analisis kerasionalan obat antihipertensi pada pasien hipertensi

advertisement
ANALISIS KERASIONALAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN
HIPERTENSI TERHADAP STANDAR PENGOBATAN HIPERTENSI
DI PUSKESMAS RAWAT INAP SUKABUMI BANDAR LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
GLENYS YULANDA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ANALISIS KERASIONALAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN
HIPERTENSI TERHADAP STANDAR PENGOBATAN HIPERTENSI
DI PUSKESMAS RAWAT INAP SUKABUMI BANDAR LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
GLENYS YULANDA
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA KEDOKTERAN
pada
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ABSTRACT
SUITABILITY ANALYSIS DRUG AND DOSE OF ANTIHYPERTENSIVE
MEDICINE IN HYPERTENSION PATIENTS AGAINST STANDARD
TREATMENT OF HYPERTENSION IN INPATIENT
HEALTH CENTER SUKABUMI
By
GLENYS YULANDA
Background: Hypertension is defined by increasing systolic more than 140 mmHg and
diastolic blood pressure more than 90 mmHg on two occasions with an interval of five
minutes at rest. Hypertension is a global health issue with its prevalence is 25.8% in
Indonesia. Hypertension can lead to coronary heart disease, heart failure, stroke, chronic
kidney disease, retinal damage and peripheral vaskuar disease. Hypertension is divided to
primary hypertension (essential) and secondary hypertension. Primary hypertension is
hypertension which etiology is still unknown with prevalence of 90% of hypertensive
patients. The general aim of hypertension treatment is to decrease mortality and morbidity
through nonpharmacological and pharmacological treatment approachment.
Nonpharmacological therapies includes weight reduction for obese, adopting dietary
approaches to stop hypertension (DASH) diet, low-sodium diet, physical activity and
restrict alcohol consumption. Pharmacological therapy consist of using antihypertensive
medications that can be started with a single drug nor combination of drugs to reach a
target blood pressure reduction.
Method : This type of research is descriptive retrospective categorical included in using
secondary data, the research was conducted at the Outpatient Installation Inpatient Health
Center Sukabumi Bandar Lampung in November 2016, with a sample of 96 prescription
data and medical records. Result : Results showed rational use of antihypertensive drugs
in health centers Inpatient Sukabumi with standard guidelines for management of
hypertension JNC VII showed 72% right drug and the right dose of medication 97.9%.
Conclusion: In this study it can be concluded that the rationalization of the
administration of antihypertensive drugs in hypertensive patients on the standard
treatment of hypertension is rational.
Keywords : DASH, hypertension, primary hypertension, rational
ABSTRAK
ANALISA KESESUAIAN JENIS DAN DOSIS OBAT ANTIHIPERTENSI
PADA PASIEN HIPERTENSI TERHADAP STANDAR PENGOBATAN
HIPERTENSI DI PUSKESMAS RAWAT INAP
SUKABUMI BANDAR LAMPUNG
Oleh
GLENYS YULANDA
Latar Belakang : Hipertensi merupakan peningkatan sistolik >140 mmHg dan diastolik
> 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan
istirahat. Hipertensi merupakan masalah kesehatan dunia dengan prevalensi di Indonesia
sebesar 25,8%. Hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung koroner, gagal jantung,
stroke, penyakit ginjal kronik, kerusakan retina maupun penyakit vaskuar perifer.
Hipertensi terbagi menjadi dua hipertensi primer (esensial) dan hipertensi sekunder.
Hipertensi primer merupakan hipertensi dimana etiologinya tidak diketahui dengan
prevalensi sebesar 90% pasien hipertensi. Tujuan umum pengobatan hipertensi adalah
menurunkan mortalitas dan morbiditas melalui pendekatan terapi nonfarmakologi dan
farmakologi. Terapi nonfarmakologi meliputi pengurangan berat badan untuk individu
yang obesitas, mengadopsi pola makan Dietary Approach to Stop Hypertension (DASH),
diet rendah natrium, aktifitas fisik dan mengkonsumsi alkohol sedikit saja. Terapi
farmakologi dengan menggunakan obat-obatan antihipertensi yang dapat dimulai dengan
satu obat atau kombinasi obat hingga mencapai target penurunan tekanan darah.
Metode : Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kategorik yang termasuk
dalam retrospektif dengan menggunakan data sekunder, penelitian ini dilaksanakan di
Instalasi Rawat Jalan Puskesmas Rawat Inap Sukabumi Bandar Lampung pada bulan
November 2016, dengan jumlah sampel 96 data resep dan rekam medik.
Hasil : Hasil Penelitian menunjukan kerasionalan penggunaan obat antihipertensi di
Puskesmas Rawat Inap Sukabumi dengan standar pedoman tatalaksana hipertensi JNC
VII menunjukan 72% tepat jenis obat dan 97,9% tepat dosis obat.
Kesimpulan : Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kerasionalan pemberian obat
antihipertensi pada pasien hipertensi terhadap standar pengobatan hipertensi adalah
rasional.
Kata Kunci : DASH, hipertensi, hipertensi primer, rasional
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 8 Juni 1995, sebagai anak
pertama dari tiga bersaudara, dari Ayahanda Drs. Ali Yusuf dan ibunda Dra.
Alinda Wati, MM. Penulis bertempat tinggal di Kota Bandar Lampung.
Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan di TK Sandy Putra pada tahun
2001, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 2 Rawa Laut Bandar
Lampung pada tahun 2007, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di
SMP Negeri 1 Bandar Lampung pada tahun 2010, dan Sekolah Menengah Atas
(SMA) diselesaikan di SMA Negeri 1 Bandar Lampung pada tahun 2013.
Tahun 2013, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung melalui Penerimaan Bibit Unggul Daerah (PBUD) Kota Bandar
Lampung. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif pada organisasi
Forum Studi Islam (FSI) FK Unila.
Kupersembahkan karya kecil ini
untuk ayahanda Ali Yusuf dan ibunda
Alinda wati
Serta kedua adikku M.Reyhan Aditya
dan Chalisa Fachira
SANWACANA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan
Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang telah melimpahkan nikmat dan
karunia–Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta
salam semoga senantiasa tercurah kepada suri tauladan dan nabi akhir zaman
Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarganya, para sahabatnya dan kita
selaku umatnya sampai akhir zaman.
Skripsi dengan judul “Analisis Kerasionalan Obat Antihipertensi Pada
Pasien Hipertensi Terhadap Standar Pengobatan Hipertensi di Puskesmas Rawat
Inap Sukabumi Bandar Lampung” adalah salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.
Penghargaan dan ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan
kepada semua pihak yang telah berperan atas dorongan, bantuan, saran, kritik dan
bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan antara lain kepada :
1.
Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas
Lampung;
2.
Bapak Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA., selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung;
3.
Ibu dr. Rasmi Zakiah Oktarlina, S.Ked., M.Farm., selaku Pembimbing
Utama atas kebaikan hatinya dan kesediaannya untuk memberikan
bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini di
kampus maupun dirumah tanpa mengurangi perhatiannya walaupun harus
membagi waktu dengan banyak mahasiswa bimbingan lainnya;
4.
Bapak dr. Betta Kurniawan, S.Ked., M.Kes., selaku Pembimbing Kedua
yang telah meluangkan waktu diantara kesibukan-kesibukannya untuk
bersedia membagi ilmunya dan memberikan kritik, saran, serta nasihat
yang tak akan saya lupakan.
5.
Ibu dr. Tri Umiana Soleha, S.Ked., M.Kes., selaku Penguji Utama pada
Ujian Skripsi. Terima kasih atas waktu, ilmu, dan saran-saran yang telah
diberikan di saat maupun di luar waktu seminar;
6.
Ibu dr. Indri Windarti, S.Ked., Sp.PA, selaku Pembimbing Akademik
sejak semester 1 hingga semester 4 di Fakultas Kedokteran. Terimakasih
atas waktu, ilmu, nasihat yang telah diberikan dalam bimbingan akademik;
7.
Bapak dr. Ade Yonata., M.Mol.Biol., Sp.PD., selaku Pembimbing
Akademik sejak semester 5 hingga semester 7 di Fakultas Kedokteran dan
Penguji dalam ujian proposal skripsi. Terimakasih atas waktu, ilmu,
nasihat yang telah diberikan dalam bimbingan akademik maupun saat
seminar proposal;
8.
Papa tercinta, Drs. Ali Yusuf yang selalu mendoakan, membimbing,
menguatkan, dan tidak pernah lupa mengingatkan saya untuk selalu
mengingat Allah S.W.T. Semoga Allah selalu melindungi dan menjadikan
ladang pahala di akhirat kelak;
9.
Mama tersayang, Dra. Alinda Wati, MM., yang selalu mendengar segala
keluh kesah, mendoakan, membimbing, selalu mengerti dan memberikan
kasih sayangnya. Semoga Allah selalu melindungi dan menjadikan ladang
pahala di akhirat kelak;
10.
