MODUL BAHASA INDONESIA PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM TERPADU YOGYAKARTA 2012 “Kalau umurmu tak cukup, tuliskanlah pikiranmu untuk memperpanjangnya” BAB 1 BAHASA DAN TATA BAHASA 1. Pengertian Bahasa Apabila orang berbicara, ia mengeluarkan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dikeluarkan melalui mulutnya. Bunyi itu bersistem dan menandai suatu konsep atau pengertian tertentu. Pemakaian bunyi sebagai tanda atau lambang yang mewakili suatu konsep itu sifatnya arbitrer dan didasarkan konvensi. Konsep yang diungkapkan oleh manusia dapat berupa buah pikiran atau perasaan. Dengan media bahasa itulah pikiran dan perasaan manusia disampaikan kepada manusia yang lain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah tanda yang berupa bunyi yang dikeluarkan melalui mulut manusia, bersifat arbitrer dan berdasarkan konvensi, dan dengan tanda-tanda itu manusia saling berhubungan (berkomunikasi). Pikiran dan perasaan adalah isi bahasa, sedangkan bunyi yang teratur itu adalah bentuk bahasa. Untuk maksud tertentu kadang-kadang manusia tidak mengekspresikan gagasannya dengan bunyi bahasa (lisan), melainkan dengan cara lain. Bunyi-bunyi itu digambarkan dengan tanda-tanda yang disebut huruf. Selain itu terdapat penanda konsep yang lain yang biasa digunakan manusia, yaitu gerak anggota wajah (mimik), atau gerak tubuh (pantomimik) yang biasa juga disebut gesture. Dalam masyarakat Indonesia mengangguk berarti ‘ya’ atau ‘setuju’, menggeleng berarti ‘tidak’. Orang-orang kapal biasa menggunakan permainan lampu, sedangkan pramuka menggunakan bendera untuk menyatakan maksud. Media untuk menyatakan maksud yang bukan merupakan bunyi bahasa dan bukan tulisan disebut bahasa isyarat. Penguasaan bahasa tidak terjadi dengan sendirinya walau nampaknya demikian, berbeda dengan makan atau minum dan berjalan. Manusia dewasa sejak anak-anak mencoba mengenali kata-kata yang didengarnya, memperhatikan cara penggunaannya, mengingat-ingat dan mencoba menggunakannya. Melalui ‘trial and error’ akhirnya ia dapat menguasai bahasa ibu seperti orang lain dalam masyarakat. Jadi tindak berbahasa merupakan bagian dari kebudayaan, sedangkan makan, minum, berjalan, misalnya, bersifat alamiah, yang dengan sendirinya dapat dilakukan manusia meskipun tidak dipelajarinya kecuali ada gangguan. Bagaimana cara makan, cara minum, cara berjalanlah yang bersifat kebudayaan. 2. Pengertian Tata Bahasa Dalam tindak berbahasa sering terjadi peristiwa yang berulang-ulang. Peristiwa yang berulang-ulang itu membentuk suatu sistem. Sistem itu merupakan keseluruhan aturan yang ditaati tiap pemakai bahasa. Wujud peristiwa itulah yang disebut tata bahasa (Slamet Muljana, 1956:1). Tata bahasa dapat juga diartikan sebagai studi tentang bentuk kata dan cara menyusun kata-kata hingga menjadi kalimat. Tata bahasa yang kaidah-kaidah bahasanya dirumuskan tidak berdasarkan pemakaian bahasa secara empiris, melainkan berdasarkan keinginan penulisnya, disebut tata bahasa preskriptif dan bersifat subjektif. Sedangkan yang kaidah-kaidahnya dirumuskan berdasarkan kenyataan empiris tanpa menambah maupun mengurangi disebut tata bahasa deskriptif dan bersifat objektif. 