1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai macam suku, agama, ras. Hal ini menjadikan tiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas masing-masing, baik itu tarian, lagu, seni rupa, karya sastra, kuliner, dan lain sebagainya. Tiap-tiap daerah memiliki kearifan lokal tersendiri yang mungkin akan berbeda walaupun berada dalam satu daerah, maupun satu pulau. Hal ini tentu mempengaruhi pola kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tentunya tidak terlepas dari 3 hal berikut yakni sandang, pangan, papan. Dalam rangka memenuhi ketiga kebutuhan pokok tersebut, beragam cara dilakukan supaya dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Apabila daerah tersebut merupakan daerah metropolitan yang padat serta penuh bangunan-bangunan perkantoran, maka orang akan cenderung mengikuti pola kehidupan di daerah tersebut dengan berbelanja di toko, supermarket, maupun mall supaya dapat memenuhi kehidupan sehari-hari. Akan tetapi lain halnya apabila seseorang tinggal didaerah yang masih menjunjung kearifan lokal, dimana kehidupan perkotaan dengan kehidupan pedesaan masih dapat hidup berdampingan, maka bukan hal yang langka ketika masih banyak ditemui orang yang dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari berbelanja di pasar tradisional. Apabila pemahaman mengenai pasar tradisional hanya sebatas tempat bertemunya antara penjual dengan pembeli, maka pemahaman tentang pasar tersebut masih sangat dangkal. Karena masih banyak hal yang bisa digali lebih 2 dalam lagi mengenai pasar tradisional. Pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli dalam memenuhi kebutuhan. Keberadaan pasar pun berkembang sesuai dengan perkembangan kota tersebut, bahkan tidak jarang sebuah kota tercipta dari sebuah pasar dahulunya. Menciptakan sebuah hubungan simbiosis mutualisme antara penjual dan calon pembeli. Apabila yang diketahui pasar tradisional hanya menjual kebutuhan dapur, rumah tangga, maupun pakaian, maka ada hal yang terlewatkan disini. Bagi umat Muslim di Indonesia tentu mengenal hari raya Idul Adha, yakni hari kurban, dimana harga hewan ternak(sapi dan kambing) melambung tinggi. Hal ini membuat peneliti ingin menggali lebih jauh lagi mengapa harga hewan ternak(terutama sapi) bisa melambung tinggi. Kapan, dimana, dan bagaimana proses transaksi jual beli hewan ternak(sapi) tersebut. Karena peneliti berdomisili di Yogyakarta, maka peneliti mencari tahu dalam lingkup regional Yogyakarta saja. Setelah berkeliling kesana kemari, akhirnya mendapatkan lokasi jual-beli hewan ternak, yakni Pasar Hewan Ambarketawang yang berokasi di Gamping, Sleman. Berbeda dengan pasar tradisional lainnya yang buka setiap hari sejak pagi hingga siang, Pasar Hewan Ambarketawang hanya buka setiap hari Pahing sejak pukul 07.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB. Perlu diketahui Pahing merupakan salah satu hari dalam penanggalan adat Jawa yang terdiri dari 5 hari yakni Pon, Wage, Kliwon, Pahing, Legi. Jadi apabila Pahing jatuh pada hari Senin, maka Pasar Hewan Ambarketawang buka pada hari Senin dari pukul 07.00 WIB hingga 11.00 WIB, dan akan buka kembali 4 hari setelah hari Senin karena harus melewati Pon, Wage, Kliwon, Legi dan hari tersebut jatuh pada hari Pahing. Dan 3 akan berulang terus-menerus sehingga tidak ada hari pasti kapan Pasar Hewan Ambarketawang buka dalam kalender modern(Senin-Minggu), jika ingin mengetahui kapan Pasar Hewan Ambarketawang buka mau tidak mau harus melihat kalender jawa. Pada saat pra-penelitian peneliti beberapa kali mendatangi lokasi 2 hari secara berturut-turut akan tetapi selalu dalam kondisi tutup. Sampai pada akhirnya peneliti bertanya kepada warga setempat kapan