BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik yang dilakukan pada diri sendiri, lawan jenis maupun sesama jenis yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik, berkencan, berpegangan tangan, mencium pipi, mencium bibir, berpelukan, memegang buah dada, memegang alat kelamin, sampai dengan melakukan senggama (Sarwono, 2012). Perilaku seks pranikah di kalangan remaja semakin meningkat. Keingintahuan remaja yang besar, perkembangan teknologi informasi, kurangnya komunikasi dalam keluarga, dan semakin tak pedulinya masyarakat membuat perilaku itu semakin meluas (Anna, 2012). Perilaku seksual pranikah remaja dipengaruhi oleh banyak hal, selain dari faktor pengetahuan juga dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa,pengalaman pribadi, lembaga pendidikan, lembaga agama dan emosi dari dalam individu. Perilaku seksual pranikah remaja bisa berwujud positif ataupun negatif, perilaku positif kecenderungan tindakan adalah menghindari seksual pranikah sedangkan perilaku negatif kecenderungan tindakan adalah mendukung seksua pranikah pada remaja (Azwar, 2013). Akibat buruk dari seksual pranikah dapat membawa remaja masuk pada hubungan seks pranikah dengan segala akibatnya, antara lain terjadi kehamilan remaja puteri diluar nikah, infeksi organ reproduksi, perdarahan, pengguguran kandungan yang 1 Universitas Sumatera Utara 2 tidak aman, resiko tertular penyakit seksual dan meningkatkan remaja putus sekolah (Djaja, 2012). Arus globalisasi yang begitu cepat berkembang membawa pengaruh komunikasi dan informasi yang begitu cepat dan tanpa hambatan sehingga dapat mempercepat adanya perubahan perilaku salah yaitu, terbukanya akses informasi dimana informasi dapat diperoleh melalui media elektronika seperti siaran televisi, video, DVD dan media cetak bahkan teknologi moderen seperti internet,dan pengawasan serta perhatian dari orang tua dan keluarga yang semakin longgar sehingga banyak remaja yang memilih tinggal dikost dari pada tinggal bersama orang tuanya karena ingin bebas dan tidak terikat serta lingkungan sekitar yang mendorong perilaku seksual remaja (Prastana, 2013). Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan setiap individu yaitu merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial. Remaja dalam memasuki masa peralihan tanpa pengetahuan yang memadai tentang seksual pranikah sehingga kematangan seksual pada usia remaja menyebabkan munculnya minat seksual dan keingintahuan yang tinggi tentang seksualitas. Rendahnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seksual mengakibatkan munculnya penafsiran, persepsi dan sikap yang kurang tepat dalam memandang perilaku seksual pranikah (Sarwono, 2012). Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World Health Organization (WHO) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19 tahun. Sekitar 900 juta berada di negara berkembang. Di Universitas Sumatera Utara 3 Indonesia pada tahun 2014 jumlah remaja usia 10-24 tahun terdapat sekitar 64 juta atau 28,64% dari jumlah penduduk Indonesia (Muadz, dkk, 2014). Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting maka remaja berusaha mencari berbagai informasi mengenai hal tersebut. Padahal pada masa remaja informasi tentang masalah seksual sudah seharusnya mulai diberikan, agar remaja tidak mancari informasi dari orang lain atau dari sumber-sumber yang tidak jelas atau bahkan keliru sama sekali mengenai hasrat seksual. Hubungan seks pranikah pada remaja umumnya berawal dari masa awal pacaran. Ketika remaja berpacaran tanpa didukung dengan pengetahuan dan sikap mengenai perilaku seksual yang baik pada remaja, maka akan memicu terjadinya hubungan seksual pranikah pada remaja. Ketika pacaran remaja akan tergiur melakukan cumbu rayu, peluk cium dan bila gejolak nafsu tidak terkendali berlanjutnya hubungan badan atau hubungan seksual pranikah (Tanjung, 2013). Pemberian informasi masalah seksual menjadi penting terlebih lagi mengingat remaja berada dalam potensi seksual yang aktif (Mu’tadin, 2012). Banyak sekali remaja yang sudah aktif secara seksual meski bukan atas pilihannya sendiri. Kegiatan seksual yang tidak bertanggung jawab menempatkan remaja pada tantangan resiko terhadap berbagai masalah kesehatan reproduksi. Setiap