pembayaran atas hasil pekerjaan penyedia jasa konsultansi

advertisement
PEMBAYARAN ATAS HASIL PEKERJAAN
PENYEDIA JASA KONSULTANSI
Oleh : Abu Sopian
(Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang)
Abstrak
Pengadaan jasa konsultansi dengan nilai di atas Rp50.000.000,- (lima puluh juta
rupiah) dilakukan dengan menggunakan Surat Perjanjian (kontrak). Dalam setiap kontrak
pengadaan barang/jasa sudah pasti diatur tentang harga dan waktu penyerahan pekerjaan.
Harga yang disepakati (nilai kontrak) adalah jumlah yang harus dibayarkan kepada penyedia
barang/jasa. Sedangkan waktu penyerahan pekerjaan adalah batas terakhir (paling lambat)
dimana penyedia harus menyerahkan hasil pekerjannya.
Atas pekerjaan yang telah
diselesaikan penyedia berhak memperoleh pembayaran tetapi jika sampai batas waktu yang
telah ditentukan dalam kontrak penyedia belum menyerahkan hasil pekerjaannya, maka
penyedia dianggap terlambat menyelesaikan pekerjaan dan atas keterlambatan penyelesaian
pekerjaan tersebut dikenakan sanksi berupa denda sebesar 1/1000 (satu perseribu) dari nilai
kontrak untuk setiap satu hari keterlambatan.
Dalam pelaksanaan kontrak pengadaan jasa konsultansi terdapat permasalahan yang
sering dipertanyakan oleh para Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yaitu ketika penyedia jasa
konsultansi dapat menyelesaikan pekerjaan lebih cepat dari yang dijanjikan dan menyerahkan
hasil pekerjaan sebelum batas waktu yang ditentukan dalam kontrak apakah pembayaran atas
pekerjaan tersebut dibayarkan penuh sebesar nilai kontrak. Persoalan tersebut tampaknya
sederhana karena harga yang harus dibayar dan batas akhir penyerahan hasil pekerjaan telah
diatur dalam kontrak. Sehingga penyerahan hasil pekerjaan yang lebih cepat dari yang telah
diperjanjikan bukan merupakan kesalahan dan tidak dapat dijadikan alasan untuk mengurangi
pembayaran.
Dalam beberapa kesempatan baik Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa maupun
pertemuan informal dengan para PPK, terungkap bahwa pembayaran hasil kerja penyedia
jasa konsultansi masih mengandung permasalahan terutama terkait dengan penyelesaian
pekerjaan yang lebih cepat dari yang diperkirakan dan/atau diperjanjikan dalam kontrak.
Kata Kunci : Jasa konsultansi, kontrak lumpsum, kontrak harga satuan, biaya personil, dan
biaya non personil.
A. Jasa Konsultansi
Jasa konsultansi adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu
di berbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir (brainware). Wujud dari
jasa konsultansi antara lain adalah jasa perencanaan (planning), perancangan (design), dan
pengawasan (supervision). Untuk pekerjaan konstruksi jasa konsultan perencaaan
menghasilkan gambar detail bangunan gedung atau bentuk fisik lainnya. Jasa konsultan
pengawasan menghasilkan laporan-laporan atas pengamatan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan pekerjaan fisik bangunan konstruksi.
Dalam pembangunan gedung pemerintah konsultan perencana berperan menyusun
rencana pembangunan detail gedung yang akan dibangun, rencana detail tersebut ditawarkan
kepada rekanan/pemborong pekerjaan konstruksi, selanjutnya pada saat pemborong
konstruksi melaksanakan kegiatan pembangunan gedung tersebut ia diawasi oleh konsultan
pengawas. Dengan demikian hasil pembangunan gedung diharapkan dapat terlaksana dalam
waktu yang telah ditetapkan sesuai dengan kualitas yang telah direncanakan.
