pematuhan dan pelanggaran prinsip kerja sama dan prinsip sopan

advertisement
PEMATUHAN DAN PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DAN
PRINSIP SOPAN SANTUN DALAM KOMIK RUSIA
Anggraini Dwi Juliani Putri, M. Nasir Latief
Program Studi Rusia
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini membahas mengenai pematuhan dan pelanggaran dalam Prinsip Kerja Sama (Grice, 1975) dan
Prinsip Sopan Santun (Leech, 1993) di dalam komik berbahasa Rusia. Kedua prinsip tersebut melihat bahwa
manusia membutuhkan kerja sama dan kesantunan dalam komunikasi. Analisis dibantu dengan teori Perspektif
Kalimat Fungsional (PKF) oleh Vilem Mathesius (1928) dan Krylova dan Khavronina (1988). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pematuhan Prinsip Kerja Sama lebih banyak terjadi dibandingkan pelanggaran sedangkan
pematuhan dan pelanggaran Prinsip Sopan Santun memiliki kedudukan yang sama. Seluruh pematuhan dan
pelanggaran lebih banyak terletak di rema.
Compliances and Violations the Cooperative Principle and Politeness Principle in
Russian Comics
Abstract
This research discusses about compliances and violations of Cooperative Principles (Grice, 1975) and Politeness
Principles (Leech, 1993) in Russian Comics. Those two principles show that people needs cooperation and
modesty in communication. The analysis is assisted with the theory of Functional Sentence Perspective (FSP) by
Vilem Mathesius (1928) and Krylova and Khavronina (1988). The results of this thesis show that compliances of
Cooperative Principle are more common than violations whereas compliances and violation of Politeness
Principle has balance positions. All position of compliances and violations are more located at rheme.
Keywords
: The Cooperative Principles; The Politeness Principles; Functional Sentence Perspective;
Comics; Russian Language
Pendahuluan
Manusia sebagai makhluk sosial, memiliki sifat sosialisasi yang tinggi sehingga tidak
terlepas dari interaksi dengan orang lain. Interaksi yang dilakukan setiap manusia adalah
komunikasi. Menurut Sarah Trenholm dan Arthur Jensen (1996, dalam Wiryanto, 2006: 6)
komunikasi adalah suatu proses di mana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima
melalui beragam saluran. Dalam setiap bentuk komunikasi setidaknya dua orang saling
mengirimkan lambang-lambang yang memiliki makna tertentu. Lambang-lambang tersebut
bisa bersifat verbal berupa kata-kata, atau bersifat nonverbal berupa ekspresi atau ungkapan
Pematuhan dan pelanggaran..., Anggraini Dwi Juliani Putri, FIB UI, 2014
tertentu dan gerak tubuh (Johnson, 1981 dalam Supratiknya, 1995: 30). Proses komunikasi
dalam bentuk verbal membutuhkan alat untuk mengucapkan kata-kata, yaitu bahasa.
Harimurti Kridalaksana (2009) menyatakan bahwa bahasa ialah sistem tanda bunyi yang
disepakati untuk dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam
bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (dalam Kushartanti, Yuwono, dan
Lauder, 2009: 3). Dengan kata lain, bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi adalah
bahasa yang sudah disepakati sehingga antara penutur (yang menyampaikan pesan) dan
petutur (penerima pesan) dapat mengerti satu sama lain. Agar peserta percakapan dapat
berkomunikasi dengan baik, kedua belah pihak juga harus memahami konteks, sehingga
pesan dapat disampaikan dengan baik dan penerima pesan dapat memahami isi pesan
tersebut. Konteks, yaitu unsur di luar bahasa, dikaji dalam pragmatik (dalam Kushartanti,
Yuwono, dan Lauder, 2009: 104). Jacob L. Mey (1993, dalam Rahardi, 2005: 49)
mendefinisikan pragmatik sebagai berikut.
Pragmatics is the study of the conditions of human language uses as these are determined by the
context of society. (Mey, 1993: 42)
Dapat disimpulkan bahwa menurut Jacob L. Mey (1993), pragmatik adalah ilmu bahasa yang
mempelajari kondisi penggunaan bahasa manusia yang pada dasarnya sangat ditentukan oleh
konteks yang mewadahi dan melatarbelakangi bahasa itu (Rahardi, 2005: 49). Pragmatik itu
sendiri mengajarkan bagaimana bertutur yang baik sesuai dengan kaidah. Kaidah-kaidah ini di
dalam pragmatik dikenal sebagai teori prinsip kerja sama (cooperative principles). Teori
tersebut dikemukakan oleh H. Paul Grice pada tahun 1975. Grice (1975) mengungkapkan
bahwa di dalam prinsip kerja sama, seorang pembicara harus mematuhi 4 maksim, yaitu
maksim kuantitas (maxim of quantity), maksim kualitas (maxim of quality), maksim relevansi
(maxim of relevance), dan maksim cara (maxim of manner). Menurut Kushartanti (2009),
maksim merupakan prinsip yang harus ditaati oleh peserta pertuturan (yang melakukan
percakapan) dalam berinteraksi dalam upaya melancarkan jalannya proses komunikasi yang
dilakukan, baik secara tekstual maupun interpersonal (dalam Kushartanti, Yuwono, dan
Lauder 2009: 106).
Di dalam berkomunikasi juga membutuhkan adanya kesadaran akan bentuk sopan
santun yang merupakan salah satu syarat agar interaksi sosial dapat terjalin dengan baik.
Dalam ilmu pragmatik juga terdapat kaidah yang menuntun kesantunan dalam berkomunikasi.
Geoffrey Leech (1993: 206–207) mengemukakan bahwa kesantunan dalam berbahasa harus
memperhatikan 6 maksim, yaitu maksim kearifan (tact maxim), maksim kedermawanan
Pematuhan dan pelanggaran..., Anggraini Dwi Juliani Putri, FIB UI, 2014
(generosity maxim), maksim pujian (approbation maxim), maksim kerendahan hati (modesty
maxim), maksim kesepakatan (agreement maxim), dan maksim simpati (sympathy maxim).
Setiap manusia melakukan interaksi melalui komunikasi secara langsung dan tidak
langsung. Komunikasi secara langsung dilakukan dengan lisan yaitu berupa percakapan atau
tuturan (ujaran), sedangkan komunikasi tidak langsung yaitu non lisan, biasanya berupa
media tulisan. Bahasa Rusia digunakan oleh negara Rusia dan beberapa negara lainnya untuk
berkomunikasi secara lisan dan non lisan. Komunikasi non lisan dalam bahasa Rusia
menggunakan aksara dalam bahasa Rusia. Salah satu bentuk komunikasi nonlisan adalah
wacana tulis. Wacana tulis adalah hasil pengungkapan ide atau gagasan pembicara. Komik
merupakan salah satu wacana tulis yang berisikan gambar-gambar dan teks-teks percakapan.
