panggilan menjadi murid

advertisement
PANGGILAN MENJADI MURID
Ayat Hafalan : Yesaya 54:13
Semua anakmu akan menjadi murid TUHAN,
dan besarlah kesejahteraan mereka;
Senin
MENJADI SEORANG MURID
Yohanes 15:16, Yohanes 6:43-45
Tidak ada seorangpun dari kita yang belum pernah menjadi seorang murid. Mungkin sekarang banyak orang malas belajar,
segan menjadi seorang murid, inginnya langsung menjadi guru. Padahal selama kita hidup, tidak akan pernah kita berhenti
belajar. Dahulu, orang harus berjuang untuk menjadi murid. Mereka akan mendatangi sang guru dan bersujud memohon agar
dapat dijadikan murid, apapun harganya. Dan ketika dia diangkat menjadi murid, dia begitu bangga dan sepenuhnya
mengabdikan diri kepada gurunya.
Setiap orang yang telah menerima Kristus sebagai Juruselamatnya pribadi adalah murid Kristus. Hebatnya, bukan kita yang
memilih Dia menjadi Guru kita, tetapi Tuhan sendiri yang berinisiatif memilih dan mengangkat kita menjadi muridNya. Betapa
bangganya kita menjadi murid ‘Guru atas segala guru’. Tuhan mengangkat kita menjadi muridNya bukan karena kita lulus ujian
masuk, melainkan karena kasih anugerahNya. Itu adalah sebuah panggilan agung buat kita.
Jadi, bagaimana kita harus bersikap? Alangkah kurang ajarnya jika kita mengelak didikan Dia dan mengatakan bahwa itu bukan
pilihan kita. Sangat mudah bagi Tuhan untuk mencari murid lain yang mau diajar, jika kita menolak. Tetapi tunjukkan sikap
hormat kita untuk taat sebagai seorang murid dari ‘Guru di atas segala guru’. Maka Tuhan akan menyingkapkan rahasia-rahasia
hidup berkemenangan bagi kita, murid-muridNya.
Selasa
KARAKTER SEORANG MURID
Amsal 3:11-12, Ibrani 12:5-11
Bagaimana seorang guru tahu apakah muridnya sudah memahami semua yang diajarkan? Ya melalui ujian. Jika dia lulus ujian
maka dia dianggap layak naik kelas yang lebih tinggi. Tidak ada seorangpun dari kita yang terus menjadi murid kelas 5 SD
bertahun-tahun tanpa naik ke jenjang yang lebih tinggi hanya karena kita selalu mengelak ujian kenaikan kelas. Sudah dapat
dipastikan bahwa sekolahnya akan mengusir dia. Sebaliknya jika naik kelas maka kita akan mendapatkan pelajaran yang lebih
dalam lagi dan kita semakin ahli dalam mata pelajaran tersebut. Selain itu kita juga bangga dianggap layak naik ke jenjang yang
berikutnya.
Dalam pelajaran hidup yang diajarkan Tuhan, kita juga dihadapkan pada ujian-ujian kenaikan tingkat. Setelah Yesus
menunjukkan mujizat memberi makan 5000 orang, Yesus membiarkan murid-muridNya mendahului ke seberang danau tanpa
Dia. Yesus mau menguji murid-muridNya apakah dapat mempercayai Dia sepenuhnya. Di tengah danau, badai menyerang.
Sedemikian hebatnya hingga murid-muridNya sudah lupa akan mujizat yang baru saja mereka saksikan beberapa jam
sebelumnya. Ketika kepayahan, akhirnya Yesus datang menolong.
Pernahkah saudara mengalami saat badai menyerang tanpa ‘kehadiran’ Tuhan? Saudara berseru kepada Tuhan dan sepertinya
Dia diam saja? Saudaraku, itulah ujian iman bagi kita. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita barang sedetikpun, akan tetapi di
dalam ujian hidup Dia mau melihat apakah kita sudah cukup dewasa menghadapinya dan tidak kehilangan iman dan
pengharapan akan Tuhan. Mungkin kita gagal dalam ujian tersebut, tetapi Tuhan pasti akan menolong sehingga kita menang.
Karakter seorang murid akan tampak di dalam api (badai), yaitu apakah kita masih bisa tetap bersyukur dan percaya kepada
Tuhan meskipun kita tidak memiliki alasan untuk bersyukur.
Rabu
TELINGA SEORANG MURID
Markus 7:16, Yesaya 50:4-5
Tuhan berfirman: “Barangsiapa bertelinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!”. Frase itu menunjukkan bahwa syarat
untuk mendengar bukan karena memiliki telinga, karena ternyata banyak orang yang bertelinga tetapi tidak mendengar.
