ANALISIS SENSITIVITAS SEBAGAI FAKTOR

advertisement
JURNAL ILMIAH RANGGAGADING
Volume 11 No. 2, Oktober 2011 : hal 134 - 141
ANALISIS SENSITIVITAS SEBAGAI FAKTOR PENTING
DALAM SUATU PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI
Studi Kasus Pada PT Krakatau Daya Listrik
Oleh :
*Lukman Hidayat, *Ratih Puspitasari dan Tantina
ABSTRACT
The objective of this research is to find out the feasibility of electric capacity changes expansion project from 400 MW
to 520 MW at PT. Krakatau Daya Listrik, at the same time to bring about sensitiveness on four main elements at
this project, that is selling, producing cost, variable cost, and investment. It’s expected from the sensitiveness analysis,
the Management can revaluate cash flow estimation of the project arranged to find out how far the sensitiveness degree
of cash flow to various changes of independent variable respectively will be. If a certain variable mentioned above?
The research’s result shows that expansion project at PT. Krakatau Daya Listrik can be said feasible to be carried
out. The consideration to decision of project feasibility can be looked at the feasibility criterion yielded, that is Net
Present Value yields US$.41.397.551,- Internal Rate of Return is 6,82%, higher than PT. KDL’s rate as high
as 3,05%. Payback period is 7,8 years, shorter than credit term plan of the company, that is 10 years.
The evaluation’s result shows that the most sensitive in expansion project is selling element. It has been proven by the
author by performing sensitiveness analysis graph of changes on four elements above. The steepest element change is the
most sensitive element. Because of selling is the most sensitive element, it’s the duty of PT. KDL Management to
supervise either the realization of the project or its selling price if CCPP 120 MW project will be put in operation.
This one must be taken notice because just by selling decreas of 5% the project won’t have feasibility to be carried out.
Key words : Sensitiveness analysis, investment feasibility evaluation.
PENDAHULUAN
Secara umum , kelayakan suatu proyek
diukur berdasarkan 3 indikator utama
kelayakan yakni Internal rate of Return (IRR), Net
Present Value (NPV) dan Payback Period (PBP).
Proyek dikatakan layak untuk dilaksanakan jika
ke 3 indikator ini menunjukkan hasil yang baik.
Dalam hal ini IRR lebih tinggi ( > ) dari tingkat
suku bunga (discount rate); NPV lebih besar dari
0 dan PayBack Period relatif pendek (umumnya
diukur dengan lebih pendeknya PBP dari masa
pengembalian kredit ).
Permasalahan dengan ke 3 indikator
tersebut adalah bahwa studi ini dibangun
dengan menggunakan asumsi-asumsi. Hal ini
mengingat harus dilakukan proyeksi atas
sesuatu yang belum terjadi. Sehingga semua
perhitungan ke depan masih merupakan
perkiraan. Tentu saja perkiraan ini harus
diupayakan sebaik mungkin.
Asumsi-asumsi yang dituangkan dalam
studi kelayakan meliputi hal-hal yang pokok
dan kritikal ( penting ).Hal -hal yang biasanya
diasumsikan adalah hal hal yang bila terjadi
perubahan atas elemen tersebut maka akan
sangat mempengaruhi layak tidaknya proyek
tersebut. Misalnya berapa nilai tukar Rupiah
terhadap US$, berapa besar total nilai investasi
134
proyek tersebut, berapa harga jual yang akan
digunakan, dan berapa cost produksi.
Dalam suatu studi kelayakan yang baik,
maka selain ke tiga indikator diatas sebagai alat
utama untuk menilai kelayakan suatu proyek,
maka satu hal yang kritikal yang harus
disiapkan adalah "analisis sensitivitas". Analisis
sensitivitas menjelasakan seberapa sensitif
elemen - elemen dalam asumsi tadi jika elemen
tersebut
berubah/berbeda
dari
yang
diperhitungkan dalam proyeksi keuangannya
(laba/rugi dan cash flow).
