BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Lumut (Bryophyta) Tumbuhan lumut (Bryophyta) dibedakan dalam dua kelas dengan ciriciri yang jelas yaitu: - Hepaticae (lumut hati) - Musci (lumut daun) Kedua kelas itu berbeda dalam bentuk susunan tubuhnya dan perkembangan gametangium serta sporogoniumnya. Keduanya selalu berwarna hijau, autotrof dan sebagai hasil asimilasi telah terdapat zat tepung (Tjitrosoepomo, 2014: 175). Kebanyakan lumut hati hidup di tempat-tempat yang basah, oleh sebab itu tubuhnya mempunyai struktur yang higromorf. Bentuk lain jarang ditemukan, meskipun ada pula yang terdapat pada tempat-tempat yang amat kering misalnya pada kulit-kulit pohon, di atas tanah atau batu cadas, sehingga tubuhnya perlu mempunyai struktur yang xeromorf. Dalam tubuh terdapat alat penyimpan air atau dapat menjadi kering tanpa mengakibatkan kematiannya (Tjitrosoepomo, 2014: 175-176). Lumut daun meliputi ± 12.000 jenis yang mempunyai daerah agihan yang amat luas. Lumut daun dapat tumbuh di atas tanah-tanah gundul yang periodik mengalami masa kekeringan, bahkan di atas pasir yang bergerak pun 6 dapat tumbuh. Beberapa jenis diantaranya dapat sampai berbulan-bulan menahan kekeringan dengan tidak mengalami kerusakan bahkan ada yang tahan kekeringan sampai bertahun-tahun. Di tempat-tempat yang kering lumut-lumut itu membentuk badan-badan yang berupa bantalan, sedangkan yang hidup di tanah-tanah hutan membentuk lapisan seperti babut. Lumut yang membentuk bantalan karena tidak berakar hampir-hampir tidak menghisap air dari tanah, bahkan melindungi tanah itu terhadap penguapan air yang terlalu besar (Tjitrosoepomo, 2014: 188). Perkembangan lumut berlangsung seperti berikut: spora yang kecil dan haploid, berkecambah menjadi suatu protalium yang pada lumut dinamakan protonema. Ada yang menjadi besar dan ada yang tetap kecil. Padanya terdapat kuncup-kuncup yang tumbuh dan berkembang menjadi tumbuhan lumut. Kemudian dibentuklah gametangium, lalu setelah sel telur (dihasilkan oleh arkegonium) dibuahi oleh spermatozoid (dihasilkan oleh anteridium), zigot terus berkembang menjadi embrio yang diploid. Tumbuh menjadi suatu badan sporogonium atau kapsul spora. Di dalamnya dibentuk spora, jaringan di dalamnya dinamakan arkespora yang membentuk sel induk spora dan mengalami pembelahan reduksi menjadi 4 spora yang berkelompok (tetrade), spora itu membulat sebelum terpisah-pisah dan terlepas dari kapsul spora (Tjitrosoepomo, 1981: 168-169). Menurut Warming dan Smith (1896) dalam Satiyem (2012), bryophyta merupakan komponen penting dari flora di muka bumi kita dan 7 memainkan peranan memadai dalam ekonomi alam. Hal ini merupakan akibat jumlah besar tumbuhan individu yang dihasilkan secara pembiakan vegetatif. Lumut sejati mudah berkembang biak sehingga membentuk masa yang luas membentang bagaikan permadani hijau menutupi permukaan tanah. Ciri lain yang mempunyai arti penting dalam ekologi ialah kemampuannya menyimpan air yang tertangkap diantara daun dan tangkainya. Banyak lumut sejati di hutan bersama lumut gambut mempunyai kemampuan menyerap air melalui daun-daunnya. Karena struktur dan cara hidupnya, lumut hati itu dalam banyak cara memberi sumbangan kepada modifikasi alam sekitar. Penyimpanan air oleh massa lumut hati berdaun dan lumut sejati yang tumbuh pada pohon-pohon tumbang dan bahan organik lain dalam tanah. Meskipun