BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Seni Budaya merupakan satu mata pelajaran yang dituntut oleh kurikulum untuk diajarkan atau diberikan kepada peserta didik mulai tingkat TK sampai dengan Perguruan Tinggi. Pendidikan Seni Budaya diharapkan mampu mengembangkan kemampuan imajinatif-intelektual yang diekspresikan melalui kegiatan berkesenian, sehingga kepekaan perasaan, ketrampilan dan kemampuan menerapkan teknologi dalam berkreasi melalui pameran dan pergelaran karya seni. Pendidikan seni adalah salah satu upaya mengembangkan kepribadian anak yang positif dalam kehidupannya kelak, serta dapat mengembangkan potensi individualnya secara wajar dan terarah, disamping mampu mengembangkan potensinya di dalam kelompok. Oleh sebab itu sangatlah jelas bahwa memberikan pendidikan seni suara atau menyanyi adalah menambah pengaruh yang bermanfaat dalam kegiatan anak-anak secara kreatif untuk pembentukan kepribadian anak di masa depannya. Dengan mendidik anak sedini mungkin, mereka secara tidak langsung dilatih agar ungkapan estetiknya dapat terbina, baik untuk menambahkan kreatifitasnya maupun untuk mengembangkan bakatnya secara wajar dan alamiah yang pada gilirannya akan menjadi sarana untuk membantu pengembangan kepribadian secara utuh. Perlu diketahui bahwa manusia sejak lahir sudah memiliki kreatifitas secara alamiah artinya setiap orang memiliki rasa seni sejak lahir. Jika kemudian terdapat variasi kadar kreatifitas yang dimilikinya, itu berarti karena adanya pengaruh lingkungan atau tempat dimana seseorang berada atau tinggal dan berkembang. Mendidik anak dalam seni adalah suatu upaya nyata yang dipastikan dapat mempengaruhi jiwa anak, karena seni nyanyi memiliki bentuk imaginatif sekaligus mengandung salah satu elemen konkrit sebagai mekanisme penggerak hidup yakni ritme irama. Ki Hajar Dewantara sebagai ahli pendidikan menyatakan ; ada tiga pusat pendidikan atau tri pusat pendidikan yakni : keluarga, masyarakat dan sekolah. Kerja sama tiga pusat pendidikan tersebut akan menjadi kekuatan yang luar biasa untuk menjaga, memelihara, memanfaatkan dan mengembangkan fasilitas pendidikan yang biasanya berada di tengahtengah masyarakat yang memanfaatkan lembaga pendidikan tertentu (Bappeda DIY, 2008 :3). Seiring dengan perkembangan teknologi; banyak pihak yang justru lebih mengutamakan nilai komersial dari musik ketimbang nilai pendidikannya. Dieter Mack (2001 : 12-13) menjelaskan : globalisasi dalam bidang musik sudah nampak sejak munculnya media massa dan berbagai konglomerat dengan tujuan tertentu, yaitu tujuan komersial. Bila suatu karya seni hanya dibuat dengan tujuan komersial, maka pasar yang mengaturnya, bukan keinginan ekspresi oleh seniman tersebut. Tidak mengherankan apabila anak-anak lebih mampu menyanyikan lagu-lagu populer dengan baik daripada lagu-lagu wajib nasional yang memang sangat jarang ditampilkan dalam media-media masa-media elekronik. Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya hambatan-hambatan dalam proses pendidikan seni musik adalah pola pikir dan kesadaran masyarakat serta keberadaan kurikulum musik itu sendiri. Keberadaan kurikulum musik dan seni adalah penting untuk menjaga komunitas dan pendidikan seni yang benar. Sebagai pendidik musik, kita harus dapat membuat perubahan dalam mendidik masyarakat. Mendidik orang tua siswa agar sadar bahwa menanamkan nilai pendidikan musik adalah lebih penting dari pendidikan lainnya (Dieter Mack, 2001 : 14). Secara umum ada dua faktor yang mempengaruhi proses pendidikan seni yakni : faktor internal dan faktor eksternal Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam lembaga pendidikan tersebut beserta unsur-unsurnya, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar lembaga pendidikan tersebut. Kedua faktor ini saling berkaitan dan menjadi dasar dan sekaligus menunjang terjadinya permasalahan. Guru merupakan tiang keberhasilan dari proses pendidikan. Memberi ruang kreatif yang dapat meningkatkan kompetensinya dalam berkesenian