COVER+DAP ISI+lain

advertisement
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PROSES KEPUTUSAN
PEMBELIAN VIRGIN COCONUT OIL (VCO)
PT. BOGOR AGRO LESTARI
Oleh :
RIYANT PRAWAKA
A.14103697
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
RINGKASAN
RIYANT PRAWAKA. 2007. Analisis Perilaku Konsumen Dalam Proses
Keputusan Pembelian Virgin Coconut Oil (VCO) PT. Bogor Agro Lestari.
(Dibawah Bimbingan HENY K. S. DARYANTO).
Sub sektor perkebunan memegang peranan strategis dalam perekonomian
Indonesia, dengan laju pertumbuhan yang relatif kons tan sekitar 4 persen per
tahun. Sub sektor perkebunan sangat penting dalam penyediaan pangan yang
merupakan salah satu pilar stabilitas ekonomi di Indonesia 1 . Komoditas kelapa
(Cocos nucifera L) adalah salah satu jenis tanaman tropis yang banyak terdapat di
Indonesia dan telah diusahakan oleh masyarakat. Kelapa merupakan salah satu
komoditas perkebunan yang berperan penting dalam perekonomian nasional dan
berpotensi untuk dikembangkan.
Berdasarkan pengembangan teknologi beberapa tahun belakangan dan
preferensi konsumen yang telah mengakomodasi isu lingkungan dan kesehatan
mendorong industri kelapa memproduksi VCO pada awal tahun 2004. Banyak
produsen yang bergerak dalam industri ini sehingga mengakibatkan terjadinya
persaingan yang cukup ketat dalam memasarkan hasil produk – produk VCO
tersebut. PT. Bogor Agro Lestari merupakan salah satu perusahaan yang
memproduksi Visio dengan berkerjasama dengan LIPI – Bogor. Banyaknya
merek VCO di pasaran membuat konsumen mempunyai pertimbangan dalam
membeli, sehingga untuk mengatasi persaingan tersebut maka PT. Bogor Agro
Lestari memerlukan pengetahuan tentang perilaku konsumen dengan sasaran
konsumen yang mengkonsumsi Visio dan implikasinya terhadap pemasaran Visio.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan tahapan proses keputusan
yang dilakukan konsumen dalam pembelian Visio, penilaian konsumen terhadap
tingkat kepentingan, tingkat kepercayaan dan tingkat pelaksanaan terhadap atribut
produk Visio, strategi pemasaran yang tepat bagi produk Visio berdasarkan studi
perilaku konsumen. Penelitian dilakukan di wilayah Kota Bogor dan pengambilan
sampel dalam penelitian ini ditentukan secara sengaja yaitu di apotik - apotik yang
menjual Visio di kota Bogor.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai proses keputusan pembelian, dapat
dilihat bahwa motivasi awal yang tertinggi adalah pengobatan penyakit yaitu
sebanyak 43 persen dari responden, hal ini menjelaskan bahwa responden
memiliki kepercayaan terhadap produk Visio untuk mengobati penyakit
responden. Sebanyak 33 persen responden memilih Visio untuk menjaga
kesehatan, karena responden memiliki kesadaran untuk menjaga kesehatan tubuh
sejak dini. Manfaat utama yang diharapkan dari pembelian dan konsumsi Visio
dari 43 persen responden. Sebagian besar responden memperoleh informasi
mengenai produk Visio adalah dari teman atau kerabat yaitu sebesar 33 persen
dari responden. Bagian penting lain dari produk Visio adalah kandungan asam
laurat yang terdapat dalam produk. Sebanyak 43 persen dari responden sangat
memperhatikan kandungan asam laurat yang terdapat dalam Visio, informasi
tentang kandungan asam laurat ini didapat dari sumber internet, majalah, teman
dan penjual secara langsung.
Rasa atau aroma khas kelapa yang terdapat pada produk Visio hanya
diinginkan sebagian responden yaitu sebesar 28 persen. Hal ini disebabkan 28
responden tersebut tidak menginginkan perubahan rasa alami kelapa, alasannya
karena keunikan dari Visio adalah aroma kelapa. Semantara itu sebanyak 72
persen dari responden menginginkan rasa atau aroma yang lain dari produk Visio,
hal ini menunjukkan keinginan responden untuk merasakan aroma khas selain
kelapa. Berdasarkan penelitian, responden yang menginginkan rasa atau aroma
jahe sebanyak 29 persen, sedangkan untuk rasa buah – buahan sebanyak 8
responden. Semantara itu, responden yang menginginkan rasa mint sangat tinggi
yaitu sebesar 60 persen.
Berdasarkan hasil analisis angka ideal, terdapat atribut yang belum sesuai
dengan keinginan responden dan perlu diperhatikan oleh perusahaan karena
mempunyai nilai selisih yang cukup besar antara tingkat ideal (Ii) dengan
kepercayaan (Xi). Atribut tersebut adalah ketersedian produk (1,90), kemasan
produk (1,34) dan rasa atau aroma (1,28). Atribut yang dianggap sudah ideal
dimata responden karena memiliki skor yang kecil adalah higienis (0,53),
kejelasan tanggal kadaluarsa (0,48), khasiat dari Visio (0,47), warna cairan dari
Visio (0,40). Diantara kedua belas atribut, atribut yang memiliki nilai
kepentingan paling tinggi adalah atribut izin DepKes (4,41). Hal ini menandakan
bahwa responden menganggap izin DepKes sebagai hal yang penting untuk
produk Visio. Atribut ketersediaan produk memiliki nilai kepentingan sebesar
3,99 yang berarti responden memandang ketersediaan produk Visio di pasaran
merupakan hal yang penting.
Atribut yang termasuk dalam kuadran I (Prioritas Utama) adalah atribut
ketersediaan produk dan atribut rasa atau aroma. Atribut yang termasuk dalam
kuadran II (Pertahankan Prestasi) adalah atribut kejelasan tanggal kadaluarsa,
komposisi produk, khasiat, harga, izin DepKes dan kualitas produk. Kuadran III
diagram kartesius Importance Performance Analysis (IPA) berarti tingkat
kepentingan dan tingkat kinerja dari suatu atribut dianggap rendah oleh
konsumen. Atribut yang masuk dalam kuadran ini adalah atribut kemasan,
higienis dan merek. Atribut yang termasuk dalam kuadran IV (Berlebihan) adalah
atribut warna cairan, walaupun kinerja atribut ini berlebihan tetapi cukup
memuaskan responden sehingga tidak akan mempengaruhi konsumen dalam
membeli Visio.
Penetapan strategi harga yang dilakukan perusahaan sudah baik. Hal ini
berdasarkan hasil Importance Performance Analysis bahwa atribut harga terdapat
dalam kuadran II, artinya harga yang telah ditetapkan perusahaan sudah sesuai
dengan keinginan konsumen karena harganya tidak terlalu mahal. Oleh karena
itu, maka perusahaan mempertahankan harga yang ada saat ini. Berkaitan dengan
strategi produk, perbaikan kualitas fisik dari produk Visio yang lebih diutamakan
adalah penambahan varian rasa atau aroma dan perubahan kemasan. Sistem
distribusi merupakan salah satu bagian penting dalam alur pemasaran suatu
produk. Sistem distribusi yang baik akan memudahkan konsumen dalam
mendapatkan produk Visio. Strategi yang dikembangkan dapat berupa
penambahan tenaga penjualan dan penambahan jumlah outlet apotik sehingga
memudahkan konsumen dalam membeli produk Visio.
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PROSES KEPUTUSAN
PEMBELIAN VIRGIN COCONUT OIL (VCO)
PT. BOGOR AGRO LESTARI
Oleh :
RIYANT PRAWAKA
A.14103697
Skripsi
Sebagai Bagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Pada Fakultas Pertanian , Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
Judul
Nama
Nrp
: Analisis Perilaku Konsumen Dalam Proses Keputusan
Pembelian Virgin Coconut Oil (VCO) PT. Bogor Agro
Lestari.
: Riyant Prawaka
: A14103697
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Heny K.S. Daryanto, M.Ec
NIP. 131 578 790
Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Supandie, M. Agr
NIP. 131 124 019
Tanggal Kelulusan :
PERNYATAAN
DENGAN
INI
SAYA
MENYATAKAN
BAHWA
BERJUDUL “ ANALISIS PERILAKU KONSUMEN
SKRIPSI
YANG
DALAM PROSES
KEPUTUSAN PEMBELIAN (MINYAK KELAPA MURNI
VIRGIN
COCONUT OIL, VCO) PT. BOGOR AGRO LESTARI (STUDI KASUS DI
KOTA BOGOR)”
BENAR – BENAR
MERUPAKAN HASIL KERJA
ILMIAH SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI
KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI MANAPUN
ATAU LEMBAGA APAPUN.
Bogor,
Mei 2007.
RIYANT PRAWAKA
A14103697
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 6 Agustus 1981 di Tanjung Karang,
Bandar Lampung. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara dari
Papi Syahdan Saleh dan Mami Ermawati.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri
Rawalaut Pahoman Tanjung Karang dan lulus pada tahun 1994.
Pendidikan
menengah pertama penulis selesaikan pada tahun 1997 di SMPN 3 Tanjung
Karang, kemudian dilanjutkan dengan menyelesaikan pendidikan Sekolah
Menengah Umum 9 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2000.
Pendidikan tinggi yang telah diselesaikan penulis adalah program Diploma
III, Program Studi Manajemen Bisnis Perikanan, Jurusan Sosial Ekonomi
Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, lulus
pada tahun 2003.
Awal tahun 2004, penulis melanjutkan pendidikan tingkat
sarjana dan diterima sebagai mahasiswa pada program Sarjana ekstensi, Program
Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu – ilmu Sosial Ekonomi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian bogor.
KATA PENGANTAR
Syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T yang telah memberikan
kemudahan dalam dalam mengerjakan skripsi
sehingga penulisan skripsi ini
dapat diselesaikan. Skirpsi ini berjudul “ Analisis Perilaku Konsumen Dalam
Proses Keputusan Pembelian Virgin Coconut Oil (VCO) PT. Bogor Agro Lestari”.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian
pada Departemen Ilmu – Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Penyusunan skirpsi ini dilakukan dengan tujuan memberikan gambaran
tentang perilaku konsumen terhadap proses keputusan pembelian VCO dengan
merek Visio. Pengetahuan mengenai perilaku konsumen bermanfaat bagi PT.
Bogor Agro Lestari dalam menentukan strategi pemasaran produk. Oleh karena
itu, perlu bagi perusahaan untuk mengetahui tahapan proses keputusan yang
dilakukan konsumen dalam pembelian Visio, menganalisis penilaian konsumen
terhadap tingkat kepentingan, tingkat kepercayaan dan tingkat pelaksanaan
terhadap atribut produk Visio dan menyusun rekomendasi strategi pemasaran
Visio berdasarkan studi perilaku konsumen.
.
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Syukur kepada Allah S.W.T atas anugrah sehingga penulisan skripsi ini
dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini dapat selesai berkat bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
penghargaan dan rasa terimakasih yang setulusnya kepada :
1.
Dr. Ir. Heny K. Daryanto, M.Ec selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan kepercayaan, semangat, perhatian, bimbingan dan koreksi,
saran yang tak ternilai kepada penulis dalam penyusunan skripsi.
2.
Ir. Joko Purwono, MS selaku dosen evaluator kolokium yang telah
memberikan saran dan kritik terhadap proposal penelitian.
3.
Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec yang telah bersedia menjadi dosen penguji
utama dalam ujian sidang penulis.
4.
Ir. Murdianto, MS yang telah bersedia menjadi dosen penguji komdik
dalam ujian sidang penulis.
5.
Manajemen PT. Bogor Agro Lestari dan Bagian Penelitian Produksi VCO
LIPI yang telah memberikan izin konsultasi dan pengambilan data.
6.
Papi, Mami, Adin, Boy, Fany dan Majar atas kasih sayang, doa dan
dukungannya selama melanjutkan kuliah ini.
7.
Keluarga mamah Ida dan Esa Nylidia yang selalu memberikan motivasi,
kasih sayang dan dukungannya.
8.
Saudara Dery yang telah bersedia menjadi pembahas seminar.
9.
Keluarga besar kost H. Ukay atas kekeluargaan, persahabatan yang telah
terbina dan dukungannya selama proses penyelesaian skripsi.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL.......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah.................................................................... 5
1.3. Tujuan Penelitian........................................................................ 9
1.4. Kegunaan Penelitian................................................................... 10
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 11
2.1. Perilaku Konsumen ................................................................... 11
2.2. Pemanfaatan Tanaman Kelapa .................................................. 11
2.3. Produk Turunan Kelapa ............................................................ 12
2.4. Virgin Coconut Oil (VCO)....................................................... 13
2.5. Penelitian Terdahulu ................................................................. 16
BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN .......................................................... 20
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................... 20
3.2. Perilaku konsumen .................................................................... 20
3.3. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian...............................
3.3.1. Pengenalan Kebutuhan...........................................
3.3.2. Pencarian Informasi................................................
3.3.3. Evaluasi Alternatif..................................................
3.3.4. Keputusan Pembelian.............................................
3.3.5. Hasil keputusan Pembelian ....................................
22
22
22
23
25
25
3.4. Strategi Pemasaran .................................................................... 26
3.5. Atribut Produk ........................................................................... 28
3.6. Pendekatan Sikap Multiatribut .................................................. 29
3.7. Model Angka Ideal.................................................................... 29
3.8. Importance & Performance Analysis ........................................ 30
3.9. Kerangka Pemikiran Operasional.............................................. 31
BAB IV. METODE PENELITIAN............................................................... 33
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................... 33
4.2. Jenis dan Sumber Data .............................................................. 33
4.3. Metode Penarikan dan Pengumpulan Data ............................... 34
4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data......................................
4.4.1. Analisis Deskriptif..........................................................
4.4.2. Metode Angka Ideal .......................................................
4.4.3. Importance Performance Analysis .................................
36
36
37
39
4.5. Definisi Operasional................................................................. 43
BAB V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ......................... 46
5.1. Wila yah Administrasi Kota Bogor ............................................ 46
5.2. Gambaran Umum Perusahaan................................................... 47
5.3. Visi dan Misi Perusahaan.......................................................... 48
5.4. Strategi Bauran Pemasaran........................................................
5.4.1. Produk ...........................................................................
5.4.2. Harga .............................................................................
5.4.3. Distribusi .......................................................................
5.4.4. Promosi..........................................................................
48
49
49
50
51
BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 52
6.1. Proses Keputusan Pembelian ....................................................
6.1.1. Pengenalan Kebutuhan..................................................
6.1.2. Pencarian Informasi.......................................................
6.1.3. Evaluasi Alternatif.........................................................
6.1.4. Keputusan Pembelian....................................................
6.1.5. Hasil Pembelian / Evaluasi Pembelian..........................
52
52
54
57
59
62
6.2 Proses Keputusan Pembelian Visio Secara Keseluruhan.......... 65
6.3. Analisis Sikap Responden Terhadap Atribut Produk Visio ...... 68
6.4. Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja
Atribut Visio (IPA).................................................................... 74
6.5. Formulasi Strategi Bauran Pemasaran Visio ............................. 80
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 83
Kesimpulan................................................................................................. 83
Saran ........................................................................................................... 84
DAFTAR TABEL
No.
1.
Teks
Halaman
Penggunaan Domestik Produk Kelapa di Indonesia, Th 1999 – 2002
(ribu ton)...................................................................................................
2
Harga Rata – Rata Kopra dan Minyak Kelapa di Pasar Domestik
dan Internasional. .....................................................................................
3
3.
Merek dan Produsen Pesaing ...................................................................
7
4.
Hasil Penelitian Terdahulu ....................................................................... 16
5.
Jenis Sumber Data .................................................................................... 33
6.
Perincian Wilayah dan Jumlah Responden .............................................. 34
7.
Penilaian Tingkat Kepentingan, Performansi Ideal dan Kepercayaaan
Terhadap Atribut Khasiat ....................................................................... 37
8.
Penilaian Tingkat Kinerja dan Kepentingan ............................................ 40
9.
Sebaran Responden Menurut Motivasi Dalam Melakukan
Pembelian Visio ....................................................................................... 53
2.
10. Sebaran Responden Menurut Manfaat Utama Yang Diharapkan
Dari Pembelian Visio ............................................................................... 53
11. Sebaran Responden Menurut Darimana Mendapatkan Informasi
Mengenai Produk Visio............................................................................ 55
12. Sebaran Responden Menurut Informasi Yang Paling Mempengaruhi
Dalam Pembelian Visio............................................................................ 56
13. Sebaran Responden Menurut Informasi Yang Menjadi
Fokus Utama Perha tian Terhadap Produk Visio ...................................... 57
14. Sebaran Responden Menurut Dasar Pertimbangan Utama
Dalam Menentukan Pilihan Terhadap Produk Visio ................................ 58
15. Sebaran Responden Yang Sangat Memperhatikan Kandungan
Asam Laurat Yang Terdapat Pada Produk Visio ..................................... 59
16. Sebaran Responden Yang Menginginkan Rasa Atau Aroma Lain
Dari Produk Visio ..................................................................................... 60
17. Sebaran Responden Menurut Pilihan Rasa Atau Aroma
Yang Diinginkan Dalam Produk Visio ................................................... 60
18. Sebaran Responden Menurut Cara Memutuskan Pembelian
Produk Visio ............................................................................................. 61
19. Sebaran Responden Menurut Alasan Utama Membeli Produk Visio ...... 62
20. Sebaran Responden Menurut Frekuensi Pembelian Produk
Visio Dalam 3 Bulan Terakhir ................................................................. 63
21. Sebaran Responden Menurut Kepuasan Terhadap produk Visio ............. 64
22. Sebaran Responden Menurut Motivasi Untuk Melakukan
Pembelian Ulang ..................................................................................... 64
23. Sebaran Responden Menurut Kenaikan Harga Produk Visio .................. 65
24. Proses Keputusan Pembelian Visio.......................................................... 67
25. Hasil Penilain Sikap Konsumen Terhadap Produk VCO Merek Visio .... 70
26. Skala Linier Numerik ............................................................................... 74
27. Perhitungan Rata – Rata Dari Penilaian Kepentingan (Importance)
Dan Kinerja (Performance) Pada Atribut Produk Visio .......................... 75
DAFTAR GAMBAR
No.
Teks
Halaman
1. Perkembangan Penjualan Visio PT. Bogor Agro Lestari
Tahun 2005-2006 .......................................................................................
6
2. Pohon Industri Kelapa ................................................................................
15
3. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen dan Faktor - faktor
yang Mempengaruhi....................................................................................
21
4. Kerangka Pemikiran Operasional................................................................
32
5. Diagram KartesiusTingkat Importance Performance Analysis ..................
41
6. Saluran Distribusi Produk Visio PT. Bogor Agro Lestari...........................
50
7. Posisi Atribut Visio Dalam Diagram Kartesius Importance
Performance Analysis ................................................................................
76
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman
1. Standar APCC untuk VCO ........................................................................ 88
2. Kandungan Asam Laurat Kelapa .............................................................. 89
3. Tahap Proses Pengambilan Keputusan Pembelian..................................... 90
4. Tingkat Kepentingan, Performansi Ideal dan Tingkat Kepercayaan
atribut Visio Menurut Responden .............................................................. 92
5. Tingkat Importance Performance Analysis (IPA). .................................... 94
6. Kuisioner Penelitian ................................................................................... 95
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sub sektor perkebunan memegang peranan strategis dalam perekonomian
Indonesia, dengan laju pertumbuhan yang relatif kons tan sekitar 4 persen per
tahun. Sub sektor perkebunan sangat penting dalam penyediaan pangan yang
merupakan salah satu pilar stabilitas ekonomi di Indonesia1 .
Komoditas kelapa (Cocos nucifera L) adalah salah satu jenis tanaman tropis
yang banyak terdapat di Indonesia dan telah diusahakan oleh masyarakat. Kelapa
merupakan salah satu komoditas perkebunan yang berperan penting dalam
perekonomian nasional dan berpotensi untuk dikembangkan. Pembudidayaan
kelapa banyak dilakukan dan tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Pada
tahun 2003 dari total area 3,74 juta ha perkebunan kelapa pulau Sumatera
memberikan kontribusi sebesar 34.5 persen, Jawa 23.2 persen, NTB dan NTT
8.0 persen, Kalimantan 7.2 persen, Sulawesi 19.6 persen, Maluku dan Papua
7.5 persen. Dari total area perkebunan kelapa 98 persen merupakan perkebunan
rakyat 2 .
Perkebunan tersebut dikelola secara monokultur ataupun kebun campur
dengan melibatkan sekitar 20 juta jiwa keluarga petani atau buruh tani, walaupun
luas perkebunan kelapa menduduki peringkat kedua setelah sawit, namun usaha
tani kelapa belum mampu menjadi sumber pendapatan utama petaninya. Selama
ini komoditas kelapa yang dimanfaatkan hanya produk primer dalam bentuk
kelapa segar maupun kopra sebagai bahan baku minyak goreng 3 . Produktivitas
1.
2.
3.
www. Ipard.com. “Teknologi dalam perkebunan”. September 06. 15.45 wib
Asia Pacipic Coconut Community. APCC. 2004.
www.all-about-virgin-coconut-oil.com. Agustus 06. 21.02 wib.
2
tanaman dan nilai tukar produk primer yang dihasilkan berupa kopra dan minyak
yang cenderung menurun menjadi salah satu penyebab belum mampunya sub
sektor perkebunan kelapa menjadi sumber pendapatan utama 4 .
Secara tradisional, produk kelapa digunakan untuk konsumsi segar atau
dibuat kopra dan minyak kelapa tetapi seiring perkembangan pasar dan dukungan
teknologi maka permintaan berbagai produk turunan kelapa semakin meningkat.