hanya sedikit air yang diserapnya dari substrat, hal itu menyebabkan tanah menjadi kering melainkan justru melindunginya terhadap desikasi (proses pengeringan). Sebagai akibat kemampuanya menahan air, maka persemaian alamiah dari lumut sejati tidak disangsikan lagi bertindak sebagai pesemaian benih untuk tumbuhan herba, tumbuhan bunga berkayu, dan tumbuhan conifer (Satiyem, 2012: 17-18). Lumut sendiri memiliki fungsi sebagai pembangun tanah untuk menyiapkan lahan bagi pertumbuhan organisme lain (Bernard & Buck, 2004 dalam Purawijaya dan Priyantika, 2013: 60). Hasil analisis kandungan lumut 8 (Tabel 1) menunjukkan bahwa nilai C (4.84%), N (0.60%), K2O (56 mg/100g) termasuk kategori tinggi dan P2O5 (210 mg/100g) termasuk kategori sangat tinggi, hal ini disesuaikan dengan kriteria sifat kimia tanah oleh pusat penelitian tanah 1983 (lampiran 3). Salah satu peranan bryophyta ialah dalam memperlambat proses erosi. Massa lumut sejati yang bagaikan permadani itu mempunyai daya simpan air yang lebih besar daripada lapisan daun mati. Karena itu lumut sejati memperlambat air permukaan yang cepat dari air hujan dan salju yang cair. Selain itu, tegakan lumut sejati yang rapat menghimpun dan menahan partikel partikel tanah. Walaupun sekilas tampaknya tidak berarti sebagai tumbuhan individu, namun bersama-sama tumbuhan tingkat tinggi mereka pun membentuk dan mengubah lingkungan hidup kita (Warming dan Smith, 1896 dalam Satiyem, 2012: 18). Tumbuhan pertama yang datang dan berkembang pada suatu daerah dalam urutan-urutan suksesi disebut tingkat pionir. Sifat tumbuhan pionir ini sebagian besar ditentukan oleh sifat tanah atau batuan dan suplai air. Suksesi pada permukaan batuan gundul yang diakibatkan oleh erosi karena angina atau air, biasanya mulai dengan lumut kerak sebagai tingkatan pionir. Lumut tersebut menaungi liken dan secara berhasil bersaing sesamanya akan air dan nutrient. Lumut yang lebih tua mati dan membusuk, maka sering kali terbentuklah selapis “tikar” diatas permukaan batuan itu. Lama- kelamaan, lapisan itu kian tebal dan daya simpan air pun makin baik sehingga dapat 9 ditumbuhi tumbuhan herba sebagai tingkatan berikutnya dalam suksesi (Tjitrosomo dkk, 1992: 195). Lumut daun (Leucobryum glaucum) biasanya mengelompok, membentuk hamparan karpet tebal di mana tumbuhan lain tidak dapat bertahan hidup. Lumut daun dan lumut hati menyukai tempat-tempat lembap dan teduh, walaupun lumut daun juga mampu melekat pada tempat terbuka seperti permukaan bebatuan dan tembok. Lumut daun jenis Sphagnum membentuk bentangan lapisan tebal di daerah rawa dan timbunan sisa-sisa nya lama-kelamaan berubah menjadi gambut. Selain itu, lumut kerak sering dijumpai dibatuan, dinding, dan kulit luar pohon. Lumut kerak dapat bertahan dalam kondisi lingkungan yang sangat panas, dingin dan kering (Holland et al., 2004: 106). 2. Tanaman Binahong Nama ilmiah tanaman binahong adalah Anredera cordifolia (Ten.) Steenis. Nama daerah tanaman ini yaitu gondola (sunda), gondola (bali), lembayung (minangkabau), genjerot, gedrek, uci-uci (jawa), kandula (madura), tatabuwe (sulawesi utara), poiloo (gorontalo) dan kandola (timor). Sedangkan nama asing nya yakni heartleaf maderavine madevine (inggris) dan dheng shan chi (cina) (Hariana, 2013: 60). Binahong berupa tumbuhan menjalar dengan panjang bisa mencapai lima meter. Batangnya lunak, silindris, saling