BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Stakeholders Stakeholder merupakan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan yang meliputi karyawan, konsumen, pemasok, masyarakat, pemerintah selaku regulator, pemegang saham, kreditur, pesaing, dan lain lain. Teori stakeholder menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholder. Gray menyatakan bahwa: “Kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan stakeholder dan dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut. Makin powerful stakeholder, makin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi. Pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan dengan stakeholder-nya”. 1 Teori stakeholder berkaitan dengan cara yang dilakukan perusahaan untuk mengatur stakeholder-nya. Cara tersebut tergantung pada strategi yang diadopsi perusahaan, yaitu strategi aktif dan pasif.2 Strategi aktif tidak hanya 1 Gray dalam Hari Suryono Widianto, Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Aktivitas, Ukuran Perusahaan dan Corporate Governance Terhadap Prakttik Pengungkapan Sustainability Report ( Studi Pada Perusahaan – Perusahaan yang Listed (Go-Public) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2007 - 2009 )jurnal, hlm. 6 2 Ulman dalam Puspowardhani, Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Corporate Governance Terhadap Publikasi Sustainability Report (Studi Empiris pada perusahaan Go Public 40 41 mengidentifikasi stakeholder, tetapi juga menentukan stakeholder mana yang memiliki kemampuan terbesar dalam mempengaruhi alokasi sumber ekonomi ke dalam perusahaan. Perhatian yang besar terhadap stakeholder akan mengakibatkan tingginya tingkat pengungkapan informasi sosial dan tingginya kinerja sosial perusahaan. Sedangkan perusahaan yang mengadopsi strategi pasif cenderung tidak terus menerus memonitor aktivitas stakeholder dan secara sengaja tidak mencari strategi optimal untuk menarik perhatian stakeholder. Akibatnya adalah rendahnya tingkat pengungkapan informasi sosial dan rendahnya kinerja sosial perusahaan. Pengungkapan informasi dapat dibagi menjadi dua yakni yang sifatnya wajib (mandatory) dan sukarela (voluntary). Salah satu bentuk pengungkapan sukarela yang berkembang dengan pesat saat ini yaitu pengungkapan sustainability report. Melalui pengungkapan sustainability report (pengungkapan sosial dan lingkungan) perusahaan dapat memberikan informasi yang lebih cukup dan lengkap berkaitan dengan kegiatan dan pengaruhnya terhadap kondisi sosial masyarakat dan lingkungan. B. Teori Legitimasi Legitimasi masyarakat merupakan faktor strategis bagi perusahaan dalam rangka mengembangkan perusahaan ke depan. Hal itu, dapat dijadikan sebagai wahana untuk mengonstruksi strategi perusahaan, terutama terkait dengan upaya memposisikan diri di tengah lingkungan masyarakat yang yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011), skripsi (Jakarta: Universitas Negeri Syarif Hidayatullah, 2013), hlm. 33 42 semakin maju.3 Menurut Dowling dan Pfeffer teori legitimasi sangat bermanfaat dalam menganalisis perilaku organisasi. Kedua peneliti tersebut menyatakan bahwa: “Karena legitimasi adalah hal yang penting bagi organisasi, batasanbatasan yang ditekankan oleh norma-norma dan nilai-nilai sosial, dan reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya analisis perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan”. Teori legitimasi berdasarkan pada gagasan “perusahaan beroperasi di dalam masyarakat melalui suatu kontrak sosial, kemudian perusahaan tersebut akan membuat kesepakatan untuk melaksanakan berbagai macam tindakan yang diinginkan oleh masyarakat sebagai balasan atas diterimanya tujuan perusahaan, kelangsungan hidup perusahaan, dan penghargaan lainnya”. Kesesuaian nilai sosial yang ingin diciptakan oleh perusahaan dapat diciptakan melalui peningkatan komunikasi yang efektif bagi masyarakat. Komunikasi ini dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi-informasi tambahan yang lebih bersifat pendukung dan kebanyakan bersifat sukarela. Salah satu usaha yang dapat dilakukan yakni dengan pembuatan sustainability report. 