OK NASKAH PESAT Vol. 2 No. 4 September 2016.1.1

advertisement
Muhammad Uzaer Damairi,
Jihad dalam Perspektif Al-Qur’an...
JIHAD DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN
Oleh:
Muhammad Uzaer Damairi
Fakultas Syari‟ah IAIN Jember
Email: [email protected]
Abstrak
Jihad menduduki tempat yang sangat penting dalam Islam. Dia
telah ada sejak masa-masa awal Islam di Mekkah. Tersebarnya
Islam ke penjuru dunia terkait erat dan merupakan buah dari jihad
yang dilakukan oleh Rasul dan para Sahabat. Di era Mekkah, jihad
merupakan usaha maksimal dalam berdakwah, mengajak para
kafir Quraish agar memeluk agama Islam dan meninggalkan
kebiasaan warisan nenek moyang yang sesat. Di era Madinah,
jihad dalam arti perang fisik mulai diizinkan. Hal itu dikarenakan
adanya penindasan dan kezaliman yang terjadi pada umat Islam.
Islam adalah agama yang sangat menekankan kewajiban menjaga
nyawa, dan juga harga diri. Tidak boleh terjadi penindasan,
terutama pada umat Islam. Karena itulah disyariatkan jihad.
Namun akhir-akhir ini, kata jihad menjadi sangat sempit.
Penyebabnya bukan hanya karena miskonsepsi orang non muslim
tentang jihad, tapi juga karena beberapa kelompok muslim sendiri
yang meletakkan kata jihad dalam bilik sempit. Dalam artikel ini,
akan dijelaskan makna jihad secara bahasa dan istilah, pendapat
beberapa ulama tentang jihad, dan konsep jihad dalam al-Qur‟an.
Keywords: Jihad, Ulama, al-Qur‟an
PENDAHULUAN
Sebuah topik seringkali menjadi berita aktual hanya pada periode
tertentu. Setelah beberapa kali dibahas, tidak terdengar lagi pembicaraan
tentang hal itu, kecuali hanya sayup-sayup. Berbeda dengan jihad, ia
masih sering diperbincangkan oleh banyak kalangan, senantiasa kencang
terdengar bahkan hingga saat ini. Terlebih lagi ketika kondisi
perpolitikan dunia dan negara-negara tertentu sedang bergejolak dan
melibatkan kekerasan yang bersifat fisik serta mengandung unsur SARA,
15
Jurnal PESAT Vol. 2 No. 4 September 2016
tentu akan sering terdengar kata jihad sebagai tema utama dalam setiap
obrolan dan diskusi.
Setiap kali kata jihad diucapkan, gambaran yang langsung nampak di
depan mata adalah adu fisik, bentrok, perang, senjata, bom, dan hal-hal
menakutkan lainnya. Jihad juga sering dibumbui dengan pekik takbir dan
berbagai aksesoris ke-arab-an; jubah dan jenggot. Jihad dalam
pemahaman umum memang identik dengan kekerasan, dunia laki-laki.
Dampaknya, pandangan mata masyarakat akan dipenuhi rasa curiga
manakala melihat seseorang berjenggot panjang dan memakai jubah.
Opini publik betul-betul telah dibentuk oleh berita yang beredar tanpa
adanya cross check dan mencari dalil yang sahih.
Di Barat, kata jihad seringkali menjadi momok menakutkan bagi
sebagian besar masyarakat. Kecurigaan dan tuduhan akan langsung
dialamatkan pada dunia Timur (baca: Arab), atau minimal sekelompok
warga ataupun keturunan Arab, ketika terjadi teror yang memakan
banyak korban. Tak heran bila nama-nama dan wajah-wajah Arab akan
menghiasi setiap halaman media ketika daftar teroris dirilis oleh pihak
yang berwenang. Sungguh, kata jihad benar-benar berada dalam titik
nadir. Tetapi, secercah harapan muncul ketika akhir-akhir ini upaya
pencarian hakikat makna jihad mulai menggeliat. Walaupun masih belum
bisa menghapus seluruh memori negatif tentang jihad, namun setidaknya
hal itu bisa menjadi oase bagi para mujahid di tengah “kegersangan”
dunia Barat.
PEMBAHASAN
A. Makna Jihad
Secara bahasa, menurut Ibn Manẓūr, jihad berasal dari kata „al-jahdu
wa al-juhdu‟ yang berarti „al-ṭāqah‟ (kemampuan atau kekuatan).
Pendapat lain mengatakan, al-jahdu artinya al-mashaqqah (kesulitan,
letih), sedangkan al-juhdu bermakna al-ṭāqah1. Jihad juga berarti qitāl
(memerangi), dan usaha maksimal dalam perang, ucapan, dan apapun
1
16
Ibn Manẓūr, Lisān al-„Arab, jilid 2 (Kairo: Dār al-Ḥadīth, 2003), 239
Muhammad Uzaer Damairi,
Jihad dalam Perspektif Al-Qur’an...
yang mampu dikerjakan.2 Ibn Fāris punya pendapat yang sama.
Menurutnya, segala kata yang terdiri dari huruf jīm-hā-dāl, makna
asalnya adalah kesulitan (al-mashaqqah) atau yang mendekatinya3.
Quraish Shihab juga mengutip pendapat Ibn Fāris dalam mengartikan
kata jihad.4
Secara istilah, jihad berarti mengajak ataupun menyuru untuk
mengikuti agama yang benar yaitu Islam (al-du„ā‟ ilā al-dīn al-ḥaq)5.
Secara syar‟i para ulama mendefinisikan kata jihad dengan definisi yang
hampir sama. Ulama pengikut Imam Hanafi misalnya, mendefinisakan
jihad sebagai ajakan atau seruan mengikuti agama yang benar dan
memerangi orang yang tidak menerimanya dengan harta dan jiwa.6
Mereka membuat definisi ini berdasarkan al-Qur‟an surat al-Taubah:41.
         
