BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk dan Variabel Penelitian 2.1.1 Ketidakpastian Lingkungan Luthun (1998) dalam Edfan (2002) mendefinisikan ketidakpastian lingkungan adalah sebagai berikut” “Ketidakpastian lingkungan (Environmental Uncertainty) merupakan keterbatasan individu dalam menilai probabilitas gagal atau berhasil dari sebuah keputusan yang telah dibuat yang berasal dari luar maupun dalam lingkungan organisasi.”Ketidakpastian lingkungan adalah situasi seseorang terkendala untuk memprediksi situasi di sekitarnya sehingga mencoba untuk melakukan sesuatu dalam rangka menghadapi ketidakpastian tersebut.” Menurut Erna dan Dwi (2006) organisasi yang beroperasi dalam lingkungan yang mempunyai ciri kelangkaan sumber daya, dinamis dan kompleks menghadapi tingkat ketidakpastian lingkungan yang tinggi. Setiap organisasi memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai kondisi lingkungannya. Sebagian organisasi menghadapi lingkungan yang relatif statis, hanya sedikit kekuatan dalam lingkungan khusus mereka yang berubah. Menurut Duncan (1972) bahwa: “Ketidakpastian lingkungan sebagai ketidakmampuan individu untuk menilai probabilitas seberapa besar keputusan yang telah dibuat akan gagal atau berhasil yang disebabkan karena kesulitan untuk memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. Ketidakpastian lingkungan diidentifikasi sebagai faktor penting karena situasi ini dapat menyulitkan manajer dalam proses perencanaan dan pengendalian.” Dalam jangka panjang, lingkungan perusahaan selalu mengalami perubahan, hanya organisasi yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang akan dapat tetap beroperasi dalam jangka panjang. Dalam lingkungan yang stabil proses perencanaan dan pengendalian akan menjadi lebih sulit dan banyak menghadapi masalah, karena kejadian kejadian di masa yang akan datang sulit diprediksikan (Duncan, 1972). 8 9 Ketidakpastian lingkungan telah di identifikasi sebagai variabel konstektual yang penting dalam sistem informasi akuntansi dan desain sistem informasi manajemen. Duncan (1972) mendefinisikan lingkungan sebagai berikut : “The totally of physical and social factors that are taken directly into consideration in the decision making behavior of inviduals in the organization.” Pernyataan diatas menjelaskan bahwa mengidentifikasikan lingkungan sebagai totalitas faktor sosial dan fisik yang diperhitungkan atau dipertimbangkan dalam sikap untuk mengambil keputusan dari setiap individu-individu dalam organisasi. Ketidakpastian lingkungan (environment uncertainty) juga didefinisikan oleh Duncan (1972) sebagai berikut: 1. The lack of information regarding the environmental factors associated with a given decision making situation 2. Not knowing the out-come of a specific decision in terms of how much the organization would lose if the decision were incorrect, and 3. Inability to assign probabilities with any degree of confidence with regard to how environmental factors are going to affect the success or failure of the decision unit in performing its function. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa ketidakpastian lingkungan yaitu kesenjangan informasi yang menyangkut faktor faktor lingkungan yang dihubungkan dengan situasi pengambilan keputusan, untuk mengetahui pengeluaran dari keputusan yang spesifik dalam istilah seberapa banyak organisasi akan merugi jika keputusan tidak benar, dan ketidakmampuan untuk menaksir probabilitas dalam berbagai tingkat kepercayaan yang menunjukan bagaimana faktor-faktor lingkungan sedang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan keputusan unit dalam melakukan fungsinya. 