ELEKTROKARDIOGRAFI DASAR Dr.HM.Saifullah Napu SpJp,FIHA PPGD 18 MEI 2010 PENDAHULUAN Jantung : organ penting untuk memompa darah Pemompaan terjadi karena kontraksi otot jantung akibat rangsang elektris/impuls Rangsang elektris berawal dari potensial aksi yang terjadi pada otot jantung sendiri Potensial aksi berawal dari keadaan depolarisasi membrane sel autoritmik saat tegangan dalam sel + 20 mV terhadap tegangan diluar sel dan keadaan repolarisasi saat tegangan dalam sel – 90 mV terhadap tegangan diluar sel Untuk mengetahui aktivitas elektris otot jantung diperlukan pencatatan dari permukaan tubuh (tubuh konduktor yang baik) yaitu dengan elektrode-elektrode pada lokalisasi tertentu yang disebut Lead Elektrode berfungsi sebagai sensor mengubah besaran kimia dari energi ionis menjadi besaran elektris Definisi Elektro : listrik Kardio : jantung Elektrokardiograf : alat untuk merekam aktivitas listrik jantung Elektrokardiogram : grafik hasil perekaman potensial listrik yang ditimbulkan oleh jantung Elektrokardiografi : ilmu yang mempelajari potensial listrik jantung Manfaat EKG Aktivitas listrik siklus jantung dapat di rekam dan dipakai sebagai alat diagnostik Alat pemeriksaan penunjang Deteksi gangguan “kelistrikan” jantung : Hipertrofi Infark myocard Disritmia Gangguan elektrolit Dasar Perekaman EKG Tubuh manusia mrpkan konduktor listrik yang baik Cairan dalam jaringan tubuh mengandung ion-ion Perbedaan potensial – ion berpindah Elektrode pada permukaan kulit merekam beda potensial Perubahan letak elektroda –> perubahan hasil perekaman Sel otot jantung 2 macam sel : Sel autoritmik (1%) Potential pace maker Hanya terdapat pada nSA – nAV – berkas His cabang kanan dan kiri – serabut purkinye Sel kontraktil (99%) Sel yang berkontraksi sebagai respon thd impuls dari sel autoritmik Elektrofisiologi sel otot jantung Aktivitas listrik jantung akibat perubahan permiabilitas membrane sel yang memungkinkan pergerakan ion melalui membrane tersebut Terdapat 3 ion-ion yang beperan yaitu : K⁺, Na⁺, dan Ca⁺ Fase depolarisasi ; bagian yang terjadi akibat penyebaran impuls Fase repolarisasi : bagian yang terjadi bila sel otot jantung kembali istrirahat Arah defleksi , ditentukan : Arah penyebaran impuls depolarisasi Letak elektroda Muatan listrik sel otot jantung Keadaan sel otot jantung Muatan listrik intraseluler ekstraseluler Istirahat/repolar - (relatif lebih isasi negatif) + (relatif lebih positif) depolarisasi - (relatif lebih negatif) + (relatif lebih positif) Sel istirahat K + + Cl -+ Ca + Na + -- -- -- --- --- --- Na+ K⁺ --- --- --- --- --+++++++ Sel telah depolarisasi --- --- --- --- --+++++++ +++++++ --- --- --- --- Na+ Sel sedang depolarisasi Na + --- --- --++++ ++++ ++++ --- --- --- --- --- ----- --- --+++++ Sel mulai repolarisasi --- --- --++++ ++++ --- --- --++++ --- --- ----- --- --++++ Hubungan arah impuls – defleksi elektrokardiogram Arah impuls depolarisasi Arah defleksi Menuju elektroda + Positif (ke atas) Menuju meninggalkan Bifasik Meninggalkan elektroda + Negatif (ke bawah) Gambar SANDAPAN (LEAD) EKG Sandapan rutin 12 leads 3 bipolar standard leads ( I, II, III) 3 unipolar lead ekstremitas (aVR, aVL, aVF) 6 unipolar chest leads (V1, V2, V3, V4, V5, V6) Bipolar standard lead & unipolar lead ekstremitas menggambarkan keadaan medan bioelektrik aktivitas jantung pada bidang frontal Chest lead bidang horizontal Bipolar lead/ Standard lead Mengukur perbedaan potensial medan bioelektrik aktivitas jantung pada bidang frontal tubuh Lead I : mengukur beda potensial antara RA (-) dan LA (+) Lead II : mengukur beda potensial antara RA (-) dan LL (+) Lead III : mengukur beda potensial antara LA (-) dan LL (+) Standard lead (I,II,III) Segitiga Einthoven Seorang ilmuwan, Einthoven, yang menemukan lead I, II dan III untuk perekaman EKG mengenalkan formula segitiga Einthoven, yaitu segitiga khayalan yang menghubungkan antara vektor diagram lead I, II dan III sebagai segitiga sama sisi dengan pusat pada jantung Segitiga Einthoven merupakan dasar pengembangan