1 CIVIC EDUCATION IN THE DIGITAL AGE

advertisement
CIVIC EDUCATION IN THE DIGITAL AGE, CHALLENGES TO CITIZENSHIP LIFE IN
CYBERSPACE
(Tinjauan Pendidikan Politik untuk Indonesia)
Muhammad Elmy
Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unlam
Banjarmasin
Email: [email protected]
Abstract: Each year new technologies packaged in a form that is more sophisticated than
ever. Internet is one of the findings of information technology. The world of internet has given
a great contribution.
There was no denying we live in a world all-digital, with the rapid changes and demands fast
paced information flow is included in the field of Indonesian politics in a democracy. Through
the development of communication technology, public spaces become increasingly wide that
make it easier for citizens to participate and therefore support the democratic process.
Keyword: era digital, pendidikan politik, dan ruang publik maya
PENDAHULUAN
Tiap tahunnya teknologi-teknologi
baru terkemas dalam bentuk yang lebih
canggih
dari
sebelumnya.
Internet
merupakan salah satu temuan teknologi
informasi.
Dunia
internet
telah
memberikan kontribusi yang besar pada
setiap masyarakat. Bahkan internet
dengan ribuan jaringan komputer dan
database yang saling terhubung, telah
menjadi standar teknologi yang bebas dari
halangan dan batas internasional yang
tradisional. Saat ini pengguna internet
mencapai tingkat yang cukup tinggi, hal ini
dikarenakan
internet
menyajikan
informasi-informasi yang sangat luas,
serta
memberikan
fitur-fitur
yang
dibutuhkan termasuk di dalamnya ruang
interaksi terbuka bagi penggunanya.
Interaksi dan konektivitas dari banyak
individu pengguna internet sebagai media
informasi dan komunikasi ini pada
akhirnya memunculkan ruang interaksi
baru bagi warganegara yaitu dikenal
dengan ruang publik di dunia maya.
Ruang publik maya menurut Afan
Gaffar (2006: 183) adalah ruang tempat
warganegara mengembangkan dirinya
secara maksimal dalam segala aspek
kehidupan, termasuk di dalamnya bidang
ekonomi, hukum, humaniora, hiburan, dan
politik atau bidang lainnya. Mereka yang
mau
menjalankan
usaha
dan
mengembangkan
bisnisnya,
dapat
melakukannya dengan leluasa. Mereka
yang hendak menjalankan kegiatan
keagamaan atas dasar keyakinannya,
dapat melakukannya dengan bebas. Dan
mereka yang melakukan kegiatan politik,
dapat pula mewujudkannya. Khusus di
bidang politik, munculnya ruang publik
maya ini sedikit-banyak mulai memberi
peran terhadap proses demokratisasi di
Indonesia.
Untuk melihat peran media informasi
dan komunikasi sebagai ruang publik
maya dalam proses demokratisasi di
Indonesia, paling mudah kita bisa melihat
dari sisi jumlah (kuantitas). Setidaknya 1/5
penduduk di Indonesia telah "melek
internet". Mayoritas dari pengguna internet
tersebut menggunakan sosial media
seperti Facebook, Twitter, Blog, dll,
sebagai media ruang publik maya.
Sementara pada komponen pengguna
atau
khalayak
masih
terdapat
keterbatasan tertentu. Pengguna sosial
media umumnya adalah kaum muda dan
para tokoh yang memiliki kepedulian
dengan perubahan seperti akademisi,
wartawan,
pengusaha,
serta
para
penggiat
terpelajar
lainnya
yang
berpengaruh di masyarakat. Mereka yang
peduli ini adalah corong yang bisa
memperkuat suara dari pihak-pihak yang
ingin mereka dukung.
