PEMBELAJARAN BERBANTUAN MEDIA KARTU PECAHAN

advertisement
PEMBELAJARAN BERBANTUAN MEDIA KARTU PECAHAN UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR
Rissa Prima Kurniawati
IKIP PGRI MADIUN
[email protected]
ABSTRAK
Guru dalam mengajar harus kreatif dalam memilih media pembelajaran
yang dapat meningkatkan pemahaman siswa. Media kartu pecahan merupakan
media pembelajaran matematika yang dapat membantu siswa untuk memahami
materi pecahan. Kartu pecahan dilengkapi dengan gambar kartun atau animasi
yang disukai oleh siswa dan juga terdapat kata-kata motivasi sehingga siswa
menjadi semangat untuk belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
pembelajaran berbantuan media kartu pecahan untuk meningkatkan pemahaman
siswa kelas IV SDN Purwosari 2 Kecamatan Kwadungan Kabupaten Ngawi.
Berdasarkan hasil penelitian, pembelajaran berbantuan media kartu pecahan pada
materi pecahan untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas IV SDN Purwosari
2 Kecamatan Kwadungan Kabupaten Ngawi meliputi tiga kegiatan yaitu kegiatan
awal, inti, dan penutup. Selama pembelajaran berbantuan media kartu pecahan
pada materi pecahan untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas IV SDN
Purwosari 2 Kecamatan Kwadungan Kabupaten Ngawi, dapat diketahui bahwa
persentase hasil tes siklus I adalah 71,43 % dan persentase hasil tes siklus II
adalah 92,86 %. Sehingga pembelajaran media kartu pecahan pada materi pecahan
dapat meningkatkan pemahaman siswa dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 21,
43 %.
Kata kunci: Pembelajaran Matematika, Media Kartu Pecahan, Pemahaman Siswa
410
A. Pendahuluan
Belajar
bukan
hanya
dilakukan anak sekolah saja, tetapi
dilakukan oleh setiap manusia yang
ingin berhasil. Belajar merupakan
suatu kegiatan bagi setiap orang yang
dapat
menghasilkan
perubahan
pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan,
dan sikap menjadi lebih baik.
Sedangkan mengajar adalah suatu
kegiatan dimana pengajar memberi
ilmu dan fasilitas sehingga siswa
dapat
belajar.
Dalam
proses
pembelajaran, diharapkan dapat
sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Keberhasilan pengajaran di sekolah
didukung oleh guru, siswa, dan
lingkungan tempat belajar.
Matematika merupakan salah
satu ilmu yang sering digunakan
pada ilmu yang lain seperti,
ekonomi, fisika, kimia, dan lain-lain.
Sujono (dalam Fathani, 2009:19)
mengemukakan
matematika
merupakan cabang ilmu pengetahuan
yang eksak dan terorganisir secara
sistematik,
serta
matematika
merupakan ilmu pengetahuan tentang
penalaran yang logik dan masalahmasalah yang berkaitan dengan
bilangan.
Karena
matematika
merupakan ilmu eksak dan bersifat
abstrak, banyak siswa yang merasa
kesulitan ketika mempelajari dan
memahami matematika. Kenyataan
di lapangan, matematika merupakan
salah satu pelajaran yang ditakuti
oleh siswa. Di samping karena
matematika bersifat abstrak, cara
seorang guru mengajar matematika
cenderung serius dan kurangnya
media yang digunakan dalam
mengajar matematika, hal ini
menyebabkan matematika menjadi
salah satu pelajaran yang sulit dan
ditakuti oleh siswa. Dampak paling
buruk adalah minat siswa terhadap
matematika semakin menurun dan
prestasi dalam pelajaran matematika
semakin
buruk.
Sehingga
mengakibatkan rendahnya prestasi
siswa pada pelajaran matematika.
Rendahnya
prestasi
matematika merupakan suatu hal
yang harus diperhatikan. Berbagai
faktor
yang
mempengaruhi
rendahnya mutu dan prestasi
pendidikan matematika antara lain
kualifikasi guru, kurikulum, sarana,
dan prasarana. Pelaksanaan proses
pembelajaran matematika di sekolah
diharapkan bergeser dari yang
menakutkan
siswa
menjadi
menyenangkan
siswa.