Trihexial Reference System untuk menghitung arah aksis dan kekuatan listrik jantung (gabungan dari vektor diagram dua atau lebih lead) pada bidang frontal Segitiga Einthoven Vektor diagram lead bipolar membentuk segitiga Einthoven Segitiga bidang frontal tubuh dari Einthoven merupakan segitiga sama sisi Jika ketiga sisi segitga Einthoven dipindahkan ke titik pusat maka akan terbentuk tri axial reference system dari Bailey Segitiga Einthoven Unipolar limb leads Rekaman beda potensial antara lengan kanan (RA)/ lengan kiri (LA)/ tungkai kiri (LL) terhadap elektroda indiferen yang berpotensial nol Lead aVR : sandapan unipolar RA yang diperkuat (augmented) Lead aVL : sandapan unipolar LA yang diperkuat Lead aVF : sandapan unipolar LL yang diperkuat Augmented Voltage Right Augmented Voltage Left Augmented Voltage Foot Sudut orientasi unipolar limb lead (aVR, aVL, aVF) Hexaxial reference system (6 sudut orientasi sandapan bidang frontal) Hexaxial reference system (6 sudut orientasi sandapan bidang frontal) Sudut orientasi Lead Ekstremitas (bidang frontal) Sandapan Sandapan Inferior II III aVF Sandapan lateral kiri I aVL Sandapan aVR Sudut + 60 o + 120 o + 90 o +0o - 30 o - 150 o Unipolar chest lead Rekaman potensial (pada bidang horizontal) dari satu titik di permukaan dada V1 : SIC 4 garis sternal kanan (merah) V2 : SIC 4 garis sternal kiri (kuning) V3 : antara V2 dan V4 (hijau) V4 : SIC 5 garis midclavicular kiri (coklat) V5 : SIC 5 garis aksilaris anterior kiri (hitam) V6 : SIC 5 garis aksilaris media kiri (ungu) Unipolar chest lead Lead Dada Unipolar (Lead Precordial V1-V6) Ventrikel kanan terletak di antero medial Ventrikel kiri terletak di anterolateral Sandapan V1 dan V2 terletak di atas ventrikel kanan Sandapan V3 dan V4 di atas septum interventrikulare Sandapan V5 dan V6 di atas ventrikel kiri Lead Bidang Frontal dan Horizontal Resume sandapan EKG Sandapan Kelompok V1, V2, V3, V4 Anterior I, aVL, V5, V6 Lateral kiri II, III, aVF Inferior aVR aVR Ada Pertanyaan????????????????? Gelombang dasar EKG (Nilai Normal) Gelombang P Gambaran depolarisasi atrium Depolarisasi mulai dari NSA Atrium kanan mengalami depolarisasi lebih dulu sebelum atrium kiri Oleh karena itu, vektor rata-rata berjalan dari kanan ke kiri dan sedikit ke arah inferior Gelombang P Karakteristik Bentuk normal : kecil, halus, melengkung, mendahului kompleks QRS Positif pada sandapan lateral kiri dan inferior Bifasik pada lead III dan V1 Defleksi ke atas (+) di lead II, terbalik (-) di aVR Nilai normal : - tinggi/amplitudo : < 3mm (2,5mm) - lebar < 3 mm (0,06-0,11detik) Disfungsi NSA abnormalitas bentuk gelombang P Gelombang P PR interval Menggambarkan waktu dari mulai depolarisasi atrium sampai awal depolarisasi ventrikel PR interval normal 0,12 – 0,20 detik (3-5 mm) Interval PR Gelombang q Awal depolarisasi ventrikel Depolarisasi septum interventrikulare dari kiri ke kanan Depolarisasi negatif I dari kompleks QRS Q patologis – old miokard infark - Ciri gel. Q patologis - lebar ≥ 0,04 detik (1 mm) - dalamnya > 25% amplitudo gel. R Gelombang r Defleksi positif pertama pada kompleks QRS R patologis, menunjukkan adanya hipertrofi ventrikel, tanda-tanda bundle branch block Gelombang s Defleksi negatif setelah gelombang r Depolarisasi ventrikel s patologis, menunjukkan adanya hipertrofi ventrikel, tanda-tanda bundle branch block Gelombang T Menandakan repolarisasi kedua ventrikel Terjadi defleksi positif hampir semua lead kecuali aVR (T negatif) dan V1 (T bifasik) Repolarisasi atrium tidak nampak QT Interval Normal 0,36” pada HR 70/mnt Dimulai dari awal QRS kompleks sampai akhir gelombang T QT interval bervariasi tergantung HR, Sex, dan Umur dan berlangsung sesuai lama aksi potensial ventrikel QT interval sulit dinilai bila ada gelombang U QT interval biasanya kurang dari ½ RR interval pada irama sinus normal dan menandakan depolarisasi dan repolarisasi ventrikel Karena tergantung HR maka yang akurat adalah QTc interval QTc Interval QT interval yang sudah dikoreksi dengan HR 60x/mnt