3 Vindy Tantyo & Josua Tarigan, Analisa Perbesaan Kinerja Keuangan (Leverage Ratio) Pada Perusahaan Partisan Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA) 2009-2011, Business Accounting Review, Vol. 2, No. 1. 2014, hlm. 2 43 Laporan ini dapat digunakan oleh perusahaan untuk memperoleh legitimasi. Dengan demikian, legitimasi merupakan manfaat atau sumber daya potensial bagi perusahaan untuk mempertahankan hidup (going concern).4 Di Indonesia, kewajiban perusahaan untuk melaksanakan tanggungjawab sosial perusahaan diatur dalam beberapa peraturan atau perundangan seperti Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) dalam Pasal 74 (1) yang menyatakan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usaha di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.5 Selain itu, juga terdapat dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UUPM) yaitu pada Pasal 15 (b) yang menyatakan bahwa setiap penanam modal wajib melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan dan pada Pasal 16 (d) yang menyatakan bahwa setiap penanam modal bertanggungjawab menjaga kelestarian lingkungan hidup dan pasal 16 (e) menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja.6 4 Puspowardhani, Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Corporate Governance Terhadap Publikasi Sustainability Report (Studi Empiris pada perusahaan Go Public yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011), skripsi (Jakarta: Universitas Negeri Syarif Hidayatullah, 2013), hlm. 35 5 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Pasal 74 ayat (1) 6 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Pasal 15 (b), pasal 16 (d) dan (e) 44 C. Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report) 1. Definisi Laporan keberlanjutan Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report) adalah praktik pengukuran, pengungkapan dan upaya akuntabilitas dari kinerja organisasi dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan kepada para pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal. Laporan Keberlanjutan merupakan sebuah istilah umum yang dianggap sinonim dengan istilah lainnya untuk menggambarkan laporan mengenai dampak ekonomi, lingkungan, dan social, misalnya triple bottom line, laporan pertanggungjawaban perusahaan, dan lain sebagainya.7 Sustainability report memiliki definisi yang beragam, menurut Elkington (1997) berarti laporan yang memuat tidak saja informasi kinerja keuangan tetapi juga informasi non keuangan yang terdiri dari informasi aktivitas sosial dan lingkungan yang memungkinkan perusahaan bisa bertumbuh secara berkesinambungan (sustainable performance). Sustainability reporting adalah sebuah laporan yang bersifat voluntary, dikeluarkan oleh perusahaan yang memberikan informasi mengenai ekonomi, lingkungan dan sosial.8 7 GRI (Pedoman Laporan Keberlanjutan), 2006, hlm. 4 Ria Natalia dan Josua Tarigan, Pengaruh Sustainability Reporting Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Publik Dari Sisi Profitability Ratio, Business Accounting Review, vol. 2, No. 1, 2014, hlm. 3 8 45 2. Prinsip Pengungkapan Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report) Pengungkapan Sustainability Report yang sesuai dengan GRI (Global Reporting Index) harus memenuhi beberapa prinsip. Prinsip-prinsip ini tercantum dalam GRI-G4 Guidelines, yaitu: a. Keseimbangan Laporan harus mencerminkan aspek-aspek positif dan negatif dari kinerja organisasi untuk memungkinkan dilakukannya asesmen yang beralasan atas kinerja organisasi secara keseluruhan. Keseluruhan penyajian konten