Siswa
diharapkan merasa enjoy saat
mengikuti pembelajaran matematika.
Salah satu materi pada
pelajaran matematika yang sulit
adalah pecahan. Dari hasil observasi
di lapangan, masih banyak siswa
yang mengalami kesulitan dalam
mempelajari
materi
pecahan.
Berdasarkan laporan hasil belajar
siswa kelas IV SDN Purwosari 2,
dilihat bahwa hanya 6 orang dari 14
siswa yang mencapai kriteria
ketuntasan minimal (65), dengan
kata lain hanya
siswa yang
mencapai
kriteria
ketuntasan
minimal yang ditetapkan.
Hasil
wawancara
dan
observasi awal menunjukkan bahwa
banyak siswa mengalami kesulitan
menjumlahkan dan mengurangkan
pecahan yang penyebutnya berbeda,
membagi
pecahan,
dan
menyelesaikan soal cerita pecahan.
Dan juga guru biasanya mengajarkan
pecahan hanya dengan menulis
materi di papan tulis, memberikan
contoh, memberikan soal latihan
untuk
tugas
rumah,
tanpa
411
menggunakan media pembelajaran
yang menarik. Sehingga siswa
merasa kesulitan untuk memahami
pecahan. Akhirnya mereka bosan dan
melakukan kegiatan yang lain,
seperti berbicara atau bergurau
dengan teman yang lain dan
menggangu teman yang lain. Untuk
mengatasi masalah tersebut, guru
dalam mengajar harus kreatif dalam
memilih media pembelajaran yang
dapat meningkatkan pemahaman
terhadap materi pecahan. Salah
satunya dengan menggunakan media
kartu pecahan.
Media merupakan sesuatu
yang dapat menyalurkan pesan,
merangsang pikiran, perasaan, dan
kemauan siswa sehingga mendorong
proses belajar pada dirinya. Pada
proses belajar mengajar terjadi suatu
proses komunikasi antara guru dan
siswa. Komunikasi tidak akan
berjalan lancar tanpa adanya bantuan
suatu sarana penyampaian pesan atau
media. Melalui media pembelajaran,
proses belajar mengajar menjadi
lebih
menarik,
meningkatkan
pemahaman siswa karena materi
yang sulit dapat menjadi lebih
mudah.
Kartu pecahan merupakan
media pembelajaran matematika
yang dapat membantu siswa untuk
memahami materi pecahan. Kartu
pecahan dilengkapi dengan gambar
kartun atau animasi yang disukai
oleh siswa dan juga terdapat katakata motivasi sehingga siswa
menjadi semangat untuk belajar.
Kelebihan dari media kartu pecahan
adalah kartu pecahan mudah dibuat
dan tidak memerlukan biaya yang
banyak. Kartu pecahan ini memenuhi
syarat alat peraga, yaitu bentuk dan
warnanya
menarik,
sederhana,
mudah dikelola, tahan lama,
ukurannya sesuai, sesuai dengan
konsep matematika kelas IV Sekolah
Dasar, dan pembelajaran matematika
lebih menyenangkan serta membantu
siswa belajar aktif dan mandiri.
Tujuan pada penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan pembelajaran
berbantuan media kartu pecahan
untuk meningkatkan pemahaman
siswa kelas IV SDN Purwosari 2
Kecamatan Kwadungan Kabupaten
Ngawi.
B. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran
merupakan
suatu proses interaksi antara siswa
dan guru. Pembelajaran pada
hakekatnya merupakan suatu proses
interaksi
antara
siswa
dan
lingkungannya, sehingga terjadi
perubahan tingkah laku ke arah yang
lebih baik (Mulyasa, 2006 : 117).
Sehingga dapat dikatakan juga
bahwa pembelajaran adalah proses
interaksi antara siswa dan guru, guru
melaksanakan kegiatan belajarmengajar dengan mendorong dan
memotivasi
siswa,
serta
menyediakan
fasilitas
dan
lingkungan yang kondusif supaya
siswa lebih giat dan semangat dalam
belajar. Proses perubahan tingkah
laku inilah yang disebut dengan
belajar.
