UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAN INFUSA KULIT BATANG Bauhinia varigata L. pada BAKTERI Streptococcus mutans NASKAH PUBLIKASI Oleh: ANGGRIANA ARISTYA K100110161 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 ii UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAN INFUSA KULIT BATANG Bauhinia varigata L. pada BAKTERI Streptococcus mutans ANTIBACTERIAL ACTIVITY OF ETHANOL EXTRACT AND INFUSION OF Bauhinia varigata L. STEM BARK AGAINST Streptococcus mutans Anggriana Aristya, Ika Trisharyanti D. K. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. Ahmad Yani Tromol Pos 1, Pabelan Kartasura Surakarta 57102 ABSTRAK Tanaman Bauhinia varigata L. biasa digunakan dikalangan masyarakat khususnya masyarakat Sumba – NTT sebagai salah satu tanaman yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah sakit gigi dengan cara rebusan dari kulit batang digunakan untuk berkumur. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui aktifitas antibakteri kulit batang Bauhinia varigata L. terhadap bakteri yang menyebabkan masalah pada mulut. Percobaan dilakukan dengan cara mengekstrak kulit batang yang dilakukan dengan menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 70% dan metode infundasi dengan pelarut air. Ekstrak yang diperoleh diujikan pada bakteri Streptococcus mutan. Pengujian antibakteri dilakukan dengan menggunakan metode disk difusi, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan golongan senyawa menggunakan metode uji tabung dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) serta dilakukan uji bioautografi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa tanaman Bauhinia varigata memiliki aktivitas antibakteri pada bakteri Streptococcus mutans penyebab karies gigi mulai konsentrasi 2% b/v, serta memiliki kandungan senyawa yaitu saponin, alkaloid dan tannin yang dilakukan dengan menggunakan uji tabung. Kata kunci : Antibakteri, Bauhinia varigata L., kulit batang, ekstrak etanol, infusa ABSTRACT Bauhinia varigata L. commonly used by people, especially people from Sumba - NTT as one of the plant that can be used to heal the problem of toothache by means of a decoction of the bark is used for rinsing. The aim of this research is to determine the antibacterial activity of the stem bark of Bauhinia L. varigata against bacteria that causes problems in the mouth. The experiment was performed by maceration of the stem bark with 70% ethanol and infundation method with water. The extract obtained was tested in Streptococcus mutants. Antibacterial activity test was done by using disk diffusion method, then proceed with the determination of the compounds using tube test , Thin Layer Chromatography (TLC) and bio-autography test. The results showed that Bauhinia varigata had antibacterial activity on the bacteria Streptococcus mutans caused dental caries began a concentration of 2% w/v unlimitedness contained saponins, alkaloids and tannins were used tube test. Keywords: Antibacterial, Bauhinia varigata L., stem bark, ethanol extract, infusion 1 PENDAHULUAN Pada zaman modern sekarang ini penelitian tentang antibiotik masih menjadi fokus para peneliti untuk mengatasi terjadinya resistensi bakteri terhadap beberapa antibiotik yang sudah ada. Penelitian antibakteri tidak hanya fokus pada obat sintesis namun juga obat tradisional yang berbahan alami. Banyak masyarakat sekarang ini yang lebih memilih obat tradisional sebagai alternatif pengobatan. Salah satu contoh tanaman yang digunakan untuk pengobatan yaitu Bauhinia varigata. Tanaman Bauhinia varigata merupakan salah satu tanaman yang banyak tumbuh diberbagai