Formula Bazzet : Modifikasi Bazzet menurut Hodges QTc = QT + 0,00175 (Vent.rate – 60) detik Pada pria QTc < 440 mdet (0,44 det) Pada wanita QTc < 460 mdet (0,46 det) QTc memanjang pada : efek quinidin, hipokalsemia, long QT syndrome QTc memendek pada efek digitalis, hiperkalsemia Kompleks QRS Depolarisasi ventrikel Bentuk defleksi besar dan berujung tajam Depolarisasi miokard ventrikel Ventrikel kiri jauh lebih besar dari ventrikel kanan Ventrikel kiri mendominasi kompleks QRS Vektor aliran listrik rata-rata antara +90 o dan 0 o QRS bidang frontal QRS bidang frontal Pada bidang frontal, akan terlihat defleksi positif yang besar pada sandapan lateral kiri dan inferior (gelombang R) Pada aVR akan merekam defleksi negatif (gelombang S) QRS bidang horizontal QRS bidang horisontal V1 dan V2 yang terletak di atas ventrikel kanan merekam gelombang s yang dalam V3 dan V4 mewakili zona transisi, salah satunya bifasik (R dan S hampir sama besar) V5 dan V6 merekam gelombang R yang tinggi Mengapa??? Hubungkan arah vektor impuls dengan lokasi elektroda (+) Nomenklatur Kompleks QRS ST Segmen : menggambarkan waktu antara akhir depolarisasi ventrikel dengan awal repolarisasi ventrikel Gelombang T Repolarisasi ventrikel Amplitudo normal : - < 10 mm di sandapan dada - < 5 mm di sandapan ekstremitas - Min. 1 mm Bentuk patologis Indikator iskemik /infark Gelombang T Gelombang T Repolarisasi dimulai dari daerah yang terdepolarisasi paling akhir Gelombang depolarisasi yang datang dan repolarisasi yang menjauh menimbulkan gelombang positif pada EKG T positif pada sandapan yang merekam defleksi positif saat repolarisasi ventrikel (gelombang R tinggi) Frekuensi Denyut Jantung FDJ normal : 60 – 100 x/menit Takikardi : > 100 x / menit Bradikardi : < 60 x / menit Takikardi abnormal : 140 – 250 x / menit Flutter : 250 – 350 x / menit Fibrilasi : > 350 x / menit Penentuan kecepatan denyut jantung (Heart Rate) Berdasar kecepatan EKG 25 mm/dtk , 1 menit = 60 x 25 mm = 1500 mm. Satu kotak besar (kB) = 5 kotak kecil (kK) = 5 mm = 0,20 dtk. Jadi 1 menit = 300 kK. Bila jarak R – R 3,8 kB maka HR = 300/3,8 = 80/mnt Normal HR = Atrial rate = Ventricular rate Penentuan kecepatan denyut jantung (HR) Irama Sinus Irama jantung yang normal adalah irama sinus, yaitu suatu pola penjalaran impuls listrik yang teratur dan berasal dari NSA Syarat-syarat suatu EKG dikatakan berirama sinus adalah: 1. Setiap 1 gelombang P diikuti 1 kompleks QRS 2. Interval PR 0,12-0,20 detik (3-5 mm) 3. P di lead II positif, P di lead aVR negatif 4. FDJ antara 60-100x/menit, reguler Aksis Sebuah vektor yang meringkaskan semua vektor (depolarisasi ventrikel). Vektor hasil penjumlahan ini disebut Mean vektor dan arahnya adalah aksis depolarisasi ventrikel Aksis hanya ditentukan bidang frontal saja Mean vektor QRS menunjuk ke kiri bawah, antara (+110 o sampai -30 o) AKSIS JANTUNG QRS axis berdasar Lead I dan aVF Cara membaca EKG 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Tentukan iramanya : Sinus / bukan Tentukan frekuensi/kecepatan: Normal / takikardia / bradikardia Tentukan axis : Normal / RAD / LAD Nilai gelombang P : Normal / tidak Hitung PR interval : Normal /memanjang/memendek Nilai gelombang Q : Normal / patologis Hitung QRS komplek : Normal / melebar Nilai ST segmen : Isoelektrik / elevasi / depresi Nilai gelombang T : Normal / Inverted / tinggi Perhatikan tanda-tanda : Hipertropi / iskemia / infark Bagaimana hub P dgn QRS : Konstan / berubah-ubah / tak ada hub Kesimpulan/Diagnosa : ????? ELEKTROKARDIOGRAFI DALAM KEDARURATAN KARDIOVASKULER ARITMIA /DISRITMIA 1. GANGGUAN PEMBENTUKAN IMPULS 2. GANGGUAN KONDUKSI 3. KEDUA DIATAS GANGGUAN PEMBENTUKAN IMPULS Irama Sinus Adalah irama yang berasal dari fokus di SA node dan terdapat pada orang normal Normal adalah 60 – 100 kali/m, reguler, voltage sama besar Kriteria: 1. P positif di lead I dan aVF atau di lead I dan II 2. Setiap P diikuti QRS atau setiap QRS harus didahului oleh gelombang P 3. PR intv < 0,20 “ dan konstan dari denyut ke denyut 4. HR antara 