Dari buah kelapa dapat dikembangkan berbagai industri mulai dari produk primer
yang masih menampakkan ciri – ciri kelapa hingga tidak menampakkan ciri – ciri
kelapa. Dengan demikian, nilai ekonomi kelapa tidak lagi berbasis kopra.
Dalam 10 tahun terakhir, penggunaan domestik kopra dan butiran kelapa
mengalami peningkatan tetapi dengan laju pertumbuhan sangat kecil. Pada tahun
2002 penggunaan domestik kopra 1,2 juta ton sedangkan minyak kelapa mentah
(Coconut Crude Oil, CCO) sebesar 263 ribu ton. Penggunaan domestik kelapa
butir pada tahun yang sama mencapai 15,9 juta ton dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Penggunaan Domestik Produk Kelapa di Indonesia, Tahun 1999 – 2002
(ribu ton).
Tahun
Butir Kelapa
Kopra
CCO
1999
14.935
1.212
231
2000
15.114
1.264
163
2001
15.160
1.276
334
2002
15.973
1.202
263
Rata -rata
15.295
1,238
247.7
CCO = Coconut Crude Oil,
Sumber :BPS, 2004 diolah.
4
“Prospek & arah pengembangan agribisnis kelapa”.www. google.com / industri kelapa. pdf
3
Walaupun penggunaan domestik kopra volumenya 1,2 juta ton lebih tinggi
dibandingkan produk kelapa lainnya, tetapi perkembangan harga kopra dan
minyak kelapa dipasar domestik dan Internasional sejak tahun 1996 – 2000
berfluktuatif.
Dengan rendahnya nilai jual kopra baik di pasaran domestik
maupun internasional menyebabkan produsen yang bergerak dalam sub sektor
kelapa memproduksi produk turunan kelapa yang memiliki harga yang tinggi.
Harga rata – rata kopra dan minyak kelapa di pasar domestik dan internasional
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2.
Harga Rata – Rata Kopra dan Minyak Kelapa di Pasar Domestik
dan Internasional.
Domestik (Rp/kg)
Tahun
Internasional (US $/ton)
Minyak
Kopra
Kopra
Kelapa
Minyak
kelapa
1997
825
-
657
434
1998
2.425
-
658
411
1999
2.675
-
737
462
2000
1.530
-
587
396
Sumber:Laporan mingguan Bank Indonesia dan Oil World, 2000 5 .
Peluang pengembangan agribisnis kelapa dengan produk bernilai ekonomi
tinggi sangat besar.
Alternatif produk yang dapat dikembangkan antara lain
Virgin Coconut Oil (VCO), Oleochemical (OC), Desicated Coconut (DC),
Coconut Milk / Cream (CM / CC), Coconut Charcoal (CCL), Brown Sugar (BS),
Coconut Fiber (CF) dan Coconut Wood (CW) yang diusahakan secara terpadu dan
pelaku
Agribisnis
produk
–
produk
tersebut
mampu
meningkatkan
pendapatannya lima hingga sepuluh kali dibandingkan dengan hanya menjual
harga kopra.
5.
www. Deptan.go.id / perkebunan / KL_Indo_tahunan.htm. 10 Oktober 2006. 13.45 wib
4
Diversifikasi produk kelapa dalam skala industri ini belum sepenuhnya
diterapkan di Indonesia, adanya potensi bahan baku yang cukup besar dan
teknologi pengelolaan produk kelapa yang makin dikuasai memberi peluang bagi
diversifkasi produk melalui proses agroindustri (Wirakartakusumah et al, 1993).
Komoditas kelapa yang
menghasilkan kopra dan minyak kelapa kemudian
dikembangkan lagi menjadi produk kelapa turunan yang memiliki nilai ekonomis
tinggi. Produk – produk turunan daging buah selain Oleochemical yang sangat
prospektif adalah Virgin Coconut Oil (VCO). VCO memiliki konteks produk
yang dapat meningkatkan kesehatan dan sebagai bahan baku kosmetik alami yang
bernilai tinggi. VCO merupakan minyak kelapa murni yang dibuat dari kelapa
segar bukan kopra tanpa proses kimiawi dengan tidak menggunakan panas tinggi
ini memiliki banyak keunggulan. Kandungan asam laurat yang mencapai kurang
lebih 52 persen dalam VCO sangat bermanfaat untuk menangkal virus, bakteri
dan patogen lain, serta membangun sistem kekebalan tubuh seperti halnya ASI.
Berdasarkan pengembangan teknologi beberapa tahun belakangan dan
preferensi konsumen yang telah mengakomodasi isu lingkungan dan kesehatan
mendorong industri kelapa memproduksi VCO awal tahun 2004 6 . Banyak
produsen – produsen yang bergerak dalam industri ini sehingga mengakibatkan
terjadinya persaingan yang cukup ketat dalam memasarkan hasil produk – produk
VCO tersebut.
PT. Bogor Agro Lestari merupakan salah satu perusahaan yang
memproduksi VCO yang berkerjasama dengan LIPI – Bogor. Banyaknya merek
VCO di pasaran membuat konsumen mempunyai pertimbangan dalam membeli,
sehingga untuk dapat mengatasi persaingan tersebut maka PT. Bogor Agro Lestari
6
.www.all-about-virgin-coconut-oil.com. Agustus 06. 21.02 wib.
5
memerlukan pengetahuan tentang analisis perilaku konsumen dengan sasaran
konsumen yang mengkonsumsi VCO dan implikasinya terhadap pemasaran VCO.
1.2. Perumusan Masalah
Minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil, VCO) merupakan produk yang
dihasilkan dari kelapa.
VCO merupakan minyak kelapa yang dihasilkan dari
sebuah proses ilmiah tanpa menggunakan zat kimia atau bahan sintetik lainnya
yang mempunyai efek samping. Merujuk pada penelitian terbaru menunjukkan
bahwa kandungan asam laurat tinggi dalam minyak kelapa murni sangat
bermanfaat untuk kesehatan dan memiliki kelebihan karena asam laurat tersebut
setara dengan ASI.
Sebelumnya, banyak orang meninggalkan minyak kelapa akibat kampanye
buruk dimasa lalu yang menudingnya sebagai sumber berbagai penyakit.
Penelitian demi penelitian mempublikasikan VCO sebagai sumber nutrisi yang
sangat bermanfaat untuk kesehatan, meningkatkan metabolisme, memperbaiki
kekebalan tubuh, karena termasuk dalam Medium Chain Fatty Acid (MCFA) atau
disebut dengan asam lemak berantai medium.
VCO mengandung sekitar 57
persen terdiri dari asam Kaprat (C-10), kurang lebih 50 persen asam laurat (C-12)
dan 8 persen asam Kaprilat (C-8) 7 .
Apabila buah kelapa diolah menjadi minyak goreng biasa, nilai tambah yang
diperoleh hanya 190 persen dari harga kopra, sedangkan bila diolah menjadi
minyak kelapa murni (VCO), nilai tambah yang diperoleh bisa mencapai 584
persen dari harga kopra (Rindengan & Novarianto, 2005).
Berdasarkan
keterangan tersebut, sangatlah jelas bahwa buah kelapa memiliki prospek yang
bagus dalam meningkatkan pendapatan petani apabila diolah menjadi VCO.
7.
www.lisahkalapa.blogspot. 3 September 2006. 11.30 wib
6
PT. Bogor Agro Lestari
bekerjasama dengan LIPI – Bogor merupakan
perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi kelapa yang termasuk dalam
perusahaan hilir karena memproduksi produk turunan kelapa yang dikenal dengan
nama Virgin Coconut oil (VCO). PT. Bogor Agro Lestari mengeluarkan produk
VCO dengan merek Visio. Pada awal dikeluarkan produk Visio tersebut cukup
mendapat respon dari pasar yang ditunjukkan dengan peningkatan omzet
penjualan. Tetapi dengan perkembangan teknologi dan banyaknya pesaing yang
memproduksi VCO berdampak pada penurunan penjualan.
Perkembangan
penjualan Visio PT. Bogor Agro Lestari dapat dilihat pada Gambar 1.
80
70
60
50
40
30
20
10
0
2005
November
Oktober
September
Agustus
Juli
Juni
Mei
April
Maret
Februari
Januari
December
November
October
Penjualan
September
Penjualan (Juta Rupiah)
Perkembangan
Perkembangan Penjualan
Penjualan Visio
VCO
PT.
Bogor
Agro
Lestari
Tahun
2005
2006
PT. Bogor Agro Lestari Tahun 2005 - 2006
2006
Bulan / Tahun
Gambar 1. Perkembangan Penjualan Visio PT. Bogor Agro Lestari Tahun 2005-2006
Sumber : Laporan Penjualan PT. Bogor Agro Lestari Tahun 2005 -2006
Berdasarkan Gambar 1 diketahui penjualan Visio dari bulan Oktober hingga
Desember 2005 berfluktuatif, pada bulan Desember realisasi penjualan Visio
mencapai Rp. 66.954.236 tetapi pada bulan Januari 2006 realisasi penjualan
7
menurun hingga mencapai Rp. 23.735.811.
Persentase proporsi penurunan
realisasi penjualan terbesar terjadi pada bulan Januari 2006 yaitu turun sebesar
64.54 persen dan mulai tahun 2006 mengalami penurunan dalam penjualan
produk Visio.
Maraknya peredaran produk – produk VCO dengan berbagai merek akan
menyulitkan konsumen untuk menentukan jenis merek yang paling baik dan
sesuai dengan standar Asia Pacipic Coconut Community (APCC), meski semua
produk sudah mengklaim produknya memiliki izin terdaftar pada badan yang
berwenang.
Beberapa jenis merek pesaing produk VCO yang ada di pasaran
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Merek dan Produsen VCO Pesaing
Merek VCO
Produsen
Coco virgin Jahe
CV. Pusat Pengolahan Kelapa Terpadu
Coconut oil
Yogyakarta
Coco Mint VCO
CV. Pusat Pengolahan Kelapa Terpadu
Kandungan
laurat (%)
50.10
50.10
Yogyakarta
Laurifera
Lisah
Kobika - Ciamis
Perawan Annisa Husada Banaran – Galur, Kulon
49.32
48.35
Kambil
Progo
Veco
PT. Dharma Restu mandiri - Indonesia
57.6
Virgin Natural
CV. Pusat Pengolahan Kelapa Terpadu
48.0
Virjint
CV. Vermindo Internasional
51.7
Visio
PT. Bogor Agro Lestari
54.0
Sumber : Data diolah, 2007.
Untuk memproduksi VCO, PT. Bogor Agro Lestari mempunyai ukuran
standar produk yang disesuaikan dengan standar yang ditetapkan APCC.
8
Perbandingan kandungan Visio PT Bogor Agro Lestari dengan standar VCO
APCC, dapat dilihat pada Lampiran 1.
Selain memperhatikan standar kandungan VCO, PT. Bogor Agro Lestari
lebih menekankan perhatian terhadap kandungan asam laurat yang ada pada
produk hasil produksinya, karena asam laurat ini merupakan kandungan utama
yang merupakan khasiat dalam VCO sehingga berpengaruh terhadap kepuasan
konsumen yang mengkonsumsi VCO.
Hasil analisis
VCO enzimatik dari
beberapa jenis kelapa lokal di Indonesia yang telah diteliti dan digunakan untuk
bahan produksi PT. Bogor Agro Lestari dapat dilihat pada Lampiran 2.
Jika PT. Bogor Agro Lestari ingin dapat bertahan dalam persaingan
industri ini, maka diperlukan penerapan strategi pemasaran yang efektif dan
efisien. Salah satu kegiatan yang dirasakan penting berkaitan dengan strategi
pemasaran tersebut adalah memahami perilaku konsumen. Persaingan yang ketat
diantara merek – merek produk VCO yang ada mengharuskan orientasi pada
kepentingan konsumen, karena banyaknya perusahaan yang bergerak dalam
industri ini membuat konsumen mempunyai banyak pertimbangan dalam memilih
VCO.
Sangat penting untuk mengetahui tahapan konsumen dalam proses
keputusan pembelian VCO, tingkat kepentingan serta kepercayaan terhadap
atribut produk VCO dan evaluasi pasca pembelian dengan mengukur tingkat
kepuasan konsumen terhadap produk VCO. Perhatian yang baik oleh pihak
produsen tentang perilaku konsumen membantu pihak produsen dalam
menetapkan strategi – strategi pemasaran yang diharapkan.
9
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana tahapan proses keputusan yang dilakukan konsumen dalam
pembelian Visio ?
2. Bagaimana penilaian konsumen terhadap tingkat kepentingan, tingkat
kepercayaan dan tingkat pelaksanaan terhadap atribut produk Visio ?
3. Bagaimana strategi pemasaran yang tepat bagi produk Visio berdasarkan studi
perilaku konsumen ?
1.3 Tujuan Penelitian
Dari latar belakang dan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini
adalah :
1. Menganalisis tahap proses keputusan yang dilakukan konsumen dalam
pembelian Visio.
2. Menganalisis penilaian konsumen terhadap tingkat kepentingan, tingkat
kepercayaan dan tingkat pelaksanaan terhadap atribut produk Visio.
3. Menyusun rekomendasi strategi pemasaran Visio berdasarkan studi perilaku
konsumen.
10
1.4.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi
berbagai pihak yang berkepentingan yaitu :
1) Pihak yang terkait dalam sistem usaha sub sektor perkebunan kelapa olahan
khususnya PT. Bogor Agro Lestari, sebagai informasi mengenai perilaku
konsumen masyarakat terhadap pengambilan keputusan dalam konsumsi dan
pembelian Visio.
2) Bagi peneliti, mahasiswa, dan pihak – pihak yang memerlukan informasi
tentang perilaku konsumen diharapkan dapat dijadikan referensi atau bahan
penelitian lebih lanjut.
3) Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sarana untuk
melatih diri dalam menganalisa perilaku konsumen dalam proses keputusan
pembelian Virgin Coconut oil (VCO) di kota Bogor.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perilaku Konsumen
Menurut Engel, dkk (1994), perilaku konsumen didefinisikan sebagai suatu
tindakan yang langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi serta menghabiskan
produk, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan
tersebut. Proses pengambilan keputusan pembelian konsumen dipengaruhi oleh
tiga faktor utama yaitu faktor perbedaan individu, faktor lingkungan dan proses
psikologis.
Pemahaman perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan
pembelian berimplikasi terhadap strategi pemasaran. Studi mengenai perilaku
konsumen sangat berkaitan erat dengan perumusan strategi harga, produk,
promosi dan tempat, sehingga produk yang dihasilkan oleh perusahaan mampu
bersaing dengan produk lainnya.
Perilaku konsumen dipengaruhi oleh dorongan psikologis.
Terdapat
beberapa tiori yang termasuk dalam golongan ini dan selanjutnya digolongkan
menjadi dua bagian yaitu tiori pembelajaran dan tiori motivasi. Pilihan konsumen
tidak hanya didasarkan pada hasil belajar dari pengalaman sendiri, melainkan
belajar dari pengalaman orang lain. Oleh karena itu pemasar perlu menciptakan
komunikasi informal yang positif tentang perusahaan.
Sedangkan dalam tiori
motivasi, Moslow mengatakan bahwa motivasi seseorang dapat dihubungkan
dengan kebutuhannya. (Simamora, 2002).
12
2.2. Pemanfaatan Tanaman Kelapa
Kelapa merupakan salah satu komoditas strategis untuk pengembangan
perekonomian rakyat, Keberhasilan pembangunan salah satunya harus dilihat
sampai sejauh mana kegiatan perekonomian rakyat mampu dikembangkan
menjadi penopang perekonomian nasional.
Indonesia menjadi salah satu
produsen utama kelapa dunia dan 98 persen produksinya berasal dari perkebunan
rakyat, namun perkembangan komoditas kelapa belum mampu menjadi penopang
strategis perekonomian rakyat (Panadji. 1990 dalam Supratin, Mary.2005).
Kelapa telah dikenal secara luas oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.
Tanaman ini dikenal sebagai tanaman yang serba guna karena hampir semua
tanaman kelapa dapat dimanfaatkan mulai dari ind ustri skala rumah tangga
sampai dengan skala raksasa banyak yang menggunakan bahan bakunya dari hasil
kebun kelapa, demikian pula dari yang bersifat kerajinan tangan sampai dengan
produk kesehatan dan kecantikan yang menggunakan teknologi modern.
Daging kelapa dengan proses dingin dapat dihasilkan minyak kelapa, blondo
sumber protein, ampas kelapa, air sebagai bahan cuka (fermentasi lanjutan). Air
kelapa juga dapat langsung dikemas menjadi minuman kaleng atau botol dan
digunakan sebagai bahan baku nata de coco, kecap dan lain – lain.
Minyak
kelapa dibutuhkan sebagai bahan industri farmasi modern dan tradisional, industri
kosmetik modern dan tradisional, industri makanan dan minuman, industri kimia.
2.3. Produk Turunan Kelapa
Selama ini produk olahan kelapa yang dihasilkan masih terbatas baik dalam
jumlah maupun jenisnya. Padahal, sebagai pohon kehidupan (The Tree of Life)
banyak sekali yang dapat dimanfaatkan dari setiap bagian pohon kelapa.
13
Pada Gambar 2 menunjukkan pohon industri kelapa, dari gambar tersebut terlihat
berbagai produk yang dapat dihasilkan dari buah kelapa dan banyak diminati
karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi diantaranya adalah Virgin
Coconut Oil (VCO), Activate Carbon (AC), Carbon Charcoal (CC), Coconut
Fiber (CF), serta Oleokimia.
VCO memiliki konteks produk yang dapat meningkatkan kesehatan dan
sebagai bahan baku kosmetik alami yang bernilai tinggi. Kandungan asam laurat
yang terdapat dalam VCO memberikan manfaat yang sangat besar bagi kesehatan
dan teknologi yang digunakan untuk menghasilkan VCO diantaranya adalah
teknologi pemanasan langsung, teknologi fermentasi, teknologi enzimatik.
(Dwiyuni, 2006 )
2.4. Virgin Coconut Oil (VCO)
Berdasarkan pohon industri kelapa, setiap bagian dari buah kelapa tersebut
dapat dimanfaatkan. Air kelapa dapat digunakan sebagai bahan pembuat nata de
coco, kecap dan minuman. Daging buah yang diparut menghasilkan Desicated
Coconut (DC) dan Cocomix. Cocomix menghasilkan konsentrat pembentuk VCO
dan Skim milk. Daging buah yang dikuliti menghasilkan semi VCO dan Coco
Cake, sedangkan daging buah yang berupa kopra menghasilkan minyak kelapa
mentah (Coconut Crude Oil, CCO) yang dapat membentuk minyak goreng kelapa
dan bahan Oleokimia.
VCO merupakan minyak kelapa yang dihasilkan dengan sebuah proses
alamiah tanpa menggunakan zat kimia atau bahan sintetik lainnya yang
mempunyai efek samping bagi tubuh. VCO yang mempunyai kualitas sempurna
dihasilkan melalui ekstraksi santan yang berasal dari santan buah kelapa segar
14
secara fermentasi tanpa pemanasan atau penambahan pelarut kimia sintetik. VCO
mengandung asam lemak MCSF yang ukuran molekulnya kecil, maka setelah
dicerna di dalam saluran pencernaan, molekul MCSF langsung diserap melalui
dinding usus tanpa harus melalui proses hidrolisis dan enzimatik 9 .
Perbedaan VCO dari pangan suplemen lainnya adalah kandungannya yang
alamiah, organik dan tanpa bahan pengawet atau bahan tambahan sintetik lainnya.
Tidak hanya sebagai suplemen, dalam berbagai riset mengenai pemakaian VCO
untuk mengatasi berbagai penyakit menunjukkan adanya keuntungan. Sedangkan
perbedaan mendasar antara VCO dengan nabati lainnya terletak pada kandungan
asam lemak jenuh yang dimilikinya.
VCO mengandung asam lemak jenuh
sebesar 92 persen semantara itu berbagai minyak nabati lainnya justru
mengandung lebih banyak asam lemak tidak jenuh yang tidak baik untuk
kesehatan 10 .
9.
WWW.minyak-kelapa.Com . 23 Agustus 2006. 18.05 wib.
WWW. Biologi-lipi.go.id Product Knowledge VCO. Pusat Penelitian Biologi - LIPI
10.
15
Air
Nata de coco
Kecap
Minuman
VCO
DC
Parut
Concent
Daging
Skim
milk
Cocomix
Skim
Coco
shake
Semi
Kulit
Coco
M. Goreng
CCO
Buah
Oleokimia
Kopra
Bungkil
Pakan
Tepung
Tempurung
Tepung
Arang
aktif
Serat
Sabu
Berkaret
Geotekstil
Cocopeat
Furnitur
Batang
Kayu
Lidi
Bangunan
Gambar 2. Pohon Industri Kelapa
Sumber : LIPI – Bogor. 2006
Kerajinan
16
2.5. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang perilaku konsumen terhadap produk kesehatan Virgin
Coconut Oil (VCO) ini belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian terdahulu
yang dijadikan arahan dalam penelitian ini adalah penelitian yang terkait dengan
produk kesehatan yang memiliki kesamaan dengan produk VCO dan alat analisis
yang digunakan dalam penelitian ini merupakan alat analisis yang banyak
digunakan dalam penelitian mengenai perilaku konsumen. Beberapa hasil
penelitian terdahulu yang dapat dijadikan panduan dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Penelitian Terdahulu
No
1.
2.
Judul Skripsi
Analisis Positioning
Produk Jamu Kesehatan Merek
Bukti Mentjos Pada Industri Jamu
Tradisional,
Bukti
Mentjos,
Jakarta Pusat
Rancangan Strategi Pemasaran
Produk
Mengkudu
Merek
AMORNONIE (Studi Kasus di
PT. Agrotek, Bogor)
Alat analisis
Penulis
Tahun
• Analisis
Citra
• Analisis
Biplot
Dhita Putricia
2002
• Tabel Silang
• Uji
Chikuadrat
• Analisis
klompok
Ferdian Putra
2002
3.
