1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Subyek hukum

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Subyek hukum internasional dapat diartikan sebagai pemegang
hak dan kewajiban berdasarkan Hukum Internasional.1 Diantara
subyek hukum internasional salah satunya yaitu Negara dimana
negara dalam sejarah perkembangan hukum internasional dipandang
sebagai subyek hukum terpenting dibandingkan dengan subyek hukum
internasional lainnya.2 Negara dinyatakan sebagai subjek hukum
internasional yang pertama karena kenyataan menunjukkan bahwa
yang pertama melakukan hubungan internasional adalah negara.
Adapun negara yang menjadi subjek hukum internasional adalah
negara yang merdeka, berdaulat, dan tidak merupakan bagian dari
suatu negara, artinya negara yang mempunyai pemerintahan sendiri
secara penuh yaitu kekuasaan penuh terhadap warga negara dalam
lingkungan kewenangan negara itu. Disamping Negara sebagai
subyek hukum internasional, subyek hukum internasional lainnya yaitu
tahta
suci
vatican,
organisasi
internasional,
palang
merah
internasional, pemberontak dan pihak yang dalam sengketa serta
orang-perorangan/individu.3
Dalam pergaulan internasional bukan hal yang mustahil antar
subyek hukum internasional mempunyai pandangan dan kepentingan
1
Sri Setianingsih Suwardi, Inti Sari Hukum Internasional Publik, (Bandung: Penerbit
Alumni, 1986), h. 27.
2
Negara Sebagai Subjek Hukum Internasional (On-line), tersedia di
www.negarahukum.com (1 Desember 2014).
3
F. Sugeng Istanto, Studi Kasus Hukum Internasional, (Jakarta: Penerbit PT
Tatannusa, 1998), h. 17.
1
Penyelesaian Sengketa Wilayah Kashmir Antara India dan Pakistan Ditinjau dari Segi Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional
Eldi Fahrudin
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
2
yang berbeda dimana hal ini dapat menimbulkan suatu sengketa
internasional. Sengketa Internasional ialah suatu perselisihan yang
terjadi antara Negara dan Negara, Negara dengan individu atau
Negara dengan badan-badan atau lembaga yang menjadi subjek
internasional. Pada umumnya hukum internasional membedakan
sengketa internasional atas sengketa yang bersifat politik dan
sengketa yang bersifat hukum. Sengketa politik adalah sengketa
dimana suatu negara mendasarkan tuntutannya atas pertimbangan
non yuridik, misalnya atas dasar politik atau kepentingan nasional
lainnya, sedangkan sengketa hukum ialah sengketa dimana suatu
Negara mendasarkan sengketa atau tuntutannya atas ketentuanketentuan yang terdapat dalam suatu perjanjian atau yang telah diakui
oleh hukum internasional.4
Sengketa tersebut terjadi karena berbagai sebab, antara lain:5
1. Salah satu pihak tidak memenuhi kewajiban dalam perjanjian
Internasional.
2. Perbedaan penafsiran mengenai isi perjanjian Internasional.
3. Perebutan sumber-sumber ekonomi.
4. Perebutan pengaruh ekonomi.
5. Adanya intervensi terhadap kedaulatan Negara lain.
6. Perluasan pengaruh politik& ideologi terhadap negara lain.
7. Adanya perbedaan kepentingan.
8. Penghina terhadap harga diri bangsa.
9. Ketidaksepahaman mengenai garis perbatas-an antar negara yang
banyak yang belum terselesaikan melalui mekanisme perundingan
(bilateral).
10. Peningkatan persenjataan dan eskalasi kekuatan militer baik oleh
negara-negara yang ada di kawasan ini, maupun dari luar kawasan.
4
Boer Mauna, Hukum Internasional Pengertian Peranan Dan Fungsi Dalam Era
Dinamika Global, (Jakarta: P.T. Alumni, 2001), h. 188.
5
Sengketa Internasional (On-line), tersedia di http://www.scribd.com (1 Desember
2014).
