Reklamasi Kawasan Pesisir Pantai: antara

advertisement
TEMU ILMIAH IPLBI 2015
Reklamasi Kawasan Pesisir Pantai: antara Pelestarian
Lingkungan dan Ekonomi Kawasan
Udjianto Pawitro
KBK Arsitektur dan Perencanaan Kota, Jurusan Teknik Arsitektur FTSP – Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung.
Abstrak
Desakan kebutuhan lahan untuk kegiatan pembangunan terutama di kawasan-kawasan yang akan
berubah menuju kawasan perkotaan pada saat sekarang ini mengalami peningkatan sangat pesat.
Pada wilayah di negara-negara yang melakukan kegiatan pembangunan secara intensif, maka lahan
atau tanah menjadi salah satu bagian atau komponen yang dikendalikan harga dan nilainya. Bagi
negara-negara tertentu dengan luas lahan yang sangat terbatas, maka dicari alternative
mengembangan lahan baru melalui kegiatan reklamasi. Kegiatan reklamasi atau pengeringan lahan
dengan cara pengurugan adalah salah satu alternatif yang dimungkinkan guna mendapatkan lahan
atau tanah yang dapat didaya-gunakan untuk kegiatan pembangunan. Namun dalam melakukan
kegiatan reklamasi terdapat prosedur, tata-cara dan teknik mengolahannya sehingga tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup. Pada banyak kasus, kegiatan reklamasi
kawasan pesisir pantai yang banyak muncul pada saat sekarang dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif secara ‘topikal’.
Adapun studi kasus yang diangkat dalam penelitian ini adalah kegiatan reklamasi kawasan pesisir
pantai di tiga lokasi, yaitu : (a) Pantai Loli - Palu, Sulawesi Tengah, (b) Pesisir pantai kota Makassar,
Sulawesi Selatan, dan (c) Pantai Teluk Palu, Sulawesi Tengah. Temuan dalam penelitian ini adalah:
(a) dalam kegiatan reklamasi perlu mengikuti prosedur, tata-cara dan teknik pelaksanaan yang telah
ditetapkan Pemerintah, (b) dalam kegiatan reklamasi kawasan pesisir pantai perlu diperhatikan
sosialisasi, keterbukaan dan peran-serta masyarakat setempat, dan (c) dalam kegiatan reklamasi
kawasan pesisir pantai perlu pula memperhatikan aspek ‘kelestarian lingkungan’ sebagai bagian dari
pembangunan yang berkelanjutan.
Kata kunci : reklamasi, kawasan pesisir pantai, kelestarian lingkungan, ekonomi kawasan
Pendahuluan
Pada wilayah-wilayah tertentu dimana terdapat
keterbatasan luas lahan untuk kegiatan pembangunan dan untuk pengembangan ka-wasan
kota, maka pada wilayah-wilayah terse-but
dihadapkan pada makin mahalnya harga lahan
yang masih tersedia guna kegiatan pembangunan.
Beberapa wilayah yang memiliki keterbatasan
luas lahan untuk pengembangan kawasan
perkotaan diantaranya: Singapura, Hong Kong,
Macao, Monaco, dsb. Pada wilayah-wilayah
tersebut, desakan kebutuhan lahan atau tanah
untuk kegiatam pembangunan perkotaan terus
meningkat pesat. Sehingga dicari alternatif
pengadaan lahan atau tanah untuk memenuhi
kebutuhan kegiatan pembangunan kawasan
perkotaan.
Desakan akan besarnya kebutuhan lahan untuk
kegiatan pembangunan terutama di kawasankawasan yang akan berubah menuju kawasan
perkotaan pada saat sekarang ini mengalami
peningkatan sangat pesat. Pada wilayah di
negara-negara yang melakukan kegiatan pembangunan secara intensif, maka lahan atau
tanah menjadi salah satu bagian atau komponen
yang dikendalikan harga dan nilainya. Karena itu
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 | B 147
Reklamasi Kawasan Pesisir Pantai : antara Pelestarian Lingkungan dan Ekonomi Kawasan
nilai dan harga dari lahan atau tanah di kawasan
tertentu seperti kawasan pusat kota-kota besar
dan kawasan pusat bisnis dijaga secara ketat
sesuai dengan peran, fungsi dan posisi/ letaknya
yang strategis. Bagi negara-negara tertentu
dengan luas lahan yang sangat terbatas, maka
dicari alternatif mengembangan lahan baru
melalui kegiatan reklamasi.
