FREE SEX BEHAVIOR IN ADOLESCENTS (CASE STUDY IN HIGH SCHOOL GIRLS) Ati Primawardani Undergraduate Program, Faculty of Psychology Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id Keywords: Sex Behavior, Sex Free, Girls High School ABSTRACT Until recently the problem of sexuality has always been a topic of interest to discuss. This is possible because the issue of sexuality has become a it is deeply embedded in human beings. Sex can not be avoided by being life, because with the sex organism can survive preserving offspring, as revealed by dr. Boy Abidin gynecologist in discussions Kotex held at Djakarta Theater declare, that as many as 42.3% teens have been have sex the first time while still in the school, on the grounds them why do it on the basis of consensual and without coercion. Data derived from the results of research conducted by the Annie Foundation in 2008 in junior high school and SMU is a West Java This research aims to reveal the picture of sex behavior in adolescents, especially high-school student, knows the forms of sex behavior and the development of free sex high-school student on the subject. The methodology used is a case study methodology, which assisted with observation approach and interview. Subjects involved in this case study are adolescent girls aged 19 years and have free sex in partner. The relationship that has fostered already lived for 2 years and the process courting the subject has done stage sex behavior until the stages of sexual intercourse. In addition to the purpose of this study also has very good benefits, especially on the subject of free sex, so the subject can control himself to do not free sex on her partner again in the future other than that subjects get more information about the impact of sex behavior a natural subject in the pair. ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Februari 2010 Nama Judul : Ati Primawardani (10505020) : Perilaku Seks Bebas pada Remaja (Studi Kasus pada Siswi SMU) Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksualitas telah menjadi suatu hal yang sangat melekat pada diri manusia. Seks tidak bisa dihindari oleh makhluk hidup, karena dengan seks mahluk hidup dapat terus bertahan hidup menjaga kelestarian keturunannya, seperti yang diungkap dr. Boy Abidin ginekolog dalam diskusi yang diadakan Kotex di Djakarta Teater menyatakan, bahwa sebanyak 42,3% remaja telah melakukan hubungan seks pertama kali saat masih dibangku sekolah, dengan alasan kenapa meraka melakukan itu atas dasar suka sama suka dan tanpa paksaan. Data yang berasal dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Annisa Foundation tahun 2008 di SMP dan SMU se-Jawa Barat ini Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan gambaran perilaku seks bebas pada remaja khususnya siswi SMU, mengetahui bentuk-bentuk perilaku seks bebas serta proses perkembangan perilaku seks bebas pada subjek siswi SMU. Metodologi yang digunakan adalah metodologi studi kasus, yang dibantu dengan pendekatan observasi dan wawancara. Subjek yang dilibatkan dalam studi kasus ini adalah remaja perempuan yang berusia 19 tahun dan sudah melakukan seks bebas pada pasangannya. Hubungan yang telah dibina sudah dijalani selama 2 tahun dan proses pacaran tersebut subjek sudah melakukan tingkatan perilaku seks bebas sampai pada tahap sexual intercourse. Selain tujuan penelitian ini juga memiliki manfaat yang sangat baik, khususnya pada subjek yang melakukan seks bebas, sehingga subjek dapat mengontrol dirinya untuk tidak melakukan perilaku seks bebas pada pasangannya lagi dikemudian hari selain iti subjek mendapat informasi yang lebih banyak mengenai dampak dari perilaku seks bebas