanakan kegiatan belajarmengajar dengan mendorong dan memotivasi siswa, serta menyediakan fasilitas dan lingkungan yang kondusif supaya siswa lebih giat dan semangat dalam belajar. Proses perubahan tingkah laku inilah yang disebut dengan belajar. Belajar melibatkan perubahan kognitif yang direfleksikan dalam perubahan tingkah laku menjadi lebih baik. Belajar tidak hanya sekedar merupakan proses pertumbuhan, tetapi melibatkan perubahan kognitif yang terefleksi pada perubahan perilaku, perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu. Proses belajar dialami sepanjang 412 hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Secara umum belajar dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman (Hitipeuw, 2009:1). Perubahan tersebut dapat diamati hasilnya dalam bentuk aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut Gagne (dalam Sagala, 2006:13), “belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisma yang berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman”. Sedangkan menurut Arthur T. Jersild (dalam Sagala, 2006:12), “belajar adalah modification of behaviour through experience and training yaitu perubahan atau membawa akibat perubahan tingkah laku dalam pendidikan karena pengalaman dan latihan atau karena mengalami latihan”. Sehingga belajar dapat dikatakan perubahan tingkah laku dalam diri manusia dan perubahan itu dapat diamati dalam bentuk aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perubahan tingkah laku yang berlaku dalam waktu yang relatif lama itu disertai usaha siswa tersebut sehingga siswa tersebut dari yang kurang mampu mengerjakan sesuatu menjadi mampu mengerjakannya. Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku yang lebih baik disebut proses belajar, sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar. Dapat disimpulkan bahwa belajar akan berkaitan dengan proses belajar dan hasil belajar. Sujono (dalam Fathani, 2009:19) mengemukakan beberapa pengertian matematika, diantaranya, matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisir secara sistematik. Selain itu, matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik dan masalah yang berhubungan dengan bilangan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan eksak yang terorganisir secara sistematik, berkaitan dengan bilangan, dan penalaran logik. Belajar matematika bagi siswa merupakan pembentukan pola pikir dalam memahami suatu pengertian maupun dalam penalaran. Pembelajaran matematika merupakan upaya yang dilakukan guru untuk dapat menciptakan kondisi belajar siswa yang memungkinkan siswa belajar matematika secara maksimal. Kondisi yang diciptakan oleh guru dalam pembelajaran berupa tugastugas belajar yang dapat merangsang siswa untuk berperan aktif dalam mencari pengalaman belajar matematika yang menyenangkan, sehingga mempermudah siswa dalam menguasai konsep matematika dan keterkaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifatsifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan obyek. Dengan pengamatan terhadap contoh-contoh, diharapkan siswa mampu memahami pengertian suatu konsep. Selanjutnya, siswa dilatih untuk membuat perkiraan dan terkaan berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang dikembangkan melalui contoh-contoh. 413 C. Media Kartu Pecahan Gagne dan Briggs (dalam Sundayana, 2015 : 5) mengemukakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan materi pengajaran antara lain buku, tape-recorder, kaset, vidiocamera, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Sehingga media adalah suatu pengantar atau alat untuk menyampaikan materi pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Media memiliki beberapa fungsi. Menurut Sudirman (dalam Sundayana, 2015 : 7), fungsi media adalah mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra, menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara siswa dengan sumber belajar, memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori, dan kinestetiknya, memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama, serta pembelajaran menjadi lebih menarik dan lebih interaktif. Media kartu pecahan dalam penelitian ini, dibuat dari kertas yang sedikit tebal dan terdapat gambar kartun atau animasi yang memiliki karakter yang baik dan disukai siswa serta terdapat kata-kata motivasi. Kelebihan media kartu pecahan ini adalah 1. Menarik perhatian siswa karena terdapat gambar kartun atau animasi yang disukai oleh siswa. 2. Melalui media kartu pecahan ini, siswa akan merasa senang dalam mengikuti pembelajaran matematika. Sehingga siswa akan lebih memahami penjelasan dari guru. 3. Media kartu pecahan akan meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep pecahan. Dengan media kartu pecahan yang menarik, siswa akan lebih senang belajar matematika khususnya materi pecahan. 4. Siswa dapat mengerjakan latihan soal tanpa mengalami kesulitan. Setelah memahami konsep dan contoh dengan menggunakan media kartu pecahan, siswa dapat mengerjakan soal tanpa mengalami banyak kesulitan. Sehingga pemahaman materi pecahan dan prestasi belajar matematika meningkat Dalam kegiatan pembelajaran setiap kelompok akan dibagikan beberapa kartu pecahan. Melalui media kartu pecahan yang telah dibagikan kepada siswa, diharapkan siswa mampu memahami materi pecahan. Sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika. D. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran berbantuan media kartu pecahan untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas IV SDN Purwosari 2 Kecamatan Kwadungan Kabupaten Ngawi. Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas (class action research) yang 414 dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu pembelajaran di kelas. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen kunci, karena peneliti merencanakan, merancang, melaksanakan, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan membuat laporan hasil penelitian, serta peneliti juga terlibat langsung sejak awal penelitian sampai pembuatan laporan hasil penelitian. Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Purwosari 2, Kecamatan Kwadungan, Kabupaten Ngawi tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 14 siswa. Rancangan tindakan pada penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Taggart (Aqib, 2008:22) yaitu model skema dengan menggunakan prosedur kerja sebagai suatu siklus spiral. Siklus dilaksanakan mengikuti spiral penelitian tindakan kelas yaitu: (a) perencanaan (planning), (b) Pelaksanaan (acting), (c) Pengamatan (observation), dan (d) Refleksi (reflecting). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data hasil lembar kerja siswa, hasil tes siswa, hasil pengamatan aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran, lembar wawancara, dan hasil tes siswa pada akhir siklus. E. HASIL PENELITIAN Pembelajaran berbantuan media kartu pecahan pada materi pecahan dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas IV SDN Purwosari 2 Kecamatan Kwadungan Kabupaten Ngawi. Hal ini berdasarkan pada kriteria keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan yaitu ditentukan oleh hasil tes akhir siswa dan proses pembelajaran. Berdasarkan hasil tes akhir siklus II, diperoleh data hasil belajar siswa dengan nilai terendah 60 dan nilai tertinggi adalah 95. Dengan demikian, hasil ini menunjukkan bahwa kriteria yang peneliti tetapkan telah tercapai, yaitu terdapat 13 siswa mendapat nilai minimal 65 sesuai dengan KKM di kelas IV SDN Purwosari 2 Kecamatan Kwadungan Kabupaten Ngawi. Pada hasil tes akhir setelah siklus II pada penelitian ini, menyatakan bahwa 13 siswa telah tuntas, sehingga persentase ketuntasan klasikal yaitu 92,86 % . Hal ini berarti bahwa kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan telah tercapai. Berdasarkan hasil analisis data tentang nilai tes akhir siklus maka diketahui bahwa pemahaman siswa pada siklus I dan siklus II menunjukkan adanya peningkatan yang cukup signifikan. Pada siklus I persentase pemahaman siswa adalah 71,43% sedangkan pada siklus II persentase pemahaman siswa adalah 92,86 %. Dari persentase tersebut juga diketahui bahwa pemahaman siswa juga meningkat sebesar 21,43 %. Sehingga pemahaman siswa telah dapat dikatakan meningkat. Selain itu, berdasarkan pada hasil observasi dari 2 (dua) observer diperoleh persentase skor rata-rata hasil observasi aktivitas guru selama siklus II adalah 93,64 % dengan kriteria sangat baik dan persentase skor rata-rata hasil observasi aktivitas siswa selama siklus II adalah tersebut 92,27 % dengan kriteria sangat baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran 415 berbantuan media kartu pecahan pada materi pecahan untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas IV SDN Purwosari 2 Kecamatan Kwadungan Kabupaten Ngawi. F. PEMBAHASAN 1. Pembelajaran Berbantuan Media Kartu Pecahan Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Pembelajaran berbantuan media kartu pecahan dilaksanakan sebanyak dua siklus yaitu sebanyak delapan kali pertemuan. Pertemuan pertama membahas tentang mengenal pecahan, pertemuan kedua dan ketiga membahas tentang mengurutkan, membandingkan, dan menyederhanakan pecahan, pertemuan kelima dan keenam membahas tentang menjumlahkan dan mengurangkan pecahan, pertemuan ketujuh membahas tentang pemecahan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan pecahan, serta dua kali pertemuan digunakan sebagai tes akhir setelah siklus I dan tes akhir setelah siklus II. Setiap pertemuan dalam pembelajaran, terbagi dalam tiga kegiatan yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Kegiatan pendahuluan adalah kegiatan untuk mempersiapkan agar siswa benarbenar telah siap untuk belajar. Kegiatan pendahuluan dimulai dengan memberikan motivasi tentang pentingnya mempelajari matematika khususnya pecahan. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga semangat untuk belajar. Pemberian motivasi kepada siswa bertujuan untuk menciptakan suatu kondisi yang mengarahkan siswa untuk melakukan aktifitas belajar, sehingga akan menimbulkan rasa semangat untuk belajar pada diri siswa. Hal ini sesuai dengan Sardiman (2007:75) yang menjelaskan bahwa motivasi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam pembelajaran karena merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual dan berperan untuk menumbuhkan perasaan senang dan menambah semangat dalam belajar. Kegiatan selanjutnya adalah peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran. Penyampaian tujuan pembelajaran dalam penelitian ini menjadikan perhatian siswa terpusat pada materi yang akan dibahas, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Setelah guru menyampaikan tujuan pembelajaran, guru juga mengingatkan kembali tentang materi prasyarat yang diperlukan untuk mempelajari materi pecahan, misalnya siswa harus mengingat materi tentang bilangan bulat. Dalam kegiatan ini, guru melakukan tanya jawab kepada siswa tentang materi penjumlahan, pengurangan, dan perkalian bilangan bulat. Hal ini didukung pendapat Crawford (2001:5) bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh siswa dapat berfungsi sebagai landasan yang dapat dijadikan dasar untuk membangun pengetahuan yang baru. Dengan mengingatkan kembali materi prasyarat, akan mempermudah pemahaman suatu materi. Sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa. Pada kegiatan inti dimulai dengan mendemonstrasikan dan menjelaskan materi mengenal 416 pecahan dengan menggunakan media kartu pecahan. Media Kartu pecahan dalam penelitian ini, dibuat dari kertas yang sedikit tebal dan terdapat gambar kartun atau animasi yang memiliki karakter yang baik dan disukai siswa serta terdapat kata-kata motivasi. Sehingga diharapkan dengan menggunakan media kartu pecahan, siswa dapat meningkatkan pemahaman materi pecahan dan dapat membantu meningkatkan karakter siswa. Dengan menggunakan media kartu pecahan ini, materi pecahan yang susah dapat diajarkan dengan lebih mudah, menarik, dan dapat dipahami oleh siswa. Selain itu, media kartu pecahan juga dapat menampilkan gambar kartun atau animasi yang lebih menarik dan terdapat kata-kata motivasi. Sehingga dapat membuat siswa termotivasi dan terfokus untuk memperhatikan penjelasan dari guru. Kegiatan selanjutnya yaitu guru memberikan contoh soal. Dengan diberikan contoh soal diharapkan dapat mempermudah siswa dalam memahami suatu materi dan dengan memberikan contoh soal kepada siswa maka berakibat terjadi suatu interaksi berfikir pada siswa, sehingga siswa dapat menyelesaikan suatu soal secara mandiri. Kegiatan selanjutnya yaitu guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk dikerjakan oleh semua siswa secara berkelompok. Kemudian guru meminta masingmasing kelompok berdiskusi untuk menjawab dan memecahkan soal yang ada pada LKS. LKS merupakan salah satu sarana untuk membantu dan mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar sehingga akan terbentuk interaksi yang efektif antara siswa dengan guru dan dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam peningkatan prestasi belajar. LKS merupakan salah satu sumber belajar yang dibutuhkan dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok. Penggunaan LKS dapat membantu arah kerja siswa. Petunjuk yang terdapat pada LKS merupakan salah satu bantuan bagi siswa. Meskipun demikian, LKS tidak menuntun siswa secara mutlak. Siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan ide dalam membentuk pengetahuan mereka sendiri secara aktif dengan bantuan LKS. Hal ini didukung oleh Machmud (2001:7) yang menyatakan bahwa LKS dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri dan bekerja sama, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan penemuan. Ketika mengalami kesulitan, siswa dapat bertanya kepada teman sekelompok atau kepada guru. Dalam penelitian ini, pembelajaran pada materi pecahan dilakukan dengan membagi siswa menjadi 4 kelompok yang setiap kelompok terdiri dari 3-4 siswa. Belajar secara berkelompok memberikan beberapa keuntungan bagi siswa. Salah satunya, siswa saling berdiskusi untuk memecahkan masalah yang ada. Ketika anggota kelompok yang saling berdiskusi mengalami kesulitan guru perlu membantu dalam merangsang pemikiran siswa untuk memulai memecahkan masalah. Kegiatan selanjutnya setelah proses diskusi selesai adalah kegiatan presentasi LKS. Dalam 417 kegiatan ini, beberapa anggota kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas secara tertulis dan lisan. Dan jika ada kelompok yang memiliki jawaban yang berbeda, kelompok yang memiliki jawaban yang berbeda tersebut juga mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Dalam kegiatan presentasi ini, antar kelompok dapat saling tanya jawab dan menyampaikan masukan. Langkah ini diperlukan agar siswa dapat menerima masukan dari orang lain dan agar mereka mampu untuk mempertahankan pendapatnya, sehingga kegiatan diskusi ini berjalan dengan aktif. Jawabanjawaban kelompok yang sedang presentasi di depan kelas jika terdapat kesalahan bisa diperbaiki dalam proses diskusi sehingga jawaban lebih sempurna. Jawabanjawaban dari kelompok yang melakukan presentasi yang salah dikoreksi oleh kelompok lain dengan cara bertanya atau memberikan sanggahan dan kelompok lain juga dapat memberikan masukan kepada kelompok yang sedang melakukan prestasi. Hal ini sesuai dengan Sutawidjaja (2002: 358) yang menjelaskan bahwa ketika kelompok menyajikan laporannya (baik benar maupun salah), kelompok akan mempunyai kesempatan yang berharga untuk memperbaiki laporan mereka. Selanjutnya pada kegiatan penutup, guru dengan melibatkan siswa membuat kesimpulan tentang materi pecahan yang telah dipelajari. Guru juga mengadakan evaluasi dengan cara melakukan tanya jawab kepada siswa tentang materi pecahan yang telah dipelajari. Guru perlu memastikan bahwa siswa dapat memahami materi pecahan yang telah dipelajari. 