daerah baik di kota maupun di desa.Tanaman ini biasa digunakan untuk memperindah taman kota. Banyak masyarakat yang masih belum mengetahui manfaat dari tanaman ini selain sebagai penyejuk dan perindang taman, Bauhinia dapat digunakan sebagai obat tradisional, seperti di daerah NTT. Sebagian masyarakat terutama di Kabupaten Sumba Barat menggunakan Bauhinia sebagai obat kumur untuk meredakan sakit gigi dengan memanfaatkan kulit batangnya. Bauhinia varigatajuga digunakan di beberapa negara seperti di India sebagai obat tradisional untuk mengobati penyakit seperti dispepsia, bronkitis, kusta, maag, untuk mencegah obesitas, sebagai astringent, tonik dan obat cacing (Sharma et al., 2010). Bagian tanaman yang digunakan untuk pengobatan yaitu bagian kulit, akar dan daun (Maury et al., 2012). Pada penelitian–penelitian yang sudah ada, peneliti melakukan penelitian mengenai aktivitas antibakteri pada bagian kulit batang dan daun tanaman Bauhinia. Para peneliti menggunakan bakteri Gram negatif dan positif untuk melakukan pengujian antibakteri. Pada penelitian ini, pengujian antibakteri dilakukan pada bakteri Streptococcus mutans yang merupakan bakteri Gram positif (Jawetz et al., 2001) dengan memanfaatkan kulit batang Bauhinia. Bakteri S. mutans merupakan salah satu penyebab terjadinya masalah pada gigi manusia yang dapat menyebabkan karies pada gigi. Penyakit karies gigi masih banyak dijumpai dimasyarakat dan merupakan masalah yang terjadi akibat kurang memperhatikan kebersihan pada gigi. Karies gigi merupakan kerusakan jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam yang ada dalam karbohidrat melalui perantara mikroorganisme yang ada dalam saliva (Samad, 2008). Awal penyebab dari karies gigi yaitu plak. Plak merupakan lapisan lembut yang terbentuk dari beberapa campuran diantaranya leukosit, enzim, makrofag, komponen anorganik, matriks ekstraseluler, sisa-sisa makanan serta bakteri yang melekat pada permukaan gigi (Dewi, 2011). Bakteri S. mutans memanfaatkan karbohidrat yang ada 2 untuk mengubahnya menjadi plak pada gigi. Karbohidrat berasal dari makanan yang masuk di dalam mulut atau makromolekul yang ada pada mulut(Whiley dan Beighton, 1998). Karies gigi dapat dicegah dengan menggunakan tindakan pencegahan primer. Tindakan ini meliputi modifikasi kebiasaan, pendidikan kesehatan gigi, kebersihan mulut, diet dan konsumsi gula serta perlindungan terhadap gigi. Perlindungan terhadap gigi yang dilakukan yaitu dengan cara penggunaan fluor (Herdiyati dan Sasmita, 2010). Penggunaan fluor bertujuan untuk melindungi gigi dari karies. Fluor bekerja dengan cara menghambat metabolisme bakteri plak yang dapat memfermentasi karbohidrat melalui perubahan hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor apatit yang lebih tahan asam sehingga dapat menghambat proses demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi. Fluor dapat ditemukan pada sediaan pasta gigi atau obat kumur. Obat kumur yang mengandung fluor dapat menurunkan karies sebanyak 20-50% (Angela, 2005). Penelitian dilakukan menggunakan dua metode ekstraksi yaitu metode infudasi dengan pelarut air dan metode maserasi dengan pelarut etanol. Pemilihan kedua metode ekstraksi ini disesuaikan dengan pelarut yang digunakan dalam mengekstraksi kulit batang Bauhinia. Pemilihan menggunakan pelarut air dimaksudkan untuk menggambarkan sediaan yang digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional. Pelarut etanol dipilih karena etanol memiliki kemampuan menarik senyawa aktif dalam tanaman lebih baik dari pada pelarut yang lain. Ekstrak etanol kulit batang Bauhinia diketahui lebih efektif terhadap