JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 11 No. 2, Oktober 2011 : hal 134 - 141 ANALISIS SENSITIVITAS SEBAGAI FAKTOR PENTING DALAM SUATU PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI Studi Kasus Pada PT Krakatau Daya Listrik Oleh : *Lukman Hidayat, *Ratih Puspitasari dan Tantina ABSTRACT The objective of this research is to find out the feasibility of electric capacity changes expansion project from 400 MW to 520 MW at PT. Krakatau Daya Listrik, at the same time to bring about sensitiveness on four main elements at this project, that is selling, producing cost, variable cost, and investment. It’s expected from the sensitiveness analysis, the Management can revaluate cash flow estimation of the project arranged to find out how far the sensitiveness degree of cash flow to various changes of independent variable respectively will be. If a certain variable mentioned above? The research’s result shows that expansion project at PT. Krakatau Daya Listrik can be said feasible to be carried out. The consideration to decision of project feasibility can be looked at the feasibility criterion yielded, that is Net Present Value yields US$.41.397.551,- Internal Rate of Return is 6,82%, higher than PT. KDL’s rate as high as 3,05%. Payback period is 7,8 years, shorter than credit term plan of the company, that is 10 years. The evaluation’s result shows that the most sensitive in expansion project is selling element. It has been proven by the author by performing sensitiveness analysis graph of changes on four elements above. The steepest element change is the most sensitive element. Because of selling is the most sensitive element, it’s the duty of PT. KDL Management to supervise either the realization of the project or its selling price if CCPP 120 MW project will be put in operation. This one must be taken notice because just by selling decreas of 5% the project won’t have feasibility to be carried out. Key words : Sensitiveness analysis, investment feasibility evaluation. PENDAHULUAN Secara umum , kelayakan suatu proyek diukur berdasarkan 3 indikator utama kelayakan yakni Internal rate of Return (IRR), Net Present Value (NPV) dan Payback Period (PBP). Proyek dikatakan layak untuk dilaksanakan jika ke 3 indikator ini menunjukkan hasil yang baik. Dalam hal ini IRR lebih tinggi ( > ) dari tingkat suku bunga (discount rate); NPV lebih besar dari 0 dan PayBack Period relatif pendek (umumnya diukur dengan lebih pendeknya PBP dari masa pengembalian kredit ). Permasalahan dengan ke 3 indikator tersebut adalah bahwa studi ini dibangun dengan menggunakan asumsi-asumsi. Hal ini mengingat harus dilakukan proyeksi atas sesuatu yang belum terjadi. Sehingga semua perhitungan ke depan masih merupakan perkiraan. Tentu saja perkiraan ini harus diupayakan sebaik mungkin. Asumsi-asumsi yang dituangkan dalam studi kelayakan meliputi hal-hal yang pokok dan kritikal ( penting ).Hal -hal yang biasanya diasumsikan adalah hal hal yang bila terjadi perubahan atas elemen tersebut maka akan sangat mempengaruhi layak tidaknya proyek tersebut. Misalnya berapa nilai tukar Rupiah terhadap US$, berapa besar total nilai investasi 134 proyek tersebut, berapa harga jual yang akan digunakan, dan berapa cost produksi. Dalam suatu studi kelayakan yang baik, maka selain ke tiga indikator diatas sebagai alat utama untuk menilai kelayakan suatu proyek, maka satu hal yang kritikal yang harus disiapkan adalah "analisis sensitivitas". Analisis sensitivitas menjelasakan seberapa sensitif elemen - elemen dalam asumsi tadi jika elemen tersebut berubah/berbeda dari yang diperhitungkan dalam proyeksi keuangannya (laba/rugi dan cash flow). Misal: didalam proyeksi keuangan digunakan asumsi US$ 1 = Rp 9.300. di dalam analisis sensitivitas diuji