3. Bidang Tata Bahasa Deskripsi suatu bahasa meliputi subdisiplin ilmu bahasa (linguistik) fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik. Jika orang mengadakan pendekatan kesejarahan akan dibicarakan etimologi, dan bila menjelaskan bahasa tulis akan dibicarakan ejaan. Namun pada umumnya orang membicarakan tata bahasa meliputi morfologi dan sintaksis. 3.1. Morfologi Morfologi adalah studi tentang morfem dan bagaimana hubungannya dengan morfem lain sehingga terbentuk kata disertai makna yang ditimbulkannya. Proses pembentukan tersebut meliputi: 1) Afiksasi, yaitu proses pembubuhan afiks pada morfem dasar. Misal menyusun, disusun, susunan, penyusunan. Kata-kata tersebut mempuyai bentuk dasar susun yang masing-masing mendapat imbuhan awalan me-, di-, -an, dan gabungan awalan-akhiran pe-an. 2) Reduplikasi, yaitu proses pengulangan. Misal pohon-pohon, tukar-menukar, orang-orang tua. 3) Persenyawaan, yaitu proses komposisi. Misal kereta api, mata air, anak sungai adalah persenyawaan antara unsur-unsur kereta dan api, mata dan air, anak dan sungai. Unsur-unsur tersebut melebur membentuk makna baru yang disebut kata jadian atau kata majemuk. 3.2. Sintaksis Sintaksis adalah studi tentang seluk-beluk frase dan kalimat. Dalam sintaksis dibicarakan struktur frase, kalimat dan proses pembentukannya. Seluk-beluk frase meliputi antara lain hubungan antara unsur-unsurnya, misalnya, apakah sifat hubungan itu subordinatif (bergantung) seperti frase pertandingan yang seru, ataukah koordinatif (setara) seperti frase pertandingan dan perlombaan. Seluk beluk kalimat meliputi antara lain: 1) Urutan kata 2) Fungsi kata dalam kalimat 3) Peran intonasi dan jeda dalam kalimat ***** BAB 2 KALIMAT 1. Pengertian Kalimat Satuan tutur yang didahului oleh kesenyapan awal dan diakhiri kesenyapan akhir serta mengungkapkan pikiran yang utuh disebut kalimat. Dalam bahasa tulis satuan tutur selesai itu ditandai oleh huruf besar pada permulaan dan tanda baca akhir pada batas akhir. Tanda tersebut yakni /./,/?/,dan /!/. Selain kesenyapan awal dan kesenyapan final, dalam penuturan juga terdapat kesenyapan antara (jeda). Contoh: #Ketika hujan turun / kami sudah tiba di rumah# 2. Makna Kalimat Makna kalimat ditentukan oleh beberapa hal: 1) Pilihan kata, contoh a) Pak Amin memanggil Dika. b) Pak Amin dipanggil Dika. c) Mereka sedang belajar. d) Mereka sedang bermain. Kalimat a berbeda maknanya dengan kalimat b karena kata yang dipergunakan berbeda yakni memanggil vs dipanggil. Demikian pula kalimat c dan d, yakni belajar vs bermain. 2) Urutan kata, contoh a) Polisi mencurigai orang itu. b) Orang itu mencurigai polisi. 3) Intonasi, contoh a) Ahmad sudah datang. b) Ahmad sudah datang? 4) Pengelompokan kata, contoh a) Menurut cerita teman / Ali lulus. b) Menurut cerita / teman Ali lulus. 3. Struktur dan Unsur Kalimat Struktur atau bangun kalimat diisi oleh unsur-unsur yang sifatnya relatif tetap. Unsur kalimat adalah jabatan kata atau kelompok kata sebagai subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel) atau keterangan (K) dalam kalimat. 3.1. Subjek Subjek (S) adalah dasar tuturan atau pangkal pembicaraan. Contoh: 1) Mereka mengadakan penelitian. 2) Pencemaran itu bisa berbahaya. 