Karakteristik kasus kecelakaan di UPT Kesmas Tegallalang I

advertisement
ORIGINAL ARTICLE
Intisari Sains Medis 2017, Volume 8, Number 1: 50-57
P-ISSN: 2503-3638, E-ISSN: 2089-9084
Karakteristik kasus kecelakaan di UPT Kesmas
Tegallalang I Kabupaten
Gianyar Bali 2014
Published by DiscoverSys
CrossMark
I.B. Candra Pranadhita
ABSTRACT
Accidents are unpredictable and can not be anticipated by someone.
Generally, accidents can be divided into traffic accidents and
occupational accidents. In Indonesia, the mortality rate of traffic
accidents are 120 people per day. Meanwhile the current global
mortality rate reached 1.24 million per year. In Bali, by the Central
Bureau of Statistics of Bali Province in 2013 occurred approximately
2166 cases of accidents with fatalities reached 578 victims and
material losses of approximately four billion rupiahs. In 2013,
accidents placed at first rank of 10 major diseases by 5579 the
number of cases with details of 210 cases of occupational accidents
and 5369 cases of traffic accidents. No studies have argued about the
characteristics of the cases of accidents, so UPT Kesmas Tegallalang I
readiness in handling of accident cases is unknown. This study was
descriptive quantitative approached using cross-sectional methode.
This research was conducted in the region of UPT Kesmas Tegallalang I
on December 2014 – Januray 2015. Population in this study were all
accident’s victims were brought to Emergency Room of UPT Kesmas
Tegallalang I. The sampling technique used was total sampling with
a sample of 1131 people. The instrument used wassecondary data of
pattient’s register were brought to Emergency Room of UPT Kesmas
Tegallalang I at 2014. Data analysis techniques with descriptive which
presented in narrative with table or chart. Characteristic of patients
most of this research on male sex (64.8 %), group of young adults age
(30.8 % ), originated from the village of tegallalang (39.9 %) , with the
diagnosis stab wound (28.8 %), did not have the medical intervention
(50.4 %) , received antibiotics amoxicilin (67.7 %) .The number of the
most cases is in November (104 cases) , the number of cases referred
is highest in january (8 cases) .The use of amoxicilin is highest in
November , the use of erythomicin is highest in December , the use
of anti rabies vaccine is highest in february (13 cases). The emergency
department at puskesmas requires the readiness of good in providing
services to patients accident victims.
Keywords: Antibiotics, Accident, Anti Rabies Vaccine
Cite This Article: Pranadhita I.B.C. 2017. Karakteristik kasus kecelakaan di UPT Kesmas Tegallalang I Kabupaten Gianyar Bali 2014. Intisari Sains
Medis 8(1): 50-57. DOI: 10.15562/ism.v8i1.113
ABSTRAK
Program Studi Pendidikan Dokter,
Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana
*
Correspondence to: I.B. Candra
Pranadhita, Program Studi
Pendidikan Dokter, Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana
[email protected]
Diterima: 16 Juli 2016.
Disetujui: 15 Agustus 2016.
Diterbitkan: 10 Januari 2017
50
Kecelakaan merupakan hal yang sifatnya tidak terduga dan tidak
bisa diantisipasi sebelumnya. Di Indonesia, jumlah korban tewas
akibat kecelakaan lalu lintas mencapai 120 jiwa perharinya. Provinsi
Bali, berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Bali tahun
2013 terjadi kurang lebih 2166 kasus kecelakaan dengan korban
meninggal mencapai 578 jiwa dan kerugian material kurang lebih Rp
4.000.000.000,00. Pada tahun 2013 kecelakaan merupakan penyakit
peringkat pertama dalam daftar 10 penyakit utamadengan jumlah
5579 kasus. Belum ada penelitian yang mengemukakan tentang
karakteristik kasus kecelakaan, sehingga kesiapan UPT Kesmas
Tegallalang I dalam menangani kasus kecelakaan belum diketahui.
Tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimana karakteristik kasus
kecelakaan yang datang ke UGD Puskesmas Tegallalang I. Jenis
penelitian ini deskriptif kuantitatif potong lintang (Cross-sectional).
Penelitian ini dilakukan di UPT Kesmas Tegallalang I pada bulan
Desember 2014 – Januari 2015. Populasi penelitian ini adalah semua
korban kecelakaan dan ruda paksa yang dibawah ke UGD UPT Kesmas
Tegallalang I. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode
total sampling dengan jumlah sampel 1131 orang. Instrumen
pengumpulan data adalah data sekunder dari buku register pasien
yang dibawa ke UGD UPT Kesmas Tegallalang I pada tahun 2014.
