menata bmn yang berasal dari kkks

advertisement
MENATA BMN YANG BERASAL DARI KKKS
Oleh Benediktus Margiadi, pegawai Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan*
Aset Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) senilai Rp.281,2 triliiun dikeluarkan dari neraca
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat karena status kepemilikannya tidak jelas dan
pencatatannya yang tidak memenuhi kaidah akuntansi. Sebagai konsekuensinya, Pemerintah
harus melakukan inventarisasi ulang atas aset KKKS. Begitu judul artikel Kompas hari Senin 7
Juni 2010. Pernyataan ini telah diklarifikasi oleh Direktur Jenderal Kekayaan Negara (Dirjen KN)
dengan penjelasan bahwa ketidakjelasan status kepemilikan hanyalah permasalahan keyakinan
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Aset KKKS bukan berarti tidak ada. Secara hukum aset
KKKS merupakan milik negara dan perlu dibedakan pencatatannya karena memiliki bentuk dan
kharakteristik
yang
berbeda
dengan
barang
milik
Negara
yang
digunakan
dalam
Kementerian/Lembaga.
Permasalahan aset merupakan fokus Kementerian Keuangan guna mewujudkan Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) yang wajar tanpa pengecualian (WTP). Saat ini
permasalahan pokok aset masih ditemukan oleh BPK sehingga opini yang diberikan adalah
wajar dengan pengecualian. Meski bukan masalah pokok, aset KKKS berpotensi untuk
meningkatkan tingkat opini BPK terhadap LKPP sepanjang amanat untuk memperjelas status
aset KKKS dengan kegiatan inventarisasi dan penilaian dapat dilaksanakan dengan baik.
Di penghujung tahun 2011, target inventarisasi dan penilaian (IP) KKKS terhadap 76 KKKS harus
selesai 100%. Kondisi demikian menuntut kerja keras dari Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
baik dari level kantor operasional maupun kantor wilayah dan bantuan BPKP kiranya cukup
dapat membantu tercapainya target IP secara keseluruhan. Dengan demikian, seluruh potensi
sumber daya manusia dikerahkan untuk menyelesaikan tugas itu dan untungnya BPMIGAS
sebagai wakil pemerintah dalam pengelolaan aset KKKS memberikan bantuan yang sangat
signifikan.
Dari sisi pemanfaatan, pemindahtanganan atau penghapusan aset KKKS, potensi penerimaan
negara diharapkan menyumbang penerimaan negara bukan pajak secara signifikan. Meski
demikian, masih perlu ditelaah lebih lanjut prosedur pengelolaannya mengingat struktur
organisasi yang menangani di luar Kementerian Keuangan kadang justru mengurangi potensi
penerimaan Negara itu sendiri baik dari sisi biaya pengamanan, turunnya nilai aset atau
ketertambatan birokrasi.
Seputar IP Aset KKKS
Upaya pemerintah untuk menatausahakan aset KKKS pada prinsipnya masih sebatas tindak
lanjut dari rekomendasi temuan BPK atas LKPP dimana aset KKKS sebanyak Rp281,2 triliun
dikeluarkan dari neraca LKPP dan dimasukan ke dalam Catatan Atas Laporan Keuangan
(CaLK). Sedangkan temuan BPK sendiri dari tahun ke tahun selalu mengalami perkembangan
sesuai dengan kondisi pengelolaan aset KKKS sendiri dan pengetahuan/pemahaman/keyakinan
para auditor BPK yang memeriksa aset KKKS. Berikut perkembangan temuan BPK atas
pengelolaan aset KKKS 4 (empat) tahun terakhir:
No
1
Tahun
LKPP 2007
2
LKPP 2008
3
LKPP 2009
Temuan
Saldo aset Lain-Lain yang
dikelola BP Migas dalam LKPP
tahun 2007 tidak dapat diyakini
kewajarannya.
Pemerintah belum
menetapkan Kebijakan
Pengelolaan dan Kebijakan
Akuntansi untuk Aset KKKS
yang menjadi milik negara
Pemerintah
belum
menetapkan
kebijakan
pengelolaan dan kebijakan
akuntansi untuk aset KKKS
yang menjadi milik negara
Catatan
Temuan terkait saat pengakuan dan basis
pengukuran serta nilai asset capital KKKS
milik Negara yang disajikan baru sebatas
asset capital selain tanah dan persediaan
- Belum diperoleh data mengenai aset
-
4
LKPP 2010
KKKS yang diserahkan kepada KESDM
tidak menemukan kebijakan
akuntansi aset KKKS
Aset tanah sudah di IP namun belum
dilaporkan dalam LKPP 2009
Persetujuan penyerahan aset dari
Pertamina ke BPMIGAS belum ada
persetujuan Menkeu (psl 26 huruf h PP
42 Th 2002)
Mekanisme
teknis
lapangan
inventarisasi tidak diatur secara jelas
dan pasti.
Pelaksanaan Inventarisasi aset KKKS
secara sensus diragukan.
Tidak terdapat dokumentasi yang
memadai atas proses awal penetapan
metodologi penilaian menggunakan
pendekatan
biaya
(NRC)
dan
perbandingan data pasar.
- BPK
Pengendalian atas Pelaksanan Inventarisasi dan Penilaian
Aset Eks KKKS masih lemah
-
Sumber: LKPP 2007 sd 2010
Perkembangan temuan BPK dapat dilihat sebagai bagian dari usaha untuk memahami aset
KKKS dalam kerangka barang milik negara. Sayangnya terdapat pemahaman yang agak
terlambat sehingga temuan saldo awal (LKPP 2007) seharusnya diperinci sebagai belum adanya
Persetujuan penyerahan aset dari Pertamina ke BPMIGAS belum ada persetujuan Menteri
Keuangan (LKPP 2009).
Sejarah pelaksanaan IP KKKS dimulai pada tahun 2007 bersamaan dengan pelaksanaan IP
Barang Milik Negara (BMN) pada Kementerian /Lembaga. Target awal tidak terlalu ambisius
yaitu 4 (empat) KKKS, mengingat pokok kegiatan IP adalah BMN yang digunakan oleh
Kementerian/Lembaga. IP KKKS di awal ini menjadi semacam pilot project karena banyak jenis
dan macam aset KKKS yang harus dipelajari, dimengerti dan dipahami disamping harus
didukung juga dengan pengetahuan akan bisnis minyak dan gas bumi. Banyak istilah dan
kharakteristik aset KKKS yang harus dimengerti terlebih dahulu sebelum turun lapangan
melakukan IP. Pilot project dilaksanakan oleh Tim Kantor Pusat DJKN dengan harapan
pengalaman selanjutnya dapat dibagikan kepada Kantor Wilayah/KPKNL. Dengan semangat
untuk perbaikan, target pilot project bisa diselesaikan dengan baik. Ditengah-tengah eforia IP
BMN pada Kementerian/Lembaga, pada tahun berikutnya target 13 KKKS berhasil diselesaikan
dengan melibatkan kantor wilayah dan KPKNL. Selanjutnya pada tahun 2009 ditargetkan 35
KKKS dan juga berhasil dilaksanakan.
*) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan merupakan sikap instansi dimana
penulis bekerja.
Download