ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN VIRGIN COCONUT OIL (VCO) PT. BOGOR AGRO LESTARI Oleh : RIYANT PRAWAKA A.14103697 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN RIYANT PRAWAKA. 2007. Analisis Perilaku Konsumen Dalam Proses Keputusan Pembelian Virgin Coconut Oil (VCO) PT. Bogor Agro Lestari. (Dibawah Bimbingan HENY K. S. DARYANTO). Sub sektor perkebunan memegang peranan strategis dalam perekonomian Indonesia, dengan laju pertumbuhan yang relatif kons tan sekitar 4 persen per tahun. Sub sektor perkebunan sangat penting dalam penyediaan pangan yang merupakan salah satu pilar stabilitas ekonomi di Indonesia 1 . Komoditas kelapa (Cocos nucifera L) adalah salah satu jenis tanaman tropis yang banyak terdapat di Indonesia dan telah diusahakan oleh masyarakat. Kelapa merupakan salah satu komoditas perkebunan yang berperan penting dalam perekonomian nasional dan berpotensi untuk dikembangkan. Berdasarkan pengembangan teknologi beberapa tahun belakangan dan preferensi konsumen yang telah mengakomodasi isu lingkungan dan kesehatan mendorong industri kelapa memproduksi VCO pada awal tahun 2004. Banyak produsen yang bergerak dalam industri ini sehingga mengakibatkan terjadinya persaingan yang cukup ketat dalam memasarkan hasil produk – produk VCO tersebut. PT. Bogor Agro Lestari merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi Visio dengan berkerjasama dengan LIPI – Bogor. Banyaknya merek VCO di pasaran membuat konsumen mempunyai pertimbangan dalam membeli, sehingga untuk mengatasi persaingan tersebut maka PT. Bogor Agro Lestari memerlukan pengetahuan tentang perilaku konsumen dengan sasaran konsumen yang mengkonsumsi Visio dan implikasinya terhadap pemasaran Visio. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan tahapan proses keputusan yang dilakukan konsumen dalam pembelian Visio, penilaian konsumen terhadap tingkat kepentingan, tingkat kepercayaan dan tingkat pelaksanaan terhadap atribut produk Visio, strategi pemasaran yang tepat bagi produk Visio berdasarkan studi perilaku konsumen. Penelitian dilakukan di wilayah Kota Bogor dan pengambilan sampel dalam penelitian ini ditentukan secara sengaja yaitu di apotik - apotik yang menjual Visio di kota Bogor. Berdasarkan hasil penelitian mengenai proses keputusan pembelian, dapat dilihat bahwa motivasi awal yang tertinggi adalah pengobatan penyakit yaitu sebanyak 43 persen dari responden, hal ini menjelaskan bahwa responden memiliki kepercayaan terhadap produk Visio untuk mengobati penyakit responden. Sebanyak 33 persen responden memilih Visio untuk menjaga kesehatan, karena responden memiliki kesadaran untuk menjaga kesehatan tubuh sejak dini. Manfaat utama yang diharapkan dari pembelian dan konsumsi Visio dari 43 persen responden. Sebagian besar responden memperoleh informasi mengenai produk Visio adalah dari teman atau kerabat yaitu sebesar 33 persen dari responden. Bagian penting lain dari produk Visio adalah kandungan asam laurat yang terdapat dalam produk. Sebanyak 43 persen dari responden sangat memperhatikan kandungan asam laurat yang terdapat dalam Visio, informasi tentang kandungan asam laurat ini didapat dari sumber internet, majalah, teman dan penjual secara langsung. Rasa atau aroma khas kelapa yang terdapat pada produk Visio hanya diinginkan sebagian responden yaitu sebesar 28 persen. Hal ini disebabkan 28 responden tersebut tidak menginginkan perubahan rasa alami kelapa, alasannya karena keunikan dari Visio adalah aroma kelapa. Semantara itu sebanyak 72 persen dari responden menginginkan rasa atau aroma yang lain dari produk Visio, hal ini menunjukkan keinginan responden untuk merasakan aroma khas selain kelapa. Berdasarkan penelitian, responden yang menginginkan rasa atau aroma jahe sebanyak 29 persen, sedangkan untuk rasa buah – buahan sebanyak 8 responden. Semantara itu, responden yang menginginkan rasa mint sangat tinggi yaitu sebesar 60 persen. Berdasarkan hasil analisis angka ideal, terdapat atribut yang belum sesuai dengan keinginan responden dan perlu diperhatikan oleh perusahaan karena mempunyai nilai selisih yang cukup besar antara tingkat ideal (Ii) dengan kepercayaan (Xi). Atribut tersebut adalah ketersedian produk (1,90), kemasan produk (1,34) dan rasa atau aroma (1,28). Atribut yang dianggap sudah ideal dimata responden karena memiliki skor yang kecil adalah higienis (0,53), kejelasan tanggal kadaluarsa (0,48), khasiat dari Visio (0,47), warna cairan dari Visio (0,40). Diantara kedua belas atribut, atribut yang memiliki nilai kepentingan paling tinggi adalah atribut izin DepKes (4,41). Hal ini menandakan bahwa responden menganggap izin DepKes sebagai hal yang penting untuk produk Visio. Atribut ketersediaan produk memiliki nilai kepentingan sebesar 3,99 yang berarti responden memandang ketersediaan produk Visio di pasaran merupakan hal yang penting. Atribut yang termasuk dalam kuadran I (Prioritas Utama) adalah atribut ketersediaan produk dan atribut rasa atau aroma. Atribut yang termasuk dalam kuadran II (Pertahankan Prestasi) adalah atribut kejelasan tanggal kadaluarsa, komposisi produk, khasiat, harga, izin DepKes dan kualitas produk. Kuadran III diagram kartesius Importance Performance Analysis (IPA) berarti tingkat kepentingan dan tingkat kinerja dari suatu atribut dianggap rendah oleh konsumen. Atribut yang masuk dalam kuadran ini adalah atribut kemasan, higienis dan merek. Atribut yang termasuk dalam kuadran IV (Berlebihan) adalah atribut warna cairan, walaupun kinerja atribut ini berlebihan tetapi cukup memuaskan responden sehingga tidak akan mempengaruhi konsumen dalam membeli Visio. Penetapan strategi harga yang dilakukan perusahaan sudah baik. Hal ini berdasarkan hasil Importance Performance Analysis bahwa atribut harga terdapat dalam kuadran II, artinya harga yang telah ditetapkan perusahaan sudah sesuai dengan keinginan konsumen karena harganya tidak terlalu mahal. Oleh karena itu, maka perusahaan mempertahankan harga yang ada saat ini. Berkaitan dengan strategi produk, perbaikan kualitas fisik dari produk Visio yang lebih diutamakan adalah penambahan varian rasa atau aroma dan perubahan kemasan. Sistem distribusi merupakan salah satu bagian penting dalam alur pemasaran suatu produk. Sistem distribusi yang baik akan memudahkan konsumen dalam mendapatkan produk Visio. Strategi yang dikembangkan dapat berupa penambahan tenaga penjualan dan penambahan jumlah outlet apotik sehingga memudahkan konsumen dalam membeli produk Visio. ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN VIRGIN COCONUT OIL (VCO) PT. BOGOR AGRO LESTARI Oleh : RIYANT PRAWAKA A.14103697 Skripsi Sebagai Bagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian , Institut Pertanian Bogor PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 Judul Nama Nrp : Analisis Perilaku Konsumen Dalam Proses Keputusan Pembelian Virgin Coconut Oil (VCO) PT. Bogor Agro Lestari. : Riyant Prawaka : A14103697 Menyetujui Dosen Pembimbing Dr. Ir. Heny K.S. Daryanto, M.Ec NIP. 131 578 790 Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Supandie, M. Agr NIP. 131 124 019 Tanggal Kelulusan : PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA BERJUDUL “ ANALISIS PERILAKU KONSUMEN SKRIPSI YANG DALAM PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN (MINYAK KELAPA MURNI VIRGIN COCONUT OIL, VCO) PT. BOGOR AGRO LESTARI (STUDI KASUS DI KOTA BOGOR)” BENAR – BENAR MERUPAKAN HASIL KERJA ILMIAH SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI MANAPUN ATAU LEMBAGA APAPUN. Bogor, Mei 2007. RIYANT PRAWAKA A14103697 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 6 Agustus 1981 di Tanjung Karang, Bandar Lampung. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara dari Papi Syahdan Saleh dan Mami Ermawati. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri Rawalaut Pahoman Tanjung Karang dan lulus pada tahun 1994. Pendidikan menengah pertama penulis selesaikan pada tahun 1997 di SMPN 3 Tanjung Karang, kemudian dilanjutkan dengan menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Umum 9 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2000. Pendidikan tinggi yang telah diselesaikan penulis adalah program Diploma III, Program Studi Manajemen Bisnis Perikanan, Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, lulus pada tahun 2003. Awal tahun 2004, penulis melanjutkan pendidikan tingkat sarjana dan diterima sebagai mahasiswa pada program Sarjana ekstensi, Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu – ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian bogor. KATA PENGANTAR Syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T yang telah memberikan kemudahan dalam dalam mengerjakan skripsi sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Skirpsi ini berjudul “ Analisis Perilaku Konsumen Dalam Proses Keputusan Pembelian Virgin Coconut Oil (VCO) PT. Bogor Agro Lestari”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian pada Departemen Ilmu – Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penyusunan skirpsi ini dilakukan dengan tujuan memberikan gambaran tentang perilaku konsumen terhadap proses keputusan pembelian VCO dengan merek Visio. Pengetahuan mengenai perilaku konsumen bermanfaat bagi PT. Bogor Agro Lestari dalam menentukan strategi pemasaran produk. Oleh karena itu, perlu bagi perusahaan untuk mengetahui tahapan proses keputusan yang dilakukan konsumen dalam pembelian Visio, menganalisis penilaian konsumen terhadap tingkat kepentingan, tingkat kepercayaan dan tingkat pelaksanaan terhadap atribut produk Visio dan menyusun rekomendasi strategi pemasaran Visio berdasarkan studi perilaku konsumen. . Penulis UCAPAN TERIMA KASIH Syukur kepada Allah S.W.T atas anugrah sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini dapat selesai berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan rasa terimakasih yang setulusnya kepada : 1. Dr. Ir. Heny K. Daryanto, M.Ec selaku dosen pembimbing yang telah memberikan kepercayaan, semangat, perhatian, bimbingan dan koreksi, saran yang tak ternilai kepada penulis dalam penyusunan skripsi. 2. Ir. Joko Purwono, MS selaku dosen evaluator kolokium yang telah memberikan saran dan kritik terhadap proposal penelitian. 3. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec yang telah bersedia menjadi dosen penguji utama dalam ujian sidang penulis. 4. Ir. Murdianto, MS yang telah bersedia menjadi dosen penguji komdik dalam ujian sidang penulis. 5. Manajemen PT. Bogor Agro Lestari dan Bagian Penelitian Produksi VCO LIPI yang telah memberikan izin konsultasi dan pengambilan data. 6. Papi, Mami, Adin, Boy, Fany dan Majar atas kasih sayang, doa dan dukungannya selama melanjutkan kuliah ini. 7. Keluarga mamah Ida dan Esa Nylidia yang selalu memberikan motivasi, kasih sayang dan dukungannya. 8. Saudara Dery yang telah bersedia menjadi pembahas seminar. 9. Keluarga besar kost H. Ukay atas kekeluargaan, persahabatan yang telah terbina dan dukungannya selama proses penyelesaian skripsi. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL.......................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1 1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah.................................................................... 5 1.3. Tujuan Penelitian........................................................................ 9 1.4. Kegunaan Penelitian................................................................... 10 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 11 2.1. Perilaku Konsumen ................................................................... 11 2.2. Pemanfaatan Tanaman Kelapa .................................................. 11 2.3. Produk Turunan Kelapa ............................................................ 12 2.4. Virgin Coconut Oil (VCO)....................................................... 13 2.5. Penelitian Terdahulu ................................................................. 16 BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN .......................................................... 20 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................... 20 3.2. Perilaku konsumen .................................................................... 20 3.3. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian............................... 3.3.1. Pengenalan Kebutuhan........................................... 3.3.2. Pencarian Informasi................................................ 3.3.3. Evaluasi Alternatif.................................................. 3.3.4. Keputusan Pembelian............................................. 3.3.5. Hasil keputusan Pembelian .................................... 22 22 22 23 25 25 3.4. Strategi Pemasaran .................................................................... 26 3.5. Atribut Produk ........................................................................... 28 3.6. Pendekatan Sikap Multiatribut .................................................. 29 3.7. Model Angka Ideal.................................................................... 29 3.8. Importance & Performance Analysis ........................................ 30 3.9. Kerangka Pemikiran Operasional.............................................. 31 BAB IV. METODE PENELITIAN............................................................... 33 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................... 33 4.2. Jenis dan Sumber Data .............................................................. 33 4.3. Metode Penarikan dan Pengumpulan Data ............................... 34 4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data...................................... 4.4.1. Analisis Deskriptif.......................................................... 4.4.2. Metode Angka Ideal ....................................................... 4.4.3. Importance Performance Analysis ................................. 36 36 37 39 4.5. Definisi Operasional................................................................. 43 BAB V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ......................... 46 5.1. Wila yah Administrasi Kota Bogor ............................................ 46 5.2. Gambaran Umum Perusahaan................................................... 47 5.3. Visi dan Misi Perusahaan.......................................................... 48 5.4. Strategi Bauran Pemasaran........................................................ 5.4.1. Produk ........................................................................... 5.4.2. Harga ............................................................................. 5.4.3. Distribusi ....................................................................... 5.4.4. Promosi.......................................................................... 48 49 49 50 51 BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 52 6.1. Proses Keputusan Pembelian .................................................... 6.1.1. Pengenalan Kebutuhan.................................................. 6.1.2. Pencarian Informasi....................................................... 6.1.3. Evaluasi Alternatif......................................................... 6.1.4. Keputusan Pembelian.................................................... 6.1.5. Hasil Pembelian / Evaluasi Pembelian.......................... 52 52 54 57 59 62 6.2 Proses Keputusan Pembelian Visio Secara Keseluruhan.......... 65 6.3. Analisis Sikap Responden Terhadap Atribut Produk Visio ...... 68 6.4. Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Visio (IPA).................................................................... 74 6.5. Formulasi Strategi Bauran Pemasaran Visio ............................. 80 BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 83 Kesimpulan................................................................................................. 83 Saran ........................................................................................................... 84 DAFTAR TABEL No. 1. Teks Halaman Penggunaan Domestik Produk Kelapa di Indonesia, Th 1999 – 2002 (ribu ton)................................................................................................... 2 Harga Rata – Rata Kopra dan Minyak Kelapa di Pasar Domestik dan Internasional. ..................................................................................... 3 3. Merek dan Produsen Pesaing ................................................................... 7 4. Hasil Penelitian Terdahulu ....................................................................... 16 5. Jenis Sumber Data .................................................................................... 33 6. Perincian Wilayah dan Jumlah Responden .............................................. 34 7. Penilaian Tingkat Kepentingan, Performansi Ideal dan Kepercayaaan Terhadap Atribut Khasiat ....................................................................... 37 8. Penilaian Tingkat Kinerja dan Kepentingan ............................................ 40 9. Sebaran Responden Menurut Motivasi Dalam Melakukan Pembelian Visio ....................................................................................... 53 2. 10. Sebaran Responden Menurut Manfaat Utama Yang Diharapkan Dari Pembelian Visio ............................................................................... 53 11. Sebaran Responden Menurut Darimana Mendapatkan Informasi Mengenai Produk Visio............................................................................ 55 12. Sebaran Responden Menurut Informasi Yang Paling Mempengaruhi Dalam Pembelian Visio............................................................................ 56 13. Sebaran Responden Menurut Informasi Yang Menjadi Fokus Utama Perha tian Terhadap Produk Visio ...................................... 57 14. Sebaran Responden Menurut Dasar Pertimbangan Utama Dalam Menentukan Pilihan Terhadap Produk Visio ................................ 58 15. Sebaran Responden Yang Sangat Memperhatikan Kandungan Asam Laurat Yang Terdapat Pada Produk Visio ..................................... 59 16. Sebaran Responden Yang Menginginkan Rasa Atau Aroma Lain Dari Produk Visio ..................................................................................... 60 17. Sebaran Responden Menurut Pilihan Rasa Atau Aroma Yang Diinginkan Dalam Produk Visio ................................................... 60 18. Sebaran Responden Menurut Cara Memutuskan Pembelian Produk Visio ............................................................................................. 61 19. Sebaran Responden Menurut Alasan Utama Membeli Produk Visio ...... 62 20. Sebaran Responden Menurut Frekuensi Pembelian Produk Visio Dalam 3 Bulan Terakhir ................................................................. 63 21. Sebaran Responden Menurut Kepuasan Terhadap produk Visio ............. 64 22. Sebaran Responden Menurut Motivasi Untuk Melakukan Pembelian Ulang ..................................................................................... 