Penyelesaian Sengketa Wilayah Kashmir Antara India dan Pakistan Ditinjau dari Segi Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional
Eldi Fahrudin
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
3
11. Eskalasi aksi terorisme lintas negara, dan gerakan separatis
bersenjata yang dapat mengundangkesalahpahaman antar negara
bertetangga.
Ditinjau dari konteks hukum internasional publik, sengketa dapat
didefinisikan sebagai ketidaksepakatan salah satu subyek mengenai
sebuah fakta, hukum, atau kebijakan yang kemudian dibantah oleh
pihak lain atau adanya ketidaksepakatan mengenai masalah hukum
atau fakta-fakta atau konflik mengenai penafsiran atau kepentingan
antara 2 (dua) bangsa yang berbeda.6
Sengketa internasional Mahkamah Internasional (ICJ) menetapkan
4 kriteria sengketa yaitu:7
1. Didasarkan pada kriteria-kriteria objektif. Maksudnya adalah
dengan melihat fakta-fakta yang ada. Contoh: Kasus penyerbuan
Amerika Serikat dan Inggris ke Irak.
2. Tidak didasarkan pada argumentasi salah satu pihak. Contoh: USA
vs. Iran 1979 (Iran case). Dalam kasus ini Mahkamah Internasional
dalam mengambil putusan tidak hanya berdasarkan argumentasi
dari Amerika Serikat, tetapi juga Iran.
3. Penyangkalan mengenai suatu peristiwa atau fakta oleh salah satu
pihak
tentang
adanya
sengketa
tidak
dengan
sendirinya
membuktikan bahwa tidak ada sengketa. Contoh: Case Concerning
the Nothern Cameroons 1967 (Cameroons vs. United Kingdom).
Dalam kasus ini Inggris menyatakan bahwa tidak ada sengketa
antara Inggris dan Kamerun, bahkan Inggris mengatakan bahwa
sengketa tersebut terjadi antara Kamerun dan PBB. Dari kasus
antara Inggris dan Kamerun ini dapat disimpulkan bahwa bukan
para pihak yang bersengketa yang memutuskan ada tidaknya
sengketa, tetapi harus diselesaikan atau diputuskan oleh pihak
ketiga.
6
Sengketa Internasional Dan Cara Penyelesaiannya
http://www.distrodoc.com (1 Desember 2014).
7
Ibid.
(On-line),
tersedia
di
Penyelesaian Sengketa Wilayah Kashmir Antara India dan Pakistan Ditinjau dari Segi Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional
Eldi Fahrudin
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
4
4. Adanya sikap yang saling bertentangan/berlawanan dari kedua
belah pihak yang bersengketa. Contoh: Case Concerning the
Applicability of the Obligation to Arbitrate under section 21 of the
United Nations Headquarters agreement of 26 June 1947.
Berbagai metode penyelesaian sengketa telah berkembang sesuai
dengan tuntutan jaman. Metode penyelesaian sengketa dengan
kekerasan, misalnya perang, invasi, dan lainnya, telah menjadi solusi
bagi negara sebagai aktor utama dalam hukum internasional klasik.
Cara-cara
kekerasan
yang
digunakan
tersebut
akhirnya
direkomendasikan untuk tidak digunakan lagi semenjak lahirnya The
Hague Peace Conference pada tahun 1899 dan 1907, yang kemudian
menghasilkan Convention on the Pacific Settlement of International
Disputes 1907. Namun karena sifatnya yang rekomendatif dan tidak
mengikat, konvensi tersebut tidak mempunyai kekuatan memaksa
untuk melarang negara-negara melakukan kekerasan sebagai metode
penyelesaian sengketa
Perkembangan hukum internasional untuk menyelesaikan sengketa
secara damai lahir dari diselenggarakannya konferensi Den Haag (the
hague peace conference) tahun 1899 dan tahun 1907.