Penyelesaian pekerjaan konsultansi dilaksanakan oleh tenaga ahli dengan kualifikasi
tertentu yang memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai. Sebagai contoh untuk
menyelesaikan pekerjaan pembuatan desain sebuah bangunan gedung dengan bentuk dan
penataan ruangan yang baik harus melibatkan sarjana teknik jurusan arsitektur dan ahli
interior. Untuk menjamin kekuatan struktur bangunan perencanaannya harus melibatkan ahli
struktur dengan latar belakang pendidikan bidang teknik sipil. Agar jaringan kelistrikannya
baik perencaannya harus melibatkan ahli kelistrikan dengan latar belakang pendidikan sarjana
teknik jurusan listrik.
B. Harga Perkiraan Sendiri Jasa Konsultanasi
Biaya yang diperhitungkan dalam Harga Perkiraan Sendiri jasa konsultansi meliputi
biaya personil dan biaya non personil. Biaya personil adalah biaya yang disediakan untuk
pembayaran gaji/upah tenaga ahli dan tenaga pendukung. Sedangkan biaya non personil
adalah biaya yang disediakan untuk pengeluaran yang dapat diganti diluar gaji/upah tenaga
ahli. Penyediaan biaya untuk jasa konsultansi lebih mengutamakan biaya jasa tenaga ahlinya
karena itu untuk pekerjaan yang bukan merupakan pekerjaan khusus komposisi biaya untuk
pekerjaan jasa konsultansi harus mengikuti ketentuan berikut:
a. biaya personil sekurang-kurangnya 60% dari keseluruhan biaya;
b. biaya non personil paling tinggi 40% dari keseluruhan biaya.
Ketentuan di atas dikecualikan untuk jasa konsultansi pada pekerjaan khusus seperti
pembuatan poto udara atau survey pembuatan terowongan di bawah laut. Pada pekerjaan
khusus seperti ini dapat dialokasikan dana untuk biaya non personil melebihi 40%.
Satuan biaya perbulan untuk biaya personil dan biaya non personil jasa konsultan dapat
didasarkan pada Keputusan Dewan Pengurus Nasional Ikatan Nasional Konsultan Indonesia
(DPN-INKINDO) No.14/TAP.DPN/IV/2015 tanggal 15 April 2015 tentang Pedoman Standar
Minimal Biaya Langsung Personil (Remuneration/Billing Rate) dan Biaya Langsung Non
Personil (Direct Cost) Untuk Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) Dan Harga
Perkiraan Sendiri (HPS) Kegiatan Jasa Konsultansi.
.
Dalam menyusun HPS jasa konsultan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) hasus
mempertimbangkan jumlah kebutuhan serta latar belakang pendidikan dan pengalaman
masing-masing tenaga ahli, lamanya waktu penyelesaian pekerjaan, serta kebutuhan
lain
yang biayanya dapat diganti (reimbursable cost). Perhitungan biaya di dasarkan pada
besaran harga untuk setiap jenis kebutuhan dikali waktu penyelesaian pekerjaan. Sebagai
contoh jika ditetapkan pekerjaan harus selesai dalam 3 (tiga) bulan maka gaji tenaga ahli dan
tenaga pendukung serta biaya lansung non personil seperti sewa kendaraan, sewa telepon, dan
sebagainya yang diminta oleh penyedia dalam surat penawarannya adalah biaya setiap
komponen tersebut setiap bulan dikali 3 (tiga). Berikut ini adalah contoh HPS penyusunan
perencanaan pembangunan gedung kantor
pembuatan perencanaan tersebut 3 (tiga) bulan.
