PERAN LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DALAM UPAYA

advertisement
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2014, Volume 9 Nomor 2, ( 102 – 112 )
PERAN LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DALAM UPAYA
MEMBANTU PENGELOLAAN DIRI PESERTA DIDIK
DI MA DARUL ULUM PALANGKARAYA
Oleh : Dina Fariza Tryani Syarif *
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran layanan Bimbingan Konseling Individual
dalam membantu pengelolaan diri pada peserta didik di MA Darul Ulum Palangkaraya dan
mengetahui hambatan yang dialami guru Bimbingan Konseling Individual dalam pengelolaan diri
di MA Darul Ulum Palangkaraya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus yang datanya
dinyatakan dalam bentuk verbal dan dianalisis tanpa menggunakan statistik. Subjek penelitian ini
yaitu Kepala Sekolah, guru wali kelas, guru BK, dan peserta didik MA Darul Ulum Palangkaraya
tahun pelajaran 2014/2015.
Hasil penelitian menunjukan peran layanan Bimbingan Konseling Individual berjalan cukup
baik, dimana dalam pelayanannya disiapkan ruangan khusus agar peserta didik lebih leluasa untuk
menceritakan masalahnya. Guru BK berperan penting dalam memberikan pelayanan untuk
menyelesaikan permasalahan peserta didik.
Hambatan guru BK di MA Darul Ulum Palangkaraya dalam memberikan bimbingan
individual yaitu; ketidakjujuran dan kurangnya rasa percaya diri peserta didik sehingga
penyelesaian masalah sulit diatasi. Keterbatasan waktu dan kurangnya tenaga guru BK sehingga
pembimbingan tidak maksimal.
Kata Kunci : Layanan, Konseling, Individual
PENDAHULUAN
Bimbingan Konseling (BK) merupakan
bagian integral dari sistem pendidikan di
sekolah dalam upaya membantu peserta didik
agar mencapai perkembangan yang optimal,
sesuai dengan potensinya. Secara khusus
layanan BK diarahkan untuk membantu peserta
didik agar berkembang menjadi pribadi yang
mandiri, bertanggung jawab, kreatif, produktif
dan berperilaku jujur. Jadi, jika guru BK dapat
berperan sesuai fungsi ini, maka guru tersebut
sangat berkontribusi terhadap pembentukan
karakter. Meskipun tentu saja pembentukan
karakter siswa bukan hanya tugas guru BK.
Menurut
Bimo
Walgito,
(2004:4-5)
mendefinisikan BK yaitu :
Bimbingan Konseling adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan melalui
wawancara konseling (face to face) oleh
seorang ahli (disebut konselor) kepada
individu yang sedang mengalami sesuatu
masalah (disebut konseli) yang bermuara
pada teratasinya masalah yang dihadapi
konseli serta dapat memanfaatkan berbagai
potensi yang dimiliki dan sarana yang ada,
sehingga individu atau kelompok individu
itu dapat memahami dirinya sendiri untuk
mencapai perkembangan yang optimal,
mandiri serta dapat merencanakan masa
depan yang lebih baik untuk mencapai
kesejahteraan hidup.
Perkembangan Bimbingan Konseling
semakin mengalami peningkatan dari segi
kualitas guru maupun dari kualitas pelayanan
bimbingan di sekolah. Pada saat ini terjadi
perubahan paradigma pendekatan Bimbingan
Konseling, yaitu dari yang berorentasi
tradisonal, remidial, klinis, dan terpusat pada
konselor menuju kepada pendekatan yang
berorentasi perkembangan dan preventif.
Pelayanan BK Komprehensif berdasarkan pada
upaya pencapaian tugas perkembangan,
* Dina Fariza Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
102
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2014, Volume 9 Nomor 2, ( 102 – 112 )
Bimbingan Konseling sangat berpengaruh
pada dunia pendidikan karena segala sesuatu
yang berkaitan dengan karir, bakat, minat dan
lain-lain, menjadi salah satu pokok bahasan
yang diberikan oleh guru BK. Oleh karena itu,
peran dan keprofesionalan guru BK sangat
berperan penting.
Keberadaan bimbingan dan konseling
secara formal di Indonesia relatif belum lama,
yaitu secara resmi yaitu sejak di berlakukannya
kurikulum 1975 sekolah Indonseia. Sebagai
suatu hal yang baru maka tentu saja
dimungkinkan
akan
banyak
terjadi
kesalahpahaman di kalangan pendidikan sendiri
atau juga di luar lingkungan pendidikan, dan
bahkan mungkin juga kesalahan-kesalahan lain
yang justru dilakukan oleh pelaksana kegiatan
Bimbingan Konseling itu sendiri.