      
“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun
berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah.
Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”
(QS. Al-Taubah:41).
Sementara ulama pengikut Imam Syāfi„ī mendefinisikan jihad
dengan “memerangi orang-orang kafir demi menolong agama Islam”.
Dari definisi yang ada, Wahbah al-Zuhayli memberikan definisi bahwa
jihad adalah upaya maksimal untuk memerangi kaum kafir dan
mempertahankan diri dari mereka dengan jiwa, harta dan lisan7.
2
Ibid., 241
Abū Ḥusayn Aḥmad bin Fāris, Mu„jam Maqāyis al-Lughah, juz 1 (Beirut: Dār
al-Fikr, 1979), 486
4
Quraish Shihab, Wawasan al-Qur‟an (Bandung: Miza, 1986), 493
5
Abū al-Ḥasan „Ali bin Muḥammad bin „Ali al-Ḥusayni al-Jurjāny, al-Ta„rīfāt
(Beirut: Dār al-Kutub al-„Ilmiyyah, 2002), 84
6
Wahbah al-Zuhayli, al-Fiqh al-Islāmy wa Adillatuh, jilid 8 (Beirut: Dār al-Fikr,
2005), 5845
7
Ibid., 5846
3
17
Jurnal PESAT Vol. 2 No. 4 September 2016
Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa jihad adalah
upaya maksimal dan optimal untuk mengajak dan menyeru orang lain
mengikuti agama yang benar yaitu Islam dan melawan siapapun demi
menolong agama Islam dengan harta dan jiwa raga, bahkan, jika
dihubungkan dengan konteks kekinian, dengan apapun yang dimiliki dan
mampu dilakukan, termasuk dengan tulisan, dan lain sebagainya.
Kata jihad tergolong unik. Hampir tidak ditemukan padanan kata
yang pas untuknya sehingga kata ini menjadi kata serapan di banyak
bahasa di dunia, termasuk Indonesia dan Inggris. Dalam bahasa Inggris,
kata jihad sering kali diterjemahkan dengan kata „holy war‟, tapi biasanya
terjemahan ini ditolak oleh banyak kalangan Muslim karena terlalu
„Kristen‟8. Holy war istilah yang sering digunakan oleh tokoh Kristen
untuk mengobarkan semangat pasukan Kristen dalam perang salib.
B. Jihad Dalam Al-Qur’an
Dalam al-Qur‟an, ada 41 ayat yang berisi kata jihad dengan segala
derivasinya9. Itu belum termasuk ayat yang tersusun dari kata qitāl.
Sekian banyak ayat yang berisi kata jihad tersebut, menurut alDāmighāny, mencakup tiga aspek utama; jihad dengan ucapan (al-jihād
bi al-qawl), jihad dengan senjata (al-qitāl bi al-ṣilāḥ), dan jihad dengan
perbuatan (al-jihād bi al-„amal)10. Untuk jihad dengan ucapan seperti
yang termaktub dalam Surat al-Furqān ayat:52.
       
“Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah
terhadap mereka dengan Al-Qur‟an dengan jihad yang benar” (QS.
Al-Furqan:52).
8
David Cool, Understanding Jihad (London: University of California press,
2005), 1
9
Lihat Muḥammad Fu‟ād „Abd al-Bāqy, al-Mu„jam al-Mufahras li Alfāẓ alQur‟ān (Kairo: Dār al-Ḥadīth, 2001), 224 - 225
10
Al-Ḥusayn bin Muḥammad al-Dāmighāny, Qāmūs al-Qur‟ān (Beirut: Dār al„Ilm li al-Malāyīn, 1983), 112
18
Muhammad Uzaer Damairi,
Jihad dalam Perspektif Al-Qur’an...
Ayat lain yang juga menerangkan jihad dengan ucapan adalah Surat
at-Taubah ayat:73.
         
   
“Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang
munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka
ialah jahannam. Dan itu adalah tempat kembali yang seburukburuknya.” (QS. Al-Taubah:73).
Pendapat ini sedikit berbeda dengan pandangan Ibn „Abbās yang
mengatakan bahwa jihad melawan orang kafir dilakukan dengan pedang,
sedangkan kepada orang munafik dilakukan dengan ucapan (jihād alkuffār bi al-sayf, wa jihād al-munāfiqīn bi al-lisān).11
Sementara jihad yang dilakukan dengan senjata diantaranya adalah
yang tertulis dalam Surat al-Nisa‟ ayat 95.
         
         
           
    
“Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut
berperang) yang tidak mempunyai „uzur dengan orang-orang yang
berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah
melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya
atas orang-orang yang duduk satu drajat. Kepada masing-masing
mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah
melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk
dengan pahala yang besar”. (QS. Al-Nisa‟: 95).
11
Aḥmad Musṭafā al-Marāghy, Tafsīr al-Marāghy, juz 10 (Mesir: Musṭafā alBāb al-Halaby, 1946), 163
19
Jurnal PESAT Vol. 2 No. 4 September 2016
Begitu juga dalam al-Qur‟an Surat al-Ṣhaf ayat 11.
         
      
“(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di
jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu,
jika kamu mengetahui.” (QS. Al-Ṣaf:11).
Sementara jihad dengan amal perbuatan tertulis diantaranya dalam
Surat al-„Ankabūt ayat 6.
           
