0 PROPOSAL PROGRAM KEMITRAAN “KLINIK ETIK DAN HUKUM” FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA BEKERJASAMA DENGAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 1 KLINIK ETIK DAN HUKUM A. Latar Belakang Perguruan Tinggi sebagai salah satu lembaga pendidik harus senantiasa mengikuti perkembangan dunia pendidikan. Perkembangan dunia pendidikan dalam hal metode maupun substansi/materi pendidikan dibutuhkan untuk menciptakan insan-insan akademis dan lulusan yang berkualitas yang “siap pakai”, maka sudah menjadi kewajiban bagi perguruan tinggi khususnya Fakultas Syariah dan Hukum,untuk selalu berupaya memberikan pendidikan hukum dengan sebaik mungkin. Evaluasi dan pengembangan metode pembelajaran dan materi substansi pembelajaran bagi mahasiswa harus selalu dilakukan secara sustainable. Namun, sebagian besar menitikberatkan pemberian Fakultas perkuliahan Syariah dengan dan Hukum masih metode ceramah (dosen berbicara didepan kelas) pada mahasiswanya. Padahal menurut teori learning pyramid, yang dibangun oleh National Training Laboratories/NTL di Maine (AS) berdasarkan hasil penelitian Edgar Dale dll, metode ceramah kuliah adalah metode yang tingkat penyerapannya oleh mahasiswa hanya sebesar 5%. Ini adalah metode terendah dalam hal penyerapan hasilnya oleh mahasiswa. Untuk metode bacaan, tingkat penyerapannya 10%. Jika kuliah menggunakan metode audio-visual tingkat penyerapannya 20%. Kemudian jika digunakan metode demonstrasi tingkat penyerapannya 30%. Ini merupakan suatu tanda bahaya karena sebagian besar proses pendidikan hukum justru menggunakan metode ceramah kuliah, sebagaimana dikemukakan oleh Proffessor David McQuoid-Mason dari Afrika Selatan. Empat metode pembelajaran tersebut digolongkan sebagai metode tradisional. Rendahnya tingkat pencapaian metode ini, menurut NTL dapat diatasi jika digunakan pendekatan lainnya yaitu pendekatan teaming atau interaktif atau berpusat pada mahasiswa. Pendekatan interaktif, secara 2 garis besar terbagi atas tiga (3) metode yaitu Kelompok Diskusi yang tingkat pencapaiannya 50%, Practice by Doing tingkat pencapaiannya 75% dan yang paling efektif adalah Mengajarkan kepada orang lain atau penggunaan secara langsung yang mana tingkat pencapaiannya 90%. Hal tersebut digambarkan dalam learning pyramid berikut ini: Dalam pandangan Prof. David McQuoid-Mason (mengutip Brayne, Duncan dan Grimes), metode pendidikan yang berpusat pada mahasiswa idealnya dilakukan dengan memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa dimana mahasiswa memperoleh ketrampilan praktis dan sekaligus menyediakan lingkungan keadilan sosial. Jika kesempatan itu tidak tersedia maka perlu diadakan termasuk lingkungan semacam itu perlu diciptakan. Oleh karena itu mahasiswa perlu dilibatkan dalam menghadapi situasi dunia nyata dan memainkan peran sebagai pengacara untuk menyelesaikan persoalan. Kegiatan semacam ini bisa dilakukan lewat interaksi dengan klien untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah hukum, serta terbuka untuk ditinjau secara kritis oleh dosen maupun rekan mahasiswa lainnya. Dari analisa inilah lahir istilah yang dinamakan pendidikan klinis atau di Fakultas Syariah dan Hukum disebut hukum klinis/klinik hukum. sebagai pendidikan Pendidikan dengan semacam kehidupan ini dikenal yang memungkinkan mahasiswa berperan aktif dalam proses pembelajaran dan mengamati