McCloud (1993: 9) mendefinisikan komik sebagai gambar-gambar atau lambang-lambang
yang tersusun dalam urutan tertentu, untuk menyampaikan informasi dan/atau mencapai
tanggapan estetis dari pembacanya. Komik juga merupakan suatu bentuk seni yang
menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga
membentuk jalinan cerita. Biasanya komik dicetak dan diterbitkan di atas kertas dan
dilengkapi dengan teks1. Penulis menyimpulkan bahwa, komik merupakan suatu bentuk karya
seni yang berupa media cetak yang berisi gambar-gambar tidak bergerak dan teks-teks yang
mengandung unsur percakapan dan interaksi sehingga membentuk suatu cerita. Bonneff
(1998: 8) menyatakan bahwa, komik memiliki kelebihan, karena cerita yang diungkapkan di
dalamnya ditunjukkan melalui gambar. Apabila hanya dilihat dari percakapan atau dialog nya
saja, komik tidak memiliki kelebihan karena skenario komik cenderung biasa-biasa saja.
Gambar-gambar yang ditampilkan di dalam komik membawa pembaca berimajinasi ke dalam
alam yang berbeda atau ke dalam lingkungan sosial yang belum pernah dimasuki oleh
pembaca. Gambar-gambar mengantarkan pembaca pada berbagai realitas yang sulit
dibayangkan, oleh karena itu gambar komik digambarkan sesederhana mungkin. Baik secara
langsung maupun melalui tokoh-tokohnya, penulis menunjukkan pandangan dunianya.
Penulis menempatkan tokoh-tokohnya di dalam situasi komunikasi, melalui perilaku verbal
dalam bingkai (balon-balon dialog) yang berisi percakapan. Sarumpaet (1976: 44)
menyatakan bahwa balon-balon dialog tercetak sebagai teks dalam ruang khusus diantara
tokoh-tokoh yang bermula pada mulut si pembicara yang ada pada gambar. Setiap teks
tersebut merupakan tuturan dari tokoh yang ada di dalam komik. Tuturan dapat berbentuk
1
Diunduh dari www.e-jurnal.com/2013/04/pengertian-komik.html pada hari Kamis, 30 Januari 2014 pukul
17:43
Pematuhan dan pelanggaran..., Anggraini Dwi Juliani Putri, FIB UI, 2014
seruan (interjeksi), tiruan bunyi-bunyi, atau kalimat yang berupa dialog atau monolog (bicara
kepada diri sendiri atau batin).
Komik juga berkembang di negara Rusia dan di negara lainnya. Dalam penulisan ini,
penulis menggunakan komik pendek berbahasa Rusia. Komik pendek biasanya berisi 1
sampai 8 halaman. Menurut Bonneff (1998: 9), terdapat beberapa jenis komik, yaitu komik
lengkap dan komik bersambung. Komik bersambung biasanya komik yang dimuat dalam
surat kabar dan komik lengkap yang berisi cerita lengkap dari awal hingga akhir cerita
sehingga tidak menimbulkan kekaburan makna.
Pada penelitian ini penulis ingin menganalisis wujud pematuhan dan pelanggaran
prinsip kerja sama dan prinsip sopan santun dalam bahasa Rusia dengan data dari komik
berbahasa Rusia. Oleh karena itu, penulis akan melakukan penelitian mengenai pematuhan
dan pelanggaran beberapa maksim dalam komik berbahasa Rusia.
Tinjauan Teoritis
Pragmatik
Levinson (1983 dalam Supomo, 2010: 216—229) mengemukakan beberapa
pengertian pragmatik tetapi diambil tiga pengertian yang paling sesuai dengan analisis ini,
yaitu sebagai berikut.
(1) Pragmatik adalah kajian mengenai kemampuan pengguna bahasa untuk menyesuaikan
kalimat dengan konteks sehingga kalimat itu patut diujarkan.
(2) Pragmatik adalah kajian mengenai bagaimana bahasa dipakai untuk berkomunikasi.
(3) Pragmatik adalah kajian komunikasi linguistik menurut prinsip-prinsip percakapan.
Dari beberapa definisi di atas, Levinson (1983) memberikan batasan mengenai definisi
pragmatik. Definisi pragmatik tersebut adalah studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa
dengan konteksnya. Konteks yang dimaksud tergramatisasi dan terkodifikasi sehingga tidak
dapat dilepaskan dari struktur bahasanya.
Kridalaksana (dalam Kushartanti, Yuwono, dan Lauder, 2001: 7) mengatakan,
pragmatik adalah syarat-syarat yang mengakibatkan serasi atau tidaknya pemakaian bahasa
dalam komunikasi atau aspek-aspek pemakaian bahasa atau konteks luar bahasa yang
memberikan sumbangan makna ujaran/tulisan. Dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah
ilmu yang mengkaji pemakaian bahasa dalam berkomunikasi dengan konteks yang sesuai.
Menurut beberapa definisi pragmatik di atas, komunikasi harus saling berhubungan
dan sesuai dengan konteks. Agar ujaran pembicara relevan dengan situasi di dalam
Pematuhan dan pelanggaran..., Anggraini Dwi Juliani Putri, FIB UI, 2014
percakapan, jelas dan mudah dipahami oleh pendengarnya terdapat kaidah-kaidah yang harus
ditaati, yaitu prinsip kerja sama agar percakapan dapat berjalan lancar (Kushartanti 2009
dalam Kushartanti, Yuwono, dan Lauder, dkk, 2009: 106).
Teori Perspektif Kalimat Fungsional
Sebagai dasar operasional linguistik fungsional ini, Mathesius (1928, dalam Latief,
1990: 17–18) mengartikan bahasa sebagai sistem perangkat makna yang sarat ekspresi, yaitu
suatu sistem tanda-tanda yang diwujudkan di dalam komunikasi nyata sebagai hasil
menyeluruh dari segala kemungkinan yang tersedia bagi para anggota komunitas bahasa yang
sama pada waktu dan tempat yang ditentukan untuk tujuan komunikasi melalui ujaran
(speech), dan dapat diidentifikasikan dari perwujudan mereka di dalam ujaran-ujaran tertentu.
Di dalam komunikasi, masih menurut Mathesius, bahwa alat-alat leksikal dan gramatikal
bahasa tidak bebas berdiri sendiri, tetapi saling terikat dan menjalankan fungsi-fungsi tertentu
yang ditentukan oleh pemakai bahasa pada saat dituturkan. Dalam kaitannya dengan
persyaratan konteks dan situasi, unit-unit leksikal tersebut mendapat makna-makna tertentu,
sedangkan kalimat yang secara gramatikal terdiri atas subjek dan predikat, dibagi menjadi
tema dan rema. Fungsi-fungsi tersebut selanjutnya membentuk suatu pola tersusun yang
memperlihatkan suatu organisasi kontekstual (contextual organization). Model telaah yang
diajukan oleh Mathesius ini selanjutnya dikenal sebagai Analisis Fungsional Tuturan, atau
lebih populer dengan istilah Perspektif Kalimat Fungsional (PKF).
Dari sudut pandang PKF, kalimat diartikan sebagai ujaran komunikatif elementer yang
dipergunakan oleh pembicara atau penulis bereaksi terhadap kenyataan, baik konkret maupun
abstrak, yang ditampilkan dalam pola kalimat dari bahasa yang diinginkan dan yang secara
subjektif, yaitu dari sisi pandang pembicara atau penulis, dianggap lengkap (Mathesius 1929,
dalam Latief, 1990: 21-22).