64 23. Sebaran Responden Menurut Kenaikan Harga Produk Visio .................. 65 24. Proses Keputusan Pembelian Visio.......................................................... 67 25. Hasil Penilain Sikap Konsumen Terhadap Produk VCO Merek Visio .... 70 26. Skala Linier Numerik ............................................................................... 74 27. Perhitungan Rata – Rata Dari Penilaian Kepentingan (Importance) Dan Kinerja (Performance) Pada Atribut Produk Visio .......................... 75 DAFTAR GAMBAR No. Teks Halaman 1. Perkembangan Penjualan Visio PT. Bogor Agro Lestari Tahun 2005-2006 ....................................................................................... 6 2. Pohon Industri Kelapa ................................................................................ 15 3. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen dan Faktor - faktor yang Mempengaruhi.................................................................................... 21 4. Kerangka Pemikiran Operasional................................................................ 32 5. Diagram KartesiusTingkat Importance Performance Analysis .................. 41 6. Saluran Distribusi Produk Visio PT. Bogor Agro Lestari........................... 50 7. Posisi Atribut Visio Dalam Diagram Kartesius Importance Performance Analysis ................................................................................ 76 DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Standar APCC untuk VCO ........................................................................ 88 2. Kandungan Asam Laurat Kelapa .............................................................. 89 3. Tahap Proses Pengambilan Keputusan Pembelian..................................... 90 4. Tingkat Kepentingan, Performansi Ideal dan Tingkat Kepercayaan atribut Visio Menurut Responden .............................................................. 92 5. Tingkat Importance Performance Analysis (IPA). .................................... 94 6. Kuisioner Penelitian ................................................................................... 95 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perkebunan memegang peranan strategis dalam perekonomian Indonesia, dengan laju pertumbuhan yang relatif kons tan sekitar 4 persen per tahun. Sub sektor perkebunan sangat penting dalam penyediaan pangan yang merupakan salah satu pilar stabilitas ekonomi di Indonesia1 . Komoditas kelapa (Cocos nucifera L) adalah salah satu jenis tanaman tropis yang banyak terdapat di Indonesia dan telah diusahakan oleh masyarakat. Kelapa merupakan salah satu komoditas perkebunan yang berperan penting dalam perekonomian nasional dan berpotensi untuk dikembangkan. Pembudidayaan kelapa banyak dilakukan dan tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Pada tahun 2003 dari total area 3,74 juta ha perkebunan kelapa pulau Sumatera memberikan kontribusi sebesar 34.5 persen, Jawa 23.2 persen, NTB dan NTT 8.0 persen, Kalimantan 7.2 persen, Sulawesi 19.6 persen, Maluku dan Papua 7.5 persen. Dari total area perkebunan kelapa 98 persen merupakan perkebunan rakyat 2 . Perkebunan tersebut dikelola secara monokultur ataupun kebun campur dengan melibatkan sekitar 20 juta jiwa keluarga petani atau buruh tani, walaupun luas perkebunan kelapa menduduki peringkat kedua setelah sawit, namun usaha tani kelapa belum mampu menjadi sumber pendapatan utama petaninya. Selama ini komoditas kelapa yang dimanfaatkan hanya produk primer dalam bentuk kelapa segar maupun kopra sebagai bahan baku minyak goreng 3 . Produktivitas 1. 2. 3. www. Ipard.com. “Teknologi dalam perkebunan”. September 06. 15.45 wib Asia Pacipic Coconut Community. APCC. 2004. www.all-about-virgin-coconut-oil.com. Agustus 06. 21.02 wib. 2 tanaman dan nilai tukar produk primer yang dihasilkan berupa kopra dan minyak yang cenderung menurun menjadi salah satu penyebab belum mampunya sub sektor perkebunan kelapa menjadi sumber pendapatan utama 4 . Secara tradisional, produk kelapa digunakan untuk konsumsi segar atau dibuat kopra dan minyak kelapa tetapi seiring perkembangan pasar dan dukungan teknologi maka permintaan berbagai produk turunan kelapa semakin meningkat. Dari buah kelapa dapat dikembangkan berbagai industri mulai dari produk primer yang masih menampakkan ciri – ciri kelapa hingga tidak menampakkan ciri – ciri kelapa. Dengan demikian, nilai ekonomi kelapa tidak lagi berbasis kopra. Dalam 10 tahun terakhir, penggunaan domestik kopra dan butiran kelapa mengalami peningkatan tetapi dengan laju pertumbuhan sangat kecil. Pada tahun 2002 penggunaan domestik kopra 1,2 juta ton sedangkan minyak kelapa mentah (Coconut Crude Oil, CCO) sebesar 263 ribu ton. Penggunaan domestik kelapa butir pada tahun yang sama mencapai 15,9 juta ton dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Penggunaan Domestik Produk Kelapa di Indonesia, Tahun 1999 – 2002 (ribu ton). Tahun Butir Kelapa Kopra CCO 1999 14.935 1.212 231 2000 15.114 1.264 163 2001 15.160 1.276 334 2002 15.973 1.202 263 Rata -rata 15.295 1,238 247.7 CCO = Coconut Crude Oil, Sumber :BPS, 2004 diolah. 4 “Prospek & arah pengembangan agribisnis kelapa”.www. google.com / industri kelapa. pdf 3 Walaupun penggunaan domestik kopra volumenya 1,2 juta ton lebih tinggi dibandingkan produk kelapa lainnya, tetapi perkembangan harga kopra dan minyak kelapa dipasar domestik dan Internasional sejak tahun 1996 – 2000 berfluktuatif. Dengan rendahnya nilai jual kopra baik di pasaran domestik maupun internasional menyebabkan produsen yang bergerak dalam sub sektor kelapa memproduksi produk turunan kelapa yang memiliki harga yang tinggi. Harga rata – rata kopra dan minyak kelapa di pasar domestik dan internasional dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Harga Rata – Rata Kopra dan Minyak Kelapa di Pasar Domestik dan Internasional. Domestik (Rp/kg) Tahun Internasional (US $/ton) Minyak Kopra Kopra Kelapa Minyak kelapa 1997 825 - 657 434 1998 2.425 - 658 411 1999 2.675 - 737 462 2000 1.530 - 587 396 Sumber:Laporan mingguan Bank Indonesia dan Oil World, 2000 5 . Peluang pengembangan agribisnis kelapa dengan produk bernilai ekonomi tinggi sangat besar. Alternatif produk yang dapat dikembangkan antara lain Virgin Coconut Oil (VCO), Oleochemical (OC), Desicated Coconut (DC), Coconut Milk / Cream (CM / CC), Coconut Charcoal (CCL), Brown Sugar (BS), Coconut Fiber (CF) dan Coconut Wood (CW) yang diusahakan secara terpadu dan pelaku Agribisnis produk – produk tersebut mampu meningkatkan pendapatannya lima hingga sepuluh kali dibandingkan dengan hanya menjual harga kopra. 5. www. Deptan.go.id / perkebunan / KL_Indo_tahunan.htm. 10 Oktober 2006. 13.45 wib 4 Diversifikasi produk kelapa dalam skala industri ini belum sepenuhnya diterapkan di Indonesia, adanya potensi bahan baku yang cukup besar dan teknologi pengelolaan produk kelapa yang makin dikuasai memberi peluang bagi diversifkasi produk melalui proses agroindustri (Wirakartakusumah et al, 1993). Komoditas kelapa yang menghasilkan kopra dan minyak kelapa kemudian dikembangkan lagi menjadi produk kelapa turunan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Produk – produk turunan daging buah selain Oleochemical yang sangat prospektif adalah Virgin Coconut Oil (VCO). VCO memiliki konteks produk yang dapat meningkatkan kesehatan dan sebagai bahan baku kosmetik alami yang bernilai tinggi. VCO merupakan minyak kelapa murni yang dibuat dari kelapa segar bukan kopra tanpa proses kimiawi dengan tidak menggunakan panas tinggi ini memiliki banyak keunggulan. Kandungan asam laurat yang mencapai kurang lebih 52 persen dalam VCO sangat bermanfaat untuk menangkal virus, bakteri dan patogen lain, serta membangun sistem kekebalan tubuh seperti halnya ASI. Berdasarkan pengembangan teknologi beberapa tahun belakangan dan preferensi konsumen yang telah mengakomodasi isu lingkungan dan kesehatan mendorong industri kelapa memproduksi VCO awal tahun 2004 6 . Banyak produsen – produsen yang bergerak dalam industri ini sehingga mengakibatkan terjadinya persaingan yang cukup ketat dalam memasarkan hasil produk – produk VCO tersebut. PT. Bogor Agro Lestari merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi VCO yang berkerjasama dengan LIPI – Bogor. Banyaknya merek VCO di pasaran membuat konsumen mempunyai pertimbangan dalam membeli, sehingga untuk dapat mengatasi persaingan tersebut maka PT. Bogor Agro Lestari 6 .www.all-about-virgin-coconut-oil.com. Agustus 06. 21.02 wib. 5 memerlukan pengetahuan tentang analisis perilaku konsumen dengan sasaran konsumen yang mengkonsumsi VCO dan implikasinya terhadap pemasaran VCO. 1.2. Perumusan Masalah Minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil, VCO) merupakan produk yang dihasilkan dari kelapa. VCO merupakan minyak kelapa yang dihasilkan dari sebuah proses ilmiah tanpa menggunakan zat kimia atau bahan sintetik lainnya yang mempunyai efek samping. Merujuk pada penelitian terbaru menunjukkan bahwa kandungan asam laurat tinggi dalam minyak kelapa murni sangat bermanfaat untuk kesehatan dan memiliki kelebihan karena asam laurat tersebut setara dengan ASI. Sebelumnya, banyak orang meninggalkan minyak kelapa akibat kampanye buruk dimasa lalu yang menudingnya sebagai sumber berbagai penyakit. Penelitian demi penelitian mempublikasikan VCO sebagai sumber nutrisi yang sangat bermanfaat untuk kesehatan, meningkatkan metabolisme, memperbaiki kekebalan tubuh, karena termasuk dalam Medium Chain Fatty Acid (MCFA) atau disebut dengan asam lemak berantai medium. VCO mengandung sekitar 57 persen terdiri dari asam Kaprat (C-10), kurang lebih 50 persen asam laurat (C-12) dan 8 persen asam Kaprilat (C-8) 7 . Apabila buah kelapa diolah menjadi minyak goreng biasa, nilai tambah yang diperoleh hanya 190 persen dari harga kopra, sedangkan bila diolah menjadi minyak kelapa murni (VCO), nilai tambah yang diperoleh bisa mencapai 584 persen dari harga kopra (Rindengan & Novarianto, 2005). Berdasarkan keterangan tersebut, sangatlah jelas bahwa buah kelapa memiliki prospek yang bagus dalam meningkatkan pendapatan petani apabila diolah menjadi VCO. 7. www.lisahkalapa.blogspot. 3 September 2006. 11.30 wib 6 PT. Bogor Agro Lestari bekerjasama dengan LIPI – Bogor merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi kelapa yang termasuk dalam perusahaan hilir karena memproduksi produk turunan kelapa yang dikenal dengan nama Virgin Coconut oil (VCO). PT. Bogor Agro Lestari mengeluarkan produk VCO dengan merek Visio. Pada awal dikeluarkan produk Visio tersebut cukup mendapat respon dari pasar yang ditunjukkan dengan peningkatan omzet penjualan. Tetapi dengan perkembangan teknologi dan banyaknya pesaing yang memproduksi VCO berdampak pada penurunan penjualan. Perkembangan penjualan Visio PT. Bogor Agro Lestari dapat dilihat pada Gambar 1. 80 70 60 50 40 30 20 10 0 2005 November Oktober September Agustus Juli Juni Mei April Maret Februari Januari December November October Penjualan September Penjualan (Juta Rupiah) Perkembangan Perkembangan Penjualan Penjualan Visio VCO PT. Bogor Agro Lestari Tahun 2005 2006 PT. Bogor Agro Lestari Tahun 2005 - 2006 2006 Bulan / Tahun Gambar 1. Perkembangan Penjualan Visio PT. Bogor Agro Lestari Tahun 2005-2006 Sumber : Laporan Penjualan PT. Bogor Agro Lestari Tahun 2005 -2006 Berdasarkan Gambar 1 diketahui penjualan Visio dari bulan Oktober hingga Desember 2005 berfluktuatif, pada bulan Desember realisasi penjualan Visio mencapai Rp. 66.954.236 tetapi pada bulan Januari 2006 realisasi penjualan 7 menurun hingga mencapai Rp. 23.735.811. Persentase proporsi penurunan realisasi penjualan terbesar terjadi pada bulan Januari 2006 yaitu turun sebesar 64.54 persen dan mulai tahun 2006 mengalami penurunan dalam penjualan produk Visio. Maraknya peredaran produk – produk VCO dengan berbagai merek akan menyulitkan konsumen untuk menentukan jenis merek yang paling baik dan sesuai dengan standar Asia Pacipic Coconut Community (APCC), meski semua produk sudah mengklaim produknya memiliki izin terdaftar pada badan yang berwenang. Beberapa jenis merek pesaing produk VCO yang ada di pasaran dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Merek dan Produsen VCO Pesaing Merek VCO Produsen Coco virgin Jahe CV. Pusat Pengolahan Kelapa Terpadu Coconut oil Yogyakarta Coco Mint VCO CV. Pusat Pengolahan Kelapa Terpadu Kandungan laurat (%) 50.10 50.10 Yogyakarta Laurifera Lisah Kobika - Ciamis Perawan Annisa Husada Banaran – Galur, Kulon 49.32 48.35 Kambil Progo Veco PT. Dharma Restu mandiri - Indonesia 57.6 Virgin Natural CV. Pusat Pengolahan Kelapa Terpadu 48.0 Virjint CV. Vermindo Internasional 51.7 Visio PT. Bogor Agro Lestari 54.0 Sumber : Data diolah, 2007. Untuk memproduksi VCO, PT. Bogor Agro Lestari mempunyai ukuran standar produk yang disesuaikan dengan standar yang ditetapkan APCC. 8 Perbandingan kandungan Visio PT Bogor Agro Lestari dengan standar VCO APCC, dapat dilihat pada Lampiran 1. Selain memperhatikan standar kandungan VCO, PT. Bogor Agro Lestari lebih menekankan perhatian terhadap kandungan asam laurat yang ada pada produk hasil produksinya, karena asam laurat ini merupakan kandungan utama yang merupakan khasiat dalam VCO sehingga berpengaruh terhadap kepuasan konsumen yang mengkonsumsi VCO. Hasil analisis VCO enzimatik dari beberapa jenis kelapa lokal di Indonesia yang telah diteliti dan digunakan untuk bahan produksi PT. Bogor Agro Lestari dapat dilihat pada Lampiran 2. Jika PT. Bogor Agro Lestari ingin dapat bertahan dalam persaingan industri ini, maka diperlukan penerapan strategi pemasaran yang efektif dan efisien. Salah satu kegiatan yang dirasakan penting berkaitan dengan strategi pemasaran tersebut adalah memahami perilaku konsumen. Persaingan yang ketat diantara merek – merek produk VCO yang ada mengharuskan orientasi pada kepentingan konsumen, karena banyaknya perusahaan yang bergerak dalam industri ini membuat konsumen mempunyai banyak pertimbangan dalam memilih VCO. Sangat penting untuk mengetahui tahapan konsumen dalam proses keputusan pembelian VCO, tingkat kepentingan serta kepercayaan terhadap atribut produk VCO dan evaluasi pasca pembelian dengan mengukur tingkat kepuasan konsumen terhadap produk VCO. Perhatian yang baik oleh pihak produsen tentang perilaku konsumen membantu pihak produsen dalam menetapkan strategi – strategi pemasaran yang diharapkan. 9 Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana tahapan proses keputusan yang dilakukan konsumen dalam pembelian Visio ? 2. Bagaimana penilaian konsumen terhadap tingkat kepentingan, tingkat kepercayaan dan tingkat pelaksanaan terhadap atribut produk Visio ? 3. Bagaimana strategi pemasaran yang tepat bagi produk Visio berdasarkan studi perilaku konsumen ? 1.3 Tujuan Penelitian Dari latar belakang dan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisis tahap proses keputusan yang dilakukan konsumen dalam pembelian Visio. 2. Menganalisis penilaian konsumen terhadap tingkat kepentingan, tingkat kepercayaan dan tingkat pelaksanaan terhadap atribut produk Visio. 3. Menyusun rekomendasi strategi pemasaran Visio berdasarkan studi perilaku konsumen. 10 1.4. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan yaitu : 1) Pihak yang terkait dalam sistem usaha sub sektor perkebunan kelapa olahan khususnya PT. Bogor Agro Lestari, sebagai informasi mengenai perilaku konsumen masyarakat terhadap pengambilan keputusan dalam konsumsi dan pembelian Visio. 2) Bagi peneliti, mahasiswa, dan pihak – pihak yang memerlukan informasi tentang perilaku konsumen diharapkan dapat dijadikan referensi atau bahan penelitian lebih lanjut. 3) Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sarana untuk melatih diri dalam menganalisa perilaku konsumen dalam proses keputusan pembelian Virgin Coconut oil (VCO) di kota Bogor. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Konsumen Menurut Engel, dkk (1994), perilaku konsumen didefinisikan sebagai suatu tindakan yang langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi serta menghabiskan produk, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan tersebut. Proses pengambilan keputusan pembelian konsumen dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu faktor perbedaan individu, faktor lingkungan dan proses psikologis. Pemahaman perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian berimplikasi terhadap strategi pemasaran. Studi mengenai perilaku konsumen sangat berkaitan erat dengan perumusan strategi harga, produk, promosi dan tempat, sehingga produk yang dihasilkan oleh perusahaan mampu bersaing dengan produk lainnya. Perilaku konsumen dipengaruhi oleh dorongan psikologis. Terdapat beberapa tiori yang termasuk dalam golongan ini dan selanjutnya digolongkan menjadi dua bagian yaitu tiori pembelajaran dan tiori motivasi. Pilihan konsumen tidak hanya didasarkan pada hasil belajar dari pengalaman sendiri, melainkan belajar dari pengalaman orang lain. Oleh karena itu pemasar perlu menciptakan komunikasi informal yang positif tentang perusahaan. Sedangkan dalam tiori motivasi, Moslow mengatakan bahwa motivasi seseorang dapat dihubungkan dengan kebutuhannya. (Simamora, 2002). 12 2.2. Pemanfaatan Tanaman Kelapa Kelapa merupakan salah satu komoditas strategis untuk pengembangan perekonomian rakyat, Keberhasilan pembangunan salah satunya harus dilihat sampai sejauh mana kegiatan perekonomian rakyat mampu dikembangkan menjadi penopang perekonomian nasional. Indonesia menjadi salah satu produsen utama kelapa dunia dan 98 persen produksinya berasal dari perkebunan rakyat, namun perkembangan komoditas kelapa belum mampu menjadi penopang strategis perekonomian rakyat (Panadji. 1990 dalam Supratin, Mary.2005). Kelapa telah dikenal secara luas oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Tanaman ini dikenal sebagai tanaman yang serba guna karena hampir semua tanaman kelapa dapat dimanfaatkan mulai dari ind ustri skala rumah tangga sampai dengan skala raksasa banyak yang menggunakan bahan bakunya dari hasil kebun kelapa, demikian pula dari yang bersifat kerajinan tangan sampai dengan produk kesehatan dan kecantikan yang menggunakan teknologi modern. Daging kelapa dengan proses dingin dapat dihasilkan minyak kelapa, blondo sumber protein, ampas kelapa, air sebagai bahan cuka (fermentasi lanjutan). Air kelapa juga dapat langsung dikemas menjadi minuman kaleng atau botol dan digunakan sebagai bahan baku nata de coco, kecap dan lain – lain. Minyak kelapa dibutuhkan sebagai bahan industri farmasi modern dan tradisional, industri kosmetik modern dan tradisional, industri makanan dan minuman, industri kimia. 2.3. Produk Turunan Kelapa Selama ini produk olahan kelapa yang dihasilkan masih terbatas baik dalam jumlah maupun jenisnya. Padahal, sebagai pohon kehidupan (The Tree of Life) banyak sekali yang dapat dimanfaatkan dari setiap bagian pohon kelapa. 