adalah hal yang terpenting untuk mendapatkan perhatian khusus. Apabila ilmu pengetahuan dan ketrampilan serta metode penyampaiannya (SDM seorang guru) baik maka baik pula hasil dan proses bermusik di sekolah tersebut. (Andika, 2009 : 35) Seni musik adalah ekspresi dari jiwa manusia yang diwujudkan dengan bunyi yang indah. Pembuktian tentang keberadaan seni musik memang cukup kuat bagi seseorang. Seni musik adalah ciptaan manusia yang sungguh-sungguh indah dan jauh lebih indah dari seluruh cabang seni. Seni suara merupakan suatu bentuk kreatifitas manusia yang diwujudkan lewat suara manusia yang bernilai tinggi. Pada seni suara ini, setidaknya suara manusia dapat didesain secara khusus dengan hukumhukum seni khusus yang kiranya dapat menghasilkan suatu melodi, harmoni dan ritme yang indah bagi penyanyi dan juga penikmat suatu bentuk seni suara. Kebenaran ini dapat membuktikan bahwa manusia sesungguhnya dapat menciptakan sesuatu yang baru dari segala kemampuan dasar serta potensi yang ada dalam dirinya. Suara yang sesungguhnya merupakan suatu kemampuan alamiah manusia yang dapat dikelola dan dikemas secara baik berkat cahaya budi sehingga dapat menghasilkan suatu bentuk melodi, keharmonisan dan ritme yang sangat merdu dan menarik untuk dilantunkan dan didengarkan orang. Sejauh ini kita mengenal dua tata suara dalam dunia musik yakni : tata suara tunggal yang sering disebut solo dan tata suara plural yang dapat dikategorikan atas duet, trio, kwartet, vocal group dan paduan suara. Kedua tata suara ini merupakan seni suara yang sangat kaya arti dan makna bagi orang yang mengelola dan menikmatinya. Pada umumnya, materi bahan ajar dalam rang pengembangan cara membaca notasi angka secara optimal belum sepenuhnya tercapai. Materi bahan ajar tentang cara membaca notasi angka yang selama ini digunakan si SMP hanya sebatas mengenal lambing nol angka dan cara membunyikan not tersebut dengan nada dasar 1 = C. Bentuk pembelajaran ini masih terpaku pada buku pedoman yang dirancang mengakibatkan apresiasi siswa belum berada pada level yang lebih tinggi. Menurut penulis, kualitas seorang guru musik sangat dituntut disini, sehingga model pembelajaran membaca notasi angka yang efektif, kreatif dan inofatif akan terpenuhi demi membantu peningkatan minat siswa terhadap notasi angka. Disinilah dituntut adanya kreativitas guru dalam menerapkan model pembelajaran dan bagaimana mengelola alat-alat musik yang tersedia di sekolah sesuai dengan kondisi dan kemampuan sekolah sebagaimana yang disampaikan oleh Dewantara (1962:306) bahwa pembelajaran harus berfokus kepada situasi dan kondisi yang ada (kontekstual). Kita dapat mengembangkan kesenian dengan cara meniru, namun tidak mengambil secara utuh dan sebaiknya dikembangkan berdasarkan konteks kultur yang ada. Kita adalah kita dan bukan kita sebagai orang lain. Pada SMPN 1 Fatuleu Kupang, pembelajaran tentang notasi angka sudah diajarkan sesuai kurikulum, tetapi karena begitu kuatnya pengaruh lagu-lagu yang mereka dengar dan dihafal bagi mereka notasi angka merupakan suatu hal yang sangat sulit dan tidak menarik. Bentuk apresiasi yang demikian sangat memprihatinkan, mengingat notasi angka sangat besar pengaruhnya terhadap ketepatan sebuah lagu sesuai keinginan sang penciptanya. Konsep pembelajaran melalui pendekatan solfegio sangat tepat dalam pembelajaran ini. Oleh karena itu untuk mengetahui permasalah di atas secara tepat dan akurat diperlukan penelitian tindakan kelas (PTK) sebagai upaya perbaikan perlaksanaan pendidikan seni budaya di SMP. Mengingat keterbatasan dari segi dana, tenaga, waktu dan pengalaman maka masalah penelitian ini dibatasi dengan judul “ Upaya Guru meningkatkan ketrampilan dasar membaca notasi angka pada lagu model di kelas VII B SMPN 1 Fatuleu dengan metode solfegio” Secara umum permasalah dalam penelitian ini adalah sejauh manakah efektivitas penggunaan metode solfegio dalam pembelajaran Seni Budaya kelas VII B di SMPN 1 Fatuleu ? Masalah umum tersebut selanjutnya dirinci sebagai berikut : 1. Hambatan apa yang menyebabkan ketrampilan dasar membaca notasi angka di kelas VII B SMPN 1 Fatuleu ? 