60 – 100/menit Sinus Takhikardia : HR > 100 – 180/mnt Sinus Bradikardia : HR < 60/mnt Sinus Aritmia : HR ireguler dengan perbedaan antara RR maksimum dengan RR minimum kedua lebih dari 120 mdet atau RR max – RR min(mdet) , lebih dari 10% RR min Sering ditemukan pada orang muda (anak dan remaja) Takhikardia Atrial : HR antara 160-250/mnt. Impuls dari SA hanya sampai 160/mnt. Bila > 160/mnt berasal dari fokus ektopik di atrium dapat berupa paroksismal atrial takhikardia, irama reguler, datangnya/berhenti tiba-tiba. Gelombang P terlihat berbeda dengan gelombang P normal. Bila tidak terlihat gelombang P disebut supra ventrikuler takhikardia (SVT) Ada 3 tipe takhikardia atrial (TA) 1. TA otomatik 2. TA trigered 3. TA reentrant Secara klinis ketiga TA tidak dapat dibedakan TA reentrant terjadinya bermacam-macam: a) Reentry nodus AV: aktivasi atrial dari ventrikel melalui nodus AV b) Reentry nodus SA : aktivasi atrial melalui SA secara berulang c). Reentry atrial: aktivasi atrial akibat adanya fokus di atrium yang disalurkan keseluruh jantung d). Junksional atrioventrikular non paroxismal: aktivasi atrial melalui “AV junction” Fibrilasi Atrial: disebabkan berbagai fokus di atrial, depolarisasi atrial menjadi kacau. Gelombang P halus, amplitudo berubah-ubah, irreguler dengan atrial rate 350-600/mnt. Respons ventrikel melalui konduksi AV normal terjadi secara irreguler dengan frekuensi 100160/mnt Takhikardia Atrial Multifokal Impuls multifokal, dapat dikacaukan dengan fibrilasi atrial Fibrilasi atrial. Biasanya terdapat pada PPOK. Frekuensi atrial antara 100-130/mnt dengan morpologi gel P yang bermacam-macam Kontraksi Atrial Premature (Ekstra sistole atrial). Dibahas pada bab ekstra sistole ” Irama “AV Junction : terjadi bila AV junction menjadi pacemaker dominant dengan rate 40-60/mnt. Depolarisasi atrial terjadi retrograde sehingga P negatif di lead II, III, aVF sedang depolarisasi ventrikel normal Flutter Atrial: merupakan irama “macro reentrant atrial” dari fokus di atrium (fibrosis,luka operasi,jaringan parut,dsb) Frekuensi atrial antara 250-350/m sedang frekuensi ventrikel ± setengahnya Ada 4 bentuk “Junctional Rhythm P Wave” 1. Depolarisasi atrial terjadi sebelum ventrikel. Gelombang P negatif di lead II, PR intv < 0,12” 2. Depolarisasi atrial dan ventrikel bersamaan. Gelombang P tidak nampak, tersembunyi dalam QRS kompleks 3. Depolarisasi atrial terjadi setelah ventrikel. Gelombang P negatif di lead II setelah QRS kompleks 4. Bila tidak nampak gelombang P kemungkinan depolarisasi atrial mengalami blok, depolarisasi ventrikel normal • Wandering Pacemaker : bila gelombang P dipengaruhi oleh lebih dari satu pacemaker. Disini Pacemaker beralih dari nodus SA ke AV junction • Irama Ventrikuler Tanda-tanda : 1. Depolarisasi ventrikel abnormal 2. Depolarisasi atrial bisa/tidak terjadi secara retrogade 3. QRS intv lebar > 0,10” sering > 0,12” 4. P dari sinus dapat diteruskan Irama Idioventrikuler (IVR) Pacemaker ventrikuler mencetuskan impuls 20-40 /mnt dan meupakan “escape rhythm” Irama Idioventrikuler Dipercepat. Bila IVR dipercepat antara 40-150/mnt, merupakan irama penyelamat jadi jangan dicegah (suppressed) Kontraksi Ventrikuler Prematur : dibahas pada topik ekstra sistole • Takhikardia Ventrikuler (V.T) Dapat “sustained” (terus-menerus > 30 detik) atau non sustained (hilang timbul). Bisa unifokal atau multifokal QRS kompleks sangat lebar dan besar dengan ventrikuler rate 150-250/mnt, bisa reguler/irreguler. Aktivasi atrial tidak terganggu. • Fusion Beats atau Dressler Beats pad VT Gambaran variant, QRS lebih kecil dari denyut dari SA, disebabkan ada transmisi rangsang atrial ke ventrikel (“ventricular fussion beats”) V.T (Torsade de Pointes) QRS kompleks beraneka ragam, bisa dari polaritas yang sama diikuti QRS kompleks dari polaritas yang berlawanan yang terpisah dari QRS kompleks intermitten. Sering akibat “long QT syndrome” Flutter Ventrikel : gelombang ventrikel seperti gergaji yang agak besar, rate 250350/mnt, cenderung memburuk jadi V.F. Perlu