Misal:
didalam
proyeksi
keuangan
digunakan asumsi US$ 1 = Rp 9.300. di dalam
analisis sensitivitas diuji bagaimana jika kurs $
berubah misal menjadi Rp 12.000 per US$ 1.
Apakah proyek tersebut masih layak untuk
dilaksanakan. Juga misalnya harga jual (tarif)
listrik diperhitungkan Rp 600/kwh, bagaimana
jika tarif turun menjadi Rp 500/kwh atau naik
menjadi Rp 700/kwh, masihkan proyek ini
layak untuk diteruskan.
Bagi manajemen, analisis sensitivitas ini
selain untuk melihat berapa besar kemungkinan
bisa berubahnya asumsi - asumsi yang
digunakan tanpa menggganggu kelayakan
proyek tersebut. Disamping itu, analisis
sensitivitas ini dapat digunakan untuk
mengelola resiko yang terjadi jika proyek ini
direalisasikan. Misal: jika diperoleh kesimpulan
bahwa jika kurs US$ berubah menjadi di atas
Rp 11.000 maka proyek menjadi tidak layak.
Kesimpulan ini akan memberikan indikasi bagi
manajemen bahwa jika dalam pelaksanaan
proyek ini nanti rupiah melemah dan kurs US$
mendekati Rp 11.000/US$ maka manajemen
dapat melakukan hedging (lindung nilai). Hal ini
akan mengurangi resiko kerugian proyek yang
lebih besar jika rupiah terus melemah melebihi
Rp 11.000,-.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan metode
deskriptif, yaitu dengan melakukan survey,
penelitian pengembangan, penelitian lanjutan,
analis dokumen tanpa membuat perbandingan,
atau menghubungkan dengan variabel yang
lain.
Dalam penelitian menggunakan data
laporan keuangan perusahaan dalam bentuk
asumsi selama jangka waktu 10 tahun untuk
selanjutnya dihitung dengan menggunakan
metode kelayakan investasi, dimana indikator
utama penentu kelayakan suatu proyek adalah
Payback period, net present Value, dan Internal Rate
of Return. Dari hasil analisis dan perhitungan
yang dilakukan berdasar pada ketiga indikator
utama kelayakan tersebut, akan mendapatkan
hasil yang dapat memberikan jawaban
mengenai layak atau tidaknya suatu proyek
investasi yang dilakukan pada perusahaan.
Namun data yang dihitung dan hasil yang
didapat adalah berbentuk asumsi dan artinya
pada realisasinya nanti adanya perubahan
adalah mungkin terjadi, maka penelitian
dimungkinkan untuk mencoba melakukan
analisis terhadap elemen yang paling dianggap
penting dalam proyek ini untuk mengetahui
seberapa sensitif elemen tersebut jika terjadi
perubahan nantinya. Dalam penelitian ini
metode analisis yang dipergunakan adalah
analisis sensitivitas. Analisis Sensitivitas ini
tidak menentukan layak atau tidaknya suatu
proyek, akan tetapi analisis Sensitivitas ini
digunakan untuk mengetahui seberapa sensitif
elemen – elemen yang di maksud terhadap
perubahan yang mungkin terjadi dalam
realisasinya proyek ini. Hal ini diperkuat lagi
dengan pembuktian melalui grafik atau kurva
dari masing – masing perubahan elemen
dengan tujuan untuk memperkuat bukti atau
jawaban dari hasil analisis yang dilakukan oleh
penulis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Sensitivitas di pergunakan
Sebagai Faktor penting dalam Proyek
Ekspansi Perubahan Kapasitas Listrik
dari 400 MW menjadi 520 MW pada PT
Krakatau Daya Listrik ( KDL )
Analisa sensitivitas atau sering pula disebut
analisa kepekaan sebenarnya bukanlah teknik
untuk mengukur resiko, tetapi suatu teknik
untuk menilai dampak berbagai perubahan dari
masing-masing variabel penting terhadap hasil
yang mungkin terjadi (possible outcomes). Analisa
135
sensitivitas ini tidak lain adalah suatu analisa
simulasi dalam mana nilai variabel-variabel
penyebab diubah-ubah untuk mengetahui
bagaimana dampaknya terhadap hasil yang
diharapkan, dalam hubungan ini adalah aliran
kas.
