PENAGIHAN PAJAK HOTEL DI KOTA MAKASSAR SESUAI PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2010 OLEH: MUH BAYU SUPRIYADI B12113352 FAKULTAS HUKUM PRODI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017 HALAMAN JUDUL PENAGIHAN PAJAK HOTEL DI KOTA MAKASSAR SESUAI PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan sebagai Tugas Akhir dalam Rangka Penyelesaian Studi Sarjana pada Program Studi Hukum Administrasi Negara OLEH: MUH BAYU SUPRIYADI B12113352 FAKULTAS HUKUM PRODI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017 i ii iii iv ABSTRAK MUH BAYU SUPRIYADI (B12113352), “PENAGIHAN PAJAK HOTEL DI KOTA MAKASSAR SESUAI PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2010.”, Di bawah bimbingan M. Djafar Saidi sebagai Pembimbing I dan Romi Librayanto sebagai Pembimbing II. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perbuatan hokum pemerintah dalam penagihan pajak hotel di kota Makassar dan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perbutan hukum pemerintah dalam penagihan pajak hotel di kota Makassar. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Makassar Adapun yang menjadi lokasi penelitian adalah dinas pendapatan daerah kota Makassar. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan wawancara langsung dengan narasumber pada lokasi penelitian yang kompeten dan relevan dengan topik yang diajukan kemudian data dianalisis secara kualitati, yaitu mengungkapkan dan memahami kebenaran masalah serta pembahasan dengan menafsirkan data yang diperoleh kemudian menuangkannya dalam bentuk kalimat yang tersusun secara rinci dan sistematis. Hasil penelitian berdasarkan pemarapan narasumber menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan penagihan pajak hotel bentuk perbuatan hukum yang dilakukan oleh pemerintah daerah kota Makassar dalam melakukan penagihan pajak hotel adalah memberikan surat teguran kepada wajib pajak yang masih memiliki utang pajak dan hal ini sesuai dengan peraturan yang ada tetapi dalam proses penagihan pejabat pajak tidak melakukan penagihan dengan seketika sekaligus, mengeluarkan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melakukan penyitaan, dan lelang kepada wajib pajak yang telah diberikan surat teguran dan belum membayarkan utang pajaknya hal ini tidak sesuai dengan peraturan ada, Faktor-faktor yang mempengaruhi pemerintah dalam pelaksanaan penagihan pajak hotel adalah faktor penegak hukum, faktor kaidah hukum serta faktor masyarakat, dan sarana dan fasilitas. v KATA PENGANTAR Alhamdulillah segala puji bagi ALLAH SWT yang senantiasa melimpahkan berkah rahmat nikmat serta rezeki yang tiada hentinya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi berjudul: “Penagihan Pajak Hotel di Kota Makassar Sesuai Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2010”. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua, M.Yahya, S.E dan Hj. Rachmatiyah serta kakak saya, Andriyani Yahya, Rifky Afriady, Rizky Oktavianty, dan Ayu Nurbiyanti. Mereka adalah orang orang yang menjadi semangat bagi penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik dan tepat waktu. Dan kepada para pembimbing Bapak Prof. Dr. M Djafar Saidi, S.H.,M.H. selaku pembimbing I dan Bapak Dr.Romi Librayanto, S.H.,M.H. selaku pembimbing II serta para penguji, Bapak Prof. Dr. M. Yunus Wahid, S.H.,M.Si., Bapak Ruslan Hambali, S.H.,M.H., Bapak Zulfan Hakim, S.H.,M.H. penulis mengucapkan banyak terima kasih atas waktu yang telah diluangkan untuk memberikan kritik, masukan, bimbingan serta arahan kepada penulis. Penulis juga menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada: 1. Ibu Prof.Dr. Dwia Aries Tina Palubuhu, M.A, selaku Rektor Universitas Hasanuddin dan jajarannya. vi 2. Ibu Prof.Dr. Farida Pattitingi, S.H.,M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin dan jajarannya 3. Bapak Prof. Dr. Achmad Ruslan, S.H.,M.H. selaku Ketua Prodi Hukum Administrasi Negara. 4. Teman-teman Prodi Hukum Administrasi Negara angkatan 2013 5. Teman-teman RSN yang selalu menyemangati Juli Asman, Yusran Yusrizal, Lail Ramadhani, Aqsha, Nizar, Amel, Iin dan Andini 6. Teman-teman Geng Battle yang selalu ada di saat penulis menempuh pendidikan di fakultas hukum Indra, Vian Cakra, Rizky Amalia Arsyad, Nur Fatwa Bahar, Syamsud Duha, Nurfalila Quraeni, Aqisyah Rifdaeni, Andhika Andhyaksa dan Nurfadjrin Gabriella. 7. Teman-teman seperjuangan semasa kuliah Fadel Muhammad, Seno, Try Fatur Rahman, A. Adi Surya, Agung wijaya dan seluruh temanteman prodi HAN yang penulis tidak sebutkan satu persatu. 8. Teman-teman KKN Reguler Gel.93 Desa Citta, Kecamatan Citta Kabupaten Soppeng 9. Kepala Bidang I Dinas Pendapatan Daerah, Bapak Husni Mubarak, S.E terima kasih atas segala bantuannya selama proses penelitian yang penulis lakukan di Dinas Pendapatan Daerah. 10. Kepada narasumber Bapak D’Stevano dan Ibu Elis terima kasih atas segala bantuannya kepada penulis. 11. Semua pihak secara langsung maupun tidak langsung telah membantu hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih penulis vii ucapkan yang sebesar-besarnya 12. Dan terakhir Kepada Selynda Permatasari yang selalu menemani dan menyemangati di saat penulis menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi Penulis dan para pembaca pada umumnya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik dalam bentuk penyajian maupun dalam bentuk penggunaan bahasa karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh penulis. Maka dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik, saran, ataupun masukan yang bersifat membangun dari berbagai pihak guna mendekati kesempurnaan skripsi ini karena keterbatasan milik manusia dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua orang yang membacanya. Demikianlah kata pengantar yang penulis paparkan atas sengala ucapan yang tidak berkenan dari skripsi ini penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya WassalamuAlaikum Warahmatullahi Wabarakatu Makassar, 26 April 2017 Muh Bayu Supriyadi viii DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ...................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................... ii HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ............................................. iii HALAMAN PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI .......... iv ABSTRAK ....................................................................................... v KATA PENGANTAR ....................................................................... vi DAFTAR ISI .................................................................................... ix BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1 A. Latar Belakang ................................................................ 1 B. Rumusan Masalah .......................................................... 8 C. Tujuan Penulisan ............................................................ 8 D. Manfaat Penulisan .......................................................... 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 10 A. Pendapatan Asli Daerah ................................................. 13 B. Pajak dan Hukum Pajak .................................................. 13 1. Pengertian Pajak ......................................................... 14 2. Pengertian dan Ruang lingkup Hukum Pajak .............. 15 3. Timbulnya Utang Pajak ................................................ 18 4. Berakhirya Utang Pajak ............................................... 21 C. Pajak Hotel ..................................................................... 25 1. Pengetian Pajak Hotel ............................................... 25 ix 2. Dasar Hukum Pajak Hotel ......................................... 26 3. Subjek Pajak Hotel .................................................... 26 4. Wajib Pajak Hotel ...................................................... 27 5. Objek Pajak Hotel ...................................................... 27 6. Bukan Objek Pajak Hotel ........................................... 28 D. Penagihan Pajak Hotel .................................................... 29 1. Pengertian Penagihan Pajak ..................................... 29 2. Pejabat yang berwenang dalam penagihan ............... 29 3. Dasar Penagihan Pajak ............................................. 30 4. Tata Cara Penagihan................................................. 33 5. Instrumen dalam Penagihan ...................................... 37 E. Perbuatan Hukum Pemerintah ......................................... 38 F. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perbuatan Hukum Pemerintah dalam Penagihan Pajak Daerah .................. 39 1. Faktor kaidah Hukum ................................................. 40 2. Faktor Penegakan Hukum ......................................... 41 3. Faktor sarana dan fasilitas pendukung ...................... 41 4. Faktor Masyarakat ..................................................... 42 5. Faktor Kebudayaan ................................................... 43 G. Pengawasan .................................................................... 43 BAB III METODE PENELITIAN....................................................... 46 A. Lokasi Penelitian ............................................................. 46 B. Jenis dan Sumber Bahan Hukum .................................... 46 x C. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 47 D. Analisis ............................................................................ 48 BAB IV HASIL PENILITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 49 A. Gambaran Umum .................................................................. 49 B. Perbuatan Hukum yang Dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam Melakukan Penagihan Pajak Hotel ............................. 49 C. Faktor yang mempengaruhi Perbuatan Hukum Pemerintah Daerah dalam Penagihan Pajak Hotel di Kota Makassar ..... 55 BAB V PENUTUP ............................................................................ 59 A. Kesimpulan ........................................................................... 59 B. Saran..................................................................................... 60 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 61 LAMPIRAN xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran negara dewasa ini tidak hanya sekedar menjamin keamanan atau memberikan perlindungan bagi warga negaranya. Negara juga dituntut untuk memberikan kesejahteraan bagi warga negaranya atau yang dikenal dengan konsep “welfare state” atau negara hukum materiil. Dalam negara hukum materiil ini, negara memiliki tanggung jawab dalam hal peningkatkan kesejahteraan warga negaranya. Hal ini tidak terlepas dari tujuan dibentuknya negara itu sendiri. Plato dalam karyanya The Republik mengemukakan bahwa negara timbul karena adanya kebutuhan-kebutuhan warga negara. Maka untuk memenuhi kebutuhan itu dibentuklah negara.1 Dalam Pasal 1 Ayat (3) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 menegaskan Indonesia adalah Negara Hukum. Sebagai negara hukum Indonesia merupakan negara yang menganut paham kedaulatan rakyat karena pemerintah memiliki kewajiban untuk mendukung terciptanya kesejahteraan umum sesuai dengan tujuan Negara sebagaimana tercantum pada alinea ke-4 Pembukaan Undangundang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 sebagai berikut: Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara 1 Aminuddin Ilmar, 2012, Hak Menguasai Negara dalam Privatisasi BUMN, Kencana, Jakarta, hal. 10-11. 1 Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam rangka pelaksanaan kewajibannya, sebagai Negara kesejahteraan umum maka pemerintah memiliki sejumlah wewenang untuk mengurus kepentingan umum. Salah satu wewenang pemerintahan tersebut yaitu di bidang perpajakan. Berkaitan dengan pajak, konsekuensi sebagai negara hukum kesejahteraan modern adalah pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan Undang-undang. Hal ini secara tegas diatur dalam Pasal 23A Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai hukum dasar yang 2 harus ditaati oleh negara dalam pengenaan, pemungutan, dan penagihan pajak.2 Kepastian hukum sebagai tujuan hukum pajak dapat diterapkan dalam hal penagihan pajak maupun dalam penyelesaian sengketa pajak.3 Oleh karena itu ketentuan mengenai pajak diatur dalam berbagai Peraturan Perundang-undangan . Definisi pajak berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 Undang-undang Nomor 16 tahun 2009 tentang perubahan keempat atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yakni pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Sebagaimana penagihan pajak merupakan rangkaian dari pemungutan pajak yang di atur dalam Pasal 1 Angka 49 Undangundang Nomor 28 Tahun 2009, menetapkan bahwa pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak atau retribusi, penentuan besarnya pajak atau retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan pa jak atau retribusi kepada Wajib Pajak atau Wajib Retribusi serta pengawasan penyetorannya. 