Kriteria sengketa internasional diatas ada beberapa karakteristik
dari
suatu
sengketa
internasional.
Karakteristik
dari
Sengketa
Internasional adalah:8
1. Sengketa
internasional
yang
melibatkan
subjek
hukum
internasional (a Direct International Disputes), Contoh: Toonen vs.
Australia. Toonen menggugat Australia ke Komisi Tinggi HAM PBB
karena telah mengeluarkan peraturan yang sangat diskriminasi
terhadap kaum Gay dan Lesbian. Dan menurut Toonen pemerintah
Australia telah melanggar Pasal 2 ayat (1), Pasal 17 dan Pasal 26
ICCPR. Dalam kasus ini Komisi Tinggi HAM menetapkan bahwa
pemerintah Australia telah melanggar Pasal 17 ICCPR dan untuk
8
Ibid.
Penyelesaian Sengketa Wilayah Kashmir Antara India dan Pakistan Ditinjau dari Segi Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional
Eldi Fahrudin
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
5
itu pemerintah Australia dalam waktu 90 hari diminta mengambil
tindakan untuk segera mencabut peraturan tersebut
2. Sengketa yang pada awalnya bukan sengketa internasional, tapi
karena sifat dari kasus itu menjadikan sengketa itu sengketa
internasional (an Indirect International Disputes). Suatu peristiwa
atau keadaan yang bisa menyebabkan suatu sengketa bisa
menjadi sengketa internasional adalah adanya kerugian yang
diderita secara langsung oleh WNA yang dilakukan pemerintah
setempat. Contoh : kasus penembakan warga Negara amerika
serikat di Freeport yang dilakukan oleh gerakan separatis di papua,
yang menyebabkan WNA amerika ricky lynn tewas.
Diantara sengketa internasional salah satunya terjadi di kawasan
Asia Selatan yaitu antara India dan Pakistan. Asia Selatan adalah
sebuah wilayah geopolitik di bagian selatan benua Asia, terdiri dari
daerah-daerah di dan sekitar anak benua India.
Asia Selatan
merupakan wilayah yang rawan terhadap konflik ketegangan politik.
India, sebagai negara yang terbesar dan secara geografis telah
mengembangkan
perbedaan
dengan
sebagian
besar
negara
tetangganya yang lebih kecil. Ketegangan cenderung muncul kembali
secara periodik dan menimbulkan suasana saling tidak percaya.
Sebuah laporan Uni Eropa menyimpulkan bahwa tingkat risiko politik
dalam konteks investasi perdagangan di Asia Selatan termasuk tinggi.
Laporan ini hanya menampilkan dua anggota SAARC (South Asia
Agremeent Regional Cooperation) dengan risiko politik terkecil, yaitu
Maladewa dan Bhutan. Negara-negara lain dianggap rapuh, dengan
nilai rata-rata stabilitas jauh di bawah rata-rata global (Komisi Eropa
2005).9
9
Konflik
Di
Kawasan
Asia
Selatan
http://politik.kompasiana.com(4 Desember 2014).
(On-line),
tersedia
di
Penyelesaian Sengketa Wilayah Kashmir Antara India dan Pakistan Ditinjau dari Segi Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional
Eldi Fahrudin
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
6
Hubungan antara India dan Pakistan menjadi sengketa perebutan
wilayah Kashmir, dua (2) negara terbesar di kawasan ini sudah
mewujudkan ketidakstabilan regional yang permanen. Kedua negara
telah terkunci dalam konflik yang berkepanjangan,baik terbuka atau
terselubung.10
Pakistan memandang seluruh wilayah Kashmir sebagai wilayah
yang dipertentangkan, dan tidak menganggap klaim India atas wilayah
ini. Sebuah pilihan yang disukai banyak orang Kashmir adalah
kemerdekaan, namun baik Pakistan dan India menentang hal ini.