bagaimana jika kurs $ berubah misal menjadi Rp 12.000 per US$ 1. Apakah proyek tersebut masih layak untuk dilaksanakan. Juga misalnya harga jual (tarif) listrik diperhitungkan Rp 600/kwh, bagaimana jika tarif turun menjadi Rp 500/kwh atau naik menjadi Rp 700/kwh, masihkan proyek ini layak untuk diteruskan. Bagi manajemen, analisis sensitivitas ini selain untuk melihat berapa besar kemungkinan bisa berubahnya asumsi - asumsi yang digunakan tanpa menggganggu kelayakan proyek tersebut. Disamping itu, analisis sensitivitas ini dapat digunakan untuk mengelola resiko yang terjadi jika proyek ini direalisasikan. Misal: jika diperoleh kesimpulan bahwa jika kurs US$ berubah menjadi di atas Rp 11.000 maka proyek menjadi tidak layak. Kesimpulan ini akan memberikan indikasi bagi manajemen bahwa jika dalam pelaksanaan proyek ini nanti rupiah melemah dan kurs US$ mendekati Rp 11.000/US$ maka manajemen dapat melakukan hedging (lindung nilai). Hal ini akan mengurangi resiko kerugian proyek yang lebih besar jika rupiah terus melemah melebihi Rp 11.000,-. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif, yaitu dengan melakukan survey, penelitian pengembangan, penelitian lanjutan, analis dokumen tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Dalam penelitian menggunakan data laporan keuangan perusahaan dalam bentuk asumsi selama jangka waktu 10 tahun untuk selanjutnya dihitung dengan menggunakan metode kelayakan investasi, dimana indikator utama penentu kelayakan suatu proyek adalah Payback period, net present Value, dan Internal Rate of Return. Dari hasil analisis dan perhitungan yang dilakukan berdasar pada ketiga indikator utama kelayakan tersebut, akan mendapatkan hasil yang dapat memberikan jawaban mengenai layak atau tidaknya suatu proyek investasi yang dilakukan pada perusahaan. Namun data yang dihitung dan hasil yang didapat adalah berbentuk asumsi dan artinya pada realisasinya nanti adanya perubahan adalah mungkin terjadi, maka penelitian dimungkinkan untuk mencoba melakukan analisis terhadap elemen yang paling dianggap penting dalam proyek ini untuk mengetahui seberapa sensitif elemen tersebut jika terjadi perubahan nantinya. Dalam penelitian ini metode analisis yang dipergunakan adalah analisis sensitivitas. Analisis Sensitivitas ini tidak menentukan layak atau tidaknya suatu proyek, akan tetapi analisis Sensitivitas ini digunakan untuk mengetahui seberapa sensitif elemen – elemen yang di maksud terhadap perubahan yang mungkin terjadi dalam realisasinya proyek ini. Hal ini diperkuat lagi dengan pembuktian melalui grafik atau kurva dari masing – masing perubahan elemen dengan tujuan untuk memperkuat bukti atau jawaban dari hasil analisis yang dilakukan oleh penulis. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Sensitivitas di pergunakan Sebagai Faktor penting dalam Proyek Ekspansi Perubahan Kapasitas Listrik dari 400 MW menjadi 520 MW pada PT Krakatau Daya Listrik ( KDL ) Analisa sensitivitas atau sering pula disebut analisa kepekaan sebenarnya bukanlah teknik untuk mengukur resiko, tetapi suatu teknik untuk menilai dampak berbagai perubahan dari masing-masing variabel penting terhadap hasil yang mungkin terjadi (possible outcomes). Analisa 135 sensitivitas ini tidak lain adalah suatu analisa simulasi dalam mana nilai variabel-variabel penyebab diubah-ubah untuk mengetahui bagaimana dampaknya terhadap hasil yang diharapkan, dalam hubungan ini adalah aliran kas. Kita menyadari bahwa arus kas suatu proyek sangat dipengaruhi oleh berbagai variabel, misalnya market size, market share, jumlah unit produk yang terjual, harga jual per unit, biaya variabel per unit, jumlah biaya tetap dan lain sebagainya. Makin besarnya market size, market share, jumlah unit yang terjual, harga jual per unit, semuanya itu