RELEVANSI PENGHAYATAN KAUL

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
RELEVANSI PENGHAYATAN KAUL KEMISKINAN
DALAM PELAYANAN DAN PERSAUDARAAN
BRUDER MARIA TAK BERNODA (MTB)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Inson
NIM: 121124053
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tidak terhingga skripsi ini
saya persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus sumber segala kehidupan.
Persaudaraan Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) atas perhatian, dukungan,
kepercayaan, doa serta cintanya kepada penulis. Anggota keluarga saya, yang
selalu mendoakan serta mendukung panggilan hidup saya sebagai Bruder Maria
Tak Bernoda (MTB).
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
"Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang lain perbuat kepadamu,
perbuatlah demikian juga kepada mereka”. (Mat. 7:12)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 23 Februari 2017
Penulis,
Inson
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta :
Nama
: Inson
NIM
: 121124053
Demi pengembangan ilmu pengetahuan penulis memberikan wewenang kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah penulis yang berjudul:
REVANSI
PELAYANAN
PENGHAYATAN
DAN
KAUL
PERSAUDARAAN
KEMISKINAN
BRUDER
DALAM
MARIA
TAK
BERNODA (MTB) beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian penulis
memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk
menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk
pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di
media internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta
ijin maupun memberikan royalti kepada penulis, selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis.
Demikian penyataan ini penulis buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 23 Februari 2017
Yang menyatakan,
Inson
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul RELEVANSI PENGHAYATAN KAUL
KEMISKINAN DALAM PELAYANAN DAN PERSAUDARAAN BRUDER
MARIA TAK BERNODA (MTB). Judul skripsi ini dipilih berdasarkan
pengalaman pribadi penulis selama hidup bersama dengan para Bruder Maria Tak
Bernoda (MTB). Belajar dari pengalaman hidup bersama tersebut, penulis merasa
prihatin serta mengalami sendiri bahwa dalam praktik hidup bersama, masih ada
permasalahan, hambatan dan godaan yang dialami oleh para Bruder Maria Tak
Bernoda (MTB), dalam memahami serta menghayati kaul kemiskinan bagi
pelaksanaan tugas serta karya pelayanannya. Hal ini mengindikasikan bahwa
semangat kemiskinan yang dicita-citakan oleh pendiri, agar para bruder
mengusahakan sikap hidup sederhana belum terealisasi dengan baik sesuai yang
diharapkan.
Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah apa yang dapat dilakukan untuk,
meningkatkan penghayatan kaul kemiskinan dalam pelayanan dan hidup
persaudaraan para Bruder MTB. Persoalan tersebut dianalisis/dikaji dengan
menggunakan studi pustaka, untuk mendapatkan gagasan-gagasan/pemikiranpemikiran yang relevan agar dapat digunakan sebagai sumbangan bagi program
pembinaan iman para Bruder (MTB). Supaya mereka dapat menghidupi dan
menghayati kaul kemiskinan dalam pelayanan dan hidup persaudaraan seturut
teladan/pola semangat Santo Fransiskus dari Assisi, di zaman modern sekarang
ini. Tantangan yang besar di zaman ini terhadap kaul kemiskinan adalah budaya
meterialisme, konsumtif, kemajuan teknologi, serta semangat konsumerisme,
sehingga membuat banyak orang mudah puas diri dan tamak mengejar
kesenangan harta duniawi, ketenaran dan kuasa, yang menyebabkan hati nurani
mereka, tumpul terhadap penderitaan sesama.
Santo Fransiskus dari Assisi adalah sosok pribadi yang sangat
menginspirasi banyak orang. Dia berusaha menyerupai hidupnya dengan hidup
Yesus Kristus, yang sekaligus Allah-Manusia, dia dalam menghayati kaul
kemiskinan yang merupakan unsur hakiki dalam Injil dan yang ada dalam hidup
Yesus Kristus, yang dia cintai dan hormati. Fransiskus dari Assisi menekankan
kepada para pengikutnya termasuk para Bruder (MTB) bahwa peraturan dan
pedoman hidup yang konkret adalah apabila para bruder dapat hidup seturut
semangat Injil. Dalam Injil para bruder menemukan Putra Allah Yesus Kristus
yang solider terhadap semua orang baik yang miskin maupun yang kaya, dan yang
berdosa maupun yang tidak berdosa, semuanya Dia kasihi sebagai anak-anak
Allah, hingga pada akhirnya Dia rela menderita, wafat dan bangkit demi cintaNya untuk semua orang. Para Bruder MTB menjadi aset bagi perkembangan dan
kemajuan karya Kongregasi. Untuk itu pembinaan dan pendampingan terhadap
mereka, perlu terus diupayakan. Maka dari itu penulis menawarkan suatu program
katekese dengan metode Shared Christian Praxis (SCP) sebagai upaya untuk
membantu meningkatkan semangat penghayatan kaul kemiskinan dalam
pelayanan dan hidup persaudaraan Bruder Maria Tak Bernoda (MTB).
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
The title of this undergraduate thesis is “The relevance of live out of vows
of poverty in servicing and living brotherhood of Bruder Maria Tak Bernoda
(MTB)”. It was chosen based on the writer own experiences living together in the
brotherhood of Bruder Maria Tak Bernoda (MTB). The experiences made the
writer concerned with the problem, the obstacle and the temptation of living
together in the brotherhood of Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) and in
understanding as well as living up the vows of poverty in performing their duties.
This case indicated that the spirit of vows of poverty which was dreamed by
founder in order to all members of Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) trying to
establish the attitude of the simple life was not realized well.
The major problem of this thesis is what Bruder MTB can do to increase
the living up vows of poverty in the service and the brotherhood of Bruder Maria
Tak Bernoda (MTB). The problem was analyzed using a literature study to gain
relevance ideas which were contributed to develop of faith program of Bruder
Maria Tak Bernoda (MTB) so that they could live up the brotherhood according to
the spirit of Saint Francis of Asisi in this modern era. The great challenger of this
modern era to the vow of poverty are the cultures of materialism, selfish and
looking for new technology, and consumerism that make people worldly wealthoriented, fame and that cause lack of attention toward others’ condition.
Saint Francis of Asisi was a person who has inspired many people. When
he was living, he attempted to make his life like Christ by living up vows of
poverty which was the essential element of Scriptures and Jesus Christ himself
who he appreciated most. Francis of Asisi emphasized all followers included
Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) that the concrete regulation and guidelines are
when they could live based on the Scriptures. On the Scriptures, they obtained
God’s Son Jesus Christ who was in solidarity with all people, both rich and poor
men, both sinners and holy men. He did love all of them as His Father’s son.
This, he had to suffer, to die and to rise because of His love for human beings.
All Brothers become the next generation for developing congregation. Therefore,
the writer intends to offer a catecheses program that is Shared Christian Praxis
(SCP). This method is hoped to increase the spirit of living up vows of poverty in
the service and the brotherhood of Bruder Maria Tak Bernoda (MTB).
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Yang Mahakuasa sumber
segala kehidupan atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul REVANSI PENGHAYATAN KAUL
KEMISKINAN DALAM PELAYANAN DAN PERSAUDARAAN BRUDER
MARIA TAK BERNODA (MTB).
Skripsi ini disusun berdasarkan pengalaman pribadi penulis selama hidup
bersama dalam persaudaraan dengan para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB).
Belajar dari pengalaman hidup bersama tersebut, penulis merasa prihatin serta
mengalami sendiri bahwa dalam praktik hidup bersama masih ada permasalahan
dan kesulitan yang dialami oleh para Bruder MTB dalam menghayati kaul
kemiskinan bagi pelaksanaan tugas serta karya pelayanannya. Hal ini
mengindikasikan bahwa semangat kemiskinan yang dicita-citakan oleh pendiri
agar para bruder mengusahakan sikap hidup sederhana belum terealisasi dengan
baik sesuai yang diharapkan.
Skripsi ini juga menawarkan program pembinaan katekese dengan metode
Shared Christian Praxis (SCP) sebagai upaya meningkatkan semangat
penghayatan kaul kemiskinan dalam tugas dan karya pelayanan para Bruder
MTB. Selain itu, skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pada kesempatan yang berbahagia ini penulis dengan hati penuh syukur
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1.
Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ selaku dosen pembimbing utama dan sekaligus
juga sebagai Kaprodi Program Studi Pendidikan Agama Katolik. Dengan
sabar, setia dan teliti, beliau selalu memberikan perhatian, meluangkan waktu
untuk mendampingi dan membimbing penulis dengan penuh perhatian,
memberikan masukan-masukan dan motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
2. Drs. L. Bambang Hendarto Yuliwarsono, M. Hum selaku dosen penguji kedua
sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah bersedia membaca,
memberikan kritik dan masukan serta mendampingi penulis dalam
mempertanggungjawabkan skripsi ini.
3. P. Banyu Dewa HS, S. Ag., M.Si. selaku dosen penguji ketiga yang telah
bersedia membaca, memberikan kritik dan masukan, serta mendampingi
penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini.
4.
Seluruh staf dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Agama Katolik
yang telah mendidik, dan membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan
studi di Program Studi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata
Dharma dengan baik.
5. Provinsial Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) berserta dewan provinsi yang
telah memberikan kepercayaan serta kesempatan kepada penulis untuk
menempuh studi, di program studi PAK hingga selesainya penulisan skripsi
ini. Para Bruder MTB di komunitas Alverna Ngadikan Kotabaru dan
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
komunitas Novisiat Banguntapan-Bantul yang telah memberikan motivasi dan
dukungan kepada penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini.
6. Orang tua, kakak, adik dan semua keluarga yang selalu memberi semangat,
dukungan moral, motivasi dan doa bagi penulis dalam menyelesaikan
perkuliahan sampai penyelesaian skripsi ini.
7. Seluruh staf Perpustakaan Program Studi Pendidikan Agama Katolik yang
begitu bermurah hati dan setia untuk memberikan peminjaman buku-buku
yang penulis perlukan baik selama kuliah maupun selama penulisan skripsi ini
berlangsung dan sampai selesainya skripsi ini.
8. Teman-teman angkatan 2012 yang selalu memberi motivasi, dorongan dan
bantuan bagi penulis selama kuliah hingga penyelesaian skripsi ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah dengan
tulus ikhlas memberi masukan dan dorongan hingga penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan dan
keterbatasan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Akhirnya penulis menghaturkan
limpah syukur kepada Tuhan dan terimakasih untuk semuanya, semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Yogyakarta, 23 Februari 2017
Penulis,
Inson
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................
iv
MOTTO ..........................................................................................................
v
PENYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................
vi
PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS ......................................................................
vii
ABSTRAK ......................................................................................................
viii
ABSTRACT ......................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................
x
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xiii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................
xvi
BAB I.
PENDAHULUAN ...........................................................................
1
A. Latar Belakang ................................................................................
1
B. Rumusan Permasalahan ..................................................................
8
C. Tujuan Penulisan .............................................................................
8
D. Manfaat Penulisan ...........................................................................
9
E. Metode Penulisan ............................................................................
9
F. Sistematika Penulisan .....................................................................
9
BAB II. KAUL KEMISKINAN .....................................................................
11
A. Hidup Membiara ..............................................................................
11
1. Hidup Membiara dalam Gereja ..................................................
17
2. Kaul Sebagai Persembahan Diri dalam Melayani ......................
19
B. Kaul Kemiskinan dalam Hidup Membiara ......................................
21
1. Peranan Kaul Kemiskinan ..........................................................
25
a. Kaul Kemiskinan sebagai Ikatan ..........................................
28
b. Kaul Kemiskinan sebagai Peringatan dalam Melayani ........
31
2. Makna Kaul Kemiskinan............................................................
33
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Kaul Kemiskinan sebagai Ungkapan Kenabian Dalam Melayani 36
4. Tantangan dalam Menghayati Kaul Kemiskinan di Zaman Yang
Modern Sekarang Ini………………………………………….
40
C. Rangkuman………………………………………………………. 47
BAB III. KAUL KEMISKINAN DALAM PELAYANAN DAN
PERSAUDARAAN .........................................................................
49
A. Kaul Kemiskinan dalam Tarekat/Kongregasi Bruder MTB ............
49
1. Sejarah singkat berdirinya Kongregasi Bruder MTB.................
52
2. Mengikuti Yesus Kristus yang miskin dengan teladan Santo
Fransiskus dari Assisi.................................................................
3. Kemiskinan dalam perspektif menurut Anggaran Dasar Ordo
Ketiga Regular Santo Fransiskus dari Assisi ............................
4. Kemiskinan dalam perspektif hidup Bruder MTB .....................
54
58
62
5. Dasar Penghayatan Kaul Kemiskinan dalam Tarekat/Kongregasi
Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) ............................................ 67
B. Dimensi-dimensi dalam Penghayatan Kaul Kemiskinan menurut
Tarekat/Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB).................
1. Miskin harta.... ...........................................................................
70
72
2. Miskin dalam Roh……………………………………………..
74
3. Miskin secara radikal .................................................................
79
4. Dalam persaudaraan ...................................................................
83
C. Rangkuman .....................................................................................
89
BAB IV. USULAN PROGRAM KATEKESE UNTUK MEMBANTU
PENGHAYATAN KAUL KEMISKINAN DALAM PELAYANAN DAN
PERSAUDARAAN BRUDER MARIA TAK BERNODA (MTB)…
91
A. Gambaran Umum Katekese ............................................................
91
1. Pengertian Katekese ...................................................................
94
2. Katekese Umat ...........................................................................
97
3. Tujuan dan tugas Katekese ........................................................
99
a. Tujuan Katekese……………………….............................. ..
99
b. Tugas Katekese ..................................................................... 102
B. Spiritualitas dalam Pelayanan ......................................................... 103
1. Spiritualitas Fransiskan dalam pelayanan dan hidup
Persaudaraan ............................................................................. 105
2. Peranan spiritualitas Fransiskan dalam penghayatan kaul
Kemiskinan ............................................................................... 111
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Upaya spiritualitas Fransiskan dalam meningkatkan
penghayatan kaul kemiskinan ................................................... 113
4. Pengalaman Praktik Hidup ....................................................... 116
5. Komunikasi Pengalaman Iman ................................................. 118
6. Komunikasi Dengan Tradisi Kristiani ...................................... 123
C. Usulan Program Katekese .............................................................. 126
1. Katekese Model Shared Christian Praxis (SCP)....................... 126
a. Shared .................................................................................... 127
b. Christian ................................................................................ 127
c. Praxis ..................................................................................... 128
2. Langkah-langkah Model Shared Christian Praxis (SCP) ......... 128
a. Pengungkapan Praksis Faktual .............................................. 128
b. Refleksi Kritis Pengalaman Faktual ...................................... 128
c. Mengusahakan Supaya Tradisi dan Visi Kristiani Lebih
Terjangakau ........................................................................... 129
d. Interpretasi Dialektis Antara Praksis dan Visi Peserta Dengan
Tradisi dan Visi Kristiani ...................................................... 129
e. Keterlibatan Baru Demi Makin Terwujudnya Kerajaan Allah di
Dunia ..................................................................................... 129
3. Latar Belangkang Penyusuna Program ..................................... 130
4. Pengertian Program………………………………………… .. 131
5. Tujuan Program……………………………………………… 131
6. Contoh Program……………………………………………… 132
7. Matriks Pembinaan Katekese………………………………… 135
8. Contoh Persiapan Katekese dengan metode SCP ..................... 139
BAB V. PENUTUP ........................................................................................ 154
A. Kesimpulan ..................................................................................... 154
B. Saran ............................................................................................... 158
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 161
LAMPIRAN .................................................................................................... 162
Lampiran 1: Teks lagu Ambilah Ya Tuhan dan Persembahan Hidup ..
(1)
Lampiran 2: Anggaran Dasar “Hidup Rasuli” Art. 29 dan Konstitusi
“Hidup Dalam Persekutuan Harta” Art. 53 ...........................................
(2)
Lampiran 3: Orang Muda Yang Kaya Matius. 19:16-26......................
(3)
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Alkitab
Deuterokanonika © LAI 1976. (Alkitab yaitu Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru dalam terjemahan baru, yang diselenggarakan oleh
Lembaga
Alkitab
Indonesia,
ditambah
dengan
Kitab-kitab
Deuterokanonika yang diselenggarakan oleh Lembaga Biblika Indonesia.
Terjemahan diterima dan diakui oleh Konferensi Wali Gereja Indonesia).
Jakarta: LAI, 2001, hal. 8.
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
AG
: Ad Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kegiatan Misionaris
Gereja, 7 Desember 1965.
CT
: Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes
Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman
tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.
EG
: Evangelii Gaudium. Anjuran Apostolik Paus Fransiskus tentang
Sukacita Injil, 24 November 2013.
EN
: Evangelii Nuntiandi, Anjuran Apostolik Paus Paulus VI tentang
Pewartaan Injil di Dunia Modern, 8 Desember 1975.
GS
: Gaudium Et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II
mengenai Gereja di Dunia Dewasa Ini, 7 Desember 1965.
KGK : Katekismus Gereja Katolik, uraian tentang ajaran iman dan moral
Gereja Katolik, 22 Juni 1993.
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KHK : Kitab Hukum Kanonik, susunan atau kodifikasi peraturan kanonik
dalam Gereja Katolik, 25 Januari 1983.
Kon
: Kanon
LG
: Lumen Gentium, Kontitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang
Gereja di Dunia Dewasa ini, 21 November 1964.
LF
: Lumen Fidei, Terang Iman dari Paus Fransiskus kepada para
Uskup, imam, daikon, biarawan dan biarawati serta kaum awam
Juni 2013.
PC
: Perfectae Caritatis, Dekrit Konsili Vatikan II tentang
Pembaharuan dan Penyesuaian Hidup Religius, 28 Oktober
1965.
VC
: Vita Consecrata, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II
tentang Hidup Bakti bagi para Religius 25 Maret 1996.
C. Singkatan Lain
Art
: Artikel
AD
: Anggaran Dasar
AD3R : Anggaran Dasar Ordo ketiga Regular Santo Fransiskus, (diberikan
Di Roma, pada takhta Santo Petrus, dengan meterai Cicin
Nelayan, pada 8 Desember 1982)
AngBul : Anggaran Dasar dengan Bulla, (anggaran dasar yang diteguhkan
dengan surat peneguhan/bulla
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
AngTBul: Anggaran Dasar Tanpa Bulla, (disusun pada tahun 1221 pada
masa Paus Honorius III disebut “tanpa bulla” karena anggaran
dasar ini tidak diteguhkan dengan surat peneguhan (bulla)
Br
: Bruder
Bdk
: Bandingkan
Cel
: Celano
Dkk
: Dan kawan-kawan
Dsb
: Dan sebagainya
Dst
: Dan seterusnya
Dll
: Dan lain-lain
Eremit : Orang/kelompok ada yang mengkhususkan diri hidup di pertapaan
FI
: Formatio Iman
Hal
: Halaman
HP
: Handphone
PAK : Pendidikan Agama Katolik
JPIC
: Justice Peace and Integration
KAJ
: Keuskupan Agung Jakarta
KAS
: Keuskupan Agung Semarang
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
Konst : Konstitusi
LPK
: Lembaga Pelatihan Ketrampilan
MTB : Maria Tak Bernoda
MAWI : Majelis Agung Waligereja Indonesia
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PKKI : Pertemuan Kateketik Keuskupan Se-Indonesia
Prodi : Program Studi
Provinsial : Pemimpinan provinsi
PIKO : Pempinan Komunitas
Profetis : Kenabian dan kerasulan
Statuta : Penjabaran dari Konstitusi dan Anggaran Dasar Bruder MTB
Selibat : Orang-orang dalam kedudukan tertentu tidak boleh kawin.
Klerikus : Kaum religius dan para imam
SEKAFI : Sekretariat Keluarga Fransiskan Indonesia
SCP
: Shared Christian Praxis
SJ
: Serikat Yesus
St
: Santo
SD
: Sekolah Dasar
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
TK
: Taman Kanak-Kanak
USD
: Universitas Sanata Dharma
YPSB : Yayasan Pendidikan Sekolah Bruder
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memilih hidup religius atau hidup membiara tidak terlepas dari pengikrarkan
kaul-kaul seperti: Kaul ketaatan, kaul kemurnian dan kaul kemiskinan serta nasihatnasihat Injil. Berbicara mengenai kaul kemiskinan tidak dapat dipisahkan dari hidup
membiara kaum religius, yang ditandai dengan kaul-kaul yang diikrarkan dan
dihayati oleh masing-masing pribadi dalam kongregasinya. Dengan mengikrarkan
kaul kemiskinan serta menghayatinya, maka seorang religius akan mengikatkan diri
dengan janji serta menggabungkan diri pada Kongregasi/Tarekat yang dia pilih untuk
mewarnai cara berpikir, berprilaku serta pola hidupnya.
Dengan mengikrarkan kaul seorang religius juga mau menyatakan kesetiaan dan
kesanggupannya di hadapan seluruh umat dan imam sebagai wakil Allah, untuk
bergabung dengan sekelompok orang yang dengan kesadaran secara bebas, tanpa
paksaan dari pihak manapun juga, untuk bersama-sama dengan sepenuh hati, rela
berkorban dan siap sedia melayani dalam tujuan dan cita-cita Tarekat/Kongregasi.
Hidup membiara yang dibaktikan kepada umat beriman dan dihayati merupakan
bentuk perwujudan dan penyerahan diri seorang religius secara total kepada Allah,
melalui pelayanannya kepada sesama. Dengan memilih menjadi seorang religius atau
hidup membiara orang mengikuti undangan Kristus. “Ada orang tidak dapat kawin
karena kemauan sendiri oleh karena kerajaan Surga. Siapa yang dapat mengerti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
hendaklah ia mengerti” (Mat. 19:12). Penyerahan diri secara total kepada Allah
khususnya dalam hidup religius atau hidup membiara merupakan suatu persembahan
hidup yang murni dari setiap pribadi yang dengan kemauan secara bebas ingin
menggabungkan diri ke dalam persekutuan hidup bakti dalam Tarekat/Kongregasi
tertentu yang sudah menjadi pilihan bagi hidupnya. Pengikraran dan penghayatan
ketiga kaul yakni kaul ketaatan, kaul kemurnian dan kaul kemiskinan oleh masingmasing anggota hidup religius, tidak terlepas dari semangat, khrisma dan spiritualitas
pendiri Tarekat/Kongregasi. Dengan pengikraran kaul yang dilakukan oleh seorang
religius dalam Tarekat/Kongregasinya masing-masing merupakan sesuatu pilihan dan
keputusan hidup yang secara bebas, sepenuh hati dan dengan rasa penuh tanggung
jawab dalam menggabungkan serta mengikatkan diri pada persekutuan hidup religius
menurut ketiga nasihat Injil dalam setiap peristiwa hidupnya.
Marpaung (2008:70) mengatakan “kemiskinan adalah pengosongan diri di dunia
demi penumpukan harta di surga. Tanpa memiliki apa pun di dunia ini adalah jalan
untuk memiliki segalanya dalam Tuhan, inilah kemiskinan Fransiskan. Pilihan
Fransiskus dari Assisi akan kemiskinan adalah pilihan bebas dalam roh”. Dalam
penulisan skripsi ini, penulis hanya memfokuskan perhatian pada salah satu kaul
yakni kaul kemiskinan yang menjadi salah satu ciri khas tarekat FransiskanFransiskanes. Tarekat/Kongregasi para Bruder Maria Tak Bernoda, dengan pelayanan
dan persaudaraan melalui katekese berusaha mengikuti Yesus Kristus menurut
teladan dan spiritualitas Santo Fransiskus dari Assisi yang setia menepati Injil Suci
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Tuhan kita Yesus Kristus dengan hidup dalam semangat kemiskinan. Para Bruder
MTB diajak untuk mengikuti jejak Santo Fransiskus dari Assisi. Fransiskus semasa
hidupnya berusaha untuk menyerupai hidupnya dengan hidup Yesus Kristus yang
sekaligus Allah-Manusia untuk menghayati kaul kemiskinan yang merupakan unsur
hakiki dalam Injil dan yang ada dalam hidup Yesus Kristus sendiri yang dia cintai
dan hormati. Sebagai seorang religius tidak dapat dipungkiri bahwa dalam
melaksanakan
pelayanan
dan
hidup
sebagai
saudara
masih
saja
terjadi
penyelewengan terhadap kaul kemiskinan baik disengaja maupun tidak disengaja.
Contohnya: Seorang biarawan atau biarawati sudah dibelikan atau diberikan
Handphone (HP) yang biasa tanpa android oleh provinsial atau pemimpin
komunitasnya.
Akan tetapi seorang biarawan atau biarawati tersebut, tidak merasa puas dengan
Handphone (HP) yang sudah diberikan. Maka dia (biarawan atau biarawati) berusaha
untuk memiliki Handphone (HP) yang ada androidnya. Ini hanya sebagian contoh,
tetapi masih banyak contoh yang lainnya, yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu
dalam tulisan ini. Keinginan tersebut entah dipengaruhi oleh faktor teman
sekomunitas, teman di kampus, teman dalam satu organisasi, faktor iklan dan lain
sebagainya, yang menimbulkan rasa serta keinginan untuk memiliki barang-barang
secara berlebihan walaupun tidak sungguh-sungguh diperlukan. Hal inilah yang
menjadi suatu keprihatinan bagi penulis untuk memaparkan tentang kaul kemiskinan
dalam pelayanan persaudaraan Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) melalui katekkese.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Kemiskinan dan katekese merupakan salah satu ciri khas pola hidup dalam pelayanan
dan hidup persaudaraan dalam Tarekat/Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda.
Berdasarkan peraturan dan tata cara hidup Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda
(Statuta, Anggran Dasar dan Konstitusi), para bruder berhak memiliki segala sesuatu
yang diperlukan untuk kebutuhan hidup sehari-hari, dalam pelayanan dan karyanya,
akan tetapi tetap diusahakan agar tidak terkesan terlalu mewah, mendapat untung
sebanyak mungkin, menimbun dan menumpuk harta kekayaan. Meskipun sudah
mengikrarkan kaul kemiskinan masih ada para Bruder MTB yang belum memahami,
menghayati, pura-pura lupa atau bahkan dengan sengaja melupakan esensi kaul
kemiskinan yang sudah diikrarkannya. Akibat dari perbuatan dan tindakan bruder
tersebut, dia sudah melanggar esensi kaul kemiskinan yang diikrarkannya di hadapan
Allah melalui perantaraan seorang imam dan umat yang hadir pada saat seorang
bruder mengikrarkan kaulnya.
Pada zaman sekarang yang serba canggih dan modern ini, banyak peluang dan
tawaran untuk tidak setia lagi dalam menghayati kaul kemiskinan. Seperti lamanya
berkarya atau bertugas di komunitas, berkarya di lingkungan atau di tengah-tengah
umat yang ekonominya menengah keatas, banyaknya relasi dan hadiah-hadiah yang
diberikan oleh kenalan kepada biarawan dan biarawati tersebut, khususnya kepada
seorang Bruder Maria Tak Bernoda. Maka tidak mengherankan kalau kaum biarawan
dan biarawati mendapat komentar atau bahkan cibiran dari umat “mereka yang
mengikrarkan kaul, tetapi kami yang melaksanakannya”. Komentar atau cibiran dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
umat untuk para kaum biarawan dan biarawati memang sangat beralasan karena
masih ada kaum biarawan dan biarawati yang hidupnya tidak sesuai dengan kaul
kemiskinan yang diikrarkannya. Seperti yang dikatakan dalam pedoman hidup para
Bruder MTB berikut ini:
Kaul kemiskinan kita wujudkan dalam hidup persekutuan harta. Seturut sabda
Injil dan dengan tulus ikhlas segala milik dan pendapatan kita, kita serahkan
kepada Kongregasi. Dengan demikian kita hendak menyatakan kesediaan
untuk berbagi demi kebahagian kita bersama dan orang lain. Kaul kemiskinan
menuntut kita untuk memperjuangkan dan memperkembangkan keadilan dan
kesejahteraan dalam pemanfaatan sarana hidup serta kekayaan alam yang
tersedia secara wajar dan bijaksana (Statuta Bruder MTB 2014: Art 41).
Baiklah kita sadari bahwa dalam diri kita ada kecenderungan untuk memiliki
dan menguasai barang-barang, menyimpan dan menimbun kekayaan,
menyalahgunakannya bagi kepentingan, kenikmatan dan kesenangan diri
sendiri, keluarga dan kelompok (Statuta Bruder MTB 2014: Art 42).
Adapun karya dan tugas pelayanan dalam persaudaraan para Bruder Maria Tak
Bernoda (MTB) antara lain: Karya pendidikan, pembinaan kaum muda (asrama putra,
asrama putri yang dikelolah oleh para Bruder MTB, kesehatan (merawat orang kusta
di Pati Jawa Tengah), pelayanan karitatif (memberikan bantuan beasiswa kepada
orang yang membutuhkannya), pelayanan pastoral dan katekese di lingkungan dan
paroki. Perkebunan, pertanian, dan Justice Peace and Integration (JPIC)/keadilan
perdamain dan keutuhan ciptaan. Maka dari itu sangat penting adanya pemahaman
dan penghayatan yang sungguh nyata, baik dan benar dalam hidup para Bruder Maria
Tak Bernoda tentang kaul kemiskinan dalam pelayanan dan persaudaraan melalui
katekese. Supaya Bruder Maria Tak Bernoda menjadi anggota atau saudara yang
membaktikan diri dalam karya kerasulan dalam hidup religius sebagai persekutuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
demi perwujudan kesempurnaan karya penebusan Kristus. Seperti yang ditekankan
dalam konstitusi Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB)
Kongregasi kita didirikan dengan tujuan untuk dapat berkerja dengan subur
guna memenuhi kebutuhan semasa. Kita harus tetap memperhatikan bentuk
bentuk kebutuhan insani; kita harus berdiri di tengah-tengah gereja dan dunia
sambal mendengarkan dan melayani, dan dengan kesediaan aktif
membuktikan kabar gembira bagi sesama kita dalam hidup sehari-hari
(Konstitusi Bruder MTB 1999: Art 204).
Para Bruder MTB menjunjung tinggi hidup sebagai saudara dalam pelayanan,
sebagaimana dilakukan oleh Santo Fransiskus dari Assisi dan saudara-saudaranya.
Hidup dalam persaudaraan tidak memandang suku, ras, budaya, agama, warna kulit,
bahasa dan lain sebagainya. Akan tetapi hidup sebagai saudara mempersatukan
semuanya. Persatuan dalam persaudaraan yang dibina dapat membebaskan seseorang
dalam menghadapi tantangan persaudaraan bersama dalam melayani orang miskin.
Persaudaraan ini merupakan persaudaraan bersama orang miskin yang tidak memiliki
apa pun kecuali satu-satunya kekayaan kekal dan sumber segala kehidupan yaitu
“Tuhan Yesus Kristus sendiri”.
Kekuatan yang menunjang persaudaraan adalah kemiskinan yang membebaskan,
karena kemiskinanlah yang membawa seseorang kepada pengosongan diri. Dalam
persaudaraan para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB). Perlu saling melayani satu
dengan yang lainnya, saling membasuh kaki seperti yang diteladankan oleh Yesus
kepada para muridnya. “Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan
dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; Sebab Aku telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang
telah Kuperbuat kepadamu” (Yoh 13:14-15). Hal ini akan sungguh menjadi nyata apa
bila setiap bruder siap sedia memberikan dirinya untuk melayani sesama, serta
menghargai satu dengan yang lainnya dalam melayani hidup sebagai saudara dan
mau menerima kekurangan serta kelebihan sesama saudara. Persaudaraan akan
mendukung hidup bersama dalam pelayanan, doa dan karya. Hidup dalam
persaudaraan merupakan pemberian dan rahmat dari Allah yang mahakuasa. Seperti
yang terungkap dalam syair lagu dalam buku “Terpujilah Engkau Tuhanku” (Sekafi,
2004:63). Syair lagunya sebagai berikut: Marilah saudara satukan hati ciptakanlah
kasih bersaudara. Melangkah bersama satukan harapan menuju kehidupan bahagia.
Marilah saudara kita hunjukkan melayani saudara yang lemah. Berilah perhatian dan
tunjukan kasih sayang. Itulah tanda kita bersaudara. Betapa indahnya hidup sebagai
saudara bila kita saling mengasihi. Betapa nikmatnya hidup sebagai saudara bila kita
saling melayani. Hidup sebagai saudara juga diatur dan ditekankan kepada semua
Bruder MTB dalam (Konstitusi Bruder MTB 1999: Art. 222) dikatakan bahwa:
Kita sekalian terikat pada kongregasi begitu erat, sehingga kita dengan tepat
menyebut satu sama lain saudara. Masing-masing berusaha dengan
caranya sendiri untuk menyediakan diri demi pelaksanaan tugas, yang
diterima dari kongregasi sebagai keseluruhan. Dari sebab itu semua harus
menaruh perhatian hangat kepada suka dan duka seluruh kongregasi
kepada kegiatan-kegiatan dalam komunitas kepada karya misionarismisionaris kita kepada perkerjaan semua bruder. Demikianlah kita saling
mendukung dalam penghayatan cita-cita yang sama.
Belajar
dari
pengalaman
hidup
bersama
sebagai
saudara
dalam
Tarekat/Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) serta melihat masalah dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
keprihatinan yang dialami para Bruder MTB dewasa ini dalam memahami dan
menghayati kaul kemiskinan menujukan bahwa semangat kemiskinan dan cita-cita
pendiri belum terealisasi dengan baik sesuai yang diharapkan. Maka dari itu penulis
mengulas kaul kemiskinan dalam pelayanan dan persaudaraan Bruder Maria Tak
Bernoda (MTB), sebagai sumbangan penulis kepada kongregasi sekaligus menjadi
bahan koreksi dalam pelayanan dan hidup persaudaraan di komunitas. Dengan
memilih judul: RELEVANSI PENGHAYATAN KAUL KEMISKINAN DALAM
PELAYANAN DAN PERSAUDARAAN BRUDER MARIA TAK BERNODA
(MTB).
B. Rumusan Permasalahan
1.
Apa itu kaul kemiskinan?
2.
Apa yang dimaksud dengan semangat kaul kemiskinan dalam pelayanan dan
persaudaraan Bruder Maria Tak Bernoda (MTB)?
3.
Apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penghayatan kaul
kemiskinan dalam pelayanan dan persaudaraan Bruder (MTB)?
C. Tujuan Penulisan
1. Membantu para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) memahami dan
menghayati kaul kemiskinan.
2. Membantu para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) supaya dapat membangun
kesadaran serta sikap untuk melaksanakan pelayanan dan persaudaraan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
3. Memberikan sumbangan permenungan serta pemikiran bagi para Bruder
Maria Tak Bernoda (MTB) untuk menghayati kaul kemiskinan dalam pelayanan
dan persaudaraan.
D. Manfaat Penulisan
1. Memberi sumbangan bagi para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) agar
mampu memahami dan menghayati kaul kemiskinan.
2. Supaya para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) dapat membangun kesadaran
serta sikap dalam menghayati dan melaksanakan kaul kemiskinan dalam
pelayanan dan persaudaraan.
3. Menjadi bahan refleksi bagi penulis sebagai Bruder Maria Tak Bernoda
(MTB).
E. Metode Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode studi pustaka untuk
menggambarkan dan menganalis secara faktual tentang relevansi penghayatan kaul
kemiskinan dalam pelayanan persaudaraan Bruder Maria Tak Bernoda (MTB).
F. Sistematika Penulisan
Judul skripsi yang saya pilih adalah “RELEVANSI PENGHAYATAN KAUL
KEMISKINAN DALAM PELAYANAN DAN PERSAUDARAAN BRUDER
MARIA TAK BERNODA (MTB)”. Untuk mempermudah dalam penulisan skripsi
ini perlu ada sistematika penulisan yang akan saya uraikan dalam lima bab:
Pada bab I : Pendahuluan. Dalam bab ini, penulis akan menjabarkan pendahuluan
yang berisi gambaran umum mengenai hal-hal yang melatarbelangkanginya. Bagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
ini terdiri dari: Latar Belakang, Rumusan Permasalahan, Tujuan Penulisan, Manfaat
Penulisan, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan.
Pada bab II : Kaul Kemiskinan. Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang
kaul kemiskinan dalam hidup membiara yang terdiri dari: Hidup membiara, kaul
kemiskinan hidup religius, hambatan, tantangan dan godaan yang dihadapi dalam
penghayatan serta pelayanan dalam zaman modern sekarang.
Pada bab III : Kaul Kemiskinan dalam Pelayanan dan Persaudaraan. Dalam bab
ini penulis secara khusus akan menguraikan tentang penghayatan kaul kemiskinan
dalam pelayanan dan persaudaraan Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) terdiri dari:
Kaul kemiskinan dalam hidup persaudaraan para Bruder Maria Tak Bernoda,
penghayatan kaul kemiskinan dalam pelayanan dan ciri khas kemiskinan Fransiskus
dari Assisi dalam Tarekat/Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) serta kaul
kemiskinan sebagai arah dasar dalam pelayanan dan persaudaraan.
Pada bab IV : Usulan Program Katekese Untuk Membantu Penghayatan Kaul
Kemiskinan Dalam Pelayanan dan Persaudaraan Bruder Maria Tak Bernoda (MTB).
Pada bab ini penulis akan menjabarkan katekese sebagai salah satu upaya dalam
membantu menghayati kaul kemiskinan dalam pelayanan dan persaudaraan Bruder
Maria Tak Bernoda (MTB).
Pada bab V : Penutup. Penulis akan menguraikan kesimpulan dan saran-saran
dari seluruh hasil yang sudah dibahas dari bab I – bab IV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
KAUL KEMISKINAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan dua bagian pokok: Pertama mengenai
hidup membiara, terdiri dari: Hidup membiara dalam Gereja dan kaul sebagai
persembahan diri dalam melayani. Kedua kaul kemiskinan dalam hidup membiara,
antara lain: Peranan kaul kemiskinan, kaul kemiskinan sebagai ikatan, kaul
kemiskinan sebagai peringtan dalam melayani, makna kaul kemiskinan, kaul
kemiskinan sebagai ungkapan kenabian dalam melayani dan tantangan dalam
menghayati kaul kemiskinan di zaman yang modern sekarang ini.
A. Hidup Membiara
Hidup membiara merupakan ungkapan hidup manusia, dalam persaudaraan dan
cintakasih. Agar hidupnya dapat diungkapkan secara padat dan menyeluruh, orang
melepaskan diri dari segala urusan hidup berkeluarga. Hidup membiara menuntut
suatu penyerahan diri secara mutlak dan menyeluruh dalam persaudaraan dan
cintakasih. Cara hidup ini sangat memungkinkan manusia untuk mengembangkan diri
dan pribadinya. Proses ini akan terwujud jika setiap anggota saling terbuka untuk
memahami, mengerti, mau mendengarkan, mampu menerima dirinya, mau
meninggalkan manusia lamanya, saling membangun dan saling menghargai setiap
pribadi. Dengan demikian hidup persaudaraan dalam cintakasih dengan sendirinya
akan terwujud. Inti dari hidup membiara adalah persatuan atau keakraban dengan
Kristus sendiri. Seseorang yang memilih hidup membiara hendaknya selalu bersatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
dengan Kristus dan menerima pola hidup Kristus secara radikal bagi dirinya. Memilih
dan mengikuti panggilan hidup membiara berarti secara bebas dan sadar seorang
religius, dalam hal ini para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) siap sedia untuk selalu
“mengarahkan diri kepada hidup Yesus, melakukan kerasulan demi nama Yesus dan
berusaha untuk mencontohi hidup Yesus”. Bandingkan dengan Lumen Gentium (Bdk.
LG. 42 dan 44). Hidup membiara merupakan penyerahan diri secara penuh kepada
Tuhan Yesus, yang telah mencintai dan memanggil orang yang ingin mengikuti Dia.
Hidup membiara selalu dilihat sebagai suatu sekolah, dan suatu hidup rohani.
Tetapi sesuatu hal yang ingin saya kemukakan, ialah bahwa hidup membiara
bukan sesuatu yang dipikirkan di satu tempat, lalu disebarkan dimanamana. Sebaliknya: berpangkal dari mana-mana, akhirnya menemukan
kesatuan (Jacobs, 1989:32).
Secara sederhana inti hidup membiara, hidup berkaul, atau hidup bakti adalah
kita ingin menyerahkan diri kita penuh kepada Tuhan yang telah
memanggil kita untuk terlibat dalam karya keselamatan Tuhan bagi umat
manusia. Ini kita lakukan bukan karena kita hebat, kita pandai, kita pantas,
tetapi karena Tuhan telah terlebih dahulu mencintai dan memanggil kita,
sehingga kita ingin menjawab panggilan dan cinta-Nya (Suparno, 2016:27).