Belajar melibatkan perubahan
kognitif yang direfleksikan dalam
perubahan tingkah laku menjadi
lebih baik. Belajar tidak hanya
sekedar
merupakan
proses
pertumbuhan, tetapi melibatkan
perubahan kognitif yang terefleksi
pada perubahan perilaku, perubahan
dari yang tidak tahu menjadi tahu.
Proses belajar dialami sepanjang
412
hayat seorang manusia serta dapat
berlaku di manapun dan kapanpun.
Secara umum belajar dapat
diartikan sebagai suatu proses
perubahan perilaku yang relatif
menetap
sebagai
hasil
dari
pengalaman (Hitipeuw, 2009:1).
Perubahan tersebut dapat diamati
hasilnya dalam bentuk aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Menurut Gagne (dalam Sagala,
2006:13), “belajar adalah sebagai
suatu proses dimana suatu organisma
yang berubah perilakunya sebagai
akibat dari pengalaman”. Sedangkan
menurut Arthur T. Jersild (dalam
Sagala, 2006:12), “belajar adalah
modification of behaviour through
experience and training yaitu
perubahan atau membawa akibat
perubahan tingkah laku dalam
pendidikan karena pengalaman dan
latihan atau karena mengalami
latihan”. Sehingga belajar dapat
dikatakan perubahan tingkah laku
dalam diri manusia dan perubahan
itu dapat diamati dalam bentuk aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Perubahan tingkah laku yang berlaku
dalam waktu yang relatif lama itu
disertai usaha siswa tersebut
sehingga siswa tersebut dari yang
kurang mampu mengerjakan sesuatu
menjadi mampu mengerjakannya.
Kegiatan dan usaha untuk mencapai
perubahan tingkah laku yang lebih
baik
disebut
proses
belajar,
sedangkan perubahan tingkah laku
itu sendiri merupakan hasil belajar.
Dapat disimpulkan bahwa belajar
akan berkaitan dengan proses belajar
dan hasil belajar.
Sujono
(dalam
Fathani,
2009:19) mengemukakan beberapa
pengertian matematika, diantaranya,
matematika merupakan cabang ilmu
pengetahuan yang eksak dan
terorganisir secara sistematik. Selain
itu, matematika merupakan ilmu
pengetahuan tentang penalaran yang
logik dan masalah yang berhubungan
dengan bilangan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa matematika
merupakan ilmu yang berkenaan
dengan ilmu pengetahuan eksak yang
terorganisir
secara
sistematik,
berkaitan dengan bilangan, dan
penalaran logik.
Belajar matematika bagi
siswa merupakan pembentukan pola
pikir dalam memahami suatu
pengertian maupun dalam penalaran.
Pembelajaran
matematika
merupakan upaya yang dilakukan
guru untuk dapat menciptakan
kondisi
belajar
siswa
yang
memungkinkan
siswa
belajar
matematika
secara
maksimal.
Kondisi yang diciptakan oleh guru
dalam pembelajaran berupa tugastugas belajar yang dapat merangsang
siswa untuk berperan aktif dalam
mencari
pengalaman
belajar
matematika yang menyenangkan,
sehingga mempermudah siswa dalam
menguasai konsep matematika dan
keterkaitannya dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam pembelajaran
matematika, para siswa dibiasakan
untuk memperoleh pemahaman
melalui pengalaman tentang sifatsifat yang dimiliki dan yang tidak
dimiliki dari sekumpulan obyek.
Dengan
pengamatan
terhadap
contoh-contoh, diharapkan siswa
mampu memahami pengertian suatu
konsep. Selanjutnya, siswa dilatih
untuk membuat perkiraan dan
terkaan berdasarkan pengalaman atau
pengetahuan yang dikembangkan
melalui contoh-contoh.
413
C. Media Kartu Pecahan
Gagne dan Briggs (dalam
Sundayana,
2015
:
5)
mengemukakan
bahwa
media
pembelajaran meliputi alat yang
secara fisik digunakan untuk
menyampaikan materi pengajaran
antara lain buku, tape-recorder,
kaset, vidiocamera, film, slide
(gambar bingkai), foto, gambar,
grafik, televisi, dan komputer.
Sehingga media adalah suatu
pengantar
atau
alat
untuk
menyampaikan materi pembelajaran
yang dapat merangsang siswa untuk
belajar.
