KOMUNIKASI PERSUASIF AGEN ASURANSI

advertisement
KOMUNIKASI PERSUASIF AGEN ASURANSI DALAM MEREKRUT
CALON AGEN ASURANSI
(Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Persuasif Agen Asuransi dalam
Merekrut Calon Agen Asuransi di PT Asuransi Life Allianz Indonesia
Cabang Kota Medan)
Dewi Veronica Silitonga
100904049
Abstrak
Penelitian ini berjudul Komunikasi Persuasif Agen Asuransi dalam Merekrut
Calon Agen Asuransi (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Persuasif Agen
Asuransi dalam Merekrut Calon Agen Asuransi di PT Asuransi Life Allianz
Indonesia Cabang Kota Medan). Tujuan penelitian untuk mengetahui strategi
komunikasi persuasif yang digunakan agen asuransi, tahapan-tahapan komunikasi
persuasif agen asuransi, dan perubahan perilaku yang terjadi pada calon agen
asuransi. Teori yang digunakan dalam penelitian adalah Komunikasi, Komunikasi
Interpersonal, Komunikasi Persuasif, AIDA, Teori Kemungkinan Elaborasi,
Motivasi, Disonansi Kognitif. Penelitian ini menggunakan studi deskriptif
kualitatif dan dinarasikan secara interpretatif. Informasi diperoleh melalui
observasi dan wawancara mendalam (in-depth interview) terhadap empat agen
asuransi Allianz cabang Kota Medan yang telah merekrut sebagai informan dan
satu orang calon agen asuransi yang telah direkrut sebagai informan tambahan.
Hail dari penelitian ini adalah strategi agen asuransi dalam melakukan perekrutan
adalah komunikasi persuasif secara emosional dan pendekatan personal. Tahapan
awal yang dilakukan agen asuransi adalah menjadikan calon agen sebagai nasabah
agen asuransi terlebih dahulu. Perubahan perilaku yang dialami calon agen
asuransi setelah direkrut adalah menolak kemudian menerima dan menerima
kemudian memutuskan untuk berhenti.
Kata Kunci: Komunikasi Persuasif, Merekrut, Agen Asuransi, Perubahan Perilaku
PENDAHULUAN
Konteks Masalah
Manusia merupakan makhluk sosial, karena manusia tidak dapat menjalani
hidupnya secara sendirian. Manusia hidup bersama manusia lainnya, baik demi
keberlangsungan hidupnya, keamanan hidupnya, maupun demi keturunannya.
Dalam pergaulan hidup manusia, masing-masing individu satu sama lain beraneka
ragam, terjadi interaksi, saling mempengaruhi demi kepentingan dan keuntungan
pribadi masing-masing. Terjadilah saling pengungkapan pikiran dan perasaan
dalam bentuk percakapan atau yang biasa kita sebut dengan istilah komunikasi.
Komunikasi antar manusia dalam kehidupan sosial ini kita kenal sebagai
komunikasi interpersonal.
Salah satu bentuk komunikasi yang digunakan manusia untuk memenuhi
keinginannya terhadap manusia lain adalah melalui komunikasi persuasif yang
merupakan salah satu teknik dari komunikasi interpersonal. Komunikasi persuasif
1
adalah ajakan, bujukan, yaitu suatu tindakan yang berdasarkan segi-segi psikologi
yang dapat membangkitkan kesadaran individu (Abdurrahman, 1993: 61).
Dengan berkembangnya kemajuan zaman, penggunaan komunikasi
persuasif juga telah meluas ke berbagai aspek kehidupan manusia. Dalam bidang
bisnis misalnya, pemasaran, periklanan, dan promosi penjualan. Salah satu bidang
usaha yang menggunakan komunikasi persuasif dalam kegiatan pemasarannya
adalah bisnis asuransi. Dalam memasarkan produknya kepada masyarakat luas,
setiap perusahaan asuransi merekrut agen asuransi sebanyak mungkin agar bisa
bertahan terhadap persaingan bisnis asuransi.
Agen asuransi itu sendiri bisa diartikan sebagai front-line atau ujung
tombak bagi perusahaan asuransi. Biasanya sebagian besar agen tersebut
merupakan mitra bagi perusahaan asuransi, artinya mereka bukan merupakan
pegawai tetap yang setiap bulan harus digaji oleh perusahaan, pendapatan mereka
berdasarkan angka penjualan yang mereka peroleh. Selain memasarkan produk
asuransi kepada masyarakat luas, seorang agen asuransi juga memiliki kewajiban
lain yaitu merekrut calon agen asuransi untuk bergabung ke dalam timnya.