13 Pada Gambar 2 menunjukkan pohon industri kelapa, dari gambar tersebut terlihat berbagai produk yang dapat dihasilkan dari buah kelapa dan banyak diminati karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi diantaranya adalah Virgin Coconut Oil (VCO), Activate Carbon (AC), Carbon Charcoal (CC), Coconut Fiber (CF), serta Oleokimia. VCO memiliki konteks produk yang dapat meningkatkan kesehatan dan sebagai bahan baku kosmetik alami yang bernilai tinggi. Kandungan asam laurat yang terdapat dalam VCO memberikan manfaat yang sangat besar bagi kesehatan dan teknologi yang digunakan untuk menghasilkan VCO diantaranya adalah teknologi pemanasan langsung, teknologi fermentasi, teknologi enzimatik. (Dwiyuni, 2006 ) 2.4. Virgin Coconut Oil (VCO) Berdasarkan pohon industri kelapa, setiap bagian dari buah kelapa tersebut dapat dimanfaatkan. Air kelapa dapat digunakan sebagai bahan pembuat nata de coco, kecap dan minuman. Daging buah yang diparut menghasilkan Desicated Coconut (DC) dan Cocomix. Cocomix menghasilkan konsentrat pembentuk VCO dan Skim milk. Daging buah yang dikuliti menghasilkan semi VCO dan Coco Cake, sedangkan daging buah yang berupa kopra menghasilkan minyak kelapa mentah (Coconut Crude Oil, CCO) yang dapat membentuk minyak goreng kelapa dan bahan Oleokimia. VCO merupakan minyak kelapa yang dihasilkan dengan sebuah proses alamiah tanpa menggunakan zat kimia atau bahan sintetik lainnya yang mempunyai efek samping bagi tubuh. VCO yang mempunyai kualitas sempurna dihasilkan melalui ekstraksi santan yang berasal dari santan buah kelapa segar 14 secara fermentasi tanpa pemanasan atau penambahan pelarut kimia sintetik. VCO mengandung asam lemak MCSF yang ukuran molekulnya kecil, maka setelah dicerna di dalam saluran pencernaan, molekul MCSF langsung diserap melalui dinding usus tanpa harus melalui proses hidrolisis dan enzimatik 9 . Perbedaan VCO dari pangan suplemen lainnya adalah kandungannya yang alamiah, organik dan tanpa bahan pengawet atau bahan tambahan sintetik lainnya. Tidak hanya sebagai suplemen, dalam berbagai riset mengenai pemakaian VCO untuk mengatasi berbagai penyakit menunjukkan adanya keuntungan. Sedangkan perbedaan mendasar antara VCO dengan nabati lainnya terletak pada kandungan asam lemak jenuh yang dimilikinya. VCO mengandung asam lemak jenuh sebesar 92 persen semantara itu berbagai minyak nabati lainnya justru mengandung lebih banyak asam lemak tidak jenuh yang tidak baik untuk kesehatan 10 . 9. WWW.minyak-kelapa.Com . 23 Agustus 2006. 18.05 wib. WWW. Biologi-lipi.go.id Product Knowledge VCO. Pusat Penelitian Biologi - LIPI 10. 15 Air Nata de coco Kecap Minuman VCO DC Parut Concent Daging Skim milk Cocomix Skim Coco shake Semi Kulit Coco M. Goreng CCO Buah Oleokimia Kopra Bungkil Pakan Tepung Tempurung Tepung Arang aktif Serat Sabu Berkaret Geotekstil Cocopeat Furnitur Batang Kayu Lidi Bangunan Gambar 2. Pohon Industri Kelapa Sumber : LIPI – Bogor. 2006 Kerajinan 16 2.5. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang perilaku konsumen terhadap produk kesehatan Virgin Coconut Oil (VCO) ini belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian terdahulu yang dijadikan arahan dalam penelitian ini adalah penelitian yang terkait dengan produk kesehatan yang memiliki kesamaan dengan produk VCO dan alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini merupakan alat analisis yang banyak digunakan dalam penelitian mengenai perilaku konsumen. Beberapa hasil penelitian terdahulu yang dapat dijadikan panduan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Penelitian Terdahulu No 1. 2. Judul Skripsi Analisis Positioning Produk Jamu Kesehatan Merek Bukti Mentjos Pada Industri Jamu Tradisional, Bukti Mentjos, Jakarta Pusat Rancangan Strategi Pemasaran Produk Mengkudu Merek AMORNONIE (Studi Kasus di PT. Agrotek, Bogor) Alat analisis Penulis Tahun • Analisis Citra • Analisis Biplot Dhita Putricia 2002 • Tabel Silang • Uji Chikuadrat • Analisis klompok Ferdian Putra 2002 3. Analisis Strategi Promosi • Proses Suplemen Kesehatan Sanotake Hirarki pada PT. Combhipar Analisis (PHA) Kiki Amandalia 2003 4. Perilaku Mahasiswa IPB Dalam • Analisis Keputusan Pembelian Minuman Faktor Berserat Instan. • Angka Ideal • Uji Friedman • Multiple Comparison Analisis Tingkat Kepuasan • SWOT Pelanggan Klinik Tradisional • IFE & EFE Mahkotadewa Umran Usman 2003 Reni Aminingtyas 2005 5. 17 Penelitian tentang perilaku konsumen produk jamu yang dilakukan oleh Putricia (2002), menganalisis tentang positioning produk jamu kesehatan merek Bukti Mentjos pada industri jamu tradisional Bukti Mentjos di Jakarta Pusat. Alat analisis ya ng digunakan adalah Analisis Citra dan Analisis Biplot. Melalui pengolahan data dengan Analisis Citra, peneliti membandingkan atribut – atribut produk jamu dari beberapa produsen jamu terkemuka untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap produk jamu tersebut. Adapun atribut produk yang diteliti adalah tingkat kepahitan, aroma wangi, kemasan, khasiat, label, kemudahan memahami informasi, kadaluarsa, merek, kandungan zat alami, no depkes, hiegenis, mutu terjamin dan harga. Melalui Analisis Biplot peneliti ingin melihat apakah produk jamu Bukti Mentjos telah mencapai posisi yang diinginkan di dalam benak konsumen. Kemudian dari hasil tersebut, dirumuskan strategi pemasaran yang tepat bagi perusahaan Jamu Bukti Mentjos melalui analisis bauran pemasaran. Ferdian (2002) melakukan penelitian tentang rancangan strategi pemasaran perilaku minuman ekstrak mengkudu Merek Amornonie. Responden yang menjadi objek penelitian adalah konsumen yang pernah dan belum mengkonsumsi ekstrak mengkudu. Alat analisis yang digunakan adalah tabel silang , uji chikuadrat dan analisis kelompok. Hasil penelitian menunjukkan ada lima atribut ekstrak mengkudu yaitu khasiat, harga, merek, rasa dan kemasan. Atribut yang paling penting bagi konsumen adalah khasiat. Telah disebutkan dalam karakteristik konsumen ekstrak mengkudu memiliki gangguan kesehatan dan sebagian besar dari mereka merasakan khasiat dari ekstrak mengkudu. 18 Amandalia (2003) melakukan penelitian tentang analisis pengambilan keputusan strategi promosi suplemen keseha tan sanotake pada PT. Combhipar. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi penyusun strategi promosi pada perusahaan, kemudian mengkaji kegiatan promosi terhadap penjualan sanotake. Penelitian ini menggunakan metode proses hirarki analitik (PHA). Berdasarkan hasil analisis dengan metode PHA dapat diketahui tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan penjualan. Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun strategi promosi adalah angggaran. Alternatif strategi promosi yang tepat adalah promosi pada pribadi dan pemasaran langsung Usman (2003) meneliti perilaku konsumen yang membeli minuman berserat instant. Alat analisis yang digunakan adalah Analisis Faktor, Multiatribut Angka Ideal, Uji Friedman yang dilanjutkan dengan Multiple Comparison. Pengolahan data dengan Analisis Faktor menghasilkan lima faktor utama yang dipertimbangkan konsumen dalam pembelian minuman serat instant. Berdasarkan hasil Multiatribut Angka Ideal, diperoleh hasil bahwa merek Vegeta lebih ideal menurut konsumen dibandingkan dengan merek Fiber. Melalui Uji Friedman diketahui ternyata terdapat minimal satu perbedaan ketidakpuasan antar atribut menurut konsumen pada masing – masing merek minuman berserat instan, baik Vegeta maupun Fiber, terdiri dari atas pilihan rasa, harga, kandungan serat, ketersediaan, khasiat membantu diet dan khasiat melancarkan buang air besar. Kemudian berdasarkan seluruh hasil tersebut dirumuskan alternatif strategi bauran pemasaran bagi perusahaan minuman serat instan. 19 Penelitian yang dilakukan Aminingtyas (2005), adalah studi kasus mengenai perilaku konsumen di klinik tradisional mahkota dewa milik PT. MDI Jakarta. Penelitian ini menunjukkan karakteristik pelanggan dari mahkota dewa yang didominasi pria (55 persen), berusia antara 31 sampai 60 tahun (80 persen) dan berasal dari etnis Jawa (41 persen). Tingkat pendidikan terakhir di atas SLTA (60 persen), bekerja sebagai pegawai swasta (29 persen) dan memiliki tingkat pendapatan per bulan di atas Rp. 1.000.000 (65 persen). Adapun sumber informasi pelanggan tentang klinik berasal dari teman atau keluarga dan talk show (75 persen). Motivasi kunjungan pelanggan lebih disebabkan oleh keterkaitan pelanggan terhadap konsep pelayanan dari klinik dan kualitas serta keamanan obat herbal (83 persen). Penyakit yang banyak diderita oleh pelanggan adalah kanker dan diabetes (72 persen). Selain itu penelitian ini juga menekankan pentingnya PT. MDI meningkatkan promosi. Penelitian terdahulu digunakan sebagai acuan dalam melakukan penelitian ini, terutama dalam penggunaan alat analisis dan penetapan atribut produk. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Multiatribut Angka Ideal yang digunakan untuk mengetahui sikap konsumen terhadap tingkat kepentingan dan tingkat kepercayaan terhadap suatu produk dan semakin dekat produk tersebut dengan idealisme konsumen maka semakin baik produk tersebut. Selain menggunakan Angka Ideal, penelitian ini juga menggunakan Importance Performance Analysis (IPA). Tujuan penggunaan alat analisis ini adalah untuk mengetahui tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan atau kinerja atribut yang dimiliki oleh produk VCO merek Visio dengan bantuan grafik kartesius. Pada penelitian ini menggunakan atribut – atribut yang terdiri dari harga, warna, rasa atau aroma, kemasan, kejelasan tanggal kadaluarsa, ketersediaan, komposisi produk, khasiat, kualitas produk, higienis, merek, dan izin Depkes. BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Mengetahui apa yang dibutuhkan dan diinginkan konsumen merupakan hal yang penting dalam bidang pemasaran. Hal ini dikarenakan akan berimplikasi kepada efisiensi dan efektivitas strategi kebijakan ya ng tepat. Keputusan strategi dapat dilakukan dengan memperhatikan dan mempertimbangkan perilaku konsumen. 3.2. Perilaku Konsumen Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1999, menyatakan perlindungan terhadap konsumen, yang dimaksud dengan konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahkluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Menurut Engel, dkk (1994) perilaku konsumen didefinisikan sebagai suatu tindakan yang langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi serta menghabiskan produk, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan tersebut. Perilaku konsumen mencerminkan tanggapan mereka terhadap berbagai faktor, baik itu pengaruh dari dalam mereka sendiri (faktor perbedaan individu dan faktor proses psikologis) dan pengaruh lingkungan. Dengan mengetahui perilaku konsumen dan faktor – faktor yang mempengaruhinya, maka pihak pemasar dapat merumuskan suatu strategi pemasaran ya ng tepat bagi produknya. 21 Menurut Engel et al (1994), Perilaku konsumen adalah dinamis, dimana konsumen selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Dalam pengambilan keputusan ada beberapa faktor yang dilalui seperti pengaruh lingkungan, perbedaan individu, pengaruh psikologis dan pengaruh terhadap strategi pemasaran, dijelaskan secara sederhana pada Gambar 3. Pengaruh Lingkungan Budaya Kelas Sosial Pengaruh Pribadi Keluarga Situasi • • • • • Pengaruh Individu Sumberdaya Konsumen Motivasi dan Keterlibatan Pengetahuan Sikap Kepribadian,Gaya hidup, Demografi Pengambilan Keputusan Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Pembelian Hasil Proses psikologis Pengolahan informasi Pembelajaran Perubahan sikap atau perilaku Strategi Pemasaran Strategi produk Strategi harga Strategi promosi Strategi tempat Gambar 3. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen dan Faktor - faktor yang Mempengaruhi Sumber : Engel, Blackwell dan Miniard (1994) 22 3.3 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen mempunyai perilaku yang beragam ketika terlibat dalam suatu proses pengambilan keputusan pembelian. Pembelian akan melalui suatu proses belajar yang pertama ditandai dengan mengembangkan kepercayaan mengenai produk tersebut, kemudian pendirian konsumen akan membuat pilihan pembelian. Terdapat lima tahapan proses pengambilan keputusan pembelian yang dilakukan konsumen adalah pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, proses pembelian dan hasil. 3.3.1. Pengenalan Kebutuhan Pengenalan kebutuhan tahap pertama dari proses keputusan pembelian dimana konsumen mengenali suatu masalah atau kebutuhan. Konsumen merasakan adanya perbedaan antara keadaan yang nyata dengan keadaan yang diinginkan. Pengenalan kebutuhan tidak secara otomatis mengaktifkan suatu tindakan akan bergantung pada beberapa faktor diantaranya adalah kebutuhan yang dikenali harus cukup penting, dan solusi bagi kebutuhan tersebut ada dalam batas kemampuannya jika pemenuhan kebutuhan berada diluar sumberdaya ekonomi konsumen maka tindakan tidak mungkin dilakukan. 3.3.2. Pencarian Informasi Konsumen merasa adanya kebutuhan terhadap suatu produk, maka konsumen akan berusaha untuk mencari lebih banyak informasi. Pencarian informasi dapat bersifat internal maupun eksternal. Pencarian internal terjadi setelah pengenalan kebutuhan dengan cara melihat kembali pengetahuan yang relevan dengan keputusan yang tersimpan didalam ingatan jangka panjang. Jika informasi yang didapat dari pencarian internal telah memadai untuk memuaskan 23 kebutuhan maka pencarian eksternal tidak diperlukan. Namun, apabila pencarian internal tidak mencukupi maka perlu diadakan pencarian eksternal yaitu mengumpulkan informasi dari lingkungan. Menurut Kotler (2000), menyatakan bahwa sumber-sumber informasi utama yang dicari konsumen dan kepentingan terhadap keputusan pembelian, sumber informasi konsumen terdiri dari empat kelompok yaitu : a) Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan b) Sumber komersial : iklan, tenaga penjual, pedagang perantara c) Sumber pengalaman : penanganan, pemeriksaan, penggunaan produk d) Sumber publik : media massa, organisasi rating konsumen. Banyaknya pengaruh dari sumber informasi menurut kategori produk dan karakteristik pembeli. Konsumen menerima informasi mengenai suatu produk yang paling banyak dari sumber komersial yang didominasi oleh pemasar, sedangkan informasi yang paling efektif berasal dari sumber pribadi. Besarnya pencarian informasi yang dilakukan tergantung pada kekuatan, dorongan, jumlah informasi yang dimiliki, dan kemudahan memperoleh informasi tambahan. Nilai yang diberikan kepada informasi tambahan dan kepuasan yang diperoleh dari pencarian tersebut dalam pencarian informasi yang dilakukan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu situasi, ciri produk, lingkungan eceran dan konsumen. 3.3.3. Evaluasi Alternatif Tahap dalam proses keputusan pembelian dimana konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek- merek alternatif dalam melakukan pilihan pembelian. Konsumen menentukan kriteria evaluasi yang berbeda seperti harga dan merek yang kemudian akan digunakan untuk menilai 24 alternatif. Setelah itu, memutuskan alternatif mana yang dipertimbangkan dan dilakukan penilaian kinerja untuk memilih dan mengambil keputusan akhir. Dalam proses evaluasi konsumen berusaha untuk memuaskan kebutuhan. Konsumen sebagai rangkaian atribut dengan kemampuan yang berbeda dalam memberikan manfaat yang dicari dan memuaskan kebutuhan tersebut. Konsumen bersikap berbeda-beda dalam melihat atribut produk yang dianggap menonjol, maka konsumen akan memberikan perhatian pada atribut yang memberikan manfaat yang dicari. proses evaluasi konsumen pertama, setiap konsumen akan berbeda-beda dalam memp ertimbangkan dan melihat produk sebagai sekumpulan ciri-ciri produk yang berkaitan dengan kebutuhan. Kedua, konsumen akan memberikan derajat kepentingan yang berbeda untuk ciri-ciri yang berlainan, yaitu setiap konsumen mengaitkan pentingnya ciri mengacu pada kebutuhan dan keinginan uniknya. Ketiga, konsumen cenderung mengembangkan seperangkat kepercayaan merek tentang ciri-ciri apa yang menonjol pada setiap merek. Keempat, konsumen diasumsikan memiliki fungsi kegunaan untuk setiap ciri, fungsi kegunaan ini menunjukan bahwa konsumen mengharapkan kepuasan produk total untuk membedakan dari produk yang berbeda. Kelima, konsumen menghadapi merekmerek yang berbeda melalui prosedur evaluasi tertentu. Konsumen telah menemukan dan menggunakan suatu atau lebih dari beberapa prosedur evaluasi bergantung pada konsumen tersebut dan keputusan pembelian. 25 3.3.4. Keputusan Pembelian Tahap dalam proses keputusan pembelian dimana konsumen secara aktual membeli produk. Keputusan pembelian konsumen akan terwujud ketika membeli merek yang paling disukai. Faktor yang pertama adalah sikap atau pendirian orang lain, sampai dimana pendirian orang lain dapat mengurangi alternatif yang disukai seseorang tergantung pada dua hal yaitu intensitas dari pendirian negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen. Motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain semakin kuat maka semakin dekat orang lain tersebut dengan konsumen. Penilaian seseorang terhadap suatu produk akan meningkat jika orang yang dia senangi juga menyukai merek yang sama. Pengaruh orang lain menjadi kompleks bila beberapa orang yang dekat dengan pembeli mempunyai pendapat yang saling berlawanan dan menyenangi semua produk. Faktor kedua yaitu faktor situasi yang tidak diharapkan konsumen membentuk suatu maksud pembelian atas dasar faktor- faktor seperti pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan, dan manfaat produk yang diharapkan. Ketika konsumen akan bertindak faktor situasi yang tidak diantisipasi mungkin terjadi untuk mengubah maksud pembelian tersebut. 3.3.5. Hasil Keputusan Pembelian Konsumen mengevaluasi apakah alternatif yang dipilih memenuhi kebutuhan dan harapan segera sesudah digunakan. Konsumen akan mengalami suatu tingkat ketidakpuasan terhadap hasil dan harapan yang ditetapkan secara negatif. Kepuasan adalah evaluasi pasca konsumsi bahwa suatu alternatif yang dipilih setidaknya memenuhi atau melebihi harapan konsumen. Konsumen akan 26 melakukan tindakan setelah pembelian dan menggunakan produk tersebut. Tugas pemasar tidak berakhir ketika produk dibeli tetapi terus sampai periode setelah pembelian. Kepuasan pembeli merupakan fungsi dari seberapa dekat antara harapan pembeli atas produk tersebut dengan daya guna yang dirasakan dari produk tersebut. Jika daya guna produk tersebut berada dibawah harapan pelanggan maka pelanggan akan merasa kecewa, jika memenuhi harapan pelanggan akan merasa puas. Perasaan-perasaan ini mempunyai arti dalam hal apakah pelanggan tersebut akan membeli produk itu lagi dan membicarakan tentang produk tersebut kepada orang lain secara menguntungkan atau secara merugikan. Penjual harus mengenalkan produk secara jujur mencerminkan daya guna produk yang mungkin sehingga pembeli merasa puas. Beberapa penjual bahkan mungkin menyatakan tingkat daya guna yang lebih rendah sehingga konsumen mengalami kepuasan yang lebih tinggi dari yang diharapkan dengan produk tersebut. 