Media memiliki beberapa
fungsi. Menurut Sudirman (dalam
Sundayana, 2015 : 7), fungsi media
adalah mengatasi keterbatasan ruang,
waktu tenaga dan daya indra,
menimbulkan
gairah
belajar,
interaksi lebih langsung antara siswa
dengan
sumber
belajar,
memungkinkan anak belajar mandiri
sesuai dengan bakat dan kemampuan
visual, auditori, dan kinestetiknya,
memberi rangsangan yang sama,
mempersamakan pengalaman dan
menimbulkan persepsi yang sama,
serta pembelajaran menjadi lebih
menarik dan lebih interaktif.
Media kartu pecahan dalam
penelitian ini, dibuat dari kertas yang
sedikit tebal dan terdapat gambar
kartun atau animasi yang memiliki
karakter yang baik dan disukai siswa
serta terdapat kata-kata motivasi.
Kelebihan media kartu pecahan ini
adalah
1. Menarik perhatian siswa
karena
terdapat
gambar
kartun atau animasi yang
disukai oleh siswa.
2. Melalui media kartu pecahan
ini, siswa akan merasa senang
dalam
mengikuti
pembelajaran
matematika.
Sehingga siswa akan lebih
memahami penjelasan dari
guru.
3. Media kartu pecahan akan
meningkatkan
pemahaman
siswa
tentang
konsep
pecahan. Dengan media kartu
pecahan yang menarik, siswa
akan lebih senang belajar
matematika khususnya materi
pecahan.
4. Siswa dapat mengerjakan
latihan soal tanpa mengalami
kesulitan. Setelah memahami
konsep dan contoh dengan
menggunakan media kartu
pecahan,
siswa
dapat
mengerjakan
soal
tanpa
mengalami banyak kesulitan.
Sehingga pemahaman materi
pecahan dan prestasi belajar
matematika meningkat
Dalam kegiatan pembelajaran
setiap kelompok akan dibagikan
beberapa kartu pecahan. Melalui
media kartu pecahan yang telah
dibagikan kepada siswa, diharapkan
siswa mampu memahami materi
pecahan.
Sehingga
dapat
meningkatkan
prestasi
belajar
matematika.
D. Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan
pembelajaran
berbantuan media kartu pecahan
untuk meningkatkan pemahaman
siswa kelas IV SDN Purwosari 2
Kecamatan Kwadungan Kabupaten
Ngawi. Oleh karena itu, pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif. Jenis
penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas. Penelitian tindakan
kelas (class action research) yang
414
dilakukan
dengan
tujuan
memperbaiki mutu pembelajaran di
kelas. Dalam penelitian ini, peneliti
bertindak sebagai instrumen kunci,
karena
peneliti
merencanakan,
merancang,
melaksanakan,
mengumpulkan data, menganalisis
data, menarik kesimpulan, dan
membuat laporan hasil penelitian,
serta peneliti juga terlibat langsung
sejak awal penelitian sampai
pembuatan laporan hasil penelitian.
Subyek penelitian dalam
penelitian ini adalah siswa kelas IV
SDN Purwosari 2, Kecamatan
Kwadungan, Kabupaten Ngawi
tahun ajaran 2015/2016 yang
berjumlah 14 siswa. Rancangan
tindakan
pada
penelitian
ini
menggunakan model Kemmis dan
Taggart (Aqib, 2008:22) yaitu model
skema
dengan
menggunakan
prosedur kerja sebagai suatu siklus
spiral. Siklus dilaksanakan mengikuti
spiral penelitian tindakan kelas yaitu:
(a) perencanaan (planning), (b)
Pelaksanaan
(acting),
(c)
Pengamatan (observation), dan (d)
Refleksi (reflecting). Data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini
meliputi data hasil lembar kerja
siswa, hasil tes siswa, hasil
pengamatan aktivitas siswa dan guru
selama proses pembelajaran, lembar
wawancara, dan hasil tes siswa pada
akhir siklus.
E. HASIL PENELITIAN
Pembelajaran
berbantuan
media kartu pecahan pada materi
pecahan
dapat
meningkatkan
pemahaman siswa kelas IV SDN
Purwosari 2 Kecamatan Kwadungan
Kabupaten
Ngawi.