Untuk hal tersebut, setiap kalimat dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama, yaitu
bagian ujaran yang membawa informasi baru dan berisi tentang apa yang ditegaskan oleh
kalimat. Bagian ini disebut dengan rema, atau menurut istilah sebelumnya dikenal sebagai
predikat psikologis untuk membedakannya dengan predikat gramatikal. Bagian kedua dari
kalimat itu berisi pokok ujaran yang disebut tema, atau subjek psikologis menurut istilah
lama. Tema merujuk pada kenyataan atau fakta-fakta yang sudah diketahui dari konteks
sebelumnya, atau pada fakta-fakta yang kebenarannya dianggap benar, sehingga tidak
Pematuhan dan pelanggaran..., Anggraini Dwi Juliani Putri, FIB UI, 2014
menambah informasi yang diberikan oleh kalimat tersebut dan dijadikan titik tolak pembicara
atau penulis (Mathesius 1961 dalam Latief 1990: 24-25).
Krylova dan Khavronina (1988: 11) menjelaskan bahwa susunan kata bergantung pada
tujuan si pembicara dan informasi yang hendak dinyatakan dalam ungkapannya. Sebagai
contoh, tujuan pembicara adalah untuk mengatakan siapa penulis novel War and Peace
(Perang dan Damai). Kalimat yang sesuai dengan tujuan pembicara tersebut akan terbentuk
seperti ini: Автор романа «Война и мир» ─ Лев толстой /Avtor romana «Vojna i mir» ─
Lev Tolstoj/ (Penulis novel Perang dan Damai adalah Leo Tolstoy). PKF merujuk kepada
tujuan si pembicara, yaitu, tema nya menunjukkan subjek dari pesan tersebut (Автор романа
«Война и мир»), dan rema nya merujuk kepada informasi baru dimana informasi tersebut
merupakan informasi penting dari si pembicara, yaitu si pembicara ingin mengungkapkan
siapa penulis novel War and Peace, rema nya Лев толстой /Lev Tolstoj/ (Leo Tolstoy).
Perubahan tujuan dari sebuah ungkapan pasti akan berpengaruh kepada PKF. Sebagai
contoh, tujuan pembicara adalah untuk mengungkapkan sesuatu tentang seseorang, tentang
salah satu ciri khas dirinya. Kalimat yang mengandung sebuah informasi akan berbeda
susunannya dari sebelumnya, yaitu seperti ini: Лев толстой ─ aвтор романа «Война и
мир» /Lev Tolstoj ─ avtor romana «Vojna i Mir»/ (Leo Tolstoy adalah penulis novel Perang
dan Damai). Dalam kasus ini, tema nya adalah orang yang tidak asing berupa subjek dari
pesannya yaitu, Лев толстой /Lev Tolstoj/ (Leo Tolstoy) dan rema memberikan informasi
tentang dia yaitu, aвтор романа «Война и мир» /avtor romana «Vojna i Mir» (Krylova dan
Khavronina,1988: 11 – 12). Dapat disimpulkan bahwa susunan kata yang berbeda, dapat
memberikan informasi yang berbeda pula, sesuai dengan tujuan si pembicara.
Untuk membentuk sebuah kalimat dan menyusun kata dengan tepat perlu dibedakan
yang mana tema dan yang mana rema. Pertanyaan yang mempunyai hipotesis dijawab dengan
memberikan kalimat bantu untuk mencari tema dan rema, untuk mencari kalimat perspektif
fungsional. Krylova dan Khavronina (1988) memberikan contoh-contoh percakapan yang
berupa tanya jawab sebagai berikut.
Кто идёт нам навстречу? /kto idёt nam navstreču?/
R
‘Siapa yang berjalan menuju ke arah kami?’
Нам навстречу идёт Анна. /nam navstreču idёt Anna./
T
R
‘Yang berjalan ke arah kami adalah Anna.’
Pematuhan dan pelanggaran..., Anggraini Dwi Juliani Putri, FIB UI, 2014
Berdasarkan contoh kalimat tanya jawab di atas, dapat dilihat bagian informasi yang terdapat
dalam kalimat pertanyaan adalah fakta umum, karena itu kata yang diulang dalam kalimat
jawaban akan merepresentasikan tema, dan sisa nya adalah rema. Respon dalam sebuah
dialog biasanya merepresentasikan hanya remanya saja karena temanya sudah disebutkan di
dalam pertanyaan, oleh karena itu bisa diletakkan di jawaban (Krylova dan Khavronina, 1988:
13).
Dari sudut PKF, fungsi formal difungsikan sebagai penjamin kegramatikalan
pengungkapan pembicara atau penulis terhadap realitas luar bahasa, yaitu melalui kalimat dari
bahasa yang diinginkan. Sedangkan fungsi dari fungsional yaitu, bertugas menyesuaikan
fungsi-fungsi formal tersebut untuk keperluan sesaat, yaitu keperluan di dalam
menyampaikan reaksi terhadap realitas luar bahasa. Dengan demikian, hubungan tema – rema
dengan subjek – predikat menjadi jelas. Tema tidak harus selalu sama dengan subjek
gramatikal, demikian halnya antara rema dengan predikat gramatikal. Keduanya, menurut
konsep yang diajukan Daneš (1966 dalam Vachek dan Duskova 1983: 225–240), memiliki
tingkatan yang berbeda di dalam sintaksis. Subjek – Predikat berada pada tingkat struktur
gramatikal kalimat, sedangkan Tema – Rema berada pada tingkat organisasi ujaran. Pada
tingkat organisasi ujaran inilah fungsi struktur-struktur leksiko-gramatikal dapat dipahami di
dalam komunikasi nyata. Dengan kata lain, melalui ujaran yang dihasilkan tersebut strukturstruktur leksiko-gramatikal yang memiliki sifat tetap tersebut difungsikan untuk keperluan
pengungkapan pembicara atau penulis.
Dari pemaparan PKF di atas, tema merupakan suatu informasi yang sudah diketahui
bersama berdasarkan fakta-fakta yang ada, sedangkan rema adalah suatu informasi baru. Hal
lain yang harus diperhatikan juga adalah konteks dan situasi merupakan hal yang tidak
terpisahkan dari suatu tindak komunikasi bahasa. Oleh karenanya, melalui PKF ini
diharapkan akan mampu menjelaskan PK dan PS di dalam ujaran dari korpus data yang akan
dianalis.
Teori Prinsip Kerja Sama Grice (1975)
Prinsip kerja sama (Cooperative Principles) disingkat PK, dinyatakan oleh Paul Grice
(1975). Menurut prinsip kooperatif Grice (1975), ketika kita berkomunikasi kita mencoba
kooperatif atau bekerja sama dengan para peserta komunikasi, yang dimaksud bekerja sama
ialah para peserta percakapan tidak saling memberikan informasi yang membingungkan,
Pematuhan dan pelanggaran..., Anggraini Dwi Juliani Putri, FIB UI, 2014
menipu, atau memberi informasi yang tidak relevan (dalam Yule, 1996: 35). Ada 4 maxim
yang diusulkan oleh Grice (1975), yang disebutnya super maxim, yang harus diperhatikan
oleh pembicara agar pembicara atau ungkapannya efektif dan efisien (dalam Grundy 1995
dalam Ihsan, 2011: 96).
