BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motivasi Belajar Mahasiswa 2.1.1. Konsep Belajar 2.1.1.1. Definisi Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannnya (Slameto, 2010). Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Hamalik (2013) belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman ( learning is defined as the modification or strengthening of behavior throughexperiencing) menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain hasil dari belajar. Belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses, 8 9 dan bukan suatu hasil. Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integrative dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan (Soemanto, 2006). Berdasarkan pengertian-pengertian diatas tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar pada hakikatnya merupakan suatu usaha, suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada setiap diri individu sebagai hasil pengalaman atau hasil interaksi dengan lingkungannya. 2.1.1.2. Tujuan Belajar Menurut Sardiman (2012) tujuan belajar dibagi menjadi 3 jenis: a. Untuk mendapatkan pengetahuan Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Pengetahuan dan kemampuan berfikir dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan kemampuan berfikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berfikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya di dalam kegiatan belajar. b. Penanaman konsep dan keterampilan Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan yang bersifat jasmani maupun rohani. Keterampilan jasmani adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak atau penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Termasuk dalam hal masalah-masalah “teknik” dan “pengulangan”. Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit , karena tidak selalu 10 berurusan dengan masalah-masalah ketrampilan-keterampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih abstrak, menyangkut persoalan-persoalan penghayatan, dan keterampilan berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep. c. Pembentukan sikap Pembentukan sikap mental dan prilaku anak didik, tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai-nilai. Dengan dilandasi nilai-nilai itu, maka akan tumbuh kesadaran dan kemauannya, untuk mempraktikkan segala sesuatu yang telah dipelajarinya. 2.1.1.3. Ciri-ciri Belajar Menurut William Burto dalam Hamalik (2013) menyimpulkan uraiannya sebagai berikut : a. Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, bereaksi, dan melampaui (under going). b. Proses itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata pelajaran yang berpusat pada suatu tujuan tertentu. c. Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan . d. Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan diri sendiri yang mendorong motivasi yang kontinu. e. Proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan lingkungan. f. Proses belajar dan hasil usaha belajar secara materil dipengaruhi perbedaanperbedaan individual. 11 g. Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalam dan hasilhasil yang diinginkan disesuaikan dengan kematangan individu tersebut. h. Proses belajar yang baik apabila individu tersebut mengetahui status dan kemajuannya. i. Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai prosedur. j. Hasil-hasil belajar secara fungsioanal berikatan satu sama lain, tetapi dapat didiskusikan secara terpisah. k. Proses belajar berlangsung secara efktif dibawah bimbingan yang merangsang yang membimbing tanpa tekanan dan paksaan. l. Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan. m. Hasil-hasil belajar yang diterima oleh individu apabila memberi kepuasan pada kebutuhannya dan berguana serta bermakna baginya. n. Hasil-hasil belajar dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalaman-pengalaman yang dapat dipersamakan dan dengan pertimbangan yang baik. o. Hasil-hasil belajar itu lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian dengan kecepatan yang berbeda-beda. p. Hasil-hasil belajar yang telah dicapai adalah bersifat kompleks dapt berubah-ubah (adaptable), jadi tidak sederhana dan statis. 2.1.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Menurut Slameto (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah: 12 1. Faktor intern a. Faktor jasmaniah, meliputi kondisi kesehatan dan cacat tubuh. b. Faktor psikologis, mencakup inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. c. Faktor kelelahan, dapat bersifat jasmani dan rohani. 2. Faktor ekstern a. Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. b. Faktor institusi pendidikan mencakup, metode mengajar, kurikulum, relasi pengajar dan peserta didik, relasi peserta didik dengan peserta didik, disiplin institusi pendidikan, alat pelajaran, waktu pembelajaran, standar pelajaran diatas pengukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. c. Faktor masyarakat, meliputi kegiatan peserta didik dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. 2.1.1.5. Jenis-jenis Belajar Menurut Slameto (2010) jenis-jenis belajar dapat dibagi menjadi: a. Belajar bagian (part learning, fractioned learning) Umumnya belajar bagian dilakukan oleh seseorang bila ia dihadapkan pada materi belajar yang bersifat luas atauekstensif. Dimana individu memecah seluruh materi pelajaran menjadi bagian-bagian yang satu sama lain berdiri sendiri-sendiri. 13 b. Belajar dengan wawasan (learning by insight) Wawasan yang berorientasi pada data yang bersifat tingkah laku (perkembangan yang lembut dalam menyelesaikan suatu persoalan dan kemudian secara tiba-tiba terjadi reorganisasi tingkah laku). c. Belajar diskriminatif (discriminatif learning) Belajar diskriminatif diartikan sebagai suatu usaha untuk memilih beberapa sifat situasi atau stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku. d. Belajar global atau keseluruhan (global whole learning) Disini bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhan berulang sampai pelajar menguasainya. e. Belajar insidental (incidental learning) Konsep ini bertentangan dengan anggapan bahwa belajar itu selalu berarahtujuan (intensional). Sebab dalam belajar insidental pada individu tidak ada sama sekali kehendak untuk belajar. Atas dasar ini maka untuk kepentingan penelitian disusun perumusan operasional yaitu, belajar disebut insidental bila tidak ada intruksi atau petunjuk yang diberikan pada individu mengenai materi belajar yang akan diujikan. f. Belajar instrumental (instrumental learning) Reaksi-reaksi seseorang yang diperlihatkan dan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada apakah orang tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal. Maka cepat lambatnya seseorang belajar dpat diatur dengan jalan 14 memberikan penguat (reinforcement) atas dasar tingkat-tingkat kebutuhannya.Dalam hal ini maka salah satu bentuk belajar instrumental yang khusus adalah pembentukan tingkah laku. g. Belajar intensional (intensional learning) Belajar yang memiliki arah dan tujuan yang pasti, merupakan lawan dari belajar insidental. h. Belajar laten (laten learning) Diamana perubahan-perubahan tingkaha laku yang terjadi pada seseorang yang terlihat tidak secara segera.. i. Belajar Mental (mental learning) Belajar mental sebagai belajar dengan cara melakukan observasi dari tingkah laku orang lain, membayangkan gerark-gerakan orang lain dan lain-lain j. Belajar produktif (produktif learning) Belajar produktif sebagai belajar dengan transfer yang maksimum. Dimana belajar adalah mengatur kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu situasi kesituasi lainnya. Belajar disebut produktif bila individu mampu mentrasfer prinsif penyelesaian satu persoalan dalam satu situasi kesituasi lainnya. k. Belajar verbal (verbal learning) Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal dengan melalui latihan dan ingatan. 15 2.1.2. Konsep Motivasi Belajar Mahasiswa 2.1.2.1. Definisi Motivasi Belajar Mahasiswa Motivasi merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila tidak suka, maka akan berusaha untuk mengelak perasaan tidak suka tersebut. Jadi motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi biasanya tumbuh di dalm diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2012) Menurut Eysenck dan kawan-kawan dalam Slameto (2010), Motivasi dirumuskan sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia, merupaka konsep yang rumit berkaitan dengan konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap dan sebagainya. Motivasi menurut Mc. Donald dalam sardiman (2012), Motivasi itu sebagai suatu kompleks karena motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak untuk melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan dan keinginan. 