Hal
ini
berdasarkan
pada
kriteria
keberhasilan penelitian yang telah
ditetapkan yaitu ditentukan oleh hasil
tes akhir siswa dan proses
pembelajaran. Berdasarkan hasil tes
akhir siklus II, diperoleh data hasil
belajar siswa dengan nilai terendah
60 dan nilai tertinggi adalah 95.
Dengan
demikian,
hasil
ini
menunjukkan bahwa kriteria yang
peneliti tetapkan telah tercapai, yaitu
terdapat 13 siswa mendapat nilai
minimal 65 sesuai dengan KKM di
kelas IV SDN Purwosari 2
Kecamatan Kwadungan Kabupaten
Ngawi. Pada hasil tes akhir setelah
siklus II pada penelitian ini,
menyatakan bahwa 13 siswa telah
tuntas,
sehingga
persentase
ketuntasan klasikal yaitu 92,86 % .
Hal ini berarti bahwa kriteria
keberhasilan yang telah ditetapkan
telah tercapai.
Berdasarkan hasil analisis
data tentang nilai tes akhir siklus
maka diketahui bahwa pemahaman
siswa pada siklus I dan siklus II
menunjukkan adanya peningkatan
yang cukup signifikan. Pada siklus I
persentase pemahaman siswa adalah
71,43% sedangkan pada siklus II
persentase pemahaman siswa adalah
92,86 %. Dari persentase tersebut
juga diketahui bahwa pemahaman
siswa juga meningkat sebesar 21,43
%. Sehingga pemahaman siswa telah
dapat dikatakan meningkat. Selain
itu, berdasarkan pada hasil observasi
dari 2 (dua) observer diperoleh
persentase skor rata-rata hasil
observasi aktivitas guru selama
siklus II adalah 93,64 % dengan
kriteria sangat baik dan persentase
skor rata-rata hasil observasi
aktivitas siswa selama siklus II
adalah tersebut 92,27 % dengan
kriteria sangat baik. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran
415
berbantuan media kartu pecahan
pada
materi
pecahan
untuk
meningkatkan pemahaman siswa
kelas IV SDN Purwosari 2
Kecamatan Kwadungan Kabupaten
Ngawi.
F. PEMBAHASAN
1. Pembelajaran
Berbantuan
Media Kartu Pecahan Pada
Siswa Kelas IV Sekolah Dasar
Pembelajaran
berbantuan
media kartu pecahan dilaksanakan
sebanyak dua siklus yaitu sebanyak
delapan kali pertemuan. Pertemuan
pertama
membahas
tentang
mengenal pecahan, pertemuan kedua
dan ketiga membahas tentang
mengurutkan, membandingkan, dan
menyederhanakan
pecahan,
pertemuan kelima dan keenam
membahas tentang menjumlahkan
dan
mengurangkan
pecahan,
pertemuan
ketujuh
membahas
tentang pemecahan masalah yang
berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan, serta dua kali
pertemuan digunakan sebagai tes
akhir setelah siklus I dan tes akhir
setelah siklus II.
Setiap pertemuan dalam
pembelajaran, terbagi dalam tiga
kegiatan yaitu pendahuluan, inti, dan
penutup. Kegiatan pendahuluan
adalah
kegiatan
untuk
mempersiapkan agar siswa benarbenar telah siap untuk belajar.
Kegiatan
pendahuluan
dimulai
dengan memberikan motivasi tentang
pentingnya mempelajari matematika
khususnya pecahan. Langkah ini
bertujuan
untuk
meningkatkan
motivasi belajar siswa sehingga
semangat untuk belajar. Pemberian
motivasi kepada siswa bertujuan
untuk menciptakan suatu kondisi
yang mengarahkan siswa untuk
melakukan aktifitas belajar, sehingga
akan menimbulkan rasa semangat
untuk belajar pada diri siswa. Hal ini
sesuai dengan Sardiman (2007:75)
yang menjelaskan bahwa motivasi
merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan dalam pembelajaran
karena merupakan faktor psikis yang
bersifat non-intelektual dan berperan
untuk
menumbuhkan
perasaan
senang dan menambah semangat
dalam belajar.
