UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAN INFUSA

advertisement
 UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAN
INFUSA KULIT BATANG Bauhinia varigata L. pada BAKTERI
Streptococcus mutans
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
ANGGRIANA ARISTYA
K100110161
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ii
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAN INFUSA KULIT BATANG Bauhinia
varigata L. pada BAKTERI Streptococcus mutans
ANTIBACTERIAL ACTIVITY OF ETHANOL EXTRACT AND INFUSION OF Bauhinia varigata L.
STEM BARK AGAINST Streptococcus mutans
Anggriana Aristya, Ika Trisharyanti D. K.
Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. Ahmad Yani Tromol Pos 1, Pabelan
Kartasura Surakarta 57102
ABSTRAK
Tanaman Bauhinia varigata L. biasa digunakan dikalangan masyarakat khususnya masyarakat
Sumba – NTT sebagai salah satu tanaman yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah sakit gigi dengan
cara rebusan dari kulit batang digunakan untuk berkumur. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui
aktifitas antibakteri kulit batang Bauhinia varigata L. terhadap bakteri yang menyebabkan masalah pada
mulut. Percobaan dilakukan dengan cara mengekstrak kulit batang yang dilakukan dengan menggunakan
metode maserasi dengan pelarut etanol 70% dan metode infundasi dengan pelarut air. Ekstrak yang
diperoleh diujikan pada bakteri Streptococcus mutan. Pengujian antibakteri dilakukan dengan menggunakan
metode disk difusi, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan golongan senyawa menggunakan metode uji
tabung dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) serta dilakukan uji bioautografi. Hasil pengujian menunjukkan
bahwa tanaman Bauhinia varigata memiliki aktivitas antibakteri pada bakteri Streptococcus mutans
penyebab karies gigi mulai konsentrasi 2% b/v, serta memiliki kandungan senyawa yaitu saponin, alkaloid
dan tannin yang dilakukan dengan menggunakan uji tabung.
Kata kunci : Antibakteri, Bauhinia varigata L., kulit batang, ekstrak etanol, infusa
ABSTRACT
Bauhinia varigata L. commonly used by people, especially people from Sumba - NTT as one of the
plant that can be used to heal the problem of toothache by means of a decoction of the bark is used for
rinsing. The aim of this research is to determine the antibacterial activity of the stem bark of Bauhinia L.
varigata against bacteria that causes problems in the mouth. The experiment was performed by maceration
of the stem bark with 70% ethanol and infundation method with water. The extract obtained was tested in
Streptococcus mutants. Antibacterial activity test was done by using disk diffusion method, then proceed with
the determination of the compounds using tube test , Thin Layer Chromatography (TLC) and bio-autography
test. The results showed that Bauhinia varigata had antibacterial activity on the bacteria Streptococcus
mutans caused dental caries began a concentration of 2% w/v unlimitedness contained saponins, alkaloids
and tannins were used tube test.
Keywords: Antibacterial, Bauhinia varigata L., stem bark, ethanol extract, infusion
1
PENDAHULUAN
Pada zaman modern sekarang ini penelitian tentang antibiotik masih menjadi fokus
para peneliti untuk mengatasi terjadinya resistensi bakteri terhadap beberapa antibiotik
yang sudah ada. Penelitian antibakteri tidak hanya fokus pada obat sintesis namun juga
obat tradisional yang berbahan alami. Banyak masyarakat sekarang ini yang lebih memilih
obat tradisional sebagai alternatif pengobatan. Salah satu contoh tanaman yang digunakan
untuk pengobatan yaitu Bauhinia varigata.
Tanaman Bauhinia varigata merupakan salah satu tanaman yang banyak tumbuh
diberbagai daerah baik di kota maupun di desa.Tanaman ini biasa digunakan untuk
memperindah taman kota. Banyak masyarakat yang masih belum mengetahui manfaat dari
tanaman ini selain sebagai penyejuk dan perindang taman, Bauhinia dapat digunakan
sebagai obat tradisional, seperti di daerah NTT. Sebagian masyarakat terutama di
Kabupaten Sumba Barat menggunakan Bauhinia sebagai obat kumur untuk meredakan
sakit gigi dengan memanfaatkan kulit batangnya.
