peningkatan propesionalisme guru-guru smp

advertisement
LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
PELATIHAN PEMBELAJARAN BERBASIS
KARAKTER BAGI PENGAWAS SD SE
KECAMATAN BULELENG
OLEH:
DRS NYOMAN SUBRATHA, M.PD /NIP. 19500502 197803 1002
Prof Dr. Ketut Suma, M.S/Nip. 195901001 198403 1003
Drs.I.B.Putu Mardana, M.Si/ Nip. 19640827 199102 1001
Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas
Pendidikan Ganesha dengan SPK Nomor: 0795/023.04.2.01/202012
revisi 1, tanggal : 27 Februari 2012.
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA- FPMIPA
LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA
MASYARAKAT
UNIVERSITAN PENDIDIKAN GANESHA
TAHUN 2012.
HALAMAN PENGESAHAN
1.Judul
Kecamatan
: Pelatihan Pembelajaran Berbasis Karakter Bagi Pengawas SD Se
Buleleng.
2. Ketua Pelaksana:
a. Nama
b. Nip.
c. Pangkat/Gol.
d. Jabatan
e. Fakultas/Jur.
f. Bidang Keahlian
: Drs Nyoman Subratha, M.Pd
: 19500502 197803 1002
: Pembina Utama Muda/ IV.c
: Lektor Kepala.
: FPMIPA / Pendidikan Fisika
: Pendidikan Sains.
3. Personalia:
a. Jumlah Anggota
: 3 Orang
b. Pembantu Pelaksana : - orang.
4. Jangka Waktu Kegiatan
: 6 bulan
5. Bentuk Kegiatan
: Pelatihan/Penyuluhan
6. Sifat Kegiatan
: Berlanjut
7. Biaya yang diperlukan
:
a. Sumber dari DIPA Undiksha: Rp. 5.000.000,00
b. Sumber lain (tidak ada)
:Jumlah = Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah)
Singaraja, 30 Oktober 2012
Mengetahui:
Dekan Fakultas MIPA
,
Prof Dr.Ida Bagus Putu Arnyana, M.Si.
Nip. 19581231 198601 1005
Ketua Pelaksana
Drs. Nyoman Subrathaa, M.Pd.
Nip. 19500502 197803 1002
Mengetahui:
Ketua LPM Unidsha
Prof Dr. Ketut Suma, M.S M.S.
Nip. 19590101 198403 1003
2
PELATIHAN PEMBELAJARAN BERBASIS
KARAKTER BAGI PENGAWAS SD SE
KECAMATAN BULELENG
OLEH:
Nyoman Subratha, I Ketut Suma, I.B.Putu Mardana.
Abstrak
Kegiatan pengabdian kepada masyarkat ini bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan guru-guru SD se Kecamatan Buleleng melalui
peningkatan pengawas SD se Kecamatan Bulelng dalam hal pengelolaan proses
pembelajaran berbasis karakter. Permasalahan pokok yang dialami guru-guru SD adalah
bagaimana membuat program pembelajaran berbasis karakter agar proses pembelajaran
dapat menunjang terbentuknya karakter peserta didik sesuai tujuan pendidikan karakter.
Metoda pelaksanaan kegiatan yang ditempuh adalah melalui kegiatn pelatihan yang
meliputi: ceramah, diskusi dan tanya jawab tentang pembelajaran berbasis karakter dan
dilanjutkan latihan membuat program pengajaran berbasis karakter. Hasil kegiatan
kepada masyarakat ini adalah: (1) pengetahuan dan pemahaman para pengawas SD se
Kecamatan Buleleng mengalami peningkatan, dan (2) pengawas SD peserta pelatihan
sudah dapat menghasilkan contoh perencanaan pembelajaran berbasis karakter untuk
tingkat SD.
Kata Kunci: pendidikan karakter, program pembelajaran, pembelajaran berbasis karakter.
3
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Hyang Widhi Wase, Tuhan Yang
Maha Esa, karena berkat-Nya pengabdian kepada masyarakat yang berjudul: “Pelatihan
Pembelajaran Berbasis Karakter Bagi Pengawas SD Se Kecamatan Buleleng” dapat
diselesaikan sesuai dengan rencana.