bakteri Gram positif dibandingkan bakteri Gram negatif (Sahu et al., 2012) Penelitian yang dilakukan Kumar et al. (2012) telah membuktikan bahwa kulit batang tanaman B. varigata memiliki aktivitas sebagai antibakteri. Penelitian yang dilakukan oleh Dhale (2011) juga menunjukkan bahwa kulit batang Bauhinia memiliki aktivitas antibakteri yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan hasil zona hambat pada bakteri Gram positif Staphylococcus aureus sebesar 18 mm, Bacillus subtilis 10 mm dan pada bakteri Gram negatif Pseudomonas aeruginosa 16 mm dan Escherichia coli 12 mm. Berdasarkan uraian diatas penelitian akan dilakukan dengan menggunakan ekstrak air dan etanol kulit batang B. varigata yang akan diujikan sebagai antibakteri pada S. mutans bakteri penyebab karies gigi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu kulit batang B. varigata yang digunakan berada di daerah yang berbeda dengan penelitian yang sudah ada dan bakteri yang digunakan juga merupakan bakteri Gram positif yang berbeda dan jarang digunakan dalam penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya. 3 METODE PENELITIAN 1. Alat danBahan a. Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu timbangan analitik, inkubator (Memmert), rotary evaporator (Heidolph), waterbath (Memmert), autoklaf, oven (Memmert), mikroskop (Olympus), alat–alat gelas, mikropipet (Socorex), vortex (Thermolyne Corporation), Laminar Air Flow (CV. Srikandi Laboratory), lampu UV 254 nm dan UV 366 nm lampu UV portable. b. Bahan Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah kulit batang B. variegata L. yang diambil dari daerah Sumba Barat NTT, bakteri S. mutans yang diperoleh dari Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, etanol 70% teknis, aquadest, disk diffusion, media MH (Mueller Hinton), BHI (Brain Heart Infusion), silica gel GF254nm, cat Gram A, cat Gram B, cat Gram C, cat Gram D, standar Mc. Farland (konsentrasi 1,5 x 108 CFU/ml), fase gerak campuran butanol : asam asetat glasial : air (7:2:1 v/v/v) fase atas. 2. Jalannya Penelitian a. Determinasi Tanaman Tahapan pertama dalam penelitian ini dilakukan determinasi tanaman. Determinasi tanaman bertujuan untuk mengetahui bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian sudah benar dan sesuai dengan tanaman yang dimaksudkan. Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta. b. Pengambilan Bahan Kulit batang Bauhinia didapatkan dari batang pohon Bauhinia yang berada di daerah Sumba Barat, NTT dengan menyayat batang tersebut dan diambil kulit batangnya sebanyak 500 gram. Kulit batang kemudian dikeringkan dengan diangin–anginkan lalu dirajang kecil-kecil. c. Ekstraksi Kulit Batang Ekstraksi dilakukan dengan dua metode dan solvent yang berbeda yaitu metode maserasi dengan pelarut etanol (70%) dan metode infundasi dengan pelarut air. 4 1) Metode maserasi dilakukan dengan cara serbuk kulit batang direndam dengan menggunakan pelarut etanol 70% selama 5 hari sambil diaduk setiap hari. Kemudian campuran disaring dan filtrat dipekatkan dengan menggunakan evaporator vacum rotary dan dilanjutkan dengan memekatkan ekstrak menjadi kental di waterbath. 