akan mempunyai pengaruh yang menguntungkan bagi suatu proyek, karena hal tersebut akan memperbesar arus kas neto yang diharapkan dapat dihasilkan dari proyek tersebut. Demikian pula halnya, makin rendahnya biaya variabel per unit, makin kecilnya jumlah biaya tetap, semuanya itu juga akan mempunyai pengaruh yang menguntungkan bagi proyek yang bersangkutan. Tetapi sebaliknya makin kecilnya jumlah unit yang terjual, menurunnya harga jual per unit, meningkatnya biaya variabel per unit dan biaya tetap per periodenya, semua itu akan mempunyai pengaruh yang merugikan bagi suatu proyek karena hal tersebut akan memperkecil arus kas neto yang dihasilkan dari proyek tersebut. Dengan analisa sensitivitas ini diharapkan direktur keuangan dapat menilai kembali estimasi arus kas suatu proyek yang telah disusun oleh stafnya, untuk mengetahui sampai seberapa jauh tingkat kepekaan arus kas dipengaruhi oleh berbagai perubahan dari masing-masing variabel penyebab. Apabila suatu variabel tertentu berubah, sedangkan variabel-variabel lainnya dianggap tetap dan tidak berubah, seberapa jauh arus kas akan berubah karena perubahan variabel tertentu tersebut. Untuk masing-masing variabel tersebut dicoba untuk diubah nilainya, sedangkan variabel-variabel lainnya dianggap tetap tidak berubah, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan variabel tersebut bagi perubahan arus kas. Sebagaimana kita ketahui, bahwa berdasarkan proyeksi aliaran kas yang disusun, proyek pembangkit listrik PLTGU (Combined Cycle Power Plant) 120 MW dapat dinyatakan layak untuk dilaksanakan oleh PT Krakatau Daya Listrik (PT KDL). Pertimbangan kelayakan proyek ini dapat dilaksanakan dilihat dari kriteria kelayakan yang dihasilkan yakni: 1. Net Present Value = US$ 41.397.551, yang berarti nilainya lebih besar (>) dari US$ 0,2. Internal Rate of Return = 6,82%, yang lebih besar dari tingkat suku bunga yang direncanakan PT KDL sebesar 3,05% 3. Payback Period = 7,48 tahun yang lebih pendek dari rencana jangka waktu pinjaman perusahaan yaitu selama 10 tahun. Sebagaimana telah diketahui bahwa PT KDL yang bergerak dibidang pembangkitan tenaga listrik, sangat dipengaruhi kinerjanya oleh 2 elemen utama, yakni tarif dan kuantitas penjualan serta biaya bahan bakar. Biaya bahan bakar merupakan biaya utama yang meliputi lebih dari 80% dari total biaya produksi perusahaan. Hal ini selanjutnya menjadi pertimbangan penulis untuk melakukan analisis sensitivitas atas 2 komponen tersebut, yang termuat dalam nilai penjualan dan biaya produksi. Juga dari hasil wawancara dengan manajemen perusahaan, penulis diminta untuk menguji jika terjadi perubahan atas nilai investasi dan biaya operasional. Sehingga dalam tulisan ini penulis memandang bahwa ada 4 elemen penting yang akan dianalisis yakni: 1. Penjualan 2. Biaya Produksi 3. Biaya Investasi 4. Biaya Operasional. Dalam pengujian Analisis Sensitivitas ini , penulis mencoba menghitung perubahan ke empat elemen diatas dengan masing – masing perubahan kanaikan 5% dan penurunan 5% dari setiap elemen penting tersebut. B. Elemen yang paling Sensitif terhadap Kelayakan Proyek Ekspansi Perubahan Listrik dari 400 MW menjadi 520 MW 136 pada PT Krakatau Daya Listrik ( KDL ). IRR akan menghasilkan presentase yang lebih kecil dari tingkat suku bunga pinjaman. Berdasarkan proyeksi aliran kas yang disusun, proyek pembangkit listrik PLTGU (Combined Cycle Power Plant) 120 MW dapat dinyatakan layak untuk dilaksanakan oleh PT Krakatau Daya Listrik (PT KDL). Hal ini dapat dilihat dari kriteria kelayakan yang dihasilkan yakni : 1. Payback Period = 7.48 tahun yang lebih pendek dari rencana jangka waktu pinjaman perusahaan yaitu selama 10 tahun. 