Dasar hidup membiara karena saya dan juga rekan-rekan religius yang lainnya,
ingin mengikuti Tuhan Yesus Kristus secara penuh, dalam karya dan perutusan yang
digerakan oleh Tuhan Yesus sendiri. Motivasi orang untuk hidup membiara adalah
semata-mata demi kemulian Tuhan Yesus dan sesama. Bukan untuk menaikan status
agar dihormati dan dipuja puji oleh banyak orang. Bukan pula untuk hidup enakenak, untuk berpesta pora atau bermalas-malas karena semuanya sudah terpenuhi,
tetapi orang ingin digunakan oleh Tuhan Yesus untuk terlibat dalam karya perutusan
Tuhan sendiri. Orang hidup membiara untuk melakukan karya perutusan Tuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Suparno (2016:3) mengatakan “Inti hidup membiara adalah orang ingin menyerahkan
dirinya secara penuh kepada Tuhan agar dapat dilibatkan dalam karya keselamatan
Allah bagi dunia”. Penyerahan diri penuh itu secara gerejani formal diwujudkan
dengan ketiga kaul, yakni kaul keperawanan, kemiskinan dan ketaatan”. Dalam Kitab
Hukum Kanonik Kanon 573 ayat § 1 dan § 2. Hidup membiara atau hidup bakti
adalah hidup untuk mengikuti Kristus atas dorongan Roh Kudus dalam bentuk ketiga
kaul. Dikatakan sebagai berikut:
Hidup yang dibaktikan dengan pengikraran nasihat-nasihat injili adalah
bentuk hidup yang tetap dengannya orang beriman, yang atas dorongan Roh
Kudus mengikuti Kristus secara lebih dekat, dipersembahkan secara utuh
kepada Allah yang paling dicintai agar mereka, demi kehormatan bagi-Nya
dan juga demi pembangunan Gereja serta keselamatan dunia, dilengkapi
dengan alasan baru dan khusus, mengejar kesempurnaan cintakasih dalam
pelayanan Kerajaan Allah dan, sebagai tanda unggul dalam Gereja,
mewartakan kemuliaan surgawi (KHK. 2016:186 Kan. 573 § 1).
Bentuk hidup dalam tarekat hidup bakti ini, yang didirikan secara kanonik
oleh otoritas Gereja yang berwenang, dipilih dengan bebas oleh umat beriman
kristiani, yang dengan kaul atau ikatan suci lainnya menurut undang-undang
masing-masing tarekat, mengikrarkan nasihat-nasihat injili kemurnian,
kemiskinan dan ketaatan, dan lewat cintakasih yang menjadi tujuan kaul-kaul
tersebut mereka digabungkan dengan Gereja serta misterinya secara istimewa
(KHK. 2016:187 Kan. 573 § 2).
Hidup sebagai religius berpangkal pada kehidupan Yesus sendiri, yang hidup
selibat dan miskin. Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna,
pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka
engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku"
(Mat 19:21). Membangun komunitas doa dan hidup bersama dengan murid-muridNya, secara total terbuka dan taat kepada misi penebusan bahkan sampai mati, karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
itu yang menjadi tuntunan kehidupan religius adalah ajaran Yesus untuk melepaskan
harta duniawi (Luk. 12:32-34). Untuk bersatu dengan Yesus sendiri dan kesediaan
untuk pelayanan (Luk. 10:1-5). Kehidupan komunitas para murid dicatat dalam (Kis.
2:42-44 dan 4:32-37). Untuk menyerupai dan bersatu dengan Kristus sebagai kaum
religius orang harus sering berkomunikasi dan bertemu dengan Kristus. Pertemuan
dan komunikasi efektif dengan Kristus dalam doa merupakan kekuatan inti dari hidup
membiara. Darminta (1975:13) mengatakan hidup membiara sebagai berikut:
Hidup membiara merupakan ungkapan hidup manusia, yang menyadari
bahwa hidupnya berada di hadirat Allah. Agar hadirat Allah dapat diungkapkan
secara padat dan menyeluruh, maka biasanya orang lalu melepaskan diri dari
segala macam urusan yang khas membentuk hidup berkeluarga. Melalui hidup
membiara umat manusia semakin menemukan dimensi rohani dalam
hidupnya. Hidup membiara merupakan suatu kemungkinan bagi umat
manusia untuk memperkembangkan diri pribadinya. Hidup membiara
mempunyai amanatnya sendiri, yaitu menunjukkan dimensi hadirat
Allah dalam hidup manusia. Karenanya hidup membiara itu juga disebut
panggilan.
Suparno, (2016:170) mengatakan bahwa “Hidup komunitas atau hidup bersama
dalam biara sangat penting bagi penghayatan dan perkembangan hidup berkaul”.
Dapat dikatakan bahwa bila hidup komunitasnya, seorang pastor, bruder atau suster
baik, terbuka dan rukun. Dalam arti ada rasa saling pengertian dan saling memahami
antara pribadi yang satu dengan pribadi yang lainnya, maka dalam penghayatan kaul
akan lebih mudah direalisasikan dalam hidup bersama sebagai religius di komunitas.
Karena disana sudah ada kesepakatan dan peraturan yang jelas dalam hidup bersama
di dalam biara. Akan tetapi apabila hidup berkomunitas atau hidup membiara kurang
kondusif atau sering ada konflik diantara sesama anggotanya, maka penghayatan kaul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
biasanya susah dan berat untuk direalisasikan dalam hidup bersama. Hal semacam ini
dapat terjadi kapan saja dalam hidup membiara apabila orang sebagai kaum religius
tidak saling terbuka, jujur, pengertian dan tidak dapat saling memahami kelemahan
dan kesukuran-kesukuran saudara dan saudari yang lainnya, dalam hidup membiara.
Dalam hidup membiara atau berkomunitas, saya sendiri pernah mengalami hal
semacam ini. Komunitas merupakan sarana atau penolong untuk mengungkapkan
hadiran
Allah
dan
sekaligus
merupakan
wadah
bagi
orang-orang
untuk
menggabungkan diri kedalamnya, agar dapat mengungkapkan kehadiran Allah secara
nyata. Darminta (1975:15) mengatakan bahwa “Komunitas-komunitas dibentuk dan
dibangun berdasakan pengalaman praktis dan kebijaksanaan-kebijaksanaan praktis
dalam pengungkapan hidup religius. Maka komunitas bersifat berubah dan tidak
absolut. Apa yang mutlak ialah amanat hidup membiara”.
Hidup bersama di komunitas atau dalam biara harus diakui bahwa pengalaman
hidup bersama dituangkan dalam bentuk konstitusi, statuta, anggaran dasar, adat
istiadat dan tradisi masing-masing biara atau komunitas. Peraturan-peraturan tersebut,
tidak untuk membatasi, melainkan untuk memberikan arahan-arahan yang lebih jelas
mengenai hidup bersama dalam komunitas. Maka hidup membiara akan selalu
diwarnai dengan hidup berkomunitas. Mereka yang hidup membiara adalah
kelompok manusia yang mengkhususkan dirinya pada tujuan mulia, yakni menjadi
pelayan Tuhan secara khusus, yang memiliki misi mengantar sesamanya kepada
Allah. Hidup mereka adalah hidup yang penuh cintakasih dan persaudaraan. “Adapun
kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi
segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama” (bdk. Kis. 4:32). “Aku
memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama
seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.
Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu
jikalau kamu saling mengasihi” (bdk. Yoh 13:34-35).
Teks ini, ingin mengajak orang-orang yang memlilih hidup sebagai religius atau
hidup membiara untuk mendasarkan model hidup dan pelayanan mereka, kepada
hidup Yesus dan para murid-Nya. Sebagai seorang religius atau hidup membiara
mereka bukanlah manusia super, dalam arti tanpa cacat celah. Mereka sama dengan
yang lainnya, yakni sebagai manusia yang memiliki kelemahan, kekurangan dan
unsur-unsur duniawi lainnya. Sebagai manusia yang lemah orang tetap memiliki
persoalan dan tantangan dalam hidup membiara atau hidup dalam komunitas.
Suparno (2016:19) mengatakan bahwa “Inti hidup membiara atau berkaul adalah
orang ingin mempersembahkan dirinya kepada Tuhan”. Agar dia dapat digunakan
oleh Tuhan untuk mewartakan karya keselamatan Tuhan bagi umat manusia. Orang
ingin mempersembahkan dirinya kepada Tuhan bukan karena dia pandai, dia hebat,
dia bersosial tinggi dan mempunyai kepekaan tinggi kepada orang lain, akan tetapi
Tuhan telah mencintai orang tersebut, terlebih dahulu. Dengan menanggapi panggilan
Tuhan orang ingin membalas cinta-Nya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
1.
Hidup Membiara dalam Gereja
Suparno (2016:171) mengatakan Dasar hidup bersama dalam membiara bukan
karena kesatuan suku, budaya, kesamaan hobi, asal tempat tinggal, status ekonomi,
sifat dan karier yang sama, tetapi karena masing-masing dari orang dipanggil oleh
Tuhan yang sama. Dalam Mrk 3:-13-19 dikisahkan sebagaimana para murid dari latar
belakang yang berbeda-beda disatukan oleh Yesus dalam satu panggilan dan
perutusan. Demikian juga orang-orang yang berbeda-beda disatukan oleh Yesus
dalam satu panggilan dan perutusan. Orang masing-masing tetap pribadi lain, yang
berbeda-beda dengan segala kekhasan, sifat watak, kelebihan serta kekurangan
masing-masing. Dasar panggilan orang adalah Tuhan. Maka panggilan itulah yang
menyatukan orang dengan Dia dan sesama. Itulah sebabnya hubungan pribadi
masing-masing dengan Tuhan menjadi dasar yang kuat untuk hidup berkomunitas,
hidup doa, hidup karya dan hidup dalam persaudaraan.
Orang masuk biara sering dikatakan orang meninggalkan kehidupan dunia.
Maka sering digambarkan bahwa biara adalah tempat yang aman tanpa
banyak persoalan dan penuh kedamaian. Hal itu dapat dimengerti sebab
manusia sendiri merindukan kedamaian tanpa ada konflik-konfik seperti yang
terdapat dan terjadi di kancah kehidupan dunia (Darminta, 1997:49).
Hidup membiara sebagai alternatif panggilan hidup harus “berkompetisi” dengan
pilihan panggilan hidup lannya. Hidup membiara adalah cara hidup yang berani
menolak tawaran-tawaran yang tidak sesuai dengan kehendak Allah dan kaul hidup
membiara. Namun tawaran-tawaran atau godaan-godaan dari dunia modern saat ini,
sering begitu lihai merayu para kaum religius. Seolah-olah bila menolak godaan itu,
maka orang telah merasa sangat bersalah karena begitu saja melepaskan kesempatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
berharga. Tetapi sesungguhnya, menolak sesuatu yang tidak sesuai dengan cara dan
jalan hidup orang sebagai kaum religius tidaklah rugi. Sebab dengan menolak suatu
kesempatan tersebut, orang telah memilih kesempatan yang jauh lebih berharga
daripada itu. Kesempatan yang orang perjuangkan jauh lebih mahal, sebab sifatnya
kekal abadi dan surgawi. Sayangnya, mata ini kurang mampu melihat dengan jelas
terhadap sesuatu yang jauh lebih luhur dan penting untuk diperjuangkan. Hidup
membiara memang harus ditentukan pada suatu pilihan. Dengan hidup atas dasar
pilihan maka orang akan mampu untuk berkata “tidak” pada beberapa tawaran dan
kesempatan yang menggoda, merintangi serta menghambat cara dan jalan hidup
mereka sebagai seorang religius.
Hidup membiara dengan penghayatan ketiga kaul: keperawanan, kemiskinan,
dan ketaatan, oleh Gereja diharapkan menjadi tanda eskatologis akan kerajaan
Allah mendatang. Secara sederhana, dengan hidup tidak menikah sebagai
perawan, kaum biarawan-biarawati dapat memberikan kesadaran atau
menimbulkan pertayaan kepada orang lain akan adanya hidup lain selain
hidup berkeluarga. Dan itulah yang kiranya akan terjadi dengan hidup dimasa
depan, yaitu tidak kawin dan dikawinkan. Dengan kaul kemiskinan, kita pun
menjadi tanda akan perjalanan kemasa depan (Suparno, 2007:67).
Hidup membiara dengan ketiga kaul, secara sederhana, ingin meniru hidup kasih
yang dialami oleh Tritunggal Mahakudus. Orang ingin menyatukan diri dan
mendapatkan semangat kasih Allah Tritunggal tersebut. Orang ingin menimba
semangat kasih itu sehingga dapat mewujudkan kasih dalam tarekat dan juga di
tengah masyarakat. Orang ingin menjadi tanda hidup mendatang yang dipenuhi oleh
kasih. Ciri utama hidup mendatang, persatuan akrab dengan Allah Tritunggal, adalah
kasih, orang diajak untuk dapat menjadi tanda hidup dalam kasih persaudaraan ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Hal itu pertama-tama harus tampak dalam semangat persaudaraan dalam komunitas,
tarekat, Gereja sehingga orang lain dapat merasakan bahwa para biarawan-biarawati
hidup dalam kasih persaudaraan. Orang juga diajak untuk terlibat membangun hidup
persaudaraan dengan masyarakat sekitar, di sekolah, di rumah sakit, dan di tempat
kerja masing-masing. Suparno (2007:67) mengatakan bahwa ”Dengan kaul
kemiskinan orang pun akan menjadi tanda akan perjalanan kemasa depan. Hidup
orang bukan hanya berhenti pada dunia ini, tetapi sebagai musafir yang berjalan
menuju kepada kerajaan Allah yang akan datang”. Kaul kemiskinan menjadi lambang
bahwa orang tidak terikat pada harta dunia ini, karena hidup sebagai religius
mengarah kepada hidup yang akan datang. Yakni hidup abadi bersama dengan Yesus
Kristus dalam kerajaan surga.
2.
Kaul Sebagai Persembahan Diri dalam Melayani
Hidup membiara merupakan salah satu bentuk hidup manusia. Hidup membiara
ditandai dengan ke tiga kaul yakni: kaul ketaatan, kemiskinan dan kaul kemurnian.
Kaul merupakan suatu panggilan, mempunyai nilai dalam hidup manusia secara
keseluruhan, meskipun juga harus diakui terbatas dalam pelaksanaannya secara
konkrit. Orang sering mendapat kesan dan gambaran yang aneh mengenai kaul-kaul
itu. Biasanya orang cenderung untuk memandang kaul-kaul itu, dari segi yang negatif
dan tidak melihat dari segi yang positif. Apa yang dimaksud dengan segi negatif di
sini ialah, bahwa dengan kaul itu orang lalu kehilangan hak yang ada pada orang
yang tidak berkaul. Akibatnya orang merasa heran dan takjub melihat bahwa pada
kenyataannya orang-orang yang berkaul miskin itu, tidak miskin seperti yang mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
gambarkan. Ketiga kaul itu adalah nasihat Injil. Kalau ketiga kaul itu adalah jawaban
pada hidup Injil, maka jelas bahwa panggilan Injil itu dijawab dengan Injil itu pula,
yaitu dengan menghidupi nasihat-nasihatnya. Ini berarti bahwa Injil adalah pusat
hidup orang, dalam arti bahwa Injillah yang memanggil dan dengan Injil itu pula
orang menjawab panggilan itu. Darminta (1975:27) mengatakan bahwa “Kaul dalam
hidup membiara tidak mengandung unsur penolakan atau penekanan terhadap situasi,
sesama dan benda tetapi lebih berarti pada suatu penerimaan terhadap unsur-unsur itu
sebagai tempat menemukan hadirat Allah”. Demikian juga kaul kemiskinan yang
diikrarkan oleh seorang biarawan atau biarawati tidak berarti bahwa dia kehilangan
hak milik, tetapi dia mewajibkan dirinya, menggunakan barang atau miliknya itu
untuk mengungkapkan kehadiran Allah yang aktif untuk membantu sesama. Dengan
demikian pengikraran kaul merupakan hal yang wajar bagi kehidupan para religius,
miskipun juga terbatas dalam pelaksanaan.
Kaul, yakni janji yang telah dipertimbangkan dan bebas mengenai sesuatu yang
lebih baik dan terjangkau yang dibuat kepada Allah, karena alasan keutamaan religi
harus dipenuhi (KHK. 2016: Kan. 1191 § 1). Dengan mengucapkan janji itu berarti
seorang yang berkaul mengikatkan diri pada pola hidup miskin, tidak menikah, dan
taat pada peraturan dan tata cara hidup bersama yang telah diatur oleh
Tarekat/Kongregasi yang telah dipilihnya. Panggilan Allah ditanggapi secara bebas
dengan mempersembahkan seluruh hidupnya yang diungkapkan melalui ketiga kaul
dalam hidup membiara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Tiga kaul itu datang dari: 1 Yoh. 2:16. “Sebab semua yang ada di dalam
dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup,
bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia”. Sejak semula hidup
membiara berarti menyangkal dunia, meninggalkan dunia. Sekarang dalam
ajaran asketis diterangkan bahwa dunia adalah tiga hal: keinginan daging,
keinginan mata dan keangkuhan hidup (Jacobs, 1989:74).
Dengan kaul ketaatan, kemiskinan, dan kemurnian orang ingin secara nyata
mengambil itu sebagai jalan dan pola hidup, yang ingin menampakan
kehadiran Allah, sebab orang sadar bahwa kehadirat Allah itu nampak kepada
dia melalui ketiga unsur tersebut. Dengan kaul itu orang mengakui apa yang
menjadi titik pusat hidup dia. Maka hidup membiara yang pada dasarnya
mau mengungkapkan aspek hidup pada hadirat Allah, selalu akan diwarnai
oleh ketiga kaul itu (Darminta, 1975:26).
Kaul itu merupkan suatu panggilan dan pilihan pola hidup, mempunyai nilai
dalam hidup manusia secara keseluruhan, meskipun juga terbatas pada pelaksanaan
secara konkret. Orang merasa terpanggil untuk melakukannya, karena dia melihat
bahwa pola hidup seperti itu merupakan sarana untuk berkembang dan menjadi
manusia yang sejati. Orang menemukan arti dan nilai hidup, untuk menjawab suara
Allah dan harus mengungkapkan hadirat Allah bagi umat manusia. Para kaum
biarawan dan biarawati yang berkaul merupakan bagian dari Gereja umat Allah,
menjadi bagian dari Gereja berarti menjadi ragi Allah di tengah-tengah ranah
kemanusiaan. Untuk mewartakan dan membawa keselamatan Allah ke dalam dunia
orang yang kerap kali tersesat dan membutuhkan dorongan, pengharapan dan
peneguhan untuk meneruskan peziarahan Gereja, dalam melayani sesama.
B. Kaul Kemiskinan dalam Hidup Membiara
Dengan kaul kemiskinan para kaum religius menjadi saksi kemiskinan zaman ini,
di tengah semakin banyak orang yang berusaha hidup untuk mencari harta kekayaan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
kesenangan duniawi, pangkat, jabatan dan popularitas. Suparno (2016:106)
mengatakan bahwa “Kaul kemiskinan menjadi tanda dan bentuk solidaritas dengan
orang kecil, dan miskin”. Kaul kemiskinan merupakan satu dari tiga kaul yang
diucapkan oleh mereka yang ditahbiskan menjadi imam biarawan, serta mereka yang
mengikatkan dirinya pada suatu Lembaga Hidup Bakti. Istilah kaul lebih sering
digunakan untuk biarawan dan biarawati, yang masuk dalam Lembaga Hidup Bakti.
Ketiga kaul itu adalah kemiskinan, kemurnian (selibat) dan ketaatan. Tiga nasihat
Injil ini didasarkan pada sabda dan teladan hidup Yesus Kristus sendiri dan
dianjurkan oleh para Rasul, para Bapa-bapa Gereja. Maka nasihat-nasihat Injil
merupakan kurnia ilahi, yang oleh Gereja diterima dari Tuhan dan selalu dipelihara
dengan bantuan rahmat-Nya demi tercapainya cinta kasih sempurna. Dewasa ini tiga
nasihat Injil ini identik dengan kaum religius dan para imam (klerikus). Namun bukan
berarti bahwa ketiga nasihat Injil ini hanya khusus untuk mereka.
Umat beriman kristiani juga wajib menghayatinya. Bandingkan dengan Lumen
Gentium (bdk. LG, no 44). Bisa dikatakan bahwa penghayatan nasihat-nasihat Injil
sebagai wujud mengikuti Kristus muncul pertama kali dalam diri kaum awam.
Bandingkan dengan Vita Consecrata (bdk. VC no 1). Namun, baik awam maupun
bukan agar “setiap orang yang dipanggil untuk mengikrarkan nasihat-nasihat Injil
sungguh-sungguh berusaha, supaya ia bertahan dan semakin maju dalam panggilan
yang diterimanya dari Allah, demi makin suburnya kesudian Gereja, supaya makin
dimuliakanlah Tritunggal yang satu tak terbagi, yang dalam Kristus dan dengan
perantaraan Kristus menjadi sumber dan asal segala kesucian” Lumen Gentium (LG.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
69:47). Seiring dengan berjalannya waktu kaul kemiskinan: Dahulu, kini dan
sekarang mengalami perubahan-perubahan dalam penghayatan serta pemaknaannya.
Ketika pertama kali diterapkan, orang yang mengucapkan atau menghayati kaul
kemiskinan benar-benar miskin. Orang bisa mengetahuinya dalam sosok Santo
Fransiskus dari Assisi dan para pengikutnya. Mereka menggantungkan hidupnya pada
belas kasih Allah, baik langsung maupun dalam diri sesamanya.
Maka dari itu, mereka yang berkaul kemiskinan umumnya tidak memiliki apaapa. Dalam perkembangan berikutnya, kaul kemiskinan ini berubah maknanya
menjadi kaul kesederhanaan. Kaul yang diucapkan atau diikrarkan adalah
kemiskinan,
namun
penghayatannya
adalah
kesederhanaan.
Orang
yang
mengikrarkan kaul kemiskinan ini masih diperkenankan memiliki barang atau harta
kekayaan asal jangan sampai menyamai atau melebihi umat awam yang dilayaninya.
Misalnya kalau umat di wilayah parokinya, banyak yang mempunyai mobil, maka
imam atau biarawan dan biarawati yang ada di wilayah paroki itu, cukuplah dengan
memiliki motor dengan nilai yang tidak mengalahkan nilai nominal mobil umat.
Kalau umat umumnya punya parabola, maka kaum klerikus dan biarawan-biarawati
cukup dengan televisi antena biasa saja. Di situlah letak penghayatan kaul
kemiskinan. Inti dari kaul kemiskinan adalah bahwa orang ingin mengikuti dan
meniru teladan hidup Kristus. Kristus menjadi satu-satunya yang bernilai bagi hidup
orang, dan yang lainnya adalah sarana untuk berjumpa dan mengabdi kepada Kristus
sebagai sumber dan penyelamat hidup dia. Maka sikap yang harus orang kembangkan
adalah lepas bebas dari segala barang dan bahkan manusia. Kemiskinan kaum religius
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
ingin meniru kemiskinan Kristus, maka dengan kaul kemiskinan orang juga ingin
membantu sesamanya. Dengan demikian kemiskinan kita sebagai kaum riligius
bersifat “profetis” kenabian dan kerasulan.
Suparno (2016:100) mengatakan bahwa “Kemiskinan orang sebagai religius
bukan kemiskinan untuk menjadi melarat dan pengemis. Orang yang berkaul
kemiskinan tidak ada gunanya kalau tidak berdampak bagi kemajuan dan
keselamatan orang lain. Orang dapat menjadi sangat amat miskin sampai hanya
mempunyai baju dan calana hanya satu saja, tetapi kalau tidak mempunyai dampak
bagi orang lain tidak ada gunanya”. Dalam kaul kemiskinan semangat yang dapat
orang kembangkan adalah semangat murah hati. Murah hati karena apa yang mereka
punya dan miliki semuanya adalah berasal dari kemurahan dan kebaikan Tuhan,
entah bakat, ketrampilan, kemampuan, kekayaan atau kepandaian. Maka harus
mereka bagikan kepada orang lain.
Untuk Fransiskus dari Assisi miskin berarti menghidupi kemiskinan Tuhan
Yesus Kristus. Kepada para saudaranya, Fransiskus mengatakan bahwa “Putra
Allah adalah lebih mulia dari kita, tetapi Ia telah membuat diri-Nya menjadi
miskin di dunia ini untuk kita. Jadi, Fransiskus pertama-tama melihat
kemiskinan lahiriah Kristus, kemiskinan Dia yang hidup miskin di dunia ini.
Mengenai kemiskinan Kristus ini, Fransiskus selalu ingat akan Sabda Injil:
"Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak
Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya” Mat. 8:20
(Marpaung, 2008:61).
Kaul kemiskinan kita wujudkan dalam hidup persekutuan harta. Seturut sabda
Injil dan dengan tulus ikhlas segala milik dan pendapatan kita, kita serahkan
kepada Kongregasi. Dengan demikian kita hendak menyatakan kesediaan
untuk berbagi demi kebahagian kita bersama dan orang lain. Kaul kemiskinan
menuntut kita untuk memperjuangkan dan memperkembangkan keadilan dan
kesejahteraan dalam pemanfaatan sarana hidup serta kekayaan alam yang
tersedia secara wajar dan bijaksana (Statuta Bruder MTB 2014: Art 41).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Dalam perjalanan sejarah kemudian kaul kemiskinan (kesederhanaan) ini
mengalami pergeseran nilai. Orang yang mengucapkan kaul kemiskinan ini tidak lagi
menekankan “miskin” atau “sederhananya” melainkan pada “ketidakbergantungan”.
Artinya, orang boleh saja punya mobil, handphone (HP) super canggih dan barangbarang elektronik lainnya yang super canggih dan super mahal, yang penting hatinya
tidak bergantung pada benda atau materi itu. Tak peduli apakah umat sudah
memilikinya atau belum. Pada dasarnya seorang imam, bruder dan suster sah-sah saja
memiliki Blackberry canggih dan mahal meski umatnya masih pakai handphone (HP)
biasa; wajar-wajar saja kalau melihat seorang imam memegang sebuah tablet meski
umatnya masih memakai komputer yang model lama. Kalau ditanya mengapa punya
barang-barang yang mahal seperti itu padahal mengikrarkan kaul kemiskinan?
Mungkin dengan santai pasti akan dijawab, “Yang penting seorang biarawan dan
biarawati yang bersangkutan tidak bergantung dan tergantung pada barang-barang
tersebut.” Bisa jadi juga karena tuntuntan zaman dan perkembangan globalisasi yang
mengharuskan seorang biarawan atau biarawati untuk menghayati dan memaknai
kaul kemiskinan dengan cara seperti yang sudah saya jelaskan di atas tadi. Untuk
pelayanan karya kerasulan bagi banyak orang.
1.
Peranan Kaul Kemiskinan
Setiap orang Kristiani dan setiap komunitas dipanggil sebagai sarana Allah untuk
membebaskan dan memajukan kaum miskin, dan untuk memampukan mereka
menjadi bagian masyarakat sepenuhnya. Hal ini menuntut agar orang siap sedia dan
penuh perhatian mendengarkan jeritan kaum miskin dan membantu mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Evangelii Gaudium (EG. 2013. 108:187) “Barangsiapa mempunyai harta duniawi
dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap
saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?” (1 Yoh.
3:17). Tidak hanya kaum religius saja, dipanggil untuk menghayati semangat
kemiskinan, akan tetapi setiap orang sebagai umat Allah turut serta untuk ambil
bagian dalam hal ini. “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah karena
merekalah yang empunya Kerajaan Surga” (Mat. 5:3). Sabda bahagia merupakan
keyakinan yang tulus akan cintakasih Bapa, sehingga kita percaya pada
penyelenggaraan Bapa dan segalanya berasal dari Bapa.
Sebagai manusia sering ada rasa cemas bagaimana memenuhi kebutuhan hidup,
sehingga orang seringkali pula menjadi putus asa karena ambisi dari permintaan
orang tersebut yang tidak dikabulkan-Nya, tetapi semangat kemiskinan membawa
orang mempercayai penyelenggaraan Bapa. “Serahkanlah segala kekuatiranmu
kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu” (1 Ptr. 5:7). Semangat kemiskinan
membantu orang untuk membedakan antara kebutuhan yang menghidupkan dengan
keinginan semata. Di satu sisi barang-barang merupakan suatu kebutuhan yang
mempermudah dan membahagiakan, namun di sisi lain juga membahayakan. Dalam
hal ini dituntut kebijaksanaan dari pribadi orang masing-masing, untuk menggunakan
barang-barang yang dia miliki agar sungguh berdaya guna untuk sesama yang kurang
beruntung hidupnya. Bagi kaum religius kaul kemiskinan sebagai suatu pemilihan
pola hidup. Seorang religius merasa terpanggil untuk menghayatinya karena dia
melihat bahwa pola hidup seperti itu merupakan sarana untuk berkembang dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
menjadi manusia sejati. Sebagai seorang religius dia menemukan arti dan nilai hidup,
sebagai orang yang harus menjawab suara Allah serta mengungkapkan hadirat Allah
bagi umat manusia. Semangat hidup yang seperti ini sebenarnya harus dimiliki oleh
semua orang. Tetapi tidak semua orang dalam keadaannya yang terbatas mampu
untuk mengungkapkan hal yang demikian. Maka ada orang-orang tertentu, yakni para
kaum religius yang dipanggil secara khusus untuk mengungkapkannya melalui hidup
kristiani melalui kaul kemiskinan yang mereka ikrarkan. Dalam hal ini Darminta
(1975:55) mengatakan bahwa:
Dengan kaul kemiskinan, orang sungguh-sungguh berkeinginan untuk
mengungkapkan hadirat Allah dengan mengambil sikap yang wajar kepada
barang-barang itu. Dengan demikian barang dia letakan dalam tempatnya
dalam kerangka hidup manusia, yang harus bergaul dengan Allah. Maka orang
ingin mengungkapkan makna dan nilai benda itu dalam rangka keseluruhan
dan dasar hidup manusia. Dan pengungkapan itu dia nyatakan dengan suatu
kaul, yang disebut kemiskinan, yang berarti orang mencoba melihat barang itu
dalam arti dan nilai yang dalam, sebagai sarana untuk bertemu dengan Allah.
Sebagai seorang religius semangat kemiskinan kiranya akan menolong orang
untuk sungguh-sungguh menghargai barang-barang yang mereka miliki demi karya
pelayanan kerasulan mereka dengan jujur dan bijaksana. Tanpa semangat kemiskinan
maka orang sebagai religius baik dalam kecukupan maupun dalam kekurangan sama
saja akan menderita sebagai pribadi yang jauh dari Allah dan tidak pernah akan
bersyukur atas hidup yang dia terima. Kehidupan dunia di zaman yang modern saat
sekarang ini, akan memberikan kepada orang sebagai kaum religius kemudahankemudahan untuk mmencari segala pemenuhan dan kepuasan. Jika orang tidak hatihati memilih tawaran-tawaran tersebut, maka karya kerasulannya, hanya berorientasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
pada hasil untuk mengejar barang-barang. Dengan kaul kemiskinan orang ingin
menujukkan kepada umat beriman lainnya, bagaimana dia dapat setia pada tugas
pelayanan dan karya kerasulannya. Semangat kemiskinan membuat orang menjadi
orang yang sabar untuk tidak egois mementingkan kepentingan sendiri tetapi
membuat dia merasa peka terhadap situasi orang lain. Berkatian dengan peranan kaul
kemiskinan Darminta (1975: 57) mengatakan bahwa “Kaul kemiskinan orang akan
bermakna, kalau dengan kaul dia sungguh mempunyai sikap hormat kepada benda
atau barang, yang dia miliki. Dengan begitu barang yang orang miliki, dia sadari
sebagai sarana untuk menghayati panggilan hidup sebagai religius. Maka kemiskinan
merupakan sikap terbuka kepada hadirat Allah dan ajakkan-Nya”.
a.
Kaul Kemiskinan sebagai Ikatan
Dengan kaul kemiskinan, para religius diingatkan dan ingin dibebaskan dari
kelekatan-kelekatan pada harta duniawi, kedudukan, pangkat, jabatan dan segala hal
yang dapat menghambat para kaum religius untuk bersatu dengan Tuhan. Dengan
kaul kemiskinan sebagai religius orang ingin berbagi, ingin menolong keselamatan
orang lain. Dengan demikian kemiskinan orang bersifat kerasulan. Serta kemiskinan
yang ingin meniru kemiskinan Yesus, maka dengan kaul kemiskinan orang juga ingin
membantu orang lain. Yesus menjadi manusia yang miskin agar dapat membantu
manusia yang lainnya kembali kepada Allah. Suparno (2016: 99) mengatakan bahwa
“Kaul kemiskinan adalah bahwa Kristus menjadi satu-satu yang bernilai bagi hidup
orang, dan yang lainnya adalah sarana untuk berjumpa dan mengabdi kepada-Nya”.
Kaul kemiskinan adalah proses perjuangan dan pergulatan untuk selalu bersatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
dengan Tuhan. Dalam kenyataan hidup religius di dunia modern saat ini, yang penuh
dengan godaan dengan kaul kemiskinan orang ingat akan Yesus dalam hidup mereka,
untuk melawan tantangan yang melemahkan panggilan orang sebagai religius.
Dengan kaul kemiskinan orang melepaskan hak untuk memiliki harta
kekayaan dalam kongregasi. Orang hanya mempunyai hak pakai dengan izin
kongregasi. Orang dengan kaul kemiskinan kehilangan hak milik atas barang
yang dia terima. Maka, orang tidak minta warisan lagi. Semua barang dan
uang yang mereka terima setelah kaul kekal, adalah menjadi milik kongregasi
dan harus diserahkan kepada kongregasi (Suparno, 2016:109).
Alasan biblis dari kaul kemiskinan keinginan untuk mengikuti Kristus yang
miskin. “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, bahwa Ia,
yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi
kaya oleh karena kemiskinan-Nya” (2Kor 8:9). Dengan mengikrarkan kaul
kemiskinan pegangan orang pada Tuhan, bukan pada harta dunia. Maka orang lebih
bebas untuk menggunakan atau tidak menggunakan sarana atau barang yang ada. Jika
ada sarana diterima dengan senang hati, jika tidak ada ya harus ditanggapi dengan
senang hati juga. Secara sederhana kemiskinan orang dalam hidup membiara adalah
ingin meniru hidup Yesus yang memang miskin dan sederhana. Orang begitu terpikat
dengan kasih dan panggilan Tuhan karena misteri inkarnasi Yesus menjadi manusia
papa dan hidup bersama di antara orang berdosa merupakan bentuk paling nyata dan
kelihatan dari kemiskinan Kristus (Flp 2:6-11). Dengan menghayati kaul kemiskinan
para kaum religius diajak untuk lebih memperhatikan orang kecil, orang miskin
dalam kehidupan mereka.
Setiap orang beriman Kristen dan setiap komunitas Kristiani dipanggil untuk
menjadi sarana dan alat Tuhan untuk membebaskan dan mengangkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
kehidupan kaum miskin. Panggilan itu juga untuk memampukan mereka
menjadi bagian penuh dari masyarakat Evangelli Gaudium (EG, 2015:34. Art
187).
Ajakan untuk hidup miskin sebagaimana diajarkan di dalam Kitab Suci,
sesungguhnya orang melihat bahwa Allah menawarkan suatu jalan hidup yang
mampu mengobati penyakit kronis hidup manusia dari waktu ke waktu yaitu ingin
hidup menuruti keinginan daging, nafsu dan ketamakan. Allah mengingatkan bahwa
untuk dapat mengikuti Yesus, orang harus rela melepaskan segalanya untuk
kemudian menghayati hidup kontemplatif bahkan dalam karya perutusan. Hidup
semacam itu perlu orang laksanakan dengan menumbuhkan citra hidup Kristus di
dalam diri mereka melalui penerimaan penuh kerendahan hati bahwa orang
membutuhkan keselamatan lantaran keterbatasan mereka sebagai manusia, kedekatan
orang
pada
kebinasaan,
kefanaan
dan
kesementaraan
pandangan
serta
kemampuannya. Dengan demikian jelas bahwa bagi semua orang kristiani hidup
menurut Injil senantiasa mengandaikan tuntutan penghayatan hidup miskin. Ridick
(1987:33) mengatakan bahwa “Kaul kemiskinan bukanlah pertama-tama pelepasan
hak milik tetapi suatu pengarahan taraf hidup, suatu usaha untuk menjadi tidak
melekat pada satu tahap kehidupan saja, agar dapat bebas meraih dan memiliki
keintiman yang total dan terpadu dengan Kristus”.
Untuk menghayati kaul kemiskinan orang perlu memiliki semangat murah hati.
Suparno (2016:102) mengatakan bahwa “Murah hati karena semua yang orang
punyai adalah dari Tuhan, entah bakat, kemampuan, ketrampilan, kekayaan atau
kepandaian. Semuanya itu dari Tuhan maka orang harus membagikannya kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
orang lain juga”. Semangat pelayanan inilah yang menjadikan orang rela untuk diutus
melayani setiap orang. Semangat murah hati berarti tidak menumpuk harta, bakat,
kemampuan dan lain sebagainya hanya untuk diri sendiri, tetapi semuanya itu harus
berikan demi pelayanan bagi sesama.
b. Kaul Kemiskinan sebagai Peringatan dalam Melayani
Iman orang akan Yesus Kristus, yang menjadi miskin dan selalu dekat dengan
kaum miskin dan kaum tersingkir, adalah dasar kepedulian mereka pada
pengembangan seutuhnya para anggota masyarakat yang paling terabaikan. Setiap
orang Kristiani dipanggil sebagai sarana Allah untuk membebaskan dan memajukan
kaum miskin, dan untuk memampukan mereka menjadi bagian masyarakat
sepenuhnya. Hal ini menuntut agar orang sebagai kaum religius mau siap sedia dan
penuh perhatian mendengarkan jeritan kaum miskin dan membantu mereka melalui
karya pelayanan kerasulan. Ridick (1987:128) mengatakan bahwa “Pelayanan
merupakan sarana yang baik untuk memperbaharui, memelihara dan meningkatkan
hidup cinta seseorang. Pelayanan adalah jalan untuk membawa buah-buah
keheningan ke dalam pengungkapannya yang nyata. Pelayanan adalah cinta dalam
aksi, cinta dalam tindakan nyata. Maukah orang siap sedia dengan gembira dalam
melayani sesama sebagaimana Kristus telah berkenan “membasuh kaki para rasulNya” tanpa menunggu sampai diberi tugas atau diperintah?”.
Yesus mempunyai prioritas dalam pelayanan-Nya, yaitu orang kecil, miskin,
sakit, tersingkir dan lain-lain. Dia dengan tegas memperjuangkan keadilan
bagi orang-orang ini terhadap lingkungan dan masyarakat waktu itu. Refleksi
bagi setiap orang, apakah mereka juga memprioritaskan kaum kecil ini? Atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
sebaliknya mereka sendiri malah berbuat tidak adil dan lebih menyengsarakan
kaum kecil? (Suparno, 2004:99).
Di Indonesia kemiskinan semakin meluas akibat ketidakadilan struktural.
Mendesak pula kemiskinan akan hubungan-hubungan antara manusiawi. Peranan
profetis atau perutusan para religius ialah membangun hubungan-hubungan baru
berdasarkan sikap saling menghormati, misalnya berupa jemaat-jemaat biasa yang
menampung siapa saja, tidak bertujuan politik, tidak merupakan ancaman bagi pihak
mana pun, sekaligus untuk bersama-sama menghadapi kendala-kendala sosial.
Berkembang arus intergrasi dengan kaum miskin untuk ikut mengalami
marginalisasi, ketidakpastian, diskriminasi sosial, dalam rangka peranan profetis
untuk melayani kaum miskin.
Kaul kemiskinan kita wujudkan dalam hidup persekutuan harta. Seturut
sabda Injil dan dengan tulus ikhlas segala milik dan pendapatan kita, kita
serahkan kepada Kongregasi. Dengan demikian kita hendak menyatakan
kesediaan untuk berbagi demi kebahagian kita bersama dan orang lain.
Kaul kemiskinan menuntut kita untuk memperjuangkan dan
memperkembangkan keadilan dan kesejahteraan dalam pemanfaatan
sarana hidup serta kekayaan alam yang tersedia secara wajar dan bijaksana
(Statuta Bruder MTB 2014: Art 41).
Tanpa disadari orang sebagai kaum religius terkadang lebih suka melayani
orang-orang yang kaya dan bukan orang miskin. Dalam doanya Ibu Teresa (2003:22)
mengatakan: “Ya Tuhan, buatlah kami layak untuk melayani sesama kami di seluruh
dunia, yang hidup dan mati dalam kemiskinan dan kelaparan. Melalui tangan-tangan
kami, berilah mereka pada hari ini makanan yang secukupnya. Dengan cinta kami
yang penuh pengertian, berilah mereka damai dan kegembiraan. Amin”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
2.
Makna Kaul Kemiskinan
Kesaksian yang paling tampak bagi seorang religius dalam merealisasi kaul
kemiskinan adalah penghayatan akan semangat kemiskinan. Semangat kemiskinan itu
tentu saja berakar dari hidup Kristus sendiri. Kristus mengajak para murid-Nya dan
juga para kaum religius untuk meninggal segala sesuatu, memikul salib dan
mengikuti Dia pada jalan-Nya kepada Bapa (bdk. Luk. 9:23 dan 18:22). Suparno
(2016:99) mengatakan:
Inti kaul kemiskinan adalah bahwa Kristus menjadi satu-satunya yang bernilai
bagi hidup orang, dan yang lainnya adalah sarana untuk berjumpa dan
mengabdi Kristus. Maka, sikap yang orang kembangkan adalah lepas bebas
dari segala barang, hal, bahkan manusia.
Dengan kaul kemiskinan seseorang religius diharapkan turut ambil bagian
dalam memperkembangkan hidup manusia supaya menjadi semakin manusiawi, demi
memajukan taraf hidup mereka masyarakat marginal. Jadi masalah utama dalam
kemiskinan bukan bagaimana orang hidup dalam kekurangan, meski ini ada gunanya
pula kalau orang mengalaminya, tetapi bagaimana orang dapat menggunakan milik
dan kekayaannya dalam keterlibatan mereka dengan masyarakat miskin dan
terabaikan. Hendaknya kaul kemiskinan yang diikrarkan oleh kaum religius, nampak
dalam sikap, pola hidup dan tindak-tanduk seorang religius tersebut, sehingga
masyarakat juga dapat menangkap dan mengerti apakah nilai kaul kemiskinan itu.