laporan harus memberikan gambaran yang objektif tentang kinerja organisasi. Laporan harus menghindari format pemilihan, penghilangan, atau penyajian yang terlalu berlebihan atau tidak tepat dalam memengaruhi keputusan atau asesmen dari pembaca laporan. b. Komparabilitas Organisasi harus memilih, mengumpulkan, dan melaporkan informasi secara konsisten. Informasi yang dilaporkan harus disajikan dengan cara yang memungkinkan para pemangku kepentingan menganalisis perubahan kinerja organisasi dari waktu ke waktu, dan yang dapat mendukung analisis relatif terhadap organisasi lain. Komparabilitas diperlukan untuk mengevaluasi kinerja. Pemangku kepentingan yang menggunakan laporan harus dapat membandingkan informasi yang dilaporkan mengenai kinerja ekonomi, lingkungan, dan sosial terhadap kinerja organisasi di masa lalu, terhadap tujuan 46 organisasi, dan pada tingkat yang memungkinkan, terhadap kinerja organisasi lain. c. Akurat Informasi yang dilaporkan harus cukup akurat dan terperinci bagi para pemangku kepentingan untuk dapat menilai kinerja organisasi. d. Ketepatan Waktu Organisasi harus membuat laporan dengan jadwal yang teratur sehingga informasi tersedia tepat waktu bagi para pemangku kepentingan untuk membuat keputusan yang tepat. Manfaat informasi terkait erat dengan kapan informasi tersebut disajikan kepada para pemangku kepentingan sehingga mereka dapat mengintegrasikannya secara efektif dalam pengambilan keputusan. Waktu penerbitan mengacu pada keteraturan pelaporan serta kedekatannya dengan peristiwa aktual yang dijelaskan dalam laporan. e. Kejelasan Organisasi harus membuat informasi tersedia dengan cara yang dapat dimengerti dan dapat diakses oleh pemangku kepentingan yang menggunakan laporan. Informasi harus disajikan dengan cara yang dapat dipahami oleh para pemangku kepentingan yang memiliki pemahaman yang wajar mengenai organisasi dan aktivitasnya. 47 f. Keandalan Organisasi harus mengumpulkan, mencatat, menyusun, menganalisis, dan mengungkapkan informasi serta proses yang digunakan untuk menyiapkan laporan agar dapat diuji, dan hal itu akan menentukan kualitas serta materialitas informasi. Para pemangku kepentingan harus memiliki keyakinan bahwa laporan dapat diuji untuk dapat menetapkan kebenaran isinya dan sejauh mana prinsipprinsip Pelaporan telah diterapkan dengan benar.9 9 Global Reporting Initiative G-4 (Pedoman Pelaporan Keberlanjutan), hlm. 17-18 48 Tabel 2.1 Indikator Pengungkapan Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report) ASPEK EKONOMI EC1 Perolehan dan distribusi nilai ekonomi langsung, meliputi pendapatan, biaya operasi, imbal jasa karyawan, donasi, dan investasi komunitas lainnya, laba ditahan, dan pembayaran kepada penyandang dana serta pemerintah. EC2 Implikasi finansial dan risiko lainnya akibat perubahan iklim serta peluangnya bagi aktivitas organisasi. EC3 Jaminan kewajiban organisasi terhadap program imbalan pasti. EC4 Bantuan fnansial yang signifkan dari pemerintah. EC5 Rentang rasio standar upah terendah dibandingkan dengan upah minimum setempat pada lokasi operasi yang signifkan EC6 Kebijakan, praktek, dan proporsi pengeluaran untuk pemasok lokal pada lokasi operasi yang signifkan. EC7 Prosedur penerimaan pegawai lokal dan proporsi manajemen senior lokal yang dipekerjakan pada lokasi operasi yang signifkan. EC8 Pembangunan dan dampak dari investasi infrastruktur serta jasa yang diberikan untuk kepentingan publik secara komersial, natura, atau pro bono. 49 Pemahaman dan penjelasan dampak ekonomi tidak langsung yang signifkan, termasuk seberapa luas dampaknya. 