Kita menyadari bahwa arus kas suatu
proyek sangat dipengaruhi oleh berbagai
variabel, misalnya market size, market share,
jumlah unit produk yang terjual, harga jual per
unit, biaya variabel per unit, jumlah biaya tetap
dan lain sebagainya.
Makin besarnya market size, market share,
jumlah unit yang terjual, harga jual per unit,
semuanya itu akan mempunyai pengaruh yang
menguntungkan bagi suatu proyek, karena hal
tersebut akan memperbesar arus kas neto yang
diharapkan dapat dihasilkan dari proyek
tersebut. Demikian pula halnya, makin
rendahnya biaya variabel per unit, makin
kecilnya jumlah biaya tetap, semuanya itu juga
akan
mempunyai
pengaruh
yang
menguntungkan
bagi
proyek
yang
bersangkutan. Tetapi sebaliknya makin kecilnya
jumlah unit yang terjual, menurunnya harga jual
per unit, meningkatnya biaya variabel per unit
dan biaya tetap per periodenya, semua itu akan
mempunyai pengaruh yang merugikan bagi
suatu proyek karena hal tersebut akan
memperkecil arus kas neto yang dihasilkan dari
proyek tersebut.
Dengan analisa sensitivitas ini diharapkan
direktur keuangan dapat menilai kembali
estimasi arus kas suatu proyek yang telah
disusun oleh stafnya, untuk mengetahui sampai
seberapa jauh tingkat kepekaan arus kas
dipengaruhi oleh berbagai perubahan dari
masing-masing variabel penyebab. Apabila
suatu variabel tertentu berubah, sedangkan
variabel-variabel lainnya dianggap tetap dan
tidak berubah, seberapa jauh arus kas akan
berubah karena perubahan variabel tertentu
tersebut. Untuk masing-masing variabel
tersebut dicoba untuk diubah nilainya,
sedangkan variabel-variabel lainnya dianggap
tetap tidak berubah, untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh perubahan variabel
tersebut bagi perubahan arus kas.
Sebagaimana
kita
ketahui,
bahwa
berdasarkan proyeksi aliaran kas yang disusun,
proyek pembangkit listrik PLTGU (Combined
Cycle Power Plant) 120 MW dapat dinyatakan
layak untuk dilaksanakan oleh PT Krakatau
Daya Listrik (PT KDL).
Pertimbangan kelayakan proyek ini dapat
dilaksanakan dilihat dari kriteria kelayakan yang
dihasilkan yakni:
1. Net Present Value = US$ 41.397.551, yang
berarti nilainya lebih besar (>) dari US$ 0,2. Internal Rate of Return = 6,82%, yang
lebih besar dari tingkat suku bunga yang
direncanakan PT KDL sebesar 3,05%
3. Payback Period = 7,48 tahun yang lebih
pendek dari rencana jangka waktu pinjaman
perusahaan yaitu selama 10 tahun.
Sebagaimana telah diketahui bahwa PT
KDL yang bergerak dibidang pembangkitan
tenaga listrik, sangat dipengaruhi kinerjanya
oleh 2 elemen utama, yakni tarif dan kuantitas
penjualan serta biaya bahan bakar. Biaya bahan
bakar merupakan biaya utama yang meliputi
lebih dari 80% dari total biaya produksi
perusahaan.
