PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM BIKARBONAT TERHADAP

advertisement
FORMULASI SEDIAAN GRANUL EFERVESEN
EKSTRAK ETIL ASETAT BUAH SIRSAK (Annona Muricata Linn.)
Ni Luh Putu Pande Purwana Wathi
Program Studi Farmasi, FMIPA - UNPAK
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai formulasi sediaan granul efervesen untuk
mendapatkan formula terbaik dari ekstrak setil asetat buah sirsak (Annona muricata Linn.). Granul
efervesen dibuat dalam tiga formula dengan konsentrasi Natrium bikarbonat 2 gram (formula I),
Natrium bikarbonat 2,5 gram (formula II), Natrium bikarbonat 3 gram (formula III). Proses
pembuatan dilakukan dengan metode peleburan. Hasil uji kesukaan menunjukkan parameter aroma
dan warna tidak berbeda nyata antar formula, tetapi Parameter rasa menunjukkan pengaruh yang
berbeda nyata.
Kata kunci: Sirsak, LC50, Granul Efervesen, Polifenol
The research have held to get the best formula according to effervescent granule
availability formulation from ethyl acetate extract of soursop fruit (Annona muricata Linn.).
Effervescent granule made in three formulas with different concentration sodium bicarbonate 2
gram (as formula I), sodium bikarbonat 2,5 gram (as formula II), sodium bikarbonat 3 gram (as
formula III). All these methods tested through smelting process. The result shows, there are no
significant differents in aromatic and colour parameters, mean while taste’s parameter show
significant impact.
Keyword : Sirsak, LC50, Granul Effervescent, Polifenol
PENDAHULUAN
Herbal merupakan obat utama
yang digunakan di seluruh dunia
selama ribuan tahun, telah ditemukan
dan didaftar herbal yang berguna
kemudian diuji kembali cara memetik,
cara penyimpanan dan pengolahan
bahan mentah (preparat), termasuk
juga dosis, resiko dan daya
penyembuhannya. Pengobatan secara
tradisional dengan menggunakan
herbal, lambat laun diabaikan karena
munculnya obat konvensional dan
digantikan oleh obat kimia yang
diekstrak dari herbal atau sintesa dari
beberapa bahan mentah lainnya (Yudi,
2012), tetapi efek samping yang
relatif rendah bila dibandingkan
dengan obat konvensional membuat
orang kembali menggunakan obat
herbal, Salah satu potensi buah sirsak
yaitu sebagai obat asam urat
(Affandi, 2013).
Hasil penelitian Affandi (2013)
diketahui ekstrak etil asetat buah
sirsak berpotensi sebagai obat asam
urat , tetapi belum ada formulasi yang
praktis, stabil dan kontinyu untuk
digunakan masyarakat, oleh karena
itu pada penelitian ini dibuat sediaan
granul efervesen dari buah sirsak
sebagai formulasi yang praktis, aman
dan diterima masyarakat.
Granula
adalah
gumpalangumpalan dari partikel-partikel yang
lebih kecil, umumnya berbentuk tidak
merata dan menjadi seperti partikel
tunggal yang lebih besar. Ukuran
granula biasanya berkisar antara
ayakan 4-12, walaupun demikian
granula dari macam-macam ukuran
lubang ayakan mungkin dapat dibuat
tergantung pada tujuan pemakaiannya
(Ansel, 1989).
Granul efervesen merupakan
granul atau serbuk kasar sampai kasar
sekali dan mengandung unsur obat
dalam campuran yang kering,
biasanya
terdiri
dari
natrium
bikarbonat, asam sitrat dan asam
tatrat, bila ditambah dengan air asam
dan basanya bereaksi membebaskan
karbondioksida
sehingga
menghasilkan buih. Larutan dengan
karbonat yang dihasilkan menutupi
rasa garam atau rasa lain yang tidak
diinginkan dari zat obat
(Ansel,
1989).
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan : buah sirsak masak
(Annona muricata Linn.), natrium
bikarbonat, asam sitrat, asam tartat,
sukralosa dan maltodekstrin. alat
blansir, saringan atau kain batis,
lemari es untuk mendinginkan dan
menyimpan ekstrak buah sirsak,
timbangan, oven, mesh 30, mesh 12,
flowmeter dan alat gelas yang lain.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembuatan ekstrak kering buah
sirsak
Sebanyak 10 kg daging buah
sirsak dimaserasi dengan 7,5 liter etil
asetat selama 3 hari sambil sesekali
dikocok. Hasil maserasi disaring
kemudian dienaptuangkan sehingga
didapatkan 9 liter ekstrak buah sirsak,
kemudian dikeringkan dengan proses
spray drying, tiap 1 liter ekstrak
ditambah 35% malto menghasilkan
147,1 gram ekstrak kering buah
sirsak.
Gambar 1. Ekstrak kering buah sirsak
Evaluasi Ekstrak Kering Buah
Sirsak
Kadar air ekstrak kering buah
sirsak sebesar 4,40% dan kadar abu
1,12%.