yang subjek alami pada pasangan. Kata Kunci : Perilaku Seks, Seks Bebas, Siswi SMU 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksualitas telah menjadi suatu hal yang sangat melekat pada diri manusia. Yeni (1996) mengatakan bahwa dewasa ini didalam kehidupan dan perilaku seks bebas telah merebak ke kalangan kehidupan remaja dan anak. Tidak aneh bila timbul akibat yang dengan mudah dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Dan, hanya butuh satu sperma untuk bisa terjadi kehamilan dari ratusan juta sel yang dikeluarkan," ucap dr Boy. Dengan diberikannya pembekalan, dr Boy berharap para remaja perempuan memiliki pengetahuan yang benar dan akurat mengenai tubuh dan aspek-aspek kehidupan seputar seksualitasnya sehingga mereka tidak menjadi salah arah dalam pergaulan dengan teman-temanya.(http://www.tnol.co.id/en/health/sex/1464-remaja-mulai-berani- mengeksplorasi-seksualitasnya-.html). Hurlock (1980) mengatakan, bahwa dorongan untuk melakukan hal ini datang dari tekanan-tekanan sosial, terutama dari minat remaja pada seks dan keingintahuannya dengan seks. Pacaran atau setidaknya cumbu rayu memberikan bentuk perilaku seks yang menyenangkan dan biasanya tidak menimbulkan bahaya dan menawarkan keuntungan pada remaja yang terlibat dalam sebuah hubungan percintaan. Santrock (dalam Desmita, 2005) berpendapat bahwa terjadinya peningkatan kehidupan seksual ini sangat dipengaruhi oleh perubahan organ-organ seksual dan perubahan hormonal yang mengakibatkan munculnya dorongan-dorongan seksual dalam diri remaja khususnya siswi SMU. Broderick dan Rowe (dalam Santrock, 2003) mengatakan, tingkah laku seksual remaja sifatnya meningkat progresif biasanya diawali dengan ciuman bibir lalu berciuman sampai ke daerah dada (necking) yang dilanjutkan dengan aktivitas menempelkan alat kelamin (petting), sampai pada hubungan intim (intercourse). Hidayana (2004) mengatakan, kurangnya pengetahuan yang memadai pada siswi SMU mengenai resiko dari perilaku seks bebas, menyebabkan mereka perlu diberikan 2 pemahaman yang lebih mendalam mengenai resiko tersebut, seperti terjangkitnya berbagai PMS (penyakit menular seksual) seperti : resiko sejumlah infeksi, seperti HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang dapat menyebabkan penyakit AIDS (AcquiredImmune Deficiency Syndrome), Hepatitis B atau Herpes, Gonorrhea, Siphilis, atau Klamidia. Belum lagi resiko kehamilan yang tidak diinginkan/diluar nikah, resiko kematian akibat pengguguran tidak aman atau pada beberapa kasus aborsi tidak aman. Selain resiko fisik yang akan dialami siswi SMU, dampak psikologis dan sosialnya pun akan sangat berpengaruh antara lain perasaan stress dan depresi pada siswi SMU yang melakukan perilaku seks bebas, diskriminasi sosial, trauma, kehilangan berbagai hak dalam lingkungan sosial akibat hamil diluar nikah. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa perilaku seks bebas didasari oleh sikap para pelajar yang memiliki rasa keingintahuannya sangat besar, padahal dengan pengetahuan yang mereka miliki, seharusnya mereka telah menyadari berbagai resiko yang harus mereka hadapi jika para pelajar tersebut melakukannya, namun hasil penelitian – penelitian yang dilakukan terhadap para pelajar di Indonesia menunjukkan bahwa semakin kelompok tersebut (dalam tingkat pendidikan), maka mereka semakin bersikap permisif terhadap perilaku seks bebas. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai maraknya perilaku seks bebas pada remaja siswi SMU, dimana dalam masalah perilaku seks bebas dikalangan remaja semakin meningkat dan faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perilaku seks bebas itu terjadi serta mengetahui sejauh mana serta bagaimana perilaku seks bebas pada siswi SMU. B. Pertanyaan penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, pertanyaan yang diajukan pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana perilaku seks bebas yang dilakukan oleh remaja khususnya siswi SMU saat ini ? 