Sinaga (1996:141) mengatakan bahwa “Santo Fransiskus Assisi menasihatkan: “Para
hamba Tuhan, dengan semangat kemiskinan dan kerendahan hati, meninggalkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
jaminan hidup dengan pasrah dan tanpa bersungut-sungut, sebab Kristus telah miskin
bagi setiap orang di dunia ini”.
Dalam keperluan pribadi hendaklah kita waspada agar jangan memupuk
kebutuhan akan harta material yang tidak terpuaskan, mengumpulkan uang
dan berdagang, mengembangkan cadangan atau dengan berbagai cara
memperoleh harta yang tidak sesuai dengan usaha kita untuk menghayati
kemiskinan (Konstitusi Bruder MTB 1999: Art 67).
Opsi Injili itu bentuk konkret partisipasi dalam kemiskinan dan cintakasih
terhadap kaum hina dina, yang mengajak para religius mengenakan corak hidup yang
sederhana, dan mendekati rakyat pinggiran, meningkatkan komitmen terhadap
keadilan dan pembangunan yang sejati. Dengan demikian merupakan unsur pokok
aspek kenabian spiritualitas hidup bakti yang peduli terhadap penderitaan rakyat
miskin. Kemiskinan Injili berarti mengembalikan segala materi kapada kebaikan
tertinggi Allah dan kerajaan-Nya. Terutama dalam masyarakat konsumeristis
sekarang ini perlu disadarkan kembali bahwa hanya seseorang yang merenungkan
dan menyakini misteri Allah sebagai satu-satunya kebaikan tertinggi sebagai
khazanah definitif sejati, akan sanggup mengerti dan mengamalkan hidup sederhana.
Sinaga (1996:277) mengatakan bahwa “Kemiskinan sejati bukanlah penolakan atau
penghinaan barang-barang melainkan sebagai cara mencintai dan penggunaan
bertanggung jawab akan barang-barang sambil mampu menolaknya dalam kebebesan
batin yang luhur, artinya mengaitkannya dengan Sang Khalik dan rencana
penyelamatan. Dari itu, kemiskinan dan hidup sederhana secara tak terpisahkan
mengandung kesatuan hakiki dengan pelayanan pastoral”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Meski pun Tuhan Yesus tidak mengikrarkan kaul kemiskinan, tetapi dalam
kehidupan-Nya dan juga dalam Dia melakukan tugas perutusan Bapa-Nya, sungguh
menunjukan semangat murah hati, sikap rendah hati dan kesederhanaan yang menjadi
inti dari kaul kemiskinan. Maka sangat tepat dan baik jika dalam menghayati kaul
kemiskinan, para kaum religius meniru gaya dan cara hidup Tuhan, cara hidup yang
sederhana. Suparno (2004:99) mengatakan bahwa “Yesus mempunyai prioritas dalam
pelayanan-Nya, yaitu orang kecil, miskin, sakit, tersingkir dan lain-lain. Dia dengan
tegas memperjuangkan keadilan bagi orang-orang ini terhadap lingkungan dan
masyarakat waktu itu. Refleksi bagi setiap orang apakah mereka memprioritaskan
kaum kecil ini? Apakah orang juga berani terlibat dalam perjuangan keadilan bagi
orang-orang kecil? Bahkan malahan sebaliknya, mereka sendiri berbuat tidak adil dan
lebih menyengsarakan kaum kecil”.
Dengan kaul kemiskinan, orang sungguh-sungguh berkeinginan untuk
mengungkapkan hadirat Allah dengan mengambil sikap yang wajar kepada
barang-barang itu. Dengan demikian barang kita letakkan dalam tempatnya di
dalam kerangka hidup manusia, yang harus bergaul dengan Allah. Maka
orang ingin mengungkapkan makna dan nilia benda itu dalam rangka
keseluruhan dan dasar hidup manusia. Dan dengan pengungkapan itu orang
nyatakan dalam suatu kaul, yang disebut kemiskinan, yang berarti orang
mencoba melihat barang itu dalam arti dan nilai yang dalam, sebagai sarana
untuk bertemu dengan Allah (Darminta, 1975:55).
Baiklah orang ingat bahwa tujuan dari suatu keutamaan adalah kebebasan untuk
mengasihi Allah. Kitab Suci berkata tentang “kebebasan anak-anak Allah” dan
Kristus berkata, Kalau engkau sungguh melaksanakan sabda-Ku, engkau adalah
murid-murid-Ku. Kamu akan tahu kebenaran dan kebenaran itu akan membebaskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
kamu” (Yoh. 8:32). Kebebasan secara negatif berarti tiadanya perbudakan dosa,
kematian dan kejahatan. Akan tetapi secara positif berarti menempatkan kebebasan
sebagai kekuatan untuk menjadi seperti Allah dalam pilihan-pilihan setiap orang.
Bahaya untuk umat manusia adalah bahwa kebebasan terbelenggu oleh kebebasan
fisik atau badan dan kenikmatan pribadi akan kesombongan dan cinta diri.
Kemiskinan dirancang untuk menjadikan orang bebas dari setiap bentuk perbudakan
harta dan kelekatan pada orang lain, tempat, lingkungan dan keinginan.
3.
Kaul Kemiskinan sebagai Ungkapan Kenabian dalam Melayani
Penghayatan dan semangat kaul kemiskinan orang sebagai kaum religius secara
nyata juga ingin meniru semangat Yesus Kristus sendiri yang menjadi miskin untuk
memperkaya orang lain. Kemiskinan orang sebagai kaum religius diwujudnyatakan
dalam bentuk pelayanan karya kerasulan keluar, supaya berdayaguna bagi
keselamatan orang lain terutama orang-orang miskin dan orang kecil yang terabaikan.
Budi (2016:15) mengatakan bahwa “Penghayatan kaul kemiskinan tidak hanya
dihayati secara personal atau perorangan, tetapi dapat juga dihayati secara bersamasama sebagai sebuah komunitas, provinsi, atau tarekat secara keseluruhan”. Maka
sebagai kaum religius setiap orang diajak juga untuk murah hati kepada orang lain
dalam karya pelayanan mereka. “Setiap orang beriman Kristen dan setiap komunitas
Kristiani dipanggil untuk menjadi sarana dan alat Tuhan untuk membebaskan dan
mengangkat kehidupan kaum miskin. Panggilan itu juga untuk memampukan mereka
menjadi bagian penuh dari masyarakat” (Bhanu, Anjuran Apostolik Paus Fransiskus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Evangelii Gaudium 2015: EG. Art 187:34). Kemiskinan seorang religius tidak
pertama-tama menyangkut soal uang, harta kekayaan dan lain sebagainya, akan tetapi
kemiskinan pertama-tama menyangkut sikap pelayanan, sikap kerendahan hati dan
sikap belarasa terhadap sesama. Kemiskinan berarti kesedian untuk melayani dan
membantu. Mereka ada di dunia untuk orang lain. Bukan untuk mereka sendiri, maka
dari itulah orang ada serta berada di dunia ini, untuk hidup bersama dengan orang lain
membantu dan melayani mereka, terutama mereka yang miskin dan telantar. Anjuran
Apostolik Paus Fransiskus Evangelii Gaudium (2015: EG. Art 209). Mengatakan
yang termasuk orang miskin dan telantar untuk zaman sekarang ini antara lain: Kaum
gelandangan, mereka yang ketagihan obat-obatan terlarang, para pengungsi,
penduduk asli, dan orang-orang jompo yang semakin terisolasi dan telatar.
Mereka yang sungguh-sungguh miskin dalam roh, tidak membuat sesuatu pun
menjadi miliknya sendiri, juga tidak mempersengketakannya dengan orang
lain; tetapi mereka hidup di dunia ini sebagai peziarah dan perantau. Itulah
keluhuran kemiskinan yang tertinggi, yang menetapkan orang menjadi ahli
waris dan raja kerajaan surga, membuat orang miskin akan harta benda, tetapi
meninggikan orang dengan keutamaan-keutamaan. Itulah yang hendaknya
menjadi bagian orang, yang membawa mereka kenegeri orang-orang hidup.
Dengan tetap melekat padanya sepenuh-penuhnya, orang untuk selamanya
tidak mau memiliki sesuatu lainya di bawah kolong langit demi nama Tuhan
Yesus Kristus (Anggaran Dasar Bruder MTB 1999: Art 22).
Kitab Suci Perjanjian Baru (Mat. 19:21) Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau
hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orangorang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah ke mari
dan ikutlah Aku." Mengingat dan menyadari kembali bahwa dengan kaul kemiskinan
hakikat hidup religius yaitu lahir dan ada untuk umat manusia dan untuk dunia. Hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
religius dilahirkan oleh Allah untuk pembelaan manusia yang tertindas, miskin dan
lapar. Dengan kata lain bergulat bersama Allah menegahkan keadilan, perdamaian
dan persaudaraan dalam tata kehidupan manusia. Hidup religius, sebagaimana Musa,
diutus untuk membebaskan manusia dari pendindasan dan perbudakan; sebagaimana
para nabi diutus untuk membangun kembali tatanan kehidupan yang lebih manusiawi
dan adil melanjutkan gerakan Yesus untuk menumbuhkan iman dan kepercayaan diri
pada manusia yang lemah, sebagai pangkal perubahan hidup menuju keadaan yang
lebih adil. Hidup religius untuk melanjutkan kenabian Yesus Kristus, yang
memperjuangkan perubahan, pembaruan dalam kehidupan ini, supaya umat manusia
tidak akan mengalami malapetaka yang semakin memburuk.
Jelaslah bahwa gerakan Allah bercirikan kenabian. Artinya gerakan Allah
merupakan penciptaan tatanan kehidupan baru. Perubahan tatanan hidup menjadi
sasaran gerakan Allah yang bercirikan kenabian. Maka sangat tepat dan baik jika
dalam menghayati kaul kemiskinan, orang meniru gaya dan cara hidup Tuhan, cara
hidup yang sederhana. Dari perjalanan Yesus, orang dapat melihat dan belajar dari
Yesus yang mempunyai prioritas dalam pelayanan-Nya, yaitu orang kecil, miskin,
sakit, tersingkir dan lain sebagainya. Dia dengan tegas memperjuangkan keadilan
bagi orang-orang ini, terhadap lingkungan dan masyarakat-Nya pada waktu itu.
Dalam persekutuan kita, hendaknya Injil menjadi kekuatan bagi pembaharuan
diri dan seluruh Gereja. Kita berusaha mengembangkan kemanusian kita
sebagai murid, sebagai pengikut Kristus, sesuai dengan sabda-Nya. Dengan
demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu
jikalau kamu saling mengasihi”. Yoh. 13:35. Inilah perintah-Ku, yaitu supaya
kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu Yoh. 15:12
(Konstitusi Bruder MTB 1999: Art 220).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Konstitusi Bruder Maria Tak Bernoda MTB (1999: Art 224) mengatakan bahwa
“Seperti umat Kristen pertama orang mau menjadi sehati sejiwa (Kis 4:32). Dihimpun
sebagai Gereja Kristus dan diutus untuk menjadi satu dalam ikatan persaudaraan.
Orang mewartakan Kristus satu sama lain dan kepada semua orang dan memberi
kesaksian atas kedatangan Tuhan kelak”. Dengan kaul kemiskinan yang diikrarkan
hendaknya menyadarkan, menggerakan hati serta semangat pelayanan bagi para
religius, bahwa harus ada keprihatinan dan keterlibatan secara konkret untuk
membantu mereka yang tanpa perlindungan.
Bentuk-bentuk pelayanan pastoral yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan
perlindungan bagi para orang-orang jompo, imigran, para gelandangan dan mereka
yang disingkirkan dari masyarakat sosialnya. Para religius merupakan persekutuan
cintakasih, maka mereka dipanggil untuk mengamalkan cintakasih itu melalui
pengabdiannya kepada sesama, terutama bagi orang papa dan miskin. Dijiwai oleh
cintakasih dan semangat pelayanan, para religius menyediakan diri untuk melayani
setiap orang sebagai pribadi dan anak Allah. Martino (2006:137) mengatakan bahwa
“Kaul kemiskinan menghidupkan keutamaan-keutamaan, sebagai saudari dari
keutamaan kehinadinaan, kemiskinan melawan setiap ketamakan, dan kecemasan
dunia ini”. Kaul kemiskinan sebagai peringatan dalam melayani, agar setiap orang
lebih peka dan menaruh perhatian kepada orang kecil dan miskin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
4.
Tantangan dalam Menghayati Kaul Kemiskinan di Zaman Yang Modern
Sekarang Ini
Sesungguhnya semua orang Kristen tidak hanya kaum religius saja, dipanggil
untuk menghayati semangat kemiskinan. “Berbahagialah orang yang miskin di
hadapan Allah karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga” (Mat 5:3). Akan
tetapi untuk menghayati kaul kemiskinan bukanlah sesuatu yang mudah dilaksanakan
diera globalisasi sekarang ini. Dunia sekarang ini, dimana orang berada sungguh
menjadi semakin kaya, semakin lengkap, dan semakin menyediakan banyak
kemudahan-kemudahan bagi hidup setiap orang. Terutama tawaran tentang
kenikmatan-kenikmatan duniawi seperti: Kemajuan teknologi, budaya konsumtif,
budaya instant dan lain sebagainya. Sebagai manusia sering ada rasa cemas
bagaimana memenuhi kebutuhan hidup, sehingga seringkali pula menjadi putus asa
karena ambisi dari permintaan setiap orang yang tidak dikabulkan-Nya, tetapi
semangat kemiskinan membawa orang untuk mempercayai penyelenggaraan Allah
Bapa. “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara
kamu” (1 Ptr 5:7). Dengan kaul kemiskinan para kaum religius diajak untuk
melepaskan hak milik dan hak pakai secara bebas atas barang-barang dan tidak mau
terikat dengannya. Suparno (2016:112) mengatakan bahwa:
Materialisme Vita Consecrata (VC 89). Tantangan yang besar di zaman ini
terhadap kaul kemiskinan adalah budaya materialisme yang haus akan harta
milik, tanpa mengindahkan keperluan dan penderitaan rakyat kecil, tanpa
kepedulian kepada keseimbangan sumber daya alam. Banyak orang haus harta
dan mengumpulkan semua kekayaan dan menggunakan sumber alam untuk
diri/kelompoknya sendiri, sehingga banyak orang lain menderita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Suatu penghayatan kaul kemiskinan zaman modern sekarang ini yang menarik
adalah berjuang atau berkarya bagi penegakan keadilan dan berkerja bagi orang
miskin dan tersingkir. Menghayati kaul kemiskinan zaman sekarang ini tidak cukup
hanya hidup sederhana dan hidup miskin, tidak mempunyai hak milik apa pun.
Memang hal itu baik, tetapi tidak cukup untuk hidup orang di zaman ini. Mengapa?
Karena di dunia orang sekarang ini masih terjadi ketidakadilan, pendindasan,
kemiskinan struktural, dan perlakuan tidak adil bagi beberapa kelompok masyarakat.
Penindasan antara kelompok masih selalu terjadi, dengan akibat beberapa kelompok
menderita dan hidup dalam kehancuran dan kemiskinan.
Akan tetapi yang menjadi tantangan dan kesulitan dalam menghayati kaul
kemiskinan zaman sekarang ini, apabila orang sebagai religius masih berpikir tentang
untung rugi, harta dan kenikmatan duniawi. Sebaiknya sebagai religius orang harus
mampu mengalahkan segala keinginannya untuk memiliki harta kekayaan yang
melimpah, mengumbar kenikmatan duniawi, rasa ingin menguasai orang lain, gila
jabatan serta kedudukan dalam suatu organisasi dan lain sebagainya. Sebab semuanya
itu adalah akar kejahatan masa kini yang hanya bisa diatasi bila nilai Injil kemiskinan,
kemurnian dan pelayanan ditemukan kembali. Dikatakan dalam Kitab Hukum
Kanonik (KHK) Kanon 634 § 2 sebagai berikut: “Namun hendaknya dihindari setiap
kesan kemewahan, keserakahan, dan penimbunan harta”.
Kaul kemiskin kita wujudkan dalam hidup persekutuan harta. Seturut sabda
Injil dan dengan tulus ikhlas segala milik dan pendapatan kita, kita serahkan
kepada Kongregasi. Dengan demikian orang hendak menyatakan kesedian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
untuk berbagi demi kebahagian kita bersama dan orang lain. Kaul kemiskinan
menuntut kita untuk memperjuangkan dan memperkembangkan keadilan dan
kesejahteraan dalam pemanfaatan sarana hidup serta kekayaan alam yang
tersedia secara wajar dan bijaksana (Statuta Bruder MTB 2014: Art. 41).
Baiklah kita sadari pula bahwa dalam diri kita ada kecenderungan untuk
memiliki dan menguasai barang-barang, menyimpan dan menimbun
kekayaan, menyalahgunakannya bagi kepentingan, kenikmatan dan jasmani
sendiri (Statuta Bruder MTB 2014: Art. 42).
Semangat
kemiskinan
mempercayai
bahwa
hidup,
kesehatan,
talenta,
keberhasilan, iman, segala berkat, dan segala sesuatu juga kebajikan-kebajikan adalah
berasal dari Tuhan yang diberikan oleh-Nya secara cuma-cuma kepada setiap orang.
1 Kor 4:7 “Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah
yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau menerimanya
mengapakah engkau memegahkan diri seakan-akan engkau tidak menerimanya?”.
Semangat kemiskinan membantu setiap orang membedakan antara kebutuhan yang
menghidupkan dengan keinginan semata. Disatu sisi barang-barang merupakan suatu
kebutuhan yang mempermudah dan membahagiakan, namun di sisi lain juga
membahayakan. Contoh: Handphone (HP), diperlukan untuk mempermudah
komunikasi, namun menjadi hanya suatu kesenangan belaka ketika yang dicari tidak
hanya fungsinya saja tapi model yang terus menerus berganti-ganti. Kaul kemiskinan
membawa orang pada suatu tindakan keberanian untuk bermurah hati membantu
orang lain. Sikap murah hati berarti orang rela memberi dan berbagi kepada orang
lain. Sebagai kaum religius janganlah orang dengan mudah mengatasnamakan kata
“sebuah pelayanan” untuk mengumpulkan harta di dunia ini, karena dimana harta
orang berada disitu juga pikiran dan hatinya berada bandingkan dengan (Bdk, Luk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
6:19-21). Kaul kemiskinan bukan berarti orang membuang semua kekayaannya,
tetapi setiap orang diajak untuk memelihara dan menanamkan semangat murah hati,
sikap batin karena dia percaya kepada penyelenggaraan ilahi. Setiap orang diajak
untuk melihat segala sesuatu, yang mereka miliki semuanya berasal dari Tuhan, dan
bukan sebagai milik pribadi yang patut dipertahankan untuk memperkaya diri sendiri
dan kesenangan sendiri. Segala sesuatu yang mereka dapatkan adalah demi
kemuliaan-Nya, untuk membantu orang-orang miskin.
Suparno (2016:107) mengatakan bahwa “Dengan menghayati kaul kemiskinan,
hidup dalam kesederhanaan setiap orang diajak untuk lebih peka dalam
memperhatikan orang kecil dan miskin dalam karya pelayanan dan perutusan mereka.
Setiap orang diharapkan dapat ikut merasakan betapa beratnya perjuangan orangorang miskin untuk dapat hidup”. Kemiskinan orang sebagai kaum religius
hendaknya
meniru
kemiskinan
Kristus.
Yesus
adalah
anak
Allah
sudah
mengosongkan diri-Nya menjadi miskin. “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama,
menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang
walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai
milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan
mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” Fil 5-7.
Kemiskinan sebagai seorang religius di zaman sekarang ini, dimana orang hidup di
tengah-tengah masyarakat dan dunia yang modern saat ini, bukanlah kemiskinan
yang melarat dan harus menjadi pengemis kalau demikian kemiskinan orang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
ada gunanya bagi orang kecil dan miskin. Suparno (2016:101) mengatakan bahwa
“Demi pengertian kaul kemiskinan yang rasuli orang boleh mempunyai barang atau
sesuatu, misalnya fasilitas yang baik entah di sekolah, di kampus dan di rumah sakit.
Sedangkan bagi hidup seorang religius di komunitas boleh sederhana”. Tanpa
disadari dalam karya pelayanan dan kerasulan sebagai seorang religius, terkadang
lebih memilih melayani orang-orang yang kaya dan bukan yang miskin. Kalau
demikian adanya orang bukan lagi bersemangat murah hati, tetapi mencari kekayaan
untuk diri sendiri. Hadiwardoyo (2016:66) mengatakan bahwa “Iman kepada Kristus
yang miskin merupakan dasar kepedulian orang pada pengembangan kaum miskin di
dalam masyarakat”.
Fransiskus dari Assisi dalam wasiatnya dan dalam tulisan yang lain, memberi
alasan kepada para pengikutnya mengapa kemiskinan begitu sentral dalam
panggilannya. Dia tidak memberi definisi tentang kemiskinan atau implikasinya; ia
hanya melihat Kristus menurut Injil”. Kristus adalah pusat hidup setiap orang. Ia
memilih kemiskinan sebagaimana Ia melilih kerendahan. Ia telah “menelanjangi
diri-Nya kepada semua orang (kenosis). Bagi Fransiskus, Kristus adalah satusatunya jalan kepada Bapa, dan perjalanannya untuk itu adalah perjalanan
dalam kemiskinan (Marpaung, 2006:107).
Dengan kaul kemiskinan sebagai religius hendaknya orang menjaga dan
mempertahankan dengan identifikasi dirinya dengan orang miskin, dan dikonkretkan
dengan pelayanan bersama kepada orang kecil dan miskin. Sebagai kaum religius
yang menghayati semangat kemiskinan semestinya orang belajar dari Yesus. Dia
dibesarkan dalam sebuah rumah perkerja biasa dan melakukan perkerjaan tangan
untuk mendapatkan nafkah-Nya. Ketika Dia mulai mewartakan kerajaan Allah,
kerumunan orang-orang yang dirampas hak-hak mereka mengikuti Dia, dan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
demikian Ia mewujudnyatakan apa yang telah disabdakan-Nya: “Roh Tuhan ada
pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik
kepada orang-orang miskin” (Luk 4:18). Dia menyakinkan mereka yang dibebani
oleh kesusahan dan dihimpit oleh kemiskinan bahwa Allah memiliki tempat istimewa
bagi mereka dihati-Nya: “Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah
yang empunyai kerajaan Allah” (Luk 6:20).
Marpaung (200:70) mengatakan bahwa “Kemiskinan adalah pengosongan diri di
dunia demi penumpukan harta disurga. Tanpa memiliki apapun di dunia ini adalah
jalan untuk memiliki segalanya dalam Tuhan, inilah kemiskinan fransiskan. Pilihan
Fransiskus akan kemiskinan adalah pilihan bebas dalam roh”. Dalam masyarakat dan
dunia yang ditandai dengan irama pertumbuhan materi luar biasa yang hampir tak
terkendalikan ini, kesaksian apakah yang dapat orang persembahkan sebagai seorang
religius? Kalau dia, bahkan membiarkan diri terbawa oleh arus pencarian kesenangan
diri yang tak terkendali, dan menganggap wajar demikian saja tanpa pertimbangan
bahkan dengan leluasa menerima apa saja yang dihadiahkan kepada dia sebagai
seorang religius. Pada suatu saat nanti manakala orang mulai terjerumus oleh jaminan
yang amat menarik dan memikat dari harta milik, ilmu pengetahuan dan kekuasaan,
panggilan Tuhan justru menantang anda para kaum religius untuk tetap dalam
kesadaran sebagai umat kristiani dan mengingatkan umat manusia bahwa sebagai
putra-putri Allah mereka harus tetap menjawab panggilan Tuhan dengan berbagi
terang dari Allah sumber segala kehidupan, Bapa segala kuasa bagi umat manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Disanalah mereka akan menemukan segala kemajuan yang sebenarnya atas hidup
mereka. Tantangan yang dihadapi oleh para religius di dalam menghayati kaul
kemiskinan dan bersemangat miskin antara lain: Kemajuan teknologi, khusunya
teknologi informasi, budaya konsumeristis, budaya instan, budaya hedonisme
semuanya mempunyai pengaruh dan merupakan tantangan terhadap hidup berkaul
setiap orang sebagai kaum religius. Dalam hal ini Ridick (1987:56) mengatakan:
Apakah orang cukup rendah hati untuk mengakui dengan jujur keterbatasan
diri atau lebih suka mempersalahkan orang lain? Semangat kemiskinan yang
sejati akan terungkap dalam kehangatan, keterbukaan dan keterlibatan hidup.
Sedangkan kelobaan mendatangkan kebosanan, sinisme, isolasi dan cinta diri.
Sebagai seorang religius mereka harus menyadari dan memahaminya bahwa kaul
kemiskinan yang mereka ikrarkan merupakan sarana yang amat berharga untuk benarbenar memurnikan pertimbangan-pertimbangan nilai dalam panggilannya sebagai religius.
Dengan usaha ini orang akan membebaskan diri dari hidup secara parsial dan terpecahbelah
dalam kemanusianya untuk mengikuti Tuhan. Dengan demikian orang menghindarkan
diri dari perbudakan nafsu-nafsu, perbudakan hasrat dan minat cinta diri. Dengan kata
lain penghayatan kaul kemiskinan secara benar, justru membawa setiap orang masuk
ke dalam perspektif hidup yang lebih bebas, terarah dan terkaya. Orang sebagai umat
Kristen semuanya, dipanggil untuk mendengarkan jeritan kaum miskin.
C. Rangkuman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Intisari dari hidup membiara atau hidup sebagai religius adalah orang ingin
menyerahkan diri secara penuh kepada Tuhan dan sesama, dalam karya dan perutusan
yang berpangkal pada kehidupan Tuhan Yesus Kristus sendiri, yang hidup selibat dan
miskin. Hidup membiara adalah hidup yang penuh cinta kasih dalam persaudaraan
serta menuntut penyerahan diri secara mutlak dan menyeluruh dalam hidup bersama.
Proses hidup semacam ini akan terwujud apabila masing-masing dari setiap pribadi
terbuka untuk saling memahami, saling mengerti, ada sikap serta kemauan untuk
saling mendengarkan, setia terhadap panggilan, bersikap jujur terhadap setiap
permasalahan yang dihadapi serta saling menghargai kekurangan dan kelemahan
setiap pribadi. Hidup sebagai religius bukan untuk mencari ketenaran, menaikkan
status, agar disanjungi, dipuja puji oleh banyak orang. Tidak juga untuk hidup
bermalas-malasan dan semaunya saya, karena dari segi fasilitas, finansial, papan,
pangan dan sandang semuanya sudah terpenuhi. Sebagai seorang religius orang harus
berani menolak tawaran-tawaran yang tidak sesuai dengan kehendak Allah dan kaul hidup
membiara yang dia ikrarkan.
Kaul kemiskinan merupakan nasihat Injil berdasarkan sabda dan teladan hidup
Yesus Kristus. Dengan mengikrarkan kaul kemiskinan para kaum religius diajak
untuk meniru teladan hidup Yesus Kristus, serta menjadi saksi kemiskinan zaman ini,
di tengah semakin banyak orang yang berusaha untuk hidup mencari ketenaran, harta
kekayaan, kesenangan duniawi, pangkat, jabatan dan popularitas. Kemiskinan orang
sebagai kaum religius di zaman modern saat ini, bersifat “profetis” berarti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
menjalankan tugas kenabian, perutusan dan karya kerasulan. Bukan kemiskinan untuk
menjadi melarat dan pengemis, bukanlah pertama-tama pelepasan hak milik tetapi suatu
pengarahan taraf hidup, suatu usaha untuk menjadi tidak melekat pada satu tahap kehidupan
saja, agar dapat bebas meraih dan memiliki keintiman yang total dan terpadu dengan Yesus
Kristus. Dengan mengikrarkan kaul kemiskinan orang ingin mengarahkan hidupnya kepada
Allah, bukan kepada harta duniawi yang dapat binasa. Kaul kemiskinan mengajak orang
untuk bersemangat murah hati kepada sesama, sebab segala sesuatu yang dia miliki di dunia
ini berasal dari kebaikan dan kemurahan Tuhan. Maka dari itu dengan tulus ikhlas segala
milik dan pendapatannya, dia serahkan kepada Kongregasi.
Dengan demikian orang hendak menyatakan kesediaan untuk berbagi demi
kebahagian bersama dengan orang lain. Kaul kemiskinan menuntut orang untuk
memperjuangkan keadilan demi kesejahteraan bersama, dalam pemanfaatan sarana
hidup serta kekayaan alam yang tersedia secara wajar dan bijaksana. Tantangan yang
besar di zaman ini dalam menghayati nilai-nilai kaul kemiskinan adalah budaya
materialisme yang haus akan harta milik, tanpa mengindahkan keperluan dan
penderitaan rakyat kecil, tanpa kepedulian kepada keseimbangan sumber daya alam.
Banyak orang haus harta dan mengumpulkan semua kekayaan dan menggunakan
sumber daya alam untuk memenuhi hasrat, nafsu untuk diri/kelompoknya sendiri,
sehingga menyebabkan banyak orang lain menderita, hidup dalam kehancuran dan
kemiskinan. Dengan mengikrarkan kaul kemiskinan orang tidak hidup berfoya-foya,
serakah dan menimbun harta hanya untuk dirinya sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
KAUL KEMISKINAN DALAM PELAYANAN DAN PERSAUDARAAN
Pada bab ini penulis secara khusus akan menguraikan tentang penghayatan kaul
kemiskinan dalam pelayanan dan persaudaraan Bruder Maria Tak Bernoda (MTB).
Pertama mengenai Kaul kemiskinan dalam Tarekat/Kongregasi Bruder MTB, terdiri
dari: Sejarah singkat berdirinya Kongregasi Bruder MTB, mengikuti Yesus Kristus
yang miskin dengan teladan Santo Fransiskus dari Assisi, kemiskinan dalam
perspektif Anggaran Dasar Ordo Ketiga Regular Santo Fransiskus dari Assisi,
Kemiskinan dalam perspektif hidup Bruder MTB dan dasar penghayatan kaul
kemiskinan dalam Tarekat/Kongregasi Bruder MTB. Kedua mengenai Dimensidimensi dalam penghayatan kaul kemiskinan menurut Tarekat/Kongregasi Bruder
Maria Tak Bernoda (MTB) terdiri dari: Miskin harta, miskin dalam roh miskin secara
radikal dan dalam persaudaraan.
A. Kaul kemiskinan dalam Tarekat/ Kongregasi Bruder MTB
Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) yang termasuk dalam Ordo Ketiga Regular
Santo Fransiskus dari Assisi, berusaha untuk menghidupi dan menghayati semangat
kemiskinan Tuhan Yesus Kristus, seturut teladan dan semangat Santo Fransiskus dari
Assisi. Dalam Anggaran Dasar dan Konstitusi para Bruder MTB maklumat yang
disampaikan oleh (Yohanes Paulus II, 1999:7) mengatakan bahwa “Dengan
berpegang teguh pada teladan dan semangat St. Fransiskus dari Assisi, para anggota
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Ordo Ketiga Regular berusaha mengikuti Yesus Kristus, dengan hidup dalam
persekutuan sebagai saudara, berkaul secara resmi untuk mencapai nasihat Injil dalam
ketaatan, kemiskinan, dan kemurnian serta membaktikan diri pada berbagai jenis
karya kerasulan”. “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan Yesus Kristus,
bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu
menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya” (2 Kor 8:9).
Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) sebagai salah satu Kongregasi Ordo Ketiga
Regular berusaha untuk menghidupi serta mengikuti kemiskinan Tuhan Yesus
Kristus, melalui semangat dan teladan hidup Santo Fransiskus dari Assisi. Para
pendiri Tarekat/Kongregasi Bruder MTB yakin bahwa dengan doa, kerja keras,
pengabdian yang tulus ikhlas, serta pengorbanan yang mereka lakukan bagi orang
miskin, lemah, tersingkir dan disabilitas dapat terlaksana dengan baik berkat bantuan
rahmat Allah yang mahakuasa. Dasar kaul kemiskinan yang dihayati oleh
Tarekat/Kongregasi Bruder MTB adalah keutamaan kemiskinan, ketaatan, kemurnian
pelayanan dan kerendahan hati Tuhan Yesus Kristus menurut teladan Santo
Fransiskus dari Assisi seperti tertera pada Anggaran Dasar dan Konstitusi Kongregasi
Bruder MTB.
Kaul kemiskinan kita wujudkan dalam hidup persekutuan harta. Seturut Sabda
Injil dan dengan tulus ikhlas segala milik dan pendapatan kita, kita serahkan
kepada Kongregasi. Dengan demikian kita hendak menyatakan kesedian
untuk berbagi demi kebahagian kita bersama dan orang lain. Kaul kemiskinan
menuntut kita untuk memperjuangkan dan memperkembangkan keadilan dan
kesejahteraan dalam pemanfaatan sarana hidup serta kekayaan alam yang
tersedia secara wajar dan bijaksana (Statuta Bruder MTB 2011: Art. 41).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Mereka yang sungguh-sungguh miskin dalam roh, tidak membuat sesuatu pun
menjadi miliknya sendiri, juga tidak mempersengketakannya dengan orang
lain; tetapi mereka hidup di dunia ini sebagai peziarah dan perantau. Itulah
keluruhan kemiskinan yang tertinggi, yang menetapkan kita menjadi ahli
waris dan raja Kerajaan surga, membuat kita miskin akan harta benda, tetapi
meninggikan kita dengan keutamaan-keutamaan. Itulah yang hendaknya
menjadi bagian kita, yang membawa kita ke negeri orang-orang hidup.
Dengan tetap melekat padanya sepenuh-penuhnya, kita untuk selamanya tidak
mau memiliki sesuatu lainnya di bawah kolong langit, demi nama Tuhan kita
Yesus kristus (Anggaran Dasar Bruder MTB 1999: Art. 22).
Tubarman (1997:9) mengatakan bahwa “Tujuan Kongregasi ada dua yakni:
Menguduskan para anggotanya dan menjadikan mereka berguna bagi sesama dengan
karya-karya amal pendidikan dan pengajaran”. Supaya tujuan ini dapat tercapai
dengan baik maka para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) diharapakan kesediaan,
kemauan dan kerelaannya untuk mengikrarkan ketiga kaul yakni kaul ketaatan, kaul
kemiskinan dan kaul kemurnian, serta berusaha belajar untuk mengembangkan diri
sesuai dengan tuntutan, perubahan dan tantangan zaman sekarang ini. Para Bruder
MTB diharuskan serta diharapkan berusaha dengan setia melalui bantuan rahmat
Allah yang mahakuasa manaati Anggaran Dasar Ordo Ketiga Regular Santo
Fransiskus dari Assisi sebagaimana telah ditetapkan oleh Bapa suci Paus Pius XI
untuk biarawan biarawati, beserta konstitusi-konstitusi direktorium Kongregasi yang
telah direstui oleh kewibawaan Gereja yang sah, di bawah nama: Bruder Maria Tak
Bernoda (MTB).
Bruder MTB juga membaktikan diri pada karya pendidikan dan pengajaran iman
Katolik, yang dijiwai oleh semangat doa, pelayanan, penyangkalan diri,
kesederhanaan, kemiskinan yang memampukannya untuk melepaskan dirinya dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
ikatan duniawi yang menyesatkan panggilan hidupnya dan dia gembira menuruti Injil
suci Tuhan kita Yesus Kristus. Mrk. 4:19. Lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya
kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman
itu sehingga tidak berbuah. Luk. 14:33. Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara
kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi
murid-Ku. Mat. 19:21. Kata Yesus kepadanya: Jikalau engkau hendak sempurna,
pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka
engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.
1.
Sejarah singkat berdirinya Kongregasi Bruder MTB
Berdirinya tarekat Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) berawal dari rasa
keprihatinan Mgr. J. Van Hooydonk melihat anak-anak yang telantar akibat perang.
Maka pada tahun 1848 ketika Belanda menerima undang-undang baru yang
mengakui kebebasan beragama, kebebasan berkumpul dan berorganisasi, setahun
kemudian yaitu pada tahun 1849 Mgr. J. Van Hooydonk mengumpulkan anak-anak
korban perang yang terlantar dan diserang penyakit dalam sebuah asrama untuk
diberikan pendidikan. Mengingat belum ada pengikut secara definitif, tugas ini
dibantu oleh Bruder-bruder CSA sampai tahun 1852. Pada tahun yang sama setelah
mendapatkan tiga orang calon Bruder MTB yang pertama tugas ini menjadi karya
Bruder MTB yang pertama. Dua tahun kemudian, yaitu pada tanggal 25 September
1854 ketiga calon tersebut menerima jubah pertobatan dan Anggaran Dasar St.
Fransiskus dari Assisi oleh Mgr. J. Van Hooydonk sekaligus menjadi hari kelahiran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Kongregasi dengan nama pelindung Maria Tak Bernoda/Bruder MTB. (Tukan,
2010:42)
Atas permintaan Mgr. Pacificus Bosch, OFM Cap Uskup Keuskupan Agung
Pontianak Kalimantan Barat pada tahun 1920, setahun kemudian tepatnya pada
tanggal 9 Maret 1921, lima Bruder MTB tiba di Pontianak Kalimantan Barat. Mereka
ditempatkan di kota Singkawang dengan tugas utama sebagai pengajar dan pembina
Asrama Putra St. Maria, bagi suku Thio-hoa dan suku Dayak. Pada bulan Juli para
Bruder MTB memekarkan karya di kota Pontianak Kalimantan Barat dengan
pelayanan yang sama. Pada tahun 1935 Kongregasi mendapat tawaran dari Uskup
Banjarmasin untuk membina anak-anak asrama dan mengajar di Sekolah milik
Yayasan Keuskupan. Menanggapi permintaan tersebut beberapa Bruder MTB dari
Belanda mendarat dan tiba di Banjarmasin. Dari Banjarmasin karya Bruder MTB
berkembang ke Pati Jawa Tengah, pada tahun 1939. Akibat perang dunia ke II,
beberapa komunitas dan karya-karya Kongregasi Bruder MTB tidak dilanjutkan
karena
kekurangan
dan
keterbatasan
jumlah
dan
anggota
Bruder
MTB.
Perkembangan di Indonesai baru bangkit kembali pada tahun 1948 di Nyarukop
Kalimantan Barat. Pada tahun 1968 pendidikan Novisiat di Pati Jawa Tengah di
pindahkan ke Yogyakarta. Perkembangan selanjutnya menyebar di beberapa
Keuskupan di Kalimantan Barat seperti: di Keuskupan Sanggau dan Keuskupan
Sintang, sampai sekarang. (Tubarman, 1997:6).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
2.
Mengikuti Yesus Kristus yang miskin dengan teladan Santo Fransiskus dari
Assisi.
Marpaung (2008:61) mengatakan bahwa “Bagi Fransiskus, tak perlu bagaimana
kemiskinan dapat dirumuskan. Kalau ditanya apa itu kemiskinan, maka ia akan
menjawab: “Itulah kemiskinan, Tuhan kita Yesus Kristus. Untuk Fransiskus, miskin
berarti menghidupi kemiskinan Tuhan Yesus Kristus. Kepada para saudaranya,
Fransiskus mengatakan bahwa “Putra Allah lebih mulia dari semua orang, tetapi Ia
telah membuat diri-Nya menjadi miskin di dunia ini untuk semua orang juga”.
Karena cinta-Nya kepada semua orang Dia telah memilih kemiskinan. Jadi Fransiskus
dari Assisi pertama-tama melihat kemiskinan lahiriah Kristus, kemiskinan Dia yang
hidup miskin di dunia ini. Mengenai kemiskinan Kristus ini, Fransiskus dari Assisi
selalu ingat akan sabda Injil: Yesus berkata kepadanya: “Serigala mempunyai liang
dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk
meletakan kepala-Nya” (Mat. 8:20). Dalam Anggaran Dasar peraturan hidup para
Bruder Maria Tak Bernoda MTB, (1999: Art. 29) dikatakan bahwa:
Saudara-saudari hendaknya mengasihi Tuhan dengan segenap hati, dengan
segenap jiwa dan dengan segenap akal budi dan segenap kekuatan, serta
mengasihi sesamanya seperti dirinya sendiri. Hendaklah mereka meluhurkan
Tuhan dalam perkerjaan mereka, sebab untuk itulah Ia mengutus mereka ke
seluruh dunia, yakni untuk menjadi saksi suara-Nya dengan perkataan dan
perbuatan dan untuk memberitahukan kepada semua orang, bahwa tak ada
yang mahakuasa selain Dia.
Saudara semuanya haruslah berusaha mengikuti kerendahan hati dan kemiskinan
Tuhan Yesus Kristus dan hendaklah mereka ingat, bahwa dari segalanya di dunia ini
tidak ada yang perlu mereka miliki, kecuali seperti kata Rasul Paulus “Asal ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
makanan dan pakaian, cukuplah” (1 Tim 6:8). Mereka harus bersukacita, apabila
mereka hidup di tengah orang-orang/rakyat jelata dan dipandang hina, orang yang
miskin dan lemah, orang sakit dan orang kusta serta pengemis di pinggir jalan. Bila
perlu, hendaknya mereka pergi meminta sedekah. Janganlah mereka merasa malu,
karena Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah yang hidup dan yang mahakuasa, membuat
wajah-Nya bagaikan batu yang terkeras dan tidak merasa malu. Ia menjadi miskin
dan penumpang serta hidup dari sedekah, baik Dia sendiri maupun Santa Perawan
Maria, bunda-Nya serta murid-murid-Nya. Apabila orang menistakan mereka dan
tidak memberikan kepada mereka, maka hendaklah mereka mengucapkan syukur
kepada Tuhan, sebab dari penistaan itu mereka akan mendapat kehormatan besar di
depan pengadilan Tuhan kita Yesus Kristus. Anggaran Dasar Tanpa Bulla (AngTBul.
Leo Laba Ladjar, 2001: 162).