Teknik analisis data dengan deskriptif dan disajikan dalam bentuk
naratif dengan tabel atau grafik.Karakteristik pasien pada penelitian
ini sebagian besar berjenis kelamin laki-laki (64.8%), kelompok usia
dewasa muda (30.8%), berasal dari desa Tegallalang (39.9%), dengan
diagnosis luka tusuk (28.8%), tidak mendapat tindakan (50.4%),
mendapat antibiotik Amoxicilin (67.7%). Jumlah kasus terbanyak
pada bulan November (104 kasus), jumlah kasus yang dirujuk
tertinggi pada bulan Januari (8 kasus). Penggunaan Amoxicilin
tertinggi pada bulan November, penggunaan Erythomicin tertinggi
pada bulan Desember, dan penggunaan Vaksin Anti Rabies tertinggi
pada bulan Februari (13 kasus).
Kata Kunci: Kecelakaan, Antibiotik, Vaksin Anti Rabies
Cite This Article: Pranadhita I.B.C. 2017. Karakteristik kasus kecelakaan di UPT Kesmas Tegallalang I Kabupaten Gianyar Bali 2014. Intisari Sains
Medis 8(1): 50-57. DOI: 10.15562/ism.v8i1.113
Open access: http://isainsmedis.id/
ORIGINAL ARTICLE
PENDAHULUAN
Kecelakaan merupakan hal yang sifatnya tidak
terduga dan tidak bisa diantisipasi oleh seeseorang sebelumnya. Secara garis besar kecelakaan
dapat dibagi menjadi kecelakaan lalu lintas dan
kecelakaan kerja. Kecelakaan lalu lintas adalah
kejadian dimana sebuah kendaraan bermotor
bertabrakan dengan benda lain dan menyebabkan kerusakan. Menurut data yang dikeluarkan
oleh World Health Organization (WHO) tahun
2013 menunjukkan India menempati urutan
pertama dalam jumlah kematian terbanyak akibat
kecelakaan lalu lintas. Sementara Indonesia menempati urutan kelima. Namun, menurut Global
Status Report on Road Safety yang dikeluarkan
oleh WHO, Indonesia menempati urutan pertama
peningkatan kecelakaan. Indonesia dilaporkan
mengalami kenaikan jumlah kecelakaan lalu –
lintas hingga lebih dari 80%. Di Indonesia, jumlah
korban tewas akibat kecelakaan lalu lintas mencapai 120 jiwa perharinya. Sedangkan angka kematian global saat ini mencapai angka 1,24 juta jiwa
pertahun.1
Berdasarkan data dari Kepolisian Republik
Indonesia tahun 2012, terdapat 109.038 kasus
kecelakaan lalu lintas dengan jumlah 27.441
korban meninggal akibat kecelakaan lalu lintas
yang terjadi di seluruh Indonesia. Kecelakaan juga
merupakan kasus tertinggi penyebab kematian di
Indonesia melampaui Penyakit Jantung Koroner
dan Tuberculosis.2 Sedangkan di Provinsi Bali,
berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi
Bali tahun 2013 terjadi kurang lebih 2166 kasus
kecelakaan dengan korban meninggal mencapai 578 jiwa dan kerugian material kurang lebih
Rp 4.000.000.000,00. Demikian halnya juga di
Kabupaten Gianyar. Data dari BPS Provinsi Bali
tahun 2013, terjadi 228 kecelakaan lalu lintas
dengan korban meninggal 75 jiwa dan kerugian
material mencapai Rp. 191. 445.000,00.3
Data yang diperoleh dari Puskesmas I
Tegallalang tahun 2012 dan tahun 2013 menunjukkan peningkatan kasus kecelakaan. Kecelakaan
pada tahun 2012 merupakan peringkat ketiga
dengan jumlah kasus mencapai 2460 kasus yang
terdiri dari 2324 kasus kecelakaan lalu lintas dan
136 kasus kecelakaan kerja. Sedangkan tahun 2013
kecelakaan merupakan peringkat pertama dengan
jumlah 5579 kasus dengan 5369 kasus kecelakaan
lalu lintas dan 210 kasus kecelakaan kerja.4
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang
tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang
dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda
(Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker)
Nomor: 03/Men/1998). Menurut (OHSAS 18001,
1999) dalam Shariff (2007), kecelakaan kerja adalah
Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2017; 8(1): 50-57 | doi: 10.15562/ism.v8i1.113
suatu kejadian tiba-tiba yang tidak diinginkan yang
mengakibatkan kematian, luka-luka, kerusakan
harta benda atau kerugian waktu.5,6
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang
keselamatan kerja, kecelakaan kerja adalah suatu
kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah
diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta
benda. Sedangkan menurut UU No. 3 Tahun 1992
tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, kecelakaan
kerja adalahkecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan sejak berangkat dari rumah menuju tempat
kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa
atau wajar dilalui.7,8
Kecelakaan lalu lintas adalah kejadian dimana
sebuah kendaraan bermotor bertabrakan dengan
benda lain dan menyebabkan kerusakan.