Bimbingan Konseling merupakan suatu
profesi yang bersifat dinamis, artinya sebgai
jenis bidang profesi yang memberikan layanan
kepada para pemangku kepentingan akan terus
berusaha mengikuti perubahan kebutuhan dan
masalah yang dihadapi oleh para pemangku
kepentingan. Berpijak dari hal itu maka tentulah
terjadi perubahan paradigma yang dipakai
dalam melayani para pemangku kepentingan.
Perubahan tersebut dapat dilihat dengan
melakukan perbandingan dari waktu ke waktu
kecenderungan
kegiatan
layanan
yang
diberikan.
Banyaknya permasalahan yang terjadi di
sekolah, baik dalam proses pembelajaran,
masalah pribadi peserta didik, dan masalah
perekonomian untuk biaya pendidikan,
mengharuskan setiap sekolah ada guru
Bimbingan Konseling. Salah satu permasalahan
yang sering terjadi di sekolah, yaitu
pelanggaran ketertiban yang ditetapkan sekolah.
Ketertiban peserta didik sering kali menjadi
suatu masalah di sebuah sekolah, apalagi pada
jenjang SMP dan SMA yang peserta didiknya
beranjak dewasa dan mulai belajar mengenal
jati diri pribadinya. Dimana peserta didik sering
melakukan pelanggaran ketertiban di sekolah.
Kondisi yang tidak menguntungkan dan cukup
memprihatinkan ini, sekolah secara umumnya
membentuk Tim Ketertiban Sekolah agar
sekolah menjadi lebih baik. Namun, sering kali
tidak efektif dan mengalami banyak halangan
serta hambatan dilapangan. Selain harus
mengeluarkan
dana
tambahan
dengan
membentuk tim ketertiban, namun sering kali
tidak efektif karena tidak didukung oleh guruguru yang lainnya dan keterbatasan guru serta
kepeduliannya kurang terhadap peserta didik.
Menurut
Dimjati,
(2000:
95)
mengatakan sebagai berikut :
Peserta didik secara psikologis, pada
umur 12-18 tahun atau usia anak
SMA di mana perkembangan anak
digolongkan sebagai remaja atau
pubertas merupakan masa peralihan
dari anak menjadi orang dewasa
Kondisi seperti ini menjadikan
seorang mempunyai keinginan baru
dan membutuhkan sarana aktivitas
yang lebih untuk menumpahkan
segala kegiatannya sehingga dengan
minimnya sarana dan prasarana
mudah membuat siswa akhirnya
dapat
menimbulkan
permasalahannya dari ketertibannya
sehingga
menjadi
masalah
ketertiban
sekolah
semakin
meningkat.
Agar mencapai pelayanan konseling
yang bermanfaat bagi siswa/ peserta
layanan, maka penyelenggaraan layanan
harus menerapkan kaidah-kaidah dalam
pelaksanaan layanan konseling. Kaidah
tersebut meliputi orientasi, prinsip, dan asas
serta landasan yang secara keseluruhan
terpadu dalam setiap kegiatan layanan dan
aspek-aspek pendukungnya. Selain itu
penyelenggaraan
layanan
harus
dilaksanakan dengan berbagai modus,
format, dan pendekatan yang baik dalam
pelaksanaanya.
Selain diterapkan dengan baik dari
berbagai unsur-unsur pelayanan konseling
di atas, faktor yang sangat berperan dalam
mendukung tercapainya efektifitas layanan
* Dina Fariza Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
103
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2014, Volume 9 Nomor 2, ( 102 – 112 )
yang diselenggarakan adalah pengelolaan
yang
baik
dalam
setiap
akan
menyelenggarakan layanan, dan secara
umum
pengelolaan
yang
bersifat
menyeluruh terhadap program layanan
bimbingan dan konseling.
Pentingnya
pengelolaan
layanan
adalah menjaga efisiensi dan efektifitas dari
layanan yang akan diselenggarakan.
Sehingga
layanan
yang
akan
diselenggarakan lebih terarah, focus, dan
akan memudahkan untuk melakukan
kegiatan evaluasi terhadap pelaksanaan
layanan yang diselenggarakan.