Saudara-saudari harus berusaha mengikuti kerendahan dan kemiskinan Tuhan
Yesus Kristus. Dia sekalipun kaya melampaui segala-galanya, memilih
kemiskinan di dunia ini, bersama Bunda-Nya, perawan yang amat berbahagia;
dan Dia telah mengosongkan diri-Nya sendiri (Conti, 2006:124).
Hidup religius, sebagai pembaktian seluruh pribadi, menampakan di dalam
Gereja perkawinan yang mengagumkan yang diadakan oleh Allah, pertanda
dari zaman yang akan datang. Demikianlah hendaknya religius
menyempurnakan penyerahan diri seutuhnya bagaikan kurban yang
dipersembahkan kepada Allah, dengan itu seluruh eksistensi dirinya jadi
ibadat yang terus-menerus kepada Allah dalam cinta-kasih (KHK, 2016
Kan. 607 § 1:193).
Dasar dan cara hidup dalam Tarekat/Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda
(MTB) ialah mengikuti hidup Santo Fransiskus dari Assisi yang mendasarkan seluruh
hidup dan karyanya hanya pada hidup Yesus Kristus sendiri. Sebagaimana Fransiskus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
mengikuti Kristus dan hidup dalam kemiskinan, pertobatan, kemurnian, serta ketaatan
demikian juga halnya dengan para Bruder MTB ingin menyelaraskan hidup mereka,
seperti hidup Yesus Kristus yang rela berbagi dengan semua orang, terutama bagi
mereka yang lemah miskin, tersingkir dan difabel. Sebagi pengikut Santo Fransiskus
dari Assisi hendaknya para Bruder MTB dalam hidup dan karyanya berusaha dengan
sekuat tenaga serta dengan daya upaya baik dalam kebersamaan maupun secara
pribadi meneladani sang guru Agung yakni Yesus Kristus yang mereka kenangkan
dalam perayaan Ekaristi. Suharya (2011:65) mengatakan “Dalam Ekaristi, orang
yakin bahwa Allah mendengarkan mereka dan melalui karya Roh Kudus yang
menjadikan segala-galanya baru, Allah akan membarui bumi dan kerja manusia”.
Dalam menjalani tugas dan karyanya seharusnya para Bruder Maria Tak Bernoda
(MTB) siap sedia dipecah-pecah dan dibagi-bagikan kepada semua orang tanpa
memandang latar belakang orang tersebut, baik yang miskin maupun yang kaya
seperti roti dan anggur yang digunakan dalam perayaan Ekaristi yang siap sedia
dibagi-bagikan kepada semua orang. Roti dan anggur yang dipakai dalam perayaan
Ekaristi mengajak orang untuk menyebarkan kesadaran dan tindakan yang
mengikutinya akan pentingnya rasa solidaritas terhadap kaum papa dan miskin
sebagai segi yang amat penting dalam spiritualitas kristiani dan kemuridan kristiani.
Kerelaan untuk berbagi dan berbelarasa dengan saudari dan saudara yang miskin,
lemah dan tersingkir bagi orang yang sungguh menghayati Ekarsiti. “Ekaristi
mengajarkan kepada orang bahwa jalan menuju kehidupan bukanlah dengan
mengorbankan orang lain demi kepentingan atau ambisi pribadi, tetapi memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
hidup dengan bebas dan penuh kasih sebagai kurban hidup bagi Allah dan bagi
kebaikan sesama. Dalam diri Yesus, orang juga melihat etika anti kekerasan. Kasih
itu tidak pernah menjadikan orang lain sebagai kurban” (Suharyo, 2011:72).
Aku berbuat demikian, karena di dunia ini aku sekali-kali tidak melihat Putra
Allah yang Mahatinggi itu secara jasmaniah, selain Tubuh dan Darah-Nya
yang mahakudus, yang mereka sambut dan yang mereka sendiri boleh
menghidangkannya kepada orang lain. Jika aku minta dalam Tuhan kepada
semua saudaraku para imam, yang sudah dan akan atau ingin menjadi imam
Tuhan yang Mahatinggi, agar bila mereka itu mau mempersembahkan misa,
hendaklah mereka itu sendiri murni, dan dengan murni serta khidmat
mempersembahkan kurban sejati Tubuh dan Darah mahakudus Tuhan kita
Yesus Kristus; dan dengan niat yang suci dan murni (Iriarte, 1995:37).
Iriarte (1995:35) mengatakan bahwa “Misteri suci” Ekaristi di atas segalanya
dalam pandangan Fransiskus dari Assisi adalah “menerima tubuh dan darah Tuhan
Yesus Kristus”. Komuni suci bukanlah pertemuan pribadi jiwa dengan Kristus,
melainkan ikut ambil bagian dalam sengsara yang dikenangkan dalam perayaan
Ekaristi. Dalam Ekaristi orang merenungkan kehadiran sengsara, wafat dan
kebangkitan Tuhan sebagai penebusan di dunia ini, yang terlaksana atas persembahan
diri-Nya di salib”. Ekaristi juga mengajarkan kepada setiap orang untuk menghadapi
dengan tabah kenangan-kenangan yang menyakitkan. Sebab dalam kenangan akan
peristiwa atau pengalaman yang seperti apapun gelapnya, orang melihat karya Allah
yang mengubah malam kelam pengkhianatan menjadi merekahnya perdamain.
Ekaristi membuat orang berani menghadapi kegelapan masa lampau dengan harapan
yang dilandaskan pada kemenangan kasih Allah yang nyata dalam diri Yesus yang
wafat dan bangkit untuk menebus dosa-dosa umat manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Sengsara dan wafat Yesus dapat membantu setiap orang untuk memberi
makna kepada pengalaman hidup mereka di dunia sekarang ini. Dunia ini
menjadi penuh sengsara karena berbagai macam pengkhianatan. Nafsu untuk
semakin berkuasa dan semakin kaya menciptakan para pengkhianat. Orang
dengan mudah silau oleh janji-janji palsu dan tidak mampu melihat lagi
bahwa sesama adalah saudara dan sahabat. Orang lain dengan mudah akan
dipandang sabagai saingan atau bahkan musuh yang harus disingkirkan. Lalu,
sebagai kurban yang disingkirkan, ia juga digoda untuk membalas. Namun,
kepuasan sementara yang dihasilkan oleh pembalasan dengan cepat akan
membuat hidup semakin pahit dan melahirkan pengkhianatan berikutnya.
Dalam Perjamuan Terakhir, Yesus mengubah pengkhianatan yang Ia alami
menjadi pemberian diri yang membarui kehidupan. Ia tidak hanya
memberikan sesuatu, tetapi Tubuh dan Darah-Nya, seluruh hidup-Nya sendiri
(Suharyo, 2011:70).
Santo Fransiskus dari Assisi sangat menaruh hormat terhadap perayaan Ekaristi
imannya terhadap sakramen imamat dan akan kehadiran ekaristi Kristus termasuk
karunia yang dianugerahkan Allah kepada Fransiskus sesudah pertobatanya. Hal ini
diakuinya dalam wasiatnya kepada para pengikutnya.
Karena itu aku mohon kepada kamu semua, saudara-saudara, dengan
mencium kakimu dan dengan kasih yang sebesar-besarnya, agar kamu sesuai
dengan kemampuanmu, menyatakan segala hormat dan khidmat kepada
Tubuh dan darah Mahakudus Tuhan Yesus Kristus; di dalam Dia, segala
sesuatu yang ada di surga dan di bumi diperdamaikan dan dipersatukan
kembali dengan Allah yang Mahakuasa (Iriarte, 1995:36).
3.
Kemiskinan dalam perspektif menurut Anggaran Dasar Ordo Ketiga
Regular Santo Fransiskus Assisi
Sebelum saya menguraikan kemiskinan dalam perspektif Anggaran Dasar Ordo
Ketiga Regular Santo Fransiskus dari Assisi perlu terlebih dahulu diketahui apa itu
Anggaran Dasar dan Ordo Ketiga Regular Santo Fransiskus dari Assisi. “Anggaran
Dasar adalah dokumen yang menentukan tujuan khusus suatu pendirian ordo ataupun
kongregasi dan menentukan sarana prinsipil untuk mencapai tujuan itu, serta berisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
norma atau peraturan yang mengarahkan hidup anggota ordo atau kongregasi
tersebut. Biasanya Anggaran Dasar disusun oleh pendiri suatu biara atau ordo
religius” (Marpaung, 2006:1). “Ordo Ketiga, pria dan wanita, baik yang kawin
maupun yang tidak. Mereka hidup dalam keluarga dan mengkhususkan diri untuk
berkerja. Kemudian di antara Ordo Ketiga itu, baik secara pribadi maupun secara
kelompok, ada yang mengkhusukan diri hidup di pertapaan (eremit) atau yang hidup
dalam persaudaraan. Mereka inilah yang disebut Ordo Ketiga Regular, sedangkan
mereka yang tetap tinggal bersama keluarga dan pada perkerjaan mereka (kawin atau
tidak kawin) disebut Ordo Ketiga Sekular” (Marpaung, 2006:7).
Anggaran Dasar Ordo Ketiga Regular Fransiskus/Fransiskan merupakan suatu
dokumen spiritual yang berisikan cara khusus untuk menghidupi Injil: suatu cara
untuk menghidupi doa, hidup dalam persaudaraan, hidup apostolis, dan lain
sebagainya; naskah yang mengandung sikap prinsipil, mendasar, umum, bagi semua
keluarga Fransiskan Ordo Ketiga Regular; dokumen yang memuat “harta umum”
yang menjadi dasar kesatuan. Maka dari itu, nilai dasar keluarga Fransiskan
ditemukan dalam Anggaran Dasar ini: kemiskinan, kerendahan, pertobatan, dan hidup
kontemplatif; nilai-nilai ini tertenun dalam ikatan persaudaraan dan dihidupi dalam
kesederhanaan dan dalam kegembiraan; dokumen untuk semua Kongregasi Pria dan
Wanita, untuk hidup kontemplatif dan aktif (Marpaung, 2006:52).
Menurut Bonaventura dari Bagnoreggio, Anggaran Dasar yang disusun
Fransiskus membawa pemakainya kepada peneladanan Kristus dalam hidup
doa dan kerasulan. Fransiskus dan saudara-saudaranya ingin mengikuti hidup
Kristus dan para Rasul-Nya (Marpaung, 2006:12).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Para Bruder MTB termasuk dalam Ordo Ketiga Regular Fransiskus/Fransiskan.
Sebagaimana orang ketahui bersama bahwa, Ordo Ketiga Regular zaman Fransiskus
dari Assisi adalah orang-orang yang secara pribadi maupun kelompok, ada yang
mengkhususkan diri hidup di pertapaan atau yang hidup dalam persaudaraan dan
hidup bersatu dalam komunitas. Santo Fransiskus dari Assisi dalam Anggaran Dasar
Ordo Ketiga Regular memberikan pedoman serta dasar-dasar untuk peraturan hidup
bagi para saudaranya dan juga para pengikutnya. Fransiskus menekankan kepada para
pengikutnya bahwa peraturan dan pedoman hidup yang konkret adalah apabila
mereka para pengikutnya, dapat hidup seturut semangat Injili.
Sebab dalam Injil orang menemukan kebijaksanaan dalam hidup dan karya yakni
kehidupan Putra Allah Yesus Kristus yang solider terhadap semua orang baik yang
miskin maupun yang kaya, dan yang berdosa maupun yang tidak berdosa, semuanya
Dia kasihi sebagai anak-anak Allah, hingga pada akhirnya Dia rela menderita, wafat
dan bangkit demi cinta-Nya untuk semua orang. Secara definitip yang mendorong
Fransiskus, hidup menurut pola Injil suci tejadi pada hari pesta Santo Mateus pada
tanggal 21 September 1209. Ketika ia mendengar dalam kapel Portiuncula perikop
Injil (Mat. 10:1-42), di mana Yesus menyuruh rasul-rasul mewartakan Injil tanpa
membawa serta uang, bekal, kasut dan baju dua helai.
Serta merta Fransiskus bersorak kegirangan: “Inilah yang kuinginkan, inilah
yang kucari, inilah yang hendak kulakukan dengan segenap hati”. Tanpa
menunggu sedikitpun, ia menanggalkan pakaian musafirnya, yang hingga saat
itu dipandang sebagai tanda “hidup dalam pertobatan”; ia mengenakan jubah
sederhana yang dirancangnya sendiri, pakai seutas tali dengan kaki telanjang.
Ia mulai berkhotbah perihal Kerajaan Allah dan mengajak semua orang
bertobat. Ini terjadi pada tahun ketiga pertobatannya (Iriarte, 1995:22).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Pada saat inilah pengikut-pengikutnya yang pertama menggabungkan diri dengan
Fransiskus. Fransiskus sebagai pelopor pertama gerakan Fransiskan tanpa
merencanakannya sebelumnya. Dia menerima saudara dan saudarinya sebagai hadiah
dari Allah yang Mahatinggi dan mulai membagikan kepada mereka harta “kebesan
roh” tanpa ikatan duniawi, yang ditemukan dengan mengikuti Kristus yang miskin.
Fransiskus di dalam mengambil setiap keputusan dia bercermin pada Injil, yakni
bahwa Kristus senantiasa berbicara kepada orang yang tulus hati melalui kata-kata
Injil. Bagi Fransiskus Injil lebih daripada suatu doktrin, akan tetapi Injil adalah suatu
kehidupan yang berasal dari Allah sendiri. Kristus yang ditemukan oleh Fransiskus
dalam diri saudara dan saudari yang miskin, menderita, lemah, tersingkir,
mewahyukan diri kepadanya sekarang hidup, lembut menyapa dia melalui teks-teks
Injil. Fransiskus merenungkan teks-teks suci ini, seluruh warta Injili lambat laut
diringkaskan dalam kedinaan Putra Allah, yang menjadi saudara semua orang. Allah
yang menjelma dalam diri Yesus Kristus mengambil kodrat manusia, yang rela
mengosongkan diri, mengalami kemiskinan dan penderitaan untuk menjalankan
kehendak Bapa demi penebusan dosa dan keselamatan umat-Nya. Menjelang akhir
hidupnya Santo Fransisikus dari Assisi berkata:
Baiklah membaca kesaksian Kitab Suci; baiklah mencari Tuhan Allah kita di
dalamnya. Akan tetapi aku telah menjadikan milikiku begitu banyak dari
Kitab Suci sampai-sampai aku mempunyai lebih dari cukup untuk
kurenungkan dan kuresapi dalam batin. Aku tak butuh lain lagi putra-putraku;
aku mengenal Kristus yang miskin dan tersalib (Iriarte, 1995:27).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Dengan demikian jelaslah bagi mereka, para pengikut Santo Fransiskus dari
Assisi bahwa seluruh uraian di atas ingin mengajak mereka untuk merenungkan,
mengerti, memahami serta mempraktikannya dalam seluruh tugas, perkerjaan dan
karya yang mereka lakukan. Dalam melakukan semuanya ini, mereka dapat
bercermin tentang kemiskinan Yesus Kristus dalam Injili. Hendaknya pola hidup para
Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) menepati Injil suci Tuhan Yesus Kristus, dengan
hidup dalam ketaatan, dalam kemiskinan dan kemurnian. Para Bruder MTB diajak
untuk menepati kemiskinan dan kerendahan hati serta Injil suci Tuhan Yesus Kristus
yang telah mereka janjikan dengan teguh dalam iman katolik. Hidup Injil adalah
hidup Yesus, hidup yang sempurna, kesempurnaan Injil, yang hendak dicapai dan
dikejar. Injil adalah Sabda Yesus, yang adalah sabda Bapa, sabda Roh Kudus. Inilah
sasaran terakhir yang ingin mereka capai, yakni bersatu dengan Allah Tritunggal
sebagai hidup yang terdalam, hidup yang ada selama-lamanya yakni hidup yang kekal
abadi dalam kerajaan surga.
4.
Kemiskinan dalam perspektif hidup Bruder Maria Tak Bernoda (MTB)
Para saudara Bruder MTB sebagai pengikut Santo Fransiskus dari Assisi pola
hidup mereka adalah menepati Injil suci Tuhan kita Yesus Kristus, dengan hidup
dalam ketaatan, kemiskinan dan kemurnian. Untuk lebih jelasnya pola hidup para
Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) dalam Kongregasi sesuai dengan pedoman
sebagaimana telah diatur dalam Anggaran Dasar (AD Pasal I. Art 1 dan 2) berkuit ini:
Pola hidup saudara-saudari Ordo Ketiga Regular Santo Fransiskus ialah:
menepati Injil suci Tuhan kita Yesus Kristus, dengan hidup dalam ketaatan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
kemiskinan dan kemurnian. Sebagai pengikut Yesus Kristus menurut teladan
Fransiskus, mereka wajib mengerjakan hal-hal yang lebih besar dan luhur
dengan menepati perintah dan nasihat Tuhan kita Yesus Kristus; dan mereka
harus mengingkari diri sebagaimana mereka masing-masing telah janjikan
kepada Allah (Anggaran Dasar Bruder MTB, 1999: Art 1).
Saudara-saudari dari Ordo ini, bersama semua orang yang mau mengabdi
Tuhan Allah di dalam Gereja yang kudus, katolik dan apostolik, hendaknya
bertekun dalam iman dan pertobatan yang sejati. Mereka mau menghayati
pertobatan injili ini dalam semangat doa dan kemiskinan serta kerendahan hati.
Dan hendaklah mereka menjauhkan diri dari segala kejahatan dan tekun dalam
yang baik hingga akhir; sebab Putra Allah sendiri akan datang dengan mulianya
dan mengatakan kepada semua orang yang mengakui Dia dan menyembah serta
mengabdi kepada-Nya dalam pertobatan: Mari, hai kamu yang diberkati BapaKu, terimalah kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak awal dunia
(Anggaran Dasar Bruder MTB, 1999: Art 2).
Dari uraian di atas sangat jelas untuk memberikan gambaran kepada saya dan
juga teman-teman para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) yang lainnya, bahwa
Anggaran Dasar menentukan seluruh arah hidup karya dan tugas para Bruder MTB,
sebagai anggota Ordo Ketiga Regular Santo Fransiskus dari Assisi. “Demi nama
Tuhan inilah Anggaran Dasar dan Cara Hidup Saudara-saudari Ordo Ketiga Regular
Santo Fransiskus”. Demi nama Tuhan menunjukan bahwa segala sesuatunya
diarahkan hanya kepada Tuhan saja. Kata-kata ini seperti dalam sumpah atau janji,
yang menyebutkan nama Tuhan sebagai jaminannya. Anggaran Dasar dalam
Kongregasi Bruder MTB ingin menegaskan bahwa hanya kepada Tuhan sajalah cara
hidup para Bruder MTB diarahkan. Dengan demikian Tuhan menjadi pusat dan
tujuan dari cara hidup para saudara Bruder MTB yang mengikuti Anggaran Dasar ini.
Cara hidup menurut Santo Fransiskus dari Assisi yang tercermin dalam
Anggaran Dasar itu menjadi nyata dalam uraiannya, yang memberikan petunjuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
bahwa cara hidup itu tidak lain daripada: menepati Injil suci Tuhan Yesus Kristus
dalam tugas dan karya yang para saudara Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) lakukan
dengan hidup dalam ketaatan, kemiskinan dan kemurnian. Para saudara Bruder MTB
dengan seluruh diri serta kemampuannya mau menepati Injil suci Tuhan Yesus
Kristus. Berusaha untuk mau hidup sebagaimana telah dirintis oleh Yesus Kristus
sendiri. Caranya ialah mau hidup dalam ketaatan, dalam kemiskinan dan kemurnian.
Yesus Kristus yang taat dan miskin mau turun kedunia ini demi keselamatan dan
kebahagian umat manusia.
Hendaknya para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) dalam tugas dan karya
pelayanannya mau belajar secara sungguh-sungguh dari pribadi Yesus Kristus, sebab
sejak kehadiran-Nya, Yesus Kristus sudah mendapatkan acaman sejak dari sedia kala,
sejak masih bayi. Namun Yesus Kristus itu tetap setia pada kehendak Bapa yang telah
mengutus Dia kedunia, maka segalanya dilaksanakan-Nya dengan penuh kesetiaan.
Yesus Kristus tidak pernah mengingkari/mengkhianati janji-Nya, tetapi Dia tetap
setia dalam segala sikap, hidup dan karya-Nya. Saya dan juga para saudara Bruder
MTB, sebagai pengikut Santo Fransiskus dari Assisi yang hidup miskin, taat dan
murni seturut Injil Tuhan kita Yesus Kristus. Hendaknya, para saudara Bruder MTB
menghayati dalam perspektif Kongregasi Bruder MTB yakni pengosongan diri Tuhan
kita Yesus Kristus dan ketergantungan sepenuhnya hanya kepada Allah sumber
segala kehidupan. Peleksanaan kemiskinan dalam Kongregasi yang kami hayati
sesuai dengan Anggaran Dasar (AD) pasal VI “Hidup Dalam Kemiskinan” artikel 21
dan 22 yang mengatakan bahwa:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Saudara saudari semuanya hendaklah berusaha mengikuti kerendahan hati dan
kemiskinan Tuhan kita Yesus Kristus; Dia sekalipun kaya melampaui
segalanya, mau sendiri memilih kemiskinan di dunia ini bersama Bunda-Nya,
Perawan yang amat terberkati; dan Dia telah menghampakan diri-Nya sendiri.
Dan hendaklah mereka ingat bahwa dari segala barang dunia ini, tidak ada perlu
kita miliki selain apa yang dikatakan Rasul: Asal ada makanan dan pakaian,
cukuplah itu untuk kita. Dan hendaklah mereka sungguh-sungguh waspada
terhadap uang. Mereka harus bergembira apabila mereka hidup di tengah orangorang kecil yang dipandang hina, di tengah orang yang miskin dan lemah,
orang sakit dan orang berkusta serta para pengemis di pinggir jalan (Anggaran
Dasar Bruder MTB, 1999: Art. 21).
Mereka yang sungguh-sungguh miskin dalam roh, tidak membuat sesuatu pun
menjadi miliknya dengan orang lain; tetapi mereka hidup di dunia ini sebagai
peziarah dan perantau. Itulah keluhuran kemiskinan yang tertinggi, yang
menetapkan kita menjadi ahli waris dan raja kerjaan surga, membuat kita
miskin akan harta benda, tetapi meninggikan kita dengan keutamaankeutamaan. Itulah yang hendaknya menjadi bagian kita, yang membawa kita ke
negeri orang-orang hidup. Dengan tetap melekat padanya sepenuh-sepenuhnya,
kita untuk selamanya tidak mau memiliki sesuatu lainnya di bawah kolong
langit, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus (Anggaran Dasar Bruder MTB,
1999: Art. 22).
Dalam hal ini kemiskinan juga harus nyata dalam hidup para Bruder Maria Tak
Bernoda (MTB). Anggaran Dasar (AD, Art. 21) mengatakan bahwa “Mereka harus
bergembira apabila mereka hidup di tengah orang-orang kecil dan yang dipandang
hina, di tengah orang miskin dan lemah, orang sakit dan orang berkusta serta para
pengemis dipinggir jalan”. Hidup di sekitar mereka yang berkekurangan, miskin,
difabel dan menderita menuntut sesuatu keberanian dalam diri pribadi dan juga secara
bersama-sama dari para Bruder MTB. Pada umumnya untuk zaman sekarang ini,
setiap orang dan mungkin juga para Bruder MTB akan lebih menyukai hidup yang
berkelimpahan harta atau berada di tengah-tengah orang-orang yang kaya dan mewah
hidupnya. Mungkin sebagian besar orang-orang yang hidup di zaman modern saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
sekarang ini, menganggap kemiskinan atau kesengsaraan dianggapnya sebagai
sesuatu kecelakaan dalam hidup dan bukan berkat. Akan tetapi saya berharap tidak
demikian halnya dengan para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) yang ingin
mengikuti teladan Santo Fransiskus dari Assisi dalam menghayati kaul kemiskinan.
Sebab Fransiskus justru hidup di tengah-tengah mereka yang miskin dan bersengsara
merupakan berkah baginya. Hatinya diketuk untuk bersikap solider dengan mereka,
yang hidup miskin, orang-orang kusta, orang-orang kecil dan menderita pada zaman
Fransiskus dari Assisi. Dia bahkan sehati seperasaan dengan mereka yang
bersengsara dan menderita pada zamannya.
Dalam keperluan pribadi hendaklah kita waspada agar jangan memupuk
kebutuhan akan harta material yang tidak terpuaskan, mengumpulkan uang
dan berdagang, mengembangkan cadangan atau dengan berbagai cara
memperoleh harta yang tidak sesuai dengan usaha kita untuk menghayati
kemiskinan (Konstitusi Bruder MTB, 1999: Art. 67).
Kemiskinan kita hendaknya nyata di segala bidang, terutama dalam pakaian
kita. Sebagai kesaksian dari kemiskinan dan hidup bakti para bruder memakai
pakain biara lembaga kita sebagaimana itu diatur oleh ketetapan lembaga kita
sendiri. Pemimpin umum dapat menguasakan Pemimpin Provinsi/Regio untuk
mengizinkan pemakaian pakaian sipil sederhana, kalau alasan-alasan kuat
menuntut demikian, dan hanya selama situasi memerlukan. Kemiskinan itu
hendaknya juga mempengaruhi bangunan dan iventaris rumah-rumah kita,
makanan, alat-alat yang dipakai peralatan dan perabot rumah, rekreasi,
perjalanan dan liburan kita. Segala-galanya harus menunjukan kesederhanaan
yang dibarengi dengan gaya hidup kesederhanaan yang dibarengi dengan gaya
hidup yang penuh rasa keindahan. Keputusan-keputusan mengenai jumlah
uang yang besar baik untuk keperluan pribadi maupun untuk karya yang
diemban hendaknya selalu diambil dalam perundingan dengan atasan.
Pempinan Kongregasi harus memberi teladan dalam kesederhanaan dan
keugaharian dan bersama dengan persekutuan berusaha agar semangat ini
tetap hidup nyata (Konstitusi Bruder MTB 1999: Art. 68).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Justru mereka yang miskin, menderita dan kurang diperhitungkan dalam
masyarakat hendaknya hati dan perasaan para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) agar
ikut ambil bagian untuk dapat melihat kedalam dimensi ilahinya. Sebab hidup dan
menolong orang miskin, difabel, lemah, menderita dan tersingkir tidak akan
mendapat balasan material apapun. Akan tetapi bagi para Bruder MTB yang percaya
kepada penyelenggarahi ilahi yakni Injil Tuhan kita Yesus Kristus, upahnya besar di
sorga. Dengan berada dan sekaligus berkerja di antara mereka yang miskin,
menderita, dipandang rendah dan dimarginalkan, oleh sesamanya merupakan
pelayanan yang sungguh berarti. Sebagai pengikut Santo Fransiskus dari Assisi para
Bruder MTB seharusnya percaya bahwa jaminan hidup yang sejati abadi dan kekal
adalah jalan menuju hidup Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Allah mereka, Sang Juru
selamat bagi orang yang percaya. Dalam Yesus Kristus itulah segalanya akan
dipenuhui oleh-Nya.
5.
Dasar
Penghayatan
Kaul
Kemiskinan
dalam
Tarekat/Kongregasi
Bruder Maria Tak Bernoda (MTB)
Bagi para Bruder MTB dasar penghayatan kaul kemiskinan dalam Kongregasi
dapat dilihat dalam Anggaran Dasar dan Statuta terutama dalam visi dan misi
Kongregasi Bruder MTB mengatakan:
Saudara saudari semuanya hendaklah berusaha mengikuti kerendahan hati dan
kemiskinan Tuhan Yesus Kristus; Dia sekalipun kaya melampaui segalanya,
mau sendiri memilih kemiskinan di dunia ini bersama Bunda-Nya, Perawan
yang amat terbarkati; dan Dia telah menghampakan diri-Nya sendiri.
Dan hendaklah mereka ingat bahwa dari segala barang dunia ini, tidak ada
perlu mereka miliki selain apa yang dikatakan Rasul: Asal ada makanan dan
pakaian, cukuplah itu untuk mereka. Dan hendaklah mereka sungguh-sungguh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
waspada terhadap uang. Mereka harus bergembira apabila mereka hidup di
tengah orang-orang kecil yang dipandang hina, di tengah orang yang miskin
dan lemah, orang sakit dan orang berkusta serta para pengemis di pinggir
jalan (Anggaran Dasar Bruder MTB, 1999: Art. 21).
Dengan sangat jelas Anggaran Dasar (AD) pasal VI “Hidup Dalam Kemiskinan”
berbicara mengenai kaul kemiskinan. Bagi para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB)
maksud dan tujuan dari isi pernytaan Anggaran Dasar pasal VI artikel 21 di atas
adalah: Mau mengajak para Bruder MTB untuk setia dalam mengikuti hidup Yesus
Kristus, yang mau merendahkan diri dan hidup miskin serta solider kepada kaum
marginal. Sebagaimana cara hidup dan kerendahan hati, sikap solider serta
kemiskinan Tuhan Yesus Kristus sudah dipraktikan oleh Santo Fransiskus dari Assisi,
demikian juga yang diharapkan dari para Bruder MTB sebagai pengikutnya, dengan
berpegang teguh pada teladan dan cara hidup Santo Fransiskus dari Assisi. Anjuran
ini seperti tertulis dalam Anggaran Dasar antara lain menyatakan “Saudara-Saudari
semuanya hendaklah berusaha mengikuti kerendahan hati dan kemiskinan Tuhan
Yesus Kristus; Dia sekali pun kaya melampaui segalanya, mau sendiri memilih
kemiskinan di dunia ini bersama Bunda-Nya, Perawan yang amat terberkati dan Dia
menghampakan diri-Nya sendiri” (Anggaran Dasar Bruder MTB 1999:24).
Sebagaimana Yesus Kristus yang adalah guru dan teladan hidup umat beriman
Kristiani, sudah sepatutnyalah para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB), dengan segala
kelemahan, kekurangan dan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing bruder
berusaha untuk mencontohi serta mempraktikkan hidup miskin seturut Injil Yesus
Kristus seperti yang telah terlebih dahulu dipraktikkan oleh Santo Fransiskus dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Assisi dan para pengikutnya. Yesus Kristus adalah pusat hidup umat beriman. Bagi
Fransiskus dari Assisi dan juga para pengikutnya Yesus Kristus adalah satu-satu jalan
untuk menuju kepada Bapa, dan perjalananya untuk itu adalah perjalanan dalam
kemiskinan. Sebagai pengikut Santo Fransiskus dari Assisi para Bruder MTB harus
tetap menjaga kemiskinan yang telah diwariskan oleh Faransiskus dari Assisi semasa
hidup dan dalam pertobatannya.
Oleh sebab itu para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) di zaman modern
sekarang ini hendaknya, penghayatan dalam hidup kemiskinan harus selalu
dipraktikkan, dijaga dan dipertahankan dengan identifikasi diri mereka dengan orang
miskin, dan dikonkretkan dalam pelayanan mereka bersama di tengah-tengah orang
miskin. Pelayanan kemiskinan dalam tradisi Bruder MTB sejak Kongregasi ini di
dirikan hingga sampai sekarang ini berkarya dalam dunia pendidikan, memberikan
beasiswa kepada siswa yang kurang mampu, merawat orang kusta di Sani Pati Jawa
Tengah, menidirikan asrama putra dan putri, dan lain sebagainya. Dalam 2 Kor. 8:9
dikatakan: “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, bahwa
Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi
kaya oleh karena kemiskinan-Nya”. Yak. 2:5 mengatakan: “Dengarkanlah, hai
saudara-saudara yang kukasihi! Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap
miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris
Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia?”.
Dalam menyelenggarakan karya tradisi Kongregasi pendidikan dan
pengajaran kita mengacu kepada visi dan misi Kongregasi Yayasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Pendidikan Sekolah Bruder (YPSB) yang menangani secara langsung karyakarya tersebut.
Visi Kongregasi : Hidup sebagai hamba Tuhan untuk mewujudkan kemulian
Allah dalam persaudaraan injili.
Misi Kongregasi : Dijiwai oleh semangat kesederhanaan dan kepercayaan
dalam menanggapi situasi jaman, para bruder MTB mau menjadi saudara bagi
yang lain dengan:
- Membangun persaudaraan sejati yang menjunjung tinggi martabat
manusia.
- Memberi pelayanan yang memberdayakan mereka yang miskin dan lemah
khususnya lewat pembinaan kaum muda.
Indentitas bruder yang hendak dinampakan dalam karya: “Kita adalah saudara
pendidik, hidup sebagai hamba Tuhan yang memiliki sikap “Simpliciter et
confidenter” atau hidup di dalam kesederhanaan, dalam persaudaraan,
berkewajiban sebagai pemelihara, pemulih dan pengembangan ciptaan
(Statuta Bruder MTB, 2014: Art. 42).
B. Dimensi-dimensi
dalam
Penghayatan
Kaul
Kemiskinan
menurut
Tarekat/Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB)
Dalam Tarekat/Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) penghayatan dan
semangat kaul kemiskinan merupakan sesuatu hal yang sangat bernilai bagi
kehidupan persaudaraan dan karya kerasulan para Bruder MTB. Dalam peraturan
hidup para Bruder MTB, Anggaran Dasar pasal VI berbicara mengenai “Kaul
Kemiskinan”. Anggaran dasar antara lain menyatakan: “Saudara-saudari semuanya
hendaklah berusaha mengikuti kerendahan hati dan kemiskinan Tuhan Yesus Kristus;
Dia, sekalipun kaya melampui segalanya, mau sendiri memilih kemiskinan di dunia
ini bersama Bunda-Nya, Perawan yang amat terberkati; dan Dia menghampakan diriNya sendiri”. Sebagai pengikut Santo Fransiskus dari Assisi seharusnya para Bruder
MTB dalam merealisasikan penghayatan akan kaul kemiskinan harus sungguh nyata
dalam hidup persaudaraan dan karya kerasulan mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Dalam “Anggaran Dasar” sebagai pedoman dan peraturan hidup para Bruder
Maria Tak Bernoda (MTB) dinyatakan bahwa pelaksanaan penghayatan kaul
kemiskinan sebagai berikut: “Dan hendaklah mereka ingat bahwa dari segala barang
dunia ini, tidak ada perlu mereka miliki selain apa yang dikatakan Rasul: Paulus
dalam 1 Tim 6:8 “Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah itu untuk kita”. Dan
hendaklah mereka sungguh-sungguh waspada terhadap uang”. “Karena akar segala
kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah
menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka” (1 Tim
6:10). “Tuhan Yesus berkata, “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala
ketamakan sebab walaupun seseorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidak
bergantung daripada kekayaannya itu” (Luk 12:15). Dengan mengikrarkan kaul
kemiskinan para Bruder MTB diajak untuk melepaskan hak milik harta kekayaan
dalam kongregasi. Para bruder hanya mempunyai hak pakai dengan izin dari
kongregasi. Dengan kaul kemiskinan para Bruder MTB kehilangan hak milik atas
barang-barang, gaji dan honor yang mereka terima. Maka mereka tidak minta warisan
lagi. Semua barang dan uang yang mereka terima adalah menjadi milik, dan harus
diserahkan kepada kongregasi. Dalam Statuta Bruder MTB pasal IV, Art. 42
dikatakan bahwa:
Baiklah kita sadari pula bahwa dalam diri kita ada kecenderungan untuk
memiliki dan mengusai barang-barang, menyimpan dan menimbun kekayaan,
menyalahgunakannya bagi kepentingan, kenikmatan dan jaminan sendiri
(nyaman dan aman). Untuk membebaskan diri dari kecenderungan itu, dengan
tulus ikhlas: Segala pendapatan yang kita peroleh secara pribadi maupun
komunitas, seperti gaji, honor, uang pensiun, premi, bonus, tunjangan, hadiah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
atau pun sumbangan kita serahkan kepada Kongregasi lewat pemimpin
komunitas. Bakat, pengalaman, ketrampilan, pengetahuan, pendapat atau
gagasan yang ada dalam diri kita, kita persembahkan kepada Kongregasi
untuk kehidupan bersama dengan pengembangan karya kerasulan kita; kita
menyerahkan hak pengelola harta dan warisan kepada orang yang kita
kehendaki. Rumah kita dan segala perlengkapannya, pakaian dan keperluan
pribadi lainnya diusahakan sederhana, baik menurut ukuran harganya,
maupun model atau pun tipenya. Kita menyusun dan berusaha menataati
anggaran belanja tahunan komunitas; secara jujur dan terbuka kita membuat
laporan penggunaan uang untuk keperluan pribadi, maupun karya secara teliti
dan benar serta dapat dibuktikan. Hendaknya kita jangan terlalu mudah
meminta-minta barang maupun uang kepada orang lain di luar komunitas kita
(tidak etis). Kepemilikkan barang-barang berharga haruslah diberitahukan
kepada pemimpin komunitas, dan diteruskan kepada pimpinan provinsi.
1.
Miskin harta
Dengan mengikrarkan kaul kemiskinan para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB)
melepaskan hak untuk memiliki harta kekayaan dalam kongregasi. Para Bruder MTB
hanya mempunyai hak pakai dengan izin dari kongregasi. Dengan demikian para
Bruder MTB kehilangan hak milik atas barang-barang yang mereka terima. Dalam
arti tidak menjadi milik mereka secara pribadi, akan tetapi menjadi milik bersama
dalam kongregasi. “Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada"
(Luk, 12:34). Dalam statuta pasal IV peraturan hidup para Bruder MTB tentang
“Persekutuan Harta” 2011, (Art. 41) dikatakan bahwa:
Kaul kemiskinan kita wujudkan dalam persekutuan harta. Seturut Sabda Injil
dan dengan tulus ikhlas segala milik dan pendapatan kita, kita serahkan
kepada kongregasi. Dengan demikian kita hendak menyatakan kesediaan
untuk berbagi demi kebahagian kita bersama dan orang lain. Kaul kemiskinan
menuntut kita untuk memperjuangkan dan memperkembangkan keadilan dan
kesejahteraan dalam pemanfaatan sarana hidup serta kekayaan alam yang
tersedia secara wajar dan bijaksana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Dalam peraturan hidup para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB), Konstitusi pasal
IV berbicara mengenai “Hidup Dalam Persekutuan Harta”. Antara lain menyatakan
bahwa “Mereka serahakan segala sesuatu yang mereka terima beserta penghasilannya
kepada kongregasi dan mereka mau hidup dalam persekutuan harta untuk berbuat
baik kepada sesama manusia dan dunia”. Mat. 19:21 “Kata Yesus kepadanya:
"Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah
itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian
datanglah ke mari dan ikutlah Aku”.
Marpaung (2008:69) mengatakan bahwa “Dasar dan alasan kemiskinan ini, bagi
Fransiskus, adalah Allah yang baik, sumber segala yang baik. Allah inilah pemilik
satu-satunya. Maka dari itu, segala sesuatu yang ada pada mereka harus dikembalikan
kepada-Nya. Allah-lah Raja dan tuan segala sesuatu yang telah menganugerahkan
harta materi kepada manusia. Manusia hanyalah peminjam di hadapan Allah, maka
oleh karena itu manusia harus menaruh kembali ke tangan Allah apa yang
diterimanya dalam hidup. Jadi, dalam hal ini, kemiskinan ialah pengembalian barang
materi kepada Tuhan. Manusia hanyalah pengemis di hadapan Tuhan, dan Tuhan
adalah donatur besar yang membagikan harta benda-Nya kepada semua orang”.
Maka dalam hal ini penghayatan dan semangat kemiskinan para Bruder MTB
bukan berarti meremehkan hal-hal materiil, bukan pula penolakan harta yang berarti
membuangnya begitu saja, tetapi mengembalikannya kepada pemiliknya yaitu Tuhan.
Melalui karya pelayanan dan kerasulan yang para Bruder MTB lakukan dengan
membantu sesamanya yang miskin, lemah, tersingkir dan difabel. “Kata Yesus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena
Kerajaan Allah meninggalkan rumahnya, istrinya atau saudaranya, orang tuanya atau
anak-anaknya, akan menerima kembali lipat ganda pada masa ini juga, dan pada
zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal" (Luk, 18:29-30).
Kongregasi sebagai badan hukum mempunyai kemampuan untuk
memperoleh, memiliki, mengelola dan mengalihkan pemilikan harta duniawi.
Kongregasi menerima dan memiliki uang dan harta benda sebagai
persekutuan, sehingga baik bruder, komunitas, atau pun Provinsi/Regio tidak
dapat menuntut hak eksklusif atas harta itu bagi dirinya sendiri saja. Pimpinan
Provinsi dapat diberi wewenang oleh Pimpinan umum untuk memperoleh,
memiliki, mengelola dan mengalih milikkan harta kongregasi. Segala yang
diperoleh seorang bruder dengan usaha sendiri atau dengan usaha atas nama
kongregasi diperolehnya bagi kongregasi. Segala yang diberikan kepadanya
sebagai pensiun, bantuan atau imbalan dalam bentuk apa pun, diperolehnya
untuk kongregasi (Konstitusi Bruder MTB, 1999: Art. 53).
Para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) diharuskan untuk menaati semua
peraturan, baik umum maupun khusus tentang kemiskinan persekutuan harta dan
keugaharian sebagaimana ditetapkan dalam statuta dan konstitusi kongregasi atau
yang akan ditetapkan oleh pemimpin kongregasi yang sah. “Peringatkanlah agar
mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi.
Dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi
dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya” (1 Tim.
6:18-19).
2.