Menurut penelitian Madjid (2012) mengenai
karakteristik korban kecelakaan lalu lintas yang
dirawat di UGD RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar Periode Juli-Desember 2012 menunjukkan korban kecelakaan lalu lintas paling banyak
berjenis kelamin laki-laki (64,2%) dan usia dewasa
(51,6%) dengan jumlah terbanyak pada kelompok
usia 18—20 tahun (17,9%).Jenis kendaraan terbanyak adalah kendaraan bermotor roda 2 (72,6%),
sebagai pengemudi (69,5%) dengan mekanisme
tabrakan dari arah depan (30,5%) dan waktu
terbanyak pada siang hari (61,1%).9
Menurut Ryadina (2007), urutan jenis cedera
yang paling banyak dialami oleh korban kecelakaan
sepeda motoradalah luka terbuka (42,0%),
patah tulang(18,1) dan superfisial/lecet (14,5%).
Adapununtuk cedera kepala yang dominan adalah
komosio cerebri yaitu sekitar 6,5% dan kontusio,
laserasi dan perdarahan dalam otak sebanyak 3,6%.
Korban kecelakaan sepeda motor minimal mempunyai satu jenis luka dan pada umumnya mengalami
cedera yang komplek (multiple injury) baik dari
jenis maupun daerah cedera.10
Calvin (2013) menyebutkan, pada umur 1-10
tahun adalah masa anak-anak, pada masa ini
kontak langsung dengan anjing sangat tinggi. Anakanak sangat suka bermain dengan anjing sehingga
peluang tergigitnya sangat tinggi. Ini dibuktikan
dari hasil penelitian yang menunjukkan pada umur
ini jumlah gigitan tertinggi ke- 3 dengan presentase
14,7%. Pada umur 11-20 adalah masa anak masuk
sekolah. Kontak antara anak-anak dengan anjing
masih sangat tinggi dan bisa terjadi di rumah atau
dijalanan. Hal ini didukung dengan populasi anjing
di Bali sangat tinggi.11
Standar Pelayanan Puskesmas
Tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang
optimal, terarah dan terpadubagi setiap anggota
51
ORIGINAL ARTICLE
masyarakat yang berada dalam keadaan gawat
darurat. Upaya pelayanan kesehatan pada penderita
gawat darurat pada dasarnyamencakup suatu rangkaian kegiatan yang harus dikembangkan sedemikian rupasehingga mampu mencegah kematian
atau cacat yang mungkin terjadi.12
Cakupan pelayanan kesehatan yang perlu
dikembangkan meliputi:
a. Penanggulangan
penderita
ditempat
kejadian.
b. Transportasi penderita gawat darurat dari
tempat kejadian ke saranakesehatan yang
lebih memadai.
c. Upaya penyediaan sarana komunikasi
untuk menunjang kegiatanpenanggulangan
penderita gawat darurat.
d. Upaya rujukan ilmu pengetahuan, pasien
dan tenaga ahli.
e. Upaya penanggulangan penderita gawat
darurat ditempat rujukan (unit gawat darurat dan ICU).
f. Upaya pembiayaan penderita gawat darurat.
METODE
Penelitian ini dilakukan di kawasan wilayah kerja
UPT Kesmas Tegallalang I yang mencakup 4 desa
diantaranya: Desa Tegallalang, Kenderan, Kedisan,
Keliki, dan Puskesmas Induk pada bulan Desember
2014 – Januari 2015
Rancangan penelitian ini dengan deskriptif
kuantitatif potong lintang (cross sectional)
Populasi adalah semua korban kecelakaan dan
ruda paksa yang dibawah ke UGD UPT Kesmas
Tegallalang I
Sampel penelitian ini adalah semua korban
kecelakaan dan ruda paksa baru yang dibawa ke
UGD UPT Kesmas Tegallalang I yang tercatat pada
tahun 2014. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi
sebagai berikut:
Komponen Pra Pelayanan Kesehatan
Pada umumnya yang pertama menemukan
penderita gawat darurat ditempatmusibah adalah
masyarakat yang dikenal dengan istilah orang
awam.13
a. Kriteria Inklusi:
1. Golongan awam biasa antara lain seperti, guru,
pelajar, ibu rumah tangga, petugas hotel dan
lain-lain.
b. Kriteria Eksklusi:
2. Golongan awam khusus antara lain
a) b) c) d) e) f) Anggota polisi
Petugas Dinas Pemadam Kebakaran
Satpam/ Hansip
Petugas DLLAJR
Petugas SAR (Search and Rescue)
Anggota pramuka (PMR)
Kemampuan penanggulangan penderita gawat
darurat (Basic LifeSupport) yang harus dimiliki oleh
orang awam adalah:
a) b) c) d) e) Cara meminta pertolongan
Resusitasi kardiopulmoner sederhana
Cara menghentikan perdarahan
Cara memasang balut/bidai
Cara transportasi penderita gawat darurat
3. Tenaga perawat/ paramedis
Disamping pengetahuan dasar keperawatan yang
telah dimiliki olehperawat, mereka memperoleh
tambahan pengetahuan penanggulangan penderita
gawat darurat (Advance Life Suport) untuk melanjutkan pertolongan yang sudah diberikan.