“Dan barang siapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu
adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha
Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS. Al„Ankabūt: 6).
Begitu juga dengan dari Surat al-Hajj ayat 78.
 ...     
“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenarbenarnya.” (QS. Al-Hajj:78).
C. Miskonsepsi Tentang Jihad
Jihad dalam pemahaman masyarakat awam selalu identik dengan
kekerasan. Hal itu bisa dimaklumi karena satu-satunya makna jihad
dalam anggapan mereka adalah perang, dimana seorang mujahid harus
bertarung dan berusaha keras mengalahkan lawan. Adanya miskonsepsi
tentang jihad, jika ditelusuri, karena adanya beberapa sebab:
1. Anggapan bahwa semua ayat jihad adalah ayat-ayat madaniyah.
Sebelum Nabi hijrah ke Madinah, tak ada ajaran jihad dalam Islam12.
12
Sa„īd Ramaḍān al-Būty, al-Jihād fī al-Islām; Kayfa Nafhamuhu wa Kayfa
Numārisuhu (Beirut: Dār al-Fikr al-Mu„āṣir, 1993), 19
20
Muhammad Uzaer Damairi,
Jihad dalam Perspektif Al-Qur’an...
Jihad disyariatkan dalam rangka melakukan ekspansi dan penyebaran
agama. Karena itulah jihad terkesan ofensif dan represif.
2. Adanya anggapan (khususnya di Barat) bahwa Islam adalah agama
(niḥlah) dalam makna umum dalam definisi mereka. Agama (niḥlah),
dalam pemahaman mereka, hanyalah sekumpulan akidah, ritual
(„ibādāt) dan syiar13. Ini memunculkan kesan bahwa siapapun yang
beragama harus menyiarkan agama yang dipeluknya dan melawan
siapapun yang berbeda agama.
3. Orang-orang Islam adalah umat (nation) dalam definisi yang mereka
buat. Umat (nation) dalam perpsektif mereka adalah sekelompok
orang yang mempunyai kesepakatan diantara mereka, berkumpul dan
berkaitan erat (taallafat) diantara mereka karena mempunyai prinsip
yang sama14. Hal ini seakan menggambarkan bahwa umat Islam
adalah umat yang ekslusif, komunitas tertutup yang dilingkupi sekian
banyak dogma dan doktrin untuk menyebarkan agama dengan cara
apapun.
D. Hakikat Jihad
Jihad dalam arti peperangan fisik memang baru disyariatkan pada
era Madinah. Tetapi jika ditelusuri secara mendalam, perintah jihad
sebenarnya sudah ada sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Madinah.
Kalau diperhatikan, Surat al-Furqān yang memuat perintah jihad adalah
Surat Makkiyah.
       
“Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah
terhadap mereka dengan Al-Qur‟an dengan jihad yang besar.” (QS.
Al-Furqan:52).
Begitu juga dengan Surat al-Naḥl.
13
14
Abū al-A„lā al-Mawdūdy, al-Jihād fī Sabīl Allāh (t. tp: t. p, t. th), 3
Ibid., 3
21
Jurnal PESAT Vol. 2 No. 4 September 2016
          
       
“Dan sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang
berhijrah sesudah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan
sabar; sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha
pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Nahl:110).
Hanya saja, jihad di era Makkah adalah jihad dalam berdakwah,
mengajak para kafir untuk memeluk agama Islam dan meninggalkan
kebiasaan lama mereka yang merupakan warisan leluhur. Rasul dengan
dibantu para Sahabat secara kontinyu menyebarkan agama Islam dan
menyuarakan kebenaran tanpa memperdulikan resiko yang dihadapi. Hal
inilah yang dianggap sebagai dasar dan esensi jihad.15
Di samping itu, jihad yang ada dalam Islam dilakukan demi sebuah
konsepsi (fikrah) yaitu sabilillah. Sabilillah adalah konsepsi yang
berisikan kebaikan (al-khayr), keadilan (al-„adl) dan kebenaran (alḥaqq)16. Di sisi lain, jihad juga dilakukan demi beberapa tujuan;
1. Agar tidak ada fitnah.
2. Agama (ketaatan) semata-mata hanya untuk Allah.
3. Demi menolong orang-orang yang lemah baik itu laki-laki,
perempuan maupun anak-anak yang mendapat penindasan dari kaum
tiran.
4. Demi membela orang-orang yang diusir dari kampung halamannya.
Hal itu diterangkan dalam al-Qur‟an Surat al-Baqarah ayat 244,
Surat al-Baqarah ayat 193 dan Surat al-Nisā‟ ayat 75.
         
15
16
22
Al-Būṭy, al-Jihād fī al-Islām, 21
Abd al-Ḥalīm Maḥmūd, al-Jihād fī al-Islām (Kairo: Dār al-Ma„ārif, t. th), 5
Muhammad Uzaer Damairi,
Jihad dalam Perspektif Al-Qur’an...
“Dan berperanglah kamu sekalian di jalan Allah, dan ketahuilah
sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.(QS.
Al-Baqarah:244).
            
   
“Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan
(sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka
berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi),
kecuali terhadap orang-orang yang zalim”. (QS. Al-Baqarah:193).
         