Adik saya, Muhammad Reyhan Aditya dan Chalisa Fachira , yang selalu
memberikan doa, dukungan, semangat, canda, dan kasih sayangnya. Juga
keluarga besar saya yang selalu memberikan dorongan, bantuan dan doa;
11.
Seluruh staf pengajar Program Studi Pendidikan Dokter Unila atas ilmu
yang telah diberikan kepada penulis untuk menambah wawasan yang
menjadi landasan untuk mencapai cita-cita;
12.
Seluruh Staf Tata Usaha, Akademik, pegawai, dan karyawan FK Unila;
Mbak Lisa, Mbak Iin, Mbak Qori, Mbak Ida, Mas Seno, Pak Pangat dan
civitas akademik lainnya yang telah memberikan doa, semangat, motivasi,
dan nasihat selama pembelajaran di FK Unila;
13.
Uncu ku tercinta, Lita Oktarina, yang tidak henti-hentinya memberikan
doa, bantuan, dukungan, kasih sayang seperti ibu kandung saya sendiri.
Semoga Allah selalu melindungi dan memberikan ladang pahala di akhirat
kelak;
14.
Tante ku Alina dan Pamanku Ridwan Majid, yang telah menemani,
merawat, dan memberikan doa serta bantuan dalam menjalani masa
orientasi di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.. Semoga Allah
selalu melindungi dan menjadikan ladang pahala di akhirat kelak;
15.
Soni Setiya Wardana, kakak, sahabat terbaik yang tidak henti-hentinya
memberikan semangat, doa, dukungan dan bantuan;
16.
Sahabat Seperjuangan saya Kandita Mahran Nisa dan Siti Zahnia yang
saling membantu, menemani dalam suka dan duka, berbagi canda tawa,
berbagi kebahagiaan dan memberikan semangat atas kegiatan selama
perkuliahan maupun dalam proses penelitian serta pembuatan skripsi ini;
17.
Sahabat Dugong Gemblung saya Serafina Subagio, Mentari Olivia
Fatharani, dan Ayu Wulan Sari yang saling memberikan semangat,
motivasi, dan berbagi canda tawa dari awal propti hingga sekarang;
18.
Sahabat-sahabat SMA saya Ayudia Dwi Puspitasari, Putri Amalina, Putri
Aisah Ariani, dan Tri Harjanti atas dukungan selama ini, setia dalam suka
dan duka, berbagi canda dan tawa , semoga persahabatan kita yang telah
terjalin 6 tahun ini akan selalu abadi;
19.
Sahabat-sahabat SMP saya Anisya Phelia, Nur Iman Putri K, dan Rayssa
A Harbani atas dukungan, motivasi, semangat dan berbagi canda tawa
selama 9 tahun ini akan selalu abadi;
20.
Sahabat SD saya Annisa Aprilia atas dukungan, motivasi, dan semangat
dalam 15 tahun ini.
21.
Sahabat setia saya Samantha Tiara Putri dan Hesti Ariyanti atas dukungan,
motivasi, bantuan, dan berbagi canda selama ini;
22.
Teman-teman KKN Desa Babakan Kabupaten Tanggamus 2016, Raissa
Nawangsari, Frederikus Dimas, Prayoga Biantara, Kak Nila Amalin, dan
Kak Khirotul Ulya atas semangat, kerjasama , berbagi canda tawa dan
motivasi selama 60 hari berada di lokasi;
23.
Seluruh sahabat, teman angkatan 2013 CERE13LLUMS yang tidak bisa
disebutkan satu persatu atas kekompakan, canda, tawa, maupun masalah
selama ini yang telah memberikan warna serta makna tersendiri. Semoga
kebersamaan dan kekompakkan selalu terjalin baik sekarang maupun ke
depan nanti;
24.
Kakak-kakak dan adik-adik tingkat (angkatan 2002-2016) yang sudah
memberikan semangat kebersamaan dalam satu kedokteran;
Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Namun, penulis berharap skripsi yang sederhana ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Semoga segala perhatian, kebaikan, dan
keikhlasan yang diberikan selama ini mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha
Kuasa. Amin;
Bandar Lampung, 12 Januari 2017
Penulis
Glenys Yulanda
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ..............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian .....................................................................................4
1.3.1
Tujuan Umum ..............................................................................4
1.3.2
Tujuan Khusus .............................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................5
1.4.1
Bagi Keilmuan .............................................................................5
1.4.2
Personal dan Instansi ....................................................................5
1.4.3
Bagi Peneliti lainnya ....................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi .................................................................................................7
2.1.1 Pengertian Hipertensi .....................................................................7
ii
2.1.2 Etiologi Hipertensi .........................................................................8
2.1.3 Klasifikasi Hipertensi .....................................................................9
2.1.4 Patofisiologi Hipertensi .................................................................11
2.1.5 Faktor Resiko Hipertensi ................................................................11
2.1.6 Gejala Klinis Hipertensi .................................................................16
2.1.7 Komplikasi Hipertensi ...................................................................17
2.1.8 Penatalaksanaan Hipertensi ............................................................19
2.1.9 Pola Peresepan................................................................................25
2.1.10 Penelitian Terdahulu ....................................................................30
2.2 Kerangka Teori .........................................................................................32
2.3 Kerangka Konsep .....................................................................................33
2.4 Hipotesis ...................................................................................................33
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian .........................................................................................34
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................34
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................................35
3.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi......................................................................36
3.5 Variabel Penelitian ...................................................................................37
3.6 Definisi Operasional.................................................................................38
3.7 Prosedur Penelitian...................................................................................39
3.8 Pengumpulan Data ...................................................................................39
3.9 Pengolahan dan Analisis Data ..................................................................40
3.10 Etika Penelitian ......................................................................................40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Penelitian ....................................................................41
4.2 Hasil Penelitian ........................................................................................41
4.2.1 Jenis Obat ........................................................................................41
iii
4.2.2 Dosis Obat .......................................................................................42
4.3 Pembahasan ..............................................................................................43
4.3.1 Jenis Obat ........................................................................................44
4.3.2 Dosis Obat .......................................................................................46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan...............................................................................................60
5.2 Saran .........................................................................................................61
DAFTAR PUSTAKA
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Klasifikasi Hipertensi menurut WHO………………………………11
Tabel 2 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC VII……………………………11
Tabel 3 Klasifikasi Hipertensi menurut Hasil Konsensus Perhimpunan
Hipertensi…………………………………………………………..11
Tabel 4 Klasifikasi dan Penanganan Hipertensi menurut JNC VII...……….12
Tabel 5 Definisi Operasional………………………………………………..38
Tabel 6 Hasil Penilaian Terhadap Jenis Obat……………………………….42
Tabel 7 Hasil Penilaian Terhadap Dosis Obat……………………………....43
Tabel 8 Daftar Jenis dan Dosis Obat yang Rasional…..……………………50
Tabel 9 Daftar Jenis dan Dosis Obat yang Tidak Rasional…………..……..56
Tabel 10 Jumlah data sekunder jenis obat…………………………………..57
Tabel 11 Jumlah data sekunder dosis obat…………………………………..57
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Teori…………………………………………………….32
Gambar 2. Kerangka Konsep………………………………………….…….....33
Gambar 3. Prosedur Penelitian………………………………………………...39
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Penelitian dari FK Unila
Lampiran 2 Surat Penelitian dari KESBANGPOL Kota Bandar Lampung
Lampiran 3 Surat Penelitian dari Dinas Kesehatan
Lampiran 4 Surat Persetujuan Etik
Lampiran 5 Data Tabel Penelitian
Lampiran 6 Instrumen Penelitian
Lampiran 7 Foto Penelitian
Lampiran 8 Data Statistik
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang
waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang atau yang dikenal
dengan Hipertensi. Akibat peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam
jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal
(gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan
stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang
memadai (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014).
Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian dini pada
masyarakat di dunia dan semakin lama, permasalahan tersebut semakin
meningkat. WHO telah memperkirakan pada tahun 2025 nanti, 1,5 milyar
orang di dunia akan menderita hipertensi tiap tahunnya. Tingginya angka
kejadian hipertensi di dunia, dipengaruhi oleh dua jenis faktor, yaitu yang
tidak bisa diubah seperti umur, jenis kelamin, ras. Faktor yang bisa diubah
diantaranya obesitas, konsumsi alkohol, kurang olahraga, konsumsi garam
yang berlebihan, dan kebiasaan merokok (Setyanda, 2015).
2
Secara global kasus hipertensi terus meningkat di berbagai negara.
Prevalensi hipertensi di dunia saat ini diperkirakan mencapai 15-25% dari
populasi dewasa. Di Amerika prevalensi tahun 2005 adalah 21,7%. Di
Vietnam pada tahun 2004 mencapai 34,5%, Thailand (1989) 17%, Malaysia
(1996) 29,9%, Philippina (1993) 22%, Singapura (2004) 24,9% dan prevalensi
hipertensi di Indonesia adalah 14% dengan kisaran antara 13,4-14,6%.