sebenarnya Pasar Hewan Ambarketawang buka, baru kemudian peneliti mendapatkan jawaban bahwa ternyata Pasar Hewan Ambarketawang tidak buka setiap hari karena mengikuti sistem kalender Jawa dan buka setiap Pahing. Pasar Hewan Ambarketawang untuk pertama kalinya dioperasionalkan pada hari Selasa Pahing tanggal 21 Maret 2006 setelah diresmikan oleh Bupati Kabupaten Sleman pada hari Kamis Pahing tanggal 16 Maret 2006. terletak di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, tepatnya di Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman. Pasar hewan Ambarketawang merupakan hasil relokasi pasar hewan Kuncen. Pemkot dan masyarakat menganggap lokasi pasar semula kurang pas karena terletak ditengah kota, karena seharusnya pasar hewan berada di luar kota. Berdasarkan Peraturan Bupati Sleman No.2/Per.Bup/2006 Tentang Pembentukan Pasar Hewan Ambarketawa bertujuan meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat sekitar terutama dalam penyediaan fasilitas pusat perdagangan hewan temak yang memadai dan mendorong serta memacu pertumbuhan perekonomian daerah. Yang menarik adalah ketika pada saat terjadi transaksi jualbeli hewan ternak, ketika penjual bertemu dengan pembeli mereka melakukan pembicaraan singkat lalu si pembeli mulai mengecek kondisi hewan ternak yang 4 dia inginkan, biasanya tidak lebih dari 5 menit untuk satu ekor sapi. Setelah selesai mengecek kemudian mulai melakukan negosiasi harga kepada penjual. Ketika cocok antara penjual dengan pembeli saling bersalaman dan kemudian pembeli mengeluarkan uang sebagai mahar untuk menebus harga sapi yang diincarnya dalam bentuk uang tunai. Uang yang diserahkan kepada penjual pun dalam jumlah seutuhnya, misalnya harga untuk satu ekor sapi dewasa Rp.14.000.000,-(empat belas juta rupiah) maka uang yang diserahkan sejumlah itu juga. Tidak ada dalam bentuk cek, kredit, transfer melalui bank/ATM. Semuanya dalam bentuk uang tunai. Bayangkan apabila yang dibeli tidak hanya per ekor sapi dewasa, akan tetapi 10 ekor sapi dewasa. Berapa banyak uang yang harus dibawa oleh si pembeli ? Mungkin bisa mencapai ratusan juta Rupiah. Belum lagi untuk sapi jenis tertentu yang harga per ekornya bisa mencapai Rp.50.000.000,-(lima puluh juta rupiah). Mengapa para penjual maupun pembeli masih menggunakan cara yang bisa dikatakan masih tradisional ini ? Adakah kaitannya dengan hukum adat ? Karena pada hakekatnya perkembangan hukum adat tidak dapat dipisahkan dari perkembangan masyarakat pendukungnya. Dalam pembangunan hukum nasional, peranan hukum adat sangat penting. Karena hukum nasional yang akan dibentuk, didasarkan pada hukum adat yang berlaku. Hukum adat adalah hukum tidak tertulis dan bersifat dinamis yang senantiasa dapat menyesuaikan diri terhadap perkembangan peradaban manusia itu sendiri. Bila hukum adat yang mengatur sesuatu bidang kehidupan dipandang tidak sesuai lagi dengan kebutuhan warganya maka warganya sendiri yang akan mengubah hukum adat tersebut agar dapat memberi manfaat untuk mengatur 5 kehidupan mereka. Hal ini dapat dilihat dari keputusan-keputusan yang dibuat oleh para ketua adat. Hukum adat mengalami perkembangan karena adanya interaksi sosial, budaya, ekonomi dan lain-lain. Perkembangan itu mengakibatkan perubahan yang dinamis terhadap hukum adat. Selain tidak terkodifikasi, hukum adat itu memiliki corak: 1). Hukum adat mengandung sifat yang sangat tradisional. Bahwa peraturan hukum adat umumnya oleh rakyat dianggap berasal dari nenek moyang yang legendaris (hanya ditemui dari cerita orang tua). 