16 Motivasi Belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Mahasiswa yang mempunyai motivasi kuat, akan lebih tekun untuk melakukan kegiatan belajar dariapada mahasiswa yang sama sekali tidak memiliki motivasi belajar. Individu akan terdorong dan bergerak untuk memulai aktivitas atas kemauannya sendiri, menyelesaikan tugas tepat waktu dan gigih tidak mudah putus asa saat menjumpai kesulitan dalam menjalankan tugas jika individu tersebut mempunyai motivasi belajar. Motivasi belajar adalah suatu dorongan yang ada pada seseorang sehubungan dengan prestasi yaitu, menguasai, memanipulasi dan mengatur lingukungan sosial maupun fisik, mengatasi rintangan dan memelihara kualitas mengajar serta bersaing melalui usaha untuk melebihi perbuatan yang lalu dan mengiungguli perbuatan orang lain (Sardiman, 2012). Motivasi belajar mahasiswa dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan pada diri mahasiswa yang mendorong dan mengarahkan prilakunya kepada tujuan yang ingin dicapainya dalam mengikuti pendidikan tinggi ( Pujadi, 2007:43 ) 2.1.2.2. Fungsi Motivasi Belajar Mahasiswa Menurut Sardiman (2012), dalam proses belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makain berhasil pula pelajaran yang biberikan. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan itensitas usaha-usaha belajar bagi mahasiswa. Motivasi memiliki 3 fungsi yaitu : 17 a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapainya. Dengan demikian motivasi dapt memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatanperbuatan yang tidak bermanfaat agi tujuan tersebut. Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagaipendorong usaha mencapai prestasi.Seseorang melakukan suatu usaah karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukan hasil yang baik. Dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. 2.1.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Mahasiswa Menurut Suciati dan Prasetyo (2001) dalam Nursalam (2011), menyebutkan beberapa unsur yang mempengaruhi motivasi belajar di antaranya adalah sebagai berikut: a. Cita-cita dan Aspirasi Cita-cita merupakan faktor pendorong yang dapat menambah semangat sekaligus memberikan tujuan yang jelas dalam belajar. Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar intrinsik maupun ektrinsik, karena terwujudnya cita-cita akan 18 mewujudkan aktualisasi diri. Cita-cita yang bersumber dari dalam diri sendiri seseorang akan membuat seseorang melakukan upaya lebih banyak, dapat diindikasikan dengan: 1. Sikap ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas. 2. Kreativitas yang tinggi. 3. Berkeinginan untuk memp1erbaiki kegagalan yang pernah dialami. 4. Berusaha agar teman dan guru memiliki kemampuan bekerja sama 5. Brusaha menguasai seluruh mata pelajaran, dan 6. Beranggapan bahwa semua mata pelajaran penting. b. Kemampuan Peserta didik Kemampaun peserta didik akan mempengaruhi motivasi belajar. Kemampuan yang dimaksud adalah segala potensi yang berkaitan dengan intelektual atau intelegensi. Kemampuan psikomotor juga akan memeperkuat motivasi. c. Kondisi Peserta Didik Keadaan peserta didik secara jasmaniah dan rohaniah akan mempengaruhi motivasi belajar. Kondisi jasmani dan rohani yang sehat akan mendukung pemusatan perhatian dan gairah dalam belajar. d. Kondisi Lingkungan Belajar Kondisi lingkungan belajar dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan, kemasyaraktan, dan lingkungan institusi penyelenggara pendidikan. Kondisi lingkungan belajar juga termasuk hal yang penting untuk diperhatikan. Lingkungan yang kondusif juga turut mempengaruhi interaksi sosial, 19 minat dan kemauan belajar seseorang. Dimana, interaksi sosial merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya proses pembelajaran. e. Unsur-unsur Dinamis dan Pembelajaran Peserta didik memiliki perasaan, perhatian, ingatan, kemauan, dan pengalaman hidup yang turut mempengaruhi minat dan motivasi dalm belajar baik secara langsung maupun tidak langsung. F. Upaya Pengajar dalam Membelajarkan Peserta Didik Pengajar merupakan salah satu stimulus yang sangt besar pengaruhnya pengaruhnya dalam memotivasi peserta didik untuk belajar,.Kemampuan merancang bahan ajar dan prilaku merupakan bagian dari upaya. 2.1.2.4. Macam-macam Motivasi Belajar Mahasiswa Menurut Sardiman (2012), macam-macam atau jenis-jenis motivasi belajar dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau motifmotif itu sangat bervariasi. a. Motivasi belajar dilihat dari dasar pembentukannya. 1. Motivasi-motivasi bawaan Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah motivasi-motivasi yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh: dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja, dorongan untuk beristirahat dan dorongan seksual. Motif-motif ini sering disebut sebagai motif secara biologis (physiological drive). 