Kegiatan selanjutnya adalah
peneliti
menyampaikan
tujuan
pembelajaran. Penyampaian tujuan
pembelajaran dalam penelitian ini
menjadikan perhatian siswa terpusat
pada materi yang akan dibahas,
sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai secara maksimal. Setelah
guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran,
guru
juga
mengingatkan
kembali
tentang
materi prasyarat yang diperlukan
untuk mempelajari materi pecahan,
misalnya siswa harus mengingat
materi tentang bilangan bulat. Dalam
kegiatan ini, guru melakukan tanya
jawab kepada siswa tentang materi
penjumlahan, pengurangan, dan
perkalian bilangan bulat. Hal ini
didukung
pendapat
Crawford
(2001:5) bahwa pengetahuan yang
dimiliki oleh siswa dapat berfungsi
sebagai landasan yang dapat
dijadikan dasar untuk membangun
pengetahuan yang baru. Dengan
mengingatkan
kembali
materi
prasyarat,
akan
mempermudah
pemahaman suatu materi. Sehingga
dapat meningkatkan pemahaman
siswa.
Pada kegiatan inti dimulai
dengan mendemonstrasikan dan
menjelaskan
materi
mengenal
416
pecahan dengan menggunakan media
kartu pecahan. Media Kartu pecahan
dalam penelitian ini, dibuat dari
kertas yang sedikit tebal dan terdapat
gambar kartun atau animasi yang
memiliki karakter yang baik dan
disukai siswa serta terdapat kata-kata
motivasi.
Sehingga
diharapkan
dengan menggunakan media kartu
pecahan, siswa dapat meningkatkan
pemahaman materi pecahan dan
dapat membantu meningkatkan
karakter
siswa.
Dengan
menggunakan media kartu pecahan
ini, materi pecahan yang susah dapat
diajarkan dengan lebih mudah,
menarik, dan dapat dipahami oleh
siswa. Selain itu, media kartu
pecahan juga dapat menampilkan
gambar kartun atau animasi yang
lebih menarik dan terdapat kata-kata
motivasi. Sehingga dapat membuat
siswa termotivasi dan terfokus untuk
memperhatikan penjelasan dari guru.
Kegiatan selanjutnya yaitu
guru memberikan contoh soal.
Dengan diberikan contoh soal
diharapkan dapat mempermudah
siswa dalam memahami suatu materi
dan dengan memberikan contoh soal
kepada siswa maka berakibat terjadi
suatu interaksi berfikir pada siswa,
sehingga siswa dapat menyelesaikan
suatu soal secara mandiri.
Kegiatan selanjutnya yaitu
guru membagikan Lembar Kerja
Siswa (LKS) untuk dikerjakan oleh
semua siswa secara berkelompok.
Kemudian guru meminta masingmasing kelompok berdiskusi untuk
menjawab dan memecahkan soal
yang ada pada LKS. LKS merupakan
salah satu sarana untuk membantu
dan mempermudah dalam kegiatan
belajar mengajar sehingga akan
terbentuk interaksi yang efektif
antara siswa dengan guru dan dapat
meningkatkan aktifitas siswa dalam
peningkatan prestasi belajar. LKS
merupakan salah satu sumber belajar
yang
dibutuhkan
dalam
menyelesaikan
tugas-tugas
kelompok.
Penggunaan
LKS
dapat
membantu arah kerja siswa. Petunjuk
yang terdapat pada LKS merupakan
salah satu bantuan bagi siswa.
Meskipun demikian, LKS tidak
menuntun siswa secara mutlak.
Siswa diberi kebebasan untuk
mengungkapkan
ide
dalam
membentuk pengetahuan mereka
sendiri secara aktif dengan bantuan
LKS. Hal ini didukung oleh
Machmud (2001:7) yang menyatakan
bahwa LKS dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk
bekerja secara mandiri dan bekerja
sama, serta memberikan kesempatan
kepada siswa untuk melakukan
kegiatan
penemuan.
Ketika
mengalami kesulitan, siswa dapat
bertanya kepada teman sekelompok
atau kepada guru.