membelit, berwarna merah dan permukaan halus. Hampir semua bagian tanaman binahong seperti umbi, 10 batang dan daun dapat digunakan dalam terapi herbal (Mangan, 2009: 55). Daun binahong sedikit tebal dan licin serta berukuran antara 4-13 cm. bagian bunga berukuran kecil, berwarna putih krem, mengeluarkan keharuman yang lembut dan tumbuh berkelompok bak tandan (Lestari dan Kencana, 2015: 301). Gambar 1. Tanaman Binahong (Dokumentasi Penelitian, 2016) Berikut ini adalah klasifikasi tanaman binahong : Kingdom : Plantae (tumbuhan) Sub kingdom : Tracheobionta (berpembuluh) Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji) Divisio : Magnoliophyta (berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Subkelas : Hamamelidae Ordo : Caryophyllales 11 Familia : Basellaceae Genus : Anredera Species : Anredera cordifolia (Tenore) Steenis (Mus, 2008 dalam Octavia, 2009: 7-8). Sinonim dari tanaman Anredera cordifolia (Ten) Steenis, di antaranya Boussingaultia cordifolia Boussingaultia basselloides, (Ten), Boussingaultia Boussingaultia gracilis pseudobasselloides Miers, Haum (Utami, 2013: 37). Caryophyllales: kebanyakan berupa terna, seringkali dengan cara penebalan sekunder yang istimewa. Daun tunggal, biasanya tanpa daun penumpu. Bunga banci, atau berkelamin tunggal karena adanya reduksi dari salah satu alat kelaminnya aktinomorf, berbilang 5 dengan hiasan bunga yang tunggal atau ganda, atau mempunyai tenda bunga yang terdiri atas dua karangan. Benang sari dalam 1 lingkaran, berhadapan dengan daun tenda, atau dalam 2 lingkaran, jarang lebih atau kurang. Bakal buah menumpang atau tenggelam, kebanyakan beruang 1 dengan 1-10 bakal biji yang kampilotrop dan hampir selalu mempunyai 2 selaput kulit biji. Biji mempunyai perispora dan lembaga yang bengkok (Tjitrosoepomo, 1994: 158). Berdasarkan penelitian, binahong sangat baik untuk revitalisasi kulit, memberi stamina ekstra, melancarkan peredaran darah, mencegah stroke dan asam urat. Selain itu, mengonsumsi binahong mampu meningkatkan vitalitas, 12 mengatasi pembengkakan dan pembekuan darah, memulihkan kondisi lemah dan menyembuhkan luka setelah operasi (Mangan, 2009: 55). Menurut penelitian Kurniasih dkk (2015: 183) Daun binahong mengandung senyawa flavanoid, saponin dan polifenol dan memiliki potensi sebagai antioksidan. Selain itu, menurut penelitian Ariani dkk (2013: 918919) didapatkan perbedaan yang jelas antara penyembuhan luka yang diberi daun binahong dan yang tidak diberi daun binahong yaitu pembentukan jaringan granulasi yang lebih banyak dan reepitelisasi terjadi lebih cepat dengan menggunakan daun binahong dibandingkan dengan tidak menggunakan daun binahong. 3. Media Tanam Media tanam adalah tempat tumbuhnya tanaman untuk menunjang perakaran. Dari media tanam inilah tanaman menyerap makanan berupa unsur hara melalui akarnya sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik (Liferdi dan Saparinto, 2016: 11). Media tanam yang banyak mengandung bahan organik dapat bertahan lunak, porous, udara dapat mencapai akar, kelembapan terjamin, hara cukup dan pertumbuhan tanaman tidak terganggu (Sudarmono, 1997: 36). Media tanam sangat penting karena kebutuhan dasar untuk tanaman bisa tumbuh dengan sehat. Media tanam yang sesuai perlu memperhatikan kebutuhan akan penyerapan air, saluran air, penghawaan (aerasi), nutrisi (Feriadi dan Frick, 2008: 49). Menurut