2. Peningkatan Pemahaman Siswa Melalui Pembelajaran Berbantuan Media Kartu Pecahan Pembelajaran berbantuan media kartu pecahan pada materi pecahan dalam penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas IV Sekolah Dasar. Dalam penelitian ini pemahaman siswa pada pembelajaran berbantuan media kartu pecahan pada materi pecahan diukur melalui tes. Tes ini dilakukan pada akhir tindakan dari dua siklus yang dilaksanakan oleh peneliti. Hasil tes akhir tindakan pada penelitian ini digambarkan dalam bentuk skor yang diperoleh siswa selama proses pembelajaran. Peningkatan pemahaman siswa dapat dilihat melalui peningkatan persentase skor yang diperoleh siswa kelas IV pada tes akhir siklus I dan tes akhir siklus II pada Tabel 1.1 berikut. Tabel 1.1 Peningkatan Pemahaman Siswa Melalui Tes Akhir Siklus I dan II Hasil Tes Akhir Siklus I Hasil Tes Akhir Siklus II Persentase pencapaian 71,43% 92,86 % 418 Berdasarkan analisis data tes akhir tindakan pada siklus I dan siklus II pada Tabel 1.1, diketahui bahwa pemahaman siswa mengalami peningkatan. Peningkatan pemahaman terjadi pada tingkat ketuntasan individu yang dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas ataupun dari persentase siswa yang tuntas pada kelas tersebut. persentase ketuntasan klasikal meningkat sebesar 21,43 %. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran berbantuan media kartu pecahan pada materi pecahan dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas IV SDN Purwosari 2 Kecamatan Kwadungan Kabupaten Ngawi. Hal ini disebabkan karena kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan lebih bermakna dan lebih menyenangkan, sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa. Nurhadi, dkk (2004: 37) menjelaskan bahwa suatu proses belajar akan menjadi lebih bermakna jika siswa mengerjakan dan membangun sendiri pemahamannya. G. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan paparan data dan pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. 1. Pembelajaran berbantuan media kartu pecahan pada materi pecahan untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas IV SDN Purwosari 2 Kecamatan Kwadungan Kabupaten Ngawi meliputi tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, inti, dan penutup. 2. Selama pembelajaran berbantuan media kartu pecahan pada materi pecahan untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas IV SDN Purwosari 2 Kecamatan Kwadungan Kabupaten Ngawi, dapat diketahui bahwa persentase hasil tes siklus I adalah 71,43 % dan persentase hasil tes siklus II adalah 92,86 %. Sehingga pembelajaran berbantuan media kartu pecahan pada materi pecahan dapat meningkatkan pemahaman siswa dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 21, 43 %. 2. Saran-Saran Beberapa saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi guru, pembelajaran berbantuan media kartu pecahan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif yang layak dipertimbangkan dalam pembelajaran pada materi pecahan. 2. Agar pembelajaran pembelajaran berbantuan media kartu pecahan lebih menarik, hendaknya guru memberikan beberapa animasi yang sedang digemari oleh siswa dan gambar-gambar yang relevan serta tidak berlebihan. Sehingga dapat membuat siswa tertarik dan termotivasi untuk memperhatikan penjelasan dari guru. 3. Agar pembelajaran matematika lebih menarik, hendaknya guru menggunakan media pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. DAFTAR PUSTAKA Aqip, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru. Bandung: Yrama Widya. 419 Fathani, A. H. 2009. Matematika Hakikat dan Logika. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Hitipeuw, I. 2009. Belajar & Pembelajaran. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. Machmud, T. 2001. Implementasi PAM Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Program Linier. Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPS UM. Slameto. 1991. Belajar dan FaktorFaktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Sundayana, R. 2015. Media dan Alat Peraga Dalam Pembelajaran Matematika. Bandung : Alfabeta. Sutawidjaja, A. 2002. Konstruktivisme Konsep dan Implikasinya pada Pembelajaran Matematika. Jurnal Matematika atau Pembelajarannya. VIII (Edisi Khusus): 355-359. Mulyasa, E. 2006. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang. Sagala, S. 2006. Konsep Dan Makna Pembelajaran (Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar Dan Mengajar). Cetakan Keempat. Bandung: CV Alfabeta. Sardiman, A. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 420