Analisis
Strategi
Promosi • Proses
Suplemen Kesehatan Sanotake
Hirarki
pada PT. Combhipar
Analisis
(PHA)
Kiki
Amandalia
2003
4.
Perilaku Mahasiswa IPB Dalam • Analisis
Keputusan Pembelian Minuman
Faktor
Berserat Instan.
• Angka Ideal
• Uji
Friedman
• Multiple
Comparison
Analisis
Tingkat
Kepuasan • SWOT
Pelanggan Klinik Tradisional • IFE & EFE
Mahkotadewa
Umran Usman
2003
Reni
Aminingtyas
2005
5.
17
Penelitian tentang perilaku konsumen produk jamu yang dilakukan oleh
Putricia (2002), menganalisis tentang positioning produk jamu kesehatan merek
Bukti Mentjos pada industri jamu tradisional Bukti Mentjos di Jakarta Pusat. Alat
analisis ya ng digunakan adalah Analisis Citra dan Analisis Biplot.
Melalui
pengolahan data dengan Analisis Citra, peneliti membandingkan atribut – atribut
produk jamu dari beberapa produsen jamu terkemuka untuk mengetahui persepsi
konsumen terhadap produk jamu tersebut. Adapun atribut produk yang diteliti
adalah tingkat kepahitan, aroma wangi, kemasan, khasiat, label, kemudahan
memahami informasi, kadaluarsa, merek, kandungan zat alami, no depkes,
hiegenis, mutu terjamin dan harga. Melalui Analisis Biplot peneliti ingin melihat
apakah produk jamu Bukti Mentjos telah mencapai posisi yang diinginkan di
dalam benak konsumen.
Kemudian dari hasil tersebut, dirumuskan strategi
pemasaran yang tepat bagi perusahaan Jamu Bukti Mentjos melalui analisis
bauran pemasaran.
Ferdian (2002) melakukan penelitian tentang rancangan strategi pemasaran
perilaku minuman ekstrak mengkudu Merek Amornonie.
Responden yang
menjadi objek penelitian adalah konsumen yang pernah dan belum mengkonsumsi
ekstrak mengkudu. Alat analisis yang digunakan adalah tabel silang , uji chikuadrat dan analisis kelompok. Hasil penelitian menunjukkan ada lima atribut
ekstrak mengkudu yaitu khasiat, harga, merek, rasa dan kemasan. Atribut yang
paling penting bagi konsumen adalah khasiat.
Telah disebutkan dalam
karakteristik konsumen ekstrak mengkudu memiliki gangguan kesehatan dan
sebagian besar dari mereka merasakan khasiat dari ekstrak mengkudu.
18
Amandalia (2003) melakukan penelitian tentang analisis pengambilan
keputusan strategi promosi suplemen keseha tan sanotake pada PT. Combhipar.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengidentifikasi
faktor –
faktor
yang
mempengaruhi penyusun strategi promosi pada perusahaan, kemudian mengkaji
kegiatan promosi terhadap penjualan sanotake.
Penelitian ini menggunakan
metode proses hirarki analitik (PHA). Berdasarkan hasil analisis dengan metode
PHA dapat diketahui tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan penjualan.
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun strategi promosi adalah
angggaran. Alternatif strategi promosi yang tepat adalah promosi pada pribadi
dan pemasaran langsung
Usman (2003) meneliti perilaku konsumen yang membeli minuman
berserat instant. Alat analisis yang digunakan adalah Analisis Faktor, Multiatribut
Angka Ideal, Uji Friedman yang dilanjutkan dengan Multiple Comparison.
Pengolahan data dengan Analisis Faktor menghasilkan lima faktor utama yang
dipertimbangkan konsumen dalam pembelian minuman serat instant. Berdasarkan
hasil Multiatribut Angka Ideal, diperoleh hasil bahwa merek Vegeta lebih ideal
menurut konsumen dibandingkan dengan merek Fiber.
Melalui Uji Friedman
diketahui ternyata terdapat minimal satu perbedaan ketidakpuasan antar atribut
menurut konsumen pada masing – masing merek minuman berserat instan, baik
Vegeta maupun Fiber, terdiri dari
atas pilihan rasa, harga, kandungan serat,
ketersediaan, khasiat membantu diet dan khasiat melancarkan buang air besar.
Kemudian
berdasarkan seluruh hasil tersebut dirumuskan alternatif strategi
bauran pemasaran bagi perusahaan minuman serat instan.
19
Penelitian yang dilakukan Aminingtyas (2005), adalah studi kasus
mengenai perilaku konsumen di klinik tradisional mahkota dewa milik PT. MDI
Jakarta. Penelitian ini menunjukkan karakteristik pelanggan dari mahkota dewa
yang didominasi pria (55 persen), berusia antara 31 sampai 60 tahun (80 persen)
dan berasal dari etnis Jawa (41 persen). Tingkat pendidikan terakhir di atas SLTA
(60 persen), bekerja sebagai pegawai swasta (29 persen) dan memiliki tingkat
pendapatan per bulan di atas Rp. 1.000.000 (65 persen).
Adapun sumber
informasi pelanggan tentang klinik berasal dari teman atau keluarga dan talk show
(75 persen). Motivasi kunjungan pelanggan lebih disebabkan oleh keterkaitan
pelanggan terhadap konsep pelayanan dari klinik dan kualitas serta keamanan obat
herbal (83 persen). Penyakit yang banyak diderita oleh pelanggan adalah kanker
dan diabetes (72 persen). Selain itu penelitian ini juga menekankan pentingnya
PT. MDI meningkatkan promosi.
Penelitian terdahulu digunakan sebagai acuan dalam melakukan penelitian
ini, terutama dalam penggunaan alat analisis dan penetapan atribut produk. Alat
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Multiatribut Angka Ideal
yang digunakan untuk mengetahui sikap konsumen terhadap tingkat kepentingan
dan tingkat kepercayaan terhadap suatu produk dan semakin dekat produk
tersebut dengan idealisme konsumen maka semakin baik produk tersebut. Selain
menggunakan Angka Ideal, penelitian ini juga menggunakan
Importance
Performance Analysis (IPA). Tujuan penggunaan alat analisis ini adalah untuk
mengetahui tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan atau kinerja atribut yang
dimiliki oleh produk VCO merek Visio dengan bantuan grafik kartesius. Pada
penelitian ini menggunakan atribut – atribut yang terdiri dari harga, warna, rasa
atau aroma, kemasan, kejelasan tanggal kadaluarsa, ketersediaan, komposisi
produk, khasiat, kualitas produk, higienis, merek, dan izin Depkes.
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Mengetahui apa yang dibutuhkan dan diinginkan konsumen merupakan hal
yang penting dalam bidang pemasaran. Hal ini dikarenakan akan berimplikasi
kepada efisiensi dan efektivitas strategi kebijakan ya ng tepat. Keputusan strategi
dapat dilakukan dengan memperhatikan dan mempertimbangkan perilaku
konsumen.
3.2. Perilaku Konsumen
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1999,
menyatakan perlindungan terhadap konsumen, yang dimaksud dengan konsumen
adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat,
baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahkluk hidup lain
dan tidak untuk diperdagangkan.
Menurut Engel, dkk (1994) perilaku konsumen didefinisikan sebagai suatu
tindakan yang langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi serta menghabiskan
produk, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan
tersebut. Perilaku konsumen mencerminkan tanggapan mereka terhadap berbagai
faktor, baik itu pengaruh dari dalam mereka sendiri (faktor perbedaan individu
dan faktor proses psikologis) dan pengaruh lingkungan.
Dengan mengetahui
perilaku konsumen dan faktor – faktor yang mempengaruhinya, maka pihak
pemasar dapat merumuskan suatu strategi pemasaran ya ng tepat bagi produknya.
21
Menurut Engel et al (1994), Perilaku konsumen adalah dinamis, dimana
konsumen selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Dalam pengambilan
keputusan ada beberapa faktor yang dilalui seperti pengaruh lingkungan,
perbedaan individu, pengaruh psikologis dan pengaruh terhadap strategi
pemasaran, dijelaskan secara sederhana pada Gambar 3.
Pengaruh Lingkungan
Budaya
Kelas Sosial
Pengaruh Pribadi
Keluarga
Situasi
•
•
•
•
•
Pengaruh Individu
Sumberdaya Konsumen
Motivasi dan Keterlibatan
Pengetahuan
Sikap
Kepribadian,Gaya hidup,
Demografi
Pengambilan
Keputusan
Pengenalan Kebutuhan
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Pembelian
Hasil
Proses psikologis
Pengolahan
informasi
Pembelajaran
Perubahan sikap
atau perilaku
Strategi Pemasaran
Strategi produk
Strategi harga
Strategi promosi
Strategi tempat
Gambar 3. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen dan Faktor - faktor
yang Mempengaruhi
Sumber : Engel, Blackwell dan Miniard (1994)
22
3.3
Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Konsumen mempunyai perilaku yang beragam ketika terlibat dalam suatu
proses pengambilan keputusan pembelian. Pembelian akan melalui suatu proses
belajar yang pertama ditandai dengan mengembangkan kepercayaan mengenai
produk tersebut, kemudian pendirian konsumen akan membuat pilihan pembelian.
Terdapat lima tahapan proses pengambilan keputusan pembelian yang dilakukan
konsumen adalah pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif,
proses pembelian dan hasil.
3.3.1. Pengenalan Kebutuhan
Pengenalan kebutuhan tahap pertama dari proses keputusan pembelian
dimana konsumen mengenali suatu masalah atau kebutuhan. Konsumen
merasakan adanya perbedaan antara keadaan yang nyata dengan keadaan yang
diinginkan. Pengenalan kebutuhan tidak secara otomatis mengaktifkan suatu
tindakan akan bergantung pada beberapa faktor diantaranya adalah kebutuhan
yang dikenali harus cukup penting, dan solusi bagi kebutuhan tersebut ada dalam
batas kemampuannya jika pemenuhan kebutuhan berada diluar sumberdaya
ekonomi konsumen maka tindakan tidak mungkin dilakukan.
3.3.2. Pencarian Informasi
Konsumen merasa adanya kebutuhan terhadap suatu produk, maka
konsumen akan berusaha untuk mencari lebih banyak informasi. Pencarian
informasi dapat bersifat internal maupun eksternal. Pencarian internal terjadi
setelah pengenalan kebutuhan dengan cara melihat kembali pengetahuan yang
relevan dengan keputusan yang tersimpan didalam ingatan jangka panjang. Jika
informasi yang didapat dari pencarian internal telah memadai untuk memuaskan
23
kebutuhan maka pencarian eksternal tidak diperlukan. Namun, apabila pencarian
internal tidak mencukupi
maka perlu diadakan pencarian eksternal yaitu
mengumpulkan informasi dari lingkungan.
Menurut Kotler (2000), menyatakan bahwa sumber-sumber informasi
utama yang dicari konsumen dan kepentingan terhadap keputusan pembelian,
sumber informasi konsumen terdiri dari empat kelompok yaitu :
a)
Sumber pribadi
: keluarga, teman, tetangga, kenalan
b)
Sumber komersial
: iklan, tenaga penjual, pedagang perantara
c)
Sumber pengalaman : penanganan, pemeriksaan, penggunaan produk
d)
Sumber publik
: media massa, organisasi rating konsumen.
Banyaknya pengaruh dari sumber informasi menurut kategori produk dan
karakteristik pembeli. Konsumen menerima informasi mengenai suatu produk
yang paling banyak dari sumber komersial yang didominasi oleh pemasar,
sedangkan informasi yang paling efektif berasal dari sumber pribadi. Besarnya
pencarian informasi yang dilakukan tergantung pada kekuatan, dorongan, jumlah
informasi yang dimiliki, dan kemudahan memperoleh informasi tambahan. Nilai
yang diberikan kepada informasi tambahan dan kepuasan yang diperoleh dari
pencarian tersebut dalam pencarian informasi yang dilakukan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu situasi, ciri produk, lingkungan eceran dan konsumen.
3.3.3. Evaluasi Alternatif
Tahap
dalam
proses
keputusan
pembelian
dimana
konsumen
menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek- merek alternatif dalam
melakukan pilihan pembelian. Konsumen menentukan kriteria evaluasi yang
berbeda seperti harga dan merek yang kemudian akan digunakan untuk menilai
24
alternatif. Setelah itu, memutuskan alternatif mana yang dipertimbangkan dan
dilakukan penilaian kinerja untuk memilih dan mengambil keputusan akhir.
Dalam proses evaluasi konsumen berusaha untuk memuaskan kebutuhan.
Konsumen sebagai rangkaian atribut dengan kemampuan yang berbeda dalam
memberikan manfaat yang dicari dan memuaskan kebutuhan tersebut. Konsumen
bersikap berbeda-beda dalam melihat atribut produk yang dianggap menonjol,
maka konsumen akan memberikan perhatian pada atribut yang memberikan
manfaat yang dicari.
proses evaluasi konsumen pertama, setiap konsumen akan berbeda-beda
dalam memp ertimbangkan dan melihat produk sebagai sekumpulan ciri-ciri
produk yang berkaitan dengan kebutuhan. Kedua, konsumen akan memberikan
derajat kepentingan yang berbeda untuk ciri-ciri yang berlainan, yaitu setiap
konsumen mengaitkan pentingnya ciri mengacu pada kebutuhan dan keinginan
uniknya. Ketiga, konsumen cenderung mengembangkan seperangkat kepercayaan
merek tentang ciri-ciri apa yang menonjol pada setiap merek. Keempat, konsumen
diasumsikan memiliki fungsi kegunaan untuk setiap ciri, fungsi kegunaan ini
menunjukan bahwa konsumen mengharapkan kepuasan produk total untuk
membedakan dari produk yang berbeda. Kelima, konsumen menghadapi merekmerek yang berbeda melalui prosedur evaluasi tertentu. Konsumen telah
menemukan dan menggunakan suatu atau lebih dari beberapa prosedur evaluasi
bergantung pada konsumen tersebut dan keputusan pembelian.
25
3.3.4. Keputusan Pembelian
Tahap dalam proses keputusan pembelian dimana konsumen secara aktual
membeli produk. Keputusan pembelian konsumen akan terwujud ketika membeli
merek yang paling disukai. Faktor yang pertama adalah sikap atau pendirian
orang lain, sampai dimana pendirian orang lain dapat mengurangi alternatif yang
disukai seseorang tergantung pada dua hal yaitu intensitas dari pendirian negatif
orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen. Motivasi konsumen untuk
menuruti keinginan orang lain semakin kuat maka semakin dekat orang lain
tersebut dengan konsumen. Penilaian seseorang terhadap suatu produk akan
meningkat jika orang yang dia senangi juga menyukai merek yang sama.
Pengaruh orang lain menjadi kompleks bila beberapa orang yang dekat dengan
pembeli mempunyai pendapat yang saling berlawanan dan menyenangi semua
produk.
Faktor kedua yaitu faktor situasi yang tidak diharapkan konsumen
membentuk suatu maksud pembelian atas dasar faktor- faktor seperti pendapatan
keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan, dan manfaat produk yang
diharapkan. Ketika konsumen akan bertindak faktor situasi yang tidak diantisipasi
mungkin terjadi untuk mengubah maksud pembelian tersebut.
3.3.5. Hasil Keputusan Pembelian
Konsumen mengevaluasi apakah alternatif yang dipilih memenuhi
kebutuhan dan harapan segera sesudah digunakan. Konsumen akan mengalami
suatu tingkat ketidakpuasan terhadap hasil dan harapan yang ditetapkan secara
negatif. Kepuasan adalah evaluasi pasca konsumsi bahwa suatu alternatif yang
dipilih setidaknya memenuhi atau melebihi harapan konsumen. Konsumen akan
26
melakukan tindakan setelah pembelian dan menggunakan produk tersebut. Tugas
pemasar tidak berakhir ketika produk dibeli tetapi terus sampai periode setelah
pembelian.
Kepuasan pembeli merupakan fungsi dari seberapa dekat antara harapan
pembeli atas produk tersebut dengan daya guna yang dirasakan dari produk
tersebut. Jika daya guna produk tersebut berada dibawah harapan pelanggan
maka pelanggan akan merasa kecewa, jika memenuhi harapan pelanggan akan
merasa puas. Perasaan-perasaan ini mempunyai arti dalam hal apakah pelanggan
tersebut akan membeli produk itu lagi dan membicarakan tentang produk tersebut
kepada orang lain secara menguntungkan atau secara merugikan.
Penjual harus mengenalkan produk secara jujur mencerminkan daya guna
produk yang mungkin sehingga pembeli merasa puas. Beberapa penjual bahkan
mungkin menyatakan tingkat daya guna yang lebih rendah sehingga konsumen
mengalami kepuasan yang lebih tinggi dari yang diharapkan dengan produk
tersebut.
3.4.
Strategi Pemasaran
Menurut
Kotler (1997),
strategi pemasaran adalah seperangkat alat
pemasaran yang digunakan perusahan untuk terus menerus mencapai saluran
perdagangan sampai dengan konsumen akhir, alat-alat bauran pemasaran terdapat
empat kelompok yang lebih dikenal dengan 4 P yaitu :
(1)
Produk
Menurut Kotler (1997), menyatakan bahwa produk adalah segala sesuatu
yang dapat ditawarkan ke pasar untuk menarik perhatian, pembelian, pemakaian,
atau konsumsi yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan. Produk termasuk
27
objek fisik, pelayanan, orang, tempat, organisasi, dan gagasan.
Pengembangan
produk meliputi manfaat yang akan diberikan produk tersebut.
Manfaat ini
dikomunikasikan dan disampaikan melalui ciri-ciri produk yang berwujud, seperti
mutu,
tampilan,
dan
desain.
Keputusan
mengenai
ciri-ciri
ini
sangat
mempengaruhi reaksi konsumen terhadap produk.
Penilaian konsumen terhadap suatu produk sangat dipengaruhi oleh atribut
produk, merek, kemasan dan label yang menyertai produk tersebut. Seperti mutu,
ciri, desain produk merupakan alat yang membedakan produk yang satu dengan
yang lainnya.
Merek dianggap penting sebagai tanda pengenal dan sekaligus
berfungsi untuk menjelaskan beberapa hal mengenai produk, kemasan produk dan
label produk dibuat semenarik mungkin karena atribut produk yang pertama kali
dilihat oleh konsumen.
(2)
Harga
Menurut Kotler (1997), harga yaitu jumlah uang yang dibebankan untuk
sebuah produk atau jasa, jumlah nilai yang konsumen pertukarkan untuk
mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa. Harga
merupakan faktor utama yang mempengaruhi pilihan pembeli. Harga merupakan
satu-satunya unsur dalam bauran pemasaran yang menciptakan pendapatan, unsur
lain menunjukan biaya yaitu, penetapan harga dan persaingan harga merupakan
masalah utama yang dihadapi oleh pemasar. Keputusan harga suatu perusahaan
dipengaruhi oleh faktor internal mencakup tujuan pemasaran, strategi bauran
pemasaran, dan biaya perusahaan.
Faktor eksternal meliputi sifat pasar dan
permintaan, persaingan, dan unsur-unsur lainnya.
28
(3)
Tempat
Mempunyai arti penting karena lingkungan bagian dari nilai dan manfaat
jasa yang dipersiapkan menurut, (Engel et al., 1994), tempat adalah proses
interaksi antara strategi pemasaran pengecer dan karakteristik individua l dan
situasional dari pembeli.
Proses pemilihan tempat merupakan fungsi dari
karakteristik konsumen dan karakteristik tempat. Adapun yang termasuk bauran
tempat pada penelitian ini yaitu variabel saluran pemasaran, cakupan pasar,
pengelompokan, dan lokasi.
(4)
Promosi
Menurut Kotler, (1997), Promosi adalah kunci dalam kampanye penjualan
yang digunakan untuk mengadakan komunikasi dengan pasar. Promosi sebagai
arus informasi yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada
tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran. Dirancang untuk
mencapai tujuan program penjualan dimana pembelian suatu produk atau jasa
dapat mencapai penjualan secara lebih cepat atau lebih besar oleh konsumen atau
pedagang.
3.5. Atribut Produk
Suatu produk pada dasarnya adalah sekumpulan atribut-atribut dan setiap
produk, baik barang atau jasa dapat didefinisikan dengan menyebutkan atributatributnya. Konsume n akan melihat produk berdasarkan karakteristik, ciri atau
atribut dari produk tersebut.
Konsumen mungkin memiliki kemampuan yang
berbeda dalam menyebutkan karakteristik atau atribut dari suatu produk. hal ini
dikarenakan konsumen memiliki pengetahuan ya ng berbeda mengenai produk
tersebut. Pengetahuan mengenai atribut produk tersebut akan mempengaruhi
29
penilaian dan memudahkan konsumen untuk memilih produk yang akan
dibelinya.
3.6. Pendekatan Sikap Multiatribut
Teori – teori sikap mengemukakan bahwa sikap konsumen terhadap suatu
produk akan mempengaruhi perilaku atau tindakan kons umen terhadap produk
tersebut.
Para pemasar berkepentingan untuk mengetahui sikap konsumen
terhadap produk yang dipasarkannya dan kemudian merumuskan strategi untuk
mempengaruhi sikap konsumen tersebut.
Riset pasar atau riset konsumen
merupakan salah satu kegiatan penting untuk mengetahui sikap konsumen
terhadap suatu produk.
Menurut Engel (1994), teori – teori sikap mengemukakan bahwa sikap
konsumen terhadap suatu produk akan me mpengaruhi perilaku atau tindakan
konsumen terhadap produk tersebut. Model sikap multiatribut menggambarkan
rancangan yang berharga untuk memeriksa hubungan di antara pengetahuan
produk yang dimiliki oleh konsumen dan juga sikap terhadap produk berkenaan
dengan ciri atau atribut produk.