3.4. Strategi Pemasaran Menurut Kotler (1997), strategi pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahan untuk terus menerus mencapai saluran perdagangan sampai dengan konsumen akhir, alat-alat bauran pemasaran terdapat empat kelompok yang lebih dikenal dengan 4 P yaitu : (1) Produk Menurut Kotler (1997), menyatakan bahwa produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk menarik perhatian, pembelian, pemakaian, atau konsumsi yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan. Produk termasuk 27 objek fisik, pelayanan, orang, tempat, organisasi, dan gagasan. Pengembangan produk meliputi manfaat yang akan diberikan produk tersebut. Manfaat ini dikomunikasikan dan disampaikan melalui ciri-ciri produk yang berwujud, seperti mutu, tampilan, dan desain. Keputusan mengenai ciri-ciri ini sangat mempengaruhi reaksi konsumen terhadap produk. Penilaian konsumen terhadap suatu produk sangat dipengaruhi oleh atribut produk, merek, kemasan dan label yang menyertai produk tersebut. Seperti mutu, ciri, desain produk merupakan alat yang membedakan produk yang satu dengan yang lainnya. Merek dianggap penting sebagai tanda pengenal dan sekaligus berfungsi untuk menjelaskan beberapa hal mengenai produk, kemasan produk dan label produk dibuat semenarik mungkin karena atribut produk yang pertama kali dilihat oleh konsumen. (2) Harga Menurut Kotler (1997), harga yaitu jumlah uang yang dibebankan untuk sebuah produk atau jasa, jumlah nilai yang konsumen pertukarkan untuk mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa. Harga merupakan faktor utama yang mempengaruhi pilihan pembeli. Harga merupakan satu-satunya unsur dalam bauran pemasaran yang menciptakan pendapatan, unsur lain menunjukan biaya yaitu, penetapan harga dan persaingan harga merupakan masalah utama yang dihadapi oleh pemasar. Keputusan harga suatu perusahaan dipengaruhi oleh faktor internal mencakup tujuan pemasaran, strategi bauran pemasaran, dan biaya perusahaan. Faktor eksternal meliputi sifat pasar dan permintaan, persaingan, dan unsur-unsur lainnya. 28 (3) Tempat Mempunyai arti penting karena lingkungan bagian dari nilai dan manfaat jasa yang dipersiapkan menurut, (Engel et al., 1994), tempat adalah proses interaksi antara strategi pemasaran pengecer dan karakteristik individua l dan situasional dari pembeli. Proses pemilihan tempat merupakan fungsi dari karakteristik konsumen dan karakteristik tempat. Adapun yang termasuk bauran tempat pada penelitian ini yaitu variabel saluran pemasaran, cakupan pasar, pengelompokan, dan lokasi. (4) Promosi Menurut Kotler, (1997), Promosi adalah kunci dalam kampanye penjualan yang digunakan untuk mengadakan komunikasi dengan pasar. Promosi sebagai arus informasi yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran. Dirancang untuk mencapai tujuan program penjualan dimana pembelian suatu produk atau jasa dapat mencapai penjualan secara lebih cepat atau lebih besar oleh konsumen atau pedagang. 3.5. Atribut Produk Suatu produk pada dasarnya adalah sekumpulan atribut-atribut dan setiap produk, baik barang atau jasa dapat didefinisikan dengan menyebutkan atributatributnya. Konsume n akan melihat produk berdasarkan karakteristik, ciri atau atribut dari produk tersebut. Konsumen mungkin memiliki kemampuan yang berbeda dalam menyebutkan karakteristik atau atribut dari suatu produk. hal ini dikarenakan konsumen memiliki pengetahuan ya ng berbeda mengenai produk tersebut. Pengetahuan mengenai atribut produk tersebut akan mempengaruhi 29 penilaian dan memudahkan konsumen untuk memilih produk yang akan dibelinya. 3.6. Pendekatan Sikap Multiatribut Teori – teori sikap mengemukakan bahwa sikap konsumen terhadap suatu produk akan mempengaruhi perilaku atau tindakan kons umen terhadap produk tersebut. Para pemasar berkepentingan untuk mengetahui sikap konsumen terhadap produk yang dipasarkannya dan kemudian merumuskan strategi untuk mempengaruhi sikap konsumen tersebut. Riset pasar atau riset konsumen merupakan salah satu kegiatan penting untuk mengetahui sikap konsumen terhadap suatu produk. Menurut Engel (1994), teori – teori sikap mengemukakan bahwa sikap konsumen terhadap suatu produk akan me mpengaruhi perilaku atau tindakan konsumen terhadap produk tersebut. Model sikap multiatribut menggambarkan rancangan yang berharga untuk memeriksa hubungan di antara pengetahuan produk yang dimiliki oleh konsumen dan juga sikap terhadap produk berkenaan dengan ciri atau atribut produk. 3.7. Model Angka Ideal Model Angka Ideal mencoba mengukur sikap konsumen terhadap keidealan suatu produk atau merek dengan kenyataannya. Semakin dekat produk atau merek tersebut dengan idealisme konsumen, maka semakin baik produk tersebut. Model Angka Ideal tidak hanya digunakan untuk menilai merek saja, akan tetapi dalam penelitian ini model tersebut digunakan untuk menilai atribut produk Visio. 30 Menurut Engel, et al. (1994), Model Angka Ideal adalah model yang memberikan informasi berkenaan dengan bagaimana merek atau atribut yang sudah ada dipandang oleh konsumen. Model Angka Ideal digunakan untuk memberikan penilaian yang baik dan dapat diterima oleh suatu produk apabila nilai yang dimilikinya nol, menunjukan bahwa produk tersebut cocok dengan atribut yang diinginkan konsumen 3.8. Importance & Performance Analysis Analisis Importance & Performance merupakan dasar bagi manajemen dalam pengambilan keputusan tentang tindakan apa yang seharusnya dilakukan untuk memperbaiki suatu kinerja dari sebuah perusahaan. Dalam analisis ini menghasilkan grapik kartesius yang terdiri dari empat kuadran : § Kuadran pertama terletak di sebelah kiri atas mencerminkan prioritas utama § Kuadran kedua (pertahankan prestasi) berada di sebelah kana n atas yang memuat faktor – faktor yang dianggap penting oleh pelanggan dan faktor – faktor yang dianggap oleh pelanggan sudah sesuai dengan yang dirasakannya. § Kuadran ketiga berada di sebelah kiri bawah yang berarti prioritas rendah § Kuadran keempat berada pada sebelah kanan bawah, di kuadran ini memuat faktor – faktor yang dianggap kurang penting oleh pelanggan dan dirasakan terlalu berlebihan. 31 3.9. Kerangka Pemikiran Operasional PT. Bogor Agro Lestari merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi kelapa dan termasuk dalam perusahaan hilir karena memproduksi produk turunan kelapa yang dikenal dengan nama Virgin Coconut oil (VCO). Perkembangan teknologi dan banyaknya produsen baru yang memproduksi dan memasarkan produk VCO berdampak pada penurunan penjualan Visio PT. Bogor Agro Lestari pada tahun 2006. Oleh karena itu perusahaan perlu untuk mengetahui dan mengevaluasi perilaku konsumen yang membeli dan mengkonsumsi Visio termasuk pelaksanaan dalam proses keputusan pembelian, penilaian tingkat kepentingan dan kepercayaan kinerja terhadap atribut Visio. Model Analisis Angka Ideal digunakan untuk mengetahui dan menilai sikap serta persepsi konsumen terhadap produk yang ideal sehingga dijadikan tolak ukur perbandingan terhadap keidealan Visio di mata konsumen. Importance Performance Analysis (IPA) digunakan untuk mengetahui tingkat kepentingan dan tingkat kinerja terhadap atribut produk Visio. Adapun atribut yang dianalisis meliputi harga, warna cairan, rasa atau aroma, kemasan, kejelasan tanggal kadaluarsa, ketersediaan, komposisi produk, khasiat, kualitas produk, higienis, merek, dan izin Depkes. Hasil analisis deskriptif, penggunaan konsep model Angka Ideal dan Importance Performance Analysis (IPA) akan digunakan untuk menjelaskan perilaku konsumen terhadap produk Visio. Kerangka pemikiran operasional untuk analisis perilaku konsumen dalam proses keputusan pembelian Visio dapat dilihat pada Gambar 4. 32 PT. Bogor Agro Lestari Ø Ø Persaingan dalam industri Virgin Coconut Oil yang semakin ketat, banyak produsen yang memproduksi VCO dan banyaknya merek yang beredar Penurunan penjualan VCO PT. Bogor Agro Lestari Studi Perilaku Konsumen VCO Proses Pengambilan Keputusan Pengenalan kebutuhan Pencarian informasi Evaluasi alternatif Pembelian Evaluasi hasil Analisis Deskriptif Sikap Konsumen terhadap keragaan atribut produk Importance & Performance Analysis Model Angka Ideal Rekomendasi Strategi Pemasaran yang tepat Keterangan : Ruang Lingkup Penelitian Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di beberapa apotik yang terdapat di Kota Bogor, yaitu apotik Mandapa Farma, apotik Asia, apotik Sindang Barang, apotik Nanda Sehat, apotik Kimia Farma, apotik Empang, apotik Pemuda dan apotik Satria. Penentuan kedelapan apotik tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa produk Visio tersedia di apotik – apotik tersebut. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Maret - April 2007. 4.2. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan responden menggunakan kuesioner, sedangkan data sekunder meliputi sejarah perusahaan, gambaran umum perusahaan dan literatur perusahaan. Adapun jenis dan sumber data dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jenis dan Sumber Data Jenis Data Primer Sumber Data Wawancara dengan responden berdasarkan kuisioner yang telah disiapkan Sekunder Laporan penjualan perusahaan periode 2005 -2006, sejarah perusahaan, gambaran umum perusahaan, data internet, Skirpsi, Literatur yang terkait topik penelitian 34 4.3. Metode Penarikan dan Pengumpulan Data Pengambilan sampel dalam penelitian ini ditentukan secara sengaja yaitu di apotik – apotik yang berada di Kota Bogor, dengan pertimbangan bahwa pendistribusian produk VCO saat ini hanya dilakukan di apotik. Kota Bogor memiliki enam kecamatan dan sejauh ini Visio terdapat di kedelapan apotik yang ada di Kota Bogor dan apotik – apotik ini dapat mewakili keenam kecamatan tersebut. Perincian lokasi apotik dan jumlah responden dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Perincian Wilayah dan Jumlah Responden Nama Apotik Wilayah Kecamatan Jumlah responden Mandapa Farma Bogor Timur 10 Asia Bogor Barat 15 Apotik Sindang Barang Bogor Barat 15 Apotik Nanda Sehat Bogor Utara 10 Apotik Kimia Farma Bogor Selatan 10 Apotik Empang Bogor Selatan 10 Apotik Pemuda Bogor Tengah 15 Apotik Satria Bogor Tengah 15 TOTAL 100 Pengambilan sampel atau responden dalam penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling, yaitu semua elemen populasi belum tentu memiliki peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel atau pengambilan sampel tidak memperhitungkan peluang atau kemungkinan unit sampel dipilih atau tidak (Nazir, 1983). Cara pengambilan sampel dengan menggunakan 35 metode convenient sampling, yaitu pengambilan sampel sesuai kesediaan responden untuk diwawancarai dengan kuesioner atau dengan cara dipermudah. Pemilihan calon responden adalah pengunjung apotik yang membeli Visio dan mengkons umsi Visio. Responden diberikan pertanyaan awal (Screening) pada kuesioner untuk mengetahui apakah konsumen tersebut mengetahui tentang VCO dan pernah membeli dan mengkonsumsi Visio. Jumlah responden berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan formulasi, dengan jumlah penduduk kota Bogor sebesar 855.085 jiwa. Menurut Gay Slovink (Simamora, 2002), perhitungan formulasi dirumuskan sebagai berikut : n = N / 1+Ne2 Dimana : n = Jumlah Sampel. N = Jumlah populasi. e = Nilai kritis yang digunakan. Berdasarkan rumus maka diperoleh 100 responden yang dapat dilihat pada hasil perhitungan sebagai berikut : n = 855.085 / 1 + 855.085 (0,1)2 n = 100 Data perilaku konsumen dikumpulkan dengan mewawancarai konsumen Visio melalui bantuan kuesioner. Paket kuisioner yang ditanyakan kepada konsumen terdiri dari tiga bagian yaitu :1) identitas responden, 2) pertanyaan yang berkaitan dengan proses keputusan pembelian konsumen, 3) persepsi konsumen terhadap atribut produk berdasarkan Model Angka Ideal dan Importance Performance Analysis. 36 4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Deskriptif, Analisis Angka Ideal dan Importance Performance Analysis (IPA). Analisis Deskriptif digunakan untuk mengetahui perilaku konsumen melalui proses keputusan pembelian Visio. Importance Performance Analysis (IPA) digunakan untuk mendapatkan gambaran tingkat kepentingan dan tingkat kinerja atribut yang dimiliki Visio, sedangkan Model Angka Ideal digunakan untuk mengukur sikap konsumen terhadap keidealan suatu produk dengan kenyataannya. Semakin dekat produk tersebut dengan idealisme konsumen, maka semakin baik produk tersebut. Hasil perhitungan angka ideal adalah berupa skor ideal yang digunakan untuk menentukan produk ideal. 4.4.1. Analisis Deskriptif Metode deskriptif adalah metode yang meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Analisis Deskriptif digunakan untuk menganalisis karakteristik responden yaitu yang terkait dengan umur, jenis kelamin, status pekerjaan, status pernikahan, pendidikan, serta pendapatan. Tujuan analisis deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta- fakta serta hubungan antar fenomena yang terjadi. Data yang merupakan identitas responden dan proses keputusan pembelian dikelompokan berdasarkan jawaban yang sama kemudian dipersentasik an berdasarkan jumlah responden. Persentase yang tersebar merupakan faktor yang dominan dari variabel- variabel yang diteliti. 37 4.4.2. Model Angka Ideal Model Angka Ideal memberikan informasi mengenai sikap konsumen terhadap merek atau atribut suatu produk dan sekaligus memberikan informasi merek atau atribut ideal yang diinginkan konsumen. Model Angka Ideal dapat dirumuskan sebagai berikut : Ab = n ∑ Wi Ii- Xi i−1 Dimana: Ab = Sikap terhadap merek Wi = Pentingnya atribut i Ii = Performansi ideal pada atribut i (keinginan / harapan) Xi = Kepercayaan kinerja mengenai performansi aktual merek pada atribut i i = Responden ke- i n = Jumlah atribut yang menonjol. (Simamora, 2002). Ditinjau dari sikap, semakin dekat ke poin ideal, sebuah produk atau merek semakin baik posisinya. Oleh karena itu, sikap konsumen juga bisa diukur melalui jarak antara posisi produk atau merek dan posisi ideal dibenak konsumen. Posisi tersebut diukur dengan cara menggambarkan kepercayaan konsumen mengenai prestasi produk pada atribut tertentu dan tingkat kepercayaan atribut tersebut bagi konsumen. Hasil perhitungan angka ideal berupa skor ideal, digunakan untuk menentukan produk yang ideal. 38 Skala yang digunakan adalah skala Likert yang memungkinkan responden untuk menginterpretasikan intensitas perasaan mereka berdasarkan pertanyaan tertutup dimana intensitas tersebut dibuat berjenjang mulai dari yang paling rendah sampai paling tinggi dengan skala Likert (1 sampai 5) (Simamora, 2002). penilaian tingkat kepentingan, tingkat performasi ideal dan tingkat kepercayaan terhadap atribut khasiat Visio dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Penilaian Tingkat Kepentingan, Performansi Ideal dan Kepercayaaan Terhadap Atribut Khasiat. Nilai Kepentingan (Wi) Performansi Ideal (I I) Kepercayaan Kinerja (Xi) 1 Sangat tidak penting Khasiat sangat rendah Khasiat sangat rendah 2 Tidak penting Khasiat rendah Khasiat rendah 3 Cukup penting Khasiat cukup tinggi Khasiat cukup tinggi 4 Penting Khasiat tinggi Khasiat tinggi 5 Sangat penting Khasiat sangat tinggi Khasiat sangat tinggi Sebagai contoh ingin diketahui sikap responden terhadap atribut khasiat pada produk Visio. Pada awalnya konsumen diminta menilai seberapa penting atribut khasiat tersebut dengan menggunakan nilai (skor) skala 1 sampai 5. Konsumen menganggap khasiat pada produk tersebut penting dengan skor 4. Kemudian responden diminta untuk menunjukkan khasiat produk Visio yang ideal menurut mereka, dan konsumen diminta meletakkan kepercayaan mereka akan khasiat produk Visio dalam skor skala 1 sampai dengan 5 juga. Konsumen menganggap bahwa produk Visio yang ideal adalah produk yang memiliki khasiat yang sangat tinggi dengan skor 5. Setelah itu konsumen diminta memberikan 39 tingkat kepercayaan mereka terhadap khasiat produk Visio tersebut dalam skor skala 1 sampai dengan 5. Tingkat kepercayaan terhadap khasiat produk yang dimiliki oleh produk Visio cukup tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan konsumen memilih skor 3. Selisih antara skor atribut ideal dengan atribut pada merek tertentu menggambarkan kesenjangan antara produk ideal dengan gambaran produk ideal yang diinginkan konsumen. Maka, sebenarnya skor terbaik (Ab) yang dapat diterima oleh suatu produk adalah nol, atau yang paling mendekati nol menunjukkan bahwa merek tersebut cocok sempurna dengan konfigurasi atribut ideal. 4.4.3. Important – Performance Analysis Metode Important Performance Analysis (IPA) merupakan salah satu teknik penerapan yang mudah untuk mengukur atribut dari tingkat kepentingan (Important) dan tingkat pelaksanaan atau kinerja (Performance) dan berguna untuk pengembangan usaha perusahaan. Metode IPA memisahkan pertanyaan yang digunakan untuk mencari prioritas perbaikan. Penilaian tingkat kinerja akan diwakili oleh hurup X, sedangkan untuk penilaian kepentingan ditunjukkan oleh hurup Y. Untuk menilai kinerja dan kepentingan konsumen atau pelanggan digunakan skor atau nilai dengan skala Likert (1 sampai 5) seperti dilihat pada Tabel 8. 40 Tabel 8. Penilaian Tingkat Kinerja dan Kepentingan Nilai (Skor) Kinerja (X) Kepentingan (Y) 1 Sangat rendah Sangat Tidak Penting 2 Rendah Tidak Penting 3 Cukup tinggi Cukup Penting 4 Tinggi Penting 5 Sangat tinggi Sangat Penting Total penilaian kinerja dan kepentingan diperoleh dengan cara menjumlahkan skor penilaian yang diberikan responden. Hasil perhitungan akan digambarkan dalam diagram kartesius. Masing – masing atribut diposisikan dalam diagram tersebut berdasarkan nilai rata – rata. Nilai rata – rata penilaian kinerja ( X ) menunjukkan posisi suatu atribut pada sumbu X, sedangkan nilai rata – rata tingkat kepentingan responden (Y ) ditunjukkan pada posisi atribut sumbu Y rumus yang digunakan untuk mencari nilai rataan adalah : n X= ∑X i =1 n ∑Y i Y= n i =1 i n Keterangan : X = Nilai rata – rata tingkat pelaksanaan atau kinerja Y = Nilai rata – rata tingkat kepentingan n = Jumlah responden Diagram kartesius merupakan suatu bangunan yang diberi atas empat bagian yang dibatasi oleh dua buah garis berpotongan tegak lurus pada titik – titik (a,b). Titik tersebut diperoleh dengan rumus : X= ∑X k i Y = ∑Y k i 41 Keterangan : X = Batas sumbu X atau skor rata – rata dari rata – rata tingkat kinerja seluruh atribut Y = Batas sumbu Y atau skor rata – rata dari rata – rata tingkat kepentingan seluruh atribut. K = Banyaknya atribut yang diteliti Hasil dari perhitungan nilai X dan Y akan digunakan dalam diagram kartesius sebagai pasangan kordinat titik atribut, yang pada akhirnya akan memposisikan suatu atribut terletak dimana pada diagram yang dapat dilihat pada Gambar 5. Y (Tingkat Kepentingan) Tinggi 1. Prioritas Utama III. Prioritas Rendah II. Pertahankan Prestasi IV. Berlebihan Tinggi Rendah X (Tingkat Performance) Gambar 5. Diagram KartesiusTingkat Importance Performance Analysis Sumber : 42 Setiap variabel yang berada pada masing – masing kuadran memiliki pemahaman sendiri, yang berpengaruh terhadap strategi untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. 1. Kuadran A (Prioritas Utama) Variabel yang berada pada kuadran A memiliki tingkat kepentingan yang tinggi, namun jika dilihat dari tingkat kinerja dinilai masih rendah, sehingga semua variabel dalam kuadran ini harus meningkatkan kinerjanya agar mencapai optimal dan masuk ke dalam kuadran kedua. 