(Depkes, 2007). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui
pengukuran pada umur ≥ 18 tahun sebesar 25,8 persen, terbanyak di Bangka
Belitung (30,9%), untuk provinsi Lampung sebesar 24,7 %. Menurut daftar
rekam medis Puskesmas Bumidaya Kecamatan Palas Lampung Selatan pada
tahun 2014, hipertensi menempati posisi pertama dari 10 daftar penyakit
terbanyak di puskesmas dengan jumlah total 158 orang setiap bulannya yang
merupakan pasien baru dan pasien lama. Menurut data Dinas Kesehatan Kota
Bandar Lampung, hipertensi termasuk dalam 5 besar penyakit terbanyak. Pada
tahun 2011, penderita hipertensi sebanyak 6755 orang dan mengalami
peningkatan pada tahun 2012 dengan jumlah penderita sebanyak 20.116 orang
(Riskesdas, 2013).
Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tekanan perifer.
Faktor-faktor genetik, aktivasi syaraf simpatis, faktor hemodinamik,
metabolisme natrium, faktor renin, angiotensin, dan aldosterone merupakan
factor yang telah dibuktikan mempunyai kaitan dengan peningkatan tekanan
darah pada hipertensi (Soeparman et al,.1994 ; Kaplan, 1990). Faktor pencetus
terjadinya hipertensi diperkirakan multifaktor yang timbul terutama karena
interaksi faktor−faktor resiko tertentu yaitu diet dan asupan garam, stress, ras,
3
obesitas, merokok, usia, kurang aktivitas fisik, jenis kelamin dan genetic
riwayat keluarga (Sudoyo, 2009). Makanan yang diawetkan dan garam dapur
serta bumbu penyedap dalam jumlah yang tinggi, misalnya monosodium
glutamate (MSG), dapat menaikkan tekanan darah karena mengandung
natrium dalam jumlah yang berlebih (Tanumang, 2012).
Penyakit hipertensi tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikendalikan,
dengan diberikan pengobatan untuk mencegah terjadinya komplikasi
(Medicastore, 2007). Pengendalian hipertensi bertujuan untuk mencegah
terjadinya komplikasi yang lebih lanjut dan upaya pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90mmHg (Smeltzer. dkk, 2001).
Dalam upaya meningkatkan status kesehatan dengan cara meningkatkan
kemampuan menyampaikan informasi yang jelas pada penderita mengenai
penyakit yang diderita serta cara pengobatan, keterlibatan dan cara pendekatan
yang dilakukan (Soeharto, 2001).
Masalah yang sering ditemui adalah banyak hasil penelitian yang
menunjukan ketidaktepatan peresepan yang terjadi di banyak negara terutama
negara-negara berkembang seperti Indonesia (Horgerzeil et al., 1993).
Penggunaan obat yang tidak tepat akan menimbulkan banyak masalah.
Masalah-masalah tersebut diantaranya meliputi segi efektivitas, efek samping,
interaksi, ekonomi, dan penyalahgunaan obat (Pharmaceutical Care Network
Europe, 2003).
Rasionalitas adalah apabila pasien menerima pengobatan sesuai
dengan kebutuhan klinisnya yaitu dengan jenis dan dosis yang sesuai dan
dalam periode waktu yang sesuai oleh dirinya dan masyarakat. Ketidaktepatan
4
peresepan dapat mengakibatkan masalah antara lain tidak tercapainya tujuan
terapi, meningkatnya kejadian efek samping obat, meningkatnya resistensi
antibiotik, penyebaran infeksi melalui injeksi yang tidak steril dan
pemborosan sumber daya kesehatan yang langka. (WorldHealth Organization,
2009).
Joint National Comitee on the prevention, detection, evaluation and
treatment of high blood pressure (JNC) pada tahun 2003 mengeluarkan edisi
ke 7 standar tatalaksana hipertensi pada penyakit kardiovaskular yang
didalamnya terdapat pembahasan mengenai definisi dan klasifikasi hipertensi,
penentuan faktor resiko kardiovaskular pada hipertensi, evaluasi awal dan
diagnosis penyakit hipertensi, tatalaksana hipertensi, tatalaksana hipertensi
pada penyakit jantung dan pembuluh darah.
Dari latar belakang di atas, peneliti akan melakukan penelitian untuk
melihat kesesuaian peresepan obat hipertensi terhadap standar pengobatan
hipertensi
di Puskesmas Rawat Inap Sukabumi Kota Bandar Lampung,
dikarenakan angka kejadian hipertensi di Puskesmas Rawat Inap Sukabumi
cukup tinggi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang, maka rumusan masalah yang
diambil adalah apakah kerasionalan obat antihipertensi yang diberikan pada
pasien hipertensi sesuai dengan standar pengobatan di Puskesmas Rawat Inap
Sukabumi Kota Bandar Lampung?
5
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis kerasionalan peresepan obat hipertensi terhadap standar
pengobatan hipertensi di Puskesmas Rawat Inap Sukabumi Kota
Bandar Lampung.
1.3.2
Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengetahui ketepatan jenis obat dalam resep hipertensi terhadap
standar pengobatan hipertensi di Puskesmas Rawat Inap
Sukabumi Kota Bandar Lampung.
1.3.2.2 Mengetahui ketepatan dosis obat dalam resep hipertensi
terhadap standar pengobatan hipertensi di Puskesmas Rawat
Inap Sukabumi Kota Bandar Lampung.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1
Keilmuan
1.4.1.1 Bagi bidang farmasi sebagai bahan acuan untuk penilaian
kerasionalan antara lain penggunaan jenis obat dan dosis
obat dalam peresepan.
1.4.1.2 Bagi bidang penyakit dalam sebagai bahan pertimbangan
tatalaksana hipertensi.
1.4.2
Personal dan Instansi
1.4.2.1 Bagi peneliti untuk menambah pengetahuan dan pengalaman
dalam melakukan penelitian.
6
1.4.2.2 Bagi puskesmas sebagai bahan pertimbangan pelaksanaan
pengobatan
sesuai
standar
serta
lebih
menambah
kewaspadaan dalam pemberian obat agar pengobatan dapat
lebih baik.
1.4.2.3 Bagi peneliti lainnya sebagai acuan atau bahan pustaka
untuk melaksanakan penelitian selanjutnya, khususnya
tentang bidang farmasi, yaitu kesesuaian peresepan dengan
standar pengobatannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Hipertensi
2.1.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari
90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit
dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang
berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan
kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner)
dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan
mendapat pengobatan yang memadai (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2014).
Hipertensi merupakan masalah kesehatan di dunia karena menjadi
faktor risiko utama dari penyakit kardiovaskular dan stroke. Insidensi
hipertensi di Amerika Serikat mencapai 29-31% atau sama dengan 58
sampai 65 juta pada populasi di atas 18 tahun (Fields et al., 2004).
Diperkirakan bahwa jumlah penderita hipertensi akan terus bertambah
seiring dengan bertambahnya populasi geriatri dan peningkatan insidensi
obesitas (Kaplan, 2006).
8
Penderita hipertensi di Amerika Serikat saat ini mencapai kurang
lebih 50 juta orang dan di seluruh dunia jumlahnya mencapai hampir 1
miliar orang. Data dari Framingham Heart Study menunjukkan pada
individual dengan normotensi, saat berusia 55 tahun sembilan puluh
persen (90%) diantaranya mempunyai risiko terjadi hipertensi (Chobanian
et al., 2003).
Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di
Indonesia. Betapa tidak, hipertensi merupakan kondisi yang sering
ditemukan pada pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal itu merupakan
masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%,
sesuai dengan data Riskesdas 2013. Di samping itu, pengontrolan
hipertensi belum adekuat meskipun obat-obatan yang efektif banyak
tersedia (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014).
2.1.2 Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan,
yaitu: hipertensi esensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder
atau hipertensi renal.
1) Hipertensi esensial yang tidak diketahui penyebabnya juga disebut
dengan hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor
yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktifitas sistem
saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek dalam ekskresi Na,
peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan
9
risiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia. Hipertensi
primer biasanya timbul pada umur 30 – 50 tahun (Schrier, 2000).
Pada beberapa pasien, kenaikan berat badan yang berlebihan dan
gaya hidup memiliki peran yang utama dalam menyebabkan hipertensi.
Kebanyakan pasien hipertensi memiliki berat badan yang berlebih
(obesitas) dan penelitian pada berbagai populasi menunjukkan bahwa
kenaikan berat badan yang berlebih (obesitas) memberikan risiko 65-70 %
untuk terkena hipertensi esensial (Guyton, 2008).
2) Hipertensi sekunder Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat
sekitar 5 % kasus. Penyebab hipertensi secara spesifik diketahui, seperti
penggunaan
estrogen,
penyakit
ginjal,
hipertensi
vaskular
renal,
hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing, feokromositoma,
koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain
– lain (Schrier, 2000).