10 EC9 ASPEK LINGKUNGAN EN1 Penggunaan Bahan; diperinci berdasarkan berat atau volume EN2 Persentase Penggunaan Bahan Daur Ulang EN3 Penggunaan Energi Langsung dari Sumberdaya Energi Primer EN4 Pemakaian Energi Tidak Langsung berdasarkan Sumber Primer EN5 Penghematan Energi melalui Konservasi dan Peningkatan Efsiensi EN6 Inisiatif untuk mendapatkan produk dan jasa berbasis energi efsien atau energi yang dapat diperbarui, serta pengurangan persyaratan kebutuhan energi sebagai akibat dari inisiatif tersebut. EN7 Inisiatif untuk mengurangi konsumsi energi tidak langsung dan pengurangan yang dicapai EN8 Total pengambilan air per sumber EN9 Sumber air yang terpengaruh secara signifkan akibat pengambilan air EN10 Persentase dan total volume air yang digunakan kembali dan didaur ulang 10 Global Reporting Initiative (Pedoman Laporan Keberlanjutan), 2006, hlm. 27 50 EN11 Lokasi dan Ukuran Tanah yang dimiliki, disewa, dikelola oleh organisasi pelapor yang berlokasi di dalam, atau yang berdekatan dengan daerah yang diproteksi (dilindungi?) atau daerah-daerah yang memiliki nilai keanekaragaman hayati yang tinggi di luar daerah yang diproteksi EN12 Uraian atas berbagai dampak signifkan yang diakibatkan oleh aktivitas, produk, dan jasa organisasi pelapor terhadap keanekaragaman hayati di daerah yang diproteksi (dilindungi) dan di daerah yang memiliki keanekaragaman hayati bernilai tinggi di luar daerah yang diproteksi (dilindungi) EN13 Perlindungan dan Pemulihan Habitat EN14 Strategi, tindakan, dan rencana mendatang untuk mengelola dampak terhadap keanekaragaman hayati EN15 Jumlah spesies berdasarkan tingkat risiko kepunahan yang masuk dalam Daftar Merah IUCN (IUCN Red List Species) dan yang masuk dalam daftar konservasi nasional dengan habitat di daerah-daerah yang terkena dampak operasi EN16 Jumlah emisi gas rumah kaca yang sifatnya langsung maupun tidak langsung dirinci berdasarkan berat EN17 Emisi gas rumah kaca tidak langsung lainnya diperinci berdasarkan berat EN18 Inisiatif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan pencapaiannya EN19 Emisi bahan kimia yang merusak lapisan ozon (ozone-depleting substances/ODS) diperinci berdasarkan berat 51 EN20 NOx, SOx dan emisi udara signifkan lainnya yang diperinci berdasarkan jenis dan berat EN21 Jumlah buangan air menurut kualitas dan tujuan EN22 Jumlah berat limbah menurut jenis dan metode pembuangan EN23 Jumlah dan volume tumpahan yang signifkan EN24 Berat limbah yang diangkut, diimpor, diekspor, atau diolah yang dianggap berbahaya menurut Lampiran Konvensi Basel I, II, III dan VIII, dan persentase limbah yang diangkut secara internasional. EN25 Identitas, ukuran, status proteksi dan nilai keanekaragaman hayati badan air serta habitat terkait yang secara signifkan dipengaruhi oleh pembuangan dan limpasan air organisasi pelapor EN26 Inisiatif untuk mengurangi dampak lingkungan produk dan jasa dan sejauh mana dampak pengurangan tersebut. EN27 Persentase produk terjual dan bahan kemasannya yang ditarik menurut kategor EN28 Nilai Moneter Denda yang signifkan dan jumlah sanksi nonmoneter atas pelanggaran terhadap hukum dan regulasi lingkungan EN29 Dampak lingkungan yang signifkan akibat pemindahan produk dan barang-barang lain serta material yang digunakan untuk operasi perusahaan, dan tenaga kerja yang memindahkan. 52 Jumlah pengeluaran untuk proteksi dan investasi lingkungan menurut jenis.11 EN30 ASPEK HAK ASASI MANUSIA HR1 Persentase dan jumlah perjanjian investasi signifkan yang memuat klausul HAM atau telah menjalani proses skrining/ fltrasi terkait dengan aspek hak asasi manusia. HR2 Persentase pemasok dan kontraktor signifkan yang telah menjalani proses skrining/ fltrasi atas aspek HAM HR3 Jumlah waktu pelatihan bagi karyawan dalam hal mengenai kebijakan dan serta prosedur terkait dengan aspek HAM yang relevan dengan kegiatan organisasi, termasuk persentase karyawan yang telah menjalani pelatihan. HR4 Jumlah kasus diskriminasi yang terjadi dan tindakan yang diambil/dilakukan. HR5 Segala kegiatan berserikat dan berkumpul yang diteridentifkasi dapat menimbulkan risiko yang signifkan serta tindakan