2. Kuadran B (Pertahankan Prestasi) Semua variabel yang terdapat dalam kuadran B berarti kinerja dan keinginan konsumen berada pada tingkat tinggi dan sesuai, jadi pihak perusahaan cukup mempertahankan kinerja dari variabel tersebut. 3. Kuadran C (Prioritas Rendah) Jika ada variabel yang berada pada kuadran C, maka pihak perusahaan harus benar – benar memperhatikan dan mengelola variabel tersebut, karena tingkat kinerjanya yang rendah. 4. Kuadran D (Berlebihan) Di kuadran ini kinerja perusahaan berada pada tingkat yang tinggi, namun keinginan konsumen akan kinerja dari variabel tersebut relatif rendah, jadi pihak perusahaan perlu mengurangi hasil yang dicapai agar dapat mengefisienkan sumberdaya perusahaan. 43 4.5. Definisi Operasional 1. Virgin Coconut Oil (VCO) dengan merek Visio adalah salah produk kesehatan yang diproduksi oleh PT. Bogor Agro Lestari, dengan kemasan berupa botol plastik bening dengan berbagai ukuran. 2. Konsumen Visio adalah orang yang telah mengkonsumsi produk tersebut minimal dalam jangka waktu tiga bulan secara rutin dan hingga saat ini masih mengkonsumsi Visio. 3. Tahap pengenalan kebutuhan adalah tahap dimana konsumen menyadari adanya kebutuhan untuk menggunakan Visio yang diukur dari motivasi membeli, manfaat yang dicari, alasan memilih produk Visio dan perasaan jika tidak mengkonsumsi produk tersebut. 4. Tahap pencarian informasi adalah tahap dimana konsumen mencari informasi mengenai produk Visio yang diukur dari sumber informasi dan fokus perhatian. 5. Tahap evaluasi alternatif adalah tahap dimana suatu alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan produk Visio yang diukur dari atribut Visio yang telah dipertimbangkan, jenis produk lain yang sebelumnya pernah dikonsumsi dan alasan meninggalkan produk lain sehingga beralih mengkonsumsi VCO. 6. Tahap keputusan pembelian adalah tahap dimana responden mengambil keputusan mengenai cara memutuskan pembelian, frekuensi pembelian, waktu yang disediakan untuk membeli, media yang paling mempengaruhi pembelian dan jenis produk kesehatan yang lebih sering dibeli. 44 7. Tahap pasca pembelian adalah tahap dimana responden menilai produk Visio yang telah dibelinya. Tahapan ini diukur dengan mengetahui niat pembelian ulang, sikap jika produk Visio yang telah dicari tidak tersedia dan pengaruh peningkatan harga dari Visio tersebut. 8. Atribut produk adalah keunikan yang dimiliki oleh produk Visio yang mempengaruhi proses keputusan pembelian konsumen terhadap produk tersebut yang terdiri dari ciri – ciri, fungsi dan manfaat. Dalam penelitian ini, atribut Visio terdiri dari 12 atribut yaitu harga, warna cairan, rasa atau aroma, kemasan, kejelasan tanggal kadaluarsa, ketersediaan, komposisi produk, khasiat, kualitas, higienis, merek, dan izin Depkes. 9. Ukuran volume kemasan produk Visio terdiri dari 1000 cc, 500 cc, 250 cc, 125 cc. 10. Kemasan adalah wadah atau tempat yang membungkus atau mengemas produk Visio tersebut. Pada produk Visio kemasan berupa botol dengan berbagai ukuran dari plastik bening dengan tutup segel. 11. Label kemasan adalah media pembungkus kemasan botol yang dapat memberikan kemudahan bagi konsumen untuk mengenali produk yang diinginkannya. 12. Waktu kadaluarsa adalah lamanya waktu kadaluarsa produk Visio yang dicantumkan pada kemasan, yang memberikan informasi dan penjelasan kepada konsumen dalam hal batas waktu pemakaian produk. 13. Higienis adalah tingkat kebersihan produk Visio, dilihat dari proses pengemasan dan kemasannya . 45 14. Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan konsumen untuk membeli Visio. 15. Ketersediaan adalah tingkat kemudahan konsumen dalam memperoleh produk Visio. 16. Komposisi produk adalah berbagai macam jenis kandungan yang terdapat didalam Visio. 17. No Depkes adalah nomor produk untuk menunjukkan bahwa produk Visio tersebut terdaftar pada Departemen Kesehatan. BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Wilayah Administrasi Kota Bogor Kota Bogor terdiri dari 6 wilayah kecamatan, 341 kelurahan dan 37 desa, 210 dusun, 623 RW, 2.712 RT dan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bogor sebagai berikut. a). Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin kabupaten Bogor. b). Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor. c). Utara : Berbatasan dengan kecamatan Sukaraja, Kecamatan Bojong Gede dan Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor d). Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Kemang dan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Kemiringan kota Bogor berada diantara 0 – 15 persen dan sebagian kecil daerahnya mempunyai kemiringan antara 15 – 30 persen. Jenis tanah hampir diseluruh wilayah adalah Lotosil coklat kemerahan dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm dengan tekstur tanah yang halus serta bersifat agak peka terhadap erosi. Keadaan topograpi kota Bogor ditengah – tengah wilayah kabupaten Bogor serta lokasinya yang dekat dengan ibukota negara merupakan potensi yang strategis untuk perkembangan dan pertumbuhan kegiatan ekonomi. Adanya kebun raya yang didalamnya terdapat Istana Bogor merupakan tujuan 46 wisata yang menarik. Kabupaten Bogor diantaranya jalur tujuan Puncak atau Cianjur juga merupakan strategis bagi pertumbuhan ekonomi. Kota Bogor mempunyai ketinggian dari permukaan laut minimal 190 meter dan maksimal 330 meter disebut kota hujan dengan keadaan cuaca dan udara yang sejuk dengan suhu udara rata – rata setiap bulannya adalah 26 derajat celcius dan kelembaban udaranya kurang lebih 70 persen. Suhu terendah di Bogor adalah 21,8 derajat celcius, paling sering terjadi pada bulan Desember dan Januari. Arah mata angin sewaktu – waktu dipengaruhi angin Muson. Bulan Mei sampai Maret dipengaruhi angin Muson Barat dengan arah mata angin 6 persen terhadap arah Barat. 5.2. Gambaran Umum Perusahaan PT. Bogor Agro Lestari didirikan pada tanggal 17 Maret 2005 dan lokasi perusahaan terletak di Jl. Sehat No.1 Kedung Badak Baru, Bogor Kotamadya Bogor. Perusahaan ini bergerak dalam bidang analisis, agroindustri dan agribisnis. Pendirian perusahaan ini berdasarkan kepada Akte pendirian atas nama Ny Fenny Sulifadarti, SH No. 17 pada tanggal 12 Mei 2006 serta No NPWP :02.486.277.3-404.000 dan No SIUP : 517/425/PK/DEPERINDAGKOP. Sebelumnya pada tahun 1996 – 1998 , LIPI melakukan penelitian tentang minyak kelapa murni atau disebut dengan VCO dan tahun 1998 – 1999 melakukan pelatihan dan pengembangan usaha, kemudian pada tahun 2000 sampai dengan 2002 LIPI melakukan sosialisasi ke beberapa daerah yang memiliki potensial kelapa tinggi. 47 Pada tahun 2003 – 2005, LIPI membentuk UKM kerjasama dengan PT. Bogor Agro Lestari dan tahun 2005 mengeluarkan produk Virgin Coconut Oil berkualitas dengan merek dagang Visio, serta pada tahun 2006 mengeluarkan produk minyak goreng sehat dengan merek dagang FerCo. Selain Visio dan FerCo ada beberapa produk lainnya yaitu kecap organik, minyak jarak (Biodiesel), Isotonik Drink, Food Analysis, Manufacture, Supplier dan konsultan dan akan terus menciptakan produk – produk berkualitas guna memberi nilai tambah pada setiap produk. PT. Bogor Agro Lestari dalam bidang konsultan bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Halmahera Utara, Kadin Kabupaten Minahasa Selatan, Pemerintah Daerah Kabupaten Bulukumba, sedangkan dalam bidang industri berkerjasama dengan PT. Sentra Husada Indonesia, Rajawali Nusindo Group, PT. Famili Sejahtera, PT. Tanjung Agroindustri Indonesia. 5.3. Visi dan Misi Perusahaan Visi PT. Bogor Agro Lestari adalah terus berkembang untuk menghasilkan produk serta jasa yang berkualitas dan misi perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai tambah pada hasil pengolahan baik dari bidang pertanian, perkebunan maupun perikana n yang bertujuan untuk kesejahteraan bersama. 5.4. Strategi Pemasaran Salah satu tanggung jawab yang penting pada bagian pemasaran adalah mengidentifikasikan kebutuhan dan peluang pasar serta menanggapi perilaku konsumen secara efektif. Untuk mempengaruhi perilaku konsumen, pemasar 48 dapat menggunakan bauran pemasaran yang disesuaikan dengan pengamatan terhadap perilaku konsumen. Strategi pemasaran yang diterapkan oleh PT. Bogor Agro Lestari khususnya untuk Visio mencakup strategi produk, strategi harga, strategi distribusi dan strategi promosi. 5.4.1. Produk PT. Bogor Agro Lestari memproduksi produk Visio dalam ukuran 1000 cc, 500 cc, 250 cc hingga 125 cc. Penjualan Visio tertinggi berdasarkan ukuran kemasan dari tahun 2005 hingga 2006 adalah sebanyak 10.428 botol kemasan 125 cc dan 1.819 botol kemasan 250 cc. Kemasan botol Visio menggunakan botol dengan bahan plastik bening, sedangkan dalam pembuatan produk perusahaan sangat memperhatikan proses produksinya. Kandungan asam laurat yang merupakan kunci dari khasiat Visio sangat diperhatikan dengan melakukan Quality Control selama proses produksi sehingga mutu produk sesuai dengan standar yang ditetapkan APCC. Selain itu, perusahaan juga mencari masukan dan saran dari pedagang maupun konsumen untuk mendapatkan informasi mengenai apa yang diinginkan konsumen. 5.4.2. Harga Harga jual produk ditetapkan berdasarkan harga dasar produk, kemampuan target konsumen. Harga yang ditetapkan pesaing sehingga harga yang ditetapkan oleh PT. Bogor Agro Lestari disesuaikan dengan volume produknya, antara lain kemasan 125 cc harga jual Rp. 12.500, 250 cc harga jual Rp. 20.000, 500 cc harga jual Rp. 40.000. Harga ini merupakan harga yang ditetapkan perusahaan untuk Agen dan Distributor, sedangkan harga jual dari Agen dan Distributor untuk konsumen adalah kemasan 125 cc harga jual Rp. 22.500, 250 cc harga jual Rp. 49 30.000, 500 cc harga jual Rp. 50.000. Harga ini dapat bervariasi tergantung dengan keputusan yang ditetapkan oleh masing – masing distribusi atau outlet yang menjual Visio. 5.4.3. Distribusi Distribusi merupakan bagian yang sangat penting sehingga harus dilakukan dengan baik agar konsumen mudah mendapatkan produk tersebut di pasaran. Pendistribusian produk Visio PT. Bogor Agro Lestari dilakukan dengan cara menjual Visio ke apotik secara langsung atau dengan cara titip jual dan yang bertanggung jawab terhadap pendistribusian adalah sales supervisor dengan koordinasi Bagian Administrasi. Dibawah ini adalah gambar saluran distribusi pemasaran produk Visio PT. Bogor Agro Lestari. PT.Bogor Agro Lestari Divisi Penjualan HRD Administrasi Sales Marketing Outlet Outlet Outlet Outlet Gambar 6. Saluran Distibusi Produk Visio PT. Bogor Agro Lestari 50 5.4.4. Promosi Salah satu usaha untuk meningkatkan penjualan produk adalah dengan cara promosi, sebagai salah satu cara untuk mengkomunikasikan produk yang dihasilkan oleh perusahaan kepada konsumen. Promosi dapat meningkatkan kesadaran konsumen sehingga konsumen akan memperhatikan produk yang akan dipromosikan dan membeli produk tersebut. Promosi produk Visio PT. Bogor Agro Lestari dilakukan dengan cara pemasangan iklan di majalah pertanian TRUBUS dan menyediakan alat bantu penjualan berupa brosur, pamflet dan leaflet di apotik – apotik yang menyediakan produk Visio. BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Proses Keputusan Pembelian Informasi mengenai keputusan pembelian diperoleh dari responden dalam bentuk jawaban dari pertanyaan tertutup yang membatasi jawaban responden sesuai dengan pilihan yang disediakan. Informasi tahapan proses keputusan pembelian ini meliputi lima tahapan, yaitu : (1) pengenalan kebutuhan,(2) pencarian informasi, (3) evaluasi alternatif,(4) keputusan pembelian, dan (5) evaluasi pasca pembelian. 6.1.1. Pengenalan Kebutuhan Proses pengenalan kebutuhan adalah tahap awal dari proses keputusan pembelian. PT. Bogor Agro Lestari perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan konsumennya, sehingga dapat mengidentifkasi berbagai hal yang dapat membangkitkan minat konsumen untuk membeli produk Visio. Proses pengenalan kebutuhan responden dapat diketahui dengan adanya informasi mengenai motivasi dan alasan yang dicari responden ketika membeli produk tersebut. Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat bahwa motivasi awal yang tertinggi adalah pengobatan penyakit yaitu sebanyak 43 persen dari responden. Hal ini menjelaskan bahwa responden memiliki kepercayaan terhadap produk Visio untuk mengobati penyakit responden. Sebanyak 33 persen dari responden memilih Visio untuk memelihara kesehatan, karena responden memiliki kesadaran untuk menjaga kesehatan tubuh sejak dini. Semantara itu 24 persen dari responden hanya ingin sekedar mencoba Visio. Hal ini disebabkan karena beberapa responden belum terlalu yakin akan khasiat Visio, sehingga motivasi pembelian hanya sekedar ingin mencoba. 53 Tabel 9. Sebaran Responden Menurut Motivasi Dalam Melakukan Pembelian Visio Motivasi Dalam Melakukan Pembelian Jumlah Responden Persentase (%) Ingin sekedar mencoba 24 24 Pengobatan penyakit 43 43 Memelihara kesehatan 33 33 Total 100 100 Berdasarkan Tabel 10, manfaat utama yang diharapkan dari 43 responden adalah dapat menyembuhkan penyakit yang diderita responden, karena sebanyak 43 responden membeli Visio untuk pengobatan penyakit. Walaupun khasiat Visio belum mendapatkan uji klinis yang pasti namun dari sebagian 43 persen responden menyatakan bahwa responden merasakan perubahan kesehatan dalam mengkonsumsi Visio secara rutin. Hal ini menunjukkan bahwa responden telah mengenal Visio dan telah mengetahui manfaat dan khasiat yang didapat dari produk Visio. Sebanyak 33 persen dari responden menjelaskan bahwa motivasi utama dalam pembelian Visio adalah untuk menjaga kesehatan tubuh, karena responden memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya menjaga kesehatan tubuh. Semantara itu sebanyak 24 persen dari responden menjelaskan bahwa manfaat utama yang diharapkan dari pembelian Visio adalah untuk mencukupi asupan alami dalam tubuh. Tabel 10. Sebaran Responden Menurut Manfaat Utama Yang Diharapkan Dari Pembelian Visio Jumlah Responden 24 Persentase (%) Dapat menjaga kesehatan tubuh 33 33 Dapat menyembuhkan penyakit 43 43 100 100 Manfaat Utama Dari Pembelian Visio Asupan alami Tercukupi Total 24 54 6.1.2. Pencarian Informasi Proses pencarian informasi merupakan tahap selanjutnya setelah konsumen merasakan dan menyadari adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak agar kebutuhannya tersebut dapat terpenuhi. Pencarian informasi mulai dilakukan ketika konsumen memandang bahwa kebutuhan tersebut bisa dipenuhi dengan membeli atau mengkonsumsi suatu produk. Pencarian informasi dapat dilakukan dengan penelusuran kembali ke dalam ingatan konsumen ataupun diperoleh dari lingkungan. PT. Bogor Agro Lestari perlu untuk memahami mengenai perilaku konsumen dalam pencarian informasi sehingga perusahaan dapat menerapkan strategi komunikasi yang paling efektif bagi pasar sasaran. Dengan pencarian informasi, konsumen akan membuat pilihan konsumsi yang lebih baik dan mengembangkan dasar pengetahuan yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dimasa yang akan datang. Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memperoleh informasi mengenai produk Visio adalah dari teman atau kerabat sebesar 34 persen dari responden. Hal ini disebabkan karena 34 responden tersebut mendapatkan informasi dari teman atau kerabat yang sudah terlebih dahulu mengkonsumsi Visio sebelumnya dan merekomendasikan kepada responden untuk mengkonsumsi Visio. Sebanyak 29 responden mendapatkan informasi dari anggota keluarga yang sudah mengetahui terlebih dahulu mengenai Visio dan keluarga merupakan orang yang paling terdekat dengan responden sehingga informasi mudah didapat dari keluarga. Responden sebanyak 11 persen dan 9 persen mendapatkan 55 informasi dari media teknologi internet dan majalah kesehatan / pertanian, karena responden dapat menemukan informasi lebih tentang produk Visio. Tabel 11. Sebaran Responden Menurut Darimana Mendapatkan Informasi Mengenai Produk Visio. Sumber Informasi Mengenai produk Visio Internet Jumlah Responden Persentase (%) 11 11 9 9 Anggota keluarga 29 29 Penjual secara langsung 17 17 Teman / kerabat 34 34 100 100 Majalah kesehatan/ Pertanian Total Berdasarkan Tabel 12, informasi yang sangat mempengaruhi dalam melakukan pembelian Visio adalah informasi yang diperoleh dari teman atau kerabat sebesar 34 persen. Hal ini disebabkan karena responden mendapatkan informasi bahwa teman atau kerabat yang telah mengkonsumsi visio terlebih dahulu telah merasakan adanya perubahan pada kesehatan tubuh. Penjelasan dari penjual secara langsung di apotik mempengaruhi pembelian Visio sebanyak 17 persen dari responden. Sebanyak 9 persen dari responden memilih majalah sebagai media yang sangat mempengaruhi dalam pembelian Visio. 56 Tabel 12. Sebaran Responden Menurut Dalam Pembelian Visio. Informasi Yang paling Mempengaruhi Pembelian Visio Majalah kesehatan / pertanian Informasi Yang Paling Mempengaruhi Jumlah Responden Persentase (%) 9 9 Anggota keluarga 29 29 Penjual secara langsung 17 17 Teman / kerabat 34 34 Internet 11 11 100 100 Total Berdasarkan Tabel 13 yang dijadikan fokus utama perhatian responden terhadap produk Visio adalah khasiat dari Visio tersebut sebanyak 35 persen. Hal ini disebabkan karena khasiat dari Visio yang diinginkan responden adalah dapat mengobati penyakit sehingga berpengaruh pada kesehatan responden. Menurut 24 responden, izin DepKes merupakan informasi yang sangat utama, karena dengan terdaftarnya produk Visio ini memberikan ketenangan kepada responden untuk mengkonsumsi Visio. Sebanyak 10 responden menanggapi bahwa informasi mengenai kejelasan tanggal kadaluarsa merupakan fokus utama yang diperhatikan. Hal ini disebabkan karena responden ingin mengetahui informasi dalam hal batas waktu produk Visio masih dapat dikonsumsi. Sebanyak 19 persen dari responden menanggapi bahwa fokus utama terhadap Visio adalah Harga. Hal ini menunjukkan bahwa harga masih berpengaruh untuk responden, karena berkaitan langsung dengan pendapatan responden. 