2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan siswi SMU untuk melakukan perilaku seks bebas ? 3. Bagaimana proses perkembangan perilaku seks bebas pada subjek ? 3 C. Tujuan Penelitian Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku seks bebas di kalangan remaja khususnya siswi SMU, lalu faktor-faktor apa saja yang menyebabkan siswi SMU untuk melakukan perilaku seks bebas dan bagaimana proses perkembangan perilaku seks bebas pada subjek. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki dua manfaat : 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat dari perkembangan ilmu psikologi khususnya psikologi perkembangan pada tahap-tahap perkembangan remaja akhir, psikologi sosial untuk dapat mengetahui pentingnya interaksi dalam sebuah lingkungan keluarga dan dan psikologi pendidikan tentang pemahaman remaja khususnya siswi SMU terhadap maraknya perilaku seks bebas. 2. Manfaat Praktis Melalui penelitian, peneliti berharap dapat memberikan manfaat dan masukan terhada pentingnya pengetahuan dan akibat dari perilaku seks bebas, kepada : Dengan adanya penelitian ini khususnya remaja siswi SMU dapat mengetahui bagaimana seharusnya sikap remaja siswi SMU terhadap perilaku seks bebas dan dampak dari perilaku seks bebas itu sendiri. Keluarga khususnya orangtua dapat memberikan arahan pergaulan yang baik dan benar pada anak remajanya sehingga perilaku seks bebas dapat dihindarkan, khususnya yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas SMA. Selain itu bagi pihak sekolah dapat memberikan pendidikan seks sejak dini kepada para siswanya, agar mereka terhindar dari perilaku seks bebas. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Seks Bebas 1. Pengertian a. Pengertian Perilaku Seks Menurut Zawid (dalam Purnawan 2004), kata sex sering disebut dengan aktivitas sexual genital, dan sebagai label gender (jenis kelamin). Freud mengatakan dalam Lindzey (2003) bahwa seks adalah sejumlah kebutuhan jasmaniah berlainan yang membangkitkan hasrat-hasrat erotik. Masing-masing hasrat ini bersumber pada bagian tubuh tertentu yang secara kolektif disebut daerah-daerah erogen, seperti bibir dan rongga mulut, dubur dan organ-organ seks lainnya. b. Pengertian Perilaku Seks Bebas Perilaku seks bebas menurut Kartono (1977) merupakan perilaku yang didorong oleh hasrat seksual, dimana kebutuhan tersebut menjadi lebih bebas jika dibandingkan dengan sistem regulasi tradisional dan bertentangan dengan sistem norma yang berlaku dalam masyarakat. Indikator-Indikator Perilaku seks Adapun indikator perilaku seks yang sering disederhanakan sebagai hubungan seksual berupa penetrasi dan ejakulasi. Padahal menurut Wahyudi (2000), perilaku seks secara rinci dapat berupa : c. Cium Kering, berupa sentuhan pipi dengan pipi atau pipi dengan bibir d. Cium Basah, berupa sentuhan bibir ke bibir e. Meraba, merupakan kegiatan bagian bagian sensitif rangsang seksual, seperti leher, breast, paha alat kelamin dan lain-lain f. Berpelukan, aktivitas ini menimbulkan perasaan tenang, aman, nyaman disertai rangsangan seksual (terutama bila memgenai daerah aerogen atau sensitif) g. Masturbasi (wanita) atau Onani (laki-laki), perilaku merangsang organ kelamin untuk mendapatkan kepuasan seksual 5 h. Oral seks, merupakan aktivitas seksual dengan cara memasukan alat kelamin ke dalam mulut lawan jenis i. Petting, merupakan seluruh aktivitas non intercourse (hingga menempelkan alat kelamin) j. Intercourse (senggama), merupakan aktivitas seksual dengan memasukan alat kelamin laki-laki dalam alat kelamin wanita. 2. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Remaja Berperilaku Seks Bebas Adapun beberapa penelitian mengungkapkan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku seks bebas pada remaja menurut Hyde (1990) adalah : a. Usia b. Usia yang muda saat berhubungan seksual pertama c. Usia saat menstruasi pertama d. Agama e. Pacar f. Kencan yang lebih awal g. Pengalaman pacaran/kencan (hubungan afeksi) h. Orang tua i. Teman sebaya (peers group) j. Kebebasan k. Daya tarik seksual l. Standar orang tua vs standar teman m. Saudara kandung n. Gender o. Ketidakhadiran ayah p. Ketidakhadiran orang tua q. Kecenderungan pergaulan yang makin bebas Di pihak lain, tidak dapat dipungkiri adanya kecenderungan pergaulan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat, sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita makin sejajar dengan pria. 6 r. Penyebaran Informasi Melalui Media Massa Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan perilaku seks bebas adalah dari dalam keluarga, media massa, dan dari pengaruh peers (teman sebaya). B. Remaja 1. Pengertian Remaja Gilbert & Lumoindong (1996) mengatakan masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Peralihan ini meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Remaja atau adolescene berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah ini mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1980). Menurut Dariyo (2004) remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial. Secara kronologis, yang tergolong remaja berkisar antara usia 13-21 tahun. 1. Tahap dan Ciri Remaja Beberapa tokoh membagi tahap usia remaja menjadi beberapa bagian. Blos (dalam Sarwono, 2003) membagi tiga tahap masa remaja berdasarkan penjabaran karakteristik pembagian usia remaja, yaitu : a. Remaja Awal (Early Adolescence) b. Remaja Pertengahan (Middle Adolescence) c. Remaja Akhir (Late Adolescence) 2. Perkembangan Remaja Menurut Gilbert & Lumoindong (1996) terjadi perkembangan pada masa remaja seperti : a. Perkembangan Fisik Muss dalam Sarwono (2003) secara lengkap membuat urutan perubahan fisik tersebut sebagai berikut : 1) pertumbuhan tulang-tulang 2) pertumbuhan payudara 3) tumbuh bulu yang halus dan lupus berwarna gelap dikemaluan 7 4) mencapai pertumbuhan ketinggian badan setiap tahunnya 5) bulu kemaluan menjadi keriting 6) haid 7) tumbuh bulu-bulu ketiak b. Perkembangan Psikologis 1) Perkembangan Intelektual 2) Perkembangan Emosional C. Siswi SMU 1. Pengertian Siswi SMU Djamarah (2002) mengatakan, bahwa siswi SMU termasuk ke dalam anak didik/siswa dimana pengertian tersebut adalah subjek utama dalam pendidikan, dialah yang belajar setiap saat. Lebih lanjut Sardiman (1996) mengatakan bahwa, siswi SMU atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar. Menurut Kanopka (dalam Awaluddin, 2008) istilah siswi SMU yang masih digunakan saat ini terjadi pada usia 15-18 tahun, menunjukan bahwa mereka masih pada tahapan peralihan dari dunia remaja ke dunia dewasa, dan penjelasan mengenai siswi SMU termasuk kedalam pengertian remaja akhir yang dikenal dengan masa muda. Karakteristik Siswi SMU Adapun karakteristik remaja khususnya siswi SMU yang dapat menyebabkan pola perilaku dalam kehidupan sehari-harinnya menurut Hurlock (1990) yaitu : b. Usia Kematangan c. Penampilan Diri d. Kepatutan Seks e. Nama dan Julukan. f. Hubungan Keluarga g. Teman-teman Sebaya h. Kreativitas 8 i. Cita-cita D. Perilaku Seks Bebas Pada Remaja (studi kasus pada Siswi SMU) Masa remaja merupakan periode penting dalam rentang