tahunnya 50.000 remaja diseluruh dunia meninggal karena kehamilan dan komplikasi persalinan (Centers for Disease Control, 2012). Secara global kasus HIV/AIDS terjadi pada kaum muda 15-24 tahun. Perkiraan terakhir adalah setiap hari ada 7000 remaja terinfeksi HIV/AIDS. Jumlah kasus HIV dan AIDS di Indonesia yang dilaporkan hingga juni 2012 HIV mencapai 86.762 dan AIDS Universitas Sumatera Utara 4 mencapai 32.103 dengan jumlah kematian 5.623 jiwa penderita usia 15-19 tahun sebanyak 1.134 jiwa jumlah penderita dengan faktor resiko heteroseksual sebanyak 18.680 jiwa (Ditjen PP & PL RI, 2012). Tidak heran bila masalah seksualitas sering kali muncul dalam kehidupan remaja karena ingin mencoba-coba segala hal, termasuk yang berhubungan dengan fungsi kebutuhan yang juga melibatkan pasangannya. Faktor lain yang dapat mempengaruhi seorang remaja melakukan seks pranikah karena ia didorong oleh rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba-coba segala hal yang belum diketahui. Kondisi ini tentu saja dapat menimbulkan keadaan yang rawan dan berbahaya dalam perilaku seksual remaja dewasa ini (Gunarsa,dkk, 2010). Berdasarkan hasil penelitian di empat kota yakni Jakarta Pusat, Medan, Bandung, dan Surabaya yng dilakukan oleh BKKBN pada tahun 2015 yang menunjukkan sebanyak 35,9% remaja punya teman yang sudah pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Bahkan, 6,9% responden telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah (Harian Merdeka, 2013). Hasil survey pada tahun 2015 yang dilakukan BKKBN; tercatat 51% remaja Jabodetabek sudah tidak perawan lagi, di Surabaya tercatat 54%, di Bandung 47% dan 52% di Medan dan Yogya 37% dan estimasi jumlah aborsi di Indonesia yang diasumsikan akibat perilaku seksual yang pranikah per tahun mencapai 2,4 juta jiwa dan 800 ribu diantaranya terjadi dikalangan remaja (BKKBN, 2015). Hasil penelitian LSM Sahara yang dilakukan pada rentang tahun 2010 2015 dibeberapa kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Universitas Sumatera Utara 5 Medan didapatkan hasil bahwa dalam hitungan rata-rata 44,8% remaja telah melakukan hubungan intim (seks). Sebagian besar remaja yang melakukan hubungan seksual tersebut berada dirumah kost. Dari tahun 2010 sampai 2015, diketahui bahwa tempat yang paling sering mereka melakukan hubungan intim di rumah kost (51,5%), kemudian menyusul di rumah-rumah pribadi (sekitar 30%). Rumah yang jauh dari kampus membuat banyak remaja memilih hidup di tempat kost. Dampaknya adalah mereka menjadi mandiri dan akhirnya bisa mengambil keputusan. Tapi disisi lain, lemahnya kontrol dari pihak orang tua mereka dan juga pemilik rumah kost membuat para remaja tersebut melakukan hubungan seksual di kamar-kamar kost mereka (Tempo, 2015). Hasil riset BKKBN Sumatera Utara yang dilakukan pada tahun 2013 menyebutkan bahwa 52% remaja di kota Medan sudah pernah melakukan seks pranikah. Ada sekitar 3.919 remaja di kota Medan yang melakukan seks bebas (Sudiono, 2014). Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi perilaku seksual pada remaja antara lain yaitu, perubahan hormonal, penundaan usia perkawinan, tabu atau larangan, kemajuan teknologi, sikap membutuhkan seksual, pengetahuan yang kurang tentang seks, sikap yang salah mengenai perilaku seksual pergaulan yang semakin bebas, serta faktor lingkungan dimana seorang remaja tinggal yang memungkinkan memberikan kesempatan pada remaja untuk melakukan hubungan seksual pranikah (Santrock, 2013). Faktor lingkungan ini bervariasi macamnya, ada teman sepermainan (peergroup), pengaruh media dan televisi, bahkan faktor lingkungan dimana remaja tinggal. Remaja yang tidak tinggal bersama orang tua mereka memiliki Universitas Sumatera Utara 6 kecenderungan untuk melakukan hubungan seksual yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja yang tinggal dengan orang tua mereka. Hal ini karena kurangnya pengawasan orang tua apabila tidak tinggal bersama anak mereka. Terlebih apabila tempat tinggal mereka cenderung bebas dan memberikan kesempatan pada remaja untuk melakukan hubungan seksual pranikah (Santrock, 2013). Situasi yang mendukung sebagai salah satu faktor penentu perilaku seksual pada remaja yaitu lokasi rumah yang berjauhan dari tempat perkuliahan