(1) Maksim Kuantitas (Maxim of Quantity)
Dalam maksim kuantitas, peserta tutur diharapkan memberikan kontribusi yang cukup
dan tidak berlebihan dalam komunikasi. Maksim ini terdiri atas dua submaksim, yaitu:
1. Buatlah kontribusi Anda seinformatif mungkin.
2. Jangan membuat kontribusi Anda melebihi dari apa yang diperlukan.
(2) Maksim Kualitas (Maxim of Quality)
Dalam maksim kualitas, peserta tutur diharapkan memberikan kontribusi yang benar.
Maksim ini membawahi dua submaksim, yaitu:
1. Jangan mengatakan suatu yang Anda yakini bahwa itu tidak benar.
2. Jangan mengatakan suatu yang bukti kebenarannya kurang meyakinkan.
(3) Maksim Relevansi (Maxim of Relation)
Dalam maksim relevansi, setiap peserta percakapan diharapkan mampu memberikan
kontribusi yang relevan dengan situasi pembicaraan. Usahakan agar perkataan ada
relevansinya. Dalam maksim ini hanya ada satu submaksim yaitu “be relevant” (harus
relevan) peserta tutur diharapkan melakukan kontribusi relevan sesuai topik-topik yang
sedang dibicarakan.
(4) Maksim Cara (Maxim of Manner)
Maksim cara berhubungan dengan bagaimana cara peserta tutur menyampaikan hal yang
ingin dia katakan. Maksim ini diikuti oleh empat submaksim, yaitu:
1. Hindarilah pernyataan-pernyataan yang samar.
2. Hindarilah ketaksaan.
3. Usahakan agar ringkas (hindarilah pernyataan-pernyataan yang panjang lebar dan
bertele-tele)
4. Usahakan agar Anda berbicara dengan teratur (Grice 1975 dalam Cole, 1975: 45 – 46).
Keith Allan (2009) memberikan penjelasan terhadap maksim-maksim tersebut dengan
ilustrasi sebagai berikut.
A:
Do you know where I can buy some petrol?
‘Apakah Anda tahu dimana saya bisa membeli bensin?’
B:
You can buy petrol at the garage right around the corner.
Pematuhan dan pelanggaran..., Anggraini Dwi Juliani Putri, FIB UI, 2014
‘Anda bisa membeli bensin di bengkel tepat di sekitar sudut jalan.’
Dari contoh di atas, dapat diasumsikan bahwa B berpengetahuan luas dan A menemukan
bengkel dengan tepat berdasarkan petunjuk dari B. Dalam kasus tersebut, terlihat bahwa
respon B terhadap pertanyaan yang diajukan oleh A, telah mengikuti aturan maksim-maksim
dengan baik. Ia memberikan informasi dengan jumlah yang tepat (quantity), B juga
mendapatkan informasi yang dibutuhkan (quality), informasinya juga berhubungan dengan
pertanyaan yang diajukan oleh A (relevance), dan cara penyampaian informasinya efektif dan
efisien sehingga mudah dimengerti (manner) tetapi Grice menyadari bahwa orang-orang tidak
selalu mengikuti maksim-maksim tersebut ketika mereka berkomunikasi. Lawan bicara bisa
saja melanggar aturan maksim-maksim dengan berbagai alasan seperti, kebiasaan dan
ketidaksengajaan (Allan, 2009 : 169).
Teori Prinsip Sopan Santun Leech (1993)
Teori kedua yang mendukung analisis penulisan ini adalah teori prinsip sopan santun
(politeness principle) yang dikemukakan oleh Geoffrey Leech (1993). Leech (1993)
beranggapan bahwa maksim-maksim yang telah dikemukakan oleh H. P. Grice (1975) belum
cukup untuk memenuhi kaidah dalam bertutur. Menurut Leech (1993, 120–121), PK yang
dikemukakan oleh Grice (1975), tidak dapat menjelaskan mengapa manusia sering
menggunakan cara yang tidak langsung dalam menyampaikan apa yang dimaksud. Grice
(1975) hanya melihat dari sudut pandang kebenaran dalam setiap ujaran. Oleh karena itu,
Leech (1993) menambahkan prinsip sopan santun dalam kaidah pertuturan (perbuatan atau
suatu tuturan, ucapan, atau perkataan) tetapi prinsip sopan santun tidak bisa dikatakan hanya
sebagai tambahan, melainkan suatu aturan yang harus diterapkan dalam setiap percakapan
atau pertuturan. Dalam hal ini, Leech (1993) memberikan kaidah-kaidah yang bisa digunakan
di dalam setiap percakapan. Leech (1993, 206 – 207) mengemukakan bahwa terdapat enam
maksim yang mengatur kesantunan dalam berbahasa. Maksim tersebut disebut sebagai
Maksim Sopan Santun. Untuk melihat maksim sopan santun ada dua konsep yang harus
dipahami, yaitu self and others. Self merupakan pemberi informasi dan others merupakan
penerima informasi. Adapun keenam maksim tersebut adalah sebagai berikut.
(1) Maksim Kearifan (Tact Maxim)
Gagasan dasar maksim ini dalam prinsip sopan santun adalah bahwa para peserta
percakapan hendaknya berpegang pada prinsip untuk selalu mengurangi keuntungan
dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan pihak lain dalam kegiatan bertutur.
Pematuhan dan pelanggaran..., Anggraini Dwi Juliani Putri, FIB UI, 2014
Dengan kata lain, menurut maksim ini, kesantunan dalam bertutur dapat dilakukan
apabila maksim kearifan dilaksanakan dengan baik (dalam Rahardi, 2005: 60). Sebagai
pemerjelas atas pelaksanaan maksim kearifan ini dalam komunikasi yang sesungguhnya
dapat dilihat pada contoh ujaran berikut ini.
Tuan Rumah
: “Silakan makan saja dulu, Nak! Tadi kami semua sudah mendahului.”
Tamu
: “Wah, saya jadi tidak enak, Bu.”
Informasi indeksal:
Dituturkan oleh seorang Ibu kepada seorang anak muda yang sedang bertamu di rumah Ibu tersebut. Pada
saat itu, ia harus berada di rumah Ibu tersebut sampai malam karena hujan sangat deras dan tidak segera
reda (Rahardi, 2005: 60).
Di dalam tuturan di atas tampak dengan sangat jelas bahwa apa yang dituturkan si Tuan
Rumah sungguh memaksimalkan keuntungan bagi Tamu. Tuturan itu disampaikan
dengan maksud agar tamu merasa bebas dan dengan senang hati menikmati hidangan
yang disajikan itu tanpa ada perasaan tidak enak sedikit pun (Rahardi, 2005: 60 – 61).
Pada intinya, Leech merumuskan maksim ini dengan pernyataan bahwa buatlah kerugian
orang lain sekecil mungkin dan buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin (Leech,
1993: 206).
(2) Maksim Kedermawanan (Generosity Maxim)
Buatlah keuntungan diri sendiri sekecil mungkin dan kerugian diri sendiri sebesar
mungkin. Ilustrasinya adalah sebagai berikut.
1. You can lend me your car. (tidak santun)
‘Kamu dapat meminjamkan mobilmu pada saya.’