20 2. Motivasi-motivasi yang dipelajari Motivasi-motivasi yang timbul karena dipelajari. Sebagai contoh: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu dalam masyarakat. Motivasi-motivasi ini sering disebut sebagai motivasi secara sosial (affiliative needs) Sebab manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan sesama manusia yang lain, sehingga motivasi itu terbentuk. b. Motivasi belajar menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis 1. Motivasi atau kebutuahan organis Motivasi ini sama dengan motivasi biologis (physiologis drives),misalnya: kebutuhan makan, minuman, istirahat dan lain-lain 2. Motivasi darurat Motivasi yang timbul karena adanya rangsangan dari luar, misalnya: dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, dorongan untuk berusaha. 3. Motivasi objektif Menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat.Motivasi-motivasi ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapai dunia luar secara efektif. c. Motivasi belajar jasmani dan rohani 1. Motivasi jasmani, misalnya: refleks, insting dan nafsu. 2. Motivasi rohani, misalnya: keamanan akan sesuatu 21 d. Motivasi belajar berdasarkan sifatnya 1. Motivasi Intrinsik Motivasi belajar intrinsik adalah motivasi-motivasi yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya (misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsic ini adalah inigin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri, seperti ingin mendapatkan pengetahuan, nilai dan keterampilan agar dapat merubah tingkah lakunya secara konstruktif. Motivasi intrinsic dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Bentuk motivasi ini seperti: cita-cita yang ingin didapat, kesadaran dan pertimbangan pribadi yang matang, pemikiran akan masa depan tentang kesuksesan. Berikut ini penjelasan masing-masing dari motivas, sebagai berikut: a) Cita-cita Yang Ingin Didapat Cita-cita atau aspirasi peserta didik akn memperkuat semangat belajar dan mengarahkan prilaku belajar. Cita-ciata atau aspirasi peserta didik akan berlangsung dalam waktu yang sangat lama bahakan berlangsung sepanjang hayat, timbulmnya dibarengi oleh perkembangan akal, moral, kemauan bahasa dan nilai-nilai kehidupan, juga perkembangan kepribadian. Cita-cita atau aspirasi peserta didik akan 22 memperkuat motivasi belajar intrinsic maupun ekstrinsik, sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri (Slameto, 2010) b). Kesadaran Dan pertimbangan Pribadi yang Matang Belajar yang efektif dapat diciptakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri, image seseorang.Tiap orang tentu berusaha untuk memenuhi keinhinan yang dicitacitakan. Oleh karena itu siswa harus yakin bahwa denga belajar yang baik dapat membantu mecapai cita-cita yang diinginkan (Slameto, 2010) c). Pemikiran Akan Masa Depan Tentang Kesuksesan Menurut Slameto (2010) tiap orang berusaha agar keinginannya dapat berhasil. Untuk kelancaran belajar, perlu optimis, percaya akan kemampuan sendiri dan yakin bahwa ia dapat menyelesaikantugas dengan baik dan pelajar harus yakin bahwa apa yang dipelajari adalah merupakan hal-hal yang kelak akan banyak gunanya bagi dirinya sendiri. 2. Motivasi belajar Ekstrinsik Motivasi belajar ekstrinsik adala motivasi-motivasi yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya itu. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.Bentuk teori ini seperti pengaruh dari orang tua, pengaruh teman, dan pengaruh guru atau dosen. 23 a). Pengaruh orang tua Dukungan dengan cara orang tua mendidik sangat besar pengaruhnya terhadap belajar anak (Slameto, 2010). Orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan anaknya, tidak mengatur waktu dan tidak melengkapi alat belajarnya dapat menyebabkan anak tidak atau kurang berhasil dalam belajarnya. b). Pengaruh teman Pengaruh dari teman bergaul lebih cepat masuk dalam jiwanya dari yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadapa diri individu, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi sifat yang buruk juga. c). Pengaruh Guru dan Dosen Pendidik senantiasa memberikan bimbingan dan junga pengarahan kepada anak didiknya dan membantu apbila mengalami kesulitan, bail yang bersifat pribadi maupun akademis (Uno, 2008).Lebih lanjut Uno menjelaskan bahwa pendidik menggunakan berbagai metode dalam melaksanakan kegiatan pendidikannya agar dapat memotivasi anak didiknya untuk dapat mengikuti kegiatan yang diberikan. 2.1.2.5. Bentuk dan Cara Menumbuhkan Motivasi Belajar Mahasiswa Di dalam kegiatan belajar-mengajar peranan motivasi baik dari dalam diri maupun luar diri setiap individu sangat di perlukan. Dengan motivasi yang baik, dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekuanan dalam melakukan kegiatan belajar. 