Kegiatan reklamasi atau pengeringan lahan
dengan cara pengurugan adalah salah satu
alternatif yang dimungkinkan guna mendapatkan lahan atau tanah yang dapat didayagunakan untuk kegiatan pembangunan perkotaan.
Reklamasi pada dasarnya kegiatan atau upaya
yang dilakukan oleh orang/kelompok orang atau
pengembang (developer) dengan mengubah
lahan basah (berupa: kawasan rawa-rawa,
pesisir pantai, pinggir sungai, pinggir danau,
dsb.) dengan cara dikeringkan atau cara ditimbun, sehingga dihasilkan lahan atau tanah
kering yang digunakan untuk kegiatan pembangunan. Namun dalam melakukan kegiatan
reklamasi terdapat prosedur dan tata cara serta
teknik mengolahannya sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan
hidup.
Pada banyak kasus, kegiatan reklamasi kawasan
pesisir pantai yang banyak muncul pada saat
sekarang dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang. Setidaknya terdapat tiga tingkatan
atau level untuk dapat membahas terjadinya
kasus-kasus pengembangan kawasan pesisir
pantai dengan cara reklamasi.
Pada tingkatan pertama, kegiatan pengembangan/pembangunan masih kurang matang dalam
tingkapan kebijakan (policy), tingkatan yang
kdua adalah pada aspek langkah-langkah atau
prosedur pengembangan kawasan melalui
kegiatan reklamasi, dan tingkatan ke tiga adalah
pada tata-cara serta teknik pelaksaaan kegiatan
reklamasi pada kawasan pesisir pantai. Dari
tinjauan atau bahasan tiga tingkatan tersebut
diatas, maka kita dapat mengurai masalahmasalah yang muncul terkait kegiatan reklamasi
dalam pengembangan kawasan pesisir pantai.
B 148 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah membahas tiga sub topik terkait dengan judul utama
penelitian. Ke tiga sub topik penelitian dimaksud
adalah:
(a) bahasan tentang kegiatan reklamasi pada
kawasan pesisir pantai
(b) aspek kelestarian lingkungan dan kegiatan
ekonomi kawasan, dan
(c) membahas studi kasus kegiatan reklamasi
pesisir pantai di tiga lokasi penelitian.
Adapun studi kasus yang diangkat dalam
penelitian ini tiga kegiatan reklamasi kawasan
pesisir pantai di tiga lokasi, yaitu:
(a) Pantai Loli di ruas Jalan Donggala di Palu–
Sulawesi Tengah,
(b) Pesisir Pantai kota Makassar–Sulawesi
Selatan, dan
(c) Pantai Teluk Palu–Sulawesi Tengah.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metode analisis
deskriptif secara ‘topikal’ dimana didalamnya
membahas tiga sub topik utama penelitian. Ke
tiga sub topik bahasan utama penelitian ini
adalah :
(a) bahasan tentang kegiatan reklamasi pada
kawasan pesisir pantai,
(b) aspek kelestarian lingkungan dan kegiatan
ekonomi kawasan, dan
(c) membahas studi kasus kegiatan reklamasi
pesisir pantai di tiga lokasi penelitian.
Telaan Teoritik (Theoretical Review)
(a) Reklamasi Kawasan Pesisir Pantai
‘Reklamasi’ dalam istilah Inggris berasal dari
kata ‘Reclaimation’ berasal dari kata kerja
‘To reclaim’ yang mengandung arti
‘memperbaiki sesuatu yang rusak’. Dalam
istilah Indonesia ‘Reklamasi’ diartikan sebagai suatu kegiatan atau upaya menjadikan
tanah (kering) dari pesisir atau lahan
pinggir pantai. Secara lebih khusus pengertian dari ‘reklamasi’ adalah kegiatan atau
upaya manusia secara teknologi untuk
Udjianto Pawitro
merubah lingkungan alam (sekitar pesisir
pantai, danau, sungai, rawa-rawa) menjadi
suatu lingkungan buatan atau bentang alam
buatan. Dalam kegiatan reklamasi ini terjadi
perubahan yang mendasar dari suatu
bentuk lingkungan alami (natural) menjadi
suatu bentuk lingkungan buatan dengan
segala konsekuensinya.