10 Duncan membedakan faktor-faktor dan komponen lingkungan internal dan eksternal organisasi. Internal environment : 1) Organizational personel component a. Educational and technological background and skills b. Previous technological and managerial skill c. Individual member’s involvement and commitment to attaining system’s goals d. Interpersonal behavior styles e. Availibility of manpower for utilization within the systems 2) Organizational fuctional and staff units component a. Technological characteristics of organizational units b. Interdependence of organizational units in carrying out their objectives c. Intra-unit conflict among organizational 3) Organizational level component a. Organizational objectives and goals b. Organizations product services External environment : 1) Customer component a. Distributors of product or services b. Actual users of product or services 2) Supplies component a. New material suppliers b. Equipment suppliers c. Product parts suppliers d. Labor supply 3) Competitor component a. Competitor for suppliers b. Competitors for customers 4) Socio-political component a. Government regulatory control over the industry 11 b. Public political attitude towards industry and its particular product 5) Technological component a. Meeting new technological requirements of own industry and related industries in production of product or services Menurut Gordon dan Narayanan (1984) mengatakan Perceived environmental uncertainty yaitu: “Perceived environmental uncertainty was measured by a series of seven questions, designed to tap respondents perceptions about the predictability and stability in various aspects of their organization industrial, economic, technological, competitive and customer environment.” Pernyataan di atas menjelaskan bahwa ketidakpastian lingkungan yang dirasakan diukur dengan serangkaian tujuh pertanyaan, yang dirancang untuk menanggapi persepsi responden tentang prediktabilitas dan stabilitas dalam berbagai aspek industri lingkungan organisasi mereka, ekonomi, teknologi, kompetitif dan lingkungan pelanggan. Lukito dan Andi (2008) mengatakan ketidakpastian lingkungan yaitu sebagai berikut: “Kondisi lingkungan eksternal yang dapat mempengaruhi operasi perusahaan, dalam perubahan lingkungan yang tidak pasti tersebut, para manajer dapat merasa kurang yakin bahkan tidak yakin terhadap tindakan apa yang harus dilakukan.” Jadi dengan demikian maka dapat disimpulkan dari beberapa pengertian di atas bahwa kondisi lingkungan eksternal lah yang sangat mempengaruhi dalam pembuatan keputusan yang akan di ambil oleh manajer untuk mendapatkan suatu informasi yang sangat berpengaruh untuk kemajuan operasional perusahaan. Menurut Robbins dan Coulter (2005) menilai ketidakpastian lingkungan merupakan sebuah langkah penting yang harus dilakukan oleh para manajer. Lingkungan yang dihadapi oleh para manajer tidak akan sama dalam berbagai kondisi, hal itulah yang menyebabkan terjadinya ketidakpastian lingkungan. 12 Hastuti (2005) menjelaskan apabila komponen-komponen dalam lingkungan sebuah organisasi seringkali berubah dikatakan lingkungan tersebut dinamis. Jika perubahannya amat sedikit maka lingkungan dikatakan stabil.Pada lingkungan yang stabil mungkin terjadi kondisi tidak adanya pesaing baru, tidak ada terobosan teknologi baru oleh pesaingpesaing yang ada, serta sedikitnya kegiatan atau aktivitas oleh kelompok masyarakat tertentu yang mempengaruhi organisasi tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ketidakpastian lingkungan yaitu kesenjangan informasi yang menyangkut faktor-faktor lingkungan yang dihubungkan dengan situasi pengambilan keputusan, untuk mengetahui pengeluaran dari keputusan yang spesifik dalam istilah seberapa banyak organisasi akan merugi jika keputusan tidak benar, dan ketidakmampuan menaksir yang menunjukkan bagaimana faktor-faktor lingkungan sedang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan keputusan unit dalam melakukan fungsinya. 