3.7. Model Angka Ideal
Model Angka Ideal mencoba mengukur sikap konsumen terhadap keidealan
suatu produk atau merek dengan kenyataannya.
Semakin dekat produk atau
merek tersebut dengan idealisme konsumen, maka semakin baik produk tersebut.
Model Angka Ideal tidak hanya digunakan untuk menilai merek saja, akan tetapi
dalam penelitian ini model tersebut digunakan untuk menilai atribut produk Visio.
30
Menurut Engel, et al. (1994), Model Angka Ideal adalah model yang
memberikan informasi berkenaan dengan bagaimana merek atau atribut yang
sudah ada dipandang oleh konsumen.
Model Angka Ideal digunakan untuk
memberikan penilaian yang baik dan dapat diterima oleh suatu produk apabila
nilai yang dimilikinya nol, menunjukan bahwa produk tersebut cocok dengan
atribut yang diinginkan konsumen
3.8. Importance & Performance Analysis
Analisis Importance & Performance merupakan dasar bagi manajemen
dalam pengambilan keputusan tentang tindakan apa yang seharusnya dilakukan
untuk memperbaiki suatu kinerja dari sebuah perusahaan.
Dalam analisis ini
menghasilkan grapik kartesius yang terdiri dari empat kuadran :
§
Kuadran pertama terletak di sebelah kiri atas mencerminkan prioritas utama
§
Kuadran kedua (pertahankan prestasi) berada di sebelah kana n atas yang
memuat faktor – faktor yang dianggap penting oleh pelanggan dan faktor –
faktor yang dianggap oleh pelanggan sudah sesuai dengan yang
dirasakannya.
§
Kuadran ketiga berada di sebelah kiri bawah yang berarti prioritas rendah
§
Kuadran keempat berada pada sebelah kanan bawah, di kuadran ini memuat
faktor – faktor yang dianggap kurang penting oleh pelanggan dan dirasakan
terlalu berlebihan.
31
3.9. Kerangka Pemikiran Operasional
PT. Bogor Agro Lestari merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang
produksi kelapa dan termasuk dalam perusahaan hilir karena memproduksi produk
turunan kelapa yang dikenal dengan nama Virgin Coconut oil (VCO).
Perkembangan teknologi dan banyaknya produsen baru yang memproduksi dan
memasarkan produk VCO berdampak pada penurunan penjualan Visio PT. Bogor
Agro Lestari pada tahun 2006. Oleh karena itu perusahaan perlu untuk
mengetahui
dan
mengevaluasi
perilaku
konsumen
yang
membeli
dan
mengkonsumsi Visio termasuk pelaksanaan dalam proses keputusan pembelian,
penilaian tingkat kepentingan dan kepercayaan kinerja terhadap atribut Visio.
Model Analisis Angka Ideal digunakan untuk mengetahui dan menilai sikap
serta persepsi konsumen terhadap produk yang ideal sehingga dijadikan tolak ukur
perbandingan terhadap keidealan Visio di mata konsumen. Importance
Performance Analysis (IPA) digunakan untuk mengetahui tingkat kepentingan
dan tingkat kinerja terhadap atribut produk Visio. Adapun atribut yang dianalisis
meliputi harga, warna cairan, rasa atau aroma, kemasan, kejelasan tanggal
kadaluarsa, ketersediaan, komposisi produk, khasiat, kualitas produk, higienis,
merek, dan izin Depkes.
Hasil analisis deskriptif, penggunaan konsep model Angka Ideal dan
Importance Performance Analysis (IPA) akan digunakan untuk menjelaskan
perilaku konsumen terhadap produk Visio.
Kerangka pemikiran operasional
untuk analisis perilaku konsumen dalam proses keputusan pembelian Visio dapat
dilihat pada Gambar 4.
32
PT. Bogor Agro Lestari
Ø
Ø
Persaingan dalam industri Virgin Coconut Oil yang
semakin ketat, banyak produsen yang memproduksi
VCO dan banyaknya merek yang beredar
Penurunan penjualan VCO PT. Bogor Agro Lestari
Studi Perilaku Konsumen
VCO
Proses Pengambilan
Keputusan
Pengenalan kebutuhan
Pencarian informasi
Evaluasi alternatif
Pembelian
Evaluasi hasil
Analisis
Deskriptif
Sikap Konsumen
terhadap
keragaan atribut
produk
Importance &
Performance Analysis
Model Angka
Ideal
Rekomendasi Strategi
Pemasaran yang tepat
Keterangan
:
Ruang Lingkup Penelitian
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di beberapa apotik yang terdapat di Kota Bogor, yaitu
apotik Mandapa Farma, apotik Asia, apotik Sindang Barang, apotik Nanda Sehat,
apotik Kimia Farma, apotik Empang, apotik Pemuda dan apotik Satria. Penentuan
kedelapan apotik tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa produk Visio tersedia
di apotik – apotik tersebut. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan
Maret - April 2007.
4.2.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh melalui wawancara dengan responden menggunakan kuesioner,
sedangkan data sekunder meliputi sejarah perusahaan, gambaran umum
perusahaan dan literatur perusahaan. Adapun jenis dan sumber data dapat dilihat
pada Tabel 5.
Tabel 5. Jenis dan Sumber Data
Jenis Data
Primer
Sumber Data
Wawancara dengan responden berdasarkan kuisioner
yang telah disiapkan
Sekunder
Laporan penjualan perusahaan periode 2005 -2006,
sejarah perusahaan, gambaran umum perusahaan, data
internet, Skirpsi, Literatur yang terkait topik penelitian
34
4.3.
Metode Penarikan dan Pengumpulan Data
Pengambilan sampel dalam penelitian ini ditentukan secara sengaja yaitu
di apotik – apotik yang berada di Kota Bogor, dengan pertimbangan bahwa
pendistribusian produk VCO saat ini hanya dilakukan di apotik. Kota Bogor
memiliki enam kecamatan dan sejauh ini Visio terdapat di kedelapan apotik yang
ada di Kota Bogor dan apotik – apotik ini dapat mewakili keenam kecamatan
tersebut. Perincian lokasi apotik dan jumlah responden dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Perincian Wilayah dan Jumlah Responden
Nama Apotik
Wilayah Kecamatan
Jumlah responden
Mandapa Farma
Bogor Timur
10
Asia
Bogor Barat
15
Apotik Sindang Barang
Bogor Barat
15
Apotik Nanda Sehat
Bogor Utara
10
Apotik Kimia Farma
Bogor Selatan
10
Apotik Empang
Bogor Selatan
10
Apotik Pemuda
Bogor Tengah
15
Apotik Satria
Bogor Tengah
15
TOTAL
100
Pengambilan sampel atau responden dalam penelitian ini menggunakan
teknik non probability sampling, yaitu semua elemen populasi
belum tentu
memiliki peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel atau pengambilan
sampel tidak memperhitungkan peluang atau kemungkinan unit sampel dipilih
atau tidak (Nazir, 1983).
Cara pengambilan sampel dengan menggunakan
35
metode convenient sampling, yaitu pengambilan sampel sesuai kesediaan
responden untuk diwawancarai dengan kuesioner atau dengan cara dipermudah.
Pemilihan calon responden adalah pengunjung apotik yang membeli Visio dan
mengkons umsi Visio. Responden diberikan pertanyaan awal (Screening) pada
kuesioner untuk mengetahui apakah konsumen tersebut mengetahui tentang VCO
dan pernah membeli dan mengkonsumsi Visio.
Jumlah responden berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan
formulasi, dengan jumlah penduduk kota Bogor sebesar 855.085 jiwa. Menurut
Gay Slovink (Simamora, 2002), perhitungan formulasi dirumuskan sebagai
berikut :
n = N / 1+Ne2
Dimana : n = Jumlah Sampel.
N = Jumlah populasi.
e = Nilai kritis yang digunakan.
Berdasarkan rumus maka diperoleh 100 responden yang dapat dilihat pada
hasil perhitungan sebagai berikut :
n = 855.085 / 1 + 855.085 (0,1)2
n = 100
Data perilaku konsumen dikumpulkan dengan mewawancarai konsumen
Visio melalui bantuan kuesioner. Paket kuisioner yang ditanyakan kepada
konsumen terdiri dari tiga bagian yaitu :1) identitas responden, 2) pertanyaan yang
berkaitan dengan proses keputusan pembelian konsumen, 3) persepsi konsumen
terhadap atribut produk berdasarkan Model Angka Ideal dan Importance
Performance Analysis.
36
4.4.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis
Deskriptif, Analisis Angka Ideal dan Importance Performance Analysis (IPA).
Analisis Deskriptif digunakan untuk mengetahui perilaku konsumen melalui
proses keputusan pembelian Visio. Importance Performance Analysis (IPA)
digunakan untuk mendapatkan gambaran tingkat kepentingan dan tingkat kinerja
atribut yang dimiliki Visio, sedangkan Model Angka Ideal digunakan untuk
mengukur
sikap
konsumen
terhadap
keidealan
suatu
produk
dengan
kenyataannya. Semakin dekat produk tersebut dengan idealisme konsumen,
maka semakin baik produk tersebut. Hasil perhitungan angka ideal adalah berupa
skor ideal yang digunakan untuk menentukan produk ideal.
4.4.1. Analisis Deskriptif
Metode deskriptif adalah metode yang meneliti status kelompok manusia,
suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang. Analisis Deskriptif digunakan untuk menganalisis
karakteristik responden yaitu yang terkait dengan umur, jenis kelamin, status
pekerjaan, status pernikahan, pendidikan, serta pendapatan. Tujuan analisis
deskriptif
adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta- fakta serta hubungan antar
fenomena yang terjadi. Data yang merupakan identitas responden dan proses
keputusan pembelian dikelompokan berdasarkan jawaban yang sama kemudian
dipersentasik an berdasarkan jumlah responden. Persentase yang tersebar
merupakan faktor yang dominan dari variabel- variabel yang diteliti.
37
4.4.2. Model Angka Ideal
Model Angka Ideal memberikan informasi mengenai sikap konsumen
terhadap merek atau atribut suatu produk dan sekaligus memberikan informasi
merek atau atribut ideal yang diinginkan konsumen.
Model Angka Ideal dapat dirumuskan sebagai berikut :
Ab =
n
∑
Wi Ii- Xi
i−1
Dimana:
Ab = Sikap terhadap merek
Wi = Pentingnya atribut i
Ii
= Performansi ideal pada atribut i (keinginan / harapan)
Xi
= Kepercayaan kinerja mengenai performansi aktual merek pada
atribut i
i
= Responden ke- i
n
= Jumlah atribut yang menonjol.
(Simamora, 2002).
Ditinjau dari sikap, semakin dekat ke poin ideal, sebuah produk atau
merek semakin baik posisinya. Oleh karena itu, sikap konsumen juga bisa diukur
melalui jarak antara posisi produk atau merek dan posisi ideal dibenak konsumen.
Posisi tersebut diukur dengan cara menggambarkan kepercayaan konsumen
mengenai prestasi produk pada atribut tertentu dan tingkat kepercayaan atribut
tersebut bagi konsumen. Hasil perhitungan angka ideal berupa skor ideal,
digunakan untuk menentukan produk yang ideal.
38
Skala yang digunakan adalah skala Likert yang memungkinkan responden
untuk menginterpretasikan intensitas perasaan mereka berdasarkan pertanyaan
tertutup dimana intensitas tersebut dibuat berjenjang mulai dari yang paling
rendah sampai paling tinggi dengan skala Likert (1 sampai 5) (Simamora, 2002).
penilaian tingkat kepentingan, tingkat performasi ideal dan tingkat kepercayaan
terhadap atribut khasiat Visio dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Penilaian Tingkat Kepentingan, Performansi Ideal dan Kepercayaaan
Terhadap Atribut Khasiat.
Nilai
Kepentingan
(Wi)
Performansi Ideal
(I I)
Kepercayaan Kinerja
(Xi)
1
Sangat tidak penting
Khasiat sangat rendah Khasiat sangat rendah
2
Tidak penting
Khasiat rendah
Khasiat rendah
3
Cukup penting
Khasiat cukup tinggi
Khasiat cukup tinggi
4
Penting
Khasiat tinggi
Khasiat tinggi
5
Sangat penting
Khasiat sangat tinggi
Khasiat sangat tinggi
Sebagai contoh ingin diketahui sikap responden terhadap atribut khasiat
pada produk Visio. Pada awalnya konsumen diminta menilai seberapa penting
atribut khasiat tersebut dengan menggunakan nilai (skor) skala 1 sampai 5.
Konsumen menganggap khasiat pada produk tersebut penting dengan skor 4.
Kemudian responden diminta untuk menunjukkan khasiat produk Visio yang ideal
menurut mereka, dan konsumen diminta meletakkan kepercayaan mereka akan
khasiat produk Visio dalam skor skala 1 sampai dengan 5 juga. Konsumen
menganggap bahwa produk Visio yang ideal adalah produk yang memiliki khasiat
yang sangat tinggi dengan skor 5. Setelah itu konsumen diminta memberikan
39
tingkat kepercayaan mereka terhadap khasiat produk Visio tersebut dalam skor
skala 1 sampai dengan 5. Tingkat kepercayaan terhadap khasiat produk yang
dimiliki oleh produk Visio cukup tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan konsumen
memilih skor 3.
Selisih antara skor atribut ideal dengan atribut pada merek tertentu
menggambarkan kesenjangan antara produk ideal dengan gambaran produk ideal
yang diinginkan konsumen.
Maka, sebenarnya skor terbaik (Ab) yang dapat
diterima oleh suatu produk adalah nol, atau yang paling mendekati nol
menunjukkan bahwa merek tersebut cocok sempurna dengan konfigurasi atribut
ideal.
4.4.3. Important – Performance Analysis
Metode Important Performance Analysis (IPA) merupakan salah satu
teknik penerapan yang mudah untuk mengukur atribut dari tingkat kepentingan
(Important) dan tingkat pelaksanaan atau kinerja (Performance) dan berguna
untuk pengembangan usaha perusahaan. Metode IPA memisahkan pertanyaan
yang digunakan untuk mencari prioritas perbaikan.
Penilaian tingkat kinerja akan diwakili oleh hurup X, sedangkan untuk
penilaian kepentingan ditunjukkan oleh hurup Y.
Untuk menilai kinerja dan
kepentingan konsumen atau pelanggan digunakan skor atau nilai dengan skala
Likert (1 sampai 5) seperti dilihat pada Tabel 8.
40
Tabel 8. Penilaian Tingkat Kinerja dan Kepentingan
Nilai (Skor)
Kinerja (X)
Kepentingan (Y)
1
Sangat rendah
Sangat Tidak Penting
2
Rendah
Tidak Penting
3
Cukup tinggi
Cukup Penting
4
Tinggi
Penting
5
Sangat tinggi
Sangat Penting
Total penilaian kinerja dan kepentingan diperoleh
dengan
cara
menjumlahkan skor penilaian yang diberikan responden. Hasil perhitungan akan
digambarkan dalam diagram kartesius.
Masing – masing atribut diposisikan
dalam diagram tersebut berdasarkan nilai rata – rata. Nilai rata – rata penilaian
kinerja ( X ) menunjukkan posisi suatu atribut pada sumbu X, sedangkan nilai rata
– rata tingkat kepentingan responden (Y ) ditunjukkan pada posisi atribut sumbu
Y rumus yang digunakan untuk mencari nilai rataan adalah :
n
X=
∑X
i =1
n
∑Y
i
Y=
n
i =1
i
n
Keterangan :
X = Nilai rata – rata tingkat pelaksanaan atau kinerja
Y = Nilai rata – rata tingkat kepentingan
n = Jumlah responden
Diagram kartesius merupakan suatu bangunan yang diberi atas empat
bagian yang dibatasi oleh dua buah garis berpotongan tegak lurus pada titik – titik
(a,b). Titik tersebut diperoleh dengan rumus :
X=
∑X
k
i
Y =
∑Y
k
i
41
Keterangan :
X = Batas sumbu X atau skor rata – rata dari rata – rata tingkat kinerja
seluruh atribut
Y = Batas sumbu Y atau skor rata – rata dari rata – rata tingkat
kepentingan seluruh atribut.
K
= Banyaknya atribut yang diteliti
Hasil dari perhitungan nilai
X dan Y
akan digunakan dalam diagram
kartesius sebagai pasangan kordinat titik atribut, yang pada akhirnya akan
memposisikan suatu atribut terletak dimana pada diagram yang dapat dilihat pada
Gambar 5.
Y (Tingkat Kepentingan)
Tinggi
1. Prioritas Utama
III. Prioritas Rendah
II. Pertahankan Prestasi
IV. Berlebihan
Tinggi
Rendah
X (Tingkat Performance)
Gambar 5. Diagram KartesiusTingkat Importance Performance Analysis
Sumber :
42
Setiap variabel yang berada pada masing – masing kuadran memiliki
pemahaman sendiri, yang berpengaruh terhadap strategi untuk meningkatkan
kepuasan pelanggan.
1.
Kuadran A (Prioritas Utama)
Variabel yang berada pada kuadran A memiliki tingkat kepentingan yang
tinggi, namun jika dilihat dari tingkat kinerja dinilai masih rendah, sehingga
semua variabel dalam kuadran ini harus meningkatkan kinerjanya agar
mencapai optimal dan masuk ke dalam kuadran kedua.
2.
Kuadran B (Pertahankan Prestasi)
Semua variabel yang terdapat dalam kuadran B berarti kinerja dan keinginan
konsumen berada pada tingkat tinggi dan sesuai, jadi pihak perusahaan
cukup mempertahankan kinerja dari variabel tersebut.
3.
Kuadran C (Prioritas Rendah)
Jika ada variabel yang berada pada kuadran C, maka pihak perusahaan harus
benar – benar memperhatikan dan mengelola variabel tersebut, karena
tingkat kinerjanya yang rendah.
4.
Kuadran D (Berlebihan)
Di kuadran ini kinerja perusahaan berada pada tingkat yang tinggi, namun
keinginan konsumen akan kinerja dari variabel tersebut relatif rendah, jadi
pihak perusahaan perlu mengurangi hasil yang dicapai agar dapat
mengefisienkan sumberdaya perusahaan.
43
4.5.
Definisi Operasional
1.
Virgin Coconut Oil (VCO) dengan merek Visio adalah salah produk
kesehatan yang diproduksi oleh PT. Bogor Agro Lestari, dengan kemasan
berupa botol plastik bening dengan berbagai ukuran.
2.
Konsumen Visio adalah orang yang telah mengkonsumsi produk tersebut
minimal dalam jangka waktu tiga bulan secara rutin dan hingga saat ini
masih mengkonsumsi Visio.
3.
Tahap pengenalan kebutuhan adalah tahap dimana konsumen menyadari
adanya kebutuhan untuk menggunakan Visio yang diukur dari motivasi
membeli, manfaat yang dicari, alasan memilih produk Visio dan perasaan
jika tidak mengkonsumsi produk tersebut.
4.
Tahap pencarian informasi adalah tahap dimana konsumen mencari
informasi mengenai produk Visio yang diukur dari sumber informasi dan
fokus perhatian.
5.
Tahap evaluasi alternatif adalah tahap dimana suatu alternatif pilihan
dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan produk
Visio yang diukur dari atribut Visio yang telah dipertimbangkan, jenis
produk lain yang sebelumnya pernah dikonsumsi dan alasan meninggalkan
produk lain sehingga beralih mengkonsumsi VCO.
6.
Tahap keputusan pembelian adalah tahap dimana responden mengambil
keputusan mengenai cara memutuskan pembelian, frekuensi pembelian,
waktu yang disediakan untuk membeli, media yang paling mempengaruhi
pembelian dan jenis produk kesehatan yang lebih sering dibeli.
44
7.
Tahap pasca pembelian adalah tahap dimana responden menilai produk
Visio yang telah dibelinya. Tahapan ini diukur dengan mengetahui niat
pembelian ulang, sikap jika produk Visio yang telah dicari tidak tersedia
dan pengaruh peningkatan harga dari Visio tersebut.
8.
Atribut produk adalah keunikan yang dimiliki oleh produk Visio yang
mempengaruhi proses keputusan pembelian konsumen terhadap produk
tersebut yang terdiri dari ciri – ciri, fungsi dan manfaat. Dalam penelitian
ini, atribut Visio terdiri dari 12 atribut yaitu harga, warna cairan, rasa atau
aroma, kemasan, kejelasan tanggal kadaluarsa, ketersediaan, komposisi
produk, khasiat, kualitas, higienis, merek, dan izin Depkes.
9.
Ukuran volume kemasan produk Visio terdiri dari 1000 cc, 500 cc, 250 cc,
125 cc.
10.
Kemasan adalah wadah atau tempat yang membungkus atau mengemas
produk Visio tersebut. Pada produk Visio kemasan berupa botol dengan
berbagai ukuran dari plastik bening dengan tutup segel.
11.
Label kemasan adalah media pembungkus kemasan botol yang dapat
memberikan kemudahan bagi konsumen untuk mengenali produk yang
diinginkannya.
12.
Waktu kadaluarsa adalah lamanya waktu kadaluarsa produk Visio yang
dicantumkan pada kemasan, yang memberikan informasi dan penjelasan
kepada konsumen dalam hal batas waktu pemakaian produk.
13.
Higienis adalah tingkat kebersihan produk Visio, dilihat dari proses
pengemasan dan kemasannya .
45
14.
Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan konsumen untuk
membeli Visio.
15.
Ketersediaan adalah tingkat kemudahan konsumen dalam memperoleh
produk Visio.
16.
Komposisi produk adalah berbagai macam jenis kandungan yang terdapat
didalam Visio.
17.
No Depkes adalah nomor produk untuk menunjukkan bahwa produk Visio
tersebut terdaftar pada Departemen Kesehatan.