Berdasarkan hasil observasi peneliti di
MA Darul Ulum Palangkaraya ada 3 orang
peserta didik yang kurang disiplin di dalam
pembelajaran. Hal tersebut dibuktikan saat
peneliti melakukan Pelatihan Pekerjaan
Lapangan (PPL) di sekolah tersebut, peserta
didik banyak yang datang terlambat, peserta
didik merusak fasilitas belajar (mencoretcoret meja, kursi, dan tembok), peserta
didik berpakaian kurang rapi, peserta didik
menggunakan Handphone pada jam
pembelajaran, peserta didik laki-laki
merokok pada saat jam istirahat, peserta
didik istirahat terlalu lama sehingga
ketinggalan pembelajaran, peserta didik
perempuan berpakaian terlalu ketat, peserta
didik membolos, dan peserta didik yang
berkelahi. Pelanggaran ketertiban ini
mengharuskan guru BK untuk lebih ekstra
memperhatikan peserta didik.
Berdasarkan permasalahan tersebut
peneliti tertarik untuk meneliti tentang
“Peran Layanan Konseling Individual
dalam Upaya Membantu Pengelolaan Diri
Peserta Didik di MA Darul Ulum
Palangkaraya”.
Penelitian
ini
penting
karena
Bimbingan Konseling dapat memberikan
motivasi kepada peserta didik dalam
pembentukan perilaku menjadi lebih baik.
Sekolah merupakan salah satu tempat untuk
membimbing, mendidik, mengarahkan dan
membentuk pribadi seseorang berperilaku
yang baik. Inilah hal yang paling rumit
dilakukan karena anak itu berasal dari latar
belakang kehidupan yang berbeda-beda
maka sekolah membentuk suatu alat untuk
mengatur dan membatasi bagi anak-anak
untuk berperilaku yang mengarah pada
pengelolaan terhadap norma-norma yang
berlaku di sekolah dan sebagai alat
pengendalinya adalah penghargaan dan
hukuman.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dilakukan
adalah kualitatif dengan pendekatan studi
kasus.
1. Data Penelitian
Pengambilan data penelitian terhadap
responden, yaitu orang yang memberi
respon atas suatu perlakuan yang
diberikan kepadanya. Subjek penelitian
ini yaitu Kepala Sekolah, guru wali
kelas, guru BK, dan peserta didik MA
Darul Ulum Palangkaraya tahun
pelajaran 2014/2015.
2. Teknik dan Prosedur Pengambilan
Data
Teknik
pengambilan
data
yang
digunakan
adalah
observasi
dan
wawancara.
3. Prosedur Analisis Data
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan suatu
proses dalam memilih pemusatan
perhatian pada penyederhanaan
pengabstrakan, dan transformasi
data yang kita temukan dari awal
dengan melakukan pencatatan.
Proses ini untuk mengarahkan dan
mengorganisasi data sehinga data
dapat disajikan secara cermat dan
sistematik.
* Dina Fariza Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
104
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2014, Volume 9 Nomor 2, ( 102 – 112 )
b. Display Data
Display data dimaksudkan sebagai
sistematisasi data yang telah di
peroleh mengenai jumlah informasi
yang disusun secara cermat agar
dapat
di
tarik
kesimpulan.
Sistematisasi data merupakan tahap
kedua. Peta tahap ini data yang telah
di reduksi pad tahap pertama
dikelompokkan sehingga diperoleh
sebuah komponen data yang
terstruktur.
c. Pengambilan Kesimpulan dan
Verifikasi
Berdasarkan hasil penelitian maka
dapat di tarik suatu kesimpulan
kedua
sehingga
merupakan
konseptualisasi dari hasil tahap
kedua sehingga dapat menghasilkan
suatu kesimpulan. Untuk menjawab
pertanyaan dalam penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Temuan penelitian ini didapat
berdasarkan hasil observasi dan wawancara
dari pihak sekolah diantaranya Kepala
Sekolah, guru kelas, guru BK dan peserta
didik kelas
dalam mengetahui peran
layanan Bimbingan Konseling Individual
dan hambatan yang dialami guru
Bimbingan Konseling Individual dalam
pengelolaan diri di MA Darul Ulum
Palangkaraya.
Sebelum melakukan penelitian di MA
Darul Ulum Palangkaraya, terlebih dahulu
peneliti bertemu dengan Kepala Sekolah
untuk menyerahkan surat izin mengadakan
observasi/penelitian yang dilaksanakan
selama 2 bulan. Berdasarkan data yang
diperoleh
peneliti
dari
observasi,
wawancara dan dokumentasi sebagai
berikut :
1. Peran Layanan Bimbingan Konseling
Individual dalam Upaya Membantu
Pengelolaan Diri
Pengelolaan diri perubahan tingkah
laku lebih banyak dilakukan, dirancang,
diproses oleh subyek yang bersangkutan,
bukan diarahkan apalagi dipaksakan oleh
pengubah. Strategi manajemen diri dalam
pengubahan tingkah laku.