Kashmir merupakan salah satu wilayah rebutan terkenal di dunia, dan
kebanyakan peta buatan Barat menggambarkan wilayah ini dengan
garis bertitik untuk menandai batasan yang tidak pasti.11
India terus menerus menyalahkan Pakistan atas kerusuhan di
Kashmir, menuduh memberikan pelatihan dan mengirimkan agen
untuk bergabung dengan pelaku pemberontakan. Masalah keamanan
antara Pakistan dan India mencapai puncaknya pada tahun 1998,
ketika kedua belah pihak melakukan uji coba senjata nuklir. Pada
tahun 1999, Pakistan dan India terlibat dalam konfrontasi bersenjata di
wilayah Kargil, Kashmir. Meskipun konflik berakhir di jalan buntu, Kargil
menandai konflik pertama antara dua negara yang memiliki senjata
nuklir dan membawa banyak orang untuk menyadari potensi bencana
nuklir.12
Genderang perang Kashmir dan Pakistan terhadap India sudah
ditabuh sejak tahun 1947, dan hingga kini, di tahun 2011, konflik
terpanas di Asia Selatan ini tak kunjung berakhir. Pada Juli 2011, Para
pejabat India dan Pakistan bertemu untuk mempersiapkan landasan
bagi pembicaraan tingkat menteri luar negeri dalam kontak pertama
antara kedua negara tetangga itu sejak ledakan bom di Mumbai.13
10
Ibid.
Ibid.
12
Ibid.
13
Aina Kashmir (On-line), tersedia di http://inpasonline.com (4 Desember 2014).
11
Penyelesaian Sengketa Wilayah Kashmir Antara India dan Pakistan Ditinjau dari Segi Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional
Eldi Fahrudin
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
7
Wakil Duta Besar Pakistan di Indonesia, Syed Sajjad Haider,
menjelaskan inti penyelesaian krisis Kashmir adalah ketidakpatuhan
India melaksanakan Resolusi Dewan Keamanan PBB yang pernah
dikeluarkan pada 21 April 1948. Dalam resolusi tersebut disebutkan,
plebisit harus dilaksanakan di Kashmir dengan memberikan hak
kepada rakyat Kashmir guna menentukan nasib bergabung kepada
Pakistan atau India. Selama resolusi tersebut tidak diindahkan maka
persoalan Kashmir dipastikan tak akan kunjung selesai.14
Jika dilihat kembali saat itu pada tahun 1948 PBB membentuk
sebuah komisi yang dikenal dengan nama United Nations Comission
for India and Pakistan (UNCIP). Kemudian dihasilkan Resolusi Dewan
Keamanan PBB pada tanggal 21 April 1948. Resolusi Dewan
Keamanan PBB pada 21 April 1948, diadopsi 21 April 1948, setelah
mendengar argumentasi dari pihak India dan Pakistan, Dewan
memperbesar ukuran Komisi yang ditetapkan Resolusi 39 Dewan
Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa menjadi lima anggota,
menginstruksikan Komisi untuk pergi ke India dan membantu
pemerintah India dan Pakistan menjaga perdamaian dan tata tertib di
kawasan tersebut dan mempersiapkan plebisit yang menentukan nasib
Kashmir. Resolusi ini disahkan oleh Dewan Keamanan Perserikatan
Bangsa-Bangsa di bawah Bab VI Piagam PBB.15
Di tengah ketegangan yang terjadi di Kashmir antara India dan
Pakistan tersebut, Pakistan dan India telah melakukan beberapa
upaya untuk memulai proses perdamaian guna menyelesaikan
perselisihan diantara mereka. Inisiatif utama dilakukan sebelum
Perang
Kargil
pada
tahun
1999,
ketika
kedua
belah
pihak
menandatangani “Deklarasi Lahore“.16
14
Penderitaan Muslim Kashmir Terus Berlangsung (On-line),
http://www.republika.co.id (7Desember 2014) .
15
Kashmir (On-line), tersedia di en.wikipedia.org (7 Desember 2014).