Hal ini selanjutnya menjadi pertimbangan
penulis untuk melakukan analisis sensitivitas
atas 2 komponen tersebut, yang termuat dalam
nilai penjualan dan biaya produksi. Juga dari
hasil
wawancara dengan manajemen
perusahaan, penulis diminta untuk menguji jika
terjadi perubahan atas nilai investasi dan biaya
operasional. Sehingga dalam tulisan ini penulis
memandang bahwa ada 4 elemen penting yang
akan dianalisis yakni:
1. Penjualan
2. Biaya Produksi
3. Biaya Investasi
4. Biaya Operasional.
Dalam pengujian Analisis Sensitivitas ini ,
penulis mencoba menghitung perubahan ke
empat elemen diatas dengan masing – masing
perubahan kanaikan 5% dan penurunan 5%
dari setiap elemen penting tersebut.
B. Elemen yang paling Sensitif terhadap
Kelayakan Proyek Ekspansi Perubahan
Listrik dari 400 MW menjadi 520 MW
136
pada PT Krakatau Daya Listrik ( KDL
).
IRR akan menghasilkan presentase yang lebih
kecil dari tingkat suku bunga pinjaman.
Berdasarkan proyeksi aliran kas yang
disusun, proyek pembangkit listrik PLTGU
(Combined Cycle Power Plant) 120 MW dapat
dinyatakan layak untuk dilaksanakan oleh PT
Krakatau Daya Listrik (PT KDL). Hal ini dapat
dilihat dari kriteria kelayakan yang dihasilkan
yakni :
1. Payback Period = 7.48 tahun yang lebih
pendek dari rencana jangka waktu pinjaman
perusahaan yaitu selama 10 tahun.
2. Net Present Value = US$ 41.397.551, yang
berarti nilainya lebih besar daripada US$ 0,3. Internal Rate Of Return = 6.82 % yang lebih
besar dari tingkat suku bunga yang
direncanakan PT KDL sebesar 3,05 %.
Walaupun hasil perhitungan kelayakan
menunjukkan hasil yang positif bagi PT KDL
untuk terus melanjutkan proyek ini, pihak
manajemen perusahaan harus tetap berhatihati dalam pelaksanaan proyek ini nantinya.
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas, ada
beberapa elemen aliran kas yang sangat sensitif
terhadap perubahan yang terjadi pada elemen
yang bersangkutan. Namun sebelum penulis
menyampaikan analisis yang lebih mendalam
tentang elemen- elemen mana yang sensitif
yang perlu lebih mendapat perhatian dan
elemen-elemen yang kurang sensitif, penulis
merasa perlu menekankan kembali bahwa
analisis sensitivitas ini tidak lagi menyimpulkan
layak tidaknya suatu proyek tetapi lebih untuk
memberikan tambahan informasi dan wawasan
bagi manajemen PT KDL terhadap resikoresiko besar proyek yang mampu membalikkan
keadaaan
dari
kondisi
positif
yang
menguntungkan perusahaan menjadi negatif
yang dapat membahayakan kelangsungan hidup
perusahaan.
Penelitian ini membatasi analisis yang
dibuat hanya pada analisis sensitivitas NPV saja
diluar IRR. Hal ini mengingat bahwa adanya
keterkaitan antara NPV dan IRR, dimana jika
NPV positif maka IRR juga pasti akan lebih
besar dari tingkat suku bunga pinjaman.
Sebaliknya jika NPV negatif, hasil perhitungan
Gambar 1. Grafik A Analisis Sensitivitas (US$)
Perubahan Penjualan
Grafik A menunjukkan bahwa jika terjadi
perubahan pada nilai penjualan maka akan
sangat mempengaruhi NPV proyek PT KDL.
Dari kondisi normal proyeksi yang diperoleh
NPV sebesar US$ 41.397.551, maka NPV
bergerak menjadi -US$ 45.143.643 turun
sebesar US$ 86.541.194 jika terjadi penurunan
nilai penjualan sebesar 5%. Sebaliknya NPV
meningkat menjadi US$ 127.938.745 naik
sebesar US$ 86.541.195 bila penjualan naik 5%.