menuntut sebagian remaja memilih tempat kost sebagai rumah kedua mereka. Rumah kontrakan atau rumah kost tanpa pengelola kost lebih banyak dijadikan pilihan oleh remaja sebagai tempat tinggal sementara selama menempuh studi dari pada rumah kontrakan yang ada pengawasan dari pemiliknya serta rumah kost yang ada pengelolanya, sebab mereka merasa tidak bebas dalam melakukan aktivitas sesuai dengan yang diinginkan, termasuk perilaku seksual. Hal ini dapat dilakukan karena lemahnya pengawasan orang tua dan pemilik kost ditambah lagi masyarakat sekitar yang cenderung individualisme dan apatis dengan hal yang terjadi di sekitar. Yang lebih memprihatinkan, pihak sekolah atau kampus tidak memiliki langkah-langkah penyelesaian sebagai bentuk respon tehadap masalah yang sedang melanda siswa atau mahasiswanya serta lingkungan masyarakat sekitar kampus atau yang cenderung lepas tangan dan menutup mata termasuk dalam perilaku seksual pranikah (Dianawati, 2013). Hasil penelitian Ritonga (2013) mengenai perilaku seks bebas dikalangan remaja kost di kecamatan Medan Baru menjelaskan bahwa remaja yang tinggal di tempat kost cenderung akan lebih terpengaruh terhadap perilaku seks bebas. Hal ini Universitas Sumatera Utara 7 disebabkan lemahnya kontrol sosial baik teman satu kost, pemilik kost maupun masyarakat sekitar terhadap perilaku seks bebas dan baik pelaku seks, teman pelaku serta masyarakat sekitar bersikap permisif terhadap perilaku pelaku seks bebas. Hasil penelitian Gultom (2014) mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan seksual pranikah pada remaja putri yang tinggal di kost Lingkungan V Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru menunjukkan bahwa hasil statistik uji menjelaskan terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan seksual pranikah dalam artian bahwa pengetahuan responden sangat berhubungan dalam hubungan seksual pranikah pada remaja putri. Pengetahuan berperan besar dalam memberikan wawasan kepada remaja dalam hal pembentukan sikap terhadap tindakan-tindakan seksual pranikah. Menurut Agus Mochtar yang dikutip oleh Wiyana (2012), bahwa adanya pola hubungan yang tidak akrab antara pemilik rumah kost dengan remaja yang menyewa kamar kost yang dimaksud yaitu tidak adanya komunikasi antara remaja kost dengan pemilik kost misalnya pemilik kost tidak mau tahu apa yang dikerjakan oleh remaja kost tersebut dan remaja kostpun tidak mau tahu juga dengan pemilik kost sehingga membuat kehidupan seksual di tempat kost menjadi sangat bebas. Bentuk komunikasi yang dimaksud ialah bagaimana pemilik rumah kost bertindak sebagai orang tua asuh bagi remaja kost, yang senantiasa mengingatkan kepada remaja kost agar memiliki perilaku yang baik dalam pergaulan keseharian termasuk dalam hal perilaku seksual, pemilik kost juga berkewajiban untuk memberikan aturan khusus bagi remaja kost mereka, agar tercipta perilaku yang baik bagi remaja kost, dan tempat kost yang aman dan Universitas Sumatera Utara 8 nyaman, yang tidak dijadikan tempat untuk melakukan perilaku seksual yang cenderung bebas bagi remaja kost. Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan peneliti pada bulan November 2016 di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan kota Medan banyak sekali terdapat tempat-tempat kost yang diperuntukkan bagi pelajar dan mahasiswa bahkan tempat tersebut ada yang khusus untuk perempuan atau laki-laki, bahkan ada yang dihuni oleh perempuan dan laki-laki (campur). Tempat kost yang dihuni ada yang dijaga oleh pengeola kost maupun tidak dijaga, yang dimaksud dengan dijaga adalah anak-anak kos tinggal satu rumah (bersama) dengan pemilik kost, dan pemilik kost tersebut membuat peraturan-peraturan seperti jam berkunjung dibatasi hingga jam 21.00 WIB, dan menyediakan tempat khusus untuk menerima tamu. Sedangkan tempat kost yang tidak dijaga tidak ada pemilik kostnya, karena mereka bersama-sama temannya untuk kost dalam satu rumah baik itu perempuan/laki-laki, dan rumah tersebut dibuat dengan banyak kamar-kamar oleh pemiliknya, sehingga tidak ada peraturan-peraturan dan mereka dapat berbuat sesuka hatinya. Tempat-tempat kost yang tidak dijaga oleh pengelola dapat membuka peluang atau kesempatan untuk melakukan seks bebas, karena tidak adanya