52
4. Tenaga Medis (Dokter Umum)
Disamping pengetahuan medis yang telah
dikuasai, dokter umum perlu mendapat pengetahuan dan keterampilan tambahan agar mampu
menanggulangi penderita gawat darurat.
Semua pasien kasus baru kecelakaan yang
dibawa ke UGD Kesmas Tegallalang I pada
tahun 2014 yang tercatat pada buku register
pasien.
Pasien kasus baru kecelakaan yang dibawa ke
UGD Kesmas Tegallalang I pada tahun 2014
yang tercatat di register pasien namun data diagnosis yang tertulis tidak ada.
Besar Sampel
Berdasarkan hasil perhitungan maka diperoleh
jumlah sampel minimal sebanyak 81 orang.
Cara Pengambilan Sampel
Sampel dipilih dari rekam medik yang ada di UGD
UPT Kesmas Tegallalang I yang memenuhi kriteria.
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian
ini adalah dengan menggunakan total sampling
yakni seluruh kasus baru kecelakaan yang dibawa
ke UGD UPT Kesmas Tegallalang I yang tercatat di
register pasien pada tahun 2014.
Definisi Operasional Variabel
1. Usia: Usia responden yang dimaksud adalah
usia terakhir berdasarkan buku register pasien
UGD UPT Kesmas Tegallalang I tahun 2014.
Usia responden kemudian dikelompokkan
Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2017; 8(1): 50-57 | doi: 10.15562/ism.v8i1.113
ORIGINAL ARTICLE
berdasarkan kategori yakni anak – anak,
remaja, dewasa muda, dewasa tua, dan lansia.
2. Jenis Kelamin: Jenis kelamin yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah Laki-Laki dan
Perempuan yang tertulis di register pasien
UGD UPT Kesmas Tegallalang I tahun 2014.
3. Alamat: Alamat tempat tinggal pasien pada
penelitian ini merupakan alamat tempat tinggal pasien yang menjadi korban kecelakaan
dan dibawa ke UGD UPT Kesmas Tegallalang
I berdasarkan catatan register pasien UGD
UPT Kesmas Tegallalang I tahun 2014. Alamat
tempat tinggal pada penelitian ini dikelompokkan berasal dari wilayah UPT Kesmas
Tegallalang I (Desa Tegallalang, Kenderan,
Kedisan, Keliki) dan dari luar wilayah UPT
Kesmas Tegallalang I.
4. Diagnosis: Diagnosis merupakan jenis
penyakit yang tercatat di rekam medik pasien
kecelakaan dan ruda paksa yang dibawa ke
UGD UPT Kesmas Tegallalang I. Kategori
diagnosis dalam penelitian ini berupa luka
terbuka, luka tusuk, luka lecet, luka lainnya,
gigitan anjing, gigitan kucing, gigitan hewan
lain.
5. Rujukan Pasien: Rujukan pasien diartikan
sebagai apakah UGD UPT Kesmas Tegallalang
I mampu menangani pasien sepenuhnya
sampai sembuh atau tidak. Kategori rujukan
pasien ini meliputi pasien dirujuk atau tidak.
Gambar 2 Diagnosis pasien yang datang setiap
bulan yang tercatat di UGD UPT
Kesmas Tagallalang I tahun 2014
Gambar 3 Jumlah pasien kecelakaan yang dirujuk
dari UGD UPT Kesmas Tegallalang I
setiap bunlannya pada tahun 2014
6. Terapi: Terapi pada penelitian ini diartikan
sebagai terapi yang diterima oleh pasien
selama di UGD UPT Kesmas Tegallalang I.
Kategori terapi pada pasien ini adalah tindakan apa yang diberikan, dan apa saja terapi
yang diberikan.