Dalam
penelitian
ini,
pembelajaran pada materi pecahan
dilakukan dengan membagi siswa
menjadi 4 kelompok yang setiap
kelompok terdiri dari 3-4 siswa.
Belajar
secara
berkelompok
memberikan beberapa keuntungan
bagi siswa. Salah satunya, siswa
saling berdiskusi untuk memecahkan
masalah yang ada. Ketika anggota
kelompok yang saling berdiskusi
mengalami kesulitan guru perlu
membantu
dalam
merangsang
pemikiran siswa untuk memulai
memecahkan masalah.
Kegiatan selanjutnya setelah
proses diskusi selesai adalah
kegiatan presentasi LKS. Dalam
417
kegiatan ini, beberapa anggota
kelompok mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya di depan kelas
secara tertulis dan lisan. Dan jika ada
kelompok yang memiliki jawaban
yang berbeda, kelompok yang
memiliki jawaban yang berbeda
tersebut juga mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya di depan kelas.
Dalam kegiatan presentasi ini, antar
kelompok dapat saling tanya jawab
dan
menyampaikan
masukan.
Langkah ini diperlukan agar siswa
dapat menerima masukan dari orang
lain dan agar mereka mampu untuk
mempertahankan
pendapatnya,
sehingga kegiatan diskusi ini
berjalan dengan aktif.
Jawabanjawaban kelompok yang sedang
presentasi di depan kelas jika
terdapat kesalahan bisa diperbaiki
dalam proses diskusi sehingga
jawaban lebih sempurna. Jawabanjawaban dari kelompok yang
melakukan presentasi yang salah
dikoreksi oleh kelompok lain dengan
cara bertanya atau memberikan
sanggahan dan kelompok lain juga
dapat memberikan masukan kepada
kelompok yang sedang melakukan
prestasi. Hal ini sesuai dengan
Sutawidjaja (2002: 358) yang
menjelaskan bahwa ketika kelompok
menyajikan laporannya (baik benar
maupun salah), kelompok akan
mempunyai
kesempatan
yang
berharga untuk memperbaiki laporan
mereka.
Selanjutnya pada kegiatan
penutup, guru dengan melibatkan
siswa membuat kesimpulan tentang
materi pecahan yang telah dipelajari.
Guru juga mengadakan evaluasi
dengan cara melakukan tanya jawab
kepada siswa tentang materi pecahan
yang telah dipelajari. Guru perlu
memastikan bahwa siswa dapat
memahami materi pecahan yang
telah dipelajari.
2.
Peningkatan
Pemahaman
Siswa Melalui Pembelajaran
Berbantuan Media Kartu
Pecahan
Pembelajaran
berbantuan
media kartu pecahan pada materi
pecahan dalam penelitian ini
bertujuan
untuk
meningkatkan
pemahaman siswa kelas IV Sekolah
Dasar.
Dalam
penelitian
ini
pemahaman
siswa
pada
pembelajaran berbantuan
media
kartu pecahan pada materi pecahan
diukur melalui tes. Tes ini dilakukan
pada akhir tindakan dari dua siklus
yang dilaksanakan oleh peneliti.
Hasil tes akhir tindakan pada
penelitian ini digambarkan dalam
bentuk skor yang diperoleh siswa
selama
proses
pembelajaran.
Peningkatan pemahaman siswa dapat
dilihat
melalui
peningkatan
persentase skor yang diperoleh siswa
kelas IV pada tes akhir siklus I dan
tes akhir siklus II pada Tabel 1.1
berikut.
Tabel 1.1 Peningkatan Pemahaman Siswa Melalui Tes Akhir Siklus I dan II
Hasil Tes Akhir Siklus I Hasil Tes Akhir Siklus II
Persentase pencapaian
71,43%
92,86 %
418
Berdasarkan analisis data tes akhir
tindakan pada siklus I dan siklus II
pada Tabel 1.1, diketahui bahwa
pemahaman
siswa
mengalami
peningkatan.
Peningkatan
pemahaman terjadi pada tingkat
ketuntasan individu yang dapat
dilihat dari nilai rata-rata kelas
ataupun dari persentase siswa yang
tuntas pada kelas tersebut. persentase
ketuntasan
klasikal
meningkat
sebesar 21,43 %. Berdasarkan hasil
analisis tersebut dapat diketahui
bahwa pembelajaran berbantuan
media kartu pecahan pada materi
pecahan
dapat
meningkatkan
pemahaman siswa kelas IV SDN
Purwosari 2 Kecamatan Kwadungan
Kabupaten
Ngawi.