1.1 Hasil Observasi
1) ... peserta didik yang berinisial HY
memiliki pengelolaan diri yang kurang
baik dalam belajar. Dia jarang
mengerjakan tugas yang diberikan guru.
Saat ditanya guru kenapa tidak
mengerjakan tugas, banyak alasan yang
diungkapkannya... (PD HY, 16-09-2014)
Pengelolaan diri peserta didik HY
memang kurang baik saat proses
pembelajaran. Peserta didik ini malas
mengerjakan tugas, sehingga hasil
belajarnya rendah.
2) ... peserta didik yang berinisial AT
memiliki pengelolaan diri yang kurang
baik dalam belajar. Dia selalu datang
terlambat ke sekolah, sehingga banyak
mata pelajaran yang tertinggal... (PD
AT, 16-09-2014)
Peserta didik berinisial AT dalam
pengelolaan diri juga kurang baik.
Peserta didik ini selalu datang terlambat.
3) ... peserta didik yang berinisial SY
memiliki pengelolaan diri yang juga
kurang baik dalam belajar. Dia jarang
berpartisipasi saat forum tanya jawab.
Percaya diri saya sangat kurang,
sehingga seringkali diejek teman-teman.
Oleh karena itu, saya meminta guru BK
untuk menangani masalah saya. (PD
SY, 16-09-2014)
Peserta didik berinisial SY dalam
pengelolaan diri termasuk kurang baik.
Dia bahkan tidak berani berpendapat saat
kerja kelompok. Dia hanya diam dan
* Dina Fariza Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
105
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2014, Volume 9 Nomor 2, ( 102 – 112 )
mendengarkan penjelasan guru tanpa ada
timbal balik. Peserta didik ini sering kali
diejek oleh teman-temannya sebagai
anak cupu (kurang pergaulan).
1.2 Hasil Wawancara
1) Wawancara Kepala Sekolah
Berdasarkan hasil wawancara yang
peneliti lakukan ditemukan data bahwa:
... dalam menyelesaikan permasalahan
pribadi peserta didik yang berkaitan
dengan masalah belajar pihak sekolah
menyerahkan kepada guru BK. Untuk
penanganan masalah peserta didik yang
diserahkan pada guru BK disiapkan
ruangan khusus. Guru BK ditugaskan
untuk membantu peserta didik dalam
menyelesaikan masalahnya, baik dalam
pembelajaran maupun masalah sosial.
Karakteristik peserta didik beragam,
sehingga masalah yang ditimbulkan juga
berbeda... (KS, 10-09-2014)
Kepala Sekolah dalam penanganan
masalah peserta didik diserahkan kepada
guru BK. Namun, Kepala Sekolah tetap
mengontrol terjadinya bimbingan antara
guru dengan peserta didik.
2) Wawancara Guru BK
... dalam menangani peserta didik yang
memerlukan bimbingan invidual saya
membawa ke ruangan konsultasi. Hal ini
dilakukan agar peserta didik yang
dibimbing
merasa
leluasa
untuk
menceritakan permasalahan yang terjadi.
Untuk mengetahui permasalahan yang
dialaminya agar diperoleh solusi
pemecahannya saya menyuruh peserta
didik menceritakan kejadian yang
terjadi. Namun, seringkali peserta didik
malu untuk menceritakan masalah yang
menimpanya,
sehingga
untuk
penanganan awal saya mencari tahu
sumber awal permasalahan peserta didik.
Misalnya, mencari tahu latar belakang
karakteristik peserta didik, permasalahan
yang menimpa dan kejadian yang
hendak diceritakannya. Setelah didapat
data yang cukup, langkah pertama yang
dilakukan yaitu memberikan nasehat
kepada peserta didik tersebut, setelah itu
melibatkan orang tua peserta didik dalam
penanganan anaknya, dan memberikan
penguatan... (GBK, 11-09-2014)
Guru BK dalam menangani masalah
peserta didik di ruangan khusus agar
peserta didik leluasa menceritakan
masalahnya. Saat menangani masalah
peserta didik, guru BK mencari tahu
latar belakang permasalahan yang
terjadi, setelah ini guru BK mencari
solusi untuk menangani masalah peserta
didik tersebut. Langkah pertama dalam
penanganan masalah peserta didik ini,
guru BK meminta peserta didik
menceritakan masalah yang terjadi,
kemudian memberikan nasehat. Jika
masalah
tersebut
belum
dapat
terselesaikan, guru BK meminta bantuan
Kepala Sekolah dan guru kelas bahkan
orang tua peserta didik untuk bekerja
sama membantu penanganan masalah
peserta didik tersebut.