yang diambil untuk mendukung hak-hak tersebut. HR6 Kegiatan yang identifkasi mengandung risiko yang signifkan dapat menimbulkan terjadinya kasus pekerja anak, dan langkah-langkah yang diambil untuk mendukung upaya penghapusan pekerja anak. HR7 Kegiatan yang teridentifkasi mengandung risiko yang signifkan dapat menimbulkan kasus kerja paksa atau kerja wajib, dan langkah- 11 Global Reporting Initiative (Pedoman Laporan Keberlanjutan), 2006, hlm 29-30 53 langkah yang telah diambil untuk mendukung upaya penghapusan kerja paksa atau kerja wajib. HR8 Persentase personel penjaga keamanan yang ter-latih dalam hal kebijakan dan prosedur organisasi terkait dengan aspek HAM yang relevan dengan kegiatan organisasi Jumlah kasus pelanggaran yang terkait dengan hak penduduk asli dan langkah-langkah yang diambil.12 HR9 ASPEK MASYARAKAT SO1 Sifat dasar, ruang lingkup, dan keefektifan setiap program dan praktek yang dilakukan untuk menilai dan mengelola dampak operasi terhadap masyarakat, baik pada saat memulai, pada saat beroperasi, dan pada saat mengakhiri. SO2 Persentase dan jumlah unit usaha yang memiliki risiko terhadap korupsi. SO3 Persentase pegawai yang dilatih dalam kebijakan dan prosedur antikorupsi. SO4 Tindakan yang diambil dalam menanggapi keja-dian korupsi. SO5 Kedudukan kebijakan publik dan partisipasi dalam proses melobi dan pembuatan kebijakan publik. SO6 Nilai kontribusi fnansial dan natura kepada partai politik, politisi, dan institusi terkait berdasarkan negara di mana perusahaan beroperasi. 12 Ibid, hlm. 35 54 SO7 Jumlah tindakan hukum terhadap pelanggaran ketentuan antipersaingan, anti-trust, dan praktek monopoli serta sanksinya. SO8 Nilai uang dari denda signifkan dan jumlah sanksi nonmoneter untuk pelanggaran hukum dan pera-turan yang dilakukan13 ASPEK TENAGA KERJA DAN PEKERJAAN LAYAK LA1 Jumlah angkatan kerja menurut jenis pekerjaan, kontrak pekerjaan, dan wilayah. LA2 Jumlah dan tingkat perputaran karyawan menurut kelompok usia, jenis kelamin, dan wilayah LA3 Manfaat yang disediakan bagi karyawan tetap (purna waktu) yang tidak disediakan bagi karyawan tidak tetap (paruh waktu) menurut kegiatanpokoknya. LA4 Persentase karyawan yang dilindungi perjanjian tawar-menawar kolektif tersebut. LA5 Masa pemberitahuan minimal tentang perubahan kegiatan penting, termasuk apakah hal itu dijelaskan dalam perjanjian kolektif tersebut. LA6 Persentase jumlah angkatan kerja yang resmi diwakili dalam panitia Kesehatan dan Keselamatan antara manajemen dan pekerja yang membantu memantau dan memberi nasihat untuk program keselamatan dan kesehatan jabatan. LA7 Tingkat kecelakaan fsik, penyakit karena jabatan, hari-hari yang hilang, dan ketidakhadiran, dan jumlah kematian karena pekerjaan 13 Ibid, hlm 37 55 menurut wilayah. LA8 Program pendidikan, pelatihan, penyuluhan/bimbingan, pencegahan, pengendalian risiko setempat untuk membantu para karyawan, anggota keluarga dan anggota masyarakat, mengenai penyakit berat/berbahaya. LA9 Masalah kesehatan dan keselamatan yang tercakup dalam perjanjian resmi dengan serikat karyawan. LA10 Rata-rata jam pelatihan tiap tahun tiap karyawan menurut kategori/kelompok karyawan. LA11 Program untuk pengaturan keterampilan dan pembelajaran sepanjang hayat yang menujang kelangsungan pekerjaan karyawan dan membantu mereka dalam mengatur akhir karier. LA12 Persentase karyawan yang menerima peninjauan kinerja dan pengembangan karier secara teratur. LA13 Komposisi badan pengelola/penguasa dan perin-cian karya¬wan tiap kategori/kelompok menurut jenis kelamin, kelompok usia, keanggotaan kelom-pok minoritas, dan keanekaragaman indikator lain. Perbandingan/rasio gaji dasar pria terhadap wanita menurut kelompok/kategori karyawan. 