cardioversi segera Ventrikel Fibrillasi (V.F) : HR > 350/mnt Gelombang halus dan kasar, merupakan klinis cardiac arrest, perlu segera CPR Adalah semua denyut/impuls tambahan diluar dari SA node, disebut sebagai kontraksi prematur atau ekstra sistole: Kontraksi Atrial Prematur / Ekstra Sistole supraventrikuler. Semua denyut ektopik berasal di luar ventrikel, bisa uni/multifokal. Tanda-tanda Kontraksi Atrial Premature 1. Denyutan lebih cepat dari normal dengan gelombang P berbeda dari normal, lalu diikuti QRS normal 2. Kompensasi pause lebih lama dari normal 3. PR intv lebih pendek dari PR interv yang denyut yang normal (tegantung letak fokus) Blok Kontraksi Atrial Prematur (PAC) o PAC yang tidak diikuti QRS kompleks o Disebabkan PAC timbul pada periode refrakter absolut (wkt antara permulaan QRS sampai puncak T). Bila PAC timbul pada periode refrakter relatif biasanya diikuti QRS kompleks (wkt antara puncak T sampai akhir gel.T) Kontraksi AV Junction Prematur Bila ektopik fokus berasal dari AV junction, impuls lebih cepat dari seharusnya Kontraksi Ventrikuler Prematur (PVC) atau Ekstra sistole ventrikel (VES) Semua denyut ektopik dari ventrikel, bisa uni/multifokal Tanda-tanda PVC/VES a. Timbulnya tiba-tiba pada irama normal b. QRS kompleks PVC lebar dan lebih besar, tidak didahului gelombang P c. Dapat timbul depolarisasi atrial retrogade (negatif P) setelah QRS kompleks d. Biasanya ada pause kompensatori Interpolated Ekstrasistol Ekstrasistol yang timbul diantara 2 denyut normal yang berasal dari SA node, tidak ada pause kompensatori. Bisa berbentuk PAC atau PVC PVC dengan pause kompensatori sempurna Bila intv antara QRS kompleks sebelum PVC dan QRS kompleks setelah PVC 2 kali siklus regular • PVC dengan pause kompensatori parsial Bila intv kurang dari 2 kali siklus regular • Macam-macam PVC a. Unifokal/multifokal b. Sporadis atau frekwent c. Bigeminy, trigeminy, quadrigeminy d. Bentuk salvo, R on T Phenomenon, “Couplets” GANGGUAN KONDUKSI S.A Blok Bila salah satu impuls dari nodus S.A alami blok, satu denyut (PQRST) hilang dan berupa garis isoelektrik Sinus Arrest (Henti sinus) Bila nodus S.A tiba-tiba lemah, tidak dapat hasilkan impuls, terjadi “escape rhytm” dari ventrikel sebagai usaha penyelamatan Merupakan manifestasi “sick sinus syndrome” A.V blok derajat I Akibat perlambatan transmisi impuls dari atrium ke ventrikel, perlambatan terjadi di A.V Pada A.V blok I PR interval lebih dari 0,20 detik A.V blok derajat II 1. AV blok II Mobitz tipe 1 PR interval makin memanjang pada tiap denyut sampai satu saat P tidak diikuti QRS (“Wenckebach periode”) 2. AV blok II Mobitz tipe 2 Bila secara periodik P tidak diikuti QRS kompleks. PR interval konstan tidak berubah. Lokasi blok biasa dibawah AV node. Ada beberapa bentuk yaitu AV blok 2:1 dan AV blok II “high grade” atau “advanced” (AV blok 3:1 atau lebih) AV Blok derajat III (Total AV Blok) Setiap gelombang P tidak diikuti QRS. Atrium berdenyut sendiri berasal dar SA atau impuls di atrium dan ventrikel berdenyut sendiri berasal dari AV junction dengan frekuensi 40 – 60/menit atau dari fokus dibagian bawah ventrikel sehingga QRS lebar dengan frekuensi < 40/menit Irama atrium dan ventrikel dapat reguler atau ireguler “Bundle Branch” Blok Kanan (RBBB) Gangguan hantaran pada cabang kanan Bundle His Dapat diakibatkan adanya fibrosis atau kelainan bawaan Blok sempurna disebut RBBB komplit Blok tidak sempurna disebut RBBB inkomplit dan dapat terjadi pada orang normal RBBB Komplit Di lead V1 atau V2 - QRS intv > 0,12” (broad notched R, rsr, rsR’ atau rSR’ - Tipe QRS “M type” atau “ M Shape” dimana R2 > R1 Gelombang S dalam, negatif di V5-V6, QRS > 0,12” Kadang ada kelainan repolarisasi RBBB Inkomplit Syaratnya sama dengan RBBB komplit tetapi QRS intv antara > 0,08” - < 0,12” RBBB Komplit “Bundle Branch” Blok Kiri (LBBB) Mempunyai arti klinis selalu patologis Terbagi atas blok komplit dan inkomplit LBBB Komplit: 1. 2. 3. 