Di dalam grafik A juga terlihat bahwa slope
garis perubahan sangat curam. Hal ini berarti
bahwa elemen penjualan merupakan unsur
yang sensitif terhadap perubahan. Merupakan
tugas manajemen PT KDL jika proyek CCPP
120 MW dilaksanakan, untuk mengawasi secara
ketat realisasi kuantitas maupun harga jual
listriknya. Hal ini perlu mendapatkan perhatian
karena hanya dengan penurunan nilai penjualan
sebesar 5% saja, proyek ini sebenarnya menjadi
tidak layak untuk dilaksanakan.
Gambar 2. Grafik B Analisis Sensitivitas ( US$)
Perubahan Biaya Produksi
Dengan dasar bahwa semakin curam
kemiringan garis grafik maka semakin sensitif
elemen yang bersangkutan terhadap perubahan
dan semakin datar kemiringan garis grafik,
semakin tidak sensitif suatu elemen terhadap
perubahan, maka Grafik B yang memuat
analisis
sensitivitas
biaya
produksi
mengilustrasikan bahwa biaya produksi
merupakan juga suatu elemen pokok bagi PT
KDL yang sangat sensitif terhadap perubahan.
137
Mengingat jika biaya produksi mengecil akan
semakin meningkatkan NPV proyek, maka
fokus manajemen perusahaan perlu diarahkan
pada bila terjadi kenaikan pada biaya produksi.
Dilihat dari grafik B, maka jika biaya
produksi perusahaan menurun maka akan
terjadi peningkatan NPV sebesar US$
77.243.706 menjadi US$ 118.641.257. Tetapi
sebaliknya jika biaya produksi perusahaan
meningkat 5% dari yang diproyeksikan, maka
akan terjadi penurunan NPV sebesar US$
77.243.705 atau NPV menjadi -US$
35.846.154. Penyimpangan biaya produksi
sebesar 5% akan sangat mungkin terjadi yang
menyebabkan NPV menjadi negatif (tidak
layak) mengingat rata - rata inflasi Indonesia
masih di atas 5%.
Sebagaimana nilai penjualan, maka biaya
produksi juga harus menjadi perhatian
perusahaan dengan peningkatan efisiensi biayabiaya produksi sehingga biaya produksinya
mampu dipertahankan sebesar biaya yang
diproyeksikan di studi kelayakan dasarnya.
Gambar 3. Grafik C Analisis Sensitivitas (US$)
Perubahan Biaya Operasional
Pada Grafik C, analisis sensitivitas
menjawab pertanyaan bagaimana jika biaya
operasional berubah naik 5 % atau turun 5%.
Dibandingkan dengan kedua elemen yang telah
diuraikan di atas yaitu penjualan dan biaya
produksi, maka biaya operasional tidaklah
sesensitif kedua elemen terdahulu. Hal ini
terlihat walaupun biaya operasional naik 5%
maka proyek PT KDL masih tetap positif.
Kenaikan biaya operasional sebesar 5% hanya
menyebabkan penurunan NPV sebesar US$
3.474.809 menjadi US$ 37.922.742 dari NPV
dasar US$ 41.397.551.Sebaliknya jika biaya
operasional perusahaan mengalami penurunan
pun hanya meningkatkan NPV sebesar US$
3.474.809 , namun hal ini tentu akan sangat
mempengaruhi kelayakan proyek tersebut.
Kondisi bahwa biaya operasional ini bukan
elemen yang sensitif dalam proyek Ekspansi PT
KDL ini, didukung juga dengan kenyataan
bahwa biaya operasional hanya meliputi kurang
lebih 4% dari total biaya PT KDL Namun
meskipun biaya Operasional tidak sesensitif
elemen penjualan dan biaya produksi, namun
elemen ini pun adalah bagian dari asumsi
proyek ekspansi yang harus tetap harus
diperhatikan.