14 LA14 ASPEK TANGGUNG JAWAB PRODUK PR1 Tahapan daur hidup di mana dampak produk dan jasa yang menyangkut kesehatan dan keamanan dinilai untuk penyempurnaan, dan 14 Ibid, hlm 32 56 persentase dari kategori produk dan jasa yang penting yang harus mengikuti prosedur tersebut PR2 Jumlah pelanggaran terhadap peraturan dan etika mengenai dampak kesehatan dan keselamatan suatu produk dan jasa selama daur hidup, per produk. PR3 Jenis informasi produk dan jasa yang dipersyaratkan oleh prosedur dan persentase produk dan jasa yang signifkan yang terkait dengan informasi yang dipersyaratkan tersebut. PR4 Jumlah pelanggaran peraturan dan voluntary codes mengenai penyediaan informasi produk dan jasa serta pemberian label, per produk PR5 Praktek yang berkaitan dengan kepuasan pelanggan termasuk hasil survei yang mengukur kepuasaan pelanggan. PR6 Program-program untuk ketaatan pada hukum, standar dan voluntary codes yang terkait dengan komunikasi pemasaran, termasuk periklanan, promosi, dan sponsorship. PR7 Jumlah pelanggaran peraturan dan voluntary codes sukarela mengenai komunikasi pemasaran termasuk periklanan, promosi, dan sponsorship, menurut produknya. PR8 Jumlah keseluruhan dari pengaduan yang berdasar mengenai pelanggaran keleluasaan pribadi (privacy) pelanggan dan hilangnya data pelanggan 57 Nilai moneter dari denda pelanggaran hukum dan peraturan mengenai pengadaan dan penggunaan produk dan jasa15 PR9 15 Ibid,hlm. 39 58 3. Konsep Triple Bottom Line Dewasa ini semakin banyak perusahaan yang memperhatikan dan mengukur performa tidak hanya dari sudut finansial saja tetapi juga dari sudut lingkungan, social, dan tata kelola perusahaan. Perusahaan dituntut oleh berbagai pihak dari stakeholder untuk lebih transparasi dan akuntabel dalam kegiatan yang berhubungan dengan sustainable perusahaan. Perusahaan juga dituntut untuk tidak hanya fokus pada pencapaian profit, namun juga fokus pada people dan planet. Ketiga hal ini sering disebut dengan triple bottom line. a. Profit Setiap perusahaan pasti bertujuan untuk mendapatkan profit. Perusahaan dapat berkelanjutan jika mendapatkan profit secara terus menerus. Dengan profit yang didapatkan perusahaan, perusahaan dapat tetap going concern. Namun dalam kenyataannya, saat ini perusahaan tidak dapat going concern hanya dengan mengedepankan profit saja, namun juga people dan planet yang terlibat dalam proses dan dampak atas aktivitas perusahaan yang sering dilalaikan oleh perusahaan. b. People Perusahaan memerlukan people baik investor, karyawan, supplier, konsumen, masyarakat, maupun lembaga masyarakat. Perusahaan memerlukan investor untuk mendanai kegiatan operasional perusahaan. Untuk menarik para investor, perusahaan harus dapat memenuhi keinginan investor dan memberikan tingkat kepercayaan 59 yang tinggi agar para investor tertarik untuk menginvestasikan dananya pada perusahaan. Karyawan sebagai pendukung proses produksi memerlukan perhatian perusahaan atas pengelolaan lingkungan kerja yang baik. Karyawan memerlukan perhatian atas gaji, pelatihan, pendidikan, dan jaminan-jaminan. Mengelola hubungan yang baik dengan supplier, konsumen, dan masyarakat sekitar dapat meningkatkan pencitraan baik bagi perusahaan. Perusahaan yang memiliki hubungan yang baik dengan supplier dapat menumbuhkan rasa kepercayaan dan keterikatan sehingga dapat memperlancar proses pemesanan bahan baku dan pelunasan utang dagang. Hubungan yang baik perusahaan dengan konsumen serta kualitas produk yang baik dapat berdampak pada tingkat loyalitas konsumen terhadap produk-produk perusahaan. Semakin baik hubungan perusahaan dengan konsumen, maka akan semakin loyal konsumen tersebut terhadap perusahaan karena merasa diperhatikan dan terlibat dalam kegiatan yang diadakan perusahaan. Perusahaan dan masyarakat sekitar harusnya dapat berhubungan dengan baik. Kegiatan operasi perusahaan dengan pengelolaan yang tidak baik dapat mengganggu masyarakat sekitar, masyarakat sekitar yang terusik akan melakukan protes yang dapat