BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai serangkaian usaha dalam
perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonomi sehingga infrastruktur
lebih banyak tersedia, perusahaan semakin banyak dan semakin berkembang, taraf
pendidikan yang tinggi dan teknologi yang berkembang pesat. Implikasi dari
perkembangan ekonomi ini diharapkan nantinya mampu menambah kesempatan
kerja, peningkatan pendapatan dan kemakmuran masyarakat menjadi semakin
tinggi (Sukirno, 2006:3). Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian yang
tidak dapat terpisahkan dari pembangunan daerah yang ditujukan untuk
mewujudkan tujuan pembangunan nasional.
Sasaran utama dari pembangunan adalah terciptanya landasan yang kuat
bagi struktur perekonomian untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatannya
sendiri menuju masyarakat adil dan makmur sesuai dengan cita-cita bangsa.
Menurut Suhartono (2011) tujuan utama dari pembangunan ekonomi selain
menciptakan pertumbuhan yang setinggi-tingginya, juga mengurangi tingkat
kemiskinan, ketimpangan pendapatan dan tingkat pengangguran serta menciptakan
kesempatan kerja. Dengan adanya penciptaan kesempatan kerja bagi masyarakat ini
diharapkan pendapatan masyarakat akan turut meningkat.
Pendapatan perkapita yang tinggi akan mendorong tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi pula. Sehingga sampai saat ini pertumbuhan ekonomi masih
menjadi salah satu indikator keberhasilan dalam pembangunan, baik pembangunan
nasional maupun regional. Salah satu indikator penting dalam menganalisis sebuah
pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara maupun daerah adalah
pertumbuhan ekonomi, yang diukur dari perbedaan produk domestik bruto tahun
tertentu dengan tahun sebelumya (Setiawan dan Handoko, 2006).
Dalam tingkat nasional, pertumbuhan ekonomi secara nasional ditunjukan
oleh adanya perubahan pada Produk Domestik Bruto (PDB), sedangkan secara
regional dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB). Adanya pertumbuhan ekonomi yang secara terus menerus akan
mengakibatkan terjadinya perubahan pada struktur perekonomian (Kusreni, 2009).
Menurut Jhingan (2002) transformasi struktur ekonomi merupakan adanya
peralihan dari masyarakat tradisional (pertanian) menuju ke arah masyarakat
modern (industri).
Transformasi
struktur
yang
dikemukakan
Jhingan
(2002)
akan
menyebabkan kesempatan kerja yang semakin bertambah dan produktivitas buruh,
stok modal, penggunaan sumber-sumber baru serta perbaikan teknologi akan
semakin tinggi, oleh karena itu, dengan adanya transformasi struktur ke arah
industri diharapkan mampu untuk menyerap tenaga kerja sebanyak-banyaknya.
Sukirno (2006: 143) menjelaskan bahwa, berdasarkan lapangan usaha maka sektorsektor ekonomi dalam perekonomian Indonesia dibedakan dalam tiga kelompok
utama yaitu, sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier. Apabila dilihat dari
Produk Domestik Bruto, sektor-sektor yang ada dalam perekonomian dibagi
menjadi sembilan sektor Kesembilan sektor ini mempunyai andil dalam
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah sehingga perlu dilakukan kajian di dalamnya.
Grafik 1.1 Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Buleleng
atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun
2008-2013 (%)
35.00
1. PERTANIAN
30.00
2. PERTAMBANGAN &
PENGGALIAN
3. INDUSTRI
PENGOLAHAN
4. LISTRIK, GAS & AIR
BERSIH
5. KONSTRUKSI
25.00
20.00
15.00
6. PERDAG., HOTEL &
RESTORAN
7. PENGANGKUTAN &
KOMUNIKASI
8. KEU. REAL ESTAT, &
JASA PERUSAHAAN
9. JASA-JASA
10.00
5.00
0.00
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali 2014 (data diolah)
Dalam grafik 1.1 dapat dilihat bahwa pada periode 2008-2013 kontribusi
sektor pertanian mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Kontribusi sektor
perdagangan, hotel dan restoran pada periode yang sama mengalami peningkatan
diikuti oleh sektor jasa-jasa dan sektor-sektor yang lain masih konstan. Bisa
dikatakan pada kabupaten buleleng pada periode 2008-2013 sedang mengalami
proses transformasi struktur perokonomian dari sektor primer menuju sektor tertier.