         
           
“Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela)
orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anakanak yang semuanya berdo‟a: “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami
dari negri ini (Makkah) yang zalim penduduknya dan berilah kami
pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi
Engkau!” (QS. Al-Nisa‟:75).
Sabilillah dalam ayat di atas, seperti yang digambarkan oleh Ja„far
bin Abī Ṭālib ketika ditanya utusan Raja Habasyah, adalah mengesakan
Allah dan menyembah-Nya, berkata dengan jujur, menyampaikan
amanah, menyambung tali silaturrahim, bertetangga yang baik, tidak
menyakiti orang lain, menunaikan salat dan zakat, puasa, menjauhi
perbuatan dan perkataan yang buruk, tidak memakan harta anak yatim
dan tidak menuduh perempuan baik-baik melakukan zina17.
Sementara fitnah yang harus dihilangkan dengan jihad, menurut Ibn
„Abbas, Abū al-„Āliyah, Mujāhid, al-Ḥasan, Qatādah, al-Rabī„, Muqātil
17
Ibid.,, 8
23
Jurnal PESAT Vol. 2 No. 4 September 2016
bin Ḥayyān, al-Saddy, dan Zayd bin Aslam, maksudnya adalah
kemusyrikan18. Dalam ayat ini, hilangnya fitnah diikuti dengan tujuan
agar segala ketaatan hanya kepada Allah. Ini berarti, dengan hilangnya
kemusyrikan (fitnah), diharapkan agar semua tatanan hidup manusia
sesuai dengan aturan yang telah ditentukan oleh Tuhan.
Satu hal yang juga kiranya penting untuk disebutkan dan dijadikan
penekanan adalah bahwa jihad yang bersifat fisik (qitāl) dalam Islam
dilakukan demi membela diri. Jihad dalam Islam bersifat defensif, bukan
ofensif dan represif. Hal itu diterangkan dengan jelas dalam ayat 39 dan
40 dari Surat al-Ḥajj:
           
            
        
           
    
“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi,
karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya
Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu. (yaitu) orangorang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan
yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah
Allah." Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian
manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biarabiara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan
masjid- masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah.
Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha
Perkasa”. (QS. Al-Hajj: 39-40).
18
234
24
Ibn Kathīr, Tafsīr al-Qur‟ān al-„Aẓīm, jilid 1 (Beirut: Dār al-Ma„rifah, 1993),
Muhammad Uzaer Damairi,
Jihad dalam Perspektif Al-Qur’an...
Kedua ayat ini memperkuat ayat lain yang menerangkan hal serupa,
yaitu Surat al-Baqarah: 190-191.
            
    
 
          
          