2) Metode infundasi dilakukan dengan cara menyari simplisia dengan air (perbandingan simplisia dan air yaitu 1 : 1) pada suhu 900C selama 15 menit Konsentrasi yang digunakan pada ekstrak etanol dan infusa yaitu 1%, 2%, 4%, dan % b/v. Pembuatan konsentrasi pada ekstrak etanol dengan menimbang esktrak kental seberat 10 mg, 20 mg, 40 mg dan 80 mg yang ditempatkan pada ependorf dan di tambahkan pelarut DMSO sampai 1 mL. Pada pembuatan konsentrasi infusa dilakukan dengan cara membuat larutan stok 10% yang kemudian dari larutan stok tersebut diambil sebanyak 100 µL, 200 µL, 400 µL dan 800 µL yang ditempatkan pada ependorf dan ditambahkan DMSO sampai 1 mL. d. Sterilisasi Alat Alat–alat yang akan digunakan untuk pengujian antibakteri disterilisasi dengan menggunakan autoclave pada suhu 1210C selama 15 menit. Alat–alat yang disterilisasi berupa alat–alat gelas seperti cawan petri, tabung reaksi dan erlemeyer dibungkus dengan kertas dan pada tutup tabung reaksi disumbat dengan kapas yang terbungkus alumunium foil dan disterilisasi dengan oven pada suhu 1710C selama 1 jam sedangkan, blue tips, yellow tips ditempatkan di bekker glass. Bahan–bahan pelarut seperti aquadest dan media agar ditempatkan di beaker glass atau erlenmeyer dan ditutup dengan alumunium foil. e. Pembuatan Media Agar Media padat MH (Mueller Hinton) sebanyak 9,6 gram dilarutkan dalam aquadest steril 250mL kemudian dipanaskan diatas kompor listrik untuk membantu melarutkan media. Media MH yang telah larut disterilisasi dengan autoklaf dengan suhu 1210C selama 15 menit. Media yang telah disterilisasi dimasukkan dalam 10-15 cawan petri dengan volume media agar 20mL dan didiamkan disuhu kamar hingga memadat. f. Pembuatan Persediaan Bakteri Bakteri Streptococcus mutans diambil dengan ose steril dari stok kemudian digoreskan pada media agar MH lalu diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Bakteri yang telah tumbuh disimpan pada suhu 40C sebagai stok bakteri. Pada saat akan dilakukan uji 5 antibakteri, bakteri diambil dari stok yang telah dibuat kemudian di larutkan dalam BHI cair steril dan di shaker selama 2 jam agar bakteri dapat larut sempurna kemudian bakteri yang telah di shaker diambil dan ditambahkan salin steril untuk menyamakan kekeruhan dengan standar Mc. Farland (konsentrasi 1,5 x 108 CFU/mL). g. Pengujian daya hambat bakteri Streptococcus mutans Pengujian daya hambat bakteri dilakukan secara aseptis dengan cara cawan petri yang sudah steril dan sudah berisi agar MH dibagi menjadi 6 zona tiap zona diberi disk yang sudah terisi ekstrak etanol dan air kulit batang sebanyak 15 µL dan dua zona masingmasing sebagai kontrol negatif berisi DMSO dan kontrol positif berisi erytromisin. Masing-masing konsentrasi dilakukan tiga kali replikasi. Sebelum ditempelkan disk, bakteri ditanam dalam cawan dan diratakan. Setelah itu diinkubasi pada suhu 370C selama 18-24 jam. Penilaian daya hambat dilakukan dengan mengukur zona bening disekitar disk dengan menggunakan penggaris. h. Pengujian Fitokimia Pengujian fitokimia dilakukan dengan menggunakan 2 cara yaitu uji dengan menggunakan kromatografi lapis tipis dan uji tabung. a. Metode kromatografi lapis tipis Pengujian dengan metode kromatografi lapis tipis dilakukan dengan mencari fase gerak yang dapat mengelusi senyawa yang terkandung dalam kulit batang. Fase gerak yang digunakan yaitu campuran n-butanol : asam asetat : air (7:2:1 v/v/v) fase atas. Fase diam yang digunakan yaitu lempeng silica gel GF254. Ekstrak etanol kulit batang Bauhinia ditotolkan pada lempeng silica yang telah disiapkan sebanyak 3 µL. Setelah totolan kering dimasukkan dalam chamber yang telah diisi dengan fase gerak sebanyak 1 mL. Lempeng KLT dielusi sampai batas. Lempeng KLT yang telah terelusi diambil dari chamber lalu dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Lempeng yang telah kering kemudian dilihat pada UV 366 dan UV 254. Diamati warna yang terjadi. b. Metode uji tabung Pengujian dengan metode uji tabung dilakukan dengan beberapa cara (Harborne, 1987): 6 1) Uji Senyawa Tannin Uji senyawa tannin dilakukan dengan cara : rajangan tanaman direndam dalam aquadest kemudian disaring. Dua mL filtrat ditambah dengan FeCl3 diamati hasil yang terjadi. 