PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI RELEVANSI PENGHAYATAN KAUL KEMISKINAN DALAM PELAYANAN DAN PERSAUDARAAN BRUDER MARIA TAK BERNODA (MTB) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik Oleh: Inson NIM: 121124053 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI iii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERSEMBAHAN Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tidak terhingga skripsi ini saya persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus sumber segala kehidupan. Persaudaraan Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) atas perhatian, dukungan, kepercayaan, doa serta cintanya kepada penulis. Anggota keluarga saya, yang selalu mendoakan serta mendukung panggilan hidup saya sebagai Bruder Maria Tak Bernoda (MTB). iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI MOTTO "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang lain perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka”. (Mat. 7:12) v PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PENYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 23 Februari 2017 Penulis, Inson vi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta : Nama : Inson NIM : 121124053 Demi pengembangan ilmu pengetahuan penulis memberikan wewenang kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah penulis yang berjudul: REVANSI PELAYANAN PENGHAYATAN DAN KAUL PERSAUDARAAN KEMISKINAN BRUDER DALAM MARIA TAK BERNODA (MTB) beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian penulis memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di media internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin maupun memberikan royalti kepada penulis, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian penyataan ini penulis buat dengan sebenarnya. Yogyakarta, 23 Februari 2017 Yang menyatakan, Inson vii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRAK Skripsi ini berjudul RELEVANSI PENGHAYATAN KAUL KEMISKINAN DALAM PELAYANAN DAN PERSAUDARAAN BRUDER MARIA TAK BERNODA (MTB). Judul skripsi ini dipilih berdasarkan pengalaman pribadi penulis selama hidup bersama dengan para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB). Belajar dari pengalaman hidup bersama tersebut, penulis merasa prihatin serta mengalami sendiri bahwa dalam praktik hidup bersama, masih ada permasalahan, hambatan dan godaan yang dialami oleh para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB), dalam memahami serta menghayati kaul kemiskinan bagi pelaksanaan tugas serta karya pelayanannya. Hal ini mengindikasikan bahwa semangat kemiskinan yang dicita-citakan oleh pendiri, agar para bruder mengusahakan sikap hidup sederhana belum terealisasi dengan baik sesuai yang diharapkan. Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah apa yang dapat dilakukan untuk, meningkatkan penghayatan kaul kemiskinan dalam pelayanan dan hidup persaudaraan para Bruder MTB. Persoalan tersebut dianalisis/dikaji dengan menggunakan studi pustaka, untuk mendapatkan gagasan-gagasan/pemikiranpemikiran yang relevan agar dapat digunakan sebagai sumbangan bagi program pembinaan iman para Bruder (MTB). Supaya mereka dapat menghidupi dan menghayati kaul kemiskinan dalam pelayanan dan hidup persaudaraan seturut teladan/pola semangat Santo Fransiskus dari Assisi, di zaman modern sekarang ini. Tantangan yang besar di zaman ini terhadap kaul kemiskinan adalah budaya meterialisme, konsumtif, kemajuan teknologi, serta semangat konsumerisme, sehingga membuat banyak orang mudah puas diri dan tamak mengejar kesenangan harta duniawi, ketenaran dan kuasa, yang menyebabkan hati nurani mereka, tumpul terhadap penderitaan sesama. Santo Fransiskus dari Assisi adalah sosok pribadi yang sangat menginspirasi banyak orang. Dia berusaha menyerupai hidupnya dengan hidup Yesus Kristus, yang sekaligus Allah-Manusia, dia dalam menghayati kaul kemiskinan yang merupakan unsur hakiki dalam Injil dan yang ada dalam hidup Yesus Kristus, yang dia cintai dan hormati. Fransiskus dari Assisi menekankan kepada para pengikutnya termasuk para Bruder (MTB) bahwa peraturan dan pedoman hidup yang konkret adalah apabila para bruder dapat hidup seturut semangat Injil. Dalam Injil para bruder menemukan Putra Allah Yesus Kristus yang solider terhadap semua orang baik yang miskin maupun yang kaya, dan yang berdosa maupun yang tidak berdosa, semuanya Dia kasihi sebagai anak-anak Allah, hingga pada akhirnya Dia rela menderita, wafat dan bangkit demi cintaNya untuk semua orang. Para Bruder MTB menjadi aset bagi perkembangan dan kemajuan karya Kongregasi. Untuk itu pembinaan dan pendampingan terhadap mereka, perlu terus diupayakan. Maka dari itu penulis menawarkan suatu program katekese dengan metode Shared Christian Praxis (SCP) sebagai upaya untuk membantu meningkatkan semangat penghayatan kaul kemiskinan dalam pelayanan dan hidup persaudaraan Bruder Maria Tak Bernoda (MTB). viii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT The title of this undergraduate thesis is “The relevance of live out of vows of poverty in servicing and living brotherhood of Bruder Maria Tak Bernoda (MTB)”. It was chosen based on the writer own experiences living together in the brotherhood of Bruder Maria Tak Bernoda (MTB). The experiences made the writer concerned with the problem, the obstacle and the temptation of living together in the brotherhood of Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) and in understanding as well as living up the vows of poverty in performing their duties. This case indicated that the spirit of vows of poverty which was dreamed by founder in order to all members of Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) trying to establish the attitude of the simple life was not realized well. The major problem of this thesis is what Bruder MTB can do to increase the living up vows of poverty in the service and the brotherhood of Bruder Maria Tak Bernoda (MTB). The problem was analyzed using a literature study to gain relevance ideas which were contributed to develop of faith program of Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) so that they could live up the brotherhood according to the spirit of Saint Francis of Asisi in this modern era. The great challenger of this modern era to the vow of poverty are the cultures of materialism, selfish and looking for new technology, and consumerism that make people worldly wealthoriented, fame and that cause lack of attention toward others’ condition. Saint Francis of Asisi was a person who has inspired many people. When he was living, he attempted to make his life like Christ by living up vows of poverty which was the essential element of Scriptures and Jesus Christ himself who he appreciated most. Francis of Asisi emphasized all followers included Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) that the concrete regulation and guidelines are when they could live based on the Scriptures. On the Scriptures, they obtained God’s Son Jesus Christ who was in solidarity with all people, both rich and poor men, both sinners and holy men. He did love all of them as His Father’s son. This, he had to suffer, to die and to rise because of His love for human beings. All Brothers become the next generation for developing congregation. Therefore, the writer intends to offer a catecheses program that is Shared Christian Praxis (SCP). This method is hoped to increase the spirit of living up vows of poverty in the service and the brotherhood of Bruder Maria Tak Bernoda (MTB). ix PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Yang Mahakuasa sumber segala kehidupan atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul REVANSI PENGHAYATAN KAUL KEMISKINAN DALAM PELAYANAN DAN PERSAUDARAAN BRUDER MARIA TAK BERNODA (MTB). Skripsi ini disusun berdasarkan pengalaman pribadi penulis selama hidup bersama dalam persaudaraan dengan para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB). Belajar dari pengalaman hidup bersama tersebut, penulis merasa prihatin serta mengalami sendiri bahwa dalam praktik hidup bersama masih ada permasalahan dan kesulitan yang dialami oleh para Bruder MTB dalam menghayati kaul kemiskinan bagi pelaksanaan tugas serta karya pelayanannya. Hal ini mengindikasikan bahwa semangat kemiskinan yang dicita-citakan oleh pendiri agar para bruder mengusahakan sikap hidup sederhana belum terealisasi dengan baik sesuai yang diharapkan. Skripsi ini juga menawarkan program pembinaan katekese dengan metode Shared Christian Praxis (SCP) sebagai upaya meningkatkan semangat penghayatan kaul kemiskinan dalam tugas dan karya pelayanan para Bruder MTB. Selain itu, skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka x PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pada kesempatan yang berbahagia ini penulis dengan hati penuh syukur mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ selaku dosen pembimbing utama dan sekaligus juga sebagai Kaprodi Program Studi Pendidikan Agama Katolik. Dengan sabar, setia dan teliti, beliau selalu memberikan perhatian, meluangkan waktu untuk mendampingi dan membimbing penulis dengan penuh perhatian, memberikan masukan-masukan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 2. Drs. L. Bambang Hendarto Yuliwarsono, M. Hum selaku dosen penguji kedua sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah bersedia membaca, memberikan kritik dan masukan serta mendampingi penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini. 3. P. Banyu Dewa HS, S. Ag., M.Si. selaku dosen penguji ketiga yang telah bersedia membaca, memberikan kritik dan masukan, serta mendampingi penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini. 4. Seluruh staf dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Agama Katolik yang telah mendidik, dan membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan studi di Program Studi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma dengan baik. 5. Provinsial Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) berserta dewan provinsi yang telah memberikan kepercayaan serta kesempatan kepada penulis untuk menempuh studi, di program studi PAK hingga selesainya penulisan skripsi ini. Para Bruder MTB di komunitas Alverna Ngadikan Kotabaru dan xi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI komunitas Novisiat Banguntapan-Bantul yang telah memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini. 6. Orang tua, kakak, adik dan semua keluarga yang selalu memberi semangat, dukungan moral, motivasi dan doa bagi penulis dalam menyelesaikan perkuliahan sampai penyelesaian skripsi ini. 7. Seluruh staf Perpustakaan Program Studi Pendidikan Agama Katolik yang begitu bermurah hati dan setia untuk memberikan peminjaman buku-buku yang penulis perlukan baik selama kuliah maupun selama penulisan skripsi ini berlangsung dan sampai selesainya skripsi ini. 8. Teman-teman angkatan 2012 yang selalu memberi motivasi, dorongan dan bantuan bagi penulis selama kuliah hingga penyelesaian skripsi ini. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah dengan tulus ikhlas memberi masukan dan dorongan hingga penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Akhirnya penulis menghaturkan limpah syukur kepada Tuhan dan terimakasih untuk semuanya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Yogyakarta, 23 Februari 2017 Penulis, Inson xii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL....................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv MOTTO .......................................................................................................... v PENYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ vi PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...................................................................... vii ABSTRAK ...................................................................................................... viii ABSTRACT ...................................................................................................... ix KATA PENGANTAR .................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xvi BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1 A. Latar Belakang ................................................................................ 1 B. Rumusan Permasalahan .................................................................. 8 C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 8 D. Manfaat Penulisan ........................................................................... 9 E. Metode Penulisan ............................................................................ 9 F. Sistematika Penulisan ..................................................................... 9 BAB II. KAUL KEMISKINAN ..................................................................... 11 A. Hidup Membiara .............................................................................. 11 1. Hidup Membiara dalam Gereja .................................................. 17 2. Kaul Sebagai Persembahan Diri dalam Melayani ...................... 19 B. Kaul Kemiskinan dalam Hidup Membiara ...................................... 21 1. Peranan Kaul Kemiskinan .......................................................... 25 a. Kaul Kemiskinan sebagai Ikatan .......................................... 28 b. Kaul Kemiskinan sebagai Peringatan dalam Melayani ........ 31 2. Makna Kaul Kemiskinan............................................................ 33 xiii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. Kaul Kemiskinan sebagai Ungkapan Kenabian Dalam Melayani 36 4. Tantangan dalam Menghayati Kaul Kemiskinan di Zaman Yang Modern Sekarang Ini…………………………………………. 40 C. Rangkuman………………………………………………………. 47 BAB III. KAUL KEMISKINAN DALAM PELAYANAN DAN PERSAUDARAAN ......................................................................... 49 A. Kaul Kemiskinan dalam Tarekat/Kongregasi Bruder MTB ............ 49 1. Sejarah singkat berdirinya Kongregasi Bruder MTB................. 52 2. Mengikuti Yesus Kristus yang miskin dengan teladan Santo Fransiskus dari Assisi................................................................. 3. Kemiskinan dalam perspektif menurut Anggaran Dasar Ordo Ketiga Regular Santo Fransiskus dari Assisi ............................ 4. Kemiskinan dalam perspektif hidup Bruder MTB ..................... 54 58 62 5. Dasar Penghayatan Kaul Kemiskinan dalam Tarekat/Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) ............................................ 67 B. Dimensi-dimensi dalam Penghayatan Kaul Kemiskinan menurut Tarekat/Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB)................. 1. Miskin harta.... ........................................................................... 70 72 2. Miskin dalam Roh…………………………………………….. 74 3. Miskin secara radikal ................................................................. 79 4. Dalam persaudaraan ................................................................... 83 C. Rangkuman ..................................................................................... 89 BAB IV. USULAN PROGRAM KATEKESE UNTUK MEMBANTU PENGHAYATAN KAUL KEMISKINAN DALAM PELAYANAN DAN PERSAUDARAAN BRUDER MARIA TAK BERNODA (MTB)… 91 A. Gambaran Umum Katekese ............................................................ 91 1. Pengertian Katekese ................................................................... 94 2. Katekese Umat ........................................................................... 97 3. Tujuan dan tugas Katekese ........................................................ 99 a. Tujuan Katekese……………………….............................. .. 99 b. Tugas Katekese ..................................................................... 102 B. Spiritualitas dalam Pelayanan ......................................................... 103 1. Spiritualitas Fransiskan dalam pelayanan dan hidup Persaudaraan ............................................................................. 105 2. Peranan spiritualitas Fransiskan dalam penghayatan kaul Kemiskinan ............................................................................... 111 xiv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. Upaya spiritualitas Fransiskan dalam meningkatkan penghayatan kaul kemiskinan ................................................... 113 4. Pengalaman Praktik Hidup ....................................................... 116 5. Komunikasi Pengalaman Iman ................................................. 118 6. Komunikasi Dengan Tradisi Kristiani ...................................... 123 C. Usulan Program Katekese .............................................................. 126 1. Katekese Model Shared Christian Praxis (SCP)....................... 126 a. Shared .................................................................................... 127 b. Christian ................................................................................ 127 c. Praxis ..................................................................................... 128 2. Langkah-langkah Model Shared Christian Praxis (SCP) ......... 128 a. Pengungkapan Praksis Faktual .............................................. 128 b. Refleksi Kritis Pengalaman Faktual ...................................... 128 c. Mengusahakan Supaya Tradisi dan Visi Kristiani Lebih Terjangakau ........................................................................... 129 d. Interpretasi Dialektis Antara Praksis dan Visi Peserta Dengan Tradisi dan Visi Kristiani ...................................................... 129 e. Keterlibatan Baru Demi Makin Terwujudnya Kerajaan Allah di Dunia ..................................................................................... 129 3. Latar Belangkang Penyusuna Program ..................................... 130 4. Pengertian Program………………………………………… .. 131 5. Tujuan Program……………………………………………… 131 6. Contoh Program……………………………………………… 132 7. Matriks Pembinaan Katekese………………………………… 135 8. Contoh Persiapan Katekese dengan metode SCP ..................... 139 BAB V. PENUTUP ........................................................................................ 154 A. Kesimpulan ..................................................................................... 154 B. Saran ............................................................................................... 158 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 161 LAMPIRAN .................................................................................................... 162 Lampiran 1: Teks lagu Ambilah Ya Tuhan dan Persembahan Hidup .. (1) Lampiran 2: Anggaran Dasar “Hidup Rasuli” Art. 29 dan Konstitusi “Hidup Dalam Persekutuan Harta” Art. 53 ........................................... (2) Lampiran 3: Orang Muda Yang Kaya Matius. 19:16-26...................... (3) xv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR SINGKATAN A. Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Alkitab Deuterokanonika © LAI 1976. (Alkitab yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam terjemahan baru, yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia, ditambah dengan Kitab-kitab Deuterokanonika yang diselenggarakan oleh Lembaga Biblika Indonesia. Terjemahan diterima dan diakui oleh Konferensi Wali Gereja Indonesia). Jakarta: LAI, 2001, hal. 8. B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja AG : Ad Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kegiatan Misionaris Gereja, 7 Desember 1965. CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979. EG : Evangelii Gaudium. Anjuran Apostolik Paus Fransiskus tentang Sukacita Injil, 24 November 2013. EN : Evangelii Nuntiandi, Anjuran Apostolik Paus Paulus VI tentang Pewartaan Injil di Dunia Modern, 8 Desember 1975. GS : Gaudium Et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II mengenai Gereja di Dunia Dewasa Ini, 7 Desember 1965. KGK : Katekismus Gereja Katolik, uraian tentang ajaran iman dan moral Gereja Katolik, 22 Juni 1993. xvi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KHK : Kitab Hukum Kanonik, susunan atau kodifikasi peraturan kanonik dalam Gereja Katolik, 25 Januari 1983. Kon : Kanon LG : Lumen Gentium, Kontitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja di Dunia Dewasa ini, 21 November 1964. LF : Lumen Fidei, Terang Iman dari Paus Fransiskus kepada para Uskup, imam, daikon, biarawan dan biarawati serta kaum awam Juni 2013. PC : Perfectae Caritatis, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Pembaharuan dan Penyesuaian Hidup Religius, 28 Oktober 1965. VC : Vita Consecrata, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang Hidup Bakti bagi para Religius 25 Maret 1996. C. Singkatan Lain Art : Artikel AD : Anggaran Dasar AD3R : Anggaran Dasar Ordo ketiga Regular Santo Fransiskus, (diberikan Di Roma, pada takhta Santo Petrus, dengan meterai Cicin Nelayan, pada 8 Desember 1982) AngBul : Anggaran Dasar dengan Bulla, (anggaran dasar yang diteguhkan dengan surat peneguhan/bulla xvii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI AngTBul: Anggaran Dasar Tanpa Bulla, (disusun pada tahun 1221 pada masa Paus Honorius III disebut “tanpa bulla” karena anggaran dasar ini tidak diteguhkan dengan surat peneguhan (bulla) Br : Bruder Bdk : Bandingkan Cel : Celano Dkk : Dan kawan-kawan Dsb : Dan sebagainya Dst : Dan seterusnya Dll : Dan lain-lain Eremit : Orang/kelompok ada yang mengkhususkan diri hidup di pertapaan FI : Formatio Iman Hal : Halaman HP : Handphone PAK : Pendidikan Agama Katolik JPIC : Justice Peace and Integration KAJ : Keuskupan Agung Jakarta KAS : Keuskupan Agung Semarang KWI : Konferensi Waligereja Indonesia Konst : Konstitusi LPK : Lembaga Pelatihan Ketrampilan MTB : Maria Tak Bernoda MAWI : Majelis Agung Waligereja Indonesia xviii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PKKI : Pertemuan Kateketik Keuskupan Se-Indonesia Prodi : Program Studi Provinsial : Pemimpinan provinsi PIKO : Pempinan Komunitas Profetis : Kenabian dan kerasulan Statuta : Penjabaran dari Konstitusi dan Anggaran Dasar Bruder MTB Selibat : Orang-orang dalam kedudukan tertentu tidak boleh kawin. Klerikus : Kaum religius dan para imam SEKAFI : Sekretariat Keluarga Fransiskan Indonesia SCP : Shared Christian Praxis SJ : Serikat Yesus St : Santo SD : Sekolah Dasar SMP : Sekolah Menengah Pertama SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas TK : Taman Kanak-Kanak USD : Universitas Sanata Dharma YPSB : Yayasan Pendidikan Sekolah Bruder xix PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memilih hidup religius atau hidup membiara tidak terlepas dari pengikrarkan kaul-kaul seperti: Kaul ketaatan, kaul kemurnian dan kaul kemiskinan serta nasihatnasihat Injil. Berbicara mengenai kaul kemiskinan tidak dapat dipisahkan dari hidup membiara kaum religius, yang ditandai dengan kaul-kaul yang diikrarkan dan dihayati oleh masing-masing pribadi dalam kongregasinya. Dengan mengikrarkan kaul kemiskinan serta menghayatinya, maka seorang religius akan mengikatkan diri dengan janji serta menggabungkan diri pada Kongregasi/Tarekat yang dia pilih untuk mewarnai cara berpikir, berprilaku serta pola hidupnya. Dengan mengikrarkan kaul seorang religius juga mau menyatakan kesetiaan dan kesanggupannya di hadapan seluruh umat dan imam sebagai wakil Allah, untuk bergabung dengan sekelompok orang yang dengan kesadaran secara bebas, tanpa paksaan dari pihak manapun juga, untuk bersama-sama dengan sepenuh hati, rela berkorban dan siap sedia melayani dalam tujuan dan cita-cita Tarekat/Kongregasi. Hidup membiara yang dibaktikan kepada umat beriman dan dihayati merupakan bentuk perwujudan dan penyerahan diri seorang religius secara total kepada Allah, melalui pelayanannya kepada sesama. Dengan memilih menjadi seorang religius atau hidup membiara orang mengikuti undangan Kristus. “Ada orang tidak dapat kawin karena kemauan sendiri oleh karena kerajaan Surga. Siapa yang dapat mengerti PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 hendaklah ia mengerti” (Mat. 19:12). Penyerahan diri secara total kepada Allah khususnya dalam hidup religius atau hidup membiara merupakan suatu persembahan hidup yang murni dari setiap pribadi yang dengan kemauan secara bebas ingin menggabungkan diri ke dalam persekutuan hidup bakti dalam Tarekat/Kongregasi tertentu yang sudah menjadi pilihan bagi hidupnya. Pengikraran dan penghayatan ketiga kaul yakni kaul ketaatan, kaul kemurnian dan kaul kemiskinan oleh masingmasing anggota hidup religius, tidak terlepas dari semangat, khrisma dan spiritualitas pendiri Tarekat/Kongregasi. Dengan pengikraran kaul yang dilakukan oleh seorang religius dalam Tarekat/Kongregasinya masing-masing merupakan sesuatu pilihan dan keputusan hidup yang secara bebas, sepenuh hati dan dengan rasa penuh tanggung jawab dalam menggabungkan serta mengikatkan diri pada persekutuan hidup religius menurut ketiga nasihat Injil dalam setiap peristiwa hidupnya. Marpaung (2008:70) mengatakan “kemiskinan adalah pengosongan diri di dunia demi penumpukan harta di surga. Tanpa memiliki apa pun di dunia ini adalah jalan untuk memiliki segalanya dalam Tuhan, inilah kemiskinan Fransiskan. Pilihan Fransiskus dari Assisi akan kemiskinan adalah pilihan bebas dalam roh”. Dalam penulisan skripsi ini, penulis hanya memfokuskan perhatian pada salah satu kaul yakni kaul kemiskinan yang menjadi salah satu ciri khas tarekat FransiskanFransiskanes. Tarekat/Kongregasi para Bruder Maria Tak Bernoda, dengan pelayanan dan persaudaraan melalui katekese berusaha mengikuti Yesus Kristus menurut teladan dan spiritualitas Santo Fransiskus dari Assisi yang setia menepati Injil Suci PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 Tuhan kita Yesus Kristus dengan hidup dalam semangat kemiskinan. Para Bruder MTB diajak untuk mengikuti jejak Santo Fransiskus dari Assisi. Fransiskus semasa hidupnya berusaha untuk menyerupai hidupnya dengan hidup Yesus Kristus yang sekaligus Allah-Manusia untuk menghayati kaul kemiskinan yang merupakan unsur hakiki dalam Injil dan yang ada dalam hidup Yesus Kristus sendiri yang dia cintai dan hormati. Sebagai seorang religius tidak dapat dipungkiri bahwa dalam melaksanakan pelayanan dan hidup sebagai saudara masih saja terjadi penyelewengan terhadap kaul kemiskinan baik disengaja maupun tidak disengaja. Contohnya: Seorang biarawan atau biarawati sudah dibelikan atau diberikan Handphone (HP) yang biasa tanpa android oleh provinsial atau pemimpin komunitasnya. Akan tetapi seorang biarawan atau biarawati tersebut, tidak merasa puas dengan Handphone (HP) yang sudah diberikan. Maka dia (biarawan atau biarawati) berusaha untuk memiliki Handphone (HP) yang ada androidnya. Ini hanya sebagian contoh, tetapi masih banyak contoh yang lainnya, yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu dalam tulisan ini. Keinginan tersebut entah dipengaruhi oleh faktor teman sekomunitas, teman di kampus, teman dalam satu organisasi, faktor iklan dan lain sebagainya, yang menimbulkan rasa serta keinginan untuk memiliki barang-barang secara berlebihan walaupun tidak sungguh-sungguh diperlukan. Hal inilah yang menjadi suatu keprihatinan bagi penulis untuk memaparkan tentang kaul kemiskinan dalam pelayanan persaudaraan Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) melalui katekkese. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 Kemiskinan dan katekese merupakan salah satu ciri khas pola hidup dalam pelayanan dan hidup persaudaraan dalam Tarekat/Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda. Berdasarkan peraturan dan tata cara hidup Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (Statuta, Anggran Dasar dan Konstitusi), para bruder berhak memiliki segala sesuatu yang diperlukan untuk kebutuhan hidup sehari-hari, dalam pelayanan dan karyanya, akan tetapi tetap diusahakan agar tidak terkesan terlalu mewah, mendapat untung sebanyak mungkin, menimbun dan menumpuk harta kekayaan. Meskipun sudah mengikrarkan kaul kemiskinan masih ada para Bruder MTB yang belum memahami, menghayati, pura-pura lupa atau bahkan dengan sengaja melupakan esensi kaul kemiskinan yang sudah diikrarkannya. Akibat dari perbuatan dan tindakan bruder tersebut, dia sudah melanggar esensi kaul kemiskinan yang diikrarkannya di hadapan Allah melalui perantaraan seorang imam dan umat yang hadir pada saat seorang bruder mengikrarkan kaulnya. Pada zaman sekarang yang serba canggih dan modern ini, banyak peluang dan tawaran untuk tidak setia lagi dalam menghayati kaul kemiskinan. Seperti lamanya berkarya atau bertugas di komunitas, berkarya di lingkungan atau di tengah-tengah umat yang ekonominya menengah keatas, banyaknya relasi dan hadiah-hadiah yang diberikan oleh kenalan kepada biarawan dan biarawati tersebut, khususnya kepada seorang Bruder Maria Tak Bernoda. Maka tidak mengherankan kalau kaum biarawan dan biarawati mendapat komentar atau bahkan cibiran dari umat “mereka yang mengikrarkan kaul, tetapi kami yang melaksanakannya”. Komentar atau cibiran dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 umat untuk para kaum biarawan dan biarawati memang sangat beralasan karena masih ada kaum biarawan dan biarawati yang hidupnya tidak sesuai dengan kaul kemiskinan yang diikrarkannya. Seperti yang dikatakan dalam pedoman hidup para Bruder MTB berikut ini: Kaul kemiskinan kita wujudkan dalam hidup persekutuan harta. Seturut sabda Injil dan dengan tulus ikhlas segala milik dan pendapatan kita, kita serahkan kepada Kongregasi. Dengan demikian kita hendak menyatakan kesediaan untuk berbagi demi kebahagian kita bersama dan orang lain. Kaul kemiskinan menuntut kita untuk memperjuangkan dan memperkembangkan keadilan dan kesejahteraan dalam pemanfaatan sarana hidup serta kekayaan alam yang tersedia secara wajar dan bijaksana (Statuta Bruder MTB 2014: Art 41). Baiklah kita sadari bahwa dalam diri kita ada kecenderungan untuk memiliki dan menguasai barang-barang, menyimpan dan menimbun kekayaan, menyalahgunakannya bagi kepentingan, kenikmatan dan kesenangan diri sendiri, keluarga dan kelompok (Statuta Bruder MTB 2014: Art 42). Adapun karya dan tugas pelayanan dalam persaudaraan para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) antara lain: Karya pendidikan, pembinaan kaum muda (asrama putra, asrama putri yang dikelolah oleh para Bruder MTB, kesehatan (merawat orang kusta di Pati Jawa Tengah), pelayanan karitatif (memberikan bantuan beasiswa kepada orang yang membutuhkannya), pelayanan pastoral dan katekese di lingkungan dan paroki. Perkebunan, pertanian, dan Justice Peace and Integration (JPIC)/keadilan perdamain dan keutuhan ciptaan. Maka dari itu sangat penting adanya pemahaman dan penghayatan yang sungguh nyata, baik dan benar dalam hidup para Bruder Maria Tak Bernoda tentang kaul kemiskinan dalam pelayanan dan persaudaraan melalui katekese. Supaya Bruder Maria Tak Bernoda menjadi anggota atau saudara yang membaktikan diri dalam karya kerasulan dalam hidup religius sebagai persekutuan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6 demi perwujudan kesempurnaan karya penebusan Kristus. Seperti yang ditekankan dalam konstitusi Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) Kongregasi kita didirikan dengan tujuan untuk dapat berkerja dengan subur guna memenuhi kebutuhan semasa. Kita harus tetap memperhatikan bentuk bentuk kebutuhan insani; kita harus berdiri di tengah-tengah gereja dan dunia sambal mendengarkan dan melayani, dan dengan kesediaan aktif membuktikan kabar gembira bagi sesama kita dalam hidup sehari-hari (Konstitusi Bruder MTB 1999: Art 204). Para Bruder MTB menjunjung tinggi hidup sebagai saudara dalam pelayanan, sebagaimana dilakukan oleh Santo Fransiskus dari Assisi dan saudara-saudaranya. Hidup dalam persaudaraan tidak memandang suku, ras, budaya, agama, warna kulit, bahasa dan lain sebagainya. Akan tetapi hidup sebagai saudara mempersatukan semuanya. Persatuan dalam persaudaraan yang dibina dapat membebaskan seseorang dalam menghadapi tantangan persaudaraan bersama dalam melayani orang miskin. Persaudaraan ini merupakan persaudaraan bersama orang miskin yang tidak memiliki apa pun kecuali satu-satunya kekayaan kekal dan sumber segala kehidupan yaitu “Tuhan Yesus Kristus sendiri”. Kekuatan yang menunjang persaudaraan adalah kemiskinan yang membebaskan, karena kemiskinanlah yang membawa seseorang kepada pengosongan diri. Dalam persaudaraan para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB). Perlu saling melayani satu dengan yang lainnya, saling membasuh kaki seperti yang diteladankan oleh Yesus kepada para muridnya. “Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; Sebab Aku telah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7 memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu” (Yoh 13:14-15). Hal ini akan sungguh menjadi nyata apa bila setiap bruder siap sedia memberikan dirinya untuk melayani sesama, serta menghargai satu dengan yang lainnya dalam melayani hidup sebagai saudara dan mau menerima kekurangan serta kelebihan sesama saudara. Persaudaraan akan mendukung hidup bersama dalam pelayanan, doa dan karya. Hidup dalam persaudaraan merupakan pemberian dan rahmat dari Allah yang mahakuasa. Seperti yang terungkap dalam syair lagu dalam buku “Terpujilah Engkau Tuhanku” (Sekafi, 2004:63). Syair lagunya sebagai berikut: Marilah saudara satukan hati ciptakanlah kasih bersaudara. Melangkah bersama satukan harapan menuju kehidupan bahagia. Marilah saudara kita hunjukkan melayani saudara yang lemah. Berilah perhatian dan tunjukan kasih sayang. Itulah tanda kita bersaudara. Betapa indahnya hidup sebagai saudara bila kita saling mengasihi. Betapa nikmatnya hidup sebagai saudara bila kita saling melayani. Hidup sebagai saudara juga diatur dan ditekankan kepada semua Bruder MTB dalam (Konstitusi Bruder MTB 1999: Art. 222) dikatakan bahwa: Kita sekalian terikat pada kongregasi begitu erat, sehingga kita dengan tepat menyebut satu sama lain saudara. Masing-masing berusaha dengan caranya sendiri untuk menyediakan diri demi pelaksanaan tugas, yang diterima dari kongregasi sebagai keseluruhan. Dari sebab itu semua harus menaruh perhatian hangat kepada suka dan duka seluruh kongregasi kepada kegiatan-kegiatan dalam komunitas kepada karya misionarismisionaris kita kepada perkerjaan semua bruder. Demikianlah kita saling mendukung dalam penghayatan cita-cita yang sama. Belajar dari pengalaman hidup bersama sebagai saudara dalam Tarekat/Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) serta melihat masalah dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8 keprihatinan yang dialami para Bruder MTB dewasa ini dalam memahami dan menghayati kaul kemiskinan menujukan bahwa semangat kemiskinan dan cita-cita pendiri belum terealisasi dengan baik sesuai yang diharapkan. Maka dari itu penulis mengulas kaul kemiskinan dalam pelayanan dan persaudaraan Bruder Maria Tak Bernoda (MTB), sebagai sumbangan penulis kepada kongregasi sekaligus menjadi bahan koreksi dalam pelayanan dan hidup persaudaraan di komunitas. Dengan memilih judul: RELEVANSI PENGHAYATAN KAUL KEMISKINAN DALAM PELAYANAN DAN PERSAUDARAAN BRUDER MARIA TAK BERNODA (MTB). B. Rumusan Permasalahan 1. Apa itu kaul kemiskinan? 2. Apa yang dimaksud dengan semangat kaul kemiskinan dalam pelayanan dan persaudaraan Bruder Maria Tak Bernoda (MTB)? 3. Apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penghayatan kaul kemiskinan dalam pelayanan dan persaudaraan Bruder (MTB)? C. Tujuan Penulisan 1. Membantu para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) memahami dan menghayati kaul kemiskinan. 2. Membantu para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) supaya dapat membangun kesadaran serta sikap untuk melaksanakan pelayanan dan persaudaraan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9 3. Memberikan sumbangan permenungan serta pemikiran bagi para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) untuk menghayati kaul kemiskinan dalam pelayanan dan persaudaraan. D. Manfaat Penulisan 1. Memberi sumbangan bagi para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) agar mampu memahami dan menghayati kaul kemiskinan. 2. Supaya para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) dapat membangun kesadaran serta sikap dalam menghayati dan melaksanakan kaul kemiskinan dalam pelayanan dan persaudaraan. 3. Menjadi bahan refleksi bagi penulis sebagai Bruder Maria Tak Bernoda (MTB). E. Metode Penulisan Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode studi pustaka untuk menggambarkan dan menganalis secara faktual tentang relevansi penghayatan kaul kemiskinan dalam pelayanan persaudaraan Bruder Maria Tak Bernoda (MTB). F. Sistematika Penulisan Judul skripsi yang saya pilih adalah “RELEVANSI PENGHAYATAN KAUL KEMISKINAN DALAM PELAYANAN DAN PERSAUDARAAN BRUDER MARIA TAK BERNODA (MTB)”. Untuk mempermudah dalam penulisan skripsi ini perlu ada sistematika penulisan yang akan saya uraikan dalam lima bab: Pada bab I : Pendahuluan. Dalam bab ini, penulis akan menjabarkan pendahuluan yang berisi gambaran umum mengenai hal-hal yang melatarbelangkanginya. Bagian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10 ini terdiri dari: Latar Belakang, Rumusan Permasalahan, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan. Pada bab II : Kaul Kemiskinan. Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang kaul kemiskinan dalam hidup membiara yang terdiri dari: Hidup membiara, kaul kemiskinan hidup religius, hambatan, tantangan dan godaan yang dihadapi dalam penghayatan serta pelayanan dalam zaman modern sekarang. Pada bab III : Kaul Kemiskinan dalam Pelayanan dan Persaudaraan. Dalam bab ini penulis secara khusus akan menguraikan tentang penghayatan kaul kemiskinan dalam pelayanan dan persaudaraan Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) terdiri dari: Kaul kemiskinan dalam hidup persaudaraan para Bruder Maria Tak Bernoda, penghayatan kaul kemiskinan dalam pelayanan dan ciri khas kemiskinan Fransiskus dari Assisi dalam Tarekat/Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) serta kaul kemiskinan sebagai arah dasar dalam pelayanan dan persaudaraan. Pada bab IV : Usulan Program Katekese Untuk Membantu Penghayatan Kaul Kemiskinan Dalam Pelayanan dan Persaudaraan Bruder Maria Tak Bernoda (MTB). Pada bab ini penulis akan menjabarkan katekese sebagai salah satu upaya dalam membantu menghayati kaul kemiskinan dalam pelayanan dan persaudaraan Bruder Maria Tak Bernoda (MTB). Pada bab V : Penutup. Penulis akan menguraikan kesimpulan dan saran-saran dari seluruh hasil yang sudah dibahas dari bab I – bab IV. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB II KAUL KEMISKINAN Pada bab ini penulis akan menguraikan dua bagian pokok: Pertama mengenai hidup membiara, terdiri dari: Hidup membiara dalam Gereja dan kaul sebagai persembahan diri dalam melayani. Kedua kaul kemiskinan dalam hidup membiara, antara lain: Peranan kaul kemiskinan, kaul kemiskinan sebagai ikatan, kaul kemiskinan sebagai peringtan dalam melayani, makna kaul kemiskinan, kaul kemiskinan sebagai ungkapan kenabian dalam melayani dan tantangan dalam menghayati kaul kemiskinan di zaman yang modern sekarang ini. A. Hidup Membiara Hidup membiara merupakan ungkapan hidup manusia, dalam persaudaraan dan cintakasih. Agar hidupnya dapat diungkapkan secara padat dan menyeluruh, orang melepaskan diri dari segala urusan hidup berkeluarga. Hidup membiara menuntut suatu penyerahan diri secara mutlak dan menyeluruh dalam persaudaraan dan cintakasih. Cara hidup ini sangat memungkinkan manusia untuk mengembangkan diri dan pribadinya. Proses ini akan terwujud jika setiap anggota saling terbuka untuk memahami, mengerti, mau mendengarkan, mampu menerima dirinya, mau meninggalkan manusia lamanya, saling membangun dan saling menghargai setiap pribadi. Dengan demikian hidup persaudaraan dalam cintakasih dengan sendirinya akan terwujud. Inti dari hidup membiara adalah persatuan atau keakraban dengan Kristus sendiri. Seseorang yang memilih hidup membiara hendaknya selalu bersatu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12 dengan Kristus dan menerima pola hidup Kristus secara radikal bagi dirinya. Memilih dan mengikuti panggilan hidup membiara berarti secara bebas dan sadar seorang religius, dalam hal ini para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) siap sedia untuk selalu “mengarahkan diri kepada hidup Yesus, melakukan kerasulan demi nama Yesus dan berusaha untuk mencontohi hidup Yesus”. Bandingkan dengan Lumen Gentium (Bdk. LG. 42 dan 44). Hidup membiara merupakan penyerahan diri secara penuh kepada Tuhan Yesus, yang telah mencintai dan memanggil orang yang ingin mengikuti Dia. Hidup membiara selalu dilihat sebagai suatu sekolah, dan suatu hidup rohani. Tetapi sesuatu hal yang ingin saya kemukakan, ialah bahwa hidup membiara bukan sesuatu yang dipikirkan di satu tempat, lalu disebarkan dimanamana. Sebaliknya: berpangkal dari mana-mana, akhirnya menemukan kesatuan (Jacobs, 1989:32). Secara sederhana inti hidup membiara, hidup berkaul, atau hidup bakti adalah kita ingin menyerahkan diri kita penuh kepada Tuhan yang telah memanggil kita untuk terlibat dalam karya keselamatan Tuhan bagi umat manusia. Ini kita lakukan bukan karena kita hebat, kita pandai, kita pantas, tetapi karena Tuhan telah terlebih dahulu mencintai dan memanggil kita, sehingga kita ingin menjawab panggilan dan cinta-Nya (Suparno, 2016:27). Dasar hidup membiara karena saya dan juga rekan-rekan religius yang lainnya, ingin mengikuti Tuhan Yesus Kristus secara penuh, dalam karya dan perutusan yang digerakan oleh Tuhan Yesus sendiri. Motivasi orang untuk hidup membiara adalah semata-mata demi kemulian Tuhan Yesus dan sesama. Bukan untuk menaikan status agar dihormati dan dipuja puji oleh banyak orang. Bukan pula untuk hidup enakenak, untuk berpesta pora atau bermalas-malas karena semuanya sudah terpenuhi, tetapi orang ingin digunakan oleh Tuhan Yesus untuk terlibat dalam karya perutusan Tuhan sendiri. Orang hidup membiara untuk melakukan karya perutusan Tuhan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13 Suparno (2016:3) mengatakan “Inti hidup membiara adalah orang ingin menyerahkan dirinya secara penuh kepada Tuhan agar dapat dilibatkan dalam karya keselamatan Allah bagi dunia”. Penyerahan diri penuh itu secara gerejani formal diwujudkan dengan ketiga kaul, yakni kaul keperawanan, kemiskinan dan ketaatan”. Dalam Kitab Hukum Kanonik Kanon 573 ayat § 1 dan § 2. Hidup membiara atau hidup bakti adalah hidup untuk mengikuti Kristus atas dorongan Roh Kudus dalam bentuk ketiga kaul. Dikatakan sebagai berikut: Hidup yang dibaktikan dengan pengikraran nasihat-nasihat injili adalah bentuk hidup yang tetap dengannya orang beriman, yang atas dorongan Roh Kudus mengikuti Kristus secara lebih dekat, dipersembahkan secara utuh kepada Allah yang paling dicintai agar mereka, demi kehormatan bagi-Nya dan juga demi pembangunan Gereja serta keselamatan dunia, dilengkapi dengan alasan baru dan khusus, mengejar kesempurnaan cintakasih dalam pelayanan Kerajaan Allah dan, sebagai tanda unggul dalam Gereja, mewartakan kemuliaan surgawi (KHK. 2016:186 Kan. 573 § 1). Bentuk hidup dalam tarekat hidup bakti ini, yang didirikan secara kanonik oleh otoritas Gereja yang berwenang, dipilih dengan bebas oleh umat beriman kristiani, yang dengan kaul atau ikatan suci lainnya menurut undang-undang masing-masing tarekat, mengikrarkan nasihat-nasihat injili kemurnian, kemiskinan dan ketaatan, dan lewat cintakasih yang menjadi tujuan kaul-kaul tersebut mereka digabungkan dengan Gereja serta misterinya secara istimewa (KHK. 2016:187 Kan. 573 § 2). Hidup sebagai religius berpangkal pada kehidupan Yesus sendiri, yang hidup selibat dan miskin. Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku" (Mat 19:21). Membangun komunitas doa dan hidup bersama dengan murid-muridNya, secara total terbuka dan taat kepada misi penebusan bahkan sampai mati, karena PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14 itu yang menjadi tuntunan kehidupan religius adalah ajaran Yesus untuk melepaskan harta duniawi (Luk. 12:32-34). Untuk bersatu dengan Yesus sendiri dan kesediaan untuk pelayanan (Luk. 10:1-5). Kehidupan komunitas para murid dicatat dalam (Kis. 2:42-44 dan 4:32-37). Untuk menyerupai dan bersatu dengan Kristus sebagai kaum religius orang harus sering berkomunikasi dan bertemu dengan Kristus. Pertemuan dan komunikasi efektif dengan Kristus dalam doa merupakan kekuatan inti dari hidup membiara. Darminta (1975:13) mengatakan hidup membiara sebagai berikut: Hidup membiara merupakan ungkapan hidup manusia, yang menyadari bahwa hidupnya berada di hadirat Allah. Agar hadirat Allah dapat diungkapkan secara padat dan menyeluruh, maka biasanya orang lalu melepaskan diri dari segala macam urusan yang khas membentuk hidup berkeluarga. Melalui hidup membiara umat manusia semakin menemukan dimensi rohani dalam hidupnya. Hidup membiara merupakan suatu kemungkinan bagi umat manusia untuk memperkembangkan diri pribadinya. Hidup membiara mempunyai amanatnya sendiri, yaitu menunjukkan dimensi hadirat Allah dalam hidup manusia. Karenanya hidup membiara itu juga disebut panggilan. Suparno, (2016:170) mengatakan bahwa “Hidup komunitas atau hidup bersama dalam biara sangat penting bagi penghayatan dan perkembangan hidup berkaul”. Dapat dikatakan bahwa bila hidup komunitasnya, seorang pastor, bruder atau suster baik, terbuka dan rukun. Dalam arti ada rasa saling pengertian dan saling memahami antara pribadi yang satu dengan pribadi yang lainnya, maka dalam penghayatan kaul akan lebih mudah direalisasikan dalam hidup bersama sebagai religius di komunitas. Karena disana sudah ada kesepakatan dan peraturan yang jelas dalam hidup bersama di dalam biara. Akan tetapi apabila hidup berkomunitas atau hidup membiara kurang kondusif atau sering ada konflik diantara sesama anggotanya, maka penghayatan kaul PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15 biasanya susah dan berat untuk direalisasikan dalam hidup bersama. Hal semacam ini dapat terjadi kapan saja dalam hidup membiara apabila orang sebagai kaum religius tidak saling terbuka, jujur, pengertian dan tidak dapat saling memahami kelemahan dan kesukuran-kesukuran saudara dan saudari yang lainnya, dalam hidup membiara. Dalam hidup membiara atau berkomunitas, saya sendiri pernah mengalami hal semacam ini. Komunitas merupakan sarana atau penolong untuk mengungkapkan hadiran Allah dan sekaligus merupakan wadah bagi orang-orang untuk menggabungkan diri kedalamnya, agar dapat mengungkapkan kehadiran Allah secara nyata. Darminta (1975:15) mengatakan bahwa “Komunitas-komunitas dibentuk dan dibangun berdasakan pengalaman praktis dan kebijaksanaan-kebijaksanaan praktis dalam pengungkapan hidup religius. Maka komunitas bersifat berubah dan tidak absolut. Apa yang mutlak ialah amanat hidup membiara”. Hidup bersama di komunitas atau dalam biara harus diakui bahwa pengalaman hidup bersama dituangkan dalam bentuk konstitusi, statuta, anggaran dasar, adat istiadat dan tradisi masing-masing biara atau komunitas. Peraturan-peraturan tersebut, tidak untuk membatasi, melainkan untuk memberikan arahan-arahan yang lebih jelas mengenai hidup bersama dalam komunitas. Maka hidup membiara akan selalu diwarnai dengan hidup berkomunitas. Mereka yang hidup membiara adalah kelompok manusia yang mengkhususkan dirinya pada tujuan mulia, yakni menjadi pelayan Tuhan secara khusus, yang memiliki misi mengantar sesamanya kepada Allah. Hidup mereka adalah hidup yang penuh cintakasih dan persaudaraan. “Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16 pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama” (bdk. Kis. 4:32). “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi” (bdk. Yoh 13:34-35). Teks ini, ingin mengajak orang-orang yang memlilih hidup sebagai religius atau hidup membiara untuk mendasarkan model hidup dan pelayanan mereka, kepada hidup Yesus dan para murid-Nya. Sebagai seorang religius atau hidup membiara mereka bukanlah manusia super, dalam arti tanpa cacat celah. Mereka sama dengan yang lainnya, yakni sebagai manusia yang memiliki kelemahan, kekurangan dan unsur-unsur duniawi lainnya. Sebagai manusia yang lemah orang tetap memiliki persoalan dan tantangan dalam hidup membiara atau hidup dalam komunitas. Suparno (2016:19) mengatakan bahwa “Inti hidup membiara atau berkaul adalah orang ingin mempersembahkan dirinya kepada Tuhan”. Agar dia dapat digunakan oleh Tuhan untuk mewartakan karya keselamatan Tuhan bagi umat manusia. Orang ingin mempersembahkan dirinya kepada Tuhan bukan karena dia pandai, dia hebat, dia bersosial tinggi dan mempunyai kepekaan tinggi kepada orang lain, akan tetapi Tuhan telah mencintai orang tersebut, terlebih dahulu. Dengan menanggapi panggilan Tuhan orang ingin membalas cinta-Nya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17 1. Hidup Membiara dalam Gereja Suparno (2016:171) mengatakan Dasar hidup bersama dalam membiara bukan karena kesatuan suku, budaya, kesamaan hobi, asal tempat tinggal, status ekonomi, sifat dan karier yang sama, tetapi karena masing-masing dari orang dipanggil oleh Tuhan yang sama. Dalam Mrk 3:-13-19 dikisahkan sebagaimana para murid dari latar belakang yang berbeda-beda disatukan oleh Yesus dalam satu panggilan dan perutusan. Demikian juga orang-orang yang berbeda-beda disatukan oleh Yesus dalam satu panggilan dan perutusan. Orang masing-masing tetap pribadi lain, yang berbeda-beda dengan segala kekhasan, sifat watak, kelebihan serta kekurangan masing-masing. Dasar panggilan orang adalah Tuhan. Maka panggilan itulah yang menyatukan orang dengan Dia dan sesama. Itulah sebabnya hubungan pribadi masing-masing dengan Tuhan menjadi dasar yang kuat untuk hidup berkomunitas, hidup doa, hidup karya dan hidup dalam persaudaraan. Orang masuk biara sering dikatakan orang meninggalkan kehidupan dunia. Maka sering digambarkan bahwa biara adalah tempat yang aman tanpa banyak persoalan dan penuh kedamaian. Hal itu dapat dimengerti sebab manusia sendiri merindukan kedamaian tanpa ada konflik-konfik seperti yang terdapat dan terjadi di kancah kehidupan dunia (Darminta, 1997:49). Hidup membiara sebagai alternatif panggilan hidup harus “berkompetisi” dengan pilihan panggilan hidup lannya. Hidup membiara adalah cara hidup yang berani menolak tawaran-tawaran yang tidak sesuai dengan kehendak Allah dan kaul hidup membiara. Namun tawaran-tawaran atau godaan-godaan dari dunia modern saat ini, sering begitu lihai merayu para kaum religius. Seolah-olah bila menolak godaan itu, maka orang telah merasa sangat bersalah karena begitu saja melepaskan kesempatan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18 berharga. Tetapi sesungguhnya, menolak sesuatu yang tidak sesuai dengan cara dan jalan hidup orang sebagai kaum religius tidaklah rugi. Sebab dengan menolak suatu kesempatan tersebut, orang telah memilih kesempatan yang jauh lebih berharga daripada itu. Kesempatan yang orang perjuangkan jauh lebih mahal, sebab sifatnya kekal abadi dan surgawi. Sayangnya, mata ini kurang mampu melihat dengan jelas terhadap sesuatu yang jauh lebih luhur dan penting untuk diperjuangkan. Hidup membiara memang harus ditentukan pada suatu pilihan. Dengan hidup atas dasar pilihan maka orang akan mampu untuk berkata “tidak” pada beberapa tawaran dan kesempatan yang menggoda, merintangi serta menghambat cara dan jalan hidup mereka sebagai seorang religius. Hidup membiara dengan penghayatan ketiga kaul: keperawanan, kemiskinan, dan ketaatan, oleh Gereja diharapkan menjadi tanda eskatologis akan kerajaan Allah mendatang. Secara sederhana, dengan hidup tidak menikah sebagai perawan, kaum biarawan-biarawati dapat memberikan kesadaran atau menimbulkan pertayaan kepada orang lain akan adanya hidup lain selain hidup berkeluarga. Dan itulah yang kiranya akan terjadi dengan hidup dimasa depan, yaitu tidak kawin dan dikawinkan. Dengan kaul kemiskinan, kita pun menjadi tanda akan perjalanan kemasa depan (Suparno, 2007:67). Hidup membiara dengan ketiga kaul, secara sederhana, ingin meniru hidup kasih yang dialami oleh Tritunggal Mahakudus. Orang ingin menyatukan diri dan mendapatkan semangat kasih Allah Tritunggal tersebut. Orang ingin menimba semangat kasih itu sehingga dapat mewujudkan kasih dalam tarekat dan juga di tengah masyarakat. Orang ingin menjadi tanda hidup mendatang yang dipenuhi oleh kasih. Ciri utama hidup mendatang, persatuan akrab dengan Allah Tritunggal, adalah kasih, orang diajak untuk dapat menjadi tanda hidup dalam kasih persaudaraan ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19 Hal itu pertama-tama harus tampak dalam semangat persaudaraan dalam komunitas, tarekat, Gereja sehingga orang lain dapat merasakan bahwa para biarawan-biarawati hidup dalam kasih persaudaraan. Orang juga diajak untuk terlibat membangun hidup persaudaraan dengan masyarakat sekitar, di sekolah, di rumah sakit, dan di tempat kerja masing-masing. Suparno (2007:67) mengatakan bahwa ”Dengan kaul kemiskinan orang pun akan menjadi tanda akan perjalanan kemasa depan. Hidup orang bukan hanya berhenti pada dunia ini, tetapi sebagai musafir yang berjalan menuju kepada kerajaan Allah yang akan datang”. Kaul kemiskinan menjadi lambang bahwa orang tidak terikat pada harta dunia ini, karena hidup sebagai religius mengarah kepada hidup yang akan datang. Yakni hidup abadi bersama dengan Yesus Kristus dalam kerajaan surga. 2. Kaul Sebagai Persembahan Diri dalam Melayani Hidup membiara merupakan salah satu bentuk hidup manusia. Hidup membiara ditandai dengan ke tiga kaul yakni: kaul ketaatan, kemiskinan dan kaul kemurnian. Kaul merupakan suatu panggilan, mempunyai nilai dalam hidup manusia secara keseluruhan, meskipun juga harus diakui terbatas dalam pelaksanaannya secara konkrit. Orang sering mendapat kesan dan gambaran yang aneh mengenai kaul-kaul itu. Biasanya orang cenderung untuk memandang kaul-kaul itu, dari segi yang negatif dan tidak melihat dari segi yang positif. Apa yang dimaksud dengan segi negatif di sini ialah, bahwa dengan kaul itu orang lalu kehilangan hak yang ada pada orang yang tidak berkaul. Akibatnya orang merasa heran dan takjub melihat bahwa pada kenyataannya orang-orang yang berkaul miskin itu, tidak miskin seperti yang mereka PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20 gambarkan. Ketiga kaul itu adalah nasihat Injil. Kalau ketiga kaul itu adalah jawaban pada hidup Injil, maka jelas bahwa panggilan Injil itu dijawab dengan Injil itu pula, yaitu dengan menghidupi nasihat-nasihatnya. Ini berarti bahwa Injil adalah pusat hidup orang, dalam arti bahwa Injillah yang memanggil dan dengan Injil itu pula orang menjawab panggilan itu. Darminta (1975:27) mengatakan bahwa “Kaul dalam hidup membiara tidak mengandung unsur penolakan atau penekanan terhadap situasi, sesama dan benda tetapi lebih berarti pada suatu penerimaan terhadap unsur-unsur itu sebagai tempat menemukan hadirat Allah”. Demikian juga kaul kemiskinan yang diikrarkan oleh seorang biarawan atau biarawati tidak berarti bahwa dia kehilangan hak milik, tetapi dia mewajibkan dirinya, menggunakan barang atau miliknya itu untuk mengungkapkan kehadiran Allah yang aktif untuk membantu sesama. Dengan demikian pengikraran kaul merupakan hal yang wajar bagi kehidupan para religius, miskipun juga terbatas dalam pelaksanaan. Kaul, yakni janji yang telah dipertimbangkan dan bebas mengenai sesuatu yang lebih baik dan terjangkau yang dibuat kepada Allah, karena alasan keutamaan religi harus dipenuhi (KHK. 2016: Kan. 1191 § 1). Dengan mengucapkan janji itu berarti seorang yang berkaul mengikatkan diri pada pola hidup miskin, tidak menikah, dan taat pada peraturan dan tata cara hidup bersama yang telah diatur oleh Tarekat/Kongregasi yang telah dipilihnya. Panggilan Allah ditanggapi secara bebas dengan mempersembahkan seluruh hidupnya yang diungkapkan melalui ketiga kaul dalam hidup membiara. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21 Tiga kaul itu datang dari: 1 Yoh. 2:16. “Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia”. Sejak semula hidup membiara berarti menyangkal dunia, meninggalkan dunia. Sekarang dalam ajaran asketis diterangkan bahwa dunia adalah tiga hal: keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup (Jacobs, 1989:74). Dengan kaul ketaatan, kemiskinan, dan kemurnian orang ingin secara nyata mengambil itu sebagai jalan dan pola hidup, yang ingin menampakan kehadiran Allah, sebab orang sadar bahwa kehadirat Allah itu nampak kepada dia melalui ketiga unsur tersebut. Dengan kaul itu orang mengakui apa yang menjadi titik pusat hidup dia. Maka hidup membiara yang pada dasarnya mau mengungkapkan aspek hidup pada hadirat Allah, selalu akan diwarnai oleh ketiga kaul itu (Darminta, 1975:26). Kaul itu merupkan suatu panggilan dan pilihan pola hidup, mempunyai nilai dalam hidup manusia secara keseluruhan, meskipun juga terbatas pada pelaksanaan secara konkret. Orang merasa terpanggil untuk melakukannya, karena dia melihat bahwa pola hidup seperti itu merupakan sarana untuk berkembang dan menjadi manusia yang sejati. Orang menemukan arti dan nilai hidup, untuk menjawab suara Allah dan harus mengungkapkan hadirat Allah bagi umat manusia. Para kaum biarawan dan biarawati yang berkaul merupakan bagian dari Gereja umat Allah, menjadi bagian dari Gereja berarti menjadi ragi Allah di tengah-tengah ranah kemanusiaan. Untuk mewartakan dan membawa keselamatan Allah ke dalam dunia orang yang kerap kali tersesat dan membutuhkan dorongan, pengharapan dan peneguhan untuk meneruskan peziarahan Gereja, dalam melayani sesama. B. Kaul Kemiskinan dalam Hidup Membiara Dengan kaul kemiskinan para kaum religius menjadi saksi kemiskinan zaman ini, di tengah semakin banyak orang yang berusaha hidup untuk mencari harta kekayaan, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22 kesenangan duniawi, pangkat, jabatan dan popularitas. Suparno (2016:106) mengatakan bahwa “Kaul kemiskinan menjadi tanda dan bentuk solidaritas dengan orang kecil, dan miskin”. Kaul kemiskinan merupakan satu dari tiga kaul yang diucapkan oleh mereka yang ditahbiskan menjadi imam biarawan, serta mereka yang mengikatkan dirinya pada suatu Lembaga Hidup Bakti. Istilah kaul lebih sering digunakan untuk biarawan dan biarawati, yang masuk dalam Lembaga Hidup Bakti. Ketiga kaul itu adalah kemiskinan, kemurnian (selibat) dan ketaatan. Tiga nasihat Injil ini didasarkan pada sabda dan teladan hidup Yesus Kristus sendiri dan dianjurkan oleh para Rasul, para Bapa-bapa Gereja. Maka nasihat-nasihat Injil merupakan kurnia ilahi, yang oleh Gereja diterima dari Tuhan dan selalu dipelihara dengan bantuan rahmat-Nya demi tercapainya cinta kasih sempurna. Dewasa ini tiga nasihat Injil ini identik dengan kaum religius dan para imam (klerikus). Namun bukan berarti bahwa ketiga nasihat Injil ini hanya khusus untuk mereka. Umat beriman kristiani juga wajib menghayatinya. Bandingkan dengan Lumen Gentium (bdk. LG, no 44). Bisa dikatakan bahwa penghayatan nasihat-nasihat Injil sebagai wujud mengikuti Kristus muncul pertama kali dalam diri kaum awam. Bandingkan dengan Vita Consecrata (bdk. VC no 1). Namun, baik awam maupun bukan agar “setiap orang yang dipanggil untuk mengikrarkan nasihat-nasihat Injil sungguh-sungguh berusaha, supaya ia bertahan dan semakin maju dalam panggilan yang diterimanya dari Allah, demi makin suburnya kesudian Gereja, supaya makin dimuliakanlah Tritunggal yang satu tak terbagi, yang dalam Kristus dan dengan perantaraan Kristus menjadi sumber dan asal segala kesucian” Lumen Gentium (LG. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23 69:47). Seiring dengan berjalannya waktu kaul kemiskinan: Dahulu, kini dan sekarang mengalami perubahan-perubahan dalam penghayatan serta pemaknaannya. Ketika pertama kali diterapkan, orang yang mengucapkan atau menghayati kaul kemiskinan benar-benar miskin. Orang bisa mengetahuinya dalam sosok Santo Fransiskus dari Assisi dan para pengikutnya. Mereka menggantungkan hidupnya pada belas kasih Allah, baik langsung maupun dalam diri sesamanya. Maka dari itu, mereka yang berkaul kemiskinan umumnya tidak memiliki apaapa. Dalam perkembangan berikutnya, kaul kemiskinan ini berubah maknanya menjadi kaul kesederhanaan. Kaul yang diucapkan atau diikrarkan adalah kemiskinan, namun penghayatannya adalah kesederhanaan. Orang yang mengikrarkan kaul kemiskinan ini masih diperkenankan memiliki barang atau harta kekayaan asal jangan sampai menyamai atau melebihi umat awam yang dilayaninya. Misalnya kalau umat di wilayah parokinya, banyak yang mempunyai mobil, maka imam atau biarawan dan biarawati yang ada di wilayah paroki itu, cukuplah dengan memiliki motor dengan nilai yang tidak mengalahkan nilai nominal mobil umat. Kalau umat umumnya punya parabola, maka kaum klerikus dan biarawan-biarawati cukup dengan televisi antena biasa saja. Di situlah letak penghayatan kaul kemiskinan. Inti dari kaul kemiskinan adalah bahwa orang ingin mengikuti dan meniru teladan hidup Kristus. Kristus menjadi satu-satunya yang bernilai bagi hidup orang, dan yang lainnya adalah sarana untuk berjumpa dan mengabdi kepada Kristus sebagai sumber dan penyelamat hidup dia. Maka sikap yang harus orang kembangkan adalah lepas bebas dari segala barang dan bahkan manusia. Kemiskinan kaum religius PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24 ingin meniru kemiskinan Kristus, maka dengan kaul kemiskinan orang juga ingin membantu sesamanya. Dengan demikian kemiskinan kita sebagai kaum riligius bersifat “profetis” kenabian dan kerasulan. Suparno (2016:100) mengatakan bahwa “Kemiskinan orang sebagai religius bukan kemiskinan untuk menjadi melarat dan pengemis. Orang yang berkaul kemiskinan tidak ada gunanya kalau tidak berdampak bagi kemajuan dan keselamatan orang lain. Orang dapat menjadi sangat amat miskin sampai hanya mempunyai baju dan calana hanya satu saja, tetapi kalau tidak mempunyai dampak bagi orang lain tidak ada gunanya”. Dalam kaul kemiskinan semangat yang dapat orang kembangkan adalah semangat murah hati. Murah hati karena apa yang mereka punya dan miliki semuanya adalah berasal dari kemurahan dan kebaikan Tuhan, entah bakat, ketrampilan, kemampuan, kekayaan atau kepandaian. Maka harus mereka bagikan kepada orang lain. Untuk Fransiskus dari Assisi miskin berarti menghidupi kemiskinan Tuhan Yesus Kristus. Kepada para saudaranya, Fransiskus mengatakan bahwa “Putra Allah adalah lebih mulia dari kita, tetapi Ia telah membuat diri-Nya menjadi miskin di dunia ini untuk kita. Jadi, Fransiskus pertama-tama melihat kemiskinan lahiriah Kristus, kemiskinan Dia yang hidup miskin di dunia ini. Mengenai kemiskinan Kristus ini, Fransiskus selalu ingat akan Sabda Injil: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya” Mat. 8:20 (Marpaung, 2008:61). Kaul kemiskinan kita wujudkan dalam hidup persekutuan harta. Seturut sabda Injil dan dengan tulus ikhlas segala milik dan pendapatan kita, kita serahkan kepada Kongregasi. Dengan demikian kita hendak menyatakan kesediaan untuk berbagi demi kebahagian kita bersama dan orang lain. Kaul kemiskinan menuntut kita untuk memperjuangkan dan memperkembangkan keadilan dan kesejahteraan dalam pemanfaatan sarana hidup serta kekayaan alam yang tersedia secara wajar dan bijaksana (Statuta Bruder MTB 2014: Art 41). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25 Dalam perjalanan sejarah kemudian kaul kemiskinan (kesederhanaan) ini mengalami pergeseran nilai. Orang yang mengucapkan kaul kemiskinan ini tidak lagi menekankan “miskin” atau “sederhananya” melainkan pada “ketidakbergantungan”. Artinya, orang boleh saja punya mobil, handphone (HP) super canggih dan barangbarang elektronik lainnya yang super canggih dan super mahal, yang penting hatinya tidak bergantung pada benda atau materi itu. Tak peduli apakah umat sudah memilikinya atau belum. Pada dasarnya seorang imam, bruder dan suster sah-sah saja memiliki Blackberry canggih dan mahal meski umatnya masih pakai handphone (HP) biasa; wajar-wajar saja kalau melihat seorang imam memegang sebuah tablet meski umatnya masih memakai komputer yang model lama. Kalau ditanya mengapa punya barang-barang yang mahal seperti itu padahal mengikrarkan kaul kemiskinan? Mungkin dengan santai pasti akan dijawab, “Yang penting seorang biarawan dan biarawati yang bersangkutan tidak bergantung dan tergantung pada barang-barang tersebut.” Bisa jadi juga karena tuntuntan zaman dan perkembangan globalisasi yang mengharuskan seorang biarawan atau biarawati untuk menghayati dan memaknai kaul kemiskinan dengan cara seperti yang sudah saya jelaskan di atas tadi. Untuk pelayanan karya kerasulan bagi banyak orang. 1. Peranan Kaul Kemiskinan Setiap orang Kristiani dan setiap komunitas dipanggil sebagai sarana Allah untuk membebaskan dan memajukan kaum miskin, dan untuk memampukan mereka menjadi bagian masyarakat sepenuhnya. Hal ini menuntut agar orang siap sedia dan penuh perhatian mendengarkan jeritan kaum miskin dan membantu mereka. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26 Evangelii Gaudium (EG. 2013. 108:187) “Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?” (1 Yoh. 3:17). Tidak hanya kaum religius saja, dipanggil untuk menghayati semangat kemiskinan, akan tetapi setiap orang sebagai umat Allah turut serta untuk ambil bagian dalam hal ini. “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga” (Mat. 5:3). Sabda bahagia merupakan keyakinan yang tulus akan cintakasih Bapa, sehingga kita percaya pada penyelenggaraan Bapa dan segalanya berasal dari Bapa. Sebagai manusia sering ada rasa cemas bagaimana memenuhi kebutuhan hidup, sehingga orang seringkali pula menjadi putus asa karena ambisi dari permintaan orang tersebut yang tidak dikabulkan-Nya, tetapi semangat kemiskinan membawa orang mempercayai penyelenggaraan Bapa. “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu” (1 Ptr. 5:7). Semangat kemiskinan membantu orang untuk membedakan antara kebutuhan yang menghidupkan dengan keinginan semata. Di satu sisi barang-barang merupakan suatu kebutuhan yang mempermudah dan membahagiakan, namun di sisi lain juga membahayakan. Dalam hal ini dituntut kebijaksanaan dari pribadi orang masing-masing, untuk menggunakan barang-barang yang dia miliki agar sungguh berdaya guna untuk sesama yang kurang beruntung hidupnya. Bagi kaum religius kaul kemiskinan sebagai suatu pemilihan pola hidup. Seorang religius merasa terpanggil untuk menghayatinya karena dia melihat bahwa pola hidup seperti itu merupakan sarana untuk berkembang dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27 menjadi manusia sejati. Sebagai seorang religius dia menemukan arti dan nilai hidup, sebagai orang yang harus menjawab suara Allah serta mengungkapkan hadirat Allah bagi umat manusia. Semangat hidup yang seperti ini sebenarnya harus dimiliki oleh semua orang. Tetapi tidak semua orang dalam keadaannya yang terbatas mampu untuk mengungkapkan hal yang demikian. Maka ada orang-orang tertentu, yakni para kaum religius yang dipanggil secara khusus untuk mengungkapkannya melalui hidup kristiani melalui kaul kemiskinan yang mereka ikrarkan. Dalam hal ini Darminta (1975:55) mengatakan bahwa: Dengan kaul kemiskinan, orang sungguh-sungguh berkeinginan untuk mengungkapkan hadirat Allah dengan mengambil sikap yang wajar kepada barang-barang itu. Dengan demikian barang dia letakan dalam tempatnya dalam kerangka hidup manusia, yang harus bergaul dengan Allah. Maka orang ingin mengungkapkan makna dan nilai benda itu dalam rangka keseluruhan dan dasar hidup manusia. Dan pengungkapan itu dia nyatakan dengan suatu kaul, yang disebut kemiskinan, yang berarti orang mencoba melihat barang itu dalam arti dan nilai yang dalam, sebagai sarana untuk bertemu dengan Allah. Sebagai seorang religius semangat kemiskinan kiranya akan menolong orang untuk sungguh-sungguh menghargai barang-barang yang mereka miliki demi karya pelayanan kerasulan mereka dengan jujur dan bijaksana. Tanpa semangat kemiskinan maka orang sebagai religius baik dalam kecukupan maupun dalam kekurangan sama saja akan menderita sebagai pribadi yang jauh dari Allah dan tidak pernah akan bersyukur atas hidup yang dia terima. Kehidupan dunia di zaman yang modern saat sekarang ini, akan memberikan kepada orang sebagai kaum religius kemudahankemudahan untuk mmencari segala pemenuhan dan kepuasan. Jika orang tidak hatihati memilih tawaran-tawaran tersebut, maka karya kerasulannya, hanya berorientasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28 pada hasil untuk mengejar barang-barang. Dengan kaul kemiskinan orang ingin menujukkan kepada umat beriman lainnya, bagaimana dia dapat setia pada tugas pelayanan dan karya kerasulannya. Semangat kemiskinan membuat orang menjadi orang yang sabar untuk tidak egois mementingkan kepentingan sendiri tetapi membuat dia merasa peka terhadap situasi orang lain. Berkatian dengan peranan kaul kemiskinan Darminta (1975: 57) mengatakan bahwa “Kaul kemiskinan orang akan bermakna, kalau dengan kaul dia sungguh mempunyai sikap hormat kepada benda atau barang, yang dia miliki. Dengan begitu barang yang orang miliki, dia sadari sebagai sarana untuk menghayati panggilan hidup sebagai religius. Maka kemiskinan merupakan sikap terbuka kepada hadirat Allah dan ajakkan-Nya”. a. Kaul Kemiskinan sebagai Ikatan Dengan kaul kemiskinan, para religius diingatkan dan ingin dibebaskan dari kelekatan-kelekatan pada harta duniawi, kedudukan, pangkat, jabatan dan segala hal yang dapat menghambat para kaum religius untuk bersatu dengan Tuhan. Dengan kaul kemiskinan sebagai religius orang ingin berbagi, ingin menolong keselamatan orang lain. Dengan demikian kemiskinan orang bersifat kerasulan. Serta kemiskinan yang ingin meniru kemiskinan Yesus, maka dengan kaul kemiskinan orang juga ingin membantu orang lain. Yesus menjadi manusia yang miskin agar dapat membantu manusia yang lainnya kembali kepada Allah. Suparno (2016: 99) mengatakan bahwa “Kaul kemiskinan adalah bahwa Kristus menjadi satu-satu yang bernilai bagi hidup orang, dan yang lainnya adalah sarana untuk berjumpa dan mengabdi kepada-Nya”. Kaul kemiskinan adalah proses perjuangan dan pergulatan untuk selalu bersatu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29 dengan Tuhan. Dalam kenyataan hidup religius di dunia modern saat ini, yang penuh dengan godaan dengan kaul kemiskinan orang ingat akan Yesus dalam hidup mereka, untuk melawan tantangan yang melemahkan panggilan orang sebagai religius. Dengan kaul kemiskinan orang melepaskan hak untuk memiliki harta kekayaan dalam kongregasi. Orang hanya mempunyai hak pakai dengan izin kongregasi. Orang dengan kaul kemiskinan kehilangan hak milik atas barang yang dia terima. Maka, orang tidak minta warisan lagi. Semua barang dan uang yang mereka terima setelah kaul kekal, adalah menjadi milik kongregasi dan harus diserahkan kepada kongregasi (Suparno, 2016:109). Alasan biblis dari kaul kemiskinan keinginan untuk mengikuti Kristus yang miskin. “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya” (2Kor 8:9). Dengan mengikrarkan kaul kemiskinan pegangan orang pada Tuhan, bukan pada harta dunia. Maka orang lebih bebas untuk menggunakan atau tidak menggunakan sarana atau barang yang ada. Jika ada sarana diterima dengan senang hati, jika tidak ada ya harus ditanggapi dengan senang hati juga. Secara sederhana kemiskinan orang dalam hidup membiara adalah ingin meniru hidup Yesus yang memang miskin dan sederhana. Orang begitu terpikat dengan kasih dan panggilan Tuhan karena misteri inkarnasi Yesus menjadi manusia papa dan hidup bersama di antara orang berdosa merupakan bentuk paling nyata dan kelihatan dari kemiskinan Kristus (Flp 2:6-11). Dengan menghayati kaul kemiskinan para kaum religius diajak untuk lebih memperhatikan orang kecil, orang miskin dalam kehidupan mereka. Setiap orang beriman Kristen dan setiap komunitas Kristiani dipanggil untuk menjadi sarana dan alat Tuhan untuk membebaskan dan mengangkat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30 kehidupan kaum miskin. Panggilan itu juga untuk memampukan mereka menjadi bagian penuh dari masyarakat Evangelli Gaudium (EG, 2015:34. Art 187). Ajakan untuk hidup miskin sebagaimana diajarkan di dalam Kitab Suci, sesungguhnya orang melihat bahwa Allah menawarkan suatu jalan hidup yang mampu mengobati penyakit kronis hidup manusia dari waktu ke waktu yaitu ingin hidup menuruti keinginan daging, nafsu dan ketamakan. Allah mengingatkan bahwa untuk dapat mengikuti Yesus, orang harus rela melepaskan segalanya untuk kemudian menghayati hidup kontemplatif bahkan dalam karya perutusan. Hidup semacam itu perlu orang laksanakan dengan menumbuhkan citra hidup Kristus di dalam diri mereka melalui penerimaan penuh kerendahan hati bahwa orang membutuhkan keselamatan lantaran keterbatasan mereka sebagai manusia, kedekatan orang pada kebinasaan, kefanaan dan kesementaraan pandangan serta kemampuannya. Dengan demikian jelas bahwa bagi semua orang kristiani hidup menurut Injil senantiasa mengandaikan tuntutan penghayatan hidup miskin. Ridick (1987:33) mengatakan bahwa “Kaul kemiskinan bukanlah pertama-tama pelepasan hak milik tetapi suatu pengarahan taraf hidup, suatu usaha untuk menjadi tidak melekat pada satu tahap kehidupan saja, agar dapat bebas meraih dan memiliki keintiman yang total dan terpadu dengan Kristus”. Untuk menghayati kaul kemiskinan orang perlu memiliki semangat murah hati. Suparno (2016:102) mengatakan bahwa “Murah hati karena semua yang orang punyai adalah dari Tuhan, entah bakat, kemampuan, ketrampilan, kekayaan atau kepandaian. Semuanya itu dari Tuhan maka orang harus membagikannya kepada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31 orang lain juga”. Semangat pelayanan inilah yang menjadikan orang rela untuk diutus melayani setiap orang. Semangat murah hati berarti tidak menumpuk harta, bakat, kemampuan dan lain sebagainya hanya untuk diri sendiri, tetapi semuanya itu harus berikan demi pelayanan bagi sesama. b. Kaul Kemiskinan sebagai Peringatan dalam Melayani Iman orang akan Yesus Kristus, yang menjadi miskin dan selalu dekat dengan kaum miskin dan kaum tersingkir, adalah dasar kepedulian mereka pada pengembangan seutuhnya para anggota masyarakat yang paling terabaikan. Setiap orang Kristiani dipanggil sebagai sarana Allah untuk membebaskan dan memajukan kaum miskin, dan untuk memampukan mereka menjadi bagian masyarakat sepenuhnya. Hal ini menuntut agar orang sebagai kaum religius mau siap sedia dan penuh perhatian mendengarkan jeritan kaum miskin dan membantu mereka melalui karya pelayanan kerasulan. Ridick (1987:128) mengatakan bahwa “Pelayanan merupakan sarana yang baik untuk memperbaharui, memelihara dan meningkatkan hidup cinta seseorang. Pelayanan adalah jalan untuk membawa buah-buah keheningan ke dalam pengungkapannya yang nyata. Pelayanan adalah cinta dalam aksi, cinta dalam tindakan nyata. Maukah orang siap sedia dengan gembira dalam melayani sesama sebagaimana Kristus telah berkenan “membasuh kaki para rasulNya” tanpa menunggu sampai diberi tugas atau diperintah?”