16
Ibid.
tersedia
di
Penyelesaian Sengketa Wilayah Kashmir Antara India dan Pakistan Ditinjau dari Segi Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional
Eldi Fahrudin
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
8
Pada tanggal 18 agustus 2013 konflik kembali memanas antara
India dan Pakistan dimana pihak berwenang di Pakistan dan India
saling tuduh memulai bentrokan baru di wilayah Kashmir yang
disengketakan dengan
melanggar
pernyataan
gencatan
senjata
bersama yang pada umumnya telah berlangsung selama 10 tahun.17
Dari keterangan diatas menunjukkan bahwa masalah Kashmir yang
diperebutkan antara India dan Pakistan ini sangat memerlukan
perhatian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan semua pihak
terutama pihak yang bertikai supaya mencari solusinya agar supaya
tercipta perdamaian di wilayah Kashmir.
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas, maka penulis
tertarik untuk mengadakan penelitian sebagai tugas akhir berbentuk
skripsi dengan memakai judul “Penyelesaian sengketa wilayah
Kashmir Antara India Dan Pakistan Ditinjau Dari Segi Hukum
penyelesaian sengketa internasional”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah yang menjadi pokok permasalahan India dan Pakistan
dalam masalah Kashmir?
2. Bagaimanakah penyelesaian konflik wilayah Kashmir antara India
dan Pakistan menurut hukum penyelesaian sengketa internasional?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap permasalahan
hukum diatas, diharapkan akan dicapai tujuan-tujuan sebagai berikut:
17
India Dan Pakistan Saling Tuduh Mulai Serangan Di Kashmir (On-line), tersedia di
http://www.voaindonesia.com (8 Desember 2014).
Penyelesaian Sengketa Wilayah Kashmir Antara India dan Pakistan Ditinjau dari Segi Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional
Eldi Fahrudin
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
9
1. Untuk mengetahui apakah pokok permasalahan antara India dan
Pakistan dalam masalah di Kashmir.
2. Untuk mengetahui
bagaimana penyelesaian konflik antara India
dan Pakistan mengenai sengketa wilayah Kashmir menurut hukum
penyelesaian sengketa internasional.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan kegunaan teoritif
maupun praktis.
1. Kegunaan Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk
menambah pengetahuan bagi penulis secara pribadi dan orang
lain pada umumnya.
b. Diharapkan dapat menjadi kontribusi positif bagi kalangan ilmu
hukum khususnya hukum penyelesaian sengketa internasional.
2. Kegunaan Praktis
a. Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
menjadi
bahan
pertimbangan bagi pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian
yang terkait dengan judul penelitian penulis.
b. Penelitian
ini
diharapkan
dapat
bermanfaat
memperluas
wawasan penulis dalam bidang hukum terutama hukum
internasional.
E. Penelitian
1. Tipe penelitian
Pada dasarnya penelitian hukum bertujuan untuk mendapatkan
pengetahuan yang lebih mendalam mengenai suatu gejala hukum,
memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam mengenai suatu
gejala hukum, untuk menggambarkan secara lengkap aspek hukum
dari suatu keadaan atau perilaku
kelompok, mendapatkan
keterangan tentang frekuensi peristiwa hukum, serta memperoleh
Penyelesaian Sengketa Wilayah Kashmir Antara India dan Pakistan Ditinjau dari Segi Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional
Eldi Fahrudin
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
10
data soal hubungan antara suatu gejala hukum dengan gejala lain.
Dari tujuan penelitian akan dapat diperkirakan suatu metode yang
sesuai dengan kebutuhan penelitian.