Hal
ini
disebabkan
karena
kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan
lebih
bermakna
dan
lebih
menyenangkan,
sehingga
dapat
meningkatkan pemahaman siswa.
Nurhadi, dkk (2004: 37) menjelaskan
bahwa suatu proses belajar akan
menjadi lebih bermakna jika siswa
mengerjakan dan membangun sendiri
pemahamannya.
G. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan paparan data dan
pembahasan, dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut.
1. Pembelajaran berbantuan media
kartu pecahan pada materi
pecahan untuk
meningkatkan
pemahaman siswa kelas IV SDN
Purwosari
2
Kecamatan
Kwadungan Kabupaten Ngawi
meliputi tiga kegiatan yaitu
kegiatan awal, inti, dan penutup.
2. Selama pembelajaran berbantuan
media kartu pecahan pada materi
pecahan untuk meningkatkan
pemahaman siswa kelas IV SDN
Purwosari
2
Kecamatan
Kwadungan Kabupaten Ngawi,
dapat
diketahui
bahwa
persentase hasil tes siklus I
adalah 71,43 % dan persentase
hasil tes siklus II adalah 92,86 %.
Sehingga
pembelajaran
berbantuan media kartu pecahan
pada materi pecahan dapat
meningkatkan pemahaman siswa
dari siklus I ke siklus II yaitu
sebesar 21, 43 %.
2. Saran-Saran
Beberapa saran yang dapat
disampaikan berdasarkan hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi
guru,
pembelajaran
berbantuan media kartu pecahan
dapat dijadikan sebagai salah
satu alternatif yang layak
dipertimbangkan
dalam
pembelajaran
pada
materi
pecahan.
2. Agar
pembelajaran
pembelajaran berbantuan media
kartu pecahan lebih menarik,
hendaknya guru memberikan
beberapa animasi yang sedang
digemari oleh siswa dan
gambar-gambar yang relevan
serta tidak berlebihan. Sehingga
dapat membuat siswa tertarik
dan
termotivasi
untuk
memperhatikan penjelasan dari
guru.
3. Agar pembelajaran matematika
lebih menarik, hendaknya guru
menggunakan
media
pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Aqip,
Zainal. 2006. Penelitian
Tindakan Kelas Untuk
Guru. Bandung: Yrama
Widya.
419
Fathani, A. H. 2009. Matematika
Hakikat dan Logika.
Yogyakarta:
Ar-Ruzz
Media.
Hitipeuw,
I. 2009. Belajar &
Pembelajaran. Malang:
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas
Negeri
Malang.
Machmud, T. 2001. Implementasi
PAM Untuk
Meningkatkan
Kemampuan Siswa
Dalam Menyelesaikan
Soal Program Linier.
Tesis tidak diterbitkan.
Malang: PPS UM.
Slameto. 1991. Belajar dan FaktorFaktor
yang
Mempengaruhinya.
Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta.
Sundayana, R. 2015. Media dan Alat
Peraga
Dalam
Pembelajaran Matematika.
Bandung : Alfabeta.
Sutawidjaja,
A.
2002.
Konstruktivisme Konsep
dan Implikasinya pada
Pembelajaran
Matematika.
Jurnal
Matematika
atau
Pembelajarannya. VIII
(Edisi Khusus): 355-359.
Mulyasa, E. 2006. Menjadi Guru
Profesional Menciptakan
Pembelajaran
Kreatif
dan
Menyenangkan.
Bandung:
Remaja
Rosdakarya.
Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran
Kontekstual
dan
Penerapannya
dalam
KBK.
Malang:
Universitas
Negeri
Malang.
Sagala, S. 2006. Konsep Dan Makna
Pembelajaran
(Untuk
Membantu Memecahkan
Problematika
Belajar
Dan Mengajar). Cetakan
Keempat. Bandung: CV
Alfabeta.
Sardiman, A. 2007. Interaksi dan
Motivasi
Belajar
Mengajar. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
420
Download