2. I can lend you my car.
‘Aku dapat meminjamkan mobilku kepadamu.’ (Leech, 1993: 209)
Kalimat nomor 1 dianggap tidak santun karena penutur (orang yang mengucapkan)
dianggap merugikan orang lain bukan mengurangi kerugian diri sendiri. Sedangkan
kalimat nomor 2 dianggap santun karena kalimat itu menyiratkan keuntungan kepada
pihak yang dituturkan (lawan bicara) dan mengurangi keuntungan kepada diri sendiri.
Dengan tuturan-tuturan seperti kalimat nomor 2, penutur memberi kesan seakan-akan
tidak dirugikan sama sekali. Oleh karena itu, cukup santun pula bagi mitra tutur untuk
menerima tawaran tersebut.
(3) Maksim Pujian (Approbation Maxim)
Ejeklah orang lain sesedikit mungkin dan pujilah orang lain sebanyak mungkin. Maksim
pujian bisa diberi nama lain yang kurang baik, yakni, ‘Maksim Rayuan’ tetapi istilah
Pematuhan dan pelanggaran..., Anggraini Dwi Juliani Putri, FIB UI, 2014
‘rayuan’ biasanya digunakan untuk pujian yang tidak tulus. Pada maksim ini, aspek
negatifnya yang lebih penting, yaitu ‘jangan mengatakan hal-hal yang tidak
menyenangkan mengenai orang lain’. Aspek positifnya adalah sebaliknya, yaitu
mengatakan hal-hal yang menyenangkan mengenai orang lain. Karena itu, menurut
maksim ini, sebuah pujian seperti What a marvellous meal you cooked! (Masakanmu
enak sekali) sangat dihargai, sedangkan ucapan seperti What an owful meal you cooked!
(Masakanmu sama sekali tidak enak!) tidak akan dihargai (Leech, 1993: 211 – 212).
(4) Maksim Kerendahan Hati (Modesty Maxim)
Pujilah diri sendiri sesedikit mungkin dan kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin.
Leech memberikan ilustrasi sebagai berikut.
1. A: They were so kind to us.
‘Mereka baik sekali terhadap kita.’
B: Yes, they were, were’nt they.
‘Ya, betul.’
2. A: You were so kind to us.
‘Anda baik sekali terhadap saya.’
B: Yes, I was, wasn’t it I.
‘Ya, betul.’
3. How stupid of me
‘Bodoh sekali saya!’
Kalimat nomor 1 menunjukkan bahwa memang sopan kalau kita sependapat dengan
pujian orang lain, kecuali kalau pujian itu ditujukan kepada diri kita sendiri. Begitu pula
kalimat nomor 3 menunjukkan bahwa mengecam (mencela) diri sendiri dianggap baik,
juga kalau untuk tujuan melucu kecaman itu dilebih-lebihkan. Dapat dilihat pada kalimat
nomor 2 bahwa melanggar maksim kerendahan hati berarti membual, dan ini merupakan
suatu pelanggaran sosial (Leech, 1993: 214 – 215).
(5) Maksim Kesepakatan (Agreement Maxim)
Usahakan agar ketaksepakatan antara diri sendiri dan orang lain terjadi sesedikit mungkin
dan kesepakatan antara diri dengan lain terjadi sebanyak mungkin. Di dalam maksim ini,
ditekankan agar para peserta tutur dapat saling membina kecocokan di dalam kegiatan
bertutur. Apabila terdapat kesepakatan atau kecocokan antara peserta percakapan dalam
kegiatan bertutur, masing-masing dari mereka akan dapat dikatakan bersikap santun
(Rahardi, 2005: 64). Hal ini berarti semua peserta percakapan setuju untuk berpendapat
Pematuhan dan pelanggaran..., Anggraini Dwi Juliani Putri, FIB UI, 2014
atau bertindak yang sama. Leech (1993: 212) memberikan contoh pelanggaran maksim
kesepakatan dalam ilustrasi berikut.
A: B, these picture are good, right?
‘B, lukisan-lukisannya bagus, ya?’
B: Oh, no, all are bad.
‘Oh, tidak, semuanya jelek.’
Sebaiknya B tidak menjawab demikian karena hal ini berarti ia justru memperbesar
ketidaksetujuan pendapatnya dengan mitra tutur, yakni A. Seharusnya B menjawab
dengan That’s right, but some aren’t so good (Ya, tetapi ada beberapa yang tidak begitu
bagus). Dengan demikian, ia sudah memperkecil ketidaksetujuan antara dirinya dengan
mitra tutur.
(6) Maksim Simpati (Sympathy Maxim)
Kurangilah rasa antipati antara diri sendiri dengan orang lain hingga sekecil mungkin dan
tingkatkan rasa simpati sebanyak-banyaknya antara diri sendiri dan orang lain. Di dalam
maksim ini, diharapkan agar para peserta percakapan dapat memaksimalkan sikap simpati
antara pihak yang satu dengan pihak lainnya. Sikap antipati terhadap salah seorang
peserta percakapan akan dianggap sebagai tindakan tidak santun. Misalnya, penutur tentu
tidak akan berkata kepada petutur I’m happy that you didn’t pass the exam (Aku senang
kamu tidak lulus ujian), tetapi penutur akan berkata I take a pity on hearing you can’t
take the next lesson (Aku ikut prihatin mendengar kamu tidak dapat mengambil pelajaran
berikut nya). Jawaban ini lebih santun karena penutur merasa prihatin akan kerugian
petutur.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis.
Menurut Suriasumantri (1985 dalam Ridwan, 2002: 68), metode deskriptif analitis merupakan
metode yang berusaha meneliti gagasan atau pemikiran manusia yang telah tertuang dalam
bentuk naskah primer maupun naskah sekunder dengan melakukan studi kritis terhadapnya,
dengan cara mengumpulkan data-data yang ada mengenai informasi yang dicari yang berasal
dari tulisan maupun artikel atau karya ilmiah.
Tahapan yang dilakukan dengan menggunakan metode tersebut yaitu, dimulai dengan
pengumpulan data-data dari sumber data yang dipilih. Kemudian mengambil kutipan-kutipan
percakapan yang mendukung analisis dan dianalisis menggunakan teori prinsip kerja sama
Pematuhan dan pelanggaran..., Anggraini Dwi Juliani Putri, FIB UI, 2014
Paul Grice (1975) dan prinsip sopan santun Geoffrey Leech (1993) yang dilihat dari teori
perspektif kalimat fungsional Vilem Mathesius (1928 dalam Vachek dan Duskova 1983; dan
Krylova dan Khavronina 1988) dan teori implikatur percakapan Levinson (1983 dalam
Nababan 1987). Pada tahap akhir, penulis menyimpulkan analisis tersebut. Penulis juga
menggunakan metode kepustakaan yang dilakukan dengan membaca sumber-sumber pustaka
yang berhubungan dengan penulisan ini. Penulis memakai buku-buku referensi, sumbersumber yang diunduh dari internet dan literatur lainnya.
Dalam penelitian ini, korpus data yang dianalisis adalah tiga komik pendek berbahasa
Rusia dengan tema dan judul yang berbeda-beda yang diambil dari laman www.comics.ru
yang diunduh pada tanggal 20 Februari 2014, pukul 15.00 WIB. Ketiga komik tersebut
berjudul Кража в Музее /kraža v muzee/ ‘Pencurian di Museum’, Панама /panama/ ‘Topi’,
dan Темное Дело /temnoe delo/ ‘Bisnis Gelap’.