2 Muhammad Djafar Saidi, Perlindungan Hukum Wajib Pajak dalam Penyelesaian Sengketa Pajak, Rajawali Pers, Jakarta, 2008, Hal.2-3 3 Muhammad Djafar Saidi, Pembaruan Hukum Pajak, Rajawali Pers, Jakarta, hal.22 3 Menurut Charizi Nasuha menyatakan bahwa : 4 intensif tidaknya pemungutan (Self Assessment) dapat diukur melalui tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam menjalankan kewajiban pajaknya, dimana ada beberapa aspek yang menjadi tolak ukur yakni aspek pskologis dan aspek yuridis. Aspek psikologis lebih melihat kepada sampai sejauh mana aparat pajak dalam melakukan tugasnya sebagai penyuluh, pelayan, dan pengawas. Kemudian penagihan pajak diatur dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Pasal 1 Angka 9 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000 menegaskan bahwa penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan cara menengur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan dan menjual barang yang telah disita. Pengenaan pajak di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi (dua) bagian, yaitu pajak pusat dan pajak daerah.5 Di tingkat daerah, pajak merupakan salah satu pendapatan daerah yang kontribusinya di gunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat di daerah hal ini sesuai Pasal 1 Angka 10 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 yang menegaskan pajak daerah adalah kontribusi wajib 4 Chaizi Nasuha, Reformasi Administrasi Publik: Teori dan Praktik. Penerbit PT Grasindo, Jakarta, 2004, Hal.2 5 Buku Panduan Hak dan Kewajiban Wajib Pajak, hal. 4. 4 kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, mendapatkan imbalan secara langsung dan dengan digunakan tidak untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sementara itu di kota Makassar mengenai pajak daerah diatur dalam Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2010 tentang pajak daerah kota Makassar. Pajak daerah yang di pungut oleh pemerintah daerah Kota Makassar adalah sebagai berikut : Jenis Pajak kabupaten/kota terdiri atas: a. Pajak Hotel; b. Pajak Restoran; c. Pajak Hiburan; d. Pajak Reklame; e. Pajak Penerangan Jalan; f. Pajak Parkir; g. Pajak Air Tanah; h. Pajak Sarang Burung Walet; i. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan j. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Berhubung dengan jenis pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah Kota Makassar ternyata pajak hotel merupakan bagian yang dipungut. Hal ini sangat berpengaruh pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Makassar dari tahun 2009 sampai tahun 2013 5 mencapai Rp. 627,241,924,947 dan dalam hal ini pajak hotel menyumbang sebesar Rp. 175,180,195,004. Angka ini menunjukkan hasil yang cukup baik dalam upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Makassar karena dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 terus mengalami peningkatan dalam realisasi target Pajak Hotel di Kota Makassar, sehingga menunjang penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di kota Makassar ini menandakan efektivitas Pemerintah Daerah dalam pemungutan pajak hotel cukup baik, sehingga pajak hotel menjadi salah satu sektor penting dalam meningkatan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di kota Makassar. 6 Kemudian pada tahun 2013-2015 target PAD mengenai pajak hotel di kota Makassar terus mengalami peningkatan begitu juga kontribusi pajak hotel dalam hal target dan realisasi, dapat dilihat dari table berikut : KONTRIBUSI PAJAK HOTEL TAHUN PAD ANGGARAN PAJAK HOTEL (Rp) 2013 44.517.581.343 612.056.765.277 7.27 2014 47.300.514.159 655.362.121.023 7.21 2015 50.128.251.234 709.962.895.492 7.24 (%) (Rp) Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar 6 Wahyudin Pawiloi, Analisis Kontribusi Pajak Reklame dan Pajak Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Makassar, Skripsi, Sarjana Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar, 2014. hal.50-51,67 6 Akan tetapi dalam pelaksanaan penagihan pajak masih terdapat kasus dugaan Jurusita Pajak yang tidak sesuai dengan Peraturan. Salah satu contoh yang ada di kota Sukabumi dimana KPP Pratama Sukabumi sedang melakukan penagihan pajak atas utang pajak Hotel Melia sebesar Rp1,5 milyar rupiah. Jurusita Pajak memberitahukan Surat Paksa kepada orang yang dijumpai di hotel, tanpa menanyakan identitasnya terlebih dahulu. Atas pelaksanaan Surat Paksa tersebut Jurusita melakukan pemblokiran rekening Wajib Pajak yang terdapat di Bank. Wajib Pajak melakukan gugatan atas pelaksanaanya Surat Paksa tersebut kepada Pengadilan Negeri karena menurut wajib pajak tidak sesuai dengan posedur atau tata cara yang telah diatur dalam ketentuan Peraturan Perundang-undangan perpajakan.7 Sedangkan di kota Makassar dalam penagihan pajak hotel masih ada tindakan pemerintah yang tidak sesuai dengan peraturan dimana pada tahun 2013 dalam Penyitaan terhadap wajib pajak hotel Mercure Pemerintah kota Makassar melakukan penyitaan yang dilaksanakan oleh Satuan Polisi Pamong Praja seharusnya yang melakukan penyitaan yaitu pejabat pajak bukannya Satpol PP.8 Berdasarkan contoh kasus diatas maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai perbuatan hukum dalam penagihan pajak apakah tindakan hukum pemerintah kota Makassar dalam hal penagihan pajak 7 Muhammad Syaroni, Kasus-kasus penagihan pajak, http://muhammadsyaroni.blogspot.co.id/2010/12/contoh-kasus-kasus-penagihanpajak.html?m=1, pada tanggal 8 november 2016,pada pukul 22.36 WITA 8 Tribun Timur, 24 Agustus 2013, hal. 15 7 sudah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan maka penulis tertarik dengan mengambil judul: “PENAGIHAN PAJAK HOTEL DI KOTA MAKASSAR SESUAI PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2010”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana bentuk perbuatan hukum yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kota Makassar dalam melakukan penagihan pajak hotel di kota Makassar ? 2. Faktor yang mempengaruhi perbuatan hukum Pemerintah Daerah Kota Makassar dalam penagihan pajak hotel di kota Makassar ? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan di atas, yaitu: 1. Untuk mengetahui bentuk perbuatan hukum yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kota Makassar dalam penagihan pajak hotel di kota Makassar. 2. Untuk mengetahui Faktor yang mempengaruhi Pemerintah Daerah Kota Makassar dalam penagihan pajak hotel di kota Makassar. 8 D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan, terutama di bidang perpajakan mengenai perbuatan hukum pemerintah daerah dalam penagihan pajak hotel dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kota Makassar dan juga sebagai acuan atau dasar bagi penelitian-penelitian mendatang. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan daerah bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah (Pasal 6 Ayat (1)). PAD bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi. Dalam upaya meningkatkan PAD, daerah dilarang menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi dan menetapkan Peraturan Daerah tentang pendapatan yang menghambat mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antardaerah, dan kegiatan impor/ekspor. Berikut di bawah ini penjelasan mengenai sumber-sumber pendapatan asli daerah berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah yakni: 9 1. Dana Perimbangan Menurut Pasal 1 Angka 19 Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004, yang dimaksud dengan dana perimbangan dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk menandai 9 Sirajuddin dkk., Hukum Administrasi Pemerintahan Daerah, Setara Pres, Malang, 2016, Hal. 110116 10 kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan, sesuai Pasal 10 Ayat (1), yang merupakan pendanaan daerah yang bersumber dari APBN terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). 2. Dana Bagi Hasil Menurut Pasal 11 Ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004, Dana Bagi Hasil (DBH) dana dari pendapatan APBN yang dibagi hasilkan kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu, bersumber dari pajak dan sumber daya alam. DBH yang bersumber dari pajak terdiri atas pajak bumi dan bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Pajak penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Negeri dan PPh Pasal 21. 3. Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Umum (DAU) menurut Pasal 1 Angka (21) Undangundang Nomor 33 Tahun 2004, adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antardaerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antardaerah yang dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan kemampuan 11 keuangan antar daerah melalui penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan dan potensi daerah. 4. Dana Alokasi Khusus Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional (Pasal 1 Angka 23 Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004). DAK dimaksudkan untuk membantu membiayai kegiatan-kegiatan khusus didaerah tertentu yang merupakan urusan daerah dan sesuai prioritas Nasional, Khususnya untuk membiayai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat yang belum mencapai standar tertentu atau untuk mendorong percepatan pembangunan daerah (Undang-undang Nomor.33 Tahun 2004). 5. Pendapatan Hibah dan Pendapatan Dana Darurat Disamping PAD dan Dana Perimbangan sebagai sumber “Pendapatan Daerah” Juga terdapat “Lain-lain pendapatan” sebagai sumber penerimaan daerah yang menurut Pasal 23 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 terdiri atas pendapatan Hibah, dan Pendapatan Dana Darurat. Pasal 1 Angka 28 Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 merumuskan bahwa “Hibah adalah penerimaan daerah yang berasal dari pemrintah negara asing, badan/lembaga asing, badan/lembaga internasional, pemerintah, 12 badan/lembaga dalam negeri atau perseorangan, baik dalam bentuk devisa, rupiah maupun barang dan/atau jasa, termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak perlu dibayar kembali. Pada Pasal 44 Ayat (1) Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 disebutkan bahwa “Pendapatan Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 merupakan bantuan yang tidak mengikat”. 6. Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah Pasal 1 Angka 24 Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 merumuskan bahwa “Pinajaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali”. Pinjaman daerah merupakan salah satu sumber pembiayaan yang bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Dalam rangka pinjaman daerah, daerah juga dimungkinkan untuk menerbitkan Obligasi Daerah. Menurut Pasal 1 Angka 25 Undang-u Nomor 33 Tahun 2004 merumuskan bahwa obligasi Daerah adalah pinjaman daerah yang ditawarkan kepada publik melalui penawaran umum dipasar modal. 13 B. Pajak dan Hukum Pajak 1. Pengertian Pajak Pembicaraan mengenai pajak oleh para ahli memiliki masing-masing batasan atau definisi mengenai pajak, tetapi memiliki maksud dan tujuan yang sama. Sebagai sumber penerimaan negara yang sangat vital, pajak dapat menyebabkan situasi negara menjadi berubah karena merupakan sesuatu yang utama dalam hal pereekonomian di Indonesia. Pertama, berkurangnya kemampuan individu dalam menguasai sumber daya untuk kepentingan penguasaan barang dan jasa. Kedua, bertambahnya kemampuan keuangan negara dalam penyediaan barang dan jasa publik yang merupakan kebutuhan masyarakat.10 Pajak juga merupakan peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.11 Oleh karena itu pajak merupakan alat yang paling efektif dari kebijakan fiskal untuk menggerakkan partisipasi rakyat kepada Negara.Pajak juga dapat dipandang dari berbagai aspek. Dari sudut pandang ekonomi pajak merupakan alat untuk menggerakkan ekonomi yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 10 Diana Sari, Konsep Dasar Perpajakan, Bandung , PT. Refika Adimata. 2013, Hal. 4 Wirawan B. Ilyas dan Richard Burton, Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta, 2001, hal. 4-5 11 14 2. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pajak Hukum pajak sebagai bagian ilmu hukum memiliki istilah yang berbeda-beda karena penggunaan bahasa yang menjadi penyebabnya. Dalam literarur berbahasa Inggris, hukum pajak disebut tax law, kemudian dalam bahasa Belanda disebut belasting recht. Sementara itu, dalam literatur berbahasa Indonesia digunakan istilah selain hukum pajak juga hukum fiskal. Sebenarnya hukum pajak dengan hukum fiskal memiliki substansi yang berbeda. Hukum pajak hanya sekedar membicarakan tentang pajak sebagai objek kajiannya, sedangkan hukum fiskal meliputi pajak dan sebagian keuangan negara sebagai objek kajiannya. 