Gambar 4. Grafik D Analisis sensitivitas (US$)
Perubahan Biaya Investasi
Pada sisi yang lain, jika terjadi kenaikan
biaya investasi proyek CCPP 120 MW sebesar
5% dari perkiraaan sebesar US$ 166.904.563
menjadi US$ 175.249.791 maka hasil analisis
menunjukkan bahwa kenaikan biaya investasi
ini tidak terlalu berisiko bagi keberhasilan
proyek ini. Pada grafik D, terilustrasikan bahwa
NPV proyek masih tetap positif diangka US$
33,299.319 turun sebesar US$ 8.098.232 dari
NPV dasar proyek US$ 41.397.551.
Walaupun perubahan biaya investasi
sebesar 5% masih dalam batas yang tidak
mengkhawatirkan namun mengingat proyek ini
direncanakan akan juga didanani dari pinjaman
luar negeri yang besarnya telah diperhitungkan
sebagaimana yang tercantum dalam studi
kelayakan dasar, maka manajemen perusahaan
harus
tetap
perlu
memperhatikan
pembengkakan biaya investasi untuk proyek ini
jika tidak ingin terjadi gagal bayar perusahaan
ke kontraktor pembangun proyek akibat
kekurangan dana.
Berdasarkan dari grafik keempat elemen
utama proyek Ekspansi PT Krakatau Daya
Listrik ini, maka elemen yang dapat dikatakan
paling sensitif terhadap setiap perubahan yang
diasumsikan adalah elemen penjualan, karena
elemen ini yang menghasilkan garis perubahan
yang paling curam. Hal ini berarti PT Krakatau
Daya Listrik perlu memperhatikan realisasi
tariff dan kuantitas. Karena PT Krakatau Daya
Listrik bergerak dibidang produksi dan jasa
listrik, maka elemen ini adalah hal penting
untuk menilai kinerja perusahaan, semakin
138
besar jumlah listrik yang terjual dan semakin
banyak kuantitas yang terpenuhi, semua itu
akan semakin menguntungkan untuk proyek
perusahaan PT Krakatau Daya Listrik ini.
Sebaliknya semakin sedikit jumlah listrik yang
terjual dan semakin rendah tarif nya, maka akan
semakin merugikan untuk proyek perusahaan
ini. Setiap perubahan jumlah tarif maupun
kuantitas akan sangat berperan terhadap besar
atau kecilnya arus kas netto yang dapat
diharapkan pada proyek ini.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah
dijelaskan maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Bahwa Analisis Kelayakan pada proyek
Ekspansi PT Krakatau Daya Listrik ini
dilihat dari 3 elemen utama kriteria
kelayakan yaitu Payback Period, Net Present
Value (NPV)), dan Internal rate Of return
(IRR). Berdasarkan hasil perhitungan yang
didasari oleh arus kas, maka proyek
ekspansi ini dapat dikatakan layak untuk
direalisasikan, hal ini terlihat dari
pertimbangan kelayakan proyek yang dapat
dilaksanakan dilihat dari kriteria kelayakan
yang dihasilkan yakni:
a. Net Present Value = US$ 41.397.551,
yang berarti nilainya lebih besar (>) dari
US$ 0,b. Internal Rate of Return = 6,82%, yang
lebih besar dari tingkat suku bunga yang
direncanakan PT KDL sebesar 3,05%
c. Payback Period = 7,48 tahun yang lebih
pendek dari rencana jangka waktu
pinjaman perusahaan yaitu selama 10
tahun.
2. Analisa sensitivitas atau sering pula disebut
analisa kepekaan itu bukanlah teknik untuk
mengukur resiko, tetapi suatu teknik untuk
menilai dampak berbagai perubahan dari
masing-masing variabel penting terhadap
hasil yang mungkin terjadi (possible outcomes).
Analisa sensitivitas ini tidak lain adalah
suatu analisa simulasi dalam mana nilai
variabel-variabel penyebab diubah-ubah
untuk mengetahui bagaimana dampaknya
terhadap hasil yang diharapkan, dalam
hubungan ini adalah aliran kas.