Telinga yang Tuhan maksudkan bukan telinga jasmani, melainkan telinga hati. Tuhan sangat ingin berkomunikasi dengan kita
dan Ia berbicara kepada kita melalui banyak hal: Firman Tuhan, kesaksian saudara seiman, perilaku alam, kejadian yang kita
alami dll. Betapa seringnya kita merasa bahwa Tuhan tidak menjawab, padahal sesungguhnya Dia sudah menjawab akan tetapi
telinga hati kita bebal untuk mendengar.
Telinga seorang murid adalah telinga hati yang peka akan suara Tuhan. Telinga jasmani cenderung ingin mendengarkan hal-hal
yang indah: berita baik atau alunan lagu yang merdu. Telinga jasmani selalu mencoba untuk mengelak atau menutup diri
terhadap hal-hal yang negatif. Telinga hati seorang murid harus rela mendengar suara Tuhan: apakah itu hal yang menurut kita
baik ataupun buruk. Tuhan akan menegur dan menasihati kita, pun menghibur dan menguatkan kita. Apapun yang Dia katakan,
itu adalah baik buat kita.
Bagaimana melatih telinga seorang murid? Tuhan sendiri yang akan mempertajam kepekaan telinga hati kita. Kapan? Setiap
pagi, kata Firman Tuhan. Mengapa pagi hari? Pagi hari adalah saat paling fresh bagi kita, setelah mengistirahatkan fisik dan
pikiran kita. Saat pagi hati kita belum dipenuhi dengan carut marut persoalan dan masalah hari itu, sehingga semakin mudah
mendengar suara Tuhan. Jangan sepelekan pagi hari, karena itulah saat-saat dimana kita bisa mendengar suara Tuhan dengan
lebih jelas. Lalu, lakukan apa yang Tuhan sampaikan. Jangan mempedulikan hasilnya, karena ketaatan akan suara Tuhanlah
yang akan memerdekakan kita.
Kamis
LIDAH SEORANG MURID
Yakobus 3:5, 8-9 ; Yesaya 50:4-5, Yesaya 42:1-3
Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru
kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.
Pertama-tama mendengarlah sebagai murid, lalu berbicaralah sebagai murid. Pepatah mengatakan buah jatuh tidak jauh dari
pohonnya. Maksudnya, kita dapat menilai kepiawaian seorang guru dari kecerdasan murid-muridnya, keberhasilan seorang
pemimpin dari ketaatan pengikut-pengikutnya dan kepemimpinan seorang ayah dari perilaku anak-anaknya. Seorang
murid/anak akan lebih mengikuti keteladanan guru/ayahnya lebih dari pengajaran secara verbal. Jadi jika kita melihat seorang
anak kecil berbicara kasar - maaf - kemungkinan besar orangtuanya pun seringkali berbicara kasar.
Seorang murid Kristus memiliki lidah sebagaimana Kristus. Kristus memiliki tutur kata yang lembut tetapi tegas, memiliki empati
dan belas kasihan atas jiwa-jiwa yang terkulai. Jika memang harus tegas, Dia akan berbicara dengan keras. Akan tetapi Dia tidak
pernah ‘membunuh’ karakter anak-anakNya dengan perkataanNya. Survey menunjukkan bahwa penganiayaan verbal atau
pembunuhan karakter banyak terjadi di dalam masyarakat Indonesia, termasuk keluarga Kristen. Bagaimana mungkin kita bisa
memenangkan rakyat Indonesia bagi Kristus jika kita sendiri masih belum menjadi pemenang dalam bertutur kata.
Lidah seorang murid adalah lidah yang membangun bukan menjatuhkan, menguatkan bukan melemahkan, menasihati bukan
menghakimi dan menghibur bukan menyalahkan. Apa yang keluar dari mulut, keluar dari hati dan dalamnya hati siapa yang
tahu, jadi sesungguhnya apa yang kita katakan adalah cerminan suasana hati kita. Di dalam damai sejahtera tentunya kata-kata
kita pun menyejukkan. Dan itu hanya kita dapati di dalam Tuhan Yesus.
Jumat
SIKAP SEORANG MURID
Matius 10:24-25, Yohanes 14:12
Mat 10:24-25 mengajarkan sikap sebagai murid dalam menghargai dan menghormati gurunya. Bahwa apa yang kita peroleh,
kita dapatkan dari pengajaran Sang Guru. Dia bukan hanya mengajar, tetapi juga memberi contoh dan teladan bagi kita untuk
melakukannya. Maka, sikap kita jangan seperti ‘kacang lupa akan kulit’, yaitu bertingkah dan menganggap diri benar bahkan
tidak lagi menghargai Guru kita. Seringkali kita bersikap bahwa kita sudah jagoan, kuat, ahli sehingga tidak perlu lagi diajar oleh
Tuhan. Kita mulai mengandalkan kekuatan sendiri dan menomorduakan Tuhan. Kita harus semakin serupa seperti Guru kita
akan tetapi biar bagaimana kita tidak lebih dari Guru kita, sehingga sampai kapanpun kita selalu membutuhkan Dia dan Dia
selalu mengajar kita sebagai muridNya sampai kesudahan zaman.