12 Istilah pajak sering disamakan dengan istilah fiskal, yang berasal dari bahasa latin fiscal yang berarti kantong uang atau keranjang uang. Istilah fiskal yang dimaksud sekarang adalah kas negara sedangkan fiscus disamakan dengan pihak yang mengurus penerimaan negara atau disebut juga administrasi pajak.13 Menurut Muhammad Djafar Saidi, pengertian hukum pajak pada garis besarnya dapat dibagi dalam arti luas dan dalam arti sempit. Hukum pajak dalam arti luas adalah hukum yang berkaitan dengan pajak. Hukum pajak dalam arti sempit adalah seperangkat kaidah hukum tertulis yang mengatur hubungan antara pejabat pajak dengan wajib pajak yang memuat sanksi hokum.14 12 Djafar Saidi, Op.cit, Perlindungan Hukum Wajib Pajak dalam Penyelesaian Sengketa Pajak,hal.1 Ibid, hal 28 14 Ibid, hal 1 13 15 Disamping pengertian hukum pajak tersebut diatas, Rochmat Soemitro mengemukakan hukum pajak ialah suatu kumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara pemerintah sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai pembayar pajak. Lain perkataan, hukum pajak menerangkan:15 1. Siapa-siapa yang menjadi wajib pajak (subjek pajak); 2. Kewajiban-kewajiban mereka terhadap pemerintah; 3. Hak-hak pemerintah; 4. Cara penagihan; 5. Cara pengajuan keberatan dan sebagainya. Berbeda halnya yang dikemukakan oleh Santoso Brotodiharjo bahwa hukum pajak yang juga disebut hukum fiskal adalah keseluruhan peraturan-peraturan yang meliputi wewenang pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan menyerahkannya kembali kepada masyarakat dengan melalui kas negara, sehingga ia merupakan bagian dari hukum publik, yang mengatur hubungan-hubungan hukum antara negara dan orang-orang atau badan-badan (hukum) yang berkewajiban membayar pajak (selanjutnya sering disebut wajib pajak).16 Menurut Bohari, pengertian hukum pajak adalah suatu kumpulan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara pemerintah sebagai 15 16 Ibid, hal 2 Ibid. hal 2 16 pemungut pajak dan rakyat sebagai pembayar pajak. Dengan lain perkataan hukum pajak menerangkan:17 1. Siapa-siapa wajib pajak (subjek pajak); 2. Objek-objek apa yang dikenakan pajak (objek pajak); 3. Kewajiban wajib pajak terhadap pemerintah; 4. Timbul dan hapusnya utang pajak; 5. Cara penagihan pajak, dan 6. Cara mengajukan keberatan dan banding pada peradilan pajak Hukum pajak sebagai bagian dari ilmu hukum memiliki ruang lingkup muatan materi yang terkandung di dalamnya. Dari segi muatan materi, hukum pajak dibedakan atas 2 bagian yaitu:18 1. Hukum Pajak Materiil Hukum pajak materiil adalah kumpulan kaidah hukum yang mengatur tentang keadaan-keadaan, perbuatan-perbuatan, dan peristiwa-peristiwa hukum yang terkait dengan objek pajak, subjek pajak, wajib pajak, dasar pengenaan pajak, tarif pajak, masa pajak, dan tahun pajak. Kaidah hukum pajak materiil dapat ditemukan dalam berbagai Undang-undang, misalnya, secara keseluruhan kaidah hukum materiil terdapat dalam UU PPh, dan UU PPN serta sebagian hanya dalam UU KPB, UU CK, UU BM, dan UU PDRD, karena juga berisikan kaidah hokum formal. Dalam arti ialah ada percampuran antara kaidah hukum materiil dengan kaidah hukum formal dalam Undang-undang Pajak tersebut. 2. Hukum Pajak Formal Hukum pajak formal adalah kumpulan kaidah hukum yang mengatur tentang bagaimana cara melaksanakan dan mempertahankan hokum pajak materiil. Sebenarnya hukum pajak formal berupaya untuk menjamin agar kaidah hukum pajak materiil ditegakkan. Kaidah hukum pajak formal dapat ditemukan secara 17 Bohari, Pengantar Hukum Pajak, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012, hal. 29. Djafar Saidi, Op.cit, Perlindungan Hukum Wajib Pajak dalam Penyelesaian Sengketa Pajak, hal. 23-25 18 17 keseluruhan dalam UU KUP dan sebagian hanya terdapat dalam UU KPB, UU CK, UU BM, serta UU PDRD. Hal ini disebabkan karena Undang-undang Pajak tersebut berisikan pula ketentuan hukum pajak materiil. 3. Timbulnya Utang Pajak Setiap wajib pajak hotel memiliki keharusan untuk membayar sejumlah uang yang telah ditetapkan berdasarkan jenis pajak tersebut. Sementara itu, apabila wajib pajak hotel tidak membayarkan kewajibannya sebagai wajib pajak maka akan menimbulkan utang pajak. Adapun pngertian utang pajak menurut Rochmat Soemitro19 yakni: “utang yang munculnya secara khusus karena Negara (kreditur) terikat dan tidak dapat memilih secara bebas siapa yang akan dijadikan debiturnya” Megenai timbulnya utang pajak terdapat perbedaan pendapat atau persepsi di kalangan ahli hukum pajak karena sudut pandang yang dijadikan sebagai pokok bahasan yang berbeda pula. Perbedaan itu sebagai wacana terbaik dalam perkembangan hukum pajak di masa kini maupun di masa datang. Perbedaan pendapat atau persepsi mengenai timbulnya utang pajak dikategorikan sebagai salah satu sumber hukum pajak yang berada pada tataran doktrin di kalangan para ahli hukum pajak sepanjang pendapat tersebut diterima sebagai suatu perkembangan positif di bidang perpajakan.20 19 http://aanwakhidansori.blogspot.co.id/2010/01/utang-pajak.html Djafar Saidi, Op.cit, Perlindungan Hukum Wajib Pajak dalam Penyelesaian Sengketa Pajak, hal.167 20 18 Menurut Santoso Brotodiharjo bahwa :21 Timbulnya utang pajak tidaklah selalu diyatakan dengan terang di dalam Undang-undangnya, pada saat manakah terjadi suatu utang pajak melainkan dicurahkannyalah semua perhatian kepada timbulnya keharusan untuk membayarnya. Demikian itu adalah karena dalam praktik sehari-hari, saat yang disebut ini jauh lebih penting. Terdapat dua teori timbulnya utang pajak yang sangat memperoleh perhatian di kalangan ahli hukum pajak untuk dikaji berdasarkan hukum pajak sehingga boleh menunjang pengembangan hukum pajak di masa kini dan mendatang, yaitu:22 a. Teori Materiil Menurut P.J.Adriani Utang pajak bahwa : Timbul karena Undang-undang pajak telah memenuhi syarat tatbestand yang terdiri dari keadaan-keadaan, peristiwaperistiwa, atau perbuatan-perbuatan tertentu sehingga tidak memerlukan campur tangan pejabat pajak untuk menerbitkan surat ketetapan pajak. Keberadaan surat ketetapan pajak hanya sekedar untuk melakukan penagihan pajak dan tidak menimbulkan utang pajak, melainkan hanya karena memenuhi syarat tatbestand yang terdapat dalam Undangundang Pajak. Berdasarkan teori materiil, surat ketetapan pajak memiliki fungsi sebagai berikut: 1. Dasar penagihan pajak; dan 2. Menentukan jumlah utang pajak. Kelemahan teori materiil ini adalah bahwa pada saat utang pajak itu timbul tidak diketahui dengan pasti, atau belum diketahui 21 22 Ibid. hal.167 Ibid.hal.167 19 dengan pasti berapa besarnya utang pajak, karena kebanyakan wajib pajak tidak memahami dan menguasai ketentuan Undangundang Pajak sehingga kurang mampu menerapkannya. b. Teori Formal Menurut Mr. Steinmetz utang pajak bahwa : Timbul karena perbuatan hukum dari pejabat pajak yang bertugas mengelola pajak pusat atau pajak daerah yang menerbitkan surat ketetapan pajak terhadap wajib pajak. Berdasarkan teori formal surat ketetapan pajak memiliki fungsi sebagai berikut: 1. Menimbulkan utang pajak; 2. Dasar penagihan pajak; 3. Menentukan jumlah pajak yang terutang. Keuntungan dari teori formal adalah pada saat utang pajak timbul karena yang menentukan besarnya pajak itu adalah pejabat pajak yang bertugas mengelola pajak pusat atau pajak daerah yang menguasai ketentuan-ketentuan Undang-undang Pajak. Kelemahan teori formal ini adalah bahwa besar sekali kemungkinannya utang pajak ditetapkan tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan bahwa teori formal ini tidak dapat diterapkan terhadap pajak tidak langsung karena pajak tidak langsung tidak menggunakan surat ketetapan pajak. 20 4. Berakhirnya Utang Pajak Sebagaimana telah dikemukakan dalam buku Muhammad Djafar Saidi bahwa timbulnya utang pajak bukan hanya telah dipenuhinya tatbestand, tetapi juga karena perbuatan hukum dari pejabat pajak. Perbuatan hukum yang dilakukan oleh pejabat pajak yang bertugas mengelola pajak pusat atau pajak daerah tersebut adalah menerbitkan surat ketetapan pajak atau surat tagihan pajak sebagaimana ditentukan dalam Undang-undang Pajak. Demikian pula halnya bagi berakhirnya utang pajak karena berbagai sarana hukum yang tersedia dalam Undang-undang Pajak. UU KUP maupun Undang-undang Pajak lainnya menetapkan berbagai cara yang dilakukan untuk mengakhiri utang pajak, antara lain:23 a. Pembayaran Menurut Muhammad Djafar Saidi pengertian pembayaran adalah :24 Perbuatan hukum yang dilakukan oleh wajib pajak, penanggung pajak, atau kuasa hukumnya untuk mengakhiri utang pajaknya dengan cara membayar dalam bentuk sejumlah uang ke kas negara. Dalam hubungan ini Santoso Brotodihardjo mengemukakan bahwa dalam hubungan dengan hukum pajak yang dimaksud ialah pembayaran dengan mata uang, bahkan lebih tegas lagi, dengan mata uang dari negara yang memungut pajak ini, jadi untuk negara 23 24 Ibid.hal 173 Ibid.hal 174 21 kita dengan rupiah karena jumlah utang pajak ditentukan dalam mata uang rupiah pula. b. Pembayaran dengan cara lain Menurut Muhammad Djafar Saidi bahwa pelunasan pajak tidak selalu dilakukan dengan cara membayar dalam bentuk uang, tetapi Undang-undang Pajak memperkenankan pembayaran dengan cara lain. Dalam arti, pembayaran yang digunakan oleh wajib pajak bukan dalam bentuk uang melainkan dengan cara suatu perbuatan hukum yang diperkenankan dalam hukum pajak. Dengan demikian, pembayaran dengan cara lain (tidak menggunakan uang sebagai alat bayar) tidak merupakan suatu pelanggaran hukum karena diperkenankan oleh Undang-undang Pajak25. c. Kompensasi Menurut Muhammad Djafar Saidi bahwa hukum pajak mengenal pula cara lain untuk berakhir utang pajak dalam bentuk kompensasi, yang dilakukan oleh wajib pajak dengan pejabat pajak yang bertugas mengelola pajak pusat atau pejabat pajak yang bertugas mengelola pajak daerah selaku penagih pajak. Kelebihan pembayaran pajak dapat terjadi karena disebabkan oleh berbagai hal, seperti pembayaran perubahan pajak, Undang-undang adanya pemberian Pajak, kekeliruan pengurangan, dan sebagainya. Oleh karena itu, kelebihan pembayaran pajak adalah 25 Ibid.hal 175 22 hak wajib pajak dan dapat dikreditkan. Setelah wajib pajak memperhitungkan kredit pajak dengan utang pajak yang timbul, ternyata terdapat kelebihan pembayaran pajak yang dapat di kompensasi dengan utang pajak yang timbul di masa mendatang26. d. Peniadaan Menurut Rochmat Soemitro bahwa pajak yang terutang hanya dapat ditiadakan, karena alasan tertentu, umpamanya karena sawah kena musibah bencana alam (banjir, serangan hama, dan sebagainya) atau karena dasar penetapannya tidak benar. Dengan peniadaan utang ini maka perikatan pajak menjadi berakhir, sehingga wajib pajak tidak lagi mempunyai kewajiban membayar pajak yang terutang. Peniadaan utang pajak hanya dapat terjadi karena berdasarkan permohonan wajib pajak yang dikabulkan oleh pejabat pajak yang bertugas mengelola pajak pusat atau pajak daerah dapat berupa sebagai berikut : 27 1. Peniadaan sebagian utang pajak, adalah perbuatan hukum oleh pejabat pajak yang bertugas mengelolah pajak pusat atau pajak daerah untuk melakukan pengurangan atas sejumlah utang pajak yang seyogianya dibayar. 26 27 Ibid.hal 176 Ibid.hal 177 23 2. Peniadaan secara keseluruhan utang pajak adalah perbuatan hukum oleh pejabat pajak yang bertugas mengelolah pajak pusat atau pajak daerah untuk meniadakan seluruh utang pajak yang seharusnya dibayar. e. Pembebasan Pembebasan hanya diperuntukkan terhadap wajib pajak yang secara nyata dikenakan pajak, tetapi tidak memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam Undang-undang Pajak untuk diberikan pembebasan. Sekalipun demikian, wajib pajak tetap wajib menaati Undang-undang Pajak yang memberikan pembebasan sehingga tidak terjadi pelanggaran hukum yang berakibat dapat dikenakan sanksi hukum pajak28. f. Kadaluwarsa Rochmat Soemitro mengatakan kedaluwarsa adalah berakhirnya perikatan, baik untuk menagih utang, atau kewajiban untuk membayar utang karena lampaunya jangka waktu tertentu, sesuai dengan apa yang ditetapkan dan cara-cara yang ditentukan dalam Undang-undang Pajak. Utang pajak dikategorikan sebagai kadaluwarsa tatkala telah lewat jangka waktu penagihannya sebagaimana yang ditentukan dalam Undang-undang Pajak yang bersangkutan, baik dalam UU KUP maupun UU PDRD. Dalam arti, 28 Ibid.hal 180 24 bahwa kedaluwarsa suatu utang pajak boleh berbeda-beda dan boleh pula sama waktunya29. C. Pajak Hotel 1. Pengertian Pajak Hotel Pasal 1 ayat (7) Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2010 menetapkan bahwa pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Kemudian Pasal 1 ayat (8) Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2010 menetapkan bahwa hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh). Pengenaan Pajak Hotel tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten atau kota yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah kabupaten atau kota untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupaten/kota. Oleh karena itu, untuk dapat dipungut pada suatu daerah kabupaten atau kota, pemerintah daerah harus terlebih dahulu menerbitkan peraturan daerah tentang Pajak Hotel. Peraturan itu akan menjadi landasan hukum operasional dalam 29 Ibid.hal 181 25 teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan Pajak Hotel di daerah kabupaten atau kota yang bersangkutan. 2. Dasar Hukum Pajak Hotel Pemungutan pajak hotel di Indonesia saat ini didasarkan pada dasar hukum yang jelas dan kuat sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak yang terkait. Dasar hukum pemungutan pajak hotel pada suatu kabupaten atau kota adalah sebagai berikut. 1) Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2) Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah. 3) Peraturan Daerah kabupaten/kota yang mengatur tentang Pajak Hotel Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2010 Kota Makassar . 4) Keputusan bupati/walikota yang mengatur tentang Pajak Hotel sebagai aturan pelaksanaan peraturan daerah tentang Pajak Hotel pada kabupaten/kota dimaksud 3. Subjek Pajak Hotel Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2010 Pasal 4 ayat (1) menetapkan bahwa subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau Badan yang mengusahakan Hotel. Subjek pajak hotel yaitu seseorang atau badan yang hendak melakukan pembayaran kepada orang atau badan yang mengusahakan hotel. 26 4. Wajib Pajak Hotel Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2010 Pasal 4 ayat (2) menetapkan bahwa Wajib Pajak Hotel adalah orang pribadi atau Badan yang mengusahakan Hotel. Wajib pajak hotel adalah orang yang memiliki hotel tersebut atau yang mempunyai hotel dan berkewajiban untuk membayar pajak kepada pemerintah daerah kota Makassar dimana tempat hotel tersebut berlokasi. 5. Objek Pajak Hotel Pasal 3 ayat (2) Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2010 menetapkan bahwa Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh Hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan Hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan. Pasal 3 ayat (3) Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2010 menetapkan bahwa Jasa penunjang sebagaimana dimaksud di atas adalah fasilitas telepon, faksimile, teleks, internet, fotokopi, pelayanan cuci, seterika, transportasi, dan fasilitas sejenis lainnya yang disediakan atau dikelola Hotel. 1. Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek. Dalam pengertian rumah penginapan termasuk rumah kos dengan jumlah kamar sepuluh atau lebih yang menyediakan fasilitas 27 seperti rumah penginapan. Fasilitas penginaapan/fasilitas tinggal jangka pendek antara lain: gubuk pariwisata (cottage), motel, wisma pariwisata, pesanggarahan (hostel), losmen, dan rumah penginapan. 2. Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau tempat tinggal jangka pendek yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan. Pelayanan penunjang, antara lain, telepon, faksimile, teleks, fotokopi, pelayanan cuci, setrika, taksi dan pengangkutan lainnya yang disediakan atau dikelola hotel. 3. Fasilitas olah raga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu hotel, bukan untuk umum. Fasilitas olah raga dan hiburan antara lain: pusat kebugaran (fitness corner), kolam renang, tenis, golf, karaoke, pub, diskotik, yang disediakan atau dikelola hotel. 4. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan atau pertemuan di hotel. 6. Bukan Objek Pajak Hotel Pasal 3 ayat (4) Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2010 menetapkan bahwa yang tidak termasuk objek Pajak Hotel adalah sebagai berikut: 1. Asrama yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah; 2. Jasa sewa apartemen, kondominium, dan sejenisnya; 3. Jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan; 4. Jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti asuhan, dan panti sosial lainnya yang sejenis; 28 5. Jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh Hotel yang dapat dimanfaatkan oleh umum. D. Penagihan Pajak Hotel 1. Pengertian Penagihan Pasal 1 Angka 9 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000 menetapkan bahwa penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan cara menengur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan dan menjual barang yang telah disita. Penagihan pajak dimulai dari Penerbitan Surat Teguran, Penyampaian Surat Paksa (SP), Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) sampai dengan eksekusi lelang yang bertujuan untuk menagih sebagian ataupun seluruh tunggakan yang belum dibayar. Atas dasar itu, maka diperlukan rangkaian kegiatan yang berlanjut dan tuntas dalam melaksanakan proses penagihan tersebut dengan penanganan administrasi yang tersusun rapi dan benar sehingga bisa memberikan data yang cepat dan akurat. 2. Pejabat yang berwenang dalam penagihan Dalam pelaksanaan penagihan pajak aktif pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dalam hal ini secara khusus adalah Jurusita 29 Pajak. Jurusita Pajak sendiri adalah Pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, penyitaan dan penyanderaan.30 Jurusita Pajak diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Keuangan untuk penagihan pajak pusat, dan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota untuk penagihan pajak daerah.31 Dalam melaksanakan tugas, seorang Jurusita Pajak harus dilengkapi dengan Kartu Tanda Pengenal Jurusita Pajak yang harus diperlihatkan kepada Wajib Pajak atau Penanggung Pajak.32 Hal ini dimaksudkan agar Jurusita Pajak mempunyai bukti diri yang kuat dan bisa menjelaskan bahwa yang bersangkutan adalah benarbenar Jurusita Pajak yang sah dan mempunyai tugas dan wewenang melaksanakan tindakan penagihan pajak. 3. Dasar Penagihan Pajak Dasar penagihan pajak daerah pada umumnya adalah sama, kecuali bagi pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan. Dasar penagihan pajak daerah adalah sebagai berikut:33 1. Surat tagihan pajak daerah; 2. Surat ketetapan pajak daerah kurang bayar; 3. Surat ketetapan pajak daerah kurang bayar tambahan; 30 Lihat , Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Lihat Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2)Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, 32 Lihat Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, 33 Djafar Saidi, op.cit., Pembarun Hukum Pajak, hal.196 31 30 4. Surat keputusan pembetulan, surat keputusan keberatan, dan putusan 5. banding yang menyebabkan bertambahnya jumlah pajak yang harus dibayar. Berdasarkan uraian diatas pengertian dari SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Keberatan, Surat keputusan pembetulan dan Banding yakni: a. Surat Ketetapan Pajak Derah Kurang Bayar (SKPDKB) Pasal 1 angka 43 Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2010 menetapkan bahwa Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDKB, adalah Surat Ketetapan Pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok Pajak, jumlah kredit Pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok Pajak, besarnya sanksi administratif, dan jumlah Pajak yang masih harus dibayar. b. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT) Pasal 1 angka 44 Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2010 menetapkan bahwa Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya disingkat SKPDKBT, adalah Surat Ketetapan Pajak yang menentukan tambahan atas jumlah Pajak yang telah ditetapkan. c. Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) 31 Pasal 1 angka 47 Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2010 menetapkan bahwa Surat Tagihan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat STPD, adalah surat untuk melakukan tagihan Pajak dan/ atau sanksi administrasi berupa bunga dan/ atau denda. d. Surat Keputusan Keberatan Pasal 1 angka 48 Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2010 menetapkan bahwa Surat Keputusan Keberatan adalah Surat Keputusan atas keberatan terhadap Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak. e. Surat Keputusan Pembetulan Pasal 1 angka 49 Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2010 menetapkan bahwa Surat Keputusan Pembetulan adalah Surat Keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung dan/ atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam Peraturan Perundang-undangan Perpajakan Daerah yang terdapat dalam Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat 32 Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, Tagihan Pajak Daerah, Surat Keputusan Pembetulan, atau Surat Keputusan Keberatan. f. Banding Pasal 1 angka 50 Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2010 menetapkan bahwa Banding adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau penanggung pajak terhadap suatu keputusan yang dapat diajukan banding berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. 4. Tata Cara Penagihan Pasal 1 Angka 9 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000 menetapkan bahwa Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan cara menengur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan dan menjual barang yang telah disita. Berdasarkan pengertian penagihan pajak diatas, Prosedur penagihan pajak tersebut meliputi: a. Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain Pasal 1 Angka 10 dan Pasal 8 Ayat (2) Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000 menetapkan bahwa Surat Teguran, Surat 33 Peringatan atau surat lain yang sejenis adalah surat yang diterbitkan oleh Pejabat untuk menegur atau memperingatkan kepada Wajib Pajak untuk melunasi utang pajaknya. Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis diterbitkan apabila Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajaknya sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran. b. Penagihan Seketika dan Sekaligus Pasal 1 Angka 11 Undang-undang No.19 Tahun 2000 menetapkan bahwa Penagihan Seketika dan Sekaligus adalah tindakan penagihan pajak yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, Masa Pajak,dan Tahun Pajak. Pasal 6 ayat (2) Undang-undang No. 19 Tahun 2000 menetapkan bahwa Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus sekurang-kurangnya memuat: 1. Nama Wajib Pajak, atau nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak; 2. Besarnya utang pajak; 3. Perintah untuk membayar; dan 4. Saat pelunasan pajak. 34 Sementara Pasal 6 ayat (3) Undang-undang No. 19 Tahun 2000 menerangkan bahwa Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus diterbitkan sebelum penerbitan Surat Paksa. c. Memberitahukan Surat Paksa Pasal 1 Angka 12 dan Angka 13 Undang-undang No. 19 Tahun 2000 menetapkan bahwa Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. Biaya Penagihan Pajak adalah biaya pelaksanaan Surat Paksa Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, PengumumanLelang, Pembatalan Lelang, jasa penilai dan biaya lainnya sehubungandengan penagihan pajak. Pasal 6 ayat (1) dan 7 ayat (2) Undang-undang No. 19 Tahun 2000 menetapkan bahwa Surat Paksa diberitahukan oleh Jurusita Pajak dengan pernyataan dan penyerahan Salinan Surat Paksa kepada Penanggung Pajak. Surat Paksa sekurangkurangnya harus memuat: 1. Nama Wajib Pajak, atau nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak; 2. Dasar penagihan; 3. Besarnya utang pajak; dan 4. Perintah untuk membayar. 35 d. Penyitaan Pasal 1 Angka 14, Angka 15 dan Angka 16 Undangundang No. 19 Tahun 2000 menetapkan bahwa Penyitaan adalah tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang Penanggung Pajak, guna dijadikan jaminan untukmelunasi utang pajak menurut Peraturan Perundang-undanga. Objek Sita adalah barang Penanggung Pajak yang dapat dijadikan jaminan utang pajak. Barang yang dimaksud pada objek sita adalah tiap benda atau hak yang dapat dijadikan objek sita. Pasal 12 ayat (1), Ayat (2) dan Ayat (3) Undang-undang No. 19 Tahun 2000 menetapkan bahwa Penyitaan dilakukan apabila utang pajak tidak dilunasi penanggung Pajak dalam jangka 2 (dua) kali 24 (dua puluh empat) jam setelah Surat Paksa diberitahukan, Pejabat menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan. Penyitaan dilaksanakan oleh Jurusita Pajak dengan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh Jurusita Pajak, dan dapat dipercaya. Setiap melaksanakan penyitaan, Jurusita Pajak membuat berita acara pelaksanaan Sita yang ditandatangani oleh Jurusita Pajak, Penanggung Pajak dan saksi-saksi. 36 e. Mengusulkan Pencengahan Pasal 1 Angka 20 Undang-undang No. 19 Tahun 2000 menetapkan bahwa Pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap Penanggung Pajak tertentu untuk keluar dari wilayah Negara Republik Indonesia berdasarkan alasan tertentu sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. f. Menjual Barang yang disita Pasal 25 ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang No. 19 Tahun 2000 menetapkan bahwa Apabila utang pajak atau biaya penagihan pajak tidak dilunasi setelah dilaksanakan penyitaan Pejabat berwenang melaksanakan penjualan secara lelang terhadap barang yang disita melalui Kantor lelang. Barang yang disita berupa uang tunai, deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, obligasi, saham, atau surat berharga lainnya. 5. Instrumen dalam penagihan pajak Pasal 1 Angka 9 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000 menetapkan bahwa Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan cara menengur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan dan menjual barang yang telah disita. 37 Berdasarkan pengertian penagihan pajak, instrument dalam penagihan pajak adalah: a. Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain b. Penagihan Seketika dan Sekaligus c. Memberitahukan Surat Paksa d. Penyitaan e. Mengusulkan Pencegahan f. Menjual Barang yang disita E. Perbuatan Hukum Pemerintah Daerah Kota Makassar Perbuatan hukum adalah perbuatan yang akibatnya diatur oleh hukum, baik yang dilakukan satu pihak saja maupun yang dilakukan dua pihak. Hal yang harus diperhatikan dalam peristiwa yang dikatakan perbuatan hukum adalah akibat, karena akibat itu dapat dianggap sebagai kehendak dari sipembuat atau sipelaku. Sementara dalam buku H. Hilman Hadikusuma mengemukakan bahwa : 34 Jika akibatnya tidak dikehendaki sipelaku, maka perbuatan itu bukan perbuatan hukum. Jadi adanya kehendak agar dikatakan sebagai perbuatan hukum, perlu diperhatikan unsurnya yang esensial (werkelijk = sebenarnya) yang merupakan hakekat dari perbuatan hukum itu. Pengertian Perbuatan Hukum menurut Para Pakar adalah sebagai berikut:35 “Menurut Sudarsono, Pengertian Perbuatan Hukum adalah setiap perbuatan yang akibatnya diatur oleh hukum karena akibat itu boleh dianggap menjadi kehendak dari yang melakukan perbuatan itu.” 34 H. Hilman Hadikusuma, Bahasa Hukum Indonesia, Bandung: PT. Alumni,2005, hal.40-41 Yunasril Ali, 2009. Dasar-Dasar ILmu Hukum.Sinar Grafika : Jakarta.hlm.4 35 38 “Menurut R. Soeroso, Perbuatan Hukum adalah setiap perbuatan subjek hukum (manusia atau badan hukum) yang akibatnya diatur oleh hukum dan karena akibat tersebut dapat dianggap sebagai kehendak dari yang melakukan hukum.” “Chainur Arrasjid mengemukakan pengertian perbuatan hukum, Perbuatan Hukum ialah setiap perbuatan yang akibatnya diatur oleh hukum dan akibat itu dikehendaki oleh yang melakukan perbuatan.” “Menurut Marwan Mas, Pengertian Perbuatan Hukum adalah setiap perbuatan atau tindakan subjek hukum yang mempunyai akibat hukum dan akibat hukum itu memang dikehendaki oleh subjek hukum.” Dari pengertian perbuatan hukum yang diungkapkan para pakar di atas, Yunasril Ali menyimpulkan bahwa: 36 “Pengertian Perbuatan Hukum adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh subjek hukum (manusia atau badan hukum),perbuatan mana dapat menimbulkan suatu akibat yang dikehendaki oleh yang melakukannya. Jika perbuatan itu akibatnya tidak dikehendaki oleh yang melakukan atau salah satu di antara yang melakukannya, maka perbuatan itu bukan perbuatan hukum. Oleh karena itu, kehendak dari subjek hukum (manusia atau badan hukum) yang melakukan perbuatan itu menjadi unsur pokok dari perbuatan tersebut. Dengan demikian, jika ditelaah pengertian perbuatan hukum di atas, terdapat unsur-unsur perbuatan hukum sebagai berikut : (1) Perbuatan itu harus dilakukan oleh subjek hukum. (2) Perbuatan itu akibatnya diatur oleh hukum. (3) Perbuatan itu akibatnya dikehendaki oleh yang melakukan perbuatan itu.” F. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perbuatan Hukum Pemerintah Daerah dalam Penagihan Pajak Daerah Berbicara efektivitas hukum, Soerjono Soekanto berpendapat tentang pengaruh hukum salah satu fungsi hukum baik secara kaidah maupun sebagai sikap tindak atau perilaku teratur adalah membimbing perilaku manusia. Masalah pengaruh hukum tidak hanya terbatas pada timbulnya 36 Ibid.hal 4 39 ketaatan atau kepatuhan pada hukum tapi mencakup efek total dari hukum terhadap sikap tindak atau perilaku baik yang bersifat positif maupun negatif.37 Faktor-faktor yang mempengaruhi perbuatan hukum pemerintah menurut Soerjono seokanto antara lain: 1. Faktor Kaidah Hukum Didalam teori-teori ilmu hukum, dapat dibedakan tiga macam hal mengenai berlakunya hukum sebagai kaidah. Hal itu diungkapkan sebagai berikut: a. Kaidah hukum berlaku secara yuridis, apabila penentuannya didasarkan pada kaidah yang lebih tinggi tingkatannya atau terbentuk atas dasar yang telah ditetapkan. b. Kaidah hukum berlaku secara sosiologis, apabila kaidah tersebut efektif. Artinya, kaidah dimaksud dapat dipaksakan berlakunya oleh penguasa walaupun tidak diterima oleh warga masyarakat (teori kekuasaan) atau kaidah itu berlaku karena adanya pengakuan dari masyarakat. c. Kaidah hukum berlaku secara filosofis, yaitu sesuai dengan cita-cita hukum sebagai nilai positif yang tertinggi. Lebih lanjut Soerjono Soekanto mengatakan bahwa : 38 Kalau dikaji secara mendalam, agar hukum itu berfungsi maka setiap kaidah hukum harus memenuhi ketiga macam unsur diatas, sebab bila kaidah hukum hanya berlaku secara yuridis, 37 Soerjono Soekanto, 2008,Faktor-faktor yang mempengaruhi penengakan hokum,Rajawali Pers,Depok.hal 8 38 Ibid.hal 17 40 ada kemungkinan kaidah itu merupakan kaidah mati. Kalau hanya berlaku secara sosiologis dalam arti teori kekuasaan, maka kaidah itu menjadi aturan pemaksa. Dan apabila hanya berlaku secara filosofis, kemungkinannya kaidah itu hanya merupakan hukum yang di cita-citakan. 2. Faktor Penegakan Hukum Dalam faktor penegak hukum ini, Soerjono Soekanto mengatakan bahwa :39 Penegak hukum atau orang yang bertugas menerapka hukum mencakup ruang lingkup yang sangat luas, sebab menyangkut petugas pada strata atas, menegah, dan bawah. Artinya, didalam melaksanakan tugas-tugas penerapan hukum, petugas seyogianya harus memiliki suatu pedoman, diantaranya peraturan tertulis tertentu yang mencakup ruang lingkup tugas-tugasnya. 3. Faktor Sarana atau Fasilitas Pendukung Sarana atau fasilitas amat penting untuk mengefektifkan suatu aturan tertentu. Ruang lingkup saran yang dimaksud, terutama sarana fisik yang berfungsi sebagai faktor pendukung. Memang sering terjadi bahwa peraturan sudah difungsikan, padahal fasilitasnya belum tersedia lengkap. Peraturan yang semula bertujuan untuk memperlancar proses, malahan mengakibatkan terjadinya kemacetan. Mungkin ada baiknya, ketika hendak menerapkan suatu peraturan secara resmi ataupun memberikan tugas kepada petugas, dipikirkan mengenai fasilitas-fasilitas yang berpatokan kepada: 39 Ibid.hal 19 41 a. Apa yang sudah ada, diperlihara terus agar setiap saat berfungsi. b. Apa yang belum ada, perlu diadakan dengan memperhitungkan jangka waktu pengadaannya. c. Apa yang kurang, perlu dilengkapi. d. Apa yang telah rusak, diperbaiki atau diganti. e. Apa yang macet, dilancarkan. f. Apa yang telah mundur, ditingkatkan.40 4. Faktor Masyarakat Salah satu faktor yang mengefktifkan suatu peraturan adalah warga masyarakat. Yang dimaksud disini adalah kesadarannya untuk mematuhi suatu perundang-undangan yang kerap disebut derajat kepatuhan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa derajat kepatuhan masyarakat terhadap hukum merupakan salah satu indikator berfungsinya hukum yang bersangkutan. Adanya suatu asumsi yang menyatakan bahwa semakin besar peran sarana pengendalian sosial selain hukum (agama dan adat istiadat), semakin kecil peran hukum. Oleh karena itu, hukum tidak dapat dipaksakan keberlakuanya didalam segala hal selama masih ada sarana lain yang ampuh. Hukum hendaknya dipergunakan pada tingkat yang terakhir bila sarana lainnya tidak mampu lagi untuk 40 Ibid.hal 37 42 mengatasi masalah. Namun perlu juga diketahui hal-hal yang berkaitan dengan kesadaran masyarakat terhadap hukum, yaitu: 41 a. Penyuluhan hukum yang teratur. b. Pemberian teladan yang baik dari petugas didalam hal kepatuhan terhadap hukum dan respek terhadap hukum. c. Pelembagaan yang terencana dan terarah. 5. Faktor Kebudayaan Dalam kebudayaan sehari-hari, orang begitu sering membicarakan soal kebudayaan. Kebudayaan menurut Soerjono Soekanto yakni : 42 Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat, yaitu mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, dan menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang lain. Dengan demikian, kebudayaan adalah suatu garis pokok tentang perikelakuan yang menetapkan Peraturan mengenai apa yang harus dilakukan, dan apa yang dilarang. G. Pengawasan Pengawasan merupakan tindakan atau kegiatan yang harus dilakukan dalam mengawasi kinerja seseorang atau kelompok dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Pengawasan menjadi penting untuk dilakukan untuk menghidari setiap perbuatan sewenangwenang atau kesalahan yang dilakukan oleh seseorang atau suatu kelompok dalam menjalankan tugasnya. Menurut Sujamto dalam Bahasa Indonesia bahwa :43 Fungsi controlling mempunyai padanan yakni pengawasan dan pengendalian. Pengawasan ini adalah arti sempit, yang oleh 41 Ibid.hal 45 Ibid.hal 62 43 Op. cit. Sirajuddin dkk., 2016, Hukum Administrasi Pemerintahan Daerah, hal 282 42 43 Sujamto diberi definisi sebagai segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan tugas atau pekerjaan apakah sesuai dengan semestinya atau tidak. Selanjutnya Muchsan mengemukakan bahwa :44 Pengawasan adalah kegiatan untuk menilai sesuatu pelaksanaan tugas secara defacto, sedangkan tujuan pengawasan hanya terbatas pada pencocokan apakah kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam kerangka pengawasan ada begitu banyak lembaga yang melakukan pengawasan dan memfungsikan diri sebagai lembaga pengawasan. Paulus Effendi Lotulung memetakan macam-macam lembaga pengawasan, yaitu:45 1. Ditinjau dari segi kedudukan dari badan/organ yang melaksanakan kontrol, dapat dibedakan atas: (a) Kontrol internal. Kontrol internal berarti pengawasan yang dilakukan oleh organisasi/structural masih termasuk dalam lingkungan pemerintah sendiri. Kontrol ini disebut juga built in control. Misalnya pengawasan pejabat atasan terhadap bawahannya atau pengawasan yang dilakukan oleh suaatu tim verifikasi yang biasanya dibentuk secara insidental.; (b) kontrol eksternal adalah pengawasan yang dilakukan oleh organ atau lembaga-lembaga yang secara organisasi/structural berada diluar pemerintah dalam arti eksekutif. 2. Ditinjau dari segi waktu dilaksanakannya suatu control dapat dibedakan atas: (a) control a priori, yaitu pengawasan yang dilakukan sebelum dikeluarkannya keputusan/ketetapan pemerintah atau peraaturan lainnya, yang pembentukannya merupakan kewenangan pemerintah; (b) control a posteriori, yakni pengawasan yang baru terjadi sesudah dikeluarkan keputusan/ketetapan pemerintah atau sesudah terjadinya tindakan/perbuatan pemerintah. 3. Ditinjau dari segi obyek diawasi suatu control dapat dibedakan atas (a) control segi hokum, adalah control untuk menilai segisegi pertimbangan yang bersifat hokum dari perbuatan pemerintah; (b) control segi kemanfaatan adalah untuk menilai 44 45 Ibid. hal 283 Ibid.hal 284 44 benaar tidaknya perbuatan pemerintaah ditinjau dari segi pertimbangan kemanfaatannya. Lebih lanjut Sirajuddin dkk mengemukakan bahwa: 46 Pengawasan internal pemerintah daerah secara keseluruhan merupakan tanggung jawab kepala daerah. Pengawasan tersebut dilaksanakan oleh suatu Badan atau Lembaga pengawasan Kabupaten yang saat ini umumnya disebut inspektorat dan/atau Badan Pengawasan Daerah (Bawasda). Inspektorat dan Bawasda adalah lembaga teknis dan berfungsi sebagai unsur penunjang pemerintah daerah di bidang pengawasan. 46 Ibid.hal 288 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Adapun yang menjadi lokasi penelitian untuk menjawab rumusan masalah yang diangkat oleh penulis pada skripsi ini adalah pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar. Adapun alasan penulis memilih Kantor Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Makassar sebagai tempat penelitian ialah dikarenakan salah satu fungsi Dispenda yakni melakukan perencanaan dan pengendalian teknis operasional pembukuan pajak hotel. Hal tersebut telah sesuai dengan objek penelitian penulis, olehnya itu penulis memilih lokasi tersebut. B. Jenis dan Sumber Bahan Hukum Adapun jenis dan sumber data yang akan dipergunakan dalam penulisan skripsi ini terbagi atas 2, yaitu : 1. Bahan Hukum Primer, adalah bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri dari: a. Norma atau kaidah dasar, yaitu pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945; b. Peraturan dasar, yaitu batang tubuh UUD Negara RI Tahun 1945; c. Peraturan Perundang-undangan: 1) Undang-undang dan peraturan yang setaraf 2) Peraturan Pemerintah dan peraturan yang setaraf 46 3) Keputusan/Peraturan Menteri dan peraturan yang setaraf 4) Peraturan Daerah. 2. Bahan Hukum Sekunder, yaitu memberikan penjelasan mengenai hukum primer, seperti hasil-hasil penelitian dan hasil karya dari kalangan hukum. 3. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, contohnya kamus. Selanjutnya, sumber bahan hukum dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian pustaka (literature research), yaitu menelaah berbagai buku kepustakaan, Koran dan karya ilmiah yang ada hubungannya dengan objek penelitian. 