Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2014, Volume 9 Nomor 2, ( 102 – 112 ) PERAN LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DALAM UPAYA MEMBANTU PENGELOLAAN DIRI PESERTA DIDIK DI MA DARUL ULUM PALANGKARAYA Oleh : Dina Fariza Tryani Syarif * Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran layanan Bimbingan Konseling Individual dalam membantu pengelolaan diri pada peserta didik di MA Darul Ulum Palangkaraya dan mengetahui hambatan yang dialami guru Bimbingan Konseling Individual dalam pengelolaan diri di MA Darul Ulum Palangkaraya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus yang datanya dinyatakan dalam bentuk verbal dan dianalisis tanpa menggunakan statistik. Subjek penelitian ini yaitu Kepala Sekolah, guru wali kelas, guru BK, dan peserta didik MA Darul Ulum Palangkaraya tahun pelajaran 2014/2015. Hasil penelitian menunjukan peran layanan Bimbingan Konseling Individual berjalan cukup baik, dimana dalam pelayanannya disiapkan ruangan khusus agar peserta didik lebih leluasa untuk menceritakan masalahnya. Guru BK berperan penting dalam memberikan pelayanan untuk menyelesaikan permasalahan peserta didik. Hambatan guru BK di MA Darul Ulum Palangkaraya dalam memberikan bimbingan individual yaitu; ketidakjujuran dan kurangnya rasa percaya diri peserta didik sehingga penyelesaian masalah sulit diatasi. Keterbatasan waktu dan kurangnya tenaga guru BK sehingga pembimbingan tidak maksimal. Kata Kunci : Layanan, Konseling, Individual PENDAHULUAN Bimbingan Konseling (BK) merupakan bagian integral dari sistem pendidikan di sekolah dalam upaya membantu peserta didik agar mencapai perkembangan yang optimal, sesuai dengan potensinya. Secara khusus layanan BK diarahkan untuk membantu peserta didik agar berkembang menjadi pribadi yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, produktif dan berperilaku jujur. Jadi, jika guru BK dapat berperan sesuai fungsi ini, maka guru tersebut sangat berkontribusi terhadap pembentukan karakter. Meskipun tentu saja pembentukan karakter siswa bukan hanya tugas guru BK. Menurut Bimo Walgito, (2004:4-5) mendefinisikan BK yaitu : Bimbingan Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling (face to face) oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli serta dapat memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki dan sarana yang ada, sehingga individu atau kelompok individu itu dapat memahami dirinya sendiri untuk mencapai perkembangan yang optimal, mandiri serta dapat merencanakan masa depan yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan hidup. Perkembangan Bimbingan Konseling semakin mengalami peningkatan dari segi kualitas guru maupun dari kualitas pelayanan bimbingan di sekolah. Pada saat ini terjadi perubahan paradigma pendekatan Bimbingan Konseling, yaitu dari yang berorentasi tradisonal, remidial, klinis, dan terpusat pada konselor menuju kepada pendekatan yang berorentasi perkembangan dan preventif. Pelayanan BK Komprehensif berdasarkan pada upaya pencapaian tugas perkembangan, * Dina Fariza Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 102 Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2014, Volume 9 Nomor 2, ( 102 – 112 ) Bimbingan Konseling sangat berpengaruh pada dunia pendidikan karena segala sesuatu yang berkaitan dengan karir, bakat, minat dan lain-lain, menjadi salah satu pokok bahasan yang diberikan oleh guru BK. Oleh karena itu, peran dan keprofesionalan guru BK sangat berperan penting. Keberadaan bimbingan dan konseling secara formal di Indonesia relatif belum lama, yaitu secara resmi yaitu sejak di berlakukannya kurikulum 1975 sekolah Indonseia. Sebagai suatu hal yang baru maka tentu saja dimungkinkan akan banyak terjadi kesalahpahaman di kalangan pendidikan sendiri atau juga di luar lingkungan pendidikan, dan bahkan mungkin juga kesalahan-kesalahan lain yang justru dilakukan oleh pelaksana kegiatan Bimbingan Konseling itu sendiri. Bimbingan Konseling merupakan suatu profesi yang bersifat