bekerjanya situasi pendidikan nyata. Pendidikan semacam ini teori dalam menyediakan landasan yang kuat bagi masa depan sebagai ahli profesi dalam dunia 3 praktek. Karena pendidikan klinis tidak saja mengajarkan teori-teori, tetapi juga dibutuhkan melengkapi bagi mahasiswa praktisi. Selain dengan itu juga keterampilan yang melengkapi mahasiswa dengan nilai-nilai yang dibutuhkan praktisi dalam masalah- masalah keadilan sosial di masyarakat dan tanggung jawab profesi dalam melaksanakan tugasnya. Hal tersebut senada dengan pengertian pendidikan hukum klinis yang dijelaskan pada Deklarasi Asosiasi Pendidikan Hukum Klinis Indonesia yaitu sebuah metode pembelajaran hukum yang banyak diadopsi dalam pendidikan hukum di berbagai negara, untuk mendidik dan menyiapkan praktisi hukum yang kompeten, profesional, dan memiliki komitmen terhadap keadilan. Melalui metode Pendidikan Hukum Klinis mahasiswa hukum belajar tentang pengetahuan praktis (practical knowledge), keahlian (skill) dan nilainilai (value) untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berdasarkan pada nilai-nilai keadilan sosial (social justice). Oleh karena itu kegiatan pendidikan kegiatan hukum pendidikan klinis/klinik hukum hukum di yang kelas dan melibatkan mahasiswa menjadi dua hal yang saling berkaitan dan tidak terpisah satu terhadap lainnya. Karena pendidikan hukum klinis/klinik hukum merupakan metode pendidikan bagi mahasiswa sekaligus pelayanan kepada masyarakat. Sedangkan pendidikan hukum di kelas merupakan dasar yang harus dikuasai dalam pelayanan masyarakat tersebut. Arti penting sistem pendidikan bagi Komisi Yudisial adalah didasarkan pada tugas Komisi Yudisial dalam rekrutmen hakim. Komisi Yudisial bersama dengan untuk melaksanakan diamanahkan oleh Mahkamah seleksi Agung pengangkatan Undang-Undang No. 49 memiliki hakim, Tahun kewenangan sebagaimana 2009 tentang Peradilan Umum, Undang-Undang No. 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama, dan Undang- Undang No. 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, dan dilain pihak Komisi Yudisial merupakan lembaga penegak etika hakim. Tugas-tugas Komisi Yudisial terkait Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim, tidak akan lepas dari kode etik 4 profesi hukum pada umumnya. Secara tidak langsung singgungan antara lulusan perguruan tinggi dan Komisi Yudisial adalah bahwa Perguruan Tinggi adalah penyedia Raw Material bagi Komisi Yudisial. Sehingga tugas perguruan tinggi yang menyiapkan calon hakim potensial, perlu didukung oleh Komisi Yudisial hingga pada akhirnya tugas Komisi Yudisial melakukan tugas rekrutmen terhadap produk-produk perguruan tinggi. Definisi rekrutmen secara luas mencakup pentingnya menyiapkan calon-calon hakim potensial. Oleh karenanya, sebagai salah satu tindakan ‘preventif’ peserta atau pendidikan hakim persiapan (calon hakim), dilaksanakannya maka seleksi Komisi Yudisial menilai penting untuk melakukan penyiapan sumber daya manusia dengan cara penjaringan minat para calon hakim potensial. Munculnya Klinik Etik dan Hukum bukan bermaksud mendikotomikan, namun sebagai penekanan pentingnya kajian etika sebagai concern utama Komisi Yudisial. Kajian etika merupakan bagian dari klinik hukum, namun Komisi Yudisial bermaksud untuk mendorong lebih jauh agar kajian etika profesi hukum dapat tersusun dalam suatu modul dan menjadi kurikulum di