Perekrutan menggunakan komunikasi persuasif bisa dilakukan secara rasional dan
secara emosional.
Saat ini, perusahaan asuransi yang beroperasi di Indonesia tidak hanya
melibatkan perusahaan asuransi lokal ataupun negeri akan tetapi juga perusahaanperusahaan asuransi asing yang beroperasi di Indonesia, salah satunya adalah PT
Asuransi Life Allianz Indonesia. Allianz merupakan perusahaan asuransi nomor
satu di dunia dan perusahaan terbesar di dunia di urutan kedua puluh lima
http://www.forbes.com/global2000/list/.
Allianz memberikan kesempatan kepada agen asuransi untuk berkarir
dengan jenjang karir yang lebih pendek dan cepat di banding perusahaan asuransi
lainnya. Di perusahaan Allianz, agen asuransi hanya perlu melewati dua peringkat
yaitu business executive atau BE dan business partner atau BP. Pada saat
menempati posisi BP, seorang agen asuransi sudah mendapatkan posisi aman
karena sudah memiliki bisnsi sendiri (business owner) dan sudah bisa merekrut
calon agen asuransi sebanyak yang diinginkan. Kemampuan berkomunikasi agen
asuransi secara persuasif sangat diperlukan untuk dapat mengubah perilaku serta
mendapatkan dukungan dan kerjasama yang baik dari calon agen. Tanpa didukung
oleh kemampuan komunikasi persuasif yang baik, keberhasilan dari merekrut
seseorang akan sulit untuk dicapai. Dalam hal ini, untuk itulah peneliti tertarik
melakukan penelitian ini.
Fokus Masalah
Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan di atas, maka fokus
masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah komunikasi persuasif agen
asuransi berperan dalam merekrut calon agen asuransi di PT Asuransi Life Allianz
Indonesia cabang kota Medan?”.
2
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui strategi komunikasi persuasif yang digunakan agen
asuransi PT Asuransi Life Allianz Indonesia cabang kota Medan dalam
melakukan perekrutan.
2. Untuk mengetahui tahapan-tahapan komunikasi persuasif agen asuransi
dalam merekrut calon agen asuransi PT Asuransi Life Allianz Indonesia
cabang kota Medan.
3. Untuk mengetahui perubahan perilaku yang terjadi pada calon agen asuransi
sebagai akibat adanya komunikasi persuasif yang dilakukan oleh agen
asuransi PT Asuransi Life Allianz Indonesia cabang kota Medan.
URAIAN TEORITIS
Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar orang-orang secara
tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain
secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal. Keberhasilan komunikasi
menjadi tanggung jawab peserta komunikasi.
Komunikasi Persuasif
"Istilah persuasi (persuasion) bersumber pada perkataan latin persuasio.
Kata kerjanya adalah persuadere, yang berarti membujuk, mengajak, atau merayu.
Agar komunikasi persuasif itu mencapai tujuan dan sasarannya, maka perlu
dilakukan perencanaan yang matang” (Effendi, 2006: 21-22). Menurut Jalaluddin
Rakhmat “komunikasi persuasif adalah proses mempengaruhi sikap, kepercayaan,
dan perilaku orang dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang
tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri” (Rakhmat, 1998: 102).
AIDA
AIDA dikenal sebagaimana seorang pemasar merancang pesan yang
disampaikan dengan kata yang tepat sehingga terjadinya pengambilan keputusan
akan pembelian produk. Menurut Kotler menjelaskan “Teori AIDA (Attention,
Interest, Desire, dan Action) merupakan suatu pesan yang harus mendapatkan
perhatian, menjadi ketertarikan, menjadi minat, dan mengambil tindakan. Teori ini
menyampaikan akan kualitas dari pesan yang baik”.
Teori Kemungkinan Elaborasi
Teori kemungkinan elaborasi yang termasuk dalam model perubahan sikap
yang terjadi dalam diri seseorang ini dikembangkan oleh ahli psikologi sosial
Richard Petty dan Jhon Cacioppo yang telah menjadi teori persuasif paling
populer dewasa ini. Elaborasi (elaboration) berkenaan dengan aktivitas mental
dari respon atas sebuah pesan. Manusia mengelaborasi sebuah pesan ketika
mereka berpikir apa yang dikatakan oleh pesan tersebut, mereka mengevaluasi
argumen dalam pesan tersebut, dan mungkin bereaksi emosional terhadap klaim
dari pesan tersebut.