dinamis, artinya sebgai jenis bidang profesi yang memberikan layanan kepada para pemangku kepentingan akan terus berusaha mengikuti perubahan kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh para pemangku kepentingan. Berpijak dari hal itu maka tentulah terjadi perubahan paradigma yang dipakai dalam melayani para pemangku kepentingan. Perubahan tersebut dapat dilihat dengan melakukan perbandingan dari waktu ke waktu kecenderungan kegiatan layanan yang diberikan. Banyaknya permasalahan yang terjadi di sekolah, baik dalam proses pembelajaran, masalah pribadi peserta didik, dan masalah perekonomian untuk biaya pendidikan, mengharuskan setiap sekolah ada guru Bimbingan Konseling. Salah satu permasalahan yang sering terjadi di sekolah, yaitu pelanggaran ketertiban yang ditetapkan sekolah. Ketertiban peserta didik sering kali menjadi suatu masalah di sebuah sekolah, apalagi pada jenjang SMP dan SMA yang peserta didiknya beranjak dewasa dan mulai belajar mengenal jati diri pribadinya. Dimana peserta didik sering melakukan pelanggaran ketertiban di sekolah. Kondisi yang tidak menguntungkan dan cukup memprihatinkan ini, sekolah secara umumnya membentuk Tim Ketertiban Sekolah agar sekolah menjadi lebih baik. Namun, sering kali tidak efektif dan mengalami banyak halangan serta hambatan dilapangan. Selain harus mengeluarkan dana tambahan dengan membentuk tim ketertiban, namun sering kali tidak efektif karena tidak didukung oleh guruguru yang lainnya dan keterbatasan guru serta kepeduliannya kurang terhadap peserta didik. Menurut Dimjati, (2000: 95) mengatakan sebagai berikut : Peserta didik secara psikologis, pada umur 12-18 tahun atau usia anak SMA di mana perkembangan anak digolongkan sebagai remaja atau pubertas merupakan masa peralihan dari anak menjadi orang dewasa Kondisi seperti ini menjadikan seorang mempunyai keinginan baru dan membutuhkan sarana aktivitas yang lebih untuk menumpahkan segala kegiatannya sehingga dengan minimnya sarana dan prasarana mudah membuat siswa akhirnya dapat menimbulkan permasalahannya dari ketertibannya sehingga menjadi masalah ketertiban sekolah semakin meningkat. Agar mencapai pelayanan konseling yang bermanfaat bagi siswa/ peserta layanan, maka penyelenggaraan layanan harus menerapkan kaidah-kaidah dalam pelaksanaan layanan konseling. Kaidah tersebut meliputi orientasi, prinsip, dan asas serta landasan yang secara keseluruhan terpadu dalam setiap kegiatan layanan dan aspek-aspek pendukungnya. Selain itu penyelenggaraan layanan harus dilaksanakan dengan berbagai modus, format, dan pendekatan yang baik dalam pelaksanaanya. Selain diterapkan dengan baik dari berbagai unsur-unsur pelayanan konseling di atas, faktor yang sangat berperan dalam mendukung tercapainya efektifitas layanan * Dina Fariza Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 103 Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2014, Volume 9 Nomor 2, ( 102 – 112 ) yang diselenggarakan adalah pengelolaan yang baik dalam setiap akan menyelenggarakan layanan, dan secara umum pengelolaan yang bersifat menyeluruh terhadap program layanan bimbingan dan konseling. Pentingnya pengelolaan layanan adalah menjaga efisiensi dan efektifitas dari layanan yang akan diselenggarakan. Sehingga layanan yang akan diselenggarakan lebih terarah, focus, dan akan memudahkan untuk melakukan kegiatan evaluasi terhadap pelaksanaan layanan yang diselenggarakan. Berdasarkan hasil observasi peneliti di MA Darul Ulum Palangkaraya ada 3 orang peserta didik yang kurang disiplin di dalam pembelajaran. Hal tersebut dibuktikan saat peneliti melakukan Pelatihan Pekerjaan Lapangan (PPL) di sekolah tersebut, peserta didik banyak yang datang terlambat, peserta didik merusak fasilitas belajar (mencoretcoret meja, kursi, dan tembok), peserta didik berpakaian kurang rapi, peserta didik menggunakan Handphone pada jam pembelajaran, peserta didik laki-laki merokok pada saat jam istirahat, peserta didik istirahat terlalu lama sehingga ketinggalan pembelajaran, peserta didik perempuan berpakaian terlalu ketat, peserta didik membolos, dan peserta didik yang berkelahi. Pelanggaran ketertiban ini mengharuskan guru BK untuk lebih ekstra memperhatikan peserta didik. Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Peran Layanan Konseling Individual dalam Upaya Membantu Pengelolaan Diri Peserta Didik di MA Darul Ulum Palangkaraya”. Penelitian ini penting karena Bimbingan Konseling dapat memberikan motivasi kepada peserta didik dalam pembentukan perilaku menjadi lebih baik. Sekolah merupakan salah satu tempat untuk membimbing, mendidik, mengarahkan dan membentuk pribadi seseorang berperilaku yang baik. Inilah hal yang paling rumit dilakukan karena anak itu berasal dari latar belakang kehidupan yang berbeda-beda maka sekolah membentuk suatu alat untuk mengatur dan membatasi bagi anak-anak untuk berperilaku yang mengarah pada pengelolaan terhadap norma-norma yang berlaku di sekolah dan sebagai alat pengendalinya adalah penghargaan dan hukuman. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. 1. Data Penelitian Pengambilan data penelitian terhadap responden, yaitu orang yang memberi respon atas suatu perlakuan yang diberikan kepadanya. Subjek penelitian ini yaitu Kepala Sekolah, guru wali kelas, guru BK, dan peserta didik MA Darul Ulum Palangkaraya tahun pelajaran 2014/2015. 2. Teknik dan Prosedur Pengambilan Data Teknik pengambilan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara. 3. Prosedur Analisis Data a. Reduksi Data Reduksi data merupakan suatu proses dalam memilih pemusatan perhatian pada penyederhanaan pengabstrakan, dan transformasi data yang kita temukan dari awal dengan melakukan pencatatan. Proses ini untuk mengarahkan dan mengorganisasi data sehinga data dapat disajikan secara cermat dan sistematik. * Dina Fariza Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 104 Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2014, Volume 9 Nomor 2, ( 102 – 112 ) b. Display Data Display data dimaksudkan sebagai sistematisasi data yang telah di peroleh mengenai jumlah informasi yang disusun secara cermat agar dapat di tarik kesimpulan. Sistematisasi data merupakan tahap kedua. Peta tahap ini data yang telah di reduksi pad tahap pertama dikelompokkan sehingga diperoleh sebuah komponen data yang terstruktur. c. Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi Berdasarkan hasil penelitian maka dapat di tarik suatu kesimpulan kedua sehingga merupakan konseptualisasi dari hasil tahap kedua sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan. Untuk menjawab pertanyaan dalam penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Temuan penelitian ini didapat berdasarkan hasil observasi dan wawancara dari pihak sekolah diantaranya Kepala Sekolah, guru kelas, guru BK dan peserta didik kelas dalam mengetahui peran layanan Bimbingan Konseling Individual dan hambatan yang dialami guru Bimbingan Konseling Individual dalam pengelolaan diri di MA Darul Ulum Palangkaraya. Sebelum melakukan penelitian di MA Darul Ulum Palangkaraya, terlebih dahulu peneliti bertemu dengan Kepala Sekolah untuk menyerahkan surat izin mengadakan observasi/penelitian yang dilaksanakan selama 2 bulan. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari observasi, wawancara dan dokumentasi sebagai berikut : 1. Peran Layanan Bimbingan Konseling Individual dalam Upaya Membantu Pengelolaan Diri Pengelolaan diri perubahan tingkah laku lebih banyak dilakukan, dirancang, diproses oleh subyek yang bersangkutan, bukan diarahkan apalagi dipaksakan oleh pengubah. Strategi manajemen diri dalam pengubahan tingkah laku. 1.1 Hasil Observasi 1) ... peserta didik yang berinisial HY memiliki pengelolaan diri yang kurang baik dalam belajar. Dia jarang mengerjakan tugas yang diberikan guru. Saat ditanya guru kenapa tidak mengerjakan tugas, banyak alasan yang diungkapkannya... (PD HY, 16-09-2014) Pengelolaan diri peserta didik HY memang kurang baik saat proses pembelajaran. Peserta didik ini malas mengerjakan tugas, sehingga hasil belajarnya rendah. 