Miskin dalam Roh
“Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi
hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan
pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada mereka segala sesuatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
untuk dinikmati” (1Tim. 6:17). Godaan yang dialami setiap orang ialah menciptakan
sandaran alternatif dari Allah, yakni menaruh kepercayaan entah pada diri sendiri
atau orang yang berkuasa dan berpengaruh serta dalam kekayaan. Orang yang
sungguh miskin adalah dia yang bebas dari setiap bentuk rasa cukup pada diri sendiri
atau penilaian salah terhadap diri sendiri dan dari usaha bersandar pada manusia dan
percaya kepada kekayaan. “Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak
akan menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan
keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging karena
keduanya bertentangan sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu
kehendaki” (Gal. 5:16-17). Semoga Bruder MTB, berkat rahmat Allah yang
mahakuasa mampu hidup dan memberikan diri dipimpin oleh Roh Allah. Sedangkan
orang yang miskin dalam roh tidaklah sama saja dengan seorang kaya yang hatinya
terpisah dari harta kekayaannya, tetapi ia rendah hati, menempatkan Allah sebagai
kepercayaannya dan satu-satunya sandaran hidupnya. Orang yang sungguh miskin
dalam roh adalah orang yang bebas dari setiap jaminan palsu Conti (2006:132).
Mereka yang sungguh-sungguh miskin dalam roh, tidak membuat sesuatu pun
menjadi miliknya sendiri, juga tidak mempersengketakannya dengan orang
lain; tetapi mereka hidup di dunia ini sebagai peziarah dan perantau. Itulah
keluhuran kemiskinan yang tertinggi, yang menetapkan mereka menjadi ahli
waris dan raja kerajaan surga, membuat mereka miskin akan harta benda,
tetapi meninggikan mereka dengan keutamaan-keutamaan. Itulah yang
hendaknya menjadi bagian mereka, yang membawa mereka ke negeri orangorang hidup. Dengan tetap melekat kepada-Nya sepenuh-penuhnya, mereka
untuk selamanya tidak mau memiliki sesuatu lainnya, di bawah kolong langit,
demi nama Tuhan kita Yesus Kristus (Anggaran Dasar Bruder MTB, 1999:
Art. 22).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
“Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus
yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging,
adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan
menyerahkan diri-Nya untuk aku” (Gal. 2:20). Iriarte (1995:64) mengatakan bahwa
Fransiskus dari Assisi merasakan kebebasan yang sangat luar biasa setelah dia
menanggalkan segala-galanya di depan Uskup Assisi. Pengalaman bebas ini, berkat
bantuan rahmat Allah yang memberikan kepada jiwa dan hatinya untuk
mendengarkan bisikan “Roh Kudus”. Rohlah yang memberi jaminan kepada mereka
bahwa mereka adalah anak-anak Allah. Bukannya roh “perbudakan” tetapi roh “yang
menjadikan seorang anak” yang menggerakan orang untuk bertindak secara yakin
dalam keluarga Allah (bdk. Rm 8:14-16). “Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada
Roh Allah, di situ ada kemerdekaan” (2 Kor 3:17). Peraturan hidup para Bruder MTB
Statuta, Art. 53 dikatakan bahwa:
Ketaatan total kepada Allah merupkan jalan keselamatan yang ditunjukan
Yesus yang mengorbankan diri-Nya bagi kita. Kaul ketaatan menuntut kita
untuk rendah hati dan bebas melepaskan kemauan sendiri agar mampu dan
rela mengambil/mengakui keputusan-keputusan demi kebaikan keseluruhan
yang dikehendaki Allah bagi kita. Karena itu para saudara wajib tunduk
kepada para pemimpin kita. Hal ini merupakan pemberian diri kita satu
kepada yang lain dalam Kongregasi. Penyerahan diri itu terwujud pada
hubungan personal, saling menghormati, mempercayai, kesediaan menerima
apa adanya, saling memberi saran dan pendapat. Kewibawaan pimpinan
diperoleh terutama bukan karena jabatan atau kemampuan pribadinya, yang
merupakan hasil permenungan hubungannya dengan Allah.
Conti (2006:133) mengatakan bahwa “Miskin dalam roh tidak lahir sendiri, tetapi
terbentuk melalui nilai-nilai kerajaan Allah dan mesti dibayar dengan pengurbanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
dan penyangkalan diri terus- menerus”. Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada
Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia (1 Tim 6:17). Sebab Tuhan adalah Roh; dan di
mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan (2 Kor. 3:17). Kemiskinan dalam roh
bila dihayati, dipahami dan dimengerti dengan baik sungguh dapat membebaskan dan
amat membantu para Bruder MTB untuk menjadi pribadi dewasa, penuh
keseimbangan, tahu melakukan pilihan-pilihan dalam terang iman dan panggilan misi
khusus, serta merasa pasti akan pertolongan Tuhan.
"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang
empunya Kerajaan Surga” (Mat. 5:3). Miskin dalam roh mengandaikan seorang
bruder atau siapa saja yang mengalaminya, orang tersebut tidak mudah cemburu, dan
tidak mudah tersinggung karena kata-kata yang menghina dirinya atau karena segala
sesuatu yang ditujukan kepadanya. "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak
membenci bapanya, ibunya, istrinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau
perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku” (Luk 14:26).
“Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat
kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga
kepadanya pipi kirimu” (Mat 5:39). Mereka yang sungguh miskin dalam roh
mengandalkan Allah dalam hidupnya, dan bertolak belangkang dengan orang
sombong yang percaya pada diri sendiri.
“Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataanperkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup” (Yoh 6:63). Fransiskus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
dari Assisi berusaha menyampaikan kepada saudaranya askese tentang kemiskinan
dalam roh. Bahkan juga kepada para calon, yang hendak masuk persaudaraan mereka
harus menuruti nasihat Injil untuk membagikan segala sesuatu kepada kaum miskin,
Fransiskus dari Assisi tidak menuntut sesuatu hal yang spektakuler tetapi kemiskinan
dalam roh yang secara autentik. Tetapi jika ada seseorang yang tidak dapat memberi
harta miliknya karena ada sesuatu halangan, namun ia mempunyai keinginan yang
rohaniah, maka untuk dia cukuplah meninggalkan harta benda itu. Iriate (1995:64)
mengatakan bahwa:
Allah yang Mahakuasa, kekal, dan berbelaskasihan, perkenanlah kami yang
malang ini, demi Engkau sendiri, melakukan apa yang setahu kami Engkau
kehendaki, dan selalu menghendaki apa yang berkenan kepada-Mu, agar
setelah dimurnikan dan diterangi di dalam batin serta dikobarkan oleh api Roh
Kudus, kami mampu mengkuti jejak Putra-Mu yang terkasih, Tuhan kami
Yesus Kristus, dan berkat rahmat-Mu semata-mata sampai kepada-Mu, yang
Mahatinggi, Engkau yang dalam Tritunggal yang sempurna dan dalam
Keesaan yang sederhana, hidup dan memerintah serta dimuliakan, Allah yang
Mahakuasa sepanjang segala masa. Amin.
Conti (2006:133) mengatakan bahwa “Dalam menghayati kemiskinan yang
mendewasakan dan membebaskan ini, saudara-saudari memandang Fransiskus dari
Assisi sebagai orang yang telah berhasil mencapai kebebasan integral. Ia bebas dari
setiap bentuk egoisme dan perbudakan serta setiap bentuk tuntutan dari internal dan
eksternal. Karena mereka miskin dalam roh seperti Fransiskus dari Assis, mereka
menerima semua dari Allah dan sesama, dan tanpa bermaksud membalas jasa, mereka
memberi kembali segalanya kepada Allah dan sesama. Karena miskin dalam roh,
mereka bergaul dengan semua orang dengan kebebasan batiniah. Tanpa menjadikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
orang lain atau harta itu milik mereka, saudara-saudari mampu memberi dan dalam
kemiskinan mereka membuat orang-orang yang dijumpai dalam perjalanan hidup
mereka menjadi kaya”. “Dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai
kepada akhir zaman” (Mat 28:20). “Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada
Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia” (1 Kor 6:17).
3.
Miskin secara radikal
Ya Tuhan, punya-Mulah kebesaran dan kejayaan, kehormatan, kemasyhuran dan
keagungan, ya, segala-galanya yang ada di langit dan di bumi! Ya Tuhan, punyaMulah kerajaan dan Engkau yang tertinggi itu melebihi segala-galanya sebagai
kepala. Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari pada-Mu dan Engkaulah yang
berkuasa atas segala-galanya; dalam tangan-Mulah kekuatan dan kejayaan; dalam
tangan-Mulah kuasa membesarkan dan mengokohkan segala-galanya (1Taw. 29:1112). Ridick (1987:50) mengatakan bahwa “Apabila orang memusatkan diri pada
Tuhan, maka nama kedudukan, gengsi serta kuasa menjadi tidak begitu penting.
Orang tidak harus mempertahankan diri untuk disanjung, dihormati, dan mempunyai
kekuasaan besar. Kristus sendiri menunjukan jalan ini dalam hidup-Nya: “Aku tidak
memerlukan hormat dari manusia” (Yoh 5:41).
Kita berani melepaskan segalanya itu karena berpengharapan akan Allah. Dari
Kitab Suci kita mengenali bahwa Tuhan Allah adalah asal dan sumber hidup
kita, serta penyelenggaraan dan tujuan akhir hidup kita. Dengan pengakuan itu
kita menempatkan diri dalam ketergantungan pada-Nya. Maka hendaknya
kita: selalu membangun hubungan yang erat dengan Dia; menyerap kekuatan
hidup dari Dia; mengandalkan kuasa kasih-Nya yang tak terbatas, seraya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
mengembangkan kemampuan manusiawi kita, dalam hal manejemen,
kepemimpinan, keuangan, relasi sehat dan kreativitas; belajar dari Dia sikap
kerendahan hati-Nya dan ketaatan kepada kehendak Bapa-Nya (Statuta Bruder
MTB, 2014: Art. 2).
Para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) diajak untuk bersikap lepas bebas
terhadap hal-hal yang menghalangi mereka untuk dekat dengan Tuhan seperti:
bersikap mementingkan diri sendiri, kesibukan untuk mencari uang, untung sendiri,
dan mencari kenikmatan sendiri. Mencari nama baik agar dipuji dan dipuja banyak
orang, mencari kuasa, kedudukan, gengsi dan lain sebaginya. Para Bruder MTB,
seharusnya hanya mengutamakan kepentingan Tuhan dan sesama bukan sebaliknya,
mencari kepuasan dan harga diri. Kemiskinan secara radikal sebagai sikap batin yang
radikal ingin mengikuti Yesus Kristus bukan yang lain. Maka dari itu sebagai Bruder
MTB mereka harus siap meninggalkan hasrat untuk memperoleh atau tetap
memegang kedudukan yang baik dan pengharagaan sosial lainnya, yang membuat
mereka melupakan Tuhan dan sesama. Dalam Konstitusi Bruder MTB (1999: Art.
218) dikatakan bahwa:
Oleh sebab itu kita tidak berhasrat memperoleh atau tetap memegang
kedudukan yang baik, tempat-tempat penuh kehormatan, gengsi, kekuasaan
dan keuntungan. Janganlah kita berkerja demi pilihan atau kegemaran pribadi
atau untuk mendapat pernyataan terima kasih. “Sebab bukan diri kami yang
kami wartakan tetapi Yesus Kristus dan dari kami sebagai hambamu karena
kehendak Yesus” (2 Kor.4:5).
Para Bruder MTB hendaknya menyerahkan diri secara total kepada
penyelenggaraan ilahi juga mempunyai konsekuensi menyerahkan seluruh bakat dan
kemampuan yang ada pada mereka, demi pelayanan penuh cinta kepada Kristus dan
sesama. Kalau orang menyadari bahwa dia dianugerahi suatu kepekaan hati, suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
bakat untuk menyenangkan dan menghibur sesama, kesabaran untuk mendengarkan
orang lain, kecerdasan otak untuk mengerti, menganalisis atau kemampuan untuk
berorganisasi, maka orang tersebut, harus mempersembahkan semuanya itu dengan
membaktikan dirinya kepada Kristus, demi kepentingan sesama. "Pada waktu itu hal
Kerajaan Surga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi
menyongsong mempelai laki-laki. Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana”
(Mat. 25:1-2). Kalau orang sungguh sadar akan kelemahan dan kemiskinan batinnya,
justru hal tersebut akan membimbing mereka kepada Kristus dan membantu mereka
menghindari sikap mementingkan diri sendiri dan mencari penghargaan demi
kepuasan diri sendiri. “Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku,
sekarang kuanggap rugi karena Kristus” (Flp 3:7).
Ridick (1987:50) mengatakan bahwa “Nama, kedudukan, gengsi dan kuasa
bukan sesuatu yang abadi. Hanya orang yang tidak mempunyai kedalaman iman
dalam batin sajalah yang akan takut kehilangan semuanya itu dan merasa tidak aman
karenanya. Mereka ini merasa butuh dan terdorong untuk mencari nama,
memamerkan status dan kuasa mereka”. Dewasa ini sering kali orang melihat adanya
kecenderungan dari sementara orang yang entah secara sadar atau tidak sadar
menghargai manusia secara matematis dan membangun hidup atas dasar hasil yang
dapat diukur dan oleh karenanya lebih menekankan kemampuan profesional dari pada
kehidupan rohani. Namun sebagai rohaniwan-rohaniwati, setiap orang tidak hanya
dipanggil untuk melayani kebutuhan-kebutuhan fungsional dari masyarakat. Banyak
orang lain yang mampu melaksanakannya. Masih ada hal yang lebih perlu dan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
harus mereka utamakan, yaitu secara radikal menghayati nilai-nilai rohani dan
manusiawi sebab di dalamnya terletak kesejatian dan kekayaan nilai hidup.
Berbahagialah hamba, yang tidak menganggap dirinya lebih baik apabila ia
dipuji dan dihormati orang, daripada apabila ia dipandang hina, bodoh dan
nista. Sebab, seperti apa nilai seseorang dihadapan Allah, begitulah nilai orang
itu dan tidak lebih. Celakalah religius, yang diberi kedudukan tinggi oleh
orang lain, dan tidak mau turun atas kehendaknya sendiri. Tetapi
berbahagialah hamba, yang diberi kedudukan tinggi bukan atas kehendaknya
sendiri, dan selalu ingin menjadi tumpuan kaki orang lainnya (Iriarte,
1995:114).
Sebagai Bruder MTB sebaiknya mereka tidak perlu takut kehilangan dan juga
tidak perlu berusaha untuk mencari ketenaran, kedudukan, gengsi, prestasi, dan kuasa
sebab hal tersebut, bukanlah sesuatu yang kekal abadi dalam hidup sebagai seorang
religius. Hanya orang yang tidak mempunyai kedalaman iman dalam batin sajalah
yang akan takut merasa kehilangan semuanya itu dan dia merasa tidak aman dan
nyaman karenanya. Biasanya orang-orang seperti ini merasa butuh dan terdorong
untuk mencari nama, memamerkan ketenaraannya, statusnya dan kekuasaannya.
Paus Fransiskus dalam Seruan Apostolik tentang Evangelii Gaudium atau
Sukacita Injil (2013 EG. Art 2:7) mengatakan bahwa “Bahaya besar dalam dunia
sekarang ini, yang diliputi oleh konsumerisme, adalah kesedihan dan kecemasan yang
lahir dari hati yang puas diri namun tamak, pengejaran akan kesenangan sembrono
dan hati nurani yang tumpul. Ketika kehidupan batin seseorang hanya terbelenggu
dalam kepentingan dan kepeduliannya sendiri, tak ada lagi ruang bagi sesama, tak ada
tempat bagi si miskin papa. Suara Allah tak lagi didengar, sukacita kasih-Nya tak lagi
dirasakan, dan keinginan untuk berbuat baik pun menghilang. Banyak orang menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
korban, dan berakhir dengan rasa benci, marah dan lesu. Itu bukan jalan hidup yang
dipenuhi martabat; ini bukanlah kehendak Allah bagi mereka, juga bukan hidup
dalam Roh yang bersumber pada hati Kristus yang bangkit”.
4.
Dalam persaudaraan
Hidup sebagai saudara dalam Kongregasi/Tarekat Bruder Maria Tak Bernoda
(MTB), mempersatukan perbedaan di antara para anggotanya, yang berakar dan
berdasarkan dalam cintakasih Kristus. “Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi;
karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu
menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di
surga” (Mat. 23:8-9). Conti (2006:143) mengatakan bahwa “Hidup dalam kasih
persaudaraan merupakan suatu nilai manusia dan kristiani yang amat penting.
Persaudaraan juga nilai yang amat penting dalam hidup religius dan hidup fransiskan.
Sebab sesungguhnya Allah menghendaki agar semua manusia, yang diciptakan
seturut gambar dan keserupaan dengan-Nya, dipanggil untuk membentuk suatu
keluarga umat manusia dan memperlakukan satu sama lain dalam semangat
bersaudara”.
Para Bruder MTB menjunjung tinggi hidup sebagai saudara dalam pelayanan,
sebagaimana dilakukan oleh Santo Fransiskus dari Assisi dan para saudaranya. “Aku
memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama
seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.
Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu
jikalau kamu saling mengasihi” (Yoh. 13:34-35). Hidup dalam kasih persaudaraan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
tidak memandang suku, ras, budaya, agama, warna kulit, bahasa dan lain sebagainya.
Akan tetapi hidup sebagai saudara mempersatukan semuanya. Persatuan dalam
persaudaraan yang dibina dapat membebaskan seseorang dalam menghadapi
tantangan persaudaraan bersama dalam melayani orang miskin. Dalam Konstitusi
Bruder MTB (1999: Art. 220) dikatakan bahwa:
Dalam persekutuan kita, hendaknya Injil menjadi kekuatan bagi pembaharuan
diri dan seluruh Gereja. Kita berusaha mengembangkan kemanusian kita
sebagai murid, sebagai pengikut Kristus, sesuai dengan sabda-Nya. Dengan
demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridku, yaitu
jikalau kamu saling mengasihi” (Yoh13:35). “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya
kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu” (Yoh. 15:12).
Persaudaraan ini merupakan persaudaraan bersama orang miskin yang tidak
memiliki apapun kecuali satu-satunya kekayaan kekal dan sumber segala kehidupan
yaitu “Tuhan Yesus sendiri”. Kekuatan yang menunjang persaudaraan ini, adalah
kemiskinan yang membebaskan, karena kemiskinanlah yang membawa seseorang
kepada pengosongan diri. Rm. 12:10. “Hendaknya kamu saling mengasihi sebagai
saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat”. Dalam persaudaraan para
Bruder MTB, perlu saling melayani dengan cintakasih, saling membasuh kaki antara
sesama saudara seperti yang diteladankan oleh Yesus kepada para muridnya dalam
Yoh. 13:14-15 dikatakan bahwa “Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang
adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu;. Sebab
Aku telah memberikan suatu teladan kepadamu”.
Hal ini sungguh menjadi nyata apabila setiap bruder siap sedia memberikan diri,
serta menghargai satu dengan yang lainnya dalam melayani hidup sebagai saudara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
dan mau menerima kekurangan serta kelebihan sesama saudara. Persaudaraan yang
penuh cintakasih akan mendukung hidup bersama sebagai kaum religius dalam
pelayanan, doa dan karya. Dalam pelayanan dan persaudaraan, hendaknya setiap
Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) memperlakukan sesama saudara, seperti apa yang
sudah tertulis dalam peraturan hidup bersama berikut ini:
Kepada saudara yang sakit hendaklah kita berikan perhatian dan layanan yang
jujur lagi tulus. Tanpa mengabaikan perawatan oleh kita sendiri, kita wajib
mengusahakan bantuan medis bagi yang membutuhkannya. Sebaliknya
saudara yang sakit hendaknya selalu berbesar hati dan bersyukur atas
pelayanan dan perhatian para saudara, serta memaklumi kekurangan dalam
pelayananya (Statuta Bruder MTB, 2014: Art. 81).
Kita sekalian terikat pada kongregasi begitu erat, sehingga kita dengan tepat
menyebut satu sama lain saudara. Masing-masing berusaha dengan caranya
sendiri untuk menyediakan diri untuk pelaksanaan tugas, yang diterima dari
kongregasi sebagai keseluruhan. Dari sebab itu semua harus menaruh
perhatian hangat kepada suka dan duka seluruh kongregasi kepada kegiatankegiatan dalam komunitas kepada karya misionaris-misionaris kita kepada
perkerjaan semua bruder. Demikianlah kita saling mendukung dalam
penghayatan cita-cita yang sama (Konstitusi Bruder MTB, 1999: Art. 222).
Persaudaraan atau persekutuan para Bruder MTB adalah sekelompok pribadi
yang hidup dan menghormati kekhususan, kelemahan, kekurangan, dan kelebihan
sesama anggota dan hak atas privasi masing-masing. Mereka membuat hidupnya
dalam persaudaraan layak dihayati, bernilai dan berharga bagi sesama dan juga
orang-orang yang mereka layani dalam tugas karya kerasulan mereka, sebagai kaum
religius. Seperti umat Kristen pertama mereka mau menjadi sehati sejiwa (Kis 4:32).
Dihimpun sebagai Gereja Kristus dan diutus untuk menjadi satu dalam ikatan
persaudaraan. Mereka mewartakan Kristus satu sama lain kepada semua orang dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
memberi kesaksian atas kedatangan Tuhan kelak” (Konstitusi Bruder MTB, 1999:
Art 224).
Hidup bersama sebagai saudara dalam Tarekat/Kongregasi Bruder MTB seturut
semangat Santo. Fransisikus dari Assisi yang bertekun dalam ajaran Injil Yesus
Kristus, dalam liturgi suci, terutama dalam perayaan Ekaristi, dalam doa, dalam
pelayanan serta karya baik di dalam maupun keluar, kepada masyarakat. Harapannya
semoga setiap Bruder MTB mampu untuk menjadi Gereja, yang bersedia dan berani
mewujudkan diri demi kepentingan dan pelayanan kepada orang lain, dan bersama
menuju Allah dalam ikatan persaudaraan. Adapun karya dan tugas pelayanan dalam
persaudaraan Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) antara lain: Pendidikan formal,
pendidikan non formal, karya sosial, pertanian dan asrama. Pendidikan formal:
Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP)
dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Pendidikan non formal: Lembaga
Pelatihan Ketrampilan (LPK). Seperti kursus Komputer, Bahasa Inggris, menjahit dan
lain sebagainya. Karya sosial: Penampungan orang kusta (Sani), Justice Peace and
Integration of Creation (JPIC)/Keadilan Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan.
Beasiswa, asrama: Putra dan putri, Pertanian dan perternakan. “Gembalakanlah
kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan
sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan,
tetapi dengan pengabdian diri” (1 Ptr. 5:2).
Hidup persaudaraan yang menjadi kekhasan masing-masing tarekat,
dengannya semua anggota dipersatukan bagaikan dalam suatu keluarga
khusus dalam Kristus, hendaknya ditentukan sedemikian sehingga semua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
saling membantu untuk dapat memenuhi panggilan masing-masing. Selain itu,
dalam persekutuan persaudaraan yang berakar dan berdasar dalam cintakasih,
para anggota hendaknya menjadi teladan dari pendamaian universal dalam
Kristus (KHK. 2016: Kan. 602).
“Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada
hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa” (Kis. 2:41). Hidup dalam
persaudaraan Bruder MTB sebagai keluarga sejati, dihimpun oleh Tuhan serta
menikmati kehadiran Tuhan dalam suka dan duka. “Sebab di mana dua atau tiga
orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka" (Mat.
18:20). Dalam keterbatasan sebagai manusia “dan pengharapan tidak mengecewakan,
karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati mereka oleh Roh Kudus yang telah
dikaruniakan kepada mereka” (Rm. 5:5). Saya percaya bahwa persekutuan atau hidup
dalam persaudaraan yang dibina atau dijalani oleh para Bruder MTB menandakan
kedatangan Kristus bagi sesama. Sebab hanya pada-Nyalah bersumber kekuatan
untuk melayani dan merasul. Bandingkan dengan (bdk. Yoh. 13:35; 17:210).
Memang harus diakui juga dalam hidup bersama, terutama dalam karya pelayanan
dan kerasulan tidak mudah untuk menemukan model hidup persaudaraan atau
persekutuan yang ideal, seperti yang diinginkan dan dipikirkan oleh banyak orang,
bahwa semuanya harus sama, seragam dan lain sebagainya. (Konstitusi Bruder MTB,
1999: Art. 229) mengatakan:
Hendaknya kita berani mengelurkan pendapat kita dengan ikhlas, dan dalam
kesediaan untuk menaati mengemukakan apa yang menurut kita perlu
dikemukakan demi cintakasih kepada sesama. Dengan keterbukaan yang jujur
dan tulus hati dapat dimekarkan suatu dialog yang membuktikan penghargaan
satu sama lain sepenuhnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Saya yakin dan percaya berkat kasih karunia dari Tuhan Yesus Kristus, walaupun
itu tidak mudah untuk dilaksanakan namun, permasalahan dalam hidup bersama akan
dapat diatasi dengan rendah hati saling mengakui kesalahan dan tidak menundanunda untuk minta maaf, serta dengan tulus ikhlas memaafkan kesalahan sesama
saudara dengan cintakasih. ”Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai
pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan” (Kol. 3:4). “Mereka tahu,
bahwa mereka sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena mereka
mengasihi saudara mereka. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut” (1
Yoh. 3:14).
Kesetiaan untuk saling mengasihi dalam hidup persaudaraan tampak dalam
dukungan material dan moral kepada sesama saudara yang mengalami kesulitan
dalam panggilan hidup bersama sebagai saudara. Dukungan antara sesama saudara
yang lainnya, akan melahirkan semangat saling percaya dan pada gilirannya
menimbulkan perasaan adanya kepastian perlindungan dari persaudaraan. (Konstitusi
Bruder MTB 1999: Art. 223) mengatakan bahwa “Para anggota komunitas bersamasama merupakan kesatuan yang berpangkal pada panggilan yang sama dan pada
penghargaan dan kepercayaan satu sama lain. Kesatuan itu tumbuh dari pengakuan
keunikan dan keterbatasan pribadi masing-masing. Kesatuan itu menghargai kebaikan
yang ada pada setiap saudara dan menudunginya dengan mantel cintakasih apa yang
dilihat sebagai kekurangan dalam diri sesama saudara dan juga orang lain”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
C. Rangkuman
Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) berusaha untuk menghidupi dan menghayati
kaul kemiskinan dalam pelayanan dan persaudaraan seturut teladan dan semangat St.
Fransiskus dari Assisi. Menurut Injil Tuhan Yesus Kristus. Sebab Dia, yang oleh
mereka mau menjadi miskin, sekalipun Dia kaya, supaya mereka menjadi kaya oleh
karena kemiskinan-Nya. Bruder MTB, hidup dalam persekutuan sebagai saudara,
mereka mengikrarkan ketiga kaul secara resmi untuk mencapai nasihat Injil antara
lain, kaul kemiskinan. Mereka membaktikan diri pada karya kerasulan seperti:
Pendidikan, karya sosial, asrama, pertanian, dan pengajaran iman Katolik. Dijiwai
oleh semangat doa, pelayanan, penyangkalan diri, kesederhanaan, kemiskinan yang
memampukan mereka untuk melepaskan dirinya dari ikatan harta duniawi, serta
berusaha menepati Injil suci Tuhan Yesus Kristus.
Sebab Tuhan adalah Roh dan di mana ada Roh Allah di situ ada kemerdekaan
dan kebebasan. Seorang bruder yang sungguh-sungguh mampu menghayati
kemiskinan dalam roh, tidak membuat sesuatu pun menjadi miliknya sendiri dan
dengan orang lain; tetapi mereka hidup di dunia ini sebagai peziarah dan perantau.
Mungkin kebanyakan orang yang hidup di zaman modern saat ini, menganggap
kemiskinan atau kesengsaraan dianggapnya sebagai sesuatu kecelakaan dalam hidup
dan bukan berkat. Tetapi tidak demikian halnya, dengan para Bruder Maria Tak
Bernoda (MTB) yang ingin mengikuti teladan St. Fransiskus dari Assisi dalam
menghayati kaul kemiskinan. Penghayatan semangat kemiskinan para Bruder MTB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
bukan berarti meremehkan hal-hal materiil, bukan pula penolakan dan pelepasan
harta
benda
atau
uang
yang
berarti
membuangnya
begitu
saja,
tetapi
mengembalikannya kepada pemiliknya yaitu Tuhan. Melalui karya pelayanan dan
kerasulan yang mereka lakukan dengan membantu sesamanya yang miskin, lemah,
tersingkir dan difabel. Menghidupi dan menghayati kaul kemiskinan dalam pelayanan
dan persaudaraan seturut teladan dan semangat St. Fransiskus dari Assisi, di zaman
modern sekarang ini bukanlah sesuatu hal yang mudah untuk diwujudnyatakan dalam
kehidupan sehari-hari.
Sebab bahaya besar dalam dunia orang sekarang ini, yang diliputi oleh
konsumerisme, adalah kesedihan dan kecemasan yang lahir dari hati yang puas diri
namun tamak, pengejaran akan kesenangan harta duniawi, ketenaran, kuasa, dan hati
nurani yang tumpul terhadap penderitaan sesama. Sebagai kaum religius, mereka
tidak perlu takut kehilangan semunya itu, dan berusaha untuk mencari harta duniawi,
ketenaran, kedudukan, gengsi, prestasi, dan kuasa sebab hal tersebut, bukanlah
sesuatu yang kekal abadi dalam hidup mereka sebagai seorang religius. Hanya orang
yang tidak mempunyai kedalaman iman kepada Tuhan yang akan takut kehilangan
semuanya itu, dan mereka merasa tidak aman dan nyaman oleh karenanya. Ketika
kehidupan batin orang terbelenggu dalam kepentingan dan kepedulian dirinya sendiri,
sehingga tidak ada lagi ruang bagi sesama, tidak ada tempat lagi bagi orang sakit,
miskin dan papa. Orang tidak mampu lagi untuk mendengarkan suara Allah, yang
menggerakan hatinya untuk berbuat baik kepada orang sakit, miskin dan papa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
USULAN PROGRAM KATEKESE UNTUK MEMBANTU PENGHAYATAN
KAUL KEMISKINAN DALAM PELAYANAN DAN PERSAUDARAAN
BRUDER MARIA TAK BERNODA (MTB)
Untuk membantu para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) menemukan makna
penghayatan kaul kemiskinan dalam pelayanan dan persaudaraan melalui katekese,
penulis dalam bab IV ini, akan menjabarkan tiga bagian pokok mengenai katekese:
Pertama gambaran umum katekese yang meliputi: Pengertian katekese, katekese
umat, tujuan dan tugas katekese. Kedua spiritualitas dalam pelayanan yang meliputi:
Spiritualitas Fransiskan dalam pelayanan dan hidup persaudaraan, peranan
spiritualitas Fransiskan dalam penghayatan kaul kemiskinan, upaya spiritualitas
Fransiskan dalam meningkatkan penghayatan kaul kemiskinan, pengalaman praktik
hidup, komunikasi pengalaman iman dan komunikasi dengan tradisi kristiani. Ketiga
usulan program katekese yang meliputi: Katekese model Shared Christian Praxis
(SCP), latar belangkang penyusunan program, pengertian program, tujuan program,
contoh program, matriks pembinaan katekese dan contoh persiapan katekese dengan
metode Shared Christian Praxis (SCP).
A. Gambaran Umum Katekese
Katekese merupakan usaha-usaha dalam mewartakan sabda Allah untuk
menolong umat agar semakin memahami, menghayati, mengimani Yesus Kristus
serta wujudnyatakan imannya dalam kehidupan sehari-hari melalui tindakan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
perbuatannya. “Sabda Allah adalah suatu intervensi ilahi yang berkuasa dan
berbelaskasih, dalam mana Allah mewartakan diri-Nya dan rencana-Nya untuk
persekutuan dan keselamatan seluruh umat manusia” (Telaumbanua, 1999:30).
Dalam berkatekese terdapat unsur pewartaan, pengajaran, pendidikan, pendalaman
dan pembinaan iman. “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan
baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka
melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku
menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat. 28:19-20).
Dengan katekese diharapkan iman, hidup dan moral umat dapat berpadu secara
integral. Katekese merupakan salah satu bentuk kegiatan atau usaha yang dapat
dilakukan dalam membina iman para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB). Melalui
kegiatan katekese diharapkan dapat membantu para Bruder MTB untuk menghayati,
menggali serta menyadari pengalaman iman mereka dalam menghayati kaul
kemiskinannya secara konkret. Telaumbanua (1999:33) mengatakan bahwa “Hakikat
dan tujuan katekese di Indonesia dirumuskan oleh para uskup sebagai berikut:
Katekese adalah usaha saling tolong menolong terus-menerus dari setiap orang untuk
mengertikan dan mendalami hidup pribadi maupun bersama menurut pola Kristus
menuju kepada hidup kristiani yang dewasa punuh”.
Penyelenggaraan katekese merupakan tugas yang amat penting bagi Gereja.
Gereja sebagai persekutuan orang beriman berkat baptisan yang diterimanya,
mendapat perutusan untuk tugas mewartatkan karya keselamatan yang berasal dari
Allah bagi hidup bersama. Gereja merupakan persekutuan orang beriman yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
dipersatukan dalam Kristus dan telah menerima warta keselamatan untuk berjalan
menuju kepada kerajaan Allah Bapa dan mereka sendiri pun siap sedia untuk
mewartakannya kepada semua umat beriman. Katekese mempunyai peran penting
dalam perkembangan iman orang Kristen. “Dewasa ini Gereja memerlukan banyak
orang yang akrab dengan proses-proses pendampingan yang memerlukan
kebijaksanaan, pemahaman, kesabaran, dan ketaatan pada Roh” (Hadiwardoyo,
Ajaran Gereja Katolik tentang Evangelisasi 2016 Art 171:64). Telaumbanua
(1999:37) mengatakan bahwa Direktorium Kateketik Umum menandaskan:
Seorang yang matang dalam iman sanggup mengenal dalam berbagai situasi
dan perjumpaan dengan sesama undangan Allah untuk berkarya demi
pemenuhan rencana penyelamatan ilahi. Katekese memiliki tugas menegaskan
peranannya dengan mengajar umatnya untuk memberikan penafsiran Kristen
terhadap peristiwa-peristiwa kemanusiaan, khususnya tanda-tanda zaman,
sehingga “ia akan mampu menguji dan menafsirkan segala sesuatu dalam roh
Kristen sejati” Gaudium et Spes (GS 62).
Katekese merupakan suatu kegiatan yang mengantar umat beriman menuju pada
kedewasaan iman, sebab melalui katekese orang mendapatkan pengetahuan mengenai
Allah dan karya keselamatan-Nya serta mampu membangun dirinya dalam iman.
Katekese sebagai pengajaran agama untuk membentuk pola hidup kristen, tidak
hanya pada pengetahuan tetapi juga menyentuh pikiran dan hati supaya kebenaran
yang hakiki meresapi seluruh hidup. Katekese sebagai pembinaan yang mencakup
penyampaian ajaran kristen, yang diberikan secara organis dan sistematis dengan
maksud mengantar pendengar kedalam kepenuhan hidup kristen, atau menuju pada
pendewasaan iman. Bhanu, Anjuran Apostolik Paus Fransiskus. Evangelii Gaudium
(2015: EG. Art 164:24) mengatakan bahwa “Demikian pula kita telah menemukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
peran mendasar katekese sebagai pewartaan pertama atau kerygma yang harus
menjadi pusat aktivitas pewartaan kabar baik dalam upaya pembaharuan Gereja.
Melalui mulut para katekis pewartaan perdana harus disuarakan kembali secara terusmenerus, yaitu bahwa Yesus Kristus mengasihimu, mengorbankan hidup-Nya untuk
menyelamatkanmu, dan kini hidup untuk mendampingimu setiap hari, untuk
menerangimu, untuk meneguhkanmu dan untuk membebaskanmu”.
1.
Pengertian Katekese
Dalam Kitab Suci orang dapat mengetahui arti yang sebenarnya, mengenai kata
katekese. Katekese adalah membuat bergema, menyebabkan sesuatu bergaung. Kata
katekese ditemukan dalam (Luk. 1:4) diajarkan, (Kis. 18:25) pengajaran dalam jalan
Tuhan, (Kis 21:21) mengajar, (Rm. 2:18) diajar, (1Kor 14:19) mengajar, dan (Gal
6:6) pengajaran. Arti utama katekese adalah pembinaan iman, praksis atau kegiatan
bina iman. Dalam konteks ini, katekese dimengerti sebagai pengajaran, pendalaman,
dan pendidikan iman agar seorang Kristen semakin dewasa dalam iman. Jadi,
katekese biasanya diperuntukkan bagi orang-orang yang sudah dibaptis di tengah
umat yang sudah Kristen. (Telaumbanua, 1999:4). Katekese adalah salah satu momen
yang sungguh-sungguh penting dalam seluruh proses penginjilan untuk membawa
kabar gembira kepada seluruh umat beriman Kristen. Dalam seluruh proses
penginjilan, tujuan katekese ialah menjadi tahap pengajaran dan pematangan iman,
yakni menjadi kurun waktu dalamnya orang Kristen yang berdasarkan iman telah
menerima pribadi Yesus Kristus, serta ingin mengikuti Dia untuk mengetahui,
memahami, mengerti mesteri-Nya kerajaan Allah yang diwartakan oleh-Nya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Dalam anjuran apostolik Catechesi Tradendae (Perihal Penyelenggaraan
Katekese) Sri Paus Yohanes Paulus II (CT, 1979. Art 18) dikatakan bahwa “Katekese
ialah pembinaan anak-anak, kaum muda, dan orang-orang dewasa dalam iman, yang
khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya diberikan
secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para pendengar memasuki
kepenuhan kehidupan Kristen”. Dalam ajakan apostolik Paus Johanes Paulus II yang
diterjemahkan oleh Majelis Agung Waligereja Indonesai (MAWI, 1980:15)
dikatakan: “Dengan singkat dapat dikatakan di sini bahwa katekese adalah
pendidikan anak-anak, orang muda dan orang dewasa dalam iman. Ia terutama
mencakup ajaran doktrin Gereja yang pada umumnya diberikan secara organis dan
sistematis, dengan tujuan untuk mengantar para pendengar masuk ke dalam
kepenuhan hidup Kristen. Karena itu walaupun tidak dapat disamakan saja dengannya
secara formal, katekese toh dibangun di atas sejumlah unsur tugas pastoral Gereja,
tugas yang mempunyai aspek kateketik, yang mempersiapkan katekese atau yang
merupakan hasil katekese”. Telaumbanua (1999:59) mengatakan bahwa:
Katekese serentak sebagai evangelisasi (membangkitkan pertobatan manusia),
pengajaran (memperdalam pengetahuan iman), inisiasi (tuntunan ke dalam
berbagai bentuk hidup kristiani dan gerejawi) dan pendidikan (terutama sekali
demi pendewasaan iman). Tugasnya memang melimpah, kompleks dan tidak
boleh dipersempit pada aspek-aspek parsial. Dalam rangka ini sebutan
pendidikan iman menyatukan dan meringkaskan keseluruhan tugas katekese.
“Istilah “katekese” digunakan untuk merangkum seluruh usaha dalam Gereja
untuk memperoleh murid-murid, untuk membantu umat mengimani bahwa Yesus itu
Putra Allah, supaya dengan beriman mereka memperoleh kehidupan dalam nama-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Nya, dan untuk membina serta mendidik mereka dalam perihidup itu, dan dengan
demikian membangun Tubuh Kristus. Tidak pernah Gereja berhenti untuk
mencurahkan tenaganya dalam menunaikan tugas itu” Seri Dokumen Gereja No. 28
Catechesi Trandendae/Penyelenggaraan Katekese (CT, 2011:7). Di Indonesia
katekese yang biasa digunakan adalah katekese umat. “Katekese umat dapat dipahami
sebagai komunikasi iman umat, katekese dari umat dan untuk umat, katekese yang
menjemaat, yang berdasarkan pada situasi konkret setempat, dan berpola pada Yesus
Kristus” (Telaumbanua, 1999:86). Katekese kapan dan dimana pun merupakan
komunikasi iman. Dalam hal ini yang menjadi penekanannya, adalah komunikasi
bukan saja dari pembimbing dengan peserta, akan tetapi komunikasi antara peserta
sendiri. Agar para peserta semakin mampu mengungkapkan diri demi pembangunan
jemaat. Katekese umat adalah salah satu bidang di dalam usaha pastoral Gereja.
Katekese umat adalah usaha pembinaan iman umat secara teratur dan terencana.
Katekese umat diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman
iman (penghayatan iman) antara anggota jemaat/kelompok. Melalui kesaksian
para peserta saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-masing
diteguhkan dan dihayati secara lebih sempurna. Dalam Katekeses Umat
tekanan terutama diletakan pada penghayatan iman, meskipun pengetahuan
tidak dilupakan. Katekese Umat mengandaikan adanya perancanaan Rumusan
Pertemuan Kateketik antara Keuskupan se Indonesai PKKI II no. 1 (Lalu,
2007:89).
Katekse adalah salah satu upaya atau media Gereja dalam karya pastoralnya
untuk memberitakan sabda Allah dan mengantar serta mengakrabkan umat beriman
kepada Kristus dalam persaudaraan gerejawi. Keakraban itu menuntut suatu proses
yang mencakup pemahaman, pembatinan, dan aksi konkret. Dengan berkatekese
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
diharapkan pertumbuhan dalam iman serta pematangan hidup kristiani menuju
kepenuhannya, secara konsekuen merupakan karya Roh Kudus, suatu karya yang
hanya Ia dapat memulai dan memperkokoh dalam Gereja. Katekese adalah pewartaan
sabda dan selalu berpusat pada sabda, namun juga selalu memerlukan lingkungan
yang sesuai dan penyajian yang menarik, pemakaian simbol-simbol yang menyapa,
penyisipan ke dalam proses pertumbuhan yang lebih luas dan integrasi semua
dimensi pribadi dalam perjalanan untuk mendengar dan menanggapi sebagai
komunitas. Dengan mengerti, memahami dan menghayati apa yang dimaksud dengan
katekese, para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB), terbantu untuk menghayati kaul
kemiskinan dalam melakukan pelayanan dan persaudaraan dalam karya perutusan
mereka kapan dan dimana pun.