3
Motivasi
Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yang berarti “bergerak”.
Motivasi merujuk pada suatu proses dalam diri manusia atau hewan yang
menyebabkan organisme tersebut bergerak menuju suatu tujuan, atau bergerak
menjauh dari situasi yang tidak menyenangkan.
Disonansi Kognitif
Teori konsistensi mengemukakan bahwa pikiran beroperasi seperti sebuah
penengah antara stimulus (ransangan) dan respon. Teori ini menyatakan jika
seseorang menerima rangsangan, maka pikiran akan memprosesnya menjadi
sebuah pola dengan rangsangan lainnya yang sudah diterima atau sudah ada
sebelumnya. Jikalau rangsangan baru tersebut tidak sesuai dengan pola yang ada
atau tidak konsistensi, maka orang tersebut akan mengalami ketidaknyamanan.
Ketidaknyamanan tersebut timbul ketika seseorang menemukan diri mereka
sendiri melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan pendapat lain yang mereka
pegang (inkonsisten), hal inilah yang dikatakan sebagai disonansi kognitif.
Konsistensi merupakan prinsip penting dan teratur yang ada dalam proses kognitif
manusia, dan perubahan respon terjadi sebagai akibat adanya informasi yang
menganggu keteraturan tersebut.
Kerangka Pemikiran:
Tujuan penelitian
- Strategi komunikasi persuasif
yang digunakan agen asuransi
dalam melakukan perekrutan
- Tahapan-tahapan
komunikasi
persuasif agen asuransi dalam
melakukan perekrutan.
- Perubahan perilaku yang terjadi
pada calon agen asuransi sebagai
akibat
adanya
komunikasi
persuasif.
Objek Penelitian
Komunikasi
persuasif
agen asuransi Allianz
cabang Kota Medan
dalam merekrut calon
agen asuransi
-
Teori :
Komunikasi Persuasif
AIDA
Teori Kemungkinan
Elaborasi
Motivasi
Disonansi Kognitif
Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah komunikasi persuasif agen asuransi dalam
merekrut calon agen asuransi di PT Asuransi Allianz Life Indonesia cabang kota
Medan.
4
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah agen asuransi PT Asuransi Allianz Life
Indonesia. Peneliti menggunakan teknik purposive sampling dan snowball
sampling dalam mendapatkan informan. Adapun kriteria subjek dalam penelitian
ini yaitu: subjek penelitian dalam penelitian ini adalah agen asuransi yang
terdaftar aktif di PT Asuransi Allianz Life Indonesia cabang kota Medan, sudah
menduduki posisi business partner dan sudah memiliki agen dibawahnya, telah
melakukan perekrutan kurang lebih selama satu tahun.
Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
1. Observasi
2. Metode wawancara
3. Studi Kepustakaan
Lokasi dalam penelitian ini adalah PT Asuransi Allianz Life Indonesia
cabang Kota Medan. Penelitian ini dilaksanakan di pada bulan Januari 2014.
Proses pengumpulan data dalam penelitian ini berlansung selama tiga bulan.
Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan dan Biklen, analisis data adalah upaya yang dilakukan
dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilih-milihnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, mendeteksinya, mencari, dan menemukan
pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa
yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2010:248).
Methew B. Milles dan Michael Huberman membagi tiga alur dalam proses
analisis data kualitatif, yaitu:
1. Reduksi data, proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data yang muncul dari catatancatatan di lapangan.
2. Penyajian data, yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengamatan tindakan.
3. Penarikan kesimpulan, kesimpulan tergantung pada besarnya kumpulan
catatan lapangan (Patilima, 2005).
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis, peneliti mengetahui bahwa strategi yang
dilakukan oleh agen asuransi adalah selain menunjukkan kelebihan sistem bisnis
asuransi yang dimiliki oleh perusahaan, juga menggunakan pendekatan personal.
Peneliti juga melihat bahwa pendapatan yang diperoleh agen asuransi yang sangat
besar, waktu kerja yang sangat dinamis, serta tidak ditentukannya tingkat
pendidikan untuk menjadi seorang agen asuransi juga bisa menjadi suatu strategi
yang digunakan oleh agen asuransi ketika melakukan perekrutan.