2) ... peserta didik yang berinisial AT memiliki pengelolaan diri yang kurang baik dalam belajar. Dia selalu datang terlambat ke sekolah, sehingga banyak mata pelajaran yang tertinggal... (PD AT, 16-09-2014) Peserta didik berinisial AT dalam pengelolaan diri juga kurang baik. Peserta didik ini selalu datang terlambat. 3) ... peserta didik yang berinisial SY memiliki pengelolaan diri yang juga kurang baik dalam belajar. Dia jarang berpartisipasi saat forum tanya jawab. Percaya diri saya sangat kurang, sehingga seringkali diejek teman-teman. Oleh karena itu, saya meminta guru BK untuk menangani masalah saya. (PD SY, 16-09-2014) Peserta didik berinisial SY dalam pengelolaan diri termasuk kurang baik. Dia bahkan tidak berani berpendapat saat kerja kelompok. Dia hanya diam dan * Dina Fariza Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 105 Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2014, Volume 9 Nomor 2, ( 102 – 112 ) mendengarkan penjelasan guru tanpa ada timbal balik. Peserta didik ini sering kali diejek oleh teman-temannya sebagai anak cupu (kurang pergaulan). 1.2 Hasil Wawancara 1) Wawancara Kepala Sekolah Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan ditemukan data bahwa: ... dalam menyelesaikan permasalahan pribadi peserta didik yang berkaitan dengan masalah belajar pihak sekolah menyerahkan kepada guru BK. Untuk penanganan masalah peserta didik yang diserahkan pada guru BK disiapkan ruangan khusus. Guru BK ditugaskan untuk membantu peserta didik dalam menyelesaikan masalahnya, baik dalam pembelajaran maupun masalah sosial. Karakteristik peserta didik beragam, sehingga masalah yang ditimbulkan juga berbeda... (KS, 10-09-2014) Kepala Sekolah dalam penanganan masalah peserta didik diserahkan kepada guru BK. Namun, Kepala Sekolah tetap mengontrol terjadinya bimbingan antara guru dengan peserta didik. 2) Wawancara Guru BK ... dalam menangani peserta didik yang memerlukan bimbingan invidual saya membawa ke ruangan konsultasi. Hal ini dilakukan agar peserta didik yang dibimbing merasa leluasa untuk menceritakan permasalahan yang terjadi. Untuk mengetahui permasalahan yang dialaminya agar diperoleh solusi pemecahannya saya menyuruh peserta didik menceritakan kejadian yang terjadi. Namun, seringkali peserta didik malu untuk menceritakan masalah yang menimpanya, sehingga untuk penanganan awal saya mencari tahu sumber awal permasalahan peserta didik. Misalnya, mencari tahu latar belakang karakteristik peserta didik, permasalahan yang menimpa dan kejadian yang hendak diceritakannya. Setelah didapat data yang cukup, langkah pertama yang dilakukan yaitu memberikan nasehat kepada peserta didik tersebut, setelah itu melibatkan orang tua peserta didik dalam penanganan anaknya, dan memberikan penguatan... (GBK, 11-09-2014) Guru BK dalam menangani masalah peserta didik di ruangan khusus agar peserta didik leluasa menceritakan masalahnya. Saat menangani masalah peserta didik, guru BK mencari tahu latar belakang permasalahan yang terjadi, setelah ini guru BK mencari solusi untuk menangani masalah peserta didik tersebut. Langkah pertama dalam penanganan masalah peserta didik ini, guru BK meminta peserta didik menceritakan masalah yang terjadi, kemudian memberikan nasehat. Jika masalah tersebut belum dapat terselesaikan, guru BK meminta bantuan Kepala Sekolah dan guru kelas bahkan orang tua peserta didik untuk bekerja sama membantu penanganan masalah peserta didik tersebut. 