3) Orang-orang menyaksikan gerhana matahari pada hari Sabtu yang lalu. Kalimat 1 terdiri atas kata ‘mereka’ sebagai satuan (unit) yang berfungsi sebagai subjek, ‘mengadakan’ sebagai predikat dan ‘penelitian’ sebagai objek. Kalimat 2 terdiri atas kelompok kata ‘pencemaran itu’ sebagai subjek, dan ‘bisa berbahaya’ sebagai predikat. Sedangkan kalimat 3 terdiri atas ‘orang-orang’ sebagai subjek, ‘menyaksikan gerhana matahari’ sebagai predikat yang berobjek, dan yang berfungsi sebagai keterangan adalah ‘pada hari Sabtu lalu’. Dari contoh 1,2,3 diketahui bahwa wujud subjek dapat sebuah kata atau kelompok kata, sedangkan jenis kata atau kelompok katanya bersifat substantif (kata benda, termasuk juga kata ganti). Pada pola kalimat 1, kata ‘mereka’ dapat disubstitusikan dengan kata atau kelompok kata lain yang sejenis, misal: a. Mereka / mengadakan penelitian. b. Amin / mengadakan penelitian. c. Kami / mengadakan penelitian. d. Mahasiswa semester akhir / mengadakan penelitian. Tidak mungkin: - Sakit mengadakan penelitian. - Belajar mengadakan penelitian. Deret kata vertikal atau kelompok kata di bawah kata ‘mereka’ semua dapat berfungsi sebagai subjek karena berjenis yang sama dengan ‘mereka’, yaitu substantif. Dengan mengambil pola kalimat 2, kita dapat membuat kalimat berikut ini: (1) Pencemaran itu / bisa berbahaya. (2) Narkotika itu / bisa berbahaya. (3) Penyakit itu / bisa berbahaya. (4) Merokok itu / bisa berbahaya. Di dalam contoh substitusi terakhir terdapat bentuk kata me-. Menurut bentuknya kata ini biasa digolongkan kata kerja, dan biasa menduduki posisi predikat, akan tetapi kata ‘merokok’ mengalami transposisi sehingga menjadi kata benda dan berfungsi sebagai subjek. Juga kata ‘itu’ yang mengikutinya menjadi ciri substantifnya. 3.2. Predikat Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitakan tentang subjek. Predikat dapat berjenis kata kerja dapat pula tidak. (1) Saudara / siapa? (2) (3) (4) (5) Saya / Ahmad. Ayamnya / seratus. Pohon kelapa itu / tinggi. Dia / dari medan. Dengan melihat contoh di atas dapatlah dinyatakan bahwa predikat kalimat selain berupa verba (kata kerja)dapat pula berjenis kata/kelompok kata.: a. Substantif (siapa, Ahmad); b. Numeral (seratus); c. Adjektif (tinggi); d. Kelompok preposisional (dari Medan). 3.3. Objek Objek adalah kata atau kelompok kata yang melengkapi predikat inti, yang apabila kalimat itu diubah bentuknya menjadi pasif fungsinya berubah menjadi subjek. Bentuk aktif: (1) Tiap manusia mendambakan kebahagiaan. Bentuk pasif: (2) Kebahagiaan didambakan (oleh)tiap manusia. 3.4. Keterangan Keterangan kalimat dapat terletak di muka, tengah, atau bagian belakang kalimat, dan dapat berupa sebuah kata maupun kelompok kata. (1) Sekarang dia rajin solat malam. (2) Pada waktu tanah air kita dipimpin Presiden Soekarno, jiwa nasionalisme dapat dikatakan lebih baik daripada sekarang. (3) Air matanya menggenang ketika ayahnya dikebumikan. Kalimat no 1 mempunyai satu fungtor keterangan yakni ‘sekarang’.Kalimat nomor 2 mempunyai 2 fungtor keterangan yakni ‘pada waktu tanah air kita dipimpin Presiden Soekarno’ dan ‘daripada sekarang.’ Sedangkan kalimat no 3 mempunyai keterangan ‘ketika ayahnya dikebumikan.’ 