2. Penelitian lapangan (field research), yaitu pengumpulan data dengan melakukan wawancara dan diskusi dengan akademisi, praktisi, dan masyarakat. C. Teknik Pengumpulan Data Dalam rangka memperoleh data yang relevan dengan pembahasan tulisan ini, maka penulis melakukan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Penelitian kepustakaan (library research) Pengumpulan data pustaka diperoleh dari berbagai data yang berhubungan dengan halhal yang diteliti, berupa buku dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian ini. Disamping itu juga data yang diambil penulis 47 ada yang berasal dari dokumen-dokumen penting maupun dari peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Penelitian lapangan (field research) mengumpulkan data dengan melakukan penelitian langsung pada tempat atau objek peneitian yaitu pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar. D. Analisis Data Data yang diperoleh baik data primer dan data sekunder yang tersusun secara sistematis kemudian diolah dan dianalisis berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan sehingga dapat diperoleh gambaran yang mengungkapkan jelas. dan Data dianalisis memahami secara kebenaran kualitatif, yaitu masalah serta pembahasan dengan menafsirkan data yang diperoleh kemudian menuangkannya dalam bentuk kalimat yang tersusun secara rinci dan sistematis. 48 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Di kota Makassar terdapat 390 wajib pajak hotel atau pengusaha hotel yang terdiri 3 unit hotel bintang lima, 13 unit hotel bintang empat, 32 unit hotel bintang tiga, 23 unit hotel bintang dua, 21 unit hotel bintang satu, 45 unit hotel melati bintang tiga, 18 unit hotel melati bintang dua, 65 unit hotel melati bintang satu, cottage 14 unit, dan penginapan/losmen dan indekos 168 unit total kamar untuk hotel, wisma dan penginapan 10.732 kamar.47 B. Perbuatan Hukum yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam Melakukan Penagihan Pajak Hotel Perbuatan hukum adalah perbuatan yang akibatnya diatur oleh hukum, baik yang dilakukan satu pihak saja maupun yang dilakukan dua pihak. Perbuatan Hukum juga dapat diartikan suatu perbuatan yang dilakukan oleh subjek hukum (manusia atau badan hukum), perbuatan mana dapat menimbulkan suatu akibat yang dikehendaki oleh yang melakukannya. Sementara itu perbuatan hukum yang dilakukan oleh pemerintah berarti pemerintah sebagai subjek dalam melakukan perbuatan hukum atau peran pemerintah dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya 47 Sumber Dinas Pendapatan daerah kota Makassar Tahun 2016 49 sesuai dengan peraturan yang berlaku. Perbuatan hukum pemerintah dalam melakukan penagihan pajak diatur dalam Pasal 1 angka 19 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000 yaitu dengan cara menengur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan dan menjual barang yang telah disita. Berdasarkan pengertian penagihan pajak diatas, Prosedur penagihan pajak tersebut meliputi: a. Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain Wawancara yang dilakukan penulis pada tanggal 18 Januari 2017 dengan Kepala Bidang I Dinas pendapatan daerah kota Makassar Bapak Husni Mubarak mengatakan bahwa: “Tahun lalu Dalam melakukan penagihan pajak hotel kami memberikan surat teguran kepada wajib pajak hotel. Pada tahun 2016 di kota Makassar terdapat 390 wajib pajak hotel dan diantaranya ada 77 wajib pajak hotel yang tidak patuh dalam pembayaran utang pajaknya sehingga kami memberikan surat teguran kepada wajib pajak hotel tersebut, mereka dihimbau agar segera melunasi utang pajaknya. Wajib pajak hotel yang diberikan surat teguran pada tahun 2016 berjumlah 77 wajib pajak hotel. Kemudian wajib pajak hotel yang melunasi pajaknya setelah kami berikan surat teguran berjumlah 39 wajib pajak hotel. Surat Teguran yang kami berikan kepada wajib pajak hotel yaitu utang pajaknya yang telah melewati 7 hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran”. Penulis juga melakukan wawancara kepada 2 sampel hotel yaitu untuk mengetahui apakah pemerintah telah melakukan perbuatan hukumnya. Wawancara pertama yang 50 dilakukan pada tanggal 9 Februari 2017 kepada Ibu Elis Supervisior dari hotel Hertasning mengatakan bahwa: “Dalam melakukan penagihan pajak pemerintah memberikan surat teguran kepada kami yaitu pada bulan Agustus ini karena pembayaran kami telah melewati tanggal jatuh tempo sehingga kami diberikan 2 kali surat teguran oleh pejabat pajak dari Dispenda kota Makassar.” Kemudian yang kedua penulis melakukan wawancara pada tanggal 9 Februari 2017 kepada Bapak D’Stevano pemilik dari hotel M-Regency mengatakan bahwa: “Pada tahun lalu kami sempat diberikan surat teguran pada bulan mei, Pejabat pajak memberikan satu kali surat teguran kepada kami itu karena kami telah melewaati tanggal jatuh tempo pembayaran utang pajak hotel” Jadi berdasarkan hasil wawancara penulis, pada tahun 2016 dari 390 wajib pajak hotel ada 77 yang tidak patuh dalam pembayaran pajaknya sehingga pejabat pajak dari Dispenda memberikan surat teguran. Dari 77 yang diberikan surat teguran ada 39 wajib pajak hotel yang melunasi utang pajaknya setelah diberikan surat teguran dan sisanya 38 yang belum melunasi utang pajaknya. Menurut penulis dalam prosedur pemberian surat teguran telah sesuai dengan peraturan yang ada yaitu Pasal 8 ayat 2 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000 dimana surat teguran diberikan kepada wajib pajak hotel yaitu yang utang pajaknya telah lewat 7 hari dari tnggal jatuh tempo pembayarannya. 51 b. Penagihan Seketika dan Sekaligus Wawancara yang dilakukan penulis pada tanggal 18 Januari 2017 dengan Kepala Bidang I Dinas pendapatan daerah kota Makassar Bapak Husni Mubarak mengatakan bahwa: “Pada tahun lalu Dalam proses penagihan pajak hotel tidak ada penagihan pajak yang kami lakukan dengan cara penagihan seketika dan sekaligus kepada wajib pajak hotel yang telah melewati tanggal jatuh tempo pembayaran” Jadi berdasarkan hasil wawancara penulis, pada tahun 2016 tidak ada tindakan penagihan dengan seketika dan sekaligus yang dilakukan oleh pejabat pajak dari Dispenda kota Makassar dalam melakukan penagihan pajak hotel. c. Memberitahukan Surat Paksa Wawancara yang dilakukan penulis pada tanggal 18 januari 2017 dengan kepala bidang I Dinas Pendapatan daerah kota Makassar Bapak Husni Mubarak mengatakan bahwa: “Pada tahun lalu dalam proses penagihan pajak hotel kami juga tidak melakukan penagihan pajak dengan surat paksa kepada wajib pajak hotel yang utang pajaknya telah lewat tanggal jatuh tempo” Jadi berdasarkan hasil wawancara penulis, pada tahun 2016 tidak ada tindakan penagihan dengan surat paksa yang dilakukan oleh pejabat pajak dari Dispenda kota Makassar dalam melakukan penagihan pajak hotel. 52 d. Penyitaan Wawancara yang dilakukan penulis pada tanggal 18 januari 2017 dengan kepala bidang I Dinas Pendapatan daerah kota Makassar Bapak Husni Mubarak mengatakan bahwa: “Pada tahun lalu juga dalam proses penagihan pajak hotel tidak ada tindakan penagihan pajak yang kami lakukan dengan cara menyita barang yang dimiliki wajib pajak hotel yang utang pajaknya telah jatuh tempo”. Jadi berdasarkan hasil wawancara penulis, pada tahun 2016 tidak ada tindakan penagihan dengan penyitaan yang dilakukan oleh pejabat pajak dari Dispenda kota Makassar dalam melakukan penagihan pajak hotel. e. Mengusulkan Pencengahan Wawancara yang dilakukan penulis pada tanggal 18 januari 2017 dengan kepala bidang I Dinas Pendapatan daerah kota Makassar Bapak Husni Mubarak mengatakan bahwa: “Tahun lalu juga dalam proses penagihan pajak hotel tidak ada pencengahan yang kami lakukan terhadap wajib pajak hotel yang utang pajaknya telah melewati tanggal jatuh tempo” Jadi berdasarkan hasil wawancara penulis, pada tahun 2016 tidak ada tindakan penagihan dengan pencengahan kepada wajib pajak hotel yang dilakukan oleh pejabat pajak dari Dispenda kota Makassar dalam melakukan penagihan pajak hotel. 53 f. Menjual Barang yang disita Wawancara yang dilakukan penulis pada tanggal 18 januari 2017 dengan kepala bidang I Dinas Pendapatan daerah kota Makassar Bapak Husni Mubarak mengatakan bahwa: “Tahun lalu juga tidak ada proses penagihan pajak yang kami lakukan dengan cara menjual barang sitaan wajib pajak hotel, karena penyitaan saja kami tidak lakukan terhadap wajib pajak.” Jadi berdasarkan hasil wawancara penulis, pada tahun 2016 tidak ada tindakan penagihan dengan menjual barang sitaan wajib pajak hotel secara lelang oleh pejabat pajak dari Dinas pendapatan daerah kota Makassar. Jadi, Berdasarkan hasil wawancara dan data yang didapatkan penulis maka pada tahun 2016 di kota Makassar dalam pelaksanaan penagihan pajak hotel perbuatan hukum yang dilakukan oleh pemerintah yaitu hanya pemberian surat teguran dan dalam prosedur pemberian surat teguran telah sesuai dengan peraturan yang ada yaitu pasal 8 ayat 2 Undangundang Nomor 19 Tahun 2000. Surat teguran diberikan kepada 77 wajib pajak hotel dari total 390 wajib pajak hotel yang ada di kota Makassar. Dari 77 wajib pajak hotel yang diberikan surat teguran tidak ada satu pun wajib pajak hotel yang di tagih dengan cara seketika dan sekaligus, mendapatkan surat paksa, Penyitaan, Pencengehan, dan Barang yang dijual atau lelang 54 oleh Pejabat Pajak. Hal ini dikarenakan Pejabat Pajak tidak melakukan hal tersebut kepada wajib pajak yang tidak membayar pajaknya setelah diberikan surat teguran. Oleh karena itu, analisis penulis menilai bahwa kinerja dari Pejabat Pajak tidak sesuai dengan prosedur penagihan pajak yang ada di dalam peraturan perundang-undangan. C. Faktor yang mempengaruhi Perbuatan Hukum Pemerintah Daerah dalam Penagihan Pajak Hotel di Kota Makassar Soerjono Soekanto dalam pandangannya mengemukakan bahwa terdapat faktor yang mempengaruhi penegakan hukum sebagaimana yang telah penulis kemukakan dibahasan sebelumnya yakni: a. Faktor kaidah hukum; b. Faktor penegak hukum; c. Faktor masyarakat; d. Faktor sarana atau fasilitas pendukung; dan e. Faktor kebudayaan. Penulis mendapatkan berbagai faktor yang menjadi penghambat perbuatan pemerintah dalam melakukan penagihan pajak, sesuai dengan teori Soerjono Soekanto di atas, yakni: Faktor Penegak Hukum Wawancara yang penulis lakukan pada tanggal 18 januari 2017 kepada Kepala Bagian Bidang I Bapak Husni Mubarak mengatakan bahwa: 55 “Dalam melakukan penagihan pajak hotel pada tahun lalu kami hanya memberikan surat teguran kepada wajib pajak hotel yang utang pajaknya telah melewati tanggal jatuh tempo pembayaran pajak hotelnya” Jadi berdasarkan hasil wawancara penulis yaitu Pejabat Pajak tidak melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebab, pada realitanya Pejabat Pajak hanya memberikan Surat Teguran kepada wajib pajak yang utang pajaknya telah melewati tanggal jatuh tempo dan tidak ada tindakan selanjutnya seperti penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, melakukan penyitaan, melakukan penyanderaan dan menjual barang yang disita apabila wajib pajak mengabaikan Surat Teguran yang diberikan oleh Pejabat Pajak sehingga ini termasuk dalam salah satu faktor yang dikemukakan oleh soerjono soekanto yaitu penegakan hukum dimana didalam melaksanakan tugas-tugas penerapan hukum haruslah sesuai dengan peraturan dan Faktor Masyarakat, Wawancara yang penulis lakukan pada tanggal 18 januari 2017 kepada Kepala Bagian Bidang I Bapak Husni Mubarak mengatakan bahwa: “Dalam proses penagihan pajak hotel masyarakat masih sering menghindari pejabat pajak padahal pemerintah selalu mengingatkan dan menghimbau kepada wajib pajak untuk membayar utang pajaknya dengan cara para pejabat pajak turun kelapangan untuk mengingatkan agar para wajib pajak membayar utang pajaknya tetapi para wajib pajak hotel 56 biasanya sering berusaha untuk menghindari membayar pajak dengan berbagai cara dan alasan” Penulis juga melakukan wawancara kepada 1 sampel hotel untuk mengetahui apakah dalam proses penagihan mereka sering menghindari pejabat pajak Wawancara yang penulis lakukan pada tanggal 9 Februari 2017 kepada Ibu Elis Supervisior dari hotel Hertasning mengatakan bahwa: “Pejabat pajak dari Dispenda kota Makassar Pernah datang untuk menagih utang pajak hotel kami setelah kami diberikan surat teguran tetapi owner kami atau pemilik hotel beralasan kepada mereka bahwa dia tidak ada di tempat hal ini lah yang membuat para pejabat pajak tersebut marah kepada kami karena mereka telah beberapa telah datang kesini,dan owner kami tela dihubungi beberapa kali tetapi tidak ada respon sama sekali” Jadi berdasarkan hasil wawancara penulis yaitu bahwa dalam proses penagihan pajak hotel masih seringnya para wajib pajak hotel yang berusaha untuk menghindari membayar pajak dengan berbagai alasan. Seharusnya tidak ada alasan untuk para wajib pajak atau pengusaha hotel untuk tidak membayar pajaknya karena pajak bersifat wajib. Selain faktor-faktor penghambat yang penulis utarakan di atas, terdapat faktor yang menjadi penunjang perbuatan pemerintah dalam melakukan penagihan pajak berdasarkan wawancara dan teori Soerjono Soekanto yakni : 57 Faktor sarana atau fasilitas Wawancara yang penulis lakukan pada tanggal 18 januari 2017 kepada Kepala Bagian Bidang I Bapak Husni Mubarak mengatakan bahwa: “Para pejabat pajak telah diberikan mobil dinas oleh pemerintah untuk memperlancar tugas mereka dalam proses penagihan pajak di kota Makassar, Hal ini diharapkan agar para pejabat pajak dapat lebih aktif dalam melakukan penagihan pajak hotel”. Jadi berdasarkan hasil wawancara penulis faktor ini merupakan faktor pendukung yaitu bahwa pemerintah dalam melakukan penagihan pajak telah diberikan mobil dinas dan ruang bekerja yang dilengkapi fasilitas yang membantu pekerjaan pejabat pajak yang diharapkan para pejabat pajak dapat lebih aktif lagi dalam melakukan penagihan pajak. Sehingga para pejabat pajak haruslah menjaga apa yang telah ada ini sesuai dengan salah satu faktor yang dikemukakan oleh soerjono soekanto yaitu sarana dan fasilitas. Jadi, berdasarkan hasil wawancara dan data yang didapatkan penulis saat penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi perbuatan hukum pemerintah dalam melakukan penagihan pajak hotel berdasarkan teori soerjono soekanto yaitu faktor kaidah hukum, penegak hukum, masyarakat dan sarana dan fasilitas yang ada. 58 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penulisan yang dilakukan oleh penulis, maka berikut di bawah ini kesimpulan dari permasalahan yang diangkat penulis : 1. Bentuk perbuatan hukum yang dilakukan oleh pemerintah daerah kota Makassar dalam melakukan penagihan pajak hotel adalah memberikan surat teguran kepada wajib pajak yang masih memiliki utang pajak hal ini sesuai dengan pasal 8 ayat 2 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000. Selanjutnya pejabat pajak tidak melakukan penagihan dengan seketika sekaligus, mengeluarkan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melakukan penyitaan, dan lelang hal ini tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undangundang Nomor 19 tahun 2000. 