2.1.3 Klasifikasi Hipertensi
Ada beberapa macam klasifikasi hipertensi yaitu menurut WHO
(World Health Organization) , JNC (Joint National Committee) VII dan
Perhimpunan Dokter Kardiovaskular Indonesia (PERKI) yang digunakan
di Indonesia. Klasifikasi pada orang dewasa sebagai berikut :
10
Berikut ini adalah klasifikasi Hipertensi menurut WHO, yaitu :
Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi WHO
Kategori
Sistol (mmHg)
Optimal
< 120
Normal
< 130
Tingkat 1 (hipertensi
140-159
ringan)
Sub grup : perbatasan
140-149
Tingkat 2 (hipertensi
160-179
sedang)
Tingkat 3 (hipertensi berat)
≥ 180
Hipertensi sistol terisolasi
≥ 140
Sub grup : perbatasan
140-149
Sumber : WHO, 2009
Diastol (mmHg)
< 80
< 85
90-99
90-94
100-109
≥ 110
< 90
< 90
Berikut ini adalah klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7
(JNC 7), yaitu :
Tabel 2. Klasifikasi Hipertensi JNC VII
Kategori
Sistol (mmHg)
Dan/atau
Normal
<120
Dan
Pre hipertensi
120-139
Atau
Hipertensi tahap 1 140-159
Atau
Hipertensi tahap 2 ≥ 160
Atau
Sumber : Ilmu Penyakit Dalam UI, 2014
Diastole (mmHg)
<80
80-89
90-99
≥ 100
Berikut ini adalah Klasifikasi Hipertensi menurut Hasil Konsensus Perhimpunan
Hipertensi Indonesia, yaitu :
Tabel 3. Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi
Kategori
Sistol (mmHg)
Dan/atau
Diastole (mmHg)
Normal
<120
Dan
<80
Pre hipertensi
120-139
Atau
80-89
Hipertensi tahap 1
140-159
Atau
90-99
Hipertensi tahap 2
≥ 160
Atau
≥ 100
Hipertensi sistol
≥ 140
Dan
< 90
terisolasi
Sumber : PERKI, 2015
11
Berikut ini adalah Standar Tatalaksan Pengobatan pada Penyakit Hipertensi
menurut Joint National Committee 7 (JNC 7), yaitu :
Tabel 4. Klasifikasi dan Penanganan Tekanan Darah Tinggi Pada Orang
Dewasa menurut JNC VII
Klasifikasi TDS* TDD* Modifikasi
Obat awal tanpa
Obat awal
Tekanan
mmHg mmHg
Gaya
Indikasi
dengan
Darah
Hidup
indikasi
Normal
<120
<80
Anjuran
Tidak perlu
menggunakan obat
antihipertensi.
Gunakan obat
yang spesifik
dengan
indikasi
(resiko).
PreHipertensi
120139
80-89
Ya
Hipertensi
140159
90-99
Ya
Untuk semua kasus
gunakan diuretic
jenis thiazide,
pertimbangkan
Acei, ARB, BB,
CCB, atau
kombinasikan.
Gunakan obat
yang spesifik
dengan
indikasi
(resiko).
Kemudian
tambahkan
obat
antihipertensi
(diuretic,
Acei, ARB,
BB, CCB)
seperti yang
dibutuhkan.
>160
>100
Ya
Gunakan kombinasi
2 obat (biasanya
diuretic jenis
thiazide dan
Acei/ARB/BB/CCB
Stage 1
Hipertensi
Stage 2
2.1.4 Patofisiologi Hipertensi
Berbagai
mempengaruhi
faktor
respon
seperti
kecemasan
pembuluh
darah
dan
ketakutan
terhadap
dapat
rangsangan
12
vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norpinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut
bisa terjadi (Corwin, 2005).
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak di pusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang
akan merangsang serabut saraf pascaganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya norpinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh
darah (Brunner, 2002).
2.1.5 Faktor Risiko Hipertensi
2.1.5.1 Faktor risiko yang tidak dapat di ubah
a. Usia
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan
bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi.
Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Ini sering
disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi
jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada yang berusia
kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan
kematian prematur (Julianti, 2005).
13
Pada usia lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa
kenaikan tekanan sistolik. Sedangkan menurut WHO memakai tekanan
diastolik sebagai bagian tekanan yang lebih tepat dipakai dalam
menentukan ada tidaknya hipertensi. Tingginya hipertensi sejalan dengan
bertambahnya umur yang disebabkan oleh perubahaan struktur pada
pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding
pembuluh darah menjadi lebih kaku, sebagai akibatnya terjadi peningkatan
tekanan darah sistolik. Penelitian yang dilakukan di 6 kota besar seperti
Jakarta, Padang, Bandung, Yogyakarta, Denpasar dan Makassar terhadap
usia lanjut (55-85 tahun), didapatkan prevalensi hipertensi terbesar 52,5 %
(Depkes, 2006).
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin juga sangat erat kaitanya terhadap terjadinya
hipertensi dimana pada masa muda dan paruh baya lebih tinggi penyakit
hipertensi pada laki-laki dan pada wanita lebih tinggi setelah umur 55
tahun, ketika seorang wanita mengalami menopause. Perbandingan antara
pria dan wanita, ternyata wanita lebih banyak menderita hipertensi. Dari
laporan sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6% dari pria
dan 11% pada wanita. Laporan dari Sumatra Barat menunjukan 18,6%
pada pria dan 17,4% wanita. Di daerah perkotaan Semarang didapatkan
7,5% pada pria dan 10,9% pada wanita. Sedangkan di daerah perkotaan
Jakarta didapatkan 14,6 pada pria dan 13,7% pada wanita (Gunawan,
2001).
14
c. Genetik (Keturunan)
Riwayat keluarga juga merupakan masalah yang memicu masalah
terjadinya hipertensi hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan.
Jika seorang dari orang tua kita memiliki riwayat hipertensi maka
sepanjang hidup kita memiliki kemungkinan 25% terkena hipertensi
(Astawan, 2002).
2.1.5.2 Faktor risiko yang dapat diubah
a. Merokok
Hubungan merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan
menyebabkan peningkatan tekanan darah karena nikotin akan diserap
pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembuluh
darah hingga ke otak, otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan member
sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas efinefrin (Adrenalin). Hormon
yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung
untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Selain itu,
karbon monoksida dalam asap rokok menggantikan oksigen dalam darah.
Hal ini akan menagakibatkan tekanan darah meningkat karena jantung
dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup kedalam organ
dan jaringan tubuh (Astawan, 2002).
b. Kegemukan (obesitas)
Kegemukan (obesitas) adalah presentasi abnormalitas lemak yang
dinyatakan dalam Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu perbandingan antara
15
berat badan dengan tinggi badan kuadrat dalam meter. Kaitan erat antara
18 kelebihan berat badan dan kenaikan tekanan darah telah dilaporkan
oleh beberapa studi. Berat badan dan IMT berkorelasi langsung dengan
tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Sedangkan, pada penderita
hipertensi ditemukan sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih
(overweight) (Depkes, 2006).
Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi
hipertensi pada obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita
hipertensi pada orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
seorang yang badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan
sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih (overweight) (Depkes, 2006).
Hipertensi pada seseorang yang kurus atau normal dapat juga disebabkan
oleh sistem simpatis dan sistem renin angiotensin (Suhardjono, 2006).
c. Stress (psikis)
Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah,
dendam, rasa takut dan rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak
ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih
cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stress
berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian
sehingga timbul kelainan organis atau perubahaan patologis. Gejala yang
muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag. Diperkirakan,
prevalensi atau kejadian hipertensi pada orang kulit hitam di Amerika
Serikat lebih tinggi dibandingkan dengan orang kulit putih disebabkan
16
stress atau rasa tidak puas orang kulit hitam pada nasib mereka (Depkes,
2006).
d. Konsumsi Alkohol Berlebih
Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah
dibuktikan. Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih
belum jelas. Namun, diduga peningkatan kadar kortisol dan peningkatan
volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikkan
tekanan darah. Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara
tekanan darah dan asupan alkohol dilaporkan menimbulkan efek terhadap
tekanan darah baru terlihat apabila mengkomsumsi alkohol sekitar 2-3
gelas ukuran standar setiap harinya (Depkes, 2006).
e. Hiperlipidemia dan Hiperkolesterolmia
Kelainan metabolisme lipid (lemak) yang ditandai dengan
peningkatan kadar kolestrol total, trigliserida, kolestrol LDL atau
penurunan kadar kolestrol HDL dalam darah. Kolestrol merupakan faktor
penting dalam terjadinya aterosklerosis yang mengakibatkan peninggian
tahanan perifer pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat. Dalam
penelitian Sugihartono diketahui sering mengkomsumsi lemak jenuh
mempunyai
risiko
untuk
terserang hipertensi
sebesar 7,72 kali
dibandingkan orang yang tidak mengkomsumsi lemak jenuh (Sugihartono,
2007).