dengan
perkiraan
lamanya
penyelesaian
ORANG
BULAN
JUMLAH
5
6=4x5
BIAYA PERSONIL:
NO
NAMA
PERSONIL
POSISI
1
2
3
I
TENAGA AHLI
HARGA
SATUAN
ORANG
BULAN
4
1
Team Leader / Ahli Sipil /
Arsitektur
14.000.000,-
3
42.000.000,-
2
Ahli Sipil / Struktur
11.000.000,-
3
33.000.000,-
3
Ahli Arsitektur
11.000.000,-
3
33.000.000,-
4
Ahli Mekanikal / Elektrikal
11.000.000,-
3
33.000.000,-
5
Ahli Estimasi Biaya
11.000.000,-
1
11.000.000,-
II
ASISTEN
TENAGA AHLI
1
Ass. Ahli Sipil / Struktur
5.605.000,-
1
5.605.000,-
2
Ass. Ahli Arsitektur
5.605.000,-
1
5.605.000,-
3
Ass. Ahli Estimasi Biaya
5.605.000,-
1
5.605.000,-
1
Surveyor (3 Org x 7 Hari)
3.500.000.-
0.75
2.625.000,-
2
Juru Gambar (1 Org )
2.522.000,-
3
7.566.000,-
3
Administrasi / Sekretaris
2.101.000,-
1
2.101.000,-
III
TENAGA
PENDUKUNG
JUMLAH BIAYA LANGSUNG PERSONIL
181.102.000,-
BIAYA NON PERSONIL
JENIS
BIAYA
BIAYA
KANTOR
BIAYA
URAIAN BIAYA
1. Alat Tulis Kantor
2. Komputer Supplies
3. Drafting Supplies
4. Kamera Digital (sewa)
(unit)
5. Komputer Administrasi
(sewa) (unit)
6. Komputer CAD (sewa) ( unit)
7. Printer Administrasi (sewa)
SATUAN
1
1
1
HARGA
SATUAN
LS
LS
LS
LUMP
SUM
4.203.000
1.401.000
700.000
JUMLAH
3 Unit-Bln
280.000
4.203.000
1.401.000
700.000
840.000
3 Unit-Bln
700.000
2.100.000
3 Unit-Bln
3 Unit-Bln
1.050.000
280.000
3.450.000
840.000
8.
1.
BIAYA
LAPORAN
BIAYA
2.
3.
1.
(1 unit)
Printer CAD (sewa) (unit)
Rencana Anggaran Biaya
(RAB)
Gambar Rencana (Format A3)
Dokumen RKS
Kendaraan Roda Empat
(sewa) (1 unit)
Kendaraan Roda Dua (sewa)
(2 unit)
3 Unit-Bln
5 Buku
5 Buku
5 Buku
3 Unit-Bln
6 Unit-Bln
420.000
70.000
1.260.000
350.000
700.600
210.100
6.400.000
3.503.000
1.050.500
19.200.000
710.800
4.264.800
TRANSPORTASI
2.
BIAYA
SURVEY
Biaya survey dan
Pengumpulan data:
350.300
1.Kordinator lapangan 1 orang 7 OH
280.250
2.Tenaga Ahli 4 orang
28 OH
210.000
3.Asisten Tenaga Ahli 3 orang 21 OH
140.100
4.Surveyor 3 orang
21 OH
JUMLAH BIAYA NON PERSONIL
JUMLAH BIAYA (PERSONIL + NON PERSONIL)
PPN 10 %
TOTAL HARGA PERKIRAAN SENDIRI
DIBULATKAN
Dua ratus enam puluh enam juta seratus tujuh ribu rupiah
2.452.100
7.847.000
4.410.000
2.942.100
60.813.500
241.915.500
24.191.550
266.107.050
266.107.000
C. Jenis Kontrak Untuk Jasa Konsultansi
Dilihat dari cara pembayaran kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah kita
mengenal 5 jenis kontrak yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
kontrak
kontrak
kontrak
kontrak
kontrak
lump sum;
harga satuan;
gabungan lump sum dan harga satuan;
persentase; dan
terima jadi (turnkey contract).
Kontrak lump sum adalah kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan
dalam batas waktu tertentu sebagaimana ditetapkan dalam kotrak dengan ketentuan:
a. jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian harga;
b. semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh penyedia barang/jasa;
c. pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan sesuai dengan
isi kontrak;
d. sifat pekerjaan berorientasi pada keluaran (output base);
e. total harga penawaran bersifat mengikat;
f. tidak dibolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang.