Reklamasi’ mempunyai arti sebagai suatu
upaya atau kegiatan memanfaatkan lahan
atau kawasan dengan cara mengeringkan
sehingga lahan atau kawasan tersebut
dapat lebih didaya-gunakan untuk kegiatan
yang lebih bermanfaat. Kegiatan reklamasi
dapat berupa mengeringkan, memadatkan
dan menimbun lahan atau kawasan tertentu
sehingga lahan atau kawasan hasil reklamasi dapat digunakan untuk suatu kegiatan
yang lebih bermanfaat. Tentu saja dalam
melakukan kegiatan reklamasi perlu diperhatikan berbagai aspek pertimbangan,
sebelum dilakukannya proses perubahan
lingkungan alami (natural) menjadi bentuk
lingkungan buatan (www.penataanruang/
reklamasi-kawasan-pesisir).
Tujuan utama dari kegiatan reklamasi
kawasan pesisir pantai adalah menjadikan
kawasan berair yang tidak berguna menjadi
kawasan baru yang digunakan untuk
berbagai bentuk kegiatan pembangunan.
Setelah kegiatan reklamasi dilakukan, maka
lahan kering yang didapatkan dapat dipergunakan untuk kegiatan dengan fungsi:
perumahan, permukiman, sarana-sarana
permukiman,perdagangan(bisnis),perkantor
an, pariwisata, dsb. Pada dasarnya kegiatan
reklamasi pesisir pantai adalah kegiatan
yang mengubah wilayah perairan pantai
menjadi wilayah daratan. Secara teknis
kegiatan reklamasi mengubah tinggi atau
level muka air laut pada batas-batas
tertentu untuk dikeringkan atau diadakan
pengurugan.
(a) Kegiatan Reklamasi dalam Pengembangan
Kawasan Pesisir PantaiUntuk mendapatkan
lahan maka kota-kota besar melirik atau
nengok daerah yang selama ini terlupakan,
yaitu pantai (coastal zone) yang umumnya
memiliki kualitas lingkungan hidup rendah.
Fenomena ini bukan saja dialami di Indonesia, tapi juga dialami negara-negara maju,
sehingga daerah pantai menjadi perhatian
dan tumpuan harapan dalam menyelesaikan
penyediaan hunian penduduk perkotaan.
Penyediaan lahan di wilayah pesisir dilakukan
dengan memanfaatkan lahan atau habitat
yang sudah ada, seperti perairan pantai,
lahan basah, pantai berlumpur dan lain
sebagainya yang dianggap kurang bernilai
secara ekonomi dan lingkungan sehingga
dibentuk menjadi lahan lain yang dapat
memberikan keuntungan ekonomi dan lingkungan yang dikenal dengan reklamasi.
Reklamasi lahan adalah proses pembentukan
lahan baru di pesisir atau bantaran sungai.
Sesuai dengan definisinya, tujuan utama
reklamasi adalah menjadikan kawasan berair
yang rusak atau tak berguna menjadi lebih
baik dan bermanfaat. Kawasan baru tersebut
biasanya dimanfaatkan untuk kawasan
permukiman, perindustrian, bisnis dan pertokoan, pelabuhan udara, perkotaan, pertanian,
serta objek wisata.
Reklamasi lahan adalah proses pembentukan
lahan baru di pesisir atau bantaran sungai.
Sesuai dengan definisinya, tujuan utama
reklamasi adalah menjadikan kawasan berair
yang rusak atau tak berguna menjadi lebih
baik dan bermanfaat. (Djakapermana, 2013).
(b) Aspek Pelestarian Lingkungan dan Ekonomi
Kawasan
Pemanfaatan sumber daya kawasan pesisir
pantai dengan cara kegiatan reklamasi pada
dasarnya melakukan proses perubahan
bentuk lingkungan dari lingkungan alami
menjadi lingkungan buatan guna kebutuhan
hidup manusia. Kegiatan reklamasi ditempuh atau dilakukan oleh orang atau
kelompok orang yang mempunyai tujuan
utama untuk meningkatkan kawasan lingkungan alam yang kurang bermanfaat
menjadi lingkungan buatan manusia yang
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015| B 149
Reklamasi Kawasan Pesisir Pantai : antara Pelestarian Lingkungan dan Ekonomi Kawasan
lebih produktif dan bermanfaat. Kegiatan
reklamasi di satu sisi dapat berdampak
pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat, yaitu dengan penyediaan lapangan
pekerjaan seperti penyediaan sarana-sarana
perumahan, permukiman, perdagangan,
industry hingga pariwisata. Namun di sisi
lain pemanfaatan sumber daya alam secara
terus menerus dan berlebihan akan menimbulkan dampak negatif terhadap kelangsungan ekosistem kawasan pesisir
pantai .