17
2.1.6 Gejala Klinis Hipertensi
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan
gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya
kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ
yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan
patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan
urinasi pada malam hari) dan azetoma [peningkatan nitrogen urea darah
(BUN) dan kreatinin]. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat
menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi
sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan
tajam penglihatan (Wijayakusuma, 2000).
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain
tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada
retina, seperti perdarahan, eksudat, penyempitan pembuluh darah, dan
pada kasus berat dapat ditemukan edema pupil (edema pada diskus
optikus).
Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita
hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal
hipertensi yaitu sakit kepala, gelisah, jantung berdebar, perdarahan hidung,
sulit tidur, sesak nafas, cepat marah, telinga berdenging, tekuk terasa berat,
berdebar dan sering kencing di malam hari. Gejala akibat komplikasi
hipertensi yang pernah dijumpai meliputi gangguan penglihatan, saraf,
jantung, fungsi ginjal dan gangguan serebral (otak) yang mengakibatkan
18
kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan
kelumpuhan dan gangguan kesadaran hingga koma (Cahyono, 2008).
2.1.7 Komplikasi Hipertensi
2.1.7.1 Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteriarteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal,
sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang.
Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma (Corwin, 2000).
Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti,
orang bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah
satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah,
mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta
tidak sadarkan diri secara mendadak (Santoso, 2006).
2.1.7.2 Infark Miokard
Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang
arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau
apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui
pembuluh darah tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipertensi
ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat
19
terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.
Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahanperubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi
disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan
(Corwin, 2000).
2.1.7.3 Gagal Ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya
glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan
terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan
rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga
tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang
sering di jumpai pada hipertensi kronik (Corwin, 2000).
2.1.7.4 Ensefalopati
Ensefalopati dapat terjadi terjadi terutama pada hipertensi maligna
(hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke
dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Neronneron
disekitarnya kolap dan terjadi koma serta kematian (Corwin, 2000).
20
2.1.8 Penatalaksanaan Hipertensi
2.1.8.1 Terapi Non Farmakologis
Pengaturan pola hidup sehat sangat penting pada pasien hipertensi
guna untuk mengurangai efek buruk dari pada hipertensi. Adapun cakupan
pola hidup antara lain berhenti merokok, mengurangi kelebihan berat
badan, menghindari alkohol, modifikasi diet. Dan yang mencakup psikis
antara lain mengurangi stres, olahraga, dan istirahat (Amir, 2002)..
a. Modifikasi Diet
Modifikasi diet atau pengaturan diet sangat penting pada pasiem
hipertensi, tujuan utama dari pengaturan diet hipertensi adalah mengatur
tentang makanan sehat yang dapat mengontrol tekanan darah tinggi dan
mengurangi penyakit kardiovaskular. Secara garis besar, ada empat
macam diet untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan keadaan
tekanan darah , yakni : diet rendah garam , diet rendah kolestrol, lemak
terbatas serta tinggi serat, dan rendah kalori bila kelebihan berat badan
(Astawan, 2002).
Diet rendah garam diberikan kepada pasien dengan edema atau
asites serta hipertensi. Tujuan diet rendah garam adalah untuk menurunkan
tekanan darah dan untuk mencegah edema dan penyakit jantung (lemah
jantung). Adapun yang disebut rendah garam bukan hanya membatasi
konsumsi garam dapur tetapi mengkonsumsi makanan rendah sodium atau
natrium (Na). Oleh karena itu yang sangat penting untuk diperhatikan
21
dalam melakukan diet rendah garam adalah komposisi makanan yang
harus mengandung cukup zat – zat gizi, baik kalori, protein, mineral
maupun vitamin dan rendah sodium dan natrium (Gunawan, 2001).
b. Berhenti Merokok
Dengan berhenti merokok tekanan darah akan turun secara
perlahan , disamping itu jika masih merokok maka obat yang dikonsumsi
tidak akan bekerja secara optimal dan dengan berhenti merokok efektifitas
obat akan meningkat (Santoso, 2001).
c. Mengurangi Berat Badan
Diet rendah kolestrol dan lemak terbatas. Di dalam tubuh terdapat
tiga bagian lemak yaitu : kolestrol, trigeserida, dan pospolipid. Tubuh
memperoleh kolestrol dari makanan sehari – hari dan dari hasil sintesis
dalam hati. Kolestrol dapat berbahaya jika dikonsumsi lebih banyak dari
pada yang dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan kolestrol dapat terjadi
karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung
kolestrol tinggi dan tubuh akan mengkonsumsi sekitar 25 – 50 % dari
setiap makanan (Amir, 2002).
d. Tirah Baring
Istirahat merupakan suatu kesempatan untuk memperoleh energi
sel dalam tubuh. Meluangkan waku istirahat itu perlu dilakukan secara
rutin diantara ketegangan jam sibuk bekerja sehari – hari. Bersantai juga
bukan
berarti
melakukan
rekreasi
yang
melelahkan,tetapi
yang
22
dimaksudkan dengan istirahat adalah usaha untuk mengembalikan stamina
tubuh dan mengembalikan keseimbangan hormon dan dalam tubuh ( Amir,
2002).
2.1.8.2 Terapi Farmakologis
Golongan obat antihipertensi yang banyak digunakan adalah
diuretik tiazid (misalnya bendroflumetiazid), beta‐ bloker, (misalnya
propanolol, atenolol,) penghambat angiotensin converting enzymes
(misalnya captopril, enalapril), antagonis angiotensin II (misalnya
candesartan, losartan), calcium channel blocker (misalnya amlodipin,
nifedipin) dan alpha‐ blocker (misalnya doksasozin). Yang lebih jarang
digunakan adalah vasodilator dan antihipertensi kerja sentral dan yang
jarang dipakai, guanetidin, yang diindikasikan untuk keadaan krisis
hipertensi. (Gormer, 2008).
a. Golongan Diuretik Thiazid
Diuretik tiazid adalah diuretik dengan potensi menengah yang
menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat reabsorpsi sodium
pada daerah awal tubulus distal ginjal, meningkatkan ekskresi sodium dan
volume urin. Tiazid juga mempunyai efek vasodilatasi langsung pada
arteriol, sehingga dapat mempertahankan efek antihipertensi lebih lama.
Tiazid diabsorpsi baik pada pemberian oral, terdistribusi luas dan
dimetabolisme di hati. Efek diuretik tiazid terjadi dalam waktu 1‐ 2 jam
setelah pemberian dan bertahan sampai 12‐ 24 jam, sehingga obat ini
cukup diberikan sekali sehari. Efek antihipertensi terjadi pada dosis rendah
23
dan peningkatan dosis tidak memberikan manfaat pada tekanan darah,
walaupun diuresis meningkat pada dosis tinggi. Efek tiazid pada tubulus
ginjal tergantung pada tingkat ekskresinya, oleh karena itu tiazid kurang
bermanfaat untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal. (Gormer, 2008)
b. Penghambat Adrenergik
Penghambat Adrenoreseptor Beta (β-Bloker) . Beta bloker
memblok beta-adrenoreseptor. Reseptor ini diklasifikasikan menjadi
reseptor beta-1 dan beta-2. Reseptor beta-1 terutama terdapat pada jantung
sedangkan reseptor beta-2 banyak ditemukan di paru-paru, pembuluh
darah perifer dan otot lurik. Reseptor beta-2 juga dapat ditemukan di
jantung, sedangkan reseptor beta-1 dapat dijumpai pada ginjal. Reseptor
beta juga dapat ditemukan di otak (Nafrialdi, 2009).
Stimulasi reseptor beta pada otak dan perifer akan memacu
penglepasan neurotransmitter yang akan meningkatkan aktivitas sistem
saraf simpatis. Stimulasi reseptor beta-1 pada nodus sino-atrial dan
miocardiak meningkatkan heart rate dan kekuatan kontraksi. Stimulasi
reseptor beta pada ginjal akan menyebabkan penglepasan renin dan
meningkatkan aktivitas sistem renin angiotensin aldosteron. Efek akhirnya
adalah peningkatan cardiac output, peningkatan tahanan perifer dan
peningkatan sodium yang diperantai aldosteron dan retensi air (Nafrialdi,
2009).
Penghambat Adrenoresptor Alfa (α-Bloker) Hanya alfa-bloker
yang selektif menghambat reseptor alfa-1 (α 1) yang digunakan sebagai
antihipertensi.
Alfa-bloker
non
selektif
kurang
efektif
sebagai
24
antihipertensi karena hambatan reseptor alfa-2 (α 2) di ujung saraf
adrenergik
akan
meningkatkan
penglepasan
norefineprin
dan
meningkatkan aktivitas simpatis (Nafrialdi, 2009).