kehidupan, dimana individu mengalami banyak perubahan baik fisik, emosional, maupun sosial, perkembangan fisik dan mental yang terjadi secara pesat pada masa ini akan mempengaruhi perilaku individu dalam lingkungan sosialnya, remaja yang sedang berada dalam periode yang penuh rasa ingin tahu dan mencoba-coba, terdorong untuk melakukan berbagai macam hal yang belum pernah dialaminya. Dalam masa remaja mau tidak mau harus melalui berbagai tugas perkembangan yang akan dia hadapi salah satu tugas perkembangan tersebut adalah mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita (Hurlock, 1980). Tentu saja hal ini berkaitan dengan masalah seks. Penelitian-penelitian mengenai kaum remaja di Indonesia pada umumnya menyimpulkan bahwa nilai-nilai hidup kaum remaja sedang dalam proses perubahan. Remaja Indonesia dewasa ini nampak lebih bertoleransi terhadap gaya hidup seksual pranikah. Misalnya sebanyak 42,3% remaja telah melakukan hubungan seks pertama kali saat masih dibangku sekolah, dengan alasan kenapa meraka melakukan itu atas dasar suka sama suka dan tanpa paksaan, Demikian diungkap dr.Boy Abidin, ginekolog dalam diskusi yang diadakan Kotex di Djakarta Teater, Jakarta. Data yang berasal dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Annisa Foundation tahun 2008 di SMP dan SMU se-Jawa Barat ini. Sementara hasil penelitian lain dari BKKBN periode akhir Desember 2009, lanjut dr Boy, menyebutkan bahwa 63% remaja di beberapa kota besar yang ada di Indonesia telah melakukan seks pra nikah. Umumnya remaja melakukan hubungan seks karena didasari rasa suka sama suka. Salah satu penyebab terjadinya hubungan seks bebas pada remaja adalah kurangnya pengetahuan remaja mengenai seks itu sendiri. Mengingat seks juga berkaitan dengan tugas-tugas perkembangan remaja maka tidak mengherankan jika remaja memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar tentang seks. Selain itu sekitar lingkungan para pelajar khususnya siswi SMU di Jakarta saat ini pada umumnya tersedia tempat hiburan seperti warnet (warung internet), tempat-tempat peminjaman VCD yang memasang tarif relatif murah untuk durasi waktu konsumsi yang cukup lama sehingga dapat terjangkau oleh kondisi ekonomi para pelajar padahal 9 berbagai fasilitas tersebut sangat rawan terhadap pengeksposan informasi yang mengeksploitasi seks, seperti VCD porno, situs-situs porno selain itu faktor yang meyebabkan remaja berperilaku seks bebas juga dilihat dari pola asuh dan bimbingan dari orangtua mereka yang terlalu memberikan kebebasan pada mereka sehingga masalah mengenai seks dianggap lumrah dan menyenangkan. Adapun akibat yang akan akan dialami para pelajar jika perilaku seks bebas itu dilakukan seperti : seperti terjangkitnya berbagai PMS (penyakit menular seksual), resiko sejumlah infeksi, seperti HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang dapat menyebabkan penyakit AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome), hepatitis B atau herpes, siphilis, atau klamidia. Dampak psikologis dan sosialnya pun akan sangat berpengaruh antara lain perasaan stress dan depresi pada siswi SMU yang melakukan perilaku seks bebas, pengucilan stigma, diskriminasi sosial, trauma, kehilangan berbagai hak dalam lingkungan sosial akibat hamil di luar nikah. Dalam hal ini remaja yang mendapatkan cukup informasi mengenai akibat dari perilaku seks bebas akan lebih mudah melalui setiap tugas perkembangannya, namun bagi remaja yang kurang memiliki pengetahuan tentang akibat dari seks bebas mungkin dia akan sedikit mengalami kesulitan dalam menghadapi tugas perkembangannya, khususnya tugas perkembangan yang berkaitan dengan masalah seks itu sendiri. BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitataif. Menurut Stake (dalam Heru Basuki, 2006) studi kasus adalah bentuk penelitian (inquiry) atau studi tentang suatu masalah yang memiliki sifat kekhususan (particulary), dapat dilakukan baik dengan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif, dengan sasaran perorangan (individual) maupun kelompok, bahkan masyarakat luas. Dalam buku yang penulis susun ini lebih ditekankan pendekatan studi kasus. 