Susetya (2012), media tanam yang 13 baik untuk tanaman binahong berupa campuran tanah topsoil dan pupuk kandang yang matang dengan perbandingan 1 : 1 (Tatik dkk, 2014: 181). Sifat fisika tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman adalah struktur tanah gembur, mudah mengikat air (porous) dan kedalaman tanah (solum) cukup dalam. Keadaan fisika tanah yang baik dapat memperbaiki edaran udara (aerasi) dan peredaran air (drainase) sehingga imbangan kandungan oksigen dan air di dalam tanah sangat baik. Dengan demikian, kebutuhan oksigen dan air bagi tanaman serta aktivitas organisme tanah dapat terpenuhi (Juanda dan Cahyono, 2005: 21). Sifat kimia tanah salah satunya berupa derajat keasaman (pH) tanah merupakan salah satu faktor pembatas yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan tanaman. Kondisi tanah yang terlalu masam (pH < 4) dapat menyebabkan kematian tanaman. Selain itu juga mempengaruhi kehidupan organisme tanah dan ketersediaan zat hara tertentu, yang selanjutnya berpengaruh terhadap kesuburan tanah dan tanaman. Kekurangan zat hara tertentu akan menyebabkan tanaman terserang penyakit fisiologis. Kondisi tanah yang terlalu masam akan berpengaruh pada ketersediaan boron, magnesium dan molybdenum. Sebaliknya, kondisi tanah yang terlalu basa berpengaruh terhadap ketersediaan zat hara kalium (Juanda dan Cahyono, 2005: 21). Media tanam tanah bisa dikombinasikan dengan campuran lainnya antara lain, pupuk kandang dan sekam (Liferdi dan Saparinto, 2016: 11). 14 Arang sekam memiliki drainase dan aerasi yang baik, bertekstur kasar, ringan dan sirkulasi udara tinggi karena banyak memiliki pori-pori sehingga kurang dapat menahan air. Arang sekam mengandung unsur mangan (Mn) dan siliikon (Si) (Supriati dan Herliana, 2014: 31). 4. Pertumbuhan Tanaman Pertumbuhan didefinisikan sebagai peningkatan ukuran tanaman sebagai akibat adanya pembelahan dan pembesaran sel, termasuk sintesis berbagai bahan seluler dan organisasi organel-organel subseluler. Pertumbuhan merupakan suatu proses yang tidak dapat dibalik (irreversible), dan laju pertumbuhan dapat diukur dengan menghitung peningkatan bobot segar, bobot kering, volume, panjang, tinggi, atau luas area. Oleh karena ukurannya bertambah, maka bentuk tanaman pun berubah-ubah sebagaimana ditentukan oleh faktor-faktor genetiknya. Segmen-segmen tertentu dari DNA (gen) menentukan sintesis enzim yang mengkatalis reaksi-reaksi biokimia tertentu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan diferensiasi (Zulkarnain, 2014: 92, 98). Pada sel-sel yang baru terbentuk akan terjadi pemanjangan sel yang membutuhkan ketersediaan air yang cukup, rangsangan hormon tertentu yang merangsang perentangan sel dan ketersediaan karbohidrat (Zulkarnain, 2014: 99). Salah satu hormon pertama yang ditemukan pada tumbuhan adalah auksin. Auksin memainkan peranan penting dalam beragam perilaku dan pola pertumbuhan. Auksin terlibat dalam supresi tunas lateral di sepanjang batang, 15 perkembangan system akar dan tunas, pertumbuhan buah, pengguguran daun dan buah (absisi), pembelahan sel di kambium, dan perkembangan strukturstruktur baru, misalnya: tunas liar. Auksin memberikan pengaruhpengaruhnya itu pada konsentrasi yang berbeda-beda. Kadar auksin yang merangsang tunas mungkin cukup berbeda dengan yang merangsang akar (Fried dan Hademenos, 2005: 167). Daerah pembesaran