3) Wawancara Peserta Didik
a) ... pengelolaan diri saya dalam belajar
kurang baik, saya malas mengerjakan
tugas, karena tidak paham materi
yang diberikan. Selain itu, orang tua
tidak mengawasi aktivitas belajar
saya di rumah, karena sibuk dengan
pekerjaan... (PD HY, 16-09-2014)
… Saat dibimbing oleh guru BK hanya
terjadi antara peserta didik dan guru BK.
Guru BK meminta untuk menceritakan
masalah yang terjadi dan memberikan
solusi untuk pemecahan masalah. Dalam
memberikan solusi guru BK sangat sabar
* Dina Fariza Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
106
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2014, Volume 9 Nomor 2, ( 102 – 112 )
dan memberikan motivasi untuk lebih
baik. Motivasi yang diberikan guru
berupa
kata-kata
penyemangat,
perhargaan, dan perhatian... (PD HY, 1609-2014)
Peserta didik berinisial HY pengelolaan
dirinya kurang baik dalam pembelajaran.
Saat diberikan bimbingan konseling,
guru BK mengajak ke ruangan khusus
dan bimbingan konseling hanya terjadi
antara peserta didik dan guru BK.
b) ... pengelolaan diri saya dalam belajar
kurang baik. Saya selalu datang
terlambat ke sekolah, sehingga banyak
mata pelajaran yang tertinggal dan
dihukum. Alasan saya datang terlambat
dikarenakan tempat tinggal saya jauh
dari sekolah dan tinggal sendiri di
rumah... (PD AT, 16-09-2014).
… saat diberikan bimbingan konseling
dilakukan di ruangan guru khusus. Guru
BK meminta untuk menceritakan
masalah yang terjadi dan memberikan
jalan keluar untuk pemecahan masalah.
Guru BK memberikan nasehat agar
peserta didik ini bangun lebih pagi dan
memasang alarm... (PD AT, 16-09-2014)
Peserta didik AT dalam pengelolaan diri
juga kurang baik. Dia pasif dalam
pembelajaran. Oleh karena itu, guru BK
dalam penanganan masalah ini, meminta
guru kelas untuk membantu. Guru BK
meminta peserta didik ini lebih
diperhatikan dan diikutsertakan dalam
pembelajaran.
c) ... motivasi belajar saya kurang baik.
Saya jarang berpartisipasi saat forum
tanya jawab... (PD SY, 16-09-2014)
bimbingan konseling dilakukan di
ruangan BK. Guru BK meminta ... untuk
menceritakan masalah yang ingin
diselesaikan.
… Saya memiliki masalah dalam
percaya diri. Percaya diri saya sangat
kurang, sehingga seringkali diejek
teman-teman. Oleh karena itu, saya
meminta guru BK untuk menangani
masalah saya. Peserta didik dengan
sukarela menceritakan permasalahan
yang terjadi indikator berbohongnya
akan kecil… (PD SY, 16-09-2014)
Berdasarkan hasil wawancara di atas
dapat disimpulkan bahwa dalam
memberikan bimbingan individual guru
BK disiapkan ruangan khusus agar
peserta didik yang dibimbing leluasa
untuk
menceritakan
masalahnya.
Sebagian
peserta
didik
dalam
pengelolaan diri kurang baik. ada peserta
didik yang pendiam, tidak percaya diri
dan tidak termotivasi belajar. Untuk
menangani masalah peserta didik guru
BK meminta peserta didik untuk
menceritakan
masalahnya
dengan
mencari tahu latar belakang karakteristik
anak tersebut. Langkah pertama yang
dilakukan guru BK dalam membimbing
peserta didik yaitu memberikan nasehat
dan saran yang membangun rasa percaya
diri. Langkah selanjutnya guru BK
meminta bantuan orang tua peserta didik
dalam penanganan yang lebih dalam
lagi.
2. Hambatan
Guru
Bimbingan
Konseling
Individual
dalam
Pengelolaan Diri di MA Darul Ulum
Palangkaraya
Pada saat memberikan bimbingan
individual guru BK juga mengalami
beberapa hambatan. Hambatan tersebut
juga beragam, ada yang berasal dari peserta
didik dan cara penanganan yang
berlangsung bertahap.
a. Wawancara Kepala Sekolah
* Dina Fariza Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
107
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2014, Volume 9 Nomor 2, ( 102 – 112 )
Berdasarkan hasil wawancara yang
peneliti lakukan ditemukan hambatan
bahwa:
... karakteristik peserta didik beragam,
sehingga
permasalahan
yang
dimunculkan juga berbeda.