Kontrak harga satuan adalah kontrak pengadaan barang/jasa atas seluruh pekerjaan dalam
waktu tertentu yang telah ditetapkan dengan ketentuan:
a. harga satuan pasti dan tetap untuk setiap satuan atau unsur pekerjaan dengan
spesifikasi teknis tertentu;
b. volume atau kuantitas pekerjaan masih bersifat perkiraan pada saat kontrak
ditandatangani;
c. pembayaran didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang
benar-benar telah dilaksanakan;
d. dimungkinkan adanya pekerjaan tambah/kurang berdasarkan hasil pengukuran
bersama atas pekerjaan yang diperlukan.
Kontrak gabungan lump sum dan harga satuan yaitu kontrak yang merupakan gabungan lump
sum dan harga satuan dalam satu pekerjaan yang diperjanjikan.
Kontrak persentase adalah kontrak pengadaan jasa konsultansi/jasa lainnya, dengan ketentuan
dengan ketentuan:
a. penyedia jasa konsultansi/jasa lainnya menerima imbalan berdasarkan persentase dari
nilai pekerjaan tertentu; dan
b. pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan sesuai dengan
isi kontrak.
Kontrak terima jadi (turnkey contract) adalah kontrak pengadaan barang/pekerjaan
konstruksi/jasa lainnya atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu
dengan ketentuan:
a. jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh pekerjaan selesai dilaksanakan; dan
b. pembayaran dilakukan berdasarkan hasil penilaian bersama yang menunjukkan bahwa
pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan kriteria kinerja yang telah ditetapkan.
Pengadaan jasa konsultansi dengan nilai di atas Rp50.000.000,- (lima puluh juta
rupiah) harus dilaksanakan melalui proses seleksi umum dengan mengikutsertakan 3 (tiga)
sampai 5 (lima) penyedia jasa konsultansi. Perikatan antara PPK dengan penyedia jasa
konsultansi yang terpilih harus berbentuk Surat Perjanjian (kontrak). Menurut pasal 50 ayat
(1) Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Peraturan Presiden
Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pangadaan Barang/Jasa Pemerintah, jenis kontrak yang
digunakan dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah harus ditetapkan oleh PPK.
Sehubungan dengan adanya berbagai jenis kontrak seperti tersebut di atas, maka PPK
harus memilih dan menetapkan salah satu jenis kontrak yang digunakan dalam pengadaan
jasa konsultansi. Pemilihan jenis kontrak tentu saja harus mempertimbangkan adanya
kesesuaian antara sifat pekerjaan dengan karakteristik kontrak yang digunakan. Contohnya
untuk pengadaan jasa konsultan pengawas yang akan mengawasi penyedia dalam
melaksanakan pekerjaan pembangunan fisik gedung dapat menggunakan kontrak harga
satuan karena lamanya masa pengawasan masih berupa perkiraan, atau dapat menggunakan
kontrak persentase karena pembayaran atas pekerjaan tersebut mengikuti persentase
kemajuan penyelesaian pekerjaan fisik gedung. Sedangkan untuk kontrak pengadaan jasa
konsultan perencanaan bangunan gedung harus menggunakan kontrak lump sum karena
volume hasil pekerjaan tersebut sudah pasti yaitu berupa sejumlah gambar desain bangunan
yang dijilid sedemikian rupa. Pemilihan jenis kontrak juga berkaitan dengan proses evaluasi
penawaran dalam proses seleksi penyedia jasa konsultansi. Dalam rangka proses evaluasi
penawaran, Unit Layanan Pengadaan melakukan koreksi aritmatik terhadap penawaran biaya
yang diajukan peserta. Jika kontrak yang digunakan adalah kontrak lump sum hasil koreksi
aritmatik tidak merubah urutan penawaran, namun jika kontrak yang digunakan adalah
kontrak harga satuan hasil koreksi aritmatik dapat merubah urutan pemenang seleksi.