2. Sejauh manakah metode solfegio dapat meningkatkan ketrampilan dasar membaca notasi angka di kelas VII B SMPN 1 Fatuleu ? 3. Sejauh manakah teknik ear training (kemampuan mendengar not) dapat ditingkatkan dalam ketrampilan membaca notasi angka pada lagu model di kelas VII B SMPN 1 Fatuleu ? 4. Dapatkah metode solfegio digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Seni Budaya pada siswa kelas VII B SMPN 1 Fatuleu ? Dari rumusan masalah tersebut di atas, penulis menyadari bahwa metode solfegio sangat dapat diterapkan pada penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca notasi angka. Hal pokok yang harus diperhatikan adalah bahwa aktivitas musikal melibatkan aspek pendengaran (auditif) sebagai dasarnya. Jamalus (1988:44) mengemukakan bahwa semua bentuk kegiatan musik memerlukan kemampuan mendengar, oleh karena itu kegiatan musik didasarkan pada dua kemampuan penting, yaitu penguasaan unsur-unsur musik dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendengaran. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat ditegaskan bahwa musik mempunyai ciri-ciri : 1) Adanya unsur bunyi, 2) adanya pengorganisasian bunyi, 3) adanya makna musikal Solfegio adalah istilah yang mengacu pada menyanyikan tangga nada, interval dan latihan-latihan melodi dengan sillaby zolmization, yaitu menyanyikan nada musik dengan menggunakan suku kata (stanly; 1980 : 454). Berdasarkan pengalaman ini maka penulis ingin meningkatkan keterampilan dasar membaca notasi angka pada lagu model kepada peserta didik pada SMP Negeri 1 Fatuleu. Karena kebiasaan anak zaman kini, mereka lebih cepat meniru bunyi not dari lagu/ menghafal not dari pada membaca not pada diktat/teks lagu. Peserta didik dituntut untuk mendalami berbagai disiplin ilmu serta bentuk kegiatan lainnya yang turut mempengaruhi kepribadian anak. Salah satunya adalah anak dilatih untuk bisa mengenal not-not angka dan cara membaca not angka sehingga anak mudah dibentuk kreatifitasnya. Hal inilah yang mendorong penulis untuk membuat penelitian dengan judul : Upaya Guru untuk Meningkatkan Ketrampilan dasar siswa membaca notasi angka pada lagu model di kelas VII B SMPN 1 Fatuleu guna menemukan hal-hal positif lainnya. Untuk mencapai maksud ini penulis mengambil salah satu kelompok/kelas VII B pada SMP Negeri 1 Fatuleu sebagai obyek penelitian. Penulis ingin mengetahui sejauh mana kemampuan dan ketertarikan siswa/i pada SMP Negeri 1 Fatuleu kelas VII B terhadap notasi angka. B. Perumusan Masalah Agar penelitian ini dapat terarah dengan baik maka kami membuat perumusan permasalahan. Bagaimana upaya guru meningkatkan keterampilan dasar siswa membaca notasi angka pada lagu model di kelas VII B SMPN 1 Fatuleu C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui dan menjelaskan upaya guru dalam meningkatkan siswa membaca notasi angka pada lagu model di kelas D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah Daerah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi pemerintah, khususnya dinas-dinas terkait agar lebih memperhatikan lagu-lagu daerah dan membuat program khusus untuk para guru kesenian. 2. Bagi masyarakat umum Dengan tulisan ini masyarakat dapat mengetahui pentingnya notasi angka bagi kaum pelajar, guru-guru serta lembaga sekolah agar mereka dapat melihat hakekat terdalam dari sebuah lagu model. 3. Bagi SMPN 1 Fatuleu Karya ilmiah ini berdayaguna bagi keberadaan SMPN 1 Fatuleu Camplong, sebagai suatu lembaga pendidikan formal yang cukup berkualitas bagi Kecamatan Fatuleu. 4. Bagi Program Studi Sendratasik. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi, karena program studi Sendratasik kedepannya diharapkan menjadi pusat informasi seni bagi masyarakat NTT. 5. Bagi penulis Dengan karya ilmiah ini penulis dibantu untuk makin mengenal dan memahami hakekat/makna serta pengaruh notasi angka terhadap kalimat lagu model.