Hasil uji toksisitas ekstrak
kering buah sirsak yaitu adalah
622,180 μg/ml sehingga dapat
dikatakan ekstrak etil asetat buah
sirsak pada percobaan ini memiliki
potensi toksisitas menurut metode
BSLT.
Hasil uji fitokimia kualitatif
ekstrak kering buah sirsak terdapat
dalam tabel 1.
Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia kualitatif
Jenis Pengujian
Hasil
Pengujian
Flavonoid
+
Alkaloid
+
Saponin
+
Tanin
+
Polifenol
+
Keterangan : (-) Negatif; (+) Positif
Hasil uji fitokimia kuantitatif
ekstrak kering buah sirsak terdapat
dalam tabel 2.
Tabel 2.
kuantitatif
Hasil
Uji
Fitokimia
Kadar
Polifenol (SAG/g ekstrak)
Ion kalium (/100 g)
Ion natrium (/100 g)
Vitamin C (mg/100 g ekstrak)
Formulasi
efervesen
Sediaan
Hasil
0,69
0,27
13,7
47,005
Granul
kemudian dikemas dalam wadah
alumunium foil.
Evaluasi Granul Efervesen
Uji Organoleptik
Granul efervesen yang dihasilkan
dari ketiga formulanya memiliki
bentuk tidak teratur, berwarna kuning
kecoklatan, rasa asin keasaman dan
aroma sirsak.
Tabel 3. Formula sediaan granul Efervesen
Nama
Bahan Baku
Formula I
(g)
Formula
II (g)
Ekstrak buah
sirsak
Natrium
bikarbonat
Asam sitrat
Asam Tatrat
Sukralosa
Maltodekstrin
4,333
4,333
Formul
a III
(g)
4,333
2
2,5
3
0,696
1,026
0,045
0,310
0,696
1,026
0,045
0,570
0,696
1,026
0,045
0,770
Pembuatan granul efervesen
harus dalam ruangan dengan kondisi
stabil, Suhu antara 230-250C serta
kelembabannya antara 20-50%. Asam
sitrat digerus dan seluruh bahan yang
akan dipergunakan diayak dengan
menggunakan ayakan mesh 30
terlebih dahulu. Bahan- bahan yang
dibutuhkan ditimbang sesuai formula
yang terdapat pada Tabel 3. Proses
granulasi asam ( asam sitrat, asam
tartrat dan maltodekstrin) dan basa
(ekstrak kering buah sirsak, natrium
bikarbonat,
sukralosa
dan
maltodekstrin
dilakukan
secara
terpisah. Setelah proses pencampuran
selesai, masing-masing campuran
asam dan basa diletakkan dalam
loyang yang dilapisi alumunium foil,
lalu dimasukkan kedalam oven pada
suhu 400C selama 1 jam. Setelah
proses peleburan selesai dilakukan
pencampuran
asam
dan
basa,
kemudian diayak dengan mess 8.
Granul efervesen yang telah jadi
Uji Aliran Granul Efervesen
Daya alir granul efervesen
buah sirsak. Pada formula I (2,11g/s),
formula II (2,14g/s), formula III
(2,03g/s). Granul efervesen bersifat
kohesif, karena gaya tarik antara
permukaan corong dengan granul
tinggi sehingga tipe aliran kurang
memenuhi syarat.
Hasil Uji Kadar Air Granul
Tabel 4. Hasil Uji Kadar Air Granul
Formula
Kadar air granul efervesen
1
4,59%
2
4,43%
3
3,97%
Menurut Lachman et al., (1989)
kriteria penerimaan kadar air granul
berada pada kisaran 2-5%, oleh
karena itu kadar air granul efervesen
memenuhi kriteria.
Hasil Uji Penentuan Sudut Diam
Tabel 5. Hasil Penentuan Sudut Diam Granul
Formula
Nilai sudut diam
1
2
3
29,54°
30,19°
28,26°
Hasil sudut diam antara 28,26°
antara 30,19° menunjukkan sudut
diam mudah mengalir sehingga
memenuhi syarat, dimana 25°<α<40°
menunjukkan granul mudah mengalir
(Aulton, 1988).
Uji kemampuan terdispersi
Hasil
evaluasi
kecepatan
terdispersi semua formula kurang dari
2 menit, oleh karena itu semua
formula memenuhi kriteria waktu
terdispersi.
Uji Hedonik
Hasil uji kesukaan menunjukkan
parameter aroma dan warna tidak
berbeda nyata antar formula, tetapi
Parameter
rasa
menunjukkan
pengaruh yang berbeda nyata.
Uji Stabilitas Sediaan
1. Uji Organoleptik
Granul pada suhu 25°C bentuk
granul setiap 2 minggu semakin
lembab, bentuk tidak teratur, warna
semakin pucat tetapi aroma sirsak
masih ada hingga 8 minggu. Pada
suhu 40°C granul semakin keras dan
aroma sirsak semakin menghilang
dengan munculnya aroma gosong.