Terdapat beberapa masalah yang terjadi
dalam proses pembangunan di kawasan
pesisir pantai di Indonesia diantara nya
adalah :
(1) Pencemaran Lingkungan-Pencemaran pada
kawasan pesisir pantai adalah masuknya
makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen
lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan
manusia sehingga kualitasnya menurun sampai
ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku
mutu dan/atau fungsinya.
(2) Kerusakan Fisik Habitat-Hal ini terjadi pada
ekosistem mangrove, terumbu karang, dan
rumput laut atau padang lamun. Kebanyakan
rusaknya habitat di daerah pesisir adalah akibat
aktivitas manusia seperti konversi hutan mangrove untuk kepentingan pemukiman, pembangunan infrastruktur, dan perikanan tambak. Ekosistem lainnya yang mengalami kerusakan cukup parah adalah ekosistem terumbu
karang.
(3) Eksploitasi Sumber Daya Secara Berlebihan
Beberapa sumber daya perikanan yang
dieksploitir secara berlebihan (overfishing),
termasuk udang, ikan demersal, palagis kecil,
dan ikan karang. Menipisnya stok sumber daya
tersebut, selain karena overfishing juga dipicu
oleh aktivitas ekonomi yang baik secara
langsung atau tidak merusak ekosistem dan
lingkungan sehingga perkembangan sumber
daya perikanan terganggu.
B 150 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015
(4) Abrasi Pantai Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya abrasi pantai, yaitu :
(1) proses alami (karena gerakan gelombang
pada pantai terbuka) dan (2) aktivitas manusia. Kegiatan manusia tersebut misalnya kegiatan penebangan hutan (HPH) atau pertanian di
lahan atas yang tidak mengindahkan konsep
konservasi telah menyebabkan erosi tanah dan
kemudian sedimen tersebut dibawa ke aliran
sungai serta diendapkan di kawasan pesisir.
(5) Konversi Kawasan Lindung ke Penggunaan
Lainnya-Pada saat sekarang ini banyak sekali
terjadi perubahan fungsi atau pergeseran penggunaan lahan, misalnya dari lahan pertani-an
menjadi lahan industri, perkantoran, dan lain
sebagainya (Landoala, 2013).
Data-data Lapangan
Gambar1: Kondisi Pesisir Pantai Loli di Sulawesi
Tengah.
Gambar2: Kondisi Sekitar TPI Pesisir Pantai Kota
Makassar.
Udjianto Pawitro
seperti yang ditentukan dalam turunan Undangundang Pengelolaan Lingkungan Hidup.Nomor
32 Tahun 2009. Adanya kegiatan reklamasi
untuk pengembangan kawasan dermaga dan
terminal ini dilakukan oleh dua perusahaan
pengembang yang menurut Direktur Yayasan
Bonebula tidak memiliki UPL. Artinya pada
tingkat prosedur dan tata-cara melaksanakan
kegiatan reklamasi kawasan pesisir pantai,
kasus di pantai Loli ini ada yang diabaikan.
Gambar 3: Kondisi Pantai Teluk Palu di Sulawesi
Tengah (sumber: www.mongabay.co.id)
Pembahasan
(1) Reklamasi Pantai Loli, Ruas Jalan Donggala–
Palu, Sulawesi Tengah
Pantai Loli merupakan pantai yang terletak
didekat ruas jalan antara Donggala dan Palu dan
terletak di Kecamatan Banawa di Sulawesi
Tengah. Bermula pada kegiatan pembabatan
tanaman bakau di sekitar pantai Loli kemudian
terjadinya kerusakan lingkungan alam sekitar di
pesisir pantainya. Kondisi kerusakan lingkungan
pesisir pantai ini seringkali menyebabkan terjadinya kecelakaan pada ruas jalan antara
Donggala dan Palu. Kegiatan reklamasi pesisir
pantai Loli ini terus berkembang sehingga pihak
LSM Lingkungan dan masyarakat sekitar merasa
gram akibat terjadinya degradasi lingkungan
alam sekitar.
Kegiatan reklamasi pesisir pantai di pantai Loli
ini dinilai beberapa kalangan telah membawa
akibat pada rusaknya lingkungan alam sekitar
terutama habitat mangrove dan terumbu karang.