2) Uji Senyawa Alkaloid Uji senyawa alkaloid dilakukan dengan cara, rajangan direndam dalam metanol kemudian disaring. Dua mL filtrate ditambahkan HCl 10% kemudian dipanaskan. 1 mL filtrate ditambah 6 tetes reagen Wagner dilihat warna yang terjadi. 3) Uji Senyawa Saponin Uji senyawa saponin dilakukan dengan cara 1 gram rajangan simplisia ditambah aquadest secukupnya dan dipanaskan selama 5 menit. Kemudian didinginkan dan dikocok kuat. Terdapat kandungan saponin ditandai dengan adanya busa yang terbentuk dan stabil selama 10 menit. 4) Uji Senyawa Flavonoid Senyawa flavonoid diuji dengan cara rajangan simplisia ditambahkan metanol sampai terendam lalu dipanaskan. Filtrate diambil dan ditambahkan NaOH 5% dan diamati warna yang terjadi. i. Bioautografi Pengujian bioautografi yang dilakukan menggunakan metode bioautografi kontak. Cara pengerjaannya dengan cara menyiapkan fase diam yaitu silika. Fase gerak yang digunakan yaitu campuran n-butanol : asam asetat : air (7:2:1 v/v/v) fase atas. Kemudian pada masing-masing lempeng KLT yang telah siap ditotolkan ekstrak etanol Bauhinia, lalu dibiarkan mengering. Lempeng KLT yang telah kering dimasukkan kedalam chamber dan dielusi hingga batas. Kemudian lempeng dikeluarkan dan dibiarkan fase gerak menguap. Lempeng KLT diletakkan diatas media padacawan petri yang telah diinokulasi dengan bakteri selama 20 menit lalu lempeng diambil dengan pinset steril.Kemudiandiinkubasi pada suhu 37oC selama 18-24 jam.Diamatiada tidaknya zona hambatan. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Determinasi Determinasi tanaman Bauhinia varigata dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hasil yang diperoleh bahwa tanaman tersebut benar merupakan species Bauhinia varigata B1. var. variegata dengan genus Bauhinia dari family Caesalpiniaceae. 7 2. Ekstraksi Kulit batang Bauhinia diambil dari daerah Sumba Barat NTT. Kulit batang Bauhinia memiliki struktur yang keras dan berserat sehingga tidak dapat dihancurkan, kulit hanya dapat dirajang kecil-kecil lalu diangin-anginkan, tujuannya agar kadar air dalam kulit batang berkurang. Kulit yang telah siap kemudian diekstraksi dengan menggunakan 2 metode ekstraksi. Ekstrak yang digunakan yaitu ekstrak etanol dan infusa. Ekstrak etanol didapat dari hasil ekstraksi menggunakan metode maserasi dan infusa dengan metode infundasi. Metode maserasi merupakan metode ekstraksi yang paling mudah dan sederhana untuk digunakan. Pada saat maserasi dilakukan pengadukan yang bertujuan agar dapat menjamin keseimbangan konsentrasi bahan didalam cairan karena dalam keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan aktif (Voight, 1995). Infusa didapat dari hasil infundasi yang dilakukan setiap akan melakukan uji aktivitas antibakteri. Hal ini dilakukan karena infusa tidak dapat disimpan dan digunakan setelah 24 jam sebab penyarian dengan menggunakan pelarut air memiliki kekurangan yaitu tidak stabil dan mudah dicemari oleh jamur dan kapang. 3. Identifikasi Bakteri Identifikasi bakteri dilakukan dengan metode pengecatan Gram. Pengecatan bakteri bertujuan untuk mengetahui bahwa hasil kultur bakteri merupakan bakteri yang benar digunakan untuk pengujian antibakteri. Hasil pengecatan bakteri dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 1. Hasil pengecatan bakteri S.mutans Hasil pengecatan menunjukkan bahwa bakteri yang dikultur merupakan benar bakteri Streptococcus mutans, terbukti berdasarkan ciri-ciri yang didapatkan yaitu berbentuk kokus, bergerombol dengan membentuk rantai panjang dan berwarna ungu yang 8 menjelaskan bahwa bakteri tersebut merupakan bakteri Gram positif. Setelah dilakukan pengecatan dilanjutkan dengan pengujian antibakteri. 