Pembahasan
Di dalam 3 komik berbahasa Rusia yang berjudul Кража в Музее /kraža v muzee/
‘Pencurian di Museum’, Панама /panama/ ‘Topi’, dan Темное Дело /temnoe delo/ ‘Bisnis
Gelap’ terdapat beberapa percakapan yang telah dibagi menjadi 24 bagian percakapan.
Masing-masing komik dibagi menjadi 8 bagian percakapan. Setiap bagian percakapan
dianalisis menggunakan teori Perspektif Kalimat Fungsional (PKF) oleh Vilém Mathesius
(1928) dan Krylova dan Khavronina (1988) yang akan membagi setiap tuturan menjadi tema
dan rema berdasarkan tujuan tuturan. Selanjutnya penulis akan menganalisis pematuhan dan
pelanggaran Prinsip Kerja Sama (PK) dan Prinsip Sopan Santun (PS) yang terlihat dari tema
dan rema tersebut.
Dalam naskah ringkas ini hanya ditampilkan 3 contoh pembahasan dari percakapan
masing-masing judul komik berbahasa Rusia. Contoh pembahasan percakapan yang akan
ditampilkan adalah yang mewakili analisis dari keseluruhan teori yaitu teori PKF, teori PK,
dan teori PS, baik pelanggaran PK atau PS maupun pematuhan PK atau PS. Berikut contoh
pembahasan dari masing-masing komik.
(1) Komik Кража в Музее /kraža v muzee/ ‘Pencurian di Museum’ Mayor Pronin:
Есть такая же пустая бутылка?
/est’ takaja že pustaja butylka?/
Ada botol kosong yang sama?
Pematuhan dan pelanggaran..., Anggraini Dwi Juliani Putri, FIB UI, 2014
Direktur:
Сейчас в запаснике посмотрим. Вот.
/sejčas v zapasnike posmotrim. vot/
Mari kita lihat sekarang di ruang penyimpanan. Ini.
Есть такая же пустая бутылка?
R
Tuturan di atas merupakan rema, karena tuturan di atas merupakan pertanyaan yang
mengharap informasi baru dengan menanyakan hal yang belum diketahui sama sekali.
Pertanyaan tersebut bertujuan menanyakan ketidakpastian tentang fakta yang sudah diketahui
sebelumnya. Dalam konteksnya, Mayor Pronin belum mengetahui apakah ada botol yang
sama seperti yang telah dicuri atau tidak dan ingin memastikan ada atau tidaknya dengan
menanyakan hal tersebut kepada Direktur.
Сейчас в запаснике посмотрим.
R
Tuturan di atas merupakan rema karena kalimat tersebut merupakan informasi baru
untuk Mayor Pronin bahwa Direktur mengajak Майор Пронин /Major Pronin/ untuk
melihatnya terlebih dahulu di tempat penyimpanan apakah ada botol yang sama atau tidak.
Dalam percakapan ini terdapat pematuhan PK dalam maksim relevansi. Pematuhan
PK dalam percakapan ini terletak di rema. Pematuhan maksim relevansi tersebut dapat terlihat
dari jawaban Direktur yang relevan dengan pertanyaan yang dituturkan oleh Mayor Pronin.
Dalam konteks dan situasinya, Direktur belum tahu pasti apakah ada botol yang sama dengan
botol yang telah dicuri, namun Direktur menjawab bahwa mereka akan melihat terlebih
dahulu di ruang penyimpanan untuk memastikan apakah ada atau tidak botol tersebut,
sehingga tuturan Direktur dapat dikatakan relevan dengan situasi pembicaraan.
Dalam percakapan ini juga terdapat pematuhan PS dalam maksim kesepakatan.
Pematuhan PS dalam percakapan ini terletak di rema. Pematuhan maksim kesepakatan
tersebut dapat terlihat dari jawaban Direktur terutama pada kata посмотрим /posmotrim/
‘lihat’. Kedua peserta percakapan berjalan menuju ke ruangan untuk memeriksa apakah ada
botol yang sama atau tidak. Hal tersebut yang menunjukkan adanya kesepakatan antara
Mayor Pronin dan Direktur, yaitu mereka berjalan bersama-sama ke ruangan untuk
memeriksa botol yang diminta oleh Mayor Pronin, berarti dalam hal ini Mayor Pronin
menyepakati bahwa ia dan Direktur akan melihatnya bersama-sama.
(2) Komik Панама /panama/ ‘Topi’ Pematuhan dan pelanggaran..., Anggraini Dwi Juliani Putri, FIB UI, 2014
Volk:
Торгуешь? Ну-ну, торгуй, торгуй. Вечером приду тебе уши стричь.
Понял?
/torgueš’? nu-nu, torguj, torguj. večerom pridu tebe uši strič’. ponjal?/
Kamu ingin berdagang? Baik, baik, berdagang lah. Di sore hari, aku akan
datang untuk memotong telingamu. Mengerti?
Kosoj:
Волк, да ведь я...
/volk, da ved’ ja.../
Serigala, ya setelah itu saya...
Volk:
И каждый вечер будешь отстёгивать, а то съем.
/i každyj budeš’ otstёgivat’, a to s”em./
Dan setiap sore, kamu akan membukanya dan aku akan memakannya.
Торгуешь? Ну-ну, торгуй, торгуй.
R
R
Kalimat торгуешь? /torgueš’?/ merupakan rema, karena kalimat tersebut merupakan
pertanyaan yang dituturkan oleh Volk dengan tujuan menanyakan keraguan dan
ketidakpastian tentang fakta yang sudah diketahui. Dalam konteksnya, Volk bertanya kepada
Kosoj apakah ia ingin berdagang. Kalimat tersebut akan membawa informasi baru sehingga
dikatakan rema. Begitupun kalimat kedua tuturan di atas juga merupakan rema, karena Volk
memberi informasi baru kepada Kosoj bahwa Volk mempersilahkan Kosoj berdagang di sana.
Вечером приду тебе уши стричь. Понял?
R
R
Kedua kalimat tuturan di atas merupakan rema. Kalimat pertama tuturan di atas
dikatakan rema, karena merupakan informasi baru yang disampaikan oleh Volk kepada
Kosoj. Dalam konteks dan situasinya, Volk memberitahu bahwa di sore hari dia akan datang
untuk memotong telinga Kosoj. Informasi tersebut belum diketahui oleh Kosoj sebelumnya.
Begitupun kalimat Понял? /ponjal?/ juga merupakan rema, karena kalimat tersebut yang akan
membawa informasi baru. Kalimat tersebut merupakan pertanyaan yang bertujuan untuk
menanyakan ketidakpastian tentang fakta yang sudah diketahui. Dalam konteksnya, Volk
bertanya kepada Kosoj apakah Kosoj mengerti apa yang telah ia sampaikan sebelumnya.
Волк, да ведь я...
T
R
Tuturan di atas merupakan tema, karena tuturan tersebut merujuk pada konteks yang
sebelumnya, yaitu tuturan Volk. Tuturan di atas juga bukan suatu informasi yang bersifat baru
Pematuhan dan pelanggaran..., Anggraini Dwi Juliani Putri, FIB UI, 2014
yang ingin disampaikan. Dalam konteksnya, Kosoj sudah tau apa maksud tuturan Volk,
kemudian Kosoj menanggapi dengan tuturan di atas.