24 Dalam kaitan itu perlu diketahui bahwa bentuk dan cara menumbuhkan motivasi adalah bermacam-macam. Tetapi untuk motivasi ekstrinsik kadang-kadang tepat, kadang-kadang juga bisa kurang sesuai.Pendidik di sini harus berhati-hati dalam menumbuhkan dan memberikan motivasi bagi kegiatan belajar para peserta didiknya.Sebab mungkin maksudnya memberikan motivasi tetapi justru tidak menguntungkan perkembangan belajar peserta didiknya. Menurut Sardiman (2012) dan Hamalik (2013) ada beberapa bentuk dan cara menumbuhkan motivasi belajar, yaitu: a. Memberi angka, yaitu: sebagai symbol dari nilai kegiatan belajarnya. b. Memberi pujian, yaitu: pemberian pujian kepada peserta didik yang mendapat nilai yang baik agar mendorong motivasi lebih meningkat. c. Hadiah, yaitu: Hadiah dapat dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidak selalu demikian. d. Saingan atau kompetisi, yaitu: dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan antara kelompok maupun individual dapat meningkatkan motivasi belajar. e. Ego-involvement, yaitu: sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting, dimana seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik untuk menjaga harga dirinya. f. Memberi ulangan, yaitu: pemberian ulangan juga merupakan peningkatan motivasi tetapi pemberian ulangan sebaiknya jangan terlalu sering karena bisa membosankan. 25 g. Kerja kelompok, yaitu: dimana melakukan kerja sama dalam kegiatan belajar antara anggota kelompok, kadang-kadang perasaan untuk mempertahankan nama baik kelompok menjadi pendorong yang kuat dalam perbuatan belajar. h. Mengetahui hasil, yaitu: semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi dalam diri peserta didik untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat. i. Hukuman, yaitu: sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepatdan bijak bisa menjadi alat motivasi. j. Hasrat untuk belajar, yaitu: berarti ada kesengajaan, ada maksud untuk belajar. k. Minat, yaitu merupak alat motivasi yang pokok, proses belajar berjalan lancar kalau disertai minat. Minat dapat dibangkitkan dengan cara: membangkitkan adanya suatu kebutuhan, menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau, memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik dan menggunakan berbagai macam bentuk belajar. l. Tujuan yang diakui, yaitu tujuan yang harus dicapai, dirasa sangat berguanandn menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar. m. Karyawisata dan ekskursi, yaitu: dapat membangkitkan motivasi belajar karena dalam kegiatan ini akan mendapatkan pengalaman langsung dari objek yang akan di kunjungi karena menarik minatnya. n. Film pendidikan, yaitu: dapat menarik perhatian dan minat peserta didik dalam belajar. Para peserta didik mendapat pengalaman baru yang merupakan suatu unit cerita yang bermakna. 26 o. Belajar melalui radio, yaitu: sebagai alat yang penting untuk mendorong motivasi untuk belajar. 2.2. Interaksi Sosial 2.2.1. Definisi Interaksi Sosial Interaksi sosial merupakan pengaruh timbal balik antar individu,antara kelompok dengan kelompok,dan antara individu dengan kelompok (Soekanto, 2013). Menurut Ahmadi (2009), Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara individu atau lebih, di mana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Menurut Beni (2013), interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik, proses tersebut semuanya didasarkan pada berbagai hubungan berbagai kebutuhan yang terwujud dalam tingkah laku manusia apa bila hubungan dengan sesamanya. Interakasi sosial juga sebagai faktor utama dalam kehidupan sosial. Karena, tanpa interaksi sosial tidak akan ada kehidupan bersama. Interaksi sosial mencerminkan bertemunya orang- perorangan yang akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial untuk bekerjasama, saling berbicara, saling memperhatikan, mengadakan persaingan, perkelahian, serta pertikaian. 2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial Sehubungan dengan definisi interaksi sosial di atas terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terciptanya suatu interaksi sosial. Menurut Soekanto (2013) dan Ahmadi (2009) Interaksi sosial dapat di bagi menjadi beberapa faktor, yaitu: 27 a. Faktor Imitasi Merupakan peranan yang sangat penting dalam proses interaksi sosial. Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku.Namun demikian, imitasi mungkin pula mengakibatkan terjadinya hal-hal yang negatif dimana misalnya, yang ditiru adalah tindakan-tindakan yang menyimpang.Selain itu, imitasi juga dapat melemahkan atau bahkan mematikan pengembangan daya kreasi seseorang. b. Faktor Sugesti Merupakan berlangsungnya seseorang memberikan suatu pandangan atau suatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain. Jadi proses ini sebenarnya hampir sama dengan imitasi, tetapi titik-tolaknya berbeda. Berlangsungnya sugesti dapat terjadi karena pihak yang menerima dilanda oleh emosi, yang menghambat daya pikirnya secara rasional. Proses sugesti terjadi apabila seseorang yang memberikan pandangan adalah orang yang beribawa atau karena sifat orang tersebut yang otoriter. Dalam psikologi sugesti dibedakan menjadi dua, yaitu : atu-sugesti, yaitu sugesti terhadap diri yang datang dari dirinya sendiri dan heterosugesti, yaitu sugesti yang datang dari orang lain. Sugesti akan mudah terjadi bila memenuhi syarat-syarat berikut: 1. Sugesti karena hambatan berfikir yaitu, Daya berfikir seseorang akan terhalang oleh karena adanya emosi. 28 2. Sugesti karena keadaan pikiran terpecah belah (dissosiasi) yaitu, Daya fikir seseorang dalam keadaan bingung dalam menghadapi berbagai masalah yang dialaminya. 3. Sugesti karena mayoritas yaitu, Dimana seseorang akan mempunyai kecenderungan untuk menerima suatu pandangan, pendapat atau norma-norma, dan sebagainya, apabila norma-norma itu mendapatkan dukungan orang banyak atau mayoritas, di mana sebagaian besar dan kelompok atau golongan itu memberikan sokongan atas pendapat pandangan-pandangan tersebut. 4. Sugesti karena minoritas yaitu, Dimana seseorang seseorang mempunyai kecenderungan bahwa akan mudah menerima apa yang akan dikemukakan oleh orang lain apabila yang memberikan itu mempunyai otoritas mengenai masalah tersebut. 5. Will to belive yaitu, Bila dalam diri individu telah ada pendapat yang mendahuluinya dan pendapatnya masih dalam keadaan yang samar-samar dan pendapat tersebut searah dengan yang disugestikan itu, maka pada umumnya orang itu akan mudah menerima pendapat terebut. c. Faktor Identifikasi Merupakan kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginandalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam daripada imitasi, karena keperibadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses. Proses identifikasi dapat berlangsung dengan sendirinya (secara tidak sadar), maupun dengan disengaja karena sering kali seseorang memerlukan tipe-tipe ideal 29 tertentu didalam proses kehidupannya. Walaupun dapat berlangsung dengan sendirinya, proses identifikasi berlangsung dalam suatu keadaan diamana seseorang yang beridentifikasi benar-benar mengenal pihak lain (yang menjadi ideal) sehingga pandangan, sikap maupun kaidah-kaidah yang berlaku pada pihak lain dapat melembaga dan bahkan menjiwainya. Identifikasi mengakibatkan terjadinya pengaruh-pengaruh yang lebih mendalam ketimbang proses imitasi dan sugesti walaupun ada kemungkinan bahwa pada mulanya proses identifikasi diawali oleh imitasi atau sugesti. d. Faktor Simpati Merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Di dalam proses ini perasaanmemegang peranan yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya. Inilah perbedaan utamnya dengan identifikasi yang didorong oleh keinginan untuk belajar dari pihak lain yang dianggap kedudukannya lebih tinggi dan harus dihormati karena mempunyai kelebihan-kelebihan atau kemampuan-kemampuan tertentu yang patut dijadikan contoh. Proses simpati akan dapat berkembang dalam suatu keadaan dimana faktor saling mengerti terjamin. 2.2.3 Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial Menurut Soekanto (2013), suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu: 30 a. Kontak Sosial (social-contact) Kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum (yang artinya bersamasama) dan tango (yang artinya menyentuh).Jadi, arti secara harfiah adalah bersamasama menyentuh. Secara fisik, kontak terjadi apa bila ada hubungan badaniah. Sebagai gejala sosial itu tidak perlu suatu hubungan badaniah, karena orang dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, seperti misalnya, dengan cara berbicara dengan pihak lain. Jadi Kontak sosial adalah hubungan antara satu orang atau lebih, melalui percakapan dengan saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing.kontak secara langsung dan tidak langsung. Hubungan yang terjadi dapat berupa hubungan positif maupun negatif.Hubungan positif terjadi oleh karena hubungan antara kedua belah pihak terdapat saling pengertian dan saling menguntungkan, sehingga hubungan dapat berlangsung lebih lama.Sedangkan kontak negatif terjadi oleh karena hubungan antara kedua belah pihak tidak melahirkan saling pengertian, mungkin juga merugikan. b.Komunikasi Sosial Komunikasi sosial adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada prilaku orang lain (yang terwujud pembicaraan, gerak-gerak, atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain. Komunikasi sosial memungkinkan kerja sama antara kelompok-kelompok manusia dan memang komunikasi sosial merupakan salah satu syarat terjadinya kerja sama. Akan tetapi, tidak selalu komunikasi sosial menghasilkan kerja sama bahkan suatu 31 pertikaian mungkin akan terjadi sebagai akibat salah paham atau karena masingmasing tidak mau mengalah. 