…Untuk penanganan masalah ini sering
kali guru BK mengalami berbagai
hambatan, seperti kurangnya komunikasi
guru BK dan peserta didik dalam
menceritakan masalahnya. Seperti waktu
yang sangat singkat, sehingga waktu
untuk
menceritakan
permasalahan
terbatas. Hal ini tentu saja membuat guru
BK
kesulitan
mencarikan
solusi
pemecahannya karena permasalahan
yang diceritakan tidak lengkap.
…Salah satu penanganan bimbingan
konseling yang dilakukan guru BK yaitu
memberikan nasehat dan saran untuk
penguatan diri peserta didik.. (KS, 1009-2014)
Oleh karena itu, hendaknya Kepala
Sekolah mencari solusi yang tepat dalam
penanganan masalah pengelolaan diri
peserta didik. Kepala Sekolah hendaknya
berdiskusi dengan guru BK untuk
menyelesaikan permasalahan peserta didik.
Misalnya, hambatan yang umum terjadi
adalah kejujuran peserta didik saat
menceritakan permasalahannya. Peserta
didik berbohong saat bercerita kecil
kemungkinannya, namun jika guru BK
tidak mencari tahu latar belakang dengan
mencari informasi dari teman-temannya
bahkan orang tua, sehingga temantemannya, guru BK, guru kelas, dan Kepala
Sekolah hendaknya bekerja sama untuk
melakukan pendekatan terhadap peserta
didik.
b. Wawancara Guru BK
... dalam membimbing peserta didik
sering kali ada hambatan.
… Salah satunya peserta didik yang
tidak mau bercerita secara jujur sehingga
sulit untuk dicarikan pemecahannya.
…Guru BK melakukan pendekatan
terlebih dahulu dalam permasalahan
peserta didik tersebut untuk mencari tahu
masalah yang dialami. Namun, hal ini
masih belum berhasil dalam pemecahan
masalah peserta didik tersebut... (GBK,
11-09-2014)
Berdasarkan hasil wawancara di
atas dapat disimpulkan bahwa dalam
hambatan guru BK memberikan
bimbingan individual yaitu sebagian
besar peserta didik yang tidak jujur
menceritakan masalah yang terjadi,
sehingga penyelesaian masalah sulit
diatasi. Selain itu, tidak adanya kerja
sama pihak sekolah seperti guru kelas
dan Kepala Sekolah dapat membantu
guru BK untuk mencari data yang lebih
akurat dalam penanganan masalah
peserta didik tersebut. Guru BK juga
dapat melibatkan orang tua peserta didik
agar dapat mengawasi pengelolaan diri
anak dalam belajar saat di rumah.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara di atas maka dapat diketahui
bahwa:
1. Peran
Layanan
Bimbingan
Konseling Individual dalam Upaya
Membantu Pengelolaan Diri
Pada saat memberikan bimbingan
individual guru BK disiapkan ruangan
khusus agar peserta didik yang dibimbing
leluasa untuk menceritakan masalahnya.
Menangani masalah peserta didik guru BK
meminta peserta didik untuk menceritakan
masalahnya dengan mencari tahu latar
belakang karakteristik anak tersebut.
Guru BK sangatlah berperan dalam
mengatasi peserta didik yang mempunyai
* Dina Fariza Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
108
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2014, Volume 9 Nomor 2, ( 102 – 112 )
masalah dalam belajar, karena memang
kewajiban guru BK yang bertugas untuk
menyelesaikan permasalahan peserta didik.
Namun semua itu juga tidak lepas dari
bantuan pihak sekolah dan orang tua
peserta didik tersebut.
Peran guru BK dalam pengelolaan diri
juga sangat membantu. Guru BK dapat
memberikan nasehat-nasehat agar rasa
percaya diri peserta didik muncul dan dapat
mengelola diri dalam belajarnya lebih baik.
Nasehat tersebut berupa penguatan, katakata pujian, dan penghargaan agar peserta
didik dapat mengelola dengan baik dirinya
dalam belajar.
Menurut
Robi,
(2012)
bahwa
“Konseling individu merupakan bentuk
layanan yang paling utama dalam
peaksanaan fungsi pengentasan masalah
klien”. Hasil penelitian ini menguatkan
penelitian Lilif Mualifatul (2010) tentang
“Peran guru kelas dalam pelaksanaan
bimbingan konseling di Sekolah Dasar”
menyatakan sebagai berikut :
Peran Bimbingan Konseling Individual
dalam pengelolaan diri dapat mengatasi
masalah siswa belajar. Siswa dapat
leluasa menyampaikan keluhan dan
permasalahan yang dialami dalam
pengelolaan diri untuk belajar.