D. Masalah Pembayaran Atas Jasa Konsultansi
Ketentuan umum tentang pembayaran atas beban APBN/APBD adalah bahwa
pembayaran dilakukan paling tinggi sebesar prestasi pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh
penyedia barang/jasa. Ketentuan tersebut ternyata memunculkan persoalan ketika dikaitkan
dengan cara pembayaran atas hasil pekerjaan jasa konsultansi. Persoalannya muncul ketika
penyedia jasa konsultansi menyelesaikan pekerjaan lebih cepat dari waktu yang telah
disepakati dalam kontak. Dalam hal penyedia jasa telah menyelesaikan pekerjaannya dan
menyerahkan hasil pekerjaan tersebut sebelum batas waktu yang ditetapkan, muncul
pertanyaan apakah biaya personil dan biaya non personil dapat dibayarkan seluruhnya, atau
harus dihitung menurut waktu yang digunakan oleh penyedia dalam menyelesaikan
pekerjaan.
Sebagai contoh
karena PPK memperkirakan penyelesaian pekerjaan
membutuhkan waktu 3 (tiga) bulan, Pokja ULP mencantumkan waktu 3 (tiga) tersebut dalam
dokumen pengadaan. Dalam proses seleksi sesuai dengan dokumen yang disusun oleh Pokja
ULP penyedia jasa sebagai peserta seleksi memperhitungkan biaya untuk kebutuhan 3 (tiga)
bulan dalam surat penawarannya. Berdasarkan hasil seleksi PPK menunjuk penyedia dan
menandatangani kontrak yang didalamnya mencantumkan bahwa penyedia harus
menyerahkan hasil pekerjaannya paling lambat dalam waktu 3 (tiga) bulan. Jika penyedia
terlambat menyerahkan hasil pekerjaan akan diberi sanksi denda sebesar 1/1000 (satu
perseribu) dari nilai kontrak untuk setiap satu hari keterlambatan. Pembahasan atas masalah
tersebut dibedakan antara jasa perencanaan dan jasa pengawasan sebagai berikut:
1) Jasa Perencanaan.
Pekerjaan konsultan perencanaan adalah menyusun sebuah rencana pekerjaan yang
hasilnya dituangkan dalam bentuk dokumen berisi gambar, saran, petunjuk dsb. Dalam
perencanaan pekerjaan konstruksi pembangunan gedung konsultan perencanaan biasanya
diminta untuk membuat rencana detail bangunan yang dituangkan dalam bentuk gambar
desain yang dijilid menjadi beberapa dokumen untuk dijadikan rujukan dalam pembangunan
konstruksi fisik gedung. Selain itu konsultan perencanaan diminta juga mendampingi ULP
dalam menjelaskan dokumen lelang serta diminta untuk membuat perhitungan biaya
(engineer estimate).
Jangka waktu untuk menyelesaikan pembuatan rencana detail bangunan tersebut
ditetapkan secara pasti oleh PPK. Penetapan waktu penyelesaian pekerjaan bertujuan agar
penyedia tidak terlambat menyerahkan hasil kerjanya. Keterlambatan dalam menyelesaikan
pekerjaan merupakan nilai negatif bagi penyedia dan dapat berakibat penyedia dikenakan
sanksi berupa denda atau bahkan pemutusan kontrak secara sepihak oleh PPK. Jika penyedia
dapat menyelesaikan pekerjaan lebih awal tentu saja bukan suatu hal yang negatif dan tidak
dapat dijadikan alasan untuk merugikan penyedia, termasuk mengurangi jumlah
pembayaran. Bagi satuan kerja pemerintah sebagai penerima hasil pekerjaan, semakin cepat
waktu penyerahan hasil pekerjaan semakin menguntungkan. Keterlambatan penyerahan hasil
pekerjaan dapat berakibat mengganggu kelancaran tugas kantor. Bagi penyedia barang/jasa
semakin pendek waktu yang disediakan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan semakin
menyulitkan. Biaya yang diperlukanpun semakin besar karena harus dikerjakan diluar jam
kerja dengan upah tenaga kerja yang lebih tinggi. Semakin panjang waktu yang disediakan
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan semakin mudah dan biaya yang dikeluarkan semakin
rendah karena tidak perlu membayar upah kerja lembur kepada karyawannya.