2.
Katekese Umat
Katekese umat mulai menjadi diskusi-diskusi hangat di antara para peserta yang
terdiri dari utusan-utusan dari tiga puluh (30) Keuskupan yang ada di Indonesia saat
itu, dalam Pertemuan Kateketik antara Keuskupan se Indonesia (PKKI) pada tahun
1977 di Wisma Samadhi Syalom Sindanglaya, Jawa Barat. Setalah mereka
mendengar ceramah yang disampaikan oleh Rm. Setyakarjana dengan judul “Mencari
arah katekese dalam Gereja yang berkembang di Indonesia” dan masukan dari Rm.
Hardawiryana dengan ceramahnya yang berjudul “Katekese dan Teologi” dan disusul
dengan diskusi-diskusi di antara para peserta akhirnya mereka mulai menemukan
suatu gagasan atau bentuk katekese yang melibatkan seluruh umat. “Katekese oleh
umat, dari umat dan untuk umat”. Katekese model ini, melibatkan seluruh umat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
dengan bertukar pengalaman iman atau komunikasi iman dalam suatu kelompok
umat. Itulah sebenarnya hakikat dari suatu Gereja. Lalu (2007:13) mengatakan bahwa
“Katekese umat merupakan komunikasi iman dari peserta sebagai sesama dalam iman
yang sederajat, yang saling bersaksi tentang iman mereka. Peserta berdialog dalam
suasana terbuka, ditandai sikap saling menghargai dan saling mendengarkan. Proses
terencana ini berjalan terus menerus”.
Katekese umat diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman
iman (penghayatan iman) antara jemaat/kelompok. Melalui kesaksian para
peserta saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-masing
diteguhkan dan dihayati secara makin sempurna. Dalam Katekese Umat
tekenan terutama diletakan pada penghayatan iman meskipun pengetahuan
tidak dilupakan. Katekese Umat mengadaikan adanya perancanaan (Lalu,
2007:12).
Seorang pembina katekese umat, perlu mendapatkan pembinaan keterampilan
dengan tidak melupakan pembinaan kepribadian dan peningkatkan pengetahuan.
Pembinaan keterampilan yang dimaksudkan lebih merupakan kepekaan dari seluruh
pribadi seseorang terhadap apa saja termasuk situasi konkret, kebutuhan dan visi
kristianinya. Ada pun kemampuan/keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang
pembina katekese umat antara lain: kemampuan/keterampilan berkomunikasi dan
berefleksi. Seorang pembina katekese umat harus mampu untuk berkomunikasi dan
berelasi sehingga mampu mengumpulkan, menyatukan dan mengarahakan kelompok
sampai pada suatu tindakan nyata. Keterampilan mengungkapkan diri, berbicara dan
mendengarkan,
menciptakan
suasana
yang
memudahkan
peserta
untuk
mengungkapkan diri dan mendengarkan pengalaman orang lain. Komunikasi yang
dikembangkan dalam katekese umat hendaknya menjadi komunikasi iman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Komunikasi iman bukan hanya sekedar informasi, melainkan suatu kesaksian iman.
Pembina katekese umat adalah seorang yang menyadari dan mampu memberi
kesaksian tentang pengalaman imannya. Maka secara praktis pembina katekese umat
dilatih untuk mampu terampil menemukan nilai-nilai manusaiwi dalam pengalaman
hidup sehari-hari, menemukan nilai-nilai Kristiani dalam Kitab Suci, ajaran Gereja
dan tradisi Kristiani lainnya. Serta memadukan nilai-nilai Kristiani dengan nilai-nilai
manusiawi dalam pengalaman hidup sehari-hari.
3.
Tujuan dan tugas Katekese
Katekese merupakan komunikasi iman, yang membantu umat untuk semakin
mengerti, memahami dan mengimani bahwa Yesus Kristus itu Putra Allah yang rela
berkurban, sengsara, menderita, wafat dan bangkit untuk menebus dosa-dosa umat
manusia. Dalam berkatekese terutama sekali ialah mewartakan Yesus Kristus. Maka
dari itu, katekese mempunyai tujuan dan tugas untuk menghadirkan sabda Allah
kepada umat beriman agar mereka terdorong untuk melakukan kehendak dan
perintah-Nya. Ada pun tugas dan tujuan dari katekese antara lain:
a.
Tujuan Katekese
Bagi umat beriman Kristiani, katekese bertujuan sebagai usaha untuk saling
tolong menolong terus menerus dari setiap orang untuk mengartikan dan mendalami
hidup pribadi maupun bersama menurut pola Kristus, menuju hidup Kristiani yang
dewasa penuh. Katekese merupakan pelayan sabda Allah, ia mesti sadar akan hakikat
dan tugasnya, untuk menolong umat beriman Kristiani dengan memberitakan sabda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Allah. Katekese mendidik umat beriman, agar mereka semakin mengenal pribadi
Yesus Kristus sebagai sumber segala kehidupan. Dalam Seri Dokumen Gereja No.
28, tahun 2011 tentang Catechesi Trandendae/Penyelenggaraan Katekese (CT. Art.
20). Dikatakan bahwa:
Berkat bantuan rahmat Allah mengembangkan iman yang baru mulai tumbuh,
dan dari hari ke hari memekarkan menuju kepenuhannya serta makin
memantapkan perihidup Kristen umat beriman, muda maupun tua.
Kenyataannya itu berarti merasang, pada taraf pengetahuan maupun
penghayatan, pertumbuhan benih iman yang ditaburkan oleh Roh Kudus
melalui pewartaan awal, dan yang dikurniakan secara efektif melalui baptis.
Dengan berkatekese umat beriman kristiani diharapkan dapat
mengembangkan pengertian tentang misteri Kristus dalam cahaya firman
Allah, sehingga seluruh pribadi manusia diresapi oleh firman itu. Begitulah
orang Kristen, yang berkat karya rahmat diubah menjadi ciptaan baru,
memutuskan untuk mengikuti Yesus Kristus, dan dalam Gereja makin banyak
belajar berpikir seperti Dia, menilai segalanya seperti Dia bertindak seturut
dengan perintah-perintah-Nya, dan berharap sesuai dengan ajakkan-Nya.
Penyelenggaraan Katekese. Dalam seluruh proses evangelisasi/pewartaan
tujuan katekese ialah menjadi tahap pengajaran dan pendewasa iman. Agar
orang-orang Kristen sesudah dewasa dalam beriman menerima pribadi Yesus
sebagai satu-satunya Tuhan, dan setelah menyerahkan diri kepada-Nya
melalui pertobatan hati yang jujur, berusaha makin mengenal Yesus, yang
menjadi tumpuan kepercayaannya, mengerti misteri-Nya, kerajaan Allah yang
diwartakan oleh-Nya, tuntutan-tuntutan maupun janji-janji yang tercantum
dalam amanat Injil-Nya, dan jalan yang telah digariskan-Nya bagi siapa pun
yang ingin mengikuti-Nya.
Katekese bertujuan mengembangkan pemahaman misteri Kristus dalam terang
sabda Allah sehingga seluruh kemanusiaan seseorang diresapi oleh sabda itu. Setelah
diubah oleh karya rahmat menjadi makhluk baru, orang Kristen bertekad untuk
mengikuti Kristus dan belajar lebih banyak lagi dalam Gereja untuk berpikir seperti
Dia, untuk memulai seperti Dia, untuk bertindak sesuai dengan perintah-perintah-Nya
dan untuk berharap seperti yang Ia anjurkan kepada umat beriman Kristiani. Lalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
(2007:97) mengatakan bahwa dalam hubungan dengan tujuan Katekese Umat,
Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se Indonesia (PKKI II) menegaskan: Tujuan
komunikasi iman itu adalah:
1. Supaya dalam terang Injil umat semakin meresapi arti pengalamanpengalaman mereka sehari-hari.
2. Dan mereka bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari
kehadiran-Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari.
3. Dengan
demikian
mereka
semakin
sempurna
beriman,
berharap,
mengamalkan cinta kasih dan makin dikukuhkan hidup Kristiani mereka;
4. Pula mereka makin bersatu dengan Kristus, makin menjemaat, makin tegas
mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta;
5. Sehingga mereka sanggup memberikan kesaksian tentang Kristus dalam hidup
di tengah masyarakat (Rumusan PKKI, II no.6).
Dalam seluruh proses pewartaan injil tujuan katekese ialah menjadi tahap
pengajaran dan pematangan iman. Agar umat beriman lebih mengenal, memahami
dan mengerti pribadi Yesus Kristus yang mereka imani dan percayai dalam
menentukan sikap moral dan hidupnya. Katekese sesungguhnya untuk menolong
manusia keluar dari dirinya sendiri, sehingga dia bersedia menerima sapaan dan
tawaran dari Allah. Katekese pelayan sabda Allah dan pendidik iman, merupakan
usaha untuk mewartkan kabar gembira kepada umat beriman, usaha untuk saling
tolong menolong terus menerus dari setiap orang untuk mengartikan dan mendalami
hidup pribadi maupun bersama menurut pola Kristus menuju hidup kristiani yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
dewasa penuh. Agar sabda Allah yang diwartakan melalui katekese sungguh dapat
menerangi eksistensi hidup manusia, maka sabda Allah seharusnya, berdaya guna
untuk membebaskan dan mengubah hidup manusia agar semakin dewasa dalam iman.
b.
Tugas Katekese
Secara ringkas dapat dikatakan ada tiga tugas utama katekese yaitu: Katekese
memberitakan sabda Allah, mewartakan Kristus. Katekese mendidik untuk beriman
dan katekese mengembangkan Gereja. Katekese bertugas menghadirkan sabda Allah
agar manusia bertemu secara pribadi dengan Yesus Kristus. Katekese terutama sekali
adalah pewartaan diri Kristus. Yesus Kristus dalam kepenuhan pribadi-Nya adalah
pusat yang tak dapat dibantah dalam katekese. Itulah sebabnya katekese harus bersifat
kristosentris atau perpusat pada Yesus Kristus. Seorang pewarta, seperti katekis, atau
tenaga pastoral pada umumnya, perlu menyadari sungguh-sungguh bahwa yang ia
wartakan kepada umat adalah Kristus; sedangkan ia sendiri adalah alat di tangan
Kristus agar tercipta pertemuan pribadi manusia dengan Kristus, sang Guru Ilahi.
Iman sungguh suatu anugerah dari pihak Allah sehingga seseorang mau berpaut
padan-Nya. “Lalu Ia berkata: "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada
seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya
kepadanya. Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan
tidak lagi mengikut Dia” (Yoh. 6:65-66). Ini berarti orang menciptakan suasana agar
iman itu kian dirasakan, bertumbuh dan berbuah. Katekese menolong agar umat
terpikat pada diri Allah, yang diwartakan oleh Yesus Kristus supaya mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
terdorong untuk melakukan kehendak dan perintah Allah. Dengan demikian
diharapkan tercapailah pembaruan dalam hidup manusia (Telaumbanua, 1999:9).
Katekese di masa lampau maupun di masa mendatang selalu merupakan karya
yang harus termasuk tanggung jawab Gereja, dan yang oleh Gereja memang
harus diinginkan sebagai salah satu tanggung jawabnya. Tetapi para anggota
Gereja mengemban tanggung jawab yang berbeda-beda, tergantung dari
perutusan mereka masing-masing (Telaumbanua, 1999:10).
Katekese memberitakan sabda Allah, yang diwartakan oleh Yesus Kristus
melalui Kitab Suci. Katekese, suatu wujud pelayanan sabda Allah. Maksud terdalam
dari katekese adalah agar iman dan hidup manusia berpadu secara integral. Katekese
berfungsi menggali pengalaman iman umat, dengan maksud memasang saluran
komunikasi iman. Katekese mengembangkan Gereja. Perkembangan suatu Gereja
sangat tergantung pada usaha-usaha katekese menyebarkan sabda penyelamatan
Allah kepada manusia. Gereja adalah perkumpulan atau himpunan umat Allah yang
mengimani pribadi Yesus Kristus, dalam melanjutkan dan mewujudnyatakan
keselamatan Allah di dunia ini. Dalam mengarungi peziarahan hidupnya, Gereja
mengemban kewajiban untuk mengembangkan kehidupan umat beriman dan
mengembangkan dunia terus-menerus agar menjadi lingkungan hidup yang layak
serta selaras dengan kehendak Allah.
B. Spiritualitas dalam Pelayanan
Spiritualitas pada umumnya dimaksudkan sebagai hubungan pribadi seorang
beriman dengan Allahnya dan aneka perwujudannya dalam sikap dan perbuatan.
Spiritualitas dapat pula dirumuskan sebagai hidup berdasarkan kekuatan Roh Kudus
dengan mengembangkan iman, harapan dan cinta kasih atau usaha mengintegrasikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
segala segi kehidupan ke dalam cara hidup yang secara sadar bertumpu pada iman
akan Yesus Kristus. Spiritualitas dapat pula dikatakan sebagai pengalaman iman
kristiani dalam situasi konkret. Spiritualitas atau kehidupan rohani mencakup seluruh
kehendak orang beriman dan tampak sebagai buah Roh Kudus dalam berdoa,
kegembiraan rohani, pengorbanan dan pelayanan kepada sesama manusia. Sumber
dan ukuran spiritualitas mana pun adalah kehidupan Kristus. Maka Spiritualitas dapat
disebut mengikuti jejak Kristus. Spiritualitas sejati selamanya spiritualitas Gerejani.
Dalam Gereja terdapat berbagai spiritualitas khas, baik sesuai dengan status
kehidupan maupun dengan inspirasi orang-orang kudus tertentu, misalnya
spiritualitas Santo Fransiskus dari Assisi/Fransiskan dan lain sebagainya (Lalu,
2007:150).
Spiritualitas kemuridan Yesus, yaitu keterlibatan pada dunia demi
membangun Kerajaan Allah. Hidup Yesus terobsesi pada kerajaan Allah,
terobsesi pada pengabdian kepada Allah dan kepada manusia. Semangat dan
roh pengabdian kepada Allah dan sesama ini diwariskan Yesus kepada muridmurid dan pengikut-pengikut-Nya (Gereja) Roh Kristus ini masih terus
berhembus dalam Gereja sepanjang masa. Maka spiritualitas manapun harus
bertaut dengan spiritualitas Gereja (Lalu, 2007:154).
Para Bruder MTB seharusnya memiliki spiritualitas atau semangat dalam
melaksanakan tugas pelayanan dan karya perutusan. Spiritualitas dapat diartikan
sebagai hubungan seorang pribadi atau bruder dengan Tuhannya. Bagaimana caranya
berhubungan dengan Tuhan, para bruder dapat bercermin pada pribadi serta hidup
Yesus Kristus dalam relasi Dia dengan Allah Bapa dan manusia. Maka spiritualitas
dapat disebut mengikuti jejak Yesus Kristus. Spiritualitas para Bruder MTB dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
karya dan tugas pelayanan bersumber pada spiritualitas kemuridan Yesus dengan
teladan St. Fransiskus dari Assisi. (Gereja) yang terobsesi pada pengembangan
Kerajaan Allah. Spiritualitas atau semangat dalam karya pelayanan dimaksudkan
untuk membantu para Bruder MTB mewujudkan Kerajaan Allah, karena kepedulian
kepada sesama. Terutama mereka yang lemah, miskin, tersingkir dan difabel.
1.
Spiritualitas Fransiskan dalam pelayanan dan hidup persaudaraan
Spiritualitas Fransiskan ialah ilmu mengenai hidup spiritual, dilihat baik dari
dimensi umum teologis maupun dari dimensi umum dan spesifik fenomenologis,
dengan memperhatikan tujuannya, prinsip teoritis-praktisnya, sarananya, karakternya
dan buah-buahnya bagi hidup fransiskan (Marpaung, 2008:3).
Spiritualitas Fransiskan adalah bagian dari spiritualitas Katolik pada
umumnya. Spiritualitas fransiskan adalah salah satu dari sekian banyak
spiritualitas spesifik, yang dapat dibedakan seturut kriteria berdirinya hidup
religius. Karena itu, jelas bahwa untuk mempelajari spiritualitas fransiskan
perlu juga mempelajari spiritualitas katolik pada umumnya dan spiritualitasspiritualitas spesifik lain yang berkaitan atau dekat dengannya, misalnya
spiritualitas benediktin yang dalam beberapa hal ada persamaan dengan
spiritualitas fransiskan, dan spiritualitas dominikan yang sezaman lahirnya
dengan spiritualitas fransiskan (Marpaung, 2008:7).
Spiritualitas mencakup dua segi, yakni askese atau usaha melatih diri secara
teratur supaya terbuka dan peka terhadap sapaan Allah. Segi lain adalah mistik
sebagai aneka bentuk dan tahap pertemuan pribadi dengan Allah. Askese menandakan
jalan dan mistik tujuan hidup keagamaan manusia. Dasar hidup rohani dan semua
bentuk spiritualitas sejati adalah Roh Kristus seperti tampak dalam Injil. Orang yang
peka akan mengalami buah kehadiran Roh dalam hatinya. “Roh itu bersaksi bersama-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah” (Rm 8:16). Spiritualitas
dapat disebut cara mengamalkan seluruh kehidupan sebagai seorang beriman yang
berusaha merancang dan menjalankan hidup ini semata-mata seperti Tuhan
menghendakinya. Untuk mencapainya orang perlu semakin mempererat hubungannya
dengan Tuhan, antara lain dengan mendengarkan sabda-Nya dalam Injil dan dalam
hatinya. Semakin menghidupkan dan meningkatkan cara berdoa. Dalam doa segala
segi kehidupan dan iman seseorang menyatu, lalu dihantarkan kepada Tuhan. Berdoa
merupakan kegiatan manusia yang paling mulia (Heuken, 2002:11).
Spiritualitas merupakan cara khusus, atau tekanan khusus dalam mengikuti
Kristus. Jelaslah ada banyak hal sama dihayati oleh semua orang kristen. Unsur-unsur
yang sama itu antara lain ialah mengasihi dan mengampuni seperti Kristus, hidup
dalam persekutuan, hidup dalam doa pribadi dan bersama, perayaan hidup
sakramental Gereja, kesetiaan kepada kuasa gerejani yang sah, mencintai kitab suci
dan keprihatinan pada masalah sosial dan perdamaian. Tidak ada perbedaan dalam
tujuan dan dalam banyak cara serta serana. Perbedaan terletak dalam apa yang
menjadi tekanan. Contoh Santo Fransiskus dari Assisi lebih menekankan pada
penghayatan Injil. Tentang kemiskinan dan kerendahan hati Tuhan Yesus Kristus.
Spiritualitas berbeda sebagian besar bergantung pada kepribadian para pendiri dan
waktu komunitas-komunitas religius itu berkembang. Paus Pius XII melukiskan
dengan cara ini “Spiritualitas setiap santo merupakan cara khususnya untuk
menggambarkan Allah baginya, berbicara tentang-Nya, cara mendekati-Nya. Setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
santo melihat gelar Allah dalam terang apa yang paling menyentuh pikirannya,
menyerap hatinya secara mendalam, yang menarik dan menaklukan dirinya. Bagi
setiap santo satu keutamaan khusus dari Kristus merupakan cita-cita yang hendak
diperjuangkan dalam hidupnya. Namun semua orang kudus sesungguhnya seluruh
Gereja untuk meniru Kristus secara utuh” (Bruno, 2007:24).
Spiritualitas fransiskan adalah semata-mata “menghayati Injil”. Namun karena
dia adalah seorang pribadi yang unik dan menarik, Gereja menemukan
karismanya yang khusus itu, yang disebut spiritualitas Fransiskan. Pius XII
lebih jauh menyatakan, “ajaran fransiskan memandang Allah adalah kudus,
besar, dan melampaui semua, baik, sungguh baik. Allah juga dialami sebagai
kasih. Dia hidup karena kasih, mencipta karena kasih, menjadi daging,
menebuas, menyelamatkan dan menjadikan suci karena kasih. Fransiskus
memandang Yesus dalam kasih manusiawinya”. Tekanan kuat pada
fransiskan terletak pada kenyataan bahwa Allah adalah kasih. Setiap orang
kristen percaya akan hal ini, tetapi fransiskan memilih untuk menekankan itu
sebagaimana dilakukan Fransiskus (Bruno, 2007:25).
Dalam kenyataanya, salah satu unsur hakiki dari spiritualitas fransiskan adalah
menjadi lebih hina dina dan pengikutnya menjadi saudara-saudari hina-dina. Suatu
spiritualitas tidak bisa menjadi lebih tinggi dari pada yang lain; hanya ada perbedaan.
Mungkin yang satu digerakan oleh peristiwa Golgota, yang lain oleh peristiwa
Betlehem. Mungkin yang lain lagi menekankan kesabaran dan kemuruhan hati Allah.
Tak seorang pun dari antara mereka lebih baik. Mereka hanya berbeda saja, bukan
soal lebih baik. Dalam spiritualitas Fransiskan ada unsur-unsur pokok agar dapat
menghidupi injil seturut semangat Fransiskus dari Assisi. Antara lain dalam
persekutuan dengan Kristus yang miskin dan tersalib. Dalam kasih akan Allah.
Dalam persaudaraan dengan semua orang dan segenap ciptaan. Berpartisipasi dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
hidup dan misi Gereja. Dalam pertobatan terus menerus. Dalam doa, liturgis, pribadi,
bersama. Serta sebagai pembawa damai (Bruno, 2007:25).
Dengan bantuan Tuhan, sejak pertobatannya, Fransiskus seorang yang bijaksana
membangun diri serta rumahnya, yaitu ordonya atas wadas yang kokoh, yaitu atas
kerendahan hati dan kemiskinan Putra Allah yang amat besar. Maka dia menamai
ordonya Ordo Saudara Dina. Dia membangun ordonya atas kerendahan hati yang
amat besar. Sejak awal berdirinya ordo, setelah jumlah saudara bertambah banyak dia
menghendaki supaya mereka tinggal di tempat-tempat orang kusta untuk melayani
mereka. Dia mengatakan baik kepada orang bangsawan maupun orang biasa yang
masuk ordo, mereka harus melayani orang-orang kusta dan tinggal di rumah mereka
(Bigaroni, 2003:12). Dalam memilih perkerjaan atau pelayanan, para saudara harus
membiarkan diri dibimbing oleh sabda Allah, yang mengingatkan mereka yang
hendak mengikuti Yesus agar tidak tergoda untuk memiliki dunia ini sedangkan
akibatnya kehilangan nyawa. “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia,
tetapi ia kehilangan nyawanya” (Mrk. 8:36). Mereka harus menjadi hamba. “Tetapi
kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi
sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan” (Luk. 22:26).
Kepada saudara yang sakit hendaklah kita berikan perhatian dan layanan yang
jujur lagi tulus. Tanpa mengabaikan perawatan oleh kita sendiri, kita wajib
mengusahakan bantuan medis bagi yang membutuhkannya. Sebaliknya
saudara yang sakit hendaknya selalu berbesar hati dan bersyukur atas
pelayanan dan perhatian para saudara, serta memaklumi kekurangan dalam
pelayananya (Statuta Bruder MTB 2014: Art 18).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Setiap orang dipanggil untuk memberi kesaksian di dunia, pada kuasa yang
menyelamatkan dan pada kehadiran Allah, pertama-tama dengan hidup dan kemudian
aktivitas masing-masing setiap orang. Hidup Injil dan pewartaan Injil harus menjadi
satu. Diresapi oleh cinta kepada Allah dan sesama. Tuhanlah yang mengutus setiap
orang untuk memberi kesaksian akan cinta-Nya dengan perkataan, tindakan dan
perbuatan. Setiap orang diajak untuk meluhurkan Tuhan dalam perkerjaan dan
pelayanannya. Inti dari hidup Kristen adalah Yesus Kristus, yang diungkapkan
dengan istilah Tubuh Kristus sebab Dia ada di tengah umat-Nya.
Persaudaraan Fransiskan dikumpulkan oleh Roh Kudus sebagai satu persekutuan
orang yang dipanggil bersama oleh Allah untuk menepati hidup Injili dalam doa dan
pelayanan. Mereka adalah kelompok orang yang menerima visi hidup baru dari Allah
yang memanggil mereka, yang memperhatikan satu sama lain dalam hal kebutuhan
mereka; yang menyediakan tempat bagi kediaman Allah, serta sekelompok orang
yang bergembira dan tekun berdoa, serta diutus untuk membangun kerajaan Allah.
Kumpulan persaudaraan adalah kawanan kecil dari Tuhan yang hidup oleh sabdaNya, yang memberi kesaksian hidup Injili kepada orang lain, yang hidup dina dan
miskin, dengan yakin diutus kepada semua saudara dan saudari. Persaudaraan adalah
suatu kesaksian bahwa dunia bukan suatu dunia permusuhan tetapi dunia saudarasaudari dalam Kristus (Bruno, 2007:331).
Dalam persekutuan kita, hendaknya Injil menjadi kekuatan bagi pembaharuan
diri dan seluruh Gereja. Kita berusaha mengembangkan kemanusian kita
sebagai murid, sebagai pengikut Kristus, sesuai dengan sabda-Nya. “Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridku, yaitu
jikalau kamu saling mengasihi” (Yoh. 13:35). “Inilah perintah-Ku, yaitu
supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu” Yoh 15:12
(Konstitusi Bruder MTB, 1999: Art 220).
Dalam persaudaraan hendaknya mereka hidup dalam semangat melayani dan
mengasihi satu sama lain, “dengan saling membasuh kaki”. Seperti Yesus telah
membasuh kaki para murid-murid-Nya. Bandingkan dengan (bdk. Yoh 13:12-16).
“Kita sekalian terikat pada kongregasi begitu erat, sehingga kita dengan tepat
menyebut satu sama lain saudara. Masing-masing berusaha dengan caranya sendiri
menyediakan diri untuk pelaksanaan tugas, yang diterima dari kongregasi sebagai
keseluruhan. Dari sebab itu semua harus menaruh perhatian hangat kepada suka dan
duka seluruh kongregasi kepada kegiatan-kegiatan dalam komunitas kepada karya
misionaris-misionaris kita kepada perkerjaan semua bruder. Demikianlah kita saling
mendukung dalam penghayatan cita-cita yang sama” (Konstitusi 1999: Art 222).
Seperti umat Kristen pertama mereka mau menjadi sehati sejiwa (Kis 4:32). Mereka
dihimpun sebagai Gereja Kristus dan diutus untuk menjadi satu dalam ikatan
persaudaraan. Mereka mewartakan Kristus satu sama lain kepada semua orang dan
memberi kesaksian atas kedatangan Tuhan kelak. Persaudaraan Fransiskan adalah
persaudaraan rasuli, karena Allah dan Gereja menghendaki agar persaudaraan ini
melayani keselamatan semua orang. Maka karya pelayanan serta hidup persaudaraan
para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) mesti lahir dari indentitas, spiritualitas dan
semangat Santo Fransiskus dari Assisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
2.
Peranan spiritualitas Fransiskan dalam penghayatan kaul kemiskinan
Spiritualitas Fransiskan adalah semata-mata “menghayati Injil”. Namun karena
dia adalah seorang pribadi yang unik dan menarik, Gereja menemukan karismanya
yang khusus itu, yang disebut spiritualitas Fransiskan. Paus Pius XII lebih jauh
menyatakan, “ajaran Fransiskan memandang Allah adalah kudus, besar, dan
melampaui semua, baik, sungguh baik. Allah juga dialami sebagai kasih. Dia hidup
karena kasih, mencipta karena kasih, menjadi daging, menebus, menyelamatkan dan
menjadikan suci karena kasih. Fransiskus memandang Yesus dalam kasih
manusiawinya”. Tekanan kuat pada fransiskan terletak pada kenyataan bahwa Allah
adalah kasih. Setiap orang Kristen percaya akan hal ini, tetapi fransiskan memilih
untuk menekankan itu sebagaimana dilakukan Fransiskus (Bruno, 2007:25). Dalam
hal ini, spiritualitas dapat dimengerti sebagai hubungan pribadi seorang beriman
dengan Allahnya dan aneka perwujudannya dalam sikap dan perbuatannya baik
melalui doa, karya pelayanan dan kerasulan.
Dalam Anggaran Dasar pasal I dikatakan bahwa pola hidup para Bruder Maria
Tak Bernoda (MTB) ialah “Menepati Injil suci Tuhan kita Yesus Kristus, dengan
hidup dalam ketaatan, kemurnian dan kemiskinan”. Para bruder diajak untuk
berusaha dengan seluruh kemampuannya agar mau menepati Injil suci Tuhan kita
Yesus Kristus. Mau hidup sebagaimana yang telah dirintis oleh Yesus Kristus sendiri.
“Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit;
bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.
Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu”
(Mat. 10:7-9).
Mereka yang sungguh-sungguh miskin dalam roh, tidak membuat sesuatu pun
menjadi miliknya sendiri, juga tidak mempersengketakannya dengan orang
lain; tetapi mereka hidup di dunia ini sebagai peziarah dan perantau. Itulah
keluhuran kemiskinan yang tertinggi, yang menetapkan kita menjadi ahli
waris dan raja kerajaan surga, membuat kita miskin akan harta benda, tetapi
meninggikan kita dengan keutamaan-keutamaan. Itulah yang hendaknya
menjadi bagian kita, yang membawa kita ke negeri orang-orang hidup.
Dengan tetap melekat padanya sepenuh-penuhnya, kita untuk selamanya tidak
mau memiliki sesuatu lainnya di bawah kolong langit, demi nama Tuhan kita
Yesus Kristus. (Anggaran Dasar Bruder MTB 1999: Art 22).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peranan spiritualitas Fransiskan dalam
menghayati kaul kemiskinan sebagai rambu-rambu untuk mengingatkan para anggota
Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) agar dalam melaksanakan karya perutusan untuk
melayani sesama hendaknya mereka, bersemangat murah hati dan melayani dengan
penuh cinta kasih. Murah hati karena semua yang mereka punyai adalah berasal dari
Tuhan, entah bakat, kemampuan, ketrampilan, kekayaan dan kepandaian. Semuanya
dari Tuhan maka mereka harus membagikannya kepada orang lain juga. Melayani
dengan cintakasih dalam arti bahwa mereka diajak untuk melayani siapa pun juga,
tanpa pilih kasih tidak hanya memilih orang-orang yang kaya atau yang dapat
memberikan uang banyak kepada mereka. Akan tetapi mereka harus belajar dari
Yesus dalam melayani orang lain, bahkan Yesus rela melayani sampai menderita,
sengsara dan wafat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
3.
Upaya spiritualitas Fransiskan dalam meningkatkan penghayatan kaul
kemiskinan
Di zaman modern ini, tantangan untuk hidup menghayati kaul kemiskinan makin
banyak dan bermacam-macam. Dunia modern dengan kemajuan teknologi yang
canggih telah menawarkan kepada setiap orang, termasuk para Bruder Maria Tak
Bernoda (MTB) segala macam fasilitas dan sarana yang lengkap untuk dapat hidup
enak, nyaman, dan nikmat. Maka dari itu penghayatan kaul kemiskinan harus selalu
diusahakan dan ditingkatkan secara terus menerus. Untuk meningkatkan penghayatan
kaul kemiskinan tersebut, para Bruder MTB dibantu dengan berbagai cara antara lain:
Dengan pembinaan, retret dan rekoleksi. Pembinaan kepada para bruder yunior yang
diadakan tiga kali setahun. Dalam pembinaan tersebut, tema yang pernah dibahas
antara lain “spiritualitas uang”. Para bruder diajak untuk:
 Menyadari sebagai orang yang mudah memboroskan uang, sebagai religius
uang itu perlu tapi bukan segala-galanya.
 Mengelola uang secara sederhana, bijaksana dan kreatif, baik dalam
menggunakannya (tepat sasaran), dan memahami maksud uang saku;
demikian juga upaya untuk menghasilkan uang.
 Rasanya dampak tidak kelihatan dengan jelas karena tergantung dari individu
dan juga sulit diukur.
 Menyadari diri untuk mencoba hidup miskin, lebih sederhana, bijaksana,
kreatif dan mawas diri. Berusaha hidup tidak dikusai oleh uang. Harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
berpikir sekian kali dalam belanjakan uang (Tim Pembina bruder Maria Tak
Bernoda (MTB), 2012-2013).
Dalam retret ada pun tema-tema yang pernah dibahas antara lain: Mengenal
indentitas kita, memahami spiritualitas Fransiskus, diutus untuk mewartakan Yesus,
apa yang sedang terjadi dengan rumah kita, dan perutusan Fransiskus. Rekoleksi
biasanya dilaksanakan satu bulan sekali, di komunitas masing-masing. Temanya
dipilih sendiri oleh bruder atau siapa saja yang memberi rekoleksi tersebut. Contoh
tema yang pernah dilaksanakan antara lain: Merenungkan kembali kehadiran
Kongregasi lewat khasana tarekat dan Kitab Suci dalam terang kasih Tuhan, menjadi
tanda hidup penunjuk kehidupan dan mendayagunakan fasilitas yang tersedia dalam
pelayanan sebagai seorang hamba. Pembinaan para bruder yunior melalui retret,
rekoleksi, seminar dan lain sebagainya merupakan sarana yang sangat membantu bagi
para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) dalam upaya meningkatkan penghayatan kaul
kemiskinan. Kegiatan tersebut dapat dilaksanakan dengan model katekse umat,
karena disana ada keterbukaan untuk saling berdialog, komunkasi iman dan sharing
pengalaman hidup. Sehingga para bruder merasa terbantu untuk mencari solusi dan
permasalahan dalam menghayati kaul kemiskinan. Setiap bruder hendaknya tetap
berusaha mengembangkan diri baik budi maupun hati terlebih pada kehidupan rohani
yang diarahkan pada pendalaman spiritualitas dan tugas kerasulannya. Dalam
peraturan hidup para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) Konstitusi pasal IV, Art. 68
dikataka bahwa:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Kemiskinan kita hendaknya nyata di segala bidang, terutama dalam pakaian
kita. Sebagai kesaksian dari kemiskinan dan hidup bakti para bruder memakai
pakaian biara lembaga kita sebagaimana itu diatur oleh ketetapan lembaga
kita sendiri. Pemimpin Umum dapat menguasakan Pemimpin Provinsi/Regio
untuk mengizinkan pemakaian pakain sipil sederhana, kalau alasan-alasan
kuat menuntut demikian, dan hanya selama situasi memerlukan. Kemiskinan
itu hendaknya juga mempengaruhi bangunan dan inventaris rumah-rumah
kita, makanan, alat-alat yang dipakai, peralatan dan perabot rumah, rekreasi,
perjalanan dan liburan kita. Segala-galanya harus menunjukan kesederhanaan
yang dibarengi dengan gaya hidup yang penuh rasa keindahan. Keputusankeputusan mengenai jumlah uang yang besar baik untuk keperluan pribadi
maupun karya yang diemban hendaknya selalu diambil dalam perundingan
dengan atasan. Pempinan Kongregasi harus memberi teladan dalam
kesederhanaan dan keugaharian dan bersama dengan persekutuan berusaha
agar semangat ini tetap hidup nyata.
Selain itu, para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) dilatih untuk praktik hidup
bersama dengan orang miskin dengan cara live in atau tinggal dan hidup bersama
orang-orang kusta, anak-anak di panti asuhan dan lain sebagainya. Tujuannya agar
mereka dapat melihat secara lebih dekat, mengalami secara langsung situasi yang
dirasakan dan dialami oleh orang-orang miskin. Para bruder juga diberi pembinaan
atau pelajaran secara khusus tentang semangat, spiritualitas, sejarah, perkembangan
serta tata cara peraturan hidup bersama dalam Kongregasi Bruder MTB. Mereka juga
didampingi melalui rekoleksi, retret, seminar dan ceramah. Setelah sekian lama
menjadi bruder, biasanya disuruh kuliah sesuai dengan bakat dan kemampuan yang
dimiliki. Dengan adanya kegiatan-kegiatan seperti di atas tersebut, para bruder akan
semakin dewasa dalam meningkatkan penghayatan kaul kemiskinan. Dalam
Konstitusi pasal IV Art. 62 dikatakan bahwa “Seorang bruder hendaknya menaati
semua peraturan, baik umum maupun khusus tentang kemiskinan dan keugaharian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran Dasar dan Konstitusi Kongregasi dan/atau
yang akan ditetapkan oleh pemimpin kongregasi yang sah”.
“Marilah kita mengembalikan semua yang baik kepada Tuhan Allah Yang
Mahatinggi dan Mahaluhur dan mengakui, bahwa semua yang baik adalah milik-Nya;
marilah kita mengucap syukur kepada-Nya atas segala-galanya, karena dari Dialah
berasal semua yang baik. Hendaknya kita insyafi sungguh-sungguh bahwa tidak ada
yang kita miliki selain cacat-cela dan dosa” (Iriarte, 1995:95). “Kata Yesus
kepadanya Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan
berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga,
kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku" (Mat. 19:21). Para bruder diajak
menyerahkan sesuatu yang mereka terima beserta penghasilan mereka kepada
kongregasi dan mereka mau hidup dalam persekutuan harta untuk berbuat baik
kepada sesama.
4.
Pengalaman Praktik Hidup
Tantangan yang besar zaman ini terhadap penghayatan kaul kemiskinan antara
lain: Kemajuan teknologi, budaya konsumtif/hanya memakai tidak menghasilkan dan
bergantung pada hasil produksi pihak lain. Budaya instan, ingin hidup kaya dan
glamor/yang serba gemerlapan dan materialisme/haus akan harta milik tidak peduli
kepada orang lain. Bandingkan dengan Vita Consencrata/Hidup Bakti (bdk. VC 89).
Dikatakan bahwa tantangan kemiskinan pada zaman sekarang yakni materialisme
yang haus akan harta milik, tanpa mengindahkan keperluan-keperluan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
penderitaan-penderitaan rakyat yang paling lemah, dan tanpa kepedulian mana pun
terhadap keseimbangan sumber-sumber daya alam dan lain sebagainya.
Baiklah kita sadari pula bahwa dalam diri kita ada kecenderungan untuk
memiliki dan mengusai barang-barang, menyimpan dan menimbun kekayaan,
menyalahgunakannya bagi kepentingan, kenikmatan dan jaminan sendiri
(nyaman dan aman). Untuk membebaskan diri dari kecenderungan itu, dengan
tulus ikhlas: Segala pendapatan yang kita peroleh secara pribadi maupun
komunitas, seperti gaji, honor, uang pensiun, premi, bonus, tunjangan, hadiah
atau pun sumbangan kita serahkan kepada Kongregasi lewat pemimpin
komunitas. Bakat, pengalaman, ketrampilan, pengetahuan, pendapat atau
gagasan yang ada dalam diri kita, kita persembahkan kepada Kongregasi
untuk kehidupan bersama dengan pengembangan karya kerasulan kita; kita
menyerahkan hak pengelola harta dan warisan kepada orang yang kita
kehendaki. Rumah kita dan segala perlengkapannya, pakaian dan keperluan
pribadi lainnya diusahakan sederhana, baik menurut ukuran harganya, maupun
model atau pun tipenya. Kita menyusun dan berusaha mentaati anggaran
belanja tahunan komunitas; secara jujur dan terbuka kita membuat laporan
penggunaan uang untuk keperluan pribadi, maupun karya secara teliti dan
benar serta dapat dibuktikan. Hendaknya kita jangan terlalu mudah memintaminta barang maupun uang kepada orang lain di luar komunitas kita (tidak
etis). Kepemilikkan barang-barang berharga haruslah diberitahukan kepada
pemimpin komunitas, dan diteruskan kepada pimpinan provinsi (Statuta
Bruder MTB 2014: Art 42).
Tradisi dalam Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) apabila para
saudara yang mendapatkan uang atau barang lainnya, entah dari hasil dia mengajar di
sekolah, membimbing retret, rekoleksi, memimpin ibadat dan lain sebagainya. Uang
tersebut, terlebih dahulu harus diserahkan kepada kongregasi melalui pemimpin
komunitas. Dalam Statuta pasal IV, Art 46 dikatakan bahwa “Untuk keperluan
praktis, para saudara dimungkinkan memegang sejumlah uang atau kas pribadi yang
harus
dipertanggung-jawabkan
pemakaiannya
kepada
pemimpin
komunitas.
Jumlahnya diputuskan bersama dalam rapat komunitas. Pembelian barang untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
keperluan pribadi yang mendadak ataupun hobby yang harganya melebihi
kesepakatan komunitas harus dirundingkan bersama dengan pemimpin komunitas”.
Penghayatan kaul kemiskinan sekarang ini bukan hanya secara pribadi tetapi
juga secara komuniter bahkan secara tarekat. Gerakannya juga lebih
komuniter dan bukan hanya penghayatan pribadi. Tidak cukup lagi
mengatakan aku sudah miskin tetapi juga harus dapat menjawab bahwa
komunitas dan kongregasi kita juga harus hidup sederhana dan memberi
perhatian kepada orang miskin. Dengan alasan itu, komunitas dapat
menentukan bersama bentuk-bentuk penghayatan kaul kemiskinan dan
kesederhanaan untuk seluruh komunitas yang dihayati bersama-sama. Mereka
dapat menentukan cara bertindak sederhana dalam hal makanan, pola hidup,
fasilitas komunitas, karya sosial yang dilakukan menentukan budget bersama
dan lain lain (Suparno, 2016:119).