Menurut Sukirno (2010: 126) dalam perkembangan ekonomi sedikit demi sedikit
akan mengurangi peran dari sektor pertanian. Pada perekonomian modern seperti
Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa, pertanian memegang peran yang
sangat kecil dalam produksi nasional. Sejalan dengan berlakunya kemerosotan pada
sektor pertanian maka peran sektor pertanian dalam menyediakan pekerjaan juga
akan merosot.
Sepanjang proses pembangunan ekonomi sektor pertanian mengalami
transformasi internal disektor pertanian maupun transformasi eksternal yang
hubungannya dengan sektor-sektor perekonomian lain. Transformasi eksternal
adalah semakin menurunnya peran pertanian dalam sumbangannya dalam PDB
maupun daya serapnya terhadap tenaga kerja (Hakim, 2002: 283). Menurut Todaro
dalam Hasani (2010), pada dasarnya pembangunan ekonomi memiliki empat
dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3)
perubahan atau transformasi ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari
masyarakat agraris menjadi masyarakat industri.
Dari keempat dimensi pokok yang ada pada pembangunan ekonomi,
transformasi struktural merupakan salah satu bagian penting dalam meningkatkan
dan terjadinya kesinambungan pada pertumbuhan ekonomi serta menjadi
pendukung bagi pembangunan itu.Transformasi struktur ekonomi merupakan salah
satu indikator terjadinya pembangunan perekonomian wilayah. Jika terjadi proses
transformasi ekonomi maka dapat dinyatakan bahwa telah terjadi pembangunan
ekonomi dan diperlukan pengembangan lebih lanjut pada wilayah tersebut.
Tingkat perubahan struktural dan sektoral yang tinggi, berkaitan dengan
proses pertumbuhan ekonomi. Beberapa komponen utama perubahan struktural
tersebut mencakup “pergeseran” yang berangsur-angsur dari aktifitas pertanian ke
sektor non petanian dan dari sektor industri ke jasa. Dampak pembangunan suatu
daerah, seperti mengenai perubahan sektor-sektor apa yang meningkat atau
menurun, merupakan pengetahuan yang penting dalam pembangunan suatu daerah
(Todaro, 2008: 68).
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang potensial untuk
pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Kesempatan kerja yang tersedia dan
kualitas tenaga kerja yang digunakan akan menentukan proses pembangunan
ekonomi. Dengan demikian, tenaga kerja merupakan sumber daya untuk
menjalankan proses produksi dan juga distribusi barang dan jasa. Kebijakan
pembangunan yang tidak mendorong adanya peningkatan kualitas manusia hanya
akan membuat daerah tertinggal dari daaerah yang lain.
Dengan kata lain, peningkatan kualitas modal manusia juga akan
memberikan manfaat dalam mengurangi ketimpangan antar daerah (Handoyo dan
Sjafi’i, 2006). Nasoetion (1991) dalam Amir Hidayat dan Suahasil Nazara (2005)
merumuskan bahwa pertumbuhan ekonomi melalui proses transformasi dapat
dicapai melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja di setiap sektor
perekonomian dan transfer tenaga kerja dari sektor yang produktivitas tenaga
kerjanya rendah ke sektor yang produktivitas tenaga kerjanya lebih tinggi.
Grafik 1.2 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan
Usaha di Kabupaten Buleleng Periode 2008-2013
200,000
1. PERTANIAN
180,000
2. PERTAMBANGAN &
PENGGALIAN
3. INDUSTRI
PENGOLAHAN
4. LISTRIK, GAS & AIR
BERSIH
5. KONSTRUKSI
160,000
140,000
120,000
100,000
80,000
6. PERDAG., HOTEL &
RESTORAN
7. PENGANGKUTAN &
KOMUNIKASI
8. KEU. REAL ESTAT, &
JASA PERUSAHAAN
9. JASA-JASA
60,000
40,000
20,000
0
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Buleleng 2014 (data diolah)
Pada grafik 1.2 dapat dijelaskan bahwa penggunaan tenaga kerja di
kabupaten Buleleng masih belum maksimal. Tenaga kerja di sektor pertanian masih
mendominasi dibandingkan tenaga kerja pada sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran (PHR) serta pada sektor jasa-jasa. Padahal sumbangan sektor PHR dan
sektor jasa-jasa pada PDRB Kabupaten Buleleng periode 2008-2013 lebih tinggi
dari sektor pertanian. Manning (1995) dalam Ketut Kariyasa (2001), mengatakan
bahwa titik balik untuk aktivitas ekonomi (economic turning-point) tercapai lebih
dahulu dibanding dengan titik balik penggunaan tenaga kerja (labor turning-point).