Pengabdian kepada masyarakat ini dapat terlaksana berkat bantuan dan partisipasi
dari berbagai pihak, untuk itu melalui kesempatan ini kami menyampaika terima kasih
kepada pihak yang terkait.
1. Rektor Undiksha melalui Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat telah
membantu mulai dari pengajuan proposal, pendanaan kegitan, sampai
pelaporan hasil kegiatan ini.
2. Bapak Kepala UPP Kecamatan Buleleng, yang telah memberikan izin dan
menugaskan para pengawas SD se Kecamatan Buleleng untuk mengikuti
kegiatan pelatihan pembelajaran berbasis karakter.
3. Bapak Ibi peserta pelatihan yang telah dengan tekun dan antusiasme
mengikuti kegiatan pelatihan pembelajaran berbasis karakter ini.
4. Semua staf LPM Undiksha yang telah banyak memberikan bantuan fisik dan
moril untuk melancarkan pelaksanaan kegiatan ini.
Semoga hasil pengabdian kepada masyarkat ini dapat bermanfaat bagi peserta
pelatihan, guru-guru SD serta semua pihak dalam hal peningkatan karakter peserta didik.
Singaraja, 30 Oktober 2012.
Tim Pelaksana.
4
Daftar Isi
Halaman.
Lembaran Judul. ……………………………………………………………. 1
Halaman Pengesahan ………………………………………………………. 2
Abstrak ……………………………………………………………………… 3
Kata Pengantar ……………………………………………………………… 4
Daftar Isi ……………………………………………………………………. 5
BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………… 6
1.1 Analisis Situasi ………………………………………………………… 6
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah …………………………………… 7
1.3 Tujuan Kegiatan ………………………………………………………… 7
1.4 Manfaat Kegiatan ……………………………………………………… 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………
2.1 Pendidikan Karakter ……………………………………………………
2.2 Pengembangan Proses Pembelajaran Berbasis Karakter ………………
9
9
11
BAB III. METODA PELAKSANAAN DAN PENGABDIAN KEPADA
MASYARAKAT …………………………………………………
3.1 Khalayak Sasaran Yang Strategis ………………………………………
3.2 Metoda Kegiatan ………………………………………………………
3.3 Kerangka Pemecahan Masalah …………………………………………
3.4 Keterkaitan ……………………………………………………………..
3.5 Rancangan Evaluasi ……………………………………………………
14
14
14
16
16
16
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………
4.1 Hasil Kegiatan P2M ……………………………………………………
4.2 Pembahasan ……………………………………………………………
17
17
17
BAB.V. PENUTUP ………………………………………………………
5.1 Simpulan ………………………………………………………………
5.2 Saran …………………………………………………………………
19
19
19
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………
LAMPIRAN-LAMPIRAN ………………………………………………
20
21
5
BAB I.
PENDAHULUAMN
1.1 Analisis Situasi.
Sertifikasi guru merupakan suatu upaya yang ditempuh Pemerintah c.q Depdiknas
untuk meningkatkan kualifikasi dan profesionalisme guru sebagai agen pembelajaran,
yang dibarengi dengan peningkatan kesejahtraan guru, sehingga dapat diharapkan dapat
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan. Proses sertifikasi guru
dilakukan melalui uji kompetensi. Hasil uji kompetensi secara holistik akan menentukan
kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran, meningkatkan
profesionalisme guru, meningkatkan proses dan hasil pendidikan, dan mempercepat
pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Program sertifikasi guru sebagai starting point dalam mengatasi keterpurukan
mutu pendidikan di Indonesia telah menjadi isu nasional yang harus disikapi secara
bijaksana, proaktif dan terpadu dari semua instansi terkait dan kompeten terhadap propesi
guru seperti Depdiknas, LPTK, masyarakat dan guru itu sendiri untuk mensinergikan
berbagai sumber daya dalam menciptakan dan mengembangkan profesi guru sebagai
pekerjaan propesional. Program pendidikan dan pelatihan propesional dalam jabatan yang
dicanangkan secara lintas sektoral pihak terkait dalam konteks peningkatan kualifikasi
dan propesionalisme guru haruslah mampu: (1) Meningkatkan kualitas pembelajaran, (2)
Meningkatkan produktivitas ilmiah guru, (3) Meningkatkan kualifikasi dan kompetensi
guru, dan (4) Mengembangkan karir guru.