menghambat kegiatan operasional perusahaan. Dengan pencitraan baik, perusahaan dapat meningkatkan produktivitas dan keuntungan yang berlipat. Dengan 60 perusahaan fokus terhadap lingkungan sekitar, berbagai lembaga masyarkat yang peduli terhadap lingkungan hidup akan mendukung kegiatan dan keberlangsungan perusahaan. c. Planet Perusahaan juga harus memperhatikan planet (lingkungan) karena perusahaan dapat beroperasi dengan mengambil sumber daya alam yang ada di dalamnya. Perusahaan yang menggunakan sumber daya alam secara serampangan dapat menyebabkan menipisnya sumber daya alam yang ada. Rusaknya lingkungan tidak hanya disebabkan penggunaan sumber daya alam secara serampangan, namun juga karena tercemarnya lingkungan sebagai akibat dari kurangnya kemampuan perusahaan untuk mengolah limbah dari kegiatan operasional perusahaan. Kerusakan lingkungan yang berimbas pada ketersedian sumber daya alam sebagai bahan baku produk dapat menurunkan pendapatan perusahaan. Perusahaan harus dapat menggunakan sumber daya alam dengan efisien yang memastikan ketersediaan sumber daya alam untuk generasi selanjutnya dan mengolah limbah dengan efektif agar lingkungan sekitar tidak tercemar.16 16 Fadhila adhipradana, Pengaruh kinerja keuangan, ukuran perusahaan dan corporate governance terhadap pengungkapan sustainability report (studi empiris perusahaan-perusahaan yang listed (go publik)di bursa efek indonesia (BEI) periode 2008-2011, skripsi (Semarang: Universitas Diponegoro 2013) hlm. 37-40 61 D. Kinerja Perusahaan Kinerja keuangan adalah suatu indikator untuk menilai kondisi keuangan perusahaan yang salah satunya diukur dari profitabilitas atau kemampuan menghasilkan laba.17 Sudah menjadi kebiasaan bahwa pada akhir suatu periode setiap perusahaan akan melihat kinerja perusahaan yang dijalankan oleh manajemennya. Salah satu cara yang terpenting untuk melihat kinerja manajemen adalah laporan keuangan yang telah disusun pada periode yang bersangkutan. Ukuran apakah manajemen berhasil atau tidak dalam meningkatkan kinerja, maka terlebih dahulu laporan keuangan tersebut haruslah dianalisis yang kita kenal dengan nama analisis laporan keuangan. 18 Analisis laporan keuangan adalah segala sesuatu yang menyangkut penggunaan informasi akuntan untuk membuat keputusan bisnis dan investasi.19 Analisa laporan keuangan perusahaan pada dasarnya merupakan perhitungan ratio-ratio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini dan kemungkinannya di masa depan. Analisis keuangan dirancang bagi pengusaha, investor dan kreditor dimana mereka harus memahami bagaimana membaca mengartikan serta menganalisis laporan keuangan. Laporan keuangan melaporkan posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu maupun selama beberapa periode yang lalu.20 17 Dwinita aryani, Kajian Kinerja Keuangan dan Corporeta Social Responsibility Terhadap Good Corporate Governance dan Nilai Perusahaan (eprints. Unisbank.ac.id/pdp), hlm. 8 18 Kasmir, Pengantar manajemen keuangan, (jakarta: kencana, 2010) hlm 10 19 Dewi astuti, Manajemen keuangan perusahaan, ( jakarta: Ghalia indonesia, 2004), hlm. 29 20 Ibid, 62 Profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan entitas dalam menghasilkan laba pada tingkat penjualan, aset, dan ekuitas. Pengukuran profitabilitas merupakan aktivitas yang membuat manajemen menjadi lebih bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial perusahaan kepada pemegang saham. Perusahaan yang memiliki kemampuan kinerja keuangan yang baik, akan memiliki kepercayaan yang tinggi untuk menginformasikan kepada stakeholder-nya, karena perusahaan mampu menunjukkan kepada mereka, bahwa perusahaan dapat memenuhi harapan mereka terutama investor dan kreditor. Akibatnya, perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi akan cenderung untuk melakukan pengungkapan melalui sustainability