И каждый вечер будешь отстёгивать, а то съем.
R
Tuturan di atas merupakan rema, karena masih berkaitan dengan tuturan Volk
sebelumnya yang merupakan informasi baru untuk Kosoj selaku petutur bahwa Volk akan
datang setiap sore untuk memeras uang Kosoj.
Dalam percakapan ini terdapat Pelanggaran PK dalam maksim cara terlihat dari
tuturan Volk “и каждый вечер будешь отстёгивать, а то съем /i každyj budeš’
otstёgivat’, a to s”em/ (dan setiap sore, kamu akan membukanya dan aku akan
memakannya)”. Kalimat tersebut menunjukkan bahwa Volk akan memeras Kosoj. Volk
bermaksud memberi informasi kepada Kosoj bahwa ia akan datang untuk memeras uang.
Dalam situasinya, Volk menyampaikan maksudnya secara tidak langsung sehingga hal
tersebut dikatakan melanggar maksim cara. Pelanggaran ini juga terletak di rema. Dalam
percakapan ini juga terdapat pematuhan PK dalam maksim relevansi. Terlihat dari tuturan
Kosoj yang menjawab dengan kata да /da/ (iya), atas pertanyaan Volk “торгуешь?
/torgueš’?/ (kamu ingin berdagang?). Hal tersebut memiliki relevansi sehingga dikatakan
mematuhi maksim relevansi. Pematuhan tersebut terletak pada rema.
Dalam percakapan ini juga terdapat pelanggaran PS dalam maksim kearifan.
Pelanggaran tersebut terletak di rema. Pelanggaran maksim kearifan terlihat dari tuturan Volk
“вечером приду тебе уши стричь /večerom pridu tebe uši strič’/ (di sore hari, aku akan
datang untuk memotong telingamu)” dan “и каждый вечер будешь отстёгивать, а то
съем /i každyj budeš’ otstёgivat’, a to s”em/ (dan setiap sore, kamu akan membukanya dan
aku akan memakannya)”. Dalam konteks dan situasinya, Volk ingin memeras uang Kosoj
dengan ancaman apabila Kosoj tidak bisa memberikan uangnya, Volk akan memakan Kosoj.
Kata ‘makan’ bisa diartikan dua hal yaitu, ‘mengambil hasil pemerasan’ dan ‘ancaman
memakan Kosoj’. Hal tersebut tentu saja memberikan kerugian kepada Kosoj dan membuat
keuntungan kepada Volk.
(3) Komik Темное Дело /temnoe delo/ ‘Bisnis Gelap’ A:
Эй, кореша, опять Данхил-сити деньги повезли...
/ėj, koreša, opjat’ danxil-siti den’gi povezli.../
Hei, kawan, mereka membawa uang lagi dari kota Dunhill...
Pematuhan dan pelanggaran..., Anggraini Dwi Juliani Putri, FIB UI, 2014
Sam:
Было бы там денег по-больше, а фараонов поменьше можно было
рискнуть.
/bylo by tam deneg po-bol’še, a faraonov pomen’še možno bylo risknut’./
Sepertinya lebih banyak uang di sana dan para orang kaya tidak mau
mengambil resiko.
Johnny:
Пошли к гадалке Чумахе. Ей так верила моя бедная мама...
/pošli k gadalke Čumaxe. ėj tak verila moja bednaja mama.../
Pergi ke peramal Chumakhe. Ibuku yang miskin mempercayainya...
Эй, кореша, опять Данхил-сити деньги повезли.
T
R
Kata Эй, кореша /ėj, koreša/ pada tuturan di atas merupakan tema, karena kata
tersebut merupakaan kata sapaan dan peserta percakapan sudah sama-sama tahu bahwa
konteksnya kata tersebut merujuk kepada lawan bicaranya, yaitu Sam dan Johnny. Sedangkan
kata-kata опять Данхил-сити деньги повезли /opjat’ danxil-siti den’gi povezli/ merupakan
rema, karena kata-kata tersebut yang membawa informasi baru.
Было бы там денег по-больше, а фараонов поменьше можно было рискнуть.
R
Tuturan di atas merupakan rema, karena tuturan tersebut mengutarakan pendapat Sam
bahwa sepertinya lebih banyak uang di kereta tersebut, sehingga tuturan tersebut merupakan
informasi baru.
Пошли к гадалке Чумахе. Ей так верила моя бедная мама.
R
Kedua kalimat tuturan di atas juga merupakan rema, karena tuturan tersebut
merupakan informasi baru yang dituturkan oleh Johnny kepada kedua temannya.
Di dalam percakapan ini, terdapat pematuhan PK dalam maksim relevansi. Terlihat
dari tuturan Sam “было бы там денег по-больше, а фараонов поменьше можно было
рискнуть /bylo by tam deneg po-bol’še, a faraonov pomen’še možno bylo risknut’/
(sepertinya lebih banyak uang di sana dan para orang kaya tidak mau mengambil resiko)”
memiliki relevansi dengan tuturan A (teman Sam dan Johnny) yang menyatakan bahwa ada
yang membawa uang dari kota Dunhill. Relevansi nya terletak pada kata денег /deneg/ yang
dituturkan oleh Sam dan деньги /den’gi/ yang dituturkan oleh A memiliki arti yang sama,
yaitu uang. Pematuhan tersebut terletak pada rema.
Di dalam percakapan ini juga terdapat pelanggaran PK dalam maksim relevansi yang
terlihat dari tuturan Johnny “пошли к гадалке Чумахе, ей так верила моя бедная мама
Pematuhan dan pelanggaran..., Anggraini Dwi Juliani Putri, FIB UI, 2014
/pošli k gadalke Čumaxe. ėj tak verila moja bednaja mama/ (pergi ke peramal Chumakhe,
ibuku yang miskin mempercayainya)”. Tuturan tersebut dikatakan melanggar maksim
relevansi karena tidak berhubungan langsung dengan percakapan yang sebelumnya.
Walaupun maksud dari tuturan tersebut yaitu bahwa sebelum memutuskan untuk merampok
atau tidak, Johnny mengajak ke peramal untuk menanyakan apakah mereka lebih baik
merampok atau tidak. Pelanggaran tersebut terletak pada rema.
Percakapan tersebut juga dikatakan mematuhi PS dalam maksim kesepakatan. Dalam
konteksnya, Sam menyepakati tuturan temannya sebelumnya bahwa ada beberapa angkutan
berisi uang yang lewat di depan mereka, kemudian Sam menjawab sepertinya lebih banyak
uang di kota Dunhill. Hal tersebut menunjukkan bahwa Sam sepakat bahwa angkutan tersebut
memang berisi uang, sehingga tuturan tersebut dikatakan mematuhi maksim kesepakatan.
Pematuhan tersebut terletak pada rema.
Dalam percakapan ini juga terdapat pematuhan maksim kerendahan hati yang dapat
dilihat dari tuturan Johnny “моя бедная мама /moja bednaja mama/ (ibuku yang miskin)”.
Dalam hal ini, Johnny mengecam ibunya sendiri dengan mengatakan “Ibuku yang miskin”.