sel-sel berada tepat di belakang titik tumbuh. Pada saat sel-sel ini membesar, maka terbentuklah vakuola-vakuola besar yang secara relatif menghisap air dalam jumlah banyak. Selain sel-sel memanjang, dinding-dinding sel juga akan menebal akibat adanya akumulasi selulosa tambahan yang berasal dari karbohidrat. Oleh karena pembelahan sel, pemanjangan sel dan pembentukan jaringan memerlukan karbohidrat, maka dalam fase vegetatif, tanaman menggunakan sebagian besar karbohidrat yang dibentuknya untuk pertumbuhan organ-organ vegetatif (Zulkarnain, 2014: 99-100). Perlakuan dengan bahan tanam umbi ketiak daun pada media tanam dengan perbandingan tanah, pupuk kandang, pasir 1:2:1 (T3M3) memberikan pengaruh yang sangat baik terhadap pertumbuhan tanaman binahong (Tatik dkk, 2014: 188). Sedangkan penggunaan stek batang memberikan pengaruh terbaik dan meningkatkan komponen pertumbuhan tanaman binahong. Stek batang lebih cepat berakar dibanding rimpang (Baskoro dan Purwoko, 2010: 12). Menurut Prastowo dan Roshetko (2006: 31), stek (cutting atau stuk) atau 16 potongan adalah menumbuhkan bagian atau potongan tanaman sehingga menjadi tanaman baru. Tanaman memerlukan sekitar 16 unsur hara untuk pertumbuhannya. Unsur hara dapat diperoleh dari udara, air tanah, air siraman, air hujan dan mineral tanah atau bahan organik. Tanaman memperoleh unsur-unsur hara berupa bahan organik dari pupuk kandang, bangkai kehidupan atau sisa tanaman, sedangkan bahan anorganik diperoleh dari mineral tanah, pupuk buatan pabrik atau abu. Unsur hara yang diperoleh dari udara, air tanah, air siraman, air hujan yaitu karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) (Pracaya, 2011: 390). Tanaman mengambil garam-garam mineral dari dalam tanah, yang berupa unsur-unsur nitrogen, pospor, kalium, kalsium, magnesium, besi, belerang, mangan, seng, boron, tembaga dan molibdenum (Tjahjadi, 1989: 15). -Nitrogen (N) Kandungan nitrogen dalam tanaman 1-4% dari bobot kering tanaman. Unsur hara ini diambil dari tanah dalam bentuk nitrat (NO3) atau ammonium (NH4) dan bersenyawa dengan persenyawaan karbon untuk membentuk persenyawaan asam amino dan protein (Pracaya, 2011: 393). Komponen utama berbagai senyawa dalam tubuh tanaman, yaitu: asam amino, amida, protein, klorofil dan alkaloid. 40-45% protoplasma tersusun dari senyawa yang mengandung N (Agustina, 2004: 58). Merangsang pertumbuhan 17 tanaman secara keseluruhan, mendorong pembentukan daun dan batang tanaman (Tjahjadi, 1989: 16). -Fosfor (P) Biasanya fosfor ditunjukkan dengan P2O5. Umumnya fosfor diambil dari tanah kira-kira 0.1-0.4% dari bobot kering tanaman. Unsur hara ini diperlukan untuk pembelahan sel dan perkembangan jaringan tanaman yang membentuk titik tumbuh tanaman. Selain itu, fosfor mempercepat masaknya tanaman (Pracaya, 2011: 394). Merangsang pertumbuhan akar/umbi, mendorong pembentukan bunga dan buah, memperkuat tegaknya batang (Tjahjadi, 1989: 16). Berperan penting dalam transfer energi di dalam sel tanaman, misalnya: ADP, ATP. Berperan dalam pembentukan membrane sel, misalnya: lemak, fosfat. Berpengaruh terhadap struktur K+ , Ca2+, Mg2+ dan Mn2+, terutama terhadap fungsi unsur-unsur tersebut yang mempunyai konstribusi terhadap stabilitas struktur dan konformasi makro molekul, misalnya: gula fosfat, nukletida dan koenzim. Meningkatkan efisiensi fungsi dan penggunaan N (Agustina, 2004: 