57 Tabel 13. Sebaran Responden Menurut Informasi Yang Menjadi Fokus Utama Perhatian Terhadap Produk Visio. Informasi Yang Menjadi Fokus Utama Terhadap Produk Visio Harga 19 Persentase (%) 19 Kejelasan tanggal kadaluarsa 10 10 Komposisi produk 12 12 Khasiat 35 35 Izin DepKes 24 24 Total 100 100 Jumlah Responden 6.1.3. Evaluasi Alternatif Evaluasi alternatif menggambarkan tahap pengambilan keputusan di mana konsumen mengevaluasi alternatif – alternatif untuk membuat pilihan. Tahap ini dilakukan setelah responden memiliki informasi yang cukup mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan produk Visio. Selama tahap ini konsumen harus menetapkan kriteria evaluasi yang digunakan untuk menilai alternatif, memutuskan alternatif mana yang akan dipertimbangkan, memilih dan menetapkan keputusan akhir. Berdasarkan Tabel 14. Hal pertama yang menjadi pertimbangan sebagian besar responden adalah khasiat dari Visio sebanyak 35 persen, alasannya karena sebagian besar responden telah mengetahui khasiat tersebut dari informasi teman yang telah mengkonsumsi Visio terlebih dahulu. Pertimbangan kedua adalah Izin DepKes sebesar 18 persen dari responden. Hal disebabkan karena dengan adanya izin DepKes tersebut memberikan informasi kepada responden bahwa Visio tersebut aman untuk dikonsumsi. Sebanyak 13 responden menanggapi bahwa komposisi produk merupakan pertimbangan utama dalam membeli Visio, alasannya karena responden ingin mengetahui lebih lengkap tentang komposisi yang terdapat dalam Visio, 58 sehingga responden dapat memahami apa manfaat yang dapat diperoleh untuk kesehatan tubuh. Tabel 14. Sebaran Responden Menurut Dasar Pertimbangan Utama Dalam Menentukan Pilihan Terhadap Produk Visio. Dasar Pertimbangan Utama Dalam Menentukan Pilihan Terhadap Produk Visio Harga Jumlah Responden 3 Persentase (%) 3 Kejelasan tanggal kadaluarsa 15 15 Ketersediaan produk 4 4 Komposisi produk 13 13 Khasiat 35 35 Rasa atau aroma 12 12 Izin DepKes 18 18 Total 100 100 Bagian penting lain dari produk Visio adalah kandungan asam laurat yang terdapat dalam produk. Kandungan asam laurat sangat penting peranannya pada produk Visio, karena kandungan asam laurat yang mencapai kurang lebih 54 persen dalam Visio sangat bermanfaat untuk menangkal virus, bakteri dan patogen lain, serta membangun sistem kekebalan tubuh seperti halnya ASI. Berdasarkan Tabel 15 sebanyak 43 persen dari responden sangat memperhatikan kandungan asam laurat yang terdapat dalam Visio. Informasi tentang kandungan asam laurat ini didapat responden sebagian besar dari teman dan penjual secara langsung kemudian sumber internet dan majalah. Semantara itu 57 persen dari responden tidak memperhatikan kandungan asam laurat karena belum mengetahui banyak tentang informasi dan kelebihan asam laurat. 59 Tabel 15. Sebaran Responden Yang Sangat Memperhatikan Kandungan Asam Laurat Yang Terdapat Pada Produk Visio. Memperhatikan Kandungan Asam Laurat Yang Terdapat Pada Produk Visio Ya Jumlah Responden 43 Persentase (%) 43 Tidak 57 57 Total 100 100 Berdasarkan Tabel 16, responden menginginkan rasa atau aroma yang berbeda. Rasa atau aroma khas kelapa yang terdapat pada produk Visio hanya diinginkan sebagian responden yaitu sebesar 28 persen, hal ini disebabkan 28 responden tersebut tidak menginginkan perubahan rasa alami kelapa, alasannya karena keunikan dari Visio adalah aroma kelapa. Semantara itu sebanyak 72 persen dari responden menginginkan rasa atau aroma yang lain dari produk Visio. Hal ini menunjukkan keinginan responden untuk merasakan aroma khas selain kelapa. Perubahan rasa atau aroma untuk Visio perlu diperhatikan, karena akan berpengaruh terhadap respon konsumen, keinginan responden untuk merasakan aroma khas tersebut didasarkan pada banyaknya merek VCO lain yang memiliki rasa atau aroma lain seperti rasa jahe dan mint. Tabel 16. Sebaran Responden Yang Menginginkan Rasa Atau Aroma Lain Dari Produk Visio Selain Rasa Alaminya. Menginginkan Rasa Atau Aroma Lain Dari Produk Visio Selain Rasa Alaminya Jumlah Responden Persentase (%) Ya 72 72 Tidak 28 28 Total 100 100 60 Berdasarkan penelitian, responden yang menginginkan rasa atau aroma jahe sebanyak 29 persen dari 72 responden, sedangkan untuk rasa buah – buahan sebanyak 8 responden. Semantara itu, responden yang menginginkan rasa mint sangat tinggi yaitu sebesar 43 responden. Tabel 17. Sebaran Responden Menurut Pilihan Rasa Atau Aroma Yang Diinginkan Dalam Produk Visio. Pilihan Rasa Atau Aroma Yang Diinginkan Dalam Produk Visio Jahe Jumlah Responden 21 Persentase (%) 29 Mint 43 60 Aroma Buah - buahan 8 11 Total 72 100 6.1.4. Keputusan Pembelian Tindakan pembelian adalah tahap besar terakhir di dalam model perilaku konsumen. Berdasarkan Tabel 18 mengenai keputusan pembelian, diketahui bahwa.responden yang memutuskan pembelian produk Visio dengan direncanakan terlebih dahulu sebanyak 43 responden. Hal ini menunjukkan bahwa responden percaya bahwa Visio dapat menyembuhkan penyakit dan apabila persediaan sudah habis maka responden akan merencanakan pembelian ulang. Responden yang memutuskan pembelian Visio secara mendadak sebanyak 33 persen, karena sebagian responden membeli Visio dengan tidak direncanakan, sedangkan 24 persen melakukan pembelian tergantung situasi. Hal ini dikarenakan karena responden membeli Visio pada saat adanya keluhan kesehatan, sehingga situasi kondisi kesehatan mempengaruhi responden dalam membeli dan mengkonsumsi Visio. 61 Tabel 18. Sebaran Responden Menurut Cara Memutuskan Pembelian Produk Visio. Cara Memutuskan Pembelian Produk Visio Terencana Jumlah Responden 43 Persentase (%) 43 Tergantung Situasi 24 24 Mendadak 33 33 Total 100 100 Berdasarkan Tabel 19, sebanyak 18 responden menanggapi bahwa alasan utama dalam membeli Visio adalah Izin Depkes. Hal ini menunjukkan produk Visio aman untuk dikonsumsi dan terdaftar di Departemen Kesehatan. Sebanyak 13 responden dengan alasan komposisi produk Visio jelas, sehingga mempermudah responden mengetahui kandungan yang terdapat dalam Visio. Sebanyak 35 persen dari responden menanggapi bahwa alasan utama untuk membeli Visio adalah manfaat dan hasil khasiatnya terbukti. Hal ini disebabkan karena responden mendapatkan informasi mengenai khasiat Visio dari keluarga dan kerabat yang pernah mengkonsumsi Visio terlebih dahulu. Untuk Kejelasan tanggal kadaluarsa sebanyak 15 persen. Hal ini karena responden dapat melihat tanggal kadaluarsa dengan jelas yang tertera pada kemasan, sehingga akan mempermudah responden untuk mendapatkan informasi me ngenai batas waktu Visio masih dapat dikonsumsi. 62 Tabel 19. Sebaran Responden Menurut Alasan Utama Membeli Produk Visio. Alasan Utama Membeli Produk Visio Harga Jumlah Responden 3 Persentase (%) 3 Kandungan komposisi produk jelas 13 13 Terdapat izin DepKes 18 18 Manfaat dan hasilnya Terbukti 35 35 Mudah didapat 4 4 Tanggal kadaluarsa jelas 15 15 Total 100 100 Pada Tabel 20 dapat dilihat frekuensi pembelian yang dilakukan responden dalam 3 bulan terakhir. Responden yang membeli 1 kali dalam 3 bulan sebanyak 24 persen. Pembelian yang dilakukan 24 responden sebanyak 1 kali, dengan alasan bahwa responden tersebut hanya sekedar mencoba produk Visio dan akan mengkonsumsi ulang apabila Visio tersebut cocok dengan responden. Sebanyak 33 responden yang membeli Visio 2 kali dalam 3 bulan karena ingin memelihara kesehatan tubuh dengan mencoba Visio dan mempercayai bahwa Visio tersebut dapat memberikan asupan alami sehingga dapat mencegah penyakit sejak dini. Sedangkan sebanyak 43 responden yang membeli Visio dalam 1 kali sebulan, alasannya karena responden tersebut ingin mengkonsumsi secara rutin agar hasil khasiat dari Visio tersebut dapat dirasakan dan dapat mengobati penyakit. Hal ini menunjukkan bahwa 43 persen dari responden mempercayai khasiat yang terdapat pada Visio. 63 Tabel 20. Sebaran Responden Menurut Frekuensi Pembelian Produk Visio Dalam 3 Bulan Terakhir. Frekuensi Pembelian Produk Visio Dalam 3 Bulan Terakhir 1 kali Jumlah Responden 24 Persentase (%) 24 2 kali 33 33 3 kali 43 43 Total 100 100 6.1.5. Hasil Pembelian / Evaluasi Pembelian Konsumen masih harus melakukan evaluasi pasca pembelian, yaitu suatu proses yang dialami konsumen setelah mengkonsumsi suatu produk. Apabila konsumen merasakan puas dalam pemakaian suatu produk maka kemungkinan akan melakukan pembelian kembali di masa datang, semantara itu jika konsumen tidak puas, maka konsumen akan kembali mencari berbagai informasi produk yang dibutuhkannya. Proses ini akan berulang sampai konsumen menemukan kepuasan atas keputusan pembeliannya. Tabel 21, menjelaskan bahwa 76 persen dari responden me rasa puas dengan produk Visio. Hal ini menunjukkan bahwa khasiat dari produk Visio sudah dirasakan oleh responden yang ingin mengobati penyakit dan memelihara kesehatan. Sebanyak 11 responden merasa biasa saja dengan produk Visio dan 13 persen menanggapi bahwa tidak merasa puas terhadap produk Visio. Responden tersebut tidak merasakan adanya kelebihan dari Visio dan perubahan kesehatan. 64 Tabel 21. Sebaran Responden Menurut Kepuasan Terhadap produk Visio. Kepuasan Responden Terhadap produk Visio Ya Jumlah Responden 76 Persentase (%) 76 Tidak 13 13 Biasa saja 11 11 Total 100 100 Berdasarkan Tabel 22, sebanyak 76 responden menyatakan akan melakukan pembelian ulang. Hal ini disebabkan kepuasan yang dirasakan oleh responden. Sebanyak 24 responden menyatakan tidak akan melakukan pembelian ulang. Hal ini disebabkan karena 13 responden merasa tidak cocok untuk mengkonsumsi Visio, 6 responden menyatakan bahwa produk Visio susah untuk dicari dan sisanya 5 responden tertarik untuk membeli dan mengkonsumsi VCO merek lain. Tabel 22. Sebaran Responden Menurut Motivasi Untuk Melakukan Pembelian Ulang. Motivasi Untuk Melakukan Pembelian Ulang Ya Jumlah Responden 76 Persentase (%) 76 Tidak 24 24 Total 100 100 Hasil penelitian mengenai respon konsumen terhadap kenaikan harga produk Visio dapat dilihat pada Tabel 23. Sebanyak 60 persen menunjukkan bahwa responden cenderung tetap akan membeli produk Visio, terutama bagi responden dengan frekuensi sering mengkonsumsi Visio untuk mengobati penyakit. Sebanyak 25 persen menanggapi jika produk Visio mengalami kenaikan harga, maka 25 responden tersebut akan membeli merek VCO lain, hal ini menunjukkan bahwa responden belum merasa cocok dengan Visio, sehingga membeli produk merek lain 65 yang lebih murah, sedangkan untuk 15 responden tidak akan membeli Visio jika mengalami kenaikan harga. Tabel 23. Sebaran Responden Apabila Ada Kenaikan Harga Produk Visio. Apabila Ada Kenaikan Harga Produk Visio. Akan tetap membeli Jumlah Responden 60 Persentase (%) 60 Membeli merek yang lebih murah 25 25 Tidak jadi membeli 15 15 Total 100 100 6.2. Proses Keputusan Pembelian Visio Secara Keseluruhan Proses keputusan pembelian terbagi menjadi lima tahap, yaitu tahap pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan hasil atau evaluasi pembelian. Berdasarkan Tabel 24, tahap awal yaitu pengenalan kebut uhan, motivasi responden tertinggi sebanyak 43 persen adalah motivasi untuk pengobatan penyakit. Hal ini menjelaskan bahwa responden memiliki kepercayaan terhadap produk Visio untuk mengobati penyakit responden. Manfaat yang diharapkan dari pembelian Visio adalah dapat menyembuhkan penyakit yang diderita responden. Hal ini menunjukkan bahwa responden telah mengenal Visio dan telah mengetahui manfaat dan khasiat yang didapat dari produk Visio. Tahap kedua adalah pencarian informasi, sebagian besar responden memperoleh informasi mengenai produk Visio adalah dari teman atau kerabat sebesar 34 persen. Hal ini disebabkan karena 34 responden tersebut mendapatkan informasi dari teman atau kerabat yang sudah terlebih dahulu mengkonsumsi Visio sebelumnya dan merekomendasikan kepada responden untuk mengkonsumsi Visio. 66 Tahap berikutnya adalah evaluasi alternatif. Hal pertama yang menjadi pertimbangan sebagian besar responden adalah khasiat dari Visio sebanyak 35 persen, alasannya karena sebagian besar responden telah mengetahui khasiat tersebut dari informasi teman yang telah mengkonsumsi. Pertimbangan kedua adalah Izin DepKes sebesar 18 persen responden menanggapi bahwa Izin DepKes merupakan pertimbangan utama dalam memilih Visio, karena dengan adanya izin DepKes tersebut memberikan informasi kepada responden bahwa Visio tersebut aman untuk dikonsumsi. Bagian penting lain dari produk Visio adalah kandungan asam laurat yang terdapat dalam produk. Sebanyak 43 persen dari responden sangat memperhatikan kandungan asam laurat yang terdapat dalam Visio. Informasi tentang kandungan asam laurat ini didapat dari sumber internet, majalah, teman dan penjual secara langsung. Rasa atau aroma khas kelapa yang terdapat pada produk Visio hanya diinginkan sebagian responden yaitu sebesar 28 persen. Semantara itu sebanyak 72 persen menginginkan rasa atau aroma yang lain dari produk Visio. Hal ini menunjukkan keinginan responden untuk merasakan aroma khas selain kelapa. Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 43 responden menginginkan rasa mint sebagai rasa yang sangat diminati konsumen. Tahap selanjutnya adalah keputusan pembelian. Berdasarkan hasil penelitian mengenai keputusan pembelian diketahui bahwa.responden yang memutuskan pembelian produk Visio dengan direncanakan terlebih dahulu sebanyak 43 persen. Hal ini menunjukkan bahwa responden mempercayai Visio dapat menyembuhkan penyakiti dan apabila persediaan sudah habis maka responden akan merencanakan pembelian ulang. Sebanyak 35 persen dari responden menanggapi bahwa alasan utama untuk membeli Visio adalah manfaat dan hasil khasiatnya terbukti. Hal ini 67 disebabkan karena responden mendapatkan informasi mengenai khasiat Visio dari keluarga dan kerabat. Tahap terakhir adalah hasil pembelian atau evaluasi pembelian, me njelaskan bahwa 76 responden merasa puas dengan produk Visio. Hal ini menunjukkan bahwa khasiat dari produk Visio sudah dirasakan baik responden yang ingin mengobati penyakit dan memelihara kesehatan. Dari hasil penelitian diperoleh sebanyak 76 persen menyatakan akan melakukan pembelian ulang. Hal ini disebabkan kepuasan yang dirasakan oleh responden dan mempercayai Visio dapat menyembuhkan penyakit dan dapat mencegah penyakit sejak dini dengan mengkonsumsinya secara rutin. Tabel 24. Proses keputusan Pembelian Visio Proses Keputusan Pembelian Pengenalan Motivasi untuk pengobatan penyakit Jumlah Persentase Responden (%) 43 43 Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi alternatif Keputusan pembelian Hasil pembelian Memperoleh informasi Visio dari teman atau kerabat 33 33 Pertimbangan utama dalam menentukan pilihan terhadap Visio adalah khasiat Menginginkan rasa atau aroma selain rasa alami Visio Pilihan rasa atau aroma mint yang diinginkan dalam produk Visio keputusan responden dalam pembelian Visio dengan terencana 35 35 72 72 43 60 43 43 alasan utama membeli Visio adalah manfaat dan khasiatnya terbukti Menurut kepuasan terhadap Visio 35 35 76 76 68 6.3. Analisis Sikap Responden Terhadap Atribut Visio. Model sikap multiatribut menjelaskan suatu hubungan antara pengetahuan produk yang dimiliki konsumen dan sikap terhadap produk berkenaan dengan ciri atau atribut produk. Model angka ideal, sebagai salah satu dari model sikap multiatribut memberikan informasi berkenaan dengan merek ideal dan juga informasi tentang bagaimana merek yang sudah ada dipandang konsumen. Skor selisih terkecil atau nol dianggap paling baik karena paling mendekati atau cocok sempurna dengan konfigurasi atribut yang ideal (Engel, 1994). Pengukuran sikap dilakukan pada responden secara keseluruhan yaitu sebanyak 100 orang. Selisih pada performansi ideal (Ii) dengan tingkat kepercayaan (Xi) terhadap produk dinyatakan dengan angka mutlak, semakin besar selisih keduanya maka atribut tersebut harus menjadi prioritas utama untuk diperhatikan perusahaan karena atribut tersebut dianggap masih jauh dari keinginan konsumen. Berdasarkan Tabel 25 dapat dilihat atribut yang belum sesuai dengan keinginan responden dan perlu diperhatikan oleh perusahaan karena mempunyai nilai selisih yang cukup besar antara tingkat ideal (Ii) dengan kepercayaan (Xi) adalah atribut ketersedian produk (1,90), kemasan produk (1,34), rasa atau aroma (1,28). Ketersediaan produk Visio di pasaran dinilai penting oleh responden. Hal ini disebabkan karena responden menginginkan Visio dapat dengan mudah ditemukan. Ketersediaan produk di pasaran dengan skor besar yaitu 1,90 nilainya masih jauh dari ideal. Kepercayaan performansi aktual produk (Xi) dinilai 2,69 oleh responden, artinya ketersediaan produk belum terlalu bagus hal ini berkaitan masih adanya 32 responden yang sulit memperoleh produk Visio. Nilai sikap dari Visio sebesar 7,58 artinya atribut ketersediaan produk menjadi sangat utama yang harus diperhatikan 69 karena atribut tersebut dianggap masih jauh dari keinginan konsumen dan perusahaan harus membenahi pendistribusian produk Visio. Atribut selanjutnya adalah kemasan produk, nilai selisih antara harapan ideal yang diinginkan dan kepercayaan terhadap Visio sebesar 1,34 artinya atribut kemasan Visio belum ideal. Nilai harapan ideal yang diinginkan konsumen sebesar 3,85 artinya responden menilai kemasan produk harus bagus, sedangkan nilai kepercayaan konsumen terhadap kemasan Visio sebesar 2,51 artinya kemasan Visio dianggap biasa saja. Nilai sikap sebesar 4,80 artinya semakin besar nilai tersebut maka perusahaan perlu memperhatikan atribut kemasan produk dan melakukan perubahan kemasan sehingga menjadi menarik. Atribut rasa atau aroma merupakan salah satu atribut yang perlu diperhatikan karena memiliki nilai selisih antara kepercayaan dan ideal sebesar 1,28. Nilai tingkat kepentingan diperoleh 4.08 artinya atribut ini penting untuk dipertimbangkan responden. Nilai tingkat ideal sebesar 4,15 artinya responden menginginkan rasa lain selain rasa khas kelapa. Untuk kepercayaan aktual atribut rasa Visio dinilai biasa saja oleh responden karena hanya diperoleh nilai sebesar 2,87. Rasa atau aroma Visio yang ada saat ini masih mengandalkan rasa alami kelapa. Tetapi jika dilihat dari pilihan rasa yang diinginkan responden, sebanyak 60 persen dari 72 responden menginginkan rasa mint, 29 persen menginginkan rasa jahe dan hanya 11 persen yang menginginkan rasa buahan. Nilai sikap (Wi|Ii – Xi| ) sebesar 5,22 artinya perusahaan harus memperhatikan dan memperbaharui rasa yang diinginkan konsumen. 70 Tabel 25. Hasil Penilain Sikap Konsumen Terhadap Produk VCO Merek Visio Importance Ideal Kepercayaan aktual No atribut ( Ii - Xi ) Wi | Ii – Xi | (Wi) (Ii) (Xi) 1 harga 3.94 2.52 3.5 -0.98 3.86 2 warna cairan 3.33 3.85 3.45 0.4 1.33 3 rasa atau aroma 4.08 4.15 2.87 1.28 5.22 4 kemasan produk 3.58 3.85 2.51 1.34 4.80 5 kejelasan kadaluarsa 4.18 4.55 4.07 0.48 2.01 6 ketersediaan produk 3.99 4.59 2.69 1.9 7.58 7 komposisi produk 3.98 4.19 3.44 0.75 2.99 8 khasiat 4.23 4.68 4.21 0.47 1.99 9 kualitas produk 4.23 3.84 3.54 0.3 1.27 10 higienis 3.72 3.77 3.24 0.53 1.97 11 merek 3.53 3.57 3.16 0.41 1.45 12 Izin DepKes 4.41 4.39 4.03 0.36 1.59 Skor Total Sikap 36.05 Interpretasi Sikap BAIK Atribut selanjutnya adalah Komposisi produk Visio yang dinilai penting bagi responden, karena responden dapat mengetahui dengan jelas apa saja yang terkandung dalam Visio. Nilai tingkat kepentingan sebesar 3,98 artinya komposisi produk penting bagi konsumen. Tingkat kepercayaan aktual terhadap komposisi Visio sebesar 3,44 artinya kepercayaan terhadap komposisi Visio dikategorikan baik sedangkan tingkat ideal komposisi produk sebesar 4,19 artinya responden menginginkan komposisi produk yang lengkap. Nilai sikap terhadap atribut sebesar 2,99 artinya komposisi produk sudah baik sehingga perusahaan tidak perlu lebih banyak memfokuskan perhatian terhadap komposisi Visio. 