2. Net Present Value = US$ 41.397.551, yang berarti nilainya lebih besar daripada US$ 0,3. Internal Rate Of Return = 6.82 % yang lebih besar dari tingkat suku bunga yang direncanakan PT KDL sebesar 3,05 %. Walaupun hasil perhitungan kelayakan menunjukkan hasil yang positif bagi PT KDL untuk terus melanjutkan proyek ini, pihak manajemen perusahaan harus tetap berhatihati dalam pelaksanaan proyek ini nantinya. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas, ada beberapa elemen aliran kas yang sangat sensitif terhadap perubahan yang terjadi pada elemen yang bersangkutan. Namun sebelum penulis menyampaikan analisis yang lebih mendalam tentang elemen- elemen mana yang sensitif yang perlu lebih mendapat perhatian dan elemen-elemen yang kurang sensitif, penulis merasa perlu menekankan kembali bahwa analisis sensitivitas ini tidak lagi menyimpulkan layak tidaknya suatu proyek tetapi lebih untuk memberikan tambahan informasi dan wawasan bagi manajemen PT KDL terhadap resikoresiko besar proyek yang mampu membalikkan keadaaan dari kondisi positif yang menguntungkan perusahaan menjadi negatif yang dapat membahayakan kelangsungan hidup perusahaan. Penelitian ini membatasi analisis yang dibuat hanya pada analisis sensitivitas NPV saja diluar IRR. Hal ini mengingat bahwa adanya keterkaitan antara NPV dan IRR, dimana jika NPV positif maka IRR juga pasti akan lebih besar dari tingkat suku bunga pinjaman. Sebaliknya jika NPV negatif, hasil perhitungan Gambar 1. Grafik A Analisis Sensitivitas (US$) Perubahan Penjualan Grafik A menunjukkan bahwa jika terjadi perubahan pada nilai penjualan maka akan sangat mempengaruhi NPV proyek PT KDL. Dari kondisi normal proyeksi yang diperoleh NPV sebesar US$ 41.397.551, maka NPV bergerak menjadi -US$ 45.143.643 turun sebesar US$ 86.541.194 jika terjadi penurunan nilai penjualan sebesar 5%. Sebaliknya NPV meningkat menjadi US$ 127.938.745 naik sebesar US$ 86.541.195 bila penjualan naik 5%. Di dalam grafik A juga terlihat bahwa slope garis perubahan sangat curam. Hal ini berarti bahwa elemen penjualan merupakan unsur yang sensitif terhadap perubahan. Merupakan tugas manajemen PT KDL jika proyek CCPP 120 MW dilaksanakan, untuk mengawasi secara ketat realisasi kuantitas maupun harga jual listriknya. Hal ini perlu mendapatkan perhatian karena hanya dengan penurunan nilai penjualan sebesar 5% saja, proyek ini sebenarnya menjadi tidak layak untuk dilaksanakan. Gambar 2. Grafik B Analisis Sensitivitas ( US$) Perubahan Biaya Produksi Dengan dasar bahwa semakin curam kemiringan garis grafik maka semakin sensitif elemen yang bersangkutan terhadap perubahan dan semakin datar kemiringan garis grafik, semakin tidak sensitif suatu elemen terhadap perubahan, maka Grafik B yang memuat analisis sensitivitas biaya produksi mengilustrasikan bahwa biaya produksi merupakan juga suatu elemen pokok bagi PT KDL yang sangat sensitif terhadap perubahan. 137 Mengingat jika biaya produksi mengecil akan semakin meningkatkan NPV proyek, maka fokus manajemen perusahaan perlu diarahkan pada bila terjadi kenaikan pada biaya produksi. Dilihat dari grafik B, maka jika biaya produksi perusahaan menurun maka akan terjadi peningkatan NPV sebesar US$ 77.243.706 menjadi US$ 118.641.257. Tetapi sebaliknya jika biaya produksi perusahaan meningkat 5% dari yang diproyeksikan, maka akan terjadi penurunan NPV sebesar US$ 77.243.705 atau NPV menjadi -US$ 35.846.154. Penyimpangan biaya produksi sebesar 5% akan sangat mungkin terjadi yang menyebabkan NPV menjadi negatif (tidak layak) mengingat rata - rata inflasi Indonesia masih di atas 5%. Sebagaimana nilai penjualan, maka biaya produksi juga harus menjadi perhatian perusahaan dengan peningkatan efisiensi biayabiaya produksi sehingga biaya produksinya mampu dipertahankan sebesar biaya yang diproyeksikan di studi kelayakan dasarnya. Gambar 3. Grafik C Analisis Sensitivitas (US$) Perubahan Biaya Operasional Pada Grafik C, analisis sensitivitas menjawab pertanyaan bagaimana jika biaya operasional berubah naik 5 % atau turun 5%. Dibandingkan dengan kedua elemen yang telah diuraikan di atas yaitu penjualan dan biaya produksi, maka biaya operasional tidaklah sesensitif kedua elemen terdahulu. Hal ini terlihat walaupun biaya operasional naik 5% maka proyek PT KDL masih tetap positif. Kenaikan biaya operasional sebesar 5% hanya menyebabkan penurunan NPV sebesar US$ 3.474.809 menjadi US$ 37.922.742 dari NPV dasar US$ 41.397.551.Sebaliknya jika biaya operasional perusahaan mengalami penurunan pun hanya meningkatkan NPV sebesar US$ 3.474.809 , namun hal ini tentu akan sangat mempengaruhi kelayakan proyek tersebut. Kondisi bahwa biaya operasional ini bukan elemen yang sensitif dalam proyek Ekspansi PT KDL ini, didukung juga dengan kenyataan bahwa biaya operasional hanya meliputi kurang lebih 4% dari total biaya PT KDL Namun meskipun biaya Operasional tidak sesensitif elemen penjualan dan biaya produksi, namun elemen ini pun adalah bagian dari asumsi proyek ekspansi yang harus tetap harus diperhatikan. Gambar 4. Grafik D Analisis sensitivitas (US$) Perubahan Biaya Investasi Pada sisi yang lain, jika terjadi kenaikan biaya investasi proyek CCPP 120 MW sebesar 5% dari perkiraaan sebesar US$ 166.904.563 menjadi US$ 175.249.791 maka hasil analisis menunjukkan bahwa kenaikan biaya investasi ini tidak terlalu berisiko bagi keberhasilan proyek ini. Pada grafik D, terilustrasikan bahwa NPV proyek masih tetap positif diangka US$ 33,299.319 turun sebesar US$ 8.098.232 dari NPV dasar proyek US$ 41.397.551. Walaupun perubahan biaya investasi sebesar 5% masih dalam batas yang tidak mengkhawatirkan namun mengingat proyek ini direncanakan akan juga didanani dari pinjaman luar negeri yang besarnya telah diperhitungkan sebagaimana yang tercantum dalam studi kelayakan dasar, maka manajemen perusahaan harus tetap perlu memperhatikan pembengkakan biaya investasi untuk proyek ini jika tidak ingin terjadi gagal bayar perusahaan ke kontraktor pembangun proyek akibat kekurangan dana. Berdasarkan dari grafik keempat elemen utama proyek Ekspansi PT Krakatau Daya Listrik ini, maka elemen yang dapat dikatakan paling sensitif terhadap setiap perubahan yang diasumsikan adalah elemen penjualan, karena elemen ini yang menghasilkan garis perubahan yang paling curam. Hal ini berarti PT Krakatau Daya Listrik perlu memperhatikan realisasi tariff dan kuantitas. Karena PT Krakatau Daya Listrik bergerak dibidang produksi dan jasa listrik, maka elemen ini adalah hal penting untuk menilai kinerja perusahaan, semakin 138 besar jumlah listrik yang terjual dan semakin banyak kuantitas yang terpenuhi, semua itu akan semakin menguntungkan untuk proyek perusahaan PT Krakatau Daya Listrik ini. Sebaliknya semakin sedikit jumlah listrik yang terjual dan semakin rendah tarif nya, maka akan semakin merugikan untuk proyek perusahaan ini. Setiap perubahan jumlah tarif maupun kuantitas akan sangat berperan terhadap besar atau kecilnya arus kas netto yang dapat diharapkan pada proyek ini. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dijelaskan maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Bahwa Analisis Kelayakan pada proyek Ekspansi PT Krakatau Daya Listrik ini dilihat dari 3 elemen utama kriteria kelayakan yaitu Payback Period, Net Present Value (NPV)), dan Internal rate Of return (IRR). Berdasarkan hasil perhitungan yang didasari oleh arus kas, maka proyek ekspansi ini dapat dikatakan layak untuk direalisasikan, hal ini terlihat dari pertimbangan kelayakan proyek yang dapat dilaksanakan dilihat dari kriteria kelayakan yang dihasilkan yakni: a. Net Present Value = US$ 41.397.551, yang berarti nilainya lebih besar (>) dari US$ 0,b. Internal Rate of Return = 6,82%, yang lebih besar dari tingkat suku bunga yang direncanakan PT KDL sebesar 3,05% c. Payback Period = 7,48 tahun yang lebih pendek dari rencana jangka waktu pinjaman perusahaan yaitu selama 10 tahun. 