Dari keempat informan, Pak Andi Sugiyono dan Pak Darwan lebih
dominan menggunakan strategi komunikasi persuasif secara emosional. Strategi
perekrutan yang dilakukan oleh Pak Andi adalah dengan mencari tahu kebutuhan
5
yang belum terpenuhi dari calon rekrutannya kemudian meyakinkan bahwa
kebutuhannya akan lebih cepat terpenuhi jika bergabung ke dalam timnya di
Allianz. Sama halnya dengan Pak Darwan, dimulai dari menjelaskan sistem bisnis
asuransi kepada calon rekrutannya kemudian ia akan melakukan penekanan
personal diakhir pembicaraannya. Mengetahui impian calon rekrutannya yang
belum terpenuhi, Pak Darwan meyakinkan jika menerima ajakannya menjadi agen
asuransi di Allianz, impian calon rekrutannya dapat dicapai.
Berdasarkan strategi yang dilakukan oleh kedua informan, peneliti menilai
bahwa strategi berjalan dengan efektif. Terbukti dengan baru bergabungnya salah
satu informan dalam penelitian ini yaitu Pak Andi sugiyono selama kurang lebih
satu tahun, sudah berhasil merekrut agen asuransi ke dalam timnya sebanyak
puluhan orang dengan total agen di dalam timnya sebanyak 60 orang.
Sedangkan dua informan lainnya, yaitu Bu Tanti Julia dan Pak Sutrisno
memakai strategi yang lebih rasional. Kedua informan akan menjelaskan kepada
calon rekrutannya keuntungan, prestasi serta pendapatan yang bisa diperoleh dari
menjadi seorang agen asuransi. Untuk lebih meyakinkan calon rekrutannya,
mereka juga akan menjelaskan kelebihan sistem bisnis di Allianz yang berbeda
dari perusahaan asuransi lainnya.
Agar strategi perekrutan calon agen dapat berjalan dengan efektif,
sebaiknya setiap agen asuransi mengetahui terlebih dahulu motivasi yang ingin
dicapai oleh setiap calon rekrutan mereka masing-masing. Hal ini dikarenakan
setiap manusia merupakan mahluk yang dapat berpikir dan merencanakan masa
depannya, menentukan tujuan bagi dirinya, dan merancang strategi untuk
mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Dalam penelitian ini, peneliti mendapati bahwa dari keempat informan
memiliki motivasi yang berbeda ketika memutuskan untuk menjadi seorang agen
asuransi. Motivasi Pak Andi Sugiyono awalnya hanyalah untuk mencari
pendapatan agar bisa membiayai uang kuliahnya pada saat itu sedangkan Pak
Darwan ingin mencari pendapatan yang lebih besar. Sementara Ibu Tanti
memutuskan untuk menjadi agen asuransi karena ingin mencari kesibukan lain
dan sudah merasa bosan menjadi karyawan. Informan terakhir yaitu Pak Sutrisno,
awalnya menjadi agen asuransi karena harus mencari pekerjaan yang bisa
menerimanya setelah mengalami pemecatan di tempat kerjanya dulu.
Menurut teori motivasi, motivasi terbagi atas dua jenis yaitu intrinsik,
yakni suatu keinginan untuk melakukan suatu aktivitas atau meraih pencapaian
tertentu semata-mata demi kesenangan atau kepuasan yang didapat dari
melakukan aktivitas tersebut, atau karena motivasi ekstrinsik, yakni keinginan
untuk mengejar suatu tujuan yang diakibatkan oleh imbalan-imbalan eksternal.
Dari keempat informan, tiga informan yaitu Pak Andi Sugiyono, Pak Darwan, dan
Pak Sutrisno memiliki motivasi ekstrinsik saat memutuskan untuk menjadi
seorang agen asuransi sedangkan satu informan lainnya yaitu Ibu Tanti memiliki
motivasi intrinsik. Dapat disimpulkan bahwa setiap informan memiliki motivasi
yang berbeda-beda ketika memutuskan untuk menjadi seorang agen asuransi dan
sangatlah penting bagi setiap agen asuransi untuk mengetahui motivasi yang ingin
daicapai oleh setiap calon rekrutannya agar strategi perekrutan dapat berhasil
dilakukan.