Jika transformasi kurang seimbang maka dikhawatirkan akan terjadi proses
pemiskinan dan eksploitasi sumberdaya manusia pada sektor primer. Menurut
Tulus T. H. Tambunan (2001) , Pertumbuhan ekonomi tanpa dibarengi dengan
penambahan tenaga kerja akan mengakibatkan ketimpangan dalam pembagian dari
penambahan pendapatan tersebut (ceteris paribus). Ketimpangan yang terjadi dapat
menciptakan suatu pertumbuhan ekonomi dengan peningkatan kemiskinan. Dari
latar belakang yang telah dirumuskan di atas, maka penulis mengambil judul
“Analisis Transformasi Struktur Ekonomi dan Sektor Unggulan di Kabupaten
Buleleng Periode 2008-2013”.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Dengan adanya perubahan kontribusi tingkat PDRB, struktur perekonomian
di kabupaten Buleleng mengalami perubahan dari struktur perekonomian
tradisional yang mengandalkan sektor pertanian menuju struktur perekonomian
modern yang mengandalkan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) dan
sektor jasa-jasa.
Dari uraian latar belakang masalah di atas dapat diambil rumusan masalah
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana struktur ekonomi kabupaten Buleleng berdasarkan
pendekatan shift share dilihat dari penyerapan tenaga kerja dan
kontribusi sektoral terhadap PDRB kabupaten Buleleng periode 20082013?
2. Sektor mana yang merupakan sektor basis pada Kabupaten Buleleng
periode 2008-2013?
3. Sektor manakah yang menjadi sektor unggulan di masa akan datang
pada Kabupaten Buleleng?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis struktur ekonomi kabupaten Buleleng berdasarkan
pendekatan shift share dilihat dari penyerapan tenaga kerja dan
kontribusi terhadap PDRB kabupaten Buleleng Periode 2008-2013.
2. Untuk mengetahui sektor basis Kabupaten Buleleng periode 2008-2013.
3. Untuk mengetahui perubahan sektor unggulan di masa akan datang.
1.4
Kegunaan Penelitian
1
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat diganakan sebagai refrensi
oleh pemerintah daerah
Kabupaten Buleleng dalam mengambil
perencanaan pembangunan ekonomi serta kebijakan yang tepat bagi
penyerapan tenaga kerja sehingga bisa menekan angka pengangguran
untuk menignkatkan PDRB.
2. Hasil penelitian ini diharapakan mempu sebagai bahan kajian untuk
peneliti lainnya dan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi
penelitian selanjutnya.
1.5
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, yaitu sebagai
berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan.
Bab II Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian
Bab ini menguraikan teori yang mendukung pokok permasalahan yang
dibahas dalam penelitian yang meliputi: teori perubahan struktural, teori
pembangunan ekonomi, teori pertumbuhan ekonomi, ukuran pertumbuhan
ekonomi, ketenagakerjaan, produk domestik regional bruto, teori basis
ekonomi, analisis shift share.
Bab III Metode Penelitian
Dalam bab ini menguraikan tentang lokasi penelitian, objek penelitian,
indentifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data,
metode pengumpulan data dan teknik analisis data.
Bab IV Data dan Pembahasan Hasil Penelitian
Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan meliputi gambaran
umum wilayah penelitian di Kabupaten Buleleng serta hasil analisis data
yang memuat tentang perhitungan-perhitungan dengan menggunakan alat
analisis.
Bab V Simpulan dan Saran
Pada bab ini menguraikan simpulan dari hasil analisis yang dilakukan dan
saran bagi pemerintah daerah yang ditujukan untuk memecahkan
permasalahan yang ada pada daerah tersebut.
Download