Fakultas-Fakultas Syariah dan Hukum dan dipahami dalam praktik oleh mahasiswa. Disajikannya etik profesi sebagai suatu mata kuliah mandiri, tidak dimaksudkan untuk menjadikan para (calon) sarjana hukum menjadi malaikat. Dengan memahami etik profesi, para (calon) sarjana hukum akan dapat mendeteksi bom-bom waktu serta dapat menghindakan diri dari ranjau-ranjau terselubung/tersembunyi. Melalui etik profesi insan kamil para (calon) sarjana hukum dapat diasah, sehingga hal-hal yang diperkirakan wajar, pada dasarnya suatu konflik kepentingan. Atas dasar itu maka Komisi Yudisial berinisiatif untuk melaksanakan program kemitraan dengan Perguruan Tinggi khususnya Fakultas Syariah dan Hukum dalam rangka menjaring minat calon hakim potensial melalui kajian etika dan pendidikan hukum klinis/klinik hukum. 5 B. Tujuan Program Tujuan Program Kemitraan Klinik Etik dan Hukum ini adalah meningkatkan prosentase mahasiswa/lulusan Fakultas Syariah dan Hukum, khususnya peserta program kemitraan ini, agar lulus seleksi peserta pendidikan hakim. Guna mencapai Kemitraan melalui pendidikan klinis, Komisi tujuan Yudisial dari Program perlu untuk menjamin terselenggaranya kegiatan- kegiatan program kemitraan di Fakultas Syariah dan Hukum. Tujuan akhir dari kegiatan ini diharapkan agar peserta seleksi pengangkatan hakim merupakan kader-kader klinik hukum yang telah disiapkan sejak dini menjadi hakim, dengan bekal integritas dan kemampuan yang didapat dari klinik hukum. Lebih rinci tujuan kegiatan kajian etika dan klinik hukum ini adalah : 1. Meningkatkan minat (calon) sarjana hukum untuk menjadi Hakim; 2. Meningkatkan minat (calon) sarjana hukum untuk menjadi penegak hukum; 3. Meningkatkan pemahaman tentang etika profesi hukum; 4. Dapat berperan sebagai sarana preventif contempt of court; 5. Meningkatkan keterampilan, hukum acara dan integritas Mahasiswa untuk dipersiapkan menjadi kader sadar hukum; dan 6. Sebagai lembaga yang mengkaji etika dan hukum secara komprehensif dan ilmiah. C. Infrastruktur Klinik Etik dan Hukum 1. ORGANISASI Dalam melaksanakan kegiatan klinik hukum, Fakultas Syariah dan Hukum dapat menerapkan program-progam Klinik Etik dan Hukum dengan cara: a. Memberdayakan UKM yang telah ada yang memiliki kegiatan serupa; dan b. Membentuk UKM Klinik Etik dan Hukum baru. Dari kedua sarana diatas, tidak menutup kemungkinan juga fakultas menggabungkan kedua sarana diatas dalam melaksanakan 6 kegiatan-kegiatan program kemitraan. Namun, jika fakultas menggunakan sarana mahasiswa secara individual, maka fakultas hendaknya perlu untuk mengoptimalkan peran-peran mahasiswa yang ingin terlibat di dalam program kemitraan ini. Sehingga, mahasiswa yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ini bersifat partisipatif, dan objektif. Berangkat dari sarana kemitraan tersebut, maka Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menerapkan struktur organisasi seperti dibawah ini: Struktur organisasi ini menjadikan Dekan/Dekanat sebagai mitra Komisi Yudisial yang kemudian membentuk pusat kajian/lembaga pelaksana dan kesekretariatan program Klinik Etik dan Hukum. Dimana dalam pusat/lembaga pelaksana ini didalamnya memiliki 3 (tiga) mentor. Ketiga mentor ini nantinya akan menjadi pelaksana, pembimbing. pembinaan dan koordinator dari setiap kegiatan yang akan dilakukan oleh Klinik Etik dan Hukum. Meskipun struktur organisasi