Metode pendekatan yang dipakai untuk penulisan skripsi ini
adalah metode pendekatan yuridis normatif, yaitu dititikberatkan
pada penggunaan data kepustakaan atau data sekunder yang
berupa bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Bahan hukum
primer yaitu bahan hukum yang mengikat yang terdiri dari Norma
atau Kaedah Dasar, Peraturan Dasar, Peraturan Perundangundangan, bahan hukum yang tidak dikodifikasikan, Yurisprudensi
dan juga Traktat. Sedangkan bahan hukum sekunder ialah yang
memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer misalnya
Rancangan Undang-Undang, hasil penelitian dan lain-lain. Dan
terakhir bahan hukum tersier ialah bahan yang memberikan
petunjuk dan penjelasan mengenai bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder misalnya kamus hukum, ensiklopedi hukum dan
lain-lain.18
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian ini bersifat deskriptif analistis yaitu sebuah
penelitian yang menjelaskan suatu masalah yang juga kemudian
dilakukan analisa dari masalah itu sehingga akan diperoleh
kesimpulan tertentu dan diakhiri dengan saran yang penting.
3. Data dan sumber data
a. Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang diperoleh melalui studi Kepustakaan (Library Research).
Data kepustakaan terbagi dalam dua jenis bahan hukum, yaitu
18
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Penerbit UI Press,
2008), h. 52.
Penyelesaian Sengketa Wilayah Kashmir Antara India dan Pakistan Ditinjau dari Segi Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional
Eldi Fahrudin
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
11
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum
primer yang digunakan dalam penelitian ini meliputi perjanjianperjanjian
internasional,
hukum
penyelesaian
sengketa
internasional. Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini diantaranya hasil-hasil penelitian dan hasil karya
dari kalangan hukum.
b. Sumber data
Data yang digunakan dalm penelitian ini yaitu data sekunder. Di
dalam penelitian hukum, data sekunder dapat digolongkan ke
dalam tiga bahan hukum, yaitu bahan hukum primer, bahan
hukum sekunder dan bahan hukum tertier, sebagai berikut:
1) Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang
mengikat, meliputi:
a) United nations charter
b) Statute of international court of justice;
c) Hague convention 1899 and 1907 (pacific settlemat of
international disputes).
d) Resolusi majelis umum perserikatan bangsa-bangsa
nomor 2625 (XXV) mengenai deklarasi tentang prinsipprinsip hukum internasional tentang kerjasama dan
hubungan bersahabat di antara negara-negara dan
hubungan
bersahabat
sesuai
dengan
piagam
perserikatan bangsa-bangsa (UN General assembly
resolution number 2625 (XXV) concerning declaration on
principles of international law concerning friendly relations
and co-operation among states in accordance with the
charter of united nations) 24 okteber 1970.
2) Bahan
sekunder
yaitu,
bahan-bahan
hukum
yang
memberikan penjelasan mengenai hukum primer, meliputi;
buku-buku referensi hukum, artikel-artikel baik dari majalah,
surat kabar, laporan maupun internet yang berkaitan dengan
Penyelesaian Sengketa Wilayah Kashmir Antara India dan Pakistan Ditinjau dari Segi Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional
Eldi Fahrudin
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
12
mekanisme
dan
cara-cara
penyelesaian
sengketa
internasional.
3) Bahan hukum tertier yaitu, bahan-bahan hukum yang
memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan
hukum
primer
dan
sekunder,
meliputi
kamus
dan
ensiklopedia yang berkaitan dengan penyelesaian sengketa
internasional.
4. Analisis Data
Seluruh
data
yang
telah
diperoleh
dianalisis
dengan
menggunakan metode analisis normatif kualitatif. Normatif karena
penelitian bertitik-tolak dari peraturan-peraturan hukum yang ada
sehingga merupakan norma hukum positif, sedangkan kualitatif
yaitu data yang diperoleh kemudian diuraikan secara deskriptif
sehingga tidak menggunakan rumus matematis jadi hanya dari
penggambaran kata-kata yang akan diuraikan secara jelas dan
sistematis.
5. Cara penarikan kesimpulan
Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan
logika induktif, artinya metode dalam menarik kesimpulan yang
bersifat umum dari pernyataan-pernyataan yang sifatnya khusus.