3) Wawancara Peserta Didik a) ... pengelolaan diri saya dalam belajar kurang baik, saya malas mengerjakan tugas, karena tidak paham materi yang diberikan. Selain itu, orang tua tidak mengawasi aktivitas belajar saya di rumah, karena sibuk dengan pekerjaan... (PD HY, 16-09-2014) … Saat dibimbing oleh guru BK hanya terjadi antara peserta didik dan guru BK. Guru BK meminta untuk menceritakan masalah yang terjadi dan memberikan solusi untuk pemecahan masalah. Dalam memberikan solusi guru BK sangat sabar * Dina Fariza Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 106 Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2014, Volume 9 Nomor 2, ( 102 – 112 ) dan memberikan motivasi untuk lebih baik. Motivasi yang diberikan guru berupa kata-kata penyemangat, perhargaan, dan perhatian... (PD HY, 1609-2014) Peserta didik berinisial HY pengelolaan dirinya kurang baik dalam pembelajaran. Saat diberikan bimbingan konseling, guru BK mengajak ke ruangan khusus dan bimbingan konseling hanya terjadi antara peserta didik dan guru BK. b) ... pengelolaan diri saya dalam belajar kurang baik. Saya selalu datang terlambat ke sekolah, sehingga banyak mata pelajaran yang tertinggal dan dihukum. Alasan saya datang terlambat dikarenakan tempat tinggal saya jauh dari sekolah dan tinggal sendiri di rumah... (PD AT, 16-09-2014). … saat diberikan bimbingan konseling dilakukan di ruangan guru khusus. Guru BK meminta untuk menceritakan masalah yang terjadi dan memberikan jalan keluar untuk pemecahan masalah. Guru BK memberikan nasehat agar peserta didik ini bangun lebih pagi dan memasang alarm... (PD AT, 16-09-2014) Peserta didik AT dalam pengelolaan diri juga kurang baik. Dia pasif dalam pembelajaran. Oleh karena itu, guru BK dalam penanganan masalah ini, meminta guru kelas untuk membantu. Guru BK meminta peserta didik ini lebih diperhatikan dan diikutsertakan dalam pembelajaran. c) ... motivasi belajar saya kurang baik. Saya jarang berpartisipasi saat forum tanya jawab... (PD SY, 16-09-2014) bimbingan konseling dilakukan di ruangan BK. Guru BK meminta ... untuk menceritakan masalah yang ingin diselesaikan. … Saya memiliki masalah dalam percaya diri. Percaya diri saya sangat kurang, sehingga seringkali diejek teman-teman. Oleh karena itu, saya meminta guru BK untuk menangani masalah saya. Peserta didik dengan sukarela menceritakan permasalahan yang terjadi indikator berbohongnya akan kecil… (PD SY, 16-09-2014) Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dalam memberikan bimbingan individual guru BK disiapkan ruangan khusus agar peserta didik yang dibimbing leluasa untuk menceritakan masalahnya. Sebagian peserta didik dalam pengelolaan diri kurang baik. ada peserta didik yang pendiam, tidak percaya diri dan tidak termotivasi belajar. Untuk menangani masalah peserta didik guru BK meminta peserta didik untuk menceritakan masalahnya dengan mencari tahu latar belakang karakteristik anak tersebut. Langkah pertama yang dilakukan guru BK dalam membimbing peserta didik yaitu memberikan nasehat dan saran yang membangun rasa percaya diri. Langkah selanjutnya guru BK meminta bantuan orang tua peserta didik dalam penanganan yang lebih dalam lagi. 2. Hambatan Guru Bimbingan Konseling Individual dalam Pengelolaan Diri di MA Darul Ulum Palangkaraya Pada saat memberikan bimbingan individual guru BK juga mengalami beberapa hambatan. Hambatan tersebut juga beragam, ada yang berasal dari peserta didik dan cara penanganan yang berlangsung bertahap. a. Wawancara Kepala Sekolah * Dina Fariza Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 107 Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2014, Volume 9 Nomor 2, ( 102 – 112 ) Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan ditemukan hambatan bahwa: ... karakteristik peserta didik beragam, sehingga permasalahan yang dimunculkan juga berbeda. …Untuk penanganan masalah ini sering kali guru BK mengalami berbagai hambatan, seperti kurangnya komunikasi guru BK dan peserta didik dalam menceritakan masalahnya. Seperti waktu yang sangat singkat, sehingga waktu untuk menceritakan permasalahan terbatas. Hal ini tentu saja membuat guru BK kesulitan mencarikan solusi pemecahannya karena permasalahan yang diceritakan tidak lengkap. …Salah satu penanganan bimbingan konseling yang dilakukan guru BK yaitu memberikan nasehat dan saran untuk penguatan diri peserta didik.. (KS, 1009-2014) Oleh karena itu, hendaknya Kepala Sekolah mencari solusi yang tepat dalam penanganan masalah pengelolaan diri