Pengelolaan diri dalam belajar seperti
memotivasi siswa untuk meningkatkan
prestasi belajar. Realitas di lapangan
menunjukkan bahwa peran guru BK
dalam
pelaksanaan
bimbingan
konseling belum dapat dilakukan
secara optimal mengingat tugas dan
tanggung jawab dilakukan sendiri
sehingga tugas memberikan layanan
bimbingan konseling kurang membawa
dampak positif bagi peningkatan
prestasi belajar siswa.
Menurut
penelitian
Syamsuriadi,
(2010) tentang “Persepsi tentang Peran
Guru Bimbingan dan Konseling dalam
Pengembangan Diri Siswa SMP YPI
Bintaro, menyimpulkan bahwa menurut
persepsi siswa, guru bimbingan dan
konseling SMP YPI Bintaro telah berperan
baik
dalam
memberikan
layanan
pengembangan diri siswa pada aspek
pribadi dan sosial serta berperan cukup baik
pada pengembangan aspek belajar dan
karir.
Bimbingan
konseling
individual
merupakan bagian integral dari proses
pendidikan dan memiliki kontribusi
terhadap keberhasilan proses pendidikan di
sekolah. Hal ini dapat dipahami bahwa
proses pendidikan di sekolah tidak akan
berhasil secara baik apabila tidak didukung
oleh penyelenggaraan bimbingan secara
baik pula. Sekolah memiliki tanggung
jawab yang besar membantu siswa agar
berhasil dalam belajar. Untuk itu sekolah
hendaknya memberikan bantuan kepada
siswa untuk mengatasi masalah-masalah
yang timbul dalam kegiatan belajar siswa.
Dalam kondisi seperti ini, pelayanan
bimbingan dan konseling sekolah sangat
penting untuk dilaksanakan guna membantu
siswa mengatasi berbagai masalah yang
dihadapinya.
2. Hambatan
Guru
Bimbingan
Konseling
Individual
dalam
Pengelolaan Diri di MA Darul Ulum
Palangkaraya
Hambatan guru BK memberikan
bimbingan individual yaitu peserta didik
sebagian besar tidak mau menceritakan
permasalahannya, sehingga sulit untuk
diselesaikan permasalahan yang akan
diatasi. Selain itu, tidak adanya kerja sama
pihak sekolah seperti guru kelas dan Kepala
Sekolah dalam membantu guru BK untuk
mencari data yang lebih akurat dalam
penanganan masalah peserta didik tersebut.
* Dina Fariza Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
109
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2014, Volume 9 Nomor 2, ( 102 – 112 )
Berdasarkan
penelitian
Siska
Mandasari, dkk, (2013) tentang “Hambatan
yang dialami Guru BK dalam Pelaksanaan
Kegiatan Kunjungan Rumah di SMP dan
SMA
Negeri
Kota
Payakumbuh”
menyimpulkan bahwa (1) Guru Bimbingan
dan Konseling di SMA Negeri Kota
Payakumbuh banyak mengalami hambatan
dalam perencanaan kunjungan rumah.
Untuk guru BK di SMP hambatan yang
paling dominan yaitu dalam menetapkan
kasus siswa yang memerlukan kunjungan
rumah, (2) Guru BK di SMP dan SMA
Negeri Payakumbuh juga banyak yang
mengalami hambatan dalam pelaksanaan
kunjungan rumah. Untuk guru BK di SMP
hambatan yang dominan yaitu dalam
melakukan kunjungan rumah, sedangkan di
SMA dalam mengkomunikasikan kegiatan
kunjungan rumah kepada pihak-pihak yang
terkait.
2.
a.
b.
c.
d.
KESIMPULAN
1. Peran layanan Bimbingan Konseling
Individual di MA Darul Ulum
Palangkaraya cukup baik, guru BK
dalam memberikan layanan bimbingan
individual menyiapkan ruangan khusus
agar peserta didik yang dibimbing
leluasa
untuk
menceritakan
masalahnya. Guru BK berperan penting
dalam memberikan pelayanan untuk
mengatasi
peserta
didik
yang
mempunyai masalah dalam belajar,
karena memang kewajiban guru BK
yang bertugas untuk menyelesaikan
permasalahan peserta didik.
Hambatan guru BK di MA Darul Ulum
Palangkaraya
dalam
memberikan
bimbingan individual yaitu :
Sebagian besar peserta didik tidak jujur
menceritakan masalah yang terjadi,
sehingga penyelesaian masalah sulit
diatasi.
Kurangnya rasa percaya diri peserta
didik untuk menceritakan masalahnya.