Selain
meningkatkan
kualitas
pembelajaran,
produktivitas
ilmiah
guru,
kualifikasi, potensi guru, serta mengembangkan karier, dipihak lain perlu juga
memperhatikan bagaimana menanamkan disiplin, etika serta meningkatkan kualitas
karakter peserta didik. Oleh karena itulah perlu insan-insan pendidik memahami
bagaimana melakukan pembelajaran berbasis karakter agar tujuan pendidikan tercapai
secara utuh.
Kita patut memberikan makna lebih tentang tema besar yang diangkat pada acara
Hari Pendidikan Nasional tahun 2010 yakni ”Pendidikan Karakter Untuk Membangun
Keberadaban Bangsa” Karena dunia pendidikan diharapkan sebagai motor penggerak
untuk mempasilitasi perkembangan karakter, sehingga anggota masyarakat mempunyai
6
kesadaran kehidupan berbangsa dan bernegara yang harmonis dan demokratis dengan
tetap memperhatikan sendi-sendi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan
norma-norma sosial di masyarakat yang telah menjadi kesepakatan bersama.
Untuk menyongsong program pemerintah dalam hal
pendidikan,
meningkatkan kualitas
maka Universitas Pendidikan Ganesha melalui LPM Undiksha ikut
mendukung peningkatan kualitas pendidikan tersebut dan telah melakukan kerja sama
dengan instansi terkait untamanya dalam bidang pendidikan. Oleh karena itulah, LPM
Undiksha melalui Pusat Layanan Pendidikan Sekolah dan Masyarakat (PLPSM)
melakukan kegiatan ”Pelatihan Pembelajaran Berbasis Karakter bagi Pengawas SD
se Kecamatan Buleleng” dan diharapkan peserta pelatihan dapat meneruskan kepada
Guru-Guru bagaimana merancang pembelajaran berbaisis karakter agar tujuan
pendidikan tercapai secara utuh.
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan analisis situasi dan kondisi empiris di atas, tampak jelas bahwa guruguru SD se Kecamatan Buleleng dan juga para pengawas yang secara langsung sebagai
konsultan para guru tersebut perlu mendapatkan wawasan yang lebih luas termasuk
bagaimana implementasi pendidikan karakter tersebut, dan bagaimana merancang
pembelajaran berbasis karakter agar tercapai tujuan pendidikan secara utuh baik mental
dan sepiritual.
Terkait dengan itu, permasalahan pokok yang hendak diselesaikan dalam program
ini adalah: “Bagaimana memberikan wawasan tentang pendidikan karakter dan
membuat program pembelajaran berbasis karakter bagi guru-guru SD maupun para
pengawas SD se Kecamatan Buleleng”
Berdasarkan identifikasi dan rumusan masalah tersebut di atas, maka kegiatan
pokok dalam program ini adalah memberikan pelatihan tentang pembelajaran berbasis
karakter pada para pengawas SD se Kecamatan Buleleng dan pendampingan pasca
pelatihan.
1.3 Tujuan Kegiatan
Tujuan dari kegiatan ini adalah: “meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
para guru-guru SD melalui peningkatan kemampuan pengawas SD se Kecamatan
7
Buleleng dalam hal pengelolaan proses pembelajaran berbasis karakter melalui program
pelatihan.
1.4 Manfaat Kegiatan
Kegiatan pelatihan pembelajaran berbasis karakter bagi para pengawas SD se
Kecamatan Buleleng ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
a. Para Pengawas SD se Kecamatan Buleleng
Bagi para pengawas SD di Kecamatan Buleleng , kegiatan ini bermanfaat untuk
meningkatkan pengetahuan dalam hal pengajaran berbasis karakter dan terampil
mengembangkan pembelajaran
berbasis karakter. Pengetahuan dan keterampilan ini
merupakani bekal untuk dapat membimbing guru-guru SD dalam pengajaran berbasis
karakter .