Jika penyerahan hasil pekerjaan konsultan perencanaan lebih awal dapat mengurangi
nilai pembayaran penyedia pasti akan memilih untuk menyerahkan hasil kerja pada waktu
terakhir meskipun pekerjaan tersebut sudah selesai dikerjaan di awal waktu yang dijanjikan.
2) Jasa Pengawasan.
Pekerjaan konsultan pengawas adalah melakukan pengawasan terhadap pelaksana
pekerjaan fisik dalam menyelesaikan pekerjaannya. Waktu penyelesaian pekerjaan
mengikuti waktu pelaksanaan pembangunan fisik. Jika pekerjaan fisik telah selesai maka
konsultan pengawas tidak lagi memiliki objek yang harus diawasi. Jika penyelesaian
pekerjaan
fisik bangunan diperpanjang maka waktu pengawasanpun akan bertambah.
Karena penyelesaian pekerjaan fisik sebuah gedung dapat mengalami keterlambatan dan
dapat pula lebih cepat dari perkiraan semula, maka kontrak yang digunakan untuk jasa
konsultan pengawas lebih tepat menggunakan kontrak harga satuan. Pembayaran atas
prestasi kerja konsultan pengawas dilakukan sesuai dengan pekerjaan yang benar-benar telah
dilaksakannya. Nilai pembayaran yang dibayarkan untuk biaya personil adalah sebesar
satuan biaya masing-masing personil dikali dengan lamanya waktu pelaksanaan pengawasan.
Nilai pembayaran yang dibayarkan untuk biaya non personil yang disewa seperti sewa
kendaraan, sewa telepon dan sewa faximile adalah sebesar penawaran biaya dikali lamanya
waktu pelaksanaan pengawasan, untuk biaya personil yang didapat dengan pembelian seperti
ATK dan perlengkapan komputer tetap dibayarkan seluruhnya.
Meskipun penggunaan kontrak harga satuan dapat dijadikan solusi untuk mengatasi
masalah pembayaran jasa konsultan pengawasan terkait dengan masa pelaksanaan pekerjaan
yang lebih singkat atau yang lebih panjang dari yag diperkirakan, namun penggunaan jenis
kontrak harga satuan ternyata belum dapat menyelesaikan masalah terkait dengan
pembayaran biaya non personil. Hal ini disebabkan dalam penawaran biaya non personil
penyedia mengajukan harga satuan untuk setiap item pengeluaran yang dapat diganti.
Masalahnya adalah apakah penggantian biaya tersebut harus berdasarkan biaya yang nyata
dikeluarkan oleh penyedia jasa konsultansi yang dibuktikan dengan bukti pembayaran yang
sah. Dalam pratiknya masih banyak yang meminta bukti pengeluaran untuk pengeluaran
biaya non personil. Salah seorang PPK dari satker di lingkungan Kementerian Keuangan
pernah mengemukakan kepada penulis bahwa ia terpaksa meminta kepada penyedia jasa
konsultansi untuk menyerahkan bukti pengeluaran biaya non personil karena hal itu diminta
oleh tim Inspektoran Jenderal.
Dipandang dari waktu penyelesaian pekerjaan,
mungkin dapat dipahami jika
perubahan waktu dapat berakibat perubahan jumlah pembayaran biaya non personil. Tetapi
dari segi besaran harga satuan setiap item barang yang dapat diganti sesungguhnya bukan
merupakan alasan untuk mengurangi nilai pembayaran. Besaran biaya untuk setiap item
barang sudah merupakan harga tetap yang diajukan dalam surat penawaran dan tidak perlu
lagi dibuktikan dengan bukti pengeluaran yang sah.