3.5. Pelengkap Pelengkap adalah bagian dari kalimat yang berpredikat aktif intransitif (tidak memerlukan objek). (1) Aqil bermain bola. (2) Hafidz suka berenang. (3) Baju Fahmi berwarna hijau. (4) Rofi berkata bahwa bundanya belum pulang. Latihan dan Tugas Mandiri 1 1. Tentukan subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan kalimat berikut ini! (1) Ia menjadi direktur. (2) Iqbal menendang bola. (3) Mereka bermain bola. (4) Membaca adalah hobinya sejak kecil. (5) Kambingnya berjumlah tujuh puluh. (6) Ia membawakan saya roti. (7) Mereka para ustadzah yang rajin belajar. (8) Dia mahasiswa terbaik Prodi Manajemen Pendidikan Islam. (9) Setiap Sabtu pagi hingga siang mereka belajar di kampus STAIT Yogyakarta. (10) Meskipun banyak pekerjaan yang harus segera diselesaikan mereka tetap belajar dengan sungguh-sungguh. 2. Buatlah sebuah paragraf pengantar tentang Managemen dakwah sekurangnya-kurangnya terdiri dari 10 kalimat, lalu analisalah unsur-unsur kalimat yang terdapat dalam paragraf tersebut! ***** BAB 3 PENGGOLONGAN KALIMAT BERDASAR KUANTITAS KLAUSANYA Kalimat dapat terdiri atas satu atau beberapa klausa. Klausa adalah sebuah satuan bahasa yang memiliki pengertian dan unsur yang utuh. Sehubungan dengan klausanya, kalimat terbagi atas: 4.1. Kalimat Tunggal Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu pola kalimat atau satu klausa dan sekurang-kurangnya memiliki unsur S dan P. (1) Udara sangat dingin. (2) Dia datang paling awal. Bentuk 1 adalah sebuah konstruksi yang disebut klausa karena unsur yang membentuknya berupa subjek (udara) dan predikat (sangat dingin), demikian pula bentuk 2. Klausa tunggal ini membentuk kalimat tunggal. 4.2. Kalimat Majemuk Berdasarkan relasi klausanya kalimat majemuk terbagi atas kalimat majemuk bertingkat (KMB) dan kalimat majemuk setara (KMS). A. Kalimat majemuk bertingkat (1) Sebelum hujan reda dia sudah datang. Bentuk 1 mempunyai dua klausa yaitu - sebelum hujan reda. Bentuk di atas mempunyai unsur subjek (hujan) dan predikat (reda) yang didahului konjungsi sebelum. - dia sudah datang. Bentuk di atas mempunyai unsur subjek (dia) dan predikat (sudah datang). Klausa pertama merupakan klausa bawahan (anak kalimat) dari keseluruhan konstruksi yang membentuk kalimat 1 yang didahului oleh konjungsi sebelum sebagai penanda relasinya dengan klausa kedua sebagai klausa utama. Dengan demikian klausa pertama menerangkan klausa kedua (induk kalimat). Untuk lebih jelasnya kalimat majemuk bertingkat terbagi atas: a. KMB dengan anak kalimat berfungsi sebagai subjek. (2) Kuterangkan pula bahwa aku tak dapat menolak. P ____________S_____________ (konjungsi) + s’ + p’ b. KMB dengan anak kalimat berfungsi sebagai predikat. (3) Perkuliahan ini setengah jam lamanya. S _________P_________ P’ + s’ c. KMB dengan anak kalimat berfungsi sebagai objek. (4) Azam semalam mangatakan bahwa kepalanya pusing. S K P _________O__________ (konjungsi) + s’ + p’ d. KMB dengan anak kalimat berfungsi sebagai keterangan. (5) Meskipun rumahnya jauh, dia tidak pernah datang terlambat. _________K__________ S P (konjungsi) + s’ + p’ e. KMB dengan anak kalimat berfungsi sebagai pelengkap. (6) Rofi berkata bahwa bundanya belum pulang. S P ___________Pel____________ (konjungsi) + s’ + p’ B. Kalimat Majemuk Setara. Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang klausanya mempunyai hubungan setara (tidak saling membawahi). Kalimat majemuk setara terdiri atas: a. KMS penjumlahan Ditandai oleh konjungsi ‘lalu, dan, kemudian, baik…maupun’, dan sejenisnya. (1) Dia menggeleng-geleng dan menyatakan tidak. (2) Dia rajin membaca baik sewaktu menjadi mahasiswa maupun setelah bekerja. b. KMS pemilihan Ditandai oleh konjungsi ‘atau’. (3) Dia sedang belajar atau sedang melamun? c. KMS pertentangan Ditandai oleh konjungsi ‘tetapi, namun, bukan…melainkan, tidak…tetapi,’ dan sejenisnya. (4) Saya tidak memperhatikan penjelasan itu, tetapi dapat menjawab semua pertanyaan. (5) Tabungannya bukan untuk ke tanah suci, melainkan untuk ke Hongkong. LATIHAN DAN TUGAS MANDIRI 2 1. 2. 3. 4. 5. Apakah yang dimaksud dengan klausa? Apakah yang dimaksud dengan kalimat tunggal? Apakah perbedaan kalimat tunggal dan kalimat majemuk? Ada berapa macam kalimat majemuk dalam bahasa Indonesia? Apakah yang dimaksud dengan anak kalimat dan induk kalimat? Buatlah sebuah contoh kalimat, kemudian analisislah anak dan induk kalimat beserta unsur-unsur kalimatnya! BAB 4 KALIMAT EFEKTIF Kalimat efektif adalah kalimat yang singkat dan jelas serta mampu menyampaikan informasi secara tepat. Ciri-cirinya adalah: a. Kesejajaran Kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan secara konsisten dalam kalimat, misal: - Kesatuan, kemakmuran, kedamaian, keimanan, kesejahteraan, dsb. - Pertanian, perikanan, perusahaan, dsb. - Mengerjakan, menyanyikan, melambaikan, dsb. (1) Gozi segera menangkap Arman karena dikejarnya dengan cepat. (salah) (2) Penulis skripsi harus melakukan langkah-langkah: a. pertemuan dengan penasihat akademik (salah) b. mengajukan topik c. melapor kepada ketua jurusan d. bertemu pembimbing (salah) (3) Ibu ke pasar membeli minum, makanan, dan sayuran.(salah) Seharusnya: (1) Gozi segera menangkap Arman karena mengejarnya dengan cepat. (2) Penulis skripsi harus melakukan langkah-langkah: e. menemui penasihat akademik f. mengajukan topik g. melapor kepada ketua jurusan h. menemui pembimbing (3) Ibu ke pasar membeli minuman, makanan, dan sayuran. b. Kesatuan Gagasan Kesatuan gagasan kalimat dapat terganggu apabila kedudukan subjek dan predikat tidak jelas dikarenakan kerancuan kata depan. 1.1. Di Yogyakarta terkenal sebagai Kota Pendidikan dan Pariwisata. (salah) 1.2. Menurut ahli hukum menyatakan bahwa ekonomi Indonesia akan bangkit jika hukum ditegakkan. (salah) 1.3. Petani yang bekerja di sawah. (salah) Seharusnya: 1.1. Yogyakarta terkenal sebagai Kota Pendidikan dan Pariwisata. 1.2. Ahli hukum menyatakan bahwa ekonomi Indonesia akan bangkit jika hukum ditegakkan. 1.3. Petani bekerja di sawah. c. Kehematan Kata Kesalahan umum: - Kalimat memiliki subjek ganda. - Kalimat memiliki superordinat dan subordinat sekaligus. - Kalimat mengandung kata-kata yang bersinonim. Bentuk tidak efektif: - Buku ini saya sudah membaca. - Saat ini Selly memakai baju berwarna merah jingga. - Banyak anak-anak berlarian menuju lokasi kejadian. - Sekarang ini ia sedang membersihkan motornya di halaman belakang. - Setiap kali bertemu mereka saling bersalam-salaman. Bentuk efektif: - Saya sudah membaca buku ini. - Saat ini Selly memakai baju merah jingga. - Anak-anak berlarian