6
Untuk tahapan merekrut calon agen asuransi, keempat informan memiliki
jawaban yang sama. Mereka akan menjadikan calon rekrutannya sebagai nasabah
mereka masing-masing. Menurut jawaban keempat informan, sebelum menjadi
seorang agen asuransi yang bertugas memasarkan produk asuransi kepada
masyarakat luas, calon agen asuransi sudah membeli produk asuransi serta
merasakan manfaat asuransi untuk dirinya sendiri. Setelah menjadi nasabah,
keempat informan akan merekrut calon agen asuransi sesuai dengan kriteria dan
strategi mereka masing-masing dan mereka juga akan menjelaskan sistem bisnis
yang dimiliki Allianz serta keuntungan yang bisa diperoleh dari menjadi seorang
agen asuransi.
Menurut teori AIDA, ketika agen asuransi merekrut calon agen asuransi
maka akan melalui satu tahapan yang dimulai dari menarik perhatian calon agen
asuransi melalui pesan yang disampaikan. Adapun tujuan pesannya adalah untuk
membuat calon agen asuransi memiliki kesadaran akan pesan yang disampaikan
oleh agen asuransi yang dalam penelitian ini adalah keuntungan yang bisa
diperoleh dari menjadi seorang agen asuransi di Allianz. Setelah calon agen
memiliki kesadaran akan pesan yang disampaikan oleh agen asuransi, tahapan
berikutnya adalah membuat calon agen asuransi merasa tertarik untuk mengetahui
dan memahami lebih lanjut mengenai pesan yang disampaikan. Setelah calon
rekrutan tertarik dengan keuntungan yang bisa diperoleh, agen asuransi akan
menjelaskan lebih lanjut sistem bisnis asuransi Allianz serta cara menjalankan
sistem bisnis ini dengan benar untuk memperoleh keuntungan yang besar. Jika
pesan diolah dengan baik oleh calon rekrutan, maka akan timbul keinginan
menjadi agen asuransi. Adapun motivasi setiap calon rekrutan berbeda-beda, baik
secara rasional maupun emosional. Tahapan terakhir yang menjadi indikator
berhasil atau tidaknya perekrutan adalah calon agen asuransi yang direkrut
membuat sebuah keputusan dan tindakan yaitu melakukan pendaftaran untuk
menjadi agen asuransi. Setelah melakukan pendaftaran, calon agen asuransi harus
mengikuti ujian keagenan yang diadakan oleh lembaga resmi yaitu Asosiasi
Asuransi Jiwa Indonesi (AAJI) untuk menjadi agen asuransi yang berlisensi.
Menurut Effendy, komunikasi yang dilakukan secara interpersonal dinilai
paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku
komunikan. Alasannya adalah karena komunikasi interpersonal umumnya
berlangsung secara tatap muka, sehingga terjadi kontak pribadi. Ketika pesan
disampaikan, umpan balik berlangsung seketika. Artinya, komunikator dapat
mengetahui tanggapan komunikan terhadap pesan yang dilontarkan pada saat itu
juga, misalnya melalui ekspresi wajah. Berdasarakan jawaban informan, dalam
melakukan perekrutan tiga informan selalu melakukannya secara tatap muka
walaupun calon rekrutan berada di luar kota. Sedangkan satu informan lainnya
yaitu Pak Sutrisno pernah melakukan perekrutan menggunakan media komunikasi
walaupun lebih dominan merekrut secara tatap muka. Menurut keempat informan,
lebih mudah meyakinkan calon rekrutan secara tatap muka daripada merekrut
dengan menggunakan media karena secara tatap muka, agen asuransi langsung
dapat melihat respon calon rekrutan pada saat itu juga.
Setelah melakukan perekrutan terhadap calon agen asuransi, berbagai
respon diterima oleh agen asuransi. Ada yang menunjukkan sikap positif namun
7
ada juga yang bersikap negatif. Menurut Pak Andi Sugiyono, bisnis asuransi
sangat bagus untuk dijalankan namun tidak untuk semua orang. Menurut
pengalaman keempat informan, kebanyakan calon rekrutan yang menolak, merasa
tidak memiliki kemampuan untuk bisa menjalankan bisnis asuransi sedangkan
calon rekrutan yang menerima, menilai bahwa sistem bisnis asuransi Allianz lebih
mudah untuk dijalankan dari yang dipikirkan sebelumnya. Namun ada juga
beberapa calon rekrutan dari tiga informan, Pak Andi, Bu tanti, dan Pak Sutrisno,
yang awalnya menolak namun setelah melihat kesuksesan yang didapat oleh
ketiga informan akhirnya mereka memilih bergabung menjadi agen asuransi di
Allianz.