Sebagai contoh jika dalam surat
penawarannya peserta seleksi mengajukan sewa kendaraan Rp.5.000.000,- (lima juta rupiah)
per bulan maka untuk pengawasan yang diperkirakan selesai dalam 3 (tiga) bulan penyedia
mencantumkan biaya sebesar Rp15.000.000,- (lima belas juta rupiah).
Untuk memperoleh pembayaran atas hasil kerjanya penyedia tidak harus
membuktikan bahwa pengeluaran untuk sewa kendaraan tersebut benar-benar Rp5.000.000,per bulan. Jika penyedia menggunakan kendaraan miliknya sendiri tanpa harus membayar
sewa atau penyedia menyewa kendaraan dengan sewa yang lebih rendah. biaya tersebut tetap
harus dibayarkan sebesar Rp5.000.000,- dikali lamanya waktu pelaksanan pengawasan.
Sebaliknya jika penyedia ternyata membayar sewa kendaraan lebih dari Rp5.000.000,- per
bulan, penyedia tetap mendapat pembayaran sebesar Rp5.000.000,- dikali lamanya waktu
pelaksanan pengawasan.
Menurut pasal 51 ayat (2) Perpres nomor 54 tahun 2010, kontrak harga satuan adalah
kontrak pengadaan barang/jasa atas seluruh pekerjaan dalam waktu tertentu yang telah
ditetapkan dengan ketentuan harga satuan pasti dan tetap untuk setiap satuan atau unsur
pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu dan volume atau kuantitas pekerjaan masih
bersifat perkiraan pada saat kontrak ditandatangani.
E. Kesimpulan.
Berdasarkan uraian di atas penulis berkesimpulan bahwa:
1) Pengadaan jasa konsultansi di bidang perencanaan lebih tepat menggunakan jenis
kontrak lump sum karena waktu penyelesaian pekerjaan perencanaan dapat ditetapkan
secara pasti pada saat penandatangan kontrak;
2) Pengadaan jasa konsultansi di bidang pengawasan lebih tepat menggunakan jenis harga
satuan karena waktu penyelesaian pekerjaan pengawasan masi bersifat perkiraan saat
penandatangan kontrak, tergantung pada lamanya penyelesaian pekerjaan fisik bangunan
yang di awasi;
3) Dalam hal penyerahan hasil pekerjaan konsultan perencanaan lebih awal dari waktu yang
ditetapkan dalam kontrak, pembayaran jasa konsultan perencaan tetap dibayarkan penuh;
4) Dalam hal pekerjaan fisik dapat diselesaikan lebih cepat dari yang ditetapkan dalam
kontrak, pembayaran kepada penyedia jasa pengawasan harus dikurangi karena waktu
pengawasan yang dilaksanakan lebih pendek dari yang ditetapkan dalam kontrak.
Sebaliknya jika penyelesaian pekerjaan fisik mengalami keterlambatan, pembayaran
kepada penyedia jasa pengawasan harus ditambah karena waktu pengawasan yang
dilaksanakan lebih panjang dari yang ditetapkan dalam kontrak;
5) Untuk dapat melakukan penambahan pembayaran kepada konsultan pengawas maka
kontrak konsultan pengawas harus diaddendum lebih dahulu.
Daftar Pustaka:
a. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan;
b. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
c. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
d. Keputusan Dewan Pengurus Nasional Ikatan Nasional Konsultan Indonesia nomor
14/TAP.DPN.IV/2015 tentang Pedoman Standar Minimal Tahun 2015 Biaya Langsung
Personil (Remuneration/Billing Rate) Dan Biaya Langsung Non Personil (Ditrect Cost)
Untuk Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) Dan Harga Perkiraan Sendiri (HPS)
Kegiatan Jasa Konsultansi.
Download