. Yesus mempunyai prioritas dalam pelayanan-Nya, yaitu orang kecil, miskin, sakit, tersingkir dan lain-lain. Dia dengan tegas memperjuangkan keadilan bagi orang-orang ini terhadap lingkungan dan masyarakat waktu itu. Refleksi bagi setiap orang, apakah mereka juga memprioritaskan kaum kecil ini? Atau PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32 sebaliknya mereka sendiri malah berbuat tidak adil dan lebih menyengsarakan kaum kecil? (Suparno, 2004:99). Di Indonesia kemiskinan semakin meluas akibat ketidakadilan struktural. Mendesak pula kemiskinan akan hubungan-hubungan antara manusiawi. Peranan profetis atau perutusan para religius ialah membangun hubungan-hubungan baru berdasarkan sikap saling menghormati, misalnya berupa jemaat-jemaat biasa yang menampung siapa saja, tidak bertujuan politik, tidak merupakan ancaman bagi pihak mana pun, sekaligus untuk bersama-sama menghadapi kendala-kendala sosial. Berkembang arus intergrasi dengan kaum miskin untuk ikut mengalami marginalisasi, ketidakpastian, diskriminasi sosial, dalam rangka peranan profetis untuk melayani kaum miskin. Kaul kemiskinan kita wujudkan dalam hidup persekutuan harta. Seturut sabda Injil dan dengan tulus ikhlas segala milik dan pendapatan kita, kita serahkan kepada Kongregasi. Dengan demikian kita hendak menyatakan kesediaan untuk berbagi demi kebahagian kita bersama dan orang lain. Kaul kemiskinan menuntut kita untuk memperjuangkan dan memperkembangkan keadilan dan kesejahteraan dalam pemanfaatan sarana hidup serta kekayaan alam yang tersedia secara wajar dan bijaksana (Statuta Bruder MTB 2014: Art 41). Tanpa disadari orang sebagai kaum religius terkadang lebih suka melayani orang-orang yang kaya dan bukan orang miskin. Dalam doanya Ibu Teresa (2003:22) mengatakan: “Ya Tuhan, buatlah kami layak untuk melayani sesama kami di seluruh dunia, yang hidup dan mati dalam kemiskinan dan kelaparan. Melalui tangan-tangan kami, berilah mereka pada hari ini makanan yang secukupnya. Dengan cinta kami yang penuh pengertian, berilah mereka damai dan kegembiraan. Amin”. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33 2. Makna Kaul Kemiskinan Kesaksian yang paling tampak bagi seorang religius dalam merealisasi kaul kemiskinan adalah penghayatan akan semangat kemiskinan. Semangat kemiskinan itu tentu saja berakar dari hidup Kristus sendiri. Kristus mengajak para murid-Nya dan juga para kaum religius untuk meninggal segala sesuatu, memikul salib dan mengikuti Dia pada jalan-Nya kepada Bapa (bdk. Luk. 9:23 dan 18:22). Suparno (2016:99) mengatakan: Inti kaul kemiskinan adalah bahwa Kristus menjadi satu-satunya yang bernilai bagi hidup orang, dan yang lainnya adalah sarana untuk berjumpa dan mengabdi Kristus. Maka, sikap yang orang kembangkan adalah lepas bebas dari segala barang, hal, bahkan manusia. Dengan kaul kemiskinan seseorang religius diharapkan turut ambil bagian dalam memperkembangkan hidup manusia supaya menjadi semakin manusiawi, demi memajukan taraf hidup mereka masyarakat marginal. Jadi masalah utama dalam kemiskinan bukan bagaimana orang hidup dalam kekurangan, meski ini ada gunanya pula kalau orang mengalaminya, tetapi bagaimana orang dapat menggunakan milik dan kekayaannya dalam keterlibatan mereka dengan masyarakat miskin dan terabaikan. Hendaknya kaul kemiskinan yang diikrarkan oleh kaum religius, nampak dalam sikap, pola hidup dan tindak-tanduk seorang religius tersebut, sehingga masyarakat juga dapat menangkap dan mengerti apakah nilai kaul kemiskinan itu. Sinaga (1996:141) mengatakan bahwa “Santo Fransiskus Assisi menasihatkan: “Para hamba Tuhan, dengan semangat kemiskinan dan kerendahan hati, meninggalkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34 jaminan hidup dengan pasrah dan tanpa bersungut-sungut, sebab Kristus telah miskin bagi setiap orang di dunia ini”. Dalam keperluan pribadi hendaklah kita waspada agar jangan memupuk kebutuhan akan harta material yang tidak terpuaskan, mengumpulkan uang dan berdagang, mengembangkan cadangan atau dengan berbagai cara memperoleh harta yang tidak sesuai dengan usaha kita untuk menghayati kemiskinan (Konstitusi Bruder MTB 1999: Art 67). Opsi Injili itu bentuk konkret partisipasi dalam kemiskinan dan cintakasih terhadap kaum hina dina, yang mengajak para religius mengenakan corak hidup yang sederhana, dan mendekati rakyat pinggiran, meningkatkan komitmen terhadap keadilan dan pembangunan yang sejati. Dengan demikian merupakan unsur pokok aspek kenabian spiritualitas hidup bakti yang peduli terhadap penderitaan rakyat miskin. Kemiskinan Injili berarti mengembalikan segala materi kapada kebaikan tertinggi Allah dan kerajaan-Nya. Terutama dalam masyarakat konsumeristis sekarang ini perlu disadarkan kembali bahwa hanya seseorang yang merenungkan dan menyakini misteri Allah sebagai satu-satunya kebaikan tertinggi sebagai khazanah definitif sejati, akan sanggup mengerti dan mengamalkan hidup sederhana. Sinaga (1996:277) mengatakan bahwa “Kemiskinan sejati bukanlah penolakan atau penghinaan barang-barang melainkan sebagai cara mencintai dan penggunaan bertanggung jawab akan barang-barang sambil mampu menolaknya dalam kebebesan batin yang luhur, artinya mengaitkannya dengan Sang Khalik dan rencana penyelamatan. Dari itu, kemiskinan dan hidup sederhana secara tak terpisahkan mengandung kesatuan hakiki dengan pelayanan pastoral”. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35 Meski pun Tuhan Yesus tidak mengikrarkan kaul kemiskinan, tetapi dalam kehidupan-Nya dan juga dalam Dia melakukan tugas perutusan Bapa-Nya, sungguh menunjukan semangat murah hati, sikap rendah hati dan kesederhanaan yang menjadi inti dari kaul kemiskinan. Maka sangat tepat dan baik jika dalam menghayati kaul kemiskinan, para kaum religius meniru gaya dan cara hidup Tuhan, cara hidup yang sederhana. Suparno (2004:99) mengatakan bahwa “Yesus mempunyai prioritas dalam pelayanan-Nya, yaitu orang kecil, miskin, sakit, tersingkir dan lain-lain. Dia dengan tegas memperjuangkan keadilan bagi orang-orang ini terhadap lingkungan dan masyarakat waktu itu. Refleksi bagi setiap orang apakah mereka memprioritaskan kaum kecil ini? Apakah orang juga berani terlibat dalam perjuangan keadilan bagi orang-orang kecil? Bahkan malahan sebaliknya, mereka sendiri berbuat tidak adil dan lebih menyengsarakan kaum kecil”. Dengan kaul kemiskinan, orang sungguh-sungguh berkeinginan untuk mengungkapkan hadirat Allah dengan mengambil sikap yang wajar kepada barang-barang itu. Dengan demikian barang kita letakkan dalam tempatnya di dalam kerangka hidup manusia, yang harus bergaul dengan Allah. Maka orang ingin mengungkapkan makna dan nilia benda itu dalam rangka keseluruhan dan dasar hidup manusia. Dan dengan pengungkapan itu orang nyatakan dalam suatu kaul, yang disebut kemiskinan, yang berarti orang mencoba melihat barang itu dalam arti dan nilai yang dalam, sebagai sarana untuk bertemu dengan Allah (Darminta, 1975:55). Baiklah orang ingat bahwa tujuan dari suatu keutamaan adalah kebebasan untuk mengasihi Allah. Kitab Suci berkata tentang “kebebasan anak-anak Allah” dan Kristus berkata, Kalau engkau sungguh melaksanakan sabda-Ku, engkau adalah murid-murid-Ku. Kamu akan tahu kebenaran dan kebenaran itu akan membebaskan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36 kamu” (Yoh. 8:32). Kebebasan secara negatif berarti tiadanya perbudakan dosa, kematian dan kejahatan. Akan tetapi secara positif berarti menempatkan kebebasan sebagai kekuatan untuk menjadi seperti Allah dalam pilihan-pilihan setiap orang. Bahaya untuk umat manusia adalah bahwa kebebasan terbelenggu oleh kebebasan fisik atau badan dan kenikmatan pribadi akan kesombongan dan cinta diri. Kemiskinan dirancang untuk menjadikan orang bebas dari setiap bentuk perbudakan harta dan kelekatan pada orang lain, tempat, lingkungan dan keinginan. 3. Kaul Kemiskinan sebagai Ungkapan Kenabian dalam Melayani Penghayatan dan semangat kaul kemiskinan orang sebagai kaum religius secara nyata juga ingin meniru semangat Yesus Kristus sendiri yang menjadi miskin untuk memperkaya orang lain. Kemiskinan orang sebagai kaum religius diwujudnyatakan dalam bentuk pelayanan karya kerasulan keluar, supaya berdayaguna bagi keselamatan orang lain terutama orang-orang miskin dan orang kecil yang terabaikan. Budi (2016:15) mengatakan bahwa “Penghayatan kaul kemiskinan tidak hanya dihayati secara personal atau perorangan, tetapi dapat juga dihayati secara bersamasama sebagai sebuah komunitas, provinsi, atau tarekat secara keseluruhan”. Maka sebagai kaum religius setiap orang diajak juga untuk murah hati kepada orang lain dalam karya pelayanan mereka. “Setiap orang beriman Kristen dan setiap komunitas Kristiani dipanggil untuk menjadi sarana dan alat Tuhan untuk membebaskan dan mengangkat kehidupan kaum miskin. Panggilan itu juga untuk memampukan mereka menjadi bagian penuh dari masyarakat” (Bhanu, Anjuran Apostolik Paus Fransiskus. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37 Evangelii Gaudium 2015: EG. Art 187:34). Kemiskinan seorang religius tidak pertama-tama menyangkut soal uang, harta kekayaan dan lain sebagainya, akan tetapi kemiskinan pertama-tama menyangkut sikap pelayanan, sikap kerendahan hati dan sikap belarasa terhadap sesama. Kemiskinan berarti kesedian untuk melayani dan membantu. Mereka ada di dunia untuk orang lain. Bukan untuk mereka sendiri, maka dari itulah orang ada serta berada di dunia ini, untuk hidup bersama dengan orang lain membantu dan melayani mereka, terutama mereka yang miskin dan telantar. Anjuran Apostolik Paus Fransiskus Evangelii Gaudium (2015: EG. Art 209). Mengatakan yang termasuk orang miskin dan telantar untuk zaman sekarang ini antara lain: Kaum gelandangan, mereka yang ketagihan obat-obatan terlarang, para pengungsi, penduduk asli, dan orang-orang jompo yang semakin terisolasi dan telatar. Mereka yang sungguh-sungguh miskin dalam roh, tidak membuat sesuatu pun menjadi miliknya sendiri, juga tidak mempersengketakannya dengan orang lain; tetapi mereka hidup di dunia ini sebagai peziarah dan perantau. Itulah keluhuran kemiskinan yang tertinggi, yang menetapkan orang menjadi ahli waris dan raja kerajaan surga, membuat orang miskin akan harta benda, tetapi meninggikan orang dengan keutamaan-keutamaan. Itulah yang hendaknya menjadi bagian orang, yang membawa mereka kenegeri orang-orang hidup. Dengan tetap melekat padanya sepenuh-penuhnya, orang untuk selamanya tidak mau memiliki sesuatu lainya di bawah kolong langit demi nama Tuhan Yesus Kristus (Anggaran Dasar Bruder MTB 1999: Art 22). Kitab Suci Perjanjian Baru (Mat. 19:21) Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orangorang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." Mengingat dan menyadari kembali bahwa dengan kaul kemiskinan hakikat hidup religius yaitu lahir dan ada untuk umat manusia dan untuk dunia. Hidup PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38 religius dilahirkan oleh Allah untuk pembelaan manusia yang tertindas, miskin dan lapar. Dengan kata lain bergulat bersama Allah menegahkan keadilan, perdamaian dan persaudaraan dalam tata kehidupan manusia. Hidup religius, sebagaimana Musa, diutus untuk membebaskan manusia dari pendindasan dan perbudakan; sebagaimana para nabi diutus untuk membangun kembali tatanan kehidupan yang lebih manusiawi dan adil melanjutkan gerakan Yesus untuk menumbuhkan iman dan kepercayaan diri pada manusia yang lemah, sebagai pangkal perubahan hidup menuju keadaan yang lebih adil. Hidup religius untuk melanjutkan kenabian Yesus Kristus, yang memperjuangkan perubahan, pembaruan dalam kehidupan ini, supaya umat manusia tidak akan mengalami malapetaka yang semakin memburuk. Jelaslah bahwa gerakan Allah bercirikan kenabian. Artinya gerakan Allah merupakan penciptaan tatanan kehidupan baru. Perubahan tatanan hidup menjadi sasaran gerakan Allah yang bercirikan kenabian. Maka sangat tepat dan baik jika dalam menghayati kaul kemiskinan, orang meniru gaya dan cara hidup Tuhan, cara hidup yang sederhana. Dari perjalanan Yesus, orang dapat melihat dan belajar dari Yesus yang mempunyai prioritas dalam pelayanan-Nya, yaitu orang kecil, miskin, sakit, tersingkir dan lain sebagainya. Dia dengan tegas memperjuangkan keadilan bagi orang-orang ini, terhadap lingkungan dan masyarakat-Nya pada waktu itu. Dalam persekutuan kita, hendaknya Injil menjadi kekuatan bagi pembaharuan diri dan seluruh Gereja. Kita berusaha mengembangkan kemanusian kita sebagai murid, sebagai pengikut Kristus, sesuai dengan sabda-Nya. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi”. Yoh. 13:35. Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu Yoh. 15:12 (Konstitusi Bruder MTB 1999: Art 220). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39 Konstitusi Bruder Maria Tak Bernoda MTB (1999: Art 224) mengatakan bahwa “Seperti umat Kristen pertama orang mau menjadi sehati sejiwa (Kis 4:32). Dihimpun sebagai Gereja Kristus dan diutus untuk menjadi satu dalam ikatan persaudaraan. Orang mewartakan Kristus satu sama lain dan kepada semua orang dan memberi kesaksian atas kedatangan Tuhan kelak”. Dengan kaul kemiskinan yang diikrarkan hendaknya menyadarkan, menggerakan hati serta semangat pelayanan bagi para religius, bahwa harus ada keprihatinan dan keterlibatan secara konkret untuk membantu mereka yang tanpa perlindungan. Bentuk-bentuk pelayanan pastoral yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan perlindungan bagi para orang-orang jompo, imigran, para gelandangan dan mereka yang disingkirkan dari masyarakat sosialnya. Para religius merupakan persekutuan cintakasih, maka mereka dipanggil untuk mengamalkan cintakasih itu melalui pengabdiannya kepada sesama, terutama bagi orang papa dan miskin. Dijiwai oleh cintakasih dan semangat pelayanan, para religius menyediakan diri untuk melayani setiap orang sebagai pribadi dan anak Allah. Martino (2006:137) mengatakan bahwa “Kaul kemiskinan menghidupkan keutamaan-keutamaan, sebagai saudari dari keutamaan kehinadinaan, kemiskinan melawan setiap ketamakan, dan kecemasan dunia ini”. Kaul kemiskinan sebagai peringatan dalam melayani, agar setiap orang lebih peka dan menaruh perhatian kepada orang kecil dan miskin. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40 4. Tantangan dalam Menghayati Kaul Kemiskinan di Zaman Yang Modern Sekarang Ini Sesungguhnya semua orang Kristen tidak hanya kaum religius saja, dipanggil untuk menghayati semangat kemiskinan. “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga” (Mat 5:3). Akan tetapi untuk menghayati kaul kemiskinan bukanlah sesuatu yang mudah dilaksanakan diera globalisasi sekarang ini. Dunia sekarang ini, dimana orang berada sungguh menjadi semakin kaya, semakin lengkap, dan semakin menyediakan banyak kemudahan-kemudahan bagi hidup setiap orang. Terutama tawaran tentang kenikmatan-kenikmatan duniawi seperti: Kemajuan teknologi, budaya konsumtif, budaya instant dan lain sebagainya. Sebagai manusia sering ada rasa cemas bagaimana memenuhi kebutuhan hidup, sehingga seringkali pula menjadi putus asa karena ambisi dari permintaan setiap orang yang tidak dikabulkan-Nya, tetapi semangat kemiskinan membawa orang untuk mempercayai penyelenggaraan Allah Bapa. “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu” (1 Ptr 5:7). Dengan kaul kemiskinan para kaum religius diajak untuk melepaskan hak milik dan hak pakai secara bebas atas barang-barang dan tidak mau terikat dengannya. Suparno (2016:112) mengatakan bahwa: Materialisme Vita Consecrata (VC 89). Tantangan yang besar di zaman ini terhadap kaul kemiskinan adalah budaya materialisme yang haus akan harta milik, tanpa mengindahkan keperluan dan penderitaan rakyat kecil, tanpa kepedulian kepada keseimbangan sumber daya alam. Banyak orang haus harta dan mengumpulkan semua kekayaan dan menggunakan sumber alam untuk diri/kelompoknya sendiri, sehingga banyak orang lain menderita. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41 Suatu penghayatan kaul kemiskinan zaman modern sekarang ini yang menarik adalah berjuang atau berkarya bagi penegakan keadilan dan berkerja bagi orang miskin dan tersingkir. Menghayati kaul kemiskinan zaman sekarang ini tidak cukup hanya hidup sederhana dan hidup miskin, tidak mempunyai hak milik apa pun. Memang hal itu baik, tetapi tidak cukup untuk hidup orang di zaman ini. Mengapa? Karena di dunia orang sekarang ini masih terjadi ketidakadilan, pendindasan, kemiskinan struktural, dan perlakuan tidak adil bagi beberapa kelompok masyarakat. Penindasan antara kelompok masih selalu terjadi, dengan akibat beberapa kelompok menderita dan hidup dalam kehancuran dan kemiskinan. Akan tetapi yang menjadi tantangan dan kesulitan dalam menghayati kaul kemiskinan zaman sekarang ini, apabila orang sebagai religius masih berpikir tentang untung rugi, harta dan kenikmatan duniawi. Sebaiknya sebagai religius orang harus mampu mengalahkan segala keinginannya untuk memiliki harta kekayaan yang melimpah, mengumbar kenikmatan duniawi, rasa ingin menguasai orang lain, gila jabatan serta kedudukan dalam suatu organisasi dan lain sebagainya. Sebab semuanya itu adalah akar kejahatan masa kini yang hanya bisa diatasi bila nilai Injil kemiskinan, kemurnian dan pelayanan ditemukan kembali. Dikatakan dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK) Kanon 634 § 2 sebagai berikut: “Namun hendaknya dihindari setiap kesan kemewahan, keserakahan, dan penimbunan harta”. Kaul kemiskin kita wujudkan dalam hidup persekutuan harta. Seturut sabda Injil dan dengan tulus ikhlas segala milik dan pendapatan kita, kita serahkan kepada Kongregasi. Dengan demikian orang hendak menyatakan kesedian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42 untuk berbagi demi kebahagian kita bersama dan orang lain. Kaul kemiskinan menuntut kita untuk memperjuangkan dan memperkembangkan keadilan dan kesejahteraan dalam pemanfaatan sarana hidup serta kekayaan alam yang tersedia secara wajar dan bijaksana (Statuta Bruder MTB 2014: Art. 41). Baiklah kita sadari pula bahwa dalam diri kita ada kecenderungan untuk memiliki dan menguasai barang-barang, menyimpan dan menimbun kekayaan, menyalahgunakannya bagi kepentingan, kenikmatan dan jasmani sendiri (Statuta Bruder MTB 2014: Art. 42). Semangat kemiskinan mempercayai bahwa hidup, kesehatan, talenta, keberhasilan, iman, segala berkat, dan segala sesuatu juga kebajikan-kebajikan adalah berasal dari Tuhan yang diberikan oleh-Nya secara cuma-cuma kepada setiap orang. 1 Kor 4:7 “Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau menerimanya mengapakah engkau memegahkan diri seakan-akan engkau tidak menerimanya?”. Semangat kemiskinan membantu setiap orang membedakan antara kebutuhan yang menghidupkan dengan keinginan semata. Disatu sisi barang-barang merupakan suatu kebutuhan yang mempermudah dan membahagiakan, namun di sisi lain juga membahayakan. Contoh: Handphone (HP), diperlukan untuk mempermudah komunikasi, namun menjadi hanya suatu kesenangan belaka ketika yang dicari tidak hanya fungsinya saja tapi model yang terus menerus berganti-ganti. Kaul kemiskinan membawa orang pada suatu tindakan keberanian untuk bermurah hati membantu orang lain. Sikap murah hati berarti orang rela memberi dan berbagi kepada orang lain. Sebagai kaum religius janganlah orang dengan mudah mengatasnamakan kata “sebuah pelayanan” untuk mengumpulkan harta di dunia ini, karena dimana harta orang berada disitu juga pikiran dan hatinya berada bandingkan dengan (Bdk, Luk. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43 6:19-21). Kaul kemiskinan bukan berarti orang membuang semua kekayaannya, tetapi setiap orang diajak untuk memelihara dan menanamkan semangat murah hati, sikap batin karena dia percaya kepada penyelenggaraan ilahi. Setiap orang diajak untuk melihat segala sesuatu, yang mereka miliki semuanya berasal dari Tuhan, dan bukan sebagai milik pribadi yang patut dipertahankan untuk memperkaya diri sendiri dan kesenangan sendiri. Segala sesuatu yang mereka dapatkan adalah demi kemuliaan-Nya, untuk membantu orang-orang miskin. Suparno (2016:107) mengatakan bahwa “Dengan menghayati kaul kemiskinan, hidup dalam kesederhanaan setiap orang diajak untuk lebih peka dalam memperhatikan orang kecil dan miskin dalam karya pelayanan dan perutusan mereka. Setiap orang diharapkan dapat ikut merasakan betapa beratnya perjuangan orangorang miskin untuk dapat hidup”. Kemiskinan orang sebagai kaum religius hendaknya meniru kemiskinan Kristus. Yesus adalah anak Allah sudah mengosongkan diri-Nya menjadi miskin. “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” Fil 5-7. Kemiskinan sebagai seorang religius di zaman sekarang ini, dimana orang hidup di tengah-tengah masyarakat dan dunia yang modern saat ini, bukanlah kemiskinan yang melarat dan harus menjadi pengemis kalau demikian kemiskinan orang tidak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44 ada gunanya bagi orang kecil dan miskin. Suparno (2016:101) mengatakan bahwa “Demi pengertian kaul kemiskinan yang rasuli orang boleh mempunyai barang atau sesuatu, misalnya fasilitas yang baik entah di sekolah, di kampus dan di rumah sakit. Sedangkan bagi hidup seorang religius di komunitas boleh sederhana”. Tanpa disadari dalam karya pelayanan dan kerasulan sebagai seorang religius, terkadang lebih memilih melayani orang-orang yang kaya dan bukan yang miskin. Kalau demikian adanya orang bukan lagi bersemangat murah hati, tetapi mencari kekayaan untuk diri sendiri. Hadiwardoyo (2016:66) mengatakan bahwa “Iman kepada Kristus yang miskin merupakan dasar kepedulian orang pada pengembangan kaum miskin di dalam masyarakat”. Fransiskus dari Assisi dalam wasiatnya dan dalam tulisan yang lain, memberi alasan kepada para pengikutnya mengapa kemiskinan begitu sentral dalam panggilannya. Dia tidak memberi definisi tentang kemiskinan atau implikasinya; ia hanya melihat Kristus menurut Injil”. Kristus adalah pusat hidup setiap orang. Ia memilih kemiskinan sebagaimana Ia melilih kerendahan. Ia telah “menelanjangi diri-Nya kepada semua orang (kenosis). Bagi Fransiskus, Kristus adalah satusatunya jalan kepada Bapa, dan perjalanannya untuk itu adalah perjalanan dalam kemiskinan (Marpaung, 2006:107). Dengan kaul kemiskinan sebagai religius hendaknya orang menjaga dan mempertahankan dengan identifikasi dirinya dengan orang miskin, dan dikonkretkan dengan pelayanan bersama kepada orang kecil dan miskin. Sebagai kaum religius yang menghayati semangat kemiskinan semestinya orang belajar dari Yesus. Dia dibesarkan dalam sebuah rumah perkerja biasa dan melakukan perkerjaan tangan untuk mendapatkan nafkah-Nya. Ketika Dia mulai mewartakan kerajaan Allah, kerumunan orang-orang yang dirampas hak-hak mereka mengikuti Dia, dan dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45 demikian Ia mewujudnyatakan apa yang telah disabdakan-Nya: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin” (Luk 4:18). Dia menyakinkan mereka yang dibebani oleh kesusahan dan dihimpit oleh kemiskinan bahwa Allah memiliki tempat istimewa bagi mereka dihati-Nya: “Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunyai kerajaan Allah” (Luk 6:20). Marpaung (200:70) mengatakan bahwa “Kemiskinan adalah pengosongan diri di dunia demi penumpukan harta disurga. Tanpa memiliki apapun di dunia ini adalah jalan untuk memiliki segalanya dalam Tuhan, inilah kemiskinan fransiskan. Pilihan Fransiskus akan kemiskinan adalah pilihan bebas dalam roh”. Dalam masyarakat dan dunia yang ditandai dengan irama pertumbuhan materi luar biasa yang hampir tak terkendalikan ini, kesaksian apakah yang dapat orang persembahkan sebagai seorang religius? Kalau dia, bahkan membiarkan diri terbawa oleh arus pencarian kesenangan diri yang tak terkendali, dan menganggap wajar demikian saja tanpa pertimbangan bahkan dengan leluasa menerima apa saja yang dihadiahkan kepada dia sebagai seorang religius. Pada suatu saat nanti manakala orang mulai terjerumus oleh jaminan yang amat menarik dan memikat dari harta milik, ilmu pengetahuan dan kekuasaan, panggilan Tuhan justru menantang anda para kaum religius untuk tetap dalam kesadaran sebagai umat kristiani dan mengingatkan umat manusia bahwa sebagai putra-putri Allah mereka harus tetap menjawab panggilan Tuhan dengan berbagi terang dari Allah sumber segala kehidupan, Bapa segala kuasa bagi umat manusia. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46 Disanalah mereka akan menemukan segala kemajuan yang sebenarnya atas hidup mereka. Tantangan yang dihadapi oleh para religius di dalam menghayati kaul kemiskinan dan bersemangat miskin antara lain: Kemajuan teknologi, khusunya teknologi informasi, budaya konsumeristis, budaya instan, budaya hedonisme semuanya mempunyai pengaruh dan merupakan tantangan terhadap hidup berkaul setiap orang sebagai kaum religius. Dalam hal ini Ridick (1987:56) mengatakan: Apakah orang cukup rendah hati untuk mengakui dengan jujur keterbatasan diri atau lebih suka mempersalahkan orang lain? Semangat kemiskinan yang sejati akan terungkap dalam kehangatan, keterbukaan dan keterlibatan hidup. Sedangkan kelobaan mendatangkan kebosanan, sinisme, isolasi dan cinta diri. Sebagai seorang religius mereka harus menyadari dan memahaminya bahwa kaul kemiskinan yang mereka ikrarkan merupakan sarana yang amat berharga untuk benarbenar memurnikan pertimbangan-pertimbangan nilai dalam panggilannya sebagai religius. Dengan usaha ini orang akan membebaskan diri dari hidup secara parsial dan terpecahbelah dalam kemanusianya untuk mengikuti Tuhan. Dengan demikian orang menghindarkan diri dari perbudakan nafsu-nafsu, perbudakan hasrat dan minat cinta diri. Dengan kata lain penghayatan kaul kemiskinan secara benar, justru membawa setiap orang masuk ke dalam perspektif hidup yang lebih bebas, terarah dan terkaya. Orang sebagai umat Kristen semuanya, dipanggil untuk mendengarkan jeritan kaum miskin. C. Rangkuman PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47 Intisari dari hidup membiara atau hidup sebagai religius adalah orang ingin menyerahkan diri secara penuh kepada Tuhan dan sesama, dalam karya dan perutusan yang berpangkal pada kehidupan Tuhan Yesus Kristus sendiri, yang hidup selibat dan miskin. Hidup membiara adalah hidup yang penuh cinta kasih dalam persaudaraan serta menuntut penyerahan diri secara mutlak dan menyeluruh dalam hidup bersama. Proses hidup semacam ini akan terwujud apabila masing-masing dari setiap pribadi terbuka untuk saling memahami, saling mengerti, ada sikap serta kemauan untuk saling mendengarkan, setia terhadap panggilan, bersikap jujur terhadap setiap permasalahan yang dihadapi serta saling menghargai kekurangan dan kelemahan setiap pribadi. Hidup sebagai religius bukan untuk mencari ketenaran, menaikkan status, agar disanjungi, dipuja puji oleh banyak orang. Tidak juga untuk hidup bermalas-malasan dan semaunya saya, karena dari segi fasilitas, finansial, papan, pangan dan sandang semuanya sudah terpenuhi. Sebagai seorang religius orang harus berani menolak tawaran-tawaran yang tidak sesuai dengan kehendak Allah dan kaul hidup membiara yang dia ikrarkan. Kaul kemiskinan merupakan nasihat Injil berdasarkan sabda dan teladan hidup Yesus Kristus. Dengan mengikrarkan kaul kemiskinan para kaum religius diajak untuk meniru teladan hidup Yesus Kristus, serta menjadi saksi kemiskinan zaman ini, di tengah semakin banyak orang yang berusaha untuk hidup mencari ketenaran, harta kekayaan, kesenangan duniawi, pangkat, jabatan dan popularitas. Kemiskinan orang sebagai kaum religius di zaman modern saat ini, bersifat “profetis” berarti PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48 menjalankan tugas kenabian, perutusan dan karya kerasulan. Bukan kemiskinan untuk menjadi melarat dan pengemis, bukanlah pertama-tama pelepasan hak milik tetapi suatu pengarahan taraf hidup, suatu usaha untuk menjadi tidak melekat pada satu tahap kehidupan saja, agar dapat bebas meraih dan memiliki keintiman yang total dan terpadu dengan Yesus Kristus. Dengan mengikrarkan kaul kemiskinan orang ingin mengarahkan hidupnya kepada Allah, bukan kepada harta duniawi yang dapat binasa. Kaul kemiskinan mengajak orang untuk bersemangat murah hati kepada sesama, sebab segala sesuatu yang dia miliki di dunia ini berasal dari kebaikan dan kemurahan Tuhan. Maka dari itu dengan tulus ikhlas segala milik dan pendapatannya, dia serahkan kepada Kongregasi. Dengan demikian orang hendak menyatakan kesediaan untuk berbagi demi kebahagian bersama dengan orang lain. Kaul kemiskinan menuntut orang untuk memperjuangkan keadilan demi kesejahteraan bersama, dalam pemanfaatan sarana hidup serta kekayaan alam yang tersedia secara wajar dan bijaksana. Tantangan yang besar di zaman ini dalam menghayati nilai-nilai kaul kemiskinan adalah budaya materialisme yang haus akan harta milik, tanpa mengindahkan keperluan dan penderitaan rakyat kecil, tanpa kepedulian kepada keseimbangan sumber daya alam. Banyak orang haus harta dan mengumpulkan semua kekayaan dan menggunakan sumber daya alam untuk memenuhi hasrat, nafsu untuk diri/kelompoknya sendiri, sehingga menyebabkan banyak orang lain menderita, hidup dalam kehancuran dan kemiskinan. Dengan mengikrarkan kaul kemiskinan orang tidak hidup berfoya-foya, serakah dan menimbun harta hanya untuk dirinya sendiri. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB III KAUL KEMISKINAN DALAM PELAYANAN DAN PERSAUDARAAN Pada bab ini penulis secara khusus akan menguraikan tentang penghayatan kaul kemiskinan dalam pelayanan dan persaudaraan Bruder Maria Tak Bernoda (MTB). Pertama mengenai Kaul kemiskinan dalam Tarekat/Kongregasi Bruder MTB, terdiri dari: Sejarah singkat berdirinya Kongregasi Bruder MTB, mengikuti Yesus Kristus yang miskin dengan teladan Santo Fransiskus dari Assisi, kemiskinan dalam perspektif Anggaran Dasar Ordo Ketiga Regular Santo Fransiskus dari Assisi, Kemiskinan dalam perspektif hidup Bruder MTB dan dasar penghayatan kaul kemiskinan dalam Tarekat/Kongregasi Bruder MTB. Kedua mengenai Dimensidimensi dalam penghayatan kaul kemiskinan menurut Tarekat/Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) terdiri dari: Miskin harta, miskin dalam roh miskin secara radikal dan dalam persaudaraan. A. Kaul kemiskinan dalam Tarekat/ Kongregasi Bruder MTB Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) yang termasuk dalam Ordo Ketiga Regular Santo Fransiskus dari Assisi, berusaha untuk menghidupi dan menghayati semangat kemiskinan Tuhan Yesus Kristus, seturut teladan dan semangat Santo Fransiskus dari Assisi. Dalam Anggaran Dasar dan Konstitusi para Bruder MTB maklumat yang disampaikan oleh (Yohanes Paulus II, 1999:7) mengatakan bahwa “Dengan berpegang teguh pada teladan dan semangat St. Fransiskus dari Assisi, para anggota PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50 Ordo Ketiga Regular berusaha mengikuti Yesus Kristus, dengan hidup dalam persekutuan sebagai saudara, berkaul secara resmi untuk mencapai nasihat Injil dalam ketaatan, kemiskinan, dan kemurnian serta membaktikan diri pada berbagai jenis karya kerasulan”. “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya” (2 Kor 8:9). Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) sebagai salah satu Kongregasi Ordo Ketiga Regular berusaha untuk menghidupi serta mengikuti kemiskinan Tuhan Yesus Kristus, melalui semangat dan teladan hidup Santo Fransiskus dari Assisi. Para pendiri Tarekat/Kongregasi Bruder MTB yakin bahwa dengan doa, kerja keras, pengabdian yang tulus ikhlas, serta pengorbanan yang mereka lakukan bagi orang miskin, lemah, tersingkir dan disabilitas dapat terlaksana dengan baik berkat bantuan rahmat Allah yang mahakuasa. Dasar kaul kemiskinan yang dihayati oleh Tarekat/Kongregasi Bruder MTB adalah keutamaan kemiskinan, ketaatan, kemurnian pelayanan dan kerendahan hati Tuhan Yesus Kristus menurut teladan Santo Fransiskus dari Assisi seperti tertera pada Anggaran Dasar dan Konstitusi Kongregasi Bruder MTB. Kaul kemiskinan kita wujudkan dalam hidup persekutuan harta. Seturut Sabda Injil dan dengan tulus ikhlas segala milik dan pendapatan kita, kita serahkan kepada Kongregasi. Dengan demikian kita hendak menyatakan kesedian untuk berbagi demi kebahagian kita bersama dan orang lain. Kaul kemiskinan menuntut kita untuk memperjuangkan dan memperkembangkan keadilan dan kesejahteraan dalam pemanfaatan sarana hidup serta kekayaan alam yang tersedia secara wajar dan bijaksana (Statuta Bruder MTB 2011: Art. 41). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51 Mereka yang sungguh-sungguh miskin dalam roh, tidak membuat sesuatu pun menjadi miliknya sendiri, juga tidak mempersengketakannya dengan orang lain; tetapi mereka hidup di dunia ini sebagai peziarah dan perantau. Itulah keluruhan kemiskinan yang tertinggi, yang menetapkan kita menjadi ahli waris dan raja Kerajaan surga, membuat kita miskin akan harta benda, tetapi meninggikan kita dengan keutamaan-keutamaan. Itulah yang hendaknya menjadi bagian kita, yang membawa kita ke negeri orang-orang hidup. Dengan tetap melekat padanya sepenuh-penuhnya, kita untuk selamanya tidak mau memiliki sesuatu lainnya di bawah kolong langit, demi nama Tuhan kita Yesus kristus (Anggaran Dasar Bruder MTB 1999: Art. 22). Tubarman (1997:9) mengatakan bahwa “Tujuan Kongregasi ada dua yakni: Menguduskan para anggotanya dan menjadikan mereka berguna bagi sesama dengan karya-karya amal pendidikan dan pengajaran”. Supaya tujuan ini dapat tercapai dengan baik maka para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) diharapakan kesediaan, kemauan dan kerelaannya untuk mengikrarkan ketiga kaul yakni kaul ketaatan, kaul kemiskinan dan kaul kemurnian, serta berusaha belajar untuk mengembangkan diri sesuai dengan tuntutan, perubahan dan tantangan zaman sekarang ini. Para Bruder MTB diharuskan serta diharapkan berusaha dengan setia melalui bantuan rahmat Allah yang mahakuasa manaati Anggaran Dasar Ordo Ketiga Regular Santo Fransiskus dari Assisi sebagaimana telah ditetapkan oleh Bapa suci Paus Pius XI untuk biarawan biarawati, beserta konstitusi-konstitusi direktorium Kongregasi yang telah direstui oleh kewibawaan Gereja yang sah, di bawah nama: Bruder Maria Tak Bernoda (MTB). Bruder MTB juga membaktikan diri pada karya pendidikan dan pengajaran iman Katolik, yang dijiwai oleh semangat doa, pelayanan, penyangkalan diri, kesederhanaan, kemiskinan yang memampukannya untuk melepaskan dirinya dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52 ikatan duniawi yang menyesatkan panggilan hidupnya dan dia gembira menuruti Injil suci Tuhan kita Yesus Kristus. Mrk. 4:19. Lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Luk. 14:33. Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku. Mat. 19:21. Kata Yesus kepadanya: Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku. 1. Sejarah singkat berdirinya Kongregasi Bruder MTB Berdirinya tarekat Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) berawal dari rasa keprihatinan Mgr. J. Van Hooydonk melihat anak-anak yang telantar akibat perang. Maka pada tahun 1848 ketika Belanda menerima undang-undang baru yang mengakui kebebasan beragama, kebebasan berkumpul dan berorganisasi, setahun kemudian yaitu pada tahun 1849 Mgr. J. Van Hooydonk mengumpulkan anak-anak korban perang yang terlantar dan diserang penyakit dalam sebuah asrama untuk diberikan pendidikan. Mengingat belum ada pengikut secara definitif, tugas ini dibantu oleh Bruder-bruder CSA sampai tahun 1852. Pada tahun yang sama setelah mendapatkan tiga orang calon Bruder MTB yang pertama tugas ini menjadi karya Bruder MTB yang pertama. Dua tahun kemudian, yaitu pada tanggal 25 September 1854 ketiga calon tersebut menerima jubah pertobatan dan Anggaran Dasar St. Fransiskus dari Assisi oleh Mgr. J. Van Hooydonk sekaligus menjadi hari kelahiran PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53 Kongregasi dengan nama pelindung Maria Tak Bernoda/Bruder MTB. (Tukan, 2010:42) Atas permintaan Mgr. Pacificus Bosch, OFM Cap Uskup Keuskupan Agung Pontianak Kalimantan Barat pada tahun 1920, setahun kemudian tepatnya pada tanggal 9 Maret 1921, lima Bruder MTB tiba di Pontianak Kalimantan Barat. Mereka ditempatkan di kota Singkawang dengan tugas utama sebagai pengajar dan pembina Asrama Putra St. Maria, bagi suku Thio-hoa dan suku Dayak. Pada bulan Juli para Bruder MTB memekarkan karya di kota Pontianak Kalimantan Barat dengan pelayanan yang sama. Pada tahun 1935 Kongregasi mendapat tawaran dari Uskup Banjarmasin untuk membina anak-anak asrama dan mengajar di Sekolah milik Yayasan Keuskupan. Menanggapi permintaan tersebut beberapa Bruder MTB dari Belanda mendarat dan tiba di Banjarmasin. Dari Banjarmasin karya Bruder MTB berkembang ke Pati Jawa Tengah, pada tahun 1939. Akibat perang dunia ke II, beberapa komunitas dan karya-karya Kongregasi Bruder MTB tidak dilanjutkan karena kekurangan dan keterbatasan jumlah dan anggota Bruder MTB. Perkembangan di Indonesai baru bangkit kembali pada tahun 1948 di Nyarukop Kalimantan Barat. Pada tahun 1968 pendidikan Novisiat di Pati Jawa Tengah di pindahkan ke Yogyakarta. Perkembangan selanjutnya menyebar di beberapa Keuskupan di Kalimantan Barat seperti: di Keuskupan Sanggau dan Keuskupan Sintang, sampai sekarang. (Tubarman, 1997:6). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54 2. Mengikuti Yesus Kristus yang miskin dengan teladan Santo Fransiskus dari Assisi. Marpaung (2008:61) mengatakan bahwa “Bagi Fransiskus, tak perlu bagaimana kemiskinan dapat dirumuskan. Kalau ditanya apa itu kemiskinan, maka ia akan menjawab: “Itulah kemiskinan, Tuhan kita Yesus Kristus. Untuk Fransiskus, miskin berarti menghidupi kemiskinan Tuhan Yesus Kristus. Kepada para saudaranya, Fransiskus mengatakan bahwa “Putra Allah lebih mulia dari semua orang, tetapi Ia telah membuat diri-Nya menjadi miskin di dunia ini untuk semua orang juga”. Karena cinta-Nya kepada semua orang Dia telah memilih kemiskinan. Jadi Fransiskus dari Assisi pertama-tama melihat kemiskinan lahiriah Kristus, kemiskinan Dia yang hidup miskin di dunia ini. Mengenai kemiskinan Kristus ini, Fransiskus dari Assisi selalu ingat akan sabda Injil: Yesus berkata kepadanya: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakan kepala-Nya” (Mat. 8:20). Dalam Anggaran Dasar peraturan hidup para Bruder Maria Tak Bernoda MTB, (1999: Art. 29) dikatakan bahwa: Saudara-saudari hendaknya mengasihi Tuhan dengan segenap hati, dengan segenap jiwa dan dengan segenap akal budi dan segenap kekuatan, serta mengasihi sesamanya seperti dirinya sendiri. Hendaklah mereka meluhurkan Tuhan dalam perkerjaan mereka, sebab untuk itulah Ia mengutus mereka ke seluruh dunia, yakni untuk menjadi saksi suara-Nya dengan perkataan dan perbuatan dan untuk memberitahukan kepada semua orang, bahwa tak ada yang mahakuasa selain Dia. Saudara semuanya haruslah berusaha mengikuti kerendahan hati dan kemiskinan Tuhan Yesus Kristus dan hendaklah mereka ingat, bahwa dari segalanya di dunia ini tidak ada yang perlu mereka miliki, kecuali seperti kata Rasul Paulus “Asal ada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55 makanan dan pakaian, cukuplah” (1 Tim 6:8). Mereka harus bersukacita, apabila mereka hidup di tengah orang-orang/rakyat jelata dan dipandang hina, orang yang miskin dan lemah, orang sakit dan orang kusta serta pengemis di pinggir jalan. Bila perlu, hendaknya mereka pergi meminta sedekah. Janganlah mereka merasa malu, karena Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah yang hidup dan yang mahakuasa, membuat wajah-Nya bagaikan batu yang terkeras dan tidak merasa malu. Ia menjadi miskin dan penumpang serta hidup dari sedekah, baik Dia sendiri maupun Santa Perawan Maria, bunda-Nya serta murid-murid-Nya. Apabila orang menistakan mereka dan tidak memberikan kepada mereka, maka hendaklah mereka mengucapkan syukur kepada Tuhan, sebab dari penistaan itu mereka akan mendapat kehormatan besar di depan pengadilan Tuhan kita Yesus Kristus. Anggaran Dasar Tanpa Bulla (AngTBul. Leo Laba Ladjar, 2001: 162). Saudara-saudari harus berusaha mengikuti kerendahan dan kemiskinan Tuhan Yesus Kristus. Dia sekalipun kaya melampaui segala-galanya, memilih kemiskinan di dunia ini, bersama Bunda-Nya, perawan yang amat berbahagia; dan Dia telah mengosongkan diri-Nya sendiri (Conti, 2006:124). Hidup religius, sebagai pembaktian seluruh pribadi, menampakan di dalam Gereja perkawinan yang mengagumkan yang diadakan oleh Allah, pertanda dari zaman yang akan datang. Demikianlah hendaknya religius menyempurnakan penyerahan diri seutuhnya bagaikan kurban yang dipersembahkan kepada Allah, dengan itu seluruh eksistensi dirinya jadi ibadat yang terus-menerus kepada Allah dalam cinta-kasih (KHK, 2016 Kan. 607 § 1:193). Dasar dan cara hidup dalam Tarekat/Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) ialah mengikuti hidup Santo Fransiskus dari Assisi yang mendasarkan seluruh hidup dan karyanya hanya pada hidup Yesus Kristus sendiri. Sebagaimana Fransiskus PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56 mengikuti Kristus dan hidup dalam kemiskinan, pertobatan, kemurnian, serta ketaatan demikian juga halnya dengan para Bruder MTB ingin menyelaraskan hidup mereka, seperti hidup Yesus Kristus yang rela berbagi dengan semua orang, terutama bagi mereka yang lemah miskin, tersingkir dan difabel. Sebagi pengikut Santo Fransiskus dari Assisi hendaknya para Bruder MTB dalam hidup dan karyanya berusaha dengan sekuat tenaga serta dengan daya upaya baik dalam kebersamaan maupun secara pribadi meneladani sang guru Agung yakni Yesus Kristus yang mereka kenangkan dalam perayaan Ekaristi. Suharya (2011:65) mengatakan “Dalam Ekaristi, orang yakin bahwa Allah mendengarkan mereka dan melalui karya Roh Kudus yang menjadikan segala-galanya baru, Allah akan membarui bumi dan kerja manusia”. Dalam menjalani tugas dan karyanya seharusnya para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) siap sedia dipecah-pecah dan dibagi-bagikan kepada semua orang tanpa memandang latar belakang orang tersebut, baik yang miskin maupun yang kaya seperti roti dan anggur yang digunakan dalam perayaan Ekaristi yang siap sedia dibagi-bagikan kepada semua orang. Roti dan anggur yang dipakai dalam perayaan Ekaristi mengajak orang untuk menyebarkan kesadaran dan tindakan yang mengikutinya akan pentingnya rasa solidaritas terhadap kaum papa dan miskin sebagai segi yang amat penting dalam spiritualitas kristiani dan kemuridan kristiani. Kerelaan untuk berbagi dan berbelarasa dengan saudari dan saudara yang miskin, lemah dan tersingkir bagi orang yang sungguh menghayati Ekarsiti. “Ekaristi mengajarkan kepada orang bahwa jalan menuju kehidupan bukanlah dengan mengorbankan orang lain demi kepentingan atau ambisi pribadi, tetapi memberikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57 hidup dengan bebas dan penuh kasih sebagai kurban hidup bagi Allah dan bagi kebaikan sesama. Dalam diri Yesus, orang juga melihat etika anti kekerasan. Kasih itu tidak pernah menjadikan orang lain sebagai kurban” (Suharyo, 2011:72). Aku berbuat demikian, karena di dunia ini aku sekali-kali tidak melihat Putra Allah yang Mahatinggi itu secara jasmaniah, selain Tubuh dan Darah-Nya yang mahakudus, yang mereka sambut dan yang mereka sendiri boleh menghidangkannya kepada orang lain. Jika aku minta dalam Tuhan kepada semua saudaraku para imam, yang sudah dan akan atau ingin menjadi imam Tuhan yang Mahatinggi, agar bila mereka itu mau mempersembahkan misa, hendaklah mereka itu sendiri murni, dan dengan murni serta khidmat mempersembahkan kurban sejati Tubuh dan Darah mahakudus Tuhan kita Yesus Kristus; dan dengan niat yang suci dan murni (Iriarte, 1995:37). Iriarte (1995:35) mengatakan bahwa “Misteri suci” Ekaristi di atas segalanya dalam pandangan Fransiskus dari Assisi adalah “menerima tubuh dan darah Tuhan Yesus Kristus”. Komuni suci bukanlah pertemuan pribadi jiwa dengan Kristus, melainkan ikut ambil bagian dalam sengsara yang dikenangkan dalam perayaan Ekaristi. Dalam Ekaristi orang merenungkan kehadiran sengsara, wafat dan kebangkitan Tuhan sebagai penebusan di dunia ini, yang terlaksana atas persembahan diri-Nya di salib”. Ekaristi juga mengajarkan kepada setiap orang untuk menghadapi dengan tabah kenangan-kenangan yang menyakitkan. Sebab dalam kenangan akan peristiwa atau pengalaman yang seperti apapun gelapnya, orang melihat karya Allah yang mengubah malam kelam pengkhianatan menjadi merekahnya perdamain. Ekaristi membuat orang berani menghadapi kegelapan masa lampau dengan harapan yang dilandaskan pada kemenangan kasih Allah yang nyata dalam diri Yesus yang wafat dan bangkit untuk menebus dosa-dosa umat manusia. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58 Sengsara dan wafat Yesus dapat membantu setiap orang untuk memberi makna kepada pengalaman hidup mereka di dunia sekarang ini. Dunia ini menjadi penuh sengsara karena berbagai macam pengkhianatan. Nafsu untuk semakin berkuasa dan semakin kaya menciptakan para pengkhianat. Orang dengan mudah silau oleh janji-janji palsu dan tidak mampu melihat lagi bahwa sesama adalah saudara dan sahabat. Orang lain dengan mudah akan dipandang sabagai saingan atau bahkan musuh yang harus disingkirkan. Lalu, sebagai kurban yang disingkirkan, ia juga digoda untuk membalas. Namun, kepuasan sementara yang dihasilkan oleh pembalasan dengan cepat akan membuat hidup semakin pahit dan melahirkan pengkhianatan berikutnya. Dalam Perjamuan Terakhir, Yesus mengubah pengkhianatan yang Ia alami menjadi pemberian diri yang membarui kehidupan. Ia tidak hanya memberikan sesuatu, tetapi Tubuh dan Darah-Nya, seluruh hidup-Nya sendiri (Suharyo, 2011:70). Santo Fransiskus dari Assisi sangat menaruh hormat terhadap perayaan Ekaristi imannya terhadap sakramen imamat dan akan kehadiran ekaristi Kristus termasuk karunia yang dianugerahkan Allah kepada Fransiskus sesudah pertobatanya. Hal ini diakuinya dalam wasiatnya kepada para pengikutnya. Karena itu aku mohon kepada kamu semua, saudara-saudara, dengan mencium kakimu dan dengan kasih yang sebesar-besarnya, agar kamu sesuai dengan kemampuanmu, menyatakan segala hormat dan khidmat kepada Tubuh dan darah Mahakudus Tuhan Yesus Kristus; di dalam Dia, segala sesuatu yang ada di surga dan di bumi diperdamaikan dan dipersatukan kembali dengan Allah yang Mahakuasa (Iriarte, 1995:36). 3. Kemiskinan dalam perspektif menurut Anggaran Dasar Ordo Ketiga Regular Santo Fransiskus Assisi Sebelum saya menguraikan kemiskinan dalam perspektif Anggaran Dasar Ordo Ketiga Regular Santo Fransiskus dari Assisi perlu terlebih dahulu diketahui apa itu Anggaran Dasar dan Ordo Ketiga Regular Santo Fransiskus dari Assisi. “Anggaran Dasar adalah dokumen yang menentukan tujuan khusus suatu pendirian ordo ataupun kongregasi dan menentukan sarana prinsipil untuk mencapai tujuan itu, serta berisi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59 norma atau peraturan yang mengarahkan hidup anggota ordo atau kongregasi tersebut. Biasanya Anggaran Dasar disusun oleh pendiri suatu biara atau ordo religius” (Marpaung, 2006:1). “Ordo Ketiga, pria dan wanita, baik yang kawin maupun yang tidak. Mereka hidup dalam keluarga dan mengkhususkan diri untuk berkerja. Kemudian di antara Ordo Ketiga itu, baik secara pribadi maupun secara kelompok, ada yang mengkhusukan diri hidup di pertapaan (eremit) atau yang hidup dalam persaudaraan. Mereka inilah yang disebut Ordo Ketiga Regular, sedangkan mereka yang tetap tinggal bersama keluarga dan pada perkerjaan mereka (kawin atau tidak kawin) disebut Ordo Ketiga Sekular” (Marpaung, 2006:7). Anggaran Dasar Ordo Ketiga Regular Fransiskus/Fransiskan merupakan suatu dokumen spiritual yang berisikan cara khusus untuk menghidupi Injil: suatu cara untuk menghidupi doa, hidup dalam persaudaraan, hidup apostolis, dan lain sebagainya; naskah yang mengandung sikap prinsipil, mendasar, umum, bagi semua keluarga Fransiskan Ordo Ketiga Regular; dokumen yang memuat “harta umum” yang menjadi dasar kesatuan. Maka dari itu, nilai dasar keluarga Fransiskan ditemukan dalam Anggaran Dasar ini: kemiskinan, kerendahan, pertobatan, dan hidup kontemplatif; nilai-nilai ini tertenun dalam ikatan persaudaraan dan dihidupi dalam kesederhanaan dan dalam kegembiraan; dokumen untuk semua Kongregasi Pria dan Wanita, untuk hidup kontemplatif dan aktif (Marpaung, 2006:52). Menurut Bonaventura dari Bagnoreggio, Anggaran Dasar yang disusun Fransiskus membawa pemakainya kepada peneladanan Kristus dalam hidup doa dan kerasulan. Fransiskus dan saudara-saudaranya ingin mengikuti hidup Kristus dan para Rasul-Nya (Marpaung, 2006:12). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60 Para Bruder MTB termasuk dalam Ordo Ketiga Regular Fransiskus/Fransiskan. Sebagaimana orang ketahui bersama bahwa, Ordo Ketiga Regular zaman Fransiskus dari Assisi adalah orang-orang yang secara pribadi maupun kelompok, ada yang mengkhususkan diri hidup di pertapaan atau yang hidup dalam persaudaraan dan hidup bersatu dalam komunitas. Santo Fransiskus dari Assisi dalam Anggaran Dasar Ordo Ketiga Regular memberikan pedoman serta dasar-dasar untuk peraturan hidup bagi para saudaranya dan juga para pengikutnya. Fransiskus menekankan kepada para pengikutnya bahwa peraturan dan pedoman hidup yang konkret adalah apabila mereka para pengikutnya, dapat hidup seturut semangat Injili. Sebab dalam Injil orang menemukan kebijaksanaan dalam hidup dan karya yakni kehidupan Putra Allah Yesus Kristus yang solider terhadap semua orang baik yang miskin maupun yang kaya, dan yang berdosa maupun yang tidak berdosa, semuanya Dia kasihi sebagai anak-anak Allah, hingga pada akhirnya Dia rela menderita, wafat dan bangkit demi cinta-Nya untuk semua orang. Secara definitip yang mendorong Fransiskus, hidup menurut pola Injil suci tejadi pada hari pesta Santo Mateus pada tanggal 21 September 1209. Ketika ia mendengar dalam kapel Portiuncula perikop Injil (Mat. 10:1-42), di mana Yesus menyuruh rasul-rasul mewartakan Injil tanpa membawa serta uang, bekal, kasut dan baju dua helai. Serta merta Fransiskus bersorak kegirangan: “Inilah yang kuinginkan, inilah yang kucari, inilah yang hendak kulakukan dengan segenap hati”. Tanpa menunggu sedikitpun, ia menanggalkan pakaian musafirnya, yang hingga saat itu dipandang sebagai tanda “hidup dalam pertobatan”; ia mengenakan jubah sederhana yang dirancangnya sendiri, pakai seutas tali dengan kaki telanjang. Ia mulai berkhotbah perihal Kerajaan Allah dan mengajak semua orang bertobat. Ini terjadi pada tahun ketiga pertobatannya (Iriarte, 1995:22). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61 Pada saat inilah pengikut-pengikutnya yang pertama menggabungkan diri dengan Fransiskus. Fransiskus sebagai pelopor pertama gerakan Fransiskan tanpa merencanakannya sebelumnya. Dia menerima saudara dan saudarinya sebagai hadiah dari Allah yang Mahatinggi dan mulai membagikan kepada mereka harta “kebesan roh” tanpa ikatan duniawi, yang ditemukan dengan mengikuti Kristus yang miskin. Fransiskus di dalam mengambil setiap keputusan dia bercermin pada Injil, yakni bahwa Kristus senantiasa berbicara kepada orang yang tulus hati melalui kata-kata Injil. Bagi Fransiskus Injil lebih daripada suatu doktrin, akan tetapi Injil adalah suatu kehidupan yang berasal dari Allah sendiri. Kristus yang ditemukan oleh Fransiskus dalam diri saudara dan saudari yang miskin, menderita, lemah, tersingkir, mewahyukan diri kepadanya sekarang hidup, lembut menyapa dia melalui teks-teks Injil. Fransiskus merenungkan teks-teks suci ini, seluruh warta Injili lambat laut diringkaskan dalam kedinaan Putra Allah, yang menjadi saudara semua orang. Allah yang menjelma dalam diri Yesus Kristus mengambil kodrat manusia, yang rela mengosongkan diri, mengalami kemiskinan dan penderitaan untuk menjalankan kehendak Bapa demi penebusan dosa dan keselamatan umat-Nya. Menjelang akhir hidupnya Santo Fransisikus dari Assisi berkata: Baiklah membaca kesaksian Kitab Suci; baiklah mencari Tuhan Allah kita di dalamnya. Akan tetapi aku telah menjadikan milikiku begitu banyak dari Kitab Suci sampai-sampai aku mempunyai lebih dari cukup untuk kurenungkan dan kuresapi dalam batin. Aku tak butuh lain lagi putra-putraku; aku mengenal Kristus yang miskin dan tersalib (Iriarte, 1995:27). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62 Dengan demikian jelaslah bagi mereka, para pengikut Santo Fransiskus dari Assisi bahwa seluruh uraian di atas ingin mengajak mereka untuk merenungkan, mengerti, memahami serta mempraktikannya dalam seluruh tugas, perkerjaan dan karya yang mereka lakukan. Dalam melakukan semuanya ini, mereka dapat bercermin tentang kemiskinan Yesus Kristus dalam Injili. Hendaknya pola hidup para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) menepati Injil suci Tuhan Yesus Kristus, dengan hidup dalam ketaatan, dalam kemiskinan dan kemurnian. Para Bruder MTB diajak untuk menepati kemiskinan dan kerendahan hati serta Injil suci Tuhan Yesus Kristus yang telah mereka janjikan dengan teguh dalam iman katolik. Hidup Injil adalah hidup Yesus, hidup yang sempurna, kesempurnaan Injil, yang hendak dicapai dan dikejar. Injil adalah Sabda Yesus, yang adalah sabda Bapa, sabda Roh Kudus. Inilah sasaran terakhir yang ingin mereka capai, yakni bersatu dengan Allah Tritunggal sebagai hidup yang terdalam, hidup yang ada selama-lamanya yakni hidup yang kekal abadi dalam kerajaan surga. 4. Kemiskinan dalam perspektif hidup Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) Para saudara Bruder MTB sebagai pengikut Santo Fransiskus dari Assisi pola hidup mereka adalah menepati Injil suci Tuhan kita Yesus Kristus, dengan hidup dalam ketaatan, kemiskinan dan kemurnian. Untuk lebih jelasnya pola hidup para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) dalam Kongregasi sesuai dengan pedoman sebagaimana telah diatur dalam Anggaran Dasar (AD Pasal I. Art 1 dan 2) berkuit ini: Pola hidup saudara-saudari Ordo Ketiga Regular Santo Fransiskus ialah: menepati Injil suci Tuhan kita Yesus Kristus, dengan hidup dalam ketaatan, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63 kemiskinan dan kemurnian. Sebagai pengikut Yesus Kristus menurut teladan Fransiskus, mereka wajib mengerjakan hal-hal yang lebih besar dan luhur dengan menepati perintah dan nasihat Tuhan kita Yesus Kristus; dan mereka harus mengingkari diri sebagaimana mereka masing-masing telah janjikan kepada Allah (Anggaran Dasar Bruder MTB, 1999: Art 1). Saudara-saudari dari Ordo ini, bersama semua orang yang mau mengabdi Tuhan Allah di dalam Gereja yang kudus, katolik dan apostolik, hendaknya bertekun dalam iman dan pertobatan yang sejati. Mereka mau menghayati pertobatan injili ini dalam semangat doa dan kemiskinan serta kerendahan hati. Dan hendaklah mereka menjauhkan diri dari segala kejahatan dan tekun dalam yang baik hingga akhir; sebab Putra Allah sendiri akan datang dengan mulianya dan mengatakan kepada semua orang yang mengakui Dia dan menyembah serta mengabdi kepada-Nya dalam pertobatan: Mari, hai kamu yang diberkati BapaKu, terimalah kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak awal dunia (Anggaran Dasar Bruder MTB, 1999: Art 2). Dari uraian di atas sangat jelas untuk memberikan gambaran kepada saya dan juga teman-teman para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) yang lainnya, bahwa Anggaran Dasar menentukan seluruh arah hidup karya dan tugas para Bruder MTB, sebagai anggota Ordo Ketiga Regular Santo Fransiskus dari Assisi. “Demi nama Tuhan inilah Anggaran Dasar dan Cara Hidup Saudara-saudari Ordo Ketiga Regular Santo Fransiskus”. Demi nama Tuhan menunjukan bahwa segala sesuatunya diarahkan hanya kepada Tuhan saja. Kata-kata ini seperti dalam sumpah atau janji, yang menyebutkan nama Tuhan sebagai jaminannya. Anggaran Dasar dalam Kongregasi Bruder MTB ingin menegaskan bahwa hanya kepada Tuhan sajalah cara hidup para Bruder MTB diarahkan. Dengan demikian Tuhan menjadi pusat dan tujuan dari cara hidup para saudara Bruder MTB yang mengikuti Anggaran Dasar ini. Cara hidup menurut Santo Fransiskus dari Assisi yang tercermin dalam Anggaran Dasar itu menjadi nyata dalam uraiannya, yang memberikan petunjuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64 bahwa cara hidup itu tidak lain daripada: menepati Injil suci Tuhan Yesus Kristus dalam tugas dan karya yang para saudara Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) lakukan dengan hidup dalam ketaatan, kemiskinan dan kemurnian. Para saudara Bruder MTB dengan seluruh diri serta kemampuannya mau menepati Injil suci Tuhan Yesus Kristus. Berusaha untuk mau hidup sebagaimana telah dirintis oleh Yesus Kristus sendiri. Caranya ialah mau hidup dalam ketaatan, dalam kemiskinan dan kemurnian. Yesus Kristus yang taat dan miskin mau turun kedunia ini demi keselamatan dan kebahagian umat manusia. Hendaknya para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) dalam tugas dan karya pelayanannya mau belajar secara sungguh-sungguh dari pribadi Yesus Kristus, sebab sejak kehadiran-Nya, Yesus Kristus sudah mendapatkan acaman sejak dari sedia kala, sejak masih bayi. Namun Yesus Kristus itu tetap setia pada kehendak Bapa yang telah mengutus Dia kedunia, maka segalanya dilaksanakan-Nya dengan penuh kesetiaan. Yesus Kristus tidak pernah mengingkari/mengkhianati janji-Nya, tetapi Dia tetap setia dalam segala sikap, hidup dan karya-Nya. Saya dan juga para saudara Bruder MTB, sebagai pengikut Santo Fransiskus dari Assisi yang hidup miskin, taat dan murni seturut Injil Tuhan kita Yesus Kristus. Hendaknya, para saudara Bruder MTB menghayati dalam perspektif Kongregasi Bruder MTB yakni pengosongan diri Tuhan kita Yesus Kristus dan ketergantungan sepenuhnya hanya kepada Allah sumber segala kehidupan. Peleksanaan kemiskinan dalam Kongregasi yang kami hayati sesuai dengan Anggaran Dasar (AD) pasal VI “Hidup Dalam Kemiskinan” artikel 21 dan 22 yang mengatakan bahwa: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65 Saudara saudari semuanya hendaklah berusaha mengikuti kerendahan hati dan kemiskinan Tuhan kita Yesus Kristus; Dia sekalipun kaya melampaui segalanya, mau sendiri memilih kemiskinan di dunia ini bersama Bunda-Nya, Perawan yang amat terberkati; dan Dia telah menghampakan diri-Nya sendiri. Dan hendaklah mereka ingat bahwa dari segala barang dunia ini, tidak ada perlu kita miliki selain apa yang dikatakan Rasul: Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah itu untuk kita. Dan hendaklah mereka sungguh-sungguh waspada terhadap uang. Mereka harus bergembira apabila mereka hidup di tengah orangorang kecil yang dipandang hina, di tengah orang yang miskin dan lemah, orang sakit dan orang berkusta serta para pengemis di pinggir jalan (Anggaran Dasar Bruder MTB, 1999: Art. 21). Mereka yang sungguh-sungguh miskin dalam roh, tidak membuat sesuatu pun menjadi miliknya dengan orang lain; tetapi mereka hidup di dunia ini sebagai peziarah dan perantau. Itulah keluhuran kemiskinan yang tertinggi, yang menetapkan kita menjadi ahli waris dan raja kerjaan surga, membuat kita miskin akan harta benda, tetapi meninggikan kita dengan keutamaankeutamaan. Itulah yang hendaknya menjadi bagian kita, yang membawa kita ke negeri orang-orang hidup. Dengan tetap melekat padanya sepenuh-sepenuhnya, kita untuk selamanya tidak mau memiliki sesuatu lainnya di bawah kolong langit, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus (Anggaran Dasar Bruder MTB, 1999: Art. 22). Dalam hal ini kemiskinan juga harus nyata dalam hidup para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB). Anggaran Dasar (AD, Art. 21) mengatakan bahwa “Mereka harus bergembira apabila mereka hidup di tengah orang-orang kecil dan yang dipandang hina, di tengah orang miskin dan lemah, orang sakit dan orang berkusta serta para pengemis dipinggir jalan”. Hidup di sekitar mereka yang berkekurangan, miskin, difabel dan menderita menuntut sesuatu keberanian dalam diri pribadi dan juga secara bersama-sama dari para Bruder MTB. Pada umumnya untuk zaman sekarang ini, setiap orang dan mungkin juga para Bruder MTB akan lebih menyukai hidup yang berkelimpahan harta atau berada di tengah-tengah orang-orang yang kaya dan mewah hidupnya. Mungkin sebagian besar orang-orang yang hidup di zaman modern saat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66 sekarang ini, menganggap kemiskinan atau kesengsaraan dianggapnya sebagai sesuatu kecelakaan dalam hidup dan bukan berkat. Akan tetapi saya berharap tidak demikian halnya dengan para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) yang ingin mengikuti teladan Santo Fransiskus dari Assisi dalam menghayati kaul kemiskinan. Sebab Fransiskus justru hidup di tengah-tengah mereka yang miskin dan bersengsara merupakan berkah baginya. Hatinya diketuk untuk bersikap solider dengan mereka, yang hidup miskin, orang-orang kusta, orang-orang kecil dan menderita pada zaman Fransiskus dari Assisi. Dia bahkan sehati seperasaan dengan mereka yang bersengsara dan menderita pada zamannya. Dalam keperluan pribadi hendaklah kita waspada agar jangan memupuk kebutuhan akan harta material yang tidak terpuaskan, mengumpulkan uang dan berdagang, mengembangkan cadangan atau dengan berbagai cara memperoleh harta yang tidak sesuai dengan usaha kita untuk menghayati kemiskinan (Konstitusi Bruder MTB, 1999: Art. 67). Kemiskinan kita hendaknya nyata di segala bidang, terutama dalam pakaian kita. Sebagai kesaksian dari kemiskinan dan hidup bakti para bruder memakai pakain biara lembaga kita sebagaimana itu diatur oleh ketetapan lembaga kita sendiri. Pemimpin umum dapat menguasakan Pemimpin Provinsi/Regio untuk mengizinkan pemakaian pakaian sipil sederhana, kalau alasan-alasan kuat menuntut demikian, dan hanya selama situasi memerlukan. Kemiskinan itu hendaknya juga mempengaruhi bangunan dan iventaris rumah-rumah kita, makanan, alat-alat yang dipakai peralatan dan perabot rumah, rekreasi, perjalanan dan liburan kita. Segala-galanya harus menunjukan kesederhanaan yang dibarengi dengan gaya hidup kesederhanaan yang dibarengi dengan gaya hidup yang penuh rasa keindahan. Keputusan-keputusan mengenai jumlah uang yang besar baik untuk keperluan pribadi maupun untuk karya yang diemban hendaknya selalu diambil dalam perundingan dengan atasan. Pempinan Kongregasi harus memberi teladan dalam kesederhanaan dan keugaharian dan bersama dengan persekutuan berusaha agar semangat ini tetap hidup nyata (Konstitusi Bruder MTB 1999: Art. 68). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67 Justru mereka yang miskin, menderita dan kurang diperhitungkan dalam masyarakat hendaknya hati dan perasaan para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) agar ikut ambil bagian untuk dapat melihat kedalam dimensi ilahinya. Sebab hidup dan menolong orang miskin, difabel, lemah, menderita dan tersingkir tidak akan mendapat balasan material apapun. Akan tetapi bagi para Bruder MTB yang percaya kepada penyelenggarahi ilahi yakni Injil Tuhan kita Yesus Kristus, upahnya besar di sorga. Dengan berada dan sekaligus berkerja di antara mereka yang miskin, menderita, dipandang rendah dan dimarginalkan, oleh sesamanya merupakan pelayanan yang sungguh berarti. Sebagai pengikut Santo Fransiskus dari Assisi para Bruder MTB seharusnya percaya bahwa jaminan hidup yang sejati abadi dan kekal adalah jalan menuju hidup Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Allah mereka, Sang Juru selamat bagi orang yang percaya. Dalam Yesus Kristus itulah segalanya akan dipenuhui oleh-Nya. 5. Dasar Penghayatan Kaul Kemiskinan dalam Tarekat/Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) Bagi para Bruder MTB dasar penghayatan kaul kemiskinan dalam Kongregasi dapat dilihat dalam Anggaran Dasar dan Statuta terutama dalam visi dan misi Kongregasi Bruder MTB mengatakan: Saudara saudari semuanya hendaklah berusaha mengikuti kerendahan hati dan kemiskinan Tuhan Yesus Kristus; Dia sekalipun kaya melampaui segalanya, mau sendiri memilih kemiskinan di dunia ini bersama Bunda-Nya, Perawan yang amat terbarkati; dan Dia telah menghampakan diri-Nya sendiri. Dan hendaklah mereka ingat bahwa dari segala barang dunia ini, tidak ada perlu mereka miliki selain apa yang dikatakan Rasul: Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah itu untuk mereka. Dan hendaklah mereka sungguh-sungguh PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68 waspada terhadap uang. Mereka harus bergembira apabila mereka hidup di tengah orang-orang kecil yang dipandang hina, di tengah orang yang miskin dan lemah, orang sakit dan orang berkusta serta para pengemis di pinggir jalan (Anggaran Dasar Bruder MTB, 1999: Art. 21). Dengan sangat jelas Anggaran Dasar (AD) pasal VI “Hidup Dalam Kemiskinan” berbicara mengenai kaul kemiskinan. Bagi para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) maksud dan tujuan dari isi pernytaan Anggaran Dasar pasal VI artikel 21 di atas adalah: Mau mengajak para Bruder MTB untuk setia dalam mengikuti hidup Yesus Kristus, yang mau merendahkan diri dan hidup miskin serta solider kepada kaum marginal. Sebagaimana cara hidup dan kerendahan hati, sikap solider serta kemiskinan Tuhan Yesus Kristus sudah dipraktikan oleh Santo Fransiskus dari Assisi, demikian juga yang diharapkan dari para Bruder MTB sebagai pengikutnya, dengan berpegang teguh pada teladan dan cara hidup Santo Fransiskus dari Assisi. Anjuran ini seperti tertulis dalam Anggaran Dasar antara lain menyatakan “Saudara-Saudari semuanya hendaklah berusaha mengikuti kerendahan hati dan kemiskinan Tuhan Yesus Kristus; Dia sekali pun kaya melampaui segalanya, mau sendiri memilih kemiskinan di dunia ini bersama Bunda-Nya, Perawan yang amat terberkati dan Dia menghampakan diri-Nya sendiri” (Anggaran Dasar Bruder MTB 1999:24). Sebagaimana Yesus Kristus yang adalah guru dan teladan hidup umat beriman Kristiani, sudah sepatutnyalah para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB), dengan segala kelemahan, kekurangan dan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing bruder berusaha untuk mencontohi serta mempraktikkan hidup miskin seturut Injil Yesus Kristus seperti yang telah terlebih dahulu dipraktikkan oleh Santo Fransiskus dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69 Assisi dan para pengikutnya. Yesus Kristus adalah pusat hidup umat beriman. Bagi Fransiskus dari Assisi dan juga para pengikutnya Yesus Kristus adalah satu-satu jalan untuk menuju kepada Bapa, dan perjalananya untuk itu adalah perjalanan dalam kemiskinan. Sebagai pengikut Santo Fransiskus dari Assisi para Bruder MTB harus tetap menjaga kemiskinan yang telah diwariskan oleh Faransiskus dari Assisi semasa hidup dan dalam pertobatannya. Oleh sebab itu para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) di zaman modern sekarang ini hendaknya, penghayatan dalam hidup kemiskinan harus selalu dipraktikkan, dijaga dan dipertahankan dengan identifikasi diri mereka dengan orang miskin, dan dikonkretkan dalam pelayanan mereka bersama di tengah-tengah orang miskin. Pelayanan kemiskinan dalam tradisi Bruder MTB sejak Kongregasi ini di dirikan hingga sampai sekarang ini berkarya dalam dunia pendidikan, memberikan beasiswa kepada siswa yang kurang mampu, merawat orang kusta di Sani Pati Jawa Tengah, menidirikan asrama putra dan putri, dan lain sebagainya. Dalam 2 Kor. 8:9 dikatakan: “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya”. Yak. 2:5 mengatakan: “Dengarkanlah, hai saudara-saudara yang kukasihi! Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia?”. Dalam menyelenggarakan karya tradisi Kongregasi pendidikan dan pengajaran kita mengacu kepada visi dan misi Kongregasi Yayasan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70 Pendidikan Sekolah Bruder (YPSB) yang menangani secara langsung karyakarya tersebut. Visi Kongregasi : Hidup sebagai hamba Tuhan untuk mewujudkan kemulian Allah dalam persaudaraan injili. Misi Kongregasi : Dijiwai oleh semangat kesederhanaan dan kepercayaan dalam menanggapi situasi jaman, para bruder MTB mau menjadi saudara bagi yang lain dengan: - Membangun persaudaraan sejati yang menjunjung tinggi martabat manusia. - Memberi pelayanan yang memberdayakan mereka yang miskin dan lemah khususnya lewat pembinaan kaum muda. Indentitas bruder yang hendak dinampakan dalam karya: “Kita adalah saudara pendidik, hidup sebagai hamba Tuhan yang memiliki sikap “Simpliciter et confidenter” atau hidup di dalam kesederhanaan, dalam persaudaraan, berkewajiban sebagai pemelihara, pemulih dan pengembangan ciptaan (Statuta Bruder MTB, 2014: Art. 42). B. Dimensi-dimensi dalam Penghayatan Kaul Kemiskinan menurut Tarekat/Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) Dalam Tarekat/Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) penghayatan dan semangat kaul kemiskinan merupakan sesuatu hal yang sangat bernilai bagi kehidupan persaudaraan dan karya kerasulan para Bruder MTB. Dalam peraturan hidup para Bruder MTB, Anggaran Dasar pasal VI berbicara mengenai “Kaul Kemiskinan”. Anggaran dasar antara lain menyatakan: “Saudara-saudari semuanya hendaklah berusaha mengikuti kerendahan hati dan kemiskinan Tuhan Yesus Kristus; Dia, sekalipun kaya melampui segalanya, mau sendiri memilih kemiskinan di dunia ini bersama Bunda-Nya, Perawan yang amat terberkati; dan Dia menghampakan diriNya sendiri”. Sebagai pengikut Santo Fransiskus dari Assisi seharusnya para Bruder MTB dalam merealisasikan penghayatan akan kaul kemiskinan harus sungguh nyata dalam hidup persaudaraan dan karya kerasulan mereka. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71 Dalam “Anggaran Dasar” sebagai pedoman dan peraturan hidup para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) dinyatakan bahwa pelaksanaan penghayatan kaul kemiskinan sebagai berikut: “Dan hendaklah mereka ingat bahwa dari segala barang dunia ini, tidak ada perlu mereka miliki selain apa yang dikatakan Rasul: Paulus dalam 1 Tim 6:8 “Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah itu untuk kita”. Dan hendaklah mereka sungguh-sungguh waspada terhadap uang”. “Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka” (1 Tim 6:10). “Tuhan Yesus berkata, “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan sebab walaupun seseorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidak bergantung daripada kekayaannya itu” (Luk 12:15). Dengan mengikrarkan kaul kemiskinan para Bruder MTB diajak untuk melepaskan hak milik harta kekayaan dalam kongregasi. Para bruder hanya mempunyai hak pakai dengan izin dari kongregasi. Dengan kaul kemiskinan para Bruder MTB kehilangan hak milik atas barang-barang, gaji dan honor yang mereka terima. Maka mereka tidak minta warisan lagi. Semua barang dan uang yang mereka terima adalah menjadi milik, dan harus diserahkan kepada kongregasi. Dalam Statuta Bruder MTB pasal IV, Art. 42 dikatakan bahwa: Baiklah kita sadari pula bahwa dalam diri kita ada kecenderungan untuk memiliki dan mengusai barang-barang, menyimpan dan menimbun kekayaan, menyalahgunakannya bagi kepentingan, kenikmatan dan jaminan sendiri (nyaman dan aman). Untuk membebaskan diri dari kecenderungan itu, dengan tulus ikhlas: Segala pendapatan yang kita peroleh secara pribadi maupun komunitas, seperti gaji, honor, uang pensiun, premi, bonus, tunjangan, hadiah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72 atau pun sumbangan kita serahkan kepada Kongregasi lewat pemimpin komunitas. Bakat, pengalaman, ketrampilan, pengetahuan, pendapat atau gagasan yang ada dalam diri kita, kita persembahkan kepada Kongregasi untuk kehidupan bersama dengan pengembangan karya kerasulan kita; kita menyerahkan hak pengelola harta dan warisan kepada orang yang kita kehendaki. Rumah kita dan segala perlengkapannya, pakaian dan keperluan pribadi lainnya diusahakan sederhana, baik menurut ukuran harganya, maupun model atau pun tipenya. Kita menyusun dan berusaha menataati anggaran belanja tahunan komunitas; secara jujur dan terbuka kita membuat laporan penggunaan uang untuk keperluan pribadi, maupun karya secara teliti dan benar serta dapat dibuktikan. Hendaknya kita jangan terlalu mudah meminta-minta barang maupun uang kepada orang lain di luar komunitas kita (tidak etis). Kepemilikkan barang-barang berharga haruslah diberitahukan kepada pemimpin komunitas, dan diteruskan kepada pimpinan provinsi. 1. Miskin harta Dengan mengikrarkan kaul kemiskinan para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) melepaskan hak untuk memiliki harta kekayaan dalam kongregasi. Para Bruder MTB hanya mempunyai hak pakai dengan izin dari kongregasi. Dengan demikian para Bruder MTB kehilangan hak milik atas barang-barang yang mereka terima. Dalam arti tidak menjadi milik mereka secara pribadi, akan tetapi menjadi milik bersama dalam kongregasi. “Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada" (Luk, 12:34). Dalam statuta pasal IV peraturan hidup para Bruder MTB tentang “Persekutuan Harta” 2011, (Art. 41) dikatakan bahwa: Kaul kemiskinan kita wujudkan dalam persekutuan harta. Seturut Sabda Injil dan dengan tulus ikhlas segala milik dan pendapatan kita, kita serahkan kepada kongregasi. Dengan demikian kita hendak menyatakan kesediaan untuk berbagi demi kebahagian kita bersama dan orang lain. Kaul kemiskinan menuntut kita untuk memperjuangkan dan memperkembangkan keadilan dan kesejahteraan dalam pemanfaatan sarana hidup serta kekayaan alam yang tersedia secara wajar dan bijaksana. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73 Dalam peraturan hidup para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB), Konstitusi pasal IV berbicara mengenai “Hidup Dalam Persekutuan Harta”. Antara lain menyatakan bahwa “Mereka serahakan segala sesuatu yang mereka terima beserta penghasilannya kepada kongregasi dan mereka mau hidup dalam persekutuan harta untuk berbuat baik kepada sesama manusia dan dunia”. Mat. 19:21 “Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku”. Marpaung (2008:69) mengatakan bahwa “Dasar dan alasan kemiskinan ini, bagi Fransiskus, adalah Allah yang baik, sumber segala yang baik. Allah inilah pemilik satu-satunya. Maka dari itu, segala sesuatu yang ada pada mereka harus dikembalikan kepada-Nya. Allah-lah Raja dan tuan segala sesuatu yang telah menganugerahkan harta materi kepada manusia. Manusia hanyalah peminjam di hadapan Allah, maka oleh karena itu manusia harus menaruh kembali ke tangan Allah apa yang diterimanya dalam hidup. Jadi, dalam hal ini, kemiskinan ialah pengembalian barang materi kepada Tuhan. Manusia hanyalah pengemis di hadapan Tuhan, dan Tuhan adalah donatur besar yang membagikan harta benda-Nya kepada semua orang”. Maka dalam hal ini penghayatan dan semangat kemiskinan para Bruder MTB bukan berarti meremehkan hal-hal materiil, bukan pula penolakan harta yang berarti membuangnya begitu saja, tetapi mengembalikannya kepada pemiliknya yaitu Tuhan. Melalui karya pelayanan dan kerasulan yang para Bruder MTB lakukan dengan membantu sesamanya yang miskin, lemah, tersingkir dan difabel. “Kata Yesus PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74 kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Kerajaan Allah meninggalkan rumahnya, istrinya atau saudaranya, orang tuanya atau anak-anaknya, akan menerima kembali lipat ganda pada masa ini juga, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal" (Luk, 18:29-30). Kongregasi sebagai badan hukum mempunyai kemampuan untuk memperoleh, memiliki, mengelola dan mengalihkan pemilikan harta duniawi. Kongregasi menerima dan memiliki uang dan harta benda sebagai persekutuan, sehingga baik bruder, komunitas, atau pun Provinsi/Regio tidak dapat menuntut hak eksklusif atas harta itu bagi dirinya sendiri saja. Pimpinan Provinsi dapat diberi wewenang oleh Pimpinan umum untuk memperoleh, memiliki, mengelola dan mengalih milikkan harta kongregasi. Segala yang diperoleh seorang bruder dengan usaha sendiri atau dengan usaha atas nama kongregasi diperolehnya bagi kongregasi. Segala yang diberikan kepadanya sebagai pensiun, bantuan atau imbalan dalam bentuk apa pun, diperolehnya untuk kongregasi (Konstitusi Bruder MTB, 1999: Art. 53). Para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) diharuskan untuk menaati semua peraturan, baik umum maupun khusus tentang kemiskinan persekutuan harta dan keugaharian sebagaimana ditetapkan dalam statuta dan konstitusi kongregasi atau yang akan ditetapkan oleh pemimpin kongregasi yang sah. “Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi. Dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya” (1 Tim. 6:18-19). 2. Miskin dalam Roh “Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada mereka segala sesuatu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75 untuk dinikmati” (1Tim. 6:17). Godaan yang dialami setiap orang ialah menciptakan sandaran alternatif dari Allah, yakni menaruh kepercayaan entah pada diri sendiri atau orang yang berkuasa dan berpengaruh serta dalam kekayaan. Orang yang sungguh miskin adalah dia yang bebas dari setiap bentuk rasa cukup pada diri sendiri atau penilaian salah terhadap diri sendiri dan dari usaha bersandar pada manusia dan percaya kepada kekayaan. “Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging karena keduanya bertentangan sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki” (Gal. 5:16-17). Semoga Bruder MTB, berkat rahmat Allah yang mahakuasa mampu hidup dan memberikan diri dipimpin oleh Roh Allah. Sedangkan orang yang miskin dalam roh tidaklah sama saja dengan seorang kaya yang hatinya terpisah dari harta kekayaannya, tetapi ia rendah hati, menempatkan Allah sebagai kepercayaannya dan satu-satunya sandaran hidupnya. Orang yang sungguh miskin dalam roh adalah orang yang bebas dari setiap jaminan palsu Conti (2006:132). Mereka yang sungguh-sungguh miskin dalam roh, tidak membuat sesuatu pun menjadi miliknya sendiri, juga tidak mempersengketakannya dengan orang lain; tetapi mereka hidup di dunia ini sebagai peziarah dan perantau. Itulah keluhuran kemiskinan yang tertinggi, yang menetapkan mereka menjadi ahli waris dan raja kerajaan surga, membuat mereka miskin akan harta benda, tetapi meninggikan mereka dengan keutamaan-keutamaan. Itulah yang hendaknya menjadi bagian mereka, yang membawa mereka ke negeri orangorang hidup. Dengan tetap melekat kepada-Nya sepenuh-penuhnya, mereka untuk selamanya tidak mau memiliki sesuatu lainnya, di bawah kolong langit, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus (Anggaran Dasar Bruder MTB, 1999: Art. 22). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76 “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku” (Gal. 2:20). Iriarte (1995:64) mengatakan bahwa Fransiskus dari Assisi merasakan kebebasan yang sangat luar biasa setelah dia menanggalkan segala-galanya di depan Uskup Assisi. Pengalaman bebas ini, berkat bantuan rahmat Allah yang memberikan kepada jiwa dan hatinya untuk mendengarkan bisikan “Roh Kudus”. Rohlah yang memberi jaminan kepada mereka bahwa mereka adalah anak-anak Allah. Bukannya roh “perbudakan” tetapi roh “yang menjadikan seorang anak” yang menggerakan orang untuk bertindak secara yakin dalam keluarga Allah (bdk. Rm 8:14-16). “Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan” (2 Kor 3:17). Peraturan hidup para Bruder MTB Statuta, Art. 53 dikatakan bahwa: Ketaatan total kepada Allah merupkan jalan keselamatan yang ditunjukan Yesus yang mengorbankan diri-Nya bagi kita. Kaul ketaatan menuntut kita untuk rendah hati dan bebas melepaskan kemauan sendiri agar mampu dan rela mengambil/mengakui keputusan-keputusan demi kebaikan keseluruhan yang dikehendaki Allah bagi kita. Karena itu para saudara wajib tunduk kepada para pemimpin kita. Hal ini merupakan pemberian diri kita satu kepada yang lain dalam Kongregasi. Penyerahan diri itu terwujud pada hubungan personal, saling menghormati, mempercayai, kesediaan menerima apa adanya, saling memberi saran dan pendapat. Kewibawaan pimpinan diperoleh terutama bukan karena jabatan atau kemampuan pribadinya, yang merupakan hasil permenungan hubungannya dengan Allah. Conti (2006:133) mengatakan bahwa “Miskin dalam roh tidak lahir sendiri, tetapi terbentuk melalui nilai-nilai kerajaan Allah dan mesti dibayar dengan pengurbanan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77 dan penyangkalan diri terus- menerus”. Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia (1 Tim 6:17). Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan (2 Kor. 3:17). Kemiskinan dalam roh bila dihayati, dipahami dan dimengerti dengan baik sungguh dapat membebaskan dan amat membantu para Bruder MTB untuk menjadi pribadi dewasa, penuh keseimbangan, tahu melakukan pilihan-pilihan dalam terang iman dan panggilan misi khusus, serta merasa pasti akan pertolongan Tuhan. "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga” (Mat. 5:3). Miskin dalam roh mengandaikan seorang bruder atau siapa saja yang mengalaminya, orang tersebut tidak mudah cemburu, dan tidak mudah tersinggung karena kata-kata yang menghina dirinya atau karena segala sesuatu yang ditujukan kepadanya. "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, istrinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku” (Luk 14:26). “Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu” (Mat 5:39). Mereka yang sungguh miskin dalam roh mengandalkan Allah dalam hidupnya, dan bertolak belangkang dengan orang sombong yang percaya pada diri sendiri. “Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataanperkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup” (Yoh 6:63). Fransiskus PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78 dari Assisi berusaha menyampaikan kepada saudaranya askese tentang kemiskinan dalam roh. Bahkan juga kepada para calon, yang hendak masuk persaudaraan mereka harus menuruti nasihat Injil untuk membagikan segala sesuatu kepada kaum miskin, Fransiskus dari Assisi tidak menuntut sesuatu hal yang spektakuler tetapi kemiskinan dalam roh yang secara autentik. Tetapi jika ada seseorang yang tidak dapat memberi harta miliknya karena ada sesuatu halangan, namun ia mempunyai keinginan yang rohaniah, maka untuk dia cukuplah meninggalkan harta benda itu. Iriate (1995:64) mengatakan bahwa: Allah yang Mahakuasa, kekal, dan berbelaskasihan, perkenanlah kami yang malang ini, demi Engkau sendiri, melakukan apa yang setahu kami Engkau kehendaki, dan selalu menghendaki apa yang berkenan kepada-Mu, agar setelah dimurnikan dan diterangi di dalam batin serta dikobarkan oleh api Roh Kudus, kami mampu mengkuti jejak Putra-Mu yang terkasih, Tuhan kami Yesus Kristus, dan berkat rahmat-Mu semata-mata sampai kepada-Mu, yang Mahatinggi, Engkau yang dalam Tritunggal yang sempurna dan dalam Keesaan yang sederhana, hidup dan memerintah serta dimuliakan, Allah yang Mahakuasa sepanjang segala masa. Amin. Conti (2006:133) mengatakan bahwa “Dalam menghayati kemiskinan yang mendewasakan dan membebaskan ini, saudara-saudari memandang Fransiskus dari Assisi sebagai orang yang telah berhasil mencapai kebebasan integral. Ia bebas dari setiap bentuk egoisme dan perbudakan serta setiap bentuk tuntutan dari internal dan eksternal. Karena mereka miskin dalam roh seperti Fransiskus dari Assis, mereka menerima semua dari Allah dan sesama, dan tanpa bermaksud membalas jasa, mereka memberi kembali segalanya kepada Allah dan sesama. Karena miskin dalam roh, mereka bergaul dengan semua orang dengan kebebasan batiniah. Tanpa menjadikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79 orang lain atau harta itu milik mereka, saudara-saudari mampu memberi dan dalam kemiskinan mereka membuat orang-orang yang dijumpai dalam perjalanan hidup mereka menjadi kaya”. “Dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat 28:20). “Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia” (1 Kor 6:17). 3. Miskin secara radikal Ya Tuhan, punya-Mulah kebesaran dan kejayaan, kehormatan, kemasyhuran dan keagungan, ya, segala-galanya yang ada di langit dan di bumi! Ya Tuhan, punyaMulah kerajaan dan Engkau yang tertinggi itu melebihi segala-galanya sebagai kepala. Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari pada-Mu dan Engkaulah yang berkuasa atas segala-galanya; dalam tangan-Mulah kekuatan dan kejayaan; dalam tangan-Mulah kuasa membesarkan dan mengokohkan segala-galanya (1Taw. 29:1112). Ridick (1987:50) mengatakan bahwa “Apabila orang memusatkan diri pada Tuhan, maka nama kedudukan, gengsi serta kuasa menjadi tidak begitu penting. Orang tidak harus mempertahankan diri untuk disanjung, dihormati, dan mempunyai kekuasaan besar. Kristus sendiri menunjukan jalan ini dalam hidup-Nya: “Aku tidak memerlukan hormat dari manusia” (Yoh 5:41). Kita berani melepaskan segalanya itu karena berpengharapan akan Allah. Dari Kitab Suci kita mengenali bahwa Tuhan Allah adalah asal dan sumber hidup kita, serta penyelenggaraan dan tujuan akhir hidup kita. Dengan pengakuan itu kita menempatkan diri dalam ketergantungan pada-Nya. Maka hendaknya kita: selalu membangun hubungan yang erat dengan Dia; menyerap kekuatan hidup dari Dia; mengandalkan kuasa kasih-Nya yang tak terbatas, seraya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80 mengembangkan kemampuan manusiawi kita, dalam hal manejemen, kepemimpinan, keuangan, relasi sehat dan kreativitas; belajar dari Dia sikap kerendahan hati-Nya dan ketaatan kepada kehendak Bapa-Nya (Statuta Bruder MTB, 2014: Art. 2). Para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) diajak untuk bersikap lepas bebas terhadap hal-hal yang menghalangi mereka untuk dekat dengan Tuhan seperti: bersikap mementingkan diri sendiri, kesibukan untuk mencari uang, untung sendiri, dan mencari kenikmatan sendiri. Mencari nama baik agar dipuji dan dipuja banyak orang, mencari kuasa, kedudukan, gengsi dan lain sebaginya. Para Bruder MTB, seharusnya hanya mengutamakan kepentingan Tuhan dan sesama bukan sebaliknya, mencari kepuasan dan harga diri. Kemiskinan secara radikal sebagai sikap batin yang radikal ingin mengikuti Yesus Kristus bukan yang lain. Maka dari itu sebagai Bruder MTB mereka harus siap meninggalkan hasrat untuk memperoleh atau tetap memegang kedudukan yang baik dan pengharagaan sosial lainnya, yang membuat mereka melupakan Tuhan dan sesama. Dalam Konstitusi Bruder MTB (1999: Art. 218) dikatakan bahwa: Oleh sebab itu kita tidak berhasrat memperoleh atau tetap memegang kedudukan yang baik, tempat-tempat penuh kehormatan, gengsi, kekuasaan dan keuntungan. Janganlah kita berkerja demi pilihan atau kegemaran pribadi atau untuk mendapat pernyataan terima kasih. “Sebab bukan diri kami yang kami wartakan tetapi Yesus Kristus dan dari kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus” (2 Kor.4:5). Para Bruder MTB hendaknya menyerahkan diri secara total kepada penyelenggaraan ilahi juga mempunyai konsekuensi menyerahkan seluruh bakat dan kemampuan yang ada pada mereka, demi pelayanan penuh cinta kepada Kristus dan sesama. Kalau orang menyadari bahwa dia dianugerahi suatu kepekaan hati, suatu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81 bakat untuk menyenangkan dan menghibur sesama, kesabaran untuk mendengarkan orang lain, kecerdasan otak untuk mengerti, menganalisis atau kemampuan untuk berorganisasi, maka orang tersebut, harus mempersembahkan semuanya itu dengan membaktikan dirinya kepada Kristus, demi kepentingan sesama. "Pada waktu itu hal Kerajaan Surga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana” (Mat. 25:1-2). Kalau orang sungguh sadar akan kelemahan dan kemiskinan batinnya, justru hal tersebut akan membimbing mereka kepada Kristus dan membantu mereka menghindari sikap mementingkan diri sendiri dan mencari penghargaan demi kepuasan diri sendiri. “Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus” (Flp 3:7). Ridick (1987:50) mengatakan bahwa “Nama, kedudukan, gengsi dan kuasa bukan sesuatu yang abadi. Hanya orang yang tidak mempunyai kedalaman iman dalam batin sajalah yang akan takut kehilangan semuanya itu dan merasa tidak aman karenanya. Mereka ini merasa butuh dan terdorong untuk mencari nama, memamerkan status dan kuasa mereka”. Dewasa ini sering kali orang melihat adanya kecenderungan dari sementara orang yang entah secara sadar atau tidak sadar menghargai manusia secara matematis dan membangun hidup atas dasar hasil yang dapat diukur dan oleh karenanya lebih menekankan kemampuan profesional dari pada kehidupan rohani. Namun sebagai rohaniwan-rohaniwati, setiap orang tidak hanya dipanggil untuk melayani kebutuhan-kebutuhan fungsional dari masyarakat. Banyak orang lain yang mampu melaksanakannya. Masih ada hal yang lebih perlu dan yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82 harus mereka utamakan, yaitu secara radikal menghayati nilai-nilai rohani dan manusiawi sebab di dalamnya terletak kesejatian dan kekayaan nilai hidup. Berbahagialah hamba, yang tidak menganggap dirinya lebih baik apabila ia dipuji dan dihormati orang, daripada apabila ia dipandang hina, bodoh dan nista. Sebab, seperti apa nilai seseorang dihadapan Allah, begitulah nilai orang itu dan tidak lebih. Celakalah religius, yang diberi kedudukan tinggi oleh orang lain, dan tidak mau turun atas kehendaknya sendiri. Tetapi berbahagialah hamba, yang diberi kedudukan tinggi bukan atas kehendaknya sendiri, dan selalu ingin menjadi tumpuan kaki orang lainnya (Iriarte, 1995:114). Sebagai Bruder MTB sebaiknya mereka tidak perlu takut kehilangan dan juga tidak perlu berusaha untuk mencari ketenaran, kedudukan, gengsi, prestasi, dan kuasa sebab hal tersebut, bukanlah sesuatu yang kekal abadi dalam hidup sebagai seorang religius. Hanya orang yang tidak mempunyai kedalaman iman dalam batin sajalah yang akan takut merasa kehilangan semuanya itu dan dia merasa tidak aman dan nyaman karenanya. Biasanya orang-orang seperti ini merasa butuh dan terdorong untuk mencari nama, memamerkan ketenaraannya, statusnya dan kekuasaannya. Paus Fransiskus dalam Seruan Apostolik tentang Evangelii Gaudium atau Sukacita Injil (2013 EG. Art 2:7) mengatakan bahwa “Bahaya besar dalam dunia sekarang ini, yang diliputi oleh konsumerisme, adalah kesedihan dan kecemasan yang lahir dari hati yang puas diri namun tamak, pengejaran akan kesenangan sembrono dan hati nurani yang tumpul. Ketika kehidupan batin seseorang hanya terbelenggu dalam kepentingan dan kepeduliannya sendiri, tak ada lagi ruang bagi sesama, tak ada tempat bagi si miskin papa. Suara Allah tak lagi didengar, sukacita kasih-Nya tak lagi dirasakan, dan keinginan untuk berbuat baik pun menghilang. Banyak orang menjadi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83 korban, dan berakhir dengan rasa benci, marah dan lesu. Itu bukan jalan hidup yang dipenuhi martabat; ini bukanlah kehendak Allah bagi mereka, juga bukan hidup dalam Roh yang bersumber pada hati Kristus yang bangkit”. 4. Dalam persaudaraan Hidup sebagai saudara dalam Kongregasi/Tarekat Bruder Maria Tak Bernoda (MTB), mempersatukan perbedaan di antara para anggotanya, yang berakar dan berdasarkan dalam cintakasih Kristus. “Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di surga” (Mat. 23:8-9). Conti (2006:143) mengatakan bahwa “Hidup dalam kasih persaudaraan merupakan suatu nilai manusia dan kristiani yang amat penting. Persaudaraan juga nilai yang amat penting dalam hidup religius dan hidup fransiskan. Sebab sesungguhnya Allah menghendaki agar semua manusia, yang diciptakan seturut gambar dan keserupaan dengan-Nya, dipanggil untuk membentuk suatu keluarga umat manusia dan memperlakukan satu sama lain dalam semangat bersaudara”. Para Bruder MTB menjunjung tinggi hidup sebagai saudara dalam pelayanan, sebagaimana dilakukan oleh Santo Fransiskus dari Assisi dan para saudaranya. “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi” (Yoh. 13:34-35). Hidup dalam kasih persaudaraan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84 tidak memandang suku, ras, budaya, agama, warna kulit, bahasa dan lain sebagainya. Akan tetapi hidup sebagai saudara mempersatukan semuanya. Persatuan dalam persaudaraan yang dibina dapat membebaskan seseorang dalam menghadapi tantangan persaudaraan bersama dalam melayani orang miskin. Dalam Konstitusi Bruder MTB (1999: Art. 220) dikatakan bahwa: Dalam persekutuan kita, hendaknya Injil menjadi kekuatan bagi pembaharuan diri dan seluruh Gereja. Kita berusaha mengembangkan kemanusian kita sebagai murid, sebagai pengikut Kristus, sesuai dengan sabda-Nya. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi” (Yoh13:35). “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu” (Yoh. 15:12). Persaudaraan ini merupakan persaudaraan bersama orang miskin yang tidak memiliki apapun kecuali satu-satunya kekayaan kekal dan sumber segala kehidupan yaitu “Tuhan Yesus sendiri”. Kekuatan yang menunjang persaudaraan ini, adalah kemiskinan yang membebaskan, karena kemiskinanlah yang membawa seseorang kepada pengosongan diri. Rm. 12:10. “Hendaknya kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat”. Dalam persaudaraan para Bruder MTB, perlu saling melayani dengan cintakasih, saling membasuh kaki antara sesama saudara seperti yang diteladankan oleh Yesus kepada para muridnya dalam Yoh. 13:14-15 dikatakan bahwa “Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu;. Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepadamu”. Hal ini sungguh menjadi nyata apabila setiap bruder siap sedia memberikan diri, serta menghargai satu dengan yang lainnya dalam melayani hidup sebagai saudara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85 dan mau menerima kekurangan serta kelebihan sesama saudara. Persaudaraan yang penuh cintakasih akan mendukung hidup bersama sebagai kaum religius dalam pelayanan, doa dan karya. Dalam pelayanan dan persaudaraan, hendaknya setiap Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) memperlakukan sesama saudara, seperti apa yang sudah tertulis dalam peraturan hidup bersama berikut ini: Kepada saudara yang sakit hendaklah kita berikan perhatian dan layanan yang jujur lagi tulus. Tanpa mengabaikan perawatan oleh kita sendiri, kita wajib mengusahakan bantuan medis bagi yang membutuhkannya. Sebaliknya saudara yang sakit hendaknya selalu berbesar hati dan bersyukur atas pelayanan dan perhatian para saudara, serta memaklumi kekurangan dalam pelayananya (Statuta Bruder MTB, 2014: Art. 81). Kita sekalian terikat pada kongregasi begitu erat, sehingga kita dengan tepat menyebut satu sama lain saudara. Masing-masing berusaha dengan caranya sendiri untuk menyediakan diri untuk pelaksanaan tugas, yang diterima dari kongregasi sebagai keseluruhan. Dari sebab itu semua harus menaruh perhatian hangat kepada suka dan duka seluruh kongregasi kepada kegiatankegiatan dalam komunitas kepada karya misionaris-misionaris kita kepada perkerjaan semua bruder. Demikianlah kita saling mendukung dalam penghayatan cita-cita yang sama (Konstitusi Bruder MTB, 1999: Art. 222). Persaudaraan atau persekutuan para Bruder MTB adalah sekelompok pribadi yang hidup dan menghormati kekhususan, kelemahan, kekurangan, dan kelebihan sesama anggota dan hak atas privasi masing-masing. Mereka membuat hidupnya dalam persaudaraan layak dihayati, bernilai dan berharga bagi sesama dan juga orang-orang yang mereka layani dalam tugas karya kerasulan mereka, sebagai kaum religius. Seperti umat Kristen pertama mereka mau menjadi sehati sejiwa (Kis 4:32). Dihimpun sebagai Gereja Kristus dan diutus untuk menjadi satu dalam ikatan persaudaraan. Mereka mewartakan Kristus satu sama lain kepada semua orang dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86 memberi kesaksian atas kedatangan Tuhan kelak” (Konstitusi Bruder MTB, 1999: Art 224). Hidup bersama sebagai saudara dalam Tarekat/Kongregasi Bruder MTB seturut semangat Santo. Fransisikus dari Assisi yang bertekun dalam ajaran Injil Yesus Kristus, dalam liturgi suci, terutama dalam perayaan Ekaristi, dalam doa, dalam pelayanan serta karya baik di dalam maupun keluar, kepada masyarakat. Harapannya semoga setiap Bruder MTB mampu untuk menjadi Gereja, yang bersedia dan berani mewujudkan diri demi kepentingan dan pelayanan kepada orang lain, dan bersama menuju Allah dalam ikatan persaudaraan. Adapun karya dan tugas pelayanan dalam persaudaraan Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) antara lain: Pendidikan formal, pendidikan non formal, karya sosial, pertanian dan asrama. Pendidikan formal: Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Pendidikan non formal: Lembaga Pelatihan Ketrampilan (LPK). Seperti kursus Komputer, Bahasa Inggris, menjahit dan lain sebagainya. Karya sosial: Penampungan orang kusta (Sani), Justice Peace and Integration of Creation (JPIC)/Keadilan Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan. Beasiswa, asrama: Putra dan putri, Pertanian dan perternakan. “Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri” (1 Ptr. 5:2). Hidup persaudaraan yang menjadi kekhasan masing-masing tarekat, dengannya semua anggota dipersatukan bagaikan dalam suatu keluarga khusus dalam Kristus, hendaknya ditentukan sedemikian sehingga semua PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87 saling membantu untuk dapat memenuhi panggilan masing-masing. Selain itu, dalam persekutuan persaudaraan yang berakar dan berdasar dalam cintakasih, para anggota hendaknya menjadi teladan dari pendamaian universal dalam Kristus (KHK. 2016: Kan. 602). “Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa” (Kis. 2:41). Hidup dalam persaudaraan Bruder MTB sebagai keluarga sejati, dihimpun oleh Tuhan serta menikmati kehadiran Tuhan dalam suka dan duka. “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka" (Mat. 18:20). Dalam keterbatasan sebagai manusia “dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati mereka oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada mereka” (Rm. 5:5). Saya percaya bahwa persekutuan atau hidup dalam persaudaraan yang dibina atau dijalani oleh para Bruder MTB menandakan kedatangan Kristus bagi sesama. Sebab hanya pada-Nyalah bersumber kekuatan untuk melayani dan merasul. Bandingkan dengan (bdk. Yoh. 13:35; 17:210). Memang harus diakui juga dalam hidup bersama, terutama dalam karya pelayanan dan kerasulan tidak mudah untuk menemukan model hidup persaudaraan atau persekutuan yang ideal, seperti yang diinginkan dan dipikirkan oleh banyak orang, bahwa semuanya harus sama, seragam dan lain sebagainya. (Konstitusi Bruder MTB, 1999: Art. 229) mengatakan: Hendaknya kita berani mengelurkan pendapat kita dengan ikhlas, dan dalam kesediaan untuk menaati mengemukakan apa yang menurut kita perlu dikemukakan demi cintakasih kepada sesama. Dengan keterbukaan yang jujur dan tulus hati dapat dimekarkan suatu dialog yang membuktikan penghargaan satu sama lain sepenuhnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88 Saya yakin dan percaya berkat kasih karunia dari Tuhan Yesus Kristus, walaupun itu tidak mudah untuk dilaksanakan namun, permasalahan dalam hidup bersama akan dapat diatasi dengan rendah hati saling mengakui kesalahan dan tidak menundanunda untuk minta maaf, serta dengan tulus ikhlas memaafkan kesalahan sesama saudara dengan cintakasih. ”Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan” (Kol. 3:4). “Mereka tahu, bahwa mereka sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena mereka mengasihi saudara mereka. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut” (1 Yoh. 3:14). Kesetiaan untuk saling mengasihi dalam hidup persaudaraan tampak dalam dukungan material dan moral kepada sesama saudara yang mengalami kesulitan dalam panggilan hidup bersama sebagai saudara. Dukungan antara sesama saudara yang lainnya, akan melahirkan semangat saling percaya dan pada gilirannya menimbulkan perasaan adanya kepastian perlindungan dari persaudaraan. (Konstitusi Bruder MTB 1999: Art. 223) mengatakan bahwa “Para anggota komunitas bersamasama merupakan kesatuan yang berpangkal pada panggilan yang sama dan pada penghargaan dan kepercayaan satu sama lain. Kesatuan itu tumbuh dari pengakuan keunikan dan keterbatasan pribadi masing-masing. Kesatuan itu menghargai kebaikan yang ada pada setiap saudara dan menudunginya dengan mantel cintakasih apa yang dilihat sebagai kekurangan dalam diri sesama saudara dan juga orang lain”. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89 C. Rangkuman Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) berusaha untuk menghidupi dan menghayati kaul kemiskinan dalam pelayanan dan persaudaraan seturut teladan dan semangat St. Fransiskus dari Assisi. Menurut Injil Tuhan Yesus Kristus. Sebab Dia, yang oleh mereka mau menjadi miskin, sekalipun Dia kaya, supaya mereka menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya. Bruder MTB, hidup dalam persekutuan sebagai saudara, mereka mengikrarkan ketiga kaul secara resmi untuk mencapai nasihat Injil antara lain, kaul kemiskinan. Mereka membaktikan diri pada karya kerasulan seperti: Pendidikan, karya sosial, asrama, pertanian, dan pengajaran iman Katolik. Dijiwai oleh semangat doa, pelayanan, penyangkalan diri, kesederhanaan, kemiskinan yang memampukan mereka untuk melepaskan dirinya dari ikatan harta duniawi, serta berusaha menepati Injil suci Tuhan Yesus Kristus. Sebab Tuhan adalah Roh dan di mana ada Roh Allah di situ ada kemerdekaan dan kebebasan. Seorang bruder yang sungguh-sungguh mampu menghayati kemiskinan dalam roh, tidak membuat sesuatu pun menjadi miliknya sendiri dan dengan orang lain; tetapi mereka hidup di dunia ini sebagai peziarah dan perantau. Mungkin kebanyakan orang yang hidup di zaman modern saat ini, menganggap kemiskinan atau kesengsaraan dianggapnya sebagai sesuatu kecelakaan dalam hidup dan bukan berkat. Tetapi tidak demikian halnya, dengan para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) yang ingin mengikuti teladan St. Fransiskus dari Assisi dalam menghayati kaul kemiskinan. Penghayatan semangat kemiskinan para Bruder MTB PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90 bukan berarti meremehkan hal-hal materiil, bukan pula penolakan dan pelepasan harta benda atau uang yang berarti membuangnya begitu saja, tetapi mengembalikannya kepada pemiliknya yaitu Tuhan. Melalui karya pelayanan dan kerasulan yang mereka lakukan dengan membantu sesamanya yang miskin, lemah, tersingkir dan difabel. Menghidupi dan menghayati kaul kemiskinan dalam pelayanan dan persaudaraan seturut teladan dan semangat St. Fransiskus dari Assisi, di zaman modern sekarang ini bukanlah sesuatu hal yang mudah untuk diwujudnyatakan dalam kehidupan sehari-hari. Sebab bahaya besar dalam dunia orang sekarang ini, yang diliputi oleh konsumerisme, adalah kesedihan dan kecemasan yang lahir dari hati yang puas diri namun tamak, pengejaran akan kesenangan harta duniawi, ketenaran, kuasa, dan hati nurani yang tumpul terhadap penderitaan sesama. Sebagai kaum religius, mereka tidak perlu takut kehilangan semunya itu, dan berusaha untuk mencari harta duniawi, ketenaran, kedudukan, gengsi, prestasi, dan kuasa sebab hal tersebut, bukanlah sesuatu yang kekal abadi dalam hidup mereka sebagai seorang religius. Hanya orang yang tidak mempunyai kedalaman iman kepada Tuhan yang akan takut kehilangan semuanya itu, dan mereka merasa tidak aman dan nyaman oleh karenanya. Ketika kehidupan batin orang terbelenggu dalam kepentingan dan kepedulian dirinya sendiri, sehingga tidak ada lagi ruang bagi sesama, tidak ada tempat lagi bagi orang sakit, miskin dan papa. Orang tidak mampu lagi untuk mendengarkan suara Allah, yang menggerakan hatinya untuk berbuat baik kepada orang sakit, miskin dan papa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB IV USULAN PROGRAM KATEKESE UNTUK MEMBANTU PENGHAYATAN KAUL KEMISKINAN DALAM PELAYANAN DAN PERSAUDARAAN BRUDER MARIA TAK BERNODA (MTB) Untuk membantu para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) menemukan makna penghayatan kaul kemiskinan dalam pelayanan dan persaudaraan melalui katekese, penulis dalam bab IV ini, akan menjabarkan tiga bagian pokok mengenai katekese: Pertama gambaran umum katekese yang meliputi: Pengertian katekese, katekese umat, tujuan dan tugas katekese. Kedua spiritualitas dalam pelayanan yang meliputi: Spiritualitas Fransiskan dalam pelayanan dan hidup persaudaraan, peranan spiritualitas Fransiskan dalam penghayatan kaul kemiskinan, upaya spiritualitas Fransiskan dalam meningkatkan penghayatan kaul kemiskinan, pengalaman praktik hidup, komunikasi pengalaman iman dan komunikasi dengan tradisi kristiani. Ketiga usulan program katekese yang meliputi: Katekese model Shared Christian Praxis (SCP), latar belangkang penyusunan program, pengertian program, tujuan program, contoh program, matriks pembinaan katekese dan contoh persiapan katekese dengan metode Shared Christian Praxis (SCP). A. Gambaran Umum Katekese Katekese merupakan usaha-usaha dalam mewartakan sabda Allah untuk menolong umat agar semakin memahami, menghayati, mengimani Yesus Kristus serta wujudnyatakan imannya dalam kehidupan sehari-hari melalui tindakan dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92 perbuatannya. “Sabda Allah adalah suatu intervensi ilahi yang berkuasa dan berbelaskasih, dalam mana Allah mewartakan diri-Nya dan rencana-Nya untuk persekutuan dan keselamatan seluruh umat manusia” (Telaumbanua, 1999:30). Dalam berkatekese terdapat unsur pewartaan, pengajaran, pendidikan, pendalaman dan pembinaan iman. “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat. 28:19-20). Dengan katekese diharapkan iman, hidup dan moral umat dapat berpadu secara integral. Katekese merupakan salah satu bentuk kegiatan atau usaha yang dapat dilakukan dalam membina iman para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB). Melalui kegiatan katekese diharapkan dapat membantu para Bruder MTB untuk menghayati, menggali serta menyadari pengalaman iman mereka dalam menghayati kaul kemiskinannya secara konkret. Telaumbanua (1999:33) mengatakan bahwa “Hakikat dan tujuan katekese di Indonesia dirumuskan oleh para uskup sebagai berikut: Katekese adalah usaha saling tolong menolong terus-menerus dari setiap orang untuk mengertikan dan mendalami hidup pribadi maupun bersama menurut pola Kristus menuju kepada hidup kristiani yang dewasa punuh”. Penyelenggaraan katekese merupakan tugas yang amat penting bagi Gereja. Gereja sebagai persekutuan orang beriman berkat baptisan yang diterimanya, mendapat perutusan untuk tugas mewartatkan karya keselamatan yang berasal dari Allah bagi hidup bersama. Gereja merupakan persekutuan orang beriman yang telah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93 dipersatukan dalam Kristus dan telah menerima warta keselamatan untuk berjalan menuju kepada kerajaan Allah Bapa dan mereka sendiri pun siap sedia untuk mewartakannya kepada semua umat beriman. Katekese mempunyai peran penting dalam perkembangan iman orang Kristen. “Dewasa ini Gereja memerlukan banyak orang yang akrab dengan proses-proses pendampingan yang memerlukan kebijaksanaan, pemahaman, kesabaran, dan ketaatan pada Roh” (Hadiwardoyo, Ajaran Gereja Katolik tentang Evangelisasi 2016 Art 171:64). Telaumbanua (1999:37) mengatakan bahwa Direktorium Kateketik Umum menandaskan: Seorang yang matang dalam iman sanggup mengenal dalam berbagai situasi dan perjumpaan dengan sesama undangan Allah untuk berkarya demi pemenuhan rencana penyelamatan ilahi. Katekese memiliki tugas menegaskan peranannya dengan mengajar umatnya untuk memberikan penafsiran Kristen terhadap peristiwa-peristiwa kemanusiaan, khususnya tanda-tanda zaman, sehingga “ia akan mampu menguji dan menafsirkan segala sesuatu dalam roh Kristen sejati” Gaudium et Spes (GS 62). Katekese merupakan suatu kegiatan yang mengantar umat beriman menuju pada kedewasaan iman, sebab melalui katekese orang mendapatkan pengetahuan mengenai Allah dan karya keselamatan-Nya serta mampu membangun dirinya dalam iman. Katekese sebagai pengajaran agama untuk membentuk pola hidup kristen, tidak hanya pada pengetahuan tetapi juga menyentuh pikiran dan hati supaya kebenaran yang hakiki meresapi seluruh hidup. Katekese sebagai pembinaan yang mencakup penyampaian ajaran kristen, yang diberikan secara organis dan sistematis dengan maksud mengantar pendengar kedalam kepenuhan hidup kristen, atau menuju pada pendewasaan iman. Bhanu, Anjuran Apostolik Paus Fransiskus. Evangelii Gaudium (2015: EG. Art 164:24) mengatakan bahwa “Demikian pula kita telah menemukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94 peran mendasar katekese sebagai pewartaan pertama atau kerygma yang harus menjadi pusat aktivitas pewartaan kabar baik dalam upaya pembaharuan Gereja. Melalui mulut para katekis pewartaan perdana harus disuarakan kembali secara terusmenerus, yaitu bahwa Yesus Kristus mengasihimu, mengorbankan hidup-Nya untuk menyelamatkanmu, dan kini hidup untuk mendampingimu setiap hari, untuk menerangimu, untuk meneguhkanmu dan untuk membebaskanmu”. 