HASIL
Gambar 1 Jumlah kasus kecelakaan setiap bulan
yang tercatat di register pasien UGD
UPT Kesmas Tegallalang I tahun 2014
Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2017; 8(1): 50-57 | doi: 10.15562/ism.v8i1.113
Gambar 4 Perbandingan penggunaan antibiotik
Amoxicilin dan Erythromicin berdasarkan bulan di UGD UPT Kesmas
Tegallalang I tahun 2014
Gambar 5 Perbandingan kasus gigitan anjing
dan kucing dengan pemberian VAR berdasarkan bulan pada tahun 2014 di UGD UPT Kesmas
Tegallalang I Gianyar
53
ORIGINAL ARTICLE
PEMBAHASAN
Tabel 1 K
arakteristik pasien yang tercatat di register pasien UGD
UPT Kesmas Tegallalang I pada tahun 2014
Karakteristik Pasien
F
%
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
733
398
64.8%
35.2%
Kelompok Usia
Anak-anak
Remaja
Dewasa muda
Dewasa tua
Lansia
224
117
348
339
103
19.8%
10.3%
30.8%
30.0%
9.1%
Alamat Pasien
Tegallalang
Kedisan
Kenderan
Keliki
Lainnya
451
169
106
138
267
39.9%
14.9%
9.4%
12.2%
23.6%
Diagnosis
Luka terbuka
Luka tusuk
Luka lecet
Luka lainnya
Gigitan Anjing
Gigitan Kucing
Gigitan Hewan Lain
267
326
199
22
297
14
6
23.6%
28.8%
17.6%
1.9%
26.3%
1.2%
0.5%
Rujukan
Dirujuk
Tidak dirujuk
45
1086
4.0%
96.0%
Tindakan
Rawat luka
Hecting
Eksplorasi
Tidak mendapat
Tindakan
544
13
3
569
48.2%
1.2%
0.3%
50.4%
Pengobatan Antibiotik
Amoxicilin
Erythromicin
Tidak mendapat
antibiotic
766
44
321
67.7%
3.9%
28.4%
Karakteristik kasus pada penelitian ini berdasarkan
jenis kelamin bahwa sebagian besar kasus terjadi
pada pasien berjenis kelamin laki-laki cenderung
lebih banyak dibandingkan perempuan dengan
persentase sebesar 64.8% (733 kasus) sedangkan
jenis kelamin perempuan sebesar 35.2% (398 kasus).
Hal ini disebabkan karena laki – laki lebih banyak
melakukan aktivitas di luar rumah dibandingkan
perempuan di daerah ini. Oleh karena aktivitas di
luar rumah yang lebih tinggi menyebabkan tingkat mobilitas dari pasien laki – laki lebih banyak.
Selain itu jenis aktivitas yang dilakukan oleh pasien
laki – laki cenderung lebih beresiko dibandingkan
perempuan, seperti mematung, mencari rumput di
sawah dengan arit, memanjat pohon, memotong
pohon Hal ini sesuai denan penelitian sebelumnya seperti penelitian yang dilakukan di RSUP
Fatmawati yang mengatakan bahwa jumlah korban
kecelakaan laki-laki lebih besar dari pada perepuan
dengan perbandingan 3:1.14
Kelompok usia yang mendominasi pada penelitian ini adalah dewasa muda dan dewasa tua dengan
presentase sebesar 30.8% (348 kasus) dan 30.0%
(339 kasus) sedangkan yang paling sedikit adalah
golongan lansia dengan 9.1% (103 kasus). Hal ini
disebabkan karena tingginya tingkat aktivitas dan
mobilitas dari pasien yang termasuk kategori dewasa
muda dan dewasa tua. Sebaliknya pada pasien
golongan lansia mengalami angka kecelakaan yang
lebih sedikit karena tingkat aktivitas dan mobilitas
yang lebih sedikit dibandingkan dewasa muda dan
dewasa tua. Hasil ini sesua dengan penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa korban kecelakaan
terbanyak ada oada rentang usia muda akni pada
usia 21-30 tahun, dan sesuai dengan penelitian lain
yang mengatakan korban kecelakaan tertingggi
pada kelompok usia 15-44 tahun.14 Alamat pasien
didominasi oleh pasien yang berasal dari desa
Tegallalang yakni sebanyak 39.9% (451 kasus) dan
Tabel 2 P
enggunaan vaksin anti rabies dan antibiotik di UGD UPT Kesmas Tegallalang I selama tahun 2014
berasarkan bulan
arakteristik
Responden
Penggunaan
Antibiotik
Amoxicilin
Erythromicin
Tidak
mendapat
antibiotik
Penggunaan
VAR
54
Bulan (n)
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Total
75
2
88
0
41
0
77
1
76
2
78
1
36
0
52
0
41
0
76
0
86
2
40
36
766
44
12
15
50
26
19
12
12
51
51
13
40
23
321
5
13
0
6
8
7
0
1
1
7
8
9
65
Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2017; 8(1): 50-57 | doi: 10.15562/ism.v8i1.113
ORIGINAL ARTICLE
diikuti oleh pasien yang berasal dari luar wilayah
kerja UPT Kesmas Tegallalang I sebesar 23.6% (267
kasus). Hal ini disebabkan karena desa Tegallalang
memiliki jumlah penduduk yang paling tinggi di
antara tiga desa lain. Selain itu lokasi UPT Kesmas
Tegallalang I berada di wilayah desa Tegalalang
turut menyumbang tingginya angka kasus di desa
Tegallalang karena jarak yang lebih dekat. Angka
kejadian tertinggi kedua berasal dari luar wilayah