Hambatan reseptor α1 menyebabkan vasodilatasi di arteriol dan
venula sehingga menurunkan resistensi perifer. Di samping itu,
venodilatasi menyebabkan aliran balik vena berkurang yang selanjutnya
menurunkan curah jantung. Venodilatasi ini dapat menyebabkan hipotensi
ortostatik terutama pada pemberian dosis awal (fenomena dosis pertama)
yang menyebabkan refleks takikardia dan peningkatan aktivitas renin
plasma. Pada pemakaian jangka penjang refleks kompensasi ini akan
hilang, sedangkan efek antihipertensinya akan bertahan (Nafrialdi, 2009).
c. ACE Inhibitor
ACE inhibitor Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEi)
menghambat secara kompetitif pembentukan angiotensin II dari prekursor
angiotensin I yang inaktif, yang terdapat pada darah, pembuluh darah,
ginjal, jantung, kelenjar adrenal dan otak. Angitensin II merupakan vaso‐
konstriktor kuat yang memacu penglepasan aldosteron dan aktivitas
simpatis sentral dan perifer. Penghambatan pembentukan angiotensin II ini
akan menurunkan tekanan darah. Jika sistem angiotensin‐ renin‐
aldosteron teraktivasi (misalnya pada keadaan penurunan sodium, atau
pada terapi diuretik) efek antihipertensi ACEi akan lebih besar. ACE juga
bertanggungjawab terhadap degradasi kinin, termasuk bradikinin, yang
mempunyai
efek vasodilatasi.
Penghambatan degradasi
ini
akan
menghasilkan efek antihipertensi yang lebih kuat. Beberapa perbedaan
25
pada parameter farmakokinetik obat ACEi. Captopril cepat diabsorpsi
tetapi mempunyai durasi kerja yang pendek, sehingga bermanfaat untuk
menentukan apakah seorang pasien akan berespon baik pada pemberian
ACEi. Dosis pertama ACEi harus diberikan pada malam hari karena
penurunan tekanan darah mendadak mungkin terjadi; efek ini akan
meningkat jika pasien mempunyai kadar sodium rendah. (Gormer, 2008).
d. Calcium Chanel Blocker (CCB)
Calcium channel blockers (CCB) menurunkan influks ion kalsium
ke dalam sel miokard, sel‐ sel dalam sistem konduksi jantung, dan sel‐ sel
otot polos pembuluh darah. Efek ini akan menurunkan kontraktilitas
jantung, menekan pembentukan dan propagasi impuls elektrik dalam
jantung dan memacu aktivitas vasodilatasi, interferensi dengan konstriksi
otot polos pembuluh darah. Semua hal di atas adalah proses yang
bergantung pada ion kalsium. Terdapat tiga kelas CCB: dihidropiridin
(misalnya nifedipin dan amlodipin), fenilalkalamin (verapamil) dan
benzotiazipin (diltiazem). Dihidropiridin mempunyai sifat vasodilator
perifer yang merupakan kerja antihipertensinya, sedangkan verapamil dan
diltiazem mempunyai efek kardiak dan dugunakan untuk menurunkan
heart rate dan mencegah angina. Semua CCB dimetabolisme di hati. Efek
samping Pemerahan pada wajah, pusing dan pembengkakan pergelangan
kaki sering dijumpai, karena efek vasodilatasi CCB dihidropiridin. Nyeri
abdomendan mual juga sering terjadi. Saluran cerna juga sering
terpengaruh oleh influks ion kalsium, oleh karena itu CCB sering
26
mengakibatkan gangguan gastro‐ intestinal, termasuk konstipasi. (Gormer,
2008).
Terapi kombinasi antara lain :
1. Penghambat ACE dengan diuretik
2. Penyekat reseptor angiotensin II (ARB) dengan diuretik
3. Diuretik dan agen penahan kalium
4. Penghambat ACE dengan penghambat kalsium
5. Penghambat reseptor beta dengan diuretik
6. Agonis reseptor α-2 dengan diuretik
7. Penyekat α-1 dengan diuretik
(Depkes, 2006).
2.1.9 Pola Peresepan
Resep adalah suatu permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi dan
dokter hewan kepada apoteker untuk membuatkan obat dalam bentuk
sediaan tertentu dan menyerahkannya kepada pasien. Prinsip dari
peresepan rasional adalah adanya elemen-elemen yang essensial untuk
penggunaan obat yang efektif, aman dan ekonomis (Joenes, 2001). Para
ahli
menyatakan
bahwa
pada
penggunaan
obat
rasional
yang
diselenggarakan oleh World Health Organization (WHO) menyatakan
bahwa penggunaan obat yang rasional terjadi ketika pasien mendapatkan
obat dan dosis yang sesuai dengan kebutuhan klinik pasien dalam periode
waktu yang cukup dan dengan harga yang terjangkau untuk pasien dan
komunitasnya (Joenes, 2001).
27
2.1.9.1 Peresepan Rasional
a. Indikasi yang tepat
Keputusan untuk memberikan resep secara keseluruhan didasarkan
oleh alasan medis dan farmakoterapi sebagai alternatif pengobatan yang
terbaik. Keputusan ini tidak boleh dipengaruhi oleh alasan nonmedis
seperti permintaan pasien, menolong rekan kerja atau menciptakan
kredibilitas (Santoso, 1996).
b. Obat yang tepat
Penentuan kesesuaian obat yang diresepkan dengan diagnosa yang
ditegakkan sangat ditentukan oleh kemampuan dan pengalaman dokter
menaati prinsip-prinsip ilmiah peresepan. Penyeleksian obat secara
objektif dapat dibuat berdasarkan efikasi, keamanan, kesesuaian dan biaya.
Obat yang dipilih adalah obat dengan profil risikobenefit yang paling baik.
Obat yang terseleksi harus dengan mudah tersedia, praktis dibawa, mudah
disimpan dan tidak menyusahkan pasien. Pertimbangan biaya obat tidak
boleh mengurangi pertimbangan efikasi dan toleransi (Santoso, 1996).
c. Pasien yang tepat
Ketika mengevaluasi kondisi pasien sebelum memulai terapi obat,
hal yang penting untuk dipertimbangkan adalah adanya reaksi samping
pada pasien meliputi kemungkinan terjadinya efek samping, gangguan
fungsi hati atau ginjal dan adanya obat lain yang dapat berinteraksi dengan
obat yang diresepkan (Santoso, 1996).
28
d. Dosis dan cara penggunaan yang tepat
Pemberian obat secara oral (bentuk sediaan cair, tablet dan puyer)
paling dianjurkan untuk anak. Pemberian ini perlu mempertimbangkan
kondisi pasien, tingkat penerimaan dan faktor-faktor lain yang akan
mempengaruhi masuknya obat secara lengkap ke dalam tubuh. Dosis yang
digunakan hendaknya dimulai dengan dosis efektif minimal yang
direkomendasikan.
Ada
beberapa
keadaan
yang
memungkinkan
modifikasi dosis yang dibutuhkan, seperti pada pasien gangguan hati,
ginjal dan respon klinis individu pasien berdasarkan respon terapetik dan
efek samping. Frekuensi adminstrasi obat bergantung pada berapa lama
efek akan bertahan dan riwayat perjalanan penyakit (Santoso, 1996).
e. Informasi yang tepat
Pemberian informasi yang tepat pada pasien merupakan bagian
integral dari pola peresepan. Informasi yang disampaikan mencakup cara
minum
obat,
kemungkinan
terjadinya
efek
samping
dan
penanggulanganya. Informasi hendaknya sederhana, jelas dan mudah
dipahami sehingga keberhasilan terapi dapat dicapai (Santoso, 1996).
f. Evaluasi dan tindak lanjut yang tepat
Setiap intervensi pengobatan harus dievaluasi secara tepat. Hal ini
membutuhkan perencanaan sejak awal pemberian resep obat. Hal-hal
penting yang dijelaskan pada pasien adalah simtomatis primer perbaikan
dan waktu akan tercapainya serta aksi yang dibutuhkan jika respon
29
terapetik tidak tercapai atau jika efek samping yang tidak diharapkan
terjadi (Santoso, 1996).