58). -Kalium (K) Unsur hara kalium atau potash biasanya ditunjukkan dengan K2O. Kalium bukan penyusun jaringan tanaman karena tidak membentuk persenyawaan seperti nitrogen dan fosfor. Namun, kalium terbentuk dalam keadaan larutan di dalam getah sel. Besarnya kalium sekitar 0.5-4% dari bobot kering tanaman. Kalium berkumpul dalam bagian tanaman yang terjadi proses 18 pembelahan dan pertumbuhan sel aktif. Unsur hara ini memerankan bagian yang penting dalam penggunaan dari unsur-unsur hara yang lain dan dalam menyintesa protein dan lemak (Pracaya, 2011: 396). Membantu transportasi hasil fotosintesa dari daun ke seluruh tubuh tanaman (Tjahjadi, 1989: 16). Fungsi utamanya mengaktifkan kerja beberapa enzim, asetik thiokinase, aldolase, piruvat kinase, glutamilsistein sintetase, formiltetrahidrofolat sintetase, suksinil- Co A sintetase, induksi nitrat reduktase, sintesis tepung, ATPase. Memacu translokasi karbohidrat dari daun ke organ tanaman yang lain, terutama organ tanaman penyimpan karbohidrat, misalnya: ubi. Merupakan komponen penting di dalam mekanisme pengaturan osmotik di dalam sel. Berpengaruh langsung terhadap tingkat semipermiabilitas membrane dan fosforilasi di dalam kloroplast (Agustina, 2004: 58-59). -Kalsium (Ca) Berperan penting sebagai elemen struktural dinding sel, khususnya sebagai Ca pekat di dalam penyusun lamella tengah. Esensial di dalam mengatur struktur membran dan aktivitasnya, terutama pada aliran ion di akar. Berperan dalam nitrat reduktase, amylase, ATPase, fosfolipase P. Jembatan penghubung suatu bahan makro molekul, misalnya: tepung. Memacu pertumbuhan pollen tubes. Berperan dalam detoksifikasi cairan sel dengan cara membentuk garam yang tidak larut, misalnya: Kristal kalsium oksalat (Agustina, 2004: 59). Mempercepat pertumbuhan akar, mempermudah 19 penyerapan Kalium oleh tanaman, menetralkan keasaman tanah (Tjahjadi, 1989: 16). Kapur atau kalsium yang telah bergabung menjadi dinding sel tidak bisa bergerak ke bagian lain tanaman untuk pembentukan sel baru. Kapur juga dapat menolong menggagalkan keracunan alumunium. Kekurangan pemberian kapur akan mencegah terbentuknya akar baru, daun dan lain-lain. Ketidaksanggupan akar tanaman yang kekurangan kapur untuk memanjang dengan cepat adalah suatu halangan yang serius untuk memperoleh keperluan pertumbuhan yang lain (Pracaya, 2011: 402). -Magnesium (Mg) Setiap molekul klorofil mengandung sebuah ion magnesium pada pusat darii struktur yang kompleks. Oleh karena itu, Mg sangat penting dalam pembentukan klorofil atau biji walaupun jumlah yang didistribusikan sedikit ke bagian-bagian lain tanaman. Bagian dari Mg yang didistribusikan berfungsi dalam sistim enzim yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat. Sifat magnesium di dalam tanaman lebih menyerupai sifat kalium. Magnesium dengan mudah dapat dipindahkan dari satu bagian tanaman ke tempat lainnya (Pracaya, 2011: 399-400). Membantu distribusi fosfor ke seluruh tubuh tanaman (Tjahjadi, 1989: 17). Penyusun klorofil, pembawa fosfat terutama dalam pembentuksn biji berkadar minyak tinggi yang mengandung lesitin. Aktif di dalam fungsi penggabungan antara enzim dan substrat site, misalnya: memompa Mg2+ dan 20 tilakoid ke stroma, pada keadaan ada cahaya dapat mengaktifkan RuBP karbosilase (Agustina, 2004: 59). -Mangan Berperan dalam transport electron pada fotosistem II. Elemen