4. QRS intv 0,12” atau lebih qS atau rS di V1, gelombang R melebar dengan ada lekuk di puncaknya (nothed) Gelombang Q mengecil/hilang di lead I, aVL, V5,V6 Kelainan repolarisasi berupa ST depressi LBBB inkomplit Sama dengan LBBB komplit tetapi QRS intv 0,08”- 0,11” Kadang disertai gelombang Q kecil di I, V5, V6 LBBB Komplit Fasikular blok Anterior Kiri (Left Anterior Fasicular Block = LAFB) Gelombang Q kecil di I dan aVL Gelombang r kecil di II, III, dan aVF Aksis deviasi ke kiri (-45º sampai -60º) QRS intv sampai 0,1 detik Defleksi positif di I, negatif di II, III Fasikular Blok Posterior Kiri (Left Posterior Fasikular Block = LPFB) Aksis deviasi ke kanan (RAD) Gelombang r kecil di lead I Gelombang q kecil di lead III QRS intv sampai o,1 detik Tidak ada RVH Defleksi negatif di I, positif di II,III Bifasikuler Blok : bila terjadi blok di 2 dari ketiga fasikulus Fasikular blok anterior kiri Bifasikular Blok (LAFB + RBBB) Fasikular Blok Posterior Kiri (LPFB) Blok Bifasikular LPFB + RBBB BEBERAPA SINDROMA PADA EKG WPW (Wolff Parkinson White) Syndrome Kumpulan gejala akibat impuls dari atrium yang harusnya langsung ke AV, sebagian hantaran bercabang atau melalui “Bundle Kent” atau yang lainnya antara atrium dan ventrikel shg membentuk “delta wave” Pasien sering dengan serangan paroksismal atrial takhikardia (PAT), disebut juga sindroma preeksitasi PR intv memendek < 0,11” QRS > 0,10” Ada “delta wave” yang menutupi gelombang q dan langsung ke gelombang R “Delta wave” dapat tampak di lead II, V1, V2 dan bisa besar disemua lead WPW dengan “delta wave” Sindroma LGL (Lown Ganong Levine) Pada sindrome ini PR intv pendek disetiap denyut, diikuti QRS kompleks normal WPW dan LGL termasuk dalam sindroma preeksitasi “ Sick Sinus Syndrome” Sinus bradikardia persisten spontan bukan karena obat Kombinasi gangguan SA atau AV Sinus arrest atau “exit block” Sindrom bradi-takhikardia Sindroma Bruguda Kumpulan gejala akibat kelainan mutasi genetik pada “cardiac ion natrium chanel” Ditandai oleh adanya RBBB inkomplit yang disertai ST elevasi di V1, V2 dr.H.M. Saifullah Napu SpJP,FIHA CARDIAC EMERGENCY SYNDROME 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Syncope Cardiac arrest Cardiogenic shock Cardiac arrythmias Acute myocardial infarction /ACS Cardiopulmonary emergencies Hypertensive emergencies Acute dissecting aneurysma aorta Acute cardiac tamponade A. BADIARRYTHMIAS : 1. 2. 3. 4. 5. Sinus bradycardia : biasanya minor, dapat jadi mayor. Sinus arrhytmia : minor SA blok : minor, bisa jadi mayor Wandering pacemaker : minor Escape beats (AV juntional atau ventrikular) : minor B. CONDUCTION DISTURBANCES 1. Intra atrial blok : minor 2. First degree AV blok: biasanya minor 3. Second degree AV Blok - Mobitz I : biasanya minor - Mobitz II : biasanya minor, dapat jadi mayor 4. Third degree AV Blok (Complete) : mayor, dapat menjadi life threatening 5. AV dissociation : minor 6. Fascicular (intraventricular) blocks - Unifascicular blok : biasanya minor, dapat jadi mayor. a. RBBB : biasanya minor, dapat jadi mayor b. LAFB : minor c. LPFB : minor d. LBBB : biasanya minor, dapat menjadi mayor - Bifascicular blocks : minor, dapat jadi mayor - Trifasicicular block : minor, dapat jadi mayor C. TACHYARRYTHMIAS 1. Atrial premature beats : biasanya minor, dapat jadi mayor 2. AV junctional premature beats : minor 3. Supraventricular Tachycardias - Sinus tachycardia : minor VENTRICULAR ARRYTHMIA - Ventricular premature beat (VES) :bisa minor atau mayor - Ventricular tachycardia : mayor or life threatening - Bidirectional tachycardia : mayor or life threatening - Ventricular flutter : life threatening - Ventricular fibrillation : life threatening - - - Paroxysmal atrial tachycardia : mayor Multifocal atrial tachycardia : mayor AV junctional tachycardia (paroxysmal or non paroxysmal ) : mayor Atrial flutter and atrial fibrillasi : mayor Paroxysmal atrial tachycardia with AV block : mayor Bradi-Tachyarrythmia syndromes : mayor, bila severe bradikardia atau tachycardia bisa menjadi life threatening Tachyarrythmia pada WPW : mayor TAKIKARDIA Pasien stabil Pasien