kerja UPT Kesmas Tegallalang I karena terdapat
UGD yang buka 24 jam dan jarak yang lebih dekat
dibandingkan dengan puskesmas yang melayani
wilayah asal pasien.12
Berdasarkan diagnosis pasien diketahui kasus
paling sering adalah luka tusuk dengan 28.8% (326
kasus) dan diikuti dengan gigitan anjing sebesar
26.3% (297 kasus). Luka tusuk menjadi kasus paling
sering disebabkan karena mayoritas pekerjaan dari
pasien adalah sebagai pematung dan petani yang
menggunakan alat tajam untuk membantu pekerjaannya. Gigitan anjing menjadi kasus tersering
berikutnya karena tingginya jumlah anjing yang
ada di wilayah Tegalalang. Selain itu, kebanyakan
anjing tersebut dibiarkan berkeliaran bebas di
jalanan. Hal ini memerlukan perhatian khusus
dari pihak puskesmas untuk mempersiapkan diri
menangani kasus ini. Selain diagnosis hendaknya
pihak puskesmas membedakan kasus kecelakaan
berdasarkan jenis kecelakaannya agar didapat
data yang akurat menganai jenis kecelakaan yang
terjadi sehingga pihak puskesmas dapat merancang program-program antisipasi, dimana hal ini
sesuai dengan program BPJS yang dikeluarkan oleh
Departemen Kesehatan (2014).13
Sebagian besar pasien yang datang tidak dirujuk
atau dapat ditangani sendiri oleh UGD UPT Kesmas
Tegallalang I yakni sebesar 96% (1086 kasus) dan
pasien yang dirujuk sebesar 4% (45 kasus). Pasien
tidak dirujuk disebabkan karena sarana dan prasarana di UPT Kesma Tegallalang I sudah cukup
memadai untuk menangani kasus kecelakaan yang
terjadi dan tergolong ringan. Sedangkan kasus
yang dirujuk desebabkan karena tingkat keparahan
dari kasus tersebut tidak dapat ditangani dengan
sarana dan prasarana yang terdapat UPT Kesmas
Tegallalang I. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Kepala UPT Kesmas Tegallalang I
yang menyebutkan jika sarana dan prasarana hanya
dapat digunakan untuk kasus kecelakaan yang
tergolong ringan.
Sebanyak 50.4% (569 kasus) tidak mendapat
tindakan, namun hanya mendapat obat-obatan
saja, sedangkan 48.2% (544 kasus) mendapat tindakan rawat luka, 1.2% (13 kasus) mendapat tindakan
hecting dan 0.3% (3 kasus) dilakukan eksplorasi
luka. Kasus yang tidak mendapat tindakan karena
Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2017; 8(1): 50-57 | doi: 10.15562/ism.v8i1.113
kasus yang terjadi cukup ringan dan tidak memerlukan tindakan perawatan. Sedangkan kasus
lainnya tergolong kasus yang cukup parah dan
memerlukan tindakan perawatan luka.15
Untuk pengobatan dengan antibiotik sebesar
67.7% (766 kasus) mendapat antibiotik Amoxicilin,
dan 3.9% (44 kasus) mendapat Erythromicin,
sedangkan 28.4% (321 kasus) tidak mendapat terapi
antibiotik. Mayoritas antibiotik yang digunakan
adalah Amoxicilin karena merupakan antibiotik
utama dalam protap UPT Kesmas Tegallalang I.16
Jumlah kasus yang tercatat setiap bulannya
tampak hampir sama dengan kasus terbanyak pada
bulan November dengan 104 kasus dan paling
sedikit pada bulan Juli dengan 82 Kasus. Hal ini
menunjukkan UPT Kesmas Tegallalang I memerlukan persiapan yang baik dalam hal sarana dan
prasarana pada tiap bulan sepanjang tahun karena
kecenderungan angka kasus yang terjadi berada
pada rentang 80 – 100 kasus.15
Jika dibagi berdasarkan diagnosis, luka terbuka
terbanyak pada bulan Maret dengan 32 kasus, luka
tusuk terbanyak pada bulan April dengan 39 kasus,
luka lecet terbanyak pada bulan Oktober dengan
23 kasus, luka lainnya terbanyak pada bulan
September dengan 5 kasus. Berdasarkan data tersebut diperlukan tambahan sarana dan prasarana
untuk perawatan luka pada bulan Maret, April, dan
Oktober.
Pada kasus gigitan anjing terbanyak pada bulan
Mei dengan 36 kasus, kasus gigitan kucing terbanyak pada bulan Februari dengan 4 kasus, serta kasus
gigitan hewan lain terbanyak pada bulan Mei dengan
3 kasus. Dengan tingginya kasus gigitan hewan yang
beresiko menularkan rabies pada bulan Februari dan
Mei, diperlukan adanya upaya preventif dari puskesmas seperti penyuluhan ke masyarakat mengenai bahaya rabies pada bulan tertinggi terjadinya
kasus. Selain itu kasus gigitan anjing paling banyak
terjadi pada anak – anak pada rentang umur 0 – 12
tahun sebanyak 90 kasus (30,3%), hal ini mungkin
disebabkan karena anak – anak pada usia tersebut
tingkat kontak dengan anjing sangat tinggi sehingga
meningkatkan resiko tergigit.