structural membran kloroplast ikut berperan dalam beberapa fungsi enzim, misalnya: enzim yang mengkatalisir pemecahan air, respirasi, metabolisme N, ikatan kromatin-RNA polymerase, sintesa tRNA –primed oligoadenylate, sintesa fosfotidilinositol, inaktivasi protektor IAA (Agustina, 2004: 60). Membantu tanaman dalam menyerap unsur N (Tjahjadi, 1989: 17). -Besi Komponen struktural porfirin, sitkhrom, hemes, hematin, ferrikrome, leghemoglobin. Ikut di dalam proses oksidasi reduksi di dalam fotosintesis dan respirasi. Sebagai kofaktor beberapa enzim yaitu: sitokrom oksidase, katalase, peraksidase, acotinase, sintesa klorofil, λ aminolevulinat sintetase, peptidilprolin hydrolase, nitrogenase, heme dan non-heme oksigenase (Agustina, 2004: 60). Ikut membantu proses pembentukan klorofil daun, menguatkan batang dan vigor tanaman (Tjahjadi, 1989: 17). -Seng Dibutuhkan untuk pembentukan triptopan sebagai prekursor IAA, metabolisme triptamin. Terutama sebagai kofaktor enzim dehydrogenase, piridin nukleotida, alkohol, glukosa-6-P dan triose P, karbonokanhidrase, fosfodiesterase. Merangsang sintesa sitokhrom C (Agustina, 2004: 60). 21 -Belerang Belerang merupakan bagian penting dari semua protein tanaman dan dari beberapa hormon tanaman. Belerang tidak diperlukan untuk menyintesa persenyawaan organik. Unsur hara ini sering kali terkumpul sebagai sulfat dalam tanaman. Tanaman memerlukan nitrogen empat sampai sepuluh kali lebih besar dari belerang (Pracaya, 2011: 403-404). Bersama dengan fosfor, meningkatkan pengaruh kerja fosfor (Tjahjadi, 1989: 17). Sebagai struktur molekul (tiga asam amino esensial, yaitu: sistin, sistein dan metionin. Koenzim, yaitu: thiamin, biotin dan koenzim A bahan yang terlibat di dalam rantai transfer elektron pada respirasi dan fotosintesis, yaitu: ferredoksin dan protein besi non-heme. Bahan produksi sekunder yang mudah menguap, yaitu: allylsulfit pada bawang-bawangan, mustard, sulfat flavonoid. Sulfolipid „sulfoquinovosil digliserida‟ terdapat pada membrane kloroplast). Sulfat organik membantu mencegah melarutnya bahan organik di dalam air. Hal ini penting di dalam mekanisme cekaman terhadap salinitas (Agustina, 2004: 60-61). -Boron Berpengaruh di dalam translokasi gula dari daun, metabolisme fenol dan RNA serta aktivitas asam giberelin dan α amilase. Sangat erat hubungannya dengan beberapa fungsi yang berhubungan dengan Ca di dalam tanaman. Fungsi spesifikasinya belum banyak diketahui (Agustina, 2004: 61). Meningkatkan vigor tanaman (Tjahjadi, 1989: 18). 22 -Molibdenum Komponen struktural enzim riboprotein, nitrogenase dan nitrat reduktase. Berperan di dalam serapan dan translokasi besi (Agustina, 2004: 61). -Tembaga Berperan dalam transport elektron pada fotosintesis. Perannya seperti besi. Penting selama pembentukan klorofil. Secara tidak langsung berperan di dalam pembentukan nodul akar. Kofaktor beberapa enzim penting yaitu: enzim oksidase, misalnya: tirosinase, laccase, asam askorbat. Berperan dalam oksidasi terminal oleh sitokhrom oksidase (Agustina, 2004: 61-62). -Natrium Berperan dalam akumulasi asam oksalat. Berperan dalam membukanya stomata, sebagai pengganti K. Berperan dalam aktivitas nitrat reduktase. Dibutuhkan oleh tanaman yang mempunyai lintasan fotosintetik C4. Menginduksi metabolisme Crassulacean. Mengatur keseimbangan air (Agustina, 2004: 62). -Selenium Fungsinya belum banyak diketahui. Diduga analog dengan metabolik (Agustina, 2004: 62). -Silikon Mengurangi efek racun elemen yang lain (Agustina, 2004: 62). 