2.1.9.2 Peresepan Obat Yang Tidak Rasional
Pola peresepan yang menyimpang memiliki andil besar pada
pengobatan tidak rasional. Peresepan yang tidak rasional dapat juga
dikelompokkan dalam lima bentuk:
a. Peresepan boros (extravagant prescribing)
Peresepan dengan obat-obat yang lebih mahal, padahal ada
alternatif obat yang lebih murah dengan manfaat dan keamanan yang
sama. Termasuk disini adalah peresepan yang terlalu berorientasi ke
pengobatan simptomatik hingga mengurangi alokasi obat yang lebih vital
contoh pemakaian obat antidiare yang berlebihan dapat menurunkan
alokasi untuk oralit yang notabene lebih vital untuk menurunkan
mortalitas (Sastramihardja, 2006).
b. Peresepan berlebihan (over prescribing)
Peresepan yang jumlah, dosis dan lama pemberian obat melebihi
ketentuan - serta peresepan obat-obat yang secara medik tidak atau kurang
diperlukan (Sastramihardja, 2006).
c. Peresepan yang salah (incorrect prescribing)
Pemakaian obat untuk indikasi yang salah, obat yang tidak tepat,
cara pemakaian salah, mengkombinasi dua atau lebih macam obat yang
30
tak bisa dicampurkan secara farmasetik dan terapetik serta pemakaian obat
tanpa
memperhitungkan
kondisi
penderita
secara
menyeluruh
(Sastramihardja, 2006).
d. Peresepan majemuk (multiple prescribing)
Pemberian dua atau lebih kombinasi obat yang sebenarnya cukup
hanya diberikan obat tunggal saja. Termasuk disini adalah pengobatan
terhadap semua gejala yang muncul tanpa mengarah ke penyakit utamanya
(Sastramihardja, 2006).
e. Peresepan kurang (under prescribing)
Terjadi kalau obat yang diperlukan tidak diresepkan, dosis obat
tidak cukup dan lama pemberian obat terlalu pendek waktunya
(Sastramihardja, 2006).
2.1.10 Penelitian Terdahulu
Pada tahun 2015 , penelitian Sumawa. Kerasionalan obat hipertensi
pada pasien rawat inap di RSUP Prof. Kandou Manado periode januarijuni 2014 didapatkan bahwa evaluasi kerasionalan penggunaan obat
antihipertensi di lihat berdasarkan kriteria tepat pasien sebanyak 100%,
tepat indikasi sebanyak 100%, tepat obat sebanyak 64,10%, dan tepat
dosis sebanyak 64,10%.
Pada tahun 2012, penelitian Tyashapsari. Penggunaan obat pada
pasien hipertensi di instalasi rawat inap RSUP Dr. Kariadi Semarang di
31
dapatkan bahwa obat antihipertensi yang paling banyak digunakan adalah
kaptopril (73%). Evaluasi penggunaan obat hipertensi menunjukan 98%
tepat indikasi, 81% tepat obat , 62% tepat pasien, dan 95% tepat dosis.
Pada tahun 2013, penelitian Salwa. Penggunaan obat pada pasien
hipertensi dengan gagal ginjal di instalasi rawat inap RS Dr. Moewardi
pada tahun 2010 didapatkan bahwa obat antihipertensi yang paling banyak
digunakan adalah furosemid (36,13%). Evaluasi penggunaan obat
hipertensi menunjukan didapat untuk tepat indikasi 100%, tepat obat 84%,
tepat pasien 100% dan 58% tepat dosis.
Pada tahun 2016, penelitian Priyadi. Penggunaan obat hipertensi di
salah satu rumah sakit swasta di kota Bandung didapatkan bahwa obat
antihipertensi dosis tunggal yang paling banyak digunakan berasal dari
golongan diuretik (56%) dan dosis kombinai yang paling banyak
digunakan berasal dari golongan diuretik dan CCB (46%). Evaluasi
penggunan obat hipertensi didapatkan tepat dosis 97,6% dan 2,4% tidak
tepat dosis.
32
2.2. Kerangka Teori
FAKTOR RESIKO
ETIOLOGI


Tidak dapat ubah : Usia,
Jenis Kelamin, Genetik
Hipertensi
Essensial
Hipertensi
Sekunder
dapat di ubah : Obesitas,
stress, merokok,
konsumsi garam
berlebih,
hiperkolesterolmia
HIPERTENSI
Peresepan obat rasional
1.
2.
3.
4.
5.
Tepat Indikasi
Tepat Jenis Obat
Tepat Pasien
Tepat Dosis
Tepat Lama
Penggunaan
6. Tepat Informasi
7. Tepat Evaluasi
Peresepan obat tidak
rasional :
1.
2.
3.
4.
5.
Peresepan Boros
Peresepan Berlebihan
Peresepan Salah
Peresepan Majemuk
Peresepan Kurang
Gambar 1. Kerangka Teori
Sumber : (Guyton, 2008., Santoso, 1996., Sastramihardja, 2006)
33
2.3 Kerangka konsep
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Jenis Obat
Kerasionalan
Peresepan
Obat
Hipertensi
Dosis Obat
Gambar 2. Kerangka Konsep
2.4 Hipotesis
Terdapat kerasionalan obat antihipertensi pada pasien hipertensi terhadap
standar pengobatan hipertensi di Puskesmas Rawat Inap Sukabumi Kota
Bandar Lampung.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif yang termasuk dalam
deskriptif kategorik dengan menggunakan data sekunder berupa rekam medik
yang diambil dari Puskesmas Rawat Inap Sukabumi Kota Bandar Lampung.
Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis kesesuaian jenis obat yang
diberikan dan kesesuaian dosis yang diberikan.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2016.
3.2.2
Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian rawat jalan poli klinik Puskesmas
Rawat
Inap
Sukabumi
Kota
Bandar
Lampung.
35
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1
Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh data peresepan obat
penyakit Hipertensi di Puskesmas Rawat Inap Sukabumi Kota Bandar
Lampung pada bulan Januari-Juli 2016.
3.3.2
Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah rekam medik
yang memuat penggunaan terapi Hipertensi di Puskesmas Rawat
Inap Sukabumi Kota Bandar Lampung pada bulan Januari-Juli 2016.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik purposive sampling (non probability sampling) yakni teknik
untuk penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi
sesuai dengan yang dikehendaki berdasarkan suatu pertimbangan peneliti
yaitu dimana sampel yang diambil dianggap baik dan sesuai untuk
dijadikan sampel penelitian (Notoadmojo, 2010).
Perhitungan jumlah sampel minimal dilakukan sebagai berikut :
N = (za)2 x p (1-P)
D2
36
N = (1,96)2 x 0,5(1-0,5)
(0,1)2
N = 96,04
N = 96
Keterangan :
N
= Besaran Sampel
Za
= Nilai Z pada derajat kemaknaan (biasanya 95%=1, 96)
P
= Proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi, bila
tidak diketahui proporsinya ditetapkan 50% (0, 50)
d
= derajat penyimpangan terhadap populasi yang
diinginkan 10% (0, 10)
Hasil perhitungan didapatkan besar sampel sebesar 96. Jadi besar
sampel minimal pada penelitian ini adalah 96 rekam medis penyakit
Hipertensi.
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.4.1 Kriteria Inklusi:
1. Semua lembar rekam medik penyakit hipertensi yang terdapat pada
bulan Januari-Juli tahun 2016.
2. Semua lembar rekam medik dalam keadaan baik dan tidak cacat
(robek
atau
basah).
37
3.4.2
Kriteria Eksklusi :
1. Lembar rekam medik yang sulit dibaca atau cacat (rusak, robek)
2. Lembar rekam medik yang tidak memuat penatalaksanaan
penyakit hipertensi secara lengkap seperti jenis obat yang tidak
ada dan dosis obat yang tidak ada.
3.5 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu
peresepan obat hipertensi. Variabel penelitian ini memiliki sub variabel yaitu
jenis obat dan dosis obat.
38
3.6 Definisi Operasio
nal
Tabel 4 Definisi operasional masing-masing variabel
Cara
Ukur
Variabel
Definisi
Alat Ukur
Rasionalitas
Apabila
Pasien
menerima
pengobatan
sesuai dengan
kebutuhan
klinisnya,
dengan dosis
yang sesuai
dan dalam
periode waktu
yang sesuai
oleh dirinya
Dan
masyarakat.
Joint National
Comitee VII
(JNC VII)
Observasi
Jenis Obat
Jenis obat yang Joint National
Comitee VII
Digunakan
Untuk
(JNC VII)
Pengobatan
Penyakit
Hipertensi
Observasi
1. Tepat (T):
Bila jenis obat sesuai
Dengan pedoman
Pengobatan yang diacu
Yakni :
Diuretik : Furosemid
Acei : captopril
CCB : amlodipin
BB : Propanolol
Kombinasi:Acei+CCB
2.Tidak Tepat (TT) :
Bila jenis obat tidak
Sesuai dengan
pedoman
Takaran yang
diberikan
pada pasien
Yang
mendapatkan
Terapi
Hipertensi
berdasarkan
pedoman yang
Dipakai
Observasi
1. Tepat (T):
Bila dosis sesuai
dengan pedoman
pengobatan yang
Diacu
2.Tidak Tepat (TT):
Bila dosis tidak
sesuai dengan
pedoman pengobatan
yang diacu
Dosis
Joint National
Comitee VII
(JNC VII)
Hasil Ukur
1.Rasional (R):
Bila tepat ,
pemilihan jenis
Obat dan tepat dosis,
obat
.
2.Tidak Rasional (TR):
Peresepan Salah,
(tidak tepat jenis
,obat dan tidak tepat
,
dosis obat)
.