Jumlah kasus yang dirujuk setiap bulannya
bervariasi dengan kasus terbanyak pada bulan
Januari dengan 8 kasus, sedangkan jumlah paling
sedikit pada bulan Maret dimana tidak ada kasus
yang dirujuk. Tingginya angka rujukan pada
Januari menyebabkan UPT Kesmas Tegallalang I
memerlukan persiapan penanganan awal di UGD,
sarana dan prasarana untuk merujuk pasien, antara
lain kesiapan petugas pengantar baik medis dan
non – medis, ambulan dan alat kelengkapan dalam
mobil ambulan yang digunakan sebagai pengantar
pasien ke rumah sakit rujukan.
55
ORIGINAL ARTICLE
Penggunaan antibiotik yang diberikan pada
pasien terdapat 766 kasus diberikan Amoxicilin,
44 kasus diberikan Erythromicin, dan 321 tidak
mendapatkan antibiotik. Jika dilihat berdasarkan
bulan, penggunaan Amoxicilin terbanyak pada
bulan Februari dengan 88 kasus, dan penggunaan
Erythromicin terbanyak pada bulan Desember
dengan 36 kasus. Perbandingan penggunaan
amoxicilin dengan erythromicin pada tahun 2014
adalah 17.4:1 namun pada bulan Desember 2014
perbandingannya adalah 1.1:1, hal ini kemungkinan disebabkan oleh jumlah stok dari amoxicilin
yang berkurang sehingga penggunaan erythromicin meningkat untuk memenuhi kebutuhan antibiotik pasien.16 Diharapkan lebih mempersiapkan
diri dengan menambah stok dan memperkirakan
jumlah penggunaan obat, selain itu pihak puskesmas juga harus memastikan bahwa antibiotik yang
digunakan tepat sasaran dan tidak terjadi misuse
dari antibiotik, hal ini berkaitan dengan resistensi
kuman terhadap antibiotik lini pertama yang diberikan kepada pasien.
Dari data jumlah gigitan anjing dan kucing di
Tabel 2 beberapa kasus mendapatkan vaksin anti
rabies. Dimana dari 311 kasus gigitan, 65 diantaranya mendapatkan vaksin anti rabies. Dimana
menurut persebaran bulannya, pemberian vaksin
anti rabies terbanyak ada pada bulan Februari
dengan 13 vaksin. Dengan tingginya jumlah kasus
gigitan anjing dan kucing yang mencapai 27.5%
(311 kasus) dengan rerata 27 kasus setiap bulan
dan penggunaan vaksin anti rabies sebanyak 65
kasus dengan rerata 5 vaksin per bulan, dalam hal
ini pihak puskesmas harus mempersiapkan sarana,
tenaga medis dan obat-obatan dalam menangani
kasus gigitan hewan penyebar rabies.
SIMPULAN
Karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin,
laki-laki dengan persentase sebesar 64.8% (733
kasus). Berdasarkan kelompok usiapaling banyak
adalah dewasa muda dan dewasa tua dengan
presentase sebesar 30.8% (348 kasus) dan 30.0%
(339 kasus). Alamat pasien didominasi oleh pasien
yang berasal dari desa Tegallalang yakni sebanyak
39.9% (451 kasus). Berdasarkan diagnosis pasien
yang paling sering adalah luka tusuk dengan 28.8%
(326 kasus). Presentase pasien yang dirujuk sebesar
4% (45 kasus). Sebanyak 50.4% (569 kasus) tidak
mendapat tindakan, namun hanya mendapat obatobatan saja, sedangkan 48.2% (544 kasus) mendapat
tindakan rawat luka. Berdasarkan pengobatan
dengan antibiotik paling banyak mendapat antibiotik Amoxicilin sebesar 67.7% (766 kasus).
Karakteristik kasus berdasarkan bulan dengan
jumlah kasus pada bulan November dengan 104
56
kasus dan paling sedikit pada bulan Juli dengan
82 kasus. Berdasarkan diagnosis, luka terbuka
terbanyak pada bulan Maret dengan 32 kasus, luka
tusuk terbanyak pada bulan April dengan 39 kasus,
luka lecet terbanyak pada bulan Oktober dengan
23 kasus, luka lainnya terbanyak pada bulan
September dengan 5 kasus. Pada kasus gigitan
anjing terbanyak pada bulan Mei dengan 36 kasus,
kasus gigitan kucing terbanyak pada bulan Februari
dengan 4 kasus, serta kasus gigitan hewan lain
terbanyak pada bulan Mei dengan 3 kasus. Jumlah
kasus yang dirujuk terbanyak pada bulan Januari
dengan 8 kasus.