4. Pengujian Aktivitas Antibakteri Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan cara aseptis dan semua peralatan serta media yang digunakan dalam keadaan steril. Tujuan dilakukan dalam keadaan steril dan aseptis agar pengujian yang dilakukan tidak terkontaminasi oleh bakteri lain yang dapat mempengaruhi hasil uji. Pengujian antibakteri dilakukan dengan menggunakan metode difusi yaitu disc diffusion (tes Kirby & Bauer). Prinsip metode ini yaitu disk yang telah diisi dengan ekstrak dan infus akan berdifusi pada media agar yang telah ditanami bakteri. Pada pengujian ini digunakan dua ekstrak yang berbeda. Alasan digunakan dua ekstrak yang berbeda karena untuk membandingkan antara pengujian ekstrak etanol dengan infusa yang digunakan dalam pengaplikasiannya sebagai obat sakit gigi di masyarakat. Konsentrasi ekstrak yang digunakan yaitu 1% b/v, 2% b/v, 4% b/v dan 8% b/v dengan pelarut yang digunakan yaitu DMSO. Pada pengujian antibakteri digunakan antibiotik erytromisin sebagai kontrol positif. Karena antibiotik ini merupakan golongan antibiotik makrolida yang merupakan antibiotik lini kedua apabila bakteri resisten terhadap golongan penicillin. Hasil pengujian dapat dilihat pada gambar dan tabel berikut : (a) (b) Gambar 2. Hasil uji aktivitas antibakteri infus air (a), ekstrak etanol 70% (b) 9 Tabel 2. Hasil uji aktivitas antibakteri (n = 3) Ekstrak Etanol 70% Infusa Kontrol positif Kontrol negatif Konsentrasi % mg / disk 1 0,15 2 0,3 4 0,6 8 1,2 1 1,5 2 3 4 6 8 12 15 mcg Diameter zona hambat {X̄ ± SD (mm)} 6±0 9,3 ± 0,57 8,7 ± 1,15 9,7 ± 0,57 6±0 9,3 ± 0,57 9±1 9 ± 1,7 20,6 ± 0,57 6±0 Keterangan Tidak menghambat Radikal Radikal Radikal Tidak menghambat Radikal Radikal Radikal Radikal Tidak ada hambatan Keterangan : Kontrol negative= DMSO, Kontrol positif =Erytromisin, diameter disk = 6mm Dilihat dari gambar tersebut terlihat bahwa area jernih yang terdapat pada sekitaran disk yang ditempelkan mengindikasikan terjadi penghambatan pertumbuhan bakteri oleh ekstrak etanol dan infusa. Berdasarkan tabel hasil pengujian tersebut dapat dilihat bahwa infusa dan ekstrak etanol 70% dapat menghambat padakonsentrasi 2%, 4% dan 8%, sedangkan pada konsentrasi 1% tidak dapat menghambat sama sekali. Dari hasil pengujian tersebut tidak terlihat perbedaan daya hambat yang begitu besar antara ekstrak etanol dan infusa. Ekstrak etanol dan infusa kulit batang Bauhinia dapat menghambat pertumbuhan bakteri S.mutans walaupun daya hambat yang dihasilkan kecil. Berdasarkan hasil uji tersebut pada konsentrasi 2% baik ekstrak etanol maupun infusa sudah dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. mutans, sehinggaurutan konsentrasi terkecil hingga terbesar dari ekstrak etanol dan infusa yaitu 2%, 4% dan 8%. 5. Pengujian Fitokimia Pengujian fitokimia dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan uji tabung. Metode KLT mula-mula dilakukan dengan mencari fase gerak yang digunakan untuk mengelusi agar senyawa yang terkandung dalam ekstrak kulit batang Bauhinia dapat diidentifikasi. Setelah dilakukan beberapa percobaan dengan beberapa pelarut, fase gerak yang digunakan yaitu campuran n-butanol : asam asetat : air (7 : 2 : 1 v/v/v)fase atas. Hasil KLT dapat dilihat pada gambar berikut: 10 (a) (b) Gambar 3. Hasil KLT pada lampu UV 254 (a), UV 366 (b) Berdasarkan gambar tersebut terlihat hasil yang didapatkan pada lampu UV 254 tidak terlihat titik–titik yang menunjukkan senyawa yang