23 -Kobalt Berperan dalam fiksasi nitrogen. Berperan dalam metabolisme leghemoglobin. Berperan dalam reduktase ribonukleotida (Agustina, 2004: 62). -Khlor Berpengaruh terhadap turgor. Berpengaruh terhadap evolusi O2 di dalam kloroplast. Dalam jumlah kecil mungkin esensial di dalam fotosistem II. Membantu dalam stabilitas proses oksidasi (Agustina, 2004: 62-63). Unsur-unsur mineral (unsur-unsur anorganik) yang diperlukan dalam jumlah yang cukup besar disebut makronutrien. Unsur yang paling banyak diambil dari tanah adalah nitrogen. Makronutrien-makronutrien lain termasuk fosfor, magnesium, dan sulfur seringkali ditemukan dalam makromolekulmakromolekul esensial sel, misalnya klorofil dan berbagai enzim (Fried dan Hademenos, 2005: 154). Diantara semua unsur mineral, nitrogen adalah mineral yang paling sering membatasi pertumbuhan dan produksi tanaman. Tumbuhan memerlukan nitrogen sebagai suatu unsur penyusun protein, asam nukleat dan molekul organik penting lainnya (Campbell dkk, 2003: 345). Nitrogen memiliki fungsi merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, mendorong pembentukan daun dan batang tanaman. Jika kekurangan Nitrogen maka pertumbuhan tanaman terhambat, daun-daun tua lebih cepat gugur karena N yang ada pada daun tua ditransfer ke daun muda 24 dan daun berwarna hijau kekuningan (pucat). Namun jika kelebihan, akar tanaman menjadi rusak, busuk dan mati. Jika pupuk N disebar dan mengenai daun maka daun akan mengalami bercak, kadang-kadang rantingnya ikut mati. Hal ini terjadi jika pemupukan tidak tersebar secara merata (Tjahjadi, 1989: 15). Mineral-mineral yang ditemukan dalam jumlah relatif lebih kecil disebut mikronutrien. Mikronutrien antara lain adalah besi, boron, klorin, mangan, dan natrium. Unsur-unsur lain ditemukan dalam kuantitas yang sangat kecil, sehingga disebut unsur kelumit (trace element). Unsur tersebut antara lain adalah seng, tembaga, dan molibdenum. Walaupun tidak terdapat dalam jumlah besar, mikronutrien dan unsur kelumit bersifat esensial bagi prosesproses semacam aktivasi enzim, perkembangan kloroplas dan metabolism mineral-mineral lain (Fried dan Hademenos, 2005: 154). B. Kerangka Pikir Tumbuhan lumut memiliki kelebihan dibandingkan tanaman lain dalam penyimpanan air hingga mencapai 80%. Selain itu, lumut banyak ditemukan sebagai tempat tumbuhnya tanaman lain sehingga mengindikasikan bahwa lumut memiliki syarat nutrisi sebagai media tanam. Tanaman binahong termasuk tanaman yang mudah ditanam sehingga dapat digunakan untuk mengetahui efektivitas lumut sebagai media tanam. Tekstur lumut yang gembur memungkinkan pertumbuhan akar yang lebih leluasa bagi tanaman 25 sehingga unsur hara pada media tanam lebih banyak yang dapat diserap dan dimanfaatkan oleh tanaman. Kerangka pikir secara skematik disajikan pada Gambar 2. Tanaman binahong Lumut Banyak manfaatnya Gembur, memicu pertunasan, memudahkan pertumbuhan akar, menyediakan hara bagi pertumbuhan Mudah ditanam, kemampuan tumbuh Stek batang (lebih mudah dan mempunyai persediaan bahan makanan yang cukup dan jaringan meristem yang membentuk akar) Media tanam Pertunasan, Pertumbuhan Pembentukan akar, daun serta pertambahan tinggi tanaman binahong dari hasil stek Gambar 2. Kerangka Pikir 26