b. Bagi Guru-Guru SD Se Kecamatan Buleleng
Guru-guru SD di Kecamatan Buleleng melalui bimbingan para pengawasnya akan
dapat mengembangkan pendidikan berbasis karakter serta dapat membuat program
pembelajaran berbasis karakter
c. Bagi Undiksha
Program ini sangat bermanfaat dalam menjalin hubungan kerjasama yang
mutualistis antara LPTK dengan kalangan masyarakat luas, khususnya masyarakat
sekolah, sehingga tenaga dan berbagai potensi yang ada dapat disumbangkan pada
masyarakat, khususnya yang berkenaan dengan sektor pendidikan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pendidikan Karakter
Tema besar yang di angkat pada acara Hari Pendidikan Nasional tahun 2010
yakni ”Pendidikn Krakter Untuk Membangun Keberadaban Bangsa”. Makna dari tema
ini member penekanan dunia pendidikan diharapkan sebagai motor penggerak untuk
memfasilitasi perkembangan karakter, sehingga anggota masyarakat mempunyai
kesadaran kehidupan berbangsa dan bernegara dan bernegara yang harmonis dan
demokratis dengan tetap memperhatikan sendi-sendi Negara Kesatuan Republik Indoneia
(NKRI) dan norma-norma sosial di masyarakat yang telah menjadi kesepakatan bersama.
Dari mana memulai dibelajarkannya nilai-niai karakter bangsa, dari pendidikan
informal, dan secara parallel berlanjut pada pendidikan formal dan non formal.
Tantangan saat ini dank e depan bagaimana kita mampu menempatkan pendidikan
karakter sebagai sesuatu kekuatan bangsa. Oleh karena itukebijakan dan implementasi
pendidikan yang berbasis karakter menjadi sangat penting dan strategis dalam rangka
membangun bangsa ini. Hal ini tentunya juga menuntut adanya dukunganyang kondusif
dari pranata politik, sosial dan budaya bangsa.
Menurut Foerster ada empat cirri dasar dalam pendidikan karakter. Pertama,
keteraturan interior dimana setiap tindakan di ukur berdasarhierarki nilai. Nilai menjadi
pedoman normative setiap tindakan. Kedua, koherensi yang member keberanian,
membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru
atau takut resiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama
lain. Tidak adanya koherensi meruntuhkan kredibilitas seseorang.Ketiga, otonomi. Di
situseseorang mengimplementasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi
pribadi.Ini dapat dilihat lewat penilaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau
desakan pihak lain. Keempat, keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan
seseorang guna mengingini apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan merupakan dasar
bagi penghomatan atas komitmen yang dipilih.
Dr. Martin Luther King mengemukakan bahwa pendidikan bertujuan melahirkan
insan cerdas dan berkarakter kuat atau kecerdasan yang berkarakter adalah tujuan
akhirpendidikan yang sebenarnya. Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti
9
plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan
tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan
karakter tidak akan efektif. Dengan pendidikan karakteryang diterapkan secara sistematis
dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emisi ini
adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena
seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan
kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademik.
Terdapat Sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal,
yaitu: pertama, karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaannya; kedua, kemandirian dan
tanggung jawab ; ketiga, kejujuran/amanah, diplomatis; keempat, hormat dan santun;
kelima, dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama; keenam,
percaya diri dan kerja keras; ketujuh, kepemimpinan dan keadilan; kedelapan, baik dan
rendah hati; dan kesembilan, karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan. Kesembilan
pilar karakter itu, diajarkan secara sistematis dalam model pendidikan holistic
menggunakan metode knowing the good, feeling the good, dan actingthe good. Knowing
the good bisa mudah diajarkan sebab pengetahuan bersifat kognitif saja. Setelah knowing
the good harus ditumbuhkan feeling loving the good, yakni bagaimana merasakan dan
mencintai kebajikan menjadi engine yang bisa membuat orang senantiasa mau berbuat
sesuatu kebaikan. Sehingga tumbuh kesadaran bahwa, orang mau melakukan prilaku
kebajikan karena dia cinta dengan perilaku kebajikan itu. Setelah terbiasa melakukan
kebajikan, maka acting the good itu berubah menjadi kebiasaan.