menuju lokasi kejadian. - Ia sedang membersihkan motornya di halaman belakang. - Setiap kali bertemu mereka saling bersalaman. d. Kelogisan Makna Bentuk tidak efektif: - Untuk mempersingkat waktu, kita lanjutkan acara ini dengan… - Kepada Ibu Direktur, waktu dan tempat kami persilakan. - Antara penderitaan manusia dan Pencipta. - Acara itu berjalan tersendat karena sistem penerangan di kampus itu kurang terang. Bentuk efektif: - Untuk menghemat waktu, kita lanjutkan acara ini dengan… - Yang kami hormati, Ibu Direktur, dipersilakan untuk… - Kepada Ibu Direktur, waktu dan tempat kami serahkan. - Antara Pencipta dan penderitaan manusia. - Acara itu berjalan tersendat karena sistem penerangan di kampus itu kurang baik. Atau … - Acara itu berjalan tersendat karena lampu-lampu di kampus itu kurang terang. e. Struktur dan Bentuk Rancu Bentuk tidak efektif: - Sudah berulang kali saya menjelaskan kepadanya. - Ia sedang menginventarisir perabot sekolah. - Sesuai ketentuan yang berlaku, mahasiswa harus menyelesaikan administrasi keuangan sebelum ujian berlangsung. Baik mahasiswa baru atau lama dikenakan peraturan yang sama. Karena harga terus melambung tinggi maka rakyat menderita kelaparan. Sejak dari dulu sampai sekarang metode penelitian bahasa tidak pernah diperbarui oleh linguis. Bentuk efektif: - Sudah berulang-ulang saya menjelaskan kepadanya. - Ia sedang menginventarisasi perabot sekolah. - Sesuai dengan ketentuan yang berlaku… - Baik mahasiswa baru maupun lama… - Karena harga terus melambung tinggi, rakyat… - Sejak dulu sampai sekarang… PERTANYAAN DAN LATIHAN 3 1. Apakah yang dimaksud dengan kalimat efektif? 2. Jelaskan 5 ciri kalimat efektif! 3. Suntinglah kalimat-kalimat di bawah ini agar menjadi kalimat yang efktif! a. Gozi segera menangkap Arman karena dikejarnya dengan cepat. b. Di Yogyakarta terkenal sebagai Kota Pendidikan dan Pariwisata. c. Setiap kali bertemu mereka saling bersalam-salaman. d. Kepada Ibu Direktur, waktu dan tempat kami persilakan. e. Sesuai ketentuan yang berlaku, mahasiswa harus menyelesaikan administrasi keuangan sebelum ujian berlangsung. BAB 5 PARAGRAF 1. Pengertian Paragraf Paragraf merupakan bagian karangan tulis yang membentuk satu kesatuan pikiran/ ide/gagasan. Setiap paragraf dikendalikan oleh satu ide pokok yang dikemas dalam kalimat topik atau kalimat utama. Dari kalimat utama itulah kalimat-kalimat penjelas dituliskan. Perincian tergantung kepada kadar ketajaman intuisi lingual penulis/penutur meliputi aspek kepandaian, keluasan cakrawala pandang dan pengalaman, faktor personal dan psiko-sosial, dsb. Secara visual paragraf atau alinea ditandai oleh baris pertama yang ditulis/diketik menjorok ke dalam sebanyak lima ketukan dari marjin kiri. 2. Unsur-unsur Paragraf Lazimnya paragraf tersusun dari: (1) kalimat topik atau kalimat utama; (2) kalimat pengembang atau kalimat penjelas; (3) kalimat penegas; (4) kata transisi. Dalam paragraf naratif, ide pokok tersebar di dalam keseluruhan kalimat yang membangun. Jadi paragraf naratif tidak selalu harus mengikuti ciri-ciri lahiriah paragraf pada lazimnya. 