Semua informan dalam penelitian ini sudah menduduki posisi business
partner di Allianz. Puluhan agen asuransi sudah berhasil mereka rekrut untuk
bergabung ke dalam tim mereka masing-masing. Berdasarkan hasil wawancara
dengan keempat informan, peneliti mendapati bahwa banyak di antara calon agen
asuransi yang berhasil direkrut, masih menjadikan agen asuransi sebagai
pekerjaan sampingan. Akibatnya agen asuransi di dalam tim keempat informan
ada yang memutuskan untuk berhenti di pertengahan karirnya di Allianz. Selain
itu alasan agen asuransi yang pada akhirnya memutuskan untuk berhenti adalah
karena pendapatan yang didapat tidak tetap, banyaknya mengalami penolakan dari
calon nasabah, merasa bosan dan putus asa, serta belum adanya keseriusan dalam
menjalankan bisnis asuransi. Namun ada juga beberapa agen asuransi yang sudah
memilih untuk berhenti, pada akhirnya memilih kembali menjadi agen asuransi
karena merasa pendapatan yang didapat dari menjadi seorang agen asuransi lebih
besar.
Berdasarkan hasil wawancara keempat informan, dapat disimpulkan
bahwa setiap calon rekrutan terus mengalami perubahan sikap, pemikiran, dan
perilaku. Perubahan ini terjadi akibat ketidaksesuaian antara pemikiran mereka
terhadap kenyataan yang terjadi sebenarnya sehingga menimbulkan
ketidaknyamanan. Menurut teori disonansi kognitif bahwa jikalau rangsangan
baru yang diterima seseorang tidak sesuai dengan pola yang ada atau tidak
konsistensi, maka orang tersebut akan mengalami ketidaknyamanan.
Ketidaknyamanan tersebut timbul ketika seseorang menemukan diri mereka
sendiri melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan pendapat lain yang mereka
pegang (inkonsisten), hal inilah yang dikatakan sebagai disonansi kognitif.
Banyak cara yang dilakukan calon rekrutan dari keempat informan untuk
mengatasi disonansi kognitif yang mereka alami, ada yang awalnya menolak
kemudian berubah menerima menjadi seorang agen asuransi, ada yang sudah
menjadi agen asuransi namun memutuskan berhenti, dan ada juga yang sudah
memilih untuk berhenti akhirnya memutuskan kembali menjadi seorang agen
asuransi.
Selain melakukan wawancara dengan keempat informan, peneliti yang
juga melakukan wawancara dengan satu orang informan tambahan yaitu Levin
Chandra. Levin adalah calon agen asuransi yang telah direkrut oleh Pak Sutrisno
ke dalam timnya. Dari hasil wawancara, peneliti mendapati bahwa motivasi Levin
bergabung ke dalam tim Pak Sutrisno adalah ia ingin mencari pendapatanuntuk
memenuhi kebutuhan hidupnya serta menilai bahwa Pak Sutrino adalah orang
8
yang religious dan kredibel di bidang bisnis asuransi. Ia percaya bahwa bisnis
yang akan dijalaninya tidak menyesatkan karena orang yang merekrutnya adalah
seseorang yang taat agama.
Menurut teori kemungkinan elaborasi, manusia mengelaborasi sebuah
pesan ketika mereka berpikir apa yang dikatakan oleh pesan tersebut, mereka
mengevaluasi argumen dalam pesan tersebut, dan mungkin bereaksi emosional
terhadap klaim dari pesan tersebut. Terdapat dua rute untuk pengolahan pesan
yaitu rute sentral dan rute periferal. Elaborasi atau berpikir secara kritis terjadi
pada rute sentral, sementara ketiadaan berpikir secara kritis terjadi pada rute
peripheral. Keterlibatan seseorang dalam elaborasi serta sejauh apa individu
terlibat tergantung kepada motivasi diri, kemampuan, serta peluang (MOA) untuk
memproses sebuah pesan. Kemungkinan elaborasi (elaboration likelihood) yang
rendah dimungkinkan ketika faktor MOA juga rendah dan juga sebaliknya.