2. Faktor yang mempengaruhi pemerintah dalam penagihan pajak hotel di kota Makassar terbagi menjadi 2 yaitu faktor pendukung dan penghambat. Adapun faktor pendukung tersebut yakni tersedianya sarana atau fasilitas dalam menunjang pekerjaan yang dilakukan oleh pejabat pajak seperti mobil, ruang bekerja, dan lain sebagainya. Selain itu terdapat pula faktor penghambat pemerintah dalam penagihan pajak yakni faktor hukum, faktor penegak hukum, dan faktor masyarakat. Faktor penegak hukum yakni tidak sesuainya tugas pejabat penagihan pajak hotel seperti yang diatur dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000 dengan pelaksanaan 59 tugas pejabat penagihan pajak hotel. Dan yang terakhir faktor masyarakat yaitu kurangnya kesadaran wajib pajak hotel dalam mematuhi aturan yang telah ditetapkan. B. Saran 1. Hendaknya perbuatan hukum yang dilakukan oleh pemerintah daerah kota Makassar dalam melakukan penagihan pajak hotel harus mengikuti prosedur yang tercantum dalam peraturan yang berlaku yaitu Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000, dimana pada saat wajib pajak tidak mengindahkan surat teguran maka pejabat pajak harusnya melakukan penagihan dengan seketika sekaligus, mengeluarkan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melakukan penyitaan, dan lelang kepada wajib pajak. 2. Perlunya disesuaikan tugas pejabat pajak dengan aturan yang ada dalam melakukan penagihan pajak. Pemerintah harus lebih aktif lagi turun kelapangan untuk mengingatkan masyarakat pentingnya membayar pajak. 60 DAFTAR PUSTAKA A. BUKU Aminuddin Ilmar, 2012, Hak Menguasai Negara dalam Privatisasi BUMN, Kencana, Jakarta. Buku Panduan Hak dan Kewajiban Wajib Pajak Bohari, Pengantar Hukum Pajak, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012. Chaizi Nasuha, Reformasi Administrasi Publik: Teori dan Praktik. Penerbit PT Grasindo, Jakarta, 2004, Diana Sari. 2013. Konsep Dasar Perpajakan. Bandung : PT Refika Adimata Hilman Hadikusuma, Bahasa Hukum Indonesia, Bandung: PT. Alumni,2005 Muhammad Djafar Saidi, Perlindungan Hukum Wajib Pajak dalam Penyelesaian Sengketa Pajak, Rajawali Pers, Jakarta, 2008. Muhammad Djafar Saidi, Pembaruan Hukum Pajak, Rajawali Pers, Jakarta,2011 Soerjono Soekanto, 2008,Faktor-faktor yang mempengaruhi penengakan hokum,Rajawali Pers,Depok. Sirajuddin dkk., 2016, Hukum Administrasi Pemerintahan Daerah, Setara Pres, Malang. Wahyudin Pawiloi ,2014, Analisis Kontribusi Pajak Reklame dan Pajak Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Makassar,Skripsi,Sarjana Ekonomi,Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar. Wirawan B. Ilyas dan Richard Burton, Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta, 2001. Yunasril Ali, 2009. Dasar-Dasar Ilmu Hukum. Sinar Grafika : Jakarta. B. Peraturan Perundang-Undangan Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2010 Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945. 61 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penangihan Pajak Dengan surat Paksa. C. MEDIA CETAK Tribun Timur Kota Makassar (24 Agustus 2013) hal 14 D. INTERNET http://muhammadsyaroni.blogspot.co.id/2010/12/contoh-kasus-kasuspenagihan-pajak.html?m=1 http://aanwakhidansori.blogspot.co.id/2010/01/utang-pajak.html 62 Berikut data wajib pajak hotel yang penulis dapatkan dari hasil penelitian: NO WAJIB PAJAK ALAMAT WAJIB PAJAK JENIS HOTEL HOTEL SAHID IMPERIAL ARYADUTA HOTEL PT. PHINISI SULAWESI (THE RINRA HOTEL) Jl. Dr.Ratulangi No.33 Bintang Lima Jl. Somba Opu No.297 Bintang Lima JL. METRO TANJUNG BUNGA Bintang Lima HOTEL SINGGASANA Jl. Kajaolaliddo No.16 Bintang Empat 2 HOTEL ASTON Jl. St.Hasanuddin No.10 Bintang Empat 3 4 HOTEL QUALITY HOTEL PANTAI GAPURA HOTEL MAKASSAR GOLDEN Jl. Somba Opu No.235 Bintang Empat Jl. Pasar Ikan No.10 Bintang Empat Jl. Pasar Ikan No.53 Bintang Empat BINTANG LIMA 1 2 3 BINTANG EMPAT 1 5 6 7 8 9 HOTEL HORISON HOTEL NOVOTEL MAKASSAR HOTEL CLARION HOTEL FOUR POINT BY SHERATON 10 HOTEL BEST WESTERN 11 PT. CATUR JAYA / GAMMARA HOTEL 12 PT. BUMI ANUGERAH SAKTI / SWISS-BEL HOTEL JL. JEND SUDIRMAN NO.24 JL. CHAIRIL ANWAR NO. 28 JL. A.PETTARANI NO.3 JL. LANDAK BARU JL. BOTOLEMPANGAN NO. 67 JL. DG. PATOMPO METRO TANJUNG BUNGA JL. UJUNG PANDANG NO. 8 Bintang Empat Bintang Empat Bintang Empat Bintang Empat Bintang Empat Bintang Empat Bintang Empat HOTEL MELIA JL. A. MAPPANYUKKI MAKASSAR (PT.PUTRA NO. 17 LIANG JAYA) Bintang Empat HOTEL MARICAYA Jl. Kijang No.2 Bintang Tiga 2 HOTEL SANTIKA Jl. St.Hasanuddin No.40 Bintang Tiga 3 JL. PATIMURA NO. 9 Bintang Tiga Jl. Dg.Tompo No.8 / Alimalaka Bintang Tiga Jl. H.Bau No.7 Bintang Tiga Jl. Y.Latumahina No.30 Bintang Tiga 10 HOTEL ASWIN 11 HOTEL ASYRA Jl. Penghibur No.10 JL. MUCHTAR LUTFI NO. 38 JL. LASINRANG NO. 15 JL. G.LATIMOJONG NO.114 JL. MAIPA NO. 1 Bintang Tiga 9 HOTEL SAME PT.KENCANA ROYALINDO/MERCUR Y HOTEL BANUA KENARI TOWER HOTEL HOTEL LOSARI BEACH AEROTEL SMILE MAKASSAR FAVOR HOTEL 12 IBIS HOTEL JL. MAIPA NO. 8 Bintang Tiga 13 HOTEL LOSARI METRO Bintang Tiga 14 EMPRESS HOTEL 15 HOTEL DINASTY Jl. Khairil Anwar No.19 Jl. BOTOLEMPANGAN NO. 19 Jl. Lombok No.30 16 HOTEL YASMIN Bintang Tiga 17 KAREBOSI CONDOTEL 18 ASIA HOTEL 19 HOTEL SWISS BEL INN 20 CONTINENT HOTEL Jl. Jampea No.5 JL. JEND. M. YUSUF NO. 1 JL. PENGAYOMAN NO.5 JL. ADHYAKSA BARU NO. 55 JL. ADHYAKSA NO. 15 21 LYNT HOTEL JL. HERTASNING NO. 63 Bintang Tiga 22 GRAND ASIA HOTEL JL. BOULEVARD 13 BINTANG TIGA 1 4 5 6 7 8 Bintang Tiga Bintang Tiga Bintang Tiga Bintang Tiga Bintang Tiga Bintang Tiga Bintang Tiga Bintang Tiga Bintang Tiga Bintang Tiga Bintang Tiga 23 24 25 HOTEL REMCY PANAKKUKANG HOTEL AMARIS HERTASNING HOTEL GRAND MALEBU 26 GRAND CITY HOTEL 27 HOTEL D'MALEO PT. RAMEDONA WISATA HOTELINDO 28 29 HOTEL PESONNA 30 WHIZ PRIME HOTEL 31 32 TRAVELLERS HOTEL PHINISI HOTEL HARPER PERINTIS MAKASSAR JL. BOULEVARD BLOK F5/9 Bintang Tiga JL. HERTASNING NO. 63 Bintang Tiga JL. BONTO MANAI NO. 12 A JL. P. KEMERDEKAAN KM. 16 NO. 2 JL. PELITA VIII NO. 1 JL. LANDAK BARU NO.112 C JL. H. A. MAPPANYUKKI NO. 49 JL. SULTAN HASANUDDIN NO. 4 JL. LAMADUKELLENG NO. 59 JL. P. KEMERDEKAAN KM. 15 NO. 14 A Bintang Tiga Bintang Tiga Bintang Tiga Bintang Tiga Bintang Tiga Bintang Tiga Bintang Tiga Bintang Tiga BINTANG DUA 1 GRAND CENDRAWASIH HOTEL 2 THE ONE HOTEL 3 HOTEL CELEBES 4 HOTEL FAVE HOTEL ARTHA KENCANA MAKASSAR HOTEL SUTOMO MAKASSAR HOTEL LA'RIZ W THREE LAGALIGO MAKASSAR 5 6 7 8 M BOUTIQUE HOTEL 9 HOTEL CELEBES INDAH JL. KOMP. CENDRAWASIH SQUARE BLOK F1-5 JL. GUNUNG LATIMOJONG NO. 115 Jl. St.Hasanuddin No.2 Bintang Dua Bintang Dua Bintang Dua Jl. DG. TOMPO NO. 28 Bintang Dua Jl. DR. SUTOMO NO. 25 Bintang Dua Jl. DR. SUTOMO NO.35 MAKASSAR Bintang Dua Jl. LAGA LIGO NO. 34 Bintang Dua Jl. GUNUNG BAWAKARAENG NO. 39-41 Jl. G.Latimojong No.142 B Bintang Dua Bintang Dua 11 HOTEL GRAND PALACE HOTEL MIKO 12 HOTEL ALLSON CITY Jl. LEMBEH NO. 68 Bintang Dua 13 HOTEL AMARIS PT. LIMA BENUA PERSADA (HOTEL RACING PARK) Jl. BOUGENVILLE NO.3 Bintang Dua Jl. RACING CENTRE NO. 31 Bintang Dua 10 14 15 JL STAR HOTEL 16 HOTEL TRISULA 17 HOTEL JOLIN 18 HOTEL TREE 19 HOTEL MARANNU GARDEN 20 HOTEL ARBOR 21 FAVE HOTEL 22 HOTEL GAHARA MAXONE HOTEL (PT. CATUR PUTRA BAHAGIA) 23 Jl. T.Pelajar No.50 Bintang Dua Jl. BANDA NO. 37 Bintang Dua Jl. BOULEVARD TOPAZ F-74&75 Jl. TOPAZ RAYA F-38 Jl. PENGAYOMAN NO. 7 Jl. PANDANG RAYA NO. 12 Jl. Baji Gau No.52 Jl. PERINTIS KEMERDEKAAN KM.16 Jl. PELITA RAYA NO. 8 Bintang Dua Bintang Dua Bintang Dua Bintang Dua Bintang Dua Bintang Dua Bintang Dua Jl. HERTASNING I E9/23 Bintang Dua JL. TAMAN MAKAM PAHLAWAN NO.5 MKS Bintang Dua BINTANG SATU 1 2 3 4 5 6 Jl. Dr. RATULANGI NO. 136A HOTEL COKLAT Jl. ONTA LAMA NO. 2 A Jl. LANTO DG. GRAND CELINO HOTEL PASEWANG NO. 27 Jl. HOTEL MUSTIKA SARI G.LATIMOJONG/NICO BLOK C NO.1,2,3 Jl. Botolempangang HOTEL CITRA WISATA No.28 HOTEL ALDEN Jl. LASINRANG NO. 6 TUNE HOTEL Bintang Satu Bintang Satu Bintang Satu Bintang Satu Bintang Satu Bintang Satu 7 HOTEL PRIMA Jl. DR. RATULANGI NO. 17 Bintang Satu 8 HOTEL ANGING MAMMIRI Jl. Somba Opu No.249 Bintang Satu 9 HOTEL BALI 10 HOTEL OCEAN VIEW 12 RAMAYANA SATRYA HOTEL AGRAHA HOTEL 13 HOTEL JAKARTA 14 GRAND TOWN HOTEL 15 AVIRA HOTEL 16 GRAND IMAWAN HOTEL 17 HOTEL COLONIAL 18 HOTEL BAJI GAU HOTEL DARMA NUSANTARA ALPHA HOTEL HOTEL MAKASSAR MARINE 11 19 20 21 Jl. S.Pareman Lr.53 No.17 Jl. NUSANTARA NO. 128 Jl. G. BAWAKARAENG No. 121 Jl. ANDALAS NO. 178 Bintang Satu Bintang Satu Bintang Satu Bintang Satu Jl. ANCE DG. NGOYO Jl. PENGAYOMAN KOMP. PASAR SEGAR BLOK E/9B Jl. ADHYAKSA BARU No. 18 Jl. PENGAYOMAN NO. 36 Jl. METRO TANJUNG BUNGA Jl. BAJI GAU No.32 J Bintang Satu Jl. BANDARA BARU Bintang Satu Jl. PELITA RAYA NO. 25 JL. JEND. SUDIRMAN NO. 72 Bintang Satu Jl. S.Saddang No.66 Melati Tiga Jl. S.Saddang No.96 Melati Tiga Jl. KIJANG NO.35 Jl. Botolempangan No.33 Melati Tiga Bintang Satu Bintang Satu Bintang Satu Bintang Satu Bintang Satu Bintang Satu MELATI TIGA 2 PONDOK WISATA BONTOCINDE HOTEL ISTANA 3 HOTEL VIOLET 4 HOTEL LYDIANA 5 HOTEL LESTARI PERMAI Jl. KARUNRUNG NO.11 Melati Tiga 6 HOTEL SAS Jl. JENDRAL SUDIRMAN NO. 72 Melati Tiga 1 Melati Tiga Jl. G. LOMPOBATTANG NO. 129 Jl. Penghibur No.3 7 HOTEL CROWN INN 8 LOSARI BEACH INN 9 HOTEL KENARI PANTAI Jl. Penghibur No. 289 Melati Tiga 10 PONDOK SANRILA Melati Tiga 11 HOTEL PACIFIC 12 WISMA MULIA Jl. Ince Nurdin No.12 Jl. BOTOLEMPANGAN NO. 53 Jl. S. PAREMAN III/1 13 HOTEL SAVU Melati Tiga 14 WISMA AIWA 15 HOTEL BERIL NUR Jl.Savu No.11 Jl. DR.WAHIDIN SUDIROHUSODO NO.2J-2K Jl. NUSANTARA BARU NO.416-418 Jl. SULAWESI NO.30 Melati Tiga Jl. SULAWESI NO. 33 Melati Tiga Jl. BONERATE NO. 6 B Melati Tiga Jl. BURU NO. 23 - 25 Melati Tiga Jl. TIMOR NO.63 Jl. G.BAWAKARAENG NO.115 Jl. Jasper II No.2 Melati Tiga Jl. TODDOPULLI Melati Tiga Jl. ADHYAKSA I NO.9 Melati Tiga Jl. ADHYAKSA NO.31C-E Jl. ADHYAKSA BARU JASPER 2/46 KOMPLEKS LILY BLOK A 14-15 Jl. TOPAZ RAYA BLOK F 65 A Jl. PENGAYOMAN RUKO ALFA NO.3-5 Jl. PENGAYOMAN RUKO ALFA MAKASSAR Melati Tiga 19 HOTEL GRAND POPULER HARBOUR CITY HOTEL WISMA & CAFE FAVORITE HOTEL BAHAGIA 20 HOTEL CENTURY 21 WISMA EXCLUSIVE 22 HOTEL DENPASAR 23 25 HOTELKU PONDOK GREEN ADHYAKSA HOTEL ADHYAKSA 26 HOTEL GENESIS 16 17 18 24 27 28 HOTEL GRAND PLATINUM HOTEL MAX INDONESIA 29 HOTEL PENGAYOMAN 30 HOTEL ROYAL Melati Tiga Melati Tiga Melati Tiga Melati Tiga Melati Tiga Melati Tiga Melati Tiga Melati Tiga Melati Tiga Melati Tiga Melati Tiga Melati Tiga Melati Tiga 31 HOTEL AL BADAR 32 TEPIAN INDAH HOTEL 33 HOTEL PARAMOUNT 34 HOTEL NEW BENHILL 35 SAFARI HOTEL 36 HOTEL MAKASSAR INDAH 37 HOTEL HERTASNING 38 WISMA NIRMALASARI 39 HOTEL SARISON 40 HOTEL PARADISO 41 HOTEL ADIPURA 42 HOTEL NEW KAIZAR 43 44 45 MELATI DUA 1 2 3 4 5 PT. GOLDWIN GRAHAWITA MAKASSAR/AMARIS HOTEL HOTEL VINDHIKA Jl. PENGAYOMAN RUKO MIRAH II NO.11 Jl.A.Tonro No.79 JL. P. KEMERDEKAAN KM. 17,5 JL. SULTAN ALAUDDIN JL. LANDAK BARU NO. 49 JL. M. EMMY SAELAN NO. 1 JL. HERTASNING RAYA NO. 58 JL. PERINTIS KEMERDEKAAN NO. 77 JL. PERINTIS KEMERDEKAAN KM.13 NO.78 JL. PERINTIS KEMERDEKAAN B/NO.19 JL. P. KEMERDEKAAN PURI KENCANA SARI AD NO.3-4 JL. TODDOPULI RAYA I A-2A Melati Tiga Melati Tiga Melati Tiga Melati Tiga Melati Tiga Melati tiga Melati Tiga Melati Tiga Melati Tiga Melati Tiga Melati Tiga Melati Tiga JL. AP. PETTRANI NO.17 Melati Tiga JL.G.MERAPI Melati Tiga WISMA PRIMA Jl.Timor No. 32 Melati Tiga HOTEL ORIENTAL HOTEL VENUS KENCANA WISMA MAKASSAR Jl.Mongisidi No.44 Jl.Botolempangan No.17 Jl.Savu No.11A Melati Dua HOTEL LESTARI HOTEL MAKASSAR MULIA Jl.Savu No.16 Melati Dua JL. NUSANTARA NO. 50 Melati Dua Melati Dua Melati Dua 6 HOTEL NEW LEGEND Jl.Jampea No.2 Melati Dua 7 WISMA TIMOR HOTEL MAKASSAR METRO PONDOK BOROBUDUR INDAH HOTEL SULAWESI (GANTI NAMA) Jl.Timor No.97 Melati Dua Jl.T.Pelajar No.61-63 Melati Dua Jl.Sarappo No.143 