Hasil studi Dr. Marvin Berkowitz dari University of Missouri-St.Louis,
menunjukan peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi akademik pada
sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas yang secara
komperhensip terlibat dalam pendidikan karakter menunjukan adanya penurunan derastis
pada perilaku negative siswa yang dapat menghambat keberhasilan akademik. Buku yang
berjudul Emotional Intelligence and School Success (Joseph Zins, et.al, 2001)
mengkompilasikan berbagai hasil penelitian tentang pengaruh positif kecerdasan emosi
anak terhadap keberhasilan di sekolah. Dikatakan bahwa ada sederetan factor-faktor
resiko penyebab kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor resiko yang disebutkan
ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri,
kemampuan kerja sama , kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati,
10
dan kemampuan berkomunikasi. Hal itu sesuai dengan pendapat Daniel Goleman tentang
keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan
emosi, dan hanya 20 persen ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ). Anak-anak yang
mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya, akan mengalami kesulitan belajar,
begaul dan tidak dapat mengontrol emosinya. Anak-anak yang bermasalah ini sudah
dapat dilihat sejak usia pra-sekolah, dan kalau tidak ditangani akan terbawa sampai usia
dewasa. Sebaliknya para remaja yang berkarakter akan terindar dari masalah-masalah
umum yang dihadapi oleh remaja seperti kenakalan, tawuran, narkoba, miras, perilaku
seks bebas, dan sebagainya. Hail penelitian di Negara yang menerapkan pendidkan
karakter menyatakan bahwa implementasi pendidikan karakter yang tersusun secara
sitematis berdampak positif pada pencapaian akademis.
2.2 Pengembangan Proses Pembelajaran Berbaisis Karakter
Pembelajaran pendidikan budaya dan karakter bangsa menggunakanpendekatan
proses belajar peserta didik secara aktif dan berpusat pada anak; dilakukan melalui
berbagai kegiatan di kelas, sekolah, dan masyarakat.
1) Kelas, melalui proses belajar setiap mata pelajaran atau kegiatan yang
dirancang sedemikian rupa. Setiap kegiatan belajar mengembangkan
kemampuandalam ranah konitif, afektif, dan psikomotor. Oleh karena itu,
tidak selalu diperlukan kegiatan belajar khusus untuk mengembangkkan nilainilai pada pendidikan budaya dan karakter bangsa. Meskipun demikian, untuk
mengembangkan nilai-nilai tertentu seperti kerja keras, jujur, toleransi,
disiplin, mandiri, semangat kebangsaan, cinta tanah air, dan gemar membaca
dapat melalui kegiatan belajar yang biasa dilakukan guru. Untuk
pengembangan beberapa nilai lain seperti peduli social, peduli lingkungan,
rasa ingin tahu, dan kreatif memerlukan upaya pengkondisian sehingga
peserta didik memiliki kesempatan untuk memunculkan perilaku yang
menunjukan nilai-nilai itu.
2) Sekolah, melalui berbagai kegiatan sekolahyang diikuti seluruh peserta didik,
guru, kapala sekolah, dan tenaga administrasi di sekolah itu, direncanakan
sejak awal tahun pelajaran, dimasukan ke Kalender Akademik dan yang
dilakukan sehari-hari sebagai bagian dari buday sekolah. Contoh kegiatan
11
yang dapat dimasukan ke dalam program sekolahadalah lomba vocal grup
antar kelas tentang lagu-lagu bertema cinta tanah air, pagelaran seni, lomba
pidato bertema budaya dan karakter bangsa, pagelaran bertema budaya dn
karakter bangsa, lomba olah raga antar kelas, lomba kesenian antar kelas,
pameran hasil karya peserta didik bertema budaya dan karakter bangsa,
pameran foto hasil karya peserta didik bertema budaya dan karakter bangs,
lomba membuat tulisan , lomba mengarang lagu, malakukan wawancara
kepada tokoh yang berkaitan dengan budaya dan karakter bangsa,
mengundang berbagai nara sumber untuk berdiskusi, gelar wicara, atau
berceramah yang berubungan dengan budaya dan karakter bangsa.
3) Luar Sekolah, melaui kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan lain yang diikuti
oleh seluruh atau sebagian peserta didik, dirancang sekolah sejak awal tahun
pelajaran, dan dimasukan ke dalam Kalender Akademik. Misalnya, kunjungan
ketempat-tempat yang menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air,
menunbuhkan semangat kebangsaan, melakukan pengabdian masyarakat
untuk menumbuhkan keperdulia dan kesetiakawanan social (membantu
mereka yang tertimpa musibah banjir, memperbaiki atau membersihkan
tempat-tempat umum, membantu membersihkan atau mengatur barang di
tempat ibadah tertentu).