Hal ini selanjutnya menjadi pertimbangan
penulis
untuk
melakukan
analisis
sensitivitas, karena pada dasar laporan
keuangan yang di buat dalam proyek ini
adalah berupa asumsi yang pada
kenyataannya nanti belum tentu dapat
sesuai dengan apa yang di asumsikan.
Penulis melakukan analisis sensitivitas pada
4 elemen yang dianggap penting dalam
berjalannya proyek tersebut. Adapaun ke
empat elemen itu adalah :
1. Penjualan
2. Biaya Produksi
3. Biaya Investasi
4. Biaya Operasional.
Hal yang melatar belakangi penulis
memandang keempat elemen itu adalah
elemen yang penting dalam Proyek
Ekspansi ini adalah karena telah diketahui
bahwa PT Krakatau Daya Listrik bergerak
dibidang pembangkitan tenaga listrik,
sangat diperlukan kinerjanya oleh 2 elemen
utama, yakni tarif dan kuantitas penjualan
serta biaya bahan bakar. Biaya bahan bakar
merupakan biaya utama yang meliputi lebih
dari 80% dari total biaya produksi
perusahaan, kedua elemen tersebut termuat
dalam nilai penjualan dan biaya produksi.
Juga dari hasil
wawancara dengan
manajemen perusahaan, penulis diminta
untuk menguji jika terjadi perubahan atas
nilai investasi dan biaya operasional.
3. Berdasarkan dari grafik keempat elemen
utama proyek Ekspansi PT Krakatau Daya
Listrik ini, maka elemen yang dapat
dikatakan paling sensitif terhadap setiap
perubahan yang diasumsikan adalah elemen
penjualan, karena elemen ini yang
menghasilkan garis perubahan yang paling
curam. Hal ini berarti PT Krakatau Daya
Listrik perlu memperhatikan realisasi tariff
dan kuantitas. Karena PT Krakatau Daya
Listrik bergerak dibidang produksi dan jasa
listrik, maka elemen ini adalah hal penting
untuk menilai kinerja perusahaan, semakin
besar jumlah listrik yang terjual dan
139
semakin banyak kuantitas yang terpenuhi ,
semua itu akan semakin menguntungkan
untuk proyek perusahaan PT Krakatau
Daya Listrik ini.
DAFTAR PUSTAKA
_______________, Sensitivity Analysis.
http://www.answer.com ( diakses Juni
2010 )
Bambang Riyanto, 2001. Dasar – dasar
Pembelanjaan Perusahaan, BPFE –
Yogyakarta, Yogyakarta.
Brigham dan Houston, 2004. Dasar- Dasar
Manajemen Keuangan, Salemba Empat,
Jakarta.
Darmawan Sjahrial, 2007. Manajemen Keuangan
Lanjutan, Mitra Wacana Media, Jakarta.
Dewi Astuti, 2004. Manajemen keuangan
Perusahaan, Ghalia Indonesia, Jakarta
Farah Margaretha, 2005. Teori Dan Aplikasi
Manajemen Keuangan, Grasindo, Jakarta.
Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti, 2004.
Dasar – dasar Manajemen Keuangan, Unit
Penerbitan
Akademi
Manajemen,
Perusahaan YKPN, Yogyakarta.
Mulyadi,2002. Akuntasi Biaya, Edisi 5, Penerbit
Akademi
Manajemen
Perusahaan
YKPN,Yogyakarta.
Pronilai Consulting. 2010. Laporan Studi
kelayakan proyek CCPP 120 MWCilegon : Laporan Studi Kelayakan PT
Krakatau Daya Listrik.
Stephan A.Ross, Randolph W. Westerfield,
Bradford D. Jordan, 2008. Corporate
Finance Fundamentals. Alih Bahasa : Ali
Akbar Yulianto,Rafika Yuniasih, dan
Christine,Jakarta.
Usry. Milton F., Adolph Matz. Ohio1992.
Akuntansi Biaya Perencanaan dan
Pembiayaan. Cetakan ke 8, penerbit
Erlangga,
Jakarta
140
Download