Dari 311 kasus gigitan, 65 diantaranya
mendapatkan vaksin anti rabies. Pemberian vaksin
terbanyak ada pada bulan Februari dengan 13
vaksin. Penggunaan antibiotik yang diberikan pada
pasien terdapat 766 kasus diberikan Amoxicilin,
dan 44 kasus diberikan Erythromicin. Penggunaan
Amoxicilin terbanyak pada bulan Februari dengan
88 kasus, dan penggunaan Erythromicin terbanyak
pada bulan Desember dengan 36 kasus.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
World Health Organization. Global status report on road
safety. 2013. Printed in Luxemburg.
Afidah LN, Susilaningrum D. Pola Tingkat Keparahan
Korban Kecelakaan Lalu Lintas Dengan Menggunakan
Regresi Logistik Multinomial (Studi Kasus: Kecelakaan
Lalu Lintas di Surabaya). Available from: laylia@statistika.
its.ac.id. Last update in 2010. Akses: 6 Januari 2015.
Azikin ANT. Kontribusi Lintas Sektor. Dalam: Profil
Kesehatan Kota Makassar Tahun 2007. Makassar:
Pemerintah Kota Makassar; 2008. Hal. 70.
Dwiyogo P. Pengidentifikasian Daerah Rawan Kecelakaan
(Blackspot). Available from eprints.undip.ac.id.pdf. Last
update in 2006. Akses: 6 Januari 2015.
Hamid F. Tingkat Pengetahuan Pekerja PT. X yang
Mengemudikan Mobil tentang Safety Driving dalam Upaya
Mencegah Kecelakaan di Jalan Raya. Available from lontar.
ui.ac.id.pdf. Last update in: 2008. Akses: 6 Januari 2015.
Jamsoe Hidajat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Pusat Penerbit :
Buku Kedokteran FKUI. Jakarta. 2010.
Madiyono B, dkk. Perkiraan Besar Sampel. Dalam: DasarDasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi Ke-2. Jakarta:
CV Sagung Seto; 2002. Hal: 270.
Madjid, Muh Ikhsan. karakteristik pasien korban
kecelakaan lalu lintas yang dirawat di UGD RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode Juli-Desember
2012. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu
Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin.
Moesbar N. Pengendara dan Penumpang Sepeda Motor
Terbanyak Mendapat Patah Tulang. Available from: www.
usu.ac.id/id.pdf. Last update in 2007. Akses : 6 Januari
2015.
Oktaviana F. Pola Cedera Kecelakaan Lalu Lintas pada
Kendaraan Bermotor Roda 2 Menurut Data Rekam
Medis RSUPN Cipto Mangunkusumo Tahun 2003—2007.
Available from: www.lontar.ui.ac.id/filecidera-Pendahuluan.pdf. Last update in 2008. Akses: 6 Januari 2015.
Riyadina W, Suhardi, Permana M. Pola dan Determinan
Sosiodemografi Cedera Akibat Kecelakaan Lalu Lintas
di Indonesia. Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 10,
October, 2009. Available from Jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/
jurnal.pdf. Akses: 6 Januari 2015.
Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2017; 8(1): 50-57 | doi: 10.15562/ism.v8i1.113
ORIGINAL ARTICLE
12. Sadar S. Kecelakaan Lalu Lintas. Available from eprints.
undip.ac.id.pdf. Last update in 2007. Akses: 6 Januari 2015.
13. Samekto AA. Studi Tentang Karakteristik Korban
Kecelakaan Lalu Lintas di Kota Semarang. Available
from: isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/72097897.pdf. Last
update in 2009. Akses: 6 Januari 2015.
14. Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik.
Jumlah Kecelakaan Lalulintas dan Korban Jiwa, Kerugian
Materi Menurut Bulan di Kota Makassar. Dalam: Makassar
dalam Angka 2010. Katalog BPS: 1102001.7371. Makssar:
Badan Pusat Statistik Kota Makassar; 2015. Hal: 204.
15. Wiguna, Dewa Sudiarta. Kecelakaan lalu lintas menurun
selama 2013. Antara news www.antarabali.com. Akses:
6 Januari 2015.
Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2017; 8(1): 50-57 | doi: 10.15562/ism.v8i1.113
16. Amertha IBPM, Soeliongan S, Kountul C. 2012. In Vitro
Inhibition Zone Test of Binahong (Anredera Cordifolia)
Towards Staphylococcus Aureus, Enterococcus Faecalis,
Escherichia Coli, And Pseudomonas Aeruginosa.
INDONESIAN JOURNAL OF BIOMEDICAL SCIENCES
[Internet]. [cited 18 April 2015];6(1):30-34. Available from:
http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijbs/article/view/3864
This work is licensed under a Creative Commons Attribution
57
Download