Hendaknya para bruder sadar bahwa kemiskinan mereka harus berdampak demi
kemajuan orang lain. Maka para bruder harus murah hati untuk menggunakan milik
biara demi karya kerasulan bagi orang lain yang membutuhkan bukan untuk diri
mereka sendiri. Praktik kaul kemiskinan yang menonjol adalah semangat untuk
berjuang bagi keadilan dan bagi orang kecil. Bagi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB)
kaul kemiskinan dihayati pula dalam menjaga dan merawat barang-barang yang
disediakan oleh Kongregasi. “Sarana, fasilitas dan alat-alat yang menjadi inventaris
unit karya, janganlah dijadikan milik pribadi. Hendaknya kita ikut bertanggungjawab
di dalam keamanan dan perawatannya” (Statuta Bruder MTB, 2014: Art 77).
5.
Komunikasi Pengalaman Iman
Sebelum berbicara mengenai komunikasi pengalaman iman ada baiknya terlebih
dahulu saya, sampaikan apa itu komunikasi. Komunikasi dapat diartikan sebagai
pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara
yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami oleh mereka yang sedang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
melakukan komunikasi. Komunikasi iman merupakan proses dimana masing-masing
individu terlibat dalam tukar menukar pengalaman dan makna hidup. Komunikasi
memegang peranan penting dalam hidup bersama, terutama di komunitas Bruder
MTB. Relasi atau hubungan yang bermakna hanya dapat dibangun melalui
komunikasi yang baik diantara sesama saudara dimana pun para bruder berada
terutama dalam komunitas dimana mereka tinggal. Berbicara tentang komunikasi
pengalaman iman tidak dapat dipisahkan dari katekese umat.
Katekese umat diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman
iman (penghayatan iman) antara anggota jemaat/kelompok. Melalui kesaksian
para peserta saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-masing
diteguhkan dan dihayati secara lebih sempurna. Dalam Katekeses Umat
tekanan terutama diletakan pada penghayatan iman, meskipun pengetahuan
tidak dilupakan. Katekese Umat mengandaikan adanya perancanaan Rumusan
Pertemuan Kateketik antara Keuskupan se Indonesai PKKI II no. 1 (Lalu,
2007:89).
Apa itu komunikasi? Komunikasi adalah “suatu proses interaksi antara dua
atau lebih orang yang berlangsung secara timbal balik yang di dalamnya suatu
perbuatan atau ide baik secara langsung maupun lewat perantaraan, dengan
efek tertentu baik bagi yang memberi maupun yang menerima informasi”.
(Batmomolin, 2003:18). Dalam pengertian itu terkandung tiga unsur yang
penting: relasi, proses, interaksi dan efek. Tujuan dasar komunikasi adalah
merangkul segala yang berbeda-beda ke dalam satu keserasihan. Secara
umum, tujuan komunikasi adalah perubahan pendapat, perubahan sikap,
perubahan prilaku, dan perubahan sosial (Iswarahadi, 2010:44).
Hubungan baik dan bermutu dapat tercipta karena adanya komunikasi yang baik
antara kedua belah pihak. Kedewasaan cara berpikir, saling percaya, menghormati
dan mencintai satu sama lain adalah modal untuk terciptanya komunikasi yang sehat
baik dan benar. Kalau seseorang berbicara atau menyebarkan kejelekan saudara
sekomunitas atau serumah berarti dia sedang membicarakan kejelekan dia sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Dalam satu komunitas, satu tarekat nama baik seorang bruder dibangun bersamasama oleh para bruder yang lain juga. Kebaikan seorang bruder adalah kebaikan
setiap anggota masing-masing yang menciptakannya. Nama baik seorang bruder tak
mungkin dibangun oleh dirinya sendiri, kebaikannya hanya dapat dibangun bersama
dan menjadi tanggung jawab bersama oleh para saudaranya. Sebagai anggota tarekat,
seorang bruder tidak dapat mengatakan dan merasa bahwa dia sendirilah, yang lebih
baik, semantara bruder lain dianggap tidak baik. Setiap bruder masing-masing
dituntut untuk dapat menciptkan cara berkomunikasi yang sehat, saling menghargai
satu sama lain, hendaknya mereka menghindari komunikasi yang saling mendiamkan,
tidak menegur atau ngambek, acuh tak acuh, tidak peduli antara yang satu dengan
yang lainnya, dengan demikian hidup bersama sebagai saudara dalam komunitas
dapat berjalan dengan baik. Dalam Statuta peraturan hidup para bruder Maria Tak
Bernoda MTB (2014: Art 31) dikatakan bahwa:
Sejauh kemampuan kita, kita berusaha membantu setiap saudara untuk
menghayati selibatnya dengan:
 Saling membantu dalam usaha mengatasi kesulitannya;
 Menciptakan suasana hidup komunitas secara kreatif sehingga menjadi
tempat kediaman yang nyaman, meneguhkan, tempat meminta pertolongan
sekaligus tempat yang menantang perwujudan diri;
 Mengusahakan keterbukaan untuk perwujudan penyerahan diri secara
otentik sebagai religius;
 Saling mengampuni dan mengakui kesalahan, mendengarkan serta
mendukung keputusan bersama;
 Memberikan kritikan yang membangun, tidak menyebarkan gosip maupun
sendirian, tidak membuat persaingan tidak sehat, bersikap masa bodoh,
suka menyendiri yang melemahkan semangat persaudaraan kita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Para bruder seharusnya dapat belajar dari Yesus dalam menyampaikan
komunikasi kepada masyarakat atau umat-Nya seperti “khotbah Yesus di bukit”.
"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang
empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka
akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki
bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan
dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh
kemurahan” (Mat. 5:3-7). Dalam komunikasi iman tersebut para pendengar sangat
dihargai diberi harapan dan hati. Mereka disebut yang berbahagia, Yesus memberikan
perhatian kepada mereka, atas segala kesulitan dan penderitaan yang mereka alami.
Semuanya itu akan terlaksana kalau mereka berani percaya bahwa Allah akan
melindungi mereka.
Komunikasi yang baik, apabila pesan yang disamapaikan oleh pembicara dapat
ditangkap dengan jelas oleh lawan bicara sehingga tujuan komunikasi itu tercapai.
Oleh sebab itu setiap bruder berusaha menumbuhakan semangat berkomunikas tatap
muka dengan baik agar setiap pribadi dengan kekurangan dan kelebihannya dapat
saling meneguhkan. "Apabila saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia di bawah empat
mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia
tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas
keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan jika ia tidak mau
mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal
Allah atau seorang pemungut cukai” (Mat. 18:15-17).
Semangat hidup berkomunikas dijiwa oleh saling mendengarkan, mengampuni,
meneguhkan dan tempat untuk meminta pertolongan adalah perwujudan dari kasih
Allah yang hadir ditengah mereka. Tujuan dari komunikasi iman yang dilakukan oleh
para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) supaya dalam terang Injil, mereka semakin
meresapi arti pengalaman-pengalaman iman mereka sehari-hari. Dengan pengalaman
iman mereka tersebut, para bruder diharapkan dapat menciptakan hidup bersama yang
damai dan sejahtera. Agar mereka semakin menyadari kehadiran-Nya dalam
kenyataan hidup Kristiani mereka setiap hari. Dengan demikian mereka semakin
sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih dan hidup Kristiani mereka
makin dikukuhkan. Sehingga mereka sanggup memberi kesaksian tentang Kristus
dalam hidup mereka di tengah masyarakat. Pengalaman konkret mereka akan
dikomunikasikan dan diolah secara bersama-sama melalui pembinaan iman para
bruder yunior yang diadakan tiga kali setahun. Mereka juga didampingi melalui
rekoleksi, retret, seminar, ceramah dan studi lanjut. Pada kesempatan ini, mereka
mengungkapkan keprihatinan iman maupun kegembiraan imannya sesuai dengan
situasi dan pengalaman hidup beriman mereka masing-masing.
Tujuan dari komunikasi iman itu adalah:
 Supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalamanpengalamn kita sehari-hari.
 Dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari
kehadiran-Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
 Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap,
mengamalkan cinta kasih dan makin dikukuhkan hidup Kristiani kita;
 Pula kita makin bersatu dalam Kristus makin berjemaat, makin tegas
mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta;
 Sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup
kita di tengah masyarakat (Rumusan PKKI II, no 6. Lalu, 2007:97).
Komunikasi iman yang dilakukan oleh para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB)
diharapkan agar mereka sungguh mampu bersaksi terhadap iman mereka akan Yesus
Kristus. Mereka juga mampu untuk berdialog dalam suasana terbuka, ditandai sikap
saling menghargai dan saling mendengarkan untuk membagikan pengalaman iman
akan Allah, yang dekat serta memberikan diri-Nya melalui sesama bruder dan juga
orang lain.
6.
Komunikasi Dengan Tradisi Kristiani
Tradisi pertama tama mengenai Yesus yang diakui sebagai Kristus Tuhan. Dasar
iman orang kristiani adalah pribadi Yesus Kristus dan iman para rasul akan Dia
sebagai penyelamat. “Dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang
Kudus dari Allah" (Yoh. 6:69). “Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias,
Anak Allah yang hidup!" (Mat. 16:16). Kesaksian para rasul yang terungkap dalam
Kitab Suci dan dihayati oleh Gereja sepanjang masa, merupakan unsur penting dalam
komunikasi iman. Komunikasi iman juga mencakup ajaran Gereja yang secara resmi
diteruskan oleh hirarki yang mencakup tradisi, spiritualitas, liturgi dan praktik hidup
Gereja yang menampakkan Kristus. “Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu
satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
untuk pertama kalinya disebut Kristen” (Kis. 11:26). Dalam Statuta peraturan hidup
(Bruder MTB 2014: Art. 8) dikatakan bahwa:
Pembaktian diri kepada Allah kita wujudkan dengan niat dan kemauan yang
kuat setiap hari kita wajib mengikuti perayaan Ekaristi dan melaksanakan
ibadat harian serta menciptakan keheningan dalam komunitas agar secara
teratur dapat menjalankan samadi dan merefleksikan pengalaman perjumpaan
kita dengan Allah dan sesama baik di dalam maupun di luar komunitas.
Iman seorang kristiani didasarkan oleh pribadi Kristus sendiri dan iman para
rasul akan Dia sebagai penyelamat. Maka komunikasi iman tidak bisa terlepas dari
kesaksian para rasul tersebut, yang pertama-tama terungkap dalam Kitab Suci dan
dihayati oleh Gereja sepanjang masa sampai saat ini. Maka dari itu, komunikasi iman
juga menyangkut ajaran Gereja yang secara resmi diteruskan oleh hierarki. Ajaran
Kristiani harus dimengerti secara luas, menyangkut tradisi, spiritualitas, liturgi, dan
segala praktik hidup Gereja yang menampakan Kristus (Lalu, 2007:18). “Tradisi
memang berpangkal dan berasal dari Yesus, tetapi tidak dirumuskan dan dituliskan
oleh Yesus sindiri. Tradisi dan Kitab Suci merupakan pengungkapan iman akan
Yesus. Maka di dalamnya juga terungkap sikap manusia yang benar di hadapan Allah
dan sesama. Di dalam Tradisi termuat banyak unsur etis atau moral juga. Tetapi itu
pun dalam rangka iman akan Yesus. Iman akan Yesus berarti keyakinan bahwa
“Kristus adalah ‘ya’ bagi semua janji Allah” (2Kor 1:20); “di dalam Dia berkat
Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain” (Gal 3:14). Karena itu Tradisi tidak
hanya berbicara mengenai tindakan penyelamatan Allah, mulai dengan panggilan
Abraham. Seluruh sejarah bangsa Yahudi sampai zaman Yesus termasuk Tradisi”
Konferensi Waligereja Indonesai (bdk. Iman Katolik, KWI. 1996:187).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Sesungguhnya berdoa merupakan ungkapan syukur, pujian dan hormat
kepada Allah. Hendaklah kita laksanakan perbuatan mulia ini dengan indah
lagi khidmat. Ketergesaan, kesombronoan dan sikap mengabaikan kiranya
akan menipiskan pengungkapan iman kita. Secara teratur Ekaristi dirayakan
juga dalam komunitas kita; bila mungkin satu kali dalam seminggu. Kita perlu
mengadakan adorasi bersama sebulan sekali. Hendaknya dibacakan Anggaran
Dasar, Konstitusi dan Statuta sekurang-kurangnya sekali sehari. Sebaiknya
diadakan juga sharing Kitab Suci, Anggaran Dasar, Konstitusi dan Statuta
sekurang-kurangnya dua minggu sekali (Statuta Bruder MTB 2014: Art. 67).
“Tradisi berarti adat kebiasaan, baik dalam ibadat maupun dalam hidup bersama.
Bahkan organisasi jemaat juga termasuk di dalamnya. Boleh dikatakan bahwa
Tradisi sebenarnya tidak lain daripada komunikasi iman jemaat, sepanjang masa.
Komunikasi iman tidak terbatas pada pengungkapan iman saja, baik dalam ajaran
maupun dalam ibadat, tetapi juga menyangkut perwujudan iman dalam hidup yang
konkret. Yang paling penting ialah bahwa iman sendiri diakui sebagai anugerah
Allah. Maka yang membuat Tradisi dan juga umat bukanlah manusia, melainkan
Allah yang memanggilnya. Umat sendiri diimani sebagai umat Allah, yang digerakan
dan dipersatukan oleh Roh Allah. Memang umat itu manusia yang dipanggil Allah
dan oleh karena itu umat juga mempunyai struktur dan organisasi insani” Konferensi
Waligereja Indonesai (Iman Katolik, KWI. 1996:188).
“Dalam doa dan meditasi, dalam dialog dengan orang lain kita lebih mendalami
latarbelakang keberadaan kita serta arah kehidupan dan maksud-tujuan karya kita.
Selama hari-hari permenungan itu kita mengalami diri lagi sebagai anggota
persekutuan yang membutuhkan penerangan atas panggilan kita dari waktu ke waktu.
Dengan demikian hari-hari tersebut akan menghasilkan orientasi baru yang mutlak
perlu untuk penghayatan hidup kita” (Konstitusi Bruder MTB 1999: Art. 197).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
C. Usulan Program Katekese
Pada bagian ini penulis akan mengusulkan suatu program katekese dengan
metode Chared Christian Praxis (SCP) yang kiranya dapat membantu, meningkatkan
penghayatan kaul kemiskinan dalam pelayanan dan persaudaraan bagi para Bruder
Maria Tak Bernoda (MTB). Program ini merupakan suatu tawaran pelaksanaan
katekese bagi pembinaan para anggota Bruder MTB, dalam usaha meningkatkan
penghayatan kaul kemiskinan dalam pelayanan serta hidup bersama sebagai saudara
Bruder MTB.
1.
Katekese Model Shared Christian Praxis (SCP),
Katekese model Shared Christian Praxis (SCP) sebenarnya ada kesamaan
dengan ketiga model katekese yakni: Katekese model Biblis, katekese model
pengalaman hidup dan katekese model campuran. Persamaannya karena sama-sama
mengangkat pengalaman hidup umat beriman dan Kitab Suci sebagai sumber bahan
untuk berkatekese. Kekhususan model Shared Christian Praxis (SCP) ini terletak
pada pendekatan berkatekese yang menekankan proses yang bersifat “dialogis
partisipatif”, yaitu mengusahakan terjadinya dialog antara visi dan tradisi hidup
peserta dengan Tradisi dan Visi kristiani. Dengan berdialog peserta dimampukan
untuk menegaskan sikap dan mengambil keputusan demi terwujudnya nilai-nilai
Kerajaan Allah di dalam kehidupan mereka. Proses “dialogis partisipatif” sekaligus
membedakan katekese model SCP dengan model katekese yang lain. Menurut
Thomas H. Groome yang disadur oleh Heryatno Wonowulung (1997:4) SCP
mempunyai tiga bagian pokok yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
a.
Shared
Shared atau sharing adalah sebuah istilah yang mempunyai makna komunikasi
timbal balik. Keterlibatan aktif, keterbukaan terhadap diri sendiri, sesama dan rahmat
Tuhan merupakan tekanan yang diutamakan dalam katekese model Shared Christian
Praxis (SCP). Dalam sharing peserta diharapkan mampu untuk berdialog dengan
sikap terbuka, mampu mendengarkan dengan hati, dan berkomunikasi dengan
kebebasan hati. Maksud dari sharing supaya para peserta saling meneguhkan,
penegasan bersama dan memupuk hasrat untuk maju bersama dalam iman dan kasih.
b. Christian
Katekese model SCP berusaha agar kekayaan iman Kristiani semakin terjangkau,
dekat dan tetap relevan dalam kehidupan peserta di zaman ini. Dalam berproses
diharapkan kekayaan iman Gereja berkembang menjadi pengalaman iman jemaat
pada masa sekarang. Kekayaan iman dalam model ini meliputi dua unsur yakni
pengalaman hidup iman dan visinya. Tanggapan manusia terhadap pewahyuan dari
Allah yang terlaksana di tengah kehidupan manusia merupakan Tradisi Kristiani yang
hidup dan sungguh dihidupi. Tradisi ini dipahami sebagai perjumpaan antara rahmat
Allah dalam Kristus dan ditanggapi manusia. Maka dari itu, Tradisi bukan hanya
berupa pengajaran Gereja, tetapi juga meliputi Kitab Suci, spiritualitas, refleksi
teologis, sakramen, liturgi, seni dan nyanyian rohani, kepemimpinan, kehidupan
jemaat dan lain sebagainya. Tradisi Kristiani senantiasa mengundang keterlibatan
praktis untuk menumbuhkan rasa memiliki dan kesatuan sebagai jemaat beriman,
sekaligus meneguhkan indentitas peserta sebagai orang kristiani.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
c.
Praxis
Praxis mengacu pada tindakan manusia yang bertujuan untuk tercapainya suatu
transformasi kehidupan yang di dalamnya terkandung proses kesatuan dialektis
kreativitas dan keterlibatan baru. Praxis mempunyai tiga komponen yang saling
berkaitan yaitu: Aktivitas, refleksi dan kreativitas.
2.
Langkah-langkah Model Shared Christian Praxis (SCP)
Sebagai model dalam pendalaman iman, SCP memiliki lima langkah yang saling
berurutan. Dalam pelaksanaanya kelima langkah ini dapat dipersempit dengan
menggabungkan beberapa langkah sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan.
a.
Pengungkapan Praksis Faktual
Langkah ini mengajak peserta dalam mengungkapkan pengalaman hidup dan
keterlibatan mereka melalui lambang, tarian, drama dan lain sebagainya, guna
menjelaskan nilai, sikap, kepercayaan serta keyakinan yang melatarbelanginya.
Pengungkapan pengalaman secara faktual ini dimaksudkan agar peserta sadar dan
bersikap kritis terhadap pengalaman iman hidup mereka untuk melahirkan
pengalaman iman baru yang lebih mendalam.
b. Refleksi Kritis Pengalaman Faktual
Langkah ini mendorong peserta untuk lebih aktif, kritis dan kreatif dalam
memahami serta mengolah keterlibatan hidup pribadi maupun kelompok. Tujuannya
untuk memperdalam refleksi dan mengantar peserta pada kesadaran kritis keterlibatan
mereka, akan asumsi supaya pengalaman konkret sampai pada nilai dan visi kristiani.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
c.
Mengusahakan Supaya Tradisi dan Visi Kristiani Lebih Terjangkau
Dalam langkah ini peran pendamping menjadi sangat dominan. Pendamping
berperan agar tradisi dan visi kristiani menjadi lebih terjangkau, lebih dekat dan
relevan
bagi
peserta
zaman
sekarang
dengan
menjelaskan
dan
menginterpretasikannya agar peserta mendapatkan nilai-nilai Kerajaan Allah
sehingga iman peserta semikin kuat, mendalam dan tangguh.
d. Interpretasi Dialektis Antara Praksis dan Visi Peserta Dengan Tradisi dan
Visi Kristiani
Langkah keempat ini mengajak peserta untuk memperkembangkan dan
menyempurnakan pokok penting pada langkah pertama dan kedua. Kemudian
dikonfrontasikan dengan hasil interpretasi pada langkah ketiga untuk menemukan
kesadaran atau sikap-sikap baru yang hendak diwujudkan. Interpretasi yang dialektis
ini akan memapukan para peserta menginternalisasikan (memasukan serta
menyatukan dalam diri hingga menjadi miliknya sendiri). Mensosialisasikan
(membagikan pengetahuan iman kepada orang lain). Supaya nilai tradisi dan visi
kristiani serta iman peserta diharapkan menjadi lebih aktif, nyata, dewasa dan
missioner.
e.
Keterlibatan Baru Demi Makin Terwujudnya Kerajaan Allah di Dunia
Tujuan dari langkah ini adalah untuk mendorong peserta supaya mereka sampai
kepada keputusan yang konkret bagaimana menghidupi iman Kristiani pada konteks
hidup yang telah dianalisis dan dipahami, direfleksikan secara kritis, dinilai secara
kreatif dan dapat dipertanggungjawabkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
3.
Latar Belakang Penyusunan Program
Berdasarkan masalah yang sudah dibahas pada bab satu mengenai pengalaman
hidup bersama sebagai saudara dalam Tarekat/Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda
(MTB), tidak dapat dipungkiri bahwa dalam melaksanakan pelayanan dan hidup
sebagai saudara masih saja terjadi penyelewengan terhadap kaul kemiskinan baik
disengaja maupun tidak disengaja. Contoh: Ada seorang bruder sudah diberikan atau
dibelikan Handphone (HP) yang biasa tanpa android oleh Provinsial atau Pemimpin
Komunitasnya. Akan tetapi bruder tersebut, merasa tidak puas dengan Handphone
(HP) yang sudah diberikan. Dia berusaha entah dengan cara bagaimana untuk
memiliki Handphone (HP) yang ada androidnya. Keinginan tersebut entah
dipengaruhi oleh faktor teman sekomunitas, teman di kampus, teman dalam satu
organisasi, faktor iklan dan lain sebagainya, yang menimbulkan rasa serta keinginan
untuk memiliki barang-barang secara berlebihan walaupun tidak sungguh-sungguh
diperlukan.
Berdasarkan peraturan dan tata cara hidup Kongregasi Bruder MTB (Statuta,
Anggran Dasar dan Konstitusi), para bruder berhak memiliki segala sesuatu yang
diperlukan untuk kebutuhan hidup sehari-hari, dalam pelayanan dan karyanya, akan
tetapi tetap diusahakan agar tidak terkesan terlalu mewah, mendapat untung sebanyak
mungkin, menimbun dan menumpuk harta kekayaan. Meskipun sudah mengikrarkan
kaul kemiskinan masih ada para Bruder MTB yang belum memahami, menghayati,
pura-pura lupa atau bahkan dengan sengaja melupakan esensi kaul kemiskinan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
sudah diikrarkannya. Penyebab masalah ini adalah karena setiap pribadi para bruder
belum menyadari sesungguhnya makna penghayatan kaul kemiskinan dalam
pelayanan dan persaudaraan. Untuk membantu para Bruder MTB mengatasi masalah
menurunnya, penghayatan kaul kemiskinan tersebut, penulis mengusulkan suatu
program katekese yang kiranya dapat bermanfaat. Program katekese yang ditawarkan
ini hanyalah merupakan suatu alternatif program yang akan dilaksanakan dalam
pembinaan para anggota Bruder MTB.
4.
Pengertian Program
Program dapat diartikan sebagai rencana mengenai asas-asas serta usaha-usaha
yang akan dijalankan. Dari pengertian tersebut program merupakan suatu usaha yang
dapat dijalankan secara teratur dan terarah. Tujuannya untuk membantu dan
mempermudah proses pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh pelaksana
katekese tersebut. Dalam pengertian ini penulis berbicara tentang program katekese
untuk membantu para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) menghayati kaul
kemiskinan dalam pelayanan dan persaudaraan. Program ini meliputi: Tema, tujuan,
judul pertemuan, tujuan pertemuan, uraian materi, metode, sarana dan sumber bahan.
5.
Tujuan Program
Tujuan dari suatu program adalah untuk mempermudah penyusunan rencana
persiapan kerja atau tugas. Demi kemantapan pelaksanaan, guna mengarahkan
kegiatan secara teratur agar tidak menyimpang dari arah dan tujuan yang hendak
dicapai. Dalam hal ini, program katekese sebagai upaya untuk meningkatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
penghayatan kaul kemiskinan dalam pelayanan dan persaudaraan bagi para anggota
Bruder Maria Tak Bernod (MTB).
6.
Contoh Program
Dalam hal ini penulis mengusulkan contoh program pembinaan katekese model
Shared Christian Praxis (SCP) untuk membantu meningkatkan penghayatan kaul
kemiskinan dalam pelayanan dan persaudaraan para Bruder MTB. Usulan program
ini hanyalah sebagai tawaran. Adapun tema umum program pembinaan adalah:
Mengikuti Yesus Kristus yang miskin dengan teladan Santo Fransiskus dari Assisi
dalam pelayanan dan persaudaraan Bruder Maria Tak Bernoda (MTB). Tujuannya
untuk membantu para Bruder MTB dalam tugas dan karya pelayanannya.
Tema umum : Belajar dari cara hidup dan sikap Yesus Kristus yang miskin dengan
teladan
Santo
Fransiskus
dari
Assisi
dalam
pelayanan
dan
persaudaraan Bruder Maria Tak Bernoda.
Tujuan
: Bersama pendamping para Bruder Maria Tak Bernoda diajak belajar
dari sikap dan cara hidup Yesus Kristus dengan teladan Santo
Fransiskus dari Assisi. Supaya mereka semakin mampu memahami
serta menghayati kaul kemiskinan dalam tugas perutusan dan karya
pelayanan.
Judul
1 : Mengikuti kemiskinan Yesus Kristus menurut nasihat Injil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Tujuan
1 : Membantu peserta agar mampu menyadari kemiskinan Injili seturut
teladan Yesus Kristus sehingga mereka mampu menghayati serta
melaksanakan kaul kemiskinan dalam pelayanan dan persaudaraan
Judul
2 : Ungkapan kaul kemiskinan dalam hidup membiara
Tujuan
2 : Membantu peserta agar mampu untuk memahami dan menghayati
kaul kemiskinan dalam hidup bersama di biara sebagai ungkapan
dalam tugas pelayanan kepada sesama
Judul
3 : Tantangan dan pergulatan menghayati kaul kemiskinan dalam
zaman modern
Tujuan
3 : Membantu peserta agar mampu untuk bersikap kritis dan bijaksana
terhadap tawaran-tawaran duniawi zaman modern sekarang ini,
sehingga dengan menghayati kaul kemiskinan mereka dapat
mewujudkan hidup sederhana dalam persaudaraan dan pelayanan
Judul
4 : Mengikuti kemiskinan Santo Fransiskus dari Assisi dalam hidup
persaudaraan dan pelayanan
Tujuan
4 : Membantu peserta agar mampu menghayati serta memahami kaul
kemiskinan seturut teladan Santo Fransisikus dari Assisi sebagai
cermin dalam tindakan secara konkret demi melaksanakan tugas
pelayanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Judul
5 : Kemiskinan dalam kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB)
Tujuan
5: Membantu peserta agar mampu untuk menghayati serta memahami
kaul kemiskinan dalam Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
7.
MATRIKS PEMBINAAN UNTUK MEMBANTU MENINGKATKAN PENGHAYATAN KAUL
KEMISKINAN DALAM PELAYANAN DAN PERSAUDRAAN BRUDER MARIA TAK BERNODA (MTB)
Tema
: Belajar dari cara hidup dan sikap Yesus Kristus yang miskin dengan teladan Santo Fransiskus dari Assisi
dalam pelayanan dan persaudaraan Bruder Maria Tak Bernoda (MTB).
Tujuan
: Bersama pendamping para Bruder MTB diajak belajar dari sikap dan cara hidup Yesus Kristus dengan
teladan Santo Fransiskus dari Assisi. Supaya mereka semakin mampu memahami serta menghayati kaul
kemiskinan dalam tugas perutusan dan karya pelayanan.
Peserta
: Para Bruder MTB
Metode
: Pendalaman Iman
Pelaksanaan : Senin, 10 April 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
No
(1)
1
2
Judul
Pertemuan
(2)
Tujuan Pertemuan
Uraian Materi
Metode
Sarana
Sumber Bahan
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Mengikuti
kemiskinan
Yesus Kristus
menurut
nasihat Injil
Membantu peserta agar
mampu menyadari
kemiskinan Injili seturut
teladan Yesus Kristus
sehingga mereka mampu
menghayati serta
melaksanakan kaul
kemiskinan dalam
pelayanan dan
persaudaraan
ï‚· Kaul sebagai
persembahan diri
dalam melayani
ï‚· Makna kaul
Kemiskinan
ï‚· Kaul emiskinan
sebagai peringatan
dalam melayani
Ungkapan kaul
kemiskinan
dalam hidup
membiara
Membantu peserta agar
mampu untuk memahami
dan menghayati kaul
kemiskinan dalam hidup
bersama di biara sebagai
ungkapan dalam tugas
pelayanan kepada sesama
ï‚· Hidup membiara
ï‚· Peranan kaul
kemiskinan
ï‚· Kaul kemiskinan
sebagai ikatan
- Informasi
- Ceramah
- Penyampaian
materi
- Tanya jawab
- Refleksi
- Informasi
- Penyampaian
materi
- Tanya jawab
- Refleksi
- Sharing
-
Kitab Suci
Perjanjian Baru
Madah Bakti
Statuta dan
Konstitusi, Alat
tulis
Laptop Proyektor
Speaker
Mat 10:5-16
Pengalaman
peserta, Statuta
pasal 4, art 41
Konstitusi pasal 4,
art 68 “Hidup
Membiara”
(Suparno 2016)
Kitab Suci
Perjanjian Baru,
Kidung Ekaristi,
Statuta dan
Konstitusi, Alat
tulis dan Buku,
Laptop Proyektor
dan Speaker
Flp 2:1-6
Pengalaman
Peserta, Anggaran
Dasar pasal 6, art
21 dan Konstitusi
Pasal 4 art 52 dan
67 Tafsiran Kitab
Suci Perjanjian
Baru, Buku Hidup
Berkaul (Darmita
1975)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
3
4
Tantangan dan
pergulatan
menghayati
kaul
kemiskinan
dalam zaman
modern
Membantu peserta agar
mampu untuk bersikap
kritis dan bijaksana
terhadap tawaran - tawaran
duniawi zaman modern
sekarang ini, sehingga
dengan menghayati kaul
kemiskinan mereka dapat
mewujudkan hidup
sederhana dalam
persaudaraan dan
pelayanan
ï‚· Mencari karya
yang enak dan
berduit
ï‚· Hidup konsumtif
dan tidak jujur
ï‚· Belajar dari Yesus
- Informasi
- Presentasi
- Tanya jawab
- Kelompok
- Refleksi
- Sharing
Mengikuti
kemiskinan
Santo
Fransiskus dari
Assisi dalam
hidup
persaudaraan
dan pelayanan
Membantu peserta agar
mampu menghayati serta
memahami kaul
kemiskinan seturut teladan
Santo Fransisikus dari
Assisi sebagai cermin
dalam tindakan secara
konkret demi
melaksanakan tugas
pelayanan
ï‚· Arti kemiskin
ï‚· Miskin harta
ï‚· Miskin dalam
Roh
ï‚· Hidup rasuli
- Informasi
- Penyampaian
materi
- Tanya jawab
- Refleksi
- Sharing
- Renungan
Kitab Suci
Perjanjian Baru,
Terpujilah Engkau
Tuhanku, Statuta,
Alat tulis dan buku
Video Singkat
“Untuk sebuah
amburger”, Laptop
Proyektor dan
Speaker
Luk. 16:1-12
Pengalaman
Peserta,
Konstitusi pasal, 8
art 220
Tafsiran Kitab Suci
Perjanjian Baru
“Hidup Membiara”
(Suparno 2016)
Kitab Suci
Perjanjian Baru,
Madah Bakti,
Kidung Ekaristi,
Anggaran Dasar
dan
Konstitusi, alat
tulis dan buku,
Instrumen
Musik “Ku tahu
Tahun”, Laptop
Proyektor
Mat. 19:16-26
Pengalaman
Peserta, Konstitusi
pasal, 4 art 53
Anggaran Dasar
pasal, 9 art 29
Tafsiran Kitab
Suci Perjanjian
Baru Diktat PAK
Paroki hh. 34-41
(Sumarno 2014)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
5
Kemiskinan
Dalam
Kongregasi
Bruder Maria
Tak Bernoda
Membantu peserta agar
mampu untuk menghayati ï‚· Hidup dalam
kemiskinan
serta memahami kaul
ï‚·
Hal
penerima
kemiskinan dalam
penganut cara
Kongregasi
hidup dalam
Bruder Maria Tak Bernoda
Kongregasi
Bruder MTB
ï‚· Hidup prsekutuan
religius
- Informasi
- Penyampaian
materi
- Tanya jawab
- Kelompok
- Sharing
- Refleksi
Kitab Suci
Perjanjian Baru
Anggaran Dasar
dan Konstitusi,
Video Singkat Aku
peduli Laptop,
Proyektor dan
Speaker
Mat. 19:27-30
Pengalaman
Peserta, Anggaran
Dasar pasal, 6 art
21 Tafsiran Kitab
Suci Perjanjian
Baru, Kaul
Fransiskan
(Marpaung 2008)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
8.
Contoh Persiapan Katekese dengan metode Shared Christian Praxis (SCP)
Bentuk katekese/pembinaan penulis menggunakan metode Shared Christian
Praxis (SCP) dilaksanakan dalam bentuk sharing pengalaman iman para Bruder
Maria Tak Bernoda (MTB) di Novisiat Alverna, Jeruk Legi, RT 13/RW. 35, No. 547
B Yogyakarta.
1.
Identitas
a) Tema
: Mengikuti Yesus yang miskin dengan teladan Santo
Fransisikus dari Assisi
b) Tujuan
: Bersama pendamping peserta diajak agar semakin mampu
menyadari tugas perutusannya dengan melibatkan diri dalam
situasi nyata hidup bersama orang miskin. Walau pun hal ini
tidak mudah untuk dilakukan akan tetapi bersama Yesus kita
percaya, kita bisa melakukannya.
c) Peserta
: Para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB)
d) Tempat
: Novisiat Alverna, RT 13/RW. 35, No. 547 B Yogyakarta.
e) Hari/Tanggal : Senin, 10 April 2017
f) Waktu
: 17.00 – 18.00 WIB
g) Metode
: - Informasi, penyampaian materi, tanya jawab,
- Refleksi, sharing dan renungan
h) Model
: Shared Christian Praxis (SCP)
i) Sarana
:- Kitab Suci Perjanjian Baru, Madah Bakti, Kidung Ekaristi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
- Anggaran Dasar, Konstitusi, alat tulis dan buku
- Instrumen musik Ku tahu Tuhan Laptop, Proyektor dan Speaker
j) Sumber bahan :- Mat. 19:16-26, pengalaman peserta, Konstitusi pasal, 4 art 53
- Anggaran Dasar pasal, 9 art 29, Dianne Bergant, CSA dkk
“Tafsiran Alkitab Perjanjian Baru” Yogyakarta: Penerbit Kanisius,
hh. 63. Diktat PAK Paroki hh. 34-41(Sumarno, 2014)
2.
Pemikiran Dasar
Dalam dunia modern saat ini mengikuti kemiskinan Yesus Kristus bukanlah
sesuatu hal yang mudah untuk dilakukan. Mengikuti kemiskinan Yesus Kristus
berarti para bruder diajak untuk lebih memperhatikan saudara-saudari yang miskin,
lemah, tersingkir, kecil dan difabel. Para bruder diharapkan lebih peka untuk dapat
ikut merasakan betapa beratnya perjuangan orang miskin untuk dapat hidup. Sebagai
pengikut St. Fransiskus para bruder juga dapat belajar dari dia, dalam melayani
orang-orang miskin. Bagi Fransiskus, miskin berarti menghidupi kemiskinan Tuhan
Yesus Kristus. St. Fransiskus mengatakan bahwa “Putra Allah lebih mulia dari semua
orang, tetapi Ia telah membuat diri-Nya menjadi miskin di dunia ini untuk semua
orang juga”. Fransiskus dari Assisi ingat akan sabda Injil: Yesus berkata kepadanya:
“Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia
tidak mempunyai tempat untuk meletakan kepala-Nya” (Mat. 8:20). Dalam Injil Mat.
19:16-26, seorang anak muda kaya. Ia datang kepada Yesus dan bertanya bagaimana
supaya bisa masuk ke dalam Kerajaan Allah. Dia ingin mencari penegasan apakah
semua yang sudah dilakukannya selama ini dapat menjamin dia memperoleh hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
kekal. "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?" (Mat.19:20). Dia
berpikir bahwa keselamatan kekal dapat diperoleh melalui usaha manusia, yaitu
dengan berbuat baik dan sebagainya. Para bruder yang terkasih saat ini pikiran
banyak orang tertuju kepada materi, bagaimana cara menumpuk harta dan kekayaan.
Berapa banyak uang yang harus dimiliki agar kita terpuaskan dan merasa bahagia?
Sampai kapan pun uang tidak pernah dapat membeli kepuasan atau pun kebahagiaan.
Tentunya tidak ada yang salah dengan mencari uang, selama kegiatan mencari uang
itu tidak melanggar hukum negara dan prinsip-prinsip firman Tuhan. Kekayaan bisa
menjadi tanda seseorang diberkati Tuhan, tetapi juga bisa menjadi penghalang bagi
seseorang untuk beribadah kepada Tuhan.
Anggaran Dasar para Bruder Maria Tak Bernoda, (1999: Art. 29) mengatakan
bahwa: Saudara-saudari hendaknya mengasihi Tuhan dengan segenap hati, dengan
segenap jiwa dan dengan segenap akal budi dan segenap kekuatan, serta mengasihi
sesamanya seperti dirinya sendiri. Hendaklah mereka meluhurkan Tuhan dalam
perkerjaan mereka, sebab untuk itulah Ia mengutus mereka ke seluruh dunia, yakni
untuk menjadi saksi suara-Nya dengan perkataan dan perbuatan dan untuk
memberitahukan kepada semua orang, bahwa tak ada yang mahakuasa selain Dia.
Saudara semuanya haruslah berusaha mengikuti kerendahan hati dan kemiskinan
Tuhan Yesus Kristus dan hendaklah mereka ingat, bahwa dari segalanya di dunia ini
tidak ada yang lain kecuali Dia. Sebagaimana St. Fransiskus mengikuti Kristus, para
bruder juga diajak untuk menyelaraskan hidup para bruder seperti hidup Yesus
Kristus yang rela berbagi dengan semua orang, terutama bagi mereka yang lemah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
miskin, tersingkir dan difabel. Injil Mat. 19:21 menguraikan mengenai syarat bagi
setiap orang yang ingin mengikuti Yesus. “Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau
hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orangorang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari
dan ikutlah Aku." Untuk menjadi pengikuti Kristus para Bruder MTB harus siap
berkurban dan berjuang menghadapi tantangan zaman modern saat ini guna mencapai
kehidupan yang abadi dan kekal bersama Yesus.
Pertemuan kali ini, mengajak kita untuk semakin menyadari tugas perutusan kita
dengan melibatkan diri kita dalam situasi nyata hidup bersama orang miskin.
Sebagaimana telah diteladankan oleh Santo Fransiskus dari Assisi kepada para
pengikutnya. Dalam mengikuti kemiskinan Yesus Kristus para bruder hendaknya
jangan berpikir seperti anak muda yang kaya dalam Injil Mat. 19:16-26. Ia berpikir
bahwa keselamatan kekal dapat diperoleh melalui usaha manusia, yaitu dengan
berbuat baik dan sebagainya. Akan tetapi hendaklah para bruder selalu ingat apa yang
dikatakan dalam Anggaran Dasar, peraturan hidup para Bruder MTB, (1999: Art. 29)
mengatakan bahwa: Saudara-saudari hendaknya mengasihi Tuhan dengan segenap
hati, dengan segenap jiwa dan dengan segenap akal budi dan segenap kekuatan, serta
mengasihi sesamanya seperti dirinya sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
3.
Pengembangan Langkah-langkah
a) Pembukaan
1) Pengantar
Para bruder yang terkasih dalam Yesus Kristus, kita patut bersyukur atas kasih
Tuhan yang telah dilimpahkan-Nya kepada kita sehingga kita semua dapat berkumpul
ditempat ini dalam keadaan sehat. Mengikuti Yesus berarti mengikuti kemiskinanNya. Yesus telah melepaskan segalanya bahkan kemulian-Nya demi manusia. Maka
sebagaimana Fransiskus dari Assisi mengikuti Kristus dan hidup dalam kemiskinan,
pertobatan, kemurnian, serta ketaatan demikian juga halnya dengan kita sebagai
Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) ingin menyelaraskan hidup kita, seperti hidup
Yesus Kristus yang rela berbagi dengan semua orang, terutama bagi mereka yang
lemah miskin, tersingkir dan difabel. Dalam hidup sehari-hari kita harus mampu
untuk meneladani sikap serta meniru cara hidup Yesus tersebut. Dengan demikian
kita akan menjadi murid-murid Yesus yang setia dalam mengikuti kemiskinan-Nya
dengan melepaskan segala ke egoisan, nafsu, keinginan dan keserakahan kita akan
harta benda yang menjauhkan kita dengan hidup Yesus.
2) Lagu Pembukaan “Ambillah Ya Tuhan” Madah Bakti no 247. (Teks terlampir)
3) Doa Pembukaan
Allah Bapa sumber segala kehidupan, kami bersyukur dan berterima kasih atas
penyertaan serta rahmat yang telah Engkau berikan kepada kami sampai saat ini.