report, karena profitabilitas merupakan salah satu indikator kinerja yang harus diungkapkan dalam sustainability report.21 Profitabilitas merupakan tolok ukur kinerja setiap perusahaan baik manufaktur maupun jasa, oleh karena sangat dibutuhkana oleh perusahaan untuk menjaga kelangsungan usaha dan menarik investor untuk dapat menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Meskipun profitabilitas yang tinggi belum tentu mencerminkan tingkat fektivitas dan efisiensi dari produksi namun profitabilitas merupakan salah satu wujud dari keberhasilan kinerja 21 Puspowardhani, Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Corporate Governance Terhadap Publikasi Sustainability Report (Studi Empiris pada perusahaan Go Public yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011), skripsi (Jakarta: Universitas Negeri Syarif Hidayatullah, 2013), hlm. 43 63 suatu perusahaan.22 Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan.23 Konsep profitabilitas dalam teori keuangan sering digunakan sebagai indikator kinerja fundamental perusahaan mewakili kinerja manajemen. Sesuai dengan perkembangan model penelitian bidang manajemen keuangan, umumnya dimensi profitabilitas memmiliki hubungan kausalitas terhadap nilai perusahaan. Sedangkan nilai perusahaan secara konsep dapat dijelaskan oleh nilai yang ditentukan oleh harga saham yang diperjualbelikan di pasar modal. Hubungan kausalitas ini menunjukkan bahwa apabila kinerja manajemen perusahaan yang diukur menggunakan dimensi-dimensi profitabilitas dalam kondisi baik, maka akan memberikan dampak positif terhadap keputusan investor di pasar modal untuk menanamkan modalnya dalam bentuk penyertaan modal, demikian halnya juga akan berdampak pada keputusan kreditor dalam kaitannya dengan pendanaan perusahaan melalui utang.24 22 Manahan P. Tampubolon, Manajemen Keuangan (Finance Management), (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), cet. 1, hlm. 35 23 Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: Rajawali Pres, 2012) hlm. 196 24 Harmono, Manajemen Keuangan : Berbasis Balanced Scorecard, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009) hlm. 110 64 Menurut bambang Riyanto, bahwa: profitabitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.” Rasio profitabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan yaitu dengan memperbandingkan antara laba dengan modal yang digunakan operasi perusahaan. Oleh karena itu, keuntungan yang besar tidak menjamin atau bukan merupakan ukuran bahwa perusahaan tersebut cukup memberikan keuntungan. Cara untuk menilai profitabiitas suatu perusahaan bermacam-macam dan tergantung pula pada modal mana yang akan diperbandingkan satu dengan yang lainnya. Dengan adanya bermacam-macam cara dalam penilaian profitabilitas satu perusahaan maka tidak mengherankan kalau ada beberapa perusahaan yang berbeda dalam cara menghitung profitabilitas perusahaan, yang peting rasio profitabilitas mana yang akan digunakan sebagai pengukur efisiensi penggunaan modal yang bersangkutan untuk menghasilkan laba. 25 Dalam penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah ROA. ROA dapat menampilkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam aktiva secara keseluruhan dengan tujuan menghasilkan laba. Semakin tinggi rasio ini, maka perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak, yang juga 25 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan , (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005) hlm. 118 65 dapat diartikan bahwa kinerja perusahaan semakin efektif. Perusahaan yang memiliki ROA yang tinggi menjadi daya tarik tersendiri bagi investor. ROA dipilih dalam penelitian ini karena paling sering digunakan untuk mengukur profitabilitas dimana mencerminkan semua laporan keuangan. π ππ΄ = = πππ‘ ππππππ‘ πππ‘ππ π΄π π ππ‘π πΏπππ π΅πππ πβ πππ‘ππ π΄π ππ‘ ππππ’π πβπππ