2.2.4. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial Apabila syarat-syarat telah terpenuhi, interaksi sosial akan berjalan dengan mudah. Interaksi sosial tersebut memiliki beberapa bentuk. Menurut Soekanto (2013), bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa: a. Kerja sama Kerja sama merupakan interaksi sosial yang pokok. Kerja sama menggambarkan sebagaian besar bentuk-bentuk interaksi sosial atas dasar bahwa segala macam bentuk interaksi tersebut dapt dikembalikan pada kerja sama. Kerja sama timbul karena orientasi orang-orang terhadap kelompoknya dan kelompok lainnya. Kerja sama mungkin akan bertambah kuat apabila ada bahaya dari luar yang mengancam atau ada tindakan-tindakan luar yang menyinggung kesetiaan yang secra tradisional atau institusional telah tertanam di dalam kelompok, dalam diri seorang atau segolongan orang. Kerja sama dapat dibedakan menjadi: kerja sama spontan yaitu, kerja sama yang serta merta, Kerja sama langsung yaitu, merupakan hasil dari perintah atasan atau penguasa, sedangkan kerja sama tradisional yaitu, merupakan kerja sama sebagai bagian atau unsur dari system sosial. b. Persaingan Persaingan dapat diartikan suatu proses sosial, dimana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalu bidangbidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik 32 perseoranagan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan. Persaingan mempunyai dua tipe umum, yakni bersifat pribadi dan tidak pribadi.Tipe-tipe tersebut diatas menghasilkan bentuk-bentuk persaingan yaitu, persaingan ekonomi, persaingan kebudayaan, persaingan untuk mencapai kedudukan dan peranan yang tertentu dalam masyarakat, dan persaingan karena perbedaan ras. Dalam sebuah persaingan tentu ada fungsi-fungsi dari persaingan yaitu: 1. Untuk menyalurkan keinginan-keinginan yang bersifat kompetitif. 2. Sebagai jalan dimana keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian tersalurkan dengan sebaik-baiknya. 3. Sebagai alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seleksi sosial. 4. Sebagai alat untuk menyaring warga golongan-golongan karya untuk mengadakan pembagian kerja. Akibat-akibat persaingan mungkin saja bersifat asosiatif atau mungkin bersifat disosiatif.Hasil suatu persaingan adalah perubahan kepribadian seseorang, kemajuan, solidaritas kelompok dan disorganisasi. c. Akomodasi Istilah akomodasi di pergunakan dalam dua arti, yaitu untuk menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara orangorang atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitan dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Sebagai suatu proses, 33 akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha- usaha untuk mencapai kestabilan. Tujuan dari akomodasi untuk mengurangi pertentangan atarindividu atau kelompok, untuk mencegah meledaknya pertentangan untuk sementara waktu agar terjadi kerjasama. Menurut Gillin dan Gillin dalam Soekanto (2013), akomodasi adalah suatu pengertian yang digunakan oleh para sosiologi untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hungan sosial. Adaptasi menunjuk pada perubahan-perubahan organis yang disalurkan melalui kelahiran, di mana makhluk hidup menyesuaikan diri dengan alam sekitar sehingga dapat mempertahankan diri.Akomodasi sebagai suatu proses mempunyai beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut: 1. Coercion adalah suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilakukan oleh karena adanya paksaan. 2. Compromise adalah suatu bentuk akomodasi di mana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada. 3. Arbitration merupakan suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri. 4. Mediation hampir menyerupai arbitration. Pada mediation diundanglah pihak ketiga yang netral dalam soal perselisihan yang ada. 5. Conciliation adalah suatau usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama. 34 6. Toleration merupakan suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya. 7. Stalemate merupakan suatu akomodasi, di mana pihak-pihak yang bertentangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya. 8. Adjudication, yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan. d. Pertikaian atau Pertentangan Pertikaian atau pertentangan merupakan bentuk persaingan yang berkembang secara negatif. Pertikaian adalah suatu