aturan dan pengawasan dari pihak pengelola didalam tempat kos tersebut bahkan pelajar bebas untuk keluar masuk tanpa adanya batasan waktu, dan mengajak siapa saja dan melakukan apa saja didalam kamar kos mereka, termasuk dalam hal melakukan hubungan seksual. Berdasarkan hasil wawancara awal dengan 5 (orang) remaja perempuan yang kost di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang diketahui bahwa seluruh Universitas Sumatera Utara 9 remaja tersebut telah pacaran, dan melakukan perilaku seksual pranikah seperti pegangan tangan, ciuman bibir, dan oral seks, bahkan 3 (remaja) telah melakukan hubungan badan dengan pacar mereka didalam kamar kost, dan 1 (satu) orang remaja mengaku pernah hamil dan melakukan aborsi yang disebabkan oleh hubungan seksual pranikah yang dilakukan. Dari hasil wawancara terhadap kepala lingkungan yang ada di daerah tersebut, banyaknya tempat kost yang tidak dijaga oleh pemiliki kost semakin meningkatkan resiko terjadinya perilaku seks bebas yang dilakukan oleh remaja yang kost di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang. Banyaknya tempat-tempat kost didaerah Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang membuat para remaja semakin bebas untuk memilih, seperti tempat kost yang dijaga oleh pengelola kost maupun tempat yang tidak dijaga, tempat kost yang tidak dijaga oleh pengelola kost akan dapat membuka peluang atau kesempatan untuk melakukan seks bebas, sedangkan yang dijaga sedikit kemungkinan dapat melakukan seks bebas karena adanya pengawasan dari pengelola kost. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti mengenai perilaku seksual pranikah remaja kost dirumah kost yang dijaga dan tidak dijaga pengelola (studi kasus di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang) tahun 2017. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah mengenai “Bagaimana Perilaku Seksual Pranikah Universitas Sumatera Utara 10 Remaja Kost Dirumah Kost yang Dijaga dan Tidak Dijaga Pengelola (Studi Kasus Di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang) Tahun 2017?”. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Adapun tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perilaku seksual pranikah remaja kost dirumah kost yang dijaga dan tidak dijaga pengelola (studi kasus di kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang) tahun 2017. 1.3.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui gambaran karakteristik remaja (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis dan lama kost) yang dijaga pengelola kost dan yang tidak dijaga pengelola kost tentang perilaku seksual pranikah di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang tahun 2017. 2. Mengetahui pengetahuan remaja yang dijaga pengelola kost dan yang tidak dijaga pengelola kost tentang perilaku seksual pranikah di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang tahun 2017. 3. Mengetahui sikap remaja yang dijaga pengelola kost dan yang tidak dijaga pengelola kost tentang perilaku seksual pranikah di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang tahun 2017. 4. Mengetahui tindakan remaja yang dijaga pengelola kost dan yang tidak dijaga pengelola kost tentang perilaku seksual pranikah di di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang tahun 2017 . Universitas Sumatera Utara 11 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu : 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi Kepala lingkungan dan pengelola kost agar mengawasi perilaku anak kost yang tinggal di lingkungan tersebut. 2. Bahan masukan bagi instansi terkait (Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, dan LSM) untuk melakukan upaya promosi kesehatan yang aplikatif kepada anak kost dan pengelola rumah kost mengenai resiko kesehatan apabila melakukan perilaku seksual yang salah, agar para remaja memiliki pengetahuan, sikap, dan tindakan yang baik terhadap perilaku seksual. 3. Bagi Universitas Sumatera Utara dan peneliti lain, sebagai literatur kepustakaan di bidang penelitian mengenai bagaimana perilaku seksual pranikah remaja kost dirumah kost yang dijaga dan tidak dijaga pengelola (studi kasus di kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang) tahun 2017. Universitas Sumatera Utara