Engkau telah mengumpulkan kami sebagai satu ikatan orang-orang yang terpanggil
untuk mengikuti putra-Mu Yesus Kristus yang miskin, dan rela melepaskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
segalanya bahkan kemulian-Nya, demi umat manusia. Dalam pertemuan ini, kami
akan bersama-sama saling memperkaya diri dengan berbagi pengalaman iman, dalam
mengikuti Yesus Kristus yang miskin dengan teladan St. Fransisikus dari Assisi.
Kami mohon penyertaan-Mu ia Tuhan agar kami semakin menyadari tugas perutusan
kami dengan melibatkan diri agar mau bersikap solider terhadap kaum papa dan miskin.
Demi Kristus Tuhan dan juru selamat kami kini dan sepanjang segala masa. Amin.
b) Langkah I : Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta
1) Peserta diajak untuk membaca Anggaran Dasar pasal 9 “Hidup Rasuli” Art 29
dan Konstitusi pasal 4 “Hidup Dalam Persekutuan Harta” Art 53. Peserta dibagi 4
atau 5 orang dalam satu kelompok. Pendamping membagikan teks dan meminta
peserta membacanya terlebih dahulu. (Teks terlampir)
2)
Pendamping meminta salah satu dari peserta untuk mensharingkan dengan
singkat isi pokok dari Anggaran Dasar dan Konstitusi yang telah mereka baca.
3) Inti sari dari Anggaran Dasar pasal 9 “Hidup Rasuli” Art 29 dan Konstitusi pasal
4 “Hidup Dalam Persekutuan Harta”. Art 53 Ingin mengajak para bruder untuk
mengasihi serta mencintai Tuhan dan sesama terutama mereka yang kurang
beruntung hidupnya, dengan segenap akal budi dan hati. Sebab Tuhan telah memilih
dan mengutus kita untuk mewartakan sabda-Nya melalui perkataan dan perbuatan
kepada semua orang, terutama mereka yang miskin. Selain itu juga para bruder diajak
untuk berhati-hati tentang kepemilikkan harta benda, jangan mereka menyimpan
harta benda yang mereka peroleh hanya untuk dirinya sendiri. Akan tetapi segala
harta benda yang mereka peroleh entah berupa barang, uang dan lain sebagainya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
haruslah mereka serahkan terlebih dahulu kepada kongregasi melalui pemimpin
komunitas.
4) Pengungkapan pengalaman: Peserta diajak untuk mensharingkan pengalaman
imannya dengan panduan pertayaan sebagai berikut:
a) Apakah hubungan “Mengikuti Yesus yang miskin dengan teladan Santo
Fransisikus dari Assisi”. dengan Konstitusi pasal 4 hidup dalam persekutuan
harta art 53, mau mengatakan, mengikuti Yesus yang miskin seperti apa bagi
panggilan karya dan pelayanan hidup bruder?
b) Apa tantangan, hambatan atau godaan yang para bruder rasakan dalam
mengikuti kemiskinan Yesus dengan teladan St. Fransiskus?
c)
Arah rangkuman
Para bruder yang terkasih dalam Kristus. Dalam Anggaran Dasar dan Konstitusi
yang telah kita bahas bersama-sama tadi. Kita semua sebagai Bruder MTB diajak
untuk mengasihi serta mencintai Tuhan dan sesama terutama mereka yang kurang
beruntung hidupnya, dengan segenap akal budi dan kemampuan kita. Sebab Tuhan
telah memilih dan mengutus kita untuk mewartakan sabda-Nya melalui perkataan dan
perbuatan kita kepada semua orang, terutama mereka yang lemah dan miskin. Selain
itu kita juga dituntut untuk berhati-hati, dalam menggunakan harta benda. Jangan
sampai kita menyimpan uang, barang, harta benda yang kita peroleh entah dari hasil
kita mengajar di Sekolah, memberi rekoleksi dan memimpin ibadat, hanya untuk diri
kita sendiri saja. Akan tetapi segala harta benda yang kita peroleh entah dengan cara
apa pun haruslah kita serahkan terlebih dahulu kepada kongregasi melalui pemimpin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
komunitas. Setelah itu kalau kita memang perlu dan membutuhkannya, kita dapat
meminta kembali. Di sinilah bentuk penghayatan kaul kemiskinan dan kerendahan
hati kita sebagai pengikut Yesus yang miskin dengan teladan St. Fransiskus.
c)
Langkah II : Mendalami pengalaman hidup peserta (Refleksi kritis)
1) Pendamping mengajak peserta untuk merefleksikan pengalaman hidup yang telah
diungkapkan dalam langkah I, dengan panduan pertanyaan:
a) Bagaimana caranya para bruder mewujudnyatakan tindakan iman dalam
kemiskinan Kristus menurut teladan St. Fransiskus?
b) Mengapa para bruder mau melakukannya?
2) Dari jawaban yang telah diungkapkan oleh peserta, pendamping memberikan
rangkuman singkat misalnya:
Para bruder yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus. Dalam Konstitusi
yang telah kita dalami secara bersama-sama dengan panduan dua pertayaan di atas
tadi. Kita sebagai Bruder MTB diajak untuk mengasihi serta mencintai Tuhan dan
sesama terutama mereka yang kurang beruntung hidupnya, dengan segenap akal budi
dan kemampuan kita. Sebab Tuhan telah memilih dan mengutus kita untuk
mewartakan sabda-Nya melalui perkataan dan perbuatan kita kepada semua orang.
Terutama mereka yang miskin, lemah tersingkir dan difabel. Dalam menggunakan
harta benda kongregasi, entah berupa: Mobil, motor, uang dan lain sebagainya. Di
sini kita dituntut untuk bersikap jujur dan terbuka. Janganlah kita menggunakan
semuanya itu, hanya demi kesenangan dan kepentingan kita sendiri, akan tetapi
sebaliknya kita gunakan demi kepentingan bersama untuk membantu orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Kita mau melakukan semuanya ini, karena kita berpengharapan akan Tuhan sumber
kehidupan, demi kebahagiaan sesama.
d) Langkah III : Menggali Pengalaman iman Kristiani
1) Salah satu seorang peserta dimohon bantuannya untuk membacakan perikop dari
Kitab Suci Injil Matius 19:16-26 (terlampir)
2) Peserta diberi kesempatan untuk hening sejenak sambil merenungkan secara
pribadi dan menanggapi pembacaan Kitab Suci dengan panduan pertayaan sebagai
berikut:
a) Ayat-ayat manakah dari Kitab Suci tersebut, yang mengesankan bagi para
bruder berkaitan dengan kemiskinan Kristus menurut teladan St. Fransiskus?
Mengapa ayat tersebut mengesankan?
b) Manakah pesan inti yang mau disampaikan oleh Mat. 19:16-26 sehubungan
dengan mengikuti Yesus yang miskin dengan teladan St. Fransiskus ?
3) Peserta diajak untuk mencari, menemukan dan mengungkapkan pesan dari
perikop Injil Mat. 19:16-26. Sehubungan dengan 2 (dua) pertayaan di atas.
4) Pendamping memberikan interpretasi/tafsiran dari perikop Injil Matius 19:16-26
Para bruder yang terkasih, dalam Injil Matius 19:16-26, kita semua diingatkan bahwa
kekayaan sebagai kemungkinan halangan untuk menjadi sempurna sebagai murid dan
pengikut Yesus, muncul dalam cerita perjumpaan Yesus dengan seorang anak muda
yang kaya. Dalam ayat 16-19 ketika ditanya mengenai apa yang diperlukan supaya
mempunyai hidup yang kekal, Yesus mengundang anak muda itu, jika engkau hendak
sempurna masuk ke dalam hidup kekal dengan melakukan kesepuluh perintah Allah,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
dan perintah untuk mengasihi sesama seperti dirinya sendiri. Ayat 20-22 ia menjawab
bahwa ia sudah melaksanakan perintah-perintah itu, Yesus menyuruh pemuda itu
untuk membagikan hartanya kepada orang-orang miskin dan mengambil bagian
dalam ketidakpastian yang menjadi ciri kehidupan Yesus dan para pengikut-Nya.
Anak muda tersebut, tidak sanggup untuk menerima ajakan Yesus. Ayat 23-26 Yesus
mengatakan sukar bagi orang kaya untuk masuk ke dalam kerajaan surga. Tetapi
tidak juga sepraktis seperti kiasan seekor unta masuk melalui lubang jarum. Para
murid heran, dan muncul pengandaian dari mereka bahwa kekayaan adalah tanda dari
perkenanan Allah. Yesus mengajarkan bahwa tidak seorang pun dapat masuk ke
dalam Kerajaan Sorga disebabkan oleh kekayaan sendiri, Kerajaan Sorga adalah
anugerah dari Allah.
e)
Langkah IV : Menerapkan iman Kristiani dalam situasi peserta konkrit:
a) Pengantar
Pendamping mengawali langkah ini dengan merangkum seluruh isi dan proses
yang berlangsung selama pertemuan dan menghubungkan dengan tema dan tujuan
katekese ini, sebagai berikut: Para bruder yang terkasih, dalam Injil Mat. 19:16-26,
kita semua diingatkan bahwa kekayaan sebagai kemungkinan halangan untuk menjadi
sempurna sebagai pengikut Yesus, dalam cerita perjumpaan Yesus dengan seorang
pemuda yang kaya. Sebagai pengikut Kristus dengan teladan St. Fransiskus, kita
semua diingatkan bahwa kekayaan, kedudukan, kesombongan dan keserakahan
kemungkinan halangan untuk menjadi sempurna sebagai pengikut Yesus. Dalam
Anggaran Dasar dan Konstitusi kita sebagai Bruder MTB diajak untuk mencintai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
Tuhan dan sesama terutama mereka yang kurang beruntung hidupnya, dengan
segenap akal budi dan kemampuan kita. Sebab Tuhan telah memilih dan mengutus
kita untuk mewartakan sabda-Nya melalui perkataan dan perbuatan kepada sesama,
terutama kepada mereka yang miskin, lemah tersingkir dan difabel.
b) Sebagai bahan refleksi agar kita semakin mampu untuk menjadi pengikut Yesus
dengan teladan St. Fransiskus dari Assisi. Dalam kehidupan kita sehari-hari secara
kongkret di tengah-tengah masyarakat yang miskin serta mereka yang membutuhkan
kehadiran kita. Marilah kita hening sejenak. (Diiringi dengan musik instrument “Ku
tahu Tahun”), dengan merenungkan pertayaan-pertayaan berikut ini secara pribadi.
1) Apakah arti mengikuti kemiskinan Kristus dengan teladan St. Fransisku bagi
tugas pelayanan dan hidup panggilan para bruder? Mengapa hal tersebut perlu
diwujudnyatakan dalam hidup beriman?
2) Apakah dalam tugas dan pelayanan, para bruder sudah bersemangat miskin?
Bagaimana cara menghayatinya semangat kemiskinan tersebut?
c)
Kemudian para bruder diberi kesempatan untuk mengungkapkan apa yang telah
mereka renungkan berdasarkan panduan pertayaan di atas, setelah itu pendamping
memberikan rangkuman berdasarkan sharing para bruder.
d) Arah rangkuman penerapan pada situasi peserta:
Para bruder yang terkasih, dalam Tuhan kita Yesus Kristus. Mengikuti Yesus
dengan teladan Santo Fransiskus dari Assisi berarti kita harus berani untuk hidup
miskin dengan jalan pelepasan terhadap harta milik guna membantu sesama terutama
mereka yang miskin. Yesus mengundang kita, jika kita hendak sempurna dan masuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
ke dalam kerajaan surga sebagai Bruder Maria Tak Bernoda, kita harus rela
melepaskan dan meninggalkan harta milik kita dan memberikannya kepada orang
yang membutuhkannya. Sebagaimana Fransiskus dari Assisi mengikuti Kristus dan
hidup dalam kemiskinan, pertobatan, kemurnian, serta ketaatan demikian juga halnya
dengan kita sebagai Bruder MTB diajak untuk menyelaraskan hidup kita, seperti
hidup Yesus Kristus yang rela berbagi dengan semua orang, terutama bagi mereka
yang lemah miskin, tersingkir dan difabel.
Semoga melalui pertemuan ini, kita sebagai Bruder MTB semakin gembira dan
tetap setia menyerahkan seluruh hidup panggilan kita untuk mengikuti Yesus Kristus
dengan teladan Santo Fransiskus dari Assisi. Sebagai Bruder MTB kita diajak untuk
mengasihi serta mencintai Tuhan dan sesama terutama mereka yang kurang
beruntung hidupnya, dengan segenap akal budi dan kemampuan kita. Sebagai bentuk
penghayatan kaul kemiskinan kita, kita harus hidup sederhana dan rela menyediakan
diri untuk membantu orang lain. Tuhan telah memilih dan mengutus kita untuk
mewartakan sabda-Nya kepada semua orang. Dalam menggunakan harta benda
kongregasi, kita dituntut untuk bersikap terbuka dan berlaku jujur. Janganlah kita
menggunakan semuanya itu, hanya demi kesenangan dan kepentingan kita sendiri,
akan tetapi sebaliknya, kita gunakan demi kepentingan bersama guna membantu
orang yang membutuhkan pertolongan kita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
f)
Langkah V : Mengusahakan suatu aksi konkret
a) Pengantar
Para bruder yang terkasih, dengan pertemuan ini kita bersama-sama diajak untuk
mewujudnyatakan iman kita melalui perkataan dan perbuatan secara konkret kepada
mereka yang miskin. Sebagai pengikut Yesus Kristus dengan teladan St. Fransiskus,
para bruder diajak serta diharapkan untuk siap sedia berkorban demi mencintai Tuhan
dan sesama dengan segenap hati serta akal budi. Tuhan telah memilih dan mengutus
para bruder untuk mewartakan sabda-Nya kepada semua orang, terutama mereka
yang miskin. Dalam Injil Mat. 19:16-26, kita semua diingatkan bahwa kekayaan
sebagai kemungkinan halangan untuk menjadi sempurna sebagai pengikut Yesus,
seperti dalam cerita perjumpaan Yesus dengan seorang anak muda yang kaya.
Para bruder harus sadar bahwa kekayaan, kedudukan, kesombongan dan
keserakahan sebagai halangan untuk menjadi sempurna sebagai murid dan pengikut
Yesus Kristus. Yesus mengundang kita, jika kita hendak sempurna dan masuk ke
dalam Kerajaan Sorga kita harus rela melepaskan dan meninggalkan harta milik kita,
dan memberikannya kepada orang yang membutuhkan. Sebagaimana St. Fransiskus
dari Assisi yang mengikuti Kristus dan hidup dalam kemiskinan, pertobatan,
kemurnian, serta ketaatan demikian juga para bruder yang menjadikan St. Fransiskus
sebagai semangat dan spiritualitas hidup panggilan kita sebagai Bruder MTB.
b) Pendamping mengajak peserta untuk hening sejenak, guna memikirkan tindakan
dan keterlibatan secara konkret baik pribadi, kelompok maupun secara bersama-sama
yang dapat diusahakan, dengan panduan pertayaan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
1) Nait dan aksi seperti apa yang hendak kita lakukan untuk mengikuti Yesus
Kristus yang miskin. Sebagai bentuk sikap solider kita terhadap orang
miskin?
2) Hal-hal apa saja yang perlu kita perhatikan untuk mewujudnyatakan niat-niat
kita baik niat pribadi mau pun niat bersama?
c)
Pendamping mengajak peserta untuk memikirkan atau membicarakan niat-niat
yang telah mereka pikirkan dan renungkan baik niat pribadi maupun niat bersama.
Tindakan mana yang harus kita lakukan untuk membangun niat-niat secara konkret
baik niat pribadi maupun niat bersama. Kalau sudah ada kesepakatan bersama untuk
melakukannya, maka rencana tindakan tersebut, kita persembahkan dalam doa.
d) Niat-niat yang direncanakan untuk dilakukan dapat disharingkan dalam
kelompok. Kemudian, pendamping mengajak peserta untuk membicarakan dan
mendiskusikan secara bersama-sama guna menentukan niat kongkret mana yang akan
diwujudnyatakan bersama dalam kehidupan sehari-hari.
e)
Penutup
1. Suasana ibadat:
Pendamping menempatkan salib dan lilin di depan. Setelah itu pendamping
mengajak perserta untuk menyampaikan doa permohonan yang dimulai dari
pendamping, setelah itu baru diteruskan oleh peserta. Seluruh doa permohonan
disatukan dengan doa Bapa Kami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
2. Doa Penutup
Allah Bapa sumber segala kehidupan, kami bersyukur dan berterima kasih atas
segala rahmat dan kebaikan-Mu yang senantiasa Dikau limpahkan kepada kami.
Kami bersyukur, karena Dikau telah menyertai perjalanan hidup panggilan kami dan
setia mendampingi kami dalam pertemuan ini, untuk bersama-sama mendalami
pengalaman iman kami dengan tema: “Mengikuti Yesus Kristus yang miskin dengan
teladan Santo Fransiskus dari Assisi”. Melalui Anggaran Dasar pasal 9 “Hidup
Rasuli”. Art 29 dan Konstitusi pasal 4 “Hidup Dalam Persekutuan Harta”. Art 53.
Berkat kuasa kasih-Mu kami telah belajar dari pengalaman seorang pemuda yang
kaya, dalam Injil Mat. 19:16-26. Dia tidak mudah untuk meninggalkan harta benda
miliknya, untuk mengikuti Dikau. Kami mohon penyertaan-Mu ya Tuhan agar kami
dimampukan untuk melepaskan segala harta milik kami, yang menghalangi kami
untuk semakin dekat dengan-Mu, dalam menjalankan karya pelayanan dan tugas
perutusan kami. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami, yang hidup dan berkuasa
kini dan sepanjang segala masa. Amin.
3. Lagu Penutup : “Persembahan Hidup” (KE) no: 131 (Teks terlampir).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini, penulis akan menguraikan mengenai kesimpulan dan saran dari
skripsi yang sudah penulis kerjakan mulai dari bab I sampai bab IV. Dengan adanya
kesimpulan dan saran ini, kiranya sungguh dapat digunakan untuk membantu para
pembaca yang budiman, terutama para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) dalam
menghayati kaul kemiskinan serta melakukan karya perutusan dan pelayanan bagi
semakin banyak orang terutama mereka yang miskin.
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, akhirnya penulis dapat
menyimpulkan bahwa penghayatan kaul kemiskinan dalam pelayanan dan
persaudaraan para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB), ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dan dianggap berguna bagi para anggota Bruder Maria Tak Bernoda
(MTB) secara khusus di Indonesia. Dalam usaha guna meningkatkan penghayatan
kaul kemiskinan untuk melayani sesama terutama, orang-orang yang paling
membutuhkan dan miskin.
1.
Berdasarkan pengalaman, hidup bersama dengan para Bruder Maria Tak Bernoda
(MTB), penulis menemukan bahwa para Bruder MTB belum semuanya mampu untuk
menghayati kaul kemiskinan sebagaimana mestinya. Hal ini tampak dalam tindakan
dan kehidupan sehari-hari yang terkadang menyimpang dari pola hidup miskin
sebagaimana diatur dalam norma hidup bersama seturut semangat kemiskinan para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
pendiri Kongregasi Bruder MTB dengan teladan dan semangat Santo Fransiskus dari
Assisi. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam melaksanakan pelayanan dan hidup
sebagai saudara masih saja terjadi penyelewengan terhadap kaul kemiskinan baik
disengaja maupun tidak disengaja. Meskipun sudah mengikrarkan kaul kemiskinan
masih ada para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) yang belum memahami,
menghayati, pura-pura lupa atau bahkan dengan sengaja melupakan esensi kaul
kemiskinan yang sudah diikrarkannya. Akibat dari perbuatan dan tindakan bruder
tersebut, dia sudah melanggar esensi kaul kemiskinan yang diikrarkannya dihadapan
Allah melalui perantaraan seorang imam dan umat yang hadir pada saat seorang
bruder mengikrarkan kaulnya. Sebagai contoh: Seorang bruder sudah dibelikan atau
diberikan Handphone (HP) yang biasa tanpa android oleh Provinsial atau pemimpin
komunitasnya. Akan tetapi bruder tersebut, tidak merasa puas dengan Handphone
(HP) yang sudah diberikan, karena dianggap sudah kuno ketinggalan zaman. Maka
bruder yang bersangkutan berusaha untuk memiliki Handphone (HP) yang ada
androidnya. Keinginan tersebut entah dipengaruhi oleh faktor teman sekomunitas,
teman di kampus, teman dalam satu organisasi, faktor iklan dan lain sebagainya, yang
menimbulkan rasa serta keinginan untuk memiliki barang-barang secara berlebihan
walaupun tidak sungguh-sungguh diperlukan.
2.
Pada zaman sekarang yang serba canggih dan modern ini, banyak peluang dan
tawaran untuk tidak setia lagi dalam menghayati kaul kemiskinan. Seperti lamanya
berkarya atau bertugas di komunitas, berkarya di lingkungan atau di tengah-tengah
umat yang ekonominya menengah keatas, banyaknya relasi dan hadiah-hadiah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
diberikan oleh kenalan kepada seorang Bruder MTB. Maka tidak mengherankan
seandainya seorang bruder mendapat komentar atau bahkan cibiran dari umat mereka
yang mengikrarkan kaul, tetapi kami yang melaksanakannya. Komentar atau cibiran
dari umat untuk bruder, sebagai peringatan kepada bruder yang bersangkutan, agar
hidup dan tindakannya sesuai dengan kaul kemiskinan yang diikrarkannya. Dengan
mengikrarkan kaul kemiskinan para Bruder MTB ingin mengikuti dan meniru teladan
hidup Kristus dan diharapkan menjadi saksi kemiskinan zaman ini, di tengah semakin
banyak orang yang berusaha hidup untuk mencari harta kekayaan, kesenangan
duniawi, pangkat, jabatan dan popularitas.
3.
Kemiskinan para bruder hendaknya menjadi tanda dan bentuk solidaritas kepada
orang-orang kecil, dan miskin. Kristus menjadi satu-satunya yang bernilai bagi hidup
para bruder, dan yang lainnya adalah sarana untuk berjumpa dan mengabdi kepada
Kristus sebagai sumber dan penyelamat hidup. Maka dari itu para bruder harus
mengembangkan semangat hidup lepas bebas dari segala barang dan bahkan manusia,
untuk dapat membantu sesamanya. Dengan demikian kemiskinan para bruder sebagai
kaum riligius bersifat “profetis” kenabian dan kerasulan. Kemiskinan para bruder
bukan kemiskinan untuk menjadi melarat dan pengemis. Kalau demikian kemiskinan
yang dicita-citakan tidak akan berdampak bagi kemajuan dan keselamatan orang lain.
Para bruder dapat menjadi sangat amat miskin sampai mempunyai baju dan calana
hanya satu saja, tetapi kalau tidak mempunyai dampak bagi hidup orang lain tidak
ada gunanya. Dengan kaul kemiskinan semangat yang dapat para bruder kembangkan
adalah semangat murah hati. Murah hati karena apa yang para bruder punya dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
miliki semuanya adalah berasal dari kemurahan dan kebaikan Tuhan, entah bakat,
ketrampilan, kemampuan, kekayaan atau kepandaian semuanya pemberian Tuhan.
Maka harus para bruder bagikan kepada orang lain, dalam karya pelayanan dan
perutusan dimana pun para bruder berkaraya. Dengan kaul kemiskinan, para bruder
diingatkan untuk tidak melekat pada harta duniawi, kedudukan, pangkat, jabatan dan
segala hal yang dapat menghambat para bruder untuk bersatu dengan Tuhan. Akan
tetapi sebaliknya, para bruder diajak untuk rela berbagi dan menolong orang lain.
4.
Kaul
kemiskinan
para
bruder
hendaknya
bersifat
kerasulan.
Dengan
mengikrarkan kaul kemiskinan para bruder ingin menjadikan Kristus sebagai satusatunya yang bernilai bagi hidup para bruder dan yang lainnya adalah sarana untuk
berjumpa dan mengabdi kepada-Nya. Kesediaan serta kesanggupan para bruder
dalam mengikrarkan kaul kemiskinan akan menjadikan proses perjuangan serta
pergulatan bagi hidup panggilan para bruder untuk selalu bersatu dengan Tuhan.
Dalam kenyataan hidup religius di dunia modern saat ini, yang penuh dengan godaan,
tantangan dan hambatan. Kaul kemiskinan akan mengingatkan para bruder untuk
melawan tantangan yang melemahkan panggilan hidup para bruder sebagai religius.
Dengan kaul kemiskinan para bruder melepaskan hak untuk memiliki dan harta
kekayaan dalam Kongregasi. Para bruder hanya mempunyai hak pakai dengan izin
Kongregasi. Para bruder dengan kaul kemiskinan kehilangan hak milik atas barang
yang diterima. Maka, para bruder tidak minta warisan lagi. Semua barang dan uang
yang para bruder terima setelah kaul kekal, adalah menjadi milik Kongregasi dan
harus diserahkan kepada Kongregasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
5.
Program katekese yang penulis usulkan diharapkan dapat membantu para Bruder
MTB untuk meningkatkan penghayatan kaul kemiskinan dalam hidup bersama.
Katekese merupakan salah satu bentuk kegiatan atau usaha yang dapat dilakukan
dalam membina iman para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB). Pembinaan iman
melalui kegiatan katekese diyakini dapat membantu para Bruder MTB menggali serta
menyadari pengalaman iman mereka, dalam menghayati kaul kemiskinannya secara
konkret dalam hidup bersama. Pembinaan dengan berkatekese merupakan usaha
untuk saling tolong menolong terus-menerus antara sesama bruder agar mereka
mengerti dan mendalami hidup pribadi maupun hidup bersama menurut pola Kristus,
guna menuju kepada hidup Kristiani yang dewasa penuh. Dalam hal ini penulis
mengusulkan contoh program model katekese Shared Christian Praxis (SCP), yang
menekankan pengalaman hidup peserta dan menjadikan mereka sebagai subjek dalam
berbagi pengalaman iman.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis merasa ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh pimpinan Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) dalam
usaha meningkatkan pemahaman mengenai penghayatan kaul kemiskinan bagi para
anggota Bruder MTB. Secara khusus para bruder yang diberikan kepercayaan atau
wewenang untuk menjadi formatur/pembina para calon bruder mulai dari aspiran,
postulant, novisiat dan setelah mereka secara definitif menjadi anggota Bruder Maria
Tak Bernoda (MTB). Untuk meningkatkan penghayatan kaul kemiskinan di tengah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
arus zaman modern saat ini, penulis mengusulkan beberapa hal yang dirasakan
berguna dalam upaya meningkatkan penghayatan kaul kemiskinan bagi para anggota
Bruder MTB.
1.
Sudah seharusnyalah para Bruder MTB terutama bagi para bruder yunior untuk
selalu mengikuti setiap pembinaan yang sudah diprogrmakan oleh para bruder
formatur secara rutin. Dengan harapan para bruder yunior akan semakin dewasa
dalam memahami, menghayati dan memaknai kaul kemiskinan dalam pelayanan dan
hidup persaudaraan. Pembinaan dalam karya kerasulan selama periode profesi
sementara, dan pembinaan diri secara terus-menerus yang akan berlangsung dalam
tahap kehidupan selanjutnya, perlu dilakukan oleh masing-masing bruder.
2.
Dalam proses pembinaan para bruder juga diberi pelajaran secara khusus tentang
spiritualitas, sejarah, perkembangan dan tata cara peraturan hidup bersama dalam
Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB). Tujuan dari pembinaan iman para
Bruder MTB adalah agar mereka mencapai kepenuhan hidup di dalam Kristus.
Mereka menjadikan Kristus sebagai dasar dan pusat arah hidupnya, formation/
pembinaan iman tidak sekedar memperkenalkan, tetapi mengajak para bruder untuk
masuk, berelasi dan bersatu dengan Yesus Kristus sehingga dari pengalaman itu,
mereka dapat mengalami keselamatan hidup. Untuk itu kepenuhan hidup
mengandung unsur-unsur di antaranya: kemuridan, kedewasaan dan kesaksian.
Menjadi baru dalam Kristus bukan proses yang sekali jadi, melainkan proses yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
terus menerus dilakukan, dipupuk, diolah dan diteguhkan. Tanpa usaha itu itu benih
iman bisa mati dan tidak tumbuh.
3.
Tim pembina mempunyai tanggung jawab untuk mengikuti perkembangan iman
para bruder yunior dengan mengadakan evaluasi, memberi pandangan tentang
perkembangan yunior kepada pemimpin provinsi. Pembinaan iman para bruder
yunior dimaksudkan agar mereka semakin mewujudkan diri sesuai dengan tujuan
serta semangat Kongregasi sebagaimana yang telah mereka janjikan. Para bruder
yunior wajib mengikuti pembinaan yang direncanakan oleh tim pembina. Setiap
bruder hendaknya tetap berusaha mengembangkan diri baik budi maupun hati dan
lebih-lebih kehidupan rohani yang diarahkan kepada pendalaman spiritualitas
kongregasi dan kemampuan tugas kerasulan masing-masing bruder. Hendaknya para
pemimpin provinsi maupun komunitas mendukung pelaksanaan formasio/pembinaan
ini. Agar para bruder baik yang sudah berkaul kekal maupun yang belum berkaul
kekal tetap mempunyai kewajiban untuk pembinaan lanjut. Supaya iman mereka akan
Yesus Kristus semakin tumbuh dan berakar serta berdaya guna bagi banyak orang.
4.
Tim pembina diminta untuk mengadakan kegiatan katekese umat dengan metode
Shared Christian Praxis (SCP) guna membantu para Bruder MTB menghayati kaul
kemiskinan dalam pelayanan dan hidup persaudaraan. Dalam katekese model ini
pengalaman peserta dijadikan bahan untuk berkatekese. Peserta diajak untuk saling
bertukar pengalaman iman secara konkret berdasarkan kenyataan yang riil dalam
hidup mereka, berhubungan dengan penghayatan kaul kemiskinan dalam pelayanan
dan hidup sebagai saudara dalam Kongregasi Bruder MTB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
DAFTAR PUSTAKA
Bhanu Viktorahadi, R.F. (2015). Menjadi Gereja yang Bergelimang Lumpur. Telaah
Singkat Anjuran Apostolik Paus Fransiskus Evangelii Gaudium. Yogyakarta:
Kanisius.
Bigaroni, Marino. (2003). Legenda Perugina. Jakarta: Sekretariat Keluarga
Fransiskan Indonesia (SEKAFI).
Bodo, Murray. (2002). Fransiskus Perjalanan dan Impian. Saduran dari buku (The
Journey and The Dream). Jakarta: Sekretariat Keluarga Fransiskan Indonesia
(SEKAFI).
Budi Susianto, Silvester. (2016). Kaum Religius. Yogyakarta: Kanisius.
Celano, Thomas. (1981). St. Fransiskus dari Assisi. Diterjemahkan oleh P.J
Wahjasudibja. Jakarta: Sekretariat Keluarga Fransiskan Indonesia (SEKAFI)
Conti, Martino. (2006). Indentitas Fransiskan. Diterjemahkan oleh Paskalis Bruno
Syukur. Jakarta: Sekretariat Keluarga Fransiskan Indonesia (SEKAFI)
Darminta, J. (1975). Hidup Berkaul. Jogyakarta: Kanisius.
. (1983). Religius dan Pembaharuan Rohani. Yogyakarta: Kanisius
. (1996). Religius dan Evangelisasi. Yogyakarta: Kanisius.
. (1995). Hidup Religius Hidup Gerakan Roh. Yogyakarta: Kanisius.
. (2003). Mencitrakan Hidup Religius. Yogyakarta: Kanisius.
. (2005). Penegasan Panggilan. Yogyakarta: Kanisius.
Dewan Karya Pastoral, KAS. (2014). Formatio Iman Berjenjang. Yogyakarta:
Kanisius.
Fransiskus. (2014a). Evangelii Gaudium. Tentang Suka Cita Injil. Diterjemahkan
oleh F.X, Adisusanto dan Bernadeta Harini Tri, Prasasti. Jakarta: Departemen
Dokumentasi dan Penerangan KWI. (Dokumen asli diterbitkan tahun 2013).
. (2014b). Lumen Fidei. Tentang Terang Iman kepada Para Uskup, Imam,
dan Diakon. Biarawan dan Biarawati, Serta Kaum Awam. Diterjemahkan oleh
F.X. Bambang Kussriyanto Malang: DIOMA. (Dokumen asli diterbitkan
tahun 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
. (2015a). Evangelii Gaudium. Tentang Menjadi Gereja yang Bergelimang
Lumpur. Diterjemahkan oleh R.F Bhanu Viktorahadi. Yogyakarta: Kanisius.
(Dokumen asli diterbitkan tahun 2013).
. (2015b). Tahun Hidup Bakti. Diterjemahkan oleh F.X Adisusanto dan
Bernadeta Harini Tri, Prasasti. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan
Penerangan KWI. (Dokumen asli diterbitkan tahun 2014).
Groenen, Cletus. (1979). Panggilan Kristen. Yogyakarta: Kanisius
Groome, Thomas H. (2010). Christian Religious Education. Diterjemahkan oleh
Daniel Stefanus. Jakarta: Gunung Mulia.
Go, Piet. (1984). Tarekat Hidup Bakti menurut Hukum Gereja. Malang: DIOMA.
Hidup Bakti dan Peranannya. (1994). Pesan Sinode Para Uskup. Malang: DIOMA
(Dokumen asli diterbitkan tahun 1994).
Hadiwardoyo, Purwa. Al. (2016). Ajaran Gereja Katolik Tentang Evangelisasi.
Yogyakarta: Kanisius.
Heuken, A. (2002). Spiritualitas Kristiani. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka.
Iriarte, Lazaro. (1995). Panggilan Fransiskan. Sibolga: Kapusin
Iswarahadi, I.Y. (2003). Beriman dengan Bermedia. Yogyakarta: Kanisius.
. (2010). Media dan Pewartaan Iman.Yogyakarta: PUSKAT.
Jacobs, Tom. (1983). Spiritualitas. Salatiga: Institut Roncalli.
Kajetan, Esser. (2001). Karya-Karya Fransiskus Dari Assisi. Diterjemahkan oleh
Ladjar. Jakarta: Sekretariat Keluarga Fransiskan Indonesia (SEKAFI)
Foley Leonard, dkk. (2007). Spiritualitas Fransiskan untuk Kaum Awam. Saduran
dari buku (To Live as Francis Lived). Diterjemahkan oleh Paskalis Bruno
Syukur. Jakarta: Sekretariat Keluarga Fransiskan Indonesia (SEKAFI).
Konsili
Vatikan II. (1990). Konstitusi Tentang Gereja Lumen Gentium.
Diterjemahkan oleh R Hardawiryana. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan
Penerangan KWI. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1964).
. (1996). Vita Consecrata. Anjuran Yohanes Paulus II tentang Hidup
Bakti bagi para Religius. Diterjemahkan oleh R. Hardawirjana. Jakarta:
Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI. (Dokumen asli diterbitkan
tahun 1996).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
. (1991). Perfectae Caritatis. Dekrit Tentang Pembaharuan dan Penyesuaian
Hidup Religius. Diterjemahkan oleh R Hardawiryana. Jakarta: Departemen
Dokumentasi dan Penerangan KWI. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1965).
Katekismus Gereja Katolik. (1995). Diterjemahkan oleh P. Herman Embuiru.
Arnoldus: Ende
Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik Buku Informasi dan
Referensi. Yogyakarta: Kanisius.
Kitab Hukum Kanonik. (2016). Dokumen asli diterbitkan tahun 1983 (R. D. R.
Robiyatmoko, Ed). Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI.
Krispurwana Cahyadi, T. (2016). Kemurahan Hati. Yogyakarta: Kanisius.
Ladjar, Leo Laba. (1983). Inti Hidup Religius. Yogyakarta: Kanisius.
Lalu, Yosef. (2007). Katekese Umat. Yogyakarta : Kanisius.
Manangar, C. (2006). Anggaran Dasar Ordo Ketiga Regular Fransiskan. Medan:
Bina Media.
. (2008a). Introduksi Spiritualitas Fransiskan. Medan: Bina Media.
. (2008b). Kaul Fransiskus. Medan: Bina Media.
NN. (1999). Anggaran Dasar dan Konstitusi. Bruder Maria Tak Bernoda (MTB).
NN. (2014). Statuta Bruder Maria Tak Bernoda (MTB).
Riddick, Joyce. (1987). Kaul Harta Melimpah Dalam Bejana Tanah Liat.
Yogyakarta: Kanisius.
Suparno, Paul. (2016a). Hidup Membiara Di Zaman Modern. Yogyakarta: Kanisius.
. (2016b).Tantangan Hidup Membiara Di Zaman Modern. Yogyakarta:
Kanisius.
. (2007a). Saat Jubah Bikin Gerah 1. Yogyakarta: Kanisius.
. (2007b). Saat Jubah Bikin Gerah 2. Yogyakarta: Kanisius.
Simsic Wayne. (2008). Hikmat Fransiskus Hikmat Kita. Diterjemahkan oleh
Hendrikus Seta. Jakarta: Sekretariat Keluarga Fransiskan Indonesia (SEKAFI)
Sinaga, Anicetus B. (1996). Iman Triniter. Jakarta: OBOR.
Suharyo, Ignatius. (2011). Ekaristi. Yogyakarta: Kanisius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
Sumarno Ds, M. (2013). Pengantar Pendidikan Agama Katolik. Diktat Mata Kuliah
Pengantar Pendidikan Agama Katolik Paroki Semester IV, Fakultas Ilmu
Pendidikan Agama, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Tubarman, Aloysius. (1997a). Dari Monasterium Bruderan.
. (1997b). Sejarah Kongregasi Bruder-Bruder (MTB).
. (1997c). Semangat dan Tujuan MTB
Telaumbanua, Marianus. (1999). Ilmu Kateketik. Jakarta: Obor.
Yohanes Paulus II. (2011). Catechesis Tradendae. Anjuran Apostolik Sri Yohanes
Paulus II kepada para uskup, klerus dan segenap umat beriman, tentang
katekese masa kini. Diterjemahkan oleh R. Hardawirjana. Jakarta:
Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI. (Dokumen asli diterbitkan
tahun 1979).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 1
Teks lagu “Ambillah Ya Tuhan” dari Madah Bakti no 247
Ambillah ya Tuhan kebebasanku
Kehendakku budi ingatanku
Pimpinlah diriku dan Kau kuasai
Perintahlah akan kutaati
Hanya rahmat dan kasih dariMu
Yang kumohon menjadi milikku
Hanya rahmat dan kasih dariMu
Berikanlah menjadi milikku
Lihatlah semua yang ada padaku
Ku haturkan menjadi milikMu
Pimpinlah diriku dan Kau kuasai
Perintahlah akan kutaati
Teks lagu “Persembahan Hidup” dari Kidung Ekaristi no 131
Hidup kami Tuhan Engkau yang berikan,
Kan kami jalani demi panggilan,
Hidup ini memang penuh perjuangan,
Kadang pula penuh pergulatan.
Kusembahkan hati budi diri kami,
Hidup mati kami dalam dunia ini.
Biar Kau jagai sampai akhir nanti,
Mengabdi Tuhan kini sampai mati.
Kepada-Mu hidup kami kembalikan,
Kedalam tangan-Mu sgalanya kuserahkan,
Suka duka tawa maupun tangisan,
S’moga ini jadi kidung dan pujian.
Kusembahkan hati budi diri kami,
Hidup mati kami dalam dunia ini.
Biar Kau jagai sampai akhir nanti,
Mengabdi Tuhan kini sampai mati.
Kami pasrah diri kepadaMu Bapa,
Kebebasan hidup dan cita rasa,
Sukma raga ini Kau jua yang punya,
Kesaksian kami ditengah dunia.
[1]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 2
Anggaran Dasar Pasal 9 “Hidup Rasuli” Artikel 29
Saudara-saudari hendaknya mengasihi Tuhan dengan segenap hati, dengan
segenap jiwa dan dengan segenap akal budi dan dengan segenap kekuatan, serta
mengasihi sesamanya seperti dirinya sendiri. Hendaklah mereka meluhurkan Tuhan
dalam perkerjaan mereka, sebab untuk itulah Ia mengutus mereka ke seluruh dunia,
yakni untuk menjadi saksi suara-Nya dengan perkataan dan perbuatan dan untuk
memberitahukan kepada semua orang, bahwa tak ada yang mahakuasa selain Dia.
Konstitusi Pasal 4 “Hidup Dalam Persekutuan Harta” Artikel 53
Kongregasi sebagai badan hukum mempunyai kemampuan untuk
memperoleh, memiliki, mengelola dan mengalihkan pemilikan harta benda duniawi.
Kongregasi menerima dan memiliki uang dan harta benda sebagai persekutuan,
sehingga baik bruder, komunitas atau pun Provinsi/Regio tidak dapat menuntut hak
eksklusif atas harta itu bagi dirinya sendiri saja. Pimpinan Provinsi dapat diberi
wewenang oleh Pimpinan Umum untuk memperoleh memiliki, mengelola dan
mengalih-milikan harta kongregasi. Segala yang diperoleh seorang bruder dengan
usaha sendiri atau dengan usaha atas nama kongregasi diperolehnya bagi kongregasi.
Segala yang diberikan kepadanya sebagai pensiun, bantuan atau imbalan dalam
bentuk apa pun, diperolehnya untuk kongregasi.
[2]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 3
Orang Muda Yang Kaya
Matius. 19:16-26
16 Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah
yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"
17 Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang
baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup,
turutilah segala perintah Allah."
18 Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan
membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta,
19 hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri."
20 Kata orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang
masih kurang?"
21 Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala
milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh
harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."
22 Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab
banyak hartanya.
23 Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
24 Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang
jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah."
25 Ketika murid-murid mendengar itu, sangat gemparlah mereka dan berkata: "Jika
demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?"
26 Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal ini tidak mungkin,
tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin."
[3]
Download