2. Uji aliran granul
Tabel 6. Hasil Uji Aliran Granul
Minggu ke :
Aliran granul
25°C
40°C
0
2,3
2,3
8
2,1
-
Aliran granul selama waktu
penyimpanan pada suhu 25 °C
semakin kohesif karena granul
semakin lembab yang dipengaruhi
peningkatan kadar air selama waktu
penyimpanan, sedangkan aliran granul
pada suhu 40°C tidak dapat dilakukan
karena bentuk granul yang sudah
bergumpal.
3. Uji penentuan
granul
sudut
diam
Tabel 7. Hasil Uji Penentuan Sudut Diam
Minggu ke :
Aliran granul
25°C
40°C
0
21,79
21,79
8
23,79
-
Nilai sudut diam granul pada
suhu 25°C selama 8 minggu
penyimpanan tidak jauh berbeda dari
minggu ke-0 yaitu mudah mengalir,
sedangkan aliran granul pada suhu
40°C tidak dapat dilakukan karena
bentuk
granul
yang
sudah
menggumpal.
4. Uji kadar air granul
Kadar air granul pada suhu
25°C semakin meningkat tiap 2
minggu, sedangkan kadar air granul
pada suhu 40°C semakin menurun
tiap 2 minggu.
Tabel 8. Hasil Uji Kadar Air Granul
Waktu
Kadar air granul
penyimpanan
25°C
40°C
minggu ke:
0
4,67%
4,67%
2
5,01%
4,51%
4
5,23%
3,59%
6
5,48%
3,53%
8
5,94%
3,22%
5. Uji waktu terdispersi
Granul efervesen buah sirsak
memenuhi syarat waktu terdispersi
selama 2 menit pengadukan, selama
waktu penyimpanan pada suhu 25°C,
tetapi pada suhu 40°C pada waktu
penyimpanan minggu ke-8 tidak
terdispersi merata setelah 2 menit
pengadukan
sehingga
tidak
memenuhi syarat waktu terdispersi.
6. Uji tinggi CO2 yang terbentuk
Hasil evaluasi uji tinggi CO2
yang terbentuk yang dilakukan pada
minggu ke-0 dan minggu ke-8 tidak
ada perubahan pada penyimpanan
suhu 25 °C yaitu 53,85% tetapi
berbeda dengan suhu 40°C tinggi CO2
yang terbentuk mengalami penurunan
yaitu 38,46%.
7. Uji Kadar Polifenol granul
Tabel 9. Hasil Uji Kadar Polifenol
Waktu
Kadar polifenol
Penyimpanan (mg SAG/g ekstrak)/suhu
25°C
40°C
0
0,59
0,59
4
0,39
0,28
8
0,12
0,02
Dari hasil uji stabilitas untuk uji
kadar polifenol diketahui kadar
polifenol selama suhu penyimpanan
25°C dan suhu 40°C tidak stabil
selama 8 minggu penyimpanan.
Penurunan kadar polifenol lebih besar
terjadi pada suhu yang lebih tinggi
karena pada suhu tinggi polifenol
teroksidasi.
8. Kadar ion Kalium dan ion
Natrium granul
Kadar ion K dan ion Na
efervesen secara berturut-turut yaitu
0,40g/100g dan 0,03 g/100g.
9. Uji Kadar Vitamin C granul
Tabel 10. Hasil Uji Kadar Vitamin C
Waktu
Kadar Vitamin C
Penyimpanan
25°C
40°C
Minggu Ke :
0
46,968
46,968
4
42,109
42,074
8
26,290
26,255
Kandungan vitamin C dalam
granul
efervesen
mengalami
penurunan karena adanya proses
oksidasi.
KESIMPULAN
1. Formula 2 dengan komposisi
natrium bikarbonat 2,5 gram
merupakan formula yang
paling banyak disukai.
2. Granul efervesen kurang
stabil
selama
waktu
penyimpanan 8 minggu secara
fisika (organoleptik, aliran
granul,
kemampuan
terdispersi, dan tinggi buih)
dan kimia (kadar air, kadar
polifenol, kadar ion kalium,
kadar ion natrium dan kadar
vitamin C).
Saran
Perlu
adanya
penelitian
preformulasi untuk menghasilkan
granul efervesen yang stabil
selama waktu penyimpanan,
penetapan kadar vitamin C
dengan metode yang berbeda dan
dapat dikembangkan kepenelitian
lebih lanjut untuk mengisolasi
senyawa sitotoksik tumbuhan
sebagai usaha pengembangan
obat alternative antikanker.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, 2013. Pengaruh Ekstrak Etil
Asetat dan Ekstrak Etanol buah
sirsak (Annona muricata Linn.)
Terhadap Penurunan Kadar
Asam Urat Pada Tikus Sprague
– Dawley. Bogor.
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk
Sediaan
Farmasi.
Ed.4.
Penerjemah Farida Ibrahim.
Universitas Indonesia; Jakarta.
Aulton M. E. Pharmaceutich The
Sciense Of Dosage From
Design. Churvill livingstone
Edinburg. 1988; 247-312.
Lachman, L ; Lieberman ; Knig.,
1989. Teori dan Praktek
Farmasi
Industri.
Edisi
Ketiga UI – Press. Jakarta.
Yudi A. 2012. Herbalism A to Z.
Panduan Lengkap Pengobatan
Herbal. Jakarta.
Download