Metode ini dilakukan dengan cara menganalisis pengertian atau
konsep-konsep umum antara lain mengenai ketentuan hukum yang
mengatur mengenai sengketa menurut hukum internasional, serta
upaya-upaya penyelesaian konflik India dan Pakistan menurut
hukum penyelesaian sengketa internasional.
Penyelesaian Sengketa Wilayah Kashmir Antara India dan Pakistan Ditinjau dari Segi Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional
Eldi Fahrudin
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
13
F. Kerangka konsepsional
Konsep yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
cara penyelesaian melalui PBB seperti dimuat dalam pasal 1 piagam
PBB, tujuan utama PBB adalah menciptakan perdamaian dan
keamanan internasional. PBB juga mendorong agar sengketasengketa diselesaikan melalui cara-cara penyelesaian secara damai.
Dewan keamanan, majelis umum dan sekretariat PBB adalah organ
PBB
yang
berperan
penting
dalam
menyelesaikan
masalah
persengketaaan internasional secara damai. Wewenang Dewan
Keamanan salah satunya adalah mempertimbangkan suatu masalah
atas permintaan Majelis umum, suatu negara anggota atau sekretaris
jenderal. Dewan Keamanan juga mempunyai wewenang untuk
memungut
suara
terbanyak
untuk
memutuskan
apakah
untuk
menempatkan masalah tertentu pada agendanya, dan juga berwenang
untuk mempertimbangkan suatu sengketa.
Majelis
Umum
berwenang
untuk
membicarakan
dan
merekomendasi hal yang luas, kemudian membicarakan meliputi
segala soal atau hal yang termasuk dalam ruang lingkup Piagam.
Dewan keamanan dan majelis umum menjalankan kewenangan yang
ekstensif
untuk
membuat
rekomendasi mengenai penyelesaian
masalah yang terjadi diantara para pihak yang bersengketa. Aktivitas
lain yang melibatkan Dewan Keamanan dan Majelis Umum secara
ekstensif ialah penemuan fakta dan dalam berbagai kesempatan
kedua badan tersebut telah menjalankan wewenangnya untuk
membentuk organ tambahan untuk tujuan ini.
Tugas Sekretaris Jenderal adalah untuk menyelidiki kemungkinan
penyelesaian yang diberikan oleh Majelis Umum. Tugas lainnya yang
merupakan tugas yang paling penting yaitu organisasi dan administrasi
operasi pemeliharaan perdamaian PBB.
Penyelesaian Sengketa Wilayah Kashmir Antara India dan Pakistan Ditinjau dari Segi Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional
Eldi Fahrudin
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
14
BAb VI piagam PBB (Pacific Settlement Of Disputes) atau
penyelesaian sengketa secara damai, pasal 33-38) menguraikan lebih
lanjut langkah-langkah damai yang harus dilakukan oleh negaranegara anggotanya guna penyelesaian secara damai. Berkaitan
dengan itu, PBB memiliki berbagai cara yang terlembaga piagam PBB.
Di samping itu, PBB memiliki cara-cara informal tang lahir dan
berkembang dari praktik-praktik PBB (yaitu pelaksanaan tugas PBB).
Cara-cara ini digunakan dan diterapkan dalam menyelesaiakan
sengketa yang timbul di antara negara-negara anggotanya.
Piagam PBB memberikan ketentuan-ketentuan mengenai langkahlangkah apa yang harus di ikuti oleh Negara, baik sebagai anggota
maupun bukan anggota PBB apabila mereka terlibat didalam suatu
perselisihan. Negara-negara tersebut mempunyai kewajiban untuk
menyelesaikan setiap perselisihan yang timbul di antara mereka
secara damai. Dalam hal terjadi suatu perselisihan, sebelum
mengajukan ke PBB, para pihak wajib mencari penyelesaian melalui
perundingan,
pernyataan,
perantara,
perujukan,
arbitrasi,
penyelesaaian secara hukum dan mengambil jalan melalui badan atau
pengatur regional atau dengan jalan damai lainnya menurut pilihan
mereka.