terkandung dalam ekstrak. Sedangkan pada lampu UV 366 terlihat satu titik yang terlihat, namun titik tersebut tidak memisah dengan sempurna atau bisa disebut tailing. Hal ini bisa disebabkan karena solven yang kurang tepat sehingga kekuatan elusi tidak maksimal dan penarikan senyawa tidak sempurna sehingga sulit untuk dilakukan identifikasi. Pengujian fitokimia dilakukan juga dengan menggunakan metode uji tabung, yaitu mereaksikan simplisia dengan ditambahkan larutan uji. Pengujian fitokimia yang dilakukan yaitu mencari saponin, alkaloid, flavonoid dan senyawa tannin. Hasil uji tabung dapat dilihat pada gambar berikut: (a) (b) (c) (d) Gambar 4. Hasil uji fitokimia (a) saponin, (b) flavonoid, (c) tannin (d) alkaloid 11 Tabel 2. Hasil uji fitokimia metode tabung Uji Saponin Flavonoid Tannin Alkaloid Teori (Harborne, 1987) Simplisia + air dipanaskan dan dikocok ÆTimbul busa stabil selama 10 menit Simplisia + metanol dipanaskan Æ filtrate = NaOH Æ kuning Simplisia + air dipanaska Æ filtrate + FeCl3 Æ hitam Simplisia + metanol Æ saring, filtrate + HCl dipanaskan Æ filtrate + reagen Wagner ÆMerah kecoklatan Hasil Timbul busa stabil selama 10 menit Kesimpulan Positif mengandung saponin Kuning Positif flavonoid Hitam Positif mengandung tannin Merah kecoklatan Positif mengandung alkaloid Hasil yang terlihat pada gambar diatas terlihat bahwa pada uji senyawa saponin, tanaman Bauhinia mengandung senyawa saponin terlihat dari hasil bahwa terbentuk busa yang stabil selama 10 menit, pada pengujian flavonoid hasil yang didapatkan positif yaitu warna yang terbentuk adalah warna kuning, yang mana jika tanaman Bauhinia mengandung flavonoid ketika ditambahkan NaOH terbentuk warna kuning. Pengujian senyawa tannin didapatkan hasil yang positif yaitu terbentuk warna hitam pada sampel. Tanin merupakan senyawa makromolekul dari golongan polifenol yang bersifat polar (Fengel,1995). Tannin dan flavonoid sama-sama golongan polifenol, yang membedakan tannin dengan flavonoid yaitu tannin memiliki bobot molekul yang lebih besar dari flavonoid dan flavonoid memiliki atom karbon yang lebih sedikit dibandingkan dengan tannin. Dilihat dari struktur yang terkandung dalam kulit batang Bauhinia dapat diketahui senyawa yang termasuk golongan flavonoid yaitu kaemferol, myricetol dan senyawa yang termasuk golongan terpenoid yaitu lupeol (gambar 6). Pengujian yang terakhir yaitu pengujian senyawa alkaloid didapatkan hasil yang positif sebab terbentuk senyawa merah kecoklatan pada sampel. 6. Bioautografi Bioautografi digunakan untuk mengetahui senyawa yang bertanggung jawab sebagai antibakteri pada kulit batang Bauhinia. Bioautografi yang digunakan yaitu metode bioautografi langsung. Hasil bioautografi dilihat dari ada tidaknya zona hambat pada tempat yang telah ditempelkan plat KLT yang sebelumnya pada tempat tersebut sudah ditandai batasan tempat penempelan plat. Hasil pengujian bioautografi dapat dilihat pada gambar berikut: 12 Gambar 5. Hasil uji bioautografi Keterangan: K= kontrol, U = uji Berdasarkan pengamatan hasil penelitian yang dilakukan terdapat zona hambat pada daerah yang telah ditempelkan plat KLT namun, tidak dapat diketahui secara pasti senyawa yang bertanggung jawab yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Hal ini dikarenakan pada saat elusi senyawa yang terkandung dalam ekstrak tidak dapat memisah secara sempurna. Sehingga tidak terdapat titik yang menandakan senyawa yang terkandung dalam ekstrak tersebut.Berdasarkan penelitian uji fitokimia yang dilakukan oleh Zhao et al. (2005) kulit batang Bauhinia memiliki kandungan senyawa dari golongan flavonoid yaitu kaemferol dan myricetol. Kaemferol dan myricetol diketahui memiliki aktivitas sebagai antibakteri (Hedra et al., 2011). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Xiaoxu et al. (2012) mengungkapkan bahwa kaemferol memiliki aktivitas antibakteri pada bakteri Streptococcus mutans, sedangkan myricetol diketahui dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada bakteri Gram positif (Hamilton, 1995). Struktur kimia senyawa tersebut dapat dilihat pada gambar berikut: Kaemferol myricetol Gambar 6. Struktur senyawa kimia pada bagian batang KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan ekstrak etanol 70% dan infus air kulit batang Bauhinia varigata memiliki potensi aktivitas antibakteri pada bakteri Streptococcus mutans penyebab karies gigi mulai konsentrasi 2% b/v, serta memiliki kandungan senyawa yaitu saponin, alkaloid, tannin dan flavonoid. 13 SARAN Perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut mengenai kandungan senyawa yang bertanggung jawab pada aktivitas antibakteri tanaman Bauhinia varigata dengan optimasi fase gerak serta dilakukan bioautografi DAFTAR PUSTAKA Angela, A., 2005, Pencegahan Primer Pada Anak Yang Berisiko Karies Tinggi, Majalah Kedokteran Gigi, (Dent. J.), Vol.8, No.3. Choma, I., 2005, The Use of Thin-Layer Chromatography with Direct Bioautography for Antimicrobial Analysis, LCGC Europe. Dewi, R., 2011, Pengaruh Pasta Gigi Dengan Kandungan Buah Apel (Pyrus Malus) Terhadap Pembentukan Plak Gigi, Artikel Ilmiah, Semarang: Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Unversitas Diponegoro Dhale, D.A., 2011, Phytochemical screening and antimicrobial activity of Bauhinia variegata Linn., Journal of Ecobiotechnology, 3(9), 04-07 Fengel, D., & Wegener, C., 1995, Kayu: Kimia Ultrastruktur Reaksi – Reaksi, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press Hamilton-Miller, JMT., 1995, Antimicrobial Properties of Tea (Camellia sinesis L.,), Antimicrobial Agent and Chemotherapy, 30 (11), 2375-2377 Hendra, R., Ahmad, S., Sukari, A., Shukor, M., & Oskoueian, E., 2011, Flavonoid Analysis and Antimicrobial Activity of Various Parts of Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl Fruit, International Journal of Molecular Sciences, 12, 3422-3431 Herdiyati, Y., & Sasmita, I., 2010, Penggunaan Fluor Dalam Kedokteran Gigi, Bandung: Program Profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran Jawetz, E., J.L. Melnick, E.A. Adelberg, G.F. Brooks, J.S. Butel, & L.N. Ornston, 1991, Medical Microbiology, 19th edition, California, Appleton and Lange Kumar, V., Eswarappa., & Bodke, Y.D., 2012, Antimicrobial Activity of Stem Bark of Bauhinia variegata Linn, American Journal of PharmTech Research, 2(1), 565-69 Maury, P.K., Jain, S.K., Lal, Nand., & Alok, S., 2012, A revie On Antiulcer Activity, International Journal of Pharmaseutical Sciences and Research, 3(8), 2487-2493 Samad, F, 2008, Karies Gigi, Pekanbaru, FK-UNRI Sahu, G. & Gupta, PK., 2012, A Review On Bauhinia variegata Linn, International Research Journal of Pharmacy, 3, 48-51 14 Sharma, R.K., G.P.Rajani, Sharma,V., & N.,Komala, 2010, Effect of Ethanolic andAqueous Extracts of Bauhinia Variegata Linn. On Gentamicin-Induced Nephrotoxicity in Rats, Indian Journal of Pharmaceutical Education and Research, 45, 192-198 Whiley RA,& Beighton D., 1998, Current classification of the oral streptococci, Oral Microbiol Immunol, 13, 195–216 Xiaoxu, G., Yi, Z., Xue, l., Jin, X., Libang, H., &Jiyao, L., 2012, Effect of Compounds Found in Nidus Vespae on the Growth and Cariogenic Virulence Factors of Streptococcus mutans, Microbiological Research, 167, 61-68 15