BAB V
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
5.1. Wilayah Administrasi Kota Bogor
Kota Bogor terdiri dari 6 wilayah kecamatan, 341 kelurahan dan 37 desa,
210 dusun, 623 RW, 2.712 RT dan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bogor
sebagai berikut.
a). Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin
kabupaten Bogor.
b). Timur
: Berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi
Kabupaten Bogor.
c). Utara
: Berbatasan dengan kecamatan Sukaraja, Kecamatan Bojong Gede
dan Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor
d). Barat
: Berbatasan dengan Kecamatan Kemang dan Kecamatan Dramaga
Kabupaten Bogor.
Kemiringan kota Bogor berada diantara 0 – 15 persen dan sebagian kecil
daerahnya mempunyai kemiringan antara 15 – 30 persen. Jenis tanah hampir
diseluruh wilayah adalah Lotosil coklat kemerahan dengan kedalaman efektif
tanah lebih dari 90 cm dengan tekstur tanah yang halus serta bersifat agak peka
terhadap erosi.
Keadaan topograpi kota Bogor ditengah – tengah wilayah
kabupaten Bogor serta lokasinya yang dekat dengan ibukota negara merupakan
potensi yang strategis untuk perkembangan dan pertumbuhan kegiatan ekonomi.
Adanya kebun raya yang didalamnya terdapat Istana Bogor merupakan tujuan
46
wisata yang menarik. Kabupaten Bogor diantaranya jalur tujuan Puncak atau
Cianjur juga merupakan strategis bagi pertumbuhan ekonomi.
Kota Bogor mempunyai ketinggian dari permukaan laut minimal 190 meter
dan maksimal 330 meter disebut kota hujan dengan keadaan cuaca dan udara yang
sejuk dengan suhu udara rata – rata setiap bulannya adalah 26 derajat celcius dan
kelembaban udaranya kurang lebih 70 persen. Suhu terendah di Bogor adalah
21,8 derajat celcius, paling sering terjadi pada bulan Desember dan Januari. Arah
mata angin sewaktu – waktu dipengaruhi angin Muson. Bulan Mei sampai Maret
dipengaruhi angin Muson Barat dengan arah mata angin 6 persen terhadap arah
Barat.
5.2. Gambaran Umum Perusahaan
PT. Bogor Agro Lestari didirikan pada tanggal 17 Maret 2005 dan lokasi
perusahaan terletak di Jl. Sehat No.1 Kedung Badak Baru, Bogor Kotamadya
Bogor.
Perusahaan ini bergerak dalam bidang analisis, agroindustri dan
agribisnis.
Pendirian perusahaan ini berdasarkan kepada Akte pendirian atas
nama Ny Fenny Sulifadarti, SH No. 17 pada tanggal 12 Mei 2006 serta No NPWP
:02.486.277.3-404.000 dan No SIUP : 517/425/PK/DEPERINDAGKOP.
Sebelumnya pada tahun 1996 – 1998 , LIPI melakukan penelitian tentang
minyak kelapa murni atau disebut dengan VCO dan tahun 1998 – 1999
melakukan pelatihan dan pengembangan usaha, kemudian pada tahun 2000
sampai dengan 2002 LIPI melakukan sosialisasi ke beberapa daerah yang
memiliki potensial kelapa tinggi.
47
Pada tahun 2003 – 2005, LIPI membentuk UKM kerjasama dengan PT.
Bogor Agro Lestari dan tahun 2005 mengeluarkan produk Virgin Coconut Oil
berkualitas dengan merek dagang Visio, serta pada tahun 2006 mengeluarkan
produk minyak goreng sehat dengan merek dagang FerCo.
Selain Visio dan
FerCo ada beberapa produk lainnya yaitu kecap organik, minyak jarak (Biodiesel),
Isotonik Drink, Food Analysis, Manufacture, Supplier dan konsultan dan akan
terus menciptakan produk – produk berkualitas guna memberi nilai tambah pada
setiap produk.
PT. Bogor Agro Lestari dalam bidang konsultan bekerjasama dengan
Pemerintah Daerah Kabupaten Halmahera Utara, Kadin Kabupaten Minahasa
Selatan, Pemerintah Daerah Kabupaten Bulukumba, sedangkan dalam bidang
industri berkerjasama dengan PT. Sentra Husada Indonesia, Rajawali Nusindo
Group, PT. Famili Sejahtera, PT. Tanjung Agroindustri Indonesia.
5.3. Visi dan Misi Perusahaan
Visi PT. Bogor Agro Lestari adalah terus berkembang untuk menghasilkan
produk serta jasa yang berkualitas dan
misi perusahaan adalah untuk
meningkatkan nilai tambah pada hasil pengolahan baik dari bidang pertanian,
perkebunan maupun perikana n yang bertujuan untuk kesejahteraan bersama.
5.4. Strategi Pemasaran
Salah satu tanggung jawab yang penting pada bagian pemasaran adalah
mengidentifikasikan kebutuhan dan peluang pasar serta menanggapi perilaku
konsumen secara efektif. Untuk mempengaruhi perilaku konsumen, pemasar
48
dapat menggunakan bauran pemasaran yang disesuaikan dengan pengamatan
terhadap perilaku konsumen. Strategi pemasaran yang diterapkan oleh PT. Bogor
Agro Lestari khususnya untuk Visio mencakup strategi produk, strategi harga,
strategi distribusi dan strategi promosi.
5.4.1. Produk
PT. Bogor Agro Lestari memproduksi produk Visio dalam ukuran
1000 cc, 500 cc, 250 cc hingga 125 cc. Penjualan Visio tertinggi berdasarkan
ukuran kemasan dari tahun 2005 hingga 2006 adalah sebanyak 10.428 botol
kemasan 125 cc dan 1.819 botol kemasan 250 cc. Kemasan botol Visio
menggunakan botol dengan bahan plastik bening, sedangkan dalam pembuatan
produk perusahaan sangat memperhatikan proses produksinya. Kandungan asam
laurat yang merupakan kunci dari khasiat Visio sangat diperhatikan dengan
melakukan Quality Control selama proses produksi sehingga mutu produk sesuai
dengan standar yang ditetapkan APCC.
Selain itu, perusahaan juga mencari
masukan dan saran dari pedagang maupun konsumen untuk mendapatkan
informasi mengenai apa yang diinginkan konsumen.
5.4.2. Harga
Harga jual produk ditetapkan berdasarkan harga dasar produk, kemampuan
target konsumen. Harga yang ditetapkan pesaing sehingga harga yang ditetapkan
oleh PT. Bogor Agro Lestari disesuaikan dengan volume produknya, antara lain
kemasan 125 cc harga jual Rp. 12.500, 250 cc harga jual Rp. 20.000, 500 cc harga
jual Rp. 40.000. Harga ini merupakan harga yang ditetapkan perusahaan untuk
Agen dan Distributor, sedangkan harga jual dari Agen dan Distributor untuk
konsumen adalah kemasan 125 cc harga jual Rp. 22.500, 250 cc harga jual Rp.
49
30.000, 500 cc harga jual Rp. 50.000.
Harga ini dapat bervariasi tergantung
dengan keputusan yang ditetapkan oleh masing – masing distribusi atau outlet
yang menjual Visio.
5.4.3. Distribusi
Distribusi merupakan bagian yang sangat penting sehingga harus
dilakukan dengan baik agar konsumen mudah mendapatkan produk tersebut di
pasaran. Pendistribusian produk Visio PT. Bogor Agro Lestari dilakukan dengan
cara menjual Visio ke apotik secara langsung atau dengan cara titip jual dan yang
bertanggung jawab terhadap pendistribusian adalah sales supervisor dengan
koordinasi Bagian Administrasi. Dibawah ini adalah gambar saluran distribusi
pemasaran produk Visio PT. Bogor Agro Lestari.
PT.Bogor Agro Lestari
Divisi
Penjualan
HRD
Administrasi
Sales Marketing
Outlet
Outlet
Outlet
Outlet
Gambar 6. Saluran Distibusi Produk Visio PT. Bogor Agro Lestari
50
5.4.4. Promosi
Salah satu usaha untuk meningkatkan penjualan produk adalah dengan
cara promosi, sebagai salah satu cara untuk mengkomunikasikan produk yang
dihasilkan oleh perusahaan kepada konsumen.
Promosi dapat meningkatkan
kesadaran konsumen sehingga konsumen akan memperhatikan produk yang akan
dipromosikan dan membeli produk tersebut. Promosi produk Visio PT. Bogor
Agro Lestari
dilakukan dengan cara pemasangan iklan di majalah pertanian
TRUBUS dan menyediakan alat bantu penjualan berupa brosur, pamflet dan
leaflet di apotik – apotik yang menyediakan produk Visio.
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1.
Proses Keputusan Pembelian
Informasi mengenai keputusan pembelian diperoleh dari responden dalam
bentuk jawaban dari pertanyaan tertutup yang membatasi jawaban responden sesuai
dengan pilihan yang disediakan. Informasi tahapan proses keputusan pembelian ini
meliputi lima tahapan, yaitu : (1) pengenalan kebutuhan,(2) pencarian informasi, (3)
evaluasi alternatif,(4) keputusan pembelian, dan (5) evaluasi pasca pembelian.
6.1.1. Pengenalan Kebutuhan
Proses pengenalan kebutuhan adalah tahap awal dari proses keputusan
pembelian. PT. Bogor Agro Lestari perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu
kebutuhan konsumennya, sehingga dapat mengidentifkasi berbagai hal yang dapat
membangkitkan minat konsumen untuk membeli produk Visio. Proses pengenalan
kebutuhan responden dapat diketahui dengan adanya informasi mengenai motivasi
dan alasan yang dicari responden ketika membeli produk tersebut.
Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat bahwa motivasi awal yang tertinggi adalah
pengobatan penyakit yaitu sebanyak 43 persen dari responden. Hal ini menjelaskan
bahwa responden
memiliki kepercayaan terhadap produk Visio untuk mengobati
penyakit responden.
Sebanyak 33 persen dari responden memilih Visio untuk
memelihara kesehatan, karena responden memiliki kesadaran untuk menjaga
kesehatan tubuh sejak dini. Semantara itu 24 persen dari responden hanya ingin
sekedar mencoba Visio. Hal ini disebabkan karena beberapa responden belum terlalu
yakin akan khasiat Visio, sehingga motivasi pembelian hanya sekedar ingin mencoba.
53
Tabel 9. Sebaran Responden Menurut Motivasi Dalam Melakukan Pembelian Visio
Motivasi Dalam Melakukan Pembelian
Jumlah Responden
Persentase (%)
Ingin sekedar mencoba
24
24
Pengobatan penyakit
43
43
Memelihara kesehatan
33
33
Total
100
100
Berdasarkan Tabel 10, manfaat utama yang diharapkan dari 43 responden
adalah dapat menyembuhkan penyakit yang diderita responden, karena sebanyak 43
responden membeli Visio untuk pengobatan penyakit. Walaupun khasiat Visio belum
mendapatkan uji klinis yang pasti namun dari sebagian 43 persen responden
menyatakan bahwa responden merasakan perubahan kesehatan dalam mengkonsumsi
Visio secara rutin. Hal ini menunjukkan bahwa responden telah mengenal Visio dan
telah mengetahui manfaat dan khasiat yang didapat dari produk Visio.
Sebanyak 33 persen dari responden menjelaskan bahwa motivasi utama dalam
pembelian Visio adalah untuk menjaga kesehatan tubuh, karena responden memiliki
kesadaran yang tinggi akan pentingnya menjaga kesehatan tubuh.
Semantara itu
sebanyak 24 persen dari responden menjelaskan bahwa manfaat utama yang
diharapkan dari pembelian Visio adalah untuk mencukupi asupan alami dalam tubuh.
Tabel 10. Sebaran Responden Menurut Manfaat Utama Yang Diharapkan Dari
Pembelian Visio
Jumlah
Responden
24
Persentase (%)
Dapat menjaga kesehatan tubuh
33
33
Dapat menyembuhkan penyakit
43
43
100
100
Manfaat Utama Dari Pembelian Visio
Asupan alami Tercukupi
Total
24
54
6.1.2. Pencarian Informasi
Proses pencarian informasi merupakan tahap selanjutnya setelah konsumen
merasakan dan menyadari adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Konsumen yang
tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak
agar kebutuhannya tersebut dapat terpenuhi. Pencarian informasi mulai dilakukan
ketika konsumen memandang bahwa kebutuhan tersebut bisa dipenuhi dengan
membeli atau mengkonsumsi suatu produk.
Pencarian informasi dapat dilakukan
dengan penelusuran kembali ke dalam ingatan konsumen ataupun diperoleh dari
lingkungan.
PT. Bogor Agro Lestari perlu untuk memahami mengenai perilaku konsumen
dalam pencarian informasi sehingga perusahaan dapat menerapkan strategi
komunikasi yang paling efektif bagi pasar sasaran. Dengan pencarian informasi,
konsumen akan membuat pilihan konsumsi yang lebih baik dan mengembangkan
dasar pengetahuan yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dimasa yang
akan datang.
Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui
bahwa sebagian besar responden
memperoleh informasi mengenai produk Visio adalah dari teman atau kerabat sebesar
34 persen dari responden.
Hal ini disebabkan karena 34 responden tersebut
mendapatkan informasi dari teman atau kerabat yang sudah terlebih dahulu
mengkonsumsi Visio sebelumnya dan merekomendasikan kepada responden untuk
mengkonsumsi Visio. Sebanyak 29 responden mendapatkan informasi dari anggota
keluarga yang sudah mengetahui terlebih dahulu mengenai Visio dan keluarga
merupakan orang yang paling terdekat dengan responden sehingga informasi mudah
didapat dari keluarga. Responden sebanyak 11 persen dan 9 persen mendapatkan
55
informasi dari media teknologi internet dan majalah kesehatan / pertanian, karena
responden dapat menemukan informasi lebih tentang produk Visio.
Tabel 11. Sebaran Responden Menurut Darimana Mendapatkan Informasi Mengenai
Produk Visio.
Sumber Informasi Mengenai produk Visio
Internet
Jumlah
Responden
Persentase (%)
11
11
9
9
Anggota keluarga
29
29
Penjual secara langsung
17
17
Teman / kerabat
34
34
100
100
Majalah kesehatan/ Pertanian
Total
Berdasarkan Tabel 12, informasi yang sangat mempengaruhi dalam
melakukan pembelian Visio adalah informasi yang diperoleh dari teman atau kerabat
sebesar 34 persen. Hal ini disebabkan karena responden mendapatkan informasi
bahwa teman atau kerabat yang telah mengkonsumsi visio terlebih dahulu telah
merasakan adanya perubahan pada kesehatan tubuh. Penjelasan dari penjual secara
langsung di apotik mempengaruhi pembelian Visio sebanyak
17 persen dari
responden. Sebanyak 9 persen dari responden memilih majalah sebagai media yang
sangat mempengaruhi dalam pembelian Visio.
56
Tabel 12.
Sebaran Responden Menurut
Dalam Pembelian Visio.
Informasi Yang paling Mempengaruhi
Pembelian Visio
Majalah kesehatan / pertanian
Informasi Yang Paling Mempengaruhi
Jumlah
Responden
Persentase (%)
9
9
Anggota keluarga
29
29
Penjual secara langsung
17
17
Teman / kerabat
34
34
Internet
11
11
100
100
Total
Berdasarkan Tabel 13 yang dijadikan fokus utama perhatian responden
terhadap produk Visio adalah khasiat dari Visio tersebut sebanyak 35 persen. Hal ini
disebabkan karena khasiat dari Visio yang diinginkan responden adalah dapat
mengobati penyakit sehingga berpengaruh pada kesehatan responden. Menurut 24
responden, izin DepKes merupakan informasi yang sangat utama, karena dengan
terdaftarnya produk Visio ini memberikan ketenangan kepada responden untuk
mengkonsumsi Visio.
Sebanyak 10 responden menanggapi bahwa informasi mengenai kejelasan
tanggal kadaluarsa merupakan fokus utama yang diperhatikan. Hal ini disebabkan
karena responden ingin mengetahui informasi dalam hal batas waktu produk Visio
masih dapat dikonsumsi. Sebanyak 19 persen dari responden menanggapi bahwa
fokus utama terhadap Visio adalah Harga. Hal ini menunjukkan bahwa harga masih
berpengaruh untuk responden, karena berkaitan langsung dengan pendapatan
responden.
57
Tabel 13.
Sebaran Responden Menurut Informasi Yang Menjadi Fokus Utama
Perhatian Terhadap Produk Visio.
Informasi Yang Menjadi Fokus Utama
Terhadap Produk Visio
Harga
19
Persentase
(%)
19
Kejelasan tanggal kadaluarsa
10
10
Komposisi produk
12
12
Khasiat
35
35
Izin DepKes
24
24
Total
100
100
Jumlah Responden
6.1.3. Evaluasi Alternatif
Evaluasi alternatif menggambarkan tahap pengambilan keputusan di mana
konsumen mengevaluasi alternatif – alternatif untuk membuat pilihan.
Tahap ini
dilakukan setelah responden memiliki informasi yang cukup mengenai berbagai hal
yang berkaitan dengan produk Visio. Selama tahap ini konsumen harus menetapkan
kriteria evaluasi yang digunakan untuk menilai alternatif, memutuskan alternatif mana
yang akan dipertimbangkan, memilih dan menetapkan keputusan akhir.
Berdasarkan Tabel 14. Hal pertama yang menjadi pertimbangan sebagian
besar responden adalah khasiat dari Visio sebanyak 35 persen, alasannya karena
sebagian besar responden telah mengetahui khasiat tersebut dari informasi teman yang
telah mengkonsumsi Visio terlebih dahulu. Pertimbangan kedua adalah Izin DepKes
sebesar 18 persen dari responden. Hal disebabkan karena dengan adanya izin DepKes
tersebut memberikan informasi kepada responden bahwa Visio tersebut aman untuk
dikonsumsi.
Sebanyak 13 responden menanggapi bahwa komposisi produk
merupakan pertimbangan utama dalam membeli Visio, alasannya karena responden
ingin mengetahui lebih lengkap tentang komposisi yang terdapat dalam Visio,
58
sehingga responden dapat memahami apa manfaat yang dapat diperoleh untuk
kesehatan tubuh.
Tabel 14. Sebaran Responden Menurut
Dasar Pertimbangan Utama Dalam
Menentukan Pilihan Terhadap Produk Visio.
Dasar Pertimbangan Utama Dalam
Menentukan Pilihan Terhadap Produk Visio
Harga
Jumlah
Responden
3
Persentase (%)
3
Kejelasan tanggal kadaluarsa
15
15
Ketersediaan produk
4
4
Komposisi produk
13
13
Khasiat
35
35
Rasa atau aroma
12
12
Izin DepKes
18
18
Total
100
100
Bagian penting lain dari produk Visio adalah kandungan asam laurat yang
terdapat dalam produk.
Kandungan asam laurat sangat penting peranannya pada
produk Visio, karena kandungan asam laurat yang mencapai kurang lebih 54 persen
dalam Visio sangat bermanfaat untuk menangkal virus, bakteri dan patogen lain, serta
membangun sistem kekebalan tubuh seperti halnya ASI.
Berdasarkan Tabel 15 sebanyak 43 persen dari responden sangat
memperhatikan kandungan asam laurat yang terdapat dalam Visio. Informasi tentang
kandungan asam laurat ini didapat responden sebagian besar dari teman dan penjual
secara langsung kemudian sumber internet dan majalah. Semantara itu 57 persen dari
responden tidak memperhatikan kandungan asam laurat karena belum mengetahui
banyak tentang informasi dan kelebihan asam laurat.
59
Tabel 15. Sebaran Responden Yang Sangat Memperhatikan Kandungan Asam Laurat
Yang Terdapat Pada Produk Visio.
Memperhatikan Kandungan Asam Laurat
Yang Terdapat Pada Produk Visio
Ya
Jumlah
Responden
43
Persentase (%)
43
Tidak
57
57
Total
100
100
Berdasarkan Tabel 16, responden menginginkan rasa atau aroma yang
berbeda.
Rasa atau aroma khas kelapa yang terdapat pada produk Visio hanya
diinginkan sebagian responden yaitu sebesar 28 persen, hal ini disebabkan 28
responden tersebut tidak menginginkan perubahan rasa alami kelapa, alasannya
karena keunikan dari Visio adalah aroma kelapa. Semantara itu sebanyak 72 persen
dari responden menginginkan rasa atau aroma yang lain dari produk Visio. Hal ini
menunjukkan keinginan responden untuk merasakan aroma khas selain kelapa.
Perubahan rasa atau aroma untuk Visio perlu diperhatikan, karena akan berpengaruh
terhadap respon konsumen, keinginan responden untuk merasakan aroma khas
tersebut didasarkan pada banyaknya merek VCO lain yang memiliki rasa atau aroma
lain seperti rasa jahe dan mint.
Tabel 16. Sebaran Responden Yang Menginginkan Rasa Atau Aroma Lain Dari
Produk Visio Selain Rasa Alaminya.
Menginginkan Rasa Atau Aroma Lain Dari
Produk Visio Selain Rasa Alaminya
Jumlah
Responden
Persentase (%)
Ya
72
72
Tidak
28
28
Total
100
100
60
Berdasarkan penelitian, responden yang menginginkan rasa atau aroma jahe
sebanyak 29 persen dari 72 responden, sedangkan untuk rasa buah – buahan sebanyak
8 responden. Semantara itu, responden yang menginginkan rasa mint sangat tinggi
yaitu sebesar 43 responden.
Tabel 17. Sebaran Responden Menurut Pilihan Rasa Atau Aroma Yang Diinginkan
Dalam Produk Visio.
Pilihan Rasa Atau Aroma Yang Diinginkan
Dalam Produk Visio
Jahe
Jumlah
Responden
21
Persentase (%)
29
Mint
43
60
Aroma Buah - buahan
8
11
Total
72
100
6.1.4. Keputusan Pembelian
Tindakan pembelian adalah tahap besar terakhir di dalam model perilaku
konsumen.