2. Analisa sensitivitas atau sering pula disebut analisa kepekaan itu bukanlah teknik untuk mengukur resiko, tetapi suatu teknik untuk menilai dampak berbagai perubahan dari masing-masing variabel penting terhadap hasil yang mungkin terjadi (possible outcomes). Analisa sensitivitas ini tidak lain adalah suatu analisa simulasi dalam mana nilai variabel-variabel penyebab diubah-ubah untuk mengetahui bagaimana dampaknya terhadap hasil yang diharapkan, dalam hubungan ini adalah aliran kas. Hal ini selanjutnya menjadi pertimbangan penulis untuk melakukan analisis sensitivitas, karena pada dasar laporan keuangan yang di buat dalam proyek ini adalah berupa asumsi yang pada kenyataannya nanti belum tentu dapat sesuai dengan apa yang di asumsikan. Penulis melakukan analisis sensitivitas pada 4 elemen yang dianggap penting dalam berjalannya proyek tersebut. Adapaun ke empat elemen itu adalah : 1. Penjualan 2. Biaya Produksi 3. Biaya Investasi 4. Biaya Operasional. Hal yang melatar belakangi penulis memandang keempat elemen itu adalah elemen yang penting dalam Proyek Ekspansi ini adalah karena telah diketahui bahwa PT Krakatau Daya Listrik bergerak dibidang pembangkitan tenaga listrik, sangat diperlukan kinerjanya oleh 2 elemen utama, yakni tarif dan kuantitas penjualan serta biaya bahan bakar. Biaya bahan bakar merupakan biaya utama yang meliputi lebih dari 80% dari total biaya produksi perusahaan, kedua elemen tersebut termuat dalam nilai penjualan dan biaya produksi. Juga dari hasil wawancara dengan manajemen perusahaan, penulis diminta untuk menguji jika terjadi perubahan atas nilai investasi dan biaya operasional. 3. Berdasarkan dari grafik keempat elemen utama proyek Ekspansi PT Krakatau Daya Listrik ini, maka elemen yang dapat dikatakan paling sensitif terhadap setiap perubahan yang diasumsikan adalah elemen penjualan, karena elemen ini yang menghasilkan garis perubahan yang paling curam. Hal ini berarti PT Krakatau Daya Listrik perlu memperhatikan realisasi tariff dan kuantitas. Karena PT Krakatau Daya Listrik bergerak dibidang produksi dan jasa listrik, maka elemen ini adalah hal penting untuk menilai kinerja perusahaan, semakin besar jumlah listrik yang terjual dan 139 semakin banyak kuantitas yang terpenuhi , semua itu akan semakin menguntungkan untuk proyek perusahaan PT Krakatau Daya Listrik ini. DAFTAR PUSTAKA _______________, Sensitivity Analysis. http://www.answer.com ( diakses Juni 2010 ) Bambang Riyanto, 2001. Dasar – dasar Pembelanjaan Perusahaan, BPFE – Yogyakarta, Yogyakarta. Brigham dan Houston, 2004. Dasar- Dasar Manajemen Keuangan, Salemba Empat, Jakarta. Darmawan Sjahrial, 2007. Manajemen Keuangan Lanjutan, Mitra Wacana Media, Jakarta. Dewi Astuti, 2004. Manajemen keuangan Perusahaan, Ghalia Indonesia, Jakarta Farah Margaretha, 2005. Teori Dan Aplikasi Manajemen Keuangan, Grasindo, Jakarta. Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti, 2004. Dasar – dasar Manajemen Keuangan, Unit Penerbitan Akademi Manajemen, Perusahaan YKPN, Yogyakarta. Mulyadi,2002. Akuntasi Biaya, Edisi 5, Penerbit Akademi Manajemen Perusahaan YKPN,Yogyakarta. Pronilai Consulting. 2010. Laporan Studi kelayakan proyek CCPP 120 MWCilegon : Laporan Studi Kelayakan PT Krakatau Daya Listrik. Stephan A.Ross, Randolph W. Westerfield, Bradford D. Jordan, 2008. Corporate Finance Fundamentals. Alih Bahasa : Ali Akbar Yulianto,Rafika Yuniasih, dan Christine,Jakarta. Usry. Milton F., Adolph Matz. Ohio1992. Akuntansi Biaya Perencanaan dan Pembiayaan. Cetakan ke 8, penerbit Erlangga, Jakarta 140