terlihat begitu hierarkis, namun garis koordinasi yang diterapkan adalah lintas sektoral. Sehingga, mentor dapat langsung 7 berkoordinasi dengan Komisi Yudisial dengan sepengetahuan dari Dekan/Dekanat Fakultas. Dari bentuk struktur organisasi tersebut, program kemitraan ini menitikberatkan peran mahasiswa sebagai pelaksana program kemudian menjadikan program ini berbasis pada mahasiswa, dan dekanat serta mentor sebagai penanggungjawab kegiatan. Adapun kegiatan-kegiatan yang dijalankan dalam program kemitraan diantaranya dibagi menjadi 3 (tiga) tahap, yaitu: NO. 1 TAHAPAN KEGIATAN Kajian Etika METODE KEGIATAN KONTEN Seminar; Etika; Focus Group Discussion; Etika Profesi Hukum; Kajian; KEPPH; Legal Case; Hukum Materil; dan Hukum Permasalahan Hukum; Kuliah Umum/Ceramah; Hukum Acara Pidana; Hukum Acara Perdata Role Play; Sosialisai; 2 Laboratorium Hukum Acara TUN; Mock Trial; Simulasi; Role Teknik Pembuatan Play; Putusan; Eksaminasi Putusan; Pelatihan Mootcourt; Pelatihan Debat Hukum; Dll ini 8 Pemantauan Persidangan; 3 Praktek dan Partisipatif; Penyuluhan; Pengabdian Street Law; Magang di Masyarakat LKBH; Pendidikan Hukum kepada Masyarakat; Konsultasi Hukum; Dll B. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia yang akan dimaksimalkan dalam Program Kemitraan ini dititikberatkan pada sumber daya manusia yang ada pada Fakultas Syariah dan Hukum. Baik itu dosen maupun mahasiswa. Dalam Klinik Etik dan Hukum akan memberdayakan dosen untuk berperan sebagai mentor. Adapun untuk pemilihan mentor, sepenuhnya diserahkan kepada Fakultas Syariah dan Hukum dengan memperhatikan kriteria-kriteria dosen yang dapat menjadi mentor sebagai berikut; 1. Dosen aktif; 2. Memiliki komitmen untuk mengembangkan potensi mahasiswa; 3. Memiliki pengalaman membina mahasiswa; 4. Memiliki jiwa leadership, manajemen yang baik dan menguasai teknik mentoring; Dalam melaksanakan kegiatan, dosen yang menjadi mentor pada program Klinik Etik dan Hukum ini mempunyai tugas dan peran sebagai: a. Fasilitator : Memfasilitasi berbagai kegiatan, dan memfasilitasi perkembangan kompetensi mahasiswa guna menjadi calon hakim potensial. Merujuk memberikan materi kepada kepada bentuk kegiatan, mahasiswa, juga mentor dapat dapat pula mengundang narasumber lain untuk memberikan materi kepada mahasiswa. b. Supervisor : Supervisor dalam hal ini lebih mengarah pada tugas mentor dalam merancang dan mengawasi jalannya kegiatan- kegiatan sehingga dapat berhasilguna (effective) dan mampu memberi hasil (productive). Kemudian mentor pun mempunyai tugas untuk 9 memastikan bahwa mahasiswa yang dibina dalam Klinik Etik dan Hukum mendapatkan materi sehingga dapat menambah kompetensi dari mahasiswa itu sendiri. c. Pembimbing : Salah satu tugas penting dari Mentor adalah membimbing para mahasiswa peserta Klinik Etik dan Hukum. Mentor senantiasa melakukan diskusi mingguan guna memonitor perkembangan dari mahasiswa peserta Klinik Etik dan Hukum. d. Penanggung jawab kegiatan : mentor bertugas untuk melakukan pelaporan terhadap jalannya kegiatan, kegiatan serta yang sudah mengambil dilakukan, mengawasi tindakan-tindakan yang diperlukan, untuk mencapai tujuan program. Kemudian dikarenakan program kemitraan ini menjadikan mahasiswa sebagai basis kegiatan, maka setiap Fakultas Syariah dan Hukum harus memberdayakan mahasiswa yang ada untuk bergabung dan mengikuti program kemitraan