71 Dilihat dari kandungan asam laurat, sebanyak 43 responden sangat memperhatikan kandungan asam laurat karena kandungan yang dianggap baik adalah asam laurat yang mencapai kurang lebih 52 persen, sedangkan responden yang sama sekali tidak memperhatikan kandungan asam laurat sebanyak 57 persen karena responden kurang memperhatikan maupun kurang memahami arti dari nilai komposisi yang tercantum dalam kemasan. Atribut berikutnya adalah harga (- 0,98), tanda negatif menandakan atribut ini memiliki nilai kepercayaan melebihi nilai angka idealnya yang berarti responden menilai harga Visio sedikit terlalu mahal, berdasarkan tabel angka ideal Visio untuk atribut harga (Lampiran 4) terlihat bahwa 57 persen responden menginginkan harga yang cukup murah dan 38 responden menginginkan harga yang murah. Atribut harga mempunyai nilai kepentingan 3,94 artinya atribut harga sangat penting untuk dipertimbangkan dalam keputusan pembelian. Harga memiliki nilai harapan ideal sebesar 2,52 artinya responden menginginkan harga yang wajar dan tidak terlalu mahal, sedangkan untuk tingkat kepercayaan atribut harga visio sebesar 3,5 artinya harga Visio tersebut sedikit terlalu mahal. Atribut yang dianggap sudah ideal dimata responden karena memiliki skor yang paling kecil dibandingkan dengan 3 atribut sebelumnya adalah higienis (0,53) karena responden menilai produk Visio higienis baik dari segi kemasan, segel tutup botol dan isi Visio tersebut. Selanjutnya adalah atribut kejelasan tanggal kadaluarsa (0,48) dengan nilai ideal yang diinginkan responden terhadap atribut ini sebesar 4,55 artinya produk Visio tersebut harus mencantumkan tanggal kadaluarsa dengan jelas. Untuk tingkat kepercayaan aktual terhadap atribut ini sebesar 4,07 artinya tanggal kadaluarsa yang tercantum pada kemasan Visio tertera dengan jelas. 72 Atribut berikutnya adalah khasiat dari Visio (0,47) karena nilai kepercayaan aktual atribut ini sebesar 4,21 artinya sebagian besar responden sudah mempercayai khasiat dari Visio, sebanyak 43 responden menilai bahwa khasiat Visio terbukti dan nilai harapan ideal khasiat sebesar 4,68 menjelaskan bahwa khasiat Visio yang diinginkan responden harus tinggi dan terbukti. Responden menilai atribut khasiat memiliki nilai kepentingan sebesar 4,23 artinya responden memandang khasiat dari Visio merupakan hal yang penting, sedangkan untuk nilai sikap yang diberikan responden sebesar 1,99 artinya sebagian responden menilai bahwa khasiat dari Visio terbukti. Atribut selanjutnya adalah warna cairan dari Visio, selisih dari performansi ideal produk dan nilai kepercayaan atribut sebesar 0,40 artinya mendekati ideal. Pada performansi ideal warna yang diinginkan responden sebesar 3,85 artinya responden menginginkan warna cairan yang bening, sedangkan tingkat kepercayaan responden terhadap Visio sebesar 55 persen menanggapi warna cairan Visio cuk up bening. Kepercayaan performansi aktual atribut warna cairan sebesar 3.45 artinya warna cairan Visio tersebut cukup bening dan nilai sikap sebesar 1,33 artinya warna cairan Visio menjadi salah satu hal yang tidak perlu diperhatikan. Dalam menganalisis model angka ideal ini, selain melihat besar atau tidaknya selisih skor antara angka ideal dengan angka kepercayaan, yang perlu juga diperhatikan adalah nilai kepentingan dari masing – masing atribut tersebut. Berdasarkan Tabel 25, atribut yang memiliki nilai kepentingan paling tinggi adalah atribut izin DepKes (4,41). Hal ini menandakan bahwa responden menganggap izin DepKes sebagai hal yang penting untuk produk Visio, meskipun demikian atribut izin DepKes memiliki selisih skor antara angka ideal dengan angka kepercayaan yang 73 relatif kecil (0,36) dan bisa dikatakan bahwa atribut ini sudah cukup ideal di mata responden. Atribut ketersediaan produk memiliki nilai kepentingan sebesar 3,99 yang berarti responden memandang ketersediaan produk Visio di pasaran merupakan hal yang penting. Dengan melihat selisih skor tertinggi antara angka ideal dengan angka kepercayaan sebesar 1,90 maka perusahaan hendaknya memperhatikan masalah ketersediaan produk Visio di pasaran karena dinilai masih belum ideal di mata responden. Skor total (A) responden terhadap Visio sebesar 36,05 hal ini dapat diartikan bila kita membuat batasan atau range penilaian keragaan atribut yang ideal menurut responden dengan menggunakan skala interval (m – n) / b, dimana m= skor tertinggi yang mungkin terjadi n = skor terendah yang mungkin terjadi b = jumlah skala penilaian yang ingin dibentuk Skor sikap paling baik adalah 0, skor ini diperoleh bila kualitas ideal (Ii) sama dengan kualitas yang dialami pada setiap atribut, sedangkan skor paling buruk adalah bila kualitas pengalaman pada masing – masing atribut minimal satu. Berdasarkan hal tersebut maka total skor dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : n Ab = ∑ Wi Ii- Xi i−1 Dimana: Ab = Sikap terhadap merek Wi = Pentingnya atribut i I i = Performansi ideal pada atribut i (keinginan) 74 Xi = Kepercayaan mengenai performansi aktual merek pada atribut i i = Responden ke- i n = Jumlah atribut yang menonjol untuk X = 1 yaitu skor paling rendah untuk performansi setiap atribut. A = 3,94(2,52-1) + 3,33(3,85-1) + 4,08(4,15-1) + 3,58(3,85-1) + 4,18(4,55-1) + 3,99(4,59-1)+ 3,98(4,19-1) + 4,23(4,68-1) + 4,23(3,84-1)+3,72(3,77-1) + 3,53(3,57-1) + 4,41(4,39-1) = 142,30. Skor maksimal yang mungkin adalah 142,30 sehingga rentang skalanya adalah = (142,30 – 0) / 5 = 28,46. Batasan atau range penilaian keragaan atribut yang ideal menurut responden yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Skala Linier Numerik No Skala Keterangan 1 0 = A < 28,46 2 28,46 = A < 56,92 Baik 3 56,92 = A < 85,38 Netral 4 85,38 = A < 113,84 Buruk 5 113,84 = A < 142,30 Sangat Buruk Sangat baik Total skor nilai sikap responden terhadap atribut Visio adalah 36,05 skor nilai ini termasuk dalam rentang skala 28,46 = A < 56,92 dimana secara keseluruhan dari atribut Visio dipersepsikan baik di mata responden. 6.4. Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Visio (IPA). Salah satu cara untuk menentukan prioritas perbaikan terhadap atribut pada produk Visio adalah dengan menggunakan alat bantu berupa analisis tingkat kepentingan dan kinerja (Importance Performance Analysis). Model analisis kuadran ini menggambarkan tingkat prioritas perbaikan berdasarkan tingkat kepentingan dan 75 kinerja. Langkah selanjutnya setelah mendapatkan nilai rata – rata tingkat kepentingan dan tingkat kinerja masing – masing atribut adalah memplotkan nilai – nilai tersebut ke dalam diagram kartesius, yang terbagi dalam empat kuadran. Garis tengah pembagi diperoleh dari nilai total rata – rata tingkat kepentingan ( Y ) sebesar 3,93 dan nilai total rata – rata tingkat kinerja ( X ) sebesar 3,39. Skor rata – rata tingkat kepentingan dan kinerja secara keselur uhan dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Perhitungan rata – rata dari penilaian kepentingan (Importance) dan Kinerja (Performance) Pada Atribut Produk Visio. No Atribut Visio Performance ( X ) Importance ( Y ) 1 harga 3.5 3.94 2 warna cairan 3.45 3.33 3 rasa atau aroma 2.87 4.08 4 kemasan produk 2.51 3.58 5 kejelasan kadaluarsa 4.07 4.18 6 ketersediaan produk 2.69 3.99 7 komposisi produk 3.44 3.98 8 khasiat 4.21 4.23 9 kualitas produk 3.54 4.23 10 higienis 3.24 3.72 11 merek 3.16 3.53 12 Izin DepKes 4.03 4.41 3.39 3.93 Rata – rata ( X ,Y ) Pada Gambar 7, dapat dilihat posisi penempatan masing – masing atribut yang terdapat dalam diagram kartesius yang dibagi menjadi empat kuadran dengan garis tengah pembagi berdasarkan nilai total rata – rata tingkat kepentingan (Y )dan nilai rata – rata tingkat kinerja ( X ). 76 IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS (IPA) 4.6 12 Yi (IMPORTANCE) 4.4 I 4.2 9 II 5 8 3 6 4.0 . 3.8 7 1 10 4 3.6 IV 11 III 3.4 2 3.2 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 Xi (PERFORMANCE) Gambar 7. Posisi Atribut Visio Dalam Diagram Kartesius Importance Performance Analysis Keterangan : 1. Harga 8. khasiat 2. Warna cairan 9. Kualitas produk 3. Rasa atau aroma 10. Higienis 4. Kemasan produk 11. Merek 5. Kejelasan tanggal kadaluarsa 12. Izin DepKes 6. Ketersediaan produk 7. Komposisi produk 77 Berdasarkan Gambar 7, maka dapat terlihat bahwa seluruh atribut Visio menempatkan posisi sesuai dengan kuadrannya masing – masing. A. Kuadran 1 (Prioritas Utama) Kuadran 1 diagram kartesius Importance Performance Analysis (IPA) berarti tingkat kepentingan dari suatu atribut dianggap oleh konsumen adalah sangat penting tetapi kinerja dari atribut ini dianggap rendah, dengan demikian atribut ini harus menjadi prioritas utama bagi perusahaan. Atribut yang termasuk dalam kuadran ini adalah atribut ketersediaan produk dan atribut rasa atau aroma. Ketersediaan produk Visio di pasaran menurut responden masih kurang karena responden merasa kesulitan dalam menemukan produk Visio dan masih terbatas pada apotik – apotik tertentu. Ketersediaan produk sangat penting bagi konsumen karena dengan pendistribusian yang merata akan memudahkan konsumen untuk membeli Visio. Hal ini juga berdampak pada peningkatan penjualan perusahaan. Oleh sebab itu perusahaan harus memprioritaskan pendistribusian yang maksimal. Aroma atau rasa merupakan atribut yang penting untuk dipertimbangkan karena dengan banyaknya pilihan rasa membuat konsumen lebih leluasa menentukan pilihan sesuai selera dan keinginan. Kinerja atribut Visio ini dinilai masih rendah jika dibandingkan dengan tingkat kepentingan atribut yang diinginkan responden. Saat ini perusahaan hanya menyediakan rasa asli dari Visio yaitu rasa atau aroma kelapa sedangkan harapan konsumen menginginkan rasa lain seperti rasa jahe dan mint. Hal ini harus diprioritaskan perusahaan dengan melakukan inovasi rasa baru sehingga varian rasa tidak hanya rasa kelapa saja. 78 B. Kuadran II (Pertahankan Prestasi) Kuadran II diagram kartesius Importance Performance Analysis (IPA) berarti tingkat kepentingan dari suatu atribut dianggap oleh konsumen adalah sangat penting dan kinerja dari atribut ini dianggap sudah sesuai dengan keinginan responden, dengan demikian atribut ini harus dipertahankan oleh perusahaan. Atribut yang termasuk dalam kuadran ini adalah atribut kejelasan tanggal kadaluarsa, komposisi produk, khasiat, harga, izin DepKes dan kualitas produk. Atribut kejelasan tanggal kadaluarsa dinilai sangat penting oleh responden karena dengan adanya kejelasan tanggal kadaluarsa dapat diketahui batas waktu Visio untuk dikonsumsi. Untuk atribut komposisi produk masuk ke dalam posisi kuadran II artinya konsumen menilai komposisi produk sangat penting dan kinerja atribut ini tinggi karena terlihat jelas di kemasan dan jumlah komposisi yang tertera membuat responden mengetahui berapa persen kandungan alami yang terdapat dalam produk Visio. Responden menilai atribut khasiat ini sangat penting dan menginginkan khasiat Visio tersebut terbukti terutama bagi responden yang mengkonsumsinya dengan tujuan dapat menyembuhkan penyakit, kinerja dari atribut ini dinilai sebagian responden terbukti. Atribut izin DepKes dinilai sangat penting oleh responden karena atribut ini harus dicantumkan dalam setiap kemasan produk. Tingkat kinerja perusahaan dinilai cukup baik karena atribut ini tertulis dengan jelas pada kemasan produk sehingga mudah dibaca oleh responden. Atribut berikutnya adalah kualitas produk, dilihat dari hasil produk yang memiliki kandungan asam laurat sebesar 54 persen, warna cairan jernih dan kualitas kemasan yang tahan lama. 79 C. Kuadran III (Prioritas Rendah) Kuadran III diagram kartesius Importance Performance Analysis (IPA) berarti tingkat kepentingan dan tingkat kinerja dari suatu atribut dianggap rendah oleh konsumen. Atribut yang masuk dalam kuadran ini adalah atribut kemasan, higienis dan merek. Atribut kemasan menurut responden cukup penting karena kemasan produk merupakan salah satu daya tarik saat responden ingin membeli suatu produk tetapi kinerja dari atribut Visio ini masih rendah, oleh karena itu perusahaan perlu ada inovasi perubahan kemasan. Atribut kemasan, higienis dan merek pada produk Visio dianggap tidak terlalu menimbulkan masalah jika tidak diperbaiki oleh perusahaan dalam waktu dekat. Namun perlu diperhatikan bahwa responden menilai kurang terhadap kinerja ketiga atribut ini. Oleh karena itu perusahaan perlu meningkatkan kinerja atribut tersebut di masa yang akan datang. D. Kuadran IV (Berlebihan) Kuadran IV diagram kartesius Importance Performance Analysis (IPA) berarti keberadaannya pada suatu produk dianggap tidak penting namun kinerja dari atribut dianggap sudah baik oleh konsumen. Dengan demikian terjadi kesalahan prioritas dalam pengalokasian sumberdaya. Untuk atribut yang termasuk kedalam kuadran IV ini lebih baik dikurangi kinerjanya dan dialokasikan kepada atribut lainnya yang termasuk ke dalam kuadran 1 (prioritas utama). Atribut yang termasuk dalam kuadran ini adalah atribut warna cairan, walaupun kinerja atribut ini berlebihan tetapi cukup memuaskan responden sehingga tidak akan mempengaruhi konsumen dalam membeli Visio. 80 6.5. Formulasi Strategi Bauran Pemasaran Visio Menurut Kotler (1997), strategi pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahan untuk terus menerus mencapai saluran perdagangan sampai dengan konsumen akhir. Alat-alat bauran pemasaran terdapat empat kelompok yang lebih dikenal dengan 4 P yaitu Produk, Harga, Tempat dan Promosi. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari proses keputusan pembelian, alat analisis Model Angka Ideal dan Importance Performance Analysis, diperoleh beberapa formula strategi pemasaran yang dapat dilakukan perusahaan untuk memasarkan produk Visio dengan beberapa perubahan alternatif strategi pemasaran. Strategi pemasaran yang dapat dilakukan perusahaan adalah sebagai berikut. a. Strategi Harga Penetapan strategi harga yang dilakukan perusahaan sudah baik. Hal ini berdasarkan hasil Importance Performance Analysis bahwa atribut harga terdapat dalam kuadran II, artinya harga yang telah ditetapkan perusahaan sudah sesuai dengan keinginan konsumen karena harganya tidak terlalu mahal. Oleh karena itu, maka perusahaan tetap mempertahankan harga yang ada saat ini. b. Strategi Produk Berkaitan dengan strategi produk, perbaikan kualitas fisik dari produk Visio yang lebih diutamakan adalah penambahan varian rasa atau aroma dan perubahan kemasan. Berdasarkan hasil dalam proses pengambilan keputusan, pada atribut produk terlihat bahwa konsumen menginginkan adanya inovasi terhadap rasa atau aroma selain rasa alami kelapa yaitu rasa jahe dan mint. Oleh karena itu penambahan variasi rasa atau aroma pada produk Visio perlu dilakukan perusahaan agar dapat menarik minat responden yang tidak menyukai rasa yang ditawarkan saat ini. 81 Selain itu atribut kemasan pada produk Visio juga perlu dilakukan perubahan, salah satunya adalah memperbaharui kemasan produk denga n cara mengubah bentuk disain dan warna label pada kemasan dan penambahan kemasan kotak agar terlihat lebih baik sehingga dapat bersaing dengan produk VCO lainnya. Atribut – atribut lainnya dari produk Visio yang tingkat kinerja tetap dipertahankan adalah khasiat, komposisi produk, kejelasan tanggal kadaluarsa, izin DepKes dan kualitas produk. c. Strategi Tempat (distribusi) Sistem distribusi merupakan salah satu bagian penting dalam alur pemasaran suatu produk. Sistem distribusi yang baik akan memudahkan konsumen dalam mendapatkan produk Visio. Berdasarkan hasil analisis Angka Ideal bahwa atribut ketersediaan produk dinilai belum ideal karena responden merasa kesulitan dalam memperoleh Visio dan pada analisis IPA atribut ketersediaan merupakan atribut yang diprioritaskan paling utama Oleh karena itu strategi pemasaran harus diubah agar pendistribusian dapat merata. Strategi yang dikembangkan dapat berupa penambahan tenaga penjualan dan penambahan jumlah outlet apotik sehingga memudahkan konsumen dalam membeli produk Visio. d. Promosi Iklan merupakan salah satu sarana promosi yang efektif untuk memberikan pengetahuan, mengingatkan dan mendorong konsumen untuk membeli produk tertentu. Sehingga untuk mendapatkan sasaran yang tepat, perusahaan hendaknya melakukan promosi dengan menggunakan media promosi yang tepat. Berdasarkan hasil dalam proses keputusan pembelian, sebagian besar responden mendapatkan informasi dari kerabat dan keluarga yang sudah mengkonsumsi Visio, sehingga konsumen yang telah merasakan khasiatnya secara tidak langsung menciptakan promosi terhadap produk Visio. 82 Perusahaan perlu memperhatikan promosi yang ada saat ini, karena promosi yang dilakukan perusahaan masih dalam bentuk penyebaran pamflet, leaflet, brosur di seluruh outlet yang menyediakan produk Visio. Promosi yang dapat dilakukan berupa pemasangan iklan pada spanduk – spanduk di jalan, majalah pertanian lainnya, selain itu dapat juga membuat sampel sachet kecil yang disebarkan dengan tujuan memberikan informasi kepada masyarakat bahwa Visio merupakan produk VCO yang baik untuk dikonsumsi oleh konsumen sehingga menambah luas informasi tentang adanya produk Visio di pasaran. BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Pada tahapan pengenalan kebutuhan, motivasi awal tujuan membeli Visio sebagian responden adalah untuk pengobatan penyakit. pencarian informasi, Pada tahapan proses sebagian besar responden mendapatkan informasi dari teman kerabat dan keluarga. Tahapan selanjutnya adalah evaluasi alternatif, hal yang menjadi pertimbangan utama adalah khasiat karena sebagian besar responden telah mengetahui khasiat tersebut dari informasi teman yang telah mengkonsumsi Visio terlebih dahulu. Selain itu Responden juga menginginkan rasa atau aroma yang berbeda, sebagian besar menginginkan rasa atau aroma Jahe dan mint dari produk Visio. Tahapan berikutnya adalah hasil pembelian, menjelaskan bahwa responden merasa puas dengan produk Visio dan akan melakukan pembelian ulang Dalam analisis Model Angka Ideal, nilai total sikap responden terhadap produk Visio adalah 36,05 artinya produk Visio termasuk dalam kategori baik dimana secara keseluruhan atribut Visio dipresepsikan baik dimata konsumen. Hasil analisis Importance Performance Analysis menjelaskan bahwa atribut ketersediaan produk dan rasa atau aroma berada pada kuadran 1 dengan demikian atribut ini harus menjadi prioritas utama. Pada kuadran II terdapat atribut harga, kejelasan tanggal kadaluarsa, komposisi produk, khasiat, izin DepKes dan kualitas 84 produk. Pada kuadran kuadran III terdapat atribut kemasan produk, higienis dan merek, sedangkan pada kuadran IV adalah atribut warna cairan. 7.2. Saran a. Pihak perusahaan PT. Bogor Agro Lestari selaku produsen Visio perlu untuk meningkatkan kinerja atribut produknya seperti atribut ketersediaan produk, rasa atau aroma karena masih jauh dari ideal yang diinginkan konsumen. Ketersediaan produk Visio merupakan prioritas utama yang harus dilakukan perusahaan, oleh sebab itu maka strategi yang dikembangkan dapat berupa penambahan tenaga penjualan dan penambahan jumlah outlet apotik sehingga memudahkan konsumen dalam membeli produk Visio. b. Pengembangan inovasi produk dengan penambahan varian rasa dapat dilakukan perusahaan, karena sebagian besar responden menginginkan rasa atau aroma jahe dan mint selain rasa alami kelapa. DAFTAR PUSTAKA Amandalia, K. 2003. Analisis Strategi Promosi Suplemen Kesehatan Sanotake Pada PT. Combiphar. Skripsi. Jurusan Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Aminingtyas, R. 2005. Analisis Tingkat Kepuasan Pelanggan Klinik Tradisional Mahkota Dewa (Studi kasus di PT. Mahkota Dewa Indonesia, Jakarta). Departemen Ilmu – Ilmu Sosial Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian bogor. Asia Pacipic Coconut Community. 