Hal tersebut mematuhi maksim kerendahan hati karena dalam konteksnya, Johnny
merendahkan dirinya sendiri dengan menyatakan bahwa ibunya miskin.
Kesimpulan
Setelah dilakukan analisis Prinsip Kerja Sama dan Prinsip Sopan Santun dalam tiga komik
berbahasa Rusia yang diunduh dari laman www.comics.ru, diketahui bahwa terdapat
pematuhan dan pelanggaran maksim di dalam pertuturan yang ada dalam komik-komik
tersebut. Analisis tersebut menunjukkan hasil sebagai berikut.
(1) Pematuhan prinsip kerja sama (PK) meliputi semua maksim, yaitu maksim kualitas,
maksim kuantitas, maksim cara, dan maksim hubungan. Sedangkan pelanggaran PK
hanya meliputi tiga maksim, yaitu maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim cara.
Tidak ada pelanggaran PK dalam maksim kuantitas di dalam tiga komik berbahasa Rusia.
Pematuhan PK lebih banyak terjadi dibandingkan pelanggaran. Pematuhan tersebut lebih
banyak terjadi di dalam maksim relevansi. Pelanggaran PK yang dominan adalah maksim
cara.
(2) Pematuhan dan pelanggaran prinsip kerja sama hampir seluruhnya terletak pada rema.
(3) Pematuhan prinsip sopan santun (PS) hanya meliputi lima maksim, yaitu maksim
kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan
Pematuhan dan pelanggaran..., Anggraini Dwi Juliani Putri, FIB UI, 2014
maksim simpati. Pelanggaran prinsip sopan santun juga meliputi lima maksim, yaitu
maksim kearifan, maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, dan
maksim simpati. Pematuhan dan pelanggaran PS memiliki kedudukan yang seimbang.
Pematuhan PS yang paling sering terjadi yaitu dalam maksim simpati sedangkan
pelanggaran yang paling sering terjadi yaitu dalam maksim kearifan.
(4) Pematuhan dan pelanggaran prinsip sopan santun lebih dominan terletak di rema.
Maksim relevansi yang dominan menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
mengalir di dalam tiga cerita yang digunakan sebagai data sehingga ceritanya bisa dipahami
oleh pembaca. Pelanggaran PK yang dominan adalah maksim cara menunjukkan bahwa
pengungkapan tujuan oleh tokoh tidak dilakukan secara langsung. Untuk PS yang muncul di
semua cerita adalah maksim pujian baik mematuhi maupun melanggar. Terlihat bahwa
pelanggaran dan pematuhan lebih banyak berada pada rema baik dalam PK maupun dalam
PS, yang ditunjukkan dengan tujuan informasi yang akan disampaikan, sehingga pelanggaran
dan pematuhan maksim diindikasikan sebagai tuturan informasi yang bersifat baru. Dengan
menempatkan pematuhan dan pelanggaran maksim di dalam rema dalam sebuah tuturan,
penutur dapat dikatakan menyadari akan pematuhan dan pelanggaran maksim yang dilakukan
dalam berkomunikasi sehingga sesuai dengan yang dikatakan oleh Paul Grice (1975) dan
Geoffrey Leech (1993) bahwa setiap manusia membutuhkan landasan prinsip-prinsip dalam
berkomunikasi dengan adanya konteks dan situasi yang dipahami oleh peserta pertuturan,
agar tidak terjadi kesalahpahaman dan ketidaksantunan dalam penyampaian informasi dan
berkomunikasi.
Daftar Referensi
Sumber Buku:
A. Supratiknya. 1995. Komunikasi Antar Pribadi: Tinjauan Psikologis. Jakarta: Kanisius.
Allan, Keith. 2009. Concise Encyclopedia of Semantics. Oxford: Elsevier.
Artini Supomo. 2010. Analisis Pragmatik Tindak Tutur Kepala Negara Dalam Liputan Kasus Bank Century di
SK Kompas dalam Rendro (Ed.) Beyond Borders: Communication Modernity & History: Communication
Research Conference Proceeding, The First LSPR Communication Research Conference 2010. Jakarta:
STIKOM The London School of Public Relations. Page 216—229.
Bambang Kaswanti Purwo. 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Kanisius
Barrentsent, A.A. dkk. 1976. Russische Gramatika. Amsterdam: Universiteit van Amsterdam.
Bonneff, Marcel. 1998. Komik Indonesia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Diem Ihsan. 2011. Pragmatik, Analisis Wacana, dan Guru Bahasa. Palembang: Universitas Sriwijaya.
Pematuhan dan pelanggaran..., Anggraini Dwi Juliani Putri, FIB UI, 2014
Grice, Paul. 1975. Logic and Conversation dalam Cole, Peter dan Jerry L. Morgan (Ed.). Syntax and Semantics
Volume 3: Speech Act. New York: Academic Press.
Krylova, V. dan S. Khavronina. 1988. Word order in russian (2nd ed.). Moskow: Russky Yazyk Publishers.
Kushartanti, Untung Y., Multamia R. M. T. L., (Ed.) 2009. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami
Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik (M.D.D Oka, Penerjemah.). Jakarta: UI Press.
Levinson, Stephen. C. 1983. Pragmatics. Great Britain: Cambridge University Press.
McCloud, Scott. 1993. Memahami Komik (S. Kinanti, Penerjemah.). Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Nababan, 1987. Ilmu Pragmatk. Jakarta: Depdikbud.
R. Kunjana Rahardi. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Ridwan. 2002. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Riris K. Sarumpaet. 1976. Bacaan Anak-Anak. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.
Vachek, Josef & Libuse Duskova (Ed.). 1983. Praguiana – Some Basic and Less Known Aspects of The Prague
Linguistic School. Amsterdam: John Benjamins Publishing Company.
Wiryanto. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grasindo.
Yule, George. 1996. Pragmatics. Ner York: Oxford University Press.
Sumber Rujukan Penerjemahan (Kamus):
Berlitz Publishing. 2007. Russian Compact Dictionary. Springfield. USA
Promt Ltd. (2014). Online-Translator.Com/ Promt – Free Online Tr anslator and Dictionary. Version 1.19
Digital Dictionary. Diunduh dari https://itunes.apple.com/id/app/online-translator.com/id490137658?mt=8
Xung Le. Russian English Dictionary & Translator Box/ Английский-Русский Словарь. Version 9.20.0 Digital
Dictionary. Diunduh dari https://itunes.apple.com/id/app/russian-dictionary-+/id401396814?mt=8
Sumber Tesis dan Skripsi:
Muhammad Nasir Latief. 1990. Urutan Kata dan Perspektif Kalimat Fungsional dalam Bahasa Rusia. Tesis.
Depok. Universitas Indonesia.
Sumber Internet:
Pengertian Komik. (n.d.). Januari 20, 2014. http://www.e-jurnal.com/2013/04/pengertian-komik.html
Sumber Data:
Кража в Музее. (n.d.). Februari 20, 2014. http://comics.ru/9/1503.htm
Панама. (n.d.). Februari 20, 2014. http://comics.ru/3/2202.htm
Темное Дело (n.d.). Februari 20, 2014. http://comics.ru/15/1703.htm
Pematuhan dan pelanggaran..., Anggraini Dwi Juliani Putri, FIB UI, 2014
Download