2.1.2 Sistem Informasi Akuntansi Manajemen Menurut Hansen dan Mowen (2009:7) mendefinisikan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen yaitu: “Suatu informasi yang menghasilkan keluaran dengan menggunakan masukan untuk mencapai tujuan khusus manajemen, terutama menyediakan informasi yang akan digunakan dalam perhitungan biaya jasa atau produk dan tujuan lain yang diinginkan manajemen, menyediakan informasi yang digunakan dalam perencanaan, pengendalian dan pengevaluasian dan menyediakan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan.” Sementara menurut Atkinson et al (2001) Sistem Akuntansi Manajemen adalah : “A value adding continuous improvement process of planning, designing, measuring and operating nonfinancial and financial information system that guides management action, motivates behavior, and support and creates the cultural values necessary to achieve an organizations strategic, tactical and operating objectives.” 13 Definisi tersebut menjelaskan bahwa sistem informasi yang melakukan nilai tambah dan perbaikan secara terus menerus dengan merencanakan, merancang, mengukur dan mengoperasikan sistem informasi data nonfinansial dan finansial, serta tindakan manajemen dengan memotivasi perilaku, dukungan dan menciptakan nilai-nilai budaya yang diperlukan untuk mencapai suatu organisasi strategis, taktis dan tujuan operasi. Menurut Horngren (2011:4) mendefinisikan sistem akuntansi manajemen adalah: “Management accounting produces information for managers within an organization. It is the process of identifying, measuring, accumulating, analyzing, preparing, interpreting, and communicating information that helps managers fulfill organizational objectives.” Pernyataan di atas menjelaskan informasi akuntansi manajemen bagi para manajer digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Informasi akuntansi manajemen merupakan proses yang meliputi identifikasi, pengumpulan, analisis, penyediaan, interpretasi dan komunikasi informasi bagi para manajer dalam mencapai tujuan. Dari pernyataan-pernyataan tersebut menjelaskan bahwa suatu mekanisme kontrol organisasi yang memberikan fasilitas kontrol melalui pelaporan dan penciptaan yang tampak dalam tindakan dan kinerja, yang mana merupakan alat yang efektif dalam penyediaan informasi yang berguna dalam memprediksi akibat yang mungkin terjadi dari berbagai alternatif yang dapat dilakukan. Serta peran informasi dari sistem akuntansi manajemen memfasilitasi pengambilan keputusan dan kontrol dalam organisasi dan harus disesuaikan dengan variabel kontekstual organisasi dan subsistem kontrol lainnya Atkinson et al (2001:11) menjelaskan bentuk informasi akuntansi manajemen berupa informasi keuangan dan operasional dari berbagai 14 aktivitas organisasi, proses, unit-unit operasi, produk-produk, jasa-jasa dan pelanggan. Di dalam perkembangannya kategori informasi akuntansi manajemen menjadi lebih luas, bukan saja tentang operasi yang dikuantifikasi dalam terminology keuangan saja akan tetapi juga berupa informasi non keuangan, seperti kualitas waktu proses, pengukuran yang bersifat lebih subjektif, kepuasan para pelanggan, kapabilitas karyawan dan kinerja atas produk baru. 2.1.2.1 Fungsi Informasi Akuntansi Manajemen Menurut Mulyadi (2001:20) Informasi akuntansi manajemen diperlukan oleh manajemen untuk melaksanakan dua fungsi pokok manajemen : perencanaan dan pengendalian aktivitas perusahaan. Informasi akuntansi manajemen ini dihasilkan oleh sistem pengolahan informasi keuangan yang disebut akuntansi manajemen. Informasi akuntansi manajemen dibutuhkan oleh manajemen berbagai jenjang organisasi, untuk menyusun rencana aktivitas perusahaan di masa yang akan datang. Hoque (2005) mengemukakan fungsi informasi akuntansi manajemen yaitu: “Management accounting information can contribute to the following management areas : policy formulation, planning and controlling the activities of the firm, decision taking on alternative courses of action and so on.” Definisi tersebut menjelaskan bahwa informasi akuntansi manajemen dapat memberikan kontribusi pada bidang manajemen yaitu: perumusan kebijakan, perencanaan dan pengendalian kegiatan perusahaan, keputusan mengambil tindakan alternatif dan sebagainya. Sedangkan menurut Simamora (2012) menjelaskan informasi akuntansi manajemen sebagai produk dari sistem akuntansi manajemen yang mempunyai manfaat bagi manajer dan organisasi Sebagai mana yang tertera di atas juga menambahkan bahwa salah satu peran utama sistem informasi akuntansi manajemen adalah memasok informasi yang memfasilitasi pengambilan keputusan bagi para manajer. 