1. Pengertian Katekese Dalam Kitab Suci orang dapat mengetahui arti yang sebenarnya, mengenai kata katekese. Katekese adalah membuat bergema, menyebabkan sesuatu bergaung. Kata katekese ditemukan dalam (Luk. 1:4) diajarkan, (Kis. 18:25) pengajaran dalam jalan Tuhan, (Kis 21:21) mengajar, (Rm. 2:18) diajar, (1Kor 14:19) mengajar, dan (Gal 6:6) pengajaran. Arti utama katekese adalah pembinaan iman, praksis atau kegiatan bina iman. Dalam konteks ini, katekese dimengerti sebagai pengajaran, pendalaman, dan pendidikan iman agar seorang Kristen semakin dewasa dalam iman. Jadi, katekese biasanya diperuntukkan bagi orang-orang yang sudah dibaptis di tengah umat yang sudah Kristen. (Telaumbanua, 1999:4). Katekese adalah salah satu momen yang sungguh-sungguh penting dalam seluruh proses penginjilan untuk membawa kabar gembira kepada seluruh umat beriman Kristen. Dalam seluruh proses penginjilan, tujuan katekese ialah menjadi tahap pengajaran dan pematangan iman, yakni menjadi kurun waktu dalamnya orang Kristen yang berdasarkan iman telah menerima pribadi Yesus Kristus, serta ingin mengikuti Dia untuk mengetahui, memahami, mengerti mesteri-Nya kerajaan Allah yang diwartakan oleh-Nya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95 Dalam anjuran apostolik Catechesi Tradendae (Perihal Penyelenggaraan Katekese) Sri Paus Yohanes Paulus II (CT, 1979. Art 18) dikatakan bahwa “Katekese ialah pembinaan anak-anak, kaum muda, dan orang-orang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan kehidupan Kristen”. Dalam ajakan apostolik Paus Johanes Paulus II yang diterjemahkan oleh Majelis Agung Waligereja Indonesai (MAWI, 1980:15) dikatakan: “Dengan singkat dapat dikatakan di sini bahwa katekese adalah pendidikan anak-anak, orang muda dan orang dewasa dalam iman. Ia terutama mencakup ajaran doktrin Gereja yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan tujuan untuk mengantar para pendengar masuk ke dalam kepenuhan hidup Kristen. Karena itu walaupun tidak dapat disamakan saja dengannya secara formal, katekese toh dibangun di atas sejumlah unsur tugas pastoral Gereja, tugas yang mempunyai aspek kateketik, yang mempersiapkan katekese atau yang merupakan hasil katekese”. Telaumbanua (1999:59) mengatakan bahwa: Katekese serentak sebagai evangelisasi (membangkitkan pertobatan manusia), pengajaran (memperdalam pengetahuan iman), inisiasi (tuntunan ke dalam berbagai bentuk hidup kristiani dan gerejawi) dan pendidikan (terutama sekali demi pendewasaan iman). Tugasnya memang melimpah, kompleks dan tidak boleh dipersempit pada aspek-aspek parsial. Dalam rangka ini sebutan pendidikan iman menyatukan dan meringkaskan keseluruhan tugas katekese. “Istilah “katekese” digunakan untuk merangkum seluruh usaha dalam Gereja untuk memperoleh murid-murid, untuk membantu umat mengimani bahwa Yesus itu Putra Allah, supaya dengan beriman mereka memperoleh kehidupan dalam nama- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96 Nya, dan untuk membina serta mendidik mereka dalam perihidup itu, dan dengan demikian membangun Tubuh Kristus. Tidak pernah Gereja berhenti untuk mencurahkan tenaganya dalam menunaikan tugas itu” Seri Dokumen Gereja No. 28 Catechesi Trandendae/Penyelenggaraan Katekese (CT, 2011:7). Di Indonesia katekese yang biasa digunakan adalah katekese umat. “Katekese umat dapat dipahami sebagai komunikasi iman umat, katekese dari umat dan untuk umat, katekese yang menjemaat, yang berdasarkan pada situasi konkret setempat, dan berpola pada Yesus Kristus” (Telaumbanua, 1999:86). Katekese kapan dan dimana pun merupakan komunikasi iman. Dalam hal ini yang menjadi penekanannya, adalah komunikasi bukan saja dari pembimbing dengan peserta, akan tetapi komunikasi antara peserta sendiri. Agar para peserta semakin mampu mengungkapkan diri demi pembangunan jemaat. Katekese umat adalah salah satu bidang di dalam usaha pastoral Gereja. Katekese umat adalah usaha pembinaan iman umat secara teratur dan terencana. Katekese umat diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota jemaat/kelompok. Melalui kesaksian para peserta saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara lebih sempurna. Dalam Katekeses Umat tekanan terutama diletakan pada penghayatan iman, meskipun pengetahuan tidak dilupakan. Katekese Umat mengandaikan adanya perancanaan Rumusan Pertemuan Kateketik antara Keuskupan se Indonesai PKKI II no. 1 (Lalu, 2007:89). Katekse adalah salah satu upaya atau media Gereja dalam karya pastoralnya untuk memberitakan sabda Allah dan mengantar serta mengakrabkan umat beriman kepada Kristus dalam persaudaraan gerejawi. Keakraban itu menuntut suatu proses yang mencakup pemahaman, pembatinan, dan aksi konkret. Dengan berkatekese PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97 diharapkan pertumbuhan dalam iman serta pematangan hidup kristiani menuju kepenuhannya, secara konsekuen merupakan karya Roh Kudus, suatu karya yang hanya Ia dapat memulai dan memperkokoh dalam Gereja. Katekese adalah pewartaan sabda dan selalu berpusat pada sabda, namun juga selalu memerlukan lingkungan yang sesuai dan penyajian yang menarik, pemakaian simbol-simbol yang menyapa, penyisipan ke dalam proses pertumbuhan yang lebih luas dan integrasi semua dimensi pribadi dalam perjalanan untuk mendengar dan menanggapi sebagai komunitas. Dengan mengerti, memahami dan menghayati apa yang dimaksud dengan katekese, para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB), terbantu untuk menghayati kaul kemiskinan dalam melakukan pelayanan dan persaudaraan dalam karya perutusan mereka kapan dan dimana pun. 2. Katekese Umat Katekese umat mulai menjadi diskusi-diskusi hangat di antara para peserta yang terdiri dari utusan-utusan dari tiga puluh (30) Keuskupan yang ada di Indonesia saat itu, dalam Pertemuan Kateketik antara Keuskupan se Indonesia (PKKI) pada tahun 1977 di Wisma Samadhi Syalom Sindanglaya, Jawa Barat. Setalah mereka mendengar ceramah yang disampaikan oleh Rm. Setyakarjana dengan judul “Mencari arah katekese dalam Gereja yang berkembang di Indonesia” dan masukan dari Rm. Hardawiryana dengan ceramahnya yang berjudul “Katekese dan Teologi” dan disusul dengan diskusi-diskusi di antara para peserta akhirnya mereka mulai menemukan suatu gagasan atau bentuk katekese yang melibatkan seluruh umat. “Katekese oleh umat, dari umat dan untuk umat”. Katekese model ini, melibatkan seluruh umat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98 dengan bertukar pengalaman iman atau komunikasi iman dalam suatu kelompok umat. Itulah sebenarnya hakikat dari suatu Gereja. Lalu (2007:13) mengatakan bahwa “Katekese umat merupakan komunikasi iman dari peserta sebagai sesama dalam iman yang sederajat, yang saling bersaksi tentang iman mereka. Peserta berdialog dalam suasana terbuka, ditandai sikap saling menghargai dan saling mendengarkan. Proses terencana ini berjalan terus menerus”. Katekese umat diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara jemaat/kelompok. Melalui kesaksian para peserta saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara makin sempurna. Dalam Katekese Umat tekenan terutama diletakan pada penghayatan iman meskipun pengetahuan tidak dilupakan. Katekese Umat mengadaikan adanya perancanaan (Lalu, 2007:12). Seorang pembina katekese umat, perlu mendapatkan pembinaan keterampilan dengan tidak melupakan pembinaan kepribadian dan peningkatkan pengetahuan. Pembinaan keterampilan yang dimaksudkan lebih merupakan kepekaan dari seluruh pribadi seseorang terhadap apa saja termasuk situasi konkret, kebutuhan dan visi kristianinya. Ada pun kemampuan/keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang pembina katekese umat antara lain: kemampuan/keterampilan berkomunikasi dan berefleksi. Seorang pembina katekese umat harus mampu untuk berkomunikasi dan berelasi sehingga mampu mengumpulkan, menyatukan dan mengarahakan kelompok sampai pada suatu tindakan nyata. Keterampilan mengungkapkan diri, berbicara dan mendengarkan, menciptakan suasana yang memudahkan peserta untuk mengungkapkan diri dan mendengarkan pengalaman orang lain. Komunikasi yang dikembangkan dalam katekese umat hendaknya menjadi komunikasi iman. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99 Komunikasi iman bukan hanya sekedar informasi, melainkan suatu kesaksian iman. Pembina katekese umat adalah seorang yang menyadari dan mampu memberi kesaksian tentang pengalaman imannya. Maka secara praktis pembina katekese umat dilatih untuk mampu terampil menemukan nilai-nilai manusaiwi dalam pengalaman hidup sehari-hari, menemukan nilai-nilai Kristiani dalam Kitab Suci, ajaran Gereja dan tradisi Kristiani lainnya. Serta memadukan nilai-nilai Kristiani dengan nilai-nilai manusiawi dalam pengalaman hidup sehari-hari. 3. Tujuan dan tugas Katekese Katekese merupakan komunikasi iman, yang membantu umat untuk semakin mengerti, memahami dan mengimani bahwa Yesus Kristus itu Putra Allah yang rela berkurban, sengsara, menderita, wafat dan bangkit untuk menebus dosa-dosa umat manusia. Dalam berkatekese terutama sekali ialah mewartakan Yesus Kristus. Maka dari itu, katekese mempunyai tujuan dan tugas untuk menghadirkan sabda Allah kepada umat beriman agar mereka terdorong untuk melakukan kehendak dan perintah-Nya. Ada pun tugas dan tujuan dari katekese antara lain: a. Tujuan Katekese Bagi umat beriman Kristiani, katekese bertujuan sebagai usaha untuk saling tolong menolong terus menerus dari setiap orang untuk mengartikan dan mendalami hidup pribadi maupun bersama menurut pola Kristus, menuju hidup Kristiani yang dewasa penuh. Katekese merupakan pelayan sabda Allah, ia mesti sadar akan hakikat dan tugasnya, untuk menolong umat beriman Kristiani dengan memberitakan sabda PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100 Allah. Katekese mendidik umat beriman, agar mereka semakin mengenal pribadi Yesus Kristus sebagai sumber segala kehidupan. Dalam Seri Dokumen Gereja No. 28, tahun 2011 tentang Catechesi Trandendae/Penyelenggaraan Katekese (CT. Art. 20). Dikatakan bahwa: Berkat bantuan rahmat Allah mengembangkan iman yang baru mulai tumbuh, dan dari hari ke hari memekarkan menuju kepenuhannya serta makin memantapkan perihidup Kristen umat beriman, muda maupun tua. Kenyataannya itu berarti merasang, pada taraf pengetahuan maupun penghayatan, pertumbuhan benih iman yang ditaburkan oleh Roh Kudus melalui pewartaan awal, dan yang dikurniakan secara efektif melalui baptis. Dengan berkatekese umat beriman kristiani diharapkan dapat mengembangkan pengertian tentang misteri Kristus dalam cahaya firman Allah, sehingga seluruh pribadi manusia diresapi oleh firman itu. Begitulah orang Kristen, yang berkat karya rahmat diubah menjadi ciptaan baru, memutuskan untuk mengikuti Yesus Kristus, dan dalam Gereja makin banyak belajar berpikir seperti Dia, menilai segalanya seperti Dia bertindak seturut dengan perintah-perintah-Nya, dan berharap sesuai dengan ajakkan-Nya. Penyelenggaraan Katekese. Dalam seluruh proses evangelisasi/pewartaan tujuan katekese ialah menjadi tahap pengajaran dan pendewasa iman. Agar orang-orang Kristen sesudah dewasa dalam beriman menerima pribadi Yesus sebagai satu-satunya Tuhan, dan setelah menyerahkan diri kepada-Nya melalui pertobatan hati yang jujur, berusaha makin mengenal Yesus, yang menjadi tumpuan kepercayaannya, mengerti misteri-Nya, kerajaan Allah yang diwartakan oleh-Nya, tuntutan-tuntutan maupun janji-janji yang tercantum dalam amanat Injil-Nya, dan jalan yang telah digariskan-Nya bagi siapa pun yang ingin mengikuti-Nya. Katekese bertujuan mengembangkan pemahaman misteri Kristus dalam terang sabda Allah sehingga seluruh kemanusiaan seseorang diresapi oleh sabda itu. Setelah diubah oleh karya rahmat menjadi makhluk baru, orang Kristen bertekad untuk mengikuti Kristus dan belajar lebih banyak lagi dalam Gereja untuk berpikir seperti Dia, untuk memulai seperti Dia, untuk bertindak sesuai dengan perintah-perintah-Nya dan untuk berharap seperti yang Ia anjurkan kepada umat beriman Kristiani. Lalu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101 (2007:97) mengatakan bahwa dalam hubungan dengan tujuan Katekese Umat, Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se Indonesia (PKKI II) menegaskan: Tujuan komunikasi iman itu adalah: 1. Supaya dalam terang Injil umat semakin meresapi arti pengalamanpengalaman mereka sehari-hari. 2. Dan mereka bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari. 3. Dengan demikian mereka semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih dan makin dikukuhkan hidup Kristiani mereka; 4. Pula mereka makin bersatu dengan Kristus, makin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta; 5. Sehingga mereka sanggup memberikan kesaksian tentang Kristus dalam hidup di tengah masyarakat (Rumusan PKKI, II no.6). Dalam seluruh proses pewartaan injil tujuan katekese ialah menjadi tahap pengajaran dan pematangan iman. Agar umat beriman lebih mengenal, memahami dan mengerti pribadi Yesus Kristus yang mereka imani dan percayai dalam menentukan sikap moral dan hidupnya. Katekese sesungguhnya untuk menolong manusia keluar dari dirinya sendiri, sehingga dia bersedia menerima sapaan dan tawaran dari Allah. Katekese pelayan sabda Allah dan pendidik iman, merupakan usaha untuk mewartkan kabar gembira kepada umat beriman, usaha untuk saling tolong menolong terus menerus dari setiap orang untuk mengartikan dan mendalami hidup pribadi maupun bersama menurut pola Kristus menuju hidup kristiani yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102 dewasa penuh. Agar sabda Allah yang diwartakan melalui katekese sungguh dapat menerangi eksistensi hidup manusia, maka sabda Allah seharusnya, berdaya guna untuk membebaskan dan mengubah hidup manusia agar semakin dewasa dalam iman. b. Tugas Katekese Secara ringkas dapat dikatakan ada tiga tugas utama katekese yaitu: Katekese memberitakan sabda Allah, mewartakan Kristus. Katekese mendidik untuk beriman dan katekese mengembangkan Gereja. Katekese bertugas menghadirkan sabda Allah agar manusia bertemu secara pribadi dengan Yesus Kristus. Katekese terutama sekali adalah pewartaan diri Kristus. Yesus Kristus dalam kepenuhan pribadi-Nya adalah pusat yang tak dapat dibantah dalam katekese. Itulah sebabnya katekese harus bersifat kristosentris atau perpusat pada Yesus Kristus. Seorang pewarta, seperti katekis, atau tenaga pastoral pada umumnya, perlu menyadari sungguh-sungguh bahwa yang ia wartakan kepada umat adalah Kristus; sedangkan ia sendiri adalah alat di tangan Kristus agar tercipta pertemuan pribadi manusia dengan Kristus, sang Guru Ilahi. Iman sungguh suatu anugerah dari pihak Allah sehingga seseorang mau berpaut padan-Nya. “Lalu Ia berkata: "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya. Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia” (Yoh. 6:65-66). Ini berarti orang menciptakan suasana agar iman itu kian dirasakan, bertumbuh dan berbuah. Katekese menolong agar umat terpikat pada diri Allah, yang diwartakan oleh Yesus Kristus supaya mereka PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103 terdorong untuk melakukan kehendak dan perintah Allah. Dengan demikian diharapkan tercapailah pembaruan dalam hidup manusia (Telaumbanua, 1999:9). Katekese di masa lampau maupun di masa mendatang selalu merupakan karya yang harus termasuk tanggung jawab Gereja, dan yang oleh Gereja memang harus diinginkan sebagai salah satu tanggung jawabnya. Tetapi para anggota Gereja mengemban tanggung jawab yang berbeda-beda, tergantung dari perutusan mereka masing-masing (Telaumbanua, 1999:10). Katekese memberitakan sabda Allah, yang diwartakan oleh Yesus Kristus melalui Kitab Suci. Katekese, suatu wujud pelayanan sabda Allah. Maksud terdalam dari katekese adalah agar iman dan hidup manusia berpadu secara integral. Katekese berfungsi menggali pengalaman iman umat, dengan maksud memasang saluran komunikasi iman. Katekese mengembangkan Gereja. Perkembangan suatu Gereja sangat tergantung pada usaha-usaha katekese menyebarkan sabda penyelamatan Allah kepada manusia. Gereja adalah perkumpulan atau himpunan umat Allah yang mengimani pribadi Yesus Kristus, dalam melanjutkan dan mewujudnyatakan keselamatan Allah di dunia ini. Dalam mengarungi peziarahan hidupnya, Gereja mengemban kewajiban untuk mengembangkan kehidupan umat beriman dan mengembangkan dunia terus-menerus agar menjadi lingkungan hidup yang layak serta selaras dengan kehendak Allah. B. Spiritualitas dalam Pelayanan Spiritualitas pada umumnya dimaksudkan sebagai hubungan pribadi seorang beriman dengan Allahnya dan aneka perwujudannya dalam sikap dan perbuatan. Spiritualitas dapat pula dirumuskan sebagai hidup berdasarkan kekuatan Roh Kudus dengan mengembangkan iman, harapan dan cinta kasih atau usaha mengintegrasikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104 segala segi kehidupan ke dalam cara hidup yang secara sadar bertumpu pada iman akan Yesus Kristus. Spiritualitas dapat pula dikatakan sebagai pengalaman iman kristiani dalam situasi konkret. Spiritualitas atau kehidupan rohani mencakup seluruh kehendak orang beriman dan tampak sebagai buah Roh Kudus dalam berdoa, kegembiraan rohani, pengorbanan dan pelayanan kepada sesama manusia. Sumber dan ukuran spiritualitas mana pun adalah kehidupan Kristus. Maka Spiritualitas dapat disebut mengikuti jejak Kristus. Spiritualitas sejati selamanya spiritualitas Gerejani. Dalam Gereja terdapat berbagai spiritualitas khas, baik sesuai dengan status kehidupan maupun dengan inspirasi orang-orang kudus tertentu, misalnya spiritualitas Santo Fransiskus dari Assisi/Fransiskan dan lain sebagainya (Lalu, 2007:150). Spiritualitas kemuridan Yesus, yaitu keterlibatan pada dunia demi membangun Kerajaan Allah. Hidup Yesus terobsesi pada kerajaan Allah, terobsesi pada pengabdian kepada Allah dan kepada manusia. Semangat dan roh pengabdian kepada Allah dan sesama ini diwariskan Yesus kepada muridmurid dan pengikut-pengikut-Nya (Gereja) Roh Kristus ini masih terus berhembus dalam Gereja sepanjang masa. Maka spiritualitas manapun harus bertaut dengan spiritualitas Gereja (Lalu, 2007:154). Para Bruder MTB seharusnya memiliki spiritualitas atau semangat dalam melaksanakan tugas pelayanan dan karya perutusan. Spiritualitas dapat diartikan sebagai hubungan seorang pribadi atau bruder dengan Tuhannya. Bagaimana caranya berhubungan dengan Tuhan, para bruder dapat bercermin pada pribadi serta hidup Yesus Kristus dalam relasi Dia dengan Allah Bapa dan manusia. Maka spiritualitas dapat disebut mengikuti jejak Yesus Kristus. Spiritualitas para Bruder MTB dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105 karya dan tugas pelayanan bersumber pada spiritualitas kemuridan Yesus dengan teladan St. Fransiskus dari Assisi. (Gereja) yang terobsesi pada pengembangan Kerajaan Allah. Spiritualitas atau semangat dalam karya pelayanan dimaksudkan untuk membantu para Bruder MTB mewujudkan Kerajaan Allah, karena kepedulian kepada sesama. Terutama mereka yang lemah, miskin, tersingkir dan difabel. 1. Spiritualitas Fransiskan dalam pelayanan dan hidup persaudaraan Spiritualitas Fransiskan ialah ilmu mengenai hidup spiritual, dilihat baik dari dimensi umum teologis maupun dari dimensi umum dan spesifik fenomenologis, dengan memperhatikan tujuannya, prinsip teoritis-praktisnya, sarananya, karakternya dan buah-buahnya bagi hidup fransiskan (Marpaung, 2008:3). Spiritualitas Fransiskan adalah bagian dari spiritualitas Katolik pada umumnya. Spiritualitas fransiskan adalah salah satu dari sekian banyak spiritualitas spesifik, yang dapat dibedakan seturut kriteria berdirinya hidup religius. Karena itu, jelas bahwa untuk mempelajari spiritualitas fransiskan perlu juga mempelajari spiritualitas katolik pada umumnya dan spiritualitasspiritualitas spesifik lain yang berkaitan atau dekat dengannya, misalnya spiritualitas benediktin yang dalam beberapa hal ada persamaan dengan spiritualitas fransiskan, dan spiritualitas dominikan yang sezaman lahirnya dengan spiritualitas fransiskan (Marpaung, 2008:7). Spiritualitas mencakup dua segi, yakni askese atau usaha melatih diri secara teratur supaya terbuka dan peka terhadap sapaan Allah. Segi lain adalah mistik sebagai aneka bentuk dan tahap pertemuan pribadi dengan Allah. Askese menandakan jalan dan mistik tujuan hidup keagamaan manusia. Dasar hidup rohani dan semua bentuk spiritualitas sejati adalah Roh Kristus seperti tampak dalam Injil. Orang yang peka akan mengalami buah kehadiran Roh dalam hatinya. “Roh itu bersaksi bersama- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106 sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah” (Rm 8:16). Spiritualitas dapat disebut cara mengamalkan seluruh kehidupan sebagai seorang beriman yang berusaha merancang dan menjalankan hidup ini semata-mata seperti Tuhan menghendakinya. Untuk mencapainya orang perlu semakin mempererat hubungannya dengan Tuhan, antara lain dengan mendengarkan sabda-Nya dalam Injil dan dalam hatinya. Semakin menghidupkan dan meningkatkan cara berdoa. Dalam doa segala segi kehidupan dan iman seseorang menyatu, lalu dihantarkan kepada Tuhan. Berdoa merupakan kegiatan manusia yang paling mulia (Heuken, 2002:11). Spiritualitas merupakan cara khusus, atau tekanan khusus dalam mengikuti Kristus. Jelaslah ada banyak hal sama dihayati oleh semua orang kristen. Unsur-unsur yang sama itu antara lain ialah mengasihi dan mengampuni seperti Kristus, hidup dalam persekutuan, hidup dalam doa pribadi dan bersama, perayaan hidup sakramental Gereja, kesetiaan kepada kuasa gerejani yang sah, mencintai kitab suci dan keprihatinan pada masalah sosial dan perdamaian. Tidak ada perbedaan dalam tujuan dan dalam banyak cara serta serana. Perbedaan terletak dalam apa yang menjadi tekanan. Contoh Santo Fransiskus dari Assisi lebih menekankan pada penghayatan Injil. Tentang kemiskinan dan kerendahan hati Tuhan Yesus Kristus. Spiritualitas berbeda sebagian besar bergantung pada kepribadian para pendiri dan waktu komunitas-komunitas religius itu berkembang. Paus Pius XII melukiskan dengan cara ini “Spiritualitas setiap santo merupakan cara khususnya untuk menggambarkan Allah baginya, berbicara tentang-Nya, cara mendekati-Nya. Setiap PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107 santo melihat gelar Allah dalam terang apa yang paling menyentuh pikirannya, menyerap hatinya secara mendalam, yang menarik dan menaklukan dirinya. Bagi setiap santo satu keutamaan khusus dari Kristus merupakan cita-cita yang hendak diperjuangkan dalam hidupnya. Namun semua orang kudus sesungguhnya seluruh Gereja untuk meniru Kristus secara utuh” (Bruno, 2007:24). Spiritualitas fransiskan adalah semata-mata “menghayati Injil”. Namun karena dia adalah seorang pribadi yang unik dan menarik, Gereja menemukan karismanya yang khusus itu, yang disebut spiritualitas Fransiskan. Pius XII lebih jauh menyatakan, “ajaran fransiskan memandang Allah adalah kudus, besar, dan melampaui semua, baik, sungguh baik. Allah juga dialami sebagai kasih. Dia hidup karena kasih, mencipta karena kasih, menjadi daging, menebuas, menyelamatkan dan menjadikan suci karena kasih. Fransiskus memandang Yesus dalam kasih manusiawinya”. Tekanan kuat pada fransiskan terletak pada kenyataan bahwa Allah adalah kasih. Setiap orang kristen percaya akan hal ini, tetapi fransiskan memilih untuk menekankan itu sebagaimana dilakukan Fransiskus (Bruno, 2007:25). Dalam kenyataanya, salah satu unsur hakiki dari spiritualitas fransiskan adalah menjadi lebih hina dina dan pengikutnya menjadi saudara-saudari hina-dina. Suatu spiritualitas tidak bisa menjadi lebih tinggi dari pada yang lain; hanya ada perbedaan. Mungkin yang satu digerakan oleh peristiwa Golgota, yang lain oleh peristiwa Betlehem. Mungkin yang lain lagi menekankan kesabaran dan kemuruhan hati Allah. Tak seorang pun dari antara mereka lebih baik. Mereka hanya berbeda saja, bukan soal lebih baik. Dalam spiritualitas Fransiskan ada unsur-unsur pokok agar dapat menghidupi injil seturut semangat Fransiskus dari Assisi. Antara lain dalam persekutuan dengan Kristus yang miskin dan tersalib. Dalam kasih akan Allah. Dalam persaudaraan dengan semua orang dan segenap ciptaan. Berpartisipasi dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108 hidup dan misi Gereja. Dalam pertobatan terus menerus. Dalam doa, liturgis, pribadi, bersama. Serta sebagai pembawa damai (Bruno, 2007:25). Dengan bantuan Tuhan, sejak pertobatannya, Fransiskus seorang yang bijaksana membangun diri serta rumahnya, yaitu ordonya atas wadas yang kokoh, yaitu atas kerendahan hati dan kemiskinan Putra Allah yang amat besar. Maka dia menamai ordonya Ordo Saudara Dina. Dia membangun ordonya atas kerendahan hati yang amat besar. Sejak awal berdirinya ordo, setelah jumlah saudara bertambah banyak dia menghendaki supaya mereka tinggal di tempat-tempat orang kusta untuk melayani mereka. Dia mengatakan baik kepada orang bangsawan maupun orang biasa yang masuk ordo, mereka harus melayani orang-orang kusta dan tinggal di rumah mereka (Bigaroni, 2003:12). Dalam memilih perkerjaan atau pelayanan, para saudara harus membiarkan diri dibimbing oleh sabda Allah, yang mengingatkan mereka yang hendak mengikuti Yesus agar tidak tergoda untuk memiliki dunia ini sedangkan akibatnya kehilangan nyawa. “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya” (Mrk. 8:36). Mereka harus menjadi hamba. “Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan” (Luk. 22:26). Kepada saudara yang sakit hendaklah kita berikan perhatian dan layanan yang jujur lagi tulus. Tanpa mengabaikan perawatan oleh kita sendiri, kita wajib mengusahakan bantuan medis bagi yang membutuhkannya. Sebaliknya saudara yang sakit hendaknya selalu berbesar hati dan bersyukur atas pelayanan dan perhatian para saudara, serta memaklumi kekurangan dalam pelayananya (Statuta Bruder MTB 2014: Art 18). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109 Setiap orang dipanggil untuk memberi kesaksian di dunia, pada kuasa yang menyelamatkan dan pada kehadiran Allah, pertama-tama dengan hidup dan kemudian aktivitas masing-masing setiap orang. Hidup Injil dan pewartaan Injil harus menjadi satu. Diresapi oleh cinta kepada Allah dan sesama. Tuhanlah yang mengutus setiap orang untuk memberi kesaksian akan cinta-Nya dengan perkataan, tindakan dan perbuatan. Setiap orang diajak untuk meluhurkan Tuhan dalam perkerjaan dan pelayanannya. Inti dari hidup Kristen adalah Yesus Kristus, yang diungkapkan dengan istilah Tubuh Kristus sebab Dia ada di tengah umat-Nya. Persaudaraan Fransiskan dikumpulkan oleh Roh Kudus sebagai satu persekutuan orang yang dipanggil bersama oleh Allah untuk menepati hidup Injili dalam doa dan pelayanan. Mereka adalah kelompok orang yang menerima visi hidup baru dari Allah yang memanggil mereka, yang memperhatikan satu sama lain dalam hal kebutuhan mereka; yang menyediakan tempat bagi kediaman Allah, serta sekelompok orang yang bergembira dan tekun berdoa, serta diutus untuk membangun kerajaan Allah. Kumpulan persaudaraan adalah kawanan kecil dari Tuhan yang hidup oleh sabdaNya, yang memberi kesaksian hidup Injili kepada orang lain, yang hidup dina dan miskin, dengan yakin diutus kepada semua saudara dan saudari. Persaudaraan adalah suatu kesaksian bahwa dunia bukan suatu dunia permusuhan tetapi dunia saudarasaudari dalam Kristus (Bruno, 2007:331). Dalam persekutuan kita, hendaknya Injil menjadi kekuatan bagi pembaharuan diri dan seluruh Gereja. Kita berusaha mengembangkan kemanusian kita sebagai murid, sebagai pengikut Kristus, sesuai dengan sabda-Nya. “Dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110 demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi” (Yoh. 13:35). “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu” Yoh 15:12 (Konstitusi Bruder MTB, 1999: Art 220). Dalam persaudaraan hendaknya mereka hidup dalam semangat melayani dan mengasihi satu sama lain, “dengan saling membasuh kaki”. Seperti Yesus telah membasuh kaki para murid-murid-Nya. Bandingkan dengan (bdk. Yoh 13:12-16). “Kita sekalian terikat pada kongregasi begitu erat, sehingga kita dengan tepat menyebut satu sama lain saudara. Masing-masing berusaha dengan caranya sendiri menyediakan diri untuk pelaksanaan tugas, yang diterima dari kongregasi sebagai keseluruhan. Dari sebab itu semua harus menaruh perhatian hangat kepada suka dan duka seluruh kongregasi kepada kegiatan-kegiatan dalam komunitas kepada karya misionaris-misionaris kita kepada perkerjaan semua bruder. Demikianlah kita saling mendukung dalam penghayatan cita-cita yang sama” (Konstitusi 1999: Art 222). Seperti umat Kristen pertama mereka mau menjadi sehati sejiwa (Kis 4:32). Mereka dihimpun sebagai Gereja Kristus dan diutus untuk menjadi satu dalam ikatan persaudaraan. Mereka mewartakan Kristus satu sama lain kepada semua orang dan memberi kesaksian atas kedatangan Tuhan kelak. Persaudaraan Fransiskan adalah persaudaraan rasuli, karena Allah dan Gereja menghendaki agar persaudaraan ini melayani keselamatan semua orang. Maka karya pelayanan serta hidup persaudaraan para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) mesti lahir dari indentitas, spiritualitas dan semangat Santo Fransiskus dari Assisi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111 2. Peranan spiritualitas Fransiskan dalam penghayatan kaul kemiskinan Spiritualitas Fransiskan adalah semata-mata “menghayati Injil”. Namun karena dia adalah seorang pribadi yang unik dan menarik, Gereja menemukan karismanya yang khusus itu, yang disebut spiritualitas Fransiskan. Paus Pius XII lebih jauh menyatakan, “ajaran Fransiskan memandang Allah adalah kudus, besar, dan melampaui semua, baik, sungguh baik. Allah juga dialami sebagai kasih. Dia hidup karena kasih, mencipta karena kasih, menjadi daging, menebus, menyelamatkan dan menjadikan suci karena kasih. Fransiskus memandang Yesus dalam kasih manusiawinya”. Tekanan kuat pada fransiskan terletak pada kenyataan bahwa Allah adalah kasih. Setiap orang Kristen percaya akan hal ini, tetapi fransiskan memilih untuk menekankan itu sebagaimana dilakukan Fransiskus (Bruno, 2007:25). Dalam hal ini, spiritualitas dapat dimengerti sebagai hubungan pribadi seorang beriman dengan Allahnya dan aneka perwujudannya dalam sikap dan perbuatannya baik melalui doa, karya pelayanan dan kerasulan. Dalam Anggaran Dasar pasal I dikatakan bahwa pola hidup para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) ialah “Menepati Injil suci Tuhan kita Yesus Kristus, dengan hidup dalam ketaatan, kemurnian dan kemiskinan”. Para bruder diajak untuk berusaha dengan seluruh kemampuannya agar mau menepati Injil suci Tuhan kita Yesus Kristus. Mau hidup sebagaimana yang telah dirintis oleh Yesus Kristus sendiri. “Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112 memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma. Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu” (Mat. 10:7-9). Mereka yang sungguh-sungguh miskin dalam roh, tidak membuat sesuatu pun menjadi miliknya sendiri, juga tidak mempersengketakannya dengan orang lain; tetapi mereka hidup di dunia ini sebagai peziarah dan perantau. Itulah keluhuran kemiskinan yang tertinggi, yang menetapkan kita menjadi ahli waris dan raja kerajaan surga, membuat kita miskin akan harta benda, tetapi meninggikan kita dengan keutamaan-keutamaan. Itulah yang hendaknya menjadi bagian kita, yang membawa kita ke negeri orang-orang hidup. Dengan tetap melekat padanya sepenuh-penuhnya, kita untuk selamanya tidak mau memiliki sesuatu lainnya di bawah kolong langit, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus. (Anggaran Dasar Bruder MTB 1999: Art 22). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peranan spiritualitas Fransiskan dalam menghayati kaul kemiskinan sebagai rambu-rambu untuk mengingatkan para anggota Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) agar dalam melaksanakan karya perutusan untuk melayani sesama hendaknya mereka, bersemangat murah hati dan melayani dengan penuh cinta kasih. Murah hati karena semua yang mereka punyai adalah berasal dari Tuhan, entah bakat, kemampuan, ketrampilan, kekayaan dan kepandaian. Semuanya dari Tuhan maka mereka harus membagikannya kepada orang lain juga. Melayani dengan cintakasih dalam arti bahwa mereka diajak untuk melayani siapa pun juga, tanpa pilih kasih tidak hanya memilih orang-orang yang kaya atau yang dapat memberikan uang banyak kepada mereka. Akan tetapi mereka harus belajar dari Yesus dalam melayani orang lain, bahkan Yesus rela melayani sampai menderita, sengsara dan wafat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113 3. Upaya spiritualitas Fransiskan dalam meningkatkan penghayatan kaul kemiskinan Di zaman modern ini, tantangan untuk hidup menghayati kaul kemiskinan makin banyak dan bermacam-macam. Dunia modern dengan kemajuan teknologi yang canggih telah menawarkan kepada setiap orang, termasuk para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) segala macam fasilitas dan sarana yang lengkap untuk dapat hidup enak, nyaman, dan nikmat. Maka dari itu penghayatan kaul kemiskinan harus selalu diusahakan dan ditingkatkan secara terus menerus. Untuk meningkatkan penghayatan kaul kemiskinan tersebut, para Bruder MTB dibantu dengan berbagai cara antara lain: Dengan pembinaan, retret dan rekoleksi. Pembinaan kepada para bruder yunior yang diadakan tiga kali setahun. Dalam pembinaan tersebut, tema yang pernah dibahas antara lain “spiritualitas uang”. Para bruder diajak untuk: ï€ Menyadari sebagai orang yang mudah memboroskan uang, sebagai religius uang itu perlu tapi bukan segala-galanya. ï€ Mengelola uang secara sederhana, bijaksana dan kreatif, baik dalam menggunakannya (tepat sasaran), dan memahami maksud uang saku; demikian juga upaya untuk menghasilkan uang. ï€ Rasanya dampak tidak kelihatan dengan jelas karena tergantung dari individu dan juga sulit diukur. ï€ Menyadari diri untuk mencoba hidup miskin, lebih sederhana, bijaksana, kreatif dan mawas diri. Berusaha hidup tidak dikusai oleh uang. Harus PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114 berpikir sekian kali dalam belanjakan uang (Tim Pembina bruder Maria Tak Bernoda (MTB), 2012-2013). Dalam retret ada pun tema-tema yang pernah dibahas antara lain: Mengenal indentitas kita, memahami spiritualitas Fransiskus, diutus untuk mewartakan Yesus, apa yang sedang terjadi dengan rumah kita, dan perutusan Fransiskus. Rekoleksi biasanya dilaksanakan satu bulan sekali, di komunitas masing-masing. Temanya dipilih sendiri oleh bruder atau siapa saja yang memberi rekoleksi tersebut. Contoh tema yang pernah dilaksanakan antara lain: Merenungkan kembali kehadiran Kongregasi lewat khasana tarekat dan Kitab Suci dalam terang kasih Tuhan, menjadi tanda hidup penunjuk kehidupan dan mendayagunakan fasilitas yang tersedia dalam pelayanan sebagai seorang hamba. Pembinaan para bruder yunior melalui retret, rekoleksi, seminar dan lain sebagainya merupakan sarana yang sangat membantu bagi para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) dalam upaya meningkatkan penghayatan kaul kemiskinan. Kegiatan tersebut dapat dilaksanakan dengan model katekse umat, karena disana ada keterbukaan untuk saling berdialog, komunkasi iman dan sharing pengalaman hidup. Sehingga para bruder merasa terbantu untuk mencari solusi dan permasalahan dalam menghayati kaul kemiskinan. Setiap bruder hendaknya tetap berusaha mengembangkan diri baik budi maupun hati terlebih pada kehidupan rohani yang diarahkan pada pendalaman spiritualitas dan tugas kerasulannya. Dalam peraturan hidup para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) Konstitusi pasal IV, Art. 68 dikataka bahwa: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115 Kemiskinan kita hendaknya nyata di segala bidang, terutama dalam pakaian kita. Sebagai kesaksian dari kemiskinan dan hidup bakti para bruder memakai pakaian biara lembaga kita sebagaimana itu diatur oleh ketetapan lembaga kita sendiri. Pemimpin Umum dapat menguasakan Pemimpin Provinsi/Regio untuk mengizinkan pemakaian pakain sipil sederhana, kalau alasan-alasan kuat menuntut demikian, dan hanya selama situasi memerlukan. Kemiskinan itu hendaknya juga mempengaruhi bangunan dan inventaris rumah-rumah kita, makanan, alat-alat yang dipakai, peralatan dan perabot rumah, rekreasi, perjalanan dan liburan kita. Segala-galanya harus menunjukan kesederhanaan yang dibarengi dengan gaya hidup yang penuh rasa keindahan. Keputusankeputusan mengenai jumlah uang yang besar baik untuk keperluan pribadi maupun karya yang diemban hendaknya selalu diambil dalam perundingan dengan atasan. Pempinan Kongregasi harus memberi teladan dalam kesederhanaan dan keugaharian dan bersama dengan persekutuan berusaha agar semangat ini tetap hidup nyata. Selain itu, para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) dilatih untuk praktik hidup bersama dengan orang miskin dengan cara live in atau tinggal dan hidup bersama orang-orang kusta, anak-anak di panti asuhan dan lain sebagainya. Tujuannya agar mereka dapat melihat secara lebih dekat, mengalami secara langsung situasi yang dirasakan dan dialami oleh orang-orang miskin. Para bruder juga diberi pembinaan atau pelajaran secara khusus tentang semangat, spiritualitas, sejarah, perkembangan serta tata cara peraturan hidup bersama dalam Kongregasi Bruder MTB. Mereka juga didampingi melalui rekoleksi, retret, seminar dan ceramah. Setelah sekian lama menjadi bruder, biasanya disuruh kuliah sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki. Dengan adanya kegiatan-kegiatan seperti di atas tersebut, para bruder akan semakin dewasa dalam meningkatkan penghayatan kaul kemiskinan. Dalam Konstitusi pasal IV Art. 62 dikatakan bahwa “Seorang bruder hendaknya menaati semua peraturan, baik umum maupun khusus tentang kemiskinan dan keugaharian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116 sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran Dasar dan Konstitusi Kongregasi dan/atau yang akan ditetapkan oleh pemimpin kongregasi yang sah”. “Marilah kita mengembalikan semua yang baik kepada Tuhan Allah Yang Mahatinggi dan Mahaluhur dan mengakui, bahwa semua yang baik adalah milik-Nya; marilah kita mengucap syukur kepada-Nya atas segala-galanya, karena dari Dialah berasal semua yang baik. Hendaknya kita insyafi sungguh-sungguh bahwa tidak ada yang kita miliki selain cacat-cela dan dosa” (Iriarte, 1995:95). “Kata Yesus kepadanya Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku" (Mat. 19:21). Para bruder diajak menyerahkan sesuatu yang mereka terima beserta penghasilan mereka kepada kongregasi dan mereka mau hidup dalam persekutuan harta untuk berbuat baik kepada sesama. 