peserta didik. Kepala Sekolah hendaknya berdiskusi dengan guru BK untuk menyelesaikan permasalahan peserta didik. Misalnya, hambatan yang umum terjadi adalah kejujuran peserta didik saat menceritakan permasalahannya. Peserta didik berbohong saat bercerita kecil kemungkinannya, namun jika guru BK tidak mencari tahu latar belakang dengan mencari informasi dari teman-temannya bahkan orang tua, sehingga temantemannya, guru BK, guru kelas, dan Kepala Sekolah hendaknya bekerja sama untuk melakukan pendekatan terhadap peserta didik. b. Wawancara Guru BK ... dalam membimbing peserta didik sering kali ada hambatan. … Salah satunya peserta didik yang tidak mau bercerita secara jujur sehingga sulit untuk dicarikan pemecahannya. …Guru BK melakukan pendekatan terlebih dahulu dalam permasalahan peserta didik tersebut untuk mencari tahu masalah yang dialami. Namun, hal ini masih belum berhasil dalam pemecahan masalah peserta didik tersebut... (GBK, 11-09-2014) Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dalam hambatan guru BK memberikan bimbingan individual yaitu sebagian besar peserta didik yang tidak jujur menceritakan masalah yang terjadi, sehingga penyelesaian masalah sulit diatasi. Selain itu, tidak adanya kerja sama pihak sekolah seperti guru kelas dan Kepala Sekolah dapat membantu guru BK untuk mencari data yang lebih akurat dalam penanganan masalah peserta didik tersebut. Guru BK juga dapat melibatkan orang tua peserta didik agar dapat mengawasi pengelolaan diri anak dalam belajar saat di rumah. B. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di atas maka dapat diketahui bahwa: 1. Peran Layanan Bimbingan Konseling Individual dalam Upaya Membantu Pengelolaan Diri Pada saat memberikan bimbingan individual guru BK disiapkan ruangan khusus agar peserta didik yang dibimbing leluasa untuk menceritakan masalahnya. Menangani masalah peserta didik guru BK meminta peserta didik untuk menceritakan masalahnya dengan mencari tahu latar belakang karakteristik anak tersebut. Guru BK sangatlah berperan dalam mengatasi peserta didik yang mempunyai * Dina Fariza Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 108 Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2014, Volume 9 Nomor 2, ( 102 – 112 ) masalah dalam belajar, karena memang kewajiban guru BK yang bertugas untuk menyelesaikan permasalahan peserta didik. Namun semua itu juga tidak lepas dari bantuan pihak sekolah dan orang tua peserta didik tersebut. Peran guru BK dalam pengelolaan diri juga sangat membantu. Guru BK dapat memberikan nasehat-nasehat agar rasa percaya diri peserta didik muncul dan dapat mengelola diri dalam belajarnya lebih baik. Nasehat tersebut berupa penguatan, katakata pujian, dan penghargaan agar peserta didik dapat mengelola dengan baik dirinya dalam belajar. Menurut Robi, (2012) bahwa “Konseling individu merupakan bentuk layanan yang paling utama dalam peaksanaan fungsi pengentasan masalah klien”. Hasil penelitian ini menguatkan penelitian Lilif Mualifatul (2010) tentang “Peran guru kelas dalam pelaksanaan bimbingan konseling di Sekolah Dasar” menyatakan sebagai berikut : Peran Bimbingan Konseling Individual dalam pengelolaan diri dapat mengatasi masalah siswa belajar. Siswa dapat leluasa menyampaikan keluhan dan permasalahan yang dialami dalam pengelolaan diri untuk belajar. Pengelolaan diri dalam belajar seperti memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajar. Realitas di lapangan menunjukkan bahwa peran guru BK dalam pelaksanaan bimbingan konseling belum dapat dilakukan secara optimal mengingat tugas dan tanggung jawab dilakukan sendiri sehingga tugas memberikan layanan bimbingan konseling kurang membawa dampak positif bagi peningkatan prestasi belajar siswa. Menurut penelitian Syamsuriadi, (2010) tentang “Persepsi tentang Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Pengembangan Diri Siswa SMP YPI Bintaro, menyimpulkan bahwa menurut persepsi siswa, guru bimbingan dan konseling SMP YPI Bintaro telah berperan baik