tidak stabil • Tentukan takikardia sebagai penyebab keluhan dan gejala serius • Kardioversi segera 1. Fibrilasi atrium 2. QRS sempit Atrial flutter 3. QRS lebar: 4. VT jenis tidak diketahui Tentukan diagnosis - Terapi pasien tak stabil spesifik dengan: - Kontrol frekuensi - manuver vagal - Ubah menjadi irama - Adenosin sinus Tentukan diagnosis spesifik Pengobatan VT stabil - Kardioversi DC atau - Amiodaron atau - Antikoagulasi Terapi medikamentosa - Prokainamid (jika fungsi jantung baik) ILCOR Guidelines. Circulation 2000;102 (suppl ): 159 BRADIKARDIA Keluhan dan gejala serius? Disebabkan oleh bradikardia? Tidak Ya Blok AV derajat dua-tipe II atau Urutan intervensi Blok AV derajat tiga • Atropin 0.5-1.0 mg • Pacu jantung transkutan Ya • Dopamin 5-20 g/kg/men Tidak • Epinefrin 2-10 g/men Jika timbul keluhan, gunakan pacu jantung transkutan sampai pacu jantung transvena terpasang Observasi ILCOR Guidelines. Circulation 2000;102 (suppl ): 142- 157 ALGORITME UMUM UNTUK PENANGANAN KEDARURATAN JANTUNG PADA ORANG DEWASA NILAI KESADARAN NILAI PERNAFASAN NILAI SIRKULASI KELUHAN DAN GEJALA YANG PERLU PENANGANAN SERIUS KELUHAN • Nyeri dada • Sesak nafas • Kesadaran menurun GEJALA • Hipotensi • Renjatan • Bendungan paru • Gagal jantung bendungan ILCOR Guidelines. Circulation 2000;102 (suppl ): 155 SINDROMA KORONER AKUT Algorithm in Acute Coronary Syndrome CHEST PAIN Working diagnosis Suspected ACS ECG Biochemistry Persistent ST elevation No persistent ST elevation Troponin, CKMB (+) Troponin, CKMB (+) Risk Stratification Risk: high / low Management Initial management, ±revascularization Secondary prevention Medical therapy, coronary angiography {on serial ECG} Performed in 10 min Admission - ACS unlikely - NSTEMI - STEMI Modified from ESC 2007 “EVOLVING ECG” A. Normal ECG B. „Tall T‟ or Peaked T waves C. „Injury‟, ST elevation D. Inverted T waves E. Q-abnormal F. Q patologis Perubahan EKG Infark miokard ALGORITME NYERI DADA ISKEMIK Nyeri dada diperkirakan akibat iskemia Penilaian dan terapi 1 NYERI DADA ISKEMIK: PENILAIAN DAN TERAPI 1 PENILAIAN SEGERA ( 10 MENIT) TERAPI UMUM SEGERA • Tanda vital • Oksigen 4L/menit • Saturasi oksigen • Aspirin 160-325 mg • Pemasangan akses IV • Sediaan Nitral SL atau “spray” • EKG 12 sandapan • MorfinIV 2-4 mg diulang setiap • Anamnesis singkat dan pemeriksaan fisik untuk penentuaan terapi 5-10 menit (jika nyeri dada tidak hilang dengan sediaan nitrat trombolitik • Enzim/penanda jantung awal Selalu ingat: “MONA” menjumpai • Status elektrolit dan koagulasi setiap penderita • X-ray dada dengan alat “portable” (<30 menit) ILCOR Guidelines. Circulation 2000;102 (suppl ): 142- 178 ALGORITME NYERI DADA ISKEMIK Nyeri dada diperkirakan akibat iskemia Penilaian dan terapi 1 Penilaian awal EKG 12 sandapan Elevasi segmen ST atau BBB baru (atau diperkirakan baru) ALGORITME NYERI DADA ISKEMIK Nyeri dada diperkirakan akibat iskemia Penilaian dan terapi 1 Penilaian awal EKG 12 sandapan Elevasi segmen ST atau BBB baru (atau diperkirakan baru) Depresi segmen ST atau inversi gelombang T NON-STEMI / UAP ALGORITME NYERI DADA ISKEMIK Nyeri dada diperkirakan akibat iskemia Penilaian dan terapi 1 Penilaian awal EKG 12 sandapan Elevasi segmen ST atau BBB baru (atau diperkirakan baru) Depresi segmen ST atau inversi gelombang T EKG nondiagnostik, Tidak terdapat perubahan segmen ST atau gelombang T ALGORITME NYERI DADA ISKEMIK Nyeri dada diperkirakan akibat iskemia Penilaian dan terapi 1 Penilaian awal EKG 12 sandapan Elevasi segmen ST atau BBB baru (atau diperkirakan baru) Terapi 2 Depresi segmen ST atau inversi gelombang T EKG nondiagnostik, Tidak terdapat perubahan segmen ST atau gelombang T NYERI DADA ISKEMIK: TERAPI 2 TERAPI TAMBAHAN (sesuai indikasi, tanpa menunda reperfusi) • Aspirin 180-325 mg • Penyekat IV • Nitrogliserin IV • Heparin IV • Penyekat ACE (setelah 6 jam atau jika telah stabil) ILCOR Guidelines. Circulation 2000;102 (suppl ): 142- 178 ALGORITME NYERI DADA ISKEMIK Nyeri dada diperkirakan akibat iskemia Penilaian dan terapi 1 Penilaian