2.3 Peran LPM Undiksha.
Mengingat permasalahan yang dialami oleh guru-guru SD di Kecamatan Buleleng
dan para pengawas SD tersebut tentang pendidikan berbasis karakter, maka Undiksha
sebagai lembaga yang bergerak dibidang pendidikan dan pengajaran merasa perlu untuk
ikut membantu memecahkan masalah tersebut. Kegiatan ini sejalan dengan salah satu
darma yang diusung oleh Undiksha yakni pengabdian kepada masyarakat.
Dalam Buku Pedoman Pelaksanaan pada Masyarakat Undiksha disebutkan bahwa,
kegiatan pengabdian pada masyarakat dilakukan untuk: (1) pemenuhan berbagai
kebutuhan sekolah dan masyarakat guna meningkatkan kesejahtraan masyarakat melalui
pendidikan, penyuluhan, dan pembinaan secara partisipatif, (2) mempercepat peningkatan
kualitas pendidikan dan pengajaran di sekolah ( Pedoman Pelaksanaan LPM, 2004).
12
Pelatihan dalam rangka P2M ini selain sesuai dengan misi dan visi yang
diemban Undiksha, aktivitas ini sesuai pula dengan propil kemampuan dasar guru yang
harus ditingkatkan secara terus menerus menuruti perkembangan dan perubahan yang
terjadi. Propil kemampuan dasar guru yang harus ditingkatkan secara terus-menerus itu
adalah: (1) penguasaan bahan, (2) pengelolaan belajar-mengajar, (3) pengelolaan kelas,
(4) penggunaan sumber/media, (5) penguasaan landasan-landasan kependidikan, (6)
pengelolaan intraksi belajar-mengajar, dan (7) penilaian prestasi siswa untuk keperluan
pengajaran (T.Raka Joni, 1985). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan dasar guru tersebut adalah dengan memberikan pelatihan
(inservice training).
Pelatihan pembelajaran berbasis karakter adalah merupakan salah satu kegiatan
pelatihan (inservice training) yang dapat meningkatkan kemampuan guru-guru dalam
mengelola proses pembelajaran sehingga perolehan hasil belajar bisa lebih optimal lagi.
13
BAB III
METODA PELAKSANAAN PENGABDIAN
KEPADA MASYARAKAT
3.1 Khalayak Sasaran Antara Yang Strategis.
Khalayak sasaran strategis pelaksnaan P2M ini adalah para pengawas SD se
Kecamatan Buleleng yang terdiri dari 14 orang. Pemilihan pengawas SD se Kecamatan
Buleleng ini didasarkan pada asumsi bahwa pengawas ini nantinya bisa menularkan
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dalam pelatihan ini kepada guru-guru SD
se Kecamatan Buleleng yang berjumlah sekitar 520 orang guru-guru yang merupakan
bawahannya.
3.2 Medoda Kegiatan
Untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam pengabdian kepada masyarakat
ini, maka langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut.
1). Pelatihan.
Jenis kegiatan dan tujuan yang ingin dicapai dalam peltihan ini adalah sebagai
berikut.
Jenis Kegiatan
Tujuan Yang Ingin Dicapai
1. Ceramah, diskusi dan Tanya jawan 1.
tentang pendidikan/ pembelajaran
Memahami
pendidikan/pembelajaran
berbasis karakter
berbasis karakter.
2. Latiahan
membuat
program
pengajaran berbasis karakter.
2
Terampil membuat program pengajaran
berasis karakter.
2) Pasca Pelatihan..
Agar kegiatan ini mendapatkan hasil yang maksimal, maka pada pasca pelatihan
dilakukan kegiatan pendampingan dan monitoring. Kegiatan pendampingan dan
monitoring ini dilakukan untuk memantau kegiatan peserta pelatihan dalam hal
melakukan bimbingan pada guru-guru SD dalam merancang pembelajaran berbasis
14
karakter. Pada saat pendampingan dan monitoring ini juga dilakukan evaluasi terhadap
keberhasilan program yang dilaksanakan ini.