Berdasarkan Tabel 18 mengenai keputusan pembelian, diketahui
bahwa.responden yang memutuskan pembelian produk Visio dengan direncanakan
terlebih dahulu sebanyak 43 responden.
Hal ini menunjukkan bahwa responden
percaya bahwa Visio dapat menyembuhkan penyakit dan apabila persediaan sudah
habis maka responden akan merencanakan pembelian ulang.
Responden yang
memutuskan pembelian Visio secara mendadak sebanyak 33 persen, karena sebagian
responden membeli Visio dengan tidak direncanakan, sedangkan 24 persen
melakukan pembelian tergantung situasi.
Hal ini dikarenakan karena responden
membeli Visio pada saat adanya keluhan kesehatan, sehingga situasi kondisi
kesehatan mempengaruhi responden dalam membeli dan mengkonsumsi Visio.
61
Tabel 18. Sebaran Responden Menurut Cara Memutuskan Pembelian Produk Visio.
Cara Memutuskan Pembelian Produk Visio
Terencana
Jumlah
Responden
43
Persentase (%)
43
Tergantung Situasi
24
24
Mendadak
33
33
Total
100
100
Berdasarkan Tabel 19, sebanyak 18 responden menanggapi bahwa alasan
utama dalam membeli Visio adalah Izin Depkes. Hal ini menunjukkan produk Visio
aman untuk dikonsumsi dan terdaftar di Departemen Kesehatan.
Sebanyak 13
responden dengan alasan komposisi produk Visio jelas, sehingga mempermudah
responden mengetahui kandungan yang terdapat dalam Visio. Sebanyak 35 persen
dari responden menanggapi bahwa alasan utama untuk membeli Visio adalah manfaat
dan hasil khasiatnya terbukti. Hal ini disebabkan karena responden mendapatkan
informasi mengenai khasiat Visio dari keluarga dan kerabat yang pernah
mengkonsumsi Visio terlebih dahulu. Untuk Kejelasan tanggal kadaluarsa sebanyak
15 persen. Hal ini karena responden dapat melihat tanggal kadaluarsa dengan jelas
yang tertera pada kemasan, sehingga akan mempermudah responden untuk
mendapatkan informasi me ngenai batas waktu Visio masih dapat dikonsumsi.
62
Tabel 19. Sebaran Responden Menurut Alasan Utama Membeli Produk Visio.
Alasan Utama Membeli Produk Visio
Harga
Jumlah
Responden
3
Persentase (%)
3
Kandungan komposisi produk jelas
13
13
Terdapat izin DepKes
18
18
Manfaat dan hasilnya Terbukti
35
35
Mudah didapat
4
4
Tanggal kadaluarsa jelas
15
15
Total
100
100
Pada Tabel 20 dapat dilihat frekuensi pembelian yang dilakukan responden
dalam 3 bulan terakhir. Responden yang membeli 1 kali dalam 3 bulan sebanyak 24
persen. Pembelian yang dilakukan 24 responden sebanyak 1 kali, dengan alasan
bahwa responden tersebut hanya sekedar mencoba produk Visio dan akan
mengkonsumsi ulang apabila Visio tersebut cocok dengan responden. Sebanyak 33
responden yang membeli Visio 2 kali dalam 3 bulan karena ingin memelihara
kesehatan tubuh dengan mencoba Visio dan mempercayai bahwa Visio tersebut dapat
memberikan asupan alami sehingga dapat mencegah penyakit sejak dini. Sedangkan
sebanyak 43 responden yang membeli Visio dalam 1 kali sebulan, alasannya karena
responden tersebut ingin mengkonsumsi secara rutin agar hasil khasiat dari Visio
tersebut dapat dirasakan dan dapat mengobati penyakit. Hal ini menunjukkan bahwa
43 persen dari responden mempercayai khasiat yang terdapat pada Visio.
63
Tabel 20. Sebaran Responden Menurut Frekuensi Pembelian Produk Visio Dalam 3
Bulan Terakhir.
Frekuensi Pembelian Produk Visio Dalam 3
Bulan Terakhir
1 kali
Jumlah
Responden
24
Persentase (%)
24
2 kali
33
33
3 kali
43
43
Total
100
100
6.1.5. Hasil Pembelian / Evaluasi Pembelian
Konsumen masih harus melakukan evaluasi pasca pembelian, yaitu suatu
proses yang dialami konsumen setelah mengkonsumsi suatu produk.
Apabila
konsumen merasakan puas dalam pemakaian suatu produk maka kemungkinan akan
melakukan pembelian kembali di masa datang, semantara itu jika konsumen tidak
puas, maka konsumen akan kembali mencari berbagai informasi produk yang
dibutuhkannya. Proses ini akan berulang sampai konsumen menemukan kepuasan
atas keputusan pembeliannya.
Tabel 21, menjelaskan bahwa 76 persen dari responden me rasa puas dengan
produk Visio. Hal ini menunjukkan bahwa khasiat dari produk Visio sudah dirasakan
oleh responden yang ingin mengobati penyakit dan memelihara kesehatan. Sebanyak
11 responden merasa biasa saja dengan produk Visio dan 13 persen menanggapi
bahwa tidak merasa puas terhadap produk Visio. Responden tersebut tidak merasakan
adanya kelebihan dari Visio dan perubahan kesehatan.
64
Tabel 21. Sebaran Responden Menurut Kepuasan Terhadap produk Visio.
Kepuasan Responden Terhadap produk Visio
Ya
Jumlah
Responden
76
Persentase (%)
76
Tidak
13
13
Biasa saja
11
11
Total
100
100
Berdasarkan Tabel 22, sebanyak 76 responden menyatakan akan melakukan
pembelian ulang. Hal ini disebabkan kepuasan yang dirasakan oleh responden.
Sebanyak 24 responden menyatakan tidak akan melakukan pembelian ulang. Hal ini
disebabkan karena 13 responden merasa tidak cocok untuk mengkonsumsi Visio, 6
responden menyatakan bahwa produk Visio susah untuk dicari dan sisanya 5
responden tertarik untuk membeli dan mengkonsumsi VCO merek lain.
Tabel 22.
Sebaran Responden Menurut Motivasi Untuk Melakukan Pembelian
Ulang.
Motivasi Untuk Melakukan Pembelian
Ulang
Ya
Jumlah
Responden
76
Persentase
(%)
76
Tidak
24
24
Total
100
100
Hasil penelitian mengenai respon konsumen terhadap kenaikan harga produk
Visio dapat dilihat pada Tabel
23.
Sebanyak
60 persen menunjukkan bahwa
responden cenderung tetap akan membeli produk Visio, terutama bagi responden
dengan frekuensi sering mengkonsumsi Visio untuk mengobati penyakit. Sebanyak
25 persen menanggapi jika produk Visio mengalami kenaikan harga, maka 25
responden tersebut akan membeli merek VCO lain, hal ini menunjukkan bahwa
responden belum merasa cocok dengan Visio, sehingga membeli produk merek lain
65
yang lebih murah, sedangkan untuk 15 responden tidak akan membeli Visio jika
mengalami kenaikan harga.
Tabel 23. Sebaran Responden Apabila Ada Kenaikan Harga Produk Visio.
Apabila Ada Kenaikan Harga Produk Visio.
Akan tetap membeli
Jumlah
Responden
60
Persentase (%)
60
Membeli merek yang lebih murah
25
25
Tidak jadi membeli
15
15
Total
100
100
6.2.
Proses Keputusan Pembelian Visio Secara Keseluruhan
Proses keputusan pembelian terbagi menjadi lima tahap, yaitu tahap
pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian
dan hasil atau evaluasi pembelian.
Berdasarkan Tabel 24, tahap awal yaitu
pengenalan kebut uhan, motivasi responden
tertinggi sebanyak 43 persen adalah
motivasi untuk pengobatan penyakit. Hal ini menjelaskan bahwa responden memiliki
kepercayaan terhadap produk Visio untuk mengobati penyakit responden. Manfaat
yang diharapkan dari pembelian Visio adalah dapat menyembuhkan penyakit yang
diderita responden. Hal ini menunjukkan bahwa responden telah mengenal Visio dan
telah mengetahui manfaat dan khasiat yang didapat dari produk Visio.
Tahap kedua adalah pencarian informasi, sebagian besar responden
memperoleh informasi mengenai produk Visio adalah dari teman atau kerabat sebesar
34 persen. Hal ini disebabkan karena 34 responden tersebut mendapatkan informasi
dari teman atau kerabat yang sudah terlebih dahulu mengkonsumsi Visio sebelumnya
dan merekomendasikan kepada responden untuk mengkonsumsi Visio.
66
Tahap berikutnya adalah evaluasi alternatif. Hal pertama yang menjadi
pertimbangan sebagian besar responden adalah khasiat dari Visio sebanyak 35 persen,
alasannya karena sebagian besar responden telah mengetahui khasiat tersebut dari
informasi teman yang telah mengkonsumsi. Pertimbangan kedua adalah Izin DepKes
sebesar 18 persen responden menanggapi bahwa Izin DepKes merupakan
pertimbangan utama dalam memilih Visio, karena dengan adanya izin DepKes
tersebut memberikan informasi kepada responden bahwa Visio tersebut aman untuk
dikonsumsi.
Bagian penting lain dari produk Visio adalah kandungan asam laurat yang
terdapat dalam produk. Sebanyak 43 persen dari responden sangat memperhatikan
kandungan asam laurat yang terdapat dalam Visio. Informasi tentang kandungan
asam laurat ini didapat dari sumber internet, majalah, teman dan penjual secara
langsung.
Rasa atau aroma khas kelapa yang terdapat pada produk Visio hanya
diinginkan sebagian responden yaitu sebesar 28 persen. Semantara itu sebanyak 72
persen menginginkan rasa atau aroma yang lain dari produk Visio. Hal ini
menunjukkan keinginan responden untuk merasakan aroma khas selain kelapa.
Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 43 responden menginginkan rasa mint sebagai
rasa yang sangat diminati konsumen.
Tahap selanjutnya adalah keputusan pembelian. Berdasarkan hasil penelitian
mengenai keputusan pembelian diketahui bahwa.responden yang memutuskan
pembelian produk Visio dengan direncanakan terlebih dahulu sebanyak 43 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa responden mempercayai Visio dapat menyembuhkan
penyakiti dan apabila persediaan sudah habis maka responden akan merencanakan
pembelian ulang. Sebanyak 35 persen dari responden menanggapi bahwa alasan
utama untuk membeli Visio adalah manfaat dan hasil khasiatnya terbukti. Hal ini
67
disebabkan karena responden mendapatkan informasi mengenai khasiat Visio dari
keluarga dan kerabat.
Tahap terakhir adalah hasil pembelian atau evaluasi pembelian, me njelaskan
bahwa 76 responden merasa puas dengan produk Visio. Hal ini menunjukkan bahwa
khasiat dari produk Visio sudah dirasakan baik responden yang ingin mengobati
penyakit dan memelihara kesehatan. Dari hasil penelitian diperoleh sebanyak 76
persen menyatakan akan melakukan pembelian ulang. Hal ini disebabkan kepuasan
yang dirasakan oleh responden dan mempercayai Visio dapat menyembuhkan
penyakit dan dapat mencegah penyakit sejak dini dengan mengkonsumsinya secara
rutin.
Tabel 24. Proses keputusan Pembelian Visio
Proses Keputusan Pembelian
Pengenalan
Motivasi untuk pengobatan penyakit
Jumlah
Persentase
Responden
(%)
43
43
Kebutuhan
Pencarian
Informasi
Evaluasi alternatif
Keputusan
pembelian
Hasil pembelian
Memperoleh informasi Visio dari teman
atau kerabat
33
33
Pertimbangan utama dalam menentukan
pilihan terhadap Visio adalah khasiat
Menginginkan rasa atau aroma selain
rasa alami Visio
Pilihan rasa atau aroma mint yang
diinginkan dalam produk Visio
keputusan responden dalam pembelian
Visio dengan terencana
35
35
72
72
43
60
43
43
alasan utama membeli Visio adalah
manfaat dan khasiatnya terbukti
Menurut kepuasan terhadap Visio
35
35
76
76
68
6.3.
Analisis Sikap Responden Terhadap Atribut Visio.
Model sikap multiatribut menjelaskan suatu hubungan antara pengetahuan
produk yang dimiliki konsumen dan sikap terhadap produk berkenaan dengan ciri
atau atribut produk.
Model angka ideal, sebagai salah satu dari model sikap
multiatribut memberikan informasi berkenaan dengan merek ideal dan juga informasi
tentang bagaimana merek yang sudah ada dipandang konsumen. Skor selisih terkecil
atau nol dianggap paling baik karena paling mendekati atau cocok sempurna dengan
konfigurasi atribut yang ideal (Engel, 1994).
Pengukuran sikap dilakukan pada responden secara keseluruhan yaitu
sebanyak 100 orang. Selisih pada performansi ideal (Ii) dengan tingkat kepercayaan
(Xi) terhadap produk dinyatakan dengan angka mutlak, semakin besar selisih
keduanya maka atribut tersebut harus menjadi prioritas utama untuk diperhatikan
perusahaan karena atribut tersebut dianggap masih jauh dari keinginan konsumen.
Berdasarkan Tabel
25 dapat dilihat atribut yang belum sesuai dengan
keinginan responden dan perlu diperhatikan oleh perusahaan karena mempunyai nilai
selisih yang cukup besar antara tingkat ideal (Ii) dengan kepercayaan (Xi) adalah
atribut ketersedian produk (1,90), kemasan produk (1,34), rasa atau aroma (1,28).
Ketersediaan produk Visio di pasaran dinilai penting oleh responden. Hal ini
disebabkan karena responden menginginkan Visio dapat dengan mudah ditemukan.
Ketersediaan produk di pasaran dengan skor besar yaitu 1,90 nilainya masih jauh dari
ideal. Kepercayaan performansi aktual produk (Xi) dinilai 2,69 oleh responden,
artinya ketersediaan produk belum terlalu bagus hal ini berkaitan masih adanya 32
responden yang sulit memperoleh produk Visio. Nilai sikap dari Visio sebesar 7,58
artinya atribut ketersediaan produk menjadi sangat utama yang harus diperhatikan
69
karena atribut tersebut dianggap masih jauh dari keinginan konsumen dan perusahaan
harus membenahi pendistribusian produk Visio.
Atribut selanjutnya adalah kemasan produk, nilai selisih antara harapan ideal
yang diinginkan dan kepercayaan terhadap Visio sebesar 1,34 artinya atribut kemasan
Visio belum ideal.
Nilai harapan ideal yang diinginkan konsumen sebesar 3,85
artinya responden menilai kemasan produk harus bagus, sedangkan nilai kepercayaan
konsumen terhadap kemasan Visio sebesar 2,51 artinya kemasan Visio dianggap biasa
saja. Nilai sikap sebesar 4,80 artinya semakin besar nilai tersebut maka perusahaan
perlu memperhatikan atribut kemasan produk dan melakukan perubahan kemasan
sehingga menjadi menarik.
Atribut rasa atau aroma merupakan salah satu atribut yang perlu diperhatikan
karena memiliki nilai selisih antara kepercayaan dan ideal sebesar 1,28. Nilai tingkat
kepentingan diperoleh 4.08 artinya atribut ini penting untuk dipertimbangkan
responden. Nilai tingkat ideal sebesar 4,15 artinya responden menginginkan rasa lain
selain rasa khas kelapa. Untuk kepercayaan aktual atribut rasa Visio dinilai biasa saja
oleh responden karena hanya diperoleh nilai sebesar 2,87. Rasa atau aroma Visio
yang ada saat ini masih mengandalkan rasa alami kelapa. Tetapi jika dilihat dari
pilihan rasa yang diinginkan responden, sebanyak 60 persen dari 72 responden
menginginkan rasa mint, 29 persen menginginkan rasa jahe dan hanya 11 persen yang
menginginkan rasa buahan. Nilai sikap (Wi|Ii – Xi| ) sebesar 5,22 artinya perusahaan
harus memperhatikan dan memperbaharui rasa yang diinginkan konsumen.
70
Tabel 25. Hasil Penilain Sikap Konsumen Terhadap Produk VCO Merek Visio
Importance Ideal Kepercayaan aktual
No
atribut
( Ii - Xi ) Wi | Ii – Xi |
(Wi)
(Ii)
(Xi)
1
harga
3.94
2.52
3.5
-0.98
3.86
2
warna cairan
3.33
3.85
3.45
0.4
1.33
3
rasa atau aroma
4.08
4.15
2.87
1.28
5.22
4
kemasan produk
3.58
3.85
2.51
1.34
4.80
5
kejelasan kadaluarsa
4.18
4.55
4.07
0.48
2.01
6
ketersediaan produk
3.99
4.59
2.69
1.9
7.58
7
komposisi produk
3.98
4.19
3.44
0.75
2.99
8
khasiat
4.23
4.68
4.21
0.47
1.99
9
kualitas produk
4.23
3.84
3.54
0.3
1.27
10
higienis
3.72
3.77
3.24
0.53
1.97
11
merek
3.53
3.57
3.16
0.41
1.45
12
Izin DepKes
4.41
4.39
4.03
0.36
1.59
Skor Total Sikap
36.05
Interpretasi Sikap
BAIK
Atribut selanjutnya adalah Komposisi produk Visio yang dinilai penting bagi
responden, karena responden dapat mengetahui dengan jelas apa saja yang terkandung
dalam Visio.
Nilai tingkat kepentingan sebesar 3,98 artinya komposisi produk
penting bagi konsumen.
Tingkat kepercayaan aktual terhadap komposisi Visio
sebesar 3,44 artinya kepercayaan terhadap komposisi Visio dikategorikan baik
sedangkan tingkat ideal komposisi produk sebesar 4,19 artinya responden
menginginkan komposisi produk yang lengkap. Nilai sikap terhadap atribut sebesar
2,99 artinya komposisi produk sudah baik sehingga perusahaan tidak perlu lebih
banyak memfokuskan perhatian terhadap komposisi Visio.
71
Dilihat dari kandungan asam laurat, sebanyak 43 responden sangat
memperhatikan kandungan asam laurat karena kandungan yang dianggap baik adalah
asam laurat yang mencapai kurang lebih 52 persen, sedangkan responden yang sama
sekali tidak memperhatikan kandungan asam laurat sebanyak 57 persen karena
responden kurang memperhatikan maupun kurang memahami arti dari nilai komposisi
yang tercantum dalam kemasan.
Atribut berikutnya adalah harga (- 0,98), tanda negatif menandakan atribut ini
memiliki nilai kepercayaan melebihi nilai angka idealnya yang berarti responden
menilai harga Visio sedikit terlalu mahal, berdasarkan tabel angka ideal Visio untuk
atribut harga (Lampiran 4) terlihat bahwa 57 persen responden menginginkan harga
yang cukup murah dan 38 responden menginginkan harga yang murah. Atribut harga
mempunyai nilai kepentingan 3,94 artinya atribut harga sangat penting untuk
dipertimbangkan dalam keputusan pembelian. Harga memiliki nilai harapan ideal
sebesar 2,52 artinya responden menginginkan harga yang wajar dan tidak terlalu
mahal, sedangkan untuk tingkat kepercayaan atribut harga visio sebesar 3,5 artinya
harga Visio tersebut sedikit terlalu mahal.
Atribut yang dianggap sudah ideal dimata responden karena memiliki skor
yang paling kecil dibandingkan dengan 3 atribut sebelumnya adalah higienis (0,53)
karena responden menilai produk Visio higienis baik dari segi kemasan, segel tutup
botol dan isi Visio tersebut. Selanjutnya adalah atribut kejelasan tanggal kadaluarsa
(0,48) dengan nilai ideal yang diinginkan responden terhadap atribut ini sebesar 4,55
artinya produk Visio tersebut harus mencantumkan tanggal kadaluarsa dengan jelas.
Untuk tingkat kepercayaan aktual terhadap atribut ini sebesar 4,07 artinya tanggal
kadaluarsa yang tercantum pada kemasan Visio tertera dengan jelas.
72
Atribut berikutnya adalah khasiat dari Visio (0,47) karena nilai kepercayaan
aktual atribut ini sebesar 4,21 artinya sebagian besar responden sudah mempercayai
khasiat dari Visio, sebanyak 43 responden menilai bahwa khasiat Visio terbukti dan
nilai harapan ideal khasiat sebesar 4,68 menjelaskan bahwa khasiat Visio yang
diinginkan responden harus tinggi dan terbukti. Responden menilai atribut khasiat
memiliki nilai kepentingan sebesar 4,23 artinya responden memandang khasiat dari
Visio merupakan hal yang penting, sedangkan untuk nilai sikap yang diberikan
responden sebesar 1,99 artinya sebagian responden menilai bahwa khasiat dari Visio
terbukti.
Atribut selanjutnya adalah warna cairan dari Visio, selisih dari performansi
ideal produk dan nilai kepercayaan atribut sebesar 0,40 artinya mendekati ideal. Pada
performansi ideal warna yang diinginkan responden sebesar 3,85 artinya responden
menginginkan warna cairan yang bening, sedangkan tingkat kepercayaan responden
terhadap Visio sebesar 55 persen menanggapi warna cairan Visio cuk up bening.
Kepercayaan performansi aktual atribut warna cairan sebesar 3.45 artinya warna
cairan Visio tersebut cukup bening dan nilai sikap sebesar 1,33 artinya warna cairan
Visio menjadi salah satu hal yang tidak perlu diperhatikan.
Dalam menganalisis model angka ideal ini, selain melihat besar atau tidaknya
selisih skor antara angka ideal dengan angka kepercayaan, yang perlu juga
diperhatikan adalah nilai kepentingan dari masing – masing atribut tersebut.