15 Menurut Atkinson et al (2001) Terdapat empat fungsi informasi akuntansi manajemen dalam membantu para manajer menjalankan fungsi fungsi operasionalnya yaitu: Tabel 2.1 Functions of Management Accounting Information No 1 Functions Operational Provide Control efficiency and qualiy of tasks performed Product 2 3 Analysis feedback information about the and Measure the costs of resources used to produce Costumer a product or service and market and deliver the Costing product or service to customers. Management Provide information about the performance of Control managers and operating units. Provide information about the enterprise’s 4 Strategic Unit financial and long-run competitive performance, market conditions, customer preferences, and technological innovations. Sumber: Atkinson et al (2001:11) Tabel di atas menjelaskan bahwa fungsi informasi akuntansi manajemen yaitu memberikan umpan balik megenai efisiensi dan kualitas tugas-tugas, mengukur biaya sumber daya yang digunakan untuk memproduksi suatu barang atau jasa dan harga pasar serta biaya penyerahan barang atau jasa kepada konsumen, memberikan informasi tentang kinerja para manajer dan unit-unit perusahaan dan menyediakan informasi tentang keuangan perusahaan dan kinerja kompetitif jangka panjang, kondisi pasar, preferensi konsumen dan perkembangan teknologi. Hansen dan Mowen (2009:47) mengemukakan keberadaan informasi akuntansi manajemen di perusahaan terdapat tiga tujuan yang meliputi: 16 1. To provide information for costing out services, products and other objects interest to management 2. To provide information for planning,control dan evaluation : 3. To provide information for decision making Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa sistem akuntansi manajemen memiliki tujuan untuk menyediakan informasi yang digunakan dalam perhitungan biaya jasa, produk dan tujuan lain yang diinginkan manajemen, untuk menyediakan informasi yang digunakan dalam perencanaan, pengendalian, pengevaluasian dan untuk menyediakan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan. Sedangkan menurut Horngren (2009:4) informasi akuntansi manajemen bagi para manajer disediakan untuk menjelaskan : 1. Para manajer dalam penggunaan suatu informasi akuntansi manajemen untuk perencanaan jangka pendek dan pengendalian operasi yang rutin dijalankan, misalnya dalam mengkalkulasi biaya yang bermanfaat untuk pengendalian biaya 2. Para manajer juga menggunakan informasi akuntansi manajemen untuk membuat keputusan yang tidak rutin, misalnya dalam pengambilan keputusan tentang investasi peralatan, memformulasikan kebijakan dan perencanaan. Menurut Atkinson et al (2001) informasi akuntansi manajemen dapat memberikan bantuan dalam perencanaan jangka pendek dan pengendalian operasi yang rutin dijalankan, seperti kalkulasi biaya yang bermanfaat dalam pengendalian biaya dan membuat keputusan mengenai investasi peralatan, menformulasikan kebijakan dan perencanaan. 2.1.2.2 Karakteristik Informasi Akuntansi Manajemen Menurut Mulyadi (2001:53) secara konvensional rancangan sistem akuntansi manajemen terbatas pada informasi keuangan internal yang 17 berorientasi historis. Tetapi, meningkatnya peran sistem akuntansi manajemen untuk membantu manajer dalam pengarahan dan pemecahan masalah telah mengakibatkan perubahan sistem akuntansi manajemen untuk memasukkan data eksternaldan non keuangan kepada informasi yang berorientasi masa datang (informasi akuntansi manajemen lingkup luas). Karakteristik informasi akuntansi manajemen dimana informasi yang paling bermanfaat menurut persepsi manajer adalah informasi yang memiliki karakteristik berdasarkan penelitian Chenhall dan Morris (1986) yaitu broad scope, timeliness, aggregation, dan integration. Berikut uraian masing