Bauhinia varigatajuga digunakan di beberapa negara seperti di India sebagai obat
tradisional untuk mengobati penyakit seperti dispepsia, bronkitis, kusta, maag, untuk
mencegah obesitas, sebagai astringent, tonik dan obat cacing (Sharma et al., 2010). Bagian
tanaman yang digunakan untuk pengobatan yaitu bagian kulit, akar dan daun (Maury et al.,
2012).
Pada penelitian–penelitian yang sudah ada, peneliti melakukan penelitian mengenai
aktivitas antibakteri pada bagian kulit batang dan daun tanaman Bauhinia. Para peneliti
menggunakan bakteri Gram negatif dan positif untuk melakukan pengujian antibakteri.
Pada penelitian ini, pengujian antibakteri dilakukan pada bakteri Streptococcus mutans
yang merupakan bakteri Gram positif (Jawetz et al., 2001) dengan memanfaatkan kulit
batang Bauhinia. Bakteri S. mutans merupakan salah satu penyebab terjadinya masalah
pada gigi manusia yang dapat menyebabkan karies pada gigi. Penyakit karies gigi masih
banyak dijumpai dimasyarakat dan merupakan masalah yang terjadi akibat kurang
memperhatikan kebersihan pada gigi.
Karies gigi merupakan kerusakan jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam
yang ada dalam karbohidrat melalui perantara mikroorganisme yang ada dalam saliva
(Samad, 2008). Awal penyebab dari karies gigi yaitu plak. Plak merupakan lapisan lembut
yang terbentuk dari beberapa campuran diantaranya leukosit, enzim, makrofag, komponen
anorganik, matriks ekstraseluler, sisa-sisa makanan serta bakteri yang melekat pada
permukaan gigi (Dewi, 2011). Bakteri S. mutans memanfaatkan karbohidrat yang ada
2 untuk mengubahnya menjadi plak pada gigi. Karbohidrat berasal dari makanan yang
masuk di dalam mulut atau makromolekul yang ada pada mulut(Whiley dan Beighton,
1998).
Karies gigi dapat dicegah dengan menggunakan tindakan pencegahan primer.
Tindakan ini meliputi modifikasi kebiasaan, pendidikan kesehatan gigi, kebersihan mulut,
diet dan konsumsi gula serta perlindungan terhadap gigi. Perlindungan terhadap gigi yang
dilakukan yaitu dengan cara penggunaan fluor (Herdiyati dan Sasmita, 2010). Penggunaan
fluor bertujuan untuk melindungi gigi dari karies. Fluor bekerja dengan cara menghambat
metabolisme bakteri plak yang dapat memfermentasi karbohidrat melalui perubahan
hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor apatit yang lebih tahan asam sehingga dapat
menghambat proses demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi. Fluor dapat
ditemukan pada sediaan pasta gigi atau obat kumur. Obat kumur yang mengandung fluor
dapat menurunkan karies sebanyak 20-50% (Angela, 2005).
Penelitian dilakukan menggunakan dua metode ekstraksi yaitu metode infudasi
dengan pelarut air dan metode maserasi dengan pelarut etanol. Pemilihan kedua metode
ekstraksi ini disesuaikan dengan pelarut yang digunakan dalam mengekstraksi kulit batang
Bauhinia. Pemilihan menggunakan pelarut air dimaksudkan untuk menggambarkan
sediaan yang digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional. Pelarut etanol dipilih
karena etanol memiliki kemampuan menarik senyawa aktif dalam tanaman lebih baik dari
pada pelarut yang lain. Ekstrak etanol kulit batang Bauhinia diketahui lebih efektif
terhadap bakteri Gram positif dibandingkan bakteri Gram negatif (Sahu et al., 2012)
Penelitian yang dilakukan Kumar et al. (2012) telah membuktikan bahwa kulit
batang tanaman B. varigata memiliki aktivitas sebagai antibakteri. Penelitian yang
dilakukan oleh Dhale (2011) juga menunjukkan bahwa kulit batang Bauhinia memiliki
aktivitas antibakteri yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan hasil zona hambat pada bakteri
Gram positif Staphylococcus aureus sebesar 18 mm, Bacillus subtilis 10 mm dan pada
bakteri Gram negatif Pseudomonas aeruginosa 16 mm dan Escherichia coli 12 mm.