Berdasarkan Tabel 25, atribut yang memiliki nilai kepentingan paling tinggi adalah
atribut izin DepKes (4,41). Hal ini menandakan bahwa responden menganggap izin
DepKes sebagai hal yang penting untuk produk Visio, meskipun demikian atribut izin
DepKes memiliki selisih skor antara angka ideal dengan angka kepercayaan yang
73
relatif kecil (0,36) dan bisa dikatakan bahwa atribut ini sudah cukup ideal di mata
responden.
Atribut ketersediaan produk memiliki nilai kepentingan sebesar 3,99 yang
berarti responden memandang ketersediaan produk Visio di pasaran merupakan hal
yang penting. Dengan melihat selisih skor tertinggi antara angka ideal dengan angka
kepercayaan sebesar 1,90 maka perusahaan hendaknya memperhatikan masalah
ketersediaan produk Visio di pasaran karena dinilai masih belum ideal di mata
responden.
Skor total (A) responden terhadap Visio sebesar 36,05 hal ini dapat diartikan
bila kita membuat batasan atau range penilaian keragaan atribut yang ideal menurut
responden dengan menggunakan skala interval (m – n) / b, dimana
m= skor tertinggi yang mungkin terjadi
n = skor terendah yang mungkin terjadi
b = jumlah skala penilaian yang ingin dibentuk
Skor sikap paling baik adalah 0, skor ini diperoleh bila kualitas ideal (Ii) sama
dengan kualitas yang dialami pada setiap atribut, sedangkan skor paling buruk adalah
bila kualitas pengalaman pada masing – masing atribut minimal satu. Berdasarkan hal
tersebut maka total skor dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
n
Ab =
∑
Wi Ii- Xi
i−1
Dimana:
Ab = Sikap terhadap merek
Wi = Pentingnya atribut i
I i = Performansi ideal pada atribut i (keinginan)
74
Xi = Kepercayaan mengenai performansi aktual merek pada atribut i
i
= Responden ke- i
n
= Jumlah atribut yang menonjol
untuk X = 1 yaitu skor paling rendah untuk performansi setiap atribut.
A = 3,94(2,52-1) + 3,33(3,85-1) + 4,08(4,15-1) + 3,58(3,85-1) + 4,18(4,55-1)
+ 3,99(4,59-1)+ 3,98(4,19-1) + 4,23(4,68-1) + 4,23(3,84-1)+3,72(3,77-1)
+ 3,53(3,57-1) + 4,41(4,39-1) = 142,30.
Skor maksimal yang mungkin adalah 142,30 sehingga rentang skalanya adalah
= (142,30 – 0) / 5 = 28,46. Batasan atau range penilaian keragaan atribut yang ideal
menurut responden yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26. Skala Linier Numerik
No
Skala
Keterangan
1
0 = A < 28,46
2
28,46 = A < 56,92
Baik
3
56,92 = A < 85,38
Netral
4
85,38 = A < 113,84
Buruk
5
113,84 = A < 142,30
Sangat Buruk
Sangat baik
Total skor nilai sikap responden terhadap atribut Visio adalah 36,05 skor nilai
ini termasuk dalam rentang skala 28,46
= A < 56,92 dimana secara keseluruhan
dari atribut Visio dipersepsikan baik di mata responden.
6.4.
Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Visio (IPA).
Salah satu cara untuk menentukan prioritas perbaikan terhadap atribut pada
produk Visio adalah dengan menggunakan alat bantu berupa analisis tingkat
kepentingan dan kinerja (Importance Performance Analysis). Model analisis kuadran
ini menggambarkan tingkat prioritas perbaikan berdasarkan tingkat kepentingan dan
75
kinerja.
Langkah selanjutnya setelah mendapatkan nilai rata – rata tingkat
kepentingan dan tingkat kinerja masing – masing atribut adalah memplotkan nilai –
nilai tersebut ke dalam diagram kartesius, yang terbagi dalam empat kuadran. Garis
tengah pembagi diperoleh dari nilai total rata – rata tingkat kepentingan ( Y ) sebesar
3,93 dan nilai total rata – rata tingkat kinerja ( X ) sebesar 3,39. Skor rata – rata
tingkat kepentingan dan kinerja secara keselur uhan dapat dilihat pada Tabel 27.
Tabel 27.
Perhitungan rata – rata dari penilaian kepentingan (Importance) dan
Kinerja (Performance) Pada Atribut Produk Visio.
No
Atribut Visio
Performance ( X )
Importance ( Y )
1
harga
3.5
3.94
2
warna cairan
3.45
3.33
3
rasa atau aroma
2.87
4.08
4
kemasan produk
2.51
3.58
5
kejelasan kadaluarsa
4.07
4.18
6
ketersediaan produk
2.69
3.99
7
komposisi produk
3.44
3.98
8
khasiat
4.21
4.23
9
kualitas produk
3.54
4.23
10
higienis
3.24
3.72
11
merek
3.16
3.53
12
Izin DepKes
4.03
4.41
3.39
3.93
Rata – rata ( X ,Y )
Pada Gambar 7, dapat dilihat posisi penempatan masing – masing atribut yang
terdapat dalam diagram kartesius yang dibagi menjadi empat kuadran dengan garis
tengah pembagi berdasarkan nilai total rata – rata tingkat kepentingan (Y )dan nilai
rata – rata tingkat kinerja ( X ).
76
IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS
(IPA)
4.6
12
Yi (IMPORTANCE)
4.4
I
4.2
9
II
5
8
3
6
4.0
.
3.8
7
1
10
4
3.6
IV
11
III
3.4
2
3.2
2.0
2.5
3.0
3.5
4.0
4.5
Xi (PERFORMANCE)
Gambar 7. Posisi Atribut Visio Dalam Diagram Kartesius Importance
Performance Analysis
Keterangan :
1. Harga
8. khasiat
2. Warna cairan
9. Kualitas produk
3. Rasa atau aroma
10. Higienis
4. Kemasan produk
11. Merek
5. Kejelasan tanggal kadaluarsa
12. Izin DepKes
6. Ketersediaan produk
7. Komposisi produk
77
Berdasarkan Gambar 7, maka dapat terlihat bahwa seluruh atribut Visio
menempatkan posisi sesuai dengan kuadrannya masing – masing.
A.
Kuadran 1 (Prioritas Utama)
Kuadran 1 diagram kartesius Importance Performance Analysis (IPA) berarti
tingkat kepentingan dari suatu atribut dianggap oleh konsumen adalah sangat penting
tetapi kinerja dari atribut ini dianggap rendah, dengan demikian atribut ini harus
menjadi prioritas utama bagi perusahaan. Atribut yang termasuk dalam kuadran ini
adalah atribut ketersediaan produk dan atribut rasa atau aroma. Ketersediaan produk
Visio di pasaran menurut responden masih kurang karena responden merasa kesulitan
dalam menemukan produk Visio dan masih terbatas pada apotik – apotik tertentu.
Ketersediaan produk sangat penting bagi konsumen karena dengan pendistribusian
yang merata akan memudahkan konsumen untuk membeli Visio.
Hal ini juga
berdampak pada peningkatan penjualan perusahaan. Oleh sebab itu perusahaan harus
memprioritaskan pendistribusian yang maksimal.
Aroma atau rasa merupakan atribut yang penting untuk dipertimbangkan
karena dengan banyaknya pilihan rasa membuat konsumen lebih leluasa menentukan
pilihan sesuai selera dan keinginan. Kinerja atribut Visio ini dinilai masih rendah jika
dibandingkan dengan tingkat kepentingan atribut yang diinginkan responden. Saat ini
perusahaan hanya menyediakan rasa asli dari Visio yaitu rasa atau aroma kelapa
sedangkan harapan konsumen menginginkan rasa lain seperti rasa jahe dan mint. Hal
ini harus diprioritaskan perusahaan dengan melakukan inovasi rasa baru sehingga
varian rasa tidak hanya rasa kelapa saja.
78
B.
Kuadran II (Pertahankan Prestasi)
Kuadran II diagram kartesius Importance Performance Analysis (IPA) berarti
tingkat kepentingan dari suatu atribut dianggap oleh konsumen adalah sangat penting
dan kinerja dari atribut ini dianggap sudah sesuai dengan keinginan responden,
dengan demikian atribut ini harus dipertahankan oleh perusahaan. Atribut yang
termasuk dalam kuadran ini adalah atribut kejelasan tanggal kadaluarsa, komposisi
produk, khasiat, harga, izin DepKes dan kualitas produk.
Atribut kejelasan tanggal kadaluarsa dinilai sangat penting oleh responden
karena dengan adanya kejelasan tanggal kadaluarsa dapat diketahui batas waktu Visio
untuk dikonsumsi. Untuk atribut komposisi produk masuk ke dalam posisi kuadran
II artinya konsumen menilai komposisi produk sangat penting dan kinerja atribut ini
tinggi karena terlihat jelas di kemasan dan jumlah komposisi yang tertera membuat
responden mengetahui berapa persen kandungan alami yang terdapat dalam produk
Visio.
Responden menilai atribut khasiat ini sangat penting dan menginginkan
khasiat Visio tersebut terbukti terutama bagi responden yang mengkonsumsinya
dengan tujuan dapat menyembuhkan penyakit, kinerja dari atribut ini dinilai sebagian
responden terbukti.
Atribut izin DepKes dinilai sangat penting oleh responden karena atribut ini
harus dicantumkan dalam setiap kemasan produk. Tingkat kinerja perusahaan dinilai
cukup baik karena atribut ini tertulis dengan jelas pada kemasan produk sehingga
mudah dibaca oleh responden. Atribut berikutnya adalah kualitas produk, dilihat dari
hasil produk yang memiliki kandungan asam laurat sebesar 54 persen, warna cairan
jernih dan kualitas kemasan yang tahan lama.
79
C.
Kuadran III (Prioritas Rendah)
Kuadran III diagram kartesius Importance Performance Analysis (IPA) berarti
tingkat kepentingan dan tingkat kinerja dari suatu atribut dianggap rendah oleh
konsumen. Atribut yang masuk dalam kuadran ini adalah atribut kemasan, higienis
dan merek.
Atribut kemasan menurut responden cukup penting karena kemasan
produk merupakan salah satu daya tarik saat responden ingin membeli suatu produk
tetapi kinerja dari atribut Visio ini masih rendah, oleh karena itu perusahaan perlu ada
inovasi perubahan kemasan. Atribut kemasan, higienis dan merek pada produk Visio
dianggap tidak terlalu menimbulkan masalah jika tidak diperbaiki oleh perusahaan
dalam waktu dekat. Namun perlu diperhatikan bahwa responden menilai kurang
terhadap kinerja ketiga atribut ini. Oleh karena itu perusahaan perlu meningkatkan
kinerja atribut tersebut di masa yang akan datang.
D.
Kuadran IV (Berlebihan)
Kuadran IV diagram kartesius Importance Performance Analysis (IPA) berarti
keberadaannya pada suatu produk dianggap tidak penting namun kinerja dari atribut
dianggap sudah baik oleh konsumen. Dengan demikian terjadi kesalahan prioritas
dalam pengalokasian sumberdaya. Untuk atribut yang termasuk kedalam kuadran IV
ini lebih baik dikurangi kinerjanya dan dialokasikan kepada atribut lainnya yang
termasuk ke dalam kuadran 1 (prioritas utama). Atribut yang termasuk dalam kuadran
ini adalah atribut warna cairan, walaupun kinerja atribut ini berlebihan tetapi cukup
memuaskan responden sehingga tidak akan mempengaruhi konsumen dalam membeli
Visio.
80
6.5.
Formulasi Strategi Bauran Pemasaran Visio
Menurut Kotler (1997), strategi pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran
yang digunakan perusahan untuk terus menerus mencapai saluran perdagangan
sampai dengan konsumen akhir.
Alat-alat bauran pemasaran terdapat empat
kelompok yang lebih dikenal dengan 4 P yaitu Produk, Harga, Tempat dan Promosi.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari proses keputusan pembelian, alat analisis
Model Angka Ideal dan Importance Performance Analysis, diperoleh beberapa
formula strategi pemasaran yang dapat dilakukan perusahaan untuk memasarkan
produk Visio dengan beberapa perubahan alternatif strategi pemasaran.
Strategi
pemasaran yang dapat dilakukan perusahaan adalah sebagai berikut.
a.
Strategi Harga
Penetapan strategi harga yang dilakukan perusahaan sudah baik. Hal ini
berdasarkan hasil Importance Performance Analysis bahwa atribut harga terdapat
dalam kuadran II, artinya harga yang telah ditetapkan perusahaan sudah sesuai dengan
keinginan konsumen karena harganya tidak terlalu mahal. Oleh karena itu, maka
perusahaan tetap mempertahankan harga yang ada saat ini.
b.
Strategi Produk
Berkaitan dengan strategi produk, perbaikan kualitas fisik dari produk Visio
yang lebih diutamakan adalah penambahan varian rasa atau aroma dan perubahan
kemasan. Berdasarkan hasil dalam proses pengambilan keputusan, pada atribut
produk terlihat bahwa konsumen menginginkan adanya inovasi terhadap rasa atau
aroma selain rasa alami kelapa yaitu rasa jahe dan mint. Oleh karena itu penambahan
variasi rasa atau aroma pada produk Visio perlu dilakukan perusahaan agar dapat
menarik minat responden yang tidak menyukai rasa yang ditawarkan saat ini.
81
Selain itu atribut kemasan pada produk Visio juga perlu dilakukan perubahan,
salah satunya adalah memperbaharui kemasan produk denga n cara mengubah bentuk
disain dan warna label pada kemasan dan penambahan kemasan kotak agar terlihat
lebih baik sehingga dapat bersaing dengan produk VCO lainnya. Atribut – atribut
lainnya dari produk Visio yang tingkat kinerja tetap dipertahankan adalah khasiat,
komposisi produk, kejelasan tanggal kadaluarsa, izin DepKes dan kualitas produk.
c.
Strategi Tempat (distribusi)
Sistem distribusi merupakan salah satu bagian penting dalam alur pemasaran
suatu produk.
Sistem distribusi yang baik akan memudahkan konsumen dalam
mendapatkan produk Visio. Berdasarkan hasil analisis Angka Ideal bahwa atribut
ketersediaan produk dinilai belum ideal karena responden merasa kesulitan dalam
memperoleh Visio dan pada analisis IPA atribut ketersediaan merupakan atribut yang
diprioritaskan paling utama Oleh karena itu strategi pemasaran harus diubah agar
pendistribusian dapat merata. Strategi yang dikembangkan dapat berupa penambahan
tenaga penjualan dan penambahan jumlah outlet apotik sehingga memudahkan
konsumen dalam membeli produk Visio.
d.
Promosi
Iklan merupakan salah satu sarana promosi yang efektif untuk memberikan
pengetahuan, mengingatkan dan mendorong konsumen untuk membeli produk
tertentu. Sehingga untuk mendapatkan sasaran yang tepat, perusahaan hendaknya
melakukan promosi dengan menggunakan media promosi yang tepat.
Berdasarkan hasil dalam proses keputusan pembelian, sebagian besar
responden mendapatkan informasi dari kerabat dan keluarga yang sudah
mengkonsumsi Visio, sehingga konsumen yang telah merasakan khasiatnya secara
tidak langsung menciptakan promosi terhadap produk Visio.
82
Perusahaan perlu memperhatikan promosi yang ada saat ini, karena promosi
yang dilakukan perusahaan masih dalam bentuk penyebaran pamflet, leaflet, brosur di
seluruh outlet yang menyediakan produk Visio. Promosi yang dapat dilakukan berupa
pemasangan iklan pada spanduk – spanduk di jalan, majalah pertanian lainnya, selain
itu dapat juga membuat sampel sachet kecil yang disebarkan dengan tujuan
memberikan informasi kepada masyarakat bahwa Visio merupakan produk VCO yang
baik untuk dikonsumsi oleh konsumen sehingga menambah luas informasi tentang
adanya produk Visio di pasaran.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Pada tahapan pengenalan kebutuhan, motivasi awal tujuan membeli Visio
sebagian responden adalah untuk pengobatan penyakit.
pencarian informasi,
Pada tahapan proses
sebagian besar responden mendapatkan informasi dari
teman kerabat dan keluarga. Tahapan selanjutnya adalah evaluasi alternatif, hal
yang menjadi pertimbangan utama adalah khasiat karena sebagian besar
responden telah mengetahui khasiat tersebut dari informasi teman yang telah
mengkonsumsi Visio terlebih dahulu. Selain itu Responden juga menginginkan
rasa atau aroma yang berbeda, sebagian besar menginginkan rasa atau aroma Jahe
dan mint dari produk Visio. Tahapan berikutnya adalah hasil pembelian,
menjelaskan bahwa responden merasa puas dengan produk Visio dan akan
melakukan pembelian ulang
Dalam analisis Model Angka Ideal, nilai total sikap responden terhadap
produk Visio adalah 36,05 artinya produk Visio termasuk dalam kategori baik
dimana secara keseluruhan atribut Visio dipresepsikan baik dimata konsumen.
Hasil analisis Importance Performance Analysis menjelaskan bahwa atribut
ketersediaan produk dan rasa atau aroma berada pada kuadran 1 dengan demikian
atribut ini harus menjadi prioritas utama. Pada kuadran II terdapat atribut harga,
kejelasan tanggal kadaluarsa, komposisi produk, khasiat, izin DepKes dan kualitas
84
produk. Pada kuadran kuadran III terdapat atribut kemasan produk, higienis dan
merek, sedangkan pada kuadran IV adalah atribut warna cairan.
7.2. Saran
a.
Pihak perusahaan PT. Bogor Agro Lestari selaku produsen Visio perlu untuk
meningkatkan kinerja atribut produknya seperti atribut ketersediaan produk,
rasa atau aroma karena masih jauh dari ideal yang diinginkan konsumen.
Ketersediaan produk Visio merupakan prioritas utama yang harus dilakukan
perusahaan, oleh sebab itu maka strategi yang dikembangkan dapat berupa
penambahan tenaga penjualan dan penambahan jumlah outlet apotik
sehingga memudahkan konsumen dalam membeli produk Visio.
b.
Pengembangan inovasi produk dengan penambahan varian rasa dapat
dilakukan perusahaan, karena sebagian besar responden menginginkan rasa
atau aroma jahe dan mint selain rasa alami kelapa.
DAFTAR PUSTAKA
Amandalia, K. 2003. Analisis Strategi Promosi Suplemen Kesehatan Sanotake
Pada PT. Combiphar. Skripsi. Jurusan Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Aminingtyas, R. 2005. Analisis Tingkat Kepuasan Pelanggan Klinik Tradisional
Mahkota Dewa (Studi kasus di PT. Mahkota Dewa Indonesia, Jakarta).
Departemen Ilmu – Ilmu Sosial Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian bogor.
Asia Pacipic Coconut Community. 2004. APCC
Badan Pusat Statistik. 2006. Kota Bogor Dalam Angka. Bogor : BPS Kota
Bogor.
Dwiyuni, Maya. 2006. Kajian Sifat Kimia Ekstraksi Minyak Kelapa Murni
(Virgin Coconut Oil, VCO) Dengan Metode Pembekuan Krim Santan.
Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Engel, James F; Blackwell, Roger D; Miniard, Paul W. 1994. Perilaku
Konsumen. Jilid I & II., Edisi Keenam. Jakarta : Binarupa Aksara.
Kotler, Philips. 1997.
Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan,
Implementasi dan Kontrol. Jilid 2. Jakarta : Prenhallindo.
------------------.
2000.
Prenhallindo
Manajemen Pemasaran.
Jilid I & II.
Jakarta
:
Lestari, Bogor Agro PT. 2006. Laporan Penjualan. Arsip. Bogor : PT. Bogor
Agro Lestari. Bogor.
Nazir, M. 1983. Metode Penelitian. Cetakan 3. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Putra, Ferdian. 2002. Rancangan Strategi Pemasaran Produk minuman Ekstrak
Mengkudu Merek AMORNONIE (Studi kasus di PT. Agrotek, Bogor).
Skripsi. Bogor. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian bogor.
Putricia, Dhita. 2002. Analisis Positioning Produk Jamu Kesehatan Merek Bukti
Mentjos Pada Industri Jamu Tradisional Bukti Mentjos. Jakarta Pusat.
Skripsi. Jurusan Ilmu – Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas
Pertanian Bogor.
Republik Indonesia. 1999. Undang – Undang Nomor 8 Tentang Perlindungan
Konsumen.
Rindengan, Barlin. Novarianto, Hengky. 2005. Minyak Kelapa Murni :
Pembuatan dan Pemanfaatan. Depok : Penebar Swadaya.
Simamora, Bilson. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Supratin, Maya. 2005. Analisis Penawaran Dan Permintaan Ekspor Minyak
Kelapa Indonesia. Skripsi. Departemen Ilmu – Ilmu Sosial dan
Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian bogor.
Bogor
Usman, Umran. 2003. Perilaku Mahasiswa IPB Dalam Keputusan Pembelian
Minuman Berserat Instant. Skripsi. Jurusan Ilmu – Ilmu Sosial
pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian bogor.
Wirakartakusumah, M.A. TR. Muchtadi, A.M. Syarif, Rokhani, Sugiyono. 1993.
Agroindustri Kelapa Dalam Prosiding Konferensi Nasional Kelapa III,
Buku III. Seri Pengembangan Pusat Pengembangan Tanaman Industri,
Bogor. No.25:205-220.
88
Lampiran 1. Standar APCC untuk Virgin Coconut Oil
No
Asam Lemak
Standar APCC
Standar VISIO
1.
Kaproat (C 6:0)
0.4 -0.6
0.51
2.
Kaprilat (C 8:0)
5.0 – 10.0
6.01
3.
Kaprat (C 10:0)
4.5 – 8.0
6.01
4.
Laurat (C 12:0)
43.0 – 53.0
55.79
5.