masing Karakteristik Informasi Akuntansi Manajemen : a. Informasi Broad Scope (lingkup) Chia (1995) mengemukakan pengertian informasi lingkup (broad scope) sebagai berikut: “A management accounting system with an information characteristic of broad scope provides information that is both internal and external to the organization. The scope of the information covers a diverse range of areas such as economic (total market sales,organization's share of that market, GNP) and noneconomic (e.g.,technological advances, sociological changes, demographic developments) aspects of the environment. Estimates of the likelihood of future events occurring are also covered in the broad scope as well. To the sub-unit managers operating in a decentralized organization, the broad scope of the management accounting system caters for their diversity of informational needs in their decision-making.” Pengertian tersebut menjelaskan bahwa karakteristik informasi akuntansi manajemen memiliki lingkup informasi yang luas bersifat internal maupun eksternal di dalam organisasi. Ruang lingkup informasi meliputi beragam bidang seperti ekonomi (penjualan total pasar, pangsa organisasi pasar itu, GNP) dan non-ekonomi (misalnya,kemajuan teknologi, perubahan sosiologis, perkembangan demografis) aspek lingkungan. Perkiraan kemungkinan peristiwa di masa depan terjadi juga tercakup dalam lingkup yang luas juga. Untuk sub-unit manajer beroperasi di sebuah organisasi desentralisasi, ruang lingkup yang luas dari sistem akuntansi manajemen 18 melayani keragaman mereka kebutuhan informasi dalam pengambilan keputusan mereka. Selanjutnya menurut Gorry dan Morton (1971); Larker (1981) mengatakan bahwa : “The scope of an information system refers to the dimensions of focus, quantification, and time horizon.” Pernyaaan tersebut menjelaskan bahwa karakteristik informasi broad scope adalah informasi dari suatu sistem akuntansi manajemen yang mewakili dimensi fokus, kuantifikasi dan time horizon Gordon dan Narayanan (1984) menjelaskan informasi lingkup (broad scope) yaitu: “Wider scope information is defined as information that is related to the external environment, is non-financial and future oriented.” Definisi tersebut dapat menjelaskan informasi lingkup yang lebih luas di definisikan sebagai informasi yang berkaitan dengan lingkungan eksternal, yaitu non-keuangan dan berorientasi pada masa depan. Jadi dengan demikian dapat disimpulkan dari beberapa pengertian di atas bahwa karakteristik informasi lingkup (broad scope) yaitu lingkup informasi yang bermanfaat bagi manajer yang bersifat internal dan eksternal agar dapat membantu dalam membuat keputusan yang lebih efektif di dalam lingkup manajemen. b. Informasi Timeliness Menurut Chenhall dan Morris (1986) mejelaskan informasi tepat waktu (timeliness) yaitu : “A manager’s ability to respond qualiky to events likely to be influenced by the timeliness of the management accounting system. Timeliness is usually specified in terms of the provision of information on request and the frequency of reporting systematically collected information. Timely information enhances the facility of management accounting system to report upon the most recent events and to provide rapid feedback on decisions.” 19 Definisi tersebut menjelaskan bahwa kemampuan para manajer untuk merespon secara cepat suatu peristiwa kemungkinan dipengaruhi oleh timeliness sistem akuntansi manajemen. Informasi yang timeliness meningkatkan fasilitas sistem akuntansi manajemen untuk melaporkan peristiwa paling akhir dan untuk memberikan umpan balik secara tepat terhadap keputusan yang telah dibuat. Selanjutnya Supriyono (2001) menjelaskan informasi tepat waktu (timeliness) adalah: “Informasi akuntansi manajemen yang harus memenuhi karakteristik kualitatif tepat waktu, karena informasi tersebut akan dipakai oleh manajemen sebagai dasar pembuatan keputusan dan untuk menghindari keterlambatan atau tertundanya pembuatan keputusan tersebut.” Supriyono (2001) juga menambahkan