Apabila perselisihan itu sedemikian rupa tidak dapat diselesaikan
maka pihak-pihak yang bersengketa atau setiap anggota PBB atau
melalui sekertaris Jendral PBB dapat mengajukan masalah ke Dewan
Keamanan atau Majelis Umum PBB untuk menjadi perhatian badanbadan utama tersebut. Mengingat cara-cara penyelesaian perselisihan
secara damai yang bersifat tradisional dan disusun dalam pasal 33
piagam PBB merupakan upaya dasar bagi proses penyelesaian, baik
dalam kerangka maupun diluar kerangka PBB, maka jelaslah bahwa
setiap upaya dibenarkan.19
19
Sumaryo Suryokusumo, Studi Kasus Hukum Organisasi Internasional, (Bandung:
Alumni, 1993), h. 187-188.
Penyelesaian Sengketa Wilayah Kashmir Antara India dan Pakistan Ditinjau dari Segi Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional
Eldi Fahrudin
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
15
Jika pihak-pihak yang berselisih gagal untuk menyelesaikan
perselisihan dengan cara-cara yang dipilih mereka sendiri, maka
Dewan Keamanan (DK) dapat memberikan rekomendasi mengenai
syarat-syarat penyelesaian sedemikian rupa yang dianggap layak
(pasal 37 piagam PBB ).20
PBB sebagai subyek hukum internasional, dalam menjalankan
fungsinya
dipergaulan
internasional
dilakukan
oleh
alat-alat
perlengkapan utama PBB. Pasal 7 menyebutkan alat perlengkapan
utama PBB yaitu:21
1. Majelis umum.
2. Dewan keamanan.
3. Dewan ekonomi dan sosial.
4. Dewan perwalian.
5. Mahkamah internasional.
6. Sekretariat
G. Sistematika Penulisan
Penelitian yang dituangkan dalam bentuk skripsi ini dibuat dengan
sistematika sebagai berikut:
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini memberikan informasi yang bersifat umum dan
menyeluruh yang meliputi latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
kerangka
konsepsional,
metode
penelitian
dan
sistematika penulisan.
20
Ibid, h. 194.
Sri Setianingsih Suwardi, Op, Cit, h. 43.
21
Penyelesaian Sengketa Wilayah Kashmir Antara India dan Pakistan Ditinjau dari Segi Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional
Eldi Fahrudin
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
16
BAB II
ASPEK MENGENAI MEKANISME PENYELESAIAN
SENGKETA INTERNASIONAL
Pada bab ini akan diuraikan hasil kajian pustaka berupa
penelusuran
literatur
mekanisme
dan
yang
cara-cara
dilakukan
mengenai
penyelesaian
sengketa
internasional.
BAB III
DATA
YURIDIS
SENGKETA
KASHMIR
DALAM
PERSPEKTIF INDIA DAN PAKISTAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai sengketa atau
konflik apa saja yang terjadi di wilayah Kashmir antara
India dan Pakistan.
BAB IV
ANALISIS TERHADAP PENYELESAIAN SENGKETA
WILAYAH KASHMIR ANTARA INDIA DAN PAKISTAN
DITINJAU
DARI
SEGI
HUKUM
PENYELESAIAN
SENGKETA INTERNASIONAL
Pada bab ini akan dibahas mengenai apa persoalan
sesungguhnya yang terjadi antara India dan Pakistan
dalam
masalah
Kashmir,
serta
cara
penyelesaian
sengketa Kashmir antara India dan Pakistan ditinjau dar
segi hukum penyelesaian sengketa internasional.
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini akan disampaikan kesimpulan-kesimpulan
sebagai hasil dari analisis permasalahan hukum yang
diteliti
dan
saran-saran
dari
hasil
penelitan
yang
dilakukan.
Penyelesaian Sengketa Wilayah Kashmir Antara India dan Pakistan Ditinjau dari Segi Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional
Eldi Fahrudin
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
Download