Direktur Yayasan Bonebula mengatakan bahwa
laju kerusakan alam lingkungan sekitar kawasan
pesisir pantai di pantai Loli diperkirakan telah
mencapai 70%. Motive utama dari dilakukannya
kegiatan reklamasi kawasan pesisir pantai di
lokasi ini adalah untuk pengembangan kawasan
yang sifatnya lebih komersial.
Dari pengamatan lapangan bahwa kegiatan
reklamasi kawasan pesisir pantai yang dilakukan
di lokasi ini dianggap telah menyalahi aturan.
Karena para pelaksana reklamasi tidak memiliki
UKL/UPL yaitu izin pengelolaan lingkungan
Kasus reklamasi pantai Loli di ruas jalan
Donggala–Palu di Sulawesi Tengah ini pada
dasarnya menyangkut konflik dalam dalam hal
gesekan kepentingan dari pihak-pihak terkait
dan dalam prosedur pengelolaan pengembangan kawasan. Hampir lima tahun belakangan ini,
kawasan ruas jalan Donggala – Palu merupakan
kawasan yang padat dan strategis, dimana
desakan kepentingan ekonomi kawasan menjadi
semakin dominan yang diakibatkan adanya
perkembangan kawasan.
(2) Reklamasi Pantai Di Pesisir Kota Makassar –
Sulawesi Selatan
Dalam kurun waktu lima belas tahun ke
belakang yaitu sejak tahun 2000 hingga saat ini,
pertumbuhan dari perkembangan kawasan kota
di kota besar Makassar terlihat sangat pesat.
Sejak tahun 2007 lalu, kawasan kota Makassar
dikembangkan menjadi salah satu kawasan
metropolitan di Indonesia yang dikenal sebagai
kawasan Metropolitan Mamminasata yang meliputi: Kota besar Makassar, kabupaten Maros,
Gowa dan Takalar. Demikian pula sejak 1995
yang lalu, jumlah penduduk kota besar
Makassar terlihat meningkat pesat dan salah
satu penyebabnya adalah tingkat urbanisasi
yang cukup pesat. Hal-hal tersbut diatas yang
menyebabkan terjadinya desakan pada upaya
pengembangan kawasan kota yang semakin
tinggi dari kota besar Makassar.
(3) Reklamasi Di Teluk Palu, Sulawesi Tengah
Kegiatan reklamasi di pantai Talise di sekitar
Teluk Palu.telah berlangsung sekitar bulan
Januari 2015 yang lalu. Walaupun dalam
perencanaan pengembangan kawasan pantai
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015| B 151
Reklamasi Kawasan Pesisir Pantai : antara Pelestarian Lingkungan dan Ekonomi Kawasan
Talise oleh pemkot Palu sudah dimulai tahun
2011, baru pada awal 2015 ini kegiatan nyata di
lapangan dilakukan melalui kegiatan reklamasi
pantai yang meliputi sekitar 38 Hektar areal
baru.
kepentingan dari pihak-pihak terlibat terkait
dengan pengembangan kawasan dan (f)
sosialisasi, transparansi dan ada/tidaknya
pertisipasi masyarakat setempat dalam kegiatan
pembangunan.
Para pemerhati lingkungan hidup di Propinsi
Sulawesi Tengah seperti Yayasan Bonebula,
mengamati adanya beberapa bentuk kerusakan
lingkungan sekitar kawasan pantai Talise.
Diantaranya adalah: (a)pencemaran pesisir pantai akibat kegiatan reklamasi, (b)rusaknya
habitat tanaman mangrove dan trumbu karang,
dan (c)makin rendahnya cadangan ikan yang
ada di sekitar area reklamasi.
Dalam level strategi pencapaian kegiatan
pembangunan perlu untuk diperhatikan tiga hal
penting yaitu: (a) peran sosialisasi dari program
atau bentuk kegiatan pembangunan yang
dilakukan terhadap masyarakat luas sekitar
kawasan dengan menganut prinsip: keterbukaan
(transparency), (b) penanganan masalah keberlangsungan mata pencaharian dan kesempatan kerja bagi masyarakat asli sekitar
kasawan pengembangan, dan (c) ada/tidaknya
keterlibatan dan peran-serta dari masyarakat
local sekitar kawasan dalam kegiatan pengembangan kawasan.