Berdasarkan hasil wawancara Levin, peneliti menyimpulkan bahwa karena
motivasi yang dimilikinya hanya sebatas mencari pendapatan, belum adanya
kemampuan untuk meyakinkan calon nasabah untuk membeli asuransi, serta
belum pastinya peluang kesuksesaan yang didapat jika menjadi seorang agen
asuransi, membuat Levin mengolah pesan yang disampaikan oleh Pak Sutrisno
melalui jalur peripheral dimana dalam jalur ini seseorang dominan memberikan
respon secara emosional sehingga kurang kritis terhadap isi pesan.
Untuk menentukan efektif atau tidaknya komunikasi persuasif yang telah
dilakukan, ada tiga faktor yang perlu diperhatikan yaitu sumber yang
menyampaikan pesan, pesan persuasif, dan komunikan yang menerima pesan
persuasif tersebut. Dalam karateristik sumber (komunikator) ada tiga faktor yang
mempengaruhi yaitu kredibilitas, daya tarik, dan kekuasaan. Sesuai dengan alasan
Levin yang pada akhirnya menerima ajakan Pak Sutrino adalah Levin merasa
bahwa orang yang mengajaknya memiliki kredibilitas yang tinggi di dunia
asuransi karena Pak Sutrisno sudah lama berkarir di dunia asuransi sehingga
prestasi dan pengharagaan yang didapat juga terhitung banyaknya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa perekrutan sangat penting dilakukan oleh
agen asuransi demi keberlangsungan karirnya di bisnis asuransi. Agar perekrutan
berhasil dilakukan setiap agen asuransi harus memiliki strategi persuasif yang
efektif agar dapat mengubah sikap, kepercayaan, dan perilaku calon rekrutan.
Strategi yang bersifat persuasif juga dibutuhkan dalam melakukan perekrutan
karena masih adanya pandangan yang negatif tentang agen asuransi sebagai suatu
pekerjaan. Untuk tahapan merekrut, ada baiknya jika calon rekrutan memahami
terlebih dahulu sistem bisnis serta produk yang ingin dijual sebelum memutuskan
untuk bergabung.
KESIMPULAN
1. Dalam melakukan perekrutan calon agen asuransi, strategi yang dilakukan
agen asuransi selain menjelaskan kelebihan sistem bisnis asuransi di
Allianz daripada sistem bisnis di perusahaan asuransi yang lain, agen
asurani juga melakukan komunikasi persuasif secara emosional terhadap
calon rekrutannya.
9
2. Awalnya setiap agen asuransi akan memperlakukan calon rekrutannya
sebagai calon nasabah.
3. Dalam melakukan perekrutan calon agen, setiap agen asuransi pernah
mengalami penolakan dengan berbagai alasan. Namun perubahan perilaku
dapat terjadi pada calon rekrutan yang awalnya menolak berubah menjadi
menerima tawaran sebagai agen asuransi karena melihat keuntungan yang
didapat oleh seorang agen asuransi.
SARAN
1. Kiranya penelitian ini mendorong pihak akademis untuk bisa membantu
mahasiswa departemen ilmu komunikasi melakukan penelitian serupa
sehingga bisa menambah kekurangan-kekurangan yang masih didapati
dalam penelitian ini atau bahkan memperluas kajian penelitian ini.
2. Banyaknya kegunaan komunikasi persuasif dalam kehidupan sehari-hari,
membuat peneliti mengajak setiap mahsiswa departemen ilmu komunikasi
untuk memperluas pengetahuan dan wawasannya mengenai komunikasi
persuasif guna memiliki ketrampilan mengenai komunikasi persuasif yang
dapat diterapkan di berbagai bidang.
3. Melalui penelitian ini, peneliti mendorong setiap orang memiliki
pandangan yang baik mengenai agen asuransi sebagai suatu profesi yang
bisa dijadikan pilihan setiap orang sehingga setiap orang dapat merasakan
keuntungan yang dapat diperoleh seorang agen asuransi.
Daftar Referensi
Abdurrahman, Oemi. 1993. Dasar-dasar Public Relations. Bandung: Citra Aditya
Bakti.
Effendi, Onong Uchjana. 2006. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Patilima, Hamid. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Rakhmat, Jalaluddin. 1998. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
http://www.forbes.com/global2000/list/ diakses pada tanggal 11 Januari 2014
10
Download