2). Hukum adat dapat berubah. Perubahan dilakukan bukan dengan menghapuskan dan mengganti peraturan-peraturan itu dengan yang lain secara tiba-tiba, karena tindakan demikian itu akan bertentangan dengan sifat adat istiadat yang suci dan bahari. Akan tetapi perubahan terjadi oleh pengaruh kejadian-kejadian, pengaruh keadaan hidup yang silih berganti-ganti. Peraturan hukum adat harus dipakai dan dikenakan oleh pemangku adat (terutama oleh kepala adat) pada situasi tertentu dari kehidupan sehari-hari serta peristiwa-peristiwa demikian ini, sering dengan tidak diketahui berakibat pergantian, berubahnya peraturan adat dan kerap kali orang sampai menyangka bahwa peraturan-peraturan lama tetap berlaku bagi keadaan-keadaan baru. 3). Kesanggupan hukum adat menyesuaikan diri. 6 Justru karena pada hukum adat terdapat sifat hukum tidak tertulis dan tidak dikodifikasi maka hukum adat (pada masyarakat yang melepaskan diri dari ikatan-ikatan tradisi dan dengan cepat berkembang modern) memperlihatkan kesanggupan untuk menyesuaikan diri dan elastisitas yang luas. Suatu hukum sebagai hukum adat, yang terlebih-lebih ditimbulkan keputusan di kalangan masyarakat, sewaktu waktu dapat menyesuaikan diri dengan keadaankeadaan baru. Hukum Adat berakar pada kebudayaan tradisional. Hukum adat adalah suatu hukum yang hidup, karena ia menjelmakan perasaan hukum yang nyata dari rakyat. Sesuai dengan sifat asalnya sendiri,hukum adat terus menerus dalam keadaan tumbuh dan berkembang seperti hidup itu sendiri. Hukum Adat mengatur seluruh aspek kehidupan masyarakat yang berasal dari nenek moyang dan berlaku secara turun temurun. Termasuk dalam hal transaksi jual-beli dalam berbagai aspek dikehidupan masyarakat. Salah satunya yang masih berlangsung sampai sekarang adalah transaksi jual-beli hewan ternak di Pasar Hewan Ambarketawang Yogyakarta yang masih menggunakan cara konvensional, tidak seperti transaksi jual-beli di jaman modern seperti sekarang. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pelaksanaan jual-beli hewan ternak sapi di Pasar Hewan Ambarketawang Gamping Sleman ? 7 2. Bagaimana pelaksanaan prinsip terang dan tunai dalam transaksi hewan ternak sapi di Pasar Hewan Ambarketawang Gamping Sleman ? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui proses transaksi jual beli di Pasar Hewan Gamping 2. Untuk mengetahui pelaksanaan prinsip Terang dan Tunai dalam proses transaksi jual-beli hewan ternak sapi di Pasar Hewan Ambarketawang Gamping Sleman D. Keaslian Penelitian Untuk mengetahui keaslian penelitian ini, telah dilakukan penelusuran dan penelitian pada berbagai referensi dan hasil penelitian serta dalam media, baik cetak maupun elektronik. Penelitian yang berkaitan dengan “Transaksi Jual Beli Hewan Ternak Sapi Di Pasar Hewan Ambarketawang Gamping Sleman” belum pernah dilakukan dan dalam kesempatan ini, peneliti akan meneliti masalah tersebut, dengan demikian penelitian ini adalah asli. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis a. Dari hasil penelitian penulisan hukum ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan pengembangan ilmu hukum pada khususnya. 8 b. Dapat digunakan sebagai salah satu kelengkapan dalam persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum dari Universitas Gadjah Mada. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat kepada masyarakat yang masih awam untuk membantu memahami proses transaksi jual beli hewan ternak sapi di Pasar Ambarketawang Gamping, Sleman. Juga diharapkan dapat bermanfaat bagi yang sedang mempelajari dan ingin mengetahui gambaran tentang transaksi jual-beli hewan ternak. b. Dengan dibuatnya penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bahwa hukum adat adalah hukum asli Indonesia dan sampai sekarang masih digunakan dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam transaksi jual-beli hewan ternak.