bentuk interaksi sosial dimana pihak yang satu berusaha menjatuhkan pihak yang lain. Pertikaian atau pertentangan adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan. Sebab-musabab atau akar-akar dari pertentangan adalah perbedaan antara individuindividu, perbedaan budaya, perbedaan kepentingan, dan perubahan soaial. Pertentangan-pertentangan yang menyangkut suatu tujuan, nilai atau kepentingan bersifat positif, sepanjang tidak berlawanan dengan pola-pola hubungan sosial di dalam struktur sosial yang tertentu. Masyarakat biasanya mempunyai alatalat tertentuk untuk menyalurkan benih-benih permusuhan; alat tersebut dalam ilmu sosiologi dinamakan safety-valve institutions yang menyediakan objek-objek tertentu yang dapat mengalihkan perhatian pihak-pihak yang bertikai kea rah lain. Pertikaian atau pertentangan mempunyai beberapa bentuk khusus, yaitu: 35 1. Pertentangan pribadi yaitu, merupakan pertentangan yang terjadi di awal pertemuan. 2. Pertentangan rasial yaitu, para pihak akan menyadari betapa adanya perbedaanperbedaan antara mereka yang sering kali menimbulkan pertentangan. 3. Pertentangan antara kelas-kelas sosial yaitu, pada umumnya disebabkan oleh perbedaaan kepentingan, misalnya perbedaan kepentingan antara majikan dengan buruh. 4. Pertentangan politik yaitu, pertentangan yang menyangkut baik golongangolongandalam suatu masyarakat, maupun Negara-negara yang berdaulat 5. Pertentangan yang bersifat internasional yaitu, disebabkan karena perbedaanperbedaan kepentingan kemudian merembes ke daulatan negara. Dari bentuk-bentuk pertikaian atau pertentangan yang ada dapat mengakibatkan tambahnya solidaritas, pertentangan antara golongan-golongan terjadi dalam satu kelompok tertentu,perubahan kepribadian para individu, hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia, dan akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak. 2.3. Hubungan Interaksi Sosial dengan Motivasi Belajar Mahasiswa. Menurut Syafitri (2010), Interaksi sosial adalah suatu hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubungan antar individu, kelompok maupun antar individu dan kelompok. Bersamaan dengan itu, telah kita ketahui bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain, maka manusia pasti hidup berkelompok dan melakukan interaksi sosial.Demikian juga remaja terutama di lingkungan sekolah 36 (kampus) yang cenderung hidup berkelompok secara unik yang didalamnya terdapat hubungan emosional yang erat dalam interaksi antar anggotanya. Dalam hal ini mahasiswa di kampus mempunyai perbedaan intensitas interaksi sosial dalam lingkungannya. Khususnya pada lingkungan kampus tempat terjadinya interaksi sosial mahasiswa dengan mahasiswa yang lain. Lingkungan kampus yang baik akan menciptakan interaksi sosial yang positif, sehingga terjadi suasana saling mempercayai,menghargai dan saling mendukung antar mahasiswa. Hal ini akan menguntungkan bagi kemajuan belajar mahasiswa, sehingga mahasiswa akan merasa senang dan termotivasi untuk terus belajar. interaksi sosial di lingkungan kampus sangat penting didalam upaya menciptakan kondisi-kondisi yang lebih kondusif untuk melahirkan motivasi pada mahasiswa. Suasana interaksi sosial yang kondusif dan edukatif akan sangat menguntungkan bagi tingkat kemajuan dan motivasi belajar mahasiswa, baik itu motivasi internal maupun motivasi eksternal ( Syafitri,2010 ). Menurut Dewi (2012), motivasi merupakan pengaruh yang menyebabkan terjadinya proses pembelajaran. Teori- teori pembelajaran mengatakan bahwa agar dapat belajar yang baik, seseorang harus memiliki keinginan untuk mencapai sesuatu yang pada giliranya akan menggugah peserta didik dengan menciptakan ketegangan dan kecondongan untuk bertindak dan mengubah prilaku. Motivasi merupakan suatu kondisi psikologi atau keadaan dalam diri seseorang yang akan membangkitkan, mendorong, mengaktifkan atau menggerakkan, mengarahkan dan membuat seseorang tetap tertarik dalam melakukan kegiatan, baik dari internal maupun eksternal untuk 37 mencapai satu tujuan. Jadi interaksi sosial sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar mahasiswa, dimana setiap mahasiswa melaksanakan interaksi sosial yang baik dengan temannya akan membuat motivasi belajarnya meningkat karena interaksi dan motivasi sangat berhubungan erat.Peneliti juga akan melihat nilai koefisien korelasi untuk melihat kuatnya hubungan. Interpretasi koefisien korelasi dapat dilihat dalam tabel 1. Tabel 1. Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat hubungan 0,00-0,199 Sangat rendah 0,20-0,399 Rendah 0,40-0,599 Sedang 0,60-0,799 Kuat 0,80-1,00 Sangat kuat Sumber: Sugiyono,2013