Waktu untuk konsultasi yang sangat
singkat
Kurangnya tenaga guru BK karena
peserta didik yang dibimbing sangat
banyak sehingga guru BK harus
bergantian
untuk
memberikan
bimbingan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Bari Saifuddin, ed., 2001. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Agus, Salim. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara. Wacana
Amirul, Hadi & Haryono, H. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka
Setia
Arikunto S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Asep Suryana Natawiria & Riduwan. 2010. Statistika Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Achmad Juntika Nurihsan, 2008. Bimbingan dan Konseling dalam berbagai latar
kehidupan, Bandung: Refika Aditama.
Achamd Juntika Nurihsan dan Akur Sudianto, 2005. Manajemen Bimbingan dan Konseling
di SMP (kurikulum 2004). Jakarta: Grasindo.
Andi Ahmad Juntika Nurihsan, 2006. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Ilmu.
Bandung: Refika Aditama.
* Dina Fariza Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
110
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2014, Volume 9 Nomor 2, ( 102 – 112 )
Anni, Catharina, Tri. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: Unnes Press.
Bandura. 2007. Learning to Teach, Fifth Edition. New York.
Bimo Walgito, 2004. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Penerbit
Burhan, Bungin. 2010. Metodelogi Penelitian Kuantitatif. Jakarta :Kencana Prenada Media
Group.
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta:Bumi Aksara.
Dimjati, M. Muchjiddin, 2000. Psikologi Anak dan Remaja. Yogyakarta: Aksara Indonesia.
Fikriani, 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka. Cipta.
Gantina dkk. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT. Indeks.
Handy Santoso, 2008. Jurnal Pendidikan Penabur. Tasikmalaya
Juri, Muhamad. 2008. Artikel Penerapan e_Learning dalam Pembelajaran suatu Langkah
Inovasi. [Online] http://researchengines.com/0108mohamad.html [4 November
Khorida, Lilif Mualifatul, 2010. Upaya Strategis dalam Meningkatkan Layanan Bimbingan
dan Konseling di MTS NU Nurul Huda. Semarang: IAIN Walisongo Fakultas
Tarbiyah, 2010.
Margono, 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta.
Moleong , 2005. Metodologi Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Pustaka Setia
Montalvo, T. M. & Torres, G. C. M. 2004. Self regulated. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Milles, Mattew B., dan A. Michael Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif. Universitas
Indonesia.
Muhajir. 2003. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Yudistira. Nia
Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi. Bandung : Remaja Rosda
Nasution, Prof. Dr. S. 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : Tarsito.
Nugroho, W. 2007. Belajar Mengatasi Hambatan Belajar. Surabaya: Prestasi Pustaka.
Ormrod, J.E. 2003. Educational Psychology. New Jersey: Prentice Hell.
Prayitno dan Erman, 2004. Dasar-Dasar Bimbingan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta
Purwanto. M.P. 2008. Prinsip-prinsip Evaluasi Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Robin. 2012. The Action Research Planner. Victoria
Sangadai, dkk, 2010. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian.
Yogyakarta: CV Andi Offset
Soetarlinah. 2003. Psikologi Pendidikan & Psikologi Sekolah. Depok : Lembaga
Pengembangan Sarana Pengukura
Sofyan, W. 2013. Konseling Individual Praktek dan Teori. Bandung: CV Alfabeta
Siska Mandasari, dkk, 2013. Hambatan yang dialami Guru BK dalam Pelaksanaan
Kegiatan Kunjungan Rumah di SMP dan SMA Negeri Kota Payakumbuh.
Slameto, 2006. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Sondix. 2014. Sumber Data. http://sondix.blogspot.com/2014/01/pengertian-sumberdata.html. Diakses : 10 Mei 2014-05-12
Sukardi, Dewa Ketut dan Sumiati, Desak Made. 2009. Panduan Perencanaan Karir.
Surabaya : Usaha Nasional
Sukardi. 2008. Proses Bimbingan dan Penyuluhan. Tabanan: Rineka Cipta.
Syamsuriadi, 2010. Persepsi tentang Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam
Pengembangan Diri Siswa SMP YPI Bintaro.
Umar, H. 2013. Metodologi Penelitian untuk Skripsi & Tesis Bisnis: Edisi 2.
* Dina Fariza Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
111
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2014, Volume 9 Nomor 2, ( 102 – 112 )
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Prayitno, 2009. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta
Vivy, 2009. Layanang Konseling Individual. http://vivybimbingan dan konseling.
blogspot.com. Diakses : 10 April 2014
Winkel,W.,S, & Sri Hastuti, 2007. Bimbingan dan Konseling di Institusi. Pendidikan.
Yogyakarta : Media Abadi.
Winkel, W.S. 2010. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media
Abadi.
Winkel & Sri Hastuti, 2007. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Media Abadi
* Dina Fariza Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
112
Download