dalam memberikan layanan pengembangan diri siswa pada aspek pribadi dan sosial serta berperan cukup baik pada pengembangan aspek belajar dan karir. Bimbingan konseling individual merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan memiliki kontribusi terhadap keberhasilan proses pendidikan di sekolah. Hal ini dapat dipahami bahwa proses pendidikan di sekolah tidak akan berhasil secara baik apabila tidak didukung oleh penyelenggaraan bimbingan secara baik pula. Sekolah memiliki tanggung jawab yang besar membantu siswa agar berhasil dalam belajar. Untuk itu sekolah hendaknya memberikan bantuan kepada siswa untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar siswa. Dalam kondisi seperti ini, pelayanan bimbingan dan konseling sekolah sangat penting untuk dilaksanakan guna membantu siswa mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya. 2. Hambatan Guru Bimbingan Konseling Individual dalam Pengelolaan Diri di MA Darul Ulum Palangkaraya Hambatan guru BK memberikan bimbingan individual yaitu peserta didik sebagian besar tidak mau menceritakan permasalahannya, sehingga sulit untuk diselesaikan permasalahan yang akan diatasi. Selain itu, tidak adanya kerja sama pihak sekolah seperti guru kelas dan Kepala Sekolah dalam membantu guru BK untuk mencari data yang lebih akurat dalam penanganan masalah peserta didik tersebut. * Dina Fariza Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 109 Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2014, Volume 9 Nomor 2, ( 102 – 112 ) Berdasarkan penelitian Siska Mandasari, dkk, (2013) tentang “Hambatan yang dialami Guru BK dalam Pelaksanaan Kegiatan Kunjungan Rumah di SMP dan SMA Negeri Kota Payakumbuh” menyimpulkan bahwa (1) Guru Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri Kota Payakumbuh banyak mengalami hambatan dalam perencanaan kunjungan rumah. Untuk guru BK di SMP hambatan yang paling dominan yaitu dalam menetapkan kasus siswa yang memerlukan kunjungan rumah, (2) Guru BK di SMP dan SMA Negeri Payakumbuh juga banyak yang mengalami hambatan dalam pelaksanaan kunjungan rumah. Untuk guru BK di SMP hambatan yang dominan yaitu dalam melakukan kunjungan rumah, sedangkan di SMA dalam mengkomunikasikan kegiatan kunjungan rumah kepada pihak-pihak yang terkait. 2. a. b. c. d. KESIMPULAN 1. Peran layanan Bimbingan Konseling Individual di MA Darul Ulum Palangkaraya cukup baik, guru BK dalam memberikan layanan bimbingan individual menyiapkan ruangan khusus agar peserta didik yang dibimbing leluasa untuk menceritakan masalahnya. Guru BK berperan penting dalam memberikan pelayanan untuk mengatasi peserta didik yang mempunyai masalah dalam belajar, karena memang kewajiban guru BK yang bertugas untuk menyelesaikan permasalahan peserta didik. Hambatan guru BK di MA Darul Ulum Palangkaraya dalam memberikan bimbingan individual yaitu : Sebagian besar peserta didik tidak jujur menceritakan masalah yang terjadi, sehingga penyelesaian masalah sulit diatasi. Kurangnya rasa percaya diri peserta didik untuk menceritakan masalahnya. Waktu untuk konsultasi yang sangat singkat Kurangnya tenaga guru BK karena peserta didik yang dibimbing sangat banyak sehingga guru BK harus bergantian untuk memberikan bimbingan. DAFTAR PUSTAKA Abdul Bari Saifuddin, ed., 2001. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Agus, Salim. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara. Wacana Amirul, Hadi & Haryono, H. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia Arikunto S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI. Jakarta: PT Rineka Cipta Asep Suryana Natawiria & Riduwan. 2010. Statistika Bisnis. Bandung: Alfabeta. Achmad Juntika Nurihsan, 2008. Bimbingan dan Konseling dalam berbagai latar kehidupan, Bandung: Refika Aditama. Achamd Juntika Nurihsan dan Akur Sudianto, 2005. Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMP (kurikulum 2004). Jakarta: Grasindo. Andi Ahmad Juntika Nurihsan, 2006. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Ilmu. Bandung: Refika Aditama. * Dina Fariza Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 110 Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2014, Volume 9 Nomor 2, ( 102 – 112 ) Anni, Catharina, Tri. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: Unnes Press. Bandura. 2007. Learning to Teach, Fifth Edition. New York. Bimo Walgito, 2004. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Penerbit Burhan, Bungin. 2010. Metodelogi Penelitian Kuantitatif. Jakarta :Kencana Prenada Media Group. Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta:Bumi Aksara. Dimjati, M. Muchjiddin, 2000. Psikologi Anak dan Remaja. Yogyakarta: Aksara Indonesia. Fikriani, 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka. Cipta. Gantina dkk. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT. Indeks. Handy Santoso, 2008. Jurnal Pendidikan Penabur. Tasikmalaya Juri, Muhamad. 2008. Artikel Penerapan e_Learning dalam Pembelajaran suatu Langkah Inovasi. [Online] http://researchengines.com/0108mohamad.html [4 November Khorida, Lilif Mualifatul, 2010. Upaya Strategis dalam Meningkatkan Layanan Bimbingan dan Konseling di MTS NU Nurul Huda. Semarang: IAIN Walisongo Fakultas Tarbiyah, 2010. Margono, 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta. Moleong , 2005. Metodologi Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Pustaka Setia Montalvo, T. M. & Torres, G. C. M. 2004. Self regulated. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Milles, Mattew B., dan A. Michael Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif. Universitas Indonesia. Muhajir. 2003. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Yudistira. Nia Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi. Bandung : Remaja Rosda Nasution, Prof. Dr. S. 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : Tarsito. Nugroho, W. 2007. Belajar Mengatasi Hambatan Belajar. Surabaya: Prestasi Pustaka. Ormrod, J.E. 2003. Educational Psychology. New Jersey: Prentice Hell. Prayitno dan Erman, 2004. Dasar-Dasar Bimbingan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta Purwanto. M.P. 2008. Prinsip-prinsip Evaluasi Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta Robin. 2012. The Action Research Planner. Victoria Sangadai, dkk, 2010. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta: CV Andi Offset Soetarlinah. 2003. Psikologi Pendidikan & Psikologi Sekolah. Depok : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukura Sofyan, W. 2013. Konseling Individual Praktek dan Teori. Bandung: CV Alfabeta Siska Mandasari, dkk, 2013. Hambatan yang dialami Guru BK dalam Pelaksanaan Kegiatan Kunjungan Rumah di SMP dan SMA Negeri Kota Payakumbuh. Slameto, 2006. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta. Sondix. 2014. Sumber Data. http://sondix.blogspot.com/2014/01/pengertian-sumberdata.html. Diakses : 10 Mei 2014-05-12 Sukardi, Dewa Ketut dan Sumiati, Desak Made. 2009. Panduan Perencanaan Karir. Surabaya : Usaha Nasional Sukardi. 2008. Proses Bimbingan dan Penyuluhan. Tabanan: Rineka Cipta. Syamsuriadi, 2010. Persepsi tentang Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Pengembangan Diri Siswa SMP YPI Bintaro. Umar, H. 2013. Metodologi Penelitian untuk Skripsi & Tesis Bisnis: Edisi 2. * Dina Fariza Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 111 Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2014, Volume 9 Nomor 2, ( 102 – 112 ) Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Prayitno, 2009. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta Vivy, 2009. Layanang Konseling Individual. http://vivybimbingan dan konseling. blogspot.com. Diakses : 10 April 2014 Winkel,W.,S, & Sri Hastuti, 2007. Bimbingan dan Konseling di Institusi. Pendidikan. Yogyakarta : Media Abadi. Winkel, W.S. 2010. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi. Winkel & Sri Hastuti, 2007. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Media Abadi * Dina Fariza Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 112