2004. APCC Badan Pusat Statistik. 2006. Kota Bogor Dalam Angka. Bogor : BPS Kota Bogor. Dwiyuni, Maya. 2006. Kajian Sifat Kimia Ekstraksi Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil, VCO) Dengan Metode Pembekuan Krim Santan. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Engel, James F; Blackwell, Roger D; Miniard, Paul W. 1994. Perilaku Konsumen. Jilid I & II., Edisi Keenam. Jakarta : Binarupa Aksara. Kotler, Philips. 1997. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol. Jilid 2. Jakarta : Prenhallindo. ------------------. 2000. Prenhallindo Manajemen Pemasaran. Jilid I & II. Jakarta : Lestari, Bogor Agro PT. 2006. Laporan Penjualan. Arsip. Bogor : PT. Bogor Agro Lestari. Bogor. Nazir, M. 1983. Metode Penelitian. Cetakan 3. Jakarta : Ghalia Indonesia. Putra, Ferdian. 2002. Rancangan Strategi Pemasaran Produk minuman Ekstrak Mengkudu Merek AMORNONIE (Studi kasus di PT. Agrotek, Bogor). Skripsi. Bogor. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian bogor. Putricia, Dhita. 2002. Analisis Positioning Produk Jamu Kesehatan Merek Bukti Mentjos Pada Industri Jamu Tradisional Bukti Mentjos. Jakarta Pusat. Skripsi. Jurusan Ilmu – Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian Bogor. Republik Indonesia. 1999. Undang – Undang Nomor 8 Tentang Perlindungan Konsumen. Rindengan, Barlin. Novarianto, Hengky. 2005. Minyak Kelapa Murni : Pembuatan dan Pemanfaatan. Depok : Penebar Swadaya. Simamora, Bilson. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Supratin, Maya. 2005. Analisis Penawaran Dan Permintaan Ekspor Minyak Kelapa Indonesia. Skripsi. Departemen Ilmu – Ilmu Sosial dan Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian bogor. Bogor Usman, Umran. 2003. Perilaku Mahasiswa IPB Dalam Keputusan Pembelian Minuman Berserat Instant. Skripsi. Jurusan Ilmu – Ilmu Sosial pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian bogor. Wirakartakusumah, M.A. TR. Muchtadi, A.M. Syarif, Rokhani, Sugiyono. 1993. Agroindustri Kelapa Dalam Prosiding Konferensi Nasional Kelapa III, Buku III. Seri Pengembangan Pusat Pengembangan Tanaman Industri, Bogor. No.25:205-220. 88 Lampiran 1. Standar APCC untuk Virgin Coconut Oil No Asam Lemak Standar APCC Standar VISIO 1. Kaproat (C 6:0) 0.4 -0.6 0.51 2. Kaprilat (C 8:0) 5.0 – 10.0 6.01 3. Kaprat (C 10:0) 4.5 – 8.0 6.01 4. Laurat (C 12:0) 43.0 – 53.0 55.79 5. Miristat (C 14:0) 16.0 – 21.0 10.89 6. Palmitat (C 16:0) 7.5 – 10.0 7.58 7. Stearat (C 18:0) 2.0 4.0 3.87 8. Oleat (C 18:1) 5.0 – 10.0 1.25 9. Linoleat (C 18:2) 1.0 – 2.5 1.55 > 0.5 0.00 10. Linolenat (C 18:3) – (C 24:1) Sumber : PT. Bogor Agro Lestari – LIPI Bogor. 2006. 89 Lampiran 2. Kandungan Asam Laurat Kelapa di Indonesia Kandungan asam laurat ( %) No. Daerah sumber kelapa R1 R2 1 Cianjur ( Jawa Barat) 50.11 50.46 2 Denpasar (Bali) 50.01 50.04 3 Ende (Flores) 55.01 53.46 4 Klaten (Jawa Tengah) 49.01 49.21 5 Lombok Timur 50.01 50.04 6 Maumere (NTT) 50.11 50.04 R1 = Percobaan pertama, R2 = Percobaan kedua Sumber : LIPI – Bogor. 2006 90 Lampiran 3. Tahap Proses Pengambilan Keputusan Pembelian No 1 2 3 No Tahap Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Pengenalan Kebutuhan a. Motivasi responden dalam melakukan pembelian Visio Ingin sekedar mencoba Pengobatan penyakit Memelihara kesehatan b. Manfaat utama yang ingin responden harapkan dari Visio Pemenuhan asupan alami tercukupi Dapat menjaga kesehatan tubuh Dapat menyembuhkan penyakit Pencarian Informasi a. Responden mendapatkan informasi tentang produk Visio Internet Majalah / tabloid kesehatan Anggota keluarga Iklan di Koran / TV/ radio Penjual secara langsung Teman / kerabat b. Sumber informasi yang paling mempengaruhi responden membeli Visio Majalah / tabloid kesehatan Anggota keluarga Iklan di Koran / TV/ radio Penjual secara langsung Teman / kerabat c. Berdasarkan jumlah informasi, yang menjadi fokus perhatian responden harga kejelasan tanggal kadaluarsa komposisi produk khasiat Izin DepKes Evaluasi Alternatif a. Dasar pertimbangan utama responden dalam menntukan pilihan terhadap Visio harga kejelasan tanggal kadaluarsa ketersediaan produk komposisi produk khasiat kualitas produk Izin DepKes b. Responden memperhatikan kandungan asam laurat Ya Tidak c. Responden yang menginginkan rasa atau aroma lain dari Visio Ya Tidak d. Rasa yang disukai menurut responden selain rasa alaminya Jahe Mint Aroma buah – buahan Tahap Proses Pengambilan Keputusan Pembelian (%) 24 43 33 24 33 43 11 9 26 5 16 33 9 26 5 16 33 19 10 12 35 24 3 15 4 13 35 12 18 43 57 72 28 21 43 8 (%) 91 Lampiran 3. (Lanjutan). 4 5 Keputusan Pembelian a. Cara responden memutuskan pembelian Visio Terencana Tergantung situasi Mendadak b. Alasan utama responden membeli produk VCO dengan merek Visio harganya lebih murah Kandungan komposisi jelas Terdapat izin DepKes Manfaat dan hasil terbukti Mudah didapat c. Responden melakukan pembelian produk Visio dalam 3 bulan terakhir sebanyak 1 kali 2 kali 3 kali Hasil pembelian / evaluasi pembelian a. Apakah responden merasa puas dengan produk Visio yang biasa dibeli Ya Tidak Biasa saja b. Responden yang berniat melakukan pembelian kembali atau ulang Ya Tidak c. Jika responden menjawab tidak alasannya mengapa Tidak cocok dengan diri responden Produknya susah dicari Tertarik dengan merek VCO lainnya d. Yang dilakukan responden jika tidak menemukan Visio ditempat biasa dibeli Mencari ditempat lain Mencari merek alternatif pengganti Tidak jadi membeli produk VCO e. Jika harga Visio naik, maka responden akan tetap membeli Visio Membeli produk lain yang lebih murah Tidak jadi membeli 43 25 32 3 13 18 35 4 24 33 43 76 13 11 76 24 13 6 5 59 26 15 60 25 15 92 Lampiran 4. Tingkat Kepentingan, Performansi Ideal dan Tingkat Kepercayaan atribut Visio Menurut Responden Tingkat kepentingan Atribut (Wi) no atribut 1harga 2warna cairan 3rasa atau aroma 4kemasan produk 5kejelasan kadaluarsa 6ketersediaan produk 7komposisi produk 8khasiat 9kualitas produk 10higienis 11merek 12Izin DepKes rata - rata Nilai STP TP CP 1 2 3 0 1 29 0 7 59 0 3 19 2 6 44 0 0 26 0 0 21 0 0 32 0 0 22 0 0 15 0 0 46 0 2 53 0 0 6 Keterangan STP = Sangat Tidak Penting TP = Tidak Penting P SP 4 5 45 25 28 6 45 33 28 20 30 44 59 20 38 30 33 45 47 38 36 18 35 10 47 47 Total rata - rata N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 394 333 408 358 418 399 398 423 423 372 353 441 3.94 3.33 4.08 3.58 4.18 3.99 3.98 4.23 4.23 3.72 3.53 4.41 3.933333 CP = Cukup Penting P = Penting SP = Sangat Penting Performansi Ideal / Harapan Atribut (Ii) no atribut 1harga 2warna cairan 3rasa atau aroma 4kemasan produk 5kejelasan kadaluarsa 6ketersediaan produk 7komposisi produk 8khasiat 9kualitas produk 10higienis 11merek 12Izin DepKes rata - rata 1 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Nilai 2 3 4 38 57 0 0 34 47 0 27 31 2 39 31 0 4 37 0 4 33 0 13 55 0 0 32 0 35 46 0 44 35 3 48 38 0 8 45 5 0 19 42 28 59 63 32 68 19 21 11 47 Total N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 252 385 415 385 455 459 419 468 384 377 357 439 rata - rata 2.52 3.85 4.15 3.85 4.55 4.59 4.19 4.68 3.84 3.77 3.57 4.39 3.995833 93 Lampiran 4. (Lanjutan). Tingkat Kinerja / Kepercayaan Terhadap Produk VCO merek Visio (Xi) no atribut 1harga 2warna cairan 3rasa atau aroma 4kemasan produk 5kejelasan kadaluarsa 6ketersediaan produk 7komposisi produk 8khasiat 9kualitas produk 10higienis 11merek 12Izin DepKes rata - rata 1 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 Nilai 2 3 0 54 0 55 23 67 56 37 0 15 32 58 2 54 3 13 4 43 11 58 9 68 0 15 4 42 45 10 7 63 7 42 44 48 27 21 67 5 4 0 0 0 22 0 2 40 5 4 2 18 Total N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 350 345 287 251 407 269 344 421 354 324 316 403 rata - rata 3.5 3.45 2.87 2.51 4.07 2.69 3.44 4.21 3.54 3.24 3.16 4.03 3.3925 94 Lampiran 5. Tingkat Importance Performance Analysis (IPA). TINGKAT KEPENTINGAN / IMPORTANCE (Yi) no atribut STP 1 1harga 2warna cairan 3rasa atau aroma 4kemasan produk 5kejelasan kadaluarsa 6ketersediaan produk 7komposisi produk 8khasiat 9kualitas produk 10higienis 11merek 12Izin DepKes 0rata - rata 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 Nilai TP CP 2 3 1 29 7 59 3 19 6 44 0 26 0 21 0 32 0 22 0 15 0 46 2 53 0 6 P SP 4 5 45 25 28 6 45 33 28 20 30 44 59 20 38 30 33 45 47 38 36 18 35 10 47 47 Total N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 394 333 408 358 418 399 398 423 423 372 353 441 rata - rata 3.94 3.33 4.08 3.58 4.18 3.99 3.98 4.23 4.23 3.72 3.53 4.41 3.933333 TINGKAT KINERJA / PERFORMANCE (Xi) no atribut 1harga 2warna cairan 3rasa atau aroma 4kemasan produk 5kejelasan kadaluarsa 6ketersediaan produk 7komposisi produk 8khasiat 9kualitas produk 10higienis 11merek 12Izin DepKes rata - rata 1 Nilai 3 0 54 0 55 23 67 56 37 0 15 32 58 2 54 3 13 4 43 11 58 9 68 0 15 2 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 4 5 N 42 4 100 45 0 100 10 0 100 7 0 100 63 22 100 7 0 100 42 2 100 44 40 100 48 5 100 27 4 100 21 2 100 67 18 100 Total 350 345 287 251 407 269 344 421 354 324 316 403 rata - rata 3.5 3.45 2.87 2.51 4.07 2.69 3.44 4.21 3.54 3.24 3.16 4.03 3.39 95 Lampiran 6. Kuesioner penelitian. Tanggal pengisian - No.Kuesioner *) KUESIONER PENELITIAN ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN MINYAK KELAPA MURNI (VIRGIN COCONUT OIL, VCO) PT. BOGOR AGRO LESTARI – LIPI (Studi Kasus di Kota Bogor) Responden Yang Terhormat, Saya RIYANT PRAWAKA, Nrp A14103697, mahasiswa IPB, Program Studi Ekstensi Manajemen Agribisnis yang sedang melakukan penelitian mengenai “ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN MINYAK KELAPA MURNI (VIRGIN COCONUT OIL, VCO) PT. BOGOR AGRO LESTARI – LIPI (Studi Kasus di Kota Bogor)”. Penelitian ini merupakan bagian dari penyusunan skripsi yang sedang saya selesaikan. Demi tercapainya hasil yang diinginkan, saya mohon kesediaan Anda untuk berpartisipasi dalam mengisi kuesioner ini secara lengkap dan benar yang akan digunakan sebagai bahan penelitian. Tidak ada jawaban yang salah dalam menjawab kuesioner ini. Informasi yang Anda berikan melalui kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademis. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih. SCREENING 1. Apakah anda mengetahui tentang produk kesehatan VCO (Virgin Coconut Oil) a. Bila jawaban anda “iya” , maka silahkan anda melanjutkan ke pertanyaan selanjutnya. b. Bila jawaban anda “tidak”, terima kasih anda tidak perlu melanjutkan pengisian kuesioner ini. 2. Apakah anda pernah membeli dan mengkonsumsi VCO merk Visio setidaknya dalam 3 bulan terakhir ini? a. Bila jawaban anda “iya”, maka silahkan melanjutkan pengisian kuesioner ini. b. Bila jawaban anda “tidak”, terima kasih atas waktunya., anda tidak perlu melanjutkan pengisian kuesioner ini. BAGIAN 1. IDENTITAS RESPONDEN Isilah titik-titik di bawah ini dan berilah tanda silang (X) pada tempat yang disediakan sesuai jawaban yang cocok dengan kondisi Anda saat ini. Nama :…………………… Alamat :…………………… No. Telp :…………………… Usia :……………………tahun Jumlah Anggota Keluarga :……………………orang *) diisi oleh petugas 96 Jenis Kelamin : Laki- laki Perempuan Status Perkawinan : Menikah Belum Menikah Pendidikan Terakhir : SD Sarjana(S1 ) SLTP PascaSarjana SMU Lainnya, ............ Pekerjaan Pendapatan keluarga per bulan : : Pegawai Negeri Wiraswasta Pegawai Swasta Lainnya, ......... < 500.000,500.000 - < 1.000.000,1.000.000 - < 2.500.000,2.500.000 - < 5.000.000,> 5.000.000,- BAGIAN 2. PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang Anda pilih. A. Pengenalan Kebutuhan 1. Apa alasan utama / motivasi anda dalam melakukan pembelian Visio? a. Ingin sekedar mencoba c. Memelihara kesehatan b. Pengobatan penyakit 2. Apa manfaat utama yang anda harapkan dari pembelian Visio? a. Pemenuhan asupan alami tercukupi c. Dapat menyembuhkan penyakit b. Dapat menjaga kesehatan tubuh 3. Apa yang anda rasakan jika tidak melakukan pembelian Visio? a. Merasa ada yang kurang b. Biasa saja 4. Merek produk VCO yang anda beli ? a. hanya 1 merek yang cocok c. sering berganti merek b. dua merek yang cocok 5. Dalam lingkungan keluarga anda, apakah Visio merupakan produk kesehatan yang penting ? a. Ya b. tidak B. Pencarian Informasi 1. Darimana anda mendapatkan informasi tentang produk Visio ? a. Penjual secara langsung e. Teman / kerabat b. Internet c. Majalah kesehatan /pertanian d. Anggota keluarga 97 2. Sumber informasi manakah yang paling mempengaruhi anda dalam melakukan pembelian produk Visio ? a. Penjual secara langsung e. Teman / kerabat b. Internet c. Majalah kesehatan /pertanian d. Anggota keluarga 3. Apakah anda menyediakan waktu khusus untuk mencari informasi mengenai produk Visio? a. Ya b. Tidak 4. Jika jawaban anda pada pertanyaan no. 3 “Ya”, kapan biasanya anda mencari informasi mengenai produk Visio? a. Sepulang kerja c. Saat ada waktu luang b. Setiap saat 5. Berdasarkan sumber informasi yang anda peroleh, hal apa yang menjadi fokus perhatian anda ? a. Harga g. Komposisi produk b. Warna h. Khasiat c. Rasa / aroma i. Kualitas produk d. Kemasan produk j. Higienis e. Kejelasan tanggal kadaluarsa k. Merek f. Ketersediaan produk l. Izin DepKes C. Evaluasi Alternatif 1. Saat anda membeli produk Visio, yang menjadi dasar pertimbangan utama dalam menentukan pilihan anda terhadap produk Visio adalah a. Harga g. Komposisi produk b. Warna h. Khasiat c. Rasa / aroma i. Kualitas produk d. Kemasan produk j. Higienis e. Kejelasan tanggal kadaluarsa k. Merek f. Ketersediaan produk l. Izin DepKes 2. Bagaimana kesan kemasan produk Visio yang anda inginkan ? a. Sederhana c. Modern b. Unik 3. Berapa besar ukuran volume Visio yang pernah anda beli ? a. 1000 cc c. 250 cc b. 500 cc d. 125 cc 4. Apakah anda sangat memperhatikan kandungan asam laurat yang terdapat pada produk Visio yang akan anda konsumsi ? a. Ya b. Tidak 5. Apakah anda menginginkan rasa atau aroma lain dari produk Visio selain rasa alaminya ? a. Ya b. Tidak 6.Jika jawaban anda “Ya”, rasa apakah yang menurut anda paling anda sukai ? a. Jahe c. Aroma buah - buahan b. Mint d. Lainnya, …………. 98 6. Apakah warna cairan pada produk Visio yang sering anda beli ? a. Bening c. Keruh b. Agak bening D. Keputusan Pembelian 1. Apa alasan utama anda membeli produk VCO dengan merek Visio yang anda beli ? a. harganya lebih murah e. Rasanya bervariasi b. Mereknya telah dikenal f. Kemasannya sangat menarik c. Kandungan komposisi produk jelas g. Manfaat dan hasilnya terbukti d. Terdapat izin DepKes h. Mudah didapat 2. Seberapa sering anda melakukan pembelian produk Visio ? a. Sering sekali c. Jarang b. Sering 3. Berapa kali anda melakukan pembelian produk Visio dalam 3 bulan terakhir a. 1 kali c. 3 kali b. 2 kali 4. Bagaimana cara anda memutuskan pembelian produk Visio ? a. Terencana b. Tergantung situasi c. Mendadak 5. Bagaimana situasi pembelian produk Visio yang anda lakukan ? a. Sekalian belanja kebutuhan lain b. Menyediakan waktu khusus E. Hasil Pembelian / Evaluasi Pembelian 1. Apakah anda merasa puas dengan produk Visio yang biasa anda beli ? a. Ya c. Biasa saja b. Tidak 2. Apakah anda berniat untuk melakukan pembelian kembali / ulang ? a. Ya b. Tidak 3. Jika jawaban anda diatas adalah “Tidak”, mengapa ? a. Tidak cocok dengan diri anda d. Tertarik dengan merek lain b. Harganya terlalu mahal c. Produknya susah dicari 4. Apakah yang anda lakukan jika anda tidak menemukan merek produk Visio yang biasa anda beli ditempat anda biasa membeli ? a. Mencari di tempat lain b. Mencari merek alternatif pengganti c. Tidak jadi membeli produk Visio 5. Jika harga Visio yang biasa anda beli naik, maka anda ? a. Akan tetap membeli Visio yang biasa anda beli b. Membeli produk Visio dengan merek lain yang lebih murah c. Tidak jadi membeli 99 BAGIAN 3. PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT PRODUK BERDASARKAN MODEL ANGKA IDEAL DAN IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS. A. Tingkat Kepentingan Atribut Petunjuk : Beri tanda (v) pada skala evaluasi 5 angak berjajar dari 1 sampai 5, berdasarkan hal – hal berikut yang anda nilai penting terhadap produk VCO. Menurut anda, sejauh mana kepentingan (seberapa penting) atribut produk VCO : ATRIBUT 1 (STP) 2 (TP) 3 (CP) 4 (P) 5 (SP) Harga Warna Rasa / aroma Kemasan Tanggal kadaluarsa Ketersediaan Komposisi Khasiat Kualitas produk Higienis Merek Izin DepKes Keterangan : (STP) Sangat Tidak Penting (TP) Tidak Penting (CP) Cukup Penting (P) (SP) Penting Sangat Penting 100 Performansi / Harapan Ideal atribut Petunjuk : Beri tanda (v) pada skala evaluasi 5 angak berjajar dari 1 sampai 5, berdasarkan atribut produk VCO yang anda inginkan. Menurut anda, atribut produk VCO yang “ IDEAL” sesuai harapan adalah Atribut VCO Harga 1 Sangat murah Warna 2 Murah 3 Cukup murah 4 Mahal 5 Sangat mahal Tidak bening Agak bening Cukup bening Bening Sangat Bening Rasa / aroma Sangat tengik Tengik Biasa saja Rasa khas kelapa Rasa aroma lain Kemasan Sangat tidak menarik Tidak menarik Biasa saja Menarik Sangat menarik Tanggal kadaluarsa Sangat tidak jelas Tidak jelas Cukup jelas Jelas Sangat jelas Ketersediaan Sangat sulit diperoleh Sulit diperoleh Biasa saja Mudah diperoleh Sangat mudah diperoleh Komposisi Sangat tidak baik Tidak baik Biasa saja Baik Sangat baik Khasiat Sangat rendah Rendah Biasa saja Tinggi Sangat tinggi Kualitas produk Higienis Merek Izin DepKes Sangat tidak terjamin Sangat tidak higienis Sangat tidak terkenal Sangat tidak jelas Tidak terjamin Tidak higienis Tidak terkenal Tidak jelas Biasa saja Biasa saja Biasa saja Biasa saja Terjamin Higienis Terkenal Jelas Sangat terjamin Sangat higienis Sangat terkenal Sangat jelas 101 C. Tingkat Kinerja / Performansi Kepercayaan aktual Terhadap Produk VCO merek VISIO Petunjuk : Beri tanda (v) pada skala evaluasi 5 angak berjajar dari 1 sampai 5, berdasarkan perspesi anda terhadap atribut produk VCO merek VISIO. Menurut anda, tingkat kinerja atribut pada produk VCO merek VISIO adalah : Atribut VCO Harga 1 Sangat murah Warna 2 Murah 3 Cukup murah 4 Mahal 5 Sangat mahal Tidak bening Agak bening Cukup bening Bening Sangat Bening Rasa / aroma Sangat tengik Tengik Biasa saja Rasa khas kelapa Rasa aroma lain Kemasan Sangat tidak menarik Tidak menarik Biasa saja Menarik Sangat menarik Tanggal kadaluarsa Sangat tidak jelas Tidak jelas Cukup jelas Jelas Sangat jelas Ketersediaan Sangat sulit diperoleh Sulit diperoleh Biasa saja Mudah diperoleh Sangat mudah diperoleh Komposisi Sangat tidak baik Tidak baik Biasa saja Baik Sangat baik Khasiat Sangat rendah Rendah Biasa saja Tinggi Sangat tinggi Kualitas produk Higienis Merek Izin DepKes Sangat tidak terjamin Sangat tidak higienis Sangat tidak terkenal Sangat tidak jelas Tidak terjamin Tidak higienis Tidak terkenal Tidak jelas Biasa saja Biasa saja Biasa saja Biasa saja Terjamin Higienis Terkenal Jelas Sangat terjamin Sangat higienis Sangat terkenal Sangat jelas TERIMA KASIH ATAS WAKTU YANG TELAH ANDA BERIKAN