ini. Adapun kriteria mahasiswa yang dapat mengikuti program Klinik Etik dan Hukum adalah sebagai berikut; 1. Minimal sedang menjalani kuliah pada semester 6 2. Telah lulus mata kuliah Hukum Acara; dan 3. Memiliki ketertarikan atau minat terhadap profesi penegak hukum khususnya hakim. Terkait dengan proses perekrutan mahasiswa, prinsipnya Fakultas Syariah dan Hukum membuka rekrutmen seluas-luasnya untuk mahasiswa yang sesuai dengan kriteria. Fakultas Syariah dan Hukum juga dapat membuka rekrutmen bagi alumni atau mahasiswa yang telah lulus (sarjana hukum). Kemudian, Fakultas Syariah dan Hukum pun dapat membuka rekrutmen bagi mahasiswa-mahasiswa dari perguruan tinggi lain di wilayahnya. Rekrutmen diselenggarakan dengan prinsip objektif, partisipatif dan transparan. Rekrutmen mahasiswa dapat dilakukan dengan beberapa tahapan proses perekrutan. Diantaranya: 10 Terkait dengan tes tertulis, mentor dapat membuat soal-soal pertanyaan yang sifatnya terbuka, kemudian hasil tes ini dapat difungsikan sebagai Pre Test bagi mahasiswa yang tergabung ke dalam Klinik Etik dan Hukum yang nantinya akan mengisi Post Test yang disusun oleh Mentor pada akhir program sebagai indikator peningkatan kompetensi mahasiswa. Mengingat bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan yang ditujukan untuk menjaring para calon hakim potensial, maka pelibatan alumni dalam kegiatan-kegiatan klinik hukum dapat diakomodir. Alumni dapat dijadikan objek kegiatan maupun pengurus dalam klinik hukum. C. Rencana Pelaksanaan Program 1. Bidang Kajian Etik DRAFT SILABUS LABORATORIUM KLINIK ETIK DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA BEKERJA SAMA DENGAN KOMISI YUDISIAL 2016 Area : Kajian Etik dan Hukum Mentor : Hidayatulloh, SH.I, MH. Sesi I II-IV V Kemampuan yang Diharapkan mendeskripsikan konsep dasar etika dan etika profesi (C2) mengidentifikasi (C2) mendeskripsikan hakikat profesi hakim, tanggung jawab, dan profesionalisme hakim Bahan Kajian Waktu moral dan moralitas etika dan etiket teori-teori etika jenis-jenis etika etika profesi perbedaan etika dan hukum 120 menit kasus-kasus perbedaan pelanggaran etiket, etika, dan hukum 270 menit sejarah profesi hakim di Indonesia tanggung jawab profesi hakim peraturan seputar kehakiman 180 menit • • • • • • • • • Narasumber dan Fasilitator Narasumber: Prof. Dr. A. Salman Maggalatung, SH, MH. Fasilitator: Saomi Rizqiyanto, M.Si. Narasumber: Asep Saepudin Jahar, M.A., Ph.D. Fasilitator: Nisrina Mutiara Dewi, S.E.Sy. Narasumber: Dr. Hasbi Hasan, M.H. Fasilitator: Mara Sutan 11 (C2) • • kewenangan hakim kewajiban dan hak hakim Rambe, SHI., M.H. memetakan KEPPH dan potensi-potensi pelanggaran etik menurut KEPPH (C3) • • • • kode etik butir-butir KEPPH contoh pelanggaran sanksi atas pelanggaran etik 180 menit VIIIIX menemukan potensi pelanggaran etis saat: (C3) • • • pra-persidangan saat persidangan pasca persidangan 90 menit • IX-X menganalisis dan menuliskan hasil kajian etik atas kasus pelanggaran etik terkait profesi hakim (C3) Teknik penulisan esai Kasus pelangaran KEPPH 210 menit VI-VII • Narasumber: Hidayatulloh, S.H., M.H. Fasilitator: Teguh Tresna Dewa Narasumber: Muhammad Ishar Helmi, S.H., S.Sy. Fasilitator: Abdul Latief Zainal Narasumber: Indra Rahmatullah, SHI., M.H. Fasilitator: Muhammad Raziv Barokah 2. Bidang Laboratorium DRAFT SILABUS LABORATORIUM KLINIK ETIK DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA BEKERJA SAMA DENGAN KOMISI YUDISIAL 2016 Area : Laboratorium Klinik Mentor : Indra Rahmatullah, SH.I, MH. Sesi I II III Materi Silogisme dan Penalaran Hukum Penemuan Hukum Analisis fakta dasar hukum dan dan Kemampuan yang diharapkan Menggunakan strategi penalaran dalam penjatuhan putusan (analisis fakta dan dasar hukum) Fasilitator Waktu Narasumber: 1. Dr. Shidarta, SH. MH. 2. Dr. JM. Muslimin, MA 90 menit Mentor: Indra Rahmatullah, SH.I,MH. Narasumber: 1. Dr. Anton F. Susanto, SH. MH. 2. Drs. H. Basiq Djalil, SH, MA. Mentor: Indra SH.I,MH. Mentor: Indra 90 menit Rahmatullah, Rahmatullah, 90 menit 12 latihan putusan IV V VI VII VIII IX X pembuatan Eksaminasi Putusan Hakim (Case Study 1) SH.I,MH. Mengkrtisi contoh penalaran hakim dalam putusan (eksaminasi putusan Eksaminasi Putusan Hakim (Case Study 2) Eksaminasi Putusan Hakim (Case Study 3) Menonton rekaman Video Sidang Kode Etik Hakim Simulasi Sidang (Moot Court) • • Skenario kasus Berlatih mootcourt Narasumber: Direktur LeIP Direktur Kontras Mentor: Indra SH.I,MH. Mentor: Indra SH.I,MH. Mentor: Indra SH.I,MH. 90 menit Rahmatullah, Rahmatullah, Rahmatullah, 90 menit 90 menit 90 menit 90 menit Menonton rekaman Video Sidang Majelis Kehormatan Hakim (MKH) Simulasi Sidang (Moot Court) 90 menit 90 menit 3. Bidang Praktek dan Pengabdian Masyarakat DRAFT SILABUS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT KLINIK ETIK DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA BEKERJA SAMA DENGAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA 2016 Area : Pengabdian Kepada Masyarakat Mentor : Muhammad Ishar Helmi, S.H., S.Sy. Sesi I II III IV V VI Materi Tekhnik Persidangan Hukum Acara Pemantauan Persidangan a. PN b. PA c. PTUN Penulisan Laporan Presentasi Laporan Pemantauan Penyuluhan Hukum Kemampuan yang diharapkan mengevaluasi jalannya persidangan untuk satu kasus konkret (pemantauan persidangan) menyampaikan gagasannya terkait upaya menjaga keluhuran profesi Fasilitator Waktu Dr. Alfitra, SH, MH. Dr. Nahrowi, SH, MH. 90 Menit 90 Menit 90 Menit Mentor: M. Ishar Helmi, SH, S.Sy. Dr. Yayan Sopyan, SH, MA. Mentor: M. Ishar Helmi, SH, S.Sy. 90 Menit 90 Menit 90 Menit 13 VII VIII Mootcourt (pemutaran film untuk simulasi) Presentasi Film (Diskusi dan Evaluasi hukum di Indonesia (penyuluhan) membangun gagasan terkait upaya menjaga keluhuran profesi hukum di Indonesia (sharing komunitas) Mentor: Hidayatulloh, MH Indra Rahmatullah, MH M. Ishar Helmi, SH, S.Sy 90 Menit 90 Menit D. Waktu Pelaksanaan Program ini dilaksanakan selama 9 (Sembila) bulan, mulai bulan Maret sampai dengan bulan Nopember 2016. E. Penutup Kegiatan Klinik Etik dan Hukum merupakan kegiatan pioneer dalam menyiapkan calon hakim potensial. Tawaran kegiatan ini merupakan bentuk sinergitas Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Komisi Yudisial di bidang hukum. Odette Buitendam pernah mengatakan bahwa “agood membentuk judges are hakim-hakim diperlukan dengan karenanya, komitmen not yang dimulai Komisi born but ideal, made”, kerjasama maka dalam rangka semua pihak sangat sejak pembibitan di perguruan tinggi. Oleh Yudisial dalam penegakkan hukum dan menciptakan peradilan yang bersih akan sangat terbantu oleh komitmen perguruan-perguruan tinggi dalam membentuk seorang hakim yang baik. UIN Syarif Hidayatullah, 7 Maret 2016 KLINIK ETIK DAN HUKUM