Menurut Pemerintah Kota Palu, kawasan
seklamasi ini akan dibangun dalam waktu empat
tahun ke depan, dengan direncanakannya
sebagai kawasan perekonomian. Berbagai jenis
sarana akan dibangun di areal reklamasi pantai,
seperti: pusat hiburan dan rekreasi, pertokoan,
dan bangunan apartemen. Pihak pemerintah
kota Palu-pun menyatakan bahwa kegiatan
pembangunan kawasan baru ini tidak akan
menggusur rumah-rumah penduduk dan juga
tempat usaha yang dilakukan masyarakat
sekitar kawasan. Namun dalam perkembangan
yang muncul belakangan ini, terlihat derasnya
kegiatan pembangunan kawasan baru ini seolah
lepas dari kondisi dan konteks social-budaya dan
lingkungan-hidup dari masyarakat sekitar.
Dinamika dalam derap kegiatan pembangunan
di wilayah atau kawasan baru seperti halnya di
kawasan pantai Talise ini perlu setiap saat
dipantau (dimonitor) terutama oleh wakil dari
Pemerintah Kota Palu yang bertanggung-jawab
terhadap pengelolaan kawasan reklamasi.
Setelah pengamatan lebih detail, persoalanpersoalan yang muncul di sekitar kawasan,
setidaknya meliputi: (a) kegiatan reklamasi
pantai versus kelestarian lingkungan hidup
kawasan sekitar, (b) kesenjangan dan kecemburuan social dalam proses pengembang-an
kawasan,(c)terkait dengan kesempatan kerja
dan perubahan mata pencaharian (baru) bagi
sebagian besar penduduk asli sekitar kawasan,
(d) menyangkut masalah prosedur dan tata-cara
pelaksanaan kegiatan reklamasi, (e) konflik
B 152 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015
Kesimpulan
Kegiatan pengembangan kawasan pesisir pantai
pada dasarnya dapat dilihat sebagai bentuk
kegiatan pembangunan kawasan yang memiliki
karakteristik khusus. Dalam pengembangan
kawasan pesisir pantai perlu diperhatikan
adanya atau terjadi proses perubahan dari
lingkungan hidup alami menjadi lingkungan
buatan bagi berbagai kebutuhan dan kegiatan
hidup manusia. Proses perubahan lingkungan
alam sekitar kawasan pengembangan pada
pokoknya dapat berjalan mulus dan lancer,
dapat berjalan dengan adanya kendala atau
masalah atau dapat berjalan penuh dengan
konflik dan persoalan-persoalan pelik. Sudut
pandang bagi arsitek atau perencana kawasan
hendaknya kegiatan pengembangan kawasan
baru di pesisir pantai mestinya dari sudut
pandang perencanaan komprehensif.
Pendekatan perencanaan secara komprehensif
atau yang dikenal sebagai ‘the comprehensive
planning approach’ adalah suatu cara atau
pendekatan dalam kegiatan perencanaan bidang
arsitektur maupun perencanaan kawasan termasuk kawasan kota yang melibatkan multidisiplin ilmu terkait dan membahasnya secara
utuh menyeluruh. Dalam perencanaan kawasan
secara komprehensif didalamnya memuat
Udjianto Pawitro
aspek-aspek: social-politik, social-budaya, socialekonomi hingga aspek kelembagaan dan peranserta masyarakat.
Persoalan-persoalan yang muncul di tingkat
skala local adalah lebih menyangkut pada
beberapa hal-penting yang perlu lebih diperhatikan, yang didalamnya menyangkut :
(a) peran sosialisasi dan pengenalan terhadap
program/kehiatan pengembangan/pembangunan kawasan yang dilakukan,
(b) makin terbatasnya lapangan kerja bagi
penduduk asli di sekitar kawasan pengembangan, dan
(c) masalah-masalah aspek pelestarian lingkungan hidup di sekitar kawasan pengembangan.
Sedang persoalan-persoalan yang muncul
kemudian di tingkat regional skala kota/ kabupaten adalah menyangkut:
(a) sosialisasi program pembangunan terkait
dengan prinsip ‘keterbukaan’ (transparency)
program kegiatan pengembangan kawasan,
(b) ada/tidaknya atau keterlibatan peran serta
(partisipasi) masyarakat lokal dalam kegiatan
pengembangan kawasan, serta
(c) konflik kepentingan dari pihak-pihak terkait
sehubungan dengan: kualitas lingkungan hidup,
ketersediaan lapangan kerja/keberlanjutan mata
pencaharian dari masyarakat asli sekitar kawasan, dan prosedur dan tata-cara teknik Pelaksanaan pengembangan kawasan yang sering
kali menyalahi aturan / pedoman.