tepat waktu ini dipengaruhi oleh dua komponen penyajian informasi, yaitu : (1) Interval waktu pelaporan informasi (2) Tepat ataulambatnya laporan informasi tersebut dapat disajikan sesuai interval waktu yang sudah ditentukan. Selanjutnya menurut Bodnar (1995) informasi tepat waku (timeliness) yaitu : “Ketepatan waktu dalam memperoleh informasi suatu kejadian.Informasi dikatakan tepat waktu apabila informasi tersebut mencerminkan kondisi terkini dan sesuai dengan kebutuhan manajer.” Selain itu Romney dan Steinbert (2006) juga menjelaskan informasi tepat waktu (timeliness) yaitu: “Information is timely if it is provided in time for decision makers to make decisions.” Pernyataan di atas maka dapat menjelaskan bahwa informasi di nilai tepat waktu apabila informasi tersebut dihasilkan tepat pada saat yang dibutuhkan. 20 Mc.Leod (2004:20) memberikan penjelasannya mengenai Informasi Tepat Waktu bahwa Informasi harus tersedia untuk pemecahan masalah sebelum terjadinya situasi krisis yang berkembang atau kesempatan yang hilang. Manajer harus mampu memperoleh informasi yang menggambarkan apa yang akan terjadi sekarang di samping apa yang terjadi di masa lalu. Jadi dengan demikian dapat disimpulkan dari beberapa pengertian di atas bahwa informasi tepat waktu (timeliness) yaitu kemampuan para manajer untuk merespon secara cepat dan tepat terhadap setiap informasi yang di butuhkan pada saat pengambilan keputusan. c. Informasi Aggregation (agregasi) Menurut Chenhall dan Morris (1986) memberikan penjelasan informasi agregasi (aggregation) yaitu: “Management accounting system provide information in various forms of aggregation ranging from provision of basic raw, unprocessed data to a variety of aggregations around periods of time or areas of interest such as responsibility centers, or functional areas. An additional type of aggregation refers to summation in formats consistent with formal decision models such as discounted cash flow analysis for capital budgeting, simulation and linear programming in budgetary applications, cost-volume-profit analysis, and inventory control models. In the current study, aggregated information is a composite of temporal and functional summation (e.g., sales area, cost center, marketing and production departments) and information produced specifically for formal decision models” Definisi tersebut menjelaskan bahwa sistem akuntansi manajemen memberikan informasi dalam berbagai bentuk agregasi yang berkisar dari pemberian bahan dasar, data yang tidak di proses sehingga berbagai agregasi berdasarkan periode waktu atau area tertentu misalnya pusat pertanggung jawaban atau fungsional. Tipe agregasi yang lain mengacu kepada berbagai format yang konsisten dengan model keputusan formal seperti analisis cash flow yang di diskontokan untuk anggaran modal, simulasi dan linear programming untuk penerapan anggaran, analisis biaya, volume, laba, dan model pengendalian persediaan. Dalam perkembangan terakhir, agregasi informasi merupakan penggabungan informasi fungsional dan temporal seperti area penjualan, pusat biaya, departemen produksi dan pemasaran, 21 dan informasi yang dihasilkan secara khusus untuk model keputusan formal. Menurut Supriyono (2001) menjelaskan informasi agregasi (agregation) adalah: “Menunjukan proses pengurangan volume data yang diperlukan agar dapat mengurangi atau menghemat biaya dalam penyediaan informasi akuntansi. Tetapi agregasi ini dapat menimbulkan kerugian karena informasi yang penting mungkin tidak disajikan.” Selanjunya Bodnar (1995) mengatakan informasi agregasi (aggregation) yaitu: “Informasi disampaikan dalam bentuk yang lebih ringkas, tetapi tetap mencakup hal-hal penting sehingga tidak mengurangi nilai informasi itu sendiri.” Jadi dengan demikian dapat disimpulkan dari beberapa pengertian di atas bahwa informasi agregasi (aggregation) yaitu informasi yang merupakan penggabungan informasi fungsional dan temporal yang di butuhkan di dalam pengambilan keputusan. d. Informasi Integration (integrasi) Semakin banyaknya segmen dalam sub-unit atau jumlah sub-unit dalam organisasi, maka informasi yang bersifat terintegrasi akan semakin dibutuhkan. Begitu pula pendelegasian kebijakan serta permasalahan pengendalian yang akan muncul pada organisasi desentralisasi, mungkin akan berkurang dengan adanya informasi terintegrasi (Chenhall dan Morris, 1986). Informasi terintegrasi akan berperan dalam mengkoordinasikan kebijakan dalam organisasi agar terjadinya keselarasan dalam mencapai tujuan utama perusahaan. Sementara menurut Gorry dan Morton (1971); Larker (1981) memberikan pendapat nya yaitu: “Informasi yang bersifat Integratet menunjukan bahwa ada koordinasi antar segmen-segmen perusahaan, informasi ini akan bermanfaat bagi manajer ketika dihadapkan pada pembuatan keputusan yang berdampak pada beberapa segmen perusahaan.” 22 Jadi dengan demikian dapat disimpulkan dari beberapa pengertian di atas bahwa informasi integrasi (integration) yaitu informasi yang mencakup aspek tentang ketentuan target atau aktivitas yang dihitung dari proses interaksi antar sub unit dalam organisasi yang berperan dalam mengkoordinasikan kebijakan suatu organisasi agar terjadinya keselarasan dalam mencapai tujuan utama perusahaan. 2.2 Kerangka Pemikiran Fisher (1996) berpendapat bahwa pada kondisi ketidakpastian yang tinggi individu sulit untuk memprediksikan kegagalan dan keberhasilan dari keputusan yang dibuatnya. Sementara menurut Duncan (1972) dalam menghadapi ketidakpastian lingkungan terdapat beberapa kondisi yang perlu diidentifikasi oleh manajemen. Kondisi tersebut merupakan aktivitas, strategi para pesaing, perkembangan teknologi permintaan pasar, kemudahan memperoleh bahan baku, harga bahan baku, regulasi pemerintah, dan aktivitas serikat pekerja. Salah satu karakteristik sistem akuntansi manajemen menurut Chia (1995) adalah sebagai sumber informasi penting untuk membantu manajemen mengendalikan ketidakpastian lingkungan aktivitasnya serta mengurangi masalah dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.Sementara Chenhall dan Morris (1986) mengatakan informasi sistem akuntansi manajemen mempunyai beberapa karakteristik informasi. Karakteristik informasi yang paling bermanfaat dalam persepsi manajer adalah informasi akuntansi manajemen dengan karakteristik broad scope, timeliness, aggregation dan integration. Berdasarkan penelitian terdahulu diperoleh bukti empiris bahwa ketidakpastian lingkungan diidentifikasi sebagai variabel kontijensi yang mempengaruhi ketersediaan karakteristik informasi akuntanasi manajemen dan pada kondisi ketidakpastian lingkungan yang tinggi dibutuhkan informasi yang mempunyai cakupan luas (broad scope) dan tepat waktu (timeliness). Pada perusahaan yang mempunyai struktur organisasi terdesentralisasi, para manajer akan membutuhkan informasi akuntansi 23 manajemen yang teragregasi (aggregation) dan terintegrasi (integration) (Chenhall dan Morris (1986), Chia (1995), dan Mardiyah dan Gudono, 2001). Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka paradigma penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Karakteristik Informasi Akuntansi Manajemen (Y) Ketidakpastian Lingkungan (X) (Duncan (1972) Aida Ainul Mardiyah dan Gudono (2001) dan Luthun (1994)) (Mc Leod (1994:20), Chenhall dan Morris (1986) Gambar 2.1 Model Kerangka Pemikiran 2.3 Hipotesis Penelitian Menurut Uma Sekaran (2009:135) hipotesis didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara logika diantara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataaan yang dapat diuji. Hubungan tersebut diperkirakan berdasarkan jaringan asosiasi yang diterapkan dalam kerangka teoritis yang dirumuskan untuk studi penelitian. Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai tebukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi Arikunto, 2008:8). Sejalan dengan penjelasan di atas, maka hipotesis yang diajukan peneliti adalah Ketidakpastian Lingkungan Karakteristik Informasi Akuntansi Manajemen. berpengaruh terhadap