Skala
Ukur
Nominal
Nominal
Nominal
39
3.7 Prosedur Penelitian
Perizinan dari pihak
kampus dan Dinas
Kesehatan
Penelitian
Hasil Penelitian
Survei Pendahuluan
Pengajuan Proposal
Pengolahan Data
Gambar 4. Prosedur Penelitian
3.8 Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data yaitu dengan menggunakan data sekunder.
Data diperoleh dengan mengumpulkan semua resep obat hipertensi dari rekam
medik pasien, untuk penyakit hipertensi pada bulan Januari-Juli 2016 dengan
menggunakan tabel .
40
3.9 Pengolahan dan Analisis Data
Seluruh data yang telah diperoleh dari penelitian dikumpulkan,
kemudian dilakukan pemaparan (observasi) terhadap setiap variabel yang
diperoleh. Lalu disusun dan dikelompokkan serta diolah dengan menggunakan
program microsoft excel dan kalkulator. Hasil penelitian akan disajikan dan
dijabarkan dalam bentuk tabel hasil. Analisis univariat dilakukan dengan cara
induksi yaitu dengan menarik kesimpulan umum berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan diawal.
3.10 Etika Penelitian
Penelitian ini telah disetujui dan mendapatkan surat keterangan layak
etik penelitian dari Komite Etik Penelitian Kedokteran Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung dengan surat No: 3109/UN26.8/DL/2016.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian di Puskesmas Rawat Inap Sukabumi terhadap 96
peresepan dan rekam medik pasien hipertensi pada bulan Januari-Juli 2016, dapat
di simpulkan bahwa:
5.1.1 Ketepatan jenis obat antihipertensi pada resep dan rekam medik di
Puskesmas Rawat Inap Sukabumi adalah 78,9%.
5.1.2 Ketepatan dosis obat antihipertensi pada resep dan rekam medik di
Puskesmas Rawat Inap Sukabumi adalah 97,9%.
5.1.3 Evaluasi kerasionalan penggunaan obat antihipertensi di Puskesmas Rawat
Inap Sukabumi dengan standar pedoman tatalaksana hipertensi JNC VII
menunjukan 78,9% tepat jenis obat dan 97,9% tepat dosis obat.
5.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan setelah dilakukannya penelitian ini adalah :
5.2.1 Bagi peneliti sendiri diharapkan dapat mempergunakan ilmu yang telah
didapat dari penelitian yang telah dilakukan.
61
5.2.2 Bagi penulis resep di Puskesmas Rawat Inap Sukabumi dapat menuliskan
resep obat yang sesuai dengan standar pengobatan yang dipakai di
puskesmas.
5.2.3 Bagi Puskesmas agar dapat dibuat SOP tentang tatalaksana pengobatan pada
penderita hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, N. 2002. Diagnosis dan penatalaksanaan depresi pasca stroke. Diakses pada
tanggal 4 Mei 2016 pukul 17.00 WIB.
Astawan, 2002.Cegah Hipertensi dengan pola makan. Diakses pada tanggal 12 Mei
2016 pukul 20.00 WIB.
Brunner & Suddarth, 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medical Bedah Vol 2. Jakarta,
EGC.
B.Cahyono, J. S. 2008. Gaya Hidup & Penyakit Modern. Yogyakarta: Kanisius.
Diakses pada tanggal 12 Mei 2016 pukul 21.10 WIB.
Chobanian, A.V., Bakris, G.L., Black H.R., Cushman W.C., Green L.A., Izzo J.L.,
Jr., et al, 2003. The seventh report of the Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure:
The JNC 7 Report. Diakses pada tanggal 12 Mei 2016 pukul 20.15 WIB.
Corwin, A. 2000. Hipertensi dan Komplikasinya. Diakses pada tanggal 8 Mei 2016
pukul 17.00 WIB.
Corwin, A. 2005. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Cintya AD, Yuliami S, dan Susila S. 2013. Gambaran Faktor Resiko dan Tipe Stroke
pada Pasien Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RSUD Kabupaten Solok
Selatan Periode 1 Januari 2010 – 31 Juni 2012. Jurnal Kesehatan Andalas.
2013.
Dahlan, Sopiyudin. 2011.Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 5. Jakarta.
Salemba Medika.
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Depkes, R., 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
Diakses pada 22 Mei 2016 pukul 17.00 WIB.
Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. 2014. Profil Kesehatan Kota Bandar
Lampung. Bidang P2PL.
Cutler JA, Sorlie PD, Wolz M, Thom T, Fields LE, et al . 2004. Trends in
Hypertension Prevalence, Awareness, Treatment, and Control Rates in
United States Adults Between 1988–1994 and 1999–2004. Hypertension .
Diakses pada 8 mei pukul 17.15 WIB
Gormer, Beth. 2008. Farmakologi Hipertensi Diana Lyrawati (terj). Diakses pada
tanggal 8 Mei 2016 pukul 17.10 WIB.
Gunawan, Lany. 2001.Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Guyton AC, Hall JE. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC.
Hogerzeil, H. B., et al. 1993. Field Test For Rational Drug Use in Twelve
Developing Countries. The Lancet, hal. 1408-1410.
Joenoes, N. Z. 2001.Ars Prescibendi Resep Yang Rasional . Edisi 2. Surabaya:
Airlangga University Press. Diakses pada tanggal 10 Mei 2016 pukul 17.10
WIB.
Julianti, Eliana Diana, et al. 2006. Bebas Hipertensi dengan Terapi Jus. Penerbit
Niaga Swadaya. Jakarta. Diakses pada tanggal 18 Mei 2016 pukul 18.10
WIB.
Kaplan. 2006. Kaplan’s Clinical Hypertension, Ninth Edition, Lippincott williams
Wilkins. Diakses pada 12 Mei 2016 pukul 18.00 WIB.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5. 2014. Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Medicastore, 2007. Stroke Mengancam Usia Produktif. Diakses pada 11 Mei 2016
pukul 18.30 WIB.
Nafrialdi. 2009. Antihipertensi, farmakologi dan Terapi Edisi 5. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta. hlm. 341-360..
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
PERKI, 2003. Pedoman Tatalaksana Penyakit Kardiovaskuler di Indonesia.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia.
Pharmaceutical Care Network Europe Foundation. 2003. Classification for Drug
related problems. Diakses pada 11 Mei 2016 pukul 18.35 WIB.
Priyadi, A., Mandalas, E,. Juriah.et al. 2016. Evaluasi Penggunaan Obat
Antihipertensi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Salah Satu Rumah Sakit
Swasta di Kota Bandung. Diakses pada 5 Januari puku 13.00 WIB.
Salwa, A., 2013. Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi
dengan Gagal Ginjal Di Instalasi Rawat Inap RS “X” Tahun 2010. Skripsi.
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diakses pada 5
Januari 2017 pukul 12.30 WIB.
Santoso, A. 2006. Gagal Jantung Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Sastramihardja, H.S. 2006. Buku Pedoman Kuliah Farmakologi Klinik. Jilid 1. Edisi
2. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Bandung.
Schrier, R. W. (2000). Manual of Nephrology (5 ed.). USA: Lippincott Williams &
Wilkins. Diakses pada 15 Mei 2016 pukul 17.00 WIB
Soeharto, I. 2002. Kolesterol dan Lemak Jahat Kolesterol, Lemak baik dan Proses
Terjadinya Serangan Jantung dan Stroke. Edisi 2. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.
Soeparman , et al. 1994. Ilmu penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. 2009. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam . Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing.
Suhardjono. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Hipertensi pada usia lanjut. Jilid
3. Staf Pengajar FK UI Jakarta.
Sumawa,P. M., Wullur, A. C., & Yamlean, P. V et al. 2015. Evaluasi Kerasionalan
Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien Hipertensi Rawat Inap di RSUP.
Prof. DR. R. D. Kandou Manado Periode Januari-Juni 2014. Jurnal Ilmiah
Farmasi , 4(3): 126-133.
Sugihartono, Aris. 2007. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat.
Universitas Diponegoro Semarang. Diakses pada 12 Mei 2016 pukul 21.00
WIB.
Smeltzer, S.C. and Bare, B.G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8
Vol.2. Jakarta : EGC.
Syintia, Tanumang. 2012. Perbandingan Frekuensi Pola Makan Beresiko Penderita
Hipertensi dan Bukan Penderita Hipertensi yang Berkunjung ke Puskesmas
Kombos Kecamatan Singkil Kota Manado. Diakses pada 13 Mei 2016 pukul
22.00 WIB.
Tyashapsari, W. E., Zulkarnain, A. K., 2012. Penggunaan Obat pada Pasien
Hipertensi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi
Semarang. Diakses pada 5 Januari 2016 pukul 12.00 WIB.
World Health Organization. 2009. Medicine use in primary care in developing and
transitional countries: fact book summarizing result from studies reported
between 1990 and 2006. Geneva: world health organization.
Wijayakusuma,H.M. 2000. Ramuan Tradisional untuk pengobatan Darah Tinggi.
Jakarta: Swadaya.
Download