Tarik menarik antara aspek ‘pelestarian
lingkungan’ dan aspek ‘pengembangan eknomi
kawasan’ pada dasarnya jangan dilihat sebagai
suatu dikotomi, tetapi sebagai ‘suatu spektrum
yang beragam’ didalam konsep pembangunan
yang berkelanjutan. Dalam konsep ini terdapat
keberlanjutan kegiatan pembangunan dari tiga
aspek utama, yaitu:
(a) aspek pengembangan ekonomi,
(b) aspek kelestarian lingkungan hidup, dan
(c) aspek social-budaya dalam masyarakatnya.
Jika dilihat dalam ranah pranata pembangunan,
mulai dari Undang-undang No. 22–tahun 2009
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-undang No.26–tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Undang No. 27 Tahun 2007
tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulaupulau Kecil dan Undang-undang No. 01 - Tahun
2011 tentang Perumahan dan Permukiman,
maka sudah cukup lengkap pranata yang
disediakan Pemerintah Pusat.
Untuk kegiatan pengembangan kawasan pesisir
pantai dengan cara reklamasi, pedoman berupa
Permen PU nomor 40/PRT/2007 tentang
Pedoman Perencanaan Ruang Reklamasi Kawasan Pesisir Pantai sudah memadai untuk
digunakan. Selanjutnya untuk konteks perencanan dan pengembangan kawasan di tingkat Kota/kabupaten, masing-masing Dinas
Terkait perlu membuat Peraturan/Pedoman Teknis kegiatan Reklamasi khususnya di kawasan
pesisir pantai. Dari ke tiga lokasi yang dijadikan
studi kasus perencanaan, masalah-masalah
yang menyangkut cara-teknis kegiatan reklamasi di kawasan pesisir pantai, tidak begitu
menjadi persoalan utama. Masalah-masalah
yang muncul di kemudian hari lebih pada tingkat
kebijakan (policy) dan strategi pencepaian
kegiatan pengembangan kawasan serta prosedur pelaksanaan dalam pengembangan kawasan.
Daftar Pustaka
Djakapermana, D.R. (2013): Reklamasi Pantai Sebagai
Alternatif Pengembangan Kawasan, (Artikel),
Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Departemen
Pekerjaan Umum – RI, Jakarta.
Sekretariat Negara RI. (2007): Undang-undang Nomor
27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-pulau Kecil, Biro Humas, Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum–RI. (2007): Peraturam
Menteri PU Nomor: 40/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan
Reklamasi Pantai, Biro Humas Departemen PU–RI,
Jakarta.
Hall, Peter, Cs. (2000): Urban Future 21: A Global
Agenda For Twenty-First Century Cities, E and FN
Spoon, Publishing Co., New York, USA.
Landoala, T. (2013): Permasalahan Kawasan Pesisir,
dalam:
http://jembatan4.blogspot/2013/permasalahankawasan-pesisir.html.
Landoala, T. (2014): Manfaat dan dampak Reklamasi,
dalam: Http://jembatan4.blogspot/2014/manfaatdan-dampak-reklamasi.html
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015| B 153
Reklamasi Kawasan Pesisir Pantai : antara Pelestarian Lingkungan dan Ekonomi Kawasan
Rusdianto, E.(2015): Mereka Yang
Terimbas
Reklamasi di Pesisir Makasar, dalam: Http://www.mongbay.co.id/2015/07/06/mereka-yangterimbas-reklamasi-di-pesisir-makassar/
Udjianto Pawitro, (2012): Peran Perencanaan dan
Desain Arsitektur Dalam Kegiatan Perencanaan
Kota Komprehensif, (Tulisan Ilmiah), Majalah
Ilmiah Tri-Dharma, Kopertis Wilayah IV, Jabar &
Banten,Bandung, Nomor. 05/Tahun XXV/Desember
2012.
Http://yayasanbonebula.blogspot.com/2010/10/reklam
asi-pantai-loli-kembali-disorot.html
Http://www.mongabay.co.id/2014/01/reklamasi-telukpalu-dinilai-abaikan-masyarakat-dan-lingkungan/
B 154 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015
Download