3.3 Kerangka Pemecahan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan di lokasi rencana program
ini dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa pengetahuan dan kemampuan guru-guru SD
untuk melakukan pembelajaran berbasis karakter masih rendah, oleh karena itu perlu
diberikan pelatihan tentang pembelajaran berbasis karakter. Mengingat jumlah guru SD
se Kecamatan Buleleng sangat banyak, maka pelatihan ini diberikan peda para pengawas
SD yang nantinya dapat menularkan pada guru-guru SD yang merupakan binaannya.
Untuk lebih jelasnya tentang rasional, prosedur dan target dari kerangka pemecahan
masalah yang dikembangkan dalam program ini dapat dilihat pada bagan berikut.
Guru-guru SD Se
Kecamatan
Buleleng
Analisis
Kebutuhan
Penentuan
Model dan
Pola Program
Kondisi riil Guru –
guru SD Se
Kecamatan Buleleng
Kebijakan Kepala
UPTD Kecamatan
Buleleng
Pemilihan Sumber Daya di
Undiksha dan Kebijakan
Kepala UPTD Kecamatan
Buleleng
Evaluasi
Pemilihan dan Penentuan Tenaga Pelatih
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengembangkan
pembelajaran berbasis karakter
Agar para pengawas Guru SD se Kecamatan Buleleng memahami pembelajaran
berbasis karakter, maka modus yang dipilih untuk mencapai tujuan ini adalah melakukan
pelatihan pembelajaran berbasis karakter.
Pelatihan pembelajaran berbasis karakter
dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu : (1) pelatihan pembelajaran berbasis karakter,
dan (2) pendampingan pasca pelatihan .
15
3.4 Keterkaitan
Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan P2M ini, maka pihak terkait yang
terlibat dalam pengabdian ini antara lain adalah: (1) Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten
Buleleng sebagai penanggung jawab pelaksanaan pendidikan di Kabupaten Bulelng, dan
(2) Kepala UPTD Kecamatan Buleleng sebagai penaggung jawab pendidikan tingkat
Kecamatan di Kematan Buleleng.
3.5 Rancangan Evaluasi
Untuk mengetahui tercapainya tujuan (pada butir 6), maka evaluasi dilakukan
melalui proses kegiatan, yaitu: (1) melakukan wawancara pada para pengawas yang
mengikuti pelatihan tentang pendidikan karakter, (2) mengamati hasil kerja pembuatan
program pengajaran berbasis karakter oleh peserta pelatihan, (3) mengamati kinerja para
pengawas dan guru-guru dalam mengimplementasikan program pengajaran berbasis
karakter pada pasca pelatihan.
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Kegiatan P2M
Untuk mencapai tujuan kegiatan yaitu: “meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan para guru-guru SD melalui peningkatan kemampuan pengawas SD se
Kecamatan Buleleng dalam hal pengelolaan proses pembelajaran berbasis karakter, maka
ditempuh dengan metoda pelatihan. Kegiatan pelatihan dimulai dari ceramah, diskusi dan
tanya jawab tentang karakter dan pendidikan karakter, prinsip-prinsip pendidikan
karakter, nilai-nilai karkter sebagai hasil belajar pendidikan karakter, mengintegrasikan
pendidikan karakter dalam mata pelajaran, serta asesmen pendidikan karakter. Kegiatan
tersebut dapat menambah pengetahuan dan pemahaman peserta pelatihan.
Untuk mencapai tujuan pelatihan :”Agar peserta dapat mengembangkan proses
pembelajaran berbasis karakter”, maka ditempuh dengan cara latihan membuat perangkat
pembelajaran berbasis pendidikan karakter. Dalam kegiatan ini, para peserta dilatih
membuat rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter. Dalam kegiatan ini para
peserta dapat menghasilkan RPP berbasis karakter.
Dari hasil observasi yang dilakukan pada saat kegiatan menunjukan bahwa
antusiasme para peserta cukup tinggi terhadap kegiatan ini. Peserta melakukan latihan
mengembangkan pembelajaran berbasis karakter mulai dari menganalisis setandar
kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD) dan merumuskan indikator ketercapaian
kompetensi serta menetapkan karakter-karakter yang bisa dikembangkan. Selanjutnya
peserta pelatihan merancang proses pembelajaran untuk mengembangkan karakterkarakter yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan ini peserta
menghasilkan rencana
pengembangan pembelajaran berbasis karakter dengan kualitas cukup baik (contoh RPP
yang dihasilkan terlampir).