10 1. Ciri-ciri Studi Kasus Moleong (2000) menyebutkan studi kasus memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a. Partikularistik b. Naturalistik c. Data uraian terinci d. Induktif e. Heuristik 2. Subjek Penelitian 1. Remaja siswi SMU yang berusia 17 tahun 2. Pernah melakukan perilaku seks bebas seperti : kissing, necking, petting sampai intercourse 3. Jumlah Sampel B. Tahap-Tahap Penelitian 1. Tahap Persiapan penelitian 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian Teknik Pengumpulan Data Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif menurut Bogdam dan Taylor (dalam Moleong, 2000) sebagai suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dan orang-orang dan perilaku yang diamati. C. Alat Bantu Pengumpulan Data Menurut Poerwandari (2001), peneliti berperan besar dalam seluruh proses penelitian, mulai dari memilih topik, mengumpulkan data hingga menganalisis dan menginterpretasikannya. Dalam pengumpulan data-data, penulis membutuhkan alat bantu (instrumen penelitian). Dalam penelitian ini menggunakan alat bantu : 1. Pedoman Wawancara 2. Pedoman Observasi 3. Alat Perekam 11 D. Keakuratan Penelitian Patton (1990) membedakan empat macam sumber informasi yaitu subjek penelitian, metode penelitian, penyidik (peneliti) dan teori. a. Triangulasi data b. Triangulasi pengamat c. Triangulasi teori BAB IV HASIL DAN ANALISIS Hasil Wawancara dan Observasi 1. Pelaksanaan Wawancara dan Observasi Pelaksanaan Tanggal Waktu Tempat Ke-1 01 Agustus 2009 15.00 – 20.15 Rumah Subjek Ke-2 (Significant 04 Agustus 2009 15.30 – 17.00 Rumah Significant Wawancara Other) 2. Other Gambaran Umum Subjek a. Pelaksanaan Observasi Observasi dilakukan pada tanggal 1 Agustus 2009, pada pukul 15.00-20.15 WIB yang berlangsung di tempat tinggal subjek b. Hasil Observasi Wawancara Subjek 1) Setting Tempat 2) Keadaan Subjek c. Hasil Observasi Perilaku Subjek 12 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis wawancara subjek dan significant other. Maka dalam bab ini digambarkan perilaku seks bebas pada subjek, faktor-faktor yang menyebabkan dan proses perkembangan perilaku seks bebas pada subjek. 1. Berdasarkan indikator-indikator seks bebas 2. Berdasarkan faktor-faktor yang menyebabkan seks bebas pada subjek B. Saran Berdasarkan hasil dan analisis di atas, maka peneliti memberikan beberapa saran yang berkaitan dengan perilaku seks bebas, faktor-faktor yang menyebabkan. Melalui penelitian ini diharapkan bagi para remaja khususnya SMU yang memiliki pasangan agar mengetahui batas-batas dalam hubungannya menjalani afeksi. Kepada keluarga khususnya orangtua diharapkan dapat memberikan perhatian yang lebih, sekalipun mereka sibuk bekerja dikantor, selain itu para orang diharapkan dapat memberikan pendidikan seks sejak dini mengenai dampak-dampak dari perilaku seks bebas dan akibatnya dari perilaku seks bebas agar para anak-anak mereka membatasi bagaimana berhubungan dengan pasangannya afeksinya pacaran Dalam pihak sekolah diharapkan dapat memberikan pendidikan seks sejak kepada para siswanya agar para siswa dapat mengetahui batasan-batasan dari hubungannya dengan pasangan, dan tidak mudah terpengaruh oleh pergaulan saat ini yang semakin berkembang khususnya perilaku seks bebas. 13