Melati Dua Jl.Topaz Raya No.D 3 Melati Dua 8 9 10 11 VINDHIKA HOTEL 12 HOTEL CAPITAL 13 14 15 16 HOTEL TODDOPULI MAS WISMA PELITA MAS WISMA LYDIANA HOTEL GRAND MULIA 786 JL. PENGAYOMAN NO. 38 A JL. PENGAYOMAN RUKO MIRAH II NO.910 JL.TODDOPULI RAYA NO.21 Jl.Pelita Raya No.2 Jl.Pelita Raya No.45 Melati Dua Melati Dua Melati Dua Melati Dua Melati Dua JL. ANDI TONRO NO. 63 Melati Dua WISMA DALILAH JL. BANDARA BARU NO. 18 Melati Dua NEW VALENTINO Jl.Gagak No.13 A Melati Satu 2 WISMA NUR II Melati Satu 3 HOTEL CELEBES INN 4 WISMA NUR JL.NUSA INDAH NO.12 JL.LANDAK BARU NO.25 Jl.Onta Baru No.127 5 HOTEL ASTIKA Jl. Amirullah No.4 Melati Satu 6 WISMA BUDI Melati Satu 7 GRACIA INN JL.HARIMAU NO.7 JL. SULTAN HASANUDDIN NO. 1 Jl.St.Hasanuddin No.36-38 Jl.Dg.Tompo No.49 JL.PENGHIBUR NO.115 Melati Satu 17 MELATI SATU 1 8 9 10 HOTEL GRAND WISATA WISMA KITA HOTEL THE BUGIS OCEAN Melati Satu Melati Satu Melati Satu Melati Satu Melati Satu 11 HOTEL ASTRA NOVILIA JL. MONGINSIDI NO. 12 Melati Satu 12 HOTEL KIWI INDAH Jl.S.Cerekang No.26 Melati Satu 13 HOTEL MIRA Melati Satu 14 WISMA LATANETE 15 HOTEL BINTANG Jl.S.Cerekang No.44 A JL.S.SADDANG BLOK C.14 JL. G. MERAPI NO.185 16 PULAU KAYANGAN Melati Satu 17 WISMA SANUR 18 HOTEL ISTANA MAS Jl.U.Pandang No.6 JL. UJUNG PANDANG BLOK C2-C3 Jl.A.Yani No.21-E 19 WISMA SERUI Jl.Serui No.30 Melati Satu 20 HOTEL TIARA SARI JL.BALI NO.40-57 Melati Satu 21 WISMA BAHAGIA JL.A.YANI NO.21 Melati Satu 22 WISMA FLORES JL. FLORES NO. 2 Melati Satu 23 WISMA CITY INN JL. AHMAD YANI NO. 3 Melati Satu 24 HOTEL AGUNG Melati Satu 25 WISMA PADI'S 26 HOTEL NUSANTARA JL. JAMPEA NO. 33 JL. NUSANTARA NO. 98-100 Jl.Sarappo No.103 27 HOTEL MURAH Jl.Sarappo No.60 Melati Satu 28 WISMA UTAMA Jl.Sarappo No.99 Melati Satu 29 HOTEL ROSNAH Jl.Barranglompo No.58 Melati Satu 30 WISMA TARAKAN Jl.Tarakan No.110 Melati Satu 31 HOTEL MUTIARA SARI JL.BONERATE NO.26 A Melati Satu 32 WISMA SINAR JAYA JL. SARAPPO NO.77/78 Melati Satu 33 HOTEL MANGGA DUA Jl.Tanimbar No.8 Melati Satu 34 Jl.Nusantara No.332 Melati Satu Jl.Nusantara No.344 Melati Satu 36 HOTEL AGUS HOTEL BANDAR MAKASSAR HOTEL AMAN Jl.Mesjid Raya No.32 Melati Satu 37 HOTEL ROSALINA Jl.Mesjid Raya No.75 Melati Satu 38 WISMA PHI WISMA ABADI PERKASA Jl.Laiya No.2 Jl.Datuk Ribandang No.34/20 Melati Satu 35 39 Melati Satu Melati Satu Melati Satu Melati Satu Melati Satu Melati Satu Melati Satu 40 41 HOTEL MERPATI HOTEL PANAKKUKANG 42 HOTEL KAMANRE 43 WISMA PONDOK INDAH 44 BOULEVARD HOTEL 45 WISMA TOPAZ 46 HOTEL GLADIOL 47 HOTEL ANUGRAH I 48 HOTEL ANUGRAH II 49 HOTEL DIAMOND 50 ROBOTEL 51 HOTEL RIKA 52 WISMA LATOBANG 53 HOTEL TANJUNG 54 WISMA AFOD 55 HOTEL SCARLET 56 HOTEL PERMATA 57 MES INDAH 58 WISMA AGUM MAS 59 WISMA ZAIRAH 60 HOTEL DAYA 61 MAKASSAR GUEST HOUSE Jl.Tinumbu No.139 Jl.Boulevard Jasfer No.29-30 JL.URIP SUMOHARJO NO.59 A Jl.Inspeksi Kanal Pampang JL.BOULEVARD RUKO TOPAZ F37-43 JL.TOPAZ RAYA F64 PENGAYOMAN RUKO MIRAH NO.3 JL. PENGAYOMAN NO. 3 JL. PENGAYOMAN JASPER III NO. 46 JL. BOULEVARD RUKO CEMPAKA NO.28 JL. TOPAZ RAYA BLOK F/65 JL. TODDOPULI V NO. 12 Jl.Mappaoddang No.17 JL. METRO TJ. BUNGA 33 KOMP RUKO SOMBA OPU JL.A.P.PETTARANI I/12 JL.BONTO MANGAPE NO.13 JL. ANDI TONRO No. 11 A Jl.Abd.Kadir I No.2 Jl.P.Kemerdekaan KM.19 No.17 Jl.Kapasa Raya No.5 JL,. KAPASA RAYA RT.002 RW.005 JL. HERTASNING RAYA NO. 58 Melati Satu Melati Satu Melati Satu Melati Satu Melati Satu Melati Satu Melati Satu Melati Satu Melati Satu Melati Satu Melati Satu Melati Satu Melati Satu Melati Satu Melati Satu Melati Satu Melati Satu Melati Satu Melati Satu Melati Satu Melati Satu Melati Satu 62 HOTEL GRAND AULIA JL. M. EMMY SAELAN NO. 25 A Melati Satu 63 PENGINAPAN PELANGI INDAH JL. PENGHIBUR NO. 16 Melati Satu 64 PONDOK ELITE 65 WISMA SEHATI JL. BOULEVARD RK.JASCINTH I/16 JL. LETJEN. MAPPAODDANG NO. 41 Melati Satu Melati Satu COTTAGE 1 ARUMPALA COTTAGE Jl.Gatot Subroto No.42 Cottage 2 MAKASSAR COTTAGE JL. DANGKO NO. 50-52 Cottage 1 PONDOK LOSARI JL. RAJAWALI NO. 25 2 KOST SENTOSA JL. H.A. MAPPANYUKI NO. 50 D 3 ALMIRA HOME STAY JL. A.MAPPANYUKKI NO. 107 4 PONDOK RABBANG BAMBO Jl.Nusa Indah No.5 5 PONDOK HAPPY Jl.Onta Lama No.8 6 PENGINAPAN MULIA JL. VETERAN SELATAN NO. 503 7 RUMAH KOST JL. SERIGALA NO. 169 LOSMEN/ PENGINA PAN/RUM AH KOST Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost 8 KOST RENISA JL. TUPAI NO. 65 9 WISMA SEHATI JL. CENDRAWASIH SQUARE D1-D2 10 D & K HOME JL. CENDRAWASIH SQUARE BLOK C NO. 16-17 11 SURYA HOME STAY JL.ONTA LAMA NO.32 12 KOST MAWAR JL.SUNGAI SADDANG 1 NO.27 13 ARISTO HOME JL. LEMBU NO. 9 A 14 RUMAH KOST ANISA JL. DOMBA NO. 24 15 RUMAH KOST MUTIARA JL. MONGINSIDI BARU NO. 22 16 RUMAH KOST ALFARABI JL. GUNUNG NONA BARU NO. 21 17 KOST LIMBOTO Jl.S.Limboto Lr.50/23 18 RUMAH KOST 42 JL. VETERAN UTARA LRG. 42/2 19 RUMAH KOST YULI JL. VETERAN UTARA LR.42 NO. 10 B 20 KOST TUROSSA JL.S LIMBOTO LR 37/15 21 KOST CARADE JL. VETERAN UTARA LR.36 NO.26 Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost 22 KOST BAMBAPUANG Jl.Bambapuang 23 PONDOK ISTANA Jl.Bambapuang No.26 24 KOST LATIMOJONG JL.G.LATIMOJONG NO.114 25 KOST 77 JL. SUNGAI POSO NO.23 26 KOST MAEKI JL. BULUSALAKA NO. 29/31 27 DAHLIA HOUSE JL. GUNUNG BAMBAPUANG II/37 28 WISMA RED JL. METRO LATIMOJONG SQUARE C 32-33 29 METRO INN JL. G. LATIMOJONG RK METRO BLOK G 5-6 30 KOST CEMARA JL. BATU PUTIH NO. 7 31 PONDOKKU JL. SUNGAI LIMBOTO 32 WISMA PRATAMA JL. SUNGAI LIMBOTO NO. 101 33 RUMAH KOST TRI PUTRA JL. SUNGAI SADDANG I NO.30 34 KOST SUMBER JL. SUNGAI SADDANG I NO. 32 35 KOST SUMBER JAYA JL. S. SADDANG 4 NO. 21 Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost 36 RUMAH KOST PASTEL JL. JA'JALA NO. 10 37 RUMAH KOST WINK JL. JA'JALA NO. 6 38 RUMAH KOST NELS JL. JA'JALA NO. 27 39 KOST AKMAL JL. KALAMPETO NO. 35 40 WISMA MUTIARA JL. SUNGAI SADDANG NO.56 41 KOST GUNUNG NONA JL.G.NONA NO.57 42 WISMA SEVEN JL.S SADDANG KOMP LATANETE 43 KAYANGAN INN JL. UJUNG PANDANG NO.6 44 HOMESTAY RUMAH AISYAH JL. LAMADUKELLENG NO. 56 45 PONDOK SUN ANGGLI JL. INCE NURDIN NO. 2 46 HOMESTAY GREEN JL. BOTOLEMPANGAN NO. 32 47 HOTEL HARAPAN Jl.S.Poso No.24 48 KOST HOKKY JL. SUNGAI CENRANA NO. 37 49 RUMAH KOST 83 JL. SUNGAI PAREMAN NO. 83 Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi KOST SULAWESI Jl.Sulawesi No.91 A napan/Rumah Kost Losmen/Pengi PENGINAPAN BALI Jl.Timor No.62 napan/Rumah Kost Losmen/Pengi LOSMEN SEMERU JL.JAMPEA NO.28A napan/Rumah Kost Losmen/Pengi WISMA JAMPEA JL.JAMPEA NO.2 napan/Rumah Kost Losmen/Pengi RUMAH KOST SERUI JL. SERUI NO. 16 napan/Rumah Kost Losmen/Pengi JL. NUSANTARA NO. WISMA HARMONI INN napan/Rumah 114 Kost Losmen/Pengi PENGINAPAN Jl.Tarakan No.92A napan/Rumah HIMALAYA Kost Losmen/Pengi PENGINAPAN Jl.Kabaena No.29 napan/Rumah KABAENA Kost Losmen/Pengi PENGINAPAN BUMI Jl.Banda No.16 napan/Rumah INDAH Kost Losmen/Pengi KOST DIPONEGORO Jl.Kabaena No.9 napan/Rumah Kost Losmen/Pengi PONDOK MEGA Jl.P.Diponegoro No.117 napan/Rumah WISATA J Kost Losmen/Pengi KOST DIPONEGORO II Jl.Kabaena No.11 napan/Rumah Kost Losmen/Pengi PONDOK SAMUDRA Jl.Lombok No.3 napan/Rumah Kost WISMA PERMATA JL. FLORES NO. 3 64 PENGINAPAN PARE INDAH Jl.Lombok No.54 A 65 LOSMEN IRIAN JL.IRIAN NO.49 66 LOSMEN SAMALONA JL.SAMALONA NO.11 67 WISMA BANDA JL. BANDA NO. 40 A 68 LOSMEN LATIMOJONG JL.G.LATIMOJONG III/12 69 WISMA ROYAL JL. LAIYA NO. 70 70 PONDOK WISATA NUSANTARA Jl.Mesjid Raya No.111 71 WISMA DENPASAR JL. MASJID RAYA NO. 182 72 RUBY INN JL. PENGAYOMAN NO. 7 73 WISMA BENHILL JL.URIP SUMOHARJO 74 HOME STAY GRIYA ADRIN JL. PENJERNIHAN RAYA NO. 2 75 KOST ANDAMI JL. BAITURRAHMAN NO. 85 76 WISMA AKBAR JL. BAITURAHMAN NO. 42 77 KOST BAITURRHMAN JL. MESJID BAITURRAHMAN Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost 78 RUMAH RATEA JL.PENGAYOMAN AKIK HIJAU J.6 79 KOST AKIK HIJAU JL.PENGAYOMAN AKIK HIJAU 80 WISMA AKIK HIJAU JL.ADHYAKSA RAYA NO.38 81 PONDOK JASCINT KOMP.JASCINT NO. 12 B 82 RUMAH KOST ZAMRUD JL. ADHYAKSA LAMA NO. 23 83 KOST ADHYAKSA II JL. ADHYAKSA II NO.8 A 84 GUEST HOUSE 3G JL. AP.PETTARANI/KOMP SQUARE 85 3G HOME STAY JL. PENGAYOMAN AKIK HIJAU 86 KOST CAHAYA JL. PENGAYOMAN NO.23 87 F3 GUEST HOUSE JL. PELITA III UTARA NO. 4 88 KEMBANG DJAWA JL. PENGAYOMAN RUKO ALFA NO.2 89 KOST ORANGE PENGAYOMAN JL. PENGAYOMAN RUKO ALFA NO. 26 90 MESS NUSA INDAH JL. BOULEVARD, KOMP NUSA INDAH 91 WISMA ATRIA JL. ANCE DG. NGOYO Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost 92 KOST HIJAU 93 MAKASSART HOME STAY 94 KOST 33 95 KOST PONDOK ANANTA 96 MIRAA HOMESTAY 97 PONDOK RUBY 98 KOST TODDOPULI III STP III/4 99 KOST ZAM-ZAM 100 KOST MAWAR 101 KOST HERTASNING UTARA 102 KOST SUCI 103 PONDOK DEWA 104 PONDOK BIRA 105 AZA GUEST HOUSE Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi JL. BOUGENVILLE TULIP napan/Rumah 26 AB Kost Losmen/Pengi JL. BUMI KARSA NO. 25 napan/Rumah Kost Losmen/Pengi JL. TODDOPULI XVIII napan/Rumah NO. 192 B Kost Losmen/Pengi JL. PENGAYOMAN napan/Rumah F.10/NO.2-3 Kost Losmen/Pengi JL.BOULEVARD RUKO napan/Rumah Kost Losmen/Pengi JL. TODDOPULI III STP napan/Rumah III NO. 4 Kost Losmen/Pengi JL. ADHYAKSA II TIMUR napan/Rumah NO.29 Kost Losmen/Pengi JL.ADHYAKSA II napan/Rumah TERUSAN NO.22 Kost Losmen/Pengi JL. HERTASNING napan/Rumah UTARA 7 NO.3 Kost Losmen/Pengi JL. ADHYAKSA II TIMUR napan/Rumah NO.27 Kost Losmen/Pengi JL. TODDOPULI III STP I napan/Rumah NO. 15 Kost Losmen/Pengi JL. RUKO RUBY napan/Rumah 38,39,40 Kost Losmen/Pengi JL. PANDANG RAYA napan/Rumah NO. 1 Kost JL. ANCE DG. NGOYO 106 KOST NOVAL JL. ADHYAKSA 9 LR.1/02 107 WISMA GRESS JL. HERTASNING A 1516 108 PONDOK SERUNI JL. SERUNI NO. 12 109 HOME STAY MATURA JL. URIP SUMOHARJO NO. 47 110 KOST LULU JL.KARANTINA NO.29 111 KOST MANNILINGI JL. KARANTINA NO. 1 112 PARADE GUEST HOUSE JL. TOPAZ F.84 113 PONDOK MERANTI JL. MERANTI NO. 222 114 WISMA RUMAH RAMAH JL. BAITURAHMAN NO. 59 115 KOST KEUANGAN (MESS) JL. URIP SUMOHARJO LRG. 5 NO. 8 116 WISMA KUMALA JL.KUMALA NO.120 117 PONDOK TANJUNG BUNGA JL.TANJUNG BUNGA NO.5 118 MARIO INN JL. BONTOSUNGGU NO. 21 119 KOST SEMARA JL. BONTO MANAI Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost 120 PONDOK BONTO TANGNGA JL. BONTO TANGNGA NO. 6A 121 WISMA DOWI JL.DG.TATA III NO.50 122 WISMA LANRAKI JL. LANRAKI NO. 8 DAYA MAKASSAR 123 SALSHABILA HOUSE JL. BUMI PERMATA SUDIANG A6/6 124 WISMA AAN PATRAN JL. DG. RAMANG 125 WISMA LOVE JL. BANDARA BARU 126 WISMA BINANGA JL. BATARA BIRA BADDOKA 127 PONDOK NABILA I & II JL. P. KEMERDEKAAN KM. 18 128 HOME STAY 99 JL. DG. RAMANG 129 BORONG LIFE HOME JL. UJUNG BORI, BORONG 130 PONDOK ZULHADIZT JL. TODDOPULI RAYA TIMUR NO. 165 131 KOST TODDOPULI JL. TODDOPULI RAYA TIMUR LR. II/9 132 LUCKY INN JL. TODDOPULI RAYA UTARA NO. 1-3 133 ERIN INT HOTEL JL. TODDOPULI VII NO. 7 Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost 134 QATARI KOST 135 PONDOK NUSANTARA EXCLUSIVE 136 RUMAH KOST PINANG INDAH 137 RUMAH KOST PINANG 138 GUEST HOUSE AZALIA 139 PONDOK ALDI 140 PONDOK ZACKY 141 PONDOK 110 142 KOST GRIYA PANAKKUKANG 143 KOST SULAWESI 144 CV. ASATU MANSION 145 PONDOK FAMILY INN 146 GRAHA NADA TAMALATE 147 PONDOK AYU Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi JL. HERTASNING NO. 20 napan/Rumah A Kost Losmen/Pengi JL. PINANG NO. 163C napan/Rumah Kost Losmen/Pengi JL. PINANG NO. 32 napan/Rumah Kost Losmen/Pengi JL. AROEPALA NO. 41 napan/Rumah Kost JL. TODDOPULI VI Losmen/Pengi BORONG INDAH NO. napan/Rumah 26 Kost Losmen/Pengi JL. MAPPALA BLOK napan/Rumah E21/19 PEMDA Kost Losmen/Pengi JL. HERTASNING NO. napan/Rumah 110 Kost Losmen/Pengi JL. HERTASNING KOMP napan/Rumah GRIYA PANAKKUKANG Kost Losmen/Pengi JL. BUAKANA NO. 62 napan/Rumah Kost Losmen/Pengi JL. BUAKANA KOMP napan/Rumah PERTAMINA Kost Losmen/Pengi JL.FAISAL NO.12 napan/Rumah Kost Losmen/Pengi JL. TAMALATE II UJUNG napan/Rumah NO. 121 A Kost Losmen/Pengi JL. WIJAYA KUSUMA napan/Rumah RAYA 45 Kost JL. ANCE DG. NGOYO LR. V NO. 18 148 PONDOK ORANGE JL. WIJAYA KUSUMA RAYA 35 149 PONDOKAN SABAR JL. FAISAL XIV / 15 150 PONDOK BIRU JL. WIJAYA KUSUMA IV NO. 37 151 TECHNO INN JL. LANDAK BARU NO. 87 152 KOST A4 JL. R.S.I FAISAL VI NO. 10 153 KOST DAREL JL. BONTO LANGKASA NO. 53 154 PONDOK GRAND AULIA JL. LANDAK BARU 155 RUMAH KOST JL.S.SADDANG BARU NO.92 B 156 HH GUEST HOUSE JL. S. SADDANG BARU A 12A NO. 1 157 PONDOK MODERN Jl.Hertasning Blk.E-II No.27 158 D'KHANZA JL. MAPPALA RAYA BLOK A3 NO. 3 159 LIND HOMESTAY JL. HERTASNING III NO. 6 160 PLATINUM GUEST HOUSE JL. MAPPALA NO. III/6 161 KOST KARYAWAN(TI) KOMP.PEMDA JL. AP.PETTARANI/KOMP PEMDA E 25 NO.1 Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi napan/Rumah Kost Losmen/Pengi JL. HERTASNING BLOK 163 QIFA HOMESTAY napan/Rumah E7 NO. 2 Kost Losmen/Pengi JL. BTP TAMALANREA 164 MEGA PRATAMA napan/Rumah RAYA BLOM M 9 NO. 1 Kost Losmen/Pengi JL. TAMALANREA RAYA 165 HOME STAY 471 napan/Rumah BLOK M 34 Kost Losmen/Pengi JL. PERINTIS 166 PONDOK AFRA napan/Rumah KEMERDEKAAN 4 LR.9 Kost Losmen/Pengi BUMI TAMALANREA 167 PONDOK CRISYANT napan/Rumah PERMAI Kost Losmen/Pengi RUMAH KOST METRO JL. PERINTIS 168 napan/Rumah SARIRA KEMERDEKAAN I NO.32 Kost Sumber: Dispenda Kota Makassar Tahun 2017 162 KOST PUTRI JL. AP. PETTARANI KOMP PEMDA BLOK E 22