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil kegiatan pelatihan ini, maka dapat diungkap beberapa hal
terkait dengan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dalam pelatihan ini adalah
sebagai berikut. (1) Peninkatan pengetahuan dan pemahaman peserta pelatihan yaitu para
17
pengawas SD se Kecamatan Buleleng tentang pembelajaran berbasis karakter, maka
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan para guru SD dalam hal merancang
pembelajaran yang memungkinkan terjadinya pemdidikan karakter bagi peserta didik,
(2) Peningkatan keterampilan merancang perencanaan pembelajaran berbasis karakter
mulai dari menanalisis standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), dan Indikator
ketercapaian kompetensi, maka diharapkan pengembangan pendidikan karakter dapat
diwujudkan sesuai dengan misi masing-masing mata pelajaran untuk menunjang
pendidikan karakter tesebut, dan (3) Pembinaan terhadap guru-guru SD agar dapat
merancang proses pembelajaran selain mengembangkan pengetahuan (kognitif), sikap
(afektif), dan keterampilan (psikomotor), perlu juga ada pembinaan cara mengembangkan
perencanaan
pembelajaran
berbasis
karakter
termasuk
merancang
proses
pembelajarannya. Pembinaan ini perlu berlanjut dan penularan terhadap guru-guru yang
lain agar pendidikan karakter ini dapat terwujud.
18
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan kegiatan, serta hasil dan pembahasan di
atas, maka dapat dibuat simpulan sebagai berikut
1. Pelatihan pembelajaran berbasis karakter dapat meningkatkan wawasa pengawas
SD se Kecamatan Buleleng dalam hal pendidikan karakter.
2. Para peserta pelatihan dapt mengembangkan pembelajaran berbasis karkter
berdasarkan sandar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), dan Indikator
ketercapaian kompetensi, serta dapat merancang proses pembelajaran berbasis
karaker.
5.2 Saran
Beberapa saran dapat disampaikan terkait dengan kegiatan pelatihan pembelajaran
bebasis karakter bagi pengawas SD se Kecamatan Buleleng, yaitu:
1. Karena pendidikan karakter ini sangat penting bagi generasi penerus bangsa,
maka pengembangan pembelajaran harus betul-betul direncanakan dengan
baik supaya tujuan pendidikan karakter bisa tercapai.
2. Pengembangan pendidikan karakter ini agar direncanakan dengan baik agar
ketercapaian standar kompetensi (SK) dan Kompetensi dasar (KD) dapat
dicapai.
19
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur-Balitbang
Setiawan, D. (2010). Pendidikan Karakter Untuk Membangun Keberadaban
Bangsa.
Diakses
dari
internet:
http://pustaka.ut.ac.id/pdfartikel/TIG302.pdf, dikses 7 Mei 2010.
Joni, T. Raka. (1985). Wawasan Pendidikan Guru. Jakarta: PPLPTK.
Joni, T. Raka. (1985). Pendekatan Kemampuan Dalam Pengembangan
Kurikulum Inti. Jakarta: PPLPTK.
Regers, E. M. (1984). Diffusion of innovations. New York: MacMillan
Publishing Co.,Inc.
Rooijakkers, Ad . (1984). Mengajar Dengan Sukses. Jakarta: PT Granada
Sudjana, N. dan Rivai, A. (2001). Teknologi Pengajaran. Bandung: AlgenSindo.
Suryanto, Prof. Ph.D. 2010. Urgensi Pendidikan Karakter. Dimuat pada internet:
Uhttp://www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/web/pages/urgensi.html
. Diakses 7 Mei 2010.
Suparlan.2010. Pendidikan Karakter dan Kecerdasan. Diakses dari internet:
http:/www.suparlan.com/pages/pendidikan-karakter-dan-kecerdasan288.php, Diakses 18 Juni 2010.
20
LAMPIRAN-LAMPIRAN.
Lampiran 01. Foto Kegiatan
21
22
23
Download