4. Pengalaman Praktik Hidup Tantangan yang besar zaman ini terhadap penghayatan kaul kemiskinan antara lain: Kemajuan teknologi, budaya konsumtif/hanya memakai tidak menghasilkan dan bergantung pada hasil produksi pihak lain. Budaya instan, ingin hidup kaya dan glamor/yang serba gemerlapan dan materialisme/haus akan harta milik tidak peduli kepada orang lain. Bandingkan dengan Vita Consencrata/Hidup Bakti (bdk. VC 89). Dikatakan bahwa tantangan kemiskinan pada zaman sekarang yakni materialisme yang haus akan harta milik, tanpa mengindahkan keperluan-keperluan dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117 penderitaan-penderitaan rakyat yang paling lemah, dan tanpa kepedulian mana pun terhadap keseimbangan sumber-sumber daya alam dan lain sebagainya. Baiklah kita sadari pula bahwa dalam diri kita ada kecenderungan untuk memiliki dan mengusai barang-barang, menyimpan dan menimbun kekayaan, menyalahgunakannya bagi kepentingan, kenikmatan dan jaminan sendiri (nyaman dan aman). Untuk membebaskan diri dari kecenderungan itu, dengan tulus ikhlas: Segala pendapatan yang kita peroleh secara pribadi maupun komunitas, seperti gaji, honor, uang pensiun, premi, bonus, tunjangan, hadiah atau pun sumbangan kita serahkan kepada Kongregasi lewat pemimpin komunitas. Bakat, pengalaman, ketrampilan, pengetahuan, pendapat atau gagasan yang ada dalam diri kita, kita persembahkan kepada Kongregasi untuk kehidupan bersama dengan pengembangan karya kerasulan kita; kita menyerahkan hak pengelola harta dan warisan kepada orang yang kita kehendaki. Rumah kita dan segala perlengkapannya, pakaian dan keperluan pribadi lainnya diusahakan sederhana, baik menurut ukuran harganya, maupun model atau pun tipenya. Kita menyusun dan berusaha mentaati anggaran belanja tahunan komunitas; secara jujur dan terbuka kita membuat laporan penggunaan uang untuk keperluan pribadi, maupun karya secara teliti dan benar serta dapat dibuktikan. Hendaknya kita jangan terlalu mudah memintaminta barang maupun uang kepada orang lain di luar komunitas kita (tidak etis). Kepemilikkan barang-barang berharga haruslah diberitahukan kepada pemimpin komunitas, dan diteruskan kepada pimpinan provinsi (Statuta Bruder MTB 2014: Art 42). Tradisi dalam Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) apabila para saudara yang mendapatkan uang atau barang lainnya, entah dari hasil dia mengajar di sekolah, membimbing retret, rekoleksi, memimpin ibadat dan lain sebagainya. Uang tersebut, terlebih dahulu harus diserahkan kepada kongregasi melalui pemimpin komunitas. Dalam Statuta pasal IV, Art 46 dikatakan bahwa “Untuk keperluan praktis, para saudara dimungkinkan memegang sejumlah uang atau kas pribadi yang harus dipertanggung-jawabkan pemakaiannya kepada pemimpin komunitas. Jumlahnya diputuskan bersama dalam rapat komunitas. Pembelian barang untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118 keperluan pribadi yang mendadak ataupun hobby yang harganya melebihi kesepakatan komunitas harus dirundingkan bersama dengan pemimpin komunitas”. Penghayatan kaul kemiskinan sekarang ini bukan hanya secara pribadi tetapi juga secara komuniter bahkan secara tarekat. Gerakannya juga lebih komuniter dan bukan hanya penghayatan pribadi. Tidak cukup lagi mengatakan aku sudah miskin tetapi juga harus dapat menjawab bahwa komunitas dan kongregasi kita juga harus hidup sederhana dan memberi perhatian kepada orang miskin. Dengan alasan itu, komunitas dapat menentukan bersama bentuk-bentuk penghayatan kaul kemiskinan dan kesederhanaan untuk seluruh komunitas yang dihayati bersama-sama. Mereka dapat menentukan cara bertindak sederhana dalam hal makanan, pola hidup, fasilitas komunitas, karya sosial yang dilakukan menentukan budget bersama dan lain lain (Suparno, 2016:119). Hendaknya para bruder sadar bahwa kemiskinan mereka harus berdampak demi kemajuan orang lain. Maka para bruder harus murah hati untuk menggunakan milik biara demi karya kerasulan bagi orang lain yang membutuhkan bukan untuk diri mereka sendiri. Praktik kaul kemiskinan yang menonjol adalah semangat untuk berjuang bagi keadilan dan bagi orang kecil. Bagi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) kaul kemiskinan dihayati pula dalam menjaga dan merawat barang-barang yang disediakan oleh Kongregasi. “Sarana, fasilitas dan alat-alat yang menjadi inventaris unit karya, janganlah dijadikan milik pribadi. Hendaknya kita ikut bertanggungjawab di dalam keamanan dan perawatannya” (Statuta Bruder MTB, 2014: Art 77). 5. Komunikasi Pengalaman Iman Sebelum berbicara mengenai komunikasi pengalaman iman ada baiknya terlebih dahulu saya, sampaikan apa itu komunikasi. Komunikasi dapat diartikan sebagai pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami oleh mereka yang sedang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119 melakukan komunikasi. Komunikasi iman merupakan proses dimana masing-masing individu terlibat dalam tukar menukar pengalaman dan makna hidup. Komunikasi memegang peranan penting dalam hidup bersama, terutama di komunitas Bruder MTB. Relasi atau hubungan yang bermakna hanya dapat dibangun melalui komunikasi yang baik diantara sesama saudara dimana pun para bruder berada terutama dalam komunitas dimana mereka tinggal. Berbicara tentang komunikasi pengalaman iman tidak dapat dipisahkan dari katekese umat. Katekese umat diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota jemaat/kelompok. Melalui kesaksian para peserta saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara lebih sempurna. Dalam Katekeses Umat tekanan terutama diletakan pada penghayatan iman, meskipun pengetahuan tidak dilupakan. Katekese Umat mengandaikan adanya perancanaan Rumusan Pertemuan Kateketik antara Keuskupan se Indonesai PKKI II no. 1 (Lalu, 2007:89). Apa itu komunikasi? Komunikasi adalah “suatu proses interaksi antara dua atau lebih orang yang berlangsung secara timbal balik yang di dalamnya suatu perbuatan atau ide baik secara langsung maupun lewat perantaraan, dengan efek tertentu baik bagi yang memberi maupun yang menerima informasi”. (Batmomolin, 2003:18). Dalam pengertian itu terkandung tiga unsur yang penting: relasi, proses, interaksi dan efek. Tujuan dasar komunikasi adalah merangkul segala yang berbeda-beda ke dalam satu keserasihan. Secara umum, tujuan komunikasi adalah perubahan pendapat, perubahan sikap, perubahan prilaku, dan perubahan sosial (Iswarahadi, 2010:44). Hubungan baik dan bermutu dapat tercipta karena adanya komunikasi yang baik antara kedua belah pihak. Kedewasaan cara berpikir, saling percaya, menghormati dan mencintai satu sama lain adalah modal untuk terciptanya komunikasi yang sehat baik dan benar. Kalau seseorang berbicara atau menyebarkan kejelekan saudara sekomunitas atau serumah berarti dia sedang membicarakan kejelekan dia sendiri. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120 Dalam satu komunitas, satu tarekat nama baik seorang bruder dibangun bersamasama oleh para bruder yang lain juga. Kebaikan seorang bruder adalah kebaikan setiap anggota masing-masing yang menciptakannya. Nama baik seorang bruder tak mungkin dibangun oleh dirinya sendiri, kebaikannya hanya dapat dibangun bersama dan menjadi tanggung jawab bersama oleh para saudaranya. Sebagai anggota tarekat, seorang bruder tidak dapat mengatakan dan merasa bahwa dia sendirilah, yang lebih baik, semantara bruder lain dianggap tidak baik. Setiap bruder masing-masing dituntut untuk dapat menciptkan cara berkomunikasi yang sehat, saling menghargai satu sama lain, hendaknya mereka menghindari komunikasi yang saling mendiamkan, tidak menegur atau ngambek, acuh tak acuh, tidak peduli antara yang satu dengan yang lainnya, dengan demikian hidup bersama sebagai saudara dalam komunitas dapat berjalan dengan baik. Dalam Statuta peraturan hidup para bruder Maria Tak Bernoda MTB (2014: Art 31) dikatakan bahwa: Sejauh kemampuan kita, kita berusaha membantu setiap saudara untuk menghayati selibatnya dengan: ï€ Saling membantu dalam usaha mengatasi kesulitannya; ï€ Menciptakan suasana hidup komunitas secara kreatif sehingga menjadi tempat kediaman yang nyaman, meneguhkan, tempat meminta pertolongan sekaligus tempat yang menantang perwujudan diri; ï€ Mengusahakan keterbukaan untuk perwujudan penyerahan diri secara otentik sebagai religius; ï€ Saling mengampuni dan mengakui kesalahan, mendengarkan serta mendukung keputusan bersama; ï€ Memberikan kritikan yang membangun, tidak menyebarkan gosip maupun sendirian, tidak membuat persaingan tidak sehat, bersikap masa bodoh, suka menyendiri yang melemahkan semangat persaudaraan kita. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121 Para bruder seharusnya dapat belajar dari Yesus dalam menyampaikan komunikasi kepada masyarakat atau umat-Nya seperti “khotbah Yesus di bukit”. "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan” (Mat. 5:3-7). Dalam komunikasi iman tersebut para pendengar sangat dihargai diberi harapan dan hati. Mereka disebut yang berbahagia, Yesus memberikan perhatian kepada mereka, atas segala kesulitan dan penderitaan yang mereka alami. Semuanya itu akan terlaksana kalau mereka berani percaya bahwa Allah akan melindungi mereka. Komunikasi yang baik, apabila pesan yang disamapaikan oleh pembicara dapat ditangkap dengan jelas oleh lawan bicara sehingga tujuan komunikasi itu tercapai. Oleh sebab itu setiap bruder berusaha menumbuhakan semangat berkomunikas tatap muka dengan baik agar setiap pribadi dengan kekurangan dan kelebihannya dapat saling meneguhkan. "Apabila saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122 juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai” (Mat. 18:15-17). Semangat hidup berkomunikas dijiwa oleh saling mendengarkan, mengampuni, meneguhkan dan tempat untuk meminta pertolongan adalah perwujudan dari kasih Allah yang hadir ditengah mereka. Tujuan dari komunikasi iman yang dilakukan oleh para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) supaya dalam terang Injil, mereka semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman iman mereka sehari-hari. Dengan pengalaman iman mereka tersebut, para bruder diharapkan dapat menciptakan hidup bersama yang damai dan sejahtera. Agar mereka semakin menyadari kehadiran-Nya dalam kenyataan hidup Kristiani mereka setiap hari. Dengan demikian mereka semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih dan hidup Kristiani mereka makin dikukuhkan. Sehingga mereka sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup mereka di tengah masyarakat. Pengalaman konkret mereka akan dikomunikasikan dan diolah secara bersama-sama melalui pembinaan iman para bruder yunior yang diadakan tiga kali setahun. Mereka juga didampingi melalui rekoleksi, retret, seminar, ceramah dan studi lanjut. Pada kesempatan ini, mereka mengungkapkan keprihatinan iman maupun kegembiraan imannya sesuai dengan situasi dan pengalaman hidup beriman mereka masing-masing. Tujuan dari komunikasi iman itu adalah: ï€ Supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalamanpengalamn kita sehari-hari. ï€ Dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123 ï€ Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih dan makin dikukuhkan hidup Kristiani kita; ï€ Pula kita makin bersatu dalam Kristus makin berjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta; ï€ Sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup kita di tengah masyarakat (Rumusan PKKI II, no 6. Lalu, 2007:97). Komunikasi iman yang dilakukan oleh para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) diharapkan agar mereka sungguh mampu bersaksi terhadap iman mereka akan Yesus Kristus. Mereka juga mampu untuk berdialog dalam suasana terbuka, ditandai sikap saling menghargai dan saling mendengarkan untuk membagikan pengalaman iman akan Allah, yang dekat serta memberikan diri-Nya melalui sesama bruder dan juga orang lain. 6. Komunikasi Dengan Tradisi Kristiani Tradisi pertama tama mengenai Yesus yang diakui sebagai Kristus Tuhan. Dasar iman orang kristiani adalah pribadi Yesus Kristus dan iman para rasul akan Dia sebagai penyelamat. “Dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah" (Yoh. 6:69). “Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" (Mat. 16:16). Kesaksian para rasul yang terungkap dalam Kitab Suci dan dihayati oleh Gereja sepanjang masa, merupakan unsur penting dalam komunikasi iman. Komunikasi iman juga mencakup ajaran Gereja yang secara resmi diteruskan oleh hirarki yang mencakup tradisi, spiritualitas, liturgi dan praktik hidup Gereja yang menampakkan Kristus. “Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid itu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124 untuk pertama kalinya disebut Kristen” (Kis. 11:26). Dalam Statuta peraturan hidup (Bruder MTB 2014: Art. 8) dikatakan bahwa: Pembaktian diri kepada Allah kita wujudkan dengan niat dan kemauan yang kuat setiap hari kita wajib mengikuti perayaan Ekaristi dan melaksanakan ibadat harian serta menciptakan keheningan dalam komunitas agar secara teratur dapat menjalankan samadi dan merefleksikan pengalaman perjumpaan kita dengan Allah dan sesama baik di dalam maupun di luar komunitas. Iman seorang kristiani didasarkan oleh pribadi Kristus sendiri dan iman para rasul akan Dia sebagai penyelamat. Maka komunikasi iman tidak bisa terlepas dari kesaksian para rasul tersebut, yang pertama-tama terungkap dalam Kitab Suci dan dihayati oleh Gereja sepanjang masa sampai saat ini. Maka dari itu, komunikasi iman juga menyangkut ajaran Gereja yang secara resmi diteruskan oleh hierarki. Ajaran Kristiani harus dimengerti secara luas, menyangkut tradisi, spiritualitas, liturgi, dan segala praktik hidup Gereja yang menampakan Kristus (Lalu, 2007:18). “Tradisi memang berpangkal dan berasal dari Yesus, tetapi tidak dirumuskan dan dituliskan oleh Yesus sindiri. Tradisi dan Kitab Suci merupakan pengungkapan iman akan Yesus. Maka di dalamnya juga terungkap sikap manusia yang benar di hadapan Allah dan sesama. Di dalam Tradisi termuat banyak unsur etis atau moral juga. Tetapi itu pun dalam rangka iman akan Yesus. Iman akan Yesus berarti keyakinan bahwa “Kristus adalah ‘ya’ bagi semua janji Allah” (2Kor 1:20); “di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain” (Gal 3:14). Karena itu Tradisi tidak hanya berbicara mengenai tindakan penyelamatan Allah, mulai dengan panggilan Abraham. Seluruh sejarah bangsa Yahudi sampai zaman Yesus termasuk Tradisi” Konferensi Waligereja Indonesai (bdk. Iman Katolik, KWI. 1996:187). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125 Sesungguhnya berdoa merupakan ungkapan syukur, pujian dan hormat kepada Allah. Hendaklah kita laksanakan perbuatan mulia ini dengan indah lagi khidmat. Ketergesaan, kesombronoan dan sikap mengabaikan kiranya akan menipiskan pengungkapan iman kita. Secara teratur Ekaristi dirayakan juga dalam komunitas kita; bila mungkin satu kali dalam seminggu. Kita perlu mengadakan adorasi bersama sebulan sekali. Hendaknya dibacakan Anggaran Dasar, Konstitusi dan Statuta sekurang-kurangnya sekali sehari. Sebaiknya diadakan juga sharing Kitab Suci, Anggaran Dasar, Konstitusi dan Statuta sekurang-kurangnya dua minggu sekali (Statuta Bruder MTB 2014: Art. 67). “Tradisi berarti adat kebiasaan, baik dalam ibadat maupun dalam hidup bersama. Bahkan organisasi jemaat juga termasuk di dalamnya. Boleh dikatakan bahwa Tradisi sebenarnya tidak lain daripada komunikasi iman jemaat, sepanjang masa. Komunikasi iman tidak terbatas pada pengungkapan iman saja, baik dalam ajaran maupun dalam ibadat, tetapi juga menyangkut perwujudan iman dalam hidup yang konkret. Yang paling penting ialah bahwa iman sendiri diakui sebagai anugerah Allah. Maka yang membuat Tradisi dan juga umat bukanlah manusia, melainkan Allah yang memanggilnya. Umat sendiri diimani sebagai umat Allah, yang digerakan dan dipersatukan oleh Roh Allah. Memang umat itu manusia yang dipanggil Allah dan oleh karena itu umat juga mempunyai struktur dan organisasi insani” Konferensi Waligereja Indonesai (Iman Katolik, KWI. 1996:188). “Dalam doa dan meditasi, dalam dialog dengan orang lain kita lebih mendalami latarbelakang keberadaan kita serta arah kehidupan dan maksud-tujuan karya kita. Selama hari-hari permenungan itu kita mengalami diri lagi sebagai anggota persekutuan yang membutuhkan penerangan atas panggilan kita dari waktu ke waktu. Dengan demikian hari-hari tersebut akan menghasilkan orientasi baru yang mutlak perlu untuk penghayatan hidup kita” (Konstitusi Bruder MTB 1999: Art. 197). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126 C. Usulan Program Katekese Pada bagian ini penulis akan mengusulkan suatu program katekese dengan metode Chared Christian Praxis (SCP) yang kiranya dapat membantu, meningkatkan penghayatan kaul kemiskinan dalam pelayanan dan persaudaraan bagi para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB). Program ini merupakan suatu tawaran pelaksanaan katekese bagi pembinaan para anggota Bruder MTB, dalam usaha meningkatkan penghayatan kaul kemiskinan dalam pelayanan serta hidup bersama sebagai saudara Bruder MTB. 1. Katekese Model Shared Christian Praxis (SCP), Katekese model Shared Christian Praxis (SCP) sebenarnya ada kesamaan dengan ketiga model katekese yakni: Katekese model Biblis, katekese model pengalaman hidup dan katekese model campuran. Persamaannya karena sama-sama mengangkat pengalaman hidup umat beriman dan Kitab Suci sebagai sumber bahan untuk berkatekese. Kekhususan model Shared Christian Praxis (SCP) ini terletak pada pendekatan berkatekese yang menekankan proses yang bersifat “dialogis partisipatif”, yaitu mengusahakan terjadinya dialog antara visi dan tradisi hidup peserta dengan Tradisi dan Visi kristiani. Dengan berdialog peserta dimampukan untuk menegaskan sikap dan mengambil keputusan demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam kehidupan mereka. Proses “dialogis partisipatif” sekaligus membedakan katekese model SCP dengan model katekese yang lain. Menurut Thomas H. Groome yang disadur oleh Heryatno Wonowulung (1997:4) SCP mempunyai tiga bagian pokok yaitu: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127 a. Shared Shared atau sharing adalah sebuah istilah yang mempunyai makna komunikasi timbal balik. Keterlibatan aktif, keterbukaan terhadap diri sendiri, sesama dan rahmat Tuhan merupakan tekanan yang diutamakan dalam katekese model Shared Christian Praxis (SCP). Dalam sharing peserta diharapkan mampu untuk berdialog dengan sikap terbuka, mampu mendengarkan dengan hati, dan berkomunikasi dengan kebebasan hati. Maksud dari sharing supaya para peserta saling meneguhkan, penegasan bersama dan memupuk hasrat untuk maju bersama dalam iman dan kasih. b. Christian Katekese model SCP berusaha agar kekayaan iman Kristiani semakin terjangkau, dekat dan tetap relevan dalam kehidupan peserta di zaman ini. Dalam berproses diharapkan kekayaan iman Gereja berkembang menjadi pengalaman iman jemaat pada masa sekarang. Kekayaan iman dalam model ini meliputi dua unsur yakni pengalaman hidup iman dan visinya. Tanggapan manusia terhadap pewahyuan dari Allah yang terlaksana di tengah kehidupan manusia merupakan Tradisi Kristiani yang hidup dan sungguh dihidupi. Tradisi ini dipahami sebagai perjumpaan antara rahmat Allah dalam Kristus dan ditanggapi manusia. Maka dari itu, Tradisi bukan hanya berupa pengajaran Gereja, tetapi juga meliputi Kitab Suci, spiritualitas, refleksi teologis, sakramen, liturgi, seni dan nyanyian rohani, kepemimpinan, kehidupan jemaat dan lain sebagainya. Tradisi Kristiani senantiasa mengundang keterlibatan praktis untuk menumbuhkan rasa memiliki dan kesatuan sebagai jemaat beriman, sekaligus meneguhkan indentitas peserta sebagai orang kristiani. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128 c. Praxis Praxis mengacu pada tindakan manusia yang bertujuan untuk tercapainya suatu transformasi kehidupan yang di dalamnya terkandung proses kesatuan dialektis kreativitas dan keterlibatan baru. Praxis mempunyai tiga komponen yang saling berkaitan yaitu: Aktivitas, refleksi dan kreativitas. 2. Langkah-langkah Model Shared Christian Praxis (SCP) Sebagai model dalam pendalaman iman, SCP memiliki lima langkah yang saling berurutan. Dalam pelaksanaanya kelima langkah ini dapat dipersempit dengan menggabungkan beberapa langkah sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan. a. Pengungkapan Praksis Faktual Langkah ini mengajak peserta dalam mengungkapkan pengalaman hidup dan keterlibatan mereka melalui lambang, tarian, drama dan lain sebagainya, guna menjelaskan nilai, sikap, kepercayaan serta keyakinan yang melatarbelanginya. Pengungkapan pengalaman secara faktual ini dimaksudkan agar peserta sadar dan bersikap kritis terhadap pengalaman iman hidup mereka untuk melahirkan pengalaman iman baru yang lebih mendalam. b. Refleksi Kritis Pengalaman Faktual Langkah ini mendorong peserta untuk lebih aktif, kritis dan kreatif dalam memahami serta mengolah keterlibatan hidup pribadi maupun kelompok. Tujuannya untuk memperdalam refleksi dan mengantar peserta pada kesadaran kritis keterlibatan mereka, akan asumsi supaya pengalaman konkret sampai pada nilai dan visi kristiani. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129 c. Mengusahakan Supaya Tradisi dan Visi Kristiani Lebih Terjangkau Dalam langkah ini peran pendamping menjadi sangat dominan. Pendamping berperan agar tradisi dan visi kristiani menjadi lebih terjangkau, lebih dekat dan relevan bagi peserta zaman sekarang dengan menjelaskan dan menginterpretasikannya agar peserta mendapatkan nilai-nilai Kerajaan Allah sehingga iman peserta semikin kuat, mendalam dan tangguh. d. Interpretasi Dialektis Antara Praksis dan Visi Peserta Dengan Tradisi dan Visi Kristiani Langkah keempat ini mengajak peserta untuk memperkembangkan dan menyempurnakan pokok penting pada langkah pertama dan kedua. Kemudian dikonfrontasikan dengan hasil interpretasi pada langkah ketiga untuk menemukan kesadaran atau sikap-sikap baru yang hendak diwujudkan. Interpretasi yang dialektis ini akan memapukan para peserta menginternalisasikan (memasukan serta menyatukan dalam diri hingga menjadi miliknya sendiri). Mensosialisasikan (membagikan pengetahuan iman kepada orang lain). Supaya nilai tradisi dan visi kristiani serta iman peserta diharapkan menjadi lebih aktif, nyata, dewasa dan missioner. e. Keterlibatan Baru Demi Makin Terwujudnya Kerajaan Allah di Dunia Tujuan dari langkah ini adalah untuk mendorong peserta supaya mereka sampai kepada keputusan yang konkret bagaimana menghidupi iman Kristiani pada konteks hidup yang telah dianalisis dan dipahami, direfleksikan secara kritis, dinilai secara kreatif dan dapat dipertanggungjawabkan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130 3. Latar Belakang Penyusunan Program Berdasarkan masalah yang sudah dibahas pada bab satu mengenai pengalaman hidup bersama sebagai saudara dalam Tarekat/Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB), tidak dapat dipungkiri bahwa dalam melaksanakan pelayanan dan hidup sebagai saudara masih saja terjadi penyelewengan terhadap kaul kemiskinan baik disengaja maupun tidak disengaja. Contoh: Ada seorang bruder sudah diberikan atau dibelikan Handphone (HP) yang biasa tanpa android oleh Provinsial atau Pemimpin Komunitasnya. Akan tetapi bruder tersebut, merasa tidak puas dengan Handphone (HP) yang sudah diberikan. Dia berusaha entah dengan cara bagaimana untuk memiliki Handphone (HP) yang ada androidnya. Keinginan tersebut entah dipengaruhi oleh faktor teman sekomunitas, teman di kampus, teman dalam satu organisasi, faktor iklan dan lain sebagainya, yang menimbulkan rasa serta keinginan untuk memiliki barang-barang secara berlebihan walaupun tidak sungguh-sungguh diperlukan. Berdasarkan peraturan dan tata cara hidup Kongregasi Bruder MTB (Statuta, Anggran Dasar dan Konstitusi), para bruder berhak memiliki segala sesuatu yang diperlukan untuk kebutuhan hidup sehari-hari, dalam pelayanan dan karyanya, akan tetapi tetap diusahakan agar tidak terkesan terlalu mewah, mendapat untung sebanyak mungkin, menimbun dan menumpuk harta kekayaan. Meskipun sudah mengikrarkan kaul kemiskinan masih ada para Bruder MTB yang belum memahami, menghayati, pura-pura lupa atau bahkan dengan sengaja melupakan esensi kaul kemiskinan yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131 sudah diikrarkannya. Penyebab masalah ini adalah karena setiap pribadi para bruder belum menyadari sesungguhnya makna penghayatan kaul kemiskinan dalam pelayanan dan persaudaraan. Untuk membantu para Bruder MTB mengatasi masalah menurunnya, penghayatan kaul kemiskinan tersebut, penulis mengusulkan suatu program katekese yang kiranya dapat bermanfaat. Program katekese yang ditawarkan ini hanyalah merupakan suatu alternatif program yang akan dilaksanakan dalam pembinaan para anggota Bruder MTB. 4. Pengertian Program Program dapat diartikan sebagai rencana mengenai asas-asas serta usaha-usaha yang akan dijalankan. Dari pengertian tersebut program merupakan suatu usaha yang dapat dijalankan secara teratur dan terarah. Tujuannya untuk membantu dan mempermudah proses pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh pelaksana katekese tersebut. Dalam pengertian ini penulis berbicara tentang program katekese untuk membantu para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) menghayati kaul kemiskinan dalam pelayanan dan persaudaraan. Program ini meliputi: Tema, tujuan, judul pertemuan, tujuan pertemuan, uraian materi, metode, sarana dan sumber bahan. 5. Tujuan Program Tujuan dari suatu program adalah untuk mempermudah penyusunan rencana persiapan kerja atau tugas. Demi kemantapan pelaksanaan, guna mengarahkan kegiatan secara teratur agar tidak menyimpang dari arah dan tujuan yang hendak dicapai. Dalam hal ini, program katekese sebagai upaya untuk meningkatkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 132 penghayatan kaul kemiskinan dalam pelayanan dan persaudaraan bagi para anggota Bruder Maria Tak Bernod (MTB). 6. Contoh Program Dalam hal ini penulis mengusulkan contoh program pembinaan katekese model Shared Christian Praxis (SCP) untuk membantu meningkatkan penghayatan kaul kemiskinan dalam pelayanan dan persaudaraan para Bruder MTB. Usulan program ini hanyalah sebagai tawaran. Adapun tema umum program pembinaan adalah: Mengikuti Yesus Kristus yang miskin dengan teladan Santo Fransiskus dari Assisi dalam pelayanan dan persaudaraan Bruder Maria Tak Bernoda (MTB). Tujuannya untuk membantu para Bruder MTB dalam tugas dan karya pelayanannya. Tema umum : Belajar dari cara hidup dan sikap Yesus Kristus yang miskin dengan teladan Santo Fransiskus dari Assisi dalam pelayanan dan persaudaraan Bruder Maria Tak Bernoda. Tujuan : Bersama pendamping para Bruder Maria Tak Bernoda diajak belajar dari sikap dan cara hidup Yesus Kristus dengan teladan Santo Fransiskus dari Assisi. Supaya mereka semakin mampu memahami serta menghayati kaul kemiskinan dalam tugas perutusan dan karya pelayanan. Judul 1 : Mengikuti kemiskinan Yesus Kristus menurut nasihat Injil PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 133 Tujuan 1 : Membantu peserta agar mampu menyadari kemiskinan Injili seturut teladan Yesus Kristus sehingga mereka mampu menghayati serta melaksanakan kaul kemiskinan dalam pelayanan dan persaudaraan Judul 2 : Ungkapan kaul kemiskinan dalam hidup membiara Tujuan 2 : Membantu peserta agar mampu untuk memahami dan menghayati kaul kemiskinan dalam hidup bersama di biara sebagai ungkapan dalam tugas pelayanan kepada sesama Judul 3 : Tantangan dan pergulatan menghayati kaul kemiskinan dalam zaman modern Tujuan 3 : Membantu peserta agar mampu untuk bersikap kritis dan bijaksana terhadap tawaran-tawaran duniawi zaman modern sekarang ini, sehingga dengan menghayati kaul kemiskinan mereka dapat mewujudkan hidup sederhana dalam persaudaraan dan pelayanan Judul 4 : Mengikuti kemiskinan Santo Fransiskus dari Assisi dalam hidup persaudaraan dan pelayanan Tujuan 4 : Membantu peserta agar mampu menghayati serta memahami kaul kemiskinan seturut teladan Santo Fransisikus dari Assisi sebagai cermin dalam tindakan secara konkret demi melaksanakan tugas pelayanan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 134 Judul 5 : Kemiskinan dalam kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) Tujuan 5: Membantu peserta agar mampu untuk menghayati serta memahami kaul kemiskinan dalam Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 135 7. MATRIKS PEMBINAAN UNTUK MEMBANTU MENINGKATKAN PENGHAYATAN KAUL KEMISKINAN DALAM PELAYANAN DAN PERSAUDRAAN BRUDER MARIA TAK BERNODA (MTB) Tema : Belajar dari cara hidup dan sikap Yesus Kristus yang miskin dengan teladan Santo Fransiskus dari Assisi dalam pelayanan dan persaudaraan Bruder Maria Tak Bernoda (MTB). Tujuan : Bersama pendamping para Bruder MTB diajak belajar dari sikap dan cara hidup Yesus Kristus dengan teladan Santo Fransiskus dari Assisi. Supaya mereka semakin mampu memahami serta menghayati kaul kemiskinan dalam tugas perutusan dan karya pelayanan. Peserta : Para Bruder MTB Metode : Pendalaman Iman Pelaksanaan : Senin, 10 April 2017 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 136 No (1) 1 2 Judul Pertemuan (2) Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan (3) (4) (5) (6) (7) Mengikuti kemiskinan Yesus Kristus menurut nasihat Injil Membantu peserta agar mampu menyadari kemiskinan Injili seturut teladan Yesus Kristus sehingga mereka mampu menghayati serta melaksanakan kaul kemiskinan dalam pelayanan dan persaudaraan ï‚· Kaul sebagai persembahan diri dalam melayani ï‚· Makna kaul Kemiskinan ï‚· Kaul emiskinan sebagai peringatan dalam melayani Ungkapan kaul kemiskinan dalam hidup membiara Membantu peserta agar mampu untuk memahami dan menghayati kaul kemiskinan dalam hidup bersama di biara sebagai ungkapan dalam tugas pelayanan kepada sesama ï‚· Hidup membiara ï‚· Peranan kaul kemiskinan ï‚· Kaul kemiskinan sebagai ikatan - Informasi - Ceramah - Penyampaian materi - Tanya jawab - Refleksi - Informasi - Penyampaian materi - Tanya jawab - Refleksi - Sharing - Kitab Suci Perjanjian Baru Madah Bakti Statuta dan Konstitusi, Alat tulis Laptop Proyektor Speaker Mat 10:5-16 Pengalaman peserta, Statuta pasal 4, art 41 Konstitusi pasal 4, art 68 “Hidup Membiara” (Suparno 2016) Kitab Suci Perjanjian Baru, Kidung Ekaristi, Statuta dan Konstitusi, Alat tulis dan Buku, Laptop Proyektor dan Speaker Flp 2:1-6 Pengalaman Peserta, Anggaran Dasar pasal 6, art 21 dan Konstitusi Pasal 4 art 52 dan 67 Tafsiran Kitab Suci Perjanjian Baru, Buku Hidup Berkaul (Darmita 1975) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 137 3 4 Tantangan dan pergulatan menghayati kaul kemiskinan dalam zaman modern Membantu peserta agar mampu untuk bersikap kritis dan bijaksana terhadap tawaran - tawaran duniawi zaman modern sekarang ini, sehingga dengan menghayati kaul kemiskinan mereka dapat mewujudkan hidup sederhana dalam persaudaraan dan pelayanan ï‚· Mencari karya yang enak dan berduit ï‚· Hidup konsumtif dan tidak jujur ï‚· Belajar dari Yesus - Informasi - Presentasi - Tanya jawab - Kelompok - Refleksi - Sharing Mengikuti kemiskinan Santo Fransiskus dari Assisi dalam hidup persaudaraan dan pelayanan Membantu peserta agar mampu menghayati serta memahami kaul kemiskinan seturut teladan Santo Fransisikus dari Assisi sebagai cermin dalam tindakan secara konkret demi melaksanakan tugas pelayanan ï‚· Arti kemiskin ï‚· Miskin harta ï‚· Miskin dalam Roh ï‚· Hidup rasuli - Informasi - Penyampaian materi - Tanya jawab - Refleksi - Sharing - Renungan Kitab Suci Perjanjian Baru, Terpujilah Engkau Tuhanku, Statuta, Alat tulis dan buku Video Singkat “Untuk sebuah amburger”, Laptop Proyektor dan Speaker Luk. 16:1-12 Pengalaman Peserta, Konstitusi pasal, 8 art 220 Tafsiran Kitab Suci Perjanjian Baru “Hidup Membiara” (Suparno 2016) Kitab Suci Perjanjian Baru, Madah Bakti, Kidung Ekaristi, Anggaran Dasar dan Konstitusi, alat tulis dan buku, Instrumen Musik “Ku tahu Tahun”, Laptop Proyektor Mat. 19:16-26 Pengalaman Peserta, Konstitusi pasal, 4 art 53 Anggaran Dasar pasal, 9 art 29 Tafsiran Kitab Suci Perjanjian Baru Diktat PAK Paroki hh. 34-41 (Sumarno 2014) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 138 5 Kemiskinan Dalam Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda Membantu peserta agar mampu untuk menghayati ï‚· Hidup dalam kemiskinan serta memahami kaul ï‚· Hal penerima kemiskinan dalam penganut cara Kongregasi hidup dalam Bruder Maria Tak Bernoda Kongregasi Bruder MTB ï‚· Hidup prsekutuan religius - Informasi - Penyampaian materi - Tanya jawab - Kelompok - Sharing - Refleksi Kitab Suci Perjanjian Baru Anggaran Dasar dan Konstitusi, Video Singkat Aku peduli Laptop, Proyektor dan Speaker Mat. 19:27-30 Pengalaman Peserta, Anggaran Dasar pasal, 6 art 21 Tafsiran Kitab Suci Perjanjian Baru, Kaul Fransiskan (Marpaung 2008) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 139 8. Contoh Persiapan Katekese dengan metode Shared Christian Praxis (SCP) Bentuk katekese/pembinaan penulis menggunakan metode Shared Christian Praxis (SCP) dilaksanakan dalam bentuk sharing pengalaman iman para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) di Novisiat Alverna, Jeruk Legi, RT 13/RW. 35, No. 547 B Yogyakarta. 1. Identitas a) Tema : Mengikuti Yesus yang miskin dengan teladan Santo Fransisikus dari Assisi b) Tujuan : Bersama pendamping peserta diajak agar semakin mampu menyadari tugas perutusannya dengan melibatkan diri dalam situasi nyata hidup bersama orang miskin. Walau pun hal ini tidak mudah untuk dilakukan akan tetapi bersama Yesus kita percaya, kita bisa melakukannya. c) Peserta : Para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) d) Tempat : Novisiat Alverna, RT 13/RW. 35, No. 547 B Yogyakarta. e) Hari/Tanggal : Senin, 10 April 2017 f) Waktu : 17.00 – 18.00 WIB g) Metode : - Informasi, penyampaian materi, tanya jawab, - Refleksi, sharing dan renungan h) Model : Shared Christian Praxis (SCP) i) Sarana :- Kitab Suci Perjanjian Baru, Madah Bakti, Kidung Ekaristi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 140 - Anggaran Dasar, Konstitusi, alat tulis dan buku - Instrumen musik Ku tahu Tuhan Laptop, Proyektor dan Speaker j) Sumber bahan :- Mat. 19:16-26, pengalaman peserta, Konstitusi pasal, 4 art 53 - Anggaran Dasar pasal, 9 art 29, Dianne Bergant, CSA dkk “Tafsiran Alkitab Perjanjian Baru” Yogyakarta: Penerbit Kanisius, hh. 63. Diktat PAK Paroki hh. 34-41(Sumarno, 2014) 2. Pemikiran Dasar Dalam dunia modern saat ini mengikuti kemiskinan Yesus Kristus bukanlah sesuatu hal yang mudah untuk dilakukan. Mengikuti kemiskinan Yesus Kristus berarti para bruder diajak untuk lebih memperhatikan saudara-saudari yang miskin, lemah, tersingkir, kecil dan difabel. Para bruder diharapkan lebih peka untuk dapat ikut merasakan betapa beratnya perjuangan orang miskin untuk dapat hidup. Sebagai pengikut St. Fransiskus para bruder juga dapat belajar dari dia, dalam melayani orang-orang miskin. Bagi Fransiskus, miskin berarti menghidupi kemiskinan Tuhan Yesus Kristus. St. Fransiskus mengatakan bahwa “Putra Allah lebih mulia dari semua orang, tetapi Ia telah membuat diri-Nya menjadi miskin di dunia ini untuk semua orang juga”. Fransiskus dari Assisi ingat akan sabda Injil: Yesus berkata kepadanya: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakan kepala-Nya” (Mat. 8:20). Dalam Injil Mat. 19:16-26, seorang anak muda kaya. Ia datang kepada Yesus dan bertanya bagaimana supaya bisa masuk ke dalam Kerajaan Allah. Dia ingin mencari penegasan apakah semua yang sudah dilakukannya selama ini dapat menjamin dia memperoleh hidup PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 141 kekal. "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?" (Mat.19:20). Dia berpikir bahwa keselamatan kekal dapat diperoleh melalui usaha manusia, yaitu dengan berbuat baik dan sebagainya. Para bruder yang terkasih saat ini pikiran banyak orang tertuju kepada materi, bagaimana cara menumpuk harta dan kekayaan. Berapa banyak uang yang harus dimiliki agar kita terpuaskan dan merasa bahagia? Sampai kapan pun uang tidak pernah dapat membeli kepuasan atau pun kebahagiaan. Tentunya tidak ada yang salah dengan mencari uang, selama kegiatan mencari uang itu tidak melanggar hukum negara dan prinsip-prinsip firman Tuhan. Kekayaan bisa menjadi tanda seseorang diberkati Tuhan, tetapi juga bisa menjadi penghalang bagi seseorang untuk beribadah kepada Tuhan. Anggaran Dasar para Bruder Maria Tak Bernoda, (1999: Art. 29) mengatakan bahwa: Saudara-saudari hendaknya mengasihi Tuhan dengan segenap hati, dengan segenap jiwa dan dengan segenap akal budi dan segenap kekuatan, serta mengasihi sesamanya seperti dirinya sendiri. Hendaklah mereka meluhurkan Tuhan dalam perkerjaan mereka, sebab untuk itulah Ia mengutus mereka ke seluruh dunia, yakni untuk menjadi saksi suara-Nya dengan perkataan dan perbuatan dan untuk memberitahukan kepada semua orang, bahwa tak ada yang mahakuasa selain Dia. Saudara semuanya haruslah berusaha mengikuti kerendahan hati dan kemiskinan Tuhan Yesus Kristus dan hendaklah mereka ingat, bahwa dari segalanya di dunia ini tidak ada yang lain kecuali Dia. Sebagaimana St. Fransiskus mengikuti Kristus, para bruder juga diajak untuk menyelaraskan hidup para bruder seperti hidup Yesus Kristus yang rela berbagi dengan semua orang, terutama bagi mereka yang lemah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 142 miskin, tersingkir dan difabel. Injil Mat. 19:21 menguraikan mengenai syarat bagi setiap orang yang ingin mengikuti Yesus. “Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orangorang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." Untuk menjadi pengikuti Kristus para Bruder MTB harus siap berkurban dan berjuang menghadapi tantangan zaman modern saat ini guna mencapai kehidupan yang abadi dan kekal bersama Yesus. Pertemuan kali ini, mengajak kita untuk semakin menyadari tugas perutusan kita dengan melibatkan diri kita dalam situasi nyata hidup bersama orang miskin. Sebagaimana telah diteladankan oleh Santo Fransiskus dari Assisi kepada para pengikutnya. Dalam mengikuti kemiskinan Yesus Kristus para bruder hendaknya jangan berpikir seperti anak muda yang kaya dalam Injil Mat. 19:16-26. Ia berpikir bahwa keselamatan kekal dapat diperoleh melalui usaha manusia, yaitu dengan berbuat baik dan sebagainya. Akan tetapi hendaklah para bruder selalu ingat apa yang dikatakan dalam Anggaran Dasar, peraturan hidup para Bruder MTB, (1999: Art. 29) mengatakan bahwa: Saudara-saudari hendaknya mengasihi Tuhan dengan segenap hati, dengan segenap jiwa dan dengan segenap akal budi dan segenap kekuatan, serta mengasihi sesamanya seperti dirinya sendiri. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 143 3. Pengembangan Langkah-langkah a) Pembukaan 1) Pengantar Para bruder yang terkasih dalam Yesus Kristus, kita patut bersyukur atas kasih Tuhan yang telah dilimpahkan-Nya kepada kita sehingga kita semua dapat berkumpul ditempat ini dalam keadaan sehat. Mengikuti Yesus berarti mengikuti kemiskinanNya. Yesus telah melepaskan segalanya bahkan kemulian-Nya demi manusia. Maka sebagaimana Fransiskus dari Assisi mengikuti Kristus dan hidup dalam kemiskinan, pertobatan, kemurnian, serta ketaatan demikian juga halnya dengan kita sebagai Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) ingin menyelaraskan hidup kita, seperti hidup Yesus Kristus yang rela berbagi dengan semua orang, terutama bagi mereka yang lemah miskin, tersingkir dan difabel. Dalam hidup sehari-hari kita harus mampu untuk meneladani sikap serta meniru cara hidup Yesus tersebut. Dengan demikian kita akan menjadi murid-murid Yesus yang setia dalam mengikuti kemiskinan-Nya dengan melepaskan segala ke egoisan, nafsu, keinginan dan keserakahan kita akan harta benda yang menjauhkan kita dengan hidup Yesus. 