1
Kenyataan ini tentunya telah dilihat
dan cenderung untuk dipahami dan
menjadi pelajaran bagi masyarakat
Indonesia. Kita ingin “kurikulum baik”
dalam membangun pendidikan politik
warganegara
menuju
kehidupan
demokratis berlandaskan Pancasila yang
telah kita sepakati bersama. Pendidikan
politik untuk indonesia yang akan kita
bangun adalah indonesia yang di
dalamnya terdapat masyarakat yang
demokratis, terbuka dan komunikatif.
PENDIDIKAN POLITIK DI ERA DIGITAL
Proses
demokratisasi
sedang
melanda
dunia.
Di
mana-mana
pemerintah yang otoriter diturunkan
rakyatnya
dan
diganti
dengan
pemerintahan yang demokratis melalui
berbagai cara, seperti melakukan gerakan
massa, demontrasi, perebutan kekuasaan
sampai
pada
kudeta.
Dalam
kenyataannya
proses
demokratisasi
membutuhkan perjuangan karena banyak
menghadapi
tantangan
maupun
hambatan. Semangat perubahan ini
banyak tersebar ke berbagai belahan
dunia lewat ruang publik maya yang
kemudian menginspirasi negara-negara di
dunia untuk mengibarkan panji demokrasi.
Sejak
tahun
1980
proses
pendemokrasian mulai terjadi di negaranegara
komunis,
seperti
Polandia,
runtuhnya tembok Berlin di Jerman.
Runtuhnya pemerintahan diktator di
negara-negara
komunis
mencapai
puncaknya dengan bubarnya negara Uni
Soviet.
Dan
selanjutnya
proses
demokratisasi di dunia terus berlangsung
hingga saat ini. Bahkan, proses itu telah
menyentuh negara-negara Timur Tengah
yang
selama
ini
kuat
dengan
kecenderungan tradisi kepemimpinan
dinastinya,seperti Mesir, Suriah, hingga
Libya yang masih terus bergolak sampai
tulisan ini dibuat.
Proses demokratisasi bukan hanya
dipergunakan dalam pengertian politik,
namun juga merupakan sikap dari warga
negara yang mempunyai komitmen untuk
melaksanakan
nilai-nilai
demokrasi.
Melalui sikap warga negara yang
demikian akan mendorong munculnya
keberanian
masyarakat
untuk
mengekspresikan
sikap
politiknya
(termasuk dalam konteks di ruang publik
maya) melalui peran sertanya dalam
pemerintahan
untuk
mewujudkan
masyarakat madani.
Kenyataannya, di Indonesia saat ini
(setelah reformasi 1998), kran demokrasi
terbuka
lebar,
sehingga
sebagian
masyarakat seakan-akan berpesta-pora
dengan berbagai perilaku dan tindakan
yang mengarah kepada tindakan yang
anarkis
dengan
mengatasnamakan
kebebasan berekspresi dalam demokrasi
(eforia demokrasi). Ditambah lagi dengan
tingkah
polah
oknum
elit
yang
memanfaatkan banyaknya lobang buruk
dalam sistem politik untuk mengeruk
keuntungan pribadi dan golongannya
serta upaya untuk mempertahankan
dominasi
kekuasaannya
otomatis
memperburuk kehidupan demokrasi di
Indonesia.
Asumsinya, jauhnya kenyataan dari
demokrasi ini bisa jadi disebabkan karena
pendidikan politik yang buruk. Walaupun
senyatanya pendidikan politik itu ada,
tetapi yang buruk itulah yang berjalan
dalam proses sejarah bangsa ini.
Kenyataan ini sesungguhnya berlawanan
dengan kehendak ideal pendidikan politik.
Sebab kehendak ideal pendidikan politik
adalah melahirkan demokrasi menjadi
kenyataan empiris yang "membumi" pada
setiap warga negara. Hingga warga
negara
terlibat
dalam
penjagaan
demokrasi yang dihasilkan dari pendidikan
politik.
Anda menginginkan
Full Version ???
Hubungi Pengelola
Jurnal Wiramartas
2
Download