awal EKG 12 sandapan Elevasi segmen ST atau BBB baru (atau diperkirakan baru) Terapi 2 Waktu sejak onset keluhan Depresi segmen ST atau inversi gelombang T Terapi 3 12 jam 12 jam Terapi fibrinolitik. “door-todrug” 30 menit EKG nondiagnostik, Tidak terdapat perubahan segmen ST atau gelombang T NYERI DADA ISKEMIK: TERAPI 3 TERAPI TAMBAHAN (Sesuai indikasi, tanpa menunda reperfusi) • Heparin (UFH/LMWH) • Aspirin 160-325 mg qd • Penyekat reseptor Glikoprotein IIb/IIIa • Nitrogliserin IV • Penyekat IV ILCOR Guidelines. Circulation 2000;102 (suppl ): 142- 178 ALGORITME NYERI DADA ISKEMIK Nyeri dada diperkirakan akibat iskemia Penilaian dan terapi 1 Penilaian awal EKG 12 sandapan Elevasi segmen ST atau BBB baru (atau diperkirakan baru) Terapi 2 Waktu sejak onset keluhan Depresi segmen ST atau inversi gelombang T Terapi 3 12 jam 12 jam Terapi fibrinolitik. “door-todrug” 30 menit Nilai status klinis Penilaian dan terapi 4 EKG nondiagnostik, Tidak terdapat perubahan segmen ST atau gelombang T NYERI DADA ISKEMIK: PENILAIAN DAN TERAPI 4 Nilai status klinis Resiko tinggi: jika ditemukan Stabil • Keluhan persisten • Iskemia berulang Rawat CCU/tempat bermonitor • Perubahan EKG luas • Mulai atau lanjutkan terapi • Riwayat AMI, angioplasti, CABG tambahan sesuai indikasi Kateterisasi jantung: Anatomi memungkinkan revaskularisasi? Ya • Angioplasti • CABG • Marker serum serial Tidak • EKG serial • Pertimbangkan: 2D echocardiography atau radionuclide imaging ALGORITME NYERI DADA ISKEMIK Nyeri dada diperkirakan akibat iskemia Penilaian dan terapi 1 Penilaian awal EKG 12 sandapan Elevasi segmen ST atau BBB baru (atau diperkirakan baru) Terapi 2 Waktu sejak onset keluhan Depresi segmen ST atau inversi gelombang T Terapi 3 12 jam 12 jam Terapi fibrinolitik. “door-todrug” 30 menit Nilai status klinis EKG nondiagnostik, Tidak terdapat perubahan segmen ST atau gelombang T Ya Memenuhi kriteria angina tidak stabil atau onset baru Tidak Penilaian dan terapi 4 Unit nyeri dada Penilaian 5 NYERI DADA ISKEMIK: PENILAIAN 5 Rawat tempat bermonitor di UGD (unit nyeri dada) Bukti iskemia atau infark? • Lanjutkan atau mulai terapi tambahan sesuai indikasi • Marker serum serial • EKG serial dan monitorEKG Ya • Pertimbangkan: Tidak 2D echocardiography atau radionuclide imaging • Pulang • Tindak lanjut di poliklinik ILCOR Guidelines. Circulation 2000;102 (suppl ): 178 High risk Repetitive or prolonged (> 10 minutes) ongoing chest pain; Elevated level of at least one cardiac biomarker (troponin or creatine kinase-MB isoenzyme); Persistent or dynamic ST depression 0.5 mm or new T-wave inversion Transient ST-segment elevation ( 0.5 mm) in more than two contiguous leads; Guideline ACS 2006 National Heart Foundation Australia High risk (2) Haemodynamic compromise — Syst. BP< 90 mmHg, cool peripheries, diaphoresis, Killip Class > I, and/or new-onset mitral regurgitation; Sustained ventricular tachycardia; Syncope; LV syst dysfunction (ejection fraction < 0.40); Prior PCI or CABG within 6 months or prior Diabetes; Chronic kidney disease (estimated GFR< 60 mL/minute) Guideline ACS 2006 National Heart Foundation Australia Intermediate risk Chest pain within 48 hours that occurred at rest, or was repetitive or prolonged (but currently resolved); Age >65 years; Known CAD — prior myocardial infarction with EF>0.40, or known coronary lesion more than 50% stenosed; No high-risk changes on ECG; Two or more of risk factors: known hypertension, family history, active smoking or hyperlipidaemia; Diabetes (with atypical symptoms of ACS); Chronic kidney disease (estimated GFR<60 mL/minute) (with atypical symptoms of ACS); or Prior aspirin use. Guideline ACS 2006 National Heart Foundation Australia Low risk Acute coronary syndrome without intermediaterisk or high-risk features. This includes onset of anginal symptoms within the last month, or worsening in severity or frequency of angina, or lowering of anginal threshold Guideline ACS 2006 National Heart Foundation Australia SELAMAT BELAJARRRRRR !!!!!!!!!!