2) Lagu Pembukaan “Ambillah Ya Tuhan” Madah Bakti no 247. (Teks terlampir) 3) Doa Pembukaan Allah Bapa sumber segala kehidupan, kami bersyukur dan berterima kasih atas penyertaan serta rahmat yang telah Engkau berikan kepada kami sampai saat ini. Engkau telah mengumpulkan kami sebagai satu ikatan orang-orang yang terpanggil untuk mengikuti putra-Mu Yesus Kristus yang miskin, dan rela melepaskan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 144 segalanya bahkan kemulian-Nya, demi umat manusia. Dalam pertemuan ini, kami akan bersama-sama saling memperkaya diri dengan berbagi pengalaman iman, dalam mengikuti Yesus Kristus yang miskin dengan teladan St. Fransisikus dari Assisi. Kami mohon penyertaan-Mu ia Tuhan agar kami semakin menyadari tugas perutusan kami dengan melibatkan diri agar mau bersikap solider terhadap kaum papa dan miskin. Demi Kristus Tuhan dan juru selamat kami kini dan sepanjang segala masa. Amin. b) Langkah I : Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta 1) Peserta diajak untuk membaca Anggaran Dasar pasal 9 “Hidup Rasuli” Art 29 dan Konstitusi pasal 4 “Hidup Dalam Persekutuan Harta” Art 53. Peserta dibagi 4 atau 5 orang dalam satu kelompok. Pendamping membagikan teks dan meminta peserta membacanya terlebih dahulu. (Teks terlampir) 2) Pendamping meminta salah satu dari peserta untuk mensharingkan dengan singkat isi pokok dari Anggaran Dasar dan Konstitusi yang telah mereka baca. 3) Inti sari dari Anggaran Dasar pasal 9 “Hidup Rasuli” Art 29 dan Konstitusi pasal 4 “Hidup Dalam Persekutuan Harta”. Art 53 Ingin mengajak para bruder untuk mengasihi serta mencintai Tuhan dan sesama terutama mereka yang kurang beruntung hidupnya, dengan segenap akal budi dan hati. Sebab Tuhan telah memilih dan mengutus kita untuk mewartakan sabda-Nya melalui perkataan dan perbuatan kepada semua orang, terutama mereka yang miskin. Selain itu juga para bruder diajak untuk berhati-hati tentang kepemilikkan harta benda, jangan mereka menyimpan harta benda yang mereka peroleh hanya untuk dirinya sendiri. Akan tetapi segala harta benda yang mereka peroleh entah berupa barang, uang dan lain sebagainya, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 145 haruslah mereka serahkan terlebih dahulu kepada kongregasi melalui pemimpin komunitas. 4) Pengungkapan pengalaman: Peserta diajak untuk mensharingkan pengalaman imannya dengan panduan pertayaan sebagai berikut: a) Apakah hubungan “Mengikuti Yesus yang miskin dengan teladan Santo Fransisikus dari Assisi”. dengan Konstitusi pasal 4 hidup dalam persekutuan harta art 53, mau mengatakan, mengikuti Yesus yang miskin seperti apa bagi panggilan karya dan pelayanan hidup bruder? b) Apa tantangan, hambatan atau godaan yang para bruder rasakan dalam mengikuti kemiskinan Yesus dengan teladan St. Fransiskus? c) Arah rangkuman Para bruder yang terkasih dalam Kristus. Dalam Anggaran Dasar dan Konstitusi yang telah kita bahas bersama-sama tadi. Kita semua sebagai Bruder MTB diajak untuk mengasihi serta mencintai Tuhan dan sesama terutama mereka yang kurang beruntung hidupnya, dengan segenap akal budi dan kemampuan kita. Sebab Tuhan telah memilih dan mengutus kita untuk mewartakan sabda-Nya melalui perkataan dan perbuatan kita kepada semua orang, terutama mereka yang lemah dan miskin. Selain itu kita juga dituntut untuk berhati-hati, dalam menggunakan harta benda. Jangan sampai kita menyimpan uang, barang, harta benda yang kita peroleh entah dari hasil kita mengajar di Sekolah, memberi rekoleksi dan memimpin ibadat, hanya untuk diri kita sendiri saja. Akan tetapi segala harta benda yang kita peroleh entah dengan cara apa pun haruslah kita serahkan terlebih dahulu kepada kongregasi melalui pemimpin PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 146 komunitas. Setelah itu kalau kita memang perlu dan membutuhkannya, kita dapat meminta kembali. Di sinilah bentuk penghayatan kaul kemiskinan dan kerendahan hati kita sebagai pengikut Yesus yang miskin dengan teladan St. Fransiskus. c) Langkah II : Mendalami pengalaman hidup peserta (Refleksi kritis) 1) Pendamping mengajak peserta untuk merefleksikan pengalaman hidup yang telah diungkapkan dalam langkah I, dengan panduan pertanyaan: a) Bagaimana caranya para bruder mewujudnyatakan tindakan iman dalam kemiskinan Kristus menurut teladan St. Fransiskus? b) Mengapa para bruder mau melakukannya? 2) Dari jawaban yang telah diungkapkan oleh peserta, pendamping memberikan rangkuman singkat misalnya: Para bruder yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus. Dalam Konstitusi yang telah kita dalami secara bersama-sama dengan panduan dua pertayaan di atas tadi. Kita sebagai Bruder MTB diajak untuk mengasihi serta mencintai Tuhan dan sesama terutama mereka yang kurang beruntung hidupnya, dengan segenap akal budi dan kemampuan kita. Sebab Tuhan telah memilih dan mengutus kita untuk mewartakan sabda-Nya melalui perkataan dan perbuatan kita kepada semua orang. Terutama mereka yang miskin, lemah tersingkir dan difabel. Dalam menggunakan harta benda kongregasi, entah berupa: Mobil, motor, uang dan lain sebagainya. Di sini kita dituntut untuk bersikap jujur dan terbuka. Janganlah kita menggunakan semuanya itu, hanya demi kesenangan dan kepentingan kita sendiri, akan tetapi sebaliknya kita gunakan demi kepentingan bersama untuk membantu orang lain. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 147 Kita mau melakukan semuanya ini, karena kita berpengharapan akan Tuhan sumber kehidupan, demi kebahagiaan sesama. d) Langkah III : Menggali Pengalaman iman Kristiani 1) Salah satu seorang peserta dimohon bantuannya untuk membacakan perikop dari Kitab Suci Injil Matius 19:16-26 (terlampir) 2) Peserta diberi kesempatan untuk hening sejenak sambil merenungkan secara pribadi dan menanggapi pembacaan Kitab Suci dengan panduan pertayaan sebagai berikut: a) Ayat-ayat manakah dari Kitab Suci tersebut, yang mengesankan bagi para bruder berkaitan dengan kemiskinan Kristus menurut teladan St. Fransiskus? Mengapa ayat tersebut mengesankan? b) Manakah pesan inti yang mau disampaikan oleh Mat. 19:16-26 sehubungan dengan mengikuti Yesus yang miskin dengan teladan St. Fransiskus ? 3) Peserta diajak untuk mencari, menemukan dan mengungkapkan pesan dari perikop Injil Mat. 19:16-26. Sehubungan dengan 2 (dua) pertayaan di atas. 4) Pendamping memberikan interpretasi/tafsiran dari perikop Injil Matius 19:16-26 Para bruder yang terkasih, dalam Injil Matius 19:16-26, kita semua diingatkan bahwa kekayaan sebagai kemungkinan halangan untuk menjadi sempurna sebagai murid dan pengikut Yesus, muncul dalam cerita perjumpaan Yesus dengan seorang anak muda yang kaya. Dalam ayat 16-19 ketika ditanya mengenai apa yang diperlukan supaya mempunyai hidup yang kekal, Yesus mengundang anak muda itu, jika engkau hendak sempurna masuk ke dalam hidup kekal dengan melakukan kesepuluh perintah Allah, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 148 dan perintah untuk mengasihi sesama seperti dirinya sendiri. Ayat 20-22 ia menjawab bahwa ia sudah melaksanakan perintah-perintah itu, Yesus menyuruh pemuda itu untuk membagikan hartanya kepada orang-orang miskin dan mengambil bagian dalam ketidakpastian yang menjadi ciri kehidupan Yesus dan para pengikut-Nya. Anak muda tersebut, tidak sanggup untuk menerima ajakan Yesus. Ayat 23-26 Yesus mengatakan sukar bagi orang kaya untuk masuk ke dalam kerajaan surga. Tetapi tidak juga sepraktis seperti kiasan seekor unta masuk melalui lubang jarum. Para murid heran, dan muncul pengandaian dari mereka bahwa kekayaan adalah tanda dari perkenanan Allah. Yesus mengajarkan bahwa tidak seorang pun dapat masuk ke dalam Kerajaan Sorga disebabkan oleh kekayaan sendiri, Kerajaan Sorga adalah anugerah dari Allah. e) Langkah IV : Menerapkan iman Kristiani dalam situasi peserta konkrit: a) Pengantar Pendamping mengawali langkah ini dengan merangkum seluruh isi dan proses yang berlangsung selama pertemuan dan menghubungkan dengan tema dan tujuan katekese ini, sebagai berikut: Para bruder yang terkasih, dalam Injil Mat. 19:16-26, kita semua diingatkan bahwa kekayaan sebagai kemungkinan halangan untuk menjadi sempurna sebagai pengikut Yesus, dalam cerita perjumpaan Yesus dengan seorang pemuda yang kaya. Sebagai pengikut Kristus dengan teladan St. Fransiskus, kita semua diingatkan bahwa kekayaan, kedudukan, kesombongan dan keserakahan kemungkinan halangan untuk menjadi sempurna sebagai pengikut Yesus. Dalam Anggaran Dasar dan Konstitusi kita sebagai Bruder MTB diajak untuk mencintai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 149 Tuhan dan sesama terutama mereka yang kurang beruntung hidupnya, dengan segenap akal budi dan kemampuan kita. Sebab Tuhan telah memilih dan mengutus kita untuk mewartakan sabda-Nya melalui perkataan dan perbuatan kepada sesama, terutama kepada mereka yang miskin, lemah tersingkir dan difabel. b) Sebagai bahan refleksi agar kita semakin mampu untuk menjadi pengikut Yesus dengan teladan St. Fransiskus dari Assisi. Dalam kehidupan kita sehari-hari secara kongkret di tengah-tengah masyarakat yang miskin serta mereka yang membutuhkan kehadiran kita. Marilah kita hening sejenak. (Diiringi dengan musik instrument “Ku tahu Tahun”), dengan merenungkan pertayaan-pertayaan berikut ini secara pribadi. 1) Apakah arti mengikuti kemiskinan Kristus dengan teladan St. Fransisku bagi tugas pelayanan dan hidup panggilan para bruder? Mengapa hal tersebut perlu diwujudnyatakan dalam hidup beriman? 2) Apakah dalam tugas dan pelayanan, para bruder sudah bersemangat miskin? Bagaimana cara menghayatinya semangat kemiskinan tersebut? c) Kemudian para bruder diberi kesempatan untuk mengungkapkan apa yang telah mereka renungkan berdasarkan panduan pertayaan di atas, setelah itu pendamping memberikan rangkuman berdasarkan sharing para bruder. d) Arah rangkuman penerapan pada situasi peserta: Para bruder yang terkasih, dalam Tuhan kita Yesus Kristus. Mengikuti Yesus dengan teladan Santo Fransiskus dari Assisi berarti kita harus berani untuk hidup miskin dengan jalan pelepasan terhadap harta milik guna membantu sesama terutama mereka yang miskin. Yesus mengundang kita, jika kita hendak sempurna dan masuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 150 ke dalam kerajaan surga sebagai Bruder Maria Tak Bernoda, kita harus rela melepaskan dan meninggalkan harta milik kita dan memberikannya kepada orang yang membutuhkannya. Sebagaimana Fransiskus dari Assisi mengikuti Kristus dan hidup dalam kemiskinan, pertobatan, kemurnian, serta ketaatan demikian juga halnya dengan kita sebagai Bruder MTB diajak untuk menyelaraskan hidup kita, seperti hidup Yesus Kristus yang rela berbagi dengan semua orang, terutama bagi mereka yang lemah miskin, tersingkir dan difabel. Semoga melalui pertemuan ini, kita sebagai Bruder MTB semakin gembira dan tetap setia menyerahkan seluruh hidup panggilan kita untuk mengikuti Yesus Kristus dengan teladan Santo Fransiskus dari Assisi. Sebagai Bruder MTB kita diajak untuk mengasihi serta mencintai Tuhan dan sesama terutama mereka yang kurang beruntung hidupnya, dengan segenap akal budi dan kemampuan kita. Sebagai bentuk penghayatan kaul kemiskinan kita, kita harus hidup sederhana dan rela menyediakan diri untuk membantu orang lain. Tuhan telah memilih dan mengutus kita untuk mewartakan sabda-Nya kepada semua orang. Dalam menggunakan harta benda kongregasi, kita dituntut untuk bersikap terbuka dan berlaku jujur. Janganlah kita menggunakan semuanya itu, hanya demi kesenangan dan kepentingan kita sendiri, akan tetapi sebaliknya, kita gunakan demi kepentingan bersama guna membantu orang yang membutuhkan pertolongan kita. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 151 f) Langkah V : Mengusahakan suatu aksi konkret a) Pengantar Para bruder yang terkasih, dengan pertemuan ini kita bersama-sama diajak untuk mewujudnyatakan iman kita melalui perkataan dan perbuatan secara konkret kepada mereka yang miskin. Sebagai pengikut Yesus Kristus dengan teladan St. Fransiskus, para bruder diajak serta diharapkan untuk siap sedia berkorban demi mencintai Tuhan dan sesama dengan segenap hati serta akal budi. Tuhan telah memilih dan mengutus para bruder untuk mewartakan sabda-Nya kepada semua orang, terutama mereka yang miskin. Dalam Injil Mat. 19:16-26, kita semua diingatkan bahwa kekayaan sebagai kemungkinan halangan untuk menjadi sempurna sebagai pengikut Yesus, seperti dalam cerita perjumpaan Yesus dengan seorang anak muda yang kaya. Para bruder harus sadar bahwa kekayaan, kedudukan, kesombongan dan keserakahan sebagai halangan untuk menjadi sempurna sebagai murid dan pengikut Yesus Kristus. Yesus mengundang kita, jika kita hendak sempurna dan masuk ke dalam Kerajaan Sorga kita harus rela melepaskan dan meninggalkan harta milik kita, dan memberikannya kepada orang yang membutuhkan. Sebagaimana St. Fransiskus dari Assisi yang mengikuti Kristus dan hidup dalam kemiskinan, pertobatan, kemurnian, serta ketaatan demikian juga para bruder yang menjadikan St. Fransiskus sebagai semangat dan spiritualitas hidup panggilan kita sebagai Bruder MTB. b) Pendamping mengajak peserta untuk hening sejenak, guna memikirkan tindakan dan keterlibatan secara konkret baik pribadi, kelompok maupun secara bersama-sama yang dapat diusahakan, dengan panduan pertayaan sebagai berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 152 1) Nait dan aksi seperti apa yang hendak kita lakukan untuk mengikuti Yesus Kristus yang miskin. Sebagai bentuk sikap solider kita terhadap orang miskin? 2) Hal-hal apa saja yang perlu kita perhatikan untuk mewujudnyatakan niat-niat kita baik niat pribadi mau pun niat bersama? c) Pendamping mengajak peserta untuk memikirkan atau membicarakan niat-niat yang telah mereka pikirkan dan renungkan baik niat pribadi maupun niat bersama. Tindakan mana yang harus kita lakukan untuk membangun niat-niat secara konkret baik niat pribadi maupun niat bersama. Kalau sudah ada kesepakatan bersama untuk melakukannya, maka rencana tindakan tersebut, kita persembahkan dalam doa. d) Niat-niat yang direncanakan untuk dilakukan dapat disharingkan dalam kelompok. Kemudian, pendamping mengajak peserta untuk membicarakan dan mendiskusikan secara bersama-sama guna menentukan niat kongkret mana yang akan diwujudnyatakan bersama dalam kehidupan sehari-hari. e) Penutup 1. Suasana ibadat: Pendamping menempatkan salib dan lilin di depan. Setelah itu pendamping mengajak perserta untuk menyampaikan doa permohonan yang dimulai dari pendamping, setelah itu baru diteruskan oleh peserta. Seluruh doa permohonan disatukan dengan doa Bapa Kami. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 153 2. Doa Penutup Allah Bapa sumber segala kehidupan, kami bersyukur dan berterima kasih atas segala rahmat dan kebaikan-Mu yang senantiasa Dikau limpahkan kepada kami. Kami bersyukur, karena Dikau telah menyertai perjalanan hidup panggilan kami dan setia mendampingi kami dalam pertemuan ini, untuk bersama-sama mendalami pengalaman iman kami dengan tema: “Mengikuti Yesus Kristus yang miskin dengan teladan Santo Fransiskus dari Assisi”. Melalui Anggaran Dasar pasal 9 “Hidup Rasuli”. Art 29 dan Konstitusi pasal 4 “Hidup Dalam Persekutuan Harta”. Art 53. Berkat kuasa kasih-Mu kami telah belajar dari pengalaman seorang pemuda yang kaya, dalam Injil Mat. 19:16-26. Dia tidak mudah untuk meninggalkan harta benda miliknya, untuk mengikuti Dikau. Kami mohon penyertaan-Mu ya Tuhan agar kami dimampukan untuk melepaskan segala harta milik kami, yang menghalangi kami untuk semakin dekat dengan-Mu, dalam menjalankan karya pelayanan dan tugas perutusan kami. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami, yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang segala masa. Amin. 3. Lagu Penutup : “Persembahan Hidup” (KE) no: 131 (Teks terlampir). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB V PENUTUP Pada bab ini, penulis akan menguraikan mengenai kesimpulan dan saran dari skripsi yang sudah penulis kerjakan mulai dari bab I sampai bab IV. Dengan adanya kesimpulan dan saran ini, kiranya sungguh dapat digunakan untuk membantu para pembaca yang budiman, terutama para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) dalam menghayati kaul kemiskinan serta melakukan karya perutusan dan pelayanan bagi semakin banyak orang terutama mereka yang miskin. A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, akhirnya penulis dapat menyimpulkan bahwa penghayatan kaul kemiskinan dalam pelayanan dan persaudaraan para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dianggap berguna bagi para anggota Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) secara khusus di Indonesia. Dalam usaha guna meningkatkan penghayatan kaul kemiskinan untuk melayani sesama terutama, orang-orang yang paling membutuhkan dan miskin. 1. Berdasarkan pengalaman, hidup bersama dengan para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB), penulis menemukan bahwa para Bruder MTB belum semuanya mampu untuk menghayati kaul kemiskinan sebagaimana mestinya. Hal ini tampak dalam tindakan dan kehidupan sehari-hari yang terkadang menyimpang dari pola hidup miskin sebagaimana diatur dalam norma hidup bersama seturut semangat kemiskinan para PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 155 pendiri Kongregasi Bruder MTB dengan teladan dan semangat Santo Fransiskus dari Assisi. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam melaksanakan pelayanan dan hidup sebagai saudara masih saja terjadi penyelewengan terhadap kaul kemiskinan baik disengaja maupun tidak disengaja. Meskipun sudah mengikrarkan kaul kemiskinan masih ada para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) yang belum memahami, menghayati, pura-pura lupa atau bahkan dengan sengaja melupakan esensi kaul kemiskinan yang sudah diikrarkannya. Akibat dari perbuatan dan tindakan bruder tersebut, dia sudah melanggar esensi kaul kemiskinan yang diikrarkannya dihadapan Allah melalui perantaraan seorang imam dan umat yang hadir pada saat seorang bruder mengikrarkan kaulnya. Sebagai contoh: Seorang bruder sudah dibelikan atau diberikan Handphone (HP) yang biasa tanpa android oleh Provinsial atau pemimpin komunitasnya. Akan tetapi bruder tersebut, tidak merasa puas dengan Handphone (HP) yang sudah diberikan, karena dianggap sudah kuno ketinggalan zaman. Maka bruder yang bersangkutan berusaha untuk memiliki Handphone (HP) yang ada androidnya. Keinginan tersebut entah dipengaruhi oleh faktor teman sekomunitas, teman di kampus, teman dalam satu organisasi, faktor iklan dan lain sebagainya, yang menimbulkan rasa serta keinginan untuk memiliki barang-barang secara berlebihan walaupun tidak sungguh-sungguh diperlukan. 2. Pada zaman sekarang yang serba canggih dan modern ini, banyak peluang dan tawaran untuk tidak setia lagi dalam menghayati kaul kemiskinan. Seperti lamanya berkarya atau bertugas di komunitas, berkarya di lingkungan atau di tengah-tengah umat yang ekonominya menengah keatas, banyaknya relasi dan hadiah-hadiah yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 156 diberikan oleh kenalan kepada seorang Bruder MTB. Maka tidak mengherankan seandainya seorang bruder mendapat komentar atau bahkan cibiran dari umat mereka yang mengikrarkan kaul, tetapi kami yang melaksanakannya. Komentar atau cibiran dari umat untuk bruder, sebagai peringatan kepada bruder yang bersangkutan, agar hidup dan tindakannya sesuai dengan kaul kemiskinan yang diikrarkannya. Dengan mengikrarkan kaul kemiskinan para Bruder MTB ingin mengikuti dan meniru teladan hidup Kristus dan diharapkan menjadi saksi kemiskinan zaman ini, di tengah semakin banyak orang yang berusaha hidup untuk mencari harta kekayaan, kesenangan duniawi, pangkat, jabatan dan popularitas. 3. Kemiskinan para bruder hendaknya menjadi tanda dan bentuk solidaritas kepada orang-orang kecil, dan miskin. Kristus menjadi satu-satunya yang bernilai bagi hidup para bruder, dan yang lainnya adalah sarana untuk berjumpa dan mengabdi kepada Kristus sebagai sumber dan penyelamat hidup. Maka dari itu para bruder harus mengembangkan semangat hidup lepas bebas dari segala barang dan bahkan manusia, untuk dapat membantu sesamanya. Dengan demikian kemiskinan para bruder sebagai kaum riligius bersifat “profetis” kenabian dan kerasulan. Kemiskinan para bruder bukan kemiskinan untuk menjadi melarat dan pengemis. Kalau demikian kemiskinan yang dicita-citakan tidak akan berdampak bagi kemajuan dan keselamatan orang lain. Para bruder dapat menjadi sangat amat miskin sampai mempunyai baju dan calana hanya satu saja, tetapi kalau tidak mempunyai dampak bagi hidup orang lain tidak ada gunanya. Dengan kaul kemiskinan semangat yang dapat para bruder kembangkan adalah semangat murah hati. Murah hati karena apa yang para bruder punya dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 157 miliki semuanya adalah berasal dari kemurahan dan kebaikan Tuhan, entah bakat, ketrampilan, kemampuan, kekayaan atau kepandaian semuanya pemberian Tuhan. Maka harus para bruder bagikan kepada orang lain, dalam karya pelayanan dan perutusan dimana pun para bruder berkaraya. Dengan kaul kemiskinan, para bruder diingatkan untuk tidak melekat pada harta duniawi, kedudukan, pangkat, jabatan dan segala hal yang dapat menghambat para bruder untuk bersatu dengan Tuhan. Akan tetapi sebaliknya, para bruder diajak untuk rela berbagi dan menolong orang lain. 4. Kaul kemiskinan para bruder hendaknya bersifat kerasulan. Dengan mengikrarkan kaul kemiskinan para bruder ingin menjadikan Kristus sebagai satusatunya yang bernilai bagi hidup para bruder dan yang lainnya adalah sarana untuk berjumpa dan mengabdi kepada-Nya. Kesediaan serta kesanggupan para bruder dalam mengikrarkan kaul kemiskinan akan menjadikan proses perjuangan serta pergulatan bagi hidup panggilan para bruder untuk selalu bersatu dengan Tuhan. Dalam kenyataan hidup religius di dunia modern saat ini, yang penuh dengan godaan, tantangan dan hambatan. Kaul kemiskinan akan mengingatkan para bruder untuk melawan tantangan yang melemahkan panggilan hidup para bruder sebagai religius. Dengan kaul kemiskinan para bruder melepaskan hak untuk memiliki dan harta kekayaan dalam Kongregasi. Para bruder hanya mempunyai hak pakai dengan izin Kongregasi. Para bruder dengan kaul kemiskinan kehilangan hak milik atas barang yang diterima. Maka, para bruder tidak minta warisan lagi. Semua barang dan uang yang para bruder terima setelah kaul kekal, adalah menjadi milik Kongregasi dan harus diserahkan kepada Kongregasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 158 5. Program katekese yang penulis usulkan diharapkan dapat membantu para Bruder MTB untuk meningkatkan penghayatan kaul kemiskinan dalam hidup bersama. Katekese merupakan salah satu bentuk kegiatan atau usaha yang dapat dilakukan dalam membina iman para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB). Pembinaan iman melalui kegiatan katekese diyakini dapat membantu para Bruder MTB menggali serta menyadari pengalaman iman mereka, dalam menghayati kaul kemiskinannya secara konkret dalam hidup bersama. Pembinaan dengan berkatekese merupakan usaha untuk saling tolong menolong terus-menerus antara sesama bruder agar mereka mengerti dan mendalami hidup pribadi maupun hidup bersama menurut pola Kristus, guna menuju kepada hidup Kristiani yang dewasa penuh. Dalam hal ini penulis mengusulkan contoh program model katekese Shared Christian Praxis (SCP), yang menekankan pengalaman hidup peserta dan menjadikan mereka sebagai subjek dalam berbagi pengalaman iman. B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis merasa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pimpinan Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) dalam usaha meningkatkan pemahaman mengenai penghayatan kaul kemiskinan bagi para anggota Bruder MTB. Secara khusus para bruder yang diberikan kepercayaan atau wewenang untuk menjadi formatur/pembina para calon bruder mulai dari aspiran, postulant, novisiat dan setelah mereka secara definitif menjadi anggota Bruder Maria Tak Bernoda (MTB). Untuk meningkatkan penghayatan kaul kemiskinan di tengah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 159 arus zaman modern saat ini, penulis mengusulkan beberapa hal yang dirasakan berguna dalam upaya meningkatkan penghayatan kaul kemiskinan bagi para anggota Bruder MTB. 1. Sudah seharusnyalah para Bruder MTB terutama bagi para bruder yunior untuk selalu mengikuti setiap pembinaan yang sudah diprogrmakan oleh para bruder formatur secara rutin. Dengan harapan para bruder yunior akan semakin dewasa dalam memahami, menghayati dan memaknai kaul kemiskinan dalam pelayanan dan hidup persaudaraan. Pembinaan dalam karya kerasulan selama periode profesi sementara, dan pembinaan diri secara terus-menerus yang akan berlangsung dalam tahap kehidupan selanjutnya, perlu dilakukan oleh masing-masing bruder. 2. Dalam proses pembinaan para bruder juga diberi pelajaran secara khusus tentang spiritualitas, sejarah, perkembangan dan tata cara peraturan hidup bersama dalam Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB). Tujuan dari pembinaan iman para Bruder MTB adalah agar mereka mencapai kepenuhan hidup di dalam Kristus. Mereka menjadikan Kristus sebagai dasar dan pusat arah hidupnya, formation/ pembinaan iman tidak sekedar memperkenalkan, tetapi mengajak para bruder untuk masuk, berelasi dan bersatu dengan Yesus Kristus sehingga dari pengalaman itu, mereka dapat mengalami keselamatan hidup. Untuk itu kepenuhan hidup mengandung unsur-unsur di antaranya: kemuridan, kedewasaan dan kesaksian. Menjadi baru dalam Kristus bukan proses yang sekali jadi, melainkan proses yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 160 terus menerus dilakukan, dipupuk, diolah dan diteguhkan. Tanpa usaha itu itu benih iman bisa mati dan tidak tumbuh. 3. Tim pembina mempunyai tanggung jawab untuk mengikuti perkembangan iman para bruder yunior dengan mengadakan evaluasi, memberi pandangan tentang perkembangan yunior kepada pemimpin provinsi. Pembinaan iman para bruder yunior dimaksudkan agar mereka semakin mewujudkan diri sesuai dengan tujuan serta semangat Kongregasi sebagaimana yang telah mereka janjikan. Para bruder yunior wajib mengikuti pembinaan yang direncanakan oleh tim pembina. Setiap bruder hendaknya tetap berusaha mengembangkan diri baik budi maupun hati dan lebih-lebih kehidupan rohani yang diarahkan kepada pendalaman spiritualitas kongregasi dan kemampuan tugas kerasulan masing-masing bruder. Hendaknya para pemimpin provinsi maupun komunitas mendukung pelaksanaan formasio/pembinaan ini. Agar para bruder baik yang sudah berkaul kekal maupun yang belum berkaul kekal tetap mempunyai kewajiban untuk pembinaan lanjut. Supaya iman mereka akan Yesus Kristus semakin tumbuh dan berakar serta berdaya guna bagi banyak orang. 4. Tim pembina diminta untuk mengadakan kegiatan katekese umat dengan metode Shared Christian Praxis (SCP) guna membantu para Bruder MTB menghayati kaul kemiskinan dalam pelayanan dan hidup persaudaraan. Dalam katekese model ini pengalaman peserta dijadikan bahan untuk berkatekese. Peserta diajak untuk saling bertukar pengalaman iman secara konkret berdasarkan kenyataan yang riil dalam hidup mereka, berhubungan dengan penghayatan kaul kemiskinan dalam pelayanan dan hidup sebagai saudara dalam Kongregasi Bruder MTB PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 161 DAFTAR PUSTAKA Bhanu Viktorahadi, R.F. (2015). Menjadi Gereja yang Bergelimang Lumpur. Telaah Singkat Anjuran Apostolik Paus Fransiskus Evangelii Gaudium. Yogyakarta: Kanisius. Bigaroni, Marino. (2003). Legenda Perugina. Jakarta: Sekretariat Keluarga Fransiskan Indonesia (SEKAFI). Bodo, Murray. (2002). Fransiskus Perjalanan dan Impian. Saduran dari buku (The Journey and The Dream). Jakarta: Sekretariat Keluarga Fransiskan Indonesia (SEKAFI). Budi Susianto, Silvester. (2016). Kaum Religius. Yogyakarta: Kanisius. Celano, Thomas. (1981). St. Fransiskus dari Assisi. Diterjemahkan oleh P.J Wahjasudibja. Jakarta: Sekretariat Keluarga Fransiskan Indonesia (SEKAFI) Conti, Martino. (2006). Indentitas Fransiskan. Diterjemahkan oleh Paskalis Bruno Syukur. Jakarta: Sekretariat Keluarga Fransiskan Indonesia (SEKAFI) Darminta, J. (1975). Hidup Berkaul. Jogyakarta: Kanisius. . (1983). Religius dan Pembaharuan Rohani. Yogyakarta: Kanisius . (1996). Religius dan Evangelisasi. Yogyakarta: Kanisius. . (1995). Hidup Religius Hidup Gerakan Roh. Yogyakarta: Kanisius. . (2003). Mencitrakan Hidup Religius. Yogyakarta: Kanisius. . (2005). Penegasan Panggilan. Yogyakarta: Kanisius. Dewan Karya Pastoral, KAS. (2014). Formatio Iman Berjenjang. Yogyakarta: Kanisius. Fransiskus. (2014a). Evangelii Gaudium. Tentang Suka Cita Injil. Diterjemahkan oleh F.X, Adisusanto dan Bernadeta Harini Tri, Prasasti. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI. (Dokumen asli diterbitkan tahun 2013). . (2014b). Lumen Fidei. Tentang Terang Iman kepada Para Uskup, Imam, dan Diakon. Biarawan dan Biarawati, Serta Kaum Awam. Diterjemahkan oleh F.X. Bambang Kussriyanto Malang: DIOMA. (Dokumen asli diterbitkan tahun 2013). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 162 . (2015a). Evangelii Gaudium. Tentang Menjadi Gereja yang Bergelimang Lumpur. Diterjemahkan oleh R.F Bhanu Viktorahadi. Yogyakarta: Kanisius. (Dokumen asli diterbitkan tahun 2013). . (2015b). Tahun Hidup Bakti. Diterjemahkan oleh F.X Adisusanto dan Bernadeta Harini Tri, Prasasti. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI. (Dokumen asli diterbitkan tahun 2014). Groenen, Cletus. (1979). Panggilan Kristen. Yogyakarta: Kanisius Groome, Thomas H. (2010). Christian Religious Education. Diterjemahkan oleh Daniel Stefanus. Jakarta: Gunung Mulia. Go, Piet. (1984). Tarekat Hidup Bakti menurut Hukum Gereja. Malang: DIOMA. Hidup Bakti dan Peranannya. (1994). Pesan Sinode Para Uskup. Malang: DIOMA (Dokumen asli diterbitkan tahun 1994). Hadiwardoyo, Purwa. Al. (2016). Ajaran Gereja Katolik Tentang Evangelisasi. Yogyakarta: Kanisius. Heuken, A. (2002). Spiritualitas Kristiani. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka. Iriarte, Lazaro. (1995). Panggilan Fransiskan. Sibolga: Kapusin Iswarahadi, I.Y. (2003). Beriman dengan Bermedia. Yogyakarta: Kanisius. . (2010). Media dan Pewartaan Iman.Yogyakarta: PUSKAT. Jacobs, Tom. (1983). Spiritualitas. Salatiga: Institut Roncalli. Kajetan, Esser. (2001). Karya-Karya Fransiskus Dari Assisi. Diterjemahkan oleh Ladjar. Jakarta: Sekretariat Keluarga Fransiskan Indonesia (SEKAFI) Foley Leonard, dkk. (2007). Spiritualitas Fransiskan untuk Kaum Awam. Saduran dari buku (To Live as Francis Lived). Diterjemahkan oleh Paskalis Bruno Syukur. Jakarta: Sekretariat Keluarga Fransiskan Indonesia (SEKAFI). Konsili Vatikan II. (1990). Konstitusi Tentang Gereja Lumen Gentium. Diterjemahkan oleh R Hardawiryana. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1964). . (1996). Vita Consecrata. Anjuran Yohanes Paulus II tentang Hidup Bakti bagi para Religius. Diterjemahkan oleh R. Hardawirjana. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1996). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 163 . (1991). Perfectae Caritatis. Dekrit Tentang Pembaharuan dan Penyesuaian Hidup Religius. Diterjemahkan oleh R Hardawiryana. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1965). Katekismus Gereja Katolik. (1995). Diterjemahkan oleh P. Herman Embuiru. Arnoldus: Ende Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta: Kanisius. Kitab Hukum Kanonik. (2016). Dokumen asli diterbitkan tahun 1983 (R. D. R. Robiyatmoko, Ed). Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI. Krispurwana Cahyadi, T. (2016). Kemurahan Hati. Yogyakarta: Kanisius. Ladjar, Leo Laba. (1983). Inti Hidup Religius. Yogyakarta: Kanisius. Lalu, Yosef. (2007). Katekese Umat. Yogyakarta : Kanisius. Manangar, C. (2006). Anggaran Dasar Ordo Ketiga Regular Fransiskan. Medan: Bina Media. . (2008a). Introduksi Spiritualitas Fransiskan. Medan: Bina Media. . (2008b). Kaul Fransiskus. Medan: Bina Media. NN. (1999). Anggaran Dasar dan Konstitusi. Bruder Maria Tak Bernoda (MTB). NN. (2014). Statuta Bruder Maria Tak Bernoda (MTB). Riddick, Joyce. (1987). Kaul Harta Melimpah Dalam Bejana Tanah Liat. Yogyakarta: Kanisius. Suparno, Paul. (2016a). Hidup Membiara Di Zaman Modern. Yogyakarta: Kanisius. . (2016b).Tantangan Hidup Membiara Di Zaman Modern. Yogyakarta: Kanisius. . (2007a). Saat Jubah Bikin Gerah 1. Yogyakarta: Kanisius. . (2007b). Saat Jubah Bikin Gerah 2. Yogyakarta: Kanisius. Simsic Wayne. (2008). Hikmat Fransiskus Hikmat Kita. Diterjemahkan oleh Hendrikus Seta. Jakarta: Sekretariat Keluarga Fransiskan Indonesia (SEKAFI) Sinaga, Anicetus B. (1996). Iman Triniter. Jakarta: OBOR. Suharyo, Ignatius. (2011). Ekaristi. Yogyakarta: Kanisius. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 164 Sumarno Ds, M. (2013). Pengantar Pendidikan Agama Katolik. Diktat Mata Kuliah Pengantar Pendidikan Agama Katolik Paroki Semester IV, Fakultas Ilmu Pendidikan Agama, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Tubarman, Aloysius. (1997a). Dari Monasterium Bruderan. . (1997b). Sejarah Kongregasi Bruder-Bruder (MTB). . (1997c). Semangat dan Tujuan MTB Telaumbanua, Marianus. (1999). Ilmu Kateketik. Jakarta: Obor. Yohanes Paulus II. (2011). Catechesis Tradendae. Anjuran Apostolik Sri Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus dan segenap umat beriman, tentang katekese masa kini. Diterjemahkan oleh R. Hardawirjana. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1979). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI LAMPIRAN 1 Teks lagu “Ambillah Ya Tuhan” dari Madah Bakti no 247 Ambillah ya Tuhan kebebasanku Kehendakku budi ingatanku Pimpinlah diriku dan Kau kuasai Perintahlah akan kutaati Hanya rahmat dan kasih dariMu Yang kumohon menjadi milikku Hanya rahmat dan kasih dariMu Berikanlah menjadi milikku Lihatlah semua yang ada padaku Ku haturkan menjadi milikMu Pimpinlah diriku dan Kau kuasai Perintahlah akan kutaati Teks lagu “Persembahan Hidup” dari Kidung Ekaristi no 131 Hidup kami Tuhan Engkau yang berikan, Kan kami jalani demi panggilan, Hidup ini memang penuh perjuangan, Kadang pula penuh pergulatan. Kusembahkan hati budi diri kami, Hidup mati kami dalam dunia ini. Biar Kau jagai sampai akhir nanti, Mengabdi Tuhan kini sampai mati. Kepada-Mu hidup kami kembalikan, Kedalam tangan-Mu sgalanya kuserahkan, Suka duka tawa maupun tangisan, S’moga ini jadi kidung dan pujian. Kusembahkan hati budi diri kami, Hidup mati kami dalam dunia ini. Biar Kau jagai sampai akhir nanti, Mengabdi Tuhan kini sampai mati. Kami pasrah diri kepadaMu Bapa, Kebebasan hidup dan cita rasa, Sukma raga ini Kau jua yang punya, Kesaksian kami ditengah dunia. [1] PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI LAMPIRAN 2 Anggaran Dasar Pasal 9 “Hidup Rasuli” Artikel 29 Saudara-saudari hendaknya mengasihi Tuhan dengan segenap hati, dengan segenap jiwa dan dengan segenap akal budi dan dengan segenap kekuatan, serta mengasihi sesamanya seperti dirinya sendiri. Hendaklah mereka meluhurkan Tuhan dalam perkerjaan mereka, sebab untuk itulah Ia mengutus mereka ke seluruh dunia, yakni untuk menjadi saksi suara-Nya dengan perkataan dan perbuatan dan untuk memberitahukan kepada semua orang, bahwa tak ada yang mahakuasa selain Dia. Konstitusi Pasal 4 “Hidup Dalam Persekutuan Harta” Artikel 53 Kongregasi sebagai badan hukum mempunyai kemampuan untuk memperoleh, memiliki, mengelola dan mengalihkan pemilikan harta benda duniawi. Kongregasi menerima dan memiliki uang dan harta benda sebagai persekutuan, sehingga baik bruder, komunitas atau pun Provinsi/Regio tidak dapat menuntut hak eksklusif atas harta itu bagi dirinya sendiri saja. Pimpinan Provinsi dapat diberi wewenang oleh Pimpinan Umum untuk memperoleh memiliki, mengelola dan mengalih-milikan harta kongregasi. Segala yang diperoleh seorang bruder dengan usaha sendiri atau dengan usaha atas nama kongregasi diperolehnya bagi kongregasi. Segala yang diberikan kepadanya sebagai pensiun, bantuan atau imbalan dalam bentuk apa pun, diperolehnya untuk kongregasi. [2] PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI LAMPIRAN 3 Orang Muda Yang Kaya Matius. 19:16-26 16 Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" 17 Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah." 18 Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, 19 hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." 20 Kata orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?" 21 Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." 22 Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya. 23 Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. 24 Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah." 25 Ketika murid-murid mendengar itu, sangat gemparlah mereka dan berkata: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" 26 Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin." [3]