  
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu,
(tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan
bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah
mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan
fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah
kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka
memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di
tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orangorang kafir”. (QS. Al-Baqarah: 190-191).
Dengan adanya keterangan yang jelas itu, asumsi yang mengatakan
bahwa Islam menyebar dengan tajamnya pedang dengan sendirinya
gugur dan terbantahkan. Asumsi itu hanyalah sekedar stigmatisasi dan
penggiringan opini publik yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam
untuk mendikreditkan agama Islam, atau mungkin juga bersumber dari
orang yang tidak tahu dan tidak paham makna dan hakikat jihad.
Dari uraian di atas, ada beberapa poin yang harus dicermati ketika
tema jihad di bahas:
Pertama; dalam jihad terkandung unsur „letih‟, sebuah kata yang
menggambarkan sebuah usaha yang maksimal dan optimal.
25
Jurnal PESAT Vol. 2 No. 4 September 2016
Kedua; jihad tidak harus menggunakan tajamnya mata pedang atau
senjata lainnya, Jihad dengan senjata berada dalam sebuah bilik sempit
dalam sebuah bangunan luas yang bernama jihad.
Ketiga; ada unsur dakwah dalam jihad.
Keempat; jihad yang melibatkan kekuatan fisik dan senjata,
cenderung dilakukan dalam rangka mempertahankan diri. Dengan kata
lain, jihad tidak bersifat ofensif dan represif, melainkan defensif.
Kelima; jihad yang dilakukan, apapun bentuknya, harus dilandasi
dengan sebuah konsepsi, sabilillah.
Keenam; jihad dapat dilakukan oleh setiap muslim tanpa
memandang jabatan, status sosial maupun ekonomi.
PENUTUP
Jihad yang sebenarnya mempunyai makna yang sangat luas
seringkali dipersempit ruang geraknya oleh sekelompok golongan yang
berpandangan dangkal. Akibatnya, konsepsi jihad yang ada di benak
masyarakat awam merupakan jihad dalam makna yang sudah mengalami
reduksi dan polarisasi akut. Lebih parahnya lagi, yang membatasi ruang
gerak jihad dan meletakkannya dalam ruang sempit kebanyakan justru
dari kelompok muslim sendiri. Alih-alih bisa memberikan gambaran
tentang islam kepada kelompok lain secara obyektif dan proporsional,
miskonsepsi itu seakan malah memperkuat asumsi para non muslim
bahwa Islam adalah agama kekerasan dan menyebar melalui tajamnya
mata pedang.
Setiap muslim saat ini mempunyai tugas dan tanggung jawab besar
mengembalikan kata jihad ke tempat semula. Rel yang telah jauh
menyimpang harus diluruskan kembali. Hal ini sangat urgen dan
mendesak untuk segera dilakukan. Jihad merupakan salah satu pilar
terpenting dalam Islam. Dengan jihad, eksistensi ajaran Islam semakin
diakui dan menduduki tempat yang sangat terhormat di berbagai belahan
dunia. Kita tentu tidak ingin penyebaran agama Islam terhambat, atau
bahkan mungkin jumlah kaum muslim menurun drastis, akibat kesalahanpemahaman khalayak umum mengenai sebuah konsep dalam Islam,
termasuk jihad.
26
Muhammad Uzaer Damairi,
Jihad dalam Perspektif Al-Qur’an...
Bukan perkara mudah meluruskan pemahaman yang terlampau jauh
menyimpang, tapi juga bukan hal yang mustahil. Jika setiap muslim
memulai dari dirinya, kemudian menularkan pada keluarga dan
tetangganya, lambat laun tak aka nada lagi anggapan miring tentang
Islam. Semua kelompok dan golongan pasti akan menerima, dan Islam
akan menjadi agama terbesar di semua belahan bumi.
27
Jurnal PESAT Vol. 2 No. 4 September 2016
DAFTAR PUSTAKA
Bāqy, Fu‟ād „Abd, al-Mu„jam al-Mufahras li Alfāẓ al-Qur‟ān (Kairo:
Dār al-Ḥadīth, 2001)
Būty, Sa„īd Ramaḍān, al-Jihād fī al-Islām; Kayfa Nafhamuhu wa Kayfa
Numārisuhu (Beirut: Dār al-Fikr al-Mu„āṣir, 1993)
Cool, David, Understanding Jihad (London: University of California
press, 2005)
Dāmighāny, Al-Ḥusayn bin Muḥammad, Qāmūs al-Qur‟ān (Beirut: Dār
al-„Ilm li al-Malāyīn, 1983)
Ibn Fāris, Abū Ḥusayn Aḥmad, Mu„jam Maqāyis al-Lughah, juz 1
(Beirut: Dār al-Fikr, 1979)
Ibn Kathīr, Tafsīr al-Qur‟ān al-„Aẓīm, jilid 1 (Beirut: Dār al-Ma„rifah,
1993)
Jurjāny, Abū al-Ḥasan „Ali bin Muḥammad bin „Ali al-Ḥusayni, alTa„rīfāt (Beirut: Dār al-Kutub al-„Ilmiyyah, 2002)
Maḥmūd, Abd al-Ḥalīm, al-Jihād fī al-Islām (Kairo: Dār al-Ma„ārif, t. th)
Manẓūr, Ibn, Lisān al-„Arab, jilid 2 (Kairo: Dār al-Ḥadīth, 2003)
Marāghy, Aḥmad Musṭafā, Tafsīr al-Marāghy, juz 10 (Mesir: Musṭafā
al-Bāb al-Halaby, 1946)
Mawdūdy, Abū al-A„lā, al-Jihād fī Sabīl Allāh (t. tp: t. p, t. th)
Shihab, Quraish, Wawasan al-Qur‟an (Bandung: Miza, 1986)
Zuhayli, Wahbah, al-Fiqh al-Islāmy wa Adillatuh, jilid 8 (Beirut: Dār alFikr, 2005)
28
Download