Akan tetapi Yoh 14:12 mengajarkan kepada kita bahwa dengan mempercayai Dia sepenuhnya, kita bukan hanya dapat
melakukan apa yang Tuhan ajarkan, melainkan bahkan yang lebih besar dari itu. Ini bukan sebuah kompetisi: menang kalah
atau kuat lemah. Bukan berarti karena kita melakukan pekerjaan lebih besar atau lebih dahsyat dari yang pernah Yesus lakukan
maka kita lebih dari Dia. Bukan! Karena pekerjaan lebih besar tersebut tetap dalam sikap penyerahan sepenuhnya akan Tuhan.
Di dalam mengandalkan Tuhan, maka Tuhan akan memakai kita untuk melakukan pekerjaan yang lebih besar dari yang pernah
Dia lakukan.
Jadi bagaimana sikap kita sebagai murid? Kita tidak lebih dari Sang Guru, yaitu Tuhan Yesus sendiri, sehingga bagian kita adalah
selalu taat, tunduk dan mempercayai Dia sepenuhnya. Ketika kita bersikap seperti itu, Tuhan akan memakai kita sebagai
alatNya untuk melakukan pekerjaan yang dahsyat.
Sabtu
MAHKOTA SEORANG MURID
Yesaya 54:13-14
Apakah reward atau penghargaan yang kita terima dari Guru kita? Jika kita seorang guru maka kita akan merasakan betapa
bahagianya dan bangganya ketika murid-murid kita lulus dengan nilai yang baik. Apalagi jika murid kita menjadi pelajar teladan
atau pemenang olimpiade. Pasti yang akan menjadi topik pembicaraan: siapa gurunya? Maka kita akan memandang anak didik
kita itu sebagai milik atau mahkota yang berharga buat kita. Apa yang dia inginkan, kita ingin memenuhinya supaya penuh
sukacitanya.
Terlebih Tuhan, Sang Guru. Betapa bahagia dan bangganya Dia melihat kita lulus ujian hidup dan menjadi murid yang berhasil.
Lebih luar biasa ketika orang-orang di sekitar kita berbisik-bisik dalam kekaguman: “ Siapa Gurunya? Siapa Tuhannya?”. Maka
niscaya Tuhan akan menganugerahkan kepada kita mahkota kemenangan. Tuhan akan menjagai dengan istimewa biji mataNya
yang sangat berharga ini. Tuhan akan menanugerahkan penghargaan (reward) bukan hanya buat kita, bahkan buat anak cucu
kita. Mereka akan menjadi murid Tuhan dan kesejahteraan menjadi milik mereka. Amin!
Lalu selama hidup kita Tuhan menjamin bahwa kita akan ditegakkan di atas kebenaran, dijauhkan dari pemerasan, ketakutan
dan keterkejutan. Musuh tidak dapat lagi menginjak-injak kita dan memeras kita. Apa yang kita lakukan akan berhasil dan kita
sendiri yang akan menikmati hasilnya. Ketakutan akan menjauh dari hidup kita dan kesejahteraan menjadi bagian hidup kita.
Demikianlah janji Tuhan, asalkan kita menjadi muridNya yang taat dan selalu mengandalkan Dia sepenuhnya.
Minggu
TUGAS SEORANG MURID
Matius 10:1, Matius 28:19-20
Ketika seorang murid perguruan kungfu Shaolin dinyatakan lulus, dia diperintahkan turun gunung untuk menebar kebaikan dan
mengalahkan kejahatan. Selain itu, dia diperintahkan untuk mencari murid-murid baru untuk meneruskan tradisi kungfu
Shaolin. Itulah legenda perguruan Shaolin yang sangat terkenal di Tiongkok. Demikian pula dengan kita sebagai murid Tuhan.
Apakah tugas yang Tuhan berikan kepada kita sebagai muridNya?
Tuhan mengutus saudara dan saya sebagai murid Kristus untuk ‘turun gunung’ masuk ke dalam dunia seperti domba di tengah
serigala. Kita diutus untuk membebaskan yang terikat, menyembuhkan yang sakit dan bahkan membangkitkan orang mati. Dan
Tuhan tidak asal mengutus, karena Dia juga memberikan kita kuasa untuk melakukannya. Kita tidak mungkin melakukannya
tanpa kuasa Tuhan. Dialah kesanggupan kita.
Tuhan mengutus dan menugaskan kita bukan hanya menjadikan mereka percaya akan tetapi menjadi murid, yang berarti ada
regenerasi sehingga mereka akan melakukan apa yang kita lakukan, sebagaimana yang Tuhan ajarkan kepada kita. Tugas
saudara dan saya bukan hanya menjadi murid Kristus melainkan juga menjadi guru bagi jiwa-jiwa baru dan menyiapkan mereka
menjadi murid-murid Kristus sejati. Ini bukan pilihan melainkan panggilan kita.
Download