Berdasarkan uraian diatas penelitian akan dilakukan dengan menggunakan ekstrak air dan
etanol kulit batang B. varigata yang akan diujikan sebagai antibakteri pada S. mutans
bakteri penyebab karies gigi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu
kulit batang B. varigata yang digunakan berada di daerah yang berbeda dengan penelitian
yang sudah ada dan bakteri yang digunakan juga merupakan bakteri Gram positif yang
berbeda dan jarang digunakan dalam penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya.
3
METODE PENELITIAN
1. Alat danBahan
a. Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu timbangan analitik, inkubator
(Memmert), rotary evaporator (Heidolph), waterbath (Memmert), autoklaf, oven
(Memmert), mikroskop (Olympus), alat–alat gelas, mikropipet (Socorex), vortex
(Thermolyne Corporation), Laminar Air Flow (CV. Srikandi Laboratory), lampu UV 254
nm dan UV 366 nm lampu UV portable.
b. Bahan
Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah kulit batang B. variegata L. yang
diambil dari daerah Sumba Barat NTT, bakteri S. mutans yang diperoleh dari Kedokteran
Hewan Universitas Gadjah Mada, etanol 70% teknis, aquadest, disk diffusion, media MH
(Mueller Hinton), BHI (Brain Heart Infusion), silica gel GF254nm, cat Gram A, cat Gram B,
cat Gram C, cat Gram D, standar Mc. Farland (konsentrasi 1,5 x 108 CFU/ml), fase gerak
campuran butanol : asam asetat glasial : air (7:2:1 v/v/v) fase atas.
2. Jalannya Penelitian
a. Determinasi Tanaman
Tahapan pertama dalam penelitian ini dilakukan determinasi tanaman.
Determinasi tanaman bertujuan untuk mengetahui bahwa tanaman yang digunakan dalam
penelitian sudah benar dan sesuai dengan tanaman yang dimaksudkan. Determinasi
tanaman dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
b. Pengambilan Bahan
Kulit batang Bauhinia didapatkan dari batang pohon Bauhinia yang berada di
daerah Sumba Barat, NTT dengan menyayat batang tersebut dan diambil kulit batangnya
sebanyak 500 gram. Kulit batang kemudian dikeringkan dengan diangin–anginkan lalu
dirajang kecil-kecil.
c. Ekstraksi Kulit Batang
Ekstraksi dilakukan dengan dua metode dan solvent yang berbeda yaitu metode
maserasi dengan pelarut etanol (70%) dan metode infundasi dengan pelarut air.
4 1) Metode maserasi dilakukan dengan cara serbuk kulit batang direndam dengan
menggunakan pelarut etanol 70% selama 5 hari sambil diaduk setiap hari. Kemudian
campuran disaring dan filtrat dipekatkan dengan menggunakan evaporator vacum
rotary dan dilanjutkan dengan memekatkan ekstrak menjadi kental di waterbath.
2) Metode infundasi dilakukan dengan cara menyari simplisia dengan air (perbandingan
simplisia dan air yaitu 1 : 1) pada suhu 900C selama 15 menit
Konsentrasi yang digunakan pada ekstrak etanol dan infusa yaitu 1%, 2%, 4%, dan % b/v.
Pembuatan konsentrasi pada ekstrak etanol dengan menimbang esktrak kental seberat 10
mg, 20 mg, 40 mg dan 80 mg yang ditempatkan pada ependorf dan di tambahkan pelarut
DMSO sampai 1 mL. Pada pembuatan konsentrasi infusa dilakukan dengan cara membuat
larutan stok 10% yang kemudian dari larutan stok tersebut diambil sebanyak 100 µL, 200
µL, 400 µL dan 800 µL yang ditempatkan pada ependorf dan ditambahkan DMSO sampai
1 mL.
d. Sterilisasi Alat
Alat–alat yang akan digunakan untuk pengujian antibakteri disterilisasi dengan
menggunakan autoclave pada suhu 1210C selama 15 menit. Alat–alat yang disterilisasi
berupa alat–alat gelas seperti cawan petri, tabung reaksi dan erlemeyer dibungkus dengan
kertas dan pada tutup tabung reaksi disumbat dengan kapas yang terbungkus alumunium
foil dan disterilisasi dengan oven pada suhu 1710C selama 1 jam sedangkan, blue tips,
yellow tips ditempatkan di bekker glass. Bahan–bahan pelarut seperti aquadest dan media
agar ditempatkan di beaker glass atau erlenmeyer dan ditutup dengan alumunium foil.