3. Pola Pengembangan Paragraf a. Pola Runtutan Ruang dan Waktu Pola ini biasanya digunakan untuk menggambarkan suatu kejadian/peristiwa atau cara membuat sesuatu, selangkah demi selangkah menurut runtutan ruang dan waktu. b. Pola Sebab-Akibat Pola ini digunakan untuk mengemukakan alasan tertentu, alasan terjadinya sesuatu, menjelaskan suatu proses yang berpautan dari terjadinya hal-hal tertentu. c. Pola Pembanding Pola ini digunakan untuk membandingkan dua hal atau lebih tentang persamaam ataupun perbedaan hal tersebut. d. Pola Ibarat Pola ini digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang memiliki keserupaan atau kemiripan dengan hal tertentu. e. Pola Contoh Dalam paragraf ini, kalimat rinciannya lazim menggunakan contoh-contoh tentang apa yang dimaksudkan dalam kalimat topik. f. Pola Difinitif Pola ini digunakan untuk menjelaskan sesuatu secara difinitif. g. Dll 4. Teknik Pemaparan Paragraf a. Teknik Deskriptif Paragraf ini disebut juga paragraf lukisan, yakni melukiskan apa saja yang dilihat di depan mata penulisnya. Bersifat loyal terhadap tata ruang atau tata objek yang dilukiskan dan segala sesuatu yang diserap oleh pancaindera. b. Teknik Ekspositoris c. Teknik Argumentatif d. Teknik Naratif 5. Karangan Karangan adalah rangkaian paragraf yang membentuk suatu ide yang utuh. Adapun paragraf yang membentuknya terdiri dari beberapa fungsi paragraf di bawah ini. a. Paragraf Pembuka Paragraf ini merupakan pembuka atau pengantar untuk sampai pada segala pembicaraan yang akan menyusul kemudian. Sebagai pengantar, paragraf pembuka harus benar-benar menarik. Berikut ini beberapa tips untuk menarik pembaca dalam paragraf pembuka. - Menyampaikan berita hangat - Menyampaikan anekdot - Memberikan latar belakang pembicaraan - Memberikan contoh konkret - Mengawali karangan dengan suatu pernyataan yang tegas - Menyentak pembaca dengan pertanyaan yang tajam - Menyentak pembaca dengan perbandingan yang kontras - Mengungkapkan isu yang belum terungkap - Mengungkapkan peristiwa luar biasa b. Paragraf Pengembang Paragraf ini mengemukakan inti persoalan yang hendak disampaikan, dapat berupa penjelasan, contoh, alasan, argumentasi, rincian, dsb. Jumlahnya tidak terbatas. Yang menjadi ukuran adalah ketuntasan pengungkapan gagasan. c. Paragraf Penutup Paragraf penutup merupakan kesimpulan pembicaraan yang telah dipaparkan. Mungkin sebuah rangkuman, atau penegasan pokok. Kalimatkalimat reflektif, pertanyaan-pertanyaan retoris, sering kali dipakai untuk mengakhiri agar meninggalkan bekas-bekas akhir yang tidak mudah untuk dilupakan dan menuntut pemikiran lanjut. PERTANYAAN DAN LATIHAN MANDIRI 4 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Jelaskan pengertian paragraf! Apa sajakah unsur-unsur paragraf? Jabarkan pola-pola pengembangan paragraf! Jelaskan dengan contoh teknik-teknik pemaparan paragraf! Apakah yang dimaksud dengan karangan? Buatlah sebuah karangan, lalu analisislah, apakah sudah terdapat unsur-unsur paragraf yang baik di dalamnya? Memakai pola pengembangan dan teknik pemaparan yang bagaimanakah paragraf yang anda buat? Cobalah menganalisis kalimat dalam paragraf pertama yang anda buat. Sudahkah struktur dan unsurnya sesuai dengan kaidah umum kalimat bahasa Indonesia? Bila belum cobalah anda diskusikan dan revisi bersama teman! ----------------------------------------------------------------------