Miristat (C 14:0)
16.0 – 21.0
10.89
6.
Palmitat (C 16:0)
7.5 – 10.0
7.58
7.
Stearat (C 18:0)
2.0 4.0
3.87
8.
Oleat (C 18:1)
5.0 – 10.0
1.25
9.
Linoleat (C 18:2)
1.0 – 2.5
1.55
> 0.5
0.00
10. Linolenat (C 18:3) – (C 24:1)
Sumber : PT. Bogor Agro Lestari – LIPI Bogor. 2006.
89
Lampiran 2. Kandungan Asam Laurat Kelapa di Indonesia
Kandungan asam laurat ( %)
No.
Daerah sumber kelapa
R1
R2
1
Cianjur ( Jawa Barat)
50.11
50.46
2
Denpasar (Bali)
50.01
50.04
3
Ende (Flores)
55.01
53.46
4
Klaten (Jawa Tengah)
49.01
49.21
5
Lombok Timur
50.01
50.04
6
Maumere (NTT)
50.11
50.04
R1 = Percobaan pertama, R2 = Percobaan kedua
Sumber : LIPI – Bogor. 2006
90
Lampiran 3. Tahap Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
No
1
2
3
No
Tahap Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Pengenalan Kebutuhan
a. Motivasi responden dalam melakukan pembelian Visio
Ingin sekedar mencoba
Pengobatan penyakit
Memelihara kesehatan
b. Manfaat utama yang ingin responden harapkan dari Visio
Pemenuhan asupan alami tercukupi
Dapat menjaga kesehatan tubuh
Dapat menyembuhkan penyakit
Pencarian Informasi
a. Responden mendapatkan informasi tentang produk Visio
Internet
Majalah / tabloid kesehatan
Anggota keluarga
Iklan di Koran / TV/ radio
Penjual secara langsung
Teman / kerabat
b. Sumber informasi yang paling mempengaruhi responden membeli Visio
Majalah / tabloid kesehatan
Anggota keluarga
Iklan di Koran / TV/ radio
Penjual secara langsung
Teman / kerabat
c. Berdasarkan jumlah informasi, yang menjadi fokus perhatian responden
harga
kejelasan tanggal kadaluarsa
komposisi produk
khasiat
Izin DepKes
Evaluasi Alternatif
a. Dasar pertimbangan utama responden dalam menntukan pilihan terhadap Visio
harga
kejelasan tanggal kadaluarsa
ketersediaan produk
komposisi produk
khasiat
kualitas produk
Izin DepKes
b. Responden memperhatikan kandungan asam laurat
Ya
Tidak
c. Responden yang menginginkan rasa atau aroma lain dari Visio
Ya
Tidak
d. Rasa yang disukai menurut responden selain rasa alaminya
Jahe
Mint
Aroma buah – buahan
Tahap Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
(%)
24
43
33
24
33
43
11
9
26
5
16
33
9
26
5
16
33
19
10
12
35
24
3
15
4
13
35
12
18
43
57
72
28
21
43
8
(%)
91
Lampiran 3. (Lanjutan).
4
5
Keputusan Pembelian
a. Cara responden memutuskan pembelian Visio
Terencana
Tergantung situasi
Mendadak
b. Alasan utama responden membeli produk VCO dengan merek Visio
harganya lebih murah
Kandungan komposisi jelas
Terdapat izin DepKes
Manfaat dan hasil terbukti
Mudah didapat
c. Responden melakukan pembelian produk Visio dalam 3 bulan terakhir sebanyak
1 kali
2 kali
3 kali
Hasil pembelian / evaluasi pembelian
a. Apakah responden merasa puas dengan produk Visio yang biasa dibeli
Ya
Tidak
Biasa saja
b. Responden yang berniat melakukan pembelian kembali atau ulang
Ya
Tidak
c. Jika responden menjawab tidak alasannya mengapa
Tidak cocok dengan diri responden
Produknya susah dicari
Tertarik dengan merek VCO lainnya
d. Yang dilakukan responden jika tidak menemukan Visio ditempat biasa dibeli
Mencari ditempat lain
Mencari merek alternatif pengganti
Tidak jadi membeli produk VCO
e. Jika harga Visio naik, maka responden akan
tetap membeli Visio
Membeli produk lain yang lebih murah
Tidak jadi membeli
43
25
32
3
13
18
35
4
24
33
43
76
13
11
76
24
13
6
5
59
26
15
60
25
15
92
Lampiran 4. Tingkat Kepentingan, Performansi Ideal dan Tingkat Kepercayaan
atribut Visio Menurut Responden
Tingkat kepentingan Atribut (Wi)
no
atribut
1harga
2warna cairan
3rasa atau aroma
4kemasan produk
5kejelasan kadaluarsa
6ketersediaan produk
7komposisi produk
8khasiat
9kualitas produk
10higienis
11merek
12Izin DepKes
rata - rata
Nilai
STP TP CP
1 2 3
0 1 29
0 7 59
0 3 19
2 6 44
0 0 26
0 0 21
0 0 32
0 0 22
0 0 15
0 0 46
0 2 53
0 0
6
Keterangan
STP = Sangat Tidak Penting
TP = Tidak Penting
P SP
4 5
45 25
28
6
45 33
28 20
30 44
59 20
38 30
33 45
47 38
36 18
35 10
47 47
Total
rata - rata
N
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
394
333
408
358
418
399
398
423
423
372
353
441
3.94
3.33
4.08
3.58
4.18
3.99
3.98
4.23
4.23
3.72
3.53
4.41
3.933333
CP = Cukup Penting
P = Penting
SP = Sangat Penting
Performansi Ideal / Harapan Atribut (Ii)
no
atribut
1harga
2warna cairan
3rasa atau aroma
4kemasan produk
5kejelasan kadaluarsa
6ketersediaan produk
7komposisi produk
8khasiat
9kualitas produk
10higienis
11merek
12Izin DepKes
rata - rata
1
5
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Nilai
2 3
4
38 57 0
0 34 47
0 27 31
2 39 31
0
4 37
0
4 33
0 13 55
0
0 32
0 35 46
0 44 35
3 48 38
0
8 45
5
0
19
42
28
59
63
32
68
19
21
11
47
Total
N
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
252
385
415
385
455
459
419
468
384
377
357
439
rata - rata
2.52
3.85
4.15
3.85
4.55
4.59
4.19
4.68
3.84
3.77
3.57
4.39
3.995833
93
Lampiran 4. (Lanjutan).
Tingkat Kinerja / Kepercayaan Terhadap Produk VCO merek Visio (Xi)
no
atribut
1harga
2warna cairan
3rasa atau aroma
4kemasan produk
5kejelasan kadaluarsa
6ketersediaan produk
7komposisi produk
8khasiat
9kualitas produk
10higienis
11merek
12Izin DepKes
rata - rata
1
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
Nilai
2 3
0 54
0 55
23 67
56 37
0 15
32 58
2 54
3 13
4 43
11 58
9 68
0 15
4
42
45
10
7
63
7
42
44
48
27
21
67
5
4
0
0
0
22
0
2
40
5
4
2
18
Total
N
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
350
345
287
251
407
269
344
421
354
324
316
403
rata - rata
3.5
3.45
2.87
2.51
4.07
2.69
3.44
4.21
3.54
3.24
3.16
4.03
3.3925
94
Lampiran 5. Tingkat Importance Performance Analysis (IPA).
TINGKAT KEPENTINGAN / IMPORTANCE (Yi)
no
atribut
STP
1
1harga
2warna cairan
3rasa atau aroma
4kemasan produk
5kejelasan kadaluarsa
6ketersediaan produk
7komposisi produk
8khasiat
9kualitas produk
10higienis
11merek
12Izin DepKes
0rata - rata
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
Nilai
TP CP
2
3
1 29
7 59
3 19
6 44
0 26
0 21
0 32
0 22
0 15
0 46
2 53
0
6
P SP
4
5
45 25
28
6
45 33
28 20
30 44
59 20
38 30
33 45
47 38
36 18
35 10
47 47
Total
N
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
394
333
408
358
418
399
398
423
423
372
353
441
rata - rata
3.94
3.33
4.08
3.58
4.18
3.99
3.98
4.23
4.23
3.72
3.53
4.41
3.933333
TINGKAT KINERJA / PERFORMANCE (Xi)
no
atribut
1harga
2warna cairan
3rasa atau aroma
4kemasan produk
5kejelasan kadaluarsa
6ketersediaan produk
7komposisi produk
8khasiat
9kualitas produk
10higienis
11merek
12Izin DepKes
rata - rata
1
Nilai
3
0 54
0 55
23 67
56 37
0 15
32 58
2 54
3 13
4 43
11 58
9 68
0 15
2
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
4
5
N
42
4 100
45
0 100
10
0 100
7
0 100
63 22 100
7
0 100
42
2 100
44 40 100
48
5 100
27
4 100
21
2 100
67 18 100
Total
350
345
287
251
407
269
344
421
354
324
316
403
rata - rata
3.5
3.45
2.87
2.51
4.07
2.69
3.44
4.21
3.54
3.24
3.16
4.03
3.39
95
Lampiran 6. Kuesioner penelitian.
Tanggal pengisian - No.Kuesioner *)
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PROSES KEPUTUSAN
PEMBELIAN MINYAK KELAPA MURNI (VIRGIN COCONUT OIL, VCO)
PT. BOGOR AGRO LESTARI – LIPI (Studi Kasus di Kota Bogor)
Responden Yang Terhormat,
Saya RIYANT PRAWAKA, Nrp A14103697, mahasiswa IPB, Program Studi
Ekstensi Manajemen Agribisnis yang sedang melakukan penelitian mengenai
“ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PROSES KEPUTUSAN
PEMBELIAN MINYAK KELAPA MURNI (VIRGIN COCONUT OIL, VCO)
PT. BOGOR AGRO LESTARI – LIPI (Studi Kasus di Kota Bogor)”. Penelitian
ini merupakan bagian dari penyusunan skripsi yang sedang saya selesaikan. Demi
tercapainya hasil yang diinginkan, saya mohon kesediaan Anda untuk
berpartisipasi dalam mengisi kuesioner ini secara lengkap dan benar yang akan
digunakan sebagai bahan penelitian. Tidak ada jawaban yang salah dalam
menjawab kuesioner ini. Informasi yang Anda berikan melalui kuesioner ini
bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademis. Atas
perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
SCREENING
1. Apakah anda mengetahui tentang produk kesehatan VCO (Virgin Coconut
Oil)
a. Bila jawaban anda “iya” , maka silahkan anda melanjutkan ke
pertanyaan selanjutnya.
b. Bila jawaban anda “tidak”, terima kasih anda tidak perlu
melanjutkan pengisian kuesioner ini.
2. Apakah anda pernah membeli dan mengkonsumsi VCO merk Visio
setidaknya dalam 3 bulan terakhir ini?
a. Bila jawaban anda “iya”, maka silahkan melanjutkan pengisian
kuesioner ini.
b. Bila jawaban anda “tidak”, terima kasih atas waktunya., anda tidak
perlu melanjutkan pengisian kuesioner ini.
BAGIAN 1. IDENTITAS RESPONDEN
Isilah titik-titik di bawah ini dan berilah tanda silang (X) pada tempat yang
disediakan sesuai jawaban yang cocok dengan kondisi Anda saat ini.
Nama
:……………………
Alamat
:……………………
No. Telp
:……………………
Usia
:……………………tahun
Jumlah Anggota Keluarga
:……………………orang
*) diisi oleh petugas
96
Jenis Kelamin
:
Laki- laki
Perempuan
Status Perkawinan
:
Menikah
Belum Menikah
Pendidikan Terakhir
:
SD
Sarjana(S1 )
SLTP
PascaSarjana
SMU
Lainnya, ............
Pekerjaan
Pendapatan keluarga per bulan
:
:
Pegawai Negeri
Wiraswasta
Pegawai Swasta
Lainnya, .........
< 500.000,500.000 - < 1.000.000,1.000.000 - < 2.500.000,2.500.000 - < 5.000.000,> 5.000.000,-
BAGIAN 2. PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang Anda pilih.
A. Pengenalan Kebutuhan
1. Apa alasan utama / motivasi anda dalam melakukan pembelian Visio?
a. Ingin sekedar mencoba
c. Memelihara kesehatan
b. Pengobatan penyakit
2. Apa manfaat utama yang anda harapkan dari pembelian Visio?
a. Pemenuhan asupan alami tercukupi c. Dapat menyembuhkan
penyakit
b. Dapat menjaga kesehatan tubuh
3. Apa yang anda rasakan jika tidak melakukan pembelian Visio?
a. Merasa ada yang kurang
b. Biasa saja
4. Merek produk VCO yang anda beli ?
a. hanya 1 merek yang cocok
c. sering berganti merek
b. dua merek yang cocok
5. Dalam lingkungan keluarga anda, apakah Visio merupakan produk
kesehatan yang penting ?
a. Ya
b. tidak
B. Pencarian Informasi
1. Darimana anda mendapatkan informasi tentang produk Visio ?
a. Penjual secara langsung
e. Teman / kerabat
b. Internet
c. Majalah kesehatan /pertanian
d. Anggota keluarga
97
2. Sumber informasi manakah yang paling mempengaruhi anda dalam
melakukan pembelian produk Visio ?
a. Penjual secara langsung
e. Teman / kerabat
b. Internet
c. Majalah kesehatan /pertanian
d. Anggota keluarga
3. Apakah anda menyediakan waktu khusus untuk mencari informasi
mengenai produk Visio?
a. Ya
b. Tidak
4. Jika jawaban anda pada pertanyaan no. 3 “Ya”, kapan biasanya anda
mencari informasi mengenai produk Visio?
a. Sepulang kerja
c. Saat ada waktu luang
b. Setiap saat
5. Berdasarkan sumber informasi yang anda peroleh, hal apa yang menjadi
fokus perhatian anda ?
a. Harga
g. Komposisi produk
b. Warna
h. Khasiat
c. Rasa / aroma
i. Kualitas produk
d. Kemasan produk
j. Higienis
e. Kejelasan tanggal kadaluarsa
k. Merek
f. Ketersediaan produk
l. Izin DepKes
C. Evaluasi Alternatif
1. Saat anda membeli produk Visio, yang menjadi dasar pertimbangan utama
dalam menentukan pilihan anda terhadap produk Visio adalah
a. Harga
g. Komposisi produk
b. Warna
h. Khasiat
c. Rasa / aroma
i. Kualitas produk
d. Kemasan produk
j. Higienis
e. Kejelasan tanggal kadaluarsa
k. Merek
f. Ketersediaan produk
l. Izin DepKes
2. Bagaimana kesan kemasan produk Visio yang anda inginkan ?
a. Sederhana
c. Modern
b. Unik
3. Berapa besar ukuran volume Visio yang pernah anda beli ?
a. 1000 cc
c. 250 cc
b. 500 cc
d. 125 cc
4. Apakah anda sangat memperhatikan kandungan asam laurat yang terdapat
pada produk Visio yang akan anda konsumsi ?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah anda menginginkan rasa atau aroma lain dari produk Visio selain
rasa alaminya ?
a. Ya
b. Tidak
6.Jika jawaban anda “Ya”, rasa apakah yang menurut anda paling anda sukai ?
a.
Jahe
c. Aroma buah - buahan
b.
Mint
d. Lainnya, ………….
98
6.
Apakah warna cairan pada produk Visio yang sering anda beli ?
a.
Bening
c. Keruh
b.
Agak bening
D. Keputusan Pembelian
1.
Apa alasan utama anda membeli produk VCO dengan merek Visio yang
anda beli ?
a.
harganya lebih murah
e. Rasanya bervariasi
b.
Mereknya telah dikenal
f. Kemasannya sangat menarik
c.
Kandungan komposisi produk jelas
g.
Manfaat dan hasilnya
terbukti
d.
Terdapat izin DepKes
h. Mudah didapat
2.
Seberapa sering anda melakukan pembelian produk Visio ?
a.
Sering sekali
c. Jarang
b.
Sering
3.
Berapa kali anda melakukan pembelian produk Visio dalam 3 bulan terakhir
a.
1 kali
c. 3 kali
b.
2 kali
4.
Bagaimana cara anda memutuskan pembelian produk Visio ?
a.
Terencana
b.
Tergantung situasi
c.
Mendadak
5.
Bagaimana situasi pembelian produk Visio yang anda lakukan ?
a.
Sekalian belanja kebutuhan lain
b.
Menyediakan waktu khusus
E. Hasil Pembelian / Evaluasi Pembelian
1. Apakah anda merasa puas dengan produk Visio yang biasa anda beli ?
a. Ya
c. Biasa saja
b. Tidak
2. Apakah anda berniat untuk melakukan pembelian kembali / ulang ?
a. Ya
b. Tidak
3. Jika jawaban anda diatas adalah “Tidak”, mengapa ?
a.
Tidak cocok dengan diri anda d. Tertarik dengan merek lain
b. Harganya terlalu mahal
c. Produknya susah dicari
4.
Apakah yang anda lakukan jika anda tidak menemukan merek produk
Visio yang biasa anda beli ditempat anda biasa membeli ?
a. Mencari di tempat lain
b. Mencari merek alternatif pengganti
c. Tidak jadi membeli produk Visio
5. Jika harga Visio yang biasa anda beli naik, maka anda ?
a. Akan tetap membeli Visio yang biasa anda beli
b. Membeli produk Visio dengan merek lain yang lebih murah
c. Tidak jadi membeli
99
BAGIAN 3.
PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT PRODUK
BERDASARKAN
MODEL
ANGKA
IDEAL
DAN
IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS.
A. Tingkat Kepentingan Atribut
Petunjuk :
Beri tanda (v) pada skala evaluasi 5 angak berjajar dari 1 sampai 5,
berdasarkan hal – hal berikut yang anda nilai penting terhadap produk
VCO.
Menurut anda, sejauh mana kepentingan (seberapa penting) atribut produk
VCO :
ATRIBUT
1
(STP)
2
(TP)
3
(CP)
4
(P)
5
(SP)
Harga
Warna
Rasa / aroma
Kemasan
Tanggal kadaluarsa
Ketersediaan
Komposisi
Khasiat
Kualitas produk
Higienis
Merek
Izin DepKes
Keterangan : (STP) Sangat Tidak Penting
(TP) Tidak Penting
(CP) Cukup Penting
(P)
(SP)
Penting
Sangat Penting
100
Performansi / Harapan Ideal atribut
Petunjuk :
Beri tanda (v) pada skala evaluasi 5 angak berjajar dari 1 sampai 5, berdasarkan atribut produk VCO yang anda inginkan.
Menurut anda, atribut produk VCO yang “ IDEAL” sesuai harapan adalah
Atribut VCO
Harga
1
Sangat murah
Warna
2
Murah
3
Cukup murah
4
Mahal
5
Sangat mahal
Tidak bening
Agak bening
Cukup bening
Bening
Sangat Bening
Rasa / aroma
Sangat tengik
Tengik
Biasa saja
Rasa khas kelapa
Rasa aroma lain
Kemasan
Sangat tidak menarik
Tidak menarik
Biasa saja
Menarik
Sangat menarik
Tanggal kadaluarsa
Sangat tidak jelas
Tidak jelas
Cukup jelas
Jelas
Sangat jelas
Ketersediaan
Sangat sulit diperoleh
Sulit diperoleh
Biasa saja
Mudah diperoleh
Sangat mudah diperoleh
Komposisi
Sangat tidak baik
Tidak baik
Biasa saja
Baik
Sangat baik
Khasiat
Sangat rendah
Rendah
Biasa saja
Tinggi
Sangat tinggi
Kualitas produk
Higienis
Merek
Izin DepKes
Sangat tidak terjamin
Sangat tidak higienis
Sangat tidak terkenal
Sangat tidak jelas
Tidak terjamin
Tidak higienis
Tidak terkenal
Tidak jelas
Biasa saja
Biasa saja
Biasa saja
Biasa saja
Terjamin
Higienis
Terkenal
Jelas
Sangat terjamin
Sangat higienis
Sangat terkenal
Sangat jelas
101
C. Tingkat Kinerja / Performansi Kepercayaan aktual Terhadap Produk VCO merek VISIO
Petunjuk :
Beri tanda (v) pada skala evaluasi 5 angak berjajar dari 1 sampai 5, berdasarkan perspesi anda terhadap atribut produk VCO merek
VISIO.
Menurut anda, tingkat kinerja atribut pada produk VCO merek VISIO adalah :
Atribut VCO
Harga
1
Sangat murah
Warna
2
Murah
3
Cukup murah
4
Mahal
5
Sangat mahal
Tidak bening
Agak bening
Cukup bening
Bening
Sangat Bening
Rasa / aroma
Sangat tengik
Tengik
Biasa saja
Rasa khas kelapa
Rasa aroma lain
Kemasan
Sangat tidak menarik
Tidak menarik
Biasa saja
Menarik
Sangat menarik
Tanggal kadaluarsa
Sangat tidak jelas
Tidak jelas
Cukup jelas
Jelas
Sangat jelas
Ketersediaan
Sangat sulit diperoleh
Sulit diperoleh
Biasa saja
Mudah diperoleh
Sangat mudah diperoleh
Komposisi
Sangat tidak baik
Tidak baik
Biasa saja
Baik
Sangat baik
Khasiat
Sangat rendah
Rendah
Biasa saja
Tinggi
Sangat tinggi
Kualitas produk
Higienis
Merek
Izin DepKes
Sangat tidak terjamin
Sangat tidak higienis
Sangat tidak terkenal
Sangat tidak jelas
Tidak terjamin
Tidak higienis
Tidak terkenal
Tidak jelas
Biasa saja
Biasa saja
Biasa saja
Biasa saja
Terjamin
Higienis
Terkenal
Jelas
Sangat terjamin
Sangat higienis
Sangat terkenal
Sangat jelas
TERIMA KASIH ATAS WAKTU YANG TELAH ANDA BERIKAN
Download