e. Pembuatan Media Agar
Media padat MH (Mueller Hinton) sebanyak 9,6 gram dilarutkan dalam aquadest
steril 250mL kemudian dipanaskan diatas kompor listrik untuk membantu melarutkan
media. Media MH yang telah larut disterilisasi dengan autoklaf dengan suhu 1210C selama
15 menit. Media yang telah disterilisasi dimasukkan dalam 10-15 cawan petri dengan
volume media agar 20mL dan didiamkan disuhu kamar hingga memadat.
f. Pembuatan Persediaan Bakteri
Bakteri Streptococcus mutans diambil dengan ose steril dari stok kemudian digoreskan
pada media agar MH lalu diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Bakteri yang telah
tumbuh disimpan pada suhu 40C sebagai stok bakteri. Pada saat akan dilakukan uji
5
antibakteri, bakteri diambil dari stok yang telah dibuat kemudian di larutkan dalam BHI
cair steril dan di shaker selama 2 jam agar bakteri dapat larut sempurna kemudian bakteri
yang telah di shaker diambil dan ditambahkan salin steril untuk menyamakan kekeruhan
dengan standar Mc. Farland (konsentrasi 1,5 x 108 CFU/mL).
g. Pengujian daya hambat bakteri Streptococcus mutans
Pengujian daya hambat bakteri dilakukan secara aseptis dengan cara cawan petri
yang sudah steril dan sudah berisi agar MH dibagi menjadi 6 zona tiap zona diberi disk
yang sudah terisi ekstrak etanol dan air kulit batang sebanyak 15 µL dan dua zona masingmasing sebagai kontrol negatif berisi DMSO dan kontrol positif berisi erytromisin.
Masing-masing konsentrasi dilakukan tiga kali replikasi. Sebelum ditempelkan disk,
bakteri ditanam dalam cawan dan diratakan. Setelah itu diinkubasi pada suhu 370C selama
18-24 jam. Penilaian daya hambat dilakukan dengan mengukur zona bening disekitar disk
dengan menggunakan penggaris.
h. Pengujian Fitokimia
Pengujian fitokimia dilakukan dengan menggunakan 2 cara yaitu uji dengan
menggunakan kromatografi lapis tipis dan uji tabung.
a. Metode kromatografi lapis tipis
Pengujian dengan metode kromatografi lapis tipis dilakukan dengan mencari fase
gerak yang dapat mengelusi senyawa yang terkandung dalam kulit batang. Fase gerak yang
digunakan yaitu campuran n-butanol : asam asetat : air (7:2:1 v/v/v) fase atas. Fase diam
yang digunakan yaitu lempeng silica gel GF254. Ekstrak etanol kulit batang Bauhinia
ditotolkan pada lempeng silica yang telah disiapkan sebanyak 3 µL. Setelah totolan kering
dimasukkan dalam chamber yang telah diisi dengan fase gerak sebanyak 1 mL. Lempeng
KLT dielusi sampai batas. Lempeng KLT yang telah terelusi diambil dari chamber lalu
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Lempeng yang telah kering kemudian dilihat
pada UV 366 dan UV 254. Diamati warna yang terjadi.
b. Metode uji tabung
Pengujian dengan metode uji tabung dilakukan dengan beberapa cara (Harborne,
1987):
6 1) Uji Senyawa Tannin
Uji senyawa tannin dilakukan dengan cara : rajangan tanaman direndam dalam aquadest
kemudian disaring. Dua mL filtrat ditambah dengan FeCl3 diamati hasil yang terjadi.
2) Uji Senyawa Alkaloid
Uji senyawa alkaloid dilakukan dengan cara, rajangan direndam dalam metanol kemudian
disaring. Dua mL filtrate ditambahkan HCl 10% kemudian dipanaskan. 1 mL filtrate
ditambah 6 tetes reagen Wagner dilihat warna yang terjadi.
3) Uji Senyawa Saponin
Uji senyawa saponin dilakukan dengan cara 1 gram rajangan simplisia ditambah aquadest
secukupnya dan dipanaskan selama 5 menit. Kemudian didinginkan dan dikocok kuat.
Terdapat kandungan saponin ditandai dengan adanya busa yang terbentuk dan stabil
selama 10 menit.
4) Uji Senyawa Flavonoid
Senyawa flavonoid diuji dengan cara rajangan simplisia ditambahkan metanol sampai
terendam lalu dipanaskan. Filtrate diambil dan ditambahkan NaOH 5% dan diamati warna
yang terjadi.
i. Bioautografi
Pengujian bioautografi yang dilakukan menggunakan metode bioautografi kontak.
Cara pengerjaannya dengan cara menyiapkan fase diam yaitu silika. Fase gerak yang
digunakan yaitu campuran n-butanol : asam asetat : air (7:2:1 v/v/v) fase atas. Kemudian
pada masing-masing lempeng KLT yang telah siap ditotolkan ekstrak etanol Bauhinia, lalu
dibiarkan mengering. Lempeng KLT yang telah kering dimasukkan kedalam chamber dan
dielusi hingga batas. Kemudian lempeng dikeluarkan dan dibiarkan fase gerak menguap.
Lempeng KLT diletakkan diatas media padacawan petri yang telah diinokulasi dengan
bakteri selama 20 menit lalu lempeng diambil dengan pinset steril.Kemudiandiinkubasi
pada suhu 37oC selama 18-24 jam.Diamatiada tidaknya zona hambatan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Determinasi
Determinasi tanaman Bauhinia varigata dilakukan di Laboratorium Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hasil
yang diperoleh bahwa tanaman tersebut benar merupakan species Bauhinia varigata B1.
var. variegata dengan genus Bauhinia dari family Caesalpiniaceae.
7
2. Ekstraksi
Kulit batang Bauhinia diambil dari daerah Sumba Barat NTT. Kulit batang
Bauhinia memiliki struktur yang keras dan berserat sehingga tidak dapat dihancurkan, kulit
hanya dapat dirajang kecil-kecil lalu diangin-anginkan, tujuannya agar kadar air dalam
kulit batang berkurang. Kulit yang telah siap kemudian diekstraksi dengan menggunakan 2
metode ekstraksi.
Ekstrak yang digunakan yaitu ekstrak etanol dan infusa. Ekstrak etanol didapat
dari hasil ekstraksi menggunakan metode maserasi dan infusa dengan metode infundasi.
Metode maserasi merupakan metode ekstraksi yang paling mudah dan sederhana untuk
digunakan. Pada saat maserasi dilakukan pengadukan yang bertujuan agar dapat menjamin
keseimbangan konsentrasi bahan didalam cairan karena dalam keadaan diam selama
maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan aktif (Voight, 1995). Infusa didapat
dari hasil infundasi yang dilakukan setiap akan melakukan uji aktivitas antibakteri. Hal ini
dilakukan karena infusa tidak dapat disimpan dan digunakan setelah 24 jam sebab
penyarian dengan menggunakan pelarut air memiliki kekurangan yaitu tidak stabil dan
mudah dicemari oleh jamur dan kapang.
3. Identifikasi Bakteri
Identifikasi bakteri dilakukan dengan metode pengecatan Gram. Pengecatan
bakteri bertujuan untuk mengetahui bahwa hasil kultur bakteri merupakan bakteri yang
benar digunakan untuk pengujian antibakteri. Hasil pengecatan bakteri dapat dilihat pada
gambar berikut:
Gambar 1. Hasil pengecatan bakteri S.mutans
Hasil pengecatan menunjukkan bahwa bakteri yang dikultur merupakan benar
bakteri Streptococcus mutans, terbukti berdasarkan ciri-ciri yang didapatkan yaitu
berbentuk kokus, bergerombol dengan membentuk rantai panjang dan berwarna ungu yang
8 menjelaskan bahwa bakteri tersebut merupakan bakteri Gram positif. Setelah dilakukan
pengecatan dilanjutkan dengan pengujian antibakteri.
4. Pengujian Aktivitas Antibakteri
Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan cara aseptis dan semua peralatan
serta media yang digunakan dalam keadaan steril. Tujuan dilakukan dalam keadaan steril
dan aseptis agar pengujian yang dilakukan tidak terkontaminasi oleh bakteri lain yang
dapat mempengaruhi hasil uji. Pengujian antibakteri dilakukan dengan menggunakan
metode difusi yaitu disc diffusion (tes Kirby & Bauer). Prinsip metode ini yaitu disk yang
telah diisi dengan ekstrak dan infus akan berdifusi pada media agar yang telah ditanami
bakteri. Pada pengujian ini digunakan dua ekstrak yang berbeda. Alasan digunakan dua
ekstrak yang berbeda karena untuk membandingkan antara pengujian ekstrak etanol
dengan infusa yang digunakan dalam pengaplikasiannya sebagai obat sakit gigi di
masyarakat. Konsentrasi ekstrak yang digunakan yaitu 1% b/v, 2% b/v, 4% b/v dan 8% b/v
dengan pelarut yang digunakan yaitu DMSO. Pada pengujian antibakteri digunakan
antibiotik erytromisin sebagai kontrol positif. Karena antibiotik ini merupakan golongan
antibiotik makrolida yang merupakan antibiotik lini kedua apabila bakteri resisten terhadap
golongan penicillin. Hasil pengujian dapat dilihat pada gambar dan tabel berikut :
(a)
(b)
Gambar 2. Hasil uji aktivitas antibakteri infus air (a), ekstrak etanol 70% (b)
9
Tabel 2. Hasil uji aktivitas antibakteri (n = 3)
Ekstrak
Etanol 70%
Infusa
Kontrol positif
Kontrol negatif
Konsentrasi
% mg / disk
1
0,15
2
0,3
4
0,6
8
1,2
1
1,5
2
3
4
6
8
12
15 mcg
Diameter zona hambat
{X̄ ± SD (mm)}
6±0
9,3 ± 0,57
8,7 ± 1,15
9,7 ± 0,57
6±0
9,3 ± 0,57
9±1
9 ± 1,7
20,6 ± 0,57
6±0
Keterangan
Tidak menghambat
Radikal
Radikal
Radikal
Tidak menghambat
Radikal
Radikal
Radikal
Radikal
Tidak ada hambatan
Keterangan : Kontrol negative= DMSO, Kontrol positif =Erytromisin, diameter disk = 6mm
Dilihat dari gambar tersebut terlihat bahwa area jernih yang terdapat pada
sekitaran disk yang ditempelkan mengindikasikan terjadi penghambatan pertumbuhan
bakteri oleh ekstrak etanol dan infusa. Berdasarkan tabel hasil pengujian tersebut dapat
dilihat bahwa infusa dan ekstrak etanol 70% dapat menghambat padakonsentrasi 2%, 4%
dan 8%, sedangkan pada konsentrasi 1% tidak dapat menghambat sama sekali. Dari hasil
pengujian tersebut tidak terlihat perbedaan daya hambat yang begitu besar antara ekstrak
etanol dan infusa.
Ekstrak etanol dan infusa kulit batang Bauhinia dapat menghambat pertumbuhan
bakteri S.mutans walaupun daya hambat yang dihasilkan kecil. Berdasarkan hasil uji
tersebut pada konsentrasi 2% baik ekstrak etanol maupun infusa sudah dapat menghambat
pertumbuhan bakteri S. mutans, sehinggaurutan konsentrasi terkecil hingga terbesar dari
ekstrak etanol dan infusa yaitu 2%, 4% dan 8%. 5. Pengujian Fitokimia
Pengujian fitokimia dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan
metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan uji tabung. Metode KLT mula-mula
dilakukan dengan mencari fase gerak yang digunakan untuk mengelusi agar senyawa yang
terkandung dalam ekstrak kulit batang Bauhinia dapat diidentifikasi. Setelah dilakukan
beberapa percobaan dengan beberapa pelarut, fase gerak yang digunakan yaitu campuran
n-butanol : asam asetat : air (7 : 2 : 1 v/v/v)fase atas. Hasil KLT dapat dilihat pada gambar
berikut:
10 (a)
(b)
Gambar 3. Hasil KLT pada lampu UV 254 (a), UV 366 (b)
Berdasarkan gambar tersebut terlihat hasil yang didapatkan pada lampu UV 254
tidak terlihat titik–titik yang menunjukkan senyawa yang terkandung dalam ekstrak.
Sedangkan pada lampu UV 366 terlihat satu titik yang terlihat, namun titik tersebut tidak
memisah dengan sempurna atau bisa disebut tailing. Hal ini bisa disebabkan karena solven
yang kurang tepat sehingga kekuatan elusi tidak maksimal dan penarikan senyawa tidak
sempurna sehingga sulit untuk dilakukan identifikasi.
Pengujian fitokimia dilakukan juga dengan menggunakan metode uji tabung, yaitu
mereaksikan simplisia dengan ditambahkan larutan uji. Pengujian fitokimia yang dilakukan
yaitu mencari saponin, alkaloid, flavonoid dan senyawa tannin. Hasil uji tabung dapat
dilihat pada gambar berikut:
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 4. Hasil uji fitokimia (a) saponin, (b) flavonoid, (c) tannin (d) alkaloid
11
Tabel 2. Hasil uji fitokimia metode tabung
Uji
Saponin
Flavonoid
Tannin
Alkaloid
Teori (Harborne, 1987)
Simplisia + air dipanaskan dan
dikocok ÆTimbul busa stabil
selama 10 menit
Simplisia + metanol dipanaskan
Æ filtrate = NaOH Æ kuning
Simplisia + air dipanaska Æ
filtrate + FeCl3 Æ hitam
Simplisia + metanol Æ saring,
filtrate + HCl dipanaskan Æ
filtrate + reagen Wagner ÆMerah
kecoklatan
Hasil
Timbul busa stabil
selama 10 menit
Kesimpulan
Positif mengandung saponin
Kuning
Positif flavonoid
Hitam
Positif mengandung tannin
Merah kecoklatan
Positif mengandung alkaloid
Hasil yang terlihat pada gambar diatas terlihat bahwa pada uji senyawa saponin, tanaman
Bauhinia mengandung senyawa saponin terlihat dari hasil bahwa terbentuk busa yang
stabil selama 10 menit, pada pengujian flavonoid hasil yang didapatkan positif yaitu warna
yang terbentuk adalah warna kuning, yang mana jika tanaman Bauhinia mengandung
flavonoid ketika ditambahkan NaOH terbentuk warna kuning. Pengujian senyawa tannin
didapatkan hasil yang positif yaitu terbentuk warna hitam pada sampel. Tanin merupakan
senyawa makromolekul dari golongan polifenol yang bersifat polar (Fengel,1995). Tannin
dan flavonoid sama-sama golongan polifenol, yang membedakan tannin dengan flavonoid
yaitu tannin memiliki bobot molekul yang lebih besar dari flavonoid dan flavonoid
memiliki atom karbon yang lebih sedikit dibandingkan dengan tannin. Dilihat dari struktur
yang terkandung dalam kulit batang Bauhinia dapat diketahui senyawa yang termasuk
golongan flavonoid yaitu kaemferol, myricetol dan senyawa yang termasuk golongan
terpenoid yaitu lupeol (gambar 6). Pengujian yang terakhir yaitu pengujian senyawa
alkaloid didapatkan hasil yang positif sebab terbentuk senyawa merah kecoklatan pada
sampel.
6. Bioautografi
Bioautografi digunakan untuk mengetahui senyawa yang bertanggung jawab
sebagai antibakteri pada kulit batang Bauhinia. Bioautografi yang digunakan yaitu metode
bioautografi langsung. Hasil bioautografi dilihat dari ada tidaknya zona hambat pada
tempat yang telah ditempelkan plat KLT yang sebelumnya pada tempat tersebut sudah
ditandai batasan tempat penempelan plat. Hasil pengujian bioautografi dapat dilihat pada
gambar berikut:
12 Gambar 5. Hasil uji bioautografi
Keterangan: K= kontrol, U = uji
Berdasarkan pengamatan hasil penelitian yang dilakukan terdapat zona hambat
pada daerah yang telah ditempelkan plat KLT namun, tidak dapat diketahui secara pasti
senyawa yang bertanggung jawab yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Hal ini
dikarenakan pada saat elusi senyawa yang terkandung dalam ekstrak tidak dapat memisah
secara sempurna. Sehingga tidak terdapat titik yang menandakan senyawa yang terkandung
dalam ekstrak tersebut.Berdasarkan penelitian uji fitokimia yang dilakukan oleh Zhao et al.
(2005) kulit batang Bauhinia memiliki kandungan senyawa dari golongan flavonoid yaitu
kaemferol dan myricetol. Kaemferol dan myricetol diketahui memiliki aktivitas sebagai
antibakteri (Hedra et al., 2011). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Xiaoxu et al.
(2012) mengungkapkan bahwa kaemferol memiliki aktivitas antibakteri pada bakteri
Streptococcus mutans, sedangkan myricetol diketahui dapat menghambat pertumbuhan
bakteri pada bakteri Gram positif (Hamilton, 1995). Struktur kimia senyawa tersebut dapat
dilihat pada gambar berikut:
Kaemferol
myricetol
Gambar 6. Struktur senyawa kimia pada bagian batang
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan ekstrak etanol 70% dan
infus air kulit batang Bauhinia varigata memiliki potensi aktivitas antibakteri pada bakteri
Streptococcus mutans penyebab karies gigi mulai konsentrasi 2% b/v, serta memiliki
kandungan senyawa yaitu saponin, alkaloid, tannin dan flavonoid.
13
SARAN
Perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut mengenai kandungan senyawa yang
bertanggung jawab pada aktivitas antibakteri tanaman Bauhinia varigata dengan optimasi
fase gerak serta dilakukan bioautografi
DAFTAR PUSTAKA
Angela, A., 2005, Pencegahan Primer Pada Anak Yang Berisiko Karies Tinggi, Majalah
Kedokteran Gigi, (Dent. J.), Vol.8, No.3.
Choma, I., 2005, The Use of Thin-Layer Chromatography with Direct Bioautography for
Antimicrobial Analysis, LCGC Europe.
Dewi, R., 2011, Pengaruh Pasta Gigi Dengan Kandungan Buah Apel (Pyrus Malus)
Terhadap Pembentukan Plak Gigi, Artikel Ilmiah, Semarang: Program Pendidikan
Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Unversitas Diponegoro
Dhale, D.A., 2011, Phytochemical screening and antimicrobial activity of Bauhinia
variegata Linn., Journal of Ecobiotechnology, 3(9), 04-07
Fengel, D., & Wegener, C., 1995, Kayu: Kimia Ultrastruktur Reaksi – Reaksi, Yogyakarta,
Gadjah Mada University Press
Hamilton-Miller, JMT., 1995, Antimicrobial Properties of Tea (Camellia sinesis L.,),
Antimicrobial Agent and Chemotherapy, 30 (11), 2375-2377
Hendra, R., Ahmad, S., Sukari, A., Shukor, M., & Oskoueian, E., 2011, Flavonoid
Analysis and Antimicrobial Activity of Various Parts of Phaleria macrocarpa
(Scheff.) Boerl Fruit, International Journal of Molecular Sciences, 12, 3422-3431
Herdiyati, Y., & Sasmita, I., 2010, Penggunaan Fluor Dalam Kedokteran Gigi, Bandung:
Program Profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran
Jawetz, E., J.L. Melnick, E.A. Adelberg, G.F. Brooks, J.S. Butel, & L.N. Ornston, 1991,
Medical Microbiology, 19th edition, California, Appleton and Lange
Kumar, V., Eswarappa., & Bodke, Y.D., 2012, Antimicrobial Activity of Stem Bark of
Bauhinia variegata Linn, American Journal of PharmTech Research, 2(1), 565-69
Maury, P.K., Jain, S.K., Lal, Nand., & Alok, S., 2012, A revie On Antiulcer
Activity, International Journal of Pharmaseutical Sciences and Research, 3(8),
2487-2493
Samad, F, 2008, Karies Gigi, Pekanbaru, FK-UNRI
Sahu, G. & Gupta, PK., 2012, A Review On Bauhinia variegata Linn, International
Research Journal of Pharmacy, 3, 48-51
14 Sharma, R.K., G.P.Rajani, Sharma,V., & N.,Komala, 2010, Effect of Ethanolic
andAqueous Extracts of Bauhinia Variegata Linn. On Gentamicin-Induced
Nephrotoxicity in Rats, Indian Journal of Pharmaceutical Education and
Research, 45, 192-198
Whiley RA,& Beighton D., 1998, Current classification of the oral streptococci, Oral
Microbiol Immunol, 13, 195–216
Xiaoxu, G., Yi, Z